Berdasarkan latarbelakang diatas maka akan dilakukan penelitian pertumbuhan jamur tiram dengan memanfaatkan limbah pertanian yang memiliki potensi sebagai media tumbuh jamur dengan metode pengolahan media terlebih dahulu.
1. 2. Tujuan Khusus Tujuan khusus dari penelitian antara lain : 1. Untuk mengetahui kombinasi serta bahan alternatif limbah pertanian dan perkebunan sebagai media tumbuh jamur tiram 2. Memperoleh paket teknologi pengolahan limbah pertanian, perkebunan untuk media pertumbuhan jamur tiram dalam rangka meningkatkan pendapatan petani dan masyarakat sekitar perkebunan khususnya dan masyakat umum. 3. Untuk mendapatkan formulasi terbaik dan tepat dari kombinasi limbah pertanian dan perkebunan sebagai media tumbuh jamur tiram serta
sebagai bahan pensubtitusi
pengganti serbuk gergaji.
1.3. Urgensi (Keutamaan) Penelitian Keluaran dari dua tahun penelitian ini adalah 1. Mendapatkan formulasi dan kombinasi limbah pertanian dan perkebunan
dengan
komposisi dosis yang tepat sebagai media tumbuh jamur tiram. 2. Memperbaiki kualitas lingkungan dengan cara memanfaatkan limbah sehingga membuat perekonomian masyarakat meningkat seiring meningkatnya produksi budidaya jamur tiram dengan nilai gizi yang tinggi. 3. Sebagai sumber pengetahuan masyarakat dalam budidaya jamur tiram dengan metode teknologi yang diperkenalkan kepada masyarakat melalui publikasi jurnal dan bahan ajar. BAB II. STUDI PUSTAKA 2.1. Klasifikasi Jamur Tiram Jamur tiram adalah jamur dengan bentuk tudung yang menyerupai cangkang kerang dengan diameter antara 5 – 15cm. Permukaannya licin dan agak berminyak ketika berada dalam kondisi lembab. Bagian tepinya agak bergelombang. Letak tangkainya lateral atau tidak ditengah, tepatnya agak disamping tudung, Daging buahnya berwarna putih dan cukup tebal. Jika sudah terlalu tua menjadi alot dan keras. Warna tubuh buahnya berbeda beda, sangat tergantung 7
UNIVERSITAS MEDAN AREA
pada jenisnya. Jamur tiram yang merupakan jenis jamur kayu ini, awalnya tumbuh secara alami pada batang-batang pohon yang telah mengalami pelapukan, umumnya mudah dijumpai di daerah-daerah hutan (Soenanto, 2000). Misalnya Pleurotus ostreatus berwarna putih kekuningan, Pleurotus plorida berwarna putih bersih, bahkan ada yang berwarna merah muda, misalnya Pleurotus plabelatus. Namun, jamur tiram yang banyak dijual di pasar dan telah dibudidayakan di Indonesia adalah jenis Pleurotus ostreatus yang berwarna putih kekuningan (AgroMedia, 2009). Klasifikasi jamur tiram putih menurut Darnetty (2006) adalah Kingdom Devisi Sub Devisi Kelas Ordo Sub Ordo Familia Genus Species
: : : : : : : : :
Plantae Mycota Eumycota Basidiomycetidae Himenomycelates Agaricales Agaricaceae Pleurotus Pleurotus ostreatus Gambar .1. Tumbuh Buah Jamur Tiram Putih Pleurotusostreatus) Sumber : Dokumen Pribadi
Jamur tiram putih merupakan jenis jamur tiram yang banyak dibudidayakan petani di Indonesia karena sifatnya yang adaptif terhadap perubahan lingkungan dan memiliki produktifitas tinggi. Perbedaan karakteristik dengan jamur tiram yang lain membuat petani jarang membudidayakan jamur tiram coklat atau abu – abu. Warna yang tidak umum bagi jamur konsumsi menimbulkan ketakutan adanya racun akibat dari ketidak tahuan (Cahyana, 2001) 2. 2. Reproduksi Jamur Tiram Jamur Tiram sebagai tanaman memiliki inti, berspora, dan merupakan sel- sel lepas atau bersambungan membentuk benang yang bersekat atau tidak bersekat yang disebut hifa (sehelai benang). Hifa jamur terdiri atas sel- sel yang berinti satu dan haploid. Hifa jamur menyatu membuat jaringan yang disebut miselium (kumpulan hifa). Miselium jamur bercabang- cabang dan pada titik pertemuannya membentuk bintik kecil yang disebut sporangium yang akan tumbuh menjadi pinhead (tunas atau calon tubuh buah jamur) dan akhirnya berkembang (tumbuh) menjadi jamur (tubuh buah). Pada awal perkembangan miselium, jamur melakukan penetrasi dengan melubangi dinding sel kayu. Proses penetrasi (pemboran) dinding sel kayu
8
UNIVERSITAS MEDAN AREA
dibantu oleh enzim pemecah sellulosa, hemisellulosa dan lignin yang disekresi oleh jamur melalui ujung lateral benang- benang miselium. Enzim mencerna senyawa kayu yang dilubangi sekaligus memanfaatkannya sebagai sumber (zat) makanan jamur (Djarijah 2001). Berdasarkan ciri-ciri, miselium dibagi menjadi 3 macam, yaitu 1. Miselium primer, yang dihasilkan oleh basidiospora yang jatuh ditempat yang sesuai dan berhasil berkecambah menjadi miselium. Awalnya miselium ini berinti banyak, kemudian terjadi persekatan sehingga miselium menjadi berinti satu yang haploid. 2. Miselium sekunder, terjadi sebagai hasil plasmogami antara dua hifa yang kompatibel. Miselium skunder berkembang biak secara khusus dimana tiap inti membelah diri, dan belahan tersebut berkumpul lagi tanpa mengadakan kariogami dalam sel baru, sehingga miselium skunder selalu berinti dua. 3. Miselium tersier, terdiri dari miselium skunder yang terhimpun menjadijaringan teratur yang kemudian membentuk basidiokarp. Reproduksi jamur tiram terjadi secara seksual dan aseksual. Reproduksi aseksual dengan cara: fragmentasi pada hifa dan spora, (seperti konidia, oidia, clamydospora, dan arthrospora), pembelahan sel (fission), pertunasan sel somatik atau spora (budding), dan pembentukan spora. Sedangkan reproduksi seksual melalui 3 fase: plasmogami, karyogami dan meiosis (Darnetty, 2006) . 2. 3. Syarat Tumbuh Jamur tiram dapat tumbuh di dataran rendah sampai ketinggian sekitar 600 meter dari permukaan laut diatas lokasi yang memiliki kadar air sekitar 60% dan derajat keasaman atau pH 6 – 7. Jika tempat tumbuhnya terlalu kering atau kadar airnya kurang dari 60%, miselium jamur ini tidak bisa menyerap sari makanan dengan baik sehingga tumbuh kurus. Sebaliknya, jika kadar air dilokasi tumbuhnya terlalu tinggi, jamur ini akan terserang penyakit busuk akar, (Parjimo dan Agus Andoko, 2007). Secara alami jamur tiram banyak ditemukan tumbuh di batang-batang kayu lunak yang telah lapuk seperti pohon karet, damar, kapuk atau sengon yang tergeletak di lokasi yang sangat lembab dan terlindung dari cahaya matahari. Pada fase pembentukan miselium, jamur tiram membutuhkan suhu 22 - 28º C dan kelembaban 60% - 80%. Pada fase pembentukan tubuh buah memerlukan suhu 16 - 22º C dan kelembaban 80% - 90% dengan kadar oksigen 10%, (Parjimo
9
UNIVERSITAS MEDAN AREA
dan Agus Andoko, 2007). Kondisi lingkungan optimum untuk pertumbuhan jamur tiram adalah tempat – tempat yang teduh dan tidak terkena pancaran (penetrasi) sinar matahari secara langsung dengan sirkulasi udara lancar dan angin sepoi-sepoi basah (Djarijah dan Abbas, 2001). 2. 4. Manfaat dan Nilai Gizi Jamur Tiram Selain
kelezatannya,
jamur
tiram
juga
sangat
bermanfaat
bagi
kesehatan
tubuh. Kandungan gizinya yang tinggi dengan berbagai macam asam amino esensial yang terkandung di dalamnya, jamur tiram juga mengandung senyawa-senyawa lainnya yang penting bagi tubuh. Nilai gizi jamur tiram (dari tiap 100 gram) disajikan dalam Tabel 2. Tabel 1. Nilai gizi buah jamur tiram dalam 100 g Kandungan Komposisi Kalori Lemak Karbohidrat Kalsium Protein Zat besi Vitamin B Vitamin C
15 kalori 0,6 gram 0,9 gram 3,0 mg 3,8 gram 1,7 mg 0,1 mg 5,6 mg
Sumber
:
Nyoman (2005)
Jamur tiram merupakan sumber protein nabati yang rendah kolesterol sehingga dapat mencegah penyakit darah tinggi (hipertensi) dan aman bagi mereka yang rentan terhadap serangan jantung. Hal tersebut dikarenakan keunggulan yang spesifik dari jamur tiram bila dibandingkan tanaman lain maupun hewan adalah kemampuannya dalam mengubah cellulosa/lignin menjadi polisakarida dan protein yang bebas kolesterol sehingga baik untuk menghindari kadar kolesterol yang tinggi dalam darah dan itu dapat mengurangi serangan darah tinggi (stroke) yang dapat muncul sewaktu-waktu. Menurut (Siswono, 2003). Kandungan asam folatnya (vitamin B-komplek) yang tinggi dapat menyembuhkan anemia dan sebagai obat anti tumor, mencegah dan menanggulangi kekurangan gizi dan sebagai obat kekurangan zat besi, serta baik juga dikonsumsi oleh ibu hamil dan menyusui. (Djarijah, 2001) menambahkan bahwa, jamur tiram memiliki banyak manfaat kesehatan, di antaranya untuk mengurangi penyakit panas dalam dan rasa sakit pada kulit akibat luka bakar, Selain mengandung kandungan senyawa yang penting bagi tubuh, jamur juga telah memerankan peranan penting dalam upaya pengobatan masyarakat sejak berabad-abad yang lampau.
10
UNIVERSITAS MEDAN AREA
2.5. Potensi Limbah Pertanian dan Perkebunan Propinsi Sumatera Utara memiliki keunikan tersendiri dalam kerangka perekonomian nasional. Propinsi ini adalah daerah agraris yang menjadi pusat pengembangan perkebunan dan hortikultura di satu sisi, sekaligus merupakan salah satu pusat perkembangan industri dan pintu gerbang pariwisata di Indonesia di sisi lain. Pengembangan perkebunan dilakukan beberapa PTPN maupun swasta diantaranya PTPN2, PTPN3,dan PTPN4 di beberapa kabupaten (Deli Serdang, Labuhan Batu, Simalungun dan Asahan) Propinsi Sumatera Utara. Sedangkan pertanian umumnya dikembangkan oleh masyarakat di sumatera Utara mulai dari Hulu (Kabupaten Tanah Karo) hingga hilir (SUMUT Dalam Angka, 2013). Perkebunan dan pertanian tak luput dari produksi hasil panen yang cukup melimpah, sesuai dengan luasan lahan di Sumatera Utara. Luasan lahan pertanian meliputi lahan sawah irigasi teknis seluas 135.872 ha, sawah non irigasi teknis seluas 141.383 ha, dengan saluran irigasi primer, sekunder dan tersier sepanjang 820.462 meter serta luasan lahan perkebunan 329.589,89 ha. Keduanya memproduksi hasil bumi yang memenuhi kebutuhan manusia, namun hasil samping yang umumnya tidak digunakan dari produksi pertanian dan perkebunan adalah limbah hasil bumi. Limbah tersebut diantaranya limbah tanaman pangan dan hortikultura (padi, jagung dan lainya) serta limbah perkebunan sawit. Produksi limbah Perkebunan kelapa sawit secara fisik cukup potensialuntuk dimanfaatkan salah satunya pelepah sawit dengan produksi 486 ton/ha (Sianipar, dkk, 2008). Limbah pertanian dan perkebunan umumnya digunakan sebagai pakan ternak oleh masyarakat umumnya. Namun beberapa penelitian menunjukan sebagai pengembangan budidaya jamur
yang memiliki nilai gizi cukup tinggi bagi kebutuhan masyarakat. Pada penelitian
Ardiyansah (2010) menunjukan hasil perlakuan komposisi tongkol jagung 89%, bekatul 10%, dan kapur 1% merupakan variasi komposisi media dengan kecepatan pertumbuhan miselium yang optimal yaitu 0,946 cm per hari. Hasil berat basah, berat kering dan jumlah tubuh buah panen yang optimal terjadi pada komposisi tongkol jagung 90% dengan campuran bekatul 10%, dan tanpa kapur yaitu 177,968 gr untuk total berat basah, 30,775 gr untuk total berat kering dan 30,333 untuk total jumlah tubuh buah. Sedangkan pada penelitian Hartini (2012 )menunjukan bahwa perlakuan penambahan batang jagung pada media jamur 0,68 kilogram berpengaruh terhadap parameter bobot segar badan buah paling tinggi yaitu 76,11 g rata-rata selama lima kali 11
UNIVERSITAS MEDAN AREA
panen. Selain limbah pertanian, limbah perkebunan juga dimanfaatan seperti pada penelitian Endrawanto dan E. Suwadji (2000) pengunaan tandan kosong sawit dan lumpur limbah sawit dalam budidaya jamur kuping, menjukkan bahwa penggunaan LLKS sebagai campuran media TKS cukup baik untuk menghasilkan jamur dibandingkan tanpa pemakaian LLKS. Limbah industri teh juga menunjukan potensi yang baik sebagai media tumbuh jamur dalam penelitian menunjukan bahwa penambahan dedak dan lama pelapukan memberikan pengaruh yang berbeda terhadap pertumbuhan dan produksi jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus L.) pada media limbah industri teh, menghasilkan dihasilkan pertumbuhan vegetatif tercepat walaupun tanpa melalui proses pelapukan, sedangkan berat basah tubuh buah dan diameter tudung tubuh buah tertinggi dihasilkan pada perlakuan tanpa penambahan dedak dan 1 hari pelapukan (Gusnimar, 2011). Serta banyak limbah lainya yang belum dimanfaatkan slah satunya limbah perkebunan dan pertanian selain dijadikan pakan ternak. Dari penelitian Mardiana dkk (2014) diperoleh hasil bahwa pengaruh berbagai media tanam mampu meningkatkan pertumbuhan dan produksi jamur Tiram, dibanding dengan menggunakan media serbuk gergaji yang biasa digunakan oleh petani jamur. Diperoleh hasil pertumbuhan tertinggi pada perlakuan media sekam padi dan ampas tebu ditambah serbuk gergaji dengan perbandingan 1:1.
PENGOLAHANLIMBAH PERTANIAN DAN PERKEBUNAN SEBAGAI MEDIA PERTUMBUHAN JAMUR TIRAM (Pleurotus ostreatus)
PENELITIAN TERDAHULU YANG DILAKUKAN PENELITI dan LAIN
PENELITIAN YANG AKAN DILAKUKAN
1. Aplikasi Limbah pertanian dan 1. Kultivasi Jamur Kuping perkebunan sebagai (Auricularia Sp.) Dalam Media media tumbuh jamur Tandan Kosong Kelapa Sawit tiram : Dan Serbuk Gergaji Hasil a. pengolahan limbah Iradiasi (Endrawanto dan E. pertanian dan Suwadji, 2000) perkebunan menjadi 2. Pemanfaatan Ampas Tebu media tumbuh jamur Sebagai Media Pertumbuhan tiram melalui teknologi Jamur Merang (Volvariella penghancuran dengan volvacea)(Lidianti, V. (2012) pesin pengiling sampai 3. Pertumbuhan Dan Produksi Jamur Merang (Volvariella ukuram mes 10 UNIVERSITAS MEDAN AREA Volvaceae) Yang Ditanam b.pengkombinasian Pada Media Jerami, Blotong semua limbah dan Dan Ampas Tebu Dengan
LUARAN 1. Jurnal ilmiah 2. Bahan ajar 3. Teknologi pengolahan limbah pertanian dan Perkebunan sebagai media tumbuh Jamur Tiram
12
Menghasilkan Jamur tiram dengan nilai gizi yang baik serta meningkatkan kesehatan masyarakat dan mengurangi limbah pertanian dan perkebunan yang menjadi masalah lingkungan
Gambar 2 : Roadmap Kegiatan Penelitian III. METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Tempat dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Sumatera Kebun Jamur, Budidaya Jamur, di Kecamatan Percut Sei TuanKabupaten Deli Serdang, Pemilihan lokasi di daerah tersebut dikarenakan daerah ini penghasil jamur tiram yang diusahakan oleh masyarakat sebagian besar petani jamur tiram. 3.2. Bahan Dan Alat Penelitian Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah limbah pertanian dan perkebunan (pemanfaatan limbah pelepah kelapa sawit, batang jagung, tongkol jagung, limbah kulit durian, limbah industri teh (sosro), dan limbah industri tebu (ampas dan blotong), dan Jerami Padi yang kesemuanya terlebih dahhulu dilakukan pengilingan sampai menjadi dedak mengunakan mesin penghalus pelepah kelapa sawit (Sumber Mesin dari PPKS), bibit jamur tiram, serbuk gergaji, 13
UNIVERSITAS MEDAN AREA