“Semangat Qurban Dan Pembangunan Bangsa” Candra Fajri Ananda Dekan Fakultas EKonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya
Sidang Sholat Id rokhimakumullah, Hari ini kita berkumpul di tempat ini dengan keinginan yang sama, yaitu menunjukkan rasa syukur dan taat kita kepada Allah SWT yang telah melimpahkan begitu banyak nikmat dan karunianya yang tidak akan pernah sanggup kita menghitungnya. Dan nikmat terbesar yang senantiasa akan kita syukuri adalah nikmat Iman dan Islam. Tanpa nikmat tersebut, kita takkan berada di jalan lurus ini; jalan keselamatan, jalan kebahagiaan, dan jalan kemenangan. Tanpa petunjuk dan bimbingan-Nya, kita tidak akan pernah tahu bagaimana menegakkan syiar agama melalui sembelihan hewan-hewan qurban, sebagai ungkapan rasa syukur atas segala nikmat-Nya, sebagaimana yang akan kita tunaikan hari ini dan 3 hari yang akan datang (ayyamut tasyriq). Jika dirunut ke belakang, ibadah kurban merupakan perintah Allah SWT melalui Nabi Ibrahim As untuk menyembelih Sang Putra Nabi Ismail As (QS Ash-Shafat [37]: 102). Pada saat menerima perintah berkurban ini lebih dari 3.000 tahun yang lalu, Nabi Ibrahim As benar-benar berada dalam kondisi kehidupan yang serbasusah. Sebelumnya, atas perintah Allah SWT beliau telah meninggalkan negerinya untuk menuju padang tandus (Mekah), di mana Baitullah berdiri. Nabi Ibrahim As selanjutnya juga diperintahkan untuk menyucikan Baitullah dan mengumandangkan panggilan kepada manusia untuk melaksanakan ibadah haji (QS Al-Hajj [22]: 26-27).
1
Perintah menyembelih putranya merupakan tugas yang berat karena Sang Putra lahir setelah sedemikian lama beliau menantikan kehadiran anak penyambung garis keluarga (QS Ash-Shafat [37]: 100-101). Gambaran ini menunjukkan bagaimana keikhlasan dalam melaksanakan perintah menjadi fondasi dari setiap amal ibadah, termasuk berkurban. Keikhlasan tersebut muncul sebagai cerminan ketakwaan dan pengakuan yang tulus akan kekuasaan Allah SWT sebagai sang Maha Pencipta. Sang kurban, Nabi Ismail As, pada dasarnya merupakan simbol tidak hanya bagi Nabi Ibrahim As, tetapi juga bagi seluruh manusia. Simbol dari harta kekayaan, keluarga (anak, pasangan), waktu, jabatan, dan segala kesenangan hidup yang sewaktu-waktu akan dituntut pengorbanannya. Pada saat perintah Ilahi diberikan, maka keikhlasan dan ketulusanlah yang menjadi pegangan dan segala kesenangan hidup harus ditinggalkan untuk memenuhi perintah-Nya. Perintah Ilahi ini pun tidak terbatas pada ritual ibadah, tetapi juga aktivitas sosial untuk mengangkat harkat kemanusiaan, mengurangi hak milik untuk kesejahteraan masyarakat yang lebih luas, dan perintah universal lainnya. Allahuakbar…allahuakbar ….walillahilhamd Aktualisasi Pengorbanan Dalam konteks pengorbanan (dalam melaksanakan perintah Ilahi) semacam inilah sebenarnya semangat kurban dapat kita tampilkan sebagai ibadah sosial yang mampu mengobati sejumlah persoalan bangsa. Di tengah makin pesatnya perkembangan peradaban dan teknologi, kita tidak dapat memungkiri masih banyak masyarakat miskin di negara kita yang membutuhkan pertolongan sekitar 15% penduduk masih hidup dibawah garis kemiskinan. Struktur ekonomi yang timpang juga telah menciptakan kesenjangan sosial yang tidak adil (porsi konsumsi 40% penduduk termiskin hanya 19,10% pendapatan nasional). Kondisi ini masih ditambah rentannya ekonomi nasional terhadap dampak krisis ekonomi dan keuangan global yang masih terus berlangsung dan kita tidak tahu sampai kapan deru krisis global akan berhenti. Dengan melihat keadaan semacam ini, tentu wajar jika muncul pertanyaan, di mana peran ibadah kurban yang dilakukan umat Islam Indonesia selama ini? Mungkinkah kurban menjadi ibadah sosial yang manfaatnya benar-benar dirasakan bangsa ini? Apakah semangat qurban ini telah merubah watak dan karakter bangsa ini? Jawaban atas pertanyaan ini akan sangat bergantung pada bagaimana kurban dimaknai sebagai salah satu rangkaian ibadah di hari raya Idul Adha ini. Jika kurban hanya dimaknai sebatas ibadah ritual setiap tahun dengan menyembelih binatang ternak semata, maka selama itu pula nilai kurban akan berakhir dengan habisnya pembagian daging binatang sembelihan. Namun, jika kurban diarahkan pemaknaannya sebagai ibadah sosial yang menekankan pengorbanan harta, keuntungan, waktu, pangkat, dan bahkan jiwa, demi kepentingan sesama, 2
maka semangat kurban akan sangat bermanfaat dalam menumbuhkan jiwa sosial dalam kehidupan bermasyarakat. Di tengah ancaman krisis semacam ini, sudah selayaknya pemimpin bangsa, para hartawan, dosen, tenaga kependidikan, mahasiswa, pebisnis, dan kelompok masyarakat atas, menunjukkan solidaritasnya dengan meringankan beban rakyat kecil. Solidaritas ini, antara lain dapat diwujudkan dengan tidak mengambil keuntungan di saat krisis dengan melakukan spekulasi (mata uang, emas, dan menimbun barang kebutuhan) secara berlebihan yang dampaknya hanya akan merugikan negara yang pada akhirnya ditimpakan kepada rakyat kecil melalui pajak dan pengurangan belanja negara untuk pembangunan. Masyarakat kecil selama ini merupakan kelompok yang paling menderita, baik oleh pilihan kebijakan negara (kenaikan BBM, upah minimum), maupun oleh ketidakadilan ekonomi. Belum lagi tidak tersedianya back-up dan cadangan kebijakan yang mampu menjadi sandaran bagi masyarakat kecil di saat guncangan ekonomi melanda. Sementara di sisi lain, masyarakat menengah ke atas, menikmati berbagai kebijakan yang prokepentingan mereka, di samping adanya perlindungan yang memadai setiap saat ketika terjadi masalah dalam perekonomian. Di kalangan pejabat negara, semangat kurban dapat ditumbuhkan, antara lain dengan pengendalian diri untuk tidak menuntut terlalu banyak kemewahan dan fasilitas negara. Perjalanan dinas atau fasilitas lain, serta belanja negara yang tidak terlalu berdampak signifikan bagi efektivitas dan efisiensi pemerintahan, perlu dikurangi demi menghemat anggaran negara, sehingga dananya bisa dimanfaatkan untuk alokasi yang lebih membantu kehidupan rakyat banyak. Jumlah anggaran yang dihemat bisa jadi hanya sedikit jika dihitung secara proporsional terhadap anggaran secara keseluruhan. Namun dari jumlah yang sedikit ini, jika dikumpulkan akan merupakan modal penting bagi penguatan ekonomi rakyat banyak. Allahuakbar…allahuakbar ….walillahilhamd Qurban Sebagai Obat Pembangunan Bangsa kita saat ini menghadapi banyak cobaan. Bangsa yang memiliki sumber daya paling komplit dan melimpah ini belum mampu mewujudkan cita – cita dan amanah dari founding father kita, yakni kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia. Bahkan baru – baru ini, kita dihadapkan pada berita – berita yang menyedihkan dan melemahkan syaraf- syarar berpikir sehat kita. 3 pilar utama bernegara, Trias Politika, Eksekutif, Legislatif, Yudikatif, telah dirongrong oleh nafsu dan virus dunia yang merongrong kewibawaan mereka, sehingga 3 lembaga penting tersebut menunjukkan kekeroposannya, hampir sebagian besar pejabat yang menduduki posisi – posisi penting di tiga pilar tersebut terindikasikan, terdakwa sebagai koruptor, bahkan sudah ada yang diputus vonis penjara. Tentu ini menjadikan kita sebagai masyarakat biasa akan berpikir pilar manalagi yang akan menjaga keutuhan kita sebagai bangsa, pilar mana lagi yang akan menjadi tempat bersandar dan berlindung. Dalam situasi yang seperti sekarang, tentu masyarakat memegang peran kunci untuk berperan sebagai negara yang berkewajiban untuk mengalokasikan sumber daya yang dimiliki, mendistribusikan serta menstabilkan suasana ketidakadilan yang terjadi saat ini di tengah masyarakat. Kakek nenek kita telah membuktikan bahwa kita bisa meraih asa kita, jika kita terus bersatu, dan berkorban dijalan kebenaran.
3
Jika kita bicara tentang pembangunan, tentu tidak saja bicara tentang pembangunan fisik, kebutuhan akan modal uang dan sumberdaya, tetapi kita perlu fokus kepada unsur manusia sebagai modal pembangunan yang paling krusial. Ekonom aliran klasik beranggapan bahwa sumber daya manusia merupakan faktor produksi yang tidak tergantikan. Secara alamiah kegiatan produksi di era ekonomi yang konvensional, sumber daya manusia merupakan faktor produksi utama, bahkan di era industrialisasi yang terjadi di awal abad 19, faktor produksi manusia ini juga tidak bisa digantikan. Berdasarkan kondisi itu, kita bisa melihat betapa pentingnya manusia sebagai ujung tombak pembangunan. Jepang, Korea Selatan merupakan contoh negara – negara dengan sumber daya yang miskin, dan memulai pembangunannya dengan meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Melalui pendidikan dan etos kerja yang diajarkan di lembaga pendidikan serta masyarakat, manusia – manusia yang dihasilkan system itu, telah mengangkat kualitas hidup dan pembangunan yang di raihnya. PDB (Produk Domestic Brutto) mereka tiga kali lipat dari negara kita. Semangat qurban ini, telah menempa kita untuk terus berqurban untuk melakukan kebaikan dan meningkatkan kualitas kita sebagai warganegara dan menjadi modal penting didalam pembangunan. Kita tidak perlu takut bahwa usaha – usaha yang kita lakukan tidak akan berhasil. Allah SWT menilai perbuatan kita bukan pada hasil, tetapi tergantung atas niat kita dan seberapa besar komitmen kita untuk mewujudkan keinginan tersebut. Hal yang patut kita hindari adalah berangan – angan atas sesuatu yang kita inginkan. Nabi besar Muhammad SAW mengajarkan kepada kita untuk menjauhi tindakan berandai – andai, karena itu akan melemahkan iman dan komitmen kita. Melalui amal perbuatan dan sikap yang jelas dan tegas, tentunya kualitas pembangunan yang kita inginkan akan kita capai. Adanya manusia – manusia yang berkualitas, percepatan pembangunan dan pemberdayaan akan lebih mudah kita realisasikan. Kita berharap bahwa pendidikan yang kita berikan menghasilkan manusia – manusia yang berkualitas, berkarakter, dan berani berkurban untuk menjunjung nilai – nilia kebenaran. Akhirnya, marilah kita berdoa, semoga kita mampu meneladani keikhlasan Ibrahim As., kita dapat membingkai dan mengimplementasikan semangat berkurban, dalam konteks pembangunan berbangsa dan bernegara. Ya Allah, Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang, ampunilah semua dosa kami, dosa orangorang yang beriman kepadaMu, baik yang masih ada maupun yang telah tiada. Ya Allah, Yang Maha Pengampun, ampunilah semua dosa kami dan dosa-dosa kedua orang tua kami, rahmatilah kedua mereka, sebagaimana mereka telah mendidik kami sejak kecil. Ya Allah, Yang Maha Kuasa, sungguh kami telah menganiaya diri kami sendiri, maka jika engkau tidak mengampuni dan merahmati kami, maka kami akan menjadi orang-orang yang merugi.
4
Ya Allah, limpahkan atas kami bangsa Indonesia dengan kasih sayangMu, hindarilah kami dari ujian dan cobaan yang tidak dapat kami memikulnya, jauhkanlah kami dari segala macam bencana, malapetaka dan marabahaya. Ya Allah, limpahkanlah atas kami Bangsa Indonesia, kekuatan lahir dan batin untuk bangkit dari keterpurukan dan kenistaan, untuk mampu menjalin kebersamaan dan persaudaraan di antara kami yang beragam ini. “Ya Allah wujudkan dalam kehidupan ummat ini kepemimpinan yang bijaksana yang dinaungi hidayahMu, yang dengannya agamaMu dimuliakan, amar ma’ruf ditegakan, keadilan dan kemakmuran sungguh-sungguh diwujudkan. Ya Allah, tunjukkanlah kami jalan yang benar, yaitu jalan orang-orang yang engkau telah beri nikmat atas mereka, bukan jalan orang-orang yang engkau murkai, bukan pula orang-orang yang sesat. Allahu Akbar, Allahu Akbar, La Ilaha illallah, Allahu Akbar Walillahil hamd
5