Sejarah PKL Pasar Rebo: Lokasi Pedagang Kaki Lima Pasar Rebo terletak di perempatan Jl Raya Bogor dengan Jl Kampung Rambutan, Jakarta Timur. Pada tahun 1995, awalnya lokasi tersebut ditempati hanya dua orang pedagang buah-buahan, yaitu setelah adanya perpindahan terminal baru dari Terminal Cililitan ke Terminal Kampung Rambutan. Jumlah pedagang pada saat ini mencapai 200 pedagang buah-buahan dan beberapa Warung Kopi serta Warung Nasi. Mereka berasal dari Jawa Tengah, Kuningan, Jawa Timur, Madura, dll mayoritas berasal dari daerah Jawa. Aktivitas jualan selama 24 jam, non-stop dari pagi hingga pagi hari. Pedagang Pasar Rebo adalah pedagang spesial berjualan buah-buahan, cirikhas mereka selalu berjualan tidak jauh dari lokasi terminal bus Antar Kota Antar Provinsi. Kehadiran para pedagang sebenarnya memanjakan para konsumen dan penumpang yang akan bepergian atau pulang setelah melakukan aktivitas. Para konsumen tinggal membeli di trotoar dan kemudian naik bus. Atau konsumen yang mengendari kendaraan pribadi, tinggal pesan tanpa harus turun dari kendaraan, pasti akan dilayani dengan baik. Pada tahun 2003 pernah dilakukan penggusuran oleh aparat setempat karena dianggap melanggar Perda No.11 Tahun 1988 tentang Ketertiban Umum. Pada lokasi pedagang kaki lima di perempatan Jalan TB Simatupang – Jalan Raya Bogor akan segera diresmikan jalan Fly Over untuk mengatasi kemacetan lalu lintas. Dengan adanya pembangunan Fly Over bisa sebagai alasan untuk melakukan penggusuran pedagang kaki lima yang makin hari semakin bertambah semrawut dan bertambah banyak. Para pedagang kemudian melakukan advokasi ke Kantor Walikota Jakarta Timur, aksi para pedagang membuahkan hasil. Setelah mengadakan dialog dengan Walikota Jakarta Timur, akhir para pedagang diminta untuk melakukan penataan dengan tenda, agar tidak semrawut maka jumlah pedagang dibatasi hanya di atas trotoar tidak boleh sampai ke badan jalan. Pada tanggal 1 Februari 2005, pedagang kaki lima Pasar Rebo mendapat Surat Perintah Bongkar (SPB) dari pihak Kecamatan, Ciracas. Alasan perintah bongkar dari dari pihak Kecamatan Ciracas tidaklah jelas. Seminggu sebelumnya para pedagang sebelum mendapat SPB, sebanyak 10 orang pedagang dipanggil oleh pihak Kecamatan, bernama bapak Lubis, sebagai Manpol. Beliau menyarankan agar pedagang di kelompok bapak Kastono untuk bergabung dengan kelompok Matani. Jikalau sampai pada hari Senin, 1 Februari 2005, tidak ada jawaban maka akan dilakukan penggusuran. Menurut para pedagang, yang tidak bersedia bergabung dengan kelompok Matani, karena ia bukan berasal dari pedagang. Matani adalah seorang pemilik tanah, yang tanahnya digunakan oleh pedagang, yang
Indok/1
kemudian Matani mengajukan diri ke Walikota Jakarta Timur untuk menjadi pengurus. Alasan lain pedagang tidak bersedia bergabung dengan Yance, karena penarikan retribusi untuk PKL dinilai sangat besar dan memberatkan pedagang. Rabu, 2 Februari 2005: Perwakilan pedagang Pasar Rebo: Kastono, Wiwin, Abdul Azes, Muhanda Subekti, Sutarno, Tumirah, Solikin, Fatikin, Patmono, Syafei. Para pedagang mengaku resah, setelah mendapat Surat Perintah Bongkar dari Kecamatan Ciracas. Untuk menghadapi penggusuran PKL, pada pedagang dengan cara penataan pedagang dan membentuk paguyuban. Selama ini kesemrawutan dan pedagang yang berjualan semaunya, sering dijadikan alasan untuk melakukan penggusuran. Masalah penggusuran adalah persoalan bersama, maka perlu ada perjuangan bersama, tidak cukup hanya diserahkan kepada pengurus saja. Untuk mengahadapi dan antisipasi masalah penggusuran, para pedagang telah melakukan penataan yaitu dengan cara menanam pot-pot, dan tenda biru. Setiap lapak dikenakan biaya sebesar Rp 30.000, penataan pot dan tenda biru sudah dilaksanakan oleh para pedagang sendiri. Pembentukan paguyuban PKL Pasar Rebo, harus mempunyai tujuan: Paguyuban sebagai wadah pergerakan para pedagang. Sebagai tempat tukar-menukar informasi dan komunikasi. Tempat pertemuan Ajang belajar bersama, baik ada masalah dan tidak ada masalah. Evaluasi bersama. Alternativ penanganan penggusuran: 1. Mencari lokasi baru, lahan kosong (sebelum terjadi penggusuran), PKL sendiri yang melakukan survei lokasi, dan kemudian diajukan ke Walikota Jakarta Timur. 2. Penataan sementara (tenda disamaratakan, lapak tidak menonjol, tidak dapat menambah jumlah PKL). DAFTAR NAMA PEDAGANG KAKI LIMA JALAN RAYA BOGOR, PASAR REBO, JAKARTA TIMUR
1.
Dewi
20
JENIS KELAMIN L P P
2.
Sutarno
22
L
3.
N. Fitriah
20
4.
Husen
35
NO
NAMA
UMUR
P L
JENIS DAGANGAN Buah-buahan Buah-buahan Buah-buahan Buah-buahan
ALAMAT RT 02, Ciracas RT 02, Ciracas RT 02, Ciracas RT 02, Ciracas
RW 03, Susukan, RW 05, Susukan RW 05, Susukan RW 02, Susukan
Indok/2
5.
Mariha
20
JENIS KELAMIN L P P
6.
Rofi Atun
23
P
7.
Ropi’i
45
L
Buah-buahan
8.
40
L
Buah-buahan
10.
Sugeng Wibowo Siti Kasminah Suwadi P
53
L
Buah-buahan
11.
Suradi
40
L
Buah-buahan
12.
Symsudin
43
L
Warung Kopi
13.
Nara
42
L
Buah-buahan
14.
Suparmi
42
P
Buah-buahan
15.
Sumini
46
P
Buah-buahan
16.
Sudirman
51
L
Buah-buahan
17.
Baharudin
40
L
Warung Nasi
18.
Herman
50
L
Warung Kopi
19.
Wasilah
41
20.
Warsono
52
L
Buah-buahan
21.
Syafi’i
33
L
Buah-buahan
22.
Kastono
45
L
Buah-buahan
23.
Purwati
43
24.
Sugiyono
55
25.
Mira
45
26.
Busro
28
L
Buah-buahan
27.
Gunarto
22
L
Buah-buahan
28.
Subeki
39
L
Buah-buahan
29.
Mulyadi
42
L
Buah-buahan
30.
Abdul Aziz
38
L
Buah-buahan
31.
Sugeng
24
L
Buah-buahan
NO
9.
NAMA
UMUR
51
P
P
P L
JENIS DAGANGAN Buah-buahan Buah-buahan
Buah-buahan
Buah-buahan
Buah-buahan Buah-buahan
P
Warung Nasi
ALAMAT RT 02, Ciracas RT 02, Ciracas RT 02, Ciracas RT 02, Ciracas RT 02, Ciracas RT 02, Ciracas RT 03, Ciracas RT 03, Ciracas RT 02, Ciracas RT 02, Ciracas RT 03, Ciracas RT 03, Ciracas RT 03, Ciracas RT 03, Ciracas RT 02, Ciracas RT 02, Ciracas RT 02, Ciracas RT 02, Ciracas RT 02, Ciracas RT 02, Ciracas RT 03, Ciracas RT 02, Ciracas RT 02, Ciracas RT 03, Ciracas RT 02, Ciracas RT 02, Ciracas RT 02,
RW 02, Susukan RW 02, Susukan RW 02, Susukan RW 02, Susukan RW 02, Susukan RW 02, Susukan RW 03, Susukan, RW 03, Susukan, RW 02, Susukan RW 02, Susukan RW 03, Susukan, RW 03, Susukan, RW 03, Susukan, RW 03, Susukan, RW 05, Susukan, RW 05, Susukan, RW 05, Susukan, RW 05, Susukan, RW 05, Susukan, RW 05, Susukan, RW 03, Susukan, RW 02, Susukan, RW 05, Susukan, RW 03, Susukan, RW 05, Susukan, RW 05, Susukan, RW 05, Susukan,
Indok/3
NO
NAMA
UMUR
JENIS KELAMIN L P
JENIS DAGANGAN
32.
Widodo Triyanto
26
L
Buah-buahan
33.
Yatin
36
L
Rokok
34.
Sutrisno
37
L
Buah-buahan
35.
Wiwin
25
L
Buah-buahan
ALAMAT Ciracas RT 04, RW Pasar Rebo RT 02, RW Ciracas RT 02, RW Ciracas RT 02, RW Ciracas
01, Kalisari, 05, Susukan, 02 Susukan, 02, Susukan,
Jakarta, 1 Februari 2005
Penataan Pedagang Kaki Lima Pasar Rebo: Masalah penataan dan tendanisasi; para pedagang masih menunggu perkembangan dan kepastian akan janji bapak Matani, bahwa pada bulan Juli 2005 akan dibangun tendanisasi. Setiap pedagang diminta membayar Rp 2.500.000 dalam rangka penataan tendanisasi oleh Matani. Kastono, sebagai koordinator pedagang telah memberikan 50% dari seluruh jumlah uang yang berhasil dikumpulkan sebanyak 30 pedagang. Pada awal bulan Juni, Matani akan meminta uang Rp 250.000 per pedagang, alasan uang tersebut akan dipergunakan untuk pembangunan tenda auwning. Permintaan Matani, para pedagang telah sepakat tidak akan memberikan, apalagi janji akan segera membangun auwning sampai sekarang tidak ada realisasinya. Kekompakan di dalam kelompok Kastono masih terpecah-pecah, tampak para pedagang berjalan sendiri-sendiri. Bahkan ada kesalahpahaman, dahulu ketika pengurus menghadap UKM Jakarta Timur, para pedagang mengatakan langsung tidak bersedia bergabung dengan kelompok Matani, karena ia menjadi pengurus bukan dari pedagang, adalah sebagai pemilik lahan. Akan tetapi ketika ada kunjungan di lapangan langsung oleh pihak Walikota Jakarta Timur, pedagang mengatakan bergabung dengan Matani. Penyataan ini menunjukkan adanya inkonsistensi para pedagang sendiri, karena bertolak belakang ketika bertemu dengan UKM, bapak Bintang. Ada sinyalir, para pedagang Pasar Rebo hanya akan memanfaatkan FAKTA untuk kepentingan pribadi pedagang, tidak sebagai sebuah organisasi. Kendala lain adalah lemahnya data di lapangan, dan tidak ada informasi yang lengkap serta lemah dalam pengorganisasian. Perkembangan Terakhir: Para pedagang diundang oleh pihak Usaha Kecil Menengah (UKM) membicarakan masalah penataan PKL dan telah dipasang plang ”JT”. Namun plang yang sudah terpasang tertabrak bus, para pedagang menuntut ganti rugi. Setelah bermusyawarah pihak awak bus memberikan uang ganti rugi sebesar Rp 300.000, selanjutnya plang ”JT” hari Sabtu, 18 Maret 2006 sudah dipasang kembali. Indok/4
Masalah uang yang ditarik oleh Matani, alasan untuk mengurus ke UKM akan tetapi sudah dua tahun lebih tidak ada kabarnya dan disinyalir uang tersebut dipakai untuk pribadi. Para pedagang kecewa maka menuntut Matani untuk mengembalikan, dengan cara membawa seorang polisi akhirnya Matani mengembalikan separuhnya. Jakarta, 30 November 2006 INDOK FAKTA
Indok/5