1X. KESlMPULAN DAN SARAN
9.1. Rinigkasan Hasil Penelitian
1. Credir, delivery mechat~ism yang dilakukan oleh skim KUM sesuai dengan karakteristik rumahtangga miskin di wilayah pedesaan. Hal ini tidak terlepas dari mekar~ismescreenit~g,incenlirle dan enforcement yang dibangun secara built-in dalam skim tersebut. Instrumen screening berupa Uji Kelayakan, Latihan Wajib Kumpulan dan sistem insentif dan pinalti dalam skim ini telah dapat mendorong peserta kredit meningkatkan disiplin dalam menggunakan pinjaman, menabung dan mengangsur kembsili pinjaman secara tepat waktu. Penyaluran kredit yang tepat sasaran dan tingkat pengembalian kredit yang tinggi adalah dua indikator penting kekuatan skim ini. 2. Selama periode 1993-1999 Skim KUM hanya dapat mencapai tingkat viabilitas finansial
selarn;~dua tahun, yaitu tahun 193-1994, Periode selanjutnya skim ini tidak dapat mencapai tingkat viabilitas finansial. Meskipun biaya administrasi (bunga), yang merupakan unsur utama pendapatan KUM, yang dibebankan sudah tergolong tinggi (2.93?/o/buIan atau 35%/tahun), KUM masih belum dapat mencapai viabilitas finansial padahal biaya kapital (bunga yang wajib dibayar KUM kepada pihak lain) hanya 6% per tahun.
3. Hasil analisis terhadap pelayanan finansial skim KUM menunjukkan bahwa biaya opersional
yang dikeluarkan untuk
menyalurkan Rp
1 pinjaman
kepada
rumarnahtangga miskin pada tahun 1993 adalah sebesar Rp 0.27. Untuk tahun yang sama, biaya total (termasuk biaya penyusutan) yang diperlukan untuk setiap Rp 1
170
pinjarnan adalah sebesar Rp 0.29. Biaya tersebut, baik biaya operasional maupun biaya total, cendemng mengalami kenaikan secara konsisten dari waktu ke waktu. 4. Pada tahun 1999, untuk menyalurkan Rp 1 kepada anggota diperlukan biaya
operasional dan biaya total masing-masing sebesar Rp 0.44 dan Rp 0.46. Apabila pada 1:ahun 1999 skim tersebut hams membayar biaya kapital (bunga modal) sebesar 12%/tahun, maka untuk mencapai viabilitas finansial skim KUM hams mengenakan beban bunga kepada peserta sebesar 56% per tahun (atas biaya operasional) atau 58% per tahun (atas biaya total). 4. Faktor-faktor yang dapat diidentifikasi menjadi penyebab tidak tercapainya viabilitas
finansial diantaranya adalah jumlah peserta yang dilayani oleh setiap petugas masih tergobang rendah. Hal ini berpengamh terhadap besamya biaya operasional penyelenggaraan kredit. Sementara itu dengan tingkat pelayanan yang ada selama periocle 1993-1999 yang relatif tetap menyebabkan KUM sulit untuk meningkatkan tingkat viabilitas finansial. 5. Bahwii hingga saat ini skim ini masih dapat melayani anggotanya karena didukung oleh
adanyii pendapatan non operasional (bunga bank) dari dana KUM yang disimpan di bank.
Ini berarti bahwa untuk dapat menjalankan operasinya skim ini masih
memerlukan subsidi tidak langsung dari pihak lain dalam bentuk dana segar Wesh monej) dengan bunga rendah (soj loan). Bila tid& maka skim KUM sangat rentan
untuk mencapai tingkat viabilitas finansial
171
6 . Dilihilt dari sisi peserta kredit, yang semuanya adalah kelompok wanita dari rumahtangga miskin, tampak bahwa skim KUM memiliki dampak yang positif nyata terhatlap kualitas hidup rumahtangga sasaran. Dalam arti mereka dapat akses pada sumb~:r pembiayaan (kredit) dan pelayanan tabungan yang ditawarkan dan dapat mema.nfaatkan kedua pelayanan tersebut secara maksimal dan dapat meningkatkan pendapatannya. Hal ini tercermin dari tingkat pemupukan modal (tabungan) yang semakin bertambah dari waktu ke waktu. Seiain itu mereka (peserta) memiliki kema~npuanuntuk membayar kembali pinjamannya tepat waktu dengan tingkat tungg,&an yang rendah.
7. Anali:iis terhadap perilaku ekonomi rumahtangga peserta kredit KUM dengan menglpnakan model ekonorni rumahtangga menunjukkan bahwa modal, yang sebagian besar diperoleh dari kredit KUM dan curahan waktu k e j a rumahtangga berpengamh terhadap pendapatan rumahtangga. Sementara itu pilihan bidang usaha berpengaruh terhadap curahan waktu keja. Tingkat pengembalian pinjaman tepat waktu dipengaruhi oleh pendapatan disposible dan tingkat kehadiran pada pertemuan rembug pusat yang dilakukan secara reguler satu kali per minggu. 8. Pengeluaran konsumsi mmahtangga dipengaruhi oleh jumlah anggota rumahtangga
dan pengeluaran pendidikan. Konsurnsi mmahtangga dan pengeluaran kesehatan berpengamh positif terhadap pengeluaran pendidikan. Sementara itu pendapatan
disposible dan pengeluaran pendidikan berpengamh positif terhadap pengeluaran kesehatan. Dari kondisi ini tampak bahwa pengeluaran untuk pendidikan dan kesehi~tanadalah komplemen dengan pendapatan yang siap dibelanjakan. Ini berarti
172
bahwa tingkat kesadaran mmahtangga miskin peserta KUM terhadap masalah pendidikan dan kesehatan tergolong cukup tinggi.
9. Dari penelitian ini juga menunjukkan bahwa seluruh peubah endogen model mmalitangga peserta KUM tidak responsif terhadap peubah-peubah penjelas (explrmnatory variables), kecuali peubah pengeluaran pendidikan responsif terhadap
pengeluaran kesehatan dan konsumsi mmahtangga, dan peubah tingkat pengembalian pinjarnan responsif terhadap tingkat kehadiran pada pertemuan rembug pusat. Selain itu dapat dikemukakan bahwa nilai R2 pada setiap persamaan struktural relatif kecil, yaitu berkisar antara 0,12 hingga 0,32. Rendahnya nilai R' ini disebabkan oleh banyak faktor, diantaranya adalah : (1) data yang dianalisis adalah data penampang lintas (cross-section data) yang umumnya menghasilkan RZ yang kecil, (2) masih banyak faktor penjelas bersifat kualitatif yang tidak dapat diakomodasikan dalam model, padahal faktor tersebut sangat diduga sangat mempengaruhi peubah yang dijelaskan, misalnya kebiasaan, selera dan lain-lain. 10. Prioriitas kebijakan meningkatkan kredit selain KUM akan berdampak pada
peningkatan pendapatan peserta KUM. Namun, kebijakan meningkatkan kredit KUM
akan berdampak pada kenaikan secara merata pada seluruh peubah endogen, meskipun kebijakan tersebut secara simultan hams diikuti oleh penurunan tabungan peserta KUM. Secara spesifik, kebijakan peningkatan jumlah kredit KUM menunjukkan dampak positif terhadap pendapatan, tabungan dan modal peserta. 1 1 . Membuka akses kredit dan pelayanan tabungan bagi mmahtangga miskin berpotensi
untuk meningkatkan pendapatan dan pemupukan modal. Dengan demikian meletdckan skim KUM dalam perspektif pengembangan pelayanan pembiayaan
173
mikro yang berkelanjutan bagi rumahtangga miskin di pedesaan adalah langkah yang perlu dilakukan.
9.2. Kesimpulan dan Implikasi Kebijakan
1. Mekanisme pengajuan dan penyaluran skim KUM yang memiliki karakteristik yang khusus yang tertuang dalam bentuk mekanisme screening, incentive, dan enforcement dapat menjamin diperolehnya peserta kredit yang prospektif Hal ini dapat mendorong pesert,a kredit untuk berdisiplin dan memiliki komitmen yang tinggi dalam menggunakan kredit, menabung dan mengembalikan kredit secara teratur. 2
Selama periode analisis, tahun 1993-1999, KUM hanya dapat mencapai viabilitas finansial selama dua tahun, yaitu tahun 1993-1994 Sedangkan untuk tahun 1995 hinggx tahun 1999 KUM tidak dapat mencapai tingkat viabilitas finansial Dengan demikian, dilihat dari aspek finansial, keberlanjutan skim KUM masih sangat rentan Implikasi dari kondisi tersebut adalah bahwa KUM harus dapat meningkatkan kinerja viabildas finansialnya, dengan cara meningkatkan efisiensi pelayanan kepada pesertanya Untuk dapat vrable pada tahun 2000, KUM harus dapat meningkatkan volurr~epenyaluran kredit sebesar 80% dari tahun sebelumnya
3. Hingga saat penelitian dilakukan, pendapatan non-operasional KUM, yaitu pendal3atan bunga dari dana KUM yang berada di bank (meskipun jumlah dana yang beradsi di bank ini relatif kecil bila dibandingkan dengan volume kredit yang disalui-kan), berperan penting dalam menopang biaya operasional skim KUM, sehingga KUM tetap dapat melayani pesertanya Untuk dapat mendorong agar lemba.:a
intermediasi sejenis KUM ini dapat berlanjut, maka pemerintah perlu
174
berperan aktif dengan mengalokasikan dana dalarn bentuk /z~m~).n~nz lratzsfer yang diikuti dengan pengawasan yang intensif terhadap penggunaan dana tersebut, agar terbentuk lembaga intermediasi kredit yang transparan, bertanggung jawab dan memiliki akuntabilitas yang tinggi. 4. Faktor-faktor yang berpengamh positif terhadap tingkat pengembalian kredit adalah
jumlah kredit yang disalurkan dan persentase anggota (peserta) aktif dalam Rembug Pusat. Sementara itu intensitas pembinaan yang tinggi, petugas lapang wanita dan lokasi rembug pusat yang lokalit (remote) cenderung berpengaruh positif terhadap tingkat pengembalian kredit. Implikasi yang dapat ditarik dari kondisi ini adalah bahwa skim ini hams meningkatkan volume penyaluran kredit, bempaya mendorong keaktifan anggota (peserta) untuk hadir pada pertemuan Rembug Pusat, dan melak:ukan peningkatan intensitas pembinaan oleh petugas wanita pada wilayah lokalit. 5. Moda:l, yang berasal dari KUM dan selain KUM, dan curahan waktu keja
berpengaruh positif terhadap pendapatan mmahtangga peserta. Namun demikian respori pendapatan terhadap modal adalah inelastis. Karena itu mendorong ketersediaan modal dipedesaan dengan disertai akses pada teknologi dan pasar adalah kebijakan yang perlu ditempuh agar diperoleh kineja peningkatan pendapatan yang tinggi.
6. D a l m ~membelanjakan pendapatannya, tidak seperti yang umum diduga, masyarakat miskiri juga mengalokasikan pendapatannya untuk kesehatan dan pendidikan. Kesadaran mereka terhadap pendidikan dan kesehatan relatif tinggi. Hal ini
175 ditunjt~kkan oleh hubungan kausal antara konsumsi rumahtangga, pengeluaran pendiclikan, pengeluaran kesehatan dan pendapatan disposable. 7. Dengr~ndukungan dana dalam bentuk l ~ ~ m p . ~transfr, um skim KLJM dapat menjadi salah satu altematif pilihan, utamanya dalam pengembangan lembaga pembiayaan mikro di tingkat lokal. Hal ini didasarkan atas kenyataan bahwa dengan special delivery mechanism, skim ini mampu mejangkau masyarakat miskin di pedesaan
dan berdampak positif terhadap ekonomi mmahtangga peserta 9.3. Saran Penelitian Lanjutan
Penelitian ini mengambil studi kasus pada salah satu skim replika Gramern Hank, yaitu skim kredit Karya Usaha Mandiri. Sementara itu analisis rumahtangga terbatas pada peserta skim KUM di desa Kiarapandak, kecamatan Cigudeg, kabupaten Bogor, dengan spesifikasi model yang sangat agregat. Oleh karena itu penelitian lanjutan yang disarankan adalah : 1. Memperluas cakupan penelitian replika Grameen Bank, tidak hanya terbatas pada skim ICarya Usaha Mandiri, tetapi juga skim-skim kredit lain yang mempakan replika Gramcren Bank. Dengan demikian kesimpulan yang ditarik relatif dapat mewakili
tipikal skim Grameen Bank di Indonesia. 2. Dalam analisis tingkat mmahtangga, penelitian dapat diperluas untuk desa-desa lain di kecamatan Nanggung, Cigudeg, Leuwiliang maupun skim sejenis di kabupaten atau propinlli lain, sehingga aspek representativenrss skim replika Grameen Bank dapat dipenuhi. 3 . Apabila data tersedia, dalam analisis rumahtangga peubah pendapatan mmahtangga
dapat didisagregasi menjadi berbagai sumber pendapatan. Demikian juga curahan
176
waktu kerja dapat didisagregasi menurut kegiatan pertanian dan non pertanian serta jenis ltelamin pelaku kerja. Dengan demikan pengaruh sumber pendapatan, curahan kerja antar kegiatan dan pelaku terhadap model ekonomi rumahtangga dapat dievaluasi.