KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN
SEKOLAH MONTESSORI DI SOLO BARU dengan Penerapan Prinsip Pendidikan Montessori ke dalam Desain Bangunan TUGAS AKHIR
Diajukan Untuk Melengkapi Persyaratan Guna Mencapai Gelar Sarjana Teknik Strata Satu
Disusun Oleh: MIMING RATNA WULANSARI NIM. I 0204083
JURUSAN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010
DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS SEBELAS MARET FAKULTAS TEKNIK JURUSAN ARSITEKTUR Jl. Ir. Sutami 36A Surakarta Telp. (0271) 643666 E-mail
[email protected] Surakarta
LEMBAR PENGESAHAN TUGAS AKHIR JUDUL
: Sekolah Montessori di Solo Baru dengan Penerapan Prinsip Pendidikan Montessori ke dalam Desain Bangunan
PENYUSUN
: MIMING RATNA WULANSARI
NIM
: I 0204083
Surakarta,
April 2010
Telah Diperiksa dan Disetujui Oleh:
Pembimbing I
Pembimbing II
Ir. Agoes Soediamhadi NIP. 19460318 197501 1 001
Ir. Leny Pramesti, MT NIP. 19610628 199802 2 001 Mengetahui,
Ketua Jurusan Arsitektur FT UNS
Pembantu Dekan I FT UNS
Ir. Noegroho Djarwanti, MT NIP. 19561112 198403 2 007
Ir. Hardiyati, MT NIP. 19561209 198601 2 001 ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
i
LEMBAR PENGESAHAN
ii
KATA PENGANTAR
iii
DAFTAR ISI
iv
DAFTAR GAMBAR
viii
DAFTAR TABEL
x
DAFTAR SKEMA
xi
BAB I PENDAHULUAN A. Judul
1
B. Pengertian Judul
1
C. Latar Belakang 1. Sifat Dasar Anak
1
2. Kualitas Pendidikan di Indonesia
2
3. Metode Montessori Untuk Anak
3
4. Solo Baru dan Fasilitas Pendidikan di Dalamnya
5
5. Kebutuhan Sekolah di Solo Baru
6
D. Permasalahan 1. Permasalahan Umum
6
2. Permasalahan Khusus
6
E. Tujuan dan Sasaran 1. Tujuan
7
2. Sasaran
7
F. Batasan dan Lingkup Pembahasan 1. Batasan Pembahasan
8
2. Lingkup Pembahasan
8
G. Metode Pengumpulan Data dan Pembahasan 1. Metode Pengumpulan Data
8
2. Metode Pembahasan
9
H. Sistematika Pembahasan
9
BAB II TINJUAN TEORI DAN STUDI KASUS A. Metode Montessori 1. Sejarah
10
2. Sifat
10 iii
3. Kekhasan
11
4. Teori utama tentang cara belajar
11
5. Prinsip pendidikan Montessori
12
6. Program belajar
16
7. Perbedaan Montessori dengan Metode Lain
18
8. Montessori Lebih Sesuai Dengan Karakter Anak
18
B. Sekolah Montessori 1. Pengertian
18
2. Filosofi
19
3. Tujuan pendidikan
19
4. Program yang disediakan
20
5. Waktu belajar
20
C. Tinjauan anak 1. Karakter Anak
20
2. Kebutuhan Anak
21
3. Tinjauan Keruangan (Anak dan Lingkungan Belajar)
23
D. Studi kasus Sekolah Montessori 1. Ruang dalam (Indoor)
25
2. Ruang luar (Outdoor)
26
BAB III TINJAUAN SOLO BARU A. Kondisi Fisik Kota Solo Baru
27
B. Rencana Pemanfaatan Ruang Kawasan Perkotaan Solo Baru
28
C. Fasilitas Pendidikan dan Rencana Pengembangannya di Solo Baru
29
BAB IV PROSES PENENTUAN KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN SEKOLAH MONTESSORI DI SOLO BARU A. Proses Penentuan Konsep Peruangan 1. Proses Penentuan Konsep Kegiatan dan Kebutuhan Ruang
31
2. Proses Penentuan Konsep Pola Hubungan Ruang
37
3. Proses Penentuan Konsep Besaran Ruang
41
B. Proses Penentuan Konsep Lokasi dan Site 1. Proses Penentuan Konsep Lokasi
44
2. Proses Penentuan Konsep Site
47
C. Proses Penentuan Konsep Peletakan Pintu Utama (Main Entrance) dan Pintu Servis (Service Entrance)
50
D. Proses Penentuan Konsep Zone Berdasarkan Tingkat Kebisingan
51
E. Proses Penentuan Konsep Zone Berdasarkan Pada Pencapaian 1. Proses Penentuan Konsep Zone Berdasarkan Pada Pintu Utama (ME)
52
2. Proses Penentuan Konsep Zone Berdasarkan Pada Pintu Servis (SE)
53
iv
F. Proses Penentuan Konsep Zone Berdasarkan Fungsi
53
G. Proses Penentuan Konsep Massa Berdasarkan Pada Prinsip Pendidikan Montessori 1. Proses Penentuan Konsep Bentuk Dasar Massa
54
2. Proses Penentuan Konsep Jumlah Massa
56
3. Proses Penentuan Konsep Pembagian Massa
56
4. Proses Penentuan Konsep Tata Massa
58
H. Proses Penentuan Konsep Sirkulasi Berdasarkan Pada Prinsip Pendidikan Montessori I.
58
Proses Penentuan Konsep Penampilan Bangunan Berdasarkan Pada Prinsip Pendidikan Montessori
J.
59
Proses Penentuan Konsep Pemilihan Bahan Bangunan Berdasarkan Pada Prinsip Pendidikan Montessori
62
K. Proses Penentuan Konsep Warna Berdasarkan Pada Prinsip Pendidikan Montessori
64
L. Proses Penentuan Konsep Lansekap Berdasarkan Pada Prinsip Pendidikan Montessori
64
M. Proses Penentuan Konsep Struktur Bangunan 1. Struktur Pondasi
68
2. Struktur Dinding
68
3. Struktur Atap
69
N. Proses Penentuan Konsep Utilitas 1. Proses Penentuan Konsep Sistem Penyediaan Air Bersih
69
2. Proses Penentuan Konsep Sistem Sanitasi
70
3. Proses Penentuan Konsep Sistem Kelistrikan
72
4. Proses Penentuan Konsep Sistem Pengamanan Bahaya Kebakaran
73
5. Proses Penentuan Konsep Jaringan Komunikasi
73
6. Proses Penentuan Konsep Penanganan Sampah
74
BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN SEKOLAH MONTESSORI DI SOLO BARU A. Konsep Peruangan 1. Konsep Kegiatan dan Kebutuhan Ruang
75
2. Konsep Pola Hubungan Ruang
80
3. Konsep Besaran Ruang
82
B. Konsep lokasi dan site 1. Konsep Lokasi
84
2. Konsep Site
84
C. Konsep Peletakan Pintu Utama (Main Entrance) dan Pintu Servis (Service Entrance)
86 v
D. Konsep Penentuan Konsep Zone Berdasarkan Tingkat Kebisingan
86
E. Konsep Zone Berdasarkan Pada Pencapaian 1. Konsep Zone Berdasarkan Pada Pintu Utama (ME)
86
2. Konsep Zone Berdasarkan Pada Pintu Servis (SE)
87
F. Konsep Zone Berdasarkan Fungsi
87
G. Konsep Massa Berdasarkan Pada Prinsip Pendidikan Montessori 1. Konsep Bentuk Dasar Massa
87
2. Konsep Jumlah Massa
87
3. Konsep Pembagian Massa
87
4. Konsep Tata Massa
88
H. Konsep Sirkulasi Berdasarkan Pada Prinsip Pendidikan Montessori
88
I.
Konsep Penampilan Bangunan Berdasarkan Pada Prinsip Pendidikan Montessori
89
J.
Proses Penentuan Konsep Pemilihan Bahan Bangunan Berdasarkan Pada Prinsip Pendidikan Montessori
91
K. Proses Penentuan Konsep Warna Berdasarkan Pada Prinsip Pendidikan Montessori
92
L. Konsep Lansekap Berdasarkan Pada Prinsip Pendidikan Montessori
92
M. Konsep Struktur Bangunan 1. Struktur Pondasi
94
2. Struktur Dinding
94
3. Struktur Atap
94
N. Konsep Utilitas 1. Konsep Sistem Penyediaan Air Bersih
94
2. Konsep Sistem Sanitasi
95
3. Konsep Sistem Kelistrikan
95
4. Konsep Sistem Pengamanan Bahaya Kebakaran
95
5. Konsep Jaringan Komunikasi
96
6. Konsep Penanganan Sampah
96
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN UCAPAN TERIMAKASIH
vi
Abstrak
Miming Ratna Wulansari, I0204083, Sekolah Montessori di Solo Baru dengan Penerapan Prinsip Pendidikan Montessori ke dalam Desain Bangunan. Pada era modernisasi saat ini, dimana terlalu sedikitnya penekanan diberikan berdasarkan kebaikan hakiki dan pendidikan yang layak bagi anak, pandangan yang mendalam dan metode pengajaran Montessori yang penuh inspirasi dapat memperkenalkan suatu dimensi baru dan yang menyenangkan dalam dunia pendidikan. Munculnya ide untuk menciptakan Sekolah Montessori
adalah sebuah solusi alternatif yang
mencoba untuk mengakomodasi semua perkembangan atau fenomena-fenomena baru dalam hal penyediaan sarana pendidikan untuk anak sebagai wadah pendidikan serta pengembangan kecerdasan dan kreativitas anak. Sekolah Montessori mencoba menghadirkan suasana belajar dan bermain melalui pendekatan Metode Montessori. Melalui Prinsip-Prinsip Pendidikan Montessori, yaitu kebebasan, keindahan, keteraturan, alami, kohesi kemasyarakatan dan penggunaan alat peraga yang diterapkan ke dalam desain bangunan menjadikan Sekolah Montessori menjadi sebuah sekolah alternatif untuk pendidikan pra-sekolah (TK) dan sekolah dasar (SD) yang dirancang agar anak-anak tumbuh dengan kreativitas mereka sendiri, tidak kehilangan kegembiraan masa kecil mereka, dan membuka ruang yang lebar untuk mengeksplorasi lingkungannya, yaitu dengan Metode Montessori. Selain itu, melihat perkembangan pendidikan di Solo Baru yang semakin baik, diharapkan adanya Sekolah Montessori dapat menjadi persiapan awal bagi kota Solo Baru untuk mewadahi kebutuhan masyarakat akan fasilitas pendidikan anak yang lebih lengkap, serta dapat melayani semua anak-anak dari semua golongan, tanpa membedakan SARA.
vii
BAB I PENDAHULUAN A. Judul Sekolah Montessori di Solo Baru dengan Penerapan Prinsip Pendidikan Montessori di Solo Baru ke dalam Desain Bangunan. B. Pengertian Judul 1. Sekolah a. Suatu lembaga/bangunan untuk belajar mengajar serta tempat menerima dan memberi pelajaran (menurut tingkatannya, ada : dasar, menengah pertama dan menengah ke atas).
1
b. Suatu tempat/bangunan di mana pengajaran diberikan. Suatu pertemuan yang teratur bagi guru dan murid untuk belajar mengajar.2 2. Montessori Metode pendidikan yang ditemukan oleh pakar pendidikan usia dini, Dr. Maria Montessori yang didasarkan pada potensi dan karakter anak sesuai dengan perkembangan usianya. 3 Tujuan pendidikan dalam metode Montessori adalah mengembangkan seluruh potensi anak yang dapat dilakukan melalui proses pembelajaran di kelas maupun melalui berbagai latihan praktis yang berkaitan dengan kehidupan anak itu sendiri.4 3. Prinsip Pendidikan Montessori Prinsip pendidikan yang meliputi kebebasan, keteraturan, keindahan, alami, alat peraga Montessori, kohesi kemasyarakatan.5 4. Solo baru 6
Salah satu kota/wilayah di Kabupaten Sukoharjo.
“Sekolah Montessori di Solo Baru” adalah fasilitas pendidikan untuk anak usia 2-6 tahun (prasekolah) dan 7-12 tahun (Sekolah Dasar) yang terletak di Solo baru dengan menggunakan Metode Montessori yang bertujuan untuk mengembangkan seluruh potensi anak yang dapat dilakukan melalui proses pembelajaran di kelas maupun melalui berbagai latihan praktis yang berkaitan dengan kehidupan anak itu sendiri dengan penerapan prinsip Pendidikan Montessori ke dalam desain bangunan.” C. Latar Belakang 1. Sifat Dasar Anak
1
2 3 4 5 6
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia. PN. Balai Pustaka, Jakarta : Dep. P&K, 1089) The New Grouer Webster Int. Dictionary of English Language, Vol. 1 (1971) The English Language Inst. Of America. Inc) Sumber Inspiredkids (22/03/09),”Metode Belajar yang Tepat Bagi Anak” Dikutip dari Florentinabeo’s blog ,”Prinsip Dasar dan Penerapan Metode Pendidikan Menurut Maria Montessori,download 28 november 2008 Elizabeth G. Hainstock, Kenapa Montessori ?, Mitra Media, 2008, hal.53 RUTR-Kawasan Solo baru 1990-2010
viii
Pembinaan dan pendidikan anak sedini mungkin sangat berperan terhadap kemajuan perkembangan tingkat kecerdasan anak. Dari hasil penelitian dibuktikan bahwa pada usia 4 tahun anak mencapai 50% dari tingkat kecerdasan, dan mendekati usia 8 tahun mencapai 80% dan setelah usia itu usaha apapun pada pendidikan hanya meningkatkan kecerdasan 10% saja.
7
Oleh sebab itu pendidikan dan pembinaan anak sangat mutlak diperhatikan dengan sungguh-sungguh. Untuk bisa memilih metode apa yang sekiranya tepat diterapkan pada anakanak dalam mendidik dan membina mereka, terlebih dulu kita memahami keinginan dan karakter dalam diri anak-anak. Secara normal setiap anak memliki sifat untuk mencari tahu, konsentrasi spontan, mulai memahami realita, suka keyenangan dan bekerja sendiri, memiliki rasa posesif, ingin melakukan semuanya sendiri, patuh, independen dan berinisiatif, disiplin diri spontan, serta 8
ceria.
2. Kualitas pendidikan di Indonesia Sejak berusia dua tahun, anak mempunyai keingintahuan yang sangat besar, senang bereksplorasi, dan senang mencoba hal baru. Karenanya, kita sebaiknya bisa melihat bahwa setiap anak memiliki kepribadian yang ingin dikembangkannya sendiri, mereka memiliki inisiatif, mereka memilih sendiri apa yang ingin mereka lakukan, bertahan untuk terus melakukannya dan merubahnya sesuai dengan kemampuan dan kebutuhannya sendiri. Mereka sangat ‘handminded’ dan senang mengamati berbagai hal dan meresponnya dengan cara mereka sendirisendiri sesuai dengan perkembangan motorik, sensorik dan bahasa melalui penggunaan kelima panca indera mereka. Menurut Dr.Thomas Amstrong, pakar pendidikan dari Amerika, setiap anak dilahirkan dengan membawa potensi yang memungkinkan mereka untuk menjadi cerdas. Sifat yang menjadi bawaan itu antara lain: keingintahuan, daya eksplorasi terhadap lingkungan, spontanitas, vitalitas, dan fleksibilitas. Dipandang dari sudut ini maka tugas setiap orang tua dan guru hanyalah mempertahankan sifat-sifat yang mendasari kecerdasan ini agar bertahan sampai 9
anak-anak itu tumbuh dewasa.
Namun yang terjadi, pendidikan anak di Indonesia, beberapa aspek di atas kurang mendapatkan perhatian secara mendalam. Bahkan sampai saat ini masih sering kita temui cara mengajar yang masih konvensional, di mana guru seringkali tidak memperhatikan perkembangan anak didiknya. Mereka dituntut untuk menyampaikan banyak materi kepada anak didiknya, hinggga kadangkala mereka mengabaikan sisi-sisi psikologis anak. Ada banyak permasalahan yang dihadapi oleh anak-anak tatkala mereka mengikuti kegiatan belajar di sekolah-sekolah umum. Salah satu hal yang seringkali kita temui dalam kegiatan belajar di sekolah umum adalah kesibukan yang luar biasa. Terutama bagi sekolahsekolah yang telah menerapkan konsep akselerasi, dimana anak didik mereka dituntut pandai dan tahu dalam segala hal, namun mereka mengabaikan kondisi psikologis anak didiknya. Hal
7
Dikutip dari Wijanarko, Wijang, Fasilitas Pendidikan Anak, Yogyakarta, TA-UGM, 1998
8
Sumber Inspiredkids,”Metode Belajar yang Tepat Bagi Anak”, 22/03/09 http//mandikdasmen.aptisi3.org/download 3 november 2008
9
ix
yang kita takutkan adalah ketika mereka merasa terasing dari dunianya, dunianya yang semestinya menyenangkan dan penuh warna tetapi sehari-harinya mereka terlalu dijejali dengan pekerjaan dan tugas, baik di rumah maupun di sekolah. Tak heran, jam pelajaran di sekolah dirasakan demikian sempit, mereka harus berpacu dengan materi pelajaran hingga kadangkala siswa harus les, demi menguasai bahan pelajaran yang sudah dipelajari di kelas. Atau, sekolah sendiri yang menyediakan pelajaran tambahan di sore hari, sampai-sampai siswa harus sekolah dua kali, pagi dan sore. Jika kita lihat sistem pendidikan di sekolah-sekolah umum, terlihat begitu kurangnya interaksi anak dengan lingkungan. Metode mengajar yang diberikan bersifat teoritis, jarang sekali anak-anak dicoba dan diajak belajar langsung dari obyek-obyek yang mereka pelajari. Padahal kita mengetahui bahwa memori, kreativitas dan daya ingat anak-anak sangatlah tajam. Terlebih lagi bagi anak-anak taman kanak-kanak, mereka sangat membutuhkan sistem pendidikan yang mampu memberi rangsangan
pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani.
Rangsangan ini sangat penting agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. Beberapa hal inilah yang seharusnya kita perhatikan secara mendalam demi keberhasilan pendidikan anak dimasa yang akan datang. Dan yang terpenting kehidupan anak bukanlah milik kita karena mereka berhak untuk menentukan keinginan dan masa depan, sedangkan kita hanya sebagai pendamping mereka, pengarah dan fasilitator bagi mereka. Bertolak dari kenyataan itulah perlu dikembangkan pendekatan pendidikan yang menjadi alternatif bagi sekolah pada umumnya. Penyediaan sebuah sekolah alternatif ini haruslah dirancang atas pendekatan bahwa setiap anak itu mempunyai kecerdasannya sendiri. Lingkungan sekolah dirancang agar anak-anak tumbuh dengan kreativitas mereka sendiri, tidak kehilangan kegembiraan masa kecil mereka, dan membuka ruang yang lebar untuk mengeksplorasi lingkungannya.
3. Metode Montessori Untuk Anak Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan yang terdiri dari proses, cara, serta perbuatan mendidik dengan tujuan membantu anak agar mampu melaksanakan tugas hidupnya sendiri. Namun dewasa ini pendidikan dengan kurikulum atau metode yang berubah-ubah sering tidak mengakar dan membuat bingung para siswa. Pendidikan yang seharusnya memberi peluang bagi anak untuk berkembang dalam setiap aspek kehidupannya, kadang hanya menyentuh satu aspek saja. Misalnya kurikulum yang terus berganti membuat anak hanya belajar untuk mengejar nilai tanpa peduli akan lingkungan dan kehidupan sosialnya.
10
10
Dikutip dari Florentinabeo’s blog ,”Prinsip Dasar dan Penerapan Metode Pendidikan Menurut Maria Montessori,download 28 november 2008
x
Pendekatan ‘Teacher Centre’ yang digunakan dalam pendidikan nasional kita kurang begitu berhasil dalam mengembangkan kemampuan anak seutuhnya karena metode ini membuat kelas cenderung pasif dan membosankan.
11
Dr. Maria Montessori sebagai pakar pendidikan yang sekaligus peduli akan kehidupan anak mengembangkan metode pendidikan yang tidak hanya memperhatikan aspek kognitif, tetapi juga melalui latihan-latihan praktis yang menyentuh jiwa anak. Ia mengemukakan bahwa kemandirian seseorang harus dilatih sejak dini khususnya pada masa kanak-kanak. Ia melatih kemandirian anak lewat latihan-latihan yang sederhana misalnya di sekolahnya ia merancang berbagai alat sederhana yang menunjang anak dalam belajar atau melakukan aktivitas yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, anak tidak hanya menerima pengetahuan dari gurunya tetapi mengembangkan diri dengan berbagai sarana yang ada. Semuanya ini menjadi satu kebutuhan bersama dalam kehidupan anak. Jika anak hanya berkembang pada satu sisi akan mempengaruhi sisi yang lain. Maka pentinglah pendidikan mencakup semua aspek tersebut di atas. Pada Montessori, metode yang digunakan adalah ‘Child Centre’, dimana anak sebagai subjek pembelajaran dan guru hanya sebagai fasilitator. Pendidikan merupakan usaha dan bantuan yang diberikan kepada anak tertuju kepada pendewasaan anak itu atau membantu anak agar mampu melaksanakan tugas hidupnya sendiri secara mandiri. Menurut Dr. Maria Montessori, untuk menjadi pribadi yang mandiri, seseorang harus dilatih sejak dini khususnya pada masa kanak-kanak karena pada masa itu merupakan masa peka dimana anak mampu menerima segala sesuatu yang diajarkan. Pendidikan dalam metode Montessori memberikan tempat bagi anak untuk beraktivitas sebebas-bebasnya sesuai dengan kemampuan masing-masing yang sekaligus merupakan basis pembentukan kemandirian dan kedisiplinan bagi anak. Bagi Montessori, pendidikan tidak berarti anak hanya menerima dari guru melainkan anak juga bisa menemukan sendiri apa yang berguna bagi mereka melalui aktivitas mereka sendiri. Kebebasan dalam Metode Montessori adalah kebebasan yang mendukung perkembangan seluruh kepribadian anak bukan hanya secara fisik tetapi juga mental termasuk perkembangan otak. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa tujuan pendidikan dalam Metode Montessori adalah mengembangkan seluruh potensi anak yang dapat dilakukan melalui proses pembelajaran di kelas maupun melalui berbagai latihan praktis yang berkaitan dengan kehidupan anak itu sendiri. 4. Solo Baru dan Fasilitas Pendidikan di Dalamnya Solo Baru adalah salah satu wilayah alternatif bagi Kota Surakarta sebagai pusat untuk menampung jumlah penduduk yang semakin bertambah dari beberapa wilayah di Surakarta.
11
Dikutip dari Sukresno, Taufik, Jogja Montessori School, Yogyakarta, TA-UII, 2005
xi
Solo Baru dapat dianggap sebagai kota satelit atau kota yang dalam perkembangannya selalu mengikuti laju pertumbuhan kota lama. Solo Baru yang berada di wilayah Kabupaten Sukoharjo, dalam perkembangannya jelas akan saling berpengaruh dengan kondisi regional yang melengkapinya. Dari potensi dan kondisi yang ada bahwa Solo Baru terletak di antara wilayah Sukoharjo dan Surakarta, mengakibatkan peran Solo Baru yang cukup strategis dalam mendukung perkembangan di sekitarnya. Solo Baru sebagai fungsi primer diharapkan mampu untuk ikut mendukung perkembangan di sekelilingnya yaitu Kota Surakarta dan Kabupaten Sukoharjo baik sebagai terminal distribusi barang, jasa, maupun fasilitas lain. Selain kaitannya dengan perkembangan regional, Solo Baru yang juga tumbuh dan berkembang juga harus mampu melayani tuntutan kebutuhan penduduk di wilayahnya. Dengan demikian Solo Baru harus mampu seoptimal mungkin mengembangkan sektor kegiatan yang ada di wilayahnya. Kawasan Solo Baru yang merupakan perluasan dari Kabupaten Sukoharjo dan Kotamadya Surakarta mempunyai jumlah penduduk usia pra sekolah yang cukup banyak. Banyaknya anak usia sekolah yang seharusnya sangat potensial untuk mendapat pendidikan dan bimbingan sebagai bekal masa depannya tidak diimbangi dengan ketersediaan jumlah fasilitas pendidikan yang cukup. Tabel I.1 Analisa Kuantitas Fasilitas Jasa Pendidikan No
Fasilitas
Standar
Jumlah
Jumlah
ideal
eksisting
1
TK
1 unit/1000 penduduk
147
64
2
SD
1 unit/1600 penduduk
92
61
3
SMP
1 unit/4800 penduduk
31
10
4
SMU
1 unit/4800 penduduk
31
5
Sumber : Hasil perhitungan 2003 dalam RUTRK Solo Baru 1990-2010
Kebanyakan dari TK tersebut tidak dilengkapi dengan play group atau kelompok bermain untuk anak berumur 2-3 tahun. Berdasarkan tabel di atas, maka untuk pendidikan pra-sekolah (TK) dan Sekolah Dasar (SD) sampai akhir tahun perencanaan masih diperlukan. 5. Kebutuhan Sekolah Montessori di Solo Baru Pada era modernisasi saat ini, dimana terlalu sedikitnya penekanan diberikan berdasarkan kebaikan hakiki dan pendidikan yang layak bagi anak, pandangan yang mendalam dan metode pengajaran Montessori yang penuh inspirasi dapat memperkenalkan suatu dimensi baru dan yang menyenangkan dalam dunia pendidikan. Munculnya ide untuk menciptakan Sekolah Montessori adalah sebuah solusi alternatif yang mencoba untuk mengakomodasi semua perkembangan atau fenomena-fenomena baru dalam hal penyediaan sarana pendidikan untuk anak sebagai wadah pendidikan serta pengembangan kecerdasan dan kreativitas anak. Sekolah Montessori mencoba menghadirkan suasana belajar dan bermain melalui pendekatan metode Montessori. Melihat perkembangan pendidikan di Solo Baru yang semakin baik, diharapkan adanya Sekolah Montessori dapat menjadi persiapan awal bagi kota Solo Baru untuk mewadahi xii
kebutuhan masyarakat akan fasilitas pendidikan anak yang lebih lengkap, serta dapat melayani semua anak-anak dari semua golongan, tanpa membedakan SARA. Hal ini merupakan salah satu pertimbangan utama untuk merencanakan sebuah sekolah alternatif untuk pendidikan pra-sekolah (TK) dan sekolah dasar (SD) yang dirancang agar anakanak tumbuh dengan kreativitas mereka sendiri, tidak kehilangan kegembiraan masa kecil mereka, dan membuka ruang yang lebar untuk mengeksplorasi lingkungannya, yaitu dengan Metode Montessori. D. Permasalahan 1. Permasalahan Umum Bagaimana rumusan konsep perencanaan dan perancangan Sekolah Montessori di Solo Baru yang mampu mewadahi kegiatan belajar anak usia 2-12 tahun guna mengembangkan seluruh potensi anak dengan menggunakan Metode Montessori melalui konsep tata ruang, baik interior maupun eksterior. 2. Permasalahan Khusus a. Bagaimana rumusan konsep peruangan yang meliputi : 1) Konsep program kegiatan dan kebutuhan ruang 2) Konsep pola hubungan ruang 3) Konsep besaran ruang b. Bagaimana rumusan konsep lokasi dan site c.
Bagaimana rumusan konsep pintu utama (main entrance) dan pintu servis (Service Entrance)
d. Bagaimana rumusan konsep zone berdasarkan tingkat kebisingan e. Bagaimana rumusan konsep zone berdasarkan pada pencapaian 1) Konsep zone berdasarkan pada pintu utama (ME) 2) Konsep zone berdasarkan pada pintu servis (SE) f.
Bagaimana rumusan konsep zone berdasarkan pada fungsi
g. Bagaimana rumusan konsep massa meliputi : 1) Konsep bentuk dasar massa 2) Konsep jumlah massa 3) Konsep pembagian massa 4) Konsep tata massa h. Bagaimana rumusan konsep sirkulasi berdasarkan pada prinsip pendidikan Montessori i.
Bagaimana rumusan konsep tampilan bangunan berdasarkan pada prinsip pendidikan Montessori yang meliputi : 1) Konsep Eksterior 2) Konsep Interior
j.
Bagaimana rumusan konsep pemilihan bahan bangunan berdasarkan pada prinsip pendidikan Montessori
k.
Bagaimana rumusan konsep warna berdasarkan pada prinsip pendidikan Montessori
l.
Bagaimana rumusan konsep lansekap berdasarkan pada prinsip pendidikan Montessori xiii
m. Bagaimana rumusan konsep sistem struktur bangunan n. Bagaimana rumusan konsep utilitas
E. Tujuan dan Sasaran 1. Tujuan Menyusun rumusan konsep perencanaan dan perancangan Sekolah Montessori di Solo Baru yang mampu mewadahi kegiatan belajar anak usia 3-12 tahun guna mengembangkan seluruh potensi anak dengan menggunakan metode Montessori melalu konsep tata ruang, baik interior maupun eksterior. 2. Sasaran a. Rumusan konsep peruangan yang meliputi : 1) Konsep program kegiatan dan kebutuhan ruang 2) Konsep pola hubungan ruang 3) Konsep besaran ruang b. Rumusan konsep lokasi dan site c.
Rumusan konsep pintu utama (main entrante) dan pintu servis (Service Entrante)
d. Rumusan konsep zone berdasarkan tingkat kebisingan e. Rumusan konsep zone berdasarkan pada pencapaian 1) Konsep zone berdasarkan pada pintu utama (ME) 2) Konsep zone berdasarkan pada pintu servis (SE) f.
Rumusan konsep zone berdasarkan pada fungís
g. Rumusan konsep massa meliputi : 1) Konsep bentuk dasar massa 2) Konsep jumlah massa 3) Konsep pembagian massa 4) Konsep tata massa h. Konsep sirkulasi berdasarkan pada prinsip pendidikan Montessori i.
Rumusan konsep tampilan bangunan berdasarkan pada prinsip pendidikan Montessori yang meliputi : 1) Konsep Exterior 2) Konsep Interior
j.
Rumusan konsep pemilihan bahan bangunan berdasarkan pada prinsip pendidikan Montessori
k.
Rumusan konsep warna berdasarkan pada prinsip pendidikan Montessori
l.
Rumusan konsep lansekap berdasarkan pada prinsip pendidikan Montessori
m. Rumusan konsep sistem struktur bangunan n. Rumusan konsep utilitas F. Batasan dan Lingkup Pembahasan 1. Batasan Pembahasan xiv
Pembahasan ditekankan sesuai dengan permasalahan perencanaan dan perancangan Sekolah Montessori di Solo Baru yang dapat mengungkap faktor perencanaan dan perancangan fisik dengan menggunakan metode Montessori. 2. Lingkup Pembahasan Pembahasan ditekankan pada disiplin ilmu Arsitektur, hal-hal diluar disiplin ilmu Arsitektur dibatasi dan disesuaikan dengan masalah-masalah yang muncul dalam mewujudkan Sekolah Montessori di Solo Baru yang hendak dicapai. G. Metode Pengumpulan Data dan Pembahasan 1. Metode Pengumpulan Data a. Data Primer Data-data yang didapat secara langsung melalui survey lapangan dan hasil wawancara dengan pihak terkait, yang meliputi: 1) Pendataan eksisting site. 2) Pencarian potensi dan permasalahan yang terdapat pada site. b. Data sekunder Data yang didapat dari studi literatur (pustaka dan internet) yang berhubungan dengan pembuatan konsep bangunan Sekolah Montessori di Solo Baru. 2. Metode Pembahasan a. Analisa Kuantitatif, yaitu analisa yang menyangkut perhitungan pasti, seperti besaran ruang yang dibutuhkan guna mewadahi kegiatan Sekolah Montessori di Solo Baru. b. Analisa Kualitatif, yaitu analisa yang tidak menyangkut besaran pasti, seperti kurikulum Montessori, suasana, kenyamanan, jenis fasilitas yang dibutuhkan, serta keindahan di dalam lingkungan sekolah Montessori. c.
Sintesa, yaitu tahap penggabungan dari data sumber di lapangan, literatur dan pengalaman empiris yang telah dikaji pada tahap analisa dan kemudian diolah menjadi sebuah konsep perencanaan dan perancangan
H. Sistematika Pembahasan Sistematika pembahasan direncanakan : Tahap I
:
Memaparkan latar belakang dan permasalahan.
Tahap II
:
Memaparkan tujuan dan sasaran yang akan dicapai.
Tahap III
:
Memaparkan batasan serta lingkup pembahasan yang akan dilakukan.
Tahap IV
:
Memaparkan metode yang akan digunakan serta sistematika pembahasan.
Tahap V
:
Memaparkan tinjauan teori yang akan digunakan sebagai landasan dalam menentukan rancangan Sekolah Montessori agar sesuai dengan tujuan dan sasaran. Tinjauan teori tentang Metode Montessori mencakup sejarah; sifat; kekhasan; teori utama tentang cara belajar; prinsip pendidikan Montessori; perbedaan metode Montessori dengan metode lain, Sekolah Montessori mencakup
xv
pengertian; filosofi; tujuan pendidikan Montessori; program yang disediakan; waktu belajar, Tahap VI
:
Memaparkan tinjauan teori tentang anak, meliputi karakter anak, kebutuhan anak, dan tinjauan keruangan (anak dan lingkungan belajar).
Tahap VII
:
Memaparkan studi kasus Sekolah Montessori.
Tahap VIII
:
Memaparkan tinjauan umum mengenai Solo Baru, keadaan fisik, lingkungan geografi, fasilitas pendidikan dan rencana pengembangannya di Solo Baru.
Tahap IX
:
Memaparkan proses penentuan konsep perencanaan dan perancangan Sekolah Montessori berdasarkan pada prinsip pendidikan Montessori di Solo Baru.
Tahap X
:
Memaparkan kesimpulan dari tahap analisis penentuan konsep perencanaan dan perancangan Sekolah Montessori di Solo Baru.
BAB II TINJAUAN TEORI DAN STUDI KASUS
A. Metode Montessori 1. Sejarah12 Metode Montessori adalah suatu metode pendidikan untuk anak-anak, berdasar pada teori perkembangan anak dari Dr. Maria Montessori, seorang pendidik dari Italia di akhir abad 19 dan awal abad 20. Metode ini diterapkan terutama di pra-sekolah dan sekolah dasar, walaupun ada juga penerapannya sampai jenjang pendidikan menengah. Dr. Maria Montessori mengembangkan "Metode Montessori" sebagai hasil dari penelitiannya terhadap perkembangan intelektual anak yang mengalami keterbelakangan mental. Dengan berdasar hasil kerja dokter Perancis, Jean Marc Gaspard Itard dan Edouard Seguin, ia berupaya membangun suatu lingkungan untuk penelitian ilmiah terhadap anak yang memiliki berbagai ketidakmampuan fisik dan mental. Mengikuti keberhasilan dalam perlakuan terhadap anak-anak ini, ia mulai meneliti penerapan dari teknik ini pada pendidikan anak dengan kecerdasan rata-rata. Dr. Maria Montessori melanjutkan bekerja dengan anak-anak dari berbagai budaya dan latar belakang. Tidak hanya anak cacat, tetapi juga anak normal. Maria Montessori menyimpulkan anak perlu lebih dari sekadar perawatan fisik dan medis guna menunjang pertumbuhan dan perkembangan jiwa dan raga. Anak memerlukan lebih dari sekadar pelajaran yang diajarkan sekolah umum. Dr. Maria Montessori memperkenalkan strategi pendidikan yang mencakup melatih panca indera dan ketrampilan motorik anak, dengan alat peraga khusus, di lingkungan ramah 12
http://www.wikipedia.org/
xvi
anak. Maria Montessori berpendapat jika anak diberi materi dan lingkungan yang tepat, anak cenderung bisa mengerjakan aktivitas secara spontan. Lewat aktivitas, anak mendapatkan pengetahuan dan ketrampilan. Anak akan belajar sesuai keinginan pribadi dan mengatasi ketidakmampuan tanpa bantuan dan campur orang tua. 2. Sifat 13
Sifat dari metode pembelajaran Montessori adalah : a. Anak-anak bekerja/bermain dalam satu kelompok/group, baik group kecil maupun besar. b. Pada pre-school tidak ada penggolongan kelas berdasarkan umur. c.
Tidak ada aktivitas kompetitif.
d. Pembelajaran dengan cara permainan/games, tentu saja dengan material dan permainan yang mempunyai tujuan pembelajaran tertentu. e. Suasana gembira dalam belajar. f.
Kelas aktif, karena anak-anak yang bekerja sedangkan guru sebagai pembimbing.
g. Lebih banyak pembinaan gerak motorik dan kreativitas. h. Penekanan pada proses, bukan pada produk. i.
Bebas bekerja dengan langkah dan material yang mereka pilih sendiri.
j.
Lingkungan disiapkan untuk memaksimalkan pelajaran yang mandiri dan mengundang anak untuk belajar dan ber-eksplorasi.
k.
Guru sebagai perancang lingkungan, peraga, penjaga, peninjau tiap-tiap pertumbuhan dan perilaku anak.
3. Kekhasan 25 karakteristik metode Montessori
14
:
Tabel II.1. Karakteristik Metode Montessori
Menghargai anak
Belajar kesopanan dan saling menghormati
Menghargai sesama
Motivasi intrinsik
Ragam budaya
Inisiatif
Kemampuan untuk menyesuaikan diri
Lingkungan yang dipersiapkan
Cosmic education
Material yang mendidik
Kepribadian
Penggabungan kurikulum
Kemandirian
Sense of order
Kebebasan memilih
Pengelompokan secara heterogen
Pembelajaran “hands-on”
Kepekaan diri
Cinta pekerjaan
Moving
Peduli pada diri sendiri
Auto education
Konsentrasi secara spontan
Guru sebagai fasilitator
Disiplin diri Sumber : A Child’s Place Montessori School, 2009
13 14
Dikutip dari Sukresno, Taufik, Jogja Montessori School, Yogyakarta, TA-UII, 2005 A Child’s Place Montessori School, 2009
xvii
4. Teori utama tentang cara belajar
15
a. Proses Pikiran Penyerap (Absorbent Mind) Kapasitas belajar dari dalam diri anak. Belajar lewat berinteraksi dengan lingkungan dan alat peraga. Anak melatih, melihat, mendengar, membaui, merasakan, dan meraba lingkungan. b. Lingkungan yang disiapkan (Prepared Environment) Lingkungan pembelajaran yang disusun guna terjadinya pengembangan pengertianpengertian tertentu dalam diri anak. Dalam model Montessori, guru mempunyai tanggung jawab terhadap lingkungan pembelajaran bagi murid-muridnya dengan memilih dan menyusun alat-alat belajar sehingga memungkinkan proses belajar terjadi. Alat untuk belajar harus dipilih dengan cermat dan ditempatkan sedemikian rupa sehingga mudah menarik minat anak. Meja dan tempat duduk harus sesuai dengan ukuran anak. Berat perabotan harus
pula
disesuaikan
dengan
kekuatan
anak
sehingga
memungkinkan
anak
memindahkannya sesuai kemampuan mereka. Lingkungan harus ditata sedemikian rupa sehingga dapat menumbuhkan kesadaran akan keindahan. c.
Auto-education Kemampuan anak untuk mengorganisasikan pemikiran sendiri apabila dikaitkan dengan kegiatan tertentu. Guru bertanggung jawab menyajikan materi pelajaran sedemikian rupa sehingga menumbuhkan pengalaman yang bersifat logis. Anak perlu mendapat kesempatan
mengamati
dan
kemudian
melakukan
sesuatu
yang
berarti
anak
mengorganisasi dunianya dan pemikirannya sendiri. Peran utama guru dalam model Montessori adalah memperagakan bagaimana suatu alat dipergunakan dan bagaimana suatu tugas diselesaikan. Sebagian besar dari alat-alat yang dipergunakan Montessori bersifat ‘mengoreksi diri’. Materi dirancang sedemikian rupa sehingga apabila anak menggunakan alat tersebut mereka langsung mendapat umpan balik terhadap bertepatan anak dalam menggunakan alat tersebut.
5. Prinsip pendidikan Montessori a. Kebebasan Pengertian kebebasan
16
:
1) Berlapang-lapang, longgar, leluasa, los, merdeka, sesuka hati. 2) Informal, lapang, lega, rileks, santai, terbuka. “Jika anak dihadapkan pada lingkungan yang tepat, dan memberikan peluang kepada mereka untuk secara bebas merespon secara individual terhadap lingkungan tersebut, maka pertumbuhan alami anak terbuka dalam kehidupan mereka.”
15
17
Elizabeth G. Hainstock, Kenapa Montessori ?, Mitra Media, 2008, hal.17 Eko Endarmiko, Tesaurus Bahasa Indonesia, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta 2007 17 Dikutip dari David Gettman (1987),”Basic Montessori: Learning Activities for Under-Fives” (New York: St. Martin’Press), hal 30 16
xviii
Metode Montessori
menekankan pentingnya kebebasan karena
kebebasan
memberikan ruang gerak dan kemampuan untuk mencoba hal-hal baru dan mendapatkan pengalaman baru yang beragam. Kebebasan untuk anak di dalam kelas Montessori : 1) Kebebasan bergerak (di dalam maupun di luar ruangan). 2) Kebebasan memilih aktivitasnya sendiri di dalam kelas. 3) Kebebasan berbicara. 4) Kebebasan untuk tumbuh dan membangun mental dalam lingkungan yang dirancang. 5) Bebas untuk menyayangi dan disayangi. 6) Bebas dari bahaya. 7) Bebas dari persaingan. 8) Bebas dari tekanan. Meskipun anak diberi kebebasan namun ada juga batasan ataupun arahan dalam pemberian aktivitas kepada anak, antara lain : 1) Anak bebas untuk melakukan aktivitas apa saja sejauh tidak melanggar/merampas hak orang lain dalam kelas (menghormati orang lain). 2) Menghormati barang mainan (alat peraga); anak dapat menggunakan alat peraga untuk melakukan aktivitas sejauh menggunakannya dengan cara yang benar (tidak merusak barang tersebut atau benda lain di sekitarnya. Tugas guru untuk mengarahkan hal-hal seperti ini. 3) Menghormati lingkungan; anak diarahkan untuk dapat memperlakukan semua aspek dengan penuh kasih sayang, perhatian dan penghargaan. Anak diarahkan untuk memperlakukan teman lain dan guru dengan lembut, sopan dan penuh penghargaan. 4) Menghormati diri sendiri.
b. Keteraturan 18
Pengertian keteraturan : 1) Apik, simetris, sistematis, terorganisasi, tertata, rapi, tertib, urut, berirama, harmonis. 2) Ajek, konstan, periodik. “Ruangan yang dipergunakan untuk ‘belajar’ harus punya iklim yang teratur, terawat dan estetis. Hal itu tidak hanya membangkitkan semangat belajar namun juga memberikan 19
kebebasan dan kemerdekaan anak untuk mengolah diri”
Keteraturan alam semesta harus tercermin dalam lingkungan kelas Montessori. Melalui keteraturan, anak akan belajar untuk percaya pada lingkungan dan belajar berinteraksi dengan lingkungan dengan cara yang positif.
18 19
Eko Endarmiko, Tesaurus Bahasa Indonesia, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta 2007 Hainstock, 1997 : 8, mengutip Montessori, 1995
xix
c.
Keindahan Pengertian keindahan20 : artistik, bagus, cakap, cantik, elok, permai. Lingkungan Montessori harus sederhana. Semua yang ada di dalamnya harus memiliki desain dan kualitas yang baik.
d. Alami 21
Pengertian alami : alamiah, natural, wajar. “Manusia adalah milik alam, begitu pula khususnya bagi anak. Mereka membutuhkan gambaran dunia yang akan mereka hadapi kelak melalui alam. Semua hal yang diperlukan untuk mengembangkan jiwa dan raga mereka adalah alam sebenarnya.” (Dr. Maria Montessori) Montessori percaya bahwa alam merangsang pertumbuhan otak dan tubuh. Lingkungan pendidikan Montessori didasarkan atas prinsip realita dan alami. Segala sesuatunya dirancang sealami dan serealistis mungkin, baik lingkungan indoor maupun outdoor. Lingkungan belajar yang alami memberikan kesempatan anak untuk : 1) Belajar sambil bermain karena bermain merupakan cara belajar anak 2) Belajar dari lingkungan 3) Belajar mengalami realita secara alami 4) Merangsang pertumbuhan otak dan tubuh
e. Alat Peraga Montessori “Hal penting pertama perkembangan anak adalah konsentrasi … Ia harus menemukan cara bagaimana berkonsentrasi, dan oleh karenanya mereka membutuhkan benda-benda yang dapat membuatnya berkonsentrasi … “ (Dr. Maria Montessori) Alat peraga Montessori merupakan benda-benda atau alat-alat bermain yang dapat membantu pembentukan internal anak, untuk membantu perkembangan fisik dan pembangunan diri anak, disesuaikan dengan kebutuhan internal anak. Setiap benda atau alat bermain dirancang agar memungkinkan terjadinya auto-edukasi. Artinya kontrol kesalahan berada pada benda tersebut bukan pada guru. Kontrol kesalahan ini akan mebimbing anak dalam menggunakan benda tersebut dan memungkinkan anak menyadari kesalahannya sendiri dan memperbaikinya. Alat-alat yang digunakan dalam pendidikan di Sekolah Montessori terbagi dalam empat kategori, yaitu : Tabel II.2. Alat-Alat Peraga Montessori Kategori Fungsi a.
20 21
Contoh
Alat
Menumbuhkan :
Ketrampilan yang dipergunakan sehari-hari
pengembangan
-
adalah mengurus diri dan lingkungannya,
disiplin diri
Eko Endarmiko, Tesaurus Bahasa Indonesia, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta 2007 Eko Endarmiko, Tesaurus Bahasa Indonesia, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta 2007
xx
ketrampilan
-
kemandirian konsentrasi kepercayaan diri
seperti : -
alat untuk belajar memasang kancing alat untuk belajar memasang tali sepatu alat untuk menyapu lantai, dll
Gb.II.1.Contoh alat pengembangan ketrampilan Sumber : www.a2zmontessori.co.nz/
b.
Alat pengembangan
-
Pertumbuhan intelektual Mengembangkan fungsi indera untuk membantu kecerdasan anak
-
fungsi sensoris
-
Menara pink (1 set sepuluh kubus dengan berbagai ukuran) 7 Macam tekstil yang berbeda kualitasnya, mulai dari yang halus sampai yang kasar (beludru, sutera, wol, linen halus, linen kasar, katun halus, katun kasar) Cylinder blocks Constructive triangles Knobless cylinders
Gb.II.2.Contoh alat pengembangan fungsi sensoris Sumber : www.Imj365.com/ShippingProof-2.htm
c.
Alat
Mengembangkan kemampuan akademik
Bahasa
pengembangan
anak
-
akademis -
Huruf-huruf yang dapat dipindahpindahkan, permukaannya terdiri dari ampelas yang dapat ditempelkan pada papan flannel Sandpaper letters, dll
Gb.II.3.Contoh alat pengembangan bahasa Sumber : www.montessori.ie/
Matematika -
Sandpaper numbers Numerical rods Papan penambahan Papan pembagian, dll
Gb.II.4.Contoh alat pengembangan matematika Sumber : www.montessori.ie/
Geografi
xxi
-
Globe Puzzle map Flags of the world Land and water form cards, dll
Gb.II.5.Contoh alat pengembangan geografi Sumber : www.montessori.ie/
Biologi -
Botany puzzles Zoology puzzles Leaf cards, dll
Gb.II.6.Contoh alat pengembangan biologi Sumber : www.montessori.ie/
Dll d.
Alat
Membantu anak untuk belajar menyukai
pengembangan
dan menghargai seni dan budaya
-
Alat-alat musik, seperti Pentatonic Montessori Bells, not position materials, dll
artistik atau yang berorientasi pada budaya
Gb.II.7.Contoh alat-alat musik Sumber : www.a2zmontessori.co.nz/
- Gamelan
Gb.II.8.Contoh gamelan Sumber : www.google.com Gb.II.9.Contoh wayang
- Wayang Sumber : www.google.com
Sumber :Elizabeth G.Hainstock, Kenapa Montessori ?, Mitra Media, 2008
f.
Kohesi Kemasyarakatan xxii
1) Pengertian kohesi
22
: daya gabung, keterikatan, ketertarikan.
2) Pengertian kemasyarakatan23 : sosial.
Lingkungan ramah anak merangsang anak berkomunikasi dengan anak lain secara alami dan melatih sosialisasi. 6. Program Belajar24 a. Kehidupan Praktis Anak akan belajar bagaimana menyikat gigi, mencuci tangan, mengancingkan baju, mengikat tali sepatu, membawa piring ke dapur, mengambil piring di meja, menuangkan air dari teko ke gelas, dan makan dengan garpu. Selain itu, anak dilatih ketrampilan bermasyarakat, seperti bermain peran (menyapa, menyela, berterima kasih, bereaksi terhadap lawan bicara, berperilaku di acara sosial
dan di pelajaran). Aktivitas-aktivitas
tersebut menyumbang pada kendali dan koordinasi gerakan, pengembangan ketrampilan berkonsentrasi dan peningkatan rasa percaya diri anak. Kehidupan praktis membantu anak mengembangkan ketrampilan (motorik) dan belajar mandiri. b. Pengalaman Sensorik Kurikulum Montessori berkontribusi terhadap perkembangan mental. Dengan melatih ketrampilan panca sensorimotor, alat peraga sensorik memungkinkan anak menerima pengetahuan dunia-fisik dan membuat keputusan tentang berbagai kualitas. Tujuan utama pengelaman sensorik adalah pertumbuhan intelektual. Anak mulai diperkenalkan dengan alat peraga sederhana, anak melatih panca indra dan cengkeraman jari, pengenalan warna. c.
Bahasa Kurikulum Montessori menggunakan pendekatan bunyi untuk memperkenalkan bahasa. Huruf alfabet diajarkan menurut bentuk dan ejaannya. Anak akan digiatkan untuk menunjukkan ekspresinya secara lisan, mengenali huruf sebagai awal pembelajaran membaca, tata bahasa dan menulis tangan. Pelajaran bahasa dalam kurikulum Montessori meningkatkan intelektual anak dengan menambah perbendaharaan kata, yang merupakan sarana bernalar dan berkomunikasi.
d. Matematika Anak akan belajar tentang angka sebagai dasar belajar berhitung dan ilmu ukur. Sifat alami materi-materi yang digunakan dalam kehidupan praktis dan sensor membawa kepada pengembangan beberapa keterampilan matematika: ketepatan, keteraturan, diskriminasi, pengenalan persamaan dan perbedaan, gradasi, perkiraan dan penghitungan. e. Seni dan musik
22
Eko Endarmiko, Tesaurus Bahasa Indonesia, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta 2007 Eko Endarmiko, Tesaurus Bahasa Indonesia, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta 2007 24 Elizabeth G. Hainstock, Kenapa Montessori ?, Mitra Media, 2008, hal.75 23
xxiii
Kurikulum Montessori berupaya membangkitkan minat alami anak terhadap seni dan musik. Dengan memberikan kebebasan kepada anak untuk menggunakan alat lukis dan alat lain diharapkan dapat menumbuhkan kreativitas dan pengungkapan diri. Musik menjadi komponen
paling
penting
dalam
kurikulum
Montessori
karena
dapat
membantu
meningkatkan kepekaan indera pendengaran. f.
Gerakan kreatif dan gerakan fisik Kebebasan bergerak memperlancar perkembangan fisik dan motorik, serta melatih sifat mandiri pada anak yang kemudian bermanfaat untuk perkembangan sosial, emosional dan akademis anak-anak. Setiap program bertujuan untuk memenuhi kebutuhan perkembangan anak secara individual dan membantu mereka mengembangkan pribadinya. Tiap-Tiap tahap yang diberikan materi yang disesuaikan dengan umur dan kemampuan anak.
7. Perbedaan Montessori dengan Metode Lain Untuk lebih mudah membedakan antara Montesori dengan Pendidikan Nasional, lihat tabel dibawah ini25 : Tabel II.3. Perbedaan antara Montessori dengan Pendidikan Nasional Montessori
Pendidikan Nasional
Pendekatan
Childs Centre
Teacher Centre
Media/alat belajar
Dengan permainan
Dengan buku
Suasana kelas
Kelas full active
Kelas pasif
Penilaian anak
Tidak kompetitif
Kompetitif
Tujuan pembelajaran
Mengutamakan proses
Sifat kelas
Bebas
dalam
Cenderung ke hasil/produk
menyelesaikan
pekerjaan
Sesuai dengan contoh Guru
Kurikulum
Depdikbud & khusus
Depdikbud
Pengembangan kemampuan
Motorik & kreativitas/imajinasi
Motorik halus
Quotient
EQ (Emotional Quotient)
IQ (Intelegen Quotient)
Fasilitas
Material Montessori
Material kurang
Model kelas
Group & moving
Individu
Waktu belajar
Full day
Part time
Sumber : Taufik Sukresno, TA-JogjaMontessori School, Fakultas Teknik UII, 2005
8. Montessori Lebih Sesuai Dengan Karakter Anak a. Dengan kebebasan anak dalam memilih cara/material dalam menyelesaikan pekerjaan, anak-anak secara tidak langsung mengembangkan kepercayaan diri, kreativitas dan kedisiplinan. b. Kelompok/group
membantu
anak
dalam
menukar
gagasan
dan
mendiskusikan
pekerjaan/kesulitan mereka dengan orang lain. c.
Full active. Kelas mempunyai interaksi sosial yang tinggi karena anak-anak yang menyelesaikan pekerjaan mereka sendiri dan guru hanya sebagai fasilitator.
25
Dikutip dari Sukresno, Taufik, Jogja Montessori School, Yogyakarta, TA-UII, 2005
xxiv
d. Keragaman umur membentuk seperti keluarga, di mana pelajaran dapat berlangsung secara alami, anak yang lebih tahu/berpengalaman akan belajar bagaimana berbagi dengan orang lain begitu juga anak yang tidak tahu belajar untuk menangkap apa yang mereka interaksikan. e. Learning by Doing. Sebagian besar pencapaian kurikulum dengan cara praktik langsung, sehingga memori anak sangat kuat dengan praktik tersebut yang tentu saja praktik tersebut mempunyai tujuan pembelajaran tertentu. Anak-anak mengajar diri mereka melalui aktivitasnya bukan guru yang mengajari mereka melalui suara/perintah.
B. Sekolah Montessori 1. Pengertian Fasilitas pendidikan untuk anak usia 2-6 tahun (pra-sekolah) dan 7-12 tahun (Sekolah Dasar) untuk mengembangkan seluruh potensi anak yang dapat dilakukan melalui proses pembelajaran di kelas maupun melalui berbagai latihan praktis yang berkaitan dengan kehidupan anak itu sendiri dengan menggunakan Metode Montessori. 2. Filosofi
26
a. Setiap anak memiliki cita-cita. b. Montessori telah mengenali bahwa satu-satunya dorongan untuk belajar anak adalah motivasi diri seorang anak. c.
Seorang anak harus memiliki kebebasan untuk mengembangkan potensi, intelektual, fisik dan spiritual, kebebasan untuk meraih sesuatu melalui perintah dan disiplin diri.
d. Perintah dan disiplin diri dapat diperoleh dalam “Lingkungan ramah anak” yang mengijinkan anak untuk belajar dengan kecepatannya sesuai kapasitas dan kemampuan mereka sendiri dalam suasana yang non-kompetitif. e. Guru menyiapkan lingkungan, mengarahkan kegiatan dan menstimulasi anak sehingga anak dapat belajar dengan sendirinya. f.
Pola
gambaran
ketekunan
dan
kecermatan
ditanamkan
semenjak
dini
sehingga
menghasilkan siswa yang percaya diri dan kompeten. g. Montessori mengajarkan anak untuk meneliti, berpikir, dan memutuskan. h. Metode Montessori mengenalkan kepada anak cara belajar yang menyenangkan pada tahap awal dan menyediakan kerangka kerja di mana intelektual dan disiplin sosial diajarkan.
3. Tujuan Pendidikan Tujuan pendidikan dalam metode Montessori adalah mengembangkan seluruh potensi anak yang dapat dilakukan melalui proses pembelajaran di kelas maupun melalui berbagai latihan 27
praktis yang berkaitan dengan kehidupan anak itu sendiril.
26 27
http://www.montessori-school.com Dikutip dari Florentinabeo’s blog ,”Prinsip Dasar dan Penerapan Metode Pendidikan Menurut Maria Montessori,download 28 november 2008
xxv
Secara keseluruhan, menurut American Montessori Society (1984), tujuan pendidikan Montessori adalah : a. Pengembangan konsentrasi b. Ketrampilan mengamati c.
Keselarasan memahami tingkatan dan urutan
d. Koordinasi kesadaran dalam melakukan persepsi dan ketrampilan praktis e. Konsep yang bersifat matematis f.
Ketrampilan membaca dan menulis
g. Ketrampilan berbahasa h. Terbiasa dengan kesenian yang kreatif i.
Memahami dunia alam lingkungan
j.
Memahami ilmu sosial
k.
Berpengalaman dalam menyelesaikan masalah
4. Program yang disediakan Tabel. II.4. Program yang disediakan
Umur 2-3 tahun
Program -
Latihan penginderaan
-
Pertolongan terhadap diri sendiri “self-help”
-
Bahasa
-
Ketrampilan praktis
-
Perkembangan emosi dan sosial
-
Ilmu pengetahuan alam
-
Geografi
-
Bahasa
-
Musik
-
Matematika
-
Memasak
-
Sejarah
-
Budaya
-
Ilmu pengetahuan alam
-
Geografi
-
Bahasa
-
Biologi
-
Matematika
-
Pelajaran sosial
-
Bahasa asing
-
Seni
-
Sejarah
-
Musik
Semua
-
Bahasa asing
-
Olah raga (senam)
umur
-
Musik
-
Komputer
-
Tari
-
Memasak
-
Drama
-
Agama
4-6 tahun
7-12 tahun
Sumber :http:// www.montessori-unlimited.com
5. Waktu belajar a. Kelompok bermain (2-3 tahun)
: Senin-Jumat; pukul 8.00-11.30 WIB
b. Taman Kanak-kanak (4-6 tahun)
: Senin-Jumat; pukul 8.00-12.30 WIB
c.
: Senin-Sabtu; pukul 07.30-14.00 WIB
Sekolah Dasar (7-12 tahun)
xxvi
C. Tinjauan tentang Anak 1. Karakter Anak a. Karakter Psikologi Anak Usia awal masa kanak-kanak adalah masa kritis bagi perkembangan kepribadian dan sikap sehingga usia tersebut diistilahkan dengan “golden age”. Pada dasarnya anakanak memiliki kreativitas alamiah yang perlu dikenali dan dirangsang sejak dini sehingga anak harus mendapatkan bimbingan dan pengasuhan yang terencana, sistematis dan terprogram. Dengan pola pengasuhan dan bimbingan yang sistematis anak mengalami 28
perkembangan dan pertumbuhan yang maksimal . Contoh karakter dominan anak berkaitan dengan psikologi anak
29
a. Bebas dan dinamis
b. Aktif dan selalu ingin tahu c. Bermain b. Karakter Gerak Anak Secara umum, anak bergerak secara aktif, bebas, dan spontan. Bergerak dengan bebas karena anak tidak suka diatur. Bergerak dengan spontan, yaitu melakukan kegiatan yang dianggapnya menarik. Anak lebih suka melakukan kegiatan-kegiatan yang berlari, melompat-lompat daripada melakukan kegiatan dengan tenang. Selain itu, anak-anak lebih suka melakukan kegiatan dalam ruang di atas lantai daripada harus duduk di kursi.
c. Karakter Fisik Anak Karakter fisik anak dapat mempengaruhi perancangan. Faktor yang mempengaruhi adalah tinggi badan dan ruang gerak anak. Tinggi badan dan ruang gerak akan berpengaruh pada penataan ruang serta kenyamanan gerak dan visual. Tabel II.5. Ruang Gerak Bermain dalam Ruang Personal Space Anak-Besaran Minimal Ruang
Usia (tahun)
Tinggi (m)
Ruang Gerak (m 2)
2-4
0.95
0.71
4-7
1.10
0.95
7-11
1.25
1.21
11-13
1.38
1.50
Sumber : Osmond, 1974 dalam Tesis Pusat pengembangan Kreativitas Anak di Yogyakarta, 2000; hal 21 Tabel II.6. Ruang Gerak Bermain di Luar Ruang Berdasarkan usia Anak-Social Distance
28 29
2
Usia (tahun)
Tinggi (m)
Ruang Gerak (m )
2-4
1.22
1.20
4-7
1.53
1.80
7-11
1.83
2.60
11-13
2.14
3.60
Tim Pengembang Dinas, GBPP Kelompok Bermain, Dinas BPKB, Ungaran 2000 Conny Semiawan, Perspektif Anak Berbakat, Grasindo, Jakarta
xxvii
Sumber : Osmond, 1974 dalam Tesis Pusat pengembangan Kreativitas Anak di Yogyakarta, 2000; hal 22
2. Kebutuhan Anak Anak membutuhkan lingkungan yang dapat memberikan rasa aman dan nyaman, bebas, 30
hangat dan akrab, dan juga yang dapat merangsang perkembangan fisik motoriknya . a. Adanya rasa aman dan nyaman Rasa aman dan nyaman dengan cara menyediakan lingkungan fisik yang aman dan nyaman di mana kegiatan yng dilakukan oleh anak mudah diawasi orang dewasa sebagai pengawas sekaligus fasilitator jika terjadi sesuatu pada anak. b. Adanya rasa bebas Agar anak dapat dengan bebas bergerak sesuai dengan keinginanya dan kebutuhannya sehingga dapat memberikan kenyamanan gerak bagi anak untuk melakukan kegiatan. Sebaiknya ruang-ruang yang disediakan dapat memberikan kebebasan untuk melakukan kegiatan tersebut. c.
Adanya rasa hangat dan akrab Dapat menciptakan suasana ruang yang akrab akan dapat membantu anak untuk merasa lebih nyaman. Bisa melalui desain interior bangunan yang sesuai dengan karakter anak (penggunaan furniture dan warna interior dinding).
d. Merangsang perkembangan fisik dan motorik Dapat dilakukan dengan menyediakan ruang yang menarik bagi anak dengan sarana dan prasarana yang mendukung. Di dalam lingkungan Sekolah Montessori, kepekaan anak dapat dirangsang dengan mendidik panca indera anak dengan materi-materi alam (tanaman, hewan, air, dsb) sehingga diri anak sendirilah yang belajar untuk membuka diri menjadi reseptif dan peka. Mata untuk mengamati, hidung untuk mencium, mulut untuk merasakan, telinga untuk mendengar, kulit untuk merasakan (Teori utama tentang cara belajar anak31). 1) Indera Penglihatan 32
90% masukan indera untuk otak berasal dari sumber visual . Penglihatan sekeliling merupakan alat belajar tak sadar yang sangat ampuh. Materi-materi alam diatur supaya anak mengamati kehidupan mereka, perkembangannya setiap hari.
Garis alam sebagai dinding semu
Pohon sebagai pembatas
Dinding masif
transparan Gb. II.10. Jenis pembatas ruang Sumber : Ir. Rustam Hakim, Unsur Perancangan dalam Arsitektur Lansekap, Bumi Aksara, 1993 30
Tedjasaputra, Bermain, Mainan, dan Permainan, Grasindo, Jakarta 2001 Elizabeth G. Hainstock, Kenapa Montessori ?, Mitra Media, 2008, hal.17 32 Quantum Teaching, Bobby Piter 31
xxviii
Batasan ruang : tinggi di atas mata (sebagai perlindungan), tinggi sebatas dada (membentuk ruang/enclosure), di bawah pinggang (pengatur/pembentuk sirkulasi), setinggi lutut (pola pengarah), setinggi telapak kaki (sebagai penutup)33.
Di atas mata
Sebatas dada
Di bawah pinggang
Lutut
Telapak kaki
Gb.II.11. Tinggi batasan ruang Sumber : Ir. Rustam Hakim, Unsur Perancangan dalam Arsitektur Lansekap, Bumi Aksara, 1993
2) Indera Penciuman Daerah penciuman merupakan reseptor bagi endofrin yang menyuruh tanggapan tubuh menjadi senang dan sejahtera. Manusia dapat meningkatkan kemampuan berpikir secara kreatif sebanyak 30% saat diberikan bunga tertentu. Di sekitar ruang-ruang belajar dapat ditata tanaman yang menimbulkan bau menyegarkan dan menyenangkan. Bukaan ruang (jendela, pintu) memberi keleluasaan angin segar untuk masuk ke dalam ruang belajar. 3) Indera Pendengaran Pendengaran bisa melatih kepekaan persepsi. Sering mendengar suara-suara tertentu, anak akan bisa membedakan, apakah itu suara ayam, suara kambing, suara sapi, suara kuda, dst. 4) Indera Peraba Indera peraba dapat dilatih dengan tekstur materi alam yang mudah dipahami. Dengan menyentuh tanaman dan hewan secara langsung, anak mudah merasakan, memahami dan mengingatnya.
Gb.II.12. Contoh kegiatan anak untuk
Gb.II.13. Contoh kegiatan anak untuk melatih indera
melatih indera peraba
peraba
Sumber : www.kinderhauskids.org
Sumber : www.country-meadows-montessori.com
Tekstur materi bangunan juga mendukung indera peraba anak yang semakin mendekatkan perasaannya dengan alam. Bahan-bahan bangunan alami yang dapat digunakan : batu, kayu, bamboo, jerami, dst.
33
Ir. Rustam Hakim, Unsur Perancangan dalam Arsitektur Lansekap, Bumi Aksara, 1993
xxix
3. Tinjauan Keruangan (Anak dan Lingkungan Belajar) a. Ruang Sosial Lingkungan belajar secara sosial adalah lingkungan di mana anak berinteraksi dengan komunitasnya, baik dengan teman-teman sebaya ataupun dengan yang lebih muda atau lebih tua dari anak. Anak-anak harus merasa cocok dan sesuai dengan lingkungan belajarnya sehingga anak akan belajar dengan rasa nyaman. b. Ruang fisik Ruang fisik bagi anak-anak berhubungan dengan bentuk (pola ruang), warna, tekstur, material, volume dan skala. Ruang fisik perlu diciptakan sesuai dengan karakter anak sehingga anak merasa nyaman berada dalam ruang tersebut. Ada beberapa model ruang fisik bagi anak yang dibedakan berdasarkan bentuk (pola ruang), warna, tekstur, material, volume dan skala, yaitu : 1) Ruang aktif Warna yang cerah, penuh dengan cahaya yang terang, ruang gerak bebas, pola, warna, skala dan tekstur yang ramai (misal ruang publik, koridor, hall, gymnasium). 2) Ruang istirahat/tenang Warna yang lembut dan sejuk, cahaya redup, pola, warna, skala dan tekstur yang teratur (misal perpustakaan, ruang istirahat, ruang kesehatan, ruang administrasi). 3) Ruang aktif dan tenang Warna terang yang lembut, pola, warna, skala dan tekstur yang teratur, cahaya terang, ruang gerak yang bebas (misal ruang kelas). c.
Skala ruang Skala ruang dapat dibentuk dengan permainan elemen-elemen horizontal dan vertikal. Faktor penentu ruang salah satunya adalah dimensi tubuh. 1) Ketinggian rata-rata tiap kelompok umur : a) Usia 3 tahun : 90 cm
(h1)
b) Usia 5 tahun : 110 cm
(h2)
c) Usia 8 tahun : 130 cm
(h3)
d) Usia 12 tahun : 150 cm
(h4)
2) Rumus perhitungan ruang khusus anak : a) Kesan intim
: 1,5 x h1, 2, 3, 4
b) Kesan manusiawi
: 1,5 x h1, 2, 3, 4 xxx
c) Kesan shock
: > 10 x h1, 2, 3, 4
3) Rumus perhitungan ruang umum : Ketinggian orang dewasa + ½ ketinggian anak
D. Studi Kasus Sekolah Montessori 1. Ruang Dalam (Indoor) Metode Montessori menerapkan kebebasan dan kesenangan dalam belajar dan juga belajar dalam satu kelompok sehingga dalam satu kelas terdapat ruang group dan ruang terbuka (share learning).
Shared learning area yang memberi anak kebebasan dalam belajar.
Ruang terbuka tanpa tempat duduk dengan penempatan rak-rak di sekeliling ruang memberi kebebasan anak dalam beraktivitas dalam shared learning area.
Gb. II.18. Ruang kelas Montessori Sumber : www.designshare.com
xxxi
Rak-rak peralatan yang ditempatkan di sekeliling ruangan dengan memperhatikan skala anak memudahkan anak menjangkau dan mengembalikannya ke tempat semula.
2. Ruang Luar (Outdoor) Open space menjadi ruang yang penting dalam anak berinteraksi dengan anak-anak lain (yang berbeda umur) dan lingkungannya. Keamanan dan kontrol anak merupakan hal penting yang diperhatikan dalam pengolahan ruang terbuka (ruang bermain outdoor). Penempatan mainan yang menyertakan vegetasi dalam objek mainan menjadi hal yang positif bagi interaksi anak dengan lingkungannya.
Ruang terbuka (open space) juga sebagai ruang belajar, terutama belajar dari lingkungannya.
xxxii
BAB III TINJAUAN SOLO BARU
A. Kondisi Fisik Kota Solo Baru Secara administratif cakupan wilayah Kawasan Solo Baru meliputi 2 bagian wilayah kecamatan di Kabupaten Sukoharjo, yaitu Kecamatan Grogol (terdiri dari; Desa Madegondo, Manang, Langenharjo, Grogol, Sanggrahan, Cemani, Banaran, Gedangan, Kwarasan, Telukan, Kadokan, Pandeyan, Parangjoro dan Pondok) dan Kecamatan Baki (terdiri dari; Desa Gentan, Siwal, Baki, Pandeyan, Kudu, Kadilangu, Ngrombo, Mancasan, Bentakan, Jetis, Menuran, Gedongan, Purbayan, Waru dan Duwet), dengan luas wilayah 5.147 ha.
34
4. Kondisi geografis Kawasan Solo Baru meliputi sebagian besar wilayah Kecamatan Grogol dan Kecamatan Baki, beriklim tropis dengan kondisi topografi relatif datar dengan kemiringan tanah bekisar antara 0-2% , struktur batuan yang cukup kuat dan stabil yang tediri dari endapan alluvial dan batu vulkanik kuarter tua dan muda. Adapun batas wilayah Kawasan Perkotaan Solo Baru adalah : Sebelah Utara
: Kota Surakarta
Sebelah Timur
: Kecamatan Mojolaban dan Polokarto
Sebelah Selatan
: Kabupaten Klaten
Sebelah Barat
: Kecamatan Kartasura dan Gatak
5. Kondisi Klimatologis a. Sinar matahari Kadar penyinaran matahari Kota Solo Baru 1) Untuk yang 8 jam (pkl. 08.00 – 16.00) = 76,8 %
34
RUTR-Kawasan Solo Baru, tahun 1990-2010
xxxiii
2) Untuk yang 12 jam (pkl. 06.00 – 18.00) = 60,7 % b. Angin 1) Arah angin Arah angin berubah-ubah secara periodik, yaitu bervariasi antara Tenggara dan Barat Laut. 2) Kecepatan angin Kecepatan rata-rata per tahun minimum 0.50 m/dt yang terjadi pada Bulan SeptemberJanuari. 3) Suhu udara o
Wilayah Solo Baru termasuk dalam iklim panas. Pada daerah equatorial, yaitu antara 5 o
o
LU dan 10 LS. Perbedaan pada daerah equatorial pada umumnya berkisar antara 8 C o
dengan maksimal temperatur pada siang hari berkisar 24 C. Suhu udara rata-rata o
o
tercatat pada tahun 1995 maksimal 32.04 C dan 19.82 C. 4) Kelembaban Kelembaban udara relatif umum 74.83%. 5) Curah hujan Curah hujan yang terjadi pada wilayah tropis equatorial pada umumnya antara 2.0005.000 mm/bln dengan maksimal curah hujan adalah 500 mm/bln pada musim kemarau. Pada tahun 1994 curah hujan maksimal adalah 200 mm/bln. B. Rencana Pemanfaatan Ruang Kawasan Perkotaan Solo Baru Kegiatan dan fasilitas yang memanfaatkan ruang di Kota Solo Baru mengacu pada fungsi Kota Solo Baru yang telah direncanakan dan ditegaskan sampai tahun 2010, yaitu : 1. Kawasan pusat pengembangan perumahan 2. Kawasan pusat pengembangan perkantoran pemerintah 3. Kawasan pusat pengembangan perdagangan dan jasa 4. Kawasan pusat pengembangan pendidikan 5. Kawasan pusat pengembangan kesehatan 6. Kawasan pusat pengembangan peribadatan 7. Kawasan pusat pengembangan perindustrian 8. Kawasan pusat pengembangan pertanian 9. Rencana tata hijau dan ruang terbuka (taman lingkungan) 10. Pekarangan dan pemakaman Berdasarkan faktor-faktor penentu pemanfaatan ruang kota seperti fasilitas pendukung ketersediaan lahan, kecenderungan pengembangan, dampak lingkungan, kemungkinan hambatan pengembangan, maka potensi lokasi untuk penyediaan ruang, khususnya untuk sarana pendidikan perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut35 :
35
Rencana penyediaan dan penyebaran sarana sosial berdasarkan RUTR-Kawasan Solo Baru, tahun 1990 2010
xxxiv
1. Taman Kanak-kanak (TK) dan Sekolah dasar (SD), lokasi sebaiknya tidak menyeberang jalan kolektor/lokal primer (jalur jalan Solo-Sukoharjo, melewati Desa Grogol, Kadokan, Telukan, Pandeyan serta jalur jalan Solo Baru-Daleman, melewati Desa Kwarasan, Kedangan, Kadilangu, Baki, Bentakan, Gedongan) 2. Taman Kanak-kanak (TK) dan Sekolah dasar (SD), lokasi sebaiknya terletak maksimal 1 km dari area yang dilayani (pemukiman penduduk) C. Fasilitas Pendidikan dan Rencana Pengembangannya di Solo Baru Fasilitas pendidikan tidak hanya penting bagi peningkatan derajat pendidikan masyarakat dalam hal kecerdasan, ketrampilan, kreativitas, kemandirian namun juga berfungsi untuk mengimbangi perkembangan dan pertumbuhan penduduk di Kota Solo baru. Kawasan Solo Baru yang merupakan perluasan dari Kabupaten Sukoharjo dan Kotamadya Surakarta mempunyai jumlah penduduk usia sekolah yang cukup banyak, dengan angka pertumbuhan 2 %. Banyaknya anak usia sekolah yang seharusnya sangat potensial untuk mendapat pendidikan dan bimbingan sebagai bekal masa depannya tidak diimbangi dengan ketersediaan jumlah fasilitas pendidikan yang cukup. Tabel III.1. Jumlah penduduk menurut kelompok umur di Kec.Grogol 2004 2005
2006
2007
Laki-laki
Perempuan
Laki-laki
Perempuan
Laki-laki
Perempuan
Laki-laki
Perempuan
0-4
3 518
3 208
3 571
3 250
3 627
3 288
3 672
3 321
5-9
4 518
4 196
4 585
4 252
4 657
4 301
4 716
4 345
10-14
4 280
4 106
4 344
4 161
4 412
4 209
4 467
4 251
Sumber : Badan Pusat Statisik Sukoharjo 2007
Tabel III.2. Jumlah penduduk menurut kelompok umur di Kec.Baki 2004 2005
2006
2007
Laki-laki
Perempuan
Laki-laki
Perempuan
Laki-laki
Perempuan
0-4
1 765
1 573
1 774
1 578
1 787
1 588
Laki-laki 1 800
Perempuan 1 598
5-9
2 349
2 198
2 360
2 204
2 378
2 218
2 396
2 232
10-14
2 159
2 086
2 169
2 092
1 889
2 105
2 202
2 118
Sumber : Badan Pusat Statisik Sukoharjo 2007
No
Tabel III.3.. Analisa Kuantitas Fasilitas Jasa Pendidikan Fasilitas Standar Jumlah
Jumlah
ideal
eksisting
Penilaian
1
TK
1 unit/1000 penduduk
147
64
Kurang
2
SD
1 unit/1600 penduduk
92
61
Kurang
3
SMP
1 unit/4800 penduduk
31
10
Kurang
SMU
1 unit/4800 penduduk
31
5
Kurang
4
Sumber : Hasil perhitungan 2003 dalam RUTRK Solo Baru 1990-2010
Kebanyakan dari TK tersebut tidak dilengkapi dengan play group atau kelompok bermain untuk anak berumur 2-3 tahun.
xxxv
Berdasarkan tabel di atas, maka untuk pendidikan pra-sekolah (Kelompok Bermain dan Taman Kanak-kanak) dan Sekolah Dasar (SD) sampai akhir tahun perencanaan masih diperlukan.
Melihat perkembangan pendidikan di Solo Baru yang semakin baik, diharapkan adanya Sekolah Montessori dapat menjadi persiapan awal bagi kota Solo Baru untuk mewadahi kebutuhan masyarakat akan fasilitas pendidikan anak yang lebih lengkap, serta dapat melayani semua anakanak dari semua golongan, tanpa membedakan SARA. Hal ini merupakan salah satu pertimbangan utama untuk merencanakan sebuah sekolah alternatif untuk pendidikan pra-sekolah (Kelompok Bermain dan Taman Kanak-kanak) dan Sekolah Dasar (SD) yang
dirancang agar anak-anak tumbuh dengan kreativitas mereka sendiri, tidak
kehilangan kegembiraan masa kecil mereka, dan membuka ruang yang lebar untuk mengeksplorasi lingkungannya, yaitu dengan Metode Montessori.
BAB IV xxxvi
PROSES PENENTUAN KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN SEKOLAH MONTESSORI DI SOLO BARU
A.
Proses Penentuan Konsep Peruangan 1.
Proses Penentuan Konsep Kegiatan dan Kebutuhan Ruang a.
Tujuan :
Analisa ini bertujuan untuk
mendapatkan ruang yang didasarkan pada pendekatan kegiatan pelaku pada Sekolah Montessori ini dan unit kegiatan lainnya. b.
Proses : 1) Kegiatan yang berlangsung dalam Sekolah Montessori di Solo Baru dikelompokkan menjadi beberapa kelompok berdasarkan jenis kegiatannya, meliputi: a)
Kegiatan pendidikan sebagai kegiatan utama (belajar dan bermain indoor/outdoor, kegiatan ibadah, kegiatan pendidikan jasmani, kegiatan ekstrakulikuler). Kegiatan pendidikan merupakan kegiatan paling utama yang diwadahi, karena semua kegiatan ini berpusat pada lingkungan sekolah dengan menggunakan Metode Montessori. Kegiatan yang diadakan bersifat rutin dan insidental yang diperuntukkan bagi anak-anak dan pengajar.
b) Kegiatan pengelola Unit Kegiatan Pengelola yang dilakukan oleh pihak sekolah,merupakan unit penyelenggara
kegiatan-kegiatan
Sekolah
Montessori
yang
berfungsi
merencanakan, mengatur, melaksanakan dan mengevaluasi kegiatan-kegiatan yang ada. c) Kegiatan penunjang d) Kegiatan servis 2) Pelaku kegiatan dalam Sekolah Montessori di Solo Baru Adapun pelaku kegiatan dalam Sekolah Montessori di Solo Baru yang diklasifikasikan berdasarkan jenis kegiatannya, antara lain: a) Kegiatan pendidikan -
Anak didik Anak didik di dalam Sekolah Montessori terbagi menjadi beberapa kelompok, yaitu :
Siswa/i unit pendidikan Kelompok Bermain (KB) Anak didik dalam kelompok ini berusia sekitar 2-4 tahun.
Siswa/i unit pendidikan Taman Kanak-Kanak (TK) Anak didik dalam kelompok ini berusia sekitar 5-6 tahun.
Siswa/i unit pendidikan Sekolah dasar (SD) xxxvii
Anak didik dalam kelompok ini berusia sekitar 7-12 tahun. -
Tenaga pengajar (guru) Membina dan mendidik dalam proses pendidikan maupun praktek yang dilakukan di dalam dan di luar ruangan (indoor/ outdoor), bimbingan, dan pengkajian bersama anak-anak. Tenaga pengajar unit pendidikan Kelompok Bermain
(KB) Tenaga pengajar unit pendidikan Taman Kanak-Kanak
(TK) Tenaga pengajar unit pendidikan Sekolah dasar (SD)
-
Pengantar/penunggu
b) Kegiatan pengelola Pengelola adalah personil yang melaksanakan kegiatan pengelolaan dalam fasilitas ini, sehingga kegiatan yang ada dapat berjalan lancar sesuai dengan fungsi, tugas dan tujuan serta sasaran. -
Kepala Sekolah (Kelompok Bermain (KB)-Taman Kanak-Kanak (TK)
-
Kepala Sekolah Sekolah Dasar (SD))
-
Wakil Kepala Sekolah/Kabag Kelompok Bermain (KB)-Taman Kanak-Kanak (TK)
-
Wakil Kepala Sekolah/Kabag Sekolah Dasar (SD)
-
Tata Usaha (TU)
-
Administrasi
-
Staf perpustakaan
-
Staf kesehatan
-
Staf psikologi anak
c) Kegiatan penunjang Kegiatan penunjang ini meliputi taman bermain yang edukatif, gedung serbaguna (multifungsi), kantin, koperasi, dll. d) Kegiatan servis -
Staf kebersihan
-
Staf keamanan
-
Staf teknisi mekanikal elektrikal
c.
Hasil : xxxviii
Tabel IV.1. Pelaku, Kegiatan dan Kebutuhan ruang
Kegiatan
Kegiatan
Kebutuhan ruang
Pelaku
Indoor / Outdoor
Kegiatan pendidikan -
Anak didik Kelompok Bermain (KB)
Datang
Entrance
Outdoor
Parkir
Area parkir
Outdoor
Membaca
Perpustakaan, ruang kelas
Indoor
Kegiatan belajar
Ruang kelas :
Indoor
Shared learning
area Kegiatan
latihan
kehidupan
Small group area
-
kehidupan
Indoor
praktis
Area
Bermain terstruktur
(Practical activities area)
praktis Indoor
Belajar musik dan alat musik
Sentra balok
Indoor
Belajar melukis&seni bentuk
Sentra musik
Indoor
Bermain peran, dongeng
Sentra lukis&seni bentuk
Indoor
Belajar bahasa
Sentra drama
Indoor
Sentra bahasa (readiness Belajar teknologi
area)
Indoor
Kegiatan olahraga
Sentra teknologi
Indoor/Outdoor
Beribadah
Ruang olahraga
Indoor
Bermain/istirahat
Sentra ibadah
Outdoor
Outdoor
learning
Makan dan minum
environment/Playground
Indoor
Memeriksakan kesehatan
Ruang kelas/Kantin
Indoor
Metabolisme (Toilet training)
Ruang kesehatan (UKS)
Indoor
Pengenalan alam
Toilet anak
Outdoor
Lab. alam -
Anak didik Taman Kanak-Kanak (TK)
Datang
Entrance
Outdoor
Parkir
Area parkir
Outdoor
Membaca
Perpustakaan, ruang kelas
Indoor
Kegiatan belajar
Ruang kelas :
Indoor
Shared learning
area Kegiatan
latihan
kehidupan
-
Small group kehidupan
Indoor
praktis
Area
praktis
Bermain terstruktur
(Practical activities area)
Indoor
Belajar musik dan alat musik
Sentra balok
Indoor
Belajar melukis&seni bentuk
Sentra musik
Indoor
Bermain peran, dongeng
Sentra lukis&seni bentuk
Indoor
Belajar bahasa
Sentra drama
Indoor
Sentra bahasa (readiness Belajar teknologi
area)
Indoor
Kegiatan olahraga
Sentra teknologi
Indoor/Outdoor
xxxix
Beribadah
Ruang olahraga
Indoor
Bermain/istirahat
Sentra ibadah
Outdoor
Outdoor
learning
Makan dan minum
environment/Playground
Indoor
Memeriksakan kesehatan
Ruang kelas/Kantin
Indoor
Metabolisme (Toilet training)
Ruang kesehatan (UKS)
Indoor
Pengenalan alam
Toilet anak
Outdoor
Lab. alam -
Anak didik Sekolah Dasar (SD)
Datang
Entrance
Outdoor
Parkir
Area parkir
Outdoor
Membaca
Perpustakaan, ruang kelas
Indoor
Kegiatan belajar :
Ruang kelas :
Indoor
Kegiatan belajar di
-
area
Kegiatan belajar di
-
Shared learning
-
dalam ruang -
luar ruang
Small group
Ruang
belajar
(Outdoor
Outdoor luar
learning
environment)
Indoor
Kegiatan memasak
Ruang memasak
Indoor/Outdoor
Kegiatan olahraga
Ruang olahraga
Kegiatan seni :
Indoor
Menyanyi/bermain
-
Kelas musik
alat musik
-
Guru Kelompok Bermain (KB)
Indoor
-
Melukis
Kelas lukis
Indoor
-
Menari/balet
Kelas tari
Indoor
-
Bermain peran
Kelas drama
Indoor
Belajar beribadah
Sentra ibadah
Outdoor
Mengadakan pameran
Taman/ Ruang belajar luar
Bermain/istirahat
(Outdoor
learning
environment)
Indoor
Makan dan minum
Ruang kelas/Kantin
Indoor
Memeriksakan kesehatan
Ruang kesehatan
Indoor
Metabolisme
Toilet anak
Outdoor
Pengenalan alam
Lab. alam
Datang
Entrance
Outdoor
Parkir
Area parkir
Outdoor
Mempersiapkan materi
Ruang kantor guru
Indoor
Mengajar
Ruang kelas
Indoor
Mengadakan rapat/pertemuan
Ruang rapat/pertemuan
Indoor
Menyimpan berkas sementara
Loker
Indoor
Menyimpan arsip
Ruang arsip
Indoor
Menyimpan barang
Gudang
Indoor
Menerima tamu
Ruang tamu
Indoor
Beribadat
Sentra ibadah
Indoor
xl
Guru Taman kanak-
-
Kanak (TK)
Guru Sekolah Dasar
(SD)
-
Pengantar/penunggu/ orang tua siswa/i
Makan dan minum
Ruang makan bersama
Indoor
Metabolisme
Toilet orang dewasa
Indoor
Datang
Entrance
Outdoor
Parkir
Area parkir
Outdoor
Mempersiapkan materi
Ruang kantor guru
Indoor
Mengajar
Ruang kelas
Indoor
Mengadakan rapat/pertemuan
Ruang rapat/pertemuan
Indoor
Menyimpan berkas sementara
Loker
Indoor
Menyimpan arsip
Ruang arsip
Indoor
Menyimpan barang
Gudang
Indoor
Menerima tamu
Ruang tamu
Indoor
Beribadat
Sentra ibadah
Indoor
Makan dan minum
Ruang makan bersama
Indoor
Metabolisme
Toilet orang dewasa
Indoor
Datang
Entrance
Outdoor
Parkir
Area parkir
Outdoor
Mempersiapkan materi
Ruang kantor guru SD
Indoor
Mengajar
Ruang kelas
Indoor
Mengadakan rapat/pertemuan
Ruang rapat/pertemuan
Indoor
Menyimpan berkas sementara
Loker
Indoor
Menyimpan arsip
Ruang arsip
Indoor
Menyimpan barang
Gudang
Indoor
Menerima tamu
Ruang tamu
Indoor
Beribadat
Sentra ibadah
Indoor
Makan dan minum
Ruang makan bersama
Indoor
Metabolisme
Toilet orang dewasa
Indoor
Datang
Entrance
Outdoor
Parkir
Area parkir
Outdoor
Menunggu dan berinteraksi
Area tunggu
Indoor
Mencari informasi
Ruang informasi
Indoor
Mengurus administrasi
Ruang administrasi
Indoor
Berkonsultasi
mengenai
Ruang dokter/UKS
Indoor
mengenai
Ruang konsultasi
Indoor
Metabolisme
Toilet orang dewasa
Indoor
Datang
Entrance
Outdoor
Parkir
Area parkir
Outdoor
Bekerja
Ruang kantor Kepsek
Indoor
Pemeriksaan dan pengawasan
Semua ruang
Indoor
Rapat
Ruang rapat
Indoor
Menggelar pertemuan dengan
Ruang serbaguna
kesehatan anak Berkonsultasi psikologi anak
Kegiatan
pendidik
dan
pengelola -
Kepala sekolah
xli
orang tua murid
Wakil kepala
Indoor
Beribadah
Sentra ibadah
Indoor
Makan dan minum
Ruang makan bersama
Indoor
Metabolisme
Toilet orang dewasa
Indoor
Datang
Entrance
Outdoor
sekolah/Kabag KB-TK dan
Parkir
Area parkir
Outdoor
SD
Bekerja
Ruang
-
kantor
wakasek/Kabag
Indoor
KB-
TK&SD
-
-
-
-
-
Tata usaha (TU)
Staf administrasi
Staf perpustakaan
Staf kesehatan
Staf psikologi anak
Rapat
Ruang rapat
Indoor
Beribadah
Sentra ibadah
Indoor
Makan dan minum
Ruang makan bersama
Indoor
Metabolisme
Toilet orang dewasa
Indoor
Datang
Entrance
Outdoor
Parkir
Area parkir
Outdoor
Bekerja
Ruang adminstrasi
Indoor
Beribadah
Ruang ibadah
Indoor
Makan dan minum
Ruang makan bersama
Indoor
Metabolisme
Toilet orang dewasa
Indoor
Datang
Entrance
Outdoor
Parkir
Area parkir
Outdoor
Bekerja
Ruang adminstrasi
Indoor
Beribadah
Sentra ibadah
Indoor
Makan dan minum
Ruang makan bersama
Indoor
Metabolisme
Toilet orang dewasa
Indoor
Datang
Entrance
Outdoor
Parkir
Area parkir
Outdoor
Bekerja
Ruang perpustakaan
Indoor
Rapat internal
Ruang rapat
Indoor
Beribadah
Sentra ibadah
Indoor
Makan dan minum
Ruang makan bersama
Indoor
Metabolisme
Toilet orang dewasa
Indoor
Datang
Entrance
Outdoor
Parkir
Area parkir
Outdoor
Pelayanan kesehatan
Ruang kesehatan
Indoor
Rapat
Ruang rapat
Indoor
Beribadah
Sentra ibadah
Indoor
Makan dan minum
Ruang makan bersama
Indoor
Metabolisme
Toilet orang dewasa
Indoor
Datang
Entrance
Outdoor
Parkir
Area parkir
Outdoor
Pelayanan konsultasi psikologi
Ruang konsultasi
Indoor
Ruang rapat
Indoor
anak Rapat internal
xlii
Beribadah
Sentra ibadah
Indoor
Makan dan minum
Ruang makan bersama
Indoor
Metabolisme
Toilet orang dewasa
Indoor
Datang
Entrance
Outdoor
Parkir
Area parkir
Outdoor
Bekerja
Lingkungan sekolah
Indoor&Outdoor
Beribadah
Sentra ibadah
Indoor
Makan dan minum
Ruang makan bersama
Indoor
Metabolisme
Toilet orang dewasa
Indoor
Datang
Entrance
Outdoor
Parkir
Area parkir
Outdoor
Bekerja
Pos
Indoor&Outdoor
Kegiatan servis -
-
Staf kebersihan
Staf keamanan
keamanan&Lingkungan sekolah
-
Staf mekanikal&elektrikal
Beribadah
Sentra ibadah
Indoor
Makan dan minum
Ruang makan bersama
Indoor
Metabolisme
Toilet orang dewasa
Indoor
Datang
Entrance
Outdoor
Parkir
Area parkir
Outdoor
Bekerja
Gudang, Ruang ME
Indoor
Beribadah
Sentra ibadah
Indoor
Makan dan minum
Ruang makan bersama
Indoor
Metabolisme
Toilet orang dewasa
Indoor
Sumber : Analisa Pribadi, 2010
2. Proses Penentuan Konsep Pola Hubungan Ruang Pola hubungan ruang dinyatakan dengan : -
Erat (
)
Kegiatan yang terwadahi mempunyai keterkaitan, perletakan ruangnya berdekatan tanpa perantara. -
Kurang erat (
)
Kegiatan yang diwadahi kurang ada keterkaitan, perletakan ruang terpisah, dapat menggunakan perantara. -
Tidak ada hubungan (
)
Kegiatan yang diwadahi tidak memiliki keterkaitan sama sekali.
a. Pola Hubungan Ruang Makro Area bersama yang berupa tempat parkir, ruang tunggu orang tua dan juga area pelayanan kesehatan terletak paling dekat dengan entrance dan penerimaan agar lebih xliii
mudah diakses. Sedangkan area pendidikan berdekatan dengan area pengelolaan dan disatukan dengan laboratorium alam yang dapat mengarahkan ke area-area pendidikan yang dituju.
Entrance Area penunjang
Penerimaan
Area
Area pelayanan
pengelolaan
kesehatan Laboratorium alam
Area pendidikan KB
Outdoor learning environment
Lapangan
Area pendidikan
olahraga
TK Outdoor
Area pendidikan
learning
SD
Skema IV.1. Pola hubungan ruang makro
environment
c.
Sumber : Analisa pribadi, 2010
Pola Hubungan Ruang Mikro
1)
Area penunjang Area bersama merupakan public space bagi orang tua dan tamu yang mempunyai kepentingan di Sekolah Montessori.
Parkir
Ruang tunggu
Sentra ibadah
Kantin
Toilet
Koperasi
Ruang serbaguna
Skema IV.2. Pola hubungan ruang di area bersam a Sumber : Analisa pribadi, 2010
2)
Area pengelola Area ini direncanakan mempunyai tiga ruang utama yang dapat langsung diakses.
xliv
a)
Ruang TU dan administrasi, di mana orang tua dapat dengan mudah membayar SPP di loket, mengurus pendaftaran, dll.
b)
Ruang
kepala
sekolah
agar
dapat
mudah diakses dan mengawasi seluruh aktivitas yang ada.
Ruang TU &
Ruang tamu
Ruang Kepsek
Ruang rapat
Ruang
Administrasi Ruang arsip
wakasek/Kabag Skema IV.3. Pola hubungan ruang pengelolaan
Ruang guru
Sumber : Analisa pribadi, 2010
3)
Area Pendidikan KB Laboratorium alam menjadi dasar alur sirkulasi di sekelilingnya yang menyatukan massa dari kegiatan-kegiatan yang ada.
Outdoor learning environment
Toilet anak
Laboratorium
Ruang kelas KB
Lapangan olahraga
alam Sentra balok
Ruang olahraga indoor
Sentra musik
Sentra bahasa/Readiness area
Sentra lukis dan
Sentra teknologi
seni bentuk Practical activities area
Sentra drama Sentra ibadah
Skema IV.4. Pola hubungan ruang pendidikan KB Sumber : Analisa pribadi, 2010
4)
Area Pendidikan TK Playground
Toilet anak
Ruang kelas TK
Laboratorium
xlv
Lapangan olahraga
alam Sentra balok
Ruang olahraga indoor
Sentra musik
Sentra bahasa/Readiness area
Sentra lukis dan
Sentra teknologi
5)
Area Pendidikan SD Laboratorium alam menjadi dasar alur sirkulasi di sekelilingnya menyatukan massa dari kegiatan-kegiatan yang ada. Outdoor learning
Toilet anak
environment
Ruang kelas SD
Lapangan olahraga
Laboratorium alam
Ruang seni
Ruang olahraga indoor Perpustakaan
Lab. sains
Ruang komputer
Ruang memasak Ruang ibadah
Skema IV.6. Pola hubungan ruang pendidikan SD Sumber : Analisa pribadi, 2010
6)
Laboratorium alam Kebun
Kolam ikan
Skema IV.7. Pola hubungan laboratorium alam Sumber : Analisa pribadi, 2010
3. Proses Penentuan Konsep Besaran Ruang a.
Tujuan : Mendapatkan perincian besaran tiap ruang
b.
Kriteria : 1)
Jumlah pengguna
2)
Pendekatan kebutuhan ruang bagi anak untuk beraktivitas
3)
Peralatan pendukung yang dipakai (alat peraga Montessori) xlvi
4)
Sirkulasi ditentukan sesuai dengan kebutuhan
Dasar perhitungan besaran ruang Perhitungan khusus dilakukan berdasarkan standar ruang baku yang telah ditetapkan yaitu : 1)
Neufert Architect Data/NAD
2)
Dimensi Manusia & Ruang Interior
3)
Perhitungan asumsi : berdasarkan studi banding kelas Montessori dan asumsi.
c.
Proses : 1)
Untuk ruang kelas ruang kelas Kelompok Bermain (KB) jumlah siswa 8 anak/kelas, Taman Kanak-Kanak (TK) jumlah siswa 18 anak/kelas, dan Sekolah Dasar (SD) jumlah siswa 20 anak/kelas sesuai dengan standar maksimal di dalam kelas Montessori.
2)
2)
0.4 m
0.3 m
1m
1m Gambar IV.1. Posisi dalam kegiatan belajar Sumber : Analisa pribadi, 2010
Di kelas Montessori anak diberi kebebasan untuk beraktivitas (belajar dan bekerja). Dengan mempertimbangkan bahwa tidak seluruhnya anak berposisi duduk di atas kursi dengan meja di depannyamaka setelah dirata-rata dan diasumsikan maka untuk kegiatan belajar dan bekerja menggunakan ruang 1 m2@anak. Perhitungan besaran ruang dalam Sekolah Montessori yaitu sebagai berikut : 1)
Kegiatan penerima
Ruang
Besaran Ruang Kapasitas
Pertimbangan 0.8 m2 /org
20
Hall Ruang tunggu penjemput KB-TK Ruang tunggu penjemput SD Ruang informasi (resepsionis)
2)
2
20
1.5 m /org 2
2
Flow
16
50%
24
30
30%
39
20
1.5 m /org
30
30%
2 orang
0.8 m2 /org
1.6
10%
Jumlah
2
Total (m )
39 1
2
Total
104
Kegiatan pengelola
Ruang
Besaran Ruang Kapasitas
Ruang kepala sekolah (KB-TK) Ruang kepala sekolah (SD)
Luas (m )
Pertimbangan
Luas (m2)
Flow
Jumlah
Total (m 2)
1
6 m2/org
6
50%
1
9
1
2
8
50%
1
9
6 m /org
xlvii
1
4 m2/org
12
50%
1
Ruang wakasek (SD)
1
2
4 m /org
12
50%
1
6
Ruang guru (KB-TK)
15
4 m2/org
90
50%
1
108
Ruang guru (SD)
17
4 m2/org
Ruang wakasek (KB-TK)
Ruang tata usaha dan administrasi
6
102
50%
1
122
6
2
6 m /org
36
50%
1
48
6
6 m2/org
12
50%
1
48
43
1.5 m2/org
64.5
50%
1
77
3 m /KM&WC/100 org
7.5
20%
1
9
4.5
20%
1
5
Total
447
KB-TK Ruang tata usaha dan administrasi SD Ruang rapat Toilet
Toilet Pria
50 orang
2
2
1.5 m /urinoir/25 org 1.5 m2/washbasin/KM& WC
Total
50 orang
3 m2/KM&WC/100 org 2
wanita
1.5 m /washbasin/KM& WC
3)
Kegiatan pendidikan KB-TK-SD Ruang
Besaran Ruang Kapasitas
Pertimbangan
Luas
Flow
Jumlah
(m 2) Ruang
kelas
Pelaku
Kelompok Bermain (KB)
8 anak 2 guru
1 m2/anak
kelas Kanak-
Kanak (TK)
Pelaku
2
72
13.6 15 2
18 anak
1 m /anak
3 guru
1.3 m2/dewasa
Perabot
21.9
15 50%
2
120
18.15
Toilet Sentra balok
50%
1.3 m /dewasa
Toilet
Taman
(m 2)
2
Perabot
Ruang
10.6
Total
15 18 anak
2
2 m /org
38
1 m2/org
19
15 1
38
40%
1
43
40%
1
46
1
4
1
49
1 guru Sentra musik
Pelaku
18 anak 1 guru
Perabot Sentra lukis dan
Ruang lukis & seni bentuk
seni
bentuk
12.02 2
18 anak
1.4 x 1.2 m /anak
1 guru
2.7 m2 /org
Ruang cuci
Sentra drama
Asumsi
18 anak
2
32.94
4
2 m /org
38
30%
1 m2/anak
19.3
20%
1 guru Sentra teknologi
Pelaku
18 anak 1 guru
Perabot
2
1.3 m /dewasa
8.28
xlviii
36
Sentra
Ruang penitipan
bahasa
R. peminjaman/pengembalian
Asumsi
6
2.24 m /set meja
4.5
2
2 meja
2
Ruang koleksi buku Ruang baca
26 anak
1.2 m /100 buku
3
20%
1
4
standar baca normal
19
40%
1
26.6
1
36
3
252
3
12
3
270
3
12
1
32
1
6
1
51
1
4
1
14
1
55
1
40
1
40
1
62
0.9 m2/anak standar baca santai 0.6 m2/anak
Practical activities area Ruang
2 m2/org
18 anak
kelas
Kelas
Sekolah Dasar (SD)
1,2,3
Pelaku
2
20 anak
1.84 m /anak
2 direktur
1.3 m2/dewasa
36 39.4
Perabot
16.5
Gudang
4
50%
(storage) Kelas
Pelaku
1.84 m2/anak
20 anak
4,5,6
39.4
50%
2
2 direktur
1.3 m /dewasa
Perabot
20.28
Gudang
4
(storage) Kelas musik
Pelaku
1 m2/org
20 anak
21
40%
1 guru Perabot
1.8
Gudang (storage) Kelas &
lukis
Ruang lukis & seni bentuk
seni
bentuk
6 1.4 x 1.2 m2/anak
20 anak
40%
2.7 m /org
1 guru Ruang cuci Gudang
Kelas drama
36.3
2
20 anak
Asumsi
4
Asumsi
14
2 m2/org
42
2 m2/org
40
30%
1 guru Kelas memasak (fun cooking) Kelas komputer
20 anak
Pelaku
2
20 anak
1 m /anak
1 guru
1.3 m2/dewasa
Perabot
20%
11.84
Lab. sains Toilet
21.3
2
20 anak Toilet putra
60 anak
3.1 m /org
62
3 m /KM&WC/100 org
7.5
20%
1
9
4.5
20%
1
5
2
1.5 m2/urinoir/25 org
siswa/i SD
1.5 m2/washbasin/KM&WC
Total putri
60 anak
3 m2 /KM&WC/100 org 1.5 m2/washbasin/KM&WC
Ruang
belajar
luar
(Outdoor
learning
Asumsi
240
luar
(Outdoor
learning
Asumsi
800
environment) KB-TK Ruang
belajar
xlix
environment)
Perpustakaan SD
Ruang penitipan R. peminjaman/pengembalian
Asumsi
6
2.24 m /set meja
4.5
2
2 meja
2
Ruang koleksi buku Ruang baca
50 anak
1.2 m /200 buku
6
20%
1
7
standar baca normal
37.5
40%
1
52.5
0.9 m2/anak standar baca santai 0.6 m2/anak
Ruang olah raga indoor (gymnasium) KB-TK
18 orang
2.5 m2/anak
50
1
47.5
2.5 m2/anak
50
1
52.5
1 guru Ruang olah raga indoor (gymnasium) SD
20 orang 1 guru
Lapangan olah raga KB-TK
Asumsi
294
Lapangan olah raga SD
Asumsi
476
Laboratorium alam
1400
Asumsi 30% dari luas
1400
sekolah
Total
4759.1
4) Kegiatan penunjang Ruang
Besaran Ruang Kapasitas
Pertimbangan
Luas
Flow
Jumlah
2
(m 2)
(m ) Ruang konsultasi Ruang dokter/UKS
Bed
3 orang
2 m2/org
6
20%
1
9
2 buah/bed
2
4
70%
1
7
5 m2/org
5
1
5
1
260
Ruang dokter Ruang serbaguna
@2x1=2m
1 org
2
250 orang
0.8 m /org
174.4
Asumsi
12
2
3
Asumsi 20 m2
20
Sentra ibadah Koperasi
Meja
1 buah
Kursi
4 buah
3m
Area display Kantin
Area makan Serving
Total
2
20 orang
25
1.25 m /org 2
2 counter
4 m /counter
Dapur&gudang
30%
12 30%
30%
1
30%
2
6
Asumsi 20% dari area
105
127.5
1
makan
Total
5)
Kegiatan servis
Ruang
Besaran Ruang Kapasitas
Pertimbangan
Luas
Flow
2
Parkir sepeda Parkir sepeda motor
1.33 m2/unit
60 sepeda
2
30 motor
1.7x0.8 m /unit
l
Jumlah
Total 2
(m ) Parkir
525.85
(m )
79.8
50%
120
40.8
50%
61
Parkir mobil
2.5x4.5 m2/unit
26 mobil
Pos satpam
2 org/pos
351
2
3 m /org
6
4 m2
4
Genset
50%
526.5 2
12 4
1 tanki 12 m2/tanki
Ruang pompa air
16
1 pompa 3 m2/pompa
Gudang
6
6 Total
d.
745.5
Hasil : Total kebutuhan ruang yang dibutuhkan untuk kawasan Sekolah Montessori adalah No.
2
Kelompok kegiatan
Kebutuhan Ruang (m )
a
Kegiatan penerima
104
b
Kegiatan pengelola
447
c
Kegiatan pendidikan KB-TK-SD
4759.1
d
Kegiatan penunjang
525.85
e
Kegiatan servis
745.5 Total
6581.45
Perhitungan kebutuhan lahan : - Perkiraan luasan pada lantai 1 adalah 6321.45m
2
- Jumlah luasan taman dan sirkulasi luar adalah 5000 m2 - BC 60 %
100 x 11321.5) + 260 m2 60 - Luas yang dibutuhkan adalah 18869.2+ 260 = 19129.2 m2 ~ 20000 m2 Luas minimal lahan yang dibutuhkan adalah (
B.
Proses Penentuan Konsep Pemilihan Lokasi dan Site 1.
Proses Penentuan Konsep Lokasi
a.
Tujuan : Menentukan fasilitas pendidikan untuk anak usia 2-6 tahun (pra-sekolah) dan 712 tahun (Sekolah Dasar).
b.
Kriteria pemilihan lokasi : 36
1) Lokasi sebaiknya tidak menyeberang jalan kolektor/lokal primer.
37
2) Lokasi berada dalam radius maksimum 1 km dari pemukiman penduduk. 3) Tingkat Aksesibilitas atau Pencapaian. Faktor yang menentukan adalah : a) Jenis jalan (jalan arteri sekunder dan kolektor sekunder). b)
36 37
Jarak pencapaian.
Standar peruntukan dan alokasi sarana pendidikan berdasarkan RUTRK Kawasan Solo Baru 1990-2010 Standar peruntukan dan alokasi sarana pendidikan berdasarkan RUTRK Kawasan Solo Baru 1990-2010
li
c)
Transportasi, baik umum (lokasi berjarak minimal 100 meter dari jalur jalan yang dilewati kendaraan umum) maupun pribadi.
Semakin tinggi kategori jalan, semakin dekat jarak pencapaian dan semakin mudah sarana transportasi menuju lokasi tersebut sehingga semakin tinggi pula tingkat aksesibilitasnya. 4) Luas lahan mampu menampung semua aktivitas yang diwadahi.
c.
Proses : 38
1) Lokasi sebaiknya tidak menyeberang jalan kolektor/lokal primer.
38
Standar peruntukan dan alokasi sarana pendidikan berdasarkan RUTRK Kawasan Solo Baru 1990-2010
lii
39
2) Lokasi berada dalam radius maksimum 1 km dari pemukiman penduduk.
3) Tingkat Aksesibilitas atau Pencapaian
39
Standar peruntukan dan alokasi sarana pendidikan berdasarkan RUTRK Kawasan Solo Baru 1990-2010
liii
4)
Luas lahan mampu menampung semua aktivitas yang diwadahi
Terdapat banyak lahan kosong
Gb. IV.5. Lokasi Site Sumber : RUTRK Solo Baru 1990-2010
d.
Hasil :
Gb. IV.6. Lokasi terpilih Sumber : Dok. Analisa pribadi, 2010
2.
Proses Penentuan Konsep Site a.
Tujuan :
b.
Kriteria site : 1) Luas lahan mampu menampung semua aktivitas yang diwadahi (total ruang yang 2
dibutuhkan 20000 m ). 2) Kondisi lingkungan mampu mendukung keberadaan fasilitas. a)
Aspek
keamanan
dan
kenyamanan
sebagai bangunan yang menampung kegiatan anak-anak, site harus berada di daerah yang relatif aman, dalam arti arus lalu lintas tidak terlalu tinggi. b)
Gangguan kebisingan cukup kecil dan tidak berpotensi menimbulkan gangguan kesehatan.
c.
Proses :
liv
Dari alternatif blok site maka dilakukanlah penyaringan blok site dengan menggunakan tabel. Blok yang terpilih adalah yang paling sesuai dengan kriteria site. Tabel IV.2.Penilaian alternatif site
Kriteria
Blok site Site A
Site B
Site C
Site D
1
3
3
2
Luas lahan memberikan kemungkinan pengembangan
1
3
3
1
Aspek keamanan dan kenyamanan sebagai bangunan yang
3
3
2
3
berpotensi
3
3
3
2
Jumlah
8
12
11
8
Luas lahan mampu menampung semua aktivitas yang diwadahi (total ruang yang dibutuhkan m2)
menampung kegiatan anak-anak, site harus berada di daerah yang relatif aman, dalam arti arus lalu lintas tidak terlalu tinggi, lokasi berada di daerah yang tidak rawan kejahatan Gangguan
kebisingan
cukup
kecil
dan
tidak
menimbulkan gangguan kesehatan
Sumber : Analisa pribadi, 2010
Nilai : 1 : kurang 2 : cukup 3 : sangat
d.
Hasil : Dari tabel penialian alternatif site, blok site yang memenuhi 4 spesifikasi persyaratan adalah site C.
lv
Gb.IV.8. Site terpilih Sumber : Dok. Analisa pribadi, 2010
1) Eksisting site a) Site merupakan lahan kosong b) Luas site 24000 m
2
Gb.IV.9.Eksisting Site Sumber : Analisa pribadi, 2010
2) Batas site a) Sebelah utara
: Jalan utama, perumahan
b) Sebelah selatan
: Lahan kosong
c) Sebelah timur
: Sekolah Kristen Kalam Kudus (SMU)
d) Sebelah barat
: Jalan lingkungan, lahan kosong
Perumahan Sumber : Dokumen pribadi, 2010
Jalan utama menuju site Sumber :Dokumen pribadi,20109
lvi
Lahan kosong Sumber : Dokumen pribadi, 2010 SMU Kalam Kudus Sumber : Dokumen pribadi, 2010
C.
Proses Penentuan Konsep Peletakan Pintu Utama (Main entrance) dan Pintu Servis (Service entrance) 1.
Tujuan : Menentukan letak pintu utama (masukkeluar) dan pintu servis (masuk-keluar)
2.
Kriteria : Pelaku kegiatan utama di Sekolah Montessori adalah anak-anak, maka penting untuk memperhatikan keamanan saat mengantar dan menjemput anak. Satu pintu utama untuk masuk dan keluar site dapat mengurangi resiko.
3.
Proses :
Gb.IV.11.Eksisting jalan di sekitar site Sumber : Analisa pribadi, 2010
Pintu masuk terdiri dari dua bagian, yaitu pintu utama (main entrance) dan pintu servis (service entrance). Pintu utama mencakup fungsi pelayanan sedangkan pintu servis mencakup fungsi servis. Berikut aspek-aspek yang menentukan peletakan pintu utama dan pintu servis : a. Arah datang pengunjung. b. Mudah dikenali dan dicapai dari jalan utama. c.
Kelancaran lalu lintas dan keamanan pengguna tanpa ada gangguan dengan kegiatan sirkulasi dalam site.
d.
Pemisahan fungsi. lvii
4.
Hasil :
Gb.IV.12.Letak pintu utama dan pintu servis Sumber : Analisa pribadi, 2010
D.
Proses Penentuan Zone Berdasarkan Tingkat Kebisingan 1.
Tujuan : Mendapatkan zoning berdasarkan tingkat kebisingan, dan peletakan tanaman sebagai barier suara.
2.
Kriteria : Semakin jauh sebuah zona dari sumber kebisingan maka zona tersebut keadaannya semakin tenang dan privat.
3.
Proses :
Gb.IV.13.Analisa kebisingan Sumber : Analisa pribadi, 2010
4.
Hasil :
lviii
E.
Proses Penentuan Konsep Zone Berdasarkan Pada Pencapaian 1.
Proses Penentuan Konsep Zone Berdasarkan Pada Pintu Utama (ME) a. Tujuan : Mendapatkan zoning berdasarkan pada pintu utama(ME). b. Kriteria : Semakin jauh letak sebuah zona dari pencapaian pintu utama (ME) maka akan semakin sulit dijangkau oleh publik atau semakin privat. c.
Proses :
Gb.IV.15.Letak pintu utama/ME (masuk-keluar) site Sumber : Analisa pribadi, 2010
d. Hasil :
lix
Gb.IV.16.Penentuan zoning berdasarkan pencapaian ME site Sumber : Analisa pribadi, 2010
2. Proses Penentuan Konsep Zone Berdasarkan Pada Pintu Servis (SE) a. Tujuan : Mendapatkan zoning berdasarkan pada pintu servis (SE). b. Proses :
Gb.IV.17.Letak pintu servis/SE (masuk-keluar) site Sumber : Analisa pribadi, 2010
c.
Hasil :
Gb.IV.18.Penentuan zoning berdasarkan pencapaian SE site Sumber : Analisa pribadi, 2010
lx
F.
Proses Penentuan Konsep Zone Berdasarkan Fungsi 1.
Tujuan : Untuk mendapatkan tata letak/zoning dalam site untuk masing-masing daerah kelompok kegiatan Sekolah Montessori.
2.
Kriteria : Rincian jenis aktivitas berdasarkan sifat kegiatan.
3.
Proses : 1) Zona penerima 1)
Hall
2)
Ruang informasi
3)
Ruang tunggu
4)
Ruang pengelola
2) Zona kegiatan utama (pendidikan) a)
Ruang pendidik
b)
Ruang kelas dan pendidikan KB-TK-SD
3) Zona penunjang a)
Ruang kesehatan/UKS
b)
Ruang serbaguna
c)
Ruang tunggu
d)
Kantin
e)
Koperasi
4) Zona servis Kegiatan yang bersifat operasional bangunan 4.
Hasil :
Gb.IV.19.Penzoningan Sumber : Analisa pribadi, 2010
lxi
G.
Proses Penentuan Konsep Massa Berdasarkaan Pada Prinsip Pendidikan Montessori 1.
Proses
Penentuan
Konsep
Bentuk Dasar Massa a. Tujuan : Untuk mendapatkan bentuk dasar massa sebagai dasar merancang wadah kegiatan. b. Kriteria : Bentuk dasar massa mengambil pendekatan filosofi hubungan antara pendidik/guru dengan murid/anak didik, khususnya hubungan dalam proses kegiatan belajar mengajar di dalam kelas, di mana kegiatan ini mengutamakan hubungan timbal balik yang intensif dan kemudahan sistem pengawasan antara guru dengan murid.
c.
Proses : 1) Ruang kelas Montessori terdiri dari small group area dan shared learning area. Dua area ini dipisahkan agar keteraturan dalam ruang kelas bisa tercapai (prinsip keteraturan Montessori).
Gb.IV.20.Pembagian ruang kelas Sumber : Analisa pribadi, 2010
2) Peletakan perabot memberi anak kebebasan untuk memilih aktivitasnya di dalam kelas (prinsip kebebasan Montessori). Contoh perabot yang digunakan dalam ruang kelas Montessori : Ukuran perabot seperti meja dan kursi anak disesuaikan dengan ukuran anak sehingga anak dapat dengan mudah memindah-mindah meja dan kursi sesuai dengan aktivitas yang diinginkan. Anak juga bisa berpartisipasi menjaga ruang kelas tetap rapi (prinsip kebebasan dan keteraturan Montessori).
Gb.IV.21.Contoh perabot ruang kelas Montessori Sumber : Analisa pribadi, 2010
Penataan meja dan kursi dalam ruang kelas Montessori :
lxii
Gb.IV.22.Alternatif penataan meja dan kursi ruang kelas Sumber : Analisa pribadi, 2010
Penataan rak dalam ruang kelas Montessori :
Rak
juga
berfungsi
sebagai
pembatas/sekat untuk memisahkan shared learning area dan small group area Gb.IV.23.Contoh penataan rak Sumber : Analisa pribadi, 2010
Berdasarkan analisa ruang kelas di atas maka pada bangunan Sekolah Montessori ini menggunakan bentuk dasar segi empat, dengan beberapa alasan, yaitu : -
Mudah dikembangkan sesuai fungsi kegiatan.
-
Efisien dalam peletakan ruang-ruang, dimungkinkan tidak ada ruang yang terbuang.
d. Hasil : Bentuk dasar massa yang digunakan adalah segi empat. 2.
Proses
Penentuan
Konsep
Jumlah Massa a.
Tujuan : Menentukan jumlah massa bangunan yang akan digunakan untuk menjamin kelancaran dan keefektifan kegiatan.
b.
Kriteria : 1) Memberi kesan bebas (tidak terikat) prinsip kebebasan Montessori. 2) Tampilan bangunan dinamis, tidak monoton, dan tidak terkesan formal. 3) Kejelasan fungsi tiap kelompok ruang. 4) Kemudahan kelancaran sirkulasi antar ruang.
c.
Proses : Penilaian jumlah massa : Memberi kesan bebas (tidak terikat) prinsip kebebasan
Massa banyak
Massa tunggal
3
1
3
2
3
2
1
2
10
7
Montessori Tampilan bangunan dinamis, tidak monoton, dan tidak terkesan formal Kejelasan fungsi tiap kelompok ruang Kemudahan kelancaran sirkulasi antar ruang Jumlah
Nilai : 1 : kurang 2 : cukup 3 : sangat
lxiii
d.
Hasil : Dari dua alternatif jumlah massa di atas, dipilih jumlah massa banyak.
3.
Proses
Penentuan
Konsep
Pembagian Massa a. Tujuan : Menentukan pembagian massa untuk seluruh fasilitas yang direncanakan. b. Kriteria : 1) Sesuai dengan karakter dan macam kegiatan 2) Hubungan antar kelompok kegiatan
c.
Proses : Entrance Area penunjang
Penerimaan
Area
Area pelayanan
pengelolaan
kesehatan Laboratorium alam
Area pendidikan Outdoor learning environment
KB Lapangan
Area pendidikan
olahraga
TK Outdoor learning environment
Area pendidikan SD
Skema IV.8. Pola hubungan ruang makro Sumber : Analisa pribadi, 2010
d. Hasil : Massa 1
: Hall/ruang tunggu penjemput, ruang informasi, ruang tunggu, ruang pendidik
dan pengelola, ruang konsultasi, ruang dokter/UKS. Massa 2
: Ruang kelas KB
Massa 3
: Ruang kelas TK
Massa 4
: Sentra-sentra, perpustakaan, ruang olahraga indoor KB-TK
Massa 5
: Ruang kelas SD kelas 1, 2, 3
Massa 6
: Ruang kelas SD kelas 4, 5, 6
Massa 7
: Perpustakaan dan ruang kelas seni SD
Massa 8
: Ruang kelas seni SD lxiv
Massa 9
: Ruang olahraga indoor SD
Massa 10 : Kantin Massa 11 : Koperasi Massa 12 : Tower air Massa 13 : Ruang parkir sepeda, sepeda motor, dan ruang servis Tata massa berdasarkan pada prinsip keteraturan Montessori (terorganisasi/tertata) di mana laboratorium alam menjadi dasar alur sirkulasi di sekelilingnya yang menyatukan massa dari kegiatan-kegiatan yang ada. Mengingat pengguna utama adalah anak-anak (2-12 tahun) maka perlu juga diperhatikan
unsur kedinamisan dalam pengolahan tata massa
(prinsip kebebasan Montessori).
4.
Proses Penentuan Konsep Tata Massa a. Tujuan : Menentukan penempatan massa seluruh fasilitas yang direncanakan. b. Kriteria : 1)
Prinsip keteraturan Montessori
2) Prinsip kebebasan Montessori c.
Proses : Dengan sistem tata massa majemuk, maka antar kelompok ruang perlu pemisahan atau penggabungan. Hal ini didasarkan pada zoning akhir. Tata massa berdasarkan pada prinsip keteraturan Montessori (terorganisasi/tertata) di mana laboratorium alam menjadi dasar alur sirkulasi di sekelilingnya yang menyatukan massa dari kegiatan-kegiatan yang ada. Mengingat pengguna utama adalah anak-anak (2-12 tahun) maka perlu juga diperhatikan
unsur kedinamisan dalam pengolahan tata massa
(prinsip kebebasan Montessori).
Gb.IV.24.Penzoningan Sumber : Analisa pribadi, 2010
Kegiatan pendidikan :massa 2, massa 3, massa 4, massa 5, massa 6, massa 7, massa 8, massa 9 Kegiatan non pendidikan : - Kegiatan penerima dan pengelola (massa 1) - Kegiatan penunjang (massa 1, massa 10, massa 11) - Kegiatan servis (massa 12, massa 13) d. Hasil :
lxv
Gb.IV.25.Tata massa Sumber : Analisa pribadi, 2010
H.
Proses Penentuan Konsep Sirkulasi Berdasarkaan Pada Prinsip Pendidikan Montessori 1.
Tujuan : Untuk mendapatkan pola sirkulasi antar massa dan antar ruang dalam massa.
2.
Kriteria : Sekolah Montessori merupakan sarana belajar untuk anak usia 2-12 tahun sehingga diperlukan karakter sirkulasi yang santai dan fleksibel (prinsip kebebasan Montessori) namun tetap jelas menghubungkan antara satu kegiatan/massa dengan kegiatan/massa yang lainnya (prinsip keteraturan Montessori).
3.
Proses : Konsep sirkulasi untuk area Sekolah Montessori ini diutamakan adalah sirkulasi horisontal karena sebagian besar bangunan hanya terdiri dari satu lantai.
4.
Hasil :
Keterangan : Jalur kendaraan Jalur pejalan kaki
Gb.IV.26.Sirkulasi Sumber : Analisa pribadi, 2010
lxvi
I.
Proses Penentuan Konsep Penampilan Bangunan Berdasarkaan Pada Prinsip Pendidikan Montessori 1.
Tujuan : Memperoleh bentuk penampilan bangunan.
2.
Kriteria : Tampilan bangunan Sekolah Montessori memperhatikan karakter pengguna utama, yaitu anakanak, dengan menekankan pada prinsip-prinsip pendidikan Montessori.
3.
Proses : Eksterior Beberapa aspek yang diharapkan mampu mendukung penampilan bangunan adalah : a. Atap Penggunaan atap tradisional (limasan dan pelana) untuk memberikan kesan alami/natural (prinsip alami Montessori). b. Ketinggian bangunan Sesuai dengan prinsip kohesi kemasyarakatan Montessori, ketinggian bangunan Sekolah Montessori tidak melebihi bangunan di sekitarnya. Bangunan di sekitar site maksimal terdiri dari 2 lantai dengan ketinggian sekitar 6-7 m. Sebagian besar massa bangunan Sekolah Montessori direncanakan hanya satu lantai. Namun untuk bangunan pendidik dan pengelola dibuat dua lantai. c.
Ornamen bangunan Ornamen tidak hanya sebagai tampilan estetik saja namun juga harus memiliki fungsi. Beberapa ornamen yang direncanakan adalah : 1)
Penonjolan fungsi elemen struktural Penonjolan fungsi elemen struktural dalam kaitannya dengan eksplorasi indera penglihatan dan imajinasi anak. Secara fisik struktural penonjolan fungsi merangsang perkembangan kreativitas anak dilakukan dengan pemberian warna agar tetap terlihat menarik (prinsip keindahan Montessori).
Mengambil bentuk Alat peraga Montessori (botany puzzle)
kupu-kupu (salah satu karakter binatang yang
Alat peraga Montessori (botany puzzle) Gb.IV.27.Permainan bentuk-bentuk yang diambil dari salah satu alat peraga Montessori
lxvii Sumber : Analisa pribadi, 2010
dengan warna-warna yang menarik
2)
Bentuk-bentuk geometris Pemakaian elemen dinding dengan permainan bentuk-bentuk geometri yang diambil dari salah satu Montessori material (Alat Peraga Montessori), yang ditata secara dinamis (prinsip kebebasan Montessori) dengan warna-warna yang menarik sebagai usaha untuk mengenalkan pada anak konsep bentuk dan warna.
Gb.IV.28.Permainan bentuk-bentuk geometris
Alat peraga Montessori
Sumber : Analisa pribadi,2010
Interior Pengolahan tampilan dinding interior massa bangunan Sekolah Montessori yang cukup spesifik adalah pengolahan untuk kelompok kegiatan utama/pendidikan, karena pemakai ruangnya adalah anak-anak maka tampilan dinding interior harus cukup variatif dalam bentuk, pewarnaan dan polanya sehingga mampu menampilkan kesan dinamis (prinsip kebebasan Montessori). Bentuk dinding yang variatif dibentuk dari tambahan bentuk-bentuk baru yang bisa memberi kejutan, misalnya dengan adanya penonjolan atau penciptaan tekstur pada dinding. Tampilan dinding yang variatif juga dapat dicapai lewat pengecatan. Untuk dicat dipilih kombinasi warna cerah dan lembut. 4.
Hasil : Eksterior
Ruang kelas taman kanak-kanak
Ruang kelas kelompok bermain
Ruang kelas sekolah dasar Gb.IV.30.Gambar tampak yang direncanakan Sumber : Analisa pribadi, 2010
Interior Dinding dicat dengan warna oranye lembut, memberi kesan ceria/menarik namun tetap terkesan natural senada dengan warna perabot di dalamnya (warna asli kayu) (prinsip keindahan dan alami Montessori)
lxviii
Penonjolan dinding memberi dinamis
kesan (prinsip
kebebasan Montessori) dengan warna
warnacerah
Gb.IV.31.Gambar tata ruang perpustakaan yang direncanakan Sumber : Analisa pribadi, 2010
J.
Proses Penentuan Konsep Pemilihan Bahan Bangunan Berdasarkan Pada Prinsip Pendidikan Montessori 1.
Bidang dinding a. Tujuan : Menerapkan penggunaan permukaan bidang dinding yang bernuansa natural/alami (prinsip alami Montessori). b. Kriteria : Menerapkan karakter asli bahan. c.
Proses : 1)
Batu alam dan batu bata ekspose Untuk tempat-tempat yang membutuhkan kesan natural. Seperti pada kolom, dinding.
2)
Gb.IV.32.Batu alam
Gb.IV.33.Batu bata ekspose
Sumber : Analisa pribadi, 2010
Sumber : Analisa pribadi, 2010
Kaca Memberi kesan terbuka, luas, dan mampu memberikan pencahayaan alami di siang hari serta mengakses view di luar.
3)
Kayu berpola Untuk tempat- tempat yang membutuhkan kenyamanan penghawaan, kesan terbuka dan natural. Seperti untuk dinding-dinding selasar. lxix
Gb.IV.34.Kayu berpola
d. Hasil : Penggunaan batu alam pada dinding selasar
Penggunaan kayu berpola pada dinding selasar
Penggunaan elemen batu alam
Penggunaan batu bata ekspos pada
pada dinding ruang kelas
dinding kam ar mandi
Gb.IV.35.Penggunaan material alami pada tampilan bangunan Sumber : Analisa pribadi,2010
2.
Bidang lantai Bahan penutup lantai : a.
Proses : 1) Keramik, untuk ruangan yang membutuhkan perawatan yang mudah seperti ruang kelas, selasar. Keramik menggunakan pola yang dapat memberikan kesan alami/natural (prinsip alami Montessori). 2) Karpet, untuk ruangan yang membutuhkan ketenangan seperti sentra ibadah, ruang kelas.
b.
Hasil :
lxx Gb.IV.36.Penggunaan keramik dan
Gb.IV.37.Penggunaan keramik berpola
karpet pada ruang kelas
pada selasar
Sumber : Analisa pribadi,2010
Sumber : Analisa pribadi,2010
3.
Bidang atap Bahan penutup atap : genteng.
K.
Proses Penentuan Konsep Warna Berdasarkan Pada Prinsip Pendidikan Montessori 1.
Tujuan : Menciptakan keindahan visual pengamat melalui pemakaian warna pada tampilan bangunan (prinsip keindahan Montessori). Kriteria : Warna-warna yang ceria dan menarik.
2.
Proses : Selain memberikan nilai estetika pada tampilan bangunan (prinsip keindahan Montessori), penggunaan warna juga bertujuan untuk mengenalkan konsep warna pada anak.
Penggunaan warnawarna pelangi pada tampilan bangunan Gb.IV.38.Spektrum warna Sumber : www.Designbiz.com
3.
Hasil :
Gb.IV.39. Contoh penggunaan warna-warna pelangi pada tampilan bangunan ruang kelas TK Sumber : Analisa pribadi, 2010
L.
Proses Penentuan Konsep Lansekap Berdasarkan Pada Prinsip Pendidikan Montessori 1.
Tujuan : Menciptakan keindahan visual pengamat dan sebagai penyeimbang lingkungan dari efek yang kurang baik (iklim dan suara).
2.
Kriteria : lxxi
Pemilihan vegetasi dan lansekap furniture mampu mendukung fungsi kegiatan dalam bangunan sekaligus berfungsi sebagai pelindung, penyejuk udara, filter polusi serta estetika berdasar prinsip alami Montessori (alami/natural) dan prinsip keindahan Montessori (indah/cantik). 3.
Proses : Elemen alami lansekap : a.
Air Kolam dan air mancur yang dominan tersusun oleh unsur air (prinsip alami Montessori) selain berfungsi untuk memberi kesan estetika (prinsip keindahan Montessori) juga bisa difungsikan sebagai penyetabil suhu kawasan. Air mancur kolam ikan diletakkan di area laboratorium alam, selain sebagai bahan ilmu pengetahuan juga berfungsi untuk mempercantik lansekap.
b.
Vegetasi Beberapa hal yang menjadi dasar penentuan vegetasi: 1)
Optimalisasi nuansa alam pada desain dengan tidak mengasingkan vegetasi dari bangunan, dengan kata lain ada kesatuan antara taman dengan bangunan (prinsip alami Montessori).
2)
Semua vegetasi yang ada ditanam tanpa menggunakan pot untuk menjaga kealamiannya (prinsip alami Montessori).
3)
Pemilihan vegetasi mempertimbangkan estetika (prinsip keindahan Montessori).
4)
Vegetasi yang memiliki manfaat pada bangunan maupun fungsinya.
Vegetasi terpilih : 1)
Cemara kipas, palem berfungsi sebagai vegetasi pengarah pada jalur sirkulasi. Ditanam dalam jarak 4 m.
Gb.IV.40.Vegetasi untuk jalur sirkulasi Sumber : Analisa pribadi, 2010
2)
Akasia, asem jawa sebagai vegetasi peneduh.
3)
Teh-tehan dan bougenville rendah berfungsi sebagai vegetasi pembatas pada jalur sirkulasi.
4)
Rumput manila/rumput jepang sebagai penutup permukaan tanah (groundcover). Selain itu juga berfungsi untuk menghindari cidera anak pada saat jatuh.
5)
Tanaman bunga yang indah dan berbau harum untuk mempercantik taman (prinsip keindahan Montessori). Diletakkan di dekat kolam dan laboratorium alam. a) Bunga teratai pada kolam hias. lxxii
b) Bunga kanthil sebagai vegetasi penyambut pada taman. c) Bunga mawar dengan variasi warna dan bentuknya dapat memperindah taman. d) Melati dengan wanginya yang khas dan semerbak melengkapi wewangian taman. e) Berbagai jenis bunga (bougenville, geranium, bunga mentega, soka, kembang sepatu, dll) sebagai bahan ilmu pengetahuan yang terdapat di laboratorium alam. 6)
Tanaman buah a) Buah jeruk yang terdapat pada laboratorium alam. b)
Anggur, tanaman buah merambat sehingga letaknya dapat diatur tidak terlalu tinggi agar mudah dijangkau.
7)
Sayuran Tomat, cabai, dll. sebagai bahan ilmu pengetahuan yang terdapat di laboratorium alam.
c.
Batuan Batu sebagai salah satu elemen natural juga dapat menambah kesan alamiah pada lansekap. 1)
Jalur pedestrian Perkerasan kerikil atau batu alam, memiliki tekstur abstrak dan baik untuk jalur sirkulasi pedestrian. Memiliki daya serap air hujan cukup baik. Selain itu penggunaan batu alam dapat memberikan kesan alami/natural (prinsip alami Montessori). Batu alam dibuat 2
per kotak (1 m ) dengan sela-sela rumput sehingga menyerap air. 2)
Jalur kendaraan Pavingblock digunakan untuk jalur kendaraan.
d.
Elemen tambahan (furniture lansekap) 1)
Penerangan (lighting) Perencanaan penerangan diharapkan bisa merata dan menyebar ke seluruh area lansekap. Area yang perlu di beri penerangan, antara lain : jalur sirkulasi kendaraan, pedestrian, area parkir, taman, titik-titik yang menjadi point of interest lansekap seperti pada taman, laboratorium alam, kolam buatan.
Tabel IV.3.Bentuk-bentuk penerangan di Sekolah Montessori
Lampu jalur kendaraan
Lampu area parkir
lxxiii
Lampu pedestrian
Lampu taman
Sumber : Analisa pribadi, 2010
2)
Tower air Tower air berfungsi sebagai pengikat antara zona pendidikan KB-TK dan zona pendidikan SD.
4.
Hasil :
Lapangan olahraga SD
Tower air
Area parkir sepeda siswa dan sepeda
Kolam
motor
guru
dan
pengelola Laboratorium alam Outdoor
Learning
Kolam
Environment SD Lapangan olahraga KB-TK Outdoor Learning Environment KB-TK Grassblock
Area parkir mobil Taman dan ruang tunggu penjemput Area parkir untuk penjemput
Lampu taman
Paving untuk jalur pejalan kaki Gb.IV.41.Penataan lansekap Sumber : Analisa pribadi, 2010
M.
Proses Penentuan Konsep Struktur Bangunan 1.
Tujuan : Mendapatkan pola peruangan yang nyaman dengan sistem konstruksi yang cocok.
2.
Kriteria : a. Kondisi site dan jenis tanah. b. Kesesuaian struktur dengan tampilan bangunan.
3.
Proses : lxxiv
a. Struktur pondasi Dengan ketinggian bangunan yang relatif kecil dan jenis tanah yang tidak terlalu keras, alternatif pondasi yang akan digunakan yaitu: Tabel IV.4.Jenis pondasi No
Jenis pondasi
1
Footplat
spesifikasi Mampu mendukung bangunan berlantai banyak, cocok untuk jenis tanah yang tidak terlalu keras, tidak perlu menggali tanah terlalu dalam.
2
Sumuran
Mendukung bangunan berlantai banyak, dapat digunakan pada berbagai jenis tanah, dimensi yang besar dan banyak membuang tanah galian.
Alternatif pondasi yang digunakan adalah pondasi footplat yang memiliki karakteristik sesuai dengan jenis tanah area site yang juga karena ketinggian bangunan bukan berlantai banyak. Pondasi footplat ini digunakan pada bangunan yang berlantai 2. Sehingga dari 11 massa bangunan ada 1 massa yang menggunakan pondasi footplat. Pola grid persegi dengan ukuran yang disesuaikan dengan ukuran bangunan. Sedangkan untuk bangunan yang berlantai 1 menggunakan pondasi batu kali. b. Struktur dinding Alternatif sistem struktur Tabel IV.5. Jenis struktur No
Jenis struktur
Spesifikasi
1
Bearing wall
Dinding pemikul, dinding sebagai struktur
2
Frame system (rangka)
Kolom-kolom balok dipakai penyalur beban secara vertikal dan
3
Struktur gabungan
horizontal, dinding hanya sebagai pembatas ruangan Kombinasi frame style dan bearing wall, dimana dinding berfungsi sebagai penguatan struktur bangunan terhadap gaya-gaya horizontal
Bangunan terdiri dari maksimal dua lantai. Oleh karenanya, bangunan yang terdiri dari dua lantai menggunakan struktur rangka. Contoh perhitungan modul yang digunakan untuk bangunan kelas (berdasar pada alat peraga Montessori) : Ruang kelas kelompok bermain Kursi kelas : 8 (1.2 x 0.8) = 0.5 Meja kelas : 8 (0.46 x 0.61) = 2.25 Rak
: 4 (0.9 x 0.37) = 1.32 : 2.05
Loker
Karpet
: 2 (1.2 x 0.3)
= 0.72
: 2 (1.2 x 0.3)
= 0.72
:6
lxxv
c.
Struktur atap Tabel IV.6.Jenis struktur atap No 1
Jenis struktur Struktur rangka baja
spesifikasi Bentangan relatif besar, kemungkinan variasi bentuk atap lebih luas.
2
Struktur kabel
3
Struktur
Dapat menahan atap dengan bentangan besar beton
Bentangan besar dan kemungkinan variasi bentuk atap cukup luas
bertulang 4
Space frame
Bentangan relatif besar, kemungkinan variasi bentuk atap lebih luas
5
Struktur rangka kayu
Bentangan relatif kecil dan variasi bentuk terbatas
Sumber: Alfitra Sofi H, Stasiun Televisi Swasta di Semarang
Struktur atap dipilih menggunakan struktur rangka baja (bangunan 2 lantai) dan kayu (bangunan 1 lantai) sebagai solusi desain. N.
Proses Penentuan Konsep Sistem Utilitas 1.
Penentuan Konsep Sistem Penyediaan Air Bersih a. Tujuan : Menyediakan sistem penyediaan air bersih dan kebutuhan air bersih. b. Kriteria : 1) Peletakan massa yang terpisah-pisah dan banyaknya variasi kegiatan yang diwadahi, maka standar perhitungan kebutuhan air bersih sesuai dengan standar untuk bangunan sejenis. 2) Minimalisasi anggaran. c.
Proses : Kebutuhan air di seluruh kawasan berasal dari sumur pompa yang berada pada setiap zone kegiatan, air dari pompa ditampung dalam water tower, baru didistribusikan ke fasilitas tiap zone kegiatan. Perhitungan kebutuhan air bersih (Panduan Sistem Bangunan Tinggi, 2002) : 3
Standar kebutuhan bersama = 1,5 m /hari/ m
2
Koefisien penggunaan air = 50% Luas bangunan dalam kawasan = 6430.6 m2 Kebutuhan air bersih
2
= 48,23 m
3
= 4823 liter d.
3
2
= 6430.6 m x 1,5 m /hari/ m x 50%
Hasil : lxxvi
Kebutuhan air bersih 2.
= 4823 liter
Penentuan Konsep Sistem Sanitasi a. Tujuan : Mendapatkan konsep sanitasi tanpa mengganggu lingkungan. b. Kriteria : Sistem sanitasi harus memiliki kemampuan tidak merusak lingkungan pada saat pengoperasian maupun pembuangan. Sistem Sanitasi di dalam bangunan mencakup pembuangan atau penyaluran air kotor dan air hujan. c.
Proses : Air kotor
1)
Air kotor merupakan air yang berasal dari area servis, pantry dan kamar mandi. Air kotor dari lavatory masuk ke septic tank lalu ke pembuangan akhir yaitu peresapan. Di sekitar sekolah tidak ada riool kota sehingga semua pembuangan akhir disalurkan ke peresapan. Jika suatu saat septic tank penuh, dapat disedot menggunakan mobil tinja. Kotoran cair
Bak pengolahan
Air kotor (limbah
limbah
dari lavatory, pantry, dan dapur)
Kotoran padat
Septictank
Sumur resapan
Skema IV.9.Analisa Sistem sanitasi (air kotor) Sumber: Muhammad Ridwan Ari, Garut Computer Centre
2) Air hujan Pembuangan air hujan melalui saluran-saluran terbuka maupun tertutup. Untuk saluran horisontal dilakukan dengan pengolahan kemiringan tanah dan daerah yang terkena jatuhan air hujan. Untuk membantu penyerapan ke dalam tanah selain menggunakan lapangan rumput di sekitar bangunan, jalan-jalan yang ada dibuat dengan menggunakan bahan grass block.
Air hujan dari atap
Saluran vertikal
Air hujan sekitar site
Bak kontrol
Saluran horisontal
Skema IV.10.Analisa Sistem sanitasi (air hujan) Sumber: Muhammad Ridwan Ari, Garut Computer Centre
Tabel IV.7. Pipa pembuangan air hujan dan sumur resapan40
40
Luas atap (m²)
Diameter pipa (inci)
Volume sumur resaan (m³)
« 50
2
2
51-99
2
4
100-149
2.5
6
150-199
2.5
8
Ibid 6, hal 203
lxxvii
Peresapan
200-299
3
12
300-399
4
16
400-499
4
20
500-599
4
24
600-699
5
28
700-799
5
32
800-899
5
36
900-999
5
40
1000-1500
6
60
1500-3000
8
120
Sumber : Panduan Sistem Bangunan Tinggi’ untuk arsitek dan praktisi bangunan
Penentuan diameter pipa saluran air hujan (Dh) dan volume sumur resapan (Vr) adalah dengan menghitung luasan atap (La) setiap bangunan : -
Bangunan penerima dan pengelola : La= 581.6 m² + 20 % = 697.9 m² (Dh = 5 inci, Vr = 28m³)
-
: La= 102 m² + 20% = 122.4 m²
Ruang kelas KB
(Dh = 2.5 inci, Vr = 6 m³) -
: La = 157.5 m² + 20% = 189 m
Ruang kelas TK
(Dh = 2.5 inci, Vr = 8 m³) -
: La = 438m² + 20% = 525.6 m²
Ruang kelas SD (kelas 1,2,3)
(Dh = 4 inci, Vr = 24 m³) -
: La = 405m² + 20% = 486 m²
Ruang kelas SD (kelas 4,5,6)
(Dh = 4 inci, Vr = 20 m³) -
: La = 192 m² + 20% = 230.4 m²
Sentra KB-TK
(Dh = 3 inci, Vr = 12 m³) -
: La = 312m² + 20% = 374.4 m²
Ruang kelas perpustakaan, ruang komputer, ruang memasak,
(Dh = 4 inci, Vr = 16 m³)
lab. sains -
: La = 252 m² + 20% = 302.4 m²
Ruang kelas musik, kelas drama, kelas lukis dan seni bentuk
-
(Dh = 4 inci, Vr = 16 m³) : La = 87.7 + 20% = 105.2
Ruang olahraga indoor
(Dh = 2.5 inci, Vr = 6 m³) -
Bangunan kantin dan koperasi
: La = 127.5 m² + 20% = 153 m² (Dh = 2.5 inci, Vr = 8 m³)
-
: La = 224.2m² + 20% = 269.04 m²
Bangunan servis
(Dh = 3 inci, Vr = 12 m³)
3. Penentuan Konsep Sistem Kelistrikan a.
Tujuan : Mendapatkan sistem penyediaan listrik dan jumlah kebutuhan listrik.
b.
Kriteria : 1)
Jumlah kebutuhan listrik. lxxviii
2) c.
Jaminan ketersediaan listrik. Proses :
PLN
Meteran
Panel sekunder
Distribusi
Panel sekunder
Distribusi
Panel utama
Skema IV.11.Analisa Penyediaan Listrik Sumber: Muhammad Ridwan Ari, Garut Computer Centre
d.
Hasil : Sistem penyediaan listrik ada dua macam yaitu dari PLN dan mandiri menggunakan genset. Listrik digunakan untuk pompa, penerangan dalam bangunan dan penerangan kawasan di malam hari. Sumber utama adalah dari PLN. Genset digunakan sebagai persediaan cadangan jika terjadi gangguan pada PLN. Perhitungan kebutuhan listrik untuk penerangan : Tabel IV.8. Analisa kebutuhan listrik untuk penerangan
No
Nama ruang
Luas total ruang (m²)
Daya
yang
dibutuhkan
(watt) 1
Ruang kelas
2
Ruang serbaguna
1118.4
3
Perpustakaan
4
Kelas komputer
5
Penerima
dan
260
Total
daya
(watt) 15
16776
5
1300
111.1
15
1666.5
82
30
2460
554
15
8310
127.5
20
2550
105.35
20
2107
pengelola 6
Kantin
7
Koperasi
8
utilitas
213
5
1065
9
Gudang
94
5
470
10
Lavatory
75
5
375
Total jumlah kebutuhan listrik untuk penerangan
37079.5
Sumber : analisa pribadi, 2010
4. Penentuan Konsep Sistem Pengamanan Bahaya Kebakaran a. Tujuan : Mendapatkan sistem pengaman terhadap bahaya kebakaran. b. Kriteria : 1) Mendukung 2) Fungsi bangunan 3) Luas bangunan 4) Peralatan yang ada di dalam bangunan yang mampu memicu terjadinya kebakaran. c.
Proses :
lxxix
Bangunan direncanakan maksimal terdiri dari 2 lantai dan tersebar di site dengan lansekap yang tertata. Kebutuhan akan pengamanan bahaya kebakaran tidak serumit bangunan berlantai banyak. Oleh karenanya pengaman yang digunakan adalah : 1) Indoor hydrant Spesifikasi : Berupa gulungan selang dan hydrant sebagai sumber airnya, digunakan untuk memadamkan api yang cukup besar. Diletakan di tempat-tempat strategis yang mudah dan dikenali serta di tempat yang memiliki resiko kebakaran yang tinggi. Indoor hydrant ditempatkan pada jarak 20 m (Panduan Sistem Bangunan Tinggi, 2002). 2) Outdoor hydrant Spesifikasi : Dihubungkan pada pipa PDAM untuk mendapatkan kepastian sumber air dan tekanan air yang memadai. Outdoor hydrant diletakkan di halaman terbuka (taman) yang dekat dengan jalan yang bisa dialui oleh pemadam kebakaran. d. Hasil : Penempatan dan jumlah pengaman kebakaran: 1) Indoor hydrant diletakkan di ruang penerimaan. 2)
Outdoor hydrant diletakkan di bagian depan (agar dapat dijangkau mobil pemadam kebakaran), dekat bangunan pendidik dan pengelola dan dekat dengan bangunan servis.
5. Penentuan Konsep Jaringan Komunikasi Macam-macam sistem komunikasi yang dipakai adalah : Macam-macam sistem komunikasi yang dipakai adalah : a.
Telepon Alat komunikasi yang menggunakan jasa Telkom ini diletakkan di kantor pengelola untuk kebutuhan pengelolaan dan pelayanan informasi.
b.
Faksimile Faksimile adalah alat fotokopi jarak jauh untuk pengiriman berita secara tertulis melalui saluran telepon. Alat ini diletakkan di kantor pengelola berjumlah 3 unit.
PT. Telkom
Operator
Terminal dan panel kontrol
SLJJ/SLI
Skema IV.12.Analisa Jaringan Komunikasi Sumber: Muhammad Ridwan Ari, Garut Computer Centre
lxxx
Telepon faks. internet
6. Penentuan Konsep Penanganan Sampah Sampah terdiri dari dua macam, yaitu sampah organik dan anorganik. Ini harus dipisahkan pada tempat pembuangan sampah sementara untuk memudahkan mengangkutan ke tempat pembuangan akhir. Sampah di TPA akan dilebur menggunakan cara berdasarkan sifat masingmasing sampah. Rencana dalam pengembangan antara lain penyediaan tempat sampah yang terdiri dari dua tempat sampah yang masing-masing diberi keterangan tempat untuk sampah organik maupun anorganik. Jarak antar tempat sampah adalah 50 m. TPS di dekat jalan pintu SE untuk memudahkan pengangkutan untuk dibuang.. Jumlah sampah = 5.000 cm³ sampah per 100 m² kawasan (Panduan Sistem Bangunan Tinggi, 2002). Luas site 24.000 m ² Asumsi jumlah sampah per hari =
24000x0,005 = 1.2 m³ 100
Jadi, pembuatan TPS harus mampu menampung sampah minimal 1.2 m³.
BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN SEKOLAH MONTESSORI DI SOLO BARU
B.
Konsep Peruangan 2.
Konsep Kegiatan dan Kebutuhan Ruang Tabel V.1. Pelaku, Kegiatan dan Kebutuhan ruang
Kegiatan
Kegiatan
Kebutuhan ruang
Pelaku
Indoor / Outdoor
Kegiatan pendidikan -
Anak didik Kelompok Bermain (KB)
Datang
Entrance
Outdoor
Parkir
Area parkir
Outdoor
Membaca
Perpustakaan, ruang kelas
Indoor
Kegiatan belajar
Ruang kelas :
Indoor
Shared learning
area Kegiatan
latihan
kehidupan
-
Small group
praktis
Area
Bermain terstruktur
(Practical activities area)
Indoor
Belajar musik dan alat musik
Sentra balok
Indoor
Belajar melukis&seni bentuk
Sentra musik
Indoor
Bermain peran, dongeng
Sentra lukis&seni bentuk
Indoor
lxxxi
kehidupan
Indoor
praktis
Belajar bahasa
Sentra drama
Indoor
Sentra bahasa (readiness Belajar teknologi
area)
Indoor
Kegiatan olahraga
Sentra teknologi
Indoor/Outdoor
Beribadah
Ruang olahraga
Indoor
Bermain/istirahat
Sentra ibadah
Outdoor
Outdoor
learning
Makan dan minum
environment/Playground
Indoor
Memeriksakan kesehatan
Ruang kelas/Kantin
Indoor
Metabolisme (Toilet training)
Ruang kesehatan (UKS)
Indoor
Pengenalan alam
Toilet anak
Outdoor
Lab. alam -
Anak didik Taman Kanak-Kanak (TK)
Datang
Entrance
Outdoor
Parkir
Area parkir
Outdoor
Membaca
Perpustakaan, ruang kelas
Indoor
Ruang kelas : Kegiatan belajar
-
Shared learning
Indoor
Small group
Indoor
area Kegiatan
latihan
kehidupan
-
praktis
Area
kehidupan
praktis
Bermain terstruktur
(Practical activities area)
Indoor
Belajar musik dan alat musik
Sentra balok
Indoor
Belajar melukis&seni bentuk
Sentra musik
Indoor
Bermain peran, dongeng
Sentra lukis&seni bentuk
Indoor
Belajar bahasa
Sentra drama
Indoor
Sentra bahasa (readiness Belajar teknologi
area)
Indoor
Kegiatan olahraga
Sentra teknologi
Indoor/Outdoor
Beribadah
Ruang olahraga
Indoor
Bermain/istirahat
Sentra ibadah Outdoor
Outdoor learning
Makan dan minum
environment/Playground
Indoor
Memeriksakan kesehatan
Ruang kelas/Kantin
Indoor
Metabolisme (Toilet training)
Ruang kesehatan (UKS)
Indoor
Pengenalan alam
Toilet anak
Outdoor
Lab. alam -
Anak didik Sekolah Dasar (SD)
Datang
Entrance
Outdoor
Parkir
Area parkir
Outdoor
Membaca
Perpustakaan, ruang kelas
Indoor
Kegiatan belajar :
Ruang kelas :
Indoor
-
Kegiatan belajar di dalam ruang
-
Shared learning
area
Kegiatan belajar di luar ruang
Ruang
lxxxii
Small group belajar
Outdoor luar
(Outdoor
learning
environment)
Indoor
Kegiatan memasak
Ruang memasak
Indoor/Outdoor
Kegiatan olahraga
Ruang olahraga
Kegiatan seni :
Indoor
Menyanyi/bermain
-
Kelas musik
alat musik
Guru Kelompok
-
Bermain (KB)
Guru Taman kanak-
-
Kanak (TK)
Guru Sekolah Dasar
(SD)
Indoor
-
Melukis
Kelas lukis
Indoor
-
Menari/balet
Kelas tari
Indoor
-
Bermain peran
Kelas drama
Indoor
Belajar beribadah
Sentra ibadah
Outdoor
Mengadakan pameran
Taman/ Ruang belajar luar
Bermain/istirahat
(Outdoor
learning
environment)
Indoor
Makan dan minum
Ruang kelas/Kantin
Indoor
Memeriksakan kesehatan
Ruang kesehatan
Indoor
Metabolisme
Toilet anak
Outdoor
Pengenalan alam
Lab. alam
Datang
Entrance
Outdoor
Parkir
Area parkir
Outdoor
Mempersiapkan materi
Ruang kantor guru
Indoor
Mengajar
Ruang kelas
Indoor
Mengadakan rapat/pertemuan
Ruang rapat/pertemuan
Indoor
Menyimpan berkas sementara
Loker
Indoor
Menyimpan arsip
Ruang arsip
Indoor
Menyimpan barang
Gudang
Indoor
Menerima tamu
Ruang tamu
Indoor
Beribadat
Sentra ibadah
Indoor
Makan dan minum
Ruang makan bersama
Indoor
Metabolisme
Toilet orang dewasa
Indoor
Datang
Entrance
Outdoor
Parkir
Area parkir
Outdoor
Mempersiapkan materi
Ruang kantor guru
Indoor
Mengajar
Ruang kelas
Indoor
Mengadakan rapat/pertemuan
Ruang rapat/pertemuan
Indoor
Menyimpan berkas sementara
Loker
Indoor
Menyimpan arsip
Ruang arsip
Indoor
Menyimpan barang
Gudang
Indoor
Menerima tamu
Ruang tamu
Indoor
Beribadat
Sentra ibadah
Indoor
Makan dan minum
Ruang makan bersama
Indoor
Metabolisme
Toilet orang dewasa
Indoor
Datang
Entrance
Outdoor
Parkir
Area parkir
Outdoor
lxxxiii
Pengantar/penunggu/
-
orang tua siswa/i
Mempersiapkan materi
Ruang kantor guru SD
Indoor
Mengajar
Ruang kelas
Indoor
Mengadakan rapat/pertemuan
Ruang rapat/pertemuan
Indoor
Menyimpan berkas sementara
Loker
Indoor
Menyimpan arsip
Ruang arsip
Indoor
Menyimpan barang
Gudang
Indoor
Menerima tamu
Ruang tamu
Indoor
Beribadat
Sentra ibadah
Indoor
Makan dan minum
Ruang makan bersama
Indoor
Metabolisme
Toilet orang dewasa
Indoor
Datang
Entrance
Outdoor
Parkir
Area parkir
Outdoor
Menunggu dan berinteraksi
Area tunggu
Indoor
Mencari informasi
Ruang informasi
Indoor
Mengurus administrasi
Ruang administrasi
Indoor
Berkonsultasi
mengenai
Ruang dokter/UKS
Indoor
mengenai
Ruang konsultasi
Indoor
Metabolisme
Toilet orang dewasa
Indoor
Datang
Entrance
Outdoor
Parkir
Area parkir
Outdoor
Bekerja
Ruang kantor Kepsek
Indoor
Pemeriksaan dan pengawasan
Semua ruang
Indoor
Rapat
Ruang rapat
Indoor
Menggelar pertemuan dengan
Ruang serbaguna
kesehatan anak Berkonsultasi psikologi anak Kegiatan
pendidik
dan
pengelola Kepala sekolah
-
orang tua murid
Indoor
Beribadah
Sentra ibadah
Indoor
Makan dan minum
Ruang makan bersama
Indoor
Metabolisme
Toilet orang dewasa
Indoor
Datang
Entrance
Outdoor
sekolah/Kabag KB-TK dan
Parkir
Area parkir
SD
Bekerja
Ruang
Wakil kepala
-
Outdoor kantor
wakasek/Kabag
Indoor
KB-
TK&SD
-
Tata usaha (TU)
Rapat
Ruang rapat
Indoor
Beribadah
Sentra ibadah
Indoor
Makan dan minum
Ruang makan bersama
Indoor
Metabolisme
Toilet orang dewasa
Indoor
Datang
Entrance
Outdoor
Parkir
Area parkir
Outdoor
Bekerja
Ruang adminstrasi
Indoor
lxxxiv
-
-
-
-
Staf administrasi
Staf perpustakaan
Staf kesehatan
Staf psikologi anak
Beribadah
Ruang ibadah
Indoor
Makan dan minum
Ruang makan bersama
Indoor
Metabolisme
Toilet orang dewasa
Indoor
Datang
Entrance
Outdoor
Parkir
Area parkir
Outdoor
Bekerja
Ruang adminstrasi
Indoor
Beribadah
Sentra ibadah
Indoor
Makan dan minum
Ruang makan bersama
Indoor
Metabolisme
Toilet orang dewasa
Indoor
Datang
Entrance
Outdoor
Parkir
Area parkir
Outdoor
Bekerja
Ruang perpustakaan
Indoor
Rapat internal
Ruang rapat
Indoor
Beribadah
Sentra ibadah
Indoor
Makan dan minum
Ruang makan bersama
Indoor
Metabolisme
Toilet orang dewasa
Indoor
Datang
Entrance
Outdoor
Parkir
Area parkir
Outdoor
Pelayanan kesehatan
Ruang kesehatan
Indoor
Rapat
Ruang rapat
Indoor
Beribadah
Sentra ibadah
Indoor
Makan dan minum
Ruang makan bersama
Indoor
Metabolisme
Toilet orang dewasa
Indoor
Datang
Entrance
Outdoor
Parkir
Area parkir
Outdoor
Pelayanan konsultasi psikologi
Ruang konsultasi
Indoor
Rapat internal
Ruang rapat
Indoor
Beribadah
Sentra ibadah
Indoor
Makan dan minum
Ruang makan bersama
Indoor
Metabolisme
Toilet orang dewasa
Indoor
Datang
Entrance
Outdoor
Parkir
Area parkir
Outdoor
Bekerja
Lingkungan sekolah
Indoor&Outdoor
Beribadah
Sentra ibadah
Indoor
Makan dan minum
Ruang makan bersama
Indoor
Metabolisme
Toilet orang dewasa
Indoor
Datang
Entrance
Outdoor
Parkir
Area parkir
Outdoor
Bekerja
Pos
Indoor&Outdoor
anak
Kegiatan servis -
-
Staf kebersihan
Staf keamanan
keamanan&Lingkungan sekolah Beribadah
Sentra ibadah
lxxxv
Indoor
-
Staf mekanikal&elektrikal
Makan dan minum
Ruang makan bersama
Indoor
Metabolisme
Toilet orang dewasa
Indoor
Datang
Entrance
Outdoor
Parkir
Area parkir
Outdoor
Bekerja
Gudang, Ruang ME
Indoor
Beribadah
Sentra ibadah
Indoor
Makan dan minum
Ruang makan bersama
Indoor
Metabolisme
Toilet orang dewasa
Indoor
Sumber : Analisa Pribadi, 2010
3.
Konsep Pola Hubungan Ruang Pola hubungan ruang dinyatakan dengan : -
Erat (
)
Kegiatan yang terwadahi mempunyai keterkaitan, perletakan ruangnya berdekatan tanpa perantara. -
Kurang erat (
)
Kegiatan yang diwadahi kurang ada keterkaitan, perletakan ruang terpisah, dapat menggunakan perantara. -
Tidak ada hubungan (
)
Kegiatan yang diwadahi tidak memiliki keterkaitan sama sekali. b. Pola Hubungan Ruang Makro
Entrance Area penunjang
Penerimaan
Area
Area pelayanan
pengelolaan
kesehatan Laboratorium alam
Area pendidikan Outdoor learning environment
KB Lapangan
Area pendidikan
olahraga
TK Outdoor learning environment
Area pendidikan SD
Skema V.1. Pola hubungan ruang makro Sumber : Analisa pribadi, 2010
lxxxvi
b.
Pola Hubungan Ruang Mikro
1)
Area penunjang
Parkir
Ruang tunggu
Mushola
Kantin
Toilet
Ruang
Koperasi
serbaguna Skema V.2. Pola hubungan ruang di area bersama Sumber : Analisa pribadi, 2010
2)
Area pengelola Ruang tamu
Ruang TU &
Ruang Kepsek
Administrasi Ruang arsip
Ruang rapat
Ruang wakasek/Kabag Ruang guru
Skema V.3. Pola hubungan ruang pengelolaan Sumber : Analisa pribadi, 2010
3)
Area Pendidikan KB Laboratorium alam menjadi dasar alur sirkulasi di sekelilingnya yang menyatukan massa dari kegiatan-kegiatan yang ada. Playground
Toilet anak
Ruang kelas KB
Laboratorium
Lapangan olahraga
alam Sentra balok
Ruang olahraga indoor
Sentra musik
Sentra bahasa/Readiness area
Sentra lukis dan
Sentra teknologi
seni bentuk Practical activities area
Sentra drama Sentra ibadah
Skem a V.4. Pola hubungan ruang pendidikan KB Sumber : Analisa pribadi, 2010
lxxxvii
4)
Area Pendidikan TK Playground
Toilet anak
Laboratorium
Ruang kelas TK
Lapangan olahraga
alam Sentra balok
Ruang olahraga indoor
Sentra musik
Sentra bahasa/Readiness area
Sentra lukis dan
Sentra teknologi
seni bentuk Practical activities area
Sentra drama Sentra ibadah
5)
Area Pendidikan SD Skema V.5. Pola hubungan ruang pendidikan TK LaboratoriumSumber alam: Analisa menjadi dasar pribadi, 2010alur sirkulasi di sekelilingnya menyatukan massa dari kegiatan-kegiatan yang ada. Outdoor learning
Toilet anak
environment
Ruang kelas SD
Lapangan olahraga
Laboratorium alam
Ruang seni
Ruang olahraga indoor Perpustakaan
Lab. sains
Ruang komputer
Ruang memasak Ruang ibadah
Skema V.6. Pola hubungan ruang pendidikan SD Sumber : Analisa pribadi, 2010
6)
Laboratorium alam Kebun
Kolam ikan
Skema V.7. Pola hubungan laboratorium alam Sumber : Analisa pribadi, 2010
4.
Konsep Besaran Ruang a. Kegiatan penerima Ruang
2
Total (m )
Hall
24
Ruang tunggu penjemput KB-TK
39
Ruang tunggu penjemput SD
39 lxxxviii
Ruang informasi (resepsionis)
2 Total
104
b. Kegiatan pengelola 2
Ruang
Total (m )
Ruang kepala sekolah (KB-TK)
9
Ruang kepala sekolah (SD)
9
Ruang wakasek (KB-TK)
6
Ruang wakasek (SD)
6
Ruang guru (KB-TK)
108
Ruang guru (SD)
122
Ruang tata usaha dan administrasi KB-TK
48
Ruang tata usaha dan administrasi SD
48
Ruang rapat
77
Toilet pengelola&pendidik
Toilet Pria
9
Total wanita
5 447
Total
c.
Kegiatan pendidikan KB-TK-SD 2
Ruang
Total (m )
Ruang kelas Kelompok Bermain (KB)
84
Ruang kelas Taman Kanak-Kanak (TK)
135
Sentra balok
38
Sentra musik
43
Sentra lukis dan seni bentuk
46
Sentra drama
49
Sentra teknologi
36
Sentra bahasa
41
Practical activities area
36
Ruang kelas Sekolah Dasar (SD)
Kelas 1,2,3
264
Kelas 4,5,6
282
Kelas musik
38
Kelas lukis & seni bentuk
69
Kelas drama
55
Kelas memasak (fun cooking)
40
Kelas komputer
40
Lab. sains
62
Toilet siswa/i SD
Toilet putra
8
Total putri
5
Ruang belajar luar (Outdoor learning environment)
240
KB-TK Ruang belajar luar (Outdoor learning environment)
lxxxix
800
SD 70
Perpustakaan SD Ruang olah raga indoor (gymnasium) KB-TK
47.5
Ruang olah raga indoor (gymnasium) SD
52.5
Lapangan olah raga KB-TK
294
Lapangan olah raga SD
476
Laboratorium alam
1400
Total
4759.1
d. Kegiatan penunjang 2
Ruang
Total (m )
Ruang konsultasi
11
Ruang dokter/UKS
12
Ruang serbaguna
260
Sentra ibadah
12
Koperasi
105
Kantin
127.5
Total
e.
525.85
Kegiatan servis 2
Ruang Parkir
Total (m )
Parkir sepeda
120
Parkir sepeda motor
61
Parkir mobil
526.5
Pos satpam
6
Genset
4
Ruang pompa air
16
Gudang
6 Total
745.5
Total kebutuhan ruang yang dibutuhkan untuk kawasan Sekolah Montessori adalah : No.
2
Kelompok kegiatan
Kebutuhan Ruang (m )
a
Kegiatan penerima
104
b
Kegiatan pengelola
447
c
Kegiatan pendidikan KB-TK-SD
4759.1
d
Kegiatan penunjang
525.85
e
Kegiatan servis
745.5 Total
6581.45
xc
Perhitungan kebutuhan lahan : Luas yang dibutuhkan adalah 20000 m
D.
2
Konsep Pemilihan Lokasi dan Site 1.
Konsep Lokasi
Gb. V.1. Lokasi terpilih Sumber : Dok. Analisa pribadi, 2010
2.
Konsep Site
Gb.V.2. Site terpilih Sumber : Dok. Analisa pribadi, 2010
e. Eksisting site 1) Site merupakan lahan kosong 2) Luas site 24000 m
2
xci
f.
Batas site 1) Sebelah utara : Jalan utama, perumahan 2) Sebelah selatan: Lahan kosong 3) Sebelah timur : Sekolah Kristen Kalam Kudus (SMU) 4) Sebelah barat : Jalan lingkungan, lahan kosong
Perumahan Sumber : Dokumen pribadi, 2010 Jalan utama menuju site Sumber :Dokumen pribadi,2010
Lahan kosong Sumber : Dokumen pribadi, 2010 SMU Kalam Kudus Sumber : Dokumen pribadi, 2010
Lahan kosong
Jalan lingkungan Sumber : Dokumen pribadi, 2010 Gb. V.4.Batas site
E.
Sumber : Dokumen pribadi, 2010
Sumber : Analisa pribadi, dan 2010 Pintu Servis (Service entrance) Konsep Peletakan Pintu Utama (Main entrance)
xcii
Gb.V.5.Letak pintu utama dan pintu servis Sumber : Analisa pribadi, 2010
O.
Konsep Zone Berdasarkan Tingkat Kebisingan
Gb.V.6.Zonifikasi berdasarkan tingkat kebisingan Sumber : Analisa pribadi, 2010
P.
Konsep Zone Berdasarkan Pada Pencapaian 1.
Konsep Zone Berdasarkan Pada Pintu Utama (ME)
Gb.V.7.Zoning berdasarkan pencapaian ME site Sumber : Analisa pribadi, 2010
2.
Konsep Zone Berdasarkan Pada Pintu Servis (SE)
xciii
Gb.V.8.Zonifikasi berdasarkan pencapaian SE site
Q.
Konsep Zone Berdasarkan Fungsi
Gb.V.9.Penzoningan Sumber : Analisa pribadi, 2010
R.
Konsep Massa Berdasarkan Pada Prinsip Pendidikan Montessori 1.
Konsep Bentuk Dasar Massa Bentuk dasar massa mengambil pendekatan filosofi hubungan antara pendidik/guru dengan murid/anak didik, khususnya hubungan dalam proses kegiatan belajar mengajar di dalam kelas, di mana kegiatan ini mengutamakan hubungan timbal balik yang intensif dan kemudahan sistem pengawasan antara guru dengan murid. Berdasarkan analisa ruang kelas di atas maka pada bangunan Sekolah Montessori ini menggunakan bentuk dasar segi empat.
2.
Konsep Jumlah Massa Jumlah massa bangunan yang akan digunakan untuk menjamin kelancaran dan keefektifan kegiatan adalah jumlah massa banyak, sekaligus memberi kesan bebas/tidak terikat (prinsip kebebasan Montessori).
3.
Konsep Pembagian Massa Massa 1
: Hall/ruang tunggu penjemput, ruang informasi, ruang tunggu, ruang pendidik
dan pengelola, ruang konsultasi, ruang dokter/UKS. Massa 2
: Ruang kelas KB
Massa 3
: Ruang kelas TK
Massa 4
: Sentra-sentra, perpustakaan, ruang olahraga indoor KB-TK
Massa 5
: Ruang kelas SD kelas 1, 2, 3
Massa 6
: Ruang kelas SD kelas 4, 5, 6
Massa 7
: Perpustakaan dan ruang kelas seni SD xciv
Massa 8
: Ruang kelas seni SD
Massa 9
: Ruang olahraga indoor SD
Massa 10
: Kantin
Massa 11
: Koperasi
Massa 12
: Tower air
Massa 13
: Ruang parkir sepeda, sepeda motor, dan ruang servis
4.
Konsep Tata Massa Tata massa berdasarkan pada prinsip keteraturan Montessori (terorganisasi/tertata) di mana laboratorium alam menjadi dasar alur sirkulasi di sekelilingnya yang menyatukan massa dari kegiatan-kegiatan yang ada. Mengingat pengguna utama adalah anak-anak (2-12 tahun) maka perlu juga diperhatikan unsur kedinamisan dalam pengolahan tata massa (prinsip kebebasan Montessori).
Gb.V.10.Tata massa Sumber : Analisa pribadi, 2010
S.
Konsep Sirkulasi Berdasarkan Pada Prinsip Pendidikan Montessori Sekolah Montessori merupakan sarana belajar untuk anak usia 2-12 tahun sehingga diperlukan karakter sirkulasi yang santai dan fleksibel (prinsip kebebasan Montessori) namun tetap jelas menghubungkan antara satu kegiatan/massa dengan kegiatan/massa yang lainnya (prinsip keteraturan Montessori).
Keterangan : Jalur kendaraan Jalur pejalan kaki xcv
T.
Konsep Penampilan Bangunan Berdasarkan Pada Prinsip Pendidikan Montessori Tampilan bangunan Sekolah Montessori memperhatikan karakter pengguna utama, yaitu anak-anak, dengan menekankan pada prinsip-prinsip pendidikan Montessori. Eksterior e.
Atap Penggunaan atap tradisional (limasan dan pelana) untuk memberikan kesan alami/natural (prinsip alami Montessori). Selain itu juga sebagai usaha untuk mempertahankan identitas lokal Surakarta serta penggunaan tritisan sebagai penyesuaian terhadap iklim lokal yaitu tropis.
f.
Ketinggian bangunan Sesuai dengan prinsip kohesi kemasyarakatan Montessori, ketinggian bangunan Sekolah Montessori tidak melebihi bangunan di sekitarnya. Sebagian besar massa bangunan Sekolah Montessori direncanakan hanya satu lantai. Namun untuk bangunan pendidik dan pengelola dibuat dua lantai.
g.
Ornamen bangunan Beberapa ornamen yang direncanakan adalah : 3) Penonjolan fungsi elemen struktural Penonjolan fungsi elemen struktural dalam kaitannya dengan eksplorasi indera penglihatan dan imajinasi anak. Secara fisik struktural penonjolan fungsi merangsang perkembangan kreativitas anak dilakukan dengan pemberian warna agar tetap terlihat menarik (prinsip keindahan Montessori). 4)
Bentuk-bentuk geometris Pemakaian elemen dinding dengan permainan bentuk-bentuk geometri yang diambil dari salah satu Montessori material (Alat Peraga Montessori), yang ditata secara dinamis (prinsip kebebasan Montessori) dengan warna-warna yang menarik sebagai usaha untuk mengenalkan pada anak konsep bentuk dan warna.
xcvi
Gb.V.12.Gambar tampak ruang kelas kelompok bermain yang direncanakan Sumber : Analisa pribadi, 2010
Gb.V.13.Gambar tampak ruang kelas taman kanak-kanak yang direncanakan Sumber : Analisa pribadi, 2010
Gb.V.14.Gambar tampak ruang kelas sekolah dasar yang direncanakan Sumber : Analisa pribadi, 2010
Interior Dinding dicat dengan warna oranye lembut, memberi kesan ceria/menarik namun tetap terkesan natural senada dengan warna perabot di dalamnya (warna asli kayu) (prinsip keindahan dan alami Montessori)
Penonjolan dinding memberi dinamis
kesan (prinsip
kebebasan Montessori) dengan warna Rak
menjadi
cerah
(merah-kuning)
sekat/pembatas antara
warna-
Lantai dari keramik
shared
dengan
learning area dan
seperti Gb.V.15.Gambar tata ruang kelas yang direncanakan Sumber : Analisa pribadi, 2010
xcvii Gb.V.16.Gambar tata ruang perpustakaan yang direncanakan Sumber : Analisa pribadi, 2010
motif parket,
sehingga memberi kesan
natural
U.
Konsep Pemilihan Bahan Bangunan Berdasarkan Pada Prinsip Pendidikan Montessori 1.
Bidang dinding Penggunaan batu alam pada dinding selasar
Penggunaan kayu berpola pada dinding selasar
Penggunaan batu bata ekspose pada
Penggunaan elem en batu alam
dinding kamar mandi pada dinding ruang kelas Gb.V.17.Penggunaan material alami pada tampilan bangunan Sumber : Analisa pribadi, 2010
2.
Bidang lantai
Gb.V.18.Penggunaan keramik dan
3.
Gb.V.19.Penggunaan keramik berpola
karpet pada ruang kelas
pada selasar
Sumber : Analisa pribadi, 2010
Sumber : Analisa pribadi, 2010
Bidang atap Bahan penutup atap : genteng.
xcviii
Gb.V.20. Contoh penggunaan genting metal pada atap bangunan penerima Sumber : Analisa pribadi, 2010
V.
Konsep Warna Berdasarkan Pada Prinsip Pendidikan Montessori Penggunaan warna-warna yang ceria dan menarik (seperti warna-warna pelangi) sehingga dapat memberikan nilai estetika pada tampilan bangunan (prinsip keindahan Montessori), penggunaan warna juga bertujuan untuk mengenalkan konsep warna pada anak.
Gb.V.21. Contoh penggunaan warna-warna pelangi pada tampilan bangunan ruang kelas KB Sumber : Analisa pribadi, 2010
W.
Konsep Lansekap Berdasarkan Pada Prinsip Pendidikan Montessori Elemen alami lansekap : 1. Air Kolam dan air mancur yang dominan tersusun oleh unsur air (prinsip alami Montessori) selain berfungsi untuk memberi kesan estetika (prinsip keindahan Montessori) juga bisa difungsikan sebagai penyetabil suhu kawasan. 2.
Vegetasi Tanaman bunga yang indah dan berbau harum untuk mempercantik taman (prinsip keindahan Montessori). Diletakkan di dekat kolam dan laboratorium alam.
3.
Batuan Perkerasan kerikil atau batu alam, memiliki tekstur abstrak dan baik untuk jalur sirkulasi pedestrian. Memiliki daya serap air hujan cukup baik. Selain itu penggunaan batu alam dapat 2
memberikan kesan alami/natural (prinsip alami Montessori). Batu alam dibuat per kotak (1 m ) dengan sela-sela rumput sehingga menyerap air. 4.
Elemen tambahan (furniture lansekap) a.
Penerangan (lighting) Tabel V.2.Bentuk-bentuk penerangan di Sekolah Montessori
xcix
Lampu jalur kendaraan
Lampu area parkir
Lampu pedestrian
Lampu taman
Sumber : Analisa pribadi, 2010
b.
Tower air Tower air berfungsi sebagai pengikat antara zona pendidikan KB-TK dan zona pendidikan SD. Lapangan olahraga SD
Tower air
Area parkir sepeda siswa
Kolam
motor
dan
sepeda
guru
dan
pengelola Laboratorium alam Outdoor
Learning
Kolam
Environment SD Lapangan olahraga KB-TK Outdoor Grassblock
Learning
Environment KB-TK
Area parkir mobil Taman
dan
ruang
tunggu penjemput Area parkir untuk penjemput
Lampu taman
Paving untuk jalur pejalan kaki Gb.V.22.Penataan lansekap
X.
Sumber : Analisa pribadi, 2010 Konsep Struktur Bangunan
1. Struktur pondasi Alternatif pondasi yang digunakan adalah pondasi footplat yang memiliki karakteristik sesuai dengan jenis tanah area site yang juga karena ketinggian bangunan bukan berlantai banyak. Pondasi footplat ini digunakan pada bangunan yang berlantai 2. Sehingga dari 13 massa bangunan ada 2 massa yang menggunakan pondasi footplat. Pola grid persegi dengan ukuran yang disesuaikan dengan ukuran bangunan. Sedangkan untuk bangunan yang berlantai 1 menggunakan pondasi batu kali. 2. Struktur dinding c
Contoh modul struktur yang digunakan untuk bangunan kelas (berdasar pada alat peraga Montessori) : Ruang kelas kelompok bermain Kursi kelas
: 8 (1.2 x 0.8) = 0.5
Meja kelas
: 8 (0.46 x 0.61) = 2.25
Rak
: 4 (0.9 x 0.37) = 1.32 : 2.05
Loker
Karpet
: 2 (1.2 x 0.3)
= 0.72
: 2 (1.2 x 0.3)
= 0.72
:6
Gb.V.23.Modul ruang kelas KB Sumber : Analisa pribadi, 2010
3. Struktur atap Struktur atap dipilih menggunakan struktur rangka baja (bangunan 2 lantai) dan kayu (bangunan 1 lantai) sebagai solusi desain.
Y.
Konsep Sistem Utilitas 1.
Konsep Sistem Penyediaan Air Bersih Kebutuhan air bersih
2.
= 4823 liter
Konsep Sistem Sanitasi a. Air kotor Air kotor dari lavatory masuk ke septic tank lalu ke pembuangan akhir yaitu peresapan. Di sekitar sekolah tidak ada riool kota sehingga semua pembuangan akhir disalurkan ke peresapan. Jika suatu saat septic tank penuh, dapat disedot menggunakan mobil tinja. b. Diameter pipa saluran air hujan (Dh) dan volume sumur resapan (Vr) adalah: 1)
Bangunan penerima dan pengelola : (Dh = 5 inci, Vr = 28m³)
2) Ruang kelas KB
: (Dh = 2.5 inci, Vr = 6 m³)
3) Ruang kelas TK
: (Dh = 2.5 inci, Vr = 8 m³)
4) Ruang kelas SD (kelas 1,2,3)
: (Dh = 4 inci, Vr = 24 m³) ci
5) Ruang kelas SD (kelas 4,5,6)
: (Dh = 4 inci, Vr = 20 m³)
6) Sentra KB-TK
: (Dh = 3 inci, Vr = 12 m³)
7) Ruang kelas perpustakaan,
: (Dh = 4 inci, Vr = 16 m³)
ruang komputer, ruang memasak, lab. sains 8) Ruang kelas musik, kelas
: (Dh = 4 inci, Vr = 16 m³)
drama, kelas lukis dan seni bentuk 9) Ruang olahraga indoor
: (Dh = 2.5 inci, Vr = 6 m³)
10) Bangunan kantin dan koperasi
: (Dh = 2.5 inci, Vr = 8 m³)
11) Bangunan servis
: (Dh = 3 inci, Vr = 12 m³)
3. Konsep Sistem Kelistrikan Sistem penyediaan listrik ada dua macam yaitu dari PLN dan mandiri menggunakan genset. Listrik digunakan untuk pompa, penerangan dalam bangunan dan penerangan kawasan di malam hari. Sumber utama adalah dari PLN. Genset digunakan sebagai persediaan cadangan jika terjadi gangguan pada PLN. Tabel V.3. Kebutuhan listrik untuk penerangan
No
Nama ruang
Total
daya
(watt) 1
Ruang kelas
2
Ruang serbaguna
16776
3
Perpustakaan
4
Kelas komputer
5
Penerima
1300 1666.5 2460
dan
8310
pengelola 6
Kantin
2550
7
Koperasi
2107
8
utilitas
1065
9
Gudang
470
10
Lavatory
375 Total
37079.5
Sumber : analisa pribadi, 2010
5.
Konsep Sistem Pengamanan Bahaya Kebakaran. a. Indoor hydrant diletakkan di ruang penerimaan. b.
Outdoor hydrant diletakkan di bagian depan (agar dapat dijangkau mobil pemadam kebakaran), dekat bangunan pendidik dan pengelola dan dekat dengan bangunan servis.
6.
Konsep Jaringan Komunikasi cii
a.
Telepon Alat komunikasi yang menggunakan jasa Telkom ini diletakkan di kantor pengelola untuk kebutuhan pengelolaan dan pelayanan informasi.
b.
Faksimile Faksimile adalah alat fotokopi jarak jauh untuk pengiriman berita secara tertulis melalui saluran telepon. Alat ini diletakkan di kantor pengelola berjumlah 3.
6. Konsep Penanganan Sampah Pembuatan TPS harus mampu menampung sampah minimal 1.2 m³.
DAFTAR PUSTAKA
Endarmiko, Eko, (2007), Tesaurus Bahasa Indonesia, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Gettman, David, (1987), Basic Montessori: Learning Activities for Under-Fives, St.Martin/Press, New York. Hainstock, Elizabeth. G., (2008), Kenapa Montessori ?, Mitra Media. Hainstock, Elizabeth. G., (2002), Montessori Untuk Sekolah Dasar, PT. Pustaka Delapratasa. Hakim, Rustam, (1993), Unsur Perancangan dalam Arsitektur Lansekap, Bumi Aksara. Mini A. P., Rose, (2007), Panduan Mengenal dan Mengasah Kecerdasan Majemuk Anak, IndocarmPrima. Osmond, (2000), Pusat Pengembangan Kreativitas Anak di Yogyakarta, Tesis : Yogyakarta. Semiawan, Conny, Perspektif Anak Berbakat, Grasindo, Jakarta. Sukresno, Taufik, (2005), Jogja Montessori School, TGA-UII : Yogyakarta. Tedjasaputra, Mayke S, (2001), Bermain, Mainan dan Permainan untuk Pendidikan Usia Dini, PT Gramedia, Jakarta. Tim Pengembang Dinas, (2000), GBPP Kelompok Bermain, Dinas BPKB, Ungaran. Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, (1989), Kamus Besar Bahasa Indonesia., PN. Balai Pustaka, Dep. P&K., Jakarta. Wijanarko, Wijang, (1998), Fasilitas Pendidikan Anak, TA-UGM : Yogyakarta. http://cahayahati.multiply.com/journal/item/164/coretan-pendidikan-ala-Montessori http://fakultas luar kampus.net/pola-pendidikan-baru-menurut-montessori/ http://herijurnalis.blogspot.com/2007/10/solo-baru-kota-mandiri-di-jawa.html http//mandikdasmen.aptisi3.org/download 3 november 2008 http://www.wikipedia.org/ http://www.montessoribali.com ciii
http:// www.montessori-unlimited.com http://www.sekolahrumah.com The Foundation Montessori www.montessori=pl.org/montessori/ www.children.com www.country-meadows-montessori.com www.designshare.com www.edfacilities.com www.google.com www.googleearth.com www.kinderhauskids.org www.skyscrapercity.com www.solobaru.com www.surakarta.go.id
civ