SEMINAR NASIONAL ke 8 Tahun 2013 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi
PENGARUH MATRIC SUCTION TERHADAP PERILAKU KEMBANG BEBAS TANAH LEMPUNG EKSPANSIF Agus Tugas Sudjianto, M. Cakrawala, Candra Aditya Jurusan Teknik Sipil, Fakultas TeknikUniversitas Widyagama Malang Jalan Taman Borrobudur Indah No. 3 Malang 65142 email :
[email protected] ABSTRAK Fluktuasi kadar air tanah di daerah tropis terjadi akibat hujan, evaporasi dan evapotranspirasi. Akibat perubahan kadar air, kondisi lapisan tanah aan mengalami kondisi jenuh sebagian. Tanah lempung ekspansif pada konisi jenuh sebagian akan mengalami perubahan volume. Tanah ekspansif akan mengalami fenomena kembang pada saat kondisi jenuh sebagian. Pada kondisi jenuh sebagian tersebut, tanah lempung ekspansif juga akan mengalami suction Perilaku kembang tanah ekspansif di lapangan terjadi secara bebas ke arah volumetrik. Fenomena kembang ini akan menyebabkan kerusakan pada struktur yang dibangun di atas maupun didalam tanah lempung ekspansif. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh sucion terhadap perilaku kembang bebas tanah lempung ekspansif. Sampel tanah lempung ekspansif diambil dari Karang Jati, Kabupaten Ngawi Propinsi Jawa Timur. Penelitian kembang bebas dilakukan pada benda uji terganggu dengan diameter 6,35 cm dan tinggi 1,70 cm, dengan kadar air awal 32% % dan berat volume kering 1,26 kg/cm3. Pengukuran kembang bebas dengan jangka sorong digital, sedangkan pengukuran suction dengan metode matric suction dengan kertas filter Whatman No. 42. Hasil penelitian memperlihatkan semakin besar matric suction tanah lempung ekspansif akan menyebabkan semakin kecil kembang bebas yang terjadi. Kata-kata kunci : tanah lempung ekspansif, matric suction, kembang bebas.
PENDAHULUAN Di Indonesia, ditinjau dari kejadian tanahnya, masalah tanah lempung ekspansif hampir terdapat di seluruh Indonesia, mulai dari Sumatra Utara sampai ke Papua. Jumlah kerugiannya belum dilaporkan, tetapi dari penelitian dan survei yang telah lakukan oleh pihak Bina Marga dan Pusat Penelitian dan Pengembangan Jalan Departemen Pekerjaaan Umum tahun 1992, banyak kerusakan yang terjadi pada beberapa ruas jalan di Pulau Jawa disebabkan oleh masalah tanah lempung ekspansif (Mochtar, 2000). Proses kembang tanah lempung ekspansif dipengaruhi oleh faktor lingkungan, di antaranya faktor perbedaan iklim, curah hujan, sistem drainasi dan fluktuasi muka air tanah. Myers (2005) menyebutkan bahwa perubahan kadar air pada tanah lempung, khususnya lempung ekspansif, akan menyebabkan perubahan volume. Perilaku kembang pada tanah ekspansif merupakan kebalikan dari peristiwa kapiler. Bila kadar air dalam tanah naik dan tanah menjadi jenuh, maka tegangan kapiler berkurang dan tegangan air pori dengan sendirinya akan menurun dan dapat sama dengan tegangan hidrostatis. Menurunnya tegangan air pori ini mengakibatkan tanah ekspansif cenderung mengembang kembali pada posisi semula (Mochtar, 2000). Fenomena kembang pada tanah ekspansif terjadi pada kondisi pembasahan dengan nilai derajat kejenuhan (Sr) < 1, berarti tanah berada pada kondisi tidak jenuh. Pada kondisi tidak jenuh ini, maka tanah ekspansif terdiri dari tiga fase, yaitu : butiran, air dan udara, sehingga menghasilkan nilai suction. Akibat perubahan nilai derajat kejenuhan (Sr) dan angka pori (e), maka nilai suction akan naik, sehingga suction yang terjadi pada tanah ekspansif akan mempengaruhi perilaku kembang – susut tanah tersebut.
Uji swelling di laboratorium selama ini, dilakukan pada ring yang terkekang arah lateral, sehingga tidak ada deformasi swelling arah horisontal. Dengan demikian swelling diasumsikan terjadi hanya pada arah vertikal saja. Kondisi ini agak berbeda dengan banyak kejadian di lapangan, dimana tanah yang mengembang adalah tanah yang sudah menyusut sebelumnya. Pada tanah yang telah menyusut tersebut menjadi retak – retak akibat penyusutan 3 dimensi. Sewaktu mengembang, tanah tersebut kembali mengembang bebas ke segala arah dari posisinya semula. Model kembang satu dimensi (arah vertikal) tentunya tidak akan cocok bila permukaan tanah lempung ekspansif miring, bila tanah lempung berada di belakang dindng penahan tanah, atau di tepi dinding suatu terowongan. Pada kasus – kasus tersebut, Swelling arah horisontal sangat menonjol akibat gerakan dinding (Coduto,1994). TUJUAN Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui sejauh mana pengaruh perubahan matric suction tanah (∆s) terhadap perilaku kembang bebas tanah lempung ekspansif baik kembang arah vertikal, kembang horisontal maupun kembang volumetrik. METODE PENELITIAN Metode penelitian ini meliputi bahan penelitian, peralatan utama yang digunakandan prosedur uji matric suction dan kembang bebas untuk mengkur kembang vertikal dan horisontal dengan acuan standar ASTM, adapun uraian dari keduanya adalah sebagai berikut. Tanah Lempung Ekspansif Penelitian dilaksanakan dengan menggunakan contoh tanah lempung ekspansif yang diambil dari
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 14 Desember 2013
S 5
SEMINAR NASIONAL ke 8 Tahun 2013 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi
Karang Jati, Kabupaten Ngawi, Propinsi Jawa Timur. Peta lokasi pengambilan sampel tanah lempung seperti pada Gambar 1. Pengambilan sampel dilakukan dalam kondisi undisturbed dan disturbed. Sampel diambil ± 20 m dari bahu jalan. Sampel undisturbed diambil dengan menggunakan tabung sampel yang mempunyai dimensi panjang 30 cm dan diameter 7 cm. Sampel undisturbed akan dijaga agar tetap asli dari perubahan kadar air dan getaran serta bersih dari akar-akar tanaman. Untuk sampel disturbed, diambil dengan cangkul dan sekop dimasukkan ke dalam kantong yang sudah disiapkan. Sampel tanah diambil pada kedalaman 0,50 – 1,00 m dari permukaan tanah.
gelas yang bebas karat dengan tutup yang rapat, seperti pada Gambar 4.
Gambar 3. Hot tare dan cold tare.
Gambar 1. Pengambilan sampel tanah di Karang Jati (Ngawi). Prosedur Uji Matric Suction Pengukuran suction di laboratorium ada beberapa cara , diantaranya : tensiometer, thermal conductivity, axis translation, psychometer, humidity control dan filter paper. Pada penelitian ini, pengukuran suction dilakukan dengan filter paper (kertas saring) Whatman No. 42 (Gambar 2). Pengukuran suction dengan kertas saring merupakan prosedur yang sederhana, jelas dan tidak membutuhkan peralatan khusus. Peralatan yang digunakan untuk mengukur matric suction seperti pada Gambar 3. Uji suction dengan kertas saring menggunakan standar ASTM D 5298 – 2003. Ada 2 metode yaitu : kertas saring kontek langsung dengan tanah yang disebut dengan uji matric suction dan metode yang kedua adalah total suction, dimana kertas saring tidak langsung kontak dengan tanah. Pada penelitian ini digunakan metode matric suction.
Gambar 4. Kotak sampel. Pembuatan benda uji matric suction dilakukan dengan tahapan seperti pada Gambar 5. Contoh benda uji yang telah jadi digunakan untuk uji matrik suction yang telah diletakan dalam tabung isolasi seperti pada Gambar 6.
Gambar 5. Pembuatan sampel uji matric suction.
Gambar 6. Sampel uji matric suction di dalam tabung isolasi. Gambar 2. kertas Filter Whatman No. 42.
Peralatan yang digunakan dalam uji matric suction adalah hot tare dan cold tare, seperti pada Gambar 6. Kotak sampel dengan volume 120 ml – 240 ml yang terbuat dari
Prosedur Uji Kembang Bebas Pada penelitian ini untuk mengukur kembang bebas digunakan jangka sorong digital tipe Modern dengan kapasitas pengukuran 150 mm, seperti pada Gambar 7 berikut ini.
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 14 Desember 2013
S 6
SEMINAR NASIONAL ke 8 Tahun 2013 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi
Gambar 7. Jangka sorong digital. Uji kembang bebas dilakukan pada sampel tanah dengan tanah yang dicetak dengan diameter 6,35 cm dan tinggi 1,70 cm, dengan kadar air awal 32 % dan berat volume kering 1,26 g/cm3, sesuai dengan hasil uji Proctor standar. Pembuatan sampel seperti pada Gambar 8 berikut ini.
Gambar 8. Sampel uji kembang bebas. Perhitungan kembang bebas dilakukan dengan persamaan oleh Holtz dan Gibbs (1956) sebagai berikut ini. tinggi akhir tinggi awal
SZ ..…………..(1) tinggi awal
100%
diameter akhir diameter awal
SX …….…...…..(2) diameteraw al SV
volume akhir volume awal
volume awal …………….…..(3)
H 100% H
100%
100%
D 100% D
V 100% V
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Uji Proctor Standar Uji matric suction dan uji kembang bebas (free swelling) dilakukan dengan kadar air awal (wi) dan kepadatan (γd) dari hasil uji Proctor standar tanah lempung Karang Jati (Ngawi). Perancangan sampel uji matric suction dan uji kembang bebas menggunakan hasil uji Proctor standar. Hasil uji Proctor standar tanah lempung Karang Jati (Ngawi) seperti terlihat pada Gambar 6 berikut ini.
Gambar 9. Hasil uji Proctor standar tanah lempung Karang Jati. Hasil uji Proctor standar pada Gambar 6 menghasilkan nilai kadar air optimum sebesar 32 % dan berat volume kering maksimum 1,26 g/cm3. Hasil Uji Matric Suction Tanah Proscdur uji suction tanah mengacu pada standar ASTM D 5298-2003. Pembuatan sampel suction dalam cetakan berdasarkan dengan kepadatan kering tanah yang konstan γd = 1,26 gram/cm3 dengan kadar air awal (wi) sebesar 32%. Nilai matric suction tanah ditentukan dengan kalibrasi suction filter paper Whatman No. 42 berdasarkan kalibrasi ASTM D 5298-2003, secara analisis besarnya matric suction (s) tanah terhadap kadar air filter paper dinyatakan dalam 5,327 0, 0779w f
s 10
untuk
wf
< 45,26 %
untuk
wf
< 45,26 %
……….........(4)
s 10
2, 412 0, 0135w f
…………….(5) Dengan :
wf
: kadar air filter paper (%).
Kadar air filter paper hasil uji laboratorium disubtitusikan ke Persamaan 4 dan Persamaan 5, ditampilkan pada Tabel 1. Hasil uji matric suction tersebut didasarkan pada kadar air tanah awal pada benda uji tanah lempung Karang Jati (Ngawi). Dari kadar air tanah tersebut dapat ditentukan besarnya nilai derajat kejenuhan (Sr) tanah lempung ekspansif. Tabel 1 Perbandingan kadar air tanah dengan kadar air filter
Wtanah awal (W), % 5,00 10,00 15,00 20,00 25,00 30,00 35,00 42,00
paper tanah Karang Jati (Ngawi) Sr tanah awal WFilter Paper mactric suction (Sr), % (Wf), % (s) (kN/m2) 12,14 5,3834 80802,1000 24,28 11,8556 25349,3000 36,42 16,6835 10651,1000 48,58 25,6250 2143,0000 60,70 32,1400 665,0000 72,82 39,1000 191,3100 84,94 45,5712 59,8793 100 56,0621 9,1142
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 14 Desember 2013
S 7
SEMINAR NASIONAL ke 8 Tahun 2013 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi
matric suction, (u a - uw) (KN/m 2)
Hasil uji matric suction (s) pada Tabel 1, digambarkan dalam hubungan antara kadar air awal (wi) dengan matric suction (s) tanah Karang Jati (Ngawi) seperti pada Gambar 10 berikut ini.
perubahan matric suction seperti pada Tabel 2. Hasil tersebut dibuat grafik hubungan antara matric suction dengan kembang vertikal, kembang horisontal dan kembang volumetrik seperti pada Gambar 12. Tabel 2. Hasil uji kembang bebas tanah lempung Karang Jati (Ngawi) pada perubahan matric suction Kembang Kembang Kembang mactric vertikal horisontal volumetrik suction (s)
100000 10000 1000
(kN/m2) 80802,1000 25349,3000 10651,1000 2143,0000 665,0000 191,3100 59,8793 9,1142
100 10 1 0
20
40
60
80
100
Kadar Air, w (%)
Gambar 10. Kurva kadar air tanah dengan matric suction tanah Karang Jati (Ngawi).
S z (%)
S x (%)
Sv (%)
0,00 3,99 7,54 11,31 15,09 18,86 20,10 20,12
0,00 1,62 3,34 4,99 6,72 8,44 9,83 9,95
0,00 7,38 14,85 22,70 31,10 39,37 44,89 45,22
50
Swelling Volumetric 45
Tanah lempung Karang Jati (Ngawi) dengan perubahan kadar air filter paper kecenderungan berperilaku linear (Gambar 10), sehingga dapat dianalisis dengan analisis regresi. Pengamatan perilaku matric suction (s) dengan derajat kejenuhan (Sr) digambarkan pada Gambar 11 berikut ini.
Swelling Horizontal
Swelling, S (%)
35 30 25 20 15
1000000
10
100000
5
(KN/m )
10000
0
2
matrik suction, (u a - uw)
Swelling Vertical
40
1
1000
10
100
1000
10000
Matric suction, ua-uw (kN/m2)
100
Gambar 12. Hubungan matrioc suction dengan kembang vertikal, horisontal dan volumetrik tanah Karang Jati.
10 1 0
20
40
60
80
Derajat Kejenuhan, Sr (%)
Gambar 11 Kurva derajat kejenuhan dengan matric suction tanah Karang Jati (Ngawi). Pada penelitian ini kalibrasi matric suction terbatas pada kebutuhan analisis, sehingga untuk kadar air tanah (wi) < 5,00 % dan w > 50,00 % belum dapat digunakan. Hasil uji matric suction memperlihatkan semakin besar kadar air maka semakin kecil nilai matric suction (Gambar 10),.Demikian pula pengaruh derajat kejenuhan (Sr) menunjukkan perilaku yang sama dengan kadar air (w), semakin jenuh air maka semakin kecil matric suction tanah lempung Karang Jati (Ngawi). Hasil Uji Kembang Bebas dengan Perubahan Matric Suction Uji kembang bebas dapat digunakan untuk mengetahui nilai kembang vertikal, kembang horisontal dan kembang volumetrik tanah lempung ekspansif, seperti yang dilakukan oleh Holtz dan Gibbs (1956). Hasil uji kembang bebas tanah Karang Jati (Ngawi) pada
100
Gambar 12 memperlihatkan hubungan antara matric suction (W ) dengan kembang vertikal, kembang horisontal dan kembang volumetrik tanah Karang Jati (Ngawi). Pada uji kembang bebas tersebut. kembang vertikal, kembang horisontal dan kembang volumetrik menjadi kecil dengan naiknya matric suction dan berhenti mengembang pada matric suction 9,1142 kN/m2 . Hasil ini memperlihatkan bahwa pengaruh matric suction terhadap perilaku kembang bebas pada tanah lempung ekspansif banding terbalik dengan pengaruh kadar air dan derajat kejenuhan (Sr).
Perbandingan Kembang Pada Uji Kembang bebas Uji kembang bebas terdiri dari uji kembang vertikal dan uji kembang horisontal. Kembang vertikal (Sz) dalam penelitian ini adalah perubahan dimensi tinggi (ΔH) benda uji terhadap tinggi awal (Ho) benda uji tanah lempung ekspansif, sedangkan Kembang horisontal (Sx) adalah perubahan dimensi secara horisontal dalam hal ini diameter benda uji (ΔD) terhadap diameter awal (D o ) benda uji tanah lempung ekspansif yang dinyatakan dalam persen (%). Sedangkan nilai kembang volumetrik dihitung dengan persamaan 5.
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 14 Desember 2013
S 8
100000
SEMINAR NASIONAL ke 8 Tahun 2013 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi
Hasil penelitian ini memperlihatkan bahwa, uji kembang bebas yang dihasilkan, nilai rata-rata kembang vertikal (Sz) tanah Karang Jati (Ngawi) lebih besar 1,37 kali dari nilai rata-rata kembang horisontal (Sx). Hasil tersebut seperti terlihat pada kurva perbandingan hubungan kembang vertikal dan kembang horisontal dengan matric suction (s), seperti pada Gambar 13 berikut ini.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut. 1. Nilai matric suction sangat dipengaruhi oleh kadar air (w) dan derajat kejenuhan (Sr) tanah lempung, semakin besar kadar air dan derajat kejenuhan semakin kecil nilai matric suction tanah lempung Karang jati (Ngawi). 2. Perilaku kembang bebas vertikal, kembang horisontal dan kembang volumetrik dengan kadar air awal dan kepadatan yang sama pada tanah Karang Jati (Ngawi) sangat dipengaruhi oleh perubahan matric suction tanah, semakin besar matric suction dalam tanah lempung ekspansif semakin kecil kembang bebas yang terjadi. 3. Perbandingan kembang vertikal terhadap kembang horisontal pada uji kembang bebas tanah Karang Jati (Ngawi) sebesar 1,37, sedangkan rasio kembang volumetrik terhadap kembang vertikal sebesar 2,65.
25
Swelling Vertical Swelling Horizontal
Swelling, S (%)
20
15
10
5
UCAPAN TERIMA KASIH 0 1
10
100
1000
10000
100000
Matric suction, ua-uw (kN/m 2)
Gambar 13. Perbandingan kembang vertikal dan horisontal tanah Karang Jat (Ngawi).
019/SP2H/PDSTRL/K7/II/2013, tanggal 10 Pebruari 2013.
Hasil penelitian pada uji kembang bebas (free swelling) pada tanah lempung Karang Jati (Ngawi) dihasilkan juga kembang volumetrik (Sv) yang dihitung menggunakan persamaan/formula kembang volumetrik. Benda uji pada saat kembang akan mengalami perubahan dimensi secara volumetrik dalam hal ini volume benda uji (ΔV) tanah ekspansif terhadap volume awal (V 0 ) benda uji tanah lempung ekspansif yang dinyatakan dalam persen (%). Hasil penelitian ini memperlihatkan, kembang volumetrik (Sv) yang dihasilkan oleh tanah Karang Jati (Ngawi) lebih besar 2,65 kali dari kembang vertikal (Sz), seperti terlihat pada Gambar 14 berikut ini. 50
Swelling Volumetric
45
Swelling Vertical 40
Swelling, S (%)
35 30 25 20 15 10 5 0 1
10
100
1000
10000
100000
Matric suction, ua-uw (kN/m 2)
Gambar 9. Perbandingan kembang volumetrik dan vertikal tanah Karang Jat (Ngawi). KESIMPULAN
Disampaikan terima kasih kepada Direktorat Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (DP2M) Dikti yang telah mendanai kegiatan penelitian ini dengan skim Penelitian Hibah Bersaing (PHB) dengan kontrak No :
DAFTAR PUSTAKA ASTM, 2003, Annual Books of ASTM Standards Section 4 Volume 04.08 Soil and Rock (I): D420-D4914. Chen, F.H., 1988, Foundation on Expansive Soils, 2nd ed Amsterdam, pp 463, Elseveier Scientific Publication Company, New York, USA, Coduto, D.P., 1994, Foundation Design Principles and Practices, Prentice Hall International, Inc. Dakhshanamurthy, V. and Raman, V., 1975, Review of Expansive Soils, Discusion, Journal of geotechnical Enggineering Division, ASCE, Volume 101, , No. GT 6. Dela, 2001, Measurement of Soil Moisture using Gypsum Block, Measuretmen Enggineering Australia (MEA), Adelaide, Australia. Gourly, C.S., Newill, D., and Schreiner, H.D., 1993, Expansive Soil, TRL”s Research Strategy, Proc. Ist Inc. Symp. Engineering Characteristics of Arid Soils, London. Hardiyatmo, H.C., 2006, Mekanika Tanah I, edisi 4, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta Holtz, R.D., and Gibbs, H.J., 1956, Prediction on Swelling Potential for Compacted Clay, Journal of the Soil mechanics and Foundation devision , ASCE, Discussion, Vol 88, No.SM4. Mochtar, I. B., 1994, Rekayasa Penanggulangan Masalah Pembangunan pada Tanah-tanah Sulit, Jurusan Teknik Sipil FTSP ITS, Surabaya. Mochtar, I. B., 2000, Teknologi Perbaikan Tanah dan Alternatif Perencanaan pada Tanah bermasalah, Jurusan Teknik Sipil FTSP ITS, Surabaya. Myers, D., 2005, Expansive Clays and Road Subgrade an Analysis, www.godismyjudgeok, 31 Agustus 2007.
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 14 Desember 2013
S 9
SEMINAR NASIONAL ke 8 Tahun 2013 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi
Nelson, J.D., and Miller, D.J., 1992, Expansive Soils; Problem and practice in Foundation and Pavement Engineering, John Wiley and Sons, New York. Rifa’i A., 2002, Mechanical testing and Modelling of an Unsaturated Silt ith engineering Application, Ph.D Desertation , EPFL, Switzerland. Sapaz, B., 2004, Lateral Versus Vertical Swell Pressure in ExpansiveClaySoils,etd.lib.metu.edu/upload/10530 40/index Seed, H.B., Woodward R.J., Lundgren R., 1962, Prediction of Swelling Potential for Cpmpacted Clays, Journal of the Soil Mechanics and Foundation Division, ASCE, Vol.88. No. SM3. Proc. Paper 3169. Sudjianto, A.T., Suryolelono, K.B., Rifa’i, A. and Mochtar, I.B., 2008, Behaviour of Vertical and Lateral Swelling Pressure on Disturbed Highly Expansive Clay Under Water Content Variation Condition, International Conference on Geotechnical and Highway Engineering, Universiti Teknologi Malaysia, Kuala Lumpur, Malaysia, 2008, Paper no G 21. Sudjianto, A.T., Cakrawala, M, and Aditya, C., 2012, The Effects of Water Contents on Free Swelling of Expansive Soils, International Journal of Civil & Enviromental Engineering IJCEE/IJENS Volume 12, Issue 06, pp 13 – 17. Taboada, M. A., 2003, Soil Shrinkage Characteristics in Swelling Soil,www.ictp.it/~pub_off/lectures/ins018/39taboa da1, 9 November 2007. Van Der Merwe, D.H., 1964, The Prediction of heave from the Plasticity Index and percentage Clay Fraction of Soils, Civil engineers in south Africa, 6(6):103-107 Yong, R, N., and Warketin, B, P., 1975, Introduction to Soil Behavior, The Mac Milan Co, New York.
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 14 Desember 2013
S 10