MAKARA, SAINS, VOL. 6, NO. 2, AGUSTUS 2002
PEMANFAATAN HERBA SELEDRI (Apium graveolens L.) UNTUK MENURUNKAN KOLESTEROL DAN LIPID DALAM DARAH TIKUS PUTIH YANG DIBERI DIIT TINGGI KOLESTEROL DAN LEMAK Juheini Jurusan Farmasi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Indonesia, Depok, 16424
Abstrak Telah diketahui bahwa tanaman seledri (Apium graveolens L) mengandung asam lemak tidak jenuh, sehingga memungkinkan penggunaan tanaman tersebut sebagai obat penurun kadar kolesterol. Untuk membuktikan hal tersebut penelitian dilakukan untuk mengetahui apakah sari air herba seledri memiliki efek menurunkan kadar kolesterol dan lipid dalam darah tikus putih yang diberi diit tinggi kolesterol dan lemak. Pada percobaan ini digunakan 30 (tiga puluh) ekor tikus putih jantan dengan berat badan 150 sampai 200 g dan berumur 4 bulan yang dibagi secara acak menjadi lima kelompok. Kelompok pertama merupakan kontrol normal yang diberi diit standar. Kelompok kedua merupakan kontrol perlakuan yang diberi diit tinggi kolesterol dan lemak (2,5 g/200 g BB/hari) selama enam minggu. Kelompok perlakuan Kelompok III, IV dan V masing-masing mendapat diit tinggi kolesterol dan lemak yang sama jumlahnya dengan kelompok kontrol perlakuan, serta bahan uji peroral dengan dosis berturut-turut 0,14 g/200 g BBB/hari, 0,72 g/200 g BB/hari dan 3,6 g/200 g BB/hari. Setelah enam minggu perlakuan, tikus dibedah, darahnya diambil melalui jantung, lalu diukur kadar kolesterol total dan lemak totalnya. Dari hasil percobaan, dapat diketahui bahwa ketiga dosis sari air herba seledri yang digunakan menunjukkan adanya efek menurunkan kolesterol dan lipid, namun secara statistik penurunan kadar kolesterol total dan lemak total belum bermakna.
Abstract It has been known that celery herbs (Apium graveolens L) contain unsaturated fatty acid, so it could be used as hypocholesterolemia and hypolipidemia agents. A study about the effect of celery herbs juice to cholesterole and lipid blood concentration high feeding cholesterol and lipid diet white rat, has been carried out. In this observation, 30 (thirty) male white rats with 150 to 200 g of weight and 4 months of age were used and divided into five groups randomly. The first group was as a normal control, the second group was given high cholesterol and lipid diet 2,5 g/200 g bow (body weight)/day as a treatment control. For the third, the fourth and the fifth groups, each of them was given with high cholesterol and lipid diet in the same quantity with the second group and get celery herb juice with 0,14 g/200 g bow/day; 0,72 g/200 g bow/day; 3,6 g/200 g bow/day dosage. After six weeks of treatment, the rats were surgeried, the blood was taken out from the heart and then total cholesterol and total lipid concentration were measured. The results showed that all of dosages of celery herb juice has lowering cholesterol and lipid effects, but did not decrease the total cholesterol and total lipid concentration significantly. Keywords: Celery herb, cholesterole, lipid
kolesterol darah sangat sulit dikendalikan. Kolesterol tersebut akan menempel pada permukaan sebelah dalam dinding pembuluh darah koroner, melekat lapis demi lapis secara perlahan-lahan, sehingga dapat mengakibatkan pembuluh darah menyempit dan tidak elastis yang dikenal sebagai aterosklerosis. Di samping itu aliran darah menjadi tidak lancar dan oksigen yang terdapat didalamnya menjadi tidak cukup untuk menimbulkan metabolisme aerobik di dalam sel otot jantung. Terjadinya metabolisme anerobik akan menyebabkan penumpukan asam laktat yang dapat
Pendahuluan Suatu survei yang dilakukan Departemen Kesehatan RI tahun 1992 menunjukkan bahwa penyakit ini telah menjadi pembunuh nomor satu di Indonesia [1]. Penyakit jantung koroner dapat disebabkan oleh aterosklerosis yang dipercepat terjadinya oleh beberapa faktor, khususnya kadar kolesterol darah [1-2]. Pola makanan modern sekarang yang banyak mengandung kolesterol, disertai intensitas makan yang tinggi dan stres yang menekan sepanjang hari, membuat kadar
65
66
menimbulkan rasa nyeri yang hebat di balik tulang dada.yang dikenal sebagai serangan angina pektoris. Serangan dapat terjadi berulang-ulang dan puncaknya adalah bila lumen pembuluh darah koroner benar-benar tersumbat total sehingga terjadilah serangan jantung [1].
MAKARA, SAINS, VOL. 6, NO. 2, AGUSTUS 2002
3.
Pada pengobatan tradisional, sari air herba seledri telah digunakan sebagai obat anti hipertensi dan khasiat tersebut telah dibuktikan oleh peneliti terdahulu. Adanya suatu dugaan bahwa seledri dapat digunakan sebagai penurun kadar kolesterol oleh karena adanya kandungan asam lemak tidak jenuh didalam tanaman seledri [3]. Untuk membuktikan hal tersebut secara ilmiah maka pada penelitian ini dilakukan pemberian sari air herba seledri secara oral, dengan dosis yang bervariasi untuk mengetahui dan memperoleh dosis yang efektif dalam menurunkan kadar kolesterol dan lemak pada tikus putih. Penelitian mini bertujuan untuk mengetahui apakah sari air herba seledri memiliki efek menurunkan kadar kolesterol dan lipid dalam darah pada tikus putih yang diberi diit tinggi kolesterol dan lemak. 4.
Metode Penelitian/eksperimental A. Bahan 1. Bahan Uji Herba seledri yang diperoleh dari pasar Induk Kramat Jati Jakarta Timur dan telah dideterminasi oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Biologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia Bogor. 2. Hewan Percobaan Tikus putih galur Wistar, berumur 4 bulan dengan berat badan 150 sampai 200 gram yang diperoleh dari Departemen Kesehatan. 3. Bahan kimia Reagen Kit Kolesterol dari Boehringer Mannheimm GmbH Diagnostica; Reagen Kit Lipid Total dari Merck; Makanan diit tinggi kolesterol; Makanan diit standar; Sukrosa; Kuning telur; Alkohol 70% dan Eter. B. Cara Kerja 1. Penyiapan hewan coba Tikus diaklimatisasi selama 2 minggu dengan tujuan untuk membiasakan tikus pada lingkungan dan perlakuan yang baru. Pada tahap ini dilakukan pengamatan keadaan umum dan penimbangan berat badan setiap hari. 2. Penyiapan bahan uji Herba seledri dicuci bersih, ditimbang seberat yang diperlukan sesuai dengan besarnya dosis
dan diiris kecil-kecil. Irisan herba diblender dengan 50 ml air, lalu diperas menggunakan kain flanel. Pada filtrat tersebut ditambahkan kembali air suling sampai di dapat volume 100 ml. Pelaksanaan percobaan Pada percobaan ini digunakan 30 (tiga puluh) ekor tikus yang telah diaklimatisasi, dibagi secara acak menjadi 5 kelompok, yang masingmasing kelompok terdiri dari enam ekor tikus. Kelompok pertama merupakan kontrol normal yang diberi diit standar. Kelompok kedua merupakan kontrol perlakuan yang diberi diit tinggi kolesterol dan lemak (2,5 g/200g BB/hari) selama enam minggu. Kelompok perlakuan Kelompok III, IV dan V masingmasing mendapat diit tinggi kolesterol dan lemak yang sama jumlahnya dengan kelompok kontrol perlakuan dan bahan uji peroral dengan dosis berturut-turut 0,14 g/200 g BBB/hari, 0,72 g/200 g BB/hari dan 3,6 g/200 g BB/hari. Bahan uji diberikan secara peroral (dengan sonde lambung) selama 6 minggu. Setelah enam minggu perlakuan, tikus dibedah, darahnya diambil melalui jantung, lalu diukur kadar kolesterol total dan lemak totalnya. Metode Percobaan Pada hari ke-43, tikus dibedah kemudian darah diambil dari jantung untuk ditentukan kadar kolesterol total dan lemak total dalam plasma. Prosedur pengukuran kadar kolesterol total [4] Metode: Tes kolorimetri enzimatik dengan kolesterol esterase, kolesterol oksidase dan peroksidase sebagai katalisis indikator reaksi. Pengukuran kolesterol Ke dalam kuvet dipipetkan: Blangko
Tes
Sampel (plasma)
-
20μl
Larutan reagen kit kolesterol
2000μl
2000μl
Campuran sampel plasma dan larutan reagen kit kolesterol tersebut diinkubasi pada suhu 37°C selama 5 menit. Serapan (A) sampel diukur terhadap blangko dengan panjang gelombang 500 nm. Warna yang terbentuk adalah merah muda lembayung, stabil dalam waktu 45 menit. Perhitungan: Kadar kolesterol total dapat dihitung dengan rumus : C (mg/100ml) = A sampel × 575
MAKARA, SAINS, VOL. 6, NO. 2, AGUSTUS 2002
Prosedur pengukuran kadar Lemak Total [5] Metode: Tes kolorimetri dengan metoda N. Zollner dan K. Kirsch.
Ke dalam tabung dimasukkan:
H2SO4 (p)
Blangko
Standar
Tes
-
-
50 μl
-
50 μl
-
-
2000 μl
2000 μl
Dalam keadaan tertutup, ketiga tabung dikocok hingga homogen. Kemudian campuran tersebut dipanaskan dalam air mendidih selama 10 menit dan didinginkan dalam air es selama 5 menit. Dari campuran ini dipipet sejumlah zat ke dalam kuvet: Campuran
-
100 μl
100 μl
H2SO4 (p)
100 μl
-
-
Reagen warna
2000 μl
2000 μl
2000 μl
Campuran yang diperoleh didiamkan pada suhu kamar selama 40 menit. Serapan (A) sampel dan standar diukur terhadap blanko pada panjang gelombang 530 nm. Warna yang terbentuk adalah merah muda. Perhitungan : Kadar lemak dihitung dengan rumus :
total
dapat
C(mg/100ml) = A sampel × 1000 A standar 5.
dengan kandungan asam lemak tak jenuh yang terdapat di dalam herba seledri [7]. Hewan coba yang digunakan dalam penelitian ini adalah tikus putih jantan yang sehat dengan kondisi yang sama, dengan berat badan dan umur yang relatif sama sehingga hanya perlakuan saja yang dapat mempengaruhi hasil percobaan.
Pengukuran lemak total
Sampel (plasma) Larutan standar
67
Analisa Data Data yang diperoleh dari percobaan, diolah dengan menggunakan metoda statistik analisis varian dan dilanjutkan dengan uji beda nyata terkecil (BNT) untuk menyelidiki perbedaan antara rata-rata perlakuan. Sebelumnya dilakukan uji kenormalan menurut Lilliefors dan uji homogenitas varians menurut Leven. [6].
Hasil dan Pembahasan Ternyata sari air herba seledri dapat menurunkan kadar lipid darah (Tabel 1). Hal ini mungkin berkaitan
Dalam penelitian ini, untuk menaikkan kadar lipid darah hewan coba diberi makanan yang terdiri atas campuran kuning telur, sukrosa, dan lemak hewan. Kuning telur dan lemak hewan merupakan sumber lemak dan kolesterol hewani, sedangkan sukrosa merupakan disakarida yang akan terurai menjadi glukosa di dalam tubuh. Glukosa selain berperan sebagai sumber energi dalam jaringan adiposa dan hati, juga akan diubah menjadi lemak yang sebagian berbentuk trigliserida [8]. Pada percobaan ini digunakan dua kelompok kontrol yaitu kontrol normal dan kontrol perlakuan. Kedua kontrol tersebut digunakan untuk melihat pengaruh pemberian sari air herba seledri terhadap penurunan kadar lipid darah pada tikus putih yang menderita hiperlipidemia dan dibandingkan dengan tikus normal. Dari hasil pengukuran kadar kolesterol total dan pengukuran kadar lemak total dapat diketahui bahwa tikus kelompok kontrol perlakuan, kelompok yang diberi diit tinggi kolesterol dan lemak (Kelompok II), mengalami peningkatan kadar kolesterol total dan lipid total yang bermakna dibandingkan dengan kelompok normal (Kelompok I) yang dapat dilihat pada Tabel 1. Data hasil percobaan menunjukkan bahwa pemberian sari air herba seledri dengan dosis 0,14 g/200 g bb/hari (Kelompok III) memberikan hasil kadar kolesterol total rata-rata 40,71 ± 9,26 mg/dl; dosis 0,72 g/200 g bb/hari (Kelompok IV) memberikan hasil kadar kolesterol total rata-rata 38,99 ± 5,74 mg/dl dan dosis 3,6 g/200 g bb/hari (Kelompok V) memberikan hasil kadar kolesterol total rata-rata 37,15 ± 4,24 mg/dl. Ketiga kelompok tersebut bila dibandingkan dengan kelompok kontrol normal (Kelompok I) yang mempunyai kadar kolesterol total rata-rata 24,61 ± 8,87 mg/dl, terdapat perbedaan yang bermakna (p<0,05), namun bila dibandingkan dengan kelompok kontrol perlakuan (Kelompok II) yang mempunyai kadar kolesterol total rata-rata 41,52 ± 7,42 mg/dl, tidak terlihat adanya perbedaan yang bermakna (p<0,05). Demikian pula penurunan kolesterol antar ketiga kelompok, tidak menunjukkan perbedaan yang bermakna (p<0,05), walaupun menurut hasil perhitungan terjadi penurunan kadar kolesterol total, tetapi secara statistik penurunan tersebut tidak bermakna dan masih jauh di atas kelompok kontrol normal (Tabel 1). Demikian juga dari data hasil percobaan kadar lemak total pada hewan coba menunjukkan hal yang sama.
68
MAKARA, SAINS, VOL. 6, NO. 2, AGUSTUS 2002
Pemberian sari air herba seledri dengan dosis 0,14 g/200 g bb/hari (Kelompok III) memberikan hasil kadar lemak total rata-rata 200,00 ± 14,87 mg/dl; dosis 0,72 g/200 g bb/hari (Kelompok IV) memberikan hasil kadar lemak total rata-rata 195,10 ± 12,87 mg/dl dan dosis 3,6 g/200 g bb/hari (Kelompok V) memberikan hasil kadar lemak total rata-rata 193,46 ± 17,55 mg/dl. Bila ketiga kelompok tersebut dibandingkan dengan kelompok kontrol normal (Kelompok I) yang mempunyai kadar lemak total rata-rata 123,16 ± 15,10 mg/dl, terdapat perbedaan yang bermakna (p<0,05), tetapi bila dibandingkan dengan kelompok kontrol perlakuan (Kelompok II) yang mempunyai kadar lemak total rata-rata 208,17 ± 19,23 mg/dl, tidak terlihat adanya perbedaan yang bermakna (p<0,05). Demikian pula penurunan lemak total antar ketiga kelompok tidak menunjukkan perbedaan yang bermakna (p<0,05), walaupun berdasarkan hasil perhitungan terjadi penurunan kadar lemak total. Namun secara statistik penurunan tersebut tidak bermakna dan masih jauh di atas kelompok kontrol normal (Tabel 1). Jadi ketiga dosis tersebut telah menunjukkan penurunan kadar kolesterol total dan lemak total , namun secara secara statistik belum bermakna. Hal ini mungkin disebabkan oleh penggunaan dosis yang terlalu kecil, sehingga lemak tak jenuh yang terkandung dalam herba seledri tidak dapat mengikat semua kolesterol dan lemak dalam usus. Akibatnya kolesterol dan lemak dapat diserap oleh alat pencernaan. Berdasarkan literatur, herba seledri mengandung asam lemak tak jenuh yaitu asam lemak oleat dan asam linoleat, sehingga penurunan kadar kolesterol total dan lemak total mungkin disebabkan oleh adanya asam
lemak tak jenuh. Asam lemak tidak jenuh berfungsi menurunkan kadar Low Density Lipoprotein (LDL) dan meningkatkan kadar High Density Lipoprotein (HDL) yang pada akhirnya akan menyebabkan peningkatan metabolisme kolesterol dalam empedu untuk dapat dikeluarkan dari tubuh. Mekanisme ini yang menyebabkan terjadinya penurunan kadar kolesterol [9]. Ada beberapa hipotesis yang dapat digunakan untuk menjelaskan efek tersebut, termasuk stimulasi ekskresi kolesterol ke dalam usus dan stimulasi oksidasi kolesterol menjadi asam empedu. Ester kolesterol yang terdapat pada asam lemak tidak jenuh ganda memungkinkan lebih cepat dimetabolisme oleh hati dan jaringan lainnya sehingga meningkatkan kecepatan pertukaran dan ekskresinya [10].
Kesimpulan dan Saran Kesimpulan Sari air herba seledri dosis 0,14 g/200 g bb/hari; 0,72 g/200 g bb/hari dan 3,6 g/200 g bb/hari, menunjukkan adanya efek menurunkan kadar kolesterol dan lipid, namun secara statistik penurunan kadar kolesterol total dan lemak total belum bermakna.
Saran Untuk memperoleh penurunan kadar kolesterol total dan lemak total yang bermakna perlu lakukan penelitian lebih lanjut mengenai efek dari herba seledri terhadap kadar kolesterol total dan lemak total dengan peningkatan dosis dan penggunaan pelarut yang berbeda.
Daftar Acuan [1]
Tabel 1. Kadar kolesterol total dan lemak total (mg/dl) tikus putih seteleh mengalami perlakuan
Kel I II III IV V
Kadar Kelesterol Total (mg/dl) 24,61 ± 8,87 41,52 ± 7,42 40,71 ± 9,26 38,99 ± 5,74 37,15 ± 4,24
Kadar Lemak Total (mg/dl) 123,16 208,17 200,00 195,10 193,46
± ± ± ± ±
15,10 19,23 14,87 12,87 17,55
[2]
[3]
[4]
[5] Keterangan : Kelompok I : Kelompok II : Kelompok III : Kelompok IV : Kelompok V :
Kontrol normal; Kontrol perlakuan; Dosis 0,14 g/200 g bb/hari; Dosis 0,72 g/200g bb/hari; Dosis 3,6 g/200g bb/hari
[6]
B. Faisal, Mencegah Serangan Jantung dengan Menekan Kolesterol, Cetakan Ketiga, Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 1996, p.17, 39. S. Mangku, Penyakit Jantung dan Usaha Pencegahan, Cetakan Pertama, Penerbit PT Grasindo, Jakarta, 1997, p. 6. T. Gembong, Taksonomi Tumbuhan (Spermatophyta), Cetakan Ketiga, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta, 1991, p. 316. Anonim, Program Kerja Makro Teknik Boehringer Mannheim GmbH Diagnostica, Boehringer Mannheim GmbH, Mannheim. Federal Republic of Germany. Anonim, Pedoman Kerja E Merck Diagnostica, E Merck, Darmstadt, Federal Republic of Germany. R.G.D. Steel, J.H. Torrie, Prinsip dan Prosedur Statistik Suatu Pendekatan Biometrik, Penerbit PT Gramedia, Jakarta, 1995, p. 210.
MAKARA, SAINS, VOL. 6, NO. 2, AGUSTUS 2002
[7] [8]
[9]
Hoffman, Herbal Materia Medica : Celery Seeds, Health World Online, 1997. Devlin, Text Book of Biochemistry with Clinical Correlation’s, A Wiley Medical Publication, New York, USA, 1982, p. 450. F.D. Suyatna, S.K. Handoko, dalam: Farmakologi dan Terapi, Edisi ke-4, Penerbit
69
[10]
Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta, 1995, p. 368. L.C. Maria, Biokimia Nutrisi dan Metabolisme Dengan Pemakaian Secara Klinis. Diterjemahkan oleh Parakkasi Aminuddin, Cetakan Pertama, Penerbit Universitas Indonesia, Jakarta, 1992, p.164.