SEKILAS BUKU PUTIH Penyebab utama buruknya kondisi sanitasi di Indonesia adalah lemahnya perencanaan pembangunan sanitasi: tidak terpadu, salah sasaran, tidak sesuai kebutuhan, dan tidak berkelanjutan, serta kurangnya perhatian masyarakat pada perilaku hidup bersih dan sehat. Salah satu upaya memperbaiki kondisi sanitasi adalah dengan menyiapkan sebuah perencanaan pembangunan sanitasi yang responsif dan berkelanjutan. Terkait dengan hal itu pemerintah mendorong kabupaten/kota untuk menyusun Strategi Sanitasi Perkotaan (SSK) yang memiliki prinsip (1) berdasarkan data aktual (2) berskala kota (3) disusun sendiri oleh kota: dari, oleh, dan untuk kota (4) menggabungkan pendekatan bottom-up dan top-down. Untuk menghasilkan SSK yang demikian, kabupaten/kota harus mampu memetakan situasi sanitasi wilayahnya. Pemetaan situasi sanitasi (Buku Putih Sanitasi) yang baik hanya bisa dibuat apabila kota-kota/kabupaten mampu mendapatkan informasi lengkap, akurat, dan mutakhir tentang kondisi sanitasi, baik menyangkut aspek teknis mapun non teknis. Dalam konteks ini Buku Putih merupakan prasyarat utama dan dasar bagi penyusunan SSK.
BEBERAPA PERTANYAAN YANG SERING MUNCUL APA YANG DIMAKSUD DENGAN BUKU PUTIH? Buku Putih Sanitasi merupakan dokumen pemetaan situasi sanitasi kabupaten/kota berdasarkan kondisi aktual atau kondisi sebenarnya atau existing condition. Buku Putih yang baik bisa menjadi database sanitasi kota yang paling lengkap, mutakhir, aktual, dan disepakati seluruh SKPD dan stakeholder. APA SAJA LINGKUP BUKU PUTIH? Lingkup penilaian dan pemetaan situasi sanitasi mencakup (1) aspek teknis dan (2) aspek non-teknis seperti: aspek keuangan, kelembagaan, pemberdayaan masyarakat, perilaku hidup bersih dan sehat, dan aspek-aspek lain seperti keterlibatan para pemangku kepentingan secara lebih luas. APA SAJA KANDUNGAN BUKU PUTIH? Secara umum Buku Putih harus mengandung substansi-subsatansi sebagai berikut: 1. Status (potret) terkini situasi sanitasi atau existing condition yang meliputi aspek teknis dan non-teknis. 2. Gambaran tentang kebutuhan layanan sanitasi dan peluang pengembangan di masa mendatang. 3. Usulan/rekomendasi awal terkait peluang pengembangan layanan sanitasi, misalnya penetapan “area berisiko.” APA TUJUAN DISUSUNNYA BUKU PUTIH? Untuk mendapatkan potret (pemetaan) situasi sanitasi kabupaten/kota secara komprehensif yang nantinya akan dijadikan dasar pijakan penyusunan strategi sanitasi perkotaan (SSK). MENGAPA HARUS AKTUAL DAN MUTAKHIR?
Untuk membantu proses perencanaan pembangunan sanitasi (dalam penyusunan SSK) menjadi lebih baik: tepat sasaran, sesuai realitas, menjangkau ke depan, dan terukur. Banyak sekali contoh penyediaan layanan sanitasi yang tidak tepat sasaran karena buruknya perencanaan. BAGAIMANA PROSES PENYUSUNAN BUKU PUTIH? Proses penyusunan Buku Putih terdiri dari tiga tahap, yaitu: (1) penetapan lingkup buku putih (2) pemetaan secara cepat situasi sanitasi dan (3) penyusunan/finalisasi buku putih. APA YANG DIMAKSUD DENGAN PENETAPAN LINGKUP (SCOPING) BUKU PUTIH? Scoping (penetapan lingkup) adalah penyamaan persepsi di antara anggota Pokja tentang pengertian Buku Putih dan merupakan proses konsolidasi awal Pokja dalam menyepakati: - Jenis informasi dan sumbernya - Cakupan wilayah pemetaan - Metoda analisis - Pembagian tugas dan pelaporan - Rencana penetapan kawasan prioritas - Kemungkinan melibatkan pihak luar - Jadwal kerja penyusunan Buku Putih. APA YANG DIMAKSUD DENGAN PEMETAAN SECARA CEPAT SITUASI SANITASI? Pengumpulan dan analisis data sekunder untuk menghasilkan gambaran situasi sanitasi secara cepat. DARI MANA SAJAKAH DATA SEKUNDER BISA DIPEROLEH? Data sekunder dihimpun dari berbagai sumber seperti: dokumen-dokumen milik kabupaten/kota/SKPD (laporan penelitian, dokumen perencanaan), pemerintah pusat, publikasi media, atau yang dimiliki LSM. DATA APA SAJAKAH YANG DIANGGAP SEBAGAI DATA SEKUNDER BUKU PUTIH? Data sekunder mencakup data: (1) populasi dan proyeksinya (2) kepadatan penduduk (3) kemiskinan dan keluarga miskin (4) kesehatan masyarakat (5) sarana dan prasarana sanitasi (6) cakupan layanan sanitasi (7) tataruang wilayah (8) keuangan (9) kelembagaan (10) komunikasi dan media (11) pemberdayaan masyarakat, aspek jender dan kemiskinan. APAKAH SELURUH DATA SEKUNDER BISA DIPAKAI? Data yang akan dipakai harus diverifikasi kebenarannya dengan melakukan cross-check dengan data dari sumber lain. Selanjutnya data harus dikonsolidasikan dan disusun secara sistematis. Pokja harus menyepakati hasil verifikasi dan penyusunan data tersebut. APA YANG DIMAKSUD DENGAN FINALISASI BUKU PUTIH? Penulisan dokumen Buku Putih melalui penyempurnaan hasil pemetaan cepat. Ini dilakukan melalui (pemutakhiran) data primer, pelaksanaan beberapa studi seperti: survei EHRA, studi komunikasi dan pemetaan media, dan studi penyedia layanan sanitasi.
APA YANG DIMAKSUD DENGAN EHRA? Survei environmental health risk assessment/EHRA atau penilaian risiko kesehatan lingkungan adalah survai yang dimaksudkan untuk mengetahui penerapan PHBS di masyarakat dan sarana sanitasi yang dimiliki rumah tangga. APA MANFAAT LAIN EHRA? Karena informasi diperoleh secara langsung (primer) dari masyarakat, maka EHRA jelas akan melengkapi dan mempertajam data sekunder yang telah dimiliki Pokja. SIAPA YANG MELAKSANAKAN EHRA? Pada dasarnya Pokja harus melaksanakannya sendiri. Namun demikian, karena beberapa faktor, Pokja bisa bekerja sama dengan perguruan tinggi atau lembaga penelitian untuk melaksanakan survei EHRA. KAPAN EHRA DILAKUKAN? EHRA hanya bisa dilaksanakan setelah data sekunder terkumpul. APAKAH YANG DIMAKSUD DENGAN SSA? Sanitation supply assessment/SSA atau studi penyedia layanan sanitasi dimaksudkan untuk mengetahui partisipasi sektor swasta dan masyarakat dalam penyediaan produk dan layanan sanitasi. APAKAH ADA MANFAAT LAIN SSA? SSA sangat berguna untuk menyusun strategi pelibatan sektor swasta dan masyarakat pada saat penyusunan SSK. KAPAN SSA DILAKUKAN? Studi ini bisa dilakukan bersamaan atau setelah pengumpulan data sekunder selesai. APA YANG DIMAKSUD DENGAN STUDI KOMUNIKASI DAN PEMETAANMEDIA? Studi komunikasi dan pemetaan media studi yang dimaksudkan untuk mengetahui potensi dan peluang pelaksanaan kegiatan komunikasi kebijakan dan pembangunan sanitasi. APA MANFAAT STUDI MEDIA? Kajian ini sangat berguna untuk memetakan saluran komunikasi yang efektif bagi penyusunan strategi komunikasi skala kota: advokasi, mobilisasi sosial, dan komunikasi program dan perubahan perilaku. SIAPA YANG MELAKSANAKAN STUDI MEDIA? Pada dasarnya Pokja lah yang bertanggung jawab. Dinas Infokom/Humas merupakan sumber utama kajian media ini dan bisa dianggap mumpuni untuk melaksanakannya. KAPAN STUDI MEDIA DILAKUKAN? Studi media sebaiknya mulai dilaksanakan bersamaan dengan pengumpulan data sekunder.
APA KAITAN STUDI MEDIA DENGAN KAJIAN LAIN? Studi media sebenarnya terkait erat dengan kajian kelembagaan dan keuangan, terutama yang berhubungan dengan persepsi kelompok sasaran tentang: saluran dan sumber informasi yang dipercaya dan pemahaman terhadap PHBS. Informasi ini bisa diperoleh bersamaan dengan pelaksanaan Survei EHRA. APA YANG DIMAKSUD DENGAN AREA BERISIKO SANITASI? Area berisiko adalah kelurahan-kelurahan yang dianggap memiliki risiko kesehatan lingkungan yang tinggi karena buruknya kondisi sanitasi. BAGAIMANA MENETAPKAN AREA BERISIKO SANITASI? Area berisiko ditetapkan berdasarkan hasil survei EHRA, “masukan/persepsi SKPD-SKPD”, dan data sekunder. Penetapan area berisiko sanitasi merupakan salah satu keluaran (rekomendasi) penting dalam Buku Putih. APA MANFAAT PENETAPAN AREA BERISIKO? Peta area berisiko bisa menjadi acuan dasar dalam penentuan lokasi prioritas pembangunan sanitasi.
Please download full document at www.DOCFOC.com Thanks