SELENOMETIONIN DALAM SUSPENSI FERMENTASI HERBA VULKANIS
CHRISTIAN KUSUMA JAYA
DEPARTEMEN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2006
ABSTRAK CHRISTIAN KUSUMA JAYA. Selenometionin dalam Suspensi Fermentasi Herba Vulkanis. Dibimbing oleh HENDRA ADIJUWANA dan NOVIK NURHIDAYAT. Indonesia mempunyai sumber daya hayati yang beraneka ragam, salah satunya ialah herba. Herba berkhasiat sebagai obat karena kandungan senyawa aktif di dalamnya, salah satunya adalah selenometionin. Penelitian ini dilakukan atas hasil seleksi tiga tanaman herba vulkanis yang mempunyai kadar selen total yang tinggi. Selenometionin sendiri tidak dapat dihasilkan oleh mahkluk tingkat tinggi seperti mamalia dan manusia, tetapi dapat dihasilkan oleh proses asimilasi pada tanaman, khamir, dan beberapa bakteri seperti Escherichia coli. Selenometionin terdapat pada empat tapak aktif glutation peroksidase sebagai sistem antioksidan untuk melindungi sel dari oksidator seperti piroksinitrit. Selenometionin ditentukan dengan metode kromatografi cair kinerja tinggi dengan pereaksi o-ftaldialdehida dan selen total sebagai indikasi awal ditentukan dengan metode spektroskopi serapan atom. Kadar selenometionin yang didapat pada ekstrak bawang putih dengan menggunakan sistem konsorsium fermentasi AcetobacterSaccharomyces adalah 4.33 µg/mL dan yang tanpa sistem konsorsium fermentasi 14.89 µg/mL, sedangkan untuk ekstrak ciplukan dan damuh-damuh selenometionin tidak terdeteksi. Penambahan konsorsium menyebabkan berkurangnya kadar selenometionin pada suspensi fermentasi setelah inkubasi 12 hari.
ABSTRACT CHRISTIAN KUSUMA JAYA. Selenomethionine in Volcanic Herb Fermentation Suspension. Supervised by HENDRA ADIJUWANA and NOVIK NURHIDAYAT. Indonesia has numerous variety of natural resources, one of them is herbs. Herbs are useful as medicine because of its active compounds, such as selenomethionine. This research was based on selection on three volcanic herbs having the highest total selenium content. Selenomethionine itself cannot be produced by high organism such as human and mammal, but it can be produced through assimilation process of plant, yeast, and some bacteria like Escherichia coli. Selenomethionine was located on four active sites of glutathione peroxidase as antioxidant system to protect cells from oxidizing agents such as piroxynitrite. Selenomethionine was determined by high performance liquid chromatography method using o-phtaldialdehyde reagent and determination of total selenium content were determined by atomic absorption spectroscopy method. Selenomethionine in garlic extract with Acetobacter-Saccharomyces fermentation consortium system was 4.33 µg/mL and the other one without fermentation consortium system was 14.89 µg/mL, whereas for ciplukan`s and damuh-damuh`s extracts, selenomethionine were not detected. Consortium reduced of selenomethionine concentration in fermented suspension after 12 days of incubation.
SELENOMETIONIN DALAM SUSPENSI FERMENTASI HERBA VULKANIS
CHRISTIAN KUSUMA JAYA
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains Pada Departemen Kimia
DEPARTEMEN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2006
Judul Skripsi Nama NIM
: Selenometionin dalam Suspensi Fermentasi Herba Vulkanis : Christian Kusuma Jaya : G01499076
Menyetujui
Pembimbing I
Pembimbing II
Ir. Hendra Adijuwana, MST NIP 130321037
Dr. Novik Nurhidayat NIP 131923487
Mengetahui Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor
Dr. Ir Yonny Koesmaryono, M.S NIP 131473999
Tanggal Lulus:
PRAKATA Segala puji penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, pemilik seluruh ilmu dan makna, atas rahmat-Nya penulis bisa menyelesaikan penulisan karya ilmiah ini. Karya ilmiah ini mempunyai judul Selenometionin dalam Suspensi Fermentasi Herba Vulkanis. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Biosistematika dan Genetika Bidang Mikrobiologi, Pusat Penelitian Biologi, LIPI Bogor. Terima kasih kepada Bapak Ir. Hendra Adijuwana, MST dan Bapak Dr. Novik Nurhidayat sebagai pembimbing. Ucapan terima kasih juga penulis ucapkan untuk mbak Ratih, Data, dan teman-teman di Laboratorium LIPI. Penulis haturkan terima kasih kepada Mama dan Papa, Deessy, Ibe, Ullie, Budi, dan teman-teman angkatan 36 atas dukungannya. Penulis berharap agar karya ilmiah ini dapat menambah cakrawala pengetahuan kita akan keajaiban alam yang Tuhan ciptakan. Amin.
Bogor, Mei 2006
Christian Kusuma Jaya
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 7 Maret 1981 sebagai anak sulung dari ayah Indra Kusuma Jaya dan ibu Linda Gunawan. Tahun 1999 penulis lulus dari SMUN 54, Jakarta dan pada tahun yang sama lulus seleksi masuk IPB melalui jalur Ujian Masuk Perguruan Tinggi Negeri. Penulis menempuh studi di Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Pada tahun 2002, penulis mengikuti Praktik Kerja Lapangan di PT. Ultrindo, Gandaria, Jakarta Timur.
DAFTAR ISI Halaman DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... viii DAFTAR TABEL ............................................................................................ viii DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... ix PENDAHULUAN............................................................................................ 1 TINJAUAN PUSTAKA Herba ....................................................................................................... 1 Selenometionin ......................................................................................... 1 Fermentasi ................................................................................................ 2 BAHAN DAN METODE Bahan dan Alat .......................................................................................... 3 Ekstraksi Selenometionin ........................................................................... 3 Analisis Selen Total Menggunakan AAS .................................................... 3 Penentuan Selenometionin Dengan HPLC................................................... 3 HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................................ 4 SIMPULAN DAN SARAN............................................................................. 7 DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 8 LAMPIRAN..................................................................................................... 9
DAFTAR GAMBAR
Halaman 1 Kromatogram HPLC untuk standar selenometionin ..................................... 5 2 Konsorsium S.cerevisiae-A.xylinum.............................................................. 5 3 Asam-asam amino lain pada konrol dan sampel suspensi herba vulkanis .... 8
DAFTAR TABEL Halaman 1 Kadar selen total tiga herba vulkanis ............................................................ 4 2 Kadar selenometionin dalam sampel............................................................. 5 3 Kadar selenometionin pada beberapa tanaman dan khamir .......................... 6 4 Waktu retensi dan luas puncak standar asam-asam amino ........................... 6
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman 1 Taksonomi herba ........................................................................................... 9 2 Penentuan kurva standar Se........................................................................... 11 3 Pengukuran konsentrasi Se total dalam herba............................................... 12 4 D iagram alir umum penelitian....................................................................... 13 5 Kondisi operasi HPLC .................................................................................. 14 6 Reaksi pembentukan derivat sele nometionin ................................................ 15 7 Konsentrasi selenometionin dalam suspensi fermentasi dan kontrol............ 16 8 Kromatogram HPLC untuk standar selenometionin ..................................... 17 9 Kromatogram HPLC untuk ekstrak kontrol bawang putih .......................... 17 10 Kromatogram HPLC untuk ekstrak kontrol damuh-damuh ....................... 18 11 Kromatogram HPLC untuk ekstrak kontrol c iplukan ................................. 18 12 Kromatogram HPLC untuk ekstrak damuh-damuh ulangan pertama ......... 19 13 Kromatogram HPLC untuk ekstrak damuh-damuh ulangan kedua ............ 19 14 Kromatogram HPLC untuk ekstrak ciplukan ulangan pertama .................. 20 15 Kromatogram HPLC untuk ekstrak ciplukan ulangan kedua...................... 20 16 Kromatogram HPLC untuk ekstrak bawang putih ulangan pertama .......... 21 17 Kromatogram HPLC untuk ekstrak bawang putih ulangan kedua.............. 21 18 Diagram alir biosintesis selenometionin ..................................................... 22 19 Luas puncak kromatogram HPLC dan konsentrasi asam -asam amino pada suspensi fermentasi .................................................................................... 23
1
PENDAHULUAN
TINJAUAN PUSTAKA
Latar Belakang
Herba
Indonesia sebagai negara beriklim tropis memiliki berbagai macam sumber daya hayati. Salah satunya ialah herba yang secara tradisional telah dimanfaatkan oleh nenek moyang sebagai bahan baku jamu. Mudahnya pembudidayaan herba membuat peluang untuk berbisnis tanaman jenis ini terbuka lebar, sayangnya belum dimanfaatkan secara maksimum karena prospek bisnisnya dianggap kurang baik. Padahal, lahan siap pakai masih banyak. Selen (Se) adalah unsur metaloid berbobot atom 78.96 yang terletak pada golongan VI pada tabel periodik (Dean 1999). Selen merupakan unsur yang toksik sekaligus unsur yang esensial bagi tubuh. Selen di alam dapat berbentuk anorganik (selenit dan selenat) atau organik (selenometioni n, selenosistein, dan lainnya). Selen juga merupakan komponen dari 2 enzim, yaitu glutation peroksidase dan iodotironin 5`–deiodinase yang bekerja dalam membantu sel untuk mengatasi kerusakan dari oksidasi (Pyrzynska 1998). Konsentrasi selen dalam tumbuhan tergantung juga dari konsentrasinya dalam tanah. Selenometionin tidak dapat disintesis oleh tubuh mamalia maupun manusia jadi diperlukan proteosom untuk melepaskan selenometionin dari protein sehingga dapat digunakan untuk pembentukan glutation dan selenoprotein yang lain. Selenoprotein mempunyai peranan dalam meny ingkirkan radikal bebas serta mengurangi hidrogen dan lipid peroksida sehingga melindungi mekanisme seluler dan menjaga sel dalam keadaan tetap tereduksi. Konsorsium Acetobacter xylinumSaccharomyces cereviciae telah digunakan sebelumnya pada pembuatan kombucha. Kombucha sendiri telah banyak digunakan pada banyak penelitian sebelum ini dan khasiatnya telah banyak diketahui, diantaranya untuk meningkatkan sistem imunitas tubuh dan memperlambat proses pen uaan. Kombucha berasal dari bahasa Jepang yang berarti teh jamur. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan konsentrasi selenometionin dari tiga ekstrak tumbuhan herba, yaitu bawang putih (Allium sativum), ciplukan (Physallis minima), dan damuh-damuh besar (Gibbaeum cordata) yang berasal dari tanah vulkanis yang kaya akan selen .
Bawang putih adalah herba semusim berumpun yang memiliki ketinggian sekitar 60 cm. Tanaman ini banyak ditanam di ladang-ladang di daerah pegunungan yang cukup mendapat sinar matahari. Batangnya semu dan berwarna hijau. Bagian bawahnya bersiung-siung, bergabung menjadi umbi besar berwarna putih. Tiap siung terbungkus kulit tipis dan kalau diiris baunya sangat tajam. Daunnya berbentuk pita (pipih memanjang) dan berakar serabut. Bunganya berwarna putih. Bawang putih mengandung minyak atsiri, yang bersifat antibakteri dan antiseptik. Ciplukan merupakan herba yang dapat tumbuh hingga mencapai 0.5 m, dengan bunga hermafrodit yang dibantu penyerbukannya oleh sera ngga. Panjang daunnya mencapai 4.1 cm. Tanaman ini tumbuh di tanah yang kering dan lembap. Kegunaannya antara lain sebagai tonik, penambah selera, obat sakit telinga, dan ekstraknya mempunyai aktivitas antikanker. Damuh-damuh besar yang digunakan berasal dari daerah vulkanis dengan kegunaan yang belum jelas, tetapi mempunyai kandungan selen total yang tinggi sehingga digunakan dalam penelitian ini. Taksonomi ketiga tanaman dapat dilihat pada Lampiran 1. Selenometionin Selen merupakan unsur yang esensial bagi tubuh karena keberadaannya dalam enzim glutation peroksidase, yang berperan dalam melindungi sel terhadap kerusakan karena teroksidasi. Senyawa selen juga mengkatalisis reaksi metabolit sekunder dan menghambat efek racun dari logam berat, seperti arsenik, kadmium, merkuri, dan zink. Asupan selen yang dianjurkan untuk anak-anak, wanita, dan pria berturut -turut adalah 10–45 µg, 60 µg, dan 75 µg per hari, secara berurutan. Konsentrasi selen yang terlampau berlebih dalam tubuh akan menjadi racun. Pada tahun 1954, Pinsent mengetahui bahwa beberapa bakteri dapat tumbuh dengan cepat pada media yang kaya akan selen kemudian tahun 1960 baru diketahui dampak kekurangan selen pada hewan ternak, dan sekarang terus berkembang penelitian untuk menggali lebih dalam lagi peranan selen. Peranan lain selen diketahui adalah mengatasi radang paru-paru, colorectal, dan mengurangi
2
dampak kanker prostat. Selen juga digunakan sebagai sel matahari, rectifier, semikonduktor tipe-p, industri fotokopi, gelas, dan bahan aditif dari baja nirkarat. Toksisitas dan sifat esensial selen bergantung pada bentuk kimia senyawa tersebut. Selen terdapat dalam bentuk organik maupun anorganik dalam beberapa bentuk oksidasi tertentu. Bentuk anorganik dari selen dalam air dan tanah biasanya adalah selenit (SeO 3 2-) dan selenat (SeO 42-). Beberapa senyawa organoselen telah teridentifikasi dalam contoh hayati (hewan, tanaman, dan mikroorganisme) termasuk senyawa termetilasi, asam selenoamino , serta selenoprotein dan turunannya. Senyawa anorganik dari selen dapat diubah menjadi senyawa yang atsiri seperti dimetilselenida ((CH3) 2 Se) dan dimetildiselenida (CH 3SeSeH3C) melalui reaksi mikrobial dari jamur, tanaman, dan hewan. Ion trimetil selenonium ((CH 3)3 Se+ ) adalah produk metabolisme selen yang diekskresikan melalui urine. Selen anorganik (selenit dan selenat) dapat diasimilasi oleh berbagai organisme, tetapi efisiensi dalam pemakaian dan bioutilisasi bergantung pada jenis organisme dan sifat kimianya. Asimilasi selenat dalam tanaman tingkat tinggi sebagai sumber selen dalam tanah mengikuti jalur reduksi sulfat (Birringer et al. 2002) Beberapa tanaman dapat mengakumulasi Se sampai ribuan ppm, dan disebut akumulator. Akumulator , selain berfungsi sebagai sumber Se, juga dapat memperbaiki area yang terkontaminasi oleh Se. Selenometionin (Se-Met) bersama dengan asam selenoamino yang lain diduga merupakan senyawa beracun yang terkandung dalam protein gandum sejak pertengahan 1930–an. Pada tahun 1950–1960 Se-Met, diidentifikasi secara pasti berada dalam protein tanaman dan dapat dihasilkan oleh S. cerevisiae, Candida albicans, Escherichia coli, rumen bakteri, dan ganggang laut dalam kondisi strain. Tanaman pangan mengubah sebagian besar selen menjadi Se-Met (lebih dari 50%) dan menggabungkannya ke dalam protein menggantikan metionin karena tRNA Met tidak membedakan antara metionin dan Se-Met. Selenometionin terdapat pada 4 tapak aktif glutation peroksidase (GPx) sebagai sistem antioksidan untuk melindungi sel dari oksidator seperti piroksinitrit. Penggunaan berbagai macam senyawa selen sebagai suplemen makanan telah menjadi populer. Selenometionin merupakan salah satunya
sebab mampu diserap dengan baik, stabil dalam tubuh, dan alami dibandingkan dengan bentuk senyawa selen yang lainnya. Fermentasi Fermentasi adalah suatu proses perubahan kimia untuk menghasilkan produk dari substrat dengan bantuan mikrob sebagai penghasil enzim pada kondisi tertentu (Paturau 1982). Proses fermentasi ini memperhatikan beberapa kondisi sebagai berikut : sumber karbon, suhu, pH, waktu, dan pemilihan mikrob. F ermentasi dalam penelitian ini melibatkan mikrob A. xylinum dan S. ceriviceae membentuk konsorsium fermentasi S. cerevisiae-A. xylinum. Untuk menjaga pertumbuhan dan fungsi normal kedua mikrob diperlukan nutrisi antara lain karbon, nitrogen, sulfur, fosforus, kalsium, mangan, besi, dan vitamin. A. xylinum termasuk dalam bakteri Gram negatif penghasil selulosa, berbentuk panjang 2 mikron dan dapat membentuk lapisan selulotik (Breed et al. 1948). A. xylinum biasanya dikultivasi secara diam dalam media cair; Pelikel selulosa akan terbentuk dan sel sel bakteri t erperangkap didalamnya (Octarina 1996). Pada kultur cair, organisme ini membentuk lapisan selulotik yang melapisi sel dan mempunyai ketebalan samp ai beberapa sentimeter (Stainer 1976). Metode yang digunakan untuk mengisolasi A. xylinum tidak sulit, yaitu menggunakan media ditambah dengan gula yang diperkaya dengan sari buah dan ekstrak khamir untuk tempat tumbuh. S. cereviceae adalah mikroorganisme yang dapat tumbuh pada kondisi aerob dan anaerob jika tersedia cukup karbohidrat, nitrogen, dan mineral, termasuk unsur kelumit serta vitamin untuk metabolismenya. Khamir mempunyai toleransi yang luas terhadap suhu, pH, oksigen, garam, dan gula (Kirsop et al. 1988). Khamir dapat memecah gula melalui proses fermentasi menjadi glukosa dan fruktosa, yang kemudian digunakan untuk menghasilkan etanol dan CO2 . Dalam konsorsium , alkohol yang dihasilkan oleh S. cereviceae dan kemudian akan disingkirkan oleh A. xylinum sehingga tidak mengganggu pertumbuhan S. cereviceae (Bartholomew dan Bartholomew 2001).
3
BAHAN DAN METODE Bahan dan Alat Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah herba, sukrosa, air suling, asam asetat, larutan o-ftalaldialdehida (OPA), metanol, merkaptoetanol, larutan brij 30 30%, bufer borat 1M pH 10.4, Na asetat (pH 6.5), natrium etilenadiaminatetra-asetat (Na-EDTA), tetrahidrofuran (THF), dan air HP (High Purity). Alat yang dipakai dalam penelitian adalah gelas piala, Spektrofotometer Serapan Atom (AAS) ICI dengan detektor Shimadzu, Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (HPLC) Hitachi Z -500, penangas air, neraca analitik, kertas milipori 45 µm, dan alat-alat kaca. Ekstraksi Sele nometionin Pada penelitian ini ekstraksi selen dari tanaman herba dilakukan menggunakan proses fermentasi oleh Acetobacter Saccharomyces . Ekstraksi menggunakan proses fermentasi ini meliputi 3 tahap, yaitu peremajaan bakteri A. xylinum dan S.cereviceae, adaptasi mikroorganisme, dan fermentasi sampel tanaman herba. Adaptasi mikroorganisme dilakukan sebelum inokulasi, ditumbuhkan dahulu pada medium cair masing-masing (tanpa penambahan bacto agar). Baru setelah itu dinokulasi pada masing-masing tumbuhan herba dan digunakan pada fermentasi saat nilai rapatan optis media mencapai 0.5. Peremajaan bakteri A.xylinum menggunakan 5 g ekstrak ragi 3 g bacto pepton , 25 g manitol, dan 15 g bacto agar yang dilarutkan dalam 1000 mL akuades. Larutan yang terbentuk kemudian disterilkan dan didinginkan pada kead aan miring dalam tabung reaksi. Setelah memadat, A. xylinum diinokulasikan zig-zag dan diinkubasi selama 1–3 hari. Peremajaan S.cereviceae menggunakan 3 g ekstrak malt dan ragi, 5 g bacto pepton, 10 g glukosa, dan 20 g bacto agar yang dilarutkan dalam 1000 mL akuades. Larutan yang terbentuk kemudian disterilkan dan didinginkan pada keadaan miring dalam tabung reaksi. Setelah disterilisasi, larutan didinginkan pada keadaan miring S. cereviceae diinokulasikan zigzag dan diinkubasi pada suhu kamar selama 1–3 hari. Sampel herba dicuci sampai bersih, kemudian dimasukkan oven pada suhu 50 oC selama 2 hari lalu sampel kering dirajang dan diblender sampai berbentuk serbuk. Sampel
sekarang itu siap untuk difermentasikan. Sukrosa sebanyak 50 g dilarutkan dalam akuades 600 mL dan dipanaskan sampai 100 o C selama 30 menit. Medium masing-masing tanaman herba disiapkan sebanyak 50 mL Juga disiapkan kontrol (tanpa penambahan konsorsium) sebanyak 50 mL. Masingmasing sampel tanaman herba ditimbang 1.2 g sebanyak 4 kali untuk 2 kontrol dan 2 samp el dengan penambahan sistem konsorsium fermentasi S. cerevisiae-A. xylinum. Setelah didinginkan pada suhu kamar, sampel tanaman dimasukkan pada larutan sukrosa kemudian disterilisasi pada autoklaf dalam tekanan 1.5 atm dan suhu 121 o C selama 15 menit. Set elah larutan sampel menjadi dingin masing-masing siap diinokulasikan dengan A .xylinum-S. cereviceae (kecuali kontrol) dan ditutup kembali dengan kain dan plastik lalu difermentasikan selama 12 hari dalam ruang gelap. Analisis Selen Total Menggunakan AAS Analisis selen total dalam sampel menggunakan kurva standar dengan enam konsentrasi standar dan satu blanko. Standar yang dipakai adalah selenit (Se 4+). Sampel masing masing diambil 1 g. Setiap sampel harus dioksidasi dahulu menjadi bentuk oksidasi tertinggi agar tidak mengganggu pengukuran dengan menggunakan hidrogen peroksida (H 2O2 ), baru direduksi kembali menjadi selenite (Se4+) dengan menggunakan HCl yang dididihkan bersama-sama dengan sampel. Standar dibuat dengan konsentrasi selenite 0, 1, 2, 4, 6, 8, dan 10 ppm. Setelah itu, siap diukur dengan AAS. Penentuan Selenometionin dengan HPLC Penentuan selenometionin dengan HPLC dimulai dengan pembuatan larutan stok OPA. Sebanyak 50 g OPA ditambahkan ke dalam 4 ml metanol kemudian ditambahkan merkaptoet anol sebanyak 0.025 mL kemudian larutan dikocok dan ditambahkan larutan brij-30 30% sebanyak 0.050mL juga bufer borat sebanyak 1 ml. Larutan lalu disimpan dalam botol berwarna gelap pada suhu 4 oC selama 2 minggu. Pereaksi derivatisasi dibuat dengan cara mencampurkan satu bagian dari larutan stok pereaksi dengan dua bagian larutan bufer kalium borat pH 10.4. Fase gerak untuk analisis menggunakan dua macam eluen, yaitu eluen A dan eluen B. Eluen A ialah komposisi dari Na-asetat
4
(pH6.5) 0.025 M. Na-EDTA 0.05 %, metanol 9.00 %, dan THF yang dilarutkan dalam 1 liter air HP yang kemudian disaring dengan kertas milipori 0.45 µm. Eluen B ialah metanol 95 % dan air HP yang kemudian disaring dengan kertas milipori 0.45 µm. Sampel dilarutkan dalam 5 mL HCl 0.01 N kemudian disaring dengan kertas milipore. Setelah penyaringan ditambahkan bufer kalium borat pH 10.4 dengan rasio perbandingan 1:1. Larutan kemudian dimasukkan sebanyak 10 µL dan ditambahkan 25 µL pereaksi OPA. Kolom yang digunakan adalah C18 fase terbalik, laju alir fase gerak adalah 1 mL/menit, dan detektor fluoresensi (panjang gelombang eksitasi 340 nm dan emisi 435 nm) Larutan sampel sebanyak 5 µL dimasukkan dalam HPLC dengan autosampler dan kemudian ditunggu sampai pemisahan selesai.
HASIL DAN PEMBAHASAN Pemilihan tiga tanaman herba yang dilakukan dalam penelitian ini didasarkan kepada konsentrasi Se total dari beberapa tanaman herba vulkanis tetapi tiga terbanyak adalah pada tabel di bawah. Lebih dari 50 % selen pada beberapa tanaman berada dalam bentuk selenometionin dan bentuk lainnya, seperti selenosistein, metil selenosistein, dan ?-glutamil metil selenosistein sedikit (kurang lebih 0.5 %) (Tapiero 2003). Sampel herba yang diteliti berasal dari tanah vulkanis, yaitu bawang putih berasal dari Rinjani, ciplukan dari Lombok Barat, dan damuh-damuh besar dari Kebun Raya Bali. Pemilihan tanah vulkanis karena tingginya konsentrasi selen (Se). Diharapkan dengan sumber Se yang tinggi pada tanah dan herba maka konsentrasi selenometionin juga tinggi, walaupun hal itu tidak terlepas dari jenis herba dan kemampuannya dalam mengakumulasi Se. Tabel 1 Konsentrasi selen total tiga herba vulkanis No
Sampel
1 2 3
Bawang putih Ciplukan Damuh-damuh
Se (ppm) 5.08 3.04 2.03
Pada Tabel 1 dapat dilihat konsentrasi tertinggi dimiliki oleh bawang putih (Allium sativum ) dengan 5,08 ppm dan terendah oleh damuh -damuh (Gibbaeum cordata) dengan
2,03 ppm. Perhitungan kurva standar AAS dapat dilihat pada Lampiran 2 dan perhitungan lengkapnya pada Lampiran 3. Tingginya konsentrasi Se total pada tiga tanaman ditabel disebabkan kemampuannya yang bagus untuk mengakumulasi Se dalam tanah. Kandungan Se yang tinggi dalam tanaman dapat berfungsi sebagai antioksidan dan antikanker (Lobinski et al. 2000). Pengukuran Selenometionin dengan HPLC Selenometionin adalah asam selenoamino dengan kemampuan sebagai antioksidan baik ketika terikat dalam empat tapak aktif glutation peroksidase (Novianti 2005) maupun sebagai kemampuannya secara individu dalam mengeliminasi anion superoksida (Okuno et al. 2001). Diagram alir umum penelitian dapat dilihat pada Lampiran 4. Pengukuran selenometionin dengan metode HPLC disamakan dengan pengukuran pada asam amino bebas lainnya, yaitu dengan menggunakan pereaksi o-ftalaldialdehida (OPA), fase gerak menggunakan dua macam eluen, yaitu eluen A (Na-asetat 0.025 M, NaEDTA 0.05 %, metanol 9.00 %, dan THF) dan eluen B (metanol 95 % dan air HP), kondisi operasi alat secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran 5. Selenometionin bereaksi sama seperti metionin ketika direaksikan dengan OPA, karena OPA hanya bereaksi dengan gugus amina primer. Prinsip analisis adalah pembentukan suatu derivat dari reaksi gugus amina primer selenometionin dengan pereaksi OPA dalam suasana basa sehingga membentuk suatu senyawa berfluorosensi dan dapat terdeteksi dengan detektor fluoresensi (Hammel 1997), untuk reaksi lengkap dapat dilihat pada Lampiran 6. Pengukuran dilakukan pada larutan supernatan sampel untuk mengetahui konsentrasi selenometionin dalam ekstrak air dengan dan tanpa bantuan sistem konsorsium fermentasi S. cerevisiae-A. xylinum . Pengukuran standar selenometionin dengan konsentrasi 0,083 µmol/mL menggunakan HPLC menghasilkan puncak pada waktu retensi 23,03 menit ditunjukkan puncak selenometionin dengan luas 27211 (Gambar 2). Puncak lain dalam kromatogram dihasilkan oleh 15 asam amino lain yang dit ambahkan ke dalamnya, yaitu dari kiri ke kanan berurutan: aspartat, glutamat, serin, histidin, glisin, treonin, arginin, alanin, tirosin, metionin, valin, selenometionin, fenilalanin, isoleusin, leusin, lisin. Penambahan ini bertujuan untuk memperjelas
5
pemisahan yang terjadi pada kromatogram sampel dengan matriks-matriks senyawasenyawa dengan waktu retensi berdekatan yang terdapat pada sampel, karena pada larutan sampel masih berupa ekstrak kasar. Se-Met
Konsentrasi pada kontrol bawang putih menunjukkan nilai 14.89 µg/mL. Ini menunjukkan bahwa pada sampel herba yang hanya terekstrak dengan air mempunyai selenometionin 14.89 µg dalam 1 mL sampel. Pada ektraksi bawang putih dengan penambahan konsorsium fermentasi S. cerevisiae-A. xylinum (Gambar 3) menunjukkan nilai 4.33 µg/mL, penurunan ini erat kaitannya dengan asmilasi yang dilakukan oleh S.cerevisiae.
Gambar 1 Kromatogram HPLC untuk standar selenometionin Tabel 2 memperlihatkan ada tiga jenis tanaman yang terukur, yaitu bawang putih (BP), ciplukan (CPK), dan damuh-damuh (DM). Kode Std untuk menunjukkan kontrol dari jenis tanaman tertentu. Kontrol adalah ekstraksi tanpa penambahan sistem konsorsium ferm entasi S. cerevisiae-A. xylinum. Pada setiap sampel kecuali kontrol dilakukan secara duplo, perhitungan dan tabel secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran 7, sedangkan untuk kromatogram dapat dilihat pada Lampiran 8 sampai 17. Tabel 2. Konsentrasi selenometionin dalam sampel Kode BP std DM std CPK std BP DM CPK
Konsentrasi SeMet (µg/mL) 14,89 ttd ttd 4,33 ttd ttd
Nilai yang dilihat hanya ada 2, yaitu pada kontrol bawang putih dan bawang putih dengan penambahan sistem konsorsium fermentasi S. cerevisiae-A. xylinum, sedangkan yang lainnya nilai tidak terdeteksi. Nilai tidak terdeteksi pada sampel bukan berarti kesalahan pada metode tapi dapat dikarenakan banyak faktor lain, diantaranya konsentrasi selenometionin yang ada pada suspensi leb ih kecil dari limit deteksi alat, namun bisa juga senyawa organoselenium pada sampel terdapat pada bentuk yang lain karena proses asimilasi yang dilakukan S. cereviciae.
Gambar 2. Konsorsium S. cerevisiae-A. xylinum Bentuk terbanyak selen pada sistem konsorsium fermentasi S. cerevisiae-A. xylinum yang tidak terdeteksi mungkin ada dalam bentuk yang lain, seperti pada tanaman pangan bentuk selenometionin adalah bentuk yang paling banyak (lebih dari 50 %) sedangkan pada tanaman akumulator Se bentuk terbanyak adalah metilselenosistein (Whanger 2003). Bawang putih pada kontrol menunjukkan nilai yang lebih besar daripada yang ada pada sampel dengan penambahan sistem konsorsium fermentasi S. cerevisiae-A. xylinum, berarti terjadi penurunan konsentrasi selenometionin sebesar 70.3%. Hal ini menunjukkan sistem konsorsium fermentasi mampu mengasimilasi selenometionin sebesar 70,3% karena peranan khamir S. cerevisiae dan selen mampu diasimilasi olehnya sampai kurang lebih 3000 µg/g Se yang 90% dari keseluruhan selen di dalamnya berbentuk selenometionin (Schrauzer 2000). Jika dilihat pada biosintesis selenium (Lampiran 18) selenometionin tidak seperti asam selenoamino lainnya, seperti selenosistein dan metil selenosistein. Selenosistein hanya diubah menjadi selenida dan metilselenosistein hanya menjadi metilselenida. Selenometionin selain dapat diubah menjadi a-keto-?-metilselenobutirat dan selenosistationin yang akhirnya dapat diubah menjadi selenosistein, dapat juga disimpan dalam tubuh protein. Selenometionin dalam S. cereviceae dapat disimpan dalam tubuh protein maupun digunakan untuk sintesis dan
6
metabolisme, hal ini belum bisa membuktikan bahwa dengan penambahan konsorsium akan mempunyai hasil yang lebih buruk, sebab dengan diasimilasinya selenometionin ada kemungkinan akan disekresikan senyawa organoselen lain yang lebih bermanfaat dalam suspensi ferment asi, seperti metilselenosistein yang dapat menginduksi apoptosis sel kanker dengan membentuk metilselenol dengan bantuan enzim ß-lyase (Whanger 2003). Data tersebut jika dibandingkan pada penelitian Retno Yunilawati, dapat dilihat pada Tabel 3 dibawah ini: Tabel 3 Konsentrasi selenometionin pada beberapa tanaman dan khamir Nama Sampel
Bawang putih Daun ciplukan Thermomicrobium sp Geobacillus sp Khamir isolat E 15 Khamir isolat 3943
Konsentrasi SeMet (µg/mL) 0.47 0.33 0.37 0.26 0.41 0.17
Data diatas diambil dengan mengekstraksi sampel secara kimia dengan menggunakan HCl 6M pada suhu 110 oC dan waktu 24 jam. Hasil yang dapat dibandingkan hanya 2, yaitu bawang putih dan ciplukan. Pada bawang putih dilihat hasil yang mencolok karena dengan sistem konsorsium fermentasi S. cerevisiae-A. xylinum hasil yang didapat 4.33 µg/mL sedangkan dengan ekstraksi kimia biasa hanya 0.47 µg/mL. Perbedaan yang besar ini dapat terjadi karena perbedaan rentang waktu ekstraksi, yaitu 24 jam dan 288 jam (12 hari). Waktu 288 jam digunakan sebagai waktu inkubasi berdasarkan penelitian terdahulu (Junaedi 2003) bahwa setelah 9 hari konsentrasi selen total yang didapat pada sistem konsorsium fermentasi S. cerevisiae-A. xylinum tetap yang berarti bahwa proses ekstraksi telah berhenti, dan rentang waktu 3 hari berikutnya untuk memastikan semua selenometionin telah terekstrak semua. Hasil menunjukkan bahwa ekstraksi dengan menggunakan sistem konsorsium fermentasi S .cerevisiae-A. xylinum lebih baik jika dibandingkan dengan menggunakan ekstraksi secara kimia untuk bawang putih. Pada ciplukan nilai konsentrasi yang didapat adalah 0.33 µg/mL, hal ini lebih baik
jika dibandingkan dengan menggunakan sistem konsorsium fermentasi S. cerevisiae-A. xylinum yang tidak terdeteksi (ttd), hal ini bisa dikarenakan adanya dinding sel pada tanaman. Ekstraksi secara kimia menggunakan HCl 6M dan pada suhu panas ini mengakibatkan rusaknya dinding sel sehingga selenometionin dan senyawa organoselen lainnya dapat terekstrak lebih baik, kekuatan asam dari HCl selain dapat menghancurkan dinding sel, juga dapat menghidrolisis ikatan peptida pada protein, ini menyebabkan nilai dengan ekstraksi secara kimia mempunyai nilai lebih baik, dilain pihak air tidak dapat dengan merusakkan dinding sel dan tidak dapat menghidrolisis ikatan peptida protein sehingga hanya bergantung kepada protease dan asam asetat yang dihasilkan proses fermentasi. Sedangkan menurut penelitian terdahulu menyebutkan bahwa kandungan protease pada ciplukan sangat sedikit dan asam asetat yang dihasilkan ternyata tidak cukup kuat untuk menghancurkan dinding sel tanaman maupun untuk menghidrolisis protein. Penentuan Asam-Asam Amino Lain Pada Suspensi Fermentasi Sampel Pada kromatogram standar selenometionin didapatkan standar asam -asam amino lain, yaitu aspartat, glutamat, serin, histidin, glisin, treonin, arginin, alanin, tirosin, metionin, valin, fenilalanin, isoleusin, leusin, dan lisin dengan konsentrasi 0.5 µmol/mL. Masingmasing puncak asam amino mepunyai waktu retensi dan luas puncak (Tabel 4). Tabel 4 Waktu retensi dan luas puncak standar asam -asam amino No Asam Waktu retensi Luas amino (menit) puncak 1 aspartat 1.547 87543 2 glutamat 2.047 91303 3 serin 4.333 108206 4 histidin 5.095 93177 5 glisin 6.238 86150 6 treonin 6.692 89509 7 arginin 9.470 91180 8 alanin 10.383 77487 9 tirosin 13.500 75090 10 metionin 20.485 74854 11 valin 21.018 88040 12 fenilalanin 23.730 59878 13 isoleusin 26.172 84249 14 leusin 27.842 69430 15 lisin 31.497 30004
7
Gambar 3 Asam -asam amino lain pada kontrol dan sampel suspensi herba vulkanis. Konsentrasi asam amino pada sampel ditentukan dengan rumus perbandingan luas puncak dan dikalikan dengan konsentrasi standar asam amino, untuk perhitungan secara lengkap dapat dilihat pada lampiran 19 Pada Gambar 3 dapat dilihat konsentrasi asam amino tertinggi dalam suspensi tanpa penambahan konsorsium adalah arginin pada kontrol bawang putih dengan konsentrasi 467.84 µg/mL, sedangkan konsentrasi terendah adalah metionin pada kontrol damuh -damuh dengan konsentrasi 0.79 µg/mL. Pada kontrol ciplukan konsentrasi glisin, treonin, arginin, alanin, tirosin, dan valin tidak terdeteksi. Penambahan konsorsium menyebabkan perubahan konsentrasi asam-asam amino pada suspensi fermentasi, seperti pada bawang putih terjadi penurunan konsentrasi asam-asam amino khususnya terjadi pada glisin, treonin, arginin, dan tirosin menjadi tidak terdeteksi, untuk asam-asam amino yang lain terjadi penurunan yang signifikan. Pada damuh-damuh semua konsentrasi asamasam amino setelah penambahan konsorsium menjadi berkurang khususnya yang terukur pada ulangan kedua konsentrasi metionin menjadi tidak terdeteksi, sedangkan pada ciplukan terjadi fenomena yang sama kecuali untuk ulangan kedua, ada 3 asam amino yang
konsentrasinya bertambah, tirosin, dan valin.
yaitu
treonin,
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Konsentrasi selenometionin yang didapat untuk ekstraksi bawang putih dengan menggunakan sistem konsorsium fermentasi Saccharomyces cerevisiae-Acetobacter xylinum adalah 4.33 µg/mL dan tanpa sistem konsorsium fermentasi Saccharomyces cerevisiae-Acetobacter xylinum 14.89 µg/mL, sedangkan untuk ekstrak ciplukan dan damuhdamuh tidak terdeteksi. Penambahan konsorsium menyebabkan berkurangnya konsentrasi selenometionin dalam suspensi fermentasi. Saran Pada penelitian selanjutnya sebaiknya diidentifikasi senyawa organoselen lainnya dalam suspensi fermentasi konsorsium fermentasi Saccharomyces cerevisiaeAcetobacter xylinum dan pada mikrob konsorsium, seperti selenosistein dan metilselenosistein.
8
DAFTAR PUSTAKA Bartholomew A, Bartholomew M . 2001. Consortium Fermentation Saccharomyces cerevisiae-Acetobacter xylinum Tea Therapy. [terhubung berkala]. http://www.positivehealth.com /permit /Article/Nutrition/Fermentation consor tium Saccharomyces cerevisiae-Acetobacter xylinum .html [Mei 2001] Birringer M, Pilawa S, Flohe L. 2002. Trends in Selenium Biochemistry . Nat Prod Rep 19: 693–718 Breed RS, Murray EGD, Hitchens AP. 1948. Bergey`s Manual of Determinative Bacteriology. 6th Ed. Baltimore: The William & Wilkins. Chasteen TG. 2000. Atomic Absorbtion Spectroscopy. www.shsu.edu/~chemistry /primers/pdf/AAS.pdf. [Maret 2004] Dean JA . 1999. Lange`s Handbook of Chemistry 15th edition. Singapore: Mc Graw Hill. Hammel C, Antonius K, Ullrich R, Dietrich B. 1997. Identification of Selenocysteine and Selenomethionine in Protein Hydrolysates by High-Performance Liquid Chromatography of Their oPthaldehyde Derivates . Analyst 122: 1359–1363. Heyne K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia. Jilid 3 . Indonesia: Yayasan Sarana Waru Jaya. Junaedi II. 2003. Kandungan Selenium Produk Fermentasi Daun Benalu Scrulla atropurpurea (BI) Danser Oleh Simbiosis Saccharomyces -Acetobacter [skripsi]. Bogor: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor. Kirsop BE, Kurtzman CP. 1998. Living Resources for Biotechnology. Yeast. Cambridge: Cambridge University Press. Lobinski R, Edmonds JS, Suzuki KT, Uden PC, 2000. Species Selective Determination of Selenium Compounds in Biological Material. Pure Appl Chem 72: 442–461. Montes-Bayon M , Grant TD, Juris M , Caruso JA. 2002. Selenium in Plants by Mass Spectrometric Techniques:Developments in Bio -Analytical Methods. J Anal Spectrom 17: 1015–1023. Novianti BD. 2005. Aktivitas Antioksidan dan Glutation Peroksidase Beberapa Herba dari Daerah Vulkanis [skripsi]. Bogor: Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor. Octarina ZR. 1996. Identifikasi Isolat Acetobacter sp Lokal dan Uji Kemampuannya dalam Memproduksi Selulosa Pada Medium HS (Hestrin dan Schramm) dan Modifikasinya [skripsi]. Bogor: FATETA, Institut Pertanian Bogor . Okuno T, et al. 2001. Enhancement of Hydroxyl Radical Formation from Superoxide Anion Radical in the Presence of Organic Selenium Compound. J Health Sci 47: 240 –247. Paturau JM. 1982. By Product of The Cure Industri. New York: Elsevier. Pyrzynska K. 1998. Speciation of Selenium Compounds . Anal Sci 14:479–483. Schrauzer GN. 2000. Selenomethionine : A Review of Its Nutritional Significance, Metabolism and Toxicity. J Nutr 130: 1653–1656. Sheehan TMT, Halls D J. 1999. Measurement of Selenium in Clinical Specimens. Ann Clim Biochem 36: 301–315. Stainer RY. 1976. The Microbial World. 4th Ed. New Jersey: Prentice Hall. Tapiero H, Townsend DM, Tew KD. 2003. The Antioxidant Role of Selenium and Selenocompounds. Biomedicine and Pharmacotherapy 57: 134–144. Whanger PD . 2003. Selenium and Its Relationship to Cancer :an Update. British J of Nutr 91: 11–28 Yunilawati R.2006. Penentuan Seleno Asam Amino dan Asam Amino Pada Bakteri Termofilik, Khamir, dan Herba Vulkanik [tesis]. Depok: Fakultas Kimia, Universitas Indonesia
LAMPIRAN
9
Lampiran 1 Taksonomi herba 1.1 Bawang Putih Kingdom
: Plantae
Subkingdom: Tracheobionta Superdivisi : Spermatophyta Divisi
: Magnoliaphyta
Kelas
: Liliopsida
Subkelas
: Lilildae
Ordo
: Liliales
Famili
: Liliceae
Genus
: Allium L.
Spesies
: Allium sativum L.
1.2 Ciplukan Kingdom
: Plantae
Subkingdom: Tracheobionta Superdivisi : Spermatophyta Divisi
: Magnoliophyta
Kelas
: Magnoliopsida
Subkelas
: Asteridae
Ordo
: Solanales
Famili
: Solanaceae
Genus
: Physallis L.
Spesies
: Physallis minima L.
10
1.3 Damuh-damuh Kingdom
: Plantae
Subkingdom: Tracheobionta Superdivisi : Spermatophyta Divisi
: Magnoliophyta
Kelas
: Magnoliatae
Subkelas
: Caryophyllidae
Ordo
: Caryophyllales
Famili
: Aizoaceae
Genus
: Gibbaeum
Spesies
: Gibbaeum cordata
11
Lampiran 2 Penentuan kurva standar Se
Hubungan konsentrasi dengan absorban Konsentrasi Se (ppm) 0 1 2 4 6 8 10
Absorban 0.0010 0.0076 0.0117 0.0226 0.0336 0.0473 0.0606
Kurva standar Se
0.07
y = 0.0059x +0.0006 r = 0.99
Absorban (A)
0.06 0.05 0.04 0.03 0.02 0.01 0 0
2
4
6
8
Konsentrasi (ppm)
10
12
12
Lampiran 3 Pengukuran konsentrasi Se total dalam herba
Konsentrasi Se sampel dari tiga tanaman herba Sampel
Konsentrasi
Bobot
Se
Sampel
(mg /L)
(gram)
(mL)
(ppm)
0.0036
0.5085
1.0010
10
5.0799
0.0024
0.3051
1.0007
10
3.0488
0.0018
0.2033
1.0010
10
2.0309
Absorban
Volume Akhir
Konsentrasi Se Akhir
Bawang Putih Ciplukan Damuh damuh
Konsentras i Se akhir =
Konsentrasi Se xVolume akhir Bobot sampel
Contoh perhitungan : Konsentras i selenometi onin =
0 .5085 mg 10 mL 1000 g x x 1000 mL 1.0010 1kg
= 5.0799 µg/g
13
Lampiran 4 Diagram alir umum penelitian
Tanaman Herba dicuci, dioven 50oC, 2 hari Sampel Kering dirajang dan diblender AAS
Simplisia
Fermentasi A.xylinumS.cereviceae inkubasi 12 hari sentrifus 10000 rpm
Pengukuran dengan HPLC
14
Lampiran 5 Kondisi operasi HPLC
Kolom
C18 fase terbalik
Laju alir fase gerak
1mL/menit
Detektor
fluorosensi
Panjang gelombang
?eks 340nm ?em 435nm
Komposisi gradien eluen terhadap waktu Waktu (menit)
% Eluen A
% Eluen B
0
100
0
1
100
0
2
85
15
5
85
15
13
58
42
15
58
42
20
30
70
22
0
100
26
0
100
28
100
0
38
100
0
15
Lampiran 6 Reaksi pembentukan derivat selenometionin
16
Lampiran 7 Konsentrasi selenometionin dalam suspensi fermentasi dan kontrol Konsentrasi selenometionin
Kode
Luas puncak
BP std
24901
14.8946
DM std
ttd
ttd
CPK std
ttd
ttd
BP1
7412
4.4335
BP2
7079
4.2343
DM1
ttd
ttd
DM2
ttd
ttd
CPK1
ttd
ttd
CPK2
ttd
ttd
(µg/mL)
Contoh perhitungan :
Konsentrasi standar selenometionin = 0.083 µmol/mL Luas area standar selenometionin = 27211
Konsentras i SeMet =
Luas puncak sampel x konsentras i s tan dar x Mr SeMet Luas puncak s tan dar
Konsentras i SeMet =
24901 x 0.083 µmol/mL 27211
= 14.89 µg/mL
x 196.1 µmol
g
17
Lampiran 8 Kromatogram HPLC untuk standar selenometionin
Lampiran 9 Kromatogram HPLC untuk ekstrak kontrol bawang putih
18
Lampiran 10 Kromatogram HPLC untuk ekstrak kontrol damuh-damuh
Lampiran 11 Kromatogram HPLC untuk ekstrak kontrol ciplukan
19
Lampiran 12 Kromatogram HPLC untuk ekstrak damuh-damuh ulangan pertama
Lampiran 13 Kromatogram HPLC untuk ekstrak damuh-damuh ulangan kedua
20
Lampiran 14 Kromatogram HPLC untuk ekstrak ciplukan ulangan pertama
Lampiran 15 Kromatogram HPLC untuk ekstrak ciplukan ulangan kedua
.
21
Lampiran 16 Kromatogram HPLC untuk ekstrak bawang putih ulangan pertama
Lampiran 17 Kromatogram HPLC untuk ekstrak bawang putih ulangan kedua
22
Lampiran 18 Diagram alir biosintesis selenometionin
23
Lampiran 19 Luas puncak kromatogram HPLC dan konsentrasi asam-asam amino pada suspensi fermentasi
Luas puncak kromatogram asam-asam amino pada suspensi fermentasi AA Asp Glu Ser His Gly Thr Arg Ala Tyr Met Val Phe Ileu Leu L ys
CPK std 18963 16899 16337 9838 ttd ttd ttd ttd ttd 1402 ttd 6066 6703 10682 4668
CPK 1 4456 3391 10665 ttd ttd ttd ttd ttd ttd ttd ttd ttd ttd ttd 781
CPK 2 5539 6011 10333 833 ttd 3075 ttd ttd 2153 476 5352 1949 3662 4211 1427
DM std 9727 8125 16166 6787 8334 4054 8338 7441 4208 792 5285 4097 4056 5414 4741
DM 1 6128 5347 10305 1684 6408 2324 1604 4629 1736 571 4288 1668 2844 2917 1188
DM 2 3598 2048 7234 481 2297 356 1487 1506 906 ttd 1479 713 1292 842 539
BP std 33451 53833 59925 37894 18296 31842 489751 49125 62743 4443 22679 28722 10353 10279 31474
BP 1 5472 11401 21190 8483 ttd ttd ttd 26584 ttd 1223 13103 6106 6374 5985 1381
BP 2 4696 9893 18270 6601 ttd ttd ttd 25157 ttd 901 10360 5548 4721 3611 1069
BP std 25.4293 43.3657 29.0997 31.5509 7.9714 21.1879 467.8363 28.2405 75.6985 4.4282 15.0888 39.6188 8.0595 9.7098 76.6762
BP 1 4.1598 9.1842 10.2899 7.063 ttd ttd ttd 15.2824 ttd 1.218 9 8.7177 7.4225 4.9619 5.653 6 3.3644
BP 2 3.5699 7.9694 8.8719 5.496 ttd ttd ttd 14.462 ttd 0.898 6.8927 7.6528 3.6751 3.411 2.6043
Konsentrasi asam-asam amino pada suspensi fermentasi AA Asp Glu Ser His Gly Thr Arg Ala Tyr Met Val Phe Ileu Leu Lys
CPK std 14.4156 13.6132 7.9333 8.1912 ttd ttd ttd ttd ttd 1.3973 ttd 8.3674 5.128 10.0904 11.3721
CPK 1 3.3874 2.7316 5.1789 ttd ttd ttd ttd ttd ttd ttd ttd ttd ttd ttd 1.9026
Ket: AA: Asam Amino
CPK 2 4.2107 4.8422 5.0177 0.6936 ttd 2.0461 ttd ttd 2.5976 0.4744 3.5608 2.6884 2.8507 3.9778 3.4764
DM std 7.3944 6.5452 7.8502 5.6509 3.631 2.6976 7.9649 4.1052 5.0769 0.7894 3.5162 5.6514 3.1574 5.1142 11.5499
DM 1 4.658 4.3073 5.0041 1.4021 2.7919 1.5464 4.5322 2.6611 2.0944 0.5691 2.8529 2.3008 2.214 2.7554 2.8942
DM 2 2.7352 1.6498 3.5128 0.4005 1.0008 0.2369 1.4205 0.8658 1.0931 ttd 0.984 0.9835 1.0058 0.7954 1.3131