SELALU ADA SEMANGAT DAN JALAN PADAT KARYA PEMULIHAN PASCA BENCANA MERAPI PNPM MANDIRI
1
Penanggung jawab: Ir. Sujana Royat, DEA Koordinator : Threesia Mariana Siregar Penyusun: Suhadi Hadiwinoto Catrini Pratihari Kubontubuh Narasumber : G Sahl Wahono Retno Agustin Diah Ari Fika Rose Merry Indrasari Alief Basuki Baskara Febrianto Ilma Fadjar
ISBN: 978-602-95071-9-5 Diterbitkan oleh Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat Republik Indonesia dan PNPM Support Facility (PSF)
Copyright 2011 Kemenko Kesra All right reserved Hak cipta dilindungi oleh undang-undang Dilarang mengutip atau memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari Penerbit Kantor Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat Jalan Medan Merdeka Barat no. 3 Jakarta, Indonesia www.menkokesra.go.id
2
DAFTAR ISI
6 9 17 23 37 103 111 120 121
4
Sambutan Menko Bidang Kesejahteraan Rakyat Pengantar Ketua TPKEM
Ketika Merapi Murka Tenda Pengungsian, Hunian Sementara, Hunian Tetap Padat Karya Penutupan TPKEM Melangkah ke Depan Kontributor Foto Daftar Pustaka
5
MENTERI KOORDINATOR BIDANG KESEJAHTERAAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA
SAMBUTAN Assalamu’alaikum wr.wb Syukur Alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkah dan rahmatnya, Tim Pemulihan Kegiatan Ekonomi Masyarakat dapat menyelesaikan tugas dan tanggung jawabnya dalam melaksanakan kegiatan Padat Karya dengan mekanisme PNPM Mandiri di daerah erupsi gunung Merapi, yaitu Kabupaten Magelang, Kabupaten Boyolali, Kabupaten Klaten, Kabupaten Sleman dan Kota Yogyakarta. Sebagaimana diketahui, Gunung Merapi merupakan gunung api teraktif di dunia. Pada tanggal 20 September 2010 status Gunung Merapi berubah dari Normal ke Waspada. Pada tanggal 21 Oktober, terjadi perubahan status dari Waspada ke Siaga, dan pada tanggal 25 Oktober 2010 pukul 06.00 status Siaga menjadi Awas. Menyikapi keadaan tersebut, Bapak Wakil Presiden memberikan arahan bahwa salah satu kebijakan yang mendesak adalah penyediaan pendapatan bagi masyarakat miskin yang menjadi korban dan kehilangan pekerjaan. Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat diberikan mandat untuk melaksanakan arahan tersebut. Oleh karena itu perlu dilakukan upaya segera untuk merancang program bagi kelompok tersebut. Program PNPM Mandiri dipandang telah memiliki
6
mekanisme yang tepat untuk merespon kebijakan tersebut, dengan dibantu oleh PNPM Support Facility (PSF) yang telah berkomitmen untuk menyalurkan hibah dari negara donor dengan mengalokasikan dana bagi program PNPM Mandiri. Kegiatan Padat Karya ini merupakan bentuk kegiatan untuk memastikan proses transisi dari tanggap darurat ke tahap rehabilitasi dan rekonstruksi supaya dapat berjalan berkesinambungan. Kegiatan padat karya ini telah memampukan masyarakat untuk memiliki pendapatan dari kerja yang bermartabat. Program ini memiliki makna dalam mendukung kebangkitan pemulihan kehidupan masyarakat terdampak bencana Merapi. Melalui buku “SELALU ADA SEMANGAT DAN JALAN: Padat Karya Pemulihan Pasca Bencana Merapi – PNPM Mandiri”, kita dapat melihat optimisme para warga masyarakat korban erupsi gunung Merapi dalam menatap ke depan, tidak larut dalam kesedihan dan selalu bersyukur atas keadaan yang terjadi. Itulah prinsip-prinsip yang dapat kita contoh bersama. Harapan kami, semoga apa yang disajikan dalam buku ini, dapat menjadi lecutan semangat untuk kita semua dalam upaya perbaikan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat. Wassalamu’alaikum wr.wb, Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat
AGUNG LAKSONO
7
8
PENGANTAR
Assalamu ‘alaikum Wr. Wb, Salam Sejahtera bagi kita semua, Puji syukur kita panjatkan ke Hadirat Allah SWT atas terbitnya buku “SELALU ADA SEMANGAT DAN JALAN: Padat Karya Pemulihan Pasca Bencana Merapi – PNPM Mandiri” ini. Buku ini menceritakan pengalaman masyarakat yang terkena bencana dan dampak letusan Gunung Merapi di perbatasan Provinsi Jawa Tengah dan DI Yogyakarta pada tanggal 26 Oktober 2011 serta tanggal 1, 4 dan 5 November 2011, yang disusul juga oleh lahar dingin dalam jangka waktu yang lama, mampu bangkit kembali dalam waktu yang relatif singkat. Salah satu kunci dari keberhasilan masyarakat untuk bangkit dari bencana adalah program yang mampu merespon cepat kebutuhan masyarakat pasca bencana yakni program padat karya pemulihan (cash for work program). Program ini merupakan program padat karya pertama yang diterapkan pada penanggulangan bencana. Bencana yang ditimbulkan oleh letusan Gunung Merapi pada tahun 2010 ini sangat dahsyat. Tidak saja letusannya me-muntahkan material yang diperkirakan sekitar 410 juta meter kubik, namun juga bencana tersebut mengakibatkan bencana ikutan berupa lahar dingin yang menghantam banyak permukiman penduduk, menghancurkan berbagai prasarana / infrastruktur vital yang berdampak terganggunya roda per-ekonomian daerah bahkan nasional. Lebih dari 199 penduduk tewas akibat awan panas maupun oleh lahar dingin dan sekitar 275 ribu lebih warga mengungsi. Letusan pertama yang terjadi pada tanggal 26 Oktober 2010, kemudian disusul oleh beberapa letusan lainnya dan yang paling besar adalah letusan pada tanggal 5 November 2010 yang memuntahkan material yang besar volumenya, dan kemudian ditambah dengan lahar dingin yang mengalirkan sekitar 20% material yang masih tertahan di Gunung Merapi melalui Kali Putih, Kali Gendol, Kali Adem dan Kali Code yang melewati Kota Yogyakarta.
9
Pada akhir November 2010, dalam suatu Rapat Koordinasi Penanggulangan Bencana Merapi, Bapak Wakil Presiden menginstruksikan agar menjelang selesainya tahap tanggap darurat, dan sambil menunggu persiapan masuk ke tahap rehabilitasi dan rekonstruksi, masyarakat perlu diberikan bantuan agar memiliki pendapatan. Dengan pendapatan ini maka masyarakat bisa memulai bangkit kembali mulai membangun kembali kehidupan, usaha dan pekerjaannya. Kegiatan padat karya ini dipilih agar masyarakat memiliki pendapatan dari kerja yang bermartabat serta perlahan mulai bangkit membangun dan memulihkan kehidupan mereka. Kegiatan padat karya pemulihan ini pada prinsipnya adalah berupa perbaikan awal dan sederhana terhadap rumah warga yang terkena bencana, prasarana dan fasilitas umum serta pembersihan lahan-lahan usaha penduduk agar prasarana dan fasilitas umum bisa berfungsi kembali meskipun belum sepenuhnya. Tanggal 3 Desember 2010, Bapak Menko Kesra menindak lanjuti arahan Bapak Wakil Presiden. Pada Rapat Koordinasi Penanggulangan Bencana Merapi di Kantor Lapangan BNPB di Yogyakarta, Bapak Menko Kesra menetapkan pembentukan Tim Pemulihan Kegiatan Ekonomi Masyarakat atau TPKEM, dan dikukuhkan dengan Surat Keputusan Menko Kesra nomor 53/KEP/MENKO/KESRA/XI/2010 tanggal 20 November 2010 tentang Pembentukan Tim Pemulihan Kegiatan Ekonomi Masyarakat di Lokasi Bencana Pada Masa Transisi Darurat ke Pemulihan. Tim ini dipimpin oleh Deputi Bidang Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan dan Pemberdayaan Masyarakat, Kemenko Kesra dan beranggotakan perwakilan dari kementerian/ lembaga serta pemerintah provinsi DIY dan Jawa Tengah serta dari pemerintah Kabupatan/Kota terkait. Kegiatan padat karya ini dicanangkan pada tanggal 15 Desember 2010, dengan sehari sebelumnya yakni pada tanggal 14 Desember 2010 dilaksanakan kegiatan padat karya khusus untuk penyelamatan tanaman salak pondoh di Srumbung, Kabupaten Magelang. Kegiatan padat karya ini kemudian berlanjut sepanjang tahun 2011. Kegiatan
10
padat karya ini hanya diperuntukkan bagi warga yang terkena bencana Merapi. Warga yang merupakan kelompok sasaran program dijaring melalui proses sosialisasi, pendataan pekerja yang mendasarkan pada keanggotaan KK dan atau KTP. Selain pelaksanaan warga juga dilibatkan dalam perencanaan dan pertanggungjawaban. Pendanaan kegiatan padat karya pemulihan ini pada dasarnya terdiri atas dua tahap. Tahap pertama pendanaannya diambilkan dari Dana Tanggap Darurat yang dikelola BNPB sebesar 15 milyar rupiah. Tahap kedua ini berlangsung sampai dengan bulan Desember 2011. Kegiatan padat karya pemulihan mampu menyerap tenaga kerja dalam jumlah yang besar, yakni sekitar 14.000 tenaga kerja pada tahap pertama dan sekitar 195.936 tenaga kerja pada tahap kedua. Standar upah yang diberlakukan adalah dari Rp.30.000,- sampai dengan Rp 70.000,-/hari/ tenaga kerja tergantung dari tingkat keahlian pekerja. Untuk memantau pelaksanaan kegiatan padat karya pemulihan ini, Bapak Gubernur DIY membantu menyediakan salah satu ruangan di Kompleks Kantor Pemprov di Kepatihan, Yogyakarta untuk digunakan sebagai Kantor Sekretariat Lapangan Tim Pemulihan Kegiatan Ekonomi Masyarakat (TPKEM). Beberapa tenaga konsultan yang membantu di Sekretariat ini bertugas untuk melakukan pemantauan pelaksanaan kegiatan padat karya dan sebagai penghubung dengan pemerintah daerah terkait. Operasional kegiatan TPKEM didukung melalui pendanaan dari PSF (PNPM Support Facility). Sebagaimana pesan dari Bapak Wakil Presiden, bahwa kegiatan padat karya ini harus secara bersama dilaksanakan dalam skala yang besar. Tujuannya adalah untuk menjembatani kemungkinan adanya kekosongan pada masa transisi dari tahap Tanggap Darurat (Emergency Relief) ke Tahap Rehabilitasi dan Rekonstruksi (Rehabilitation & Reconstruction). Kegiatan padat karya pemulihan ini merupakan tahap transisi dari Tahap Tanggap Darurat ke Tahap Rehabilitasi dan Rekonstruksi, atau sering disebut sebagai Tahap Awal Pemulihan (Early Recovery). Kegiatan padat karya pemulihan ini kemudian
11
masuk menjadi bagian dari prosedur standar operasi penanggulangan bencana pada tahap pemulihan awal, yaitu tahap transisi antara tahap tanggap darurat dan tahap rehabilitasi dan rekonstruksi. Pada masa transisi ini, seringkali warga yang terkena bencana harus menunggu lama proses penyiapan berbagai pembangunan kembali dikarenakan adanya perbedaan kelembagaan yang menangani. Pada tahap tanggap darurat, seluruh kegiatan dikoordinasikan oleh BNPB, kemudian pada tahap Rehabilitasi dan Rekonstruksi, pelaksanaannya dilakukan oleh kementerian dan lembaga teknis masing-masing. Proses transisi ini yang memakan waktu dan seringkali bantuan bagi masyarakat terhenti. Dengan adanya kegiatan padat karya pemulihan pada tahap pemulihan awal ini, maka masyarakat tidak perlu menderita menunggu berbagai bantuan ataupun program pemerintah terlalu lama. Karena itu, kegiatan yang harus diisikan pada tahap pemulihan awal ini haruslah yang sifatnya dapat langsung sampai ke masyarakat, dikerjakan oleh masyarakat dan masyarakat pun dapat segera memperoleh pendapatan yang dapat digunakan untuk memulai kehidupan dan usahanya. Buku ini tidak menyampaikan informasi dan aspek-aspek teknis dari kegiatan padat karya ini. Sebaliknya, buku ini sarat dengan berbagai pembelajaran (lessons learnt) yang dapat dipetik dari pelaksanaan kegiatan padat karya pemulihan. Ada nilai-nilai kemanusiaan, semangat, keberanian/courage, optimisme, bangkit kembali dari keterpurukan pada pelaksanaan kegiatan padat karya pemulihan ini. Nilai-nilai inilah yang akan dikupas dan ditonjolkan dalam buku ini. Bagaimana seorang nenek tua usia 78 tahun dengan semangatnya ikut dalam kegiatan padat karya pemulihan ini, meskipun ia hanya mencabuti rumput dan mengumpulkan sampah, namun dilihat dari wajahnya! Sang nenek dengan wajah sumringah sangat menikmati bekerja bersama, bergotong-royong, di tengah senda gurau dengan kelompoknya. Bisakah jenis kebahagiaan ini diukur dengan uang? Roh dari buku ini justru menampilkan sisi-sisi kemanusiaan serta nilainilai kearifan dan sikap masyarakat untuk bangkit kembali menata kembali kehidupan dan kegiatan sehari-hari mereka. 12
Mungkin harta benda yang dimiliki masyarakat sudah musnah dihancurkan oleh bencana, namun mereka tidak pernah kehi-langan semangat untuk memulai kembali kehidupannya. Mereka tidak pernah kehilangan mimpi-mimpi mereka untuk membangun kehidupan dan masa depan yang jauh lebih baik. Kegiatan padat karya pemulihan ini memberikan setitik jalan keluar bagi masyarakat yang terkena bencana untuk bangkit kembali, membangun mulai dari awal kehidupan mereka dan juga masa depan yang baik bagi anak-anaknya. Masyarakat ternyata mampu menyikapi bencana dan kehilangan harta bendanya ini dengan sangat arif. Melalui kegiatan berkelompok, mereka menentukan sendiri apa yang harus diperbaiki, dan apa yang harus mereka bangun kembali karena hal itu sangat vital untuk mendukung kehidupan mereka pada masa-masa mendatang. Air bersih, tanggul sungai, saluran irigasi, bahkan perbaikan sederhana dari sekolah dasar anakanaknya, lahan-lahan usaha mereka dan juga perbaikan bangunan pos pelayanan kesehatan, pasar, warung, dan juga rumah-rumah mereka, merupakan sasaran dari banyak kegiatan padat karya pemulihan yang dilaksanakan oleh masyarakat. Terdapat pembelajaran baik serta nilainilai kemanusiaanpada pelaksanaan kegiatan padat karya pemulihan di lokasi-lokasi yang terkena bencana Merapi. Inilah yang ingin kami ungkapkan dalam buku ini agar juga menjadi cerminan bagi kita semua, bahwa di dalam keterpurukan selalu ada semangat dan selalu ada jalan untuk suatu kehidupan yang lebih baik (there is spirit and there is a way for a better life). Sebagai Ketua Tim Pemulihan Kegiatan Ekonomi Masyarakat, saya atas nama kerabat Tim ini menghaturkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada semua pihak, terutama kepada Bapak Menko Kesra yang telah mempercayakan amanah yang sangat mulia ini kepada kami semua. Rasa terima kasih kami haturkan kepada Bapak Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta yang dengan kebaikannya membantu dan mendukung kegiatan padat karya pemulihan ini dengan memberikan berbagai fasilitas yang sangat bermanfaat termasuk ruangan yang diperuntukkan bagi Sekretariat Tim kami ini; kepada Kepala BNPB Bapak Dr. Syamsul Ma’arif beserta jajarannya yang
13
telah membantu pelaksanaan kegiatan padat karya pemulihan tahap I. Tak lupa pula kami sampaikan terimakasih kepada Bapak Bambang Widianto, Sekretaris Eksekutif TNP2K Percepatan Penanggulangan Kemiskinan beserta jajarannya terutama Bapak Tonno Supranoto, Bapak Sudarno, Bapak Rinaldi yang sejak awal membantu dan memperlancar tugas Tim kami ini, serta mempercepat proses pencairan pendanaan dari berbagai sumber pendanaan. Kami haturkan terima kasih kepada Dirjen Cipta Karya Kementrian Pekerjaan Umum beserta jajarannya yang mengelola PNPM Perkotaan, Dirjen PMD Kementrian Dalam Negeri beserta jajarannya yang mengelola PNPM Perdesaan, Bapak Jan Weetjens, Co-Chairperson PNPM Support Facility dan juga temanteman di PSF, terutama Bapak Sentot Satria, Ibu Threesia Siregar dan teman-teman lainnya yang tidak henti-hentinya dan dengan kesabaran yang luar biasa membantu mempercepat pemrosesan dan pencairan dana hibah yang diperuntukkan agar segera dapat dimanfaatkan oleh masyarakat penerima. Kami juga mengucapkan terimakasih kepada Para Bupati dan Walikota serta jajaran pemerintah daerah Kabupaten Sleman, Kota Yogyakarta di Provinsi DIY dan Kabupaten Magelang, Kabupaten Klaten, Kabupatan Boyolali atas perhatian, dukungan dan bantuannya membantu Tim dalam menyelenggarakan kegiatan padat karya pemulihan di daerahnya masing-masing; kepada para Camat, Kepala Desa, Kepala Dusun, relawan KSM, TPK, KPMD yang dengan sabar memberikan penjelasan mengenai dampak bencana kepada Tim yang seringkali datang ke Desa maupun ke Kantor Kecamatan tidak mengenal waktu. Kami mengucapkan terimakasih kepada para Konsultan, Koordinator Kota, Fasilitator Kabupaten, pengurus UPK dan BKM PNPM Mandiri yang sangat membantu pelaksanaan kegiatan ini dan ikut mensosialisasikan serta memantau pelaksanaan kegiatan ini. Dan last but not least, kepada Rekan-rekan di Sekretariat Pokja Pengendali PNPM Mandiri dan kepada rekan-rekan sejawat di Kedeputian VII
14
serta seluruh jajaran di Kemenko Kesra yang sangat membantu Tim kami ini dalam melaksanakan tugas, serta kepada semua pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu yang telah membantu dan memfasilitasi pelaksanaan tugas Tim ini. Kami juga atas nama Tim memohon maaf bilamana sepanjang kami memenuhi amanah dan melaksanakan tugas ini ada hal-hal yang kurang berkenan. Mohon dibukakan pintu maaf yang sebesar-besarnya. Semoga Buku ini memberikan manfaat, berkah, pencerahan dan rahmah bagi siapa saja dan semoga seluruh kerja keras dan amal ibadah kita semua senantiasa memperoleh ridho dari Allah SWT, Tuhan Yang Maha Pengasih dan lagi Maha Pemurah. Billahi taufiq wal hidayah Wassalamu’alaikum Wr. Wb.,
Sujana Royat Ketua Tim Pemulihan Kegiatan Ekonomi Masyarakat Pasca Bencana Merapi PNPM Mandiri
15
KETIKA MERAPI MURKA
17
Gunung Merapi adalah gunung yang paling aktif di Indonesia yang telah meletus berulang-ulang sejak ribuan tahun yang lalu. Letusan pada bulan November 2010 adalah yang terdahsyat sejak tahun 1870an. 275.000 orang terpaksa mengungsi. Sampai dengan 3 Desember tercatat lebih dari 199 orang meninggal dunia. 45 rumah sakit dan lebih dari 100 Puskesmas serta pos darurat di berbagai desa melayani korban letusan. Ribuan orang luka-luka, banyak yang menjadi cacat. Banyak pula yang menderita stress dan trauma serta beberapa gangguan kejiwaan. Jalan, jembatan, saluran, bangunan fasilitas umum, dan rumah penduduk hancur atau rusak. Sawah, ladang, dan hutan rusak diterjang lahar dan awan panas. Tempat kerja rusak dan sumber penghasilan masyarakat terputus. Berbagai kesulitan bertumpuk dan menimpa warga masyarakat di sekitar Gunung Merapi 18
Berbagai prasarana hancur
Gempa dari Merapi dirasakan sejak awal September 2011 dan terus meningkat. Tanggal 13 September asap putih membubung setinggi 800 meter. 23 Oktober lahar mengalir dari puncak Merapi ke sungai Gendol. Merapi meletus 3 kali pada tanggal 25 Oktober dan meletus lagi tanggal 29, dan 30 Oktober, 1 November dan 5 November yang merupakan letusan terbesar. Masih banyak lagi terjadi letusan-letusan besar yang kemudian menurun setelah pertengahan November dan pada tanggal 3 Desember status bahaya Merapi diturunkan ke tingkat III. Semula masih banyak warga yang tidak mau mengungsi, mereka ingin tetap tinggal di desanya meskipun bahaya jelas mengancam. Mereka tergerak untuk mengungsi setelah mendengar berita meninggalnya mbah Marijan terserang awan panas yang menerjang desanya.
Sejauh mata memandang terlihat kerusakan akibat letusan Merapi itu.
19
Jalan-jalan dipadati warga yang mengungsi, ada yang berjalan kaki, ada yang menggunakan sepeda motor, ada pula yang naik truk dari Pemda dan sumbangan beberapa yayasan sosial. Ada pula yang turun menggiring ternak sapinya. Mereka hanya membawa hartanya yang terpenting. Selebihnya mereka tinggalkan di rumah. Hujan abu semakin pekat dan masih terasa hangat sewaktu menyentuh kulit. Rambut, pakaian, kendaraan, dan daun-daun semua dilapisi selaput tipis keabuan. Suara gemuruh dari gunung Merapi, dan berita-berita turunnya wedhus gembel atau awan panas membuat mereka selalu waswas. Para pengungsi bergegas mengikuti arus ribuan manusia menuju barak pengungsian. Tidak jelas apa yang akan mereka temukan di sana. Yang penting mencari tempat berteduh yang aman dari serangan lahar dan awan panas.
20
Banyak juga ternak yang menjadi korban
Sejalan dengan gemuruh letusan gunung, lahar dan awan panas dimuntahkan dari kawahnya, manyapu semua yang dilaluinya. Awan panas oleh warga setempat disebut “wedhus gembel” yang sangat ditakuti karena kecepatannya menyergap korban. Manusia, ternak, rumah seisinya, hutan, dan apapun yang dilaluinya terbakar hangus. Beberapa sungai dialiri larutan belerang yang mengepulkan uap berbau.
Setelah gemuruh letusan Merapi tak terdengar, masih terlihat kepulan asap pekat membubung tinggi. Merapi masih menyimpan tenaga untuk letusan berikutnya. Sementara itu jutaan kubik lumpur dan abu vulkanik masih tertimbun di puncaknya, yang sewaktu-waktu dapat meluncur turun jika di kawasan puncak turun hujan lebat yang memicu aliran lahar dingin menerjang desa-desa di bawahnya.
Beberapa sungai dialiri larutan belerang panas
21
TENDA PENGUNGSIAN HUNIAN SEMENTARA DAN HUNIAN TETAP
23
SITUASI DI TEMPAT PENGUNGSIAN
Setelah melalui perjalanan panjang yang melelahkan, para pengungsi tiba di lokasi penampungan dalam keadaan lelah, bingung, sedih, risau, tidak tahu bagaimana nasib mereka selanjutnya. Yang penting mereka mendapat tempat berteduh yang aman dari ancaman lahar dan awan panas. Ada yang kebetulan bertemu dan berkumpul dengan saudara atau tetangga dekat dikampungnya. Sebagian lagi tidur bersebelahan dengan kenalan baru yang datang dari kampung lain. Itu semua tidak menjadi soal, mereka ingin istirahat melepas lelah, menenangkan fikiran yang kalut. Ada yang harus mengobati luka-luka. Ada juga yang mencari anggota keluarga yang hilang, yang terpisah saat di perjalanan.
24
Tenda besar menampung beberapa keluarga bersama-sama
Para pengungsi yang sudah kehilangan rumah dan harta bendanya harus segera mendapat tempat berteduh. Mereka ditampung di tendatenda besar yang biasa dipakai oleh tentara dan pertolongan dalam keadaan darurat. Di tenda ini berteduh banyak keluarga bersama-sama dengan fasilitas seadanya. Tinggal bersama banyak keluarga dibawah satu atap tanpa privasi tentu saja tidak senyaman seperti di rumah sendiri. Sementara itu ada pula tenda kecil untuk masing-masing keluarga, sumbangan dari berbagai organisasi sosial. Di sini ada sedikit privasi tetapi ruangnya sempit, tanpa ventilasi, dan terasa pengap. Ada yang terpaksa berlama-lama tinggal di tenda pengungsian, dan ada yang beruntung dapat segera pindah ke hunian sementara (Huntara) dimana masing-masing keluarga tinggal di rumah sementara yang lebih memadai. Umumnya keluarga pengungsi ingin kembali ke “rumah normal” dalam waktu yang tidak terlalu lama. Ada yang dapat kembali ke lokasi semula, tetapi ada yang tidak dapat kembali karena lahannya termasuk dalam lokasi yang sangat rawan bencana. Mereka ini terpaksa menunggu dibangunnya hunian tetap (Huntap) yang membutuhkan waktu cukup lama untuk penyiapannya
Tenda kecil masing-masing untuk satu keluarga
25
26
Hunian sementara sedang disiapkan
Hunian Sementara
26 27
Berbagai perusahaan dan yayasan sosial bergotong-royong menyumbang untuk pembangunan hunian sementara. Sumbangan mereka sangat membantu untuk mempercepat normalisasi kehidupan keluarga pengungsi, agar tidak lagi harus tinggal di tenda pengungsian secara masal. Meskipun sangat sederhana, berdinding bilik bambu dan beratap asbes tetapi kamar-kamarnya sudah memadai untuk kehidupan keluarga. Hunian sementara juga di lengkapi dengan fasilitas lingkungan seperti Balai Dusun, PAUD, mushola, penghijauan dan sebagainya.
Hunian sementara Gondang Tiga
28
Hunian Sementara Gondang Tiga
Musholla
29
Suasana hunian sementara di Jumoyo
Hunian sementara di Jumoyo dibangun tidak jauh dari rumah mereka yang lama di tepi Kali Putih yang tersapu oleh lahar dingin. Hunian sementara ini dilengkapi dengan ruang terbuka hijau, tempat bermain anak dan pelatihan pengolahan sampah ramah lingkungan. permukiman lama di Jumoyo yang tertimbun pasir lahar dingin
30
Hunian Sementara tipe lain yang dikembangkan oleh Tim UGM
31
Beberapa alternatif hunian sementara digagas para arsitek
32
Beberapa keluarga sudah mulai berangsur-angsur membersihkan dan memperbaiki rumah lama mereka yang rusak di lokasi yang lama. Tetapi penetapan rencana tata ruang tentang daerah mana yang aman serta daerah mana yang rawan bencana dan tidak boleh dibangun masih diproses. Penetapan ini membutuhkan kesepakatan dari berbagai lembaga terkait dan mengandung masalah sosial yang pelik.
33
Meskipun kelengkapan hunian sementara cukup memadai, tetapi tentunya tidak sama dengan tinggal di hunian tetap milik sendiri yang sudah permanen dan jelas statusnya. Di beberapa lokasi telah disiapkan lahan untuk hunian tetap seperti terlihat di desa Kepuharjo, Kabupaten Sleman. Beberapa keluarga telah membangun hunian tetap mandiri, yaitu rumah yang dibangun diatas tanah sendiri. Mereka membangun secara bertahap dengan bantuan pemerintah atau yayasan sosial. Mereka juga menggunakan bahan bangunan sisa dari rumah mereka yang rusak. Warga yang mempunyai lahan di kawasan yang aman dapat relatif cepat kembali dan membangun rumahnya. Ada bantuan dari berbagai pihak. Tersedia juga bantuan bimbingan teknis lama karena masalah tanah dan posisi lahannya yang rawan bencana.
Lahan untuk hunian tetap yang disiapkan di desa Kepuharjo
34
Hunian Tetap Mandiri yang dibangun diatas tanah milik sendiri dapat lebih cepat digarap.
32 35
36
PADAT KARYA
untuk pemulihan kegiatan ekonomi masyarakat
37
Setelah Merapi tenang kembali, roda ekonomi tidak segera kembali berputar
Proses formal untuk pemulihan kehidupan dan rehabilitasi desa membutuhkan waktu yang cukup lama, sementara para pengungsi bingung termanggu-manggu memikirkan apa yang harus diperbuat karena ketiadaan dana dan belum jelasnya status kerawanan lahan. Pada umumnya pengungsi ingin segera kembali ke lokasi asalnya, tetapi beberapa hal perlu disiapkan lebih dahulu. Berbagai kebutuhan sehari-hari harus dipenuhi dan tentunya mereka tidak dapat sepenuhnya menggantungkan diri pada tim penanggulangan bencana. Jelas mereka memerlukan pendapatan yang meskipun kecil dan darurat tetapi sungguh merupakan kebutuhan mutlak. Mereka tidak dapat segera kembali pada pekerjaannya semula karena ladangnya tertimbun lahar, irigasinya rusak, ternaknya habis, dan peralatannya juga rusak semua. Mereka harus segera terlepas dari renungan kelabu, kesedihan, kebingungan dan keputusasaan. Mereka harus segera punya kegiatan dan harapan. Mereka harus segera mempunyai sesuatu, mempunyai kegiatan, mempunyai kehidupan normal sebagai keluarga dan warga masyarakat. Paling tidak suatu pekerjaan darurat harus segera diselenggarakan. Dalam situasi demikian sangat diperlukan suatu pekerjaan sederhana, yang dapat dikerjakan oleh semua orang tanpa memerlukan pendidikan dan keterampilan canggih, tanpa proses administrasi yang panjang.
38
Tua muda antusias mengikuti padat karya
Dengan bekerja mereka merasa berguna, produktif, dan percaya diri. Dengan bekerja mereka lebih merasakan eksistensinya, berperan di masyarakatnya, membangun dan memperbaiki lingkungan kehidupan bersama. Dalam keterbatasan mereka merasa mulai mampu menafkahi keluarganya, sementara sawah ladang dan pekerjaannya semula masih belum dapat digarap. Yang penting mesin kehidupan dan penghidupan berjalan terus, tidak dibiarkan berhenti dan mogok berkarat. Dalam skema ini dikembangkan kegiatan padat karya untuk menanggulangi kesulitan yang dihadapi warga setempat seperti memperbaiki jalan yang rusak atau penuh dengan batu dan pasir semburan dari letusan gunung. Irigasi dan saluran drainase harus segera dibersihkan dan difungsikan kembali. Sawah ladang perlu dipulihkan. Banyak pekerjaan sederhana yang dapat dikerjakan oleh warga untuk memulihkan kehidupan masyarakat. Pekerjaan ini dapat digarap oleh semua warga tua-muda, pria-wanita pada usia produktif. Setiap keluarga dapat mengirim wakilnya untuk turut ber-partisipasi. Itu merupakan hak, bukan paksaan. Laki-laki dan perempuan bersemangat membangun desanya
39
Sukacita menerima hasil jerih payah
Tua muda menyambut padat karya ini dengan antusias. Dalam masa serba sulit ini mereka bisa bekerja dan mendapat penghasilan. Ini benarbenar merupakan berkah pelepas dahaga. Yang menggembirakan adalah prosesnya sederhana, tidak berbelit-belit, transparan, dan semua warga turut mengawasi agar tidak terjadi penyimpangan. Biasanya di desa-desa kegiatan berlangsung 5 sampai 10 hari. Terasa sekali kegembiraan warga saat menerima upah setelah mengikuti gerakan Padat Karya. Ini dapat dipahami karena waktu itu uang memang sangat langka dan pekerjaan lain hampir tidak ada. Ibu Parjinah (35) warga desa Tlogolele Selo yang ikut padat karya karena menggantikan suaminya, menyatakan bahwa pembayaran upah tidak ada potongan dari pihak manapun. “Saya ikut 8 hari mendapatkan Rp. 240.000 karena seharinya dibayar Rp.30.000 sesuai pengumuman Pak RT dulu”. Setelah proses kegiatan dan pembayaran upah padat karya selesai, TPKD melakukan Musyawarah Desa Serah Terima Pelakasnaan Padat Karya kepada kepala desa disertai dengan pertang-gungjawabannya di hadapan para warga dan tokoh masyarakat desa. Dibahas tingkat partisipasi dan peran warga untuk masukan bagi desa dan TPKD. Kegembiraan bersama setelah bekerja keras
40
Pak Slamet (43), Ibu Tukinah (52) dan Pak Suwarto (49) dari desa Pusporenggo, kecamatan Musuk mengatakan bahwa mereka telah ikut “GERAKAN”, maksudnya Padat Karya ini. Setiap kali bekerja peserta diambil foto dan cap jempolnya, ini akan dipakai untuk pertanggungjawaban pada waktu penerimaan uang. Ini merupakan cara yang praktis dan akurat untuk mencegah berbagai penyimpangan. Transparansi dan kelancaran prosesnya sangat dipuji warga. Tidak mungkin ada penyimpangan karena warga turut mencer-matinya. Ini adalah berkat kesungguhan dan konsistensi seluruh warga dalam menjalankan berbagai kegiatan bersama di desanya. Semangat guyub dan kegotongroyongan memang sudah lama dipupuk dan dibina bersama antara pamong dan seluruh warganya. Dengan berbekal persatuan dan kesatuan ini, berbagai masalah yang lalu dapat diatasi, demikian pula diharapkan kedepannya. Kegiatan padat karya membawa suasana segar. Disamping memperbaiki lingkungannya mereka berkumpul bersama bersilaturahmi, ngobrol, menyisihkan sejenak duka erupsi Merapi. Suasana gotong royong ini sangat positif disamping hasil fisik berupa perbaikan desanya. Kebersamaan ini membangun semangat dan keyakinan memecahkan masalah bersama, sesuatu yang tak dapat diukur dengan uang.
Membubuhkan cap jempol sebagai tanda terima
41
Karena daerah ini adalah daerah pertanian maka dapat dipahami bahwa kegiatan padat karya banyak berkisar pada usaha pertanian seperti pembersihan lahan, perbaikan saluran irigasi, atau menyingkirkan batu-batu besar yang akibat erupsi telah menggelinding masuk ke sawah, irigasi, atau jalan desa.
42
Kegiatan Normalisasi saluran di Demakijo, Karangnongko, Klaten
43
Rehabilitasi saluran yang merupakan kebutuhan vital petani
44
Pemulihan kebun salak di desa Srumbung
45
41
PERAN PEMDES SARIHARJO DALAM KEGIATAN PADAT KARYA Sariharjo terletak 19 Km dari puncak Merapi dan terkena dampak langsung Merapi. Masyarakat pedukuhan yang mendiami utara desa sempat diungsikan pada saat merapi meletus. Pada sisi lain balai desa Sariharjo juga dijadikan daerah pengungsian. Sebagai wilayah yang dilalui sungai Boyong yang berhulu di Merapi, Sariharjo rawan terkena bencana banjir lahar dingin. Terdapat 10 pedukuhan yaitu padukuhan : Rejondani 1, Rejondani 2, Ngetiran, Tegalrejo, Wonorejo, Tawangkerto, Karangmloko, Mudal, Sumberan dan Tegalsari. Lahar dingin di Sariharjo mengakibatkan lima rumah hanyut, longsor di beberapa kawasan, dan saluran irigasi yang tertutup luapan banjir sungai Boyong. BKM berupaya meringankan beban penderitaan masyarakat yang terkena bencana. Dicari informasi tentang padat karya yang kemudian digunakan untuk mengajukan proposal BKM. Peran pemdes Sariharjo dalam kegiatan padat karya terlihat dari awal. Dimulai dari kesigapan penyajian data awal dan fasilitasi pada masyarakat dalam penentuan lokasi dan pekerja agar tidak timbul konflik. Pemdes dan BKM dapat bekerjasama dengan baik menyusun proposal pengajuan padat karya walaupun harus tersaji dalam waktu yang sangat singkat. Pekerjaan padat karya bukanlah program yang mudah untuk dikerjakan pada awalnya. Berbagai perubahan kebijakan menjadikan masyarakat setengah frustasi dan hampir menolak program padat karya. Ada sebuah teladan yang di tampilkan oleh pemdes selaku pembin a kegiatan PNPM di tingkat desa. Berbagai perubahan kebijakan yang disampaikan BKM ditanggapi dengan bijaksana untuk kemudian diteruskan dengan mengajak koordinasi bersama berbagai pihak yang terlibat diantaranya dukuh dan tokoh masyarakat untuk kemudian diteruskan pada masyarakat calon peserta padat karya.
46
Dana padat karya akhirnya turun pada bulan April sebesar Rp 129.600.000,- yang terdiri dari biaya operasional Rp 3.500.000,- dan dana pelaksanaan sebesar Rp 126.100.000,-. Dana tersebut dicairkan melalui tiga termin yaitu termin 1 sebesar 30%, termin 2 sebesar 50% dan termin 3 sebesar 20%. Rencana perbaikan semula sepanjang 20.000 m, dilaksanakan sepanjang 24.500 m dengan jangka waktu 27 hari. Penyerapan tenaga kerja 192 orang tenaga unskill dengan upah selama 6 jam Rp 30.000,- mandor 3 orang dengan upah 6 jam Rp 70.000,- dan semi skill 1 orang dengan upah selama 6 jam Rp 30.000,-. Peserta padat karya terdiri dari tenaga laki-laki 135 orang dan perempuan 57orang, dengan dikoordinasikan oleh POKJA yang terdiri atas relawanrelawan Desa Sariharjo. Pelaksanaan program padat karya terfokus pada tiga titik diantaranya, Rejondani yang terletak di pinggiran kali Boyong yang mendapat dampak erupsi Merapi terbesar, Karangmloko dan Mudal. Pemdes bersama dengan BKM dan Pokja melakukan monitoring bersama. Pelaksanaan Padat Karya di Desa Sariharjo mengikuti prinsip-prinsip pengelolaan padat karya diantaranya : 1. Partisipatif, dimana dalam setiap tahapan proses perencanaan, pelaksanaan dan pertanggungjawaban pemulihan pasca bencana selalu melibatkan masyarakat sebagai pelaku sekaligus penerima manfaat. 2. Transparan dan akuntabel, dimana dalam setiap langkah kegiatan pemulihan pasca bencana dilakukan secara terbuka dan dapat dipertanggung-jawabkan hasil-hasilya kepada masyarakat. 3. Sederhana dan mudah dikerjakan, artinya pelaksanaan proses kegiatan diupayakan semudah mungkin dan sistematis serta dapat dilakukan masyarakat dengan tetap mengacu pada tujuan dan ketentuan dasar pelaksanaan kegiatan padat karya. 4. Berkualitas secara layak, agar pelaksanaan padat karya tetap mengacu pada standar kualitas pekerjaan, tidak asal mengerjakan padat karya.
47
MERDIKOREJO HEBAT Desa Merdikorejo terrmasuk salah satu desa yang memperoleh program padat karya fase kedua, Desa tersebut hanya berjarak 11-18 KM dari Gunung Merapi. Desa Merdikorejo adalah desa yang terkenal dengan hasil salak pondohnya. Akibat erupsi Merapi pertanian salak pondoh mengalami kegagalan panen dan juga terancam kekeringan karena banyaknya saluran irigasi yang tertimbun endapan abu erupsi Merapi. Berhubung sebagian besar masyarakat Desa Merdikorejo menggantungkan hidupnya dari pertanian salak pondok, maka untuk meringankan beban masyarakat BKM Manunggal melalui program padat karya melaksanakan kegiatan program padat karya pembersihan saluran irigasi. Dengan kegiatan padat karya tersebut diharapkan pada musim kemarau yang akan datang tidak terjadi kekeringan dan masyarakat akan mudah untuk mengaliri tanaman salak pondohnya, sehingga kerusakan dan kehancuran yang mengakibatkan kerugian dan kesengsaraan yang besar bagi seluruh masyarakat dapat dihindari. Semoga masyarakat Desa Merdikorejo lebih cepat bangkit dan bisa membuktikan bahwa masyarakat Desa Merdikorejo Memang Hebat ! Pekerjaan padat karya melibatkan seluruh masyarakat miskin dan warga yang kehilangan mata pencaharian
48
pasca erupsi. Keterlibatan pekerja bukan hanya lakilaki namun juga perempuan, tua dan muda ikut berpartisipasi Program padat karya ini bagai air di padang gurun yang sangat dibutuhkan oleh seluruh masyarakat. Pelaksanaan kegiatan padat karya ini dilaksanakan dalam tiga termin, dan dalam tiap termin dilaksanakan selama 6 hari kerja, termin pertama dimulai tanggal 4 – 9 April 2011 dengan melibatkan 11 pedukuhan , dengan total dana Rp 38.925.000,- sedangkan tahap kedua dimulai 2-7 Mei 2011 dengan melibatkan 17 padukuhan, dengan total dana Rp 64.875.000,-. Tahap ketiga dengan melibatkan 6 padukuhan dengan total dana Rp 25.950.000.- Total dana yang digunakan untuk kegiatan program padat karya ini adalah sebesar Rp 129.750.000,- dengan kategori yang telah ditentukan oleh Program PNPM padat. Dengan dana tersebut padat karya di Merdikorejo melibatkan tenaga kerja sejumlah 280 orang pada termin pertama, 337 orang pada termin kedua,dan 136 orang pada termin ke tiga. Setelah padat karya, saluran irigasi sudah bersih dan dapat mengalir dengan lancar, walaupun masih ada catatan bagi desa, bahwa padukuhan yang mungkin masih akan dilewati lahar dingin, berpotensi mengalami kerusakan kembali. Namun hal tersebut di luar kuasa masyarakat, karena entah kapan bencana beruntun ini akan selesai, sementara itu masyarakat harus tetap menjalani kehidupan sosial dan ekonominya sehari-hari, menjawab berbagai kebutuhan dan tantangannya.
49
PERAN POKJA MENSUKSESKAN PROGRAM PADAT KARYA. Di desa Bangunkerto, Kecamatan Turi abu vulkanik menyelimuti prasarana irigasi yang mengakibatkan penyumbatan saluran air, yang membawa masalah serius bagi penduduk yang bermata pencaharian sebagai petani salak. Disamping itu abu vulkanik yang menyelimuti lahan dan pohon salak mengancam terjadinya gagal panen. Pemerintah Pusat bekerja sama dengan Pemerintah Daerah Sleman meluncurkan Program Padat Karya bagi pemulihan kondisi ekonomi dan kondisi lingkungan bagi daerah yang terimbas dampak erupsi Merapi. Disamping memberi kesempatan kerja bagi penduduk miskin, padat karya juga membawa manfaat memperkuat semangat gotong royong, membawa suasana guyub dan cerah dalam kesuraman dampak Merapi. Program padat karya di Bangunkerto dilaksanakan mulai 27 April 2011 , dengan alokasi dana Rp 125.180.000,- dengan perincian untuk upah tenaga kerja Rp.121.680.000,- dan Rp.3.500.000,- untuk biaya oprasional projek. Pencairan dana melalui 3 termin yaitu 30%, 50% dan 20%. Yang telah dicairkan Tahap Pertama Rp. 37.554.000,diperuntukan bagi 3 pedukuhan yaitu Karangwuni, Bangunharjo, Jurugan, dengan masing-masing dusun menyerap 26 orang KK miskin. Tahap II dana Padat Karya diperuntukan bagi dusun Ngentak, Kelor, Rejodadi, Wonosari, Gadung, Kawedan, dengan alokasi dana Rp.62.590.000,- yang direncanakan pada hari Rabu tanggal 8 Juni 2011 selesai. Tahap 3 dimulai 2 Juni 2011 - 16 juni 2011 dengan alokasi
50
dana Rp.25.036.000,- yaitu diperuntukan bagi pedukuhan Ganggong, Bangunsari dan Kendal. Program ini bisa berjalan secara baik dengan peran aktif dari POKJA, Kelompok Kerja, yang berperan sebagai panitia dalam pelaksanaan program padat karya. Kegiatan Pembersihan saluran irigasi di 12 dusun direncanakan mencapai 50.000,- meter, dan masih ada 30.000 meter yang masih memerlukan pembersihan saluran irigasi. Pokja merupakan panitia pelaksana kegiatan padat karya di tingkat desa yang beranggotakan dari unsur UPL, UPK, Seretariat dan angota LKM. Pokja juga merupakan motor penggerak untuk kegiatan padat karya. Keberhasilan program padat karya di desa Bangunrejo terutama berkat dukungan Pokja yang sangat aktif dalam proses sosialisasi dan pendampingannya. Kegiatan yang telah dilakukan Pokja Mekar untuk mensukseskan program padat karya meliputi: 1. Melakukan sosialisasi kegiatan Padat Karya kepada masyarakat 2. Melakukan Koordinasi dengan Pemerintah Desa, dukuh untuk menentukan lokasi pelaksanaan program padat karya. 3. Penyusunan Proposal Program Padat Karya 4. Melakukan verifikasi calon tenaga kerja bersama dukuh dan Pemerintah Desa yaitu diprioritaskan untuk warga miskin. 5. Melakukan monitoring, pengawasan kegiatan padat karya yang berwujud pembersihan saluran air di 12 pedukuhan. 6. Melakukan pembayaran upah tenaga kerja pada hari keenam dan ketujuh pada masa kerja. 7. Melakukan pengadministrasian dan pembuatan laporan pertanggungjawaban pelaksanaan program Padat Karya.
51
52
SLEMAN BANGKIT BERSAMA PADAT KARYA “SLEMAN BANGKIT” kata-kata itu bukan hanya slogan semata yang banyak kita jumpai di pinggir jalan dan media cetak. Kata-kata itu mengandung pengaruh magis bagi masyarakat Sleman. Slogan tersebut menjadi spirit kebangkitan dari keterpurukan. Banyak masalah yang harus diselesaikan pasca erupsi, salah satunya perbaikan infrastruktur dan pembersihan yang tak pernah habisnya. Karena ternyata “habis gelap terbitlah terang” tidak berlaku bagi erupsi merapi, yang ada adalah habis erupsi terbitlah lahar dingin disusul kerusakan infrastruktur, dan menyusul kesengsaraan bagi warga yang tinggal di bantaran sungai. Sleman Bangkit, bersama bergandeng tangan, semangat dan menggalang kesetiakawanan, bahwa bangkit harus bersama-sama, karena permasalahan yang ada akan terasa lebih ringan bila kita saling bahu-membahu dalam penyelesaiannya. PNPM salah satu program yang membawa kegiatan padat karya, melakukan launching pada Februari 2011 untuk sebelas desa pertama, yang terkena dampak langsung erupsi Merapi, tentunya setelah itu menyusul desa-desa yang terkena dampak tidak langsung atau dampak lanjutan pasca erupsi yakni dampak lahar dingin.
53
Desa Hargobinangun dan Candibinangun adalah dua desa yang mendapatkan program padat karya tahap pertama. Desa tersebut hanya berjarak 5-20 km dari Gunung Merapi. Desa Hargobinangun adalah desa yang terkenal sebagai desa wisata. Tempat wisata tersebut terkena dampak langsung erupsi dengan rusaknya tempat wisata tersebut, hancurnya infrastruktur dan terganggunya ekonomi masyarakat desa Hargobinangun. Air bersih tidak mengalir dan tidak berfungsi lagi, saluran irigasi rusak tertimbun debu Merapi. Mata pencaharian warga yaitu pertanian dan perternakan mengalami kerusakan yang mengakibatkan kerugian dan kesengsaraan yang besar bagi seluruh masyarakat. Prioritas perbaikan pertama pasca erupsi adalah air bersih. Alhamdulillah, dua desa tersebut mendapatkan bantuan pipa air bersih dari UGM dan Kabupaten. Program padat karya PNPM sangat dinanti untuk digunakan sebagai upah tenaga kerja pemasangan pipa dan pembuatan bak sumber air bersih. Selain itu dana juga digunakan untuk pembersihan saluran irigasi. Yang merupakan kebutuhan vital masyarakat petani. Pelaksanaan legiatan padat karya ini lebih kurang empat minggu, dimulai tanggal 28 Februari – 28 Maret 2011, dengan total dana, untuk Desa Hargobinangun sebesar Rp. 237.263.500,- dan Desa Candibinangun sebesar Rp 200.000.000,- dengan dua kegiatan yakni pemasangan pipa air bersih dan pembersihan saluran irigasi yang tertimbun lumpur Merapi.
54
Pekerja yang dilibatkan lebih kurang 15.000 orang setiap desanya. Pembagian upah menurut kategori yang telah ditentukan oleh Program PNPM Padat Karya, yakni mandor sebesar Rp 70.000,-, tukang sebesar Rp 50.000,- dan buruh sebesar Rp 30.000,Setelah padat karya di dua desa tersebut selesai, air bersih sudah bisa mengalir ke rumah warga dan tidak perlu lagi pasokan air bersih dari Kabupaten. Saluran irigasi sudah bersih dan air dapat mengalir dengan lancar, walau masih ada catatan bahwa sewaktu-waktu lahar dingin dapat meluncur lagi dari puncak Merapi. Meskipun ada ancaman kerusakan lagi akibat luncuran lahar dingin yang tidak diketahui kapan datangnya, tetapi perbaikan harus segera dilakukan karena sangat penting bagi keberlangsungan kehidupan masyarakat. Pemasangan pipa air bersih Perbaikan saluran
55
SOEGITO, RELAWAN DESA WONOKERTO “Kegiatan Padat Karya sangat bermanfaat bagi kami warga Desa Wonokerto,” kata Soegito berusia 35an tahun, seorang ketua kelompok pelayanan air bersih masyarakat kepada Bapak Arief Achdiat, Kepala PMU P2KP, pada waktu melakukan monitoring pelaksanaan kegiatan Padat Karya di Desa Wonokerto. Kecamatan Turi, Kabupaten Sleman. Pernyataan ini disampaikan sebagai ketua Pokja Pemasangan Pipa Air Bersih. Soegito yang tinggal di dusun Tunggul Arum, Wonokerto, dan memiliki 2 orang anak ini bersama-sama dengan warga desa bekerja keras untuk memperbaiki sarana air bersih yang rusak akibat erupsi Gunung Merapi. Saat sebelum bencana “KELOMPOK AIR BERSIH KRASAK LESTARI” yang dikelolanya ini dapat melayani sekitar hampir 500an KK yang berada di 3 desa yaitu: Wonokerto dan Giriketo di Kabupaten Sleman serta desa Srumbung di Kabupaten Magelang. Setelah terjadi erupsi gunung Merapi sarana itu mengalami kemacetan total. Adanya kegiatan Padat Karya melalui PNPM Mandiri Perkotaan membuat semangatnya berkobar untuk melakukan perbaikan-perbaikan agar masyarakat dapat kembali mendapatkan air bersih khususnya di Wonokerto. Kegiatan ini dilakukan dengan memadukan 2 program, yaitu Padat karya dan Program Pamdes (Program Air Minum Pedesaaan) dari Dinas PU dan ESDM Provinsi DIY, dimana masyarakat yang bekerja menerima upah dari kegiatan padat karya dan pipa pralon yang digunakan disediakan oleh Program Pamdes. Pemasangan jaringan air bersih.
56
Pemasangan jaringan pipa air bersih dilaksanakan sendiri oleh masyarakat sepanjang 6,50 kilometer dari pintu pengambilan hingga ke bangunan pembagi yang berlokasi di wilayah permukiman yang kemudian langsung melayani ke rumah- rumah warga. Pemasangannya menjadikan tantangan bagi masyarakat karena countour tanahnya yang tinggi rendah, harus melintasi sungai serta membelah tanjakan yang harus dilakukan secara manual demi terwujudnya layanan air bersih hingga sampai ke rumah. Namun demikian masyarakat sebagai pekerja dalam kegiatan Padat Karya berhasil melakukannya sehingga pipa-pipa yang merupakan bantuan dari Program Pamdes (Program Air Minum Pedesaaan) dari Dinas PU dan ESDM Provinsi DIY dapat terpasang di lapangan, meskipun masih ada kekurangankekurangan kecil misalnya klem-klem pipa yang nampak belum menyempurnakan pemasangannya dan perlu dirapikan kemudian untuk pengamananannya. Sementara Bangunan Pembagi yang ada masih bisa difungsikan kembali. Pekerjaan ini dilaksanakan selama 12 hari mulai 28 Februari sampai dengan 12 Maret 2011 dengan biaya Rp. 30 Juta untuk membayar tenaga kerja sejumlah 720 HOK dan melibatkan kaum perempuan sebesar 23 %. Pada saat ini, pasca Padat Karya sejumlah 200an KK di Wonokerto sudah mendapatkan air bersih kembali karena setiap 1 unit Bangunan Pembagi dapat melayani 20 KK, namun sebagian lagi masih belum dapat terlayani oleh karena itu Soegito sebagai tokoh air bersih dan irigasi Wonokerto ini berharap agar kegiatan padat karya ini masih terus dapat berjalan agar air bersih ini dapat kembali termanfaatkan oleh seluruh warga Wonokerto.
57
PEMULIHAN SALAK NGLUMUT Desa Nglumut terkenal sebagai penghasil salak yang berkualitas prima. Desa seluas 140 hektar itu hampir seluruhnya dipenuhi kebun salak. Kemanapun kita pergi di kiri kanan jalan terlihat pohon salak. Menurut pak Toharjo kebun salak ini pesat berkembang setelah tahun 1980. Sewaktu erupsi Merapi menghamburkan abu vulkanik yang kemudian tertiup angin ke beberapa arah, desa Nglumut terkena dampaknya. Lapisan abu menutup daun, batang, dan tunas pohon salak serta seluruh lahannya sehingga menghambat pertumbuhannya. Pada bulan Desember 2010 ada bantuan Rp 300 juta untuk menyiangi dan memangkas pohon salak serta membersihkan lahannya. Kemudian ada lagi bantuan Rp 200 juta untuk padat karya 25 hari. Para petani dalam posisi sulit karena kebun salak mereka belum dapat menghasilkan. Paling cepat empat bulan lagi Saat ini diperlukan kesempatan kerja dan pendapatan darurat agar mereka dapat bertahan. Dibutuhkan upaya kreatif untuk mengatasi hal ini.
58
PAK DIRO DENGAN SAPINYA Pak Diro Utomo, warga dusun Sambungrejo desa Balerante dekat puncak Merapi, teringat ketika sehari setelah mbah Marijan meninggal mereka memutuskan untuk mengungsi dan hari esoknya terjadi letusan dahsyat yang menghancurkan kampungnya. Ketika mengungsi ia membawa enam sapinya, harta milik yang sangat penting bagi kehidupan keluarganya. Mereka sangat beruntung bisa lolos tepat pada pada saat terakhir. Cucunya sangat terkesan dengan pengalaman itu dan menggambarnya dikertas untuk hiasan dinding. Sekarang mereka sudah kembali ke kampung dan mulai membangun rumah dengan bantuan beberapa yayasan sosial. Anak-anaknya bekerja menambang pasir di sungai, tetapi Pak Diro merasa tidak kuat dan memilih mengurus ternak sapimya. Masalah utama sekarang adalah air bersih yang sangat minim, tergantung hujan yang tertampung di tandon dan sekali-sekali ada kiriman air dengan mobil tangki.
59
DESA JUMOYO DISAPU LAHAR DINGIN. Desa Jumoyo ditepi jalan raya Jogja-Magelang di tepi Kali Putih jauh dari puncak Merapi tidak terkena dampak langsung letusan Merapi yang sangat hebat. Bencana justru datang sebulan kemudian pada waktu lahar dingin membawa batu dan lumpur menyapu semua permukiman disekitar Kali Putih. Lumpur menimbun rumah sampai setinggi langit-langit. Sekarang mereka tinggal di hunian sementara yang dibangun tidak jauh dari lokasi itu. Karena tepi sungai itu masih rawan bencana, mereka ditawari pindah ke hunian tetap yang lebih aman tetapi agak jauh. Mereka hanya bersedia kalau seluruh warga “bedol desa”, tidak sendiri-sendiri. Hal ini sedang dalam proses musyawarah yang mungkin masih akan berlangsung lama. Sebagian anggota keluarga mereka bekerja menambang pasir atau memecah batu. Pekerjaan ini berat tetapi membawa penghasilan yang cukup besar. Pekerjaan lain sangat langka. Perlu diusahakan peluang pekerjaan lain diluar menambang pasir dan memecah batu.
60
61
Di beberapa lokasi kegiatan padat karya bersinergi dengan kegiatan besar dari instansi lain yang menggunakan alat-alat besar. Dengan demikian padat karya dapat berdampak lebih luas pada kesejahteraan masyarakat di lingkungannya.
58 62
63
59
SATU TEKAD : BANGKIT BERSAMA ! KIPRAH MASYARAKAT KELURAHAN KEPARAKAN Dua bulan sesudah letusan gunung Merapi, ternyata masih ada bencana besar lain yang mengancam warga, yang jangkauan dampaknya lebih jauh lagi. Jutaan ton pasir, batu-batu besar dan material lain yang telah dimuntahkan Merapi bertumpuk dan memenuhi sungai-sungai yang berpangkal di gunung ini membawa bencana baru yang tak kalah membahayakan yaitu banjir lahar dingin. Sungai Code, yang memiliki hulu sungai di gunung Merapi, berpotensi sangat besar untuk terjadinya bencana banjir lahar dingin. Lebar sungai Code yang mengalir di tengah kota Yogyakarta, tidak memadai karena ada bagian yang lebarnya hingga 20 meter lebih, tapi juga ada bagian yang sangat sempit, kurang dari 15 meter karena desakan kebutuhan lahan untuk permukiman penduduk.. Di titik penyempitan sungai inilah biasanya terjadi bencana banjir. Mulai dari wilayah Jogoyudan di kecamatan Jetis hingga wilayah Sorosutan di kecamatan Umbulharjo, masyarakat yang bermukim di daerah bantaran sungai ini sering menjadi korban bencana banjir, termasuk banjir lahar dingin ini. Bahkan di beberapa titik, ketinggian air bercampur lumpur dan pasir ini bisa mencapai 2 meter yang menggenangi rumah warga. Pendangkalan yang sangat cepat semakin memperkecil daya tangkap air disepanjang aliran sungai. Kedalaman sungai yang semula antara 4 – 5 meter di beberapa wilayah bahkan tinggal 1 meter saja.
64
Di kelurahan Keparakan, tidak kurang ada 6 RW yang rata-rata warganya menghuni daerah bantaran sungai Code ini. Sudah lebih dari 5 kali, wilayah di bantaran sungai Code mengalami banjir bercampur lumpur bahkan pernah suatu kali, ketinggian air dan lumpur ini mencapai 1,5 meter masuk ke pemukiman warga. Berkali-kali warga secara sporadis membersihkan sumbatan-sumbatan pada saluran ini, namun dikarenakan jumlah saluran yang harus dibersihkan sangat banyak, maka kegiatan ini tidak berdampak signifikan mengurangi banjir. BKM sebagai lembaga yang dibentuk masyarakat kelurahan, berupaya mengangkat persoalan ini dalam forum rembug warga, sehingga dapat menjadi suatu program kerja yang akan dikerjakan bersamasama semua unsur masyarakat. Ditingkat masyarakatpun tidak kalah antusiasnya. Setelah dilakukan sosialisasi program padat karya masyarakat kelurahan Keparakan bersepakat membentuk suatu kelompok kerja yang mereka pilih diantara warga sendiri. Maka dimulailah suatu kegiatan yang melibatkan secara aktif masyarakat disepanjang bantaran sungai code untuk saling membantu melakukan perbaikan drainase di wilayah mereka. Kegiatan padat karya di kelurahan Keparakan ini, melibatkan pemerintah kelurahan, disamping BKM Wiramukti sebagai lembaga yang secara langsung bertanggungjawab terhadap lancarnya kegiatan padat karya ini. Kegiatan padat karya di kelurahan Keparakan tidak mengenal 65
hari libur, hal ini disebabkan adanya keinginan yang sangat kuat dari masyarakat yang bermukim di sepanjang bantaran sungai Code untuk meminimalkan dampak banjir lahar dingin. Kekuatan kebersamaan, kesetiakawanan dan kepedulian sosial masyarakat tumbuh sejalan dengan semangat yang ingin dimunculkan dari program padat karya ini. Bahkan karena kearifan lokal yang ada, masyarakat rela membangun bersama sebuah rumah warga miskin yang kondisinya sangat memprihatinkan karena di dalam rumahnya selalu tergenang air baik ketika banjir maupun dalam kondisi tidak banjir. Warga bergotong royong membongkar rumah ini, meninggikan lantainya dan mempercantik interior rumah demi mewujudkan rumah sehat. Pada saat tulisan ini dibuat, rumah warga tersebut telah selesai dibangun dan telah ditempati. Hal ini membuahkan suatu kebanggaan dan rasa syukur yang sangat besar dari warga kelurahan Keparakan yang ada di bantaran sungai, hidup bertetangga, merasakan dampak banjir lahar dingin bersama, mengatasi dan mengurangi dampak banjir lahar dingin bersama. BKM Wiramukti, bersama-sama masyarakat kelurahan Keparakan terutama yang hidup di bantaran sungai Code, telah merasakan semakin tumbuhnya rasa kebersamaan, kesetiakawanan dan kepedulian sosial di kalangan masyarakat dalam kegiatan padat karya ini. Bahkan besar harapan masyarakat, bahwa BKM sebagai lembaga sosial kemasyarakatan yang dibentuk oleh warga, menjadi pelopor kegiatan – kegiatan sejenis ini.
66
BENCANA MEMBAWA KEBERSAMAAN Erupsi Merapi yang terjadi November tahun 2010 menyisakan berbagai permasalahan di Kota Yogyakarta. Meskipun tidak terkena letusan secara langsung namun dampak erupsi Merapi sampai kini masih dirasakan masyarakat Kota Yogyakarta terutama mereka yang tinggal di bantaran sungai Code. Masyarakat kelurahan Prawirodirjan menyikapi ancaman ini dengan bahu membahu bergotongroyong bersama Pemerintah Kota yang menurunkan alat berat untuk pengerukan sedimen di sungai, sementara meskipun agak terlambat Pemerintah Pusat meluncurkan program padat karya yang bertujuan untuk menggerakkan kembali roda perekonomian masyarakat bantaran sungai yang sempat terganggu akibat bencana banjir. Program padat karya ini dilaksanakan melalui PNPM Mandiri Perkotaan dan dikelola Kelompok Kerja padat karya yang dibentuk oleh Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) melalui Unit Pengelola Lingkungan (UPL) bersama–sama dengan Unit Pengelola Sosial (UPS).
67
Kelurahan Prawirodirjan adalah salah satu diantara 14 kelurahan di Kota Yogyakarta yang mendapat program padat karya yang memberi kesempatan kerja dan memperbaiki lingkungan. Setelah beberapa kali melakukan sosialisasi, BKM Prawirodirjan membentuk pokja padat karya sebagai kelompok masyarakat yang bertang-gungjawab atas pengelolaan keuangan dan pelaksanaan kegiatan padat karya. Pokja ini merekrut tenaga kerja, membuat pe-rencanaan kegiatan, menghitung rencana anggaran biaya, menyusun proposal kegiatan, melakukan pembelian peralatan, men-distribusikan pembayaran upah pekerja melakukan monitoring pelaksanaan kegiatan hingga penyusunan laporan pertanggungjawaban. Sambutan masyarakat terhadap program ini cukup baik, mereka memanfaatkan secara maksimal bantuan dari pemerintah ini untuk memperbaiki beberapa prasarana yang rusak akibat banjir. Dari pengawasan yang dilakukan UPL Pelaksanaan kegiatan berjalan dengan baik, jam kerja yang berdurasi enam jam, dimulai dari pukul 07.00 hingga pukul 13.00, dipatuhi dengan tertib oleh tenaga kerja. Pekerjaan kotor dan bau tidak mengurangi animo partisipasi perempuan, keterlibatan mereka cukup terasa bahkan sesekali tidak segan-segan melakukan pekerjaan berat memindahkan material endapan. Suasana seperti ini mengembalikan ingatan kita pada masa lalu dimana masyarakat guyub rukun, bersama-sama, bahu-membahu mengatasi permasalahan. Ternyata memang ada hikmah dibalik suatu kejadian, seperti bencana banjir yang melanda Jogja membuat masyarakat perkotaan kembali menemukan apa yang selama ini hilang dan terlupakan yaitu sikap kebersamaan, gotong-royong. Semoga proses ini menjadi pemicu untuk melestarikan nilai-nilai luhur bangsa kita.
68
Suasana di kelurahan Tegalpanggung dan Suryatmajan.
69
6
66 70
Dua anak memandang kampung mereka di tepi sungai
71
Kegiatan : Pembersihan dan Peninggian
Talud
Lokasi
: Terban, Yogyakarta
Dana
: Rp. 49.000.000,-
Volume : 656 m’
Kegiatan : Pemasangan Pipa Air Bersih Lokasi
: Wonokerto, Sleman
Dana
: Rp. 30.000.000,-
Volume : 6.500 m’
Kegiatan : Pemulihan Lahan Kebun Salak Lokasi
: Girikerto, Sleman
Dana
: Rp. 195.000.000,-
Volume : 104 ha
Kegiatan : Pembersihan Jaringan Irigasi Lokasi
: Hargobinangun, Sleman
Dana
: Rp. 66.230.000,-
Volume : 11.000 m’
72
Kegiatan : Perbaikan Saluran Irigasi Lokasi
: Wonokerto, Yogyakarta
Dana
: Rp. 178.500.000,-
Volume : 28.200 m’
Kegiatan : Pembersihan Jalan dan Saluran
Irigasi
Lokasi
: Menayu, Muntilan, Magelang
Dana
: Rp. 178.500.000,-
Volume : 28.200 m’
Kegiatan : Pembersihan Jalan dan Saluran
Irigasi
Lokasi
: Cokrodiningratan, Jetis
Dana
: Rp. 48.220.000,-
Volume : 752 M2
Kegiatan : Peninggian Talud Kali Code Lokasi
: Tegalpanggung, Danurejan
Dana
: Rp. 105.730.000,-
Volume : 849 M
73
Perbaikan saluran di dusun Menayu
Pembersihan sumber air Pokja Tirta Asri, desa Congkrang
74
Normalisasi saluran di Klaten kakek yang bersemangat
75
Perbaikan jalan di desa Gumul
76
Perbaikan saluran di Demak Ijo
77
78
GAMBARAN UMUM Kegiatan Padat Karya atau Cash for Work mmerupakan kegiatan pemulihan ekonomi masyarakat terdampak erupsi Gunung Merapi yang dilaksanakan pada tahap transisi dari tahap tanggap darurat menuju tahap rehabilitasi dan rekonstruksi. Kegiatan Padat Karya dilakssanakan dalam dua tahap, tahap pertama menggunakan dana tangggap darurat yang dikelola dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dan tahap kedua menggunakan dana hibah dari lembaga donor yang terhimpun dalam PNPM Support Facility (PSF) dan dilakssanakan dengan mengggunakan skema PNPM Mandiri Perkotaan dan PNPM Mandiri Perdesaan. Tujuan dari kegiatan padat karya adalah: . Memberikan pekeerjaan dengan imbalan uang tunai bagi masyarakat sehingga mempunyai daya beli dan dapat memulai kegiatan ekonominya. . Memperbaiki prasarana dan sarana umum dengan kerusakan ringan sehingga dapat digunakan kembali meskipun dengan kondisi yang masih terbatas. Tahap pertama kegiatan padat karya pemulihan ini dilakssanakan dari tanggal 13 Desember 2010 sampai dengan akhir Desember 2010. Total tenaga kerja yang terserap sebesar 18.294 orang di 10 Kecamatan yang tersebar di empat Kabupaten. Kegiatan padat karya dengan dana dari BNPB sampai pada akhir tahun 2010 telah menyerap dana Rp. 8,7 miliar dari Rp. 15 miliar yang disediakan. Singkatnya periode pelaksanaan menyebabkan tidak semua dana dapat terserap. Namun demikian,hal ini telah cukup menggambarkan bahwa masyarakat korban beencana sangat membutuhkan program ini dan telah mendapat kucuran dana untuk membantu mereka untuk tidak sekedar memenuhi kebutuhan konsumsi agar mereka dapat bertahan hidup,namun juga memiliki uang pegangan.
79
Tahap kedua kegiataan padat karya bersumber dari dana hibah PSF sebesar 4,33 juta dollar Amerika. Pelaksanaan kegiatan padat karya ini menggunakan skema PNPM Mandiri Perdesaan dan PNPM Mandiri Perkotaan dengan area kerja di 235 desa/ kelurahan yang berada di empat Kabupaten dan satu Kota,yakni Kabupaten Magelang, Kabupaten Boyolali, dan Kabupaten Klaten, Propinsi Jawa Tengah dan Kabupaten Sleman serta Kota Yogyakarta, Propinsi D.I. Yogyakarta. Pelaksanaan Padat Karya dengan skema PNPM Mandiri Perkotaan dimulai pada bulan Februari dan berakhir bulan Juli 2011. Sedangkan Padat Karya Perdesaan dimulai pada Juli hingga Desember 2011. Kegiatan Padat Karya tahap II ini telah menyerap dana Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) sebesar Rp. 33.412.458.3300,-dengan total Hari Orang Kerja (HOK)sebesar 978.889 HOK dengan total angkatan kerja sebesar 203.9668 orang. Pada kegiatan padat karya tahap kedua ini kegiatan tidak lagi hanya sekedar pembersihan sebagaimana kegiatan padat karya tahap pertama, melainkan juga melakukan perbaikan infrastruktur ringan seperti perbaikan jalan dan lapangan serta normalisasi saluran. Kegiatan Padat Karya atau Cash for Work telah menjadi langkah strategis untuk mengisi masa transisi dari kondisi darurat ke tahap pemulihan. Kegiatan padat karya ini telah memampukan masyarakat untuk memiliki pendapatan dari kerja yang bermar-tabat. Program ini memiliki makna dalam meendukung kebangkitan pemulihan kehidupan maasyarakat terdampak bencana Merapi. Pendanaan kegiaatan oleh PSF yang diharapkan dapat dilaksanaakan mulai bulan Maret atau April ternyata mengalami berbagai kendala administrasi, ehinggga pelaksanaan untuk PNPM Mandiri Perdesaan, kegiatan fisik baru dapat dilaksanakan mulai bulan Agustus. Meskipun demikian, di lapangan tidak terjadi kekosongan kegiatan, karena adanya berbagai kegiatan PNPM reguler yang dapat dilaksanakan dengan bentuk padat karya. PNPM Perkotaan bahkan sejak bulan Februari sampai Juli telah melaksanakan keegiatan padat karya.
80
81
Alokasi dan Realisasi BLM Padat Karya Perkotaan dan Prdesaan
82
Kabupaten Magelang
Perbandingan penggunaan dana
83
Kabupaten Magelang
84
Pengaruh erupsi Merapi ke daerah sekitarnya
85
Kabupaten Magelang, laporan Faskab Desember 2011
86
87
88
PERAN PEREMPUAN Dalam musyawarah perencanaan pembangunan desa dan berbagai kegiatan lainnya kaum perempuan banyak berperan aktif. Demikian pula dalam perencanaan dan pelaksanaan padat karya ini, kaum perempuan adalah pasukan yang ulet, tekun, cermat dan tangguh. Mereka telaten menggarap pekerjaan yang rumit. Di lingkungan keluarga jelas peran perempuan sebagai ibu, pemelihara dan pengasuh yang penuh kasing sayang. Ada pula yang berperan sebagai kepala keluarga dan pencari nafkah yang tangguh. Demikian pula dalam berorganisasi, banyak yang menunjukkan kemampuan manajemen yang handal, sering pula mereka mengambil inisiatif yang berani. Setelah proyek padat karya ini selesai modal dasar perempuan dan perkumpulan gotong royong dapat diteruskan dengan kegiatan yang lebih maju seperti seni kerajinan dan industri kreatif. Kelompokkelompok dapat bekerja dengan keterampilan kreatif yang lebih maju. Kepekaan dan ketekunannya dapat menyumbang banyak pada cabangcabang kegiatan yang sesuai.
89 Pekerja Perempuan di kegiatan Padat karya di Kabupaten Boyolali
Kaum perempuan yang tangguh dan ulet
84 90
Meskipun fokus kegiatan padat karya ini adalah memajukan ekonomi keluarga melalui pengadaan pekerjaan sederhana yang dapat diikuti oleh siapa saja diantara korban bencana Merapi yang dalam usia produktif tetapi disadari bahwa kesejahteraan keluarga hanya tercapai jika seluruh anggota keluarga dalam keadaan sehat dan bahagia, rukun dan sentausa. Melalui kerjasama dengan program lain dan organisasi mitra dikembangkan upaya meningkatkan kesejahteraan “balita”, anakanak, dan remaja agar secara utuh terbangun keluarga sejahtera yang pada gilirannya akan membentuk masyarakat sejahtera. Sinergi antara program pokok dan kegiatan kemitraan ini sangat penting untuk mencapai hasil yang optimal. Kegiatan ini perlu dilanjutkan setelah proyek padat karya selesai. Kecukupan penghasilan saja tidak akan membawa kebahagiaan jika ada anggota keluarga yang tidak sehat atau tidak harmonis dalam kehidupannya. Perlu selalu diupayakan kesejahteraan keluarga dan masyarakat seutuhnya diseluruh lapisan masyarakat.
85 91
Disamping anak-anak dibawah lima tahun tentu saja para remaja juga perlu mendapat perhatian dan bimbingan. Justru masa remaja ini adalah masa paling kritis. Para pengurus program padat karya perlu memperhatikan program paralel atau kemitraan yang dapat membantu tercapainya kesejahteraan keluarga yang utuh.
92
Komunikasi dan koordinasi antara Pusat dan Daerah
87
93
94
Seni budaya lokal tidak dilupakan
95
Membatik dan seni kriya dapat juga memberi nafkah
96
Berbagai lembaga dan yayasan sosial banyak membantu korban bencana. Universitas Gajah Mada membantu membangun pasar desa dan balai pelatihan untuk melatih keterampilan membatik, membuat tas dan kerajinan lainnya, disertai pemasaran produk-produk itu ke toko yang membelinya. Selanjutnya diharapkan warga dapat mandiri berkelanjutan bekerja dan memasarkan hasil karyanya.
97
Sebagian warga memasarkan hasil karyanya di pasar desa, lainnya menyalurkan ke toko-toko yang telah dibina untuk bekerjasama. Sebagian lagi berjualan seadanya dengan tikar dan payung di lokasi yang banyak dikunjungi tamu yang ingin melihat kawasan bencana Merapi. Ada juga yang bekerja menggali pasir muntahan Merapi di sungai. Saat ini lapangan kerja yang banyak menyerap tenaga kerja adalah menambang pasir dan memecah batu. Disamping pekerjaan lain yang sudah umum berkembang sebelumnya, kegiatan ini semakin banyak berkembang akhir-akhir ini karena banyaknya material yang dimuntahkan oleh erupsi Merapi. Disamping membawa bencana, Merapi juga membawa berkah berupa ribuan ton material yang tersedia gratis.
98
Banyak tenaga kerja muda yang masih kuat tertarik mengerjakan pekerjaan ini karena upahnya cukup menarik, meskipun harus memeras keringat di terik matahari, mengerahkan seluruh kekuatan ototnya.
99
Penambangan pasir dan batu perlu perencanaan dan pengendalian yang lebih cermat.
100
Pekerjaan lain yang juga berkembang adalah sebagai Tukang Ojek. Sarana transportasi ini sangat dibutuhkan warga perdesaan. Selain itu ada juga yang bekerja mencari pakan ternak yang kemudian dijual kepada peternak yang ladangnya rusak tertimbun abu.
101
ACARA PENUTUPAN PROGRAM PADAT KARYA PEMULIHAN KEGIATANEKONOMI MASYARAKAT PASCA BENCANA MERAPI PNPM MANDIRI
103
104
Dalam pertemuan ini disampaikan pandangan, kesan, dan saran dari lembaga terkait di tingkat Pusat, Provinsi, Kabupaten dan Kota serta saran perbaikan jika kegiatan semacam ini dilanjutkan di masa yang akan datang. Pada kesempatan ini juga disampaikan buku kenangan dan catatan dari kegiatan padat karya untuk pemulihan kegiatan ekonomi masyarakat pasca bencana merapi. Buku tersebut masih akan dilengkapi dan disempurnakan lebih lanjut.
105
Beberapa hal penting yang perlu mendapat perhatian adalah bencana lahar dingin yang terus mengancam. Meskipun Merapi sudah tenang kembali, tetapi tidak berarti bahwa masalah sudah selesai. Jutaan meter kubik lumpur, abu vukanik, dan batu-batu besar masih tertumpuk di puncak dan lereng Merapi yang dapat turun dibawa aliran air sewaktu hujan lebat turun di atas. Banjir lahar dingin ini akan menyapu banyak permukiman di tepi sungai. Berbagai lembaga harus bersiap-siap dengan bencana yang sangat mungkin terjadi ini. Sumber daya manusia, perlengkapan, dana, dan prosedur standar harus sudah sepenuhnya siap untuk bergerak sewaktu-waktu. Dalam situasi bencana prosedur penetapan dan pencairan anggaran perlu dapat segera bergerak dan berfungsi mengatasi keadaan darurat yang tak dapat ditunda-tunda. Prosedur penanganan bencana harus dapat mengatasi situasi itu. Koordinasi dan kerjasama antar lembaga pusat, daerah, tim pelaksana, konsultan, dan masyarakat harus dapat berjalan mulus, tidak tergagapgagap dan terhambat oleh keraguan atau skema penanganan rutin. Dalam situasi darurat diperlukan kecepatan dan ketepatan, dengan tetap mencegah terjadinya kebocoran dan pemborosan. Partisipasi, keterbukaan, dan akuntabilitas merupakan kunci utama. Mekanisme bantuan yang menggunakan skema jalur PNPM Perdesaan ini dilaksanakan secara partisipatif bagi keterlibatan warga 106
dalam perencanaanya meskipun ada beberapa desa yang keterlibatan warganya dalam padat karya kurang terjaring semuanya dikarenakan lemahnya informasi yang disampaikan TPKD (Tim Pelaksana Kegiatan Desa) ke masyarakat atas adanya program padat karya ini. Transparansi dan akuntabilitas dari penggunaan dan penyaluran dana BLM ini cukup baik, karena tidak ada potongan sedikitpun dari KPPN hingga ke masyarakat. Berbeda dengan bantuan-bantuan yang selama ini ada misalkan BLT ataupun bantuan lainnya, hal ini dikarenakan salah satunya peran kontrol dan pengendalian yang dilakukan langsung oleh semua tim baik ditingkat pusat maupun ditingkat kecamatan. Meskipun pencairan (pembayaran HOK) sangat mundur dari jadwal yang direncanakan, akan tetapi dengan momentum pra dan pasca lebaran ini justru kemanfaatan BLM bagi masyarakat sangat dirasakan untuk membantu mereka bagi yang sudah menerima sebelum lebaran untuk tambahan lebaran, dan yang belum menerima menjadi bekal menghadapi hari pasca lebaran, meskipun jumlah BLM sedikit bagi warga sangat bermakna, terutama bagi keluarga miskin karena mata pencaharian ternak dan pertanian mereka tidak baik hasilnya dibandingkan sebelum erupsi Merapi sehingga mereka pada berharap akan adanya padat karya lanjutan. Kejelasan PTO hingga sampai mekanisme pencairannya perlu dibuatkan acuan secara terperinci (detail) lagi sehingga memudahkan dalam operasional di lapangan. Masih berharapnya masyarakat akan adanya padat karya lanjutan, untuk menambah penghasilan dan mengurangi beban ekonomi mereka dalam pelaksanaannya seharusnya memang terseleksi peserta, terutama bagi desa-desa yang tidak masuk dalam daerah bencana tetapi desa tersebut masuk dalam skema wilayah bencana karena tergabung dalam kecamatan lokasi bencana.
107
Peran tim monitoring (semacam TPKEM) dalam melakukan pemantauan perlu mendapatkan kewenangan tambahan karena ketika dilapangan justru menjadi peran supervisi, advokasi, pensuplai informasi dan fasilitasi kegiatan-kegiatan dilapangan. Disamping kegiatan padat karya fisik seperti pembersihan puing, penataan lokasi serta memfungsikan kembali prasarana dan sarana perlu dipertimbangkan jenis kegiatan yang lebih luas dan berkelanjutan seperti kegiatan jasa dan industri kreatif. Jenis kegiatan ini meskipun prosesnya agak lebih rumit tetapi dapat lebih berkelanjutan, tidak terlalu tergantung pada proyek pemerintah, dan lebih mudah diikuti kaum perempuan dan usia lanjut. Pelaksanaannya dapat dikerjasamakan dengan fihak lain. Di beberapa kelurahan/desa bersamaan dengan kegiatan padat karya ada juga kegiatan dari lembaga lain seperti Dinas Sosial, Disnakertrans, Dinas Pertanian dan lain-lain yang aturannya tidak sama sehingga menimbulkan pertanyaan pada masyarakat. Beberapa beberapa peserta berpendapat bahwa beberapa kegiatan lebih sesuai dilaksanakan melalui Rehabilitasi dan Rekonstruksi. Perlu evaluasi dan kesepakatan yang mantap antar warga mengenai berbagai kegiatan dan prioritasnya. Tertundanya pencairan dana membuat warga frustrasi. Dana datang ketika saat paling kritis sudah berlalu. Sementara itu pencairan dana yang berubah menjadi 3 termin membuat pelaksanaan kegiatan di lapangan terputus. Pengalaman pertama padat karya pasca bencana sangat berharga. Diperlukan evaluasi yang cermat disertai upaya penyem-purnaannya.
108
Tukar Fikiran dengan Sri Sultan
109
MELANGKAH KE DEPAN
111
112
Merapi kembali tenang
Merapi mulai tenang kembali. Proses pemulihan alam berlangsung. Rumput mulai tumbuh dan pohon bertunas. Monyet dan satwa lainnya juga berusaha memulihkan kehidupannya. Demikian pula masyarakat dengan berbagai kegiatannya.
113
114
Masyarakat tradisional sejak dahulu sudah sering sekali mengalami bencana erupsi gunung. Mereka belajar dari pengalaman dan membangun kearifan lokal yang sadar akan risiko bencana, siap menghadapi bencana, serta memahami manfaat jangka panjang letusan gunung berapi. Dengan arif mereka menghindari lokasi rawan bencana dan memahami isyarat alam sebelum terjadi bencana. Namun kearifan itu sudah banyak dilupakan. Banyak yang lebih tertarik pada kemudahan dan keuntungan jangka pendek. Tradisi dan kearifan yang bersahabat dengan alam perlu diingat dan diperkuat kembali melalui sistim pendidikan masyarakat dan berbagai sarana lainnya. Perlu dikembangkan pula kesiapan untuk menghadapi bencana, kesiapan langkah yang cepat dan tepat, serta kesiapan kelembagaan dan prosedur tetapnya. Bencana letusan gunung Merapi tahun 2011 dan langkah-langkah kita menanggapinya telah membawa banyak pelajaran yang seharusnya kita simpan dan kembangkan terus untuk menghadapi berbagai kemungkinan bencana yang mungkin akan datang, agar kita tidak terkejut dan tergopoh-gopoh, salah langkah atau terlambat bereaksi menghadapi bencana besar. Berbagai pelajaran yang kita serap dari bencana yang lalu harus dapat memberi bekal kearifan dan manfaat dalam membangun ke masa depan. Jangan sampai kita begitu cepat melupakan pelajaran mahal yang dibayar degan jiwa dan air mata. 115
108
Sumber: TNGM 2010
116
Dari situasi bencana kemarin ............
117
118
kita lanjutkan perjalanan menuju hari esok yang lebih cerah
hari esok yang damai dan sejahtera
119
KONTRIBUTOR FOTO: Catrini P Kubontubuh: 8, 20 c; 33 b; 100 a-b; 119; G. Sahl Wahono: 25 b-c; 27 b; 45 a; 59 c; 81 a-b ; 82 a-b ; 83 a-b; 84 a-b; 90 a-b-c-d-e-f; 91 a-b-c-d-e; 92 a-b-c-d-e-f; 93 e-i; 95 a-b; 104 e; 109 a; Ikaputra: 26; Laretna Adishakti: 19 a; 21 b; 32 a-b-c-d-e; 33 a-c; 33 a-c; 38 a; 94 ; 96 a-b-c ; 97 a-b-c-de-f; 98 a-b-c-d-; 109 b-c ; 112; 113 a-b-c; 114; Renee P Manoppo: 5, 18, 24 a; 25 a; 31 a-b-c-d; Retno Agustin: 63, 89 a-b; Sekretariat TPKEM, Tim Lapangan, UPK, TPK, PL : 19 b; 21 a; 27 a-c; 39 a-b-c-d; 40 a-b-c-d; 41 a-b; 42 a-b; 43 a-b; 44 a-b; 45 b; 46 a-bc-d; 48 a-b-c; 49 a-b-c; 50; 51; 52 a-b; 53 a-b; 54 a-b-c; 55 a-b-c; 56 a-b-c; 57; 62 a-b; 62 a-b; 64 a-b; 65 a-b; 66; 67 a-b; 68; 72 a-b-c; 75 a-b; 76 a-b; 77; 78; 86; 87; 88; 94 c; 104 j; Suhadi Hadiwinoto: 20 b-c; 28 a-b-c-d-e; 29 a-b-c-d-e-f; 30 a-b-c-d-e-f; 34 a-b-c-d; 35 a-b-c; 38 b; 58 a-b-c-d-e; 59 a-b-d; 60 a-b-c-d-e-f; 69 a-b; 70; 99 a-b; 101 a-b; 104 a-b-c-d-f-g-h-i-k-l-m-n; 105 a-b-c; 106 a-b-c; 115; 117; Sujana Royat 61 a-b-c; 71 a; 89 d; 118; Slamet Riyadi: Sampul muka; 24 b-c; Kompas / Pemenang Sayembara BI: 20 a ESDM: 85 TNGM: 116 120
DAFTAR PUSTAKA :
Adishakti, L.T. et al, (2011) . Kawasan Merapi: Taman Pendidikan Letusan Gunung Berapi. Pusat Pelestarian Pusaka, Jurusan Arsitektur dan Perencanaan FT UGM. Adishakti, L.T. et al, (2010), Menuju Pendekatan Komprehensif Hunian Antara. Alief (2011), Kegiatan Padat Karya PNPM Mandiri Perdesaan Kabupaten Boyolali. TPKEM. Baskara (2011), Sekilas Kegiatan Padat Karya di Klaten. TPKEM. Cipta Karya Kementerian Pekerjaan Umum dan PNPM Mandiri. (2011). Progres Pelaksanaan Kegiatan Padat Karya Pemulihan Pasca Erupsi Merapi di Lokasi PNPM Perkotaan. Ditjen Cipta Karya Cipta karya Kementerian Pekerjaan Umum dan PNPM Mandiri (2011). Gambaran Pelaksanaan Kegiatan Penanganan Pasca Erupsi Merapi, Ditjen Cipta Karya Diah Arifika (2011), Kegiatan Padat Karya PNPM Mandiri Perdesaan dan PNPM Mandiri PerkotaanKabupaten Magelang - Propinsi Jawa Tengah. TPKEM. Pelaksana PNPM Mandiri Perdesaan & PNPM Mandiri Perkotaan (2012), Laporan Akhir Padat KArya Pasca Erupsi Merapi Melalui PNPM Mandiri di Prop. D.I. Yogyakarta. Retno Agustin & Ilma Fajar (2011), Kegiatan Padat Karya PNPM Mandiri Perkotaan Kota Yogyakarta - Propinsi D.I Yogyakarta. TPKEM. Rose Merry (2011), Kegiatan Padat Karya PNPM Mandiri Perdesaan dan PNPM Mandiri Perkotaan Kabupaten Sleman - Propinsi D.I Yogyakarta. TPKEM. Sekretariat TPKEM (2011), Laporan Pelaksanaan PNPM Padat Karya II di Lima Kabupaten/Kota Terdampak Bencana Merapi. Sekretariat TPKEM Sekretariat TPKEM (2011), Laporan Pelaksanaan Program Padat Karya Pasca Erupsi Merapi DIY dan Jawa Tengah. Sekretariat TPKEM
121