ANALISIS BIAYA MANFAAT PROYEK PEMBANGUNAN MELALUI PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PERDESAAN TERHADAP PENINGKATAN PENGEMBANGAN EKONOMI LOKAL (Proyek KasusDs.Sidomulyo,Kec.Purwoasri,Kediri) Jurnal Ilmiah
Disusun oleh :
Adhistya Cinta Dhama Istari 105020101111014
JURUSAN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2014
Analisis Biaya Manfaat Proyek Pembangunan Melalui Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan Terhadap Peningkatan Pengembangan Ekonomi Lokal (Proyek Kasus Ds.Sidomulyo, Kec.Purwoasri, Kediri) Adhistya Cinta Dhama Istari
[email protected]
Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi kelayakan proyek pembangunan melalui PNPM MP yaitu proyek pembangunan saluran irigasi tersier. Kelayakan proyek publik yang telah dilaksanakan dihitung dengan membandingkan baik manfaat dan biaya sebelum dan sesudah proyek dengan menggunakan Benefit Cost Analysis (BCA) atau Analisis Biaya Manfaat. Selain itu, terdapat prosedur penelitian yang dilaksanakan dengan menghitung Net Present value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), Benefit Cost Ratio (B/C Ratio) dan Analisis Sensitivitas yang merupakan analisis dengan bertujuan mengetahui kepekaan (responsif) dengan adanya peningkatan harga (input), tingkat bunga, dan ouput. Hal tersebut disesuaikan dengan masa berfungsinya saluran irigasi dan RPJM- Des yaitu selama 5 tahun. Sementara perolehan hasil perhitungan proyek yaitu NPV sebesar Rp 1,604,564,728.-, IRR pada tingkat bunga , dan B/C ratio sebesar 2.44, yang menunjukan bernilai lebih dari 1 atau layak untuk dilanjutkan dalam investasi selanjutnya. Disamping itu, untuk melihat adanya perbandingan marginal antara tahun 2009 (sebelum) dan 2010 (sesudah proyek) maka hasil incremental income sebesar Rp 71,770,478.- yang bernilai positif sehingga memiliki tambahan manfaat pada petani (penerima manfaat) yang jauh lebih besar akibat tercukupinya kebutuhan pengairan. Sehingga diharapkan, proyek publik (pemerintah) dapat ditingkatkan untuk menjangkau kebutuhan pengairan yang dirasa masih sulit, serta peningkatan pengawasan dan evaluasi dari aspek lini yang harus dikaji tahap per tahap. Kata Kunci: Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), Benefit Cost Ratio (B/C Ratio), Analisis Sensitivitas, Proyek Pembangunan Saluran Irigasi A. LATAR BELAKANG Pengembangan ekonomi lokal merupakan salah satu cara untuk meningkatkan kesejahteraan melalui pengelolaan sumber daya yang dimiliki oleh suatu negara. Selain itu, menurut Bappenas (2010) bahwa penyediaan infrastruktur (sarana dan prasarana) merupakan aspek penting untuk memberikan salah satu kemudahan pada masyarakat maupun investor dan stakeholder dalam meningkatkan aktifitas baik sosial dan ekonomi. Pada pelaksanaan pengembangan ekonomi lokal tersebut, telah tercapai dengan baik. Namun, terdapat berbagai permasalahan dalam pelaksanaan program tersebut salah satunya adalah belum meratanya pembangunan ekonomi lokal yang meliputi bagian terkecil yaitu desa. Pada wilayah pedesaan seringkali pembangunan kurang terpenuhi dengan baik, hal tersebut juga tercermin dari sumber daya manusia (SDM) serta sarana prasarana pendukung dalam aktifitas ekonomi yang tergolong rendah. Sehingga salah satu kebijakan yang diambil yaitu dengan adanya Program Nasional Pemberdayaan masyarakat (PNPM) Mandiri Perdesaan. Pada pelaksanaannya, masyarakat desa dilibatkan melalui pembangunan partisipatif. Menurut Prasetyo dkk (2010) bahwa melalui pembangunan partisipatif secara tidak langsung akan mendorong warga masyarakat dalam menguatkan kemandirian serta ekonomi lokal dengan melalui kreatifitas dan memperkaya keahlian masyarakat pada umumnya. Kecamatan Purwoasri merupakan kecamatan di Kabupaten Kediri Jawa Timur yang aktif dan mendapatkan dana Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) dengan total sebesar 1,400 juta rupiah dari PNPM MP, APBN, APBD. Disamping itu, Kecamatan Purwoasri juga memiliki potensi ekonomi lokal potensial dibidang pertanian dan peternakan, yang masih bisa di kelola dan dikembangkan secara optimal yaitu adanya produk unggulan yaitu sayur mayur, padi dan jagung serta produk dari masyarakat sendiri baik
keterampilan dan kesenian. Pada Kecamatan Purwoasri terdapat rincian jumlah penduduk di 23 desa yaitu sebesar 54.232 Jiwa atau 13.558 Kepala Keluarga (KK) dan sebesar 4.776 KK (25,23%) merupakan Rumah Tangga Miskin (RTM) yang ikut serta dalam PNPM MP (http://pnpmpurwoasri.com). Salah satu desa yang berhasil memenangkan kualifikasi pendanaan proposal adalah Desa Sidomulyo. Pada desa ini, berhasil mendapatkan proyek pembangunan saluran irigasi tersier pada tahun 2009. Usulan pembangunan saluran irigasi tersebut merupakan prioritas yang mendesak, dan merupakan aspek penting bagi masyarakat desa dengan jumlah penduduk kurang lebih 430 KK dan sebesar 126 KK atau sebesar 29,30 % merupakan Rumah Tangga Miskin (RTM). Sebagian besar warga masyarakat desa, bermata pencaharian sebagai petani dengan tingkat penghasilan rata – rata tergolong menengah kebawah sekitar Rp 600.000.-. pertahun untuk pemilik lahan sebesar 50 ru. Selain itu, potensi kegiatan ekonomi lokal paling dominan pada sektor pertanian. Menurut BPS Kabupaten Kediri (2012) bahwa Desa Sidomulyo memiliki area lahan pertanian seluas 132,20 Ha dengan berbagai hasil komoditas pertanian seperti padi, jagung, kacang tanah, cabe besar, dan palawija. Selain besarnya potensi ekonomi lokal tersebut, terdapat permasalahan pada pengelolaan produksi pertanian akibat rendahnya supply air untuk mengairi lahan sawah petani yang dapat mempengaruhi hasil produksi. Hal tersebut disebabkan dari saluran irigasi tersier masih terbuat dari tanah murni. Sehingga debit air dalam saluran irigasi tidak sampai pada area sawah yang dituju (terjauh) sehingga mendorong petani mengeluarkan biaya lebih tinggi untuk mengairi area lahan sawahnya, baik dengan pembuatan sumur di area lahan sawah dan penyewaan diesel. Maka hadirnya PNPM Mandiri Perdesaan sejak tahun 2009 hingga saat ini menjadi salah satu solusi. Hal tersebut juga memberikan manfaat tersebut tercermin dari partisipasi masyarakat untuk mengembangkan ekonomi lokal, serta menimbulkan kepedulian masyarakat sebagai rasa saling memiliki dalam memelihara saluran irigasi. B. KERANGKA TEORITIS Pembangunan perdesaan merupakan pembangunan dari bagian ruang lingkup terkecil untuk bisa dikembangkan. Menurut Muljaningsih (dalam Triyuwono dan Yustika, 2003) pendekatan pembangunan pedesaan dari segi perencanaan lokal adalah untuk daerah- daerah “rural” unsur fisik yang mempengaruhi adalah struktur- struktur alamiah yang asli (natural structure), misalnya vegetasi, gunung- gunung, lembah sungai, persawahan, dan bangunanbangunan dengan bahan lokal yang sederhana. Selain itu, menurut Adisasmita (2013) pembangunan perdesaan dilakukan melalui pengembangan lembaga – lembaga perdesaan, pembangunan infrastruktur pedesaan, kegiatan-kegiatan ekonomi, sosial dan budaya. Pembangunan pada perdesaan tidak terlepas dari pengembangan ekonomi juga meliputi ruang lingkup terkecil yaitu aspek lokal. Pengembangan ekonomi lokal tidak hanya memperhatikan sumber daya alam, manusia, dan teknologi pendukung juga penyertaan dari kontribusi secara berkessinambungan. Menurut Helming (2014) Pengembangan Ekonomi Lokal (PEL) merupakan suatu proses dimana kemitraan yang mapan antara pemerintah daerah, kelompok berbasis masyarakat, dan dunia usaha mengelola sumber daya yang ada untuk menciptakan lapangan pekerjaan dan merangsang (pertumbuhan) ekonomi pada suatu wilayah tertentu. Menekankan pada kontrol lokal, dan penggunaan potensi sumber daya manusia, kelembagaan dan sumber daya fisik. Sehingga PEL menurut Blakely dan Bradshaw (2002) bahwa pengembangan ekonomi lokal mengacu pada proses dimana pemerintah daerah (lokal) berbasis pada masyarakat (lingkungan) untuk terlibat dan berorganisasi dalam meningkatkan, mempertahankan dan atau menciptakan kesempatan kerja. Menurut Supriyadi (2007) sasaran pengembangan ekonomu lokal sebagai berikut: 1. Tumbuh dan berkembangnya usaha masyarakat dan mengurangi kesenjangan antara masyarakat perkotaan dan pedesaan. 2. Pro – poor policy. Selain adanya tujuan, juga terkait dengan sasaran dengan pelaksanaan Pengembangan Ekonomi Lokal. Menurut Blakely dan Bradshaw (2002) sasaran pembangunan ekonomi lokal adalah sebagai berikut 1. Membangun kualitas penduduk dalam kesempatan kerja 2. Mencapai stabilitas ekonomi lokal 3. Membangun berbagai macam basis ekonomi dan pekerja
Pada PNPM Mandiri Perdesaan di desa terdapat beberapa pelaku yang menunjang terlaksananya program mulai dari persiapan sampai dengan implementasi yang memiliki peran dan fungsi masing – masing. Menurut Direktorat Jenderal Pemberdayaan masyarakat dan Desa (2009) dalam petunjuk teknis operasional sebagai berikut: Tabel 1. Pelaku PNPM Mandiri Perdesaan di Desa Pelaku
Peran
Kepala Desa
sebagai pembina dan pengendali kelancaran serta keberhasilan pelaksanaan PNPM Mandiri Perdesaan di desa
Badan Permusyawaratan Desa
sebagai lembaga yang mengawasi proses proses setiap tahapan PNPM Mandiri Perdesaan mulai dari sosialisasi, perencanaan, pelaksanaan,sampai pelestarian di desa
Tim Pengelola Kegiatan (TPK)
secara umum mempunyai fungsi dan peran untuk mengelola dan melaksanakan PNPM Mandiri Perdesaan.
Tim penulis usulan (TPU)
menyiapkan dan menyusun gagasan kegiatan yang telah ditetapkan dalam musyawarah desa dan musyawarah desa khusus perempuan menjadi usulan desa
Kader Pember membantu dalam pengelolaan pembangunan di desa yang di harapkan dayaan Masyarakat tidak terikat waktu Desa (KPMD) Sumber: Direktorat Jenderal Pemberdayaan Masyarakat Dan Desa, 2009 Menurut Direktorat Jenderal Pemberdayaan Masyarakat Dan Desa (2009) pada PNPM Mandiri Perdesaan terdapat ciri utama pada kelembagaannya yaitu fungsi pengambilan keputusan kolektif, organisasi kerjasama antar desa, lembaga kemasyarakatan, kader pemberdayaan masyarakat desa, dan badan badan usaha milik desa. Pada ciri utama tersebut telah memadukan aspek kelembagaan lokal dikaitkan dengan kebijakan dan peraturan perundangan yang ada. Dalam kelembagaan di PNPM MP terdapat 4 (empat) pola sebagai berikut: 1. Bentuk dan pola kesepakatan/ konsensus 2. Mengembangkan pola pembiasaan/ Habitus 3. Mengembangkan aturan main di masyarakat 4. Memperkuat komitmen sosial Pada pengembangan saluran irigasi, terdapat peraturan pemerintah Republik Indonesia nomor 20 tahun 2006 tentang irigasi pasal 1 ayat 12 dijelaskan bahwa jaringan irigasi merupakan saluran, bangunan, dan bangunan pelengkapnya yang merupakan satu kesatuan yang diperlukan untuk penyediaan, pembagian, pemberian, penggunaan, dan pembuangan air irigasi. Selain itu, terdapat 3 jenis jaringan Irigasi yaitu 1. Pasal 1 ayat 13 bahwa jaringan irigasi primer adalah bagian dari jaringan irigasi yang terdiri dari bangunan utama, saluran induk/primer, saluran pembuangannya, bangunan bagi, bangunan bagisadap, bangunan sadap, dan bangunan pelengkapnya. 2. Pasal 1ayat 14 bahwa jaringan irigasi sekunder adalah bagian dari jaringan irigasi yang terdiri dari saluran sekunder, saluran pembuangannya, bangunan bagi, bangunan bagi-sadap, bangunan sadap, dan bangunan pelengkapnya. 3. Pasal 1 ayat 19 bahwa jaringan irigasi tersier adalah jaringan irigasi yang berfungsi sebagai prasarana pelayanan air irigasi dalam petak tersier yang terdiri dari saluran tersier, saluran kuarter dan saluran pembuang, boks tersier, boks kuarter, serta bangunan pelengkapnya. Salah satu tujuan utama pembangunan ekonomi dan oleh karenanya juga menjadi tujuan evaluasi proyek (di mana evaluasi proyek merupakan salah satu perwujudan langsung dari pembangunan ekonomi adalah mencapai penggunaan sumber –sumber daya ekonomi yang optimal atau optimal allocation of economic resource (Sutrisno,1982). Menurut Soekartawi (1996) proyek juga harus memiliki goals dan objectives dimana sifatnya yang ideal dan untuk mencapai diperlukan tujuan operasional merupakan penjabaran dari tujuan utama yang harus dicapai. Menurut Blakely dan Bradshaw (2002) dalam mempersiapkan proyek harus memperhatikan beberapa hal yang terkait yaitu: 1. Mempersiapkan secara rinci rencana proyek
Secara umum dalam pengembangan proyek adalah mengambil ide proyek lebih menarik, dan menentukan komponen – komponen secara tepat. Sehingga dalam proyek, persiapan sangat dibutuhkan untuk mencapai visi proyek itu sendiri. Menurut Malizia (dalam Blakely dan Bradshaw, 2002) pada pengembangan proyek ,kelangsungan hidup ditentukan dalam kaitannya dengan empat hal yang saling berhubungan yaitu 1. Viabilitas masyarakat / komunitas 2. Viabilitas lokasional 3. Viabilitas komersial 4. Viabilitas implementasi 2. Desain kelembagaan Desain kelembagaan proyek meliputi beberapa aspek yaitu tujuan pembangunan ekonomi, mengontrol jumlah pada organisasi proyek, manajemen internal dan kapasitas anggota, dampak potensial dari pembangunan lokal, memperhatikan sumber daya modal dari publik dan individu. 3. Mengembangkan monitoring dan evaluasi program Evaluasi proyek dapat menilai secara sistematis apakah proyek yang dilakukan efisien dan efektif sebagai konsekuensi dari biaya yang dikeluarkan. Terdapat beberapa kriteria dalam mengidentifikasi secara eksplisit sebagai berikut: 1) Kriteria yang digunakan pasca evaluasi 2) Teknik evaluasi 3) Jadwal untuk pelaksanaan evaluasi 4) Anggaran untuk pasca evaluasi 5) Memeriksa organisasi dan anggota untuk dievaluasi 6) Evaluasi konsistensi dari petunjuk teknis organisasi Menurut Purba (1997) bahwa manfaat merupakan atau faedah yang di perolah atau dihasilkan dari suatu kegiatan yang produktif, misalnya pembangunan atau rehabilitas atau perluasan sehingga diperoleh hasil yang lebih besar. menurut Purba (1997) terdapat 2 macam manfaat (benefit) yang menjadi tujuan utama yaitu manfaat langsung dan manfaat tambahan atau sampingan yaitu manfaat tidak langsung yang merupakan bukan tujuan utama. Pada proyek terdapat biaya (pengeluaran), menurut Soeharto (1999) biaya merupakan pengeluaran untuk pelaksanaan proyek, operasi, serta pemeliharaan instalasi hasil proyek. Selain itu, menurut Gittinger (1968) biaya adalah segala sesuatu yang mengurangi tujuan. Adapun biaya yang dikeluarkan dalam proyek pertanian sebagai berikut: Tabel 2. Biaya Proyek Pertanian Biaya
Uraian
Barang - barang fisik
merupakan barang - barang yang berwujud seperti saluran irigasi, pupuk, obat-obatanuntuk meningkat produksi, atau bahan - bahan bangunan rumah untuk proyek pemukiman.
tenaga Kerja
merupakan tenaga kerja yang turut serta dalam meningkatkan produksi seperti pimpinan sampai petani
Tanah
penentuan lokasi penilaian proyek
biaya yang dikeluarkan karena adanya pencegahan pada hal-hal yang tidak diinginkan dimasa depan. hal ini dibedakan menjadi 2 yaitu biaya tak terduga fisik dan biaya tak terduga harga Sumber: Gittinger 1986 (data diolah) Cadangan tak terduga
Analisis biaya manfaat (CBA) merupakan alat untuk membandingkan biaya dan manfaat dari kegiatan pemerintah, proyek, atau peraturan selama periode waktu yang relevan (Ward, 2006). Menurut Waluya (2011) analisis biaya manfaat merupakan alat yang digunakan untuk menganalisis semua proyek atau kegiatan yang berhubungan dengan ekonomi untuk menjaga kestabilan dan kualitas lingkungan). Menurut Tienberg (dalam Waluya, 2011) terdapat 3 (tiga) aturan dalam analisis biaya – manfaat sebagai berikut:
1.
2.
3.
Kriteria maksimun nilai bersih sekarang (net-present-value). Kriteria ini menyatakan agar sumber daya seharusnya bisa digunakan untuk memaksimumkan manfaat bersih yang diterima dari nilai sekarang sumber daya itu sendiri. Kriteria rasio manfaat-biaya (benefit-cost). Apabila kriteria yang pertama tidak dapat mencapai suatu efisiensi dan nilai sekarang (present value) dari manfaat-biaya (benefit-cost) mengalami kelebihan, maka penggunaan rasio manfaat-biaya diperlukan untuk mengatasinya. Kriteria positif nilai bersih sekarang (net-present-value). Kriteria yang ketiga digunakan ketika nilai sekarang (present value) dari manfaat bersih (net benefit) lebih besar dari nol.
C. METODE PENELITIAN Pendekatan Penelitian Penelitian kuantitatif dengan format deskriptif bertujuan untuk menjelaskan, meringkaskan berbagai kondisi, berbagai situasi, atau berbagai variabel yang timbul dimasyarakat yang menjadi objek penelitian berdaparkan apa yang terjadi (Bungin, 2008). Selain menggunakan metode kuantitatif serta analisis deskriptif, pada pendekatan penelitian ini juga menggunakan Cost Benefit Analysis (CBA) atau analisis biaya manfaat, dimana bertujuan untuk menilai proyek pembangunan saluran irigasi tersier yaitu PNPM Mandiri Perdesaan atau PNPM MP telah feasible (layak) yang direpresentasikan dari selisih pengeluaran atau biaya dan manfaat serta mampu memberikan kontribusi untuk meningkatkan pengembangan potensi ekonomi lokal khususnya pada sektor pertanian. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini lakukan bertempat pada PNPM Mandiri Perdesaan di Desa Sidomulyo. Pengumpulan data dilakukan selama 2 bulan yaitu pada 1 Mei 2014 sampai dengan 30 Juni 2014. Hal ini didasari dengan adanya observasi pra-penelitian dan wawancara terstruktur kepada beberapa sampel yang terkait (responden kuni) pada Kepala Desa, Jogotirto, Petani, KPMD serta masyarakat yang merasakan manfaat adanya proyek pembangunan saluran irigasi tersier untuk menunjang data sekunder yang telah diperoleh lebih akurat. Definisi Operasional Sementara variabel kelayakan ekonomi yang digunakan dalam penelitian ini adalah manfaat langsung dan tidak langsung, serta biaya langsung dan tidak langsung pada kelayakan proyek sebagai berikut: 1. Manfaat Langsung Ekonomi a) Penyerapan tenaga kerja (kesempatan kerja) Menurut Purba (1997) yaitu adanya perubahan penyediaan atau penyerapan tenaga kerja yang lebih besar pada sektor pertanian yang diikuti dengan penyediaan lapangan pekerjaan yang akhirnya memberikan pendapatan bagi pekerja. b) Peningkatan produksi hasil pertanian Merupakan penambahan kapasitas hasil produksi pertanian secara baik diukur secara kapasitas dan ekonomis jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya sebagai akibat adanya perbaikan sarana prasarana setelah adanya proyek pembangunan dan tercukupinya kebutuhan pengairan bagi petani. c) Efisiensi biaya mekanisasi atau penggunaan teknologi Merupakan penggunaan biaya khususnya mekanisasi dan penggunaan teknologi seperti penyewaan diesel dalam menunjang kegiatan produksi dapat terkurangi akibat biaya yang dikeluarkan jauh efisien akibat setelah proyek. 2. Manfaat tidak langsung a) Partisipasi masyarakat Merupakan keikutsertaan masyarakat saat berlangsung dan sesudah proyek yang menjadi kepedulian masyarakat dalam meningkatkan ekonomi lokal. b) Multiplier effect terhadap kesejahteraan para pekerja (RTM)
3.
4.
Pada pekerja pada rumah tangga miskin (RTM), adanya proyek menjadi alat mencapai kesejahteraan sebab dapat mempergunakan tenaga yang dikeluarkan menjadi tepat guna sesuai dengan yang butuhkan. Biaya Langsung a) Biaya Sebelum Proyek merupakan biaya pengairan yang dikeluarkan petani merupakan biaya yang dikeluarkan petani untuk mengairi area lahan sawah yaitu terdapat biaya pembuatan sumur pada area lahan masing – masing petani, dan serta biaya penyewaan diesel untuk menunjang pengairan sawah b) Biaya Setelah Proyek 1) Biaya operasional proyek melalui PNPM MP merupakan biaya yang dikeluarkan secara langsung dalam mendanai pelaksanaan proyek pembangunan saluran irigasi tersier mulai dari tahap persiapan sampai akhir. 2) Biaya pemeliharaan saluran irigasi tersier Merupakan biaya iuran yang dikenakan secara wajib pada petani yang mendapatkan jadwal penggiliran air sungai dari pemerintah desa yaitu jogotirto sebagai biaya untuk pemeliharaan saluran irigasi secara lebih baik. 3) Biaya Transaksi Biaya yang dikeluarkan sebagai bentuk kontrak antara pelaku dalam implementasi program (sebagai bentuk pengawasan). Biaya Tidak Langsung tercermin dari biaya swadaya Masyarakat merupakan biaya penunjang yang dikeluarkan oleh masyarakat baik berupa tenaga kerja, penggunaan alat dalam proyek.
Populasi dan Penentuan Sampel Menurut Sugiyono (2012) bahwa populasi merupakan wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek yang dipelajari, tetapi meliputi seluruh karakteristik atau sifat yang dimiliki oleh obyek/subyek yang lain. Populasi yang akan diambil dalam penelitian ini adalah PNPM Mandiri Desa Sidomulyo, Kecamatan Purwoasri, Kabupaten Kediri. Pada penelitian ini, teknik purposive sampling diambil didasari dengan mengambil sebagaian orang – orang atau responden kunci yang bisa menjelaskan adanya perbedaan manfaat dan biaya ketika sebelum dan sesudah adanya proyek pembangunan melalui PNPM Mandiri Perdesaan. Responden kunci tersebut antara lain Kepala desa, Jogotirto, TPK, KPMD, petani yang memiliki lahan sekitar area proyek, UPK, RTM (Rumah tangga Miskin yang merasakan manfaat baik langsung dan tidak langsung sebelum dan sesudah proyek saluran irigasi dilakukan. Jenis Data Jenis data yang dipakai dalan penelitian ini berupa laporan data dari pihak pengelola PNPM Mandiri Perdesaan di Kecamatan Purwoasri mulai tahun 2009 sebagai berikut : 1. Jenis data yang dikerjakan merupakan proyek pembangunan dibagi dalam beberapa bidang, biaya dan sarana produksi, ukuran proyek, jangka waktu penyelesaian proyek, biaya proyek, biaya atau dana pendamping 2. Rincian penggunaan biaya yang termasuk: a) Biaya langsung : penggunaan dana BLM PNPM Mandiri Perdesaan yang meliputi cash flow, biaya operasional, biaya pemakaian peralatan, upah tenaga kerja, material, lain – lain. b) Biaya tak langsung: biaya atau pengeluaran yang tidak langsung yang meliputi swadaya yang dikeluarkan oleh masyarakat dan desa yang berupa tenaga kerja dan sumbangsih lainnya, honor tenaga kerja pembantu dan tenaga kerja ahli yang tidak langsung terlibat dalam menangani proyek pembangunan saluran irigasi. 3. Manfaat Ekonomi Proyek a) Penyerapan tenaga kerja secara langsung … orang b) Penyerapan tenaga kerja tak langsung … orang c) Bidang proyek yang dilaksanakan d) Kontribusi produksi komoditas unggulan pertanian e) Aspek finansial 4. Penilaian manfaat proyek yang telah dilaksanakan Penilaian proyek yang dilakukan pada penelitian ini dilihat dari beberapa aspek yaitu sebagai berikut:
1.
Penilaian Teknis a) Lokasi proyek. b) Penggunaan peralatan, tenaga kerja dan material penunjang. c) Kesesuaian petunjuk teknis (juknis) atau tahapan – tahapan proyek. 2. Penilaian Ekonomi a) Penilaian intensitas yang merupakan dihubungkan dengan penyediaan lapangan kerja dan bagaimana kesempatan kerja yang dapat disediakan. b) Kemajuan dan kemunduran yang dapat ditimbulkan dengan adanya proyek yang bersangkutan. c) Manfaat atas pendapatan yang dihasilkan atau merupakan peningkatan pendapatan yang dihasilkan setelah adanya proyek. 3. Penilaian Keuangan a) Mengenai peralatan dan biayanya. b) Keperluan – keperluan operasional dan biayanya. c) Tenaga kerja baik langsung dan tidak langsung. Serta data dari pihak pemerintah Desa Sidomulyo baik sebelum dan sesudah adanya proyek pembangunan pengembangan saluran irigasi tersier melalui PNPM Mandiri Perdesaan yang memberikan manfaat (direct and indirect benefit), dan pendukung berupa dokumen – dokumen, keterangan-keterangan baik lisan maupun tertulis, pemikiran, dan lain-lain
Sumber Data Sumber data terbagi menjadi dua yaitu data primer dan data sekunder. Menurut Wijaya (2013) data primer yaitu data yang diperoleh dari sumber yang bersifat mentah atau belum diolah. Selain itu, menurut Sugiyono (2012). Serta menurut Trenggonowati (2009) data primer merupakan data yang dikumpulkan sendiri oleh peneliti langsung melalui objeknya . Sementara itu, data sekunder menurut Indriantoro dan Supomo (dalam Waluya, 2011) bahwa adalah data penelitian yang diperoleh secara tidak langsung, melainkan melalui media perantara (diperoleh dan dicatat oleh pihak lain). Sementara itu, untuk data diperoleh dari map 7 yang berisi laporan akhir pelaksanaan proyek pembangunan saluran irigasi desa Sidomulyo Tim Pengelola Kegiatan (TPK) pada tahun 2009, serta sumber data lain yang mendukung untuk penelitian ini.
D. HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan analisis biaya manfaat proyek pembangunan saluran irigasi tersier yang diperoleh dan dikeluarkan sebelum dan sesudah proyek pada tahun 2008 – 2013 , yang dihitung dari Net Present Value (NPV), Analisis Incremental (perubahan yang dihasilkan sebelum dan sesudah proyek), Internal Rate of Return (IRR), Benefit Cost Ratio (B/C Ratio), Analisis Sensitivitas (implikasi sifat responsif terhadap variabel akibat adanya perubahan perekonomian) sebagai berikut:
Tabel 3. Perhitungan NPV Proyek Pembangunan Saluran Irigasi (Dalam Rupiah) Tahun DR 5% PV Cost 0 1.00 286,756,800 1 0.95 241,127,860 2 0.90 147,369,600 3 0.86 140,819,840 4 0.82 143,126,080 5 0.78 151,744,320 Total 5.31 1,110,944,500 Sumber: Data diolah, 2014
PV Benefit 123,444,100 174,296,880 285,971,058 554,341,775.6 746,011,793.6 831,443,620.8 2,715,509,228
NPV ( 163,312,700 ) ( 66,830,980 ) 138,601,458 413,521,935.60 602,885,713.60 679,699,300.80 1,604,564,728
Berdasarkan menunjukan setelah biaya dan manfaat yang telah didiskonto maka hasil analisis perolehan NPV pada proyek adalah sebesar Rp 1,604,564,728.-. Proyek pembangunan saluran
irigasi melalui PNPM MP merupakan proyek yang feasible (layak) untuk dilanjutkan dalam investasi selanjutnya. Hal tersebut didukung dengan perolehan NPV yang bernilai positif dan NPV ≥ 0 (NPV lebih dari 0). Sementara untuk mengetahui besarnya manfaat pada proyek saluran irigasi yaitu dengan meninjau pendapatan yang diperoleh, serta dapat dinilai dengan menghitung perbandingan (selisih) dari tahun sebelum dan sesudahnya. menggunakan incremental income, yang dilihat dari NPV masing – masing tahun sebagai berikut: Tabel 4. Perhitungan Incremental NPV Tahun 2009 NPV Tahun 2010 ( Rp 66,830,980 )
Rp 138,601,458
Incremental Rp 71,770,478
Sumber: Data diolah, 2014 Setelah adanya proyek pembangunan saluran irigasi tersier NPV pada tahun 2010 bernilai positif sebesar Rp 138,601,458.-. Sehingga hasil NPV perubahan (incremental) bernilai positif dan NPV ≥ 0, merupakan layak (feasible) untuk dilanjutkan dalam investasi selanjutnya. Hasil perubahan NPV, dinilai memberikan kontribusi perubahan yang jauh lebih baik yaitu peningkatan sebesar 50 % dari tahun 2010, yang dapat dirasakan oleh petani dan masyarakat. Untuk melihat adanya kemanfaatan proyek yaitu dinilai dari tingkat pengembalian internal (Internal Rate of Return). Pada penelitian proyek pembangunan saluran irigasi tersier, dihitung berdasarkan dengan metode mencoba – coba (trial and error) sebagai berikut: Tabel 5. Perhitungan IRR Proyek Pembangunan Saluran Irigasi Tahun
Net Cash Flow
DR 87%
NV of CF 87%
DR 90%
NV of CF 90%
0
(163,312,700)
1
( 163,312,700 )
1
( 163,312,700 )
1
(70,348,400)
0.53
( 37,284,652 )
0.52
( 36,581,168 )
2
154,001,620
0.29
44,660,469.8
0.27
41,580,437.4
3
480,839,460
0.15
72,125,919
0.14
67,317,524.4
4
735,226,480
0.08
58,818,118.4
0.07
51,465,853.6
5
871,409,360
0.04
34,856,374.4
0.04
34,856,374.4
Total
2,007,815,820
2.09
2.04
(4,673,678.20)
9,863,529.60
Sumber: Data diolah, 2014 IRR yang dihasilkan sebesar 87,02%, dengan hasil tingkat bunga lebih tinggi dari pada tingkat bunga awal yaitu 87%. Justifikasi bila suatu proyek dapat dilaksanakan adalah dengan IRR harus melebihi tingkat bunga bank yang terjadi pada awal proyek tersebut (Soekartawi, 1996). Selanjutnya adapun perhitungan B/C ratio sebagai berikut: Tabel 6. Perhitungan B/C Ratio Proyek Pembangunan Saluran Irigasi PV Cost
PV Benefit
B/C Ratio
Rp 1,110,944,500
Rp 2,715,509,228
2.44
Sumber: data diolah, 2014 Perolehan B/C ratio sebesar 2,44. Hasil B/C ratio lebih dari 1 (BCR ≥1), yang artinya dari biaya (cost) 1 unit menghasilkan 2,4 manfaat (benefit). Di mana manfaat sekarang yang telah didiskonto memiliki nilai yang lebih besar dari pada biaya – biaya pengeluaran. Selain itu, bahwa proyek pembangunan saluran irigasi melalui PNPM MP diterima atau go project. Adapun perhitungan analisis sensitivitas dengan menggunakan asumsi peningkatan penurunan harga (input) sebesar 10%, dan peningkatan benefit sebesar 15% sebagai berikut:
Tabel 7. Perolehan NPV dan B/C ratio Terhadap Perubahan Pada Biaya dan Tingkat Bunga, Benefit Tetap Deskripsi
PV Cost
PV Benefit
NPV
B/C Ratio
Awal
1,110,944,500
2,715,509,228
1,604,564,728
2.44
Naik
1,061,737,670.4
2,278,119,272.4
1,216,381,602
2.14
Turun
1,018,267,075.2
2,806,521,762.4
1,788,254,687.2
2.75
Sumber: Data diolah, 2014 Berdasarkan pada tabel diatas, bahwa terjadinya kenaikan harga sebesar 10%, mempengaruhi perubahan (penurunan hasil) pada NPV dan B/C Ratio. Pada hasil NPV awal yaitu Rp 1,604,564,728, turun menjadi Rp 1,216,381,602, sementara B/C Ratio 2.44 turun menjadi 2.14. sebaliknya dari padanya penurunan harga sebesar 10%, maka akan meningkatkan NPV sebesar Rp 1,788,254,687.20 dan B/C Ratio sebesar 2.75. Sehingga adanya perubahan harga (naik dan turun) sangat mempengaruhi hasil secara responsif.
Tabel 8. Perolehan NPV dan B/C Ratio Terhadap Perubahan Pada Benefit dan Tingkat Bunga, Biaya Tetap Deskripsi
PV Cost
Awal
1,110,944,500
Naik Turun
PV Benefit
NPV
B/C Ratio
2,715,509,228
1,604,564,728
2.44
963,984,064
2,427,942,659.36
1,463,958,595.36
2.51
1,133,050,528
2,385,543,498.04
1,252,492,970.04
2.10
Sumber: Data diolah, 2014 Sehingga berdasarkan perhitungan adanya kenaikan dan penurunan tingkat harga, manfaat, dan tingkat bunga sangat responsif terhadap perolehan NPV dan B/C ratio sebelumnya yang dapat meningkatkan atau menurunkan perolehan dari perolehan NPV dan B/C Ratio awal. Adapun implikasi setelah terselesaikannya proyek pembangunan saluran irigasi tersier yaitu adanya perubahan system pola tanam oleh petani akibat tercukupinya pengairan, dengan format penanaman padi, gadu, kacang panjang dengan sistem tumpang sari pada jagung, implikasi selanjutnya adalah dapat meningkatkan kesejateraan pekerja (RTM) akibat peningkatan produksi yang didistribusikan kembali pada RTM, serta implikasi implikasi yang terakhir adalah adanya efisiensi pengeluaran biaya pengairan yang bisa dilalokasikan untuk kegiatan panca usaha tani yang lainnya. E. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil dan pembahasan analisis biaya manfaat proyek pembangunan saluran irigasi tersier dapat di tarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Proyek pembangunan saluran irigasi tersier memiliki tingkat kelayakan yang cukup tinggi (high feasible). Hal ini disebabkan perolehan pv benefit lebih besar jika dibandingkan dengan pv cost. Selain itu, hasil NPV, IRR, dan B/C ratio yang besar menunjukan proyek saluran irigasi tersier diterima. 2. Proyek pembangunan saluran irigasi tersier memiliki dampak positif terhadap peningkatan produksi sektor pertanian di desa sidomulyo, yang tercermin dari adanya perubahan kemudahan untuk mendapatkan pengairan dengan pengeluaran biaya yang jauh lebih murah dari pada sebelumnya.
Saran Berdasarkan beberapa kesimpulan diatas, maka dapat ditarik beberapa saran yang dapat digunakan sebagai perbaikan sebagai berikut: 1. Metode analisis biaya manfaat proyek pembangunan saluran irigasi dengan menghitung nilai NPV, IRR, B/C ratio, analisis incremental, dan analisis ensitivitas dapat digunakan atau di implementasikan dan di kembangkan pada kajian yang sama yaitu untuk menilai kelayakan ekonomi proyek publik (pemerintah) yang telah dilaksanakan. Sehingga adanya benefit dan cost yang dikeluarkan dapat memberikan parameter kemanfaatan yang ingin dicapai. 2. Pada analisis biaya manfaat proyek pembangunan saluran irigasi memiliki kekurangan yaitu terlalu sedikit pengenaan umur ekonomis proyek sehingga bagi peneliti lain yang ingin meneliti dengan topik yang sama diharapkan untuk menambahkan umur ekonomis sehingga perubahan (kenaikan dan penurunan) dari benefit dan cost selama jangka waktu panjang akan lebih jelas. Selain itu, khusus pada analisis sensitivitas benefit pada model kelayakan ekonomi proyek pembangunan saluran irigasi tersier sebaiknya juga menghitung secara spesifik perubahan produksi karena kegiatan pertanian tidak terlepas dari pengaruh alam yang sulit dikontrol.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2013. Profil PNPM Mandiri Perdesaan Kecamatan Purwoasri. (http://pnpmpurwoasri.blogspot.com, diakses pada 23 januari 2014) BAPPENAS. 2010. Buku II Memperkuat Sinergi Antar Bidang (http://bukubappenas.com) diakses pada tanggal 20 Desember 2013
Pembangunan.
Blakely, Edward J dan Bradshaw, Ted K. 2002. Planning Local Economic Development: Theory and Practice. United States of America: SAGE Publication Lid BPS Kabupaten Kediri. 2012. Kecamatan Purwoasri Dalam Angka 2012 (Purwoasri in Figure 2012). Kecamatan Purwoasri: Percetakan UD Anggraini Bungin, Burhan. 2008. Metodologi Penelitian Kuantitatif : Komunikasi, Ekonomi, Dan Kebijakan Publik Serta ilmu – Ilmu sosial Lainnya. Jakarta: Prenada Media Group. Direktorat Jenderal Pemberdayaan Masyarakat Dan Desa. 2009. Penjelasan Petunjuk Teknis Operasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perdesaan. Gittinger, J Price. 1986. Analisa Ekonomi Proyek – proyek Pertanian. Terjemahan oleh Slamet Sutomo dan Komet Mangiri. 1986. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia Helming. 2013. Definisi PEL. (http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id, diakses pada tanggal 29 Desember 2013) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2006 Tentang Irigasi. (http://sda.pu.go.id:8181) diakses pada tanggal 22 April 2014 Prasetyo, Eko P; Marimin dan S, Adang Samsudin. 2010. Model Kaji Tindak Program Pembangunan Partisipatif Pengentasan Kemiskinan Dan Rawan Pangan. Jurnal Ekonomi Pembangunan, Vol. 11, (No. 2) : 217-235. Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Bisnis (pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Penerbit Alfabeta Supriyadi, Ery. 2007. Telaah Kendala Penerapan Pengembangan Ekonomi Lokal: Pragmatisme Dalam Praktek PEL. Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota, Vol. 18, (No 2) : 103-123. TNP2K. 2013. Daftar Indikatif Lokasi & Lokasi Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) Program Nasional Perberdayaan Masyarakat Mandiri Tahun Anggaran 2013 Waluya, Adi Pratama. 2011. Analisis Cost-Benefit dan Shadow Price Terhadap Proyek Pembangunan Pipa Distribusi Gas Bumi (Studi Kasus Pada South Sumatera – West Java Gas Pipeline Project Contract Package No. 4 West Java Distribution Pipeline, PT. Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk.). Skripsi tidak diterbitkan. Malang: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya Soeharto, Iman. 1999. Manajemen Proyek (Dari Konseptual Sampai Operasional). Jakarta: Penerbit Erlangga Soekartawi. 1996. Panduan Membuat Usulan Proyek Pertanian dan Pedesaan. Yogyakarta: Penerbit Andi Sutrisno. 1982. Dasar – dasar Evaluasi Proyek Jilid 2. Yogyakarta: Penerbit Andi Offset
Purba, Radiks. 1997. Analisis Biaya Dan Manfaat (Cost and Benefit Analysis). Jakarta: penerbit Rineka Cipta Wijaya, Tony. 2013. Metodologi Penelitian Ekonomi dan Bisnis : Teori dan Praktik. Yogyakarta: Graha Ilmu