SEKTOR PERTANIAN : Dari Stagnasi Menuju Pertumbuhan Tinggi Berkelanjutan Orasi Ilmiah di Universitas Medan Area Tanggal 8 Mei 2004 Oleh : Prof. Dr. Ir. Bungaran Saragih, MEc
Rektor dan Senat Guru Besar Universitas Medan Area yang saya hormati; Mahasiswa serta Seluruh Civitas Akademika Universitas Medan Area yang saya cintai; Selamat pagi dan salam sejahtera bagi kita semua,
Marilah kita panjatkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kekuatan lahir dan batin kepada kita sekalian, sehingga kita dapat hadir bersama di Kampus Universitas Medan yang Area megah ini. Pada kesempatan yang baik ini, saya akan menguraikan secara singkat “ Strategi dan Kinerja Sektor Pertanian Selama periode 2000-2003” .
Hadirin yang saya hormati, Strategi utama Departemen Pertanian saat ini adalah pengembangan Sistem dan Usaha Agribisnis. Strategi ini didasarkan
pada beberapa pemikiran
dasar.
Pertama, agribisnis mencakup kegiatan produksi pertanian primer atau umum dikenal sebagai kegiatan usahatani, serta kegiatan terkait dalam spektrum luas, yaitu produksi dan distribusi input pertanian, penyimpanan, pengolahan dan distribusi komoditi pertanian berikut produk-produk turunannya serta pembiayaan usaha-usaha tersebut. Kedua, agribisnis berorientasi pada usaha komersial mengejar laba. Usaha pertanian yang bersifat subsisten (memenuhi kebutuhan sendiri) atau hobi tidak termasuk
123
agribisnis. Ketiga,
agribisnis dikelola secara bebas oleh pemiliknya dan sebesar-
besarnya untuk kepentingan pemilik tersebut. Keempat, usahatani hendaklah dipandang sebagai inti dari suatu sistem agribisnis berbasis komoditas yang dihasilkan oleh usahatani tersebut. Setiap komponen usaha dalam sistem agribisnis tersebut turut berpengaruh terhadap keragaan usahatani. Kelima, setiap komponen agribisnis dipandang sebagai sebuah sistem yang terpadu secara vertikal mulai dari pengadaan input pertanian sampai dengan distribusi produk-produk pertanian ke tangan konsumen akhir. Dengan kata lain, agribisnis haruslah dikelola secara “integratif”. Ini merupakan sebuah paradigma baru dalam pembangunan pertanian di Indonesia, yang pada masa lalu terfokus pada pembangunan usahatani seolah terpisah dari sektor-sektor lainnya. Senat Guru Besar dan hadirin sekalian, Agribisnis layak dijadikan andalan perekonomian nasional karena
memiliki
beberapa kelebihan yaitu: (a) memiliki keterkaitan yang kuat antara hulu dan hilir, (b) menggunakan sumberdaya alam yang ada dan dapat diperbaharui, hal ini menjadi penting dalam kerangka pelestarian sumberdaya alam dan daya dukung lingkungan terhadap kehidupan, (c) memiliki keunggulan komparatif dan kompetitif baik di pasar domestik maupun di pasar internasional, (d) dapat menampung tenaga kerja dalam jumlah besar, dan (e) produknya pada umumnya bersifat cukup elastis, sehingga dapat meningkatkan pendapatan masyarakat yang pada akhirnya akan berdampak kepada semakin luasnya pasar. Beberapa langkah strategis yang akan ditempuh untuk memposisikan agribisnis sebagai andalan pembangunan pedesaan antara lain : a.
Kegiatan agribisnis dipandang sebagai suatu jaringan kegiatan ekonomi utuh, tidak tersekat-sekat, sehingga responsif terhadap dinamika pasar, inovasi teknologi dan permodalan. Dengan cara pandang demikian fungsi agribisnis sebagai penggerak perekonomian bisa lebih ditonjolkan.
b.
Pengembangan agribisnis disesuaikan dengan keunikan lokasi.
Hubungan
kemajuan antar lokasi pengembangan agribisnis lebih bersifat saling melengkapi (komplementer). Selain itu, langkah ini memungkinkan keunggulan/kekhasan sumberdaya setempat dijadikan penggerak agribisnis yang khas pula. c.
Pengelolaan agribisnis dibangun secara konsolidatif (baik vertikal maupun horizontal). Dengan cara demikian, asas efisiensi atau MES (Minimum Economic of Scale) dapat diterapkan termasuk dalam kaitannya dengan penggunaan teknologi dan penyehatan ekosistem setempat.
124
Saudara-saudara sekalian, Izinkanlah pada kesempatan ini untuk mengemukakan tentang kinerja sektor Pertanian selama periode tahun 2000-2003.
Sektor Pertanian (tidak termasuk
Kehutanan dan Perikanan) diterpa dua gejolak eksternal beruntun dan luar biasa yaitu : (a) anomali iklim El Nino berkepanjangan (1997-1998); dan yang berulang dalam tenggang waktu singkat (2001) ; (b) krisis multi dimensi ekonomi-sosial politik berkepanjangan (1997-1999). Kedua kondisi abnormal tersebut tidak saja membuat kinerja sektor Pertanian pada tahun 2000-2003 beranjak dari tahap awal yang terpuruk, tetapi juga dengan lingkungan strategis yang tidak menguntungkan, serta perpaduan keduanya menciptakan pesimisme dan resiko ketidakpastian berusaha sehingga sektor Pertanian berada dalam ancaman stagnasi berkelanjutan. Keragaan sektor Pertanian dan Peternakan selama periode tahun 2000-2003 telah mengalami pemulihan menuju pertumbuhan berkelanjutan. Selama periode tersebut, rata-rata laju pertumbuhan tahunan Produk Domestik Bruto (PDB) sektor Pertanian dan Peternakan mencapai 1,83 persen, jauh lebih tinggi dibanding periode krisis (19981999) yang hanya mencapai 0,88 persen, bahkan dibanding periode tahun 1993-1997 (sebelum krisis ekonomi) yang mencapai 1,57 persen. Subsektor Tanaman Bahan Makanan
menunjukkan
kinerja
yang
semakin
membaik,
terlihat
dari
laju
pertumbuhannya sebesar 0,58 persen, lebih tinggi dibanding rata-rata pertumbuhan selama periode sebelum krisis ekonomi yang hanya mencapai 0,13 persen. Hal yang sama juga terjadi pada subsektor Perkebunan yang tumbuh sebesar 5,02 persen, lebih tinggi dari periode sebelum krisis yang tumbuh sebesar 4,30 persen, sedangkan subsektor Peternakan walaupun telah tumbuh positif sebesar 3,13 persen, namun masih lebih rendah dibandingkan dengan periode sebelum krisis yang mencapai 5,01 persen. Setelah mengalami sedikit kontraksi (tumbuh negatif 0,74%) pada tahun 1998, PDB sektor Pertanian dan Peternakan telah pulih, melampaui level sebelum krisis, pada tahun 1999. Sebagai perbandingan, pada tahun 1998, total perekonomian mengalami kontraksi luar biasa, tumbuh negatif 13,13 persen dan baru pulih ke level di atas sebelum krisis pada tahun 2003. Selain jauh lebih mampu bertahan, sektor Pertanian dan Peternakan juga mampu pulih jauh lebih cepat dari perekonomian secara umum. Namun demikian, pertumbuhan sektor Pertanian dan Peternakan pasca krisis masih belum sepenuhnya stabil.
125
Dibanding sebelum krisis, selama periode 2000-2003, hampir semua produksi komoditas pertanian mengalami peningkatan, insiden kemiskinan di wilayah pedesaan menurun konsisten, kesejahteraan petani meningkat, ketahanan pangan makin mantap, kesempatan kerja di sektor pertanian meningkat, dan sumbangan sektor Pertanian terhadap penerimaan devisa bertambah. Keragaan subsektor Tanaman Bahan Makanan selama periode tahun 2000-2003, relatif lebih baik dibanding selama periode sebelum krisis ekonomi (1993 -1997). Ini semua tidak terlepas dari kebijakan Departemen Pertanian selama periode 2000-2003 yang memfokuskan pada upaya mewujudkan kemandirian pangan, khususnya pangan beras, bagi seluruh masyarakat Indonesia. Dapat disimpulkan bahwa sektor Pertanian dan Peternakan telah terlepas dari “perangkap spiral pertumbuhan rendah” yang berlangsung selama periode tahun 1998 – 1999. Sektor Pertanian dan Peternakan telah melewati fase pertumbuhan rendah (1998 – 1999), dan kini (2003) tengah berada pada fase percepatan pertumbuhan (accelerating growth) sebagai masa transisi menuju pertumbuhan berkelanjutan (sustaining growth). Berdasarkan perkembangan indeks PDB terbukti bahwa sektor Pertanian dan Peternakan mampu pulih lebih awal dibanding sektor ekonomi secara keseluruhan. Walaupun telah pulih ke level sebelum krisis, laju pertumbuhan subsektor Perkebunan dan subsektor Peternakan, yang merupakan sumber pertumbuhan tinggi dalam sektor Pertanian, masih labil dan belum sepenuhnya pulih. Kedua subsektor ini amat tergantung pada kondisi perekonomian nasional maupun global. Dengan cepat teratasinya masalah flu burung dan kondisi iklim yang diperkirakan normal, maka pada tahun 2004 kinerja PDB sektor Pertanian dan Peternakan diperkirakan akan lebih baik lagi. Optimisme ini antara lain didukung oleh angka ramalan BPS bahwa pada tahun 2004 produksi padi diperkirakan meningkat 1,26 persen, jagung 4,11 persen, kedelai 5,19 persen, kacang tanah 5,30 persen dan ubikayu 3,91 persen, sehingga laju pertumbuhan subsektor Tanaman Bahan Makanan akan meningkat nyata. Semakin pulihnya perekonomian akan mendorong peningkatan laju pertumbuhan subsektor Peternakan dan Perkebunan secara nyata. Hadirin yang saya hormati, Agenda jangka menengah-pendek (sekitar lima tahun ke depan) yang perlu segera kita rumuskan ialah bagaimana mempertahankan dan meningkatkan kinerja yang cukup menggembirakan tersebut. Disadari, potensi pertumbuhan yang ada saat ini sudah hampir termanfaatkan secara optimal. Setidaknya lima upaya yang harus dan segera
126
dilakukan agar momentum akselerasi pertumbuhan sektor Pertanian dapat terus dipertahankan secara berkelanjutan yaitu : (a) merenovasi dan memperluas infra struktur fisik (hard infrastructure), utamanya sistem irigasi, sistem transportasi, sistem telekomunikasi dan kelistrikan pedesaan; (b) revitalisasi sistem inovasi pertanian (penelitian dan pengembangan, diseminasi teknologi pertanian) ; (c) Pengembangan kelembagaan agribisnis (tata pemerintahan, organisasi pengusaha dan jejaring usaha) ; (d) rekonstruksi sistem insentif berproduksi dan investasi ; (e) pengelolaan pasar input dan output. Semua ini hendaklah dirancang secara komprehensif dan terpadu. Ke depan, pengalaman krisis pahit multi-dimensi 1997-1998 memberikan pelajaran berharga betapa strategisnya sektor Pertanian sebagai jangkar, peredam gejolak, dan penyelamat bagi sistem perekonomian nasional. Sektor Pertanian merupakan kunci untuk pengentasan kemiskinan dan pemantapan ketahanan pangan nasional. Oleh karena itu, pembangunan sektor Pertanian haruslah tetap dijadikan sebagai prioritas pembangunan nasional. Inilah konsensus politik yang masih perlu diperjuangkan bersama. Akhirnya, kinerja sektor Pertanian tidaklah semata-mata cermin kinerja Departemen Pertanian. Kinerja sektor Pertanian justru lebih banyak ditentukan oleh pihak-pihak di luar Departemen Pertanian. Oleh karena itu, kalaupun ada perbaikan dalam kinerja sektor Pertanian, penghargaan terbesar adalah bagi mereka yang telah berjasa besar, yang pasti bukanlah jajaran Departemen Pertanian. Namun, segala kekurangan yang ada, apapun itu, pasti jajaran Departemen Pertanian turut memikul tanggung jawab. Hadirin yang saya hormati, Demikian pidato Dies saya, atas perhatian para undangan dan hadirin sekalian, serta kesempatan yang telah diberikan panitia untuk menyampaikan pidato dies ini, saya mengucapkan terima kasih.
Menteri Pertanian,
Prof Dr Ir Bungaran Saragih, MEc.
127