SELF EFFICACY DENGAN ACADEMIC DISHONESTY PADA MAHASISWA UNIVERSITAS PUTRA INDONESIA “YPTK” PADANG Isna Asyri Syahrina, Ester Universitas Putra Indonesia “YPTK” Padang e-mail:
[email protected]
Abstrack: Self eficacy with academic dishonesty on students at the University Putra Indonesia "YPTK" Padang . This study aimed to examine the relationship between Self Eficacy with Academic Dishonesty on students at the University Putra Indonesia "YPTK" Padang. Type of this research was quantitative correlational. The population in this study amounted to 583 people. These samples included 145 people. The sampling technique in this study was stratified proportional random sampling. Measuring instruments used in the form of scale self eficacy and the scale of academic Dishonesty. Data analysis methods used to test the hypothesis is the product moment correlation (Pearson). The result showed the value of rxy= -0.287, p= 0.000 ( < 0.01). Keywords: Self eficacy, academic dishonesty, students.
Abstrak: Self eficacy dengan academic dishonesty pada mahasiswa Universitas Putra Indonesia “YPTK” Padang. Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara Self Eficacy dengan Academic Dishonesty pada mahasiswa Universitas Putra Indonesia “YPTK” Padang. Jenis penelitian ini adalah kuantitatif korelasional. Populasi dalam penelitian ini berjumlah 583 orang. Sampel penelitian berjumlah 145 orang. Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini adalah stratified proportional random sampling. Alat ukur yang digunakan berupa skala self eficacy dan skala academic dishonesty. Metode analisis data yang digunakan untuk pengujian hipotesis adalah korelasi product moment (Pearson). Hasil penelitian didapatkan r xy= -0,287 dengan nilai p = 0,000 (<0,01). Kata kunci: Self eficacy, academic dishonesty, mahasiswa.
PENDAHULUAN Undang-Undang Nomor 20 tahun
belajar dan proses pembelajaran agar peserta
2003 tentang sistem Pendidikan Nasional
didik secara aktif mengembangkan potensi
pada pasal 1 (satu) antara lain disebutkan
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
terencana
kecerdasan,
untuk
mewujudkan
suasana 24
akhlak
mulia,
serta
Syahrina & Ester, Self Efficacy Dengan Academic Honesty Pada..... | 25
keterampilan
dirinya,
masyarakat,
Ashari
(2013)
mengungkapkan
secara
luas ditemukan
bangsa dan negara. Samani dan Haryanto
sekarang ini
(dalam Fariqoh, 2014) menjelaskan konsep
fenomena di dunia pendidikan yaitu perilaku
yang diperlukan bukan hanya konsep yang
academic dishonesty (kecurangan dalam
mampu menjadikan anak didik canggih
bidang akademis). Bjorklund & Wenestam
secara intelektual, namun juga harus mampu
(2000)
membentuk karakter positif yang dapat
academic dishonesty merupakan masalah
mengarahkan anak didik untuk memiliki
yang sangat umum pada setiap universitas,
kepribadian yang tangguh. Sejak tahun 2010
akan tetapi seringkali tidak setiap perguruan
pendidikan
tinggi mengetahui secara pasti. Institusi
Indonesia
kembali
menggalakkan konsep pendidikan karakter. Sidjabat perguruan
(2008) tinggi
mengemukakan
sebagai
mengemukakan
New
Castle
bahwa
perilaku
University
mengungkapkan
bahwa
(2004) kecurangan
lembaga
akademis didefinisikan dalam dua kategori
pendidikan memegang peranan penting
utama, yakni : (1) penipuan akademis
untuk
yang
merupakan pembentukan gambaran palsu
tangguh dan kreatif dalam menghadapi
untuk memperoleh manfaat atau keuntungan
tantangan pembangunan dengan bekal ilmu
yang
dan
pemikiran atau hasil kerja orang lain.
menghasilkan
kemampuan
tenaga
yang
ahli
dimilikinya.
tidak
Mahasiswa sebagai subjek yang menuntut ilmu.
Budiman
(2006)
menyebutkan
semestinya.
(2)
Weaver, dkk (dalam Lambert, Hogan, dan Barton, 2003) mendefinisikan perilaku
mahasiswa belajar pada jenjang perguruan
ini
tinggi untuk mempersiapkan dirinya bagi
kebijakan institusi
mengenai
suatu keahlian jenjang pendidikan tinggi
Lambeert,
dan
meliputi
menyimpulkan
pendidikan
diploma,
sarjana,
Penyajian
sebagai
bentuk
Hogan,
pelanggaran
kejujuran.
Barton
bahwa
atas
(2003)
academic
magister atau spesialis. Sagoro (2013)
dishonestywas broadly defined as any
mengungkapkan
merupakan
fraudulent actions or attempls by a student
generasi pengubah bangsa ke arah yang
to use unauthorized or unacceptable means
lebih
in
baik.
mahasiswa
Mahasiswa
dapat
menjadi
any
academic
work.
Kecurangan
generasi pengubah bangsa jika mahasiswa
akademis didefinisikan secara luas sebagai
memiliki kualitas akademik dan memiliki
tindakan-tindakan curang atau usaha-usaha
karakter yang baik. Munculnya berbagai
siswa
kasus kecurangan akademik menunjukan
sumber-sumber yang tidak diperkenankan
bahwa mahasiwa belum memiliki karakter
atau tidak dapat diterima pada pengerjaan
yang baik.
tugas akademik.
untuk
menggunakan
cara,
alat,
26 | Jurnal RAP UNP, Vol. 7, No. 1, Mei 2016, hlm. 24-35 Hendricks
(dalam
mengungkapkan akademik
Fariqoh,
bahwa
sebagai
2014)
kecurangan
perilaku
yang
mengatakan
jujur,
mencontek,
termasuk plagiarism,
di
dalamnya
yang
cenderung akan berbohong di tempat kerja. Masalah academic dishonesty di Indonesia
sangat
memprihatinkan.
dan
Berdasarkan survey Litbang Media Group
memalsukan sesuatu yang berhubungan
tanggal 19 April 2007 di enam kota
dengan
Surabaya, Yogyakarta, Makasar, Bandung,
akademis.
akademis
mencuri
mahasiswa
melakukan tindak kebohongan akademik
mendatangkan keuntungan bagi siswa secara tidak
bahwa
Kecurangan
digolongkan
dalam
dalam beberapa
Jakarta,
dan
Medan,
terhadap
480
kategori. Menurut Pavela (dalam Ashari,
responden dewasa, menunjukkan mayoritas
2013) ada empat kategori yang termasuk
anak didik di bangku sekolah maupun
dalam academic dishonesty, yakni : (1)
perguruan tinggi (hampir 70%) pernah
menyontek dengan menggunakan barang-
melakukan kecurangan akademik dalam
barang terlarang pada kegiatan akademis,
bentuk menyontek (Andi dalam Muktamam,
(2) pemalsuan informasi, refrensi, maupun
2010).
hasil pekerjaan akademis, (3) penjiplakan,
Berdasarkan hasil wawancara dengan
membantu siswa lain dalam tindakan curang
mahasiswa dari beberapa Fakultas di UPI
akademis, seperti memfasilitasi siswa lain
“YPTK”
menyalin hasil pekerjaannya, (4) mengambil
mahasiswa pernah melakukan kecurangan
soal
dan
akademik seperti mencontek ketika ujian
memberitahukan soal yang keluar dalam
berlangsung, melakukan plagiat dari internet
ujian tersebut. Von Dran, Callahan dan
ketika mengerjakan tugas, khususnya tugas
Taylor (dalam Rizki, 2009) memandang
makalah, juga melakukan copy-paste tugas
kecurangan akademis sebagai perilaku tidak
tulisan tangan yang diberikan oleh dosen.
etis yang dilakukan dengan sengaja.
Setidaknya
ujian,
mengingat-ingat
Padang,
11
ditemukan
orang
dari
20
bahwa
orang
Aryani (2014) mengatakan jika terus
mengakui pernah melakukan lebih dari satu
menerus dilakukan pembiaran terhadap
bentuk kecurangan akademik. Beberapa
perilaku plagiat maka hal tersebut akan
alasan yang mereka ungkapkan ketika
berdampak pada kepribadian dan karakter
melakukan kecurangan akademik adalah
mahasiswa di masa yang akan datang,
malas, tidak ada waktu mengerjakan tugas,
bangsa ini akan melahirkan para koruptor,
lupa jika ada tugas, mengundur-undur
penipu, bahkan plagiator dan penjahat yang
mengerjakannya, takut mendapat IP rendah
menghalalkan segala cara untuk satu tujuan
tidak percaya diri atau merasa tidak,
tertentu. Lawson (dalam Aryani, 2014)
mampu/ kurang yakin ketika mengerjakan
Syahrina & Ester, Self Efficacy Dengan Academic Honesty Pada..... | 27
tugas. Menurut Bandura (1997) keyakinan
kebiasaan remaja yang mana meminjam
diri ini disebut dengan efikasi diri.
tugas, ujian teman mereka untuk disalin
Efikasi
diri
mengarahkan
pada
ulang, dengan cara menulis jawaban mereka
sekumpulan target yang menantang dan
di bagian tubuh mereka, baju, meja atau
untuk
kertas mereka sendiri untuk membantu
tidak
pantang
menyerah
mendapatkannya. Wade dan Tavris (2008)
dalam ujian.
mengungkapkan bahwa efikasi diri adalah
Pavela
(2002)
keyakinan bahwa dirinya mampu meraih hal
menyatakan
yang
penguasaan
deliberate adoption or reproduction of ideas
keterampilan atau mencapai suatu tujuan.
or words of statement of another person as
Self eficacy berkaitan dengan bagaimana
one's
seseorang
perilaku akademis adopsi disengaja atau
diinginkan,
seperti
merasa
mampu
melakukan
sesuatu hal (Myers, 1996).
2013)
acknowledgment
is
yaitu
efficacy
dari orang lain sebagai salah satu miliknya
adalah
yang tanpa pengakuan. Menurut Pavela
keyakinan individu mengenai kemampuan
(2002), ada empat kategori yang terkandung
dirinya
atau
makna academic dishonesty, yaitu: (a)
tindakan yang diperlukan untuk mencapai
Mencontek: merupakan penggunaan yang
hasil tertentu. Huda (2008) mengemukakan
disengaja atau mencoba untuk menggunakan
Self efficacy yang kuat dalam diri individu
sesuatu/ informasi yang tidak miliknya
akan mendasari pola pikir, perasaan dan
didalam
dorongan
untuk
akademik meliputi semua bentuk tugas yang
merefleksikan segenap kemampuan yang
diserahkan. Dengan demikian, mencontek
individu miliki.
meliputi prilaku menggunakan catatan atau
dalam
self
without
dishonesty
reproduksi ide atau kata-kata pernyataan
Menurut Bandura (dalam Ghufron dan Suminta,
academic
menyatakan
melakukan
dalam
tugas
dirinya
Koss (2011) menjelaskan Academic dishonesty
secara
perkembangan
umum
tentang
merupakan masalah
di
mengerjakan
tugas
latihan
menyalinnya selama ujian berlangsung. (b) Pemalsuan: merupakan pemalsuan referensi yang disengaja atau pemalsuan informasi
lingkungan kita yang menghalangi dalam
atau kutipan dalam
sistem pembelajaran. Academic dishonesty
Dengan
juga merupakan
tingkah laku yang membuat sumber untuk
anak
remaja
hasil pencapaian karena percaya
akan
perilaku
makalah
demikian,
biografi (c)
latihan akademik. pemalsuan
atau
meliputi
menipu
Plagiat:
hasil
menyontek dapat membuat nilai mereka
eksperimen.
merupakan
bagus dan menyenangkan orang tua mereka
penyalinan yang disengaja atau meniru ide
dengan nilai tersebut. Sikap perilaku atau
atau kata-kata atau statement orang lain
28 | Jurnal RAP UNP, Vol. 7, No. 1, Mei 2016, hlm. 24-35 menjadi miliknya. Dengan demikian, plagiat
dirinya
meliputi tingkah laku seperti pembentukan
tindakan yang diperlukan untuk mencapai
ulang makalah orang lain atau membeli
hasil tertentu. Sementara itu, Baron & Byrne
makalah
dalam
dari
orang
lain.
Menurut
dalam
melakukan
Ghufron
dan
tugas
Risnawita,
atau
2013)
kebijaksanaan intstitusi, ini bisa saja masuk
mendefinisikan efikasi diri sebagai evaluasi
dalam
seseorang
kategori
plagiarisme
sendiri:
(mengenai
kemampuan
atau
menyerahkan makalah/tugas yang sama
kompetensi dirinya untuk melakukan suatu
tanpa sepengetahuan pemilik. (d) Bantuan
tugas, mencapai tujuan dan mengatasi
kecurangan akademik: merupakan memberi
hambatan. Bandura (dalam Ghufron dan
bantuan
Suminta, 2013) menjelaskan bahwa efikasi
kepada
orang
lain
dalam
mengerjakan sesuatu secara disengaja. Adapun
faktor-faktor
diri
mengacu
pada
keyakinan
akan
yang
kemampuan individu untuk menggerakan
akademik
motivasi, kemampuan kognitif, dan tindakan
menurut Anderman dan Murdock (dalam
yang diperlukan untuk memenuhi tuntutan
Purnamasari, 2013) adalah : (a) Self Eficacy
situasi.
mempengaruhi
kecurangan
sebagai kepercayaan pada kemampuan diri
Menurut Bandura (1997), efikasi diri
dalam mengatur dan melaksanakan suatu
tiap individu akan berbeda antara satu
tindakan yang diperlukan dalam rangka
individu dengan yang lainnya. Aspek-aspek
pencapaian hasil usaha. (b) Perkembangan
self efficacy berdasarkan tiga dimensi, yaitu:
moral.
mendefinisikan
(a) Tingkat (level), berkaitan dengan derajat
perkembangan moral adalah perubahan
kesulitan tugas ketika individu merasa
penalaran, perasaan, dan perilaku tentang
mampu
standar mengenai benar dan salah. (c) Religi
individu dihadapkan pada tugas-tugas yang
menurut Glock & Stark (dalam Purnamasari,
disusun menurut tingkat kesulitannya, maka
2013)
sistem
efikasi diri individu mungkin akan terbatas
keyakinan, sistem nilai, dan sistem perilaku
pada tugas-tugas yang mudah, sedang, atau
yang
semuanya
bahkan meliputi tugas-tugas yang paling
berpusat pada persoalan-persoalan yang
sulit, sesuai dengan batas kemampuan yang
dihayati sebagai yang paling maknawi
dirasakan untuk memenuhi tuntutan perilaku
(ultimate meaning).
yang
Santrock (2007)
adalah
sistem
terlembagakan,
Bandura
yang
tokoh
melakukannya.
dibutuhkan
pada
Apabila
masing-masing
yang
tingkat. Dimensi ini memiliki implikasi
memperkenalkan istilah efikasi diri (self
terhadap pemilihan tingkah laku yang akan
efficacy)
dicoba
yang
adalah
simbol,
untuk
didefinisikan
sebagai
keyakinan individu mengenai kemampuan
atau
dihindari.
Individu
akan
mencoba tingkah laku yang dirasa mampu
Syahrina & Ester, Self Efficacy Dengan Academic Honesty Pada..... | 29
dilakukannya dan menghindari tingkah laku
berjumlah
yang berada di luar batas kemampuan yang
pengambilan sampel pada penelitian ini
dirasakannya.
adalah
(b)
Kekuatan
(strength),
145
orang.
probability
Adapun
sampling,
teknik
berkaitan dengan tingkat kekuatan dari
pengambilan
keyakinan
individu
peluang yang sama bagi setiap unsur
Pengharapan
(anggota) populasi untuk dipilih menjadi
atau
mengenai
pengharapan
kemampuannya.
sampel
teknik
yang memberikan
yang lemah mudah digoyahkan pengalaman-
sampel
pengalaman
probability sampling yang digunakan adalah
Sebaliknya,
yang
tidak
mendukung.
pengharapan
yang
mantap
stratified
(Sugiyono,
random
2012).
sampling.
Teknik
Stratified
mendorong individu tetap bertahan dalam
random sampling adalah teknik sampling
usahanya. Meskipun mungkin ditemukan
yang digunakan untuk memilih sampel yang
pengalaman
menunjang
dalam populasinya terdiri atas tingkatan-
Dimensi ini biasanya berkaitan langsung
tingkatan atau strata yang nantinya dalam
dengan dimensi level, yaitu makin tinggi
setiap strata dipilih secara random (Azwar,
taraf
2012).
yang
kesulitan
keyakinan
kurang
tugas,
yang
makin
lemah
dirasakan
untuk
Alat ukur yang digunakan dalam
Generalisasi
penelitian berupa skala self eficacy dan
(generality), berkaitan dengan luas bidang
skala academic dishonesty. Menurut Azwar
tingkah laku yang mana individu merasa
(2012)
yakin akan kemampuannya. Individu dapat
stimulasi yang berupa pernyataan, artinya
merasa yakin akan kemampuan dirinya.
stimulasi
Apakah terbatas pada suatu aktivitas dan
mengungkapkan atribut yang hendak diukur,
situasi tertentu atau apakah ada serangkaian
melainkan diungkapkan melalui aspek atau
aktivitas dan situasi yang bervariasi.
indikator perilaku dari atribut yang diukur.
menyelesaikannya.
(c)
skala
dapat
tersebut
dicirikan
tidak
sebagai
langsung
Skala dalam penelitian ini memiliki format METODE
respon dengan empat alternatif jawaban,
Jenis penelitian ini adalah kuantitatif korelasional dengan variabel penelitian Self Eficacy
sebagai
Academic
variabel
Dishonesty
bebas
sebagai
dan
variabel
terikat. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh
mahasiswa
Universitas
Putra
Indonesia ”YPTK” Padang sebanyak 583 orang,
sampel
dalam
penelitian
ini
kemudian dianalisis dengan menggunakan teknik korelasi Product Moment Pearson, yang merupakan salah satu teknik untuk mencari derajat keeratan atau keterkaitan pengaruh antara variabel independen dengan variabel dependen (Azwar 2012). Skala penelitian ini melewati berbagai tahap analisis yaitu uji normalitas digunakan
30 | Jurnal RAP UNP, Vol. 7, No. 1, Mei 2016, hlm. 24-35 untuk mengetahui apakah populasi data
suatu
terdistribusi
normal
Uji
diandalkan (Azwar, 2012). Apabila suatu
normalitas
dalam
ini
alat
atau
tidak.
penelitian
alat
ukur
dapat
dapat
dipakai
dan
dua
kali
untuk
sama,
dan
hasil
menggunakan uji kolmogorov-Smirnov. Uji
pengukuran
linearitas
mengetahui
pengukuran itu relatif konsisten, maka alat
apakah dua variabel mempunyai hubungan
ukur tersebut dikatakan reliabel. Reliabilitas
yang linear atau tidak. Dua variabel
harus menunjukkan konsistensi atau suatu
dikatakan mempunyai hubungan yang linier
alat ukur dalam mengukur alat ukur yang
bila signifikansi (linearity) kurang dari 0,05.
sama (Azwar, 2012). Koefisien validitas
bertujuan
Selain
juga
dilakukan
uji
dilambangkan
mana
instrumen
itu
dinyatakan oleh koefisien reliabilitas (rxx)
mengukur apa yang seharusnya diukur
yang angkanya berkisar antara 0 sampai
(Azwar, 2012). Sebuah instrumen dikatakan
dengan 1,00.
validitas,
itu
untuk
yang
dipercaya
sejauh
dengan
rix.
Reliabilitas
valid, apabila mampu mengukur apa yang HASIL DAN PEMBAHASAN
diinginkan atau dapat mengungkapkan data
Hasil
dari variabel yang diteliti secara tepat. Uji Reliabilitas
adalah
derajat
Uji normalitas skala self efficacy
ketepatan,
dengan academic dishonesty dapat dilihat
ketelitian, atau keakuratan yang ditunjukkan
pada tabel 1 berikut ini:
oleh instrument pengukuran. Sejauh mana
Tabel 1: Uji Normalitas Skala Self Efficacy dengan Academic Dishonesty Variabel Self Efficacy Academic Dishonesty
N 145 145
KSZ 1,048 0,653
Berdasarkan tabel 1 di atas, maka
P 0,222 0,788
bahwa
nilai
Sebaran Normal Normal
p>0,05,
berdistribusi
efficacy
dengan
untuk skala academic dishonesty diperoleh
KSZ=1,048. Hasil tersebut menunjukkan
nilai signifikansi sebesar p=0,788 dengan
p=0,222
normal,
sebaran
diperoleh nilai signifikansi pada skala self sebesar
secara
artinya
sedangkan
Tabel 2. Descriptive Statistic Self Efficacy dengan Academic Dishonesty Variable Self Efficacy Academic Dishonesty
N 145 145
Mean 55 67,5
Std. Deviation 11 13,5
Minimum 22 27
Maximum 88 108
Berdasarkan nilai mean empirik, maka dapat
pada kriteria pengkategorisasian dengan
dilakukan pengelompokan yang mengacu
tujuan menempatkan individu ke dalam
Syahrina & Ester, Self Efficacy Dengan Academic Honesty Pada.....
| 31
kelompok-kelompok yang terpisah secara
berdasarkan atribut yang diukur (Azwar,
berjenjang
2012) dengan ketentuan sebagai berikut:
menurut
suatu
kontinum
Tabel 3. Norma Kategorisasi Norma X < (µ- 1,0 σ) (µ- 1,0 σ) ≤ X < (µ+ 1,0 σ) (µ+ 1,0 σ) ≤ X
Keterangan:
Kategorisasi Rendah Sedang Tinggi
µ = mean atau rata-rata σ = standar deviasi X = raw score (skor mentah sampel)
Berdasarkan norma pada tabel 3 di atas, maka diperoleh kategorisasi subjek
dengan academic dishonesty pada tabel 4 berikut:
penelitian pada variabel self efficacy
Tabel 4. Pengelompokan Kategorisasi Subjek pada Masing-masing Variabel Variabel Self Efficacy Academic Dishonesty
Skor X < 44 44 - 66 X≤ 66 X < 54 54 - 80 X≤ 80
Jumlah 1 orang 2 orang 142 orang 0 orang 70 orang 75 orang
Dari tabel 4 di atas, dapat diperoleh gambaran
bahwa
self
efficacy
pada
Persentase (%) 0,6% 1,3% 97% 0% 48% 51%
Kategori Rendah Sedang Tinggi Rendah Sedang Tinggi
orang atau 48%, sedangkan mahasiswa yang memiliki
academic
dishonesty
dengan
mahasiswa sebagian besar berada pada
kategorisasi rendah sebanyak 0 orang atau
kategori tinggi, yaitu sebanyak 142 orang
0%.
atau 97%, mahasiswa dengan kategorisasi
Derajat koefisien determinan dicari
self efficacy sedang sebanyak 2 orang atau
dengan
1,3%, mahasiswa dengan kategorisasi self
berikut:
menggunakan
efficacy rendah sebanyak 1 orang atau 0,6%,
KP = r2 x 100%
sedangkan
Keterangan:
untuk
variabel
dishonesty diperoleh gambaran
academic bahwa
sebagian besar mahasiswa berada pada
rumus
KP = Nilai Koefisien Determinan r
= Nilai Koefisien Korelasi
kategori tinggi sebanyak 75 orang atau 51%,
KP = (-0,287)2 x 100%
mahasiswa
= 8,2369%
yang
memiliki
academic
dishonesty kategori sedang sebanyak 70
sebagai
= 8%
32 | Jurnal RAP UNP, Vol. 7, No. 1, Mei 2016, hlm. 24-35
Berdasarkan rumus tersebut maka dapat
ditentukan
bahwa
besarnya
kecemasan. Tugas yang sulit dianggap sebagai suatu tantangan yang harus dikuasai
sumbangan self efficacy terhadap academic
bukan
sebagai
ancaman
dishonesty adalah 8 % dan 92% lain
dihindari,
ditentukan oleh faktor lainnya.
menghadapi kegagalan. Sebaliknya siswa
serta
akan
yang
tetap
harus
bertahan
dengan efikasi diri yang rendah akan Pembahasan
menumbuhkan stres, depresi, dan pandangan
Berdasarkan
hasil
penelitian
ditemukan bahwa terdapat hubungan yang signifikan dan berarah negatif antara self efficacy dengan academic dishonesty pada mahasiswa
Universitas
Putra
Indonesia
“YPTK” Padang. Anderman dan Murdock (dalam Purnamasari, 2013)
menjelaskan
salah satu faktor dari academic dishonesty seseorang karena masalah keyakinan diri atau biasa disebut dengan self efficacy. Pada dasarnya, academic dishonesty terhambat bukan
hanya
di
sebabkan
oleh
ketidakmampuan individu, tetapi sering disebabkan takut akan dirinya tidak mampu untuk sama dengan orang lain. Menurut Austin, dkk (dalam Ashari, 2013) keyakinan diri yang rendah, tidak percaya dengan
sempit dalam memecahkan masalah (Pajares dan Schunk dalam Rahmawati, 2011). Blachnio dan Weremko (2011) dalam penelitian eksperimennya menemukan hal yang serupa
bahwa
seseorang dengan
keyakinan diri yang rendah, tidak percaya dengan kemampuannya sendiri, sehingga mereka cenderung untuk melihat karya/ tulisan orang lain, selain itu mahasiswa melakukan
tindak
kecurangan
adalah
terdorong untuk melakukan hal kecurangan. Hal
tersebut
menunjukkan
pentingnya
efikasi diri pada mahasiswa. Efikasi diri dapat membuat mahasiswa lebih yakin dengan
kemampuannya
untuk
menyelesaikan tugas maupun mengerjakan ujian tanpa meminta bantuan orang lain.
kemampuannya sendiri, memicu mereka cenderung untuk melihat karya/ tulisan
SIMPULAN DAN SARAN
orang lain.
Simpulan
Menurut Bandura (dalam Aryani
Berdasarkan hasil penelitian maka
2014) mahasiswa yang melakukan plagiat
dapat ditarik kesimpulan bahwa terdapat
adalah mahasiswa yang memiliki efikasi diri
hubungan yang signifikan dan berarah
yang rendah. Mahasiswa dengan efikasi diri
negatif antara self eficacy dengan academic
yang tinggi akan menciptakan perasaan yang
dishonesty pada mahasiswa Universitas
tenang dalam menghadapi tugas yang sulit,
Putra Indonesia “YPTK” Padang, yang
meningkatkan optimisme, dan menurunkan
menegaskan semakin tinggi self eficacy
Syahrina & Ester, Self Efficacy Dengan Academic Honesty Pada..... | 33
maka semakin rendah academic dishonesty,
dengan
begitu juga sebaliknya semakin rendah self
akademik dengan baik, belajar sungguh-
eficacy maka semakin tinggi academic
sungguh
dishonesty Adapun sumbangan efektif dari
mungkin untuk mengerjakan tugas dan
variabel self eficacy terhadap academic
ujian dengan usaha sendiri.
dishonesty
sebesar 8% dan 92% lagi
dipengaruhi
oleh
faktor
lain
seperti
perkembangan moral dan religi.
(2) Bagi
cara
dan
mempersiapkan
berusaha
Universitas
tugas
semaksimal
Putra
Indonesia
“YPTK” Padang, disarankan agar lebih meningkatkan lagi proses pembelajaran di dalam kelas, khususnya dalam mata
Saran
kuliah pendidikan karakter, misalnya
Ada
beberapa
saran
yang
dapat
dikemukakan terkait dengan hasil penelitian, yaitu: (1) Bagi
dengan
memberikan
tugas
praktik
kepada
mahasiswa
dengan
tujuan
kemampuan
dan
meningkatkan Mahasiswa
Universitas
Putra
Indonesia “YPTK” diharapkan agar dapat
berpikiran
positif
pada
diri
sendiri, berani untuk melakukan seuatu hal, serta yakin akan kemampuan yang dimiliki
dalam
mengenali
dan
mengatasi permasalahan yang ada. Bagi mahasiswa tindakan
yang
masih
academic
melakukan dishonesty
diharapkan agar berhenti melakukan tindakan curang yang dapat merusak moral lalu mengubah kebiasaan curang
DAFTAR RUJUKAN Aryani, F. (2014). Model character development training (CDT) untuk meningkatkan perilaku anti plagiat mahasiswa. Jurnal Pendidikan dan Pengajaran, 47 (1), 21-28. Ashari, A., Hardjajani, T & Karyanta, N. A. (2013). Persepsi academic dishonesty dan self efficacy dengan perilaku academic dishonesty pada mahasiswa (studi pada mahasiswa psikologi di
kepercayaan diri mahasiswa sehingga dengan
sadar
mengambil
mahasiswa keputusan
menolak melakukan
tindakan kecurangan akademik. (3) Bagi peneliti selanjutnya yang berminat melakukan
penelitian
berhubungan
dengan
yang academic
dishonesty, disarankan untuk melihat dengan variabel-variabel lain seperti perkembangan moral dan religi yang dapat
mempengaruhi
academic
dishonesty.
kotamadya Psikologi.
Surakarta.
Jurnal
Azwar, S. (2012). Penyusunan skala psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Bandura. (1997). Self efficacy; the exercise of control. New York: W. H. Freeman And Company.
34 | Jurnal RAP UNP, Vol. 7, No. 1, Mei 2016, hlm. 24-35
Blachnio, A & Weremko, M. (2011). Academic cheating is contagious: the influence of the presence of other on honesty. A study report, international Journal of Apllied Psychology, 1 (1), 14-19. Bjorklund, M., & Goran, W. C. (2000). Academic cheating: frequency, methods and causes. Paper Presented at the European Conference On educational Research, Lahti, Finland 22-25 September 1999. Budiman, A. (2006). Kebebasan, negara, pembangunan. Jakarta: Pustaka Alvabet. Fariqoh. (2014). Faktor-faktor yang menpengauhii kecurangan akademik. (Skripsi Tidak diterbitkan) UIN Sunan Kalijaga. Ghufron, M. N. & Risnawita. (2010). Teoriteori psikologi. Jogjakarta: Ar-ruzz Media. Ghufron, M. N dan Suminta, R. R. (2013). Efikasi diri dan hasil belajar matematika: meta-analisis. Buletin Psikologi Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada, 21 (1), 20 – 30. Huda, N. (2008). Hubungan antara self efficacy dengan kecemasan dalam menghadapi dunia kerja. Jurnal Psikologi. UMM. Koss, J. (2011). Academic dishonesty among adolescents. Journal Lambert., Hogan., & Barton. (2003). Lambert, E.G., Hogan, N.L., and Barton. S.M. 2003. Collegiate academic dishonesty revisited: what have they done, how often they done it, who does it, and why did they do it. Electronic Journal of Sosiology.
Myers, D. G. (1996). Social psychology. USA: McGraw Hill Inc. Muktamam. (2010). Hubungan anatara konsep diri dengan perilaku menyontek. (Skripsi tidak diterbitkan). Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah, Surakarta. New Castle University. (2004). Student academic dishonesty procedure. Newcastle Universiy Australia Pavela, G. (2002). Judicia! review of academic decision-making after Horowitz. School Law. Purnamasari. (2013). Faktor-faktor yang mempengaruhi kecurangan akademik pada mahasiswa. Jurnal Psikologi. Rahmawati. (2011). Hubungan antara self eficacy dan aktualisasi diri dengan kecenderungan menyontek pada Siswa MAN Karanganyar. Jurnal Psikologi. Rizki. (2009). Hubungan self-regulation dan self efficacy dengan kecenderungan perilaku prokrastinasi akademik pada mahasiswa psikologi angkatan 2008 s/d 2011 IAIN Sunan Ampel Surabaya. (Skripsi Tidak diterbitkan). Iain Sunan Ampel, Surabaya. Sagoro, E M. (2013). Pensinergian mahasiswa, dosen, dan lembaga dalam pencegahan kecurangan akademik mahasiswa akuntansi. Jurnal Akuntansi. Sidjabat, B.S. (2008). Prinsip paedagogi dan andragogi dalam pembelajaran. Diakses dari http://misikonomika.multiply.com/jour nal/item/19/MenggalikreativitasMahas iswa. Sugiyono. (2014). Metode penelitian kuantitatif kualitatif dan r & d. Bandung : Alfabeta.
Syahrina & Ester, Self Efficacy Dengan Academic Honesty Pada..... | 35
Wade, C., & Tavris, C. (2008). Psikologi edisi kesembilan jilid 1. Jakarta: Erlangga,