SEJARAH PERKEMBANGAN DAN PERANAN TAREKAT SYADZILIYAH DI KABUPATEN BEKASI (1993-2003) Skripsi Diajukan kepada Fakultas Adab dan Humaniora Untuk memenuhi syarat mencapai gelar sarjana Humaniora Strata Satu (S1)
Oleh : Muhammad Juni NIM : 104022000807 Dibawah Bimbingan
Drs. Parlindungan Siregar, M.Ag NIP : 150 268 588
JURUSAN SEJARAH DAN PERADABAN ISLAM FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1429 H / 2008 M
LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi yang berjudul SEJARAH PERKEMBANGAN DAN PERANAN TAREKAT SYADZILIYAH DI KABUPATEN BEKASI (1993-2003). Telah diujikan dalam sidang munaqosah Fakultas Adab dan Humaniora Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 12 Mei 2008. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjanah program starata satu (S1) pada jurusan Sejarah dan Peradaban Islam.
Jakarta 03 Juni 2008
SIDANG MUNAQOSAH
Ketua
Sekretaris
Drs. H. M. Ma’ruf Misbah, MA
Usep Abdul Matin, S. Ag, MA, MA
NIP : 150 247 010
NIP : 150 288 304
Anggota
Penguji
Pembimbing
Drs. H. M. Muslich, Lc, MA
Drs. Parlindungan Siregar, M.Ag
NIP : 150 228 259
NIP : 150 268 588
KATA PENGANTAR
Segala puja dan puji serta syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan kekuatan iman dan Islam, taufiq hidayah serta inayahNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat dan salam senantiasa tercurahkan kepada baginda nabi besar Muhammad saw yang telah memberikan wejangan dan fatwa kepada seluruh umatnya hingga akhir zaman Syukur dengan mengucapkan Al-Hamdulillah, dan dengan usaha maksimal dan tekad yang bulat serta dorongan yang kuat dari saudara-saudaraku tercinta dari kedua orang tua, akhirnya penulisan skripsi ini dapat penulis selesaikan, walaupun tentunya hambatan dan rintangan senantiasa menanti silih berganti. Atas izin Allah SWT semua kesulitan dan hambatan dapat diatasi, sehingga hasil usaha dan jerih payah ini dapat disajikan sebagaimana yang ada di hadapan pembaca. Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini belum mencapai ukuran sempurna. Untuk itu sumbangsi dan pemikiran, kritik dan saran yang konstruktif dari pembaca sangat penulis harapkan. Disadari sepenuhnya dengan kerendahan hati, bahwa penulis skripsi ini tidak terlepas dari berbagai unsur yang turut andil dengan rela berpartisipasi dalam membantu proses penulisan skripsi ini dari awal hingga selesai, maka sudah sepantasnya penulis menyampaikan penghargaan yang setinggi-tingginya dan mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada : 1. Bapak Dr. Abdul Chair, MA selaku Dekan Fakultas Adab & Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan persetujuan skripsi ini bisa diselesaikan dan proses dengan mudah dalam penulisan skripsi ini.
2. Bapak Drs. H. M. Ma’ruf Misbah, MA selaku ketua Jurusan Sejarah dan Peradaban Islam yang telah memberikan persetujuan dan memberikan kemudahan kepada penulis selama proses penulisan skripsi ini. 3. Bapak Usep Abdul Matin, S. Ag, MA, MA selaku sekretaris Jurusan Sejarah dan Peradaban Islam, yang telah banyak memberikan kemudahan kepada penulis selama proses penulisan skripsi ini. 4. Bapak Drs. Parlindungan Siregar, M. Ag yang telah dengan sabar dan teliti dalam memberikan bimbingan kepada penulis. 5. Bapak Drs. Saidun Derani, MA selaku Dosen Penasehat Akademik yang telah memberikan banyak motivasi-motivasi dan membantu penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan ini dengan mudah dan lancar. 6. Bapak Drs. Kyai Humaidi Yusuf, Kyai Maftuh Al-Hikam, Ibu Nyai Mardhiyah, KH. Hani Masykuri, Ibu Nyai Layyinatuddiyanah dan keluarga besar KH. Mahfudz Syafi’i yang telah memberikan izin dan menyediakan tempat untuk penelitian di Pondok Pesantren Al-Istighotsah. Bapak Drs. Ustadz Agus Salim, Drs. Ustadz Syarifuddin Ar-Rimali, Ustadz Anwar Salim, BA, Ustadz Ahmad Jaelani, Ustadz Suparno dan Bapak Ustadz Hadi Supangat, terima kasih atas waktu dan informasinya. 7. Bapak dan Ibu Dosen dilingkungan Fakultas Adab & Humaniora Jurusan Sejarah dan Peradaban Islam yang telah memberikan ilmu kepada penulis selama kuliah di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 8. Bapak Pimpinan Perpustakaan Umum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta beserta staf yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk memanfaatkan dan meminjam buku-buku yang berhubungan dengan pembahasan skripsi ini.
9. Kedua orang tuaku, ayahanda al-marhum H.Rofi’i dan ibunda Enuy yang membiayai studiku dengan ikhlas dan kasih sayang dan selalu memberikan bimbingan dalam langkah dan tujuan yang aku inginkan. Serta kakak-kakakku Nuruliyah beserta suami, Asniah Hartati beserta suami, Muhdi beserta istri, Mukholil beserta istri dan saudara-saudara ku semua terima kasih atas do’a dan semangat kalian mendukung penulis menyelesaikan skripsi ini. 10. Teman-teman seperjuangan SPI angkatan 2004, Fahmi Irfani, Zulhilmi. M. Hamdi, M.Raivendra, Syarif Hidayatullah, Mujib Hardiansyah, Mantik, Aditiya Pratama, Khoiruddin, Arif Pandu, Chintiya Nasa Fitrianti, Sumarni, Nurhasanah, Maria Ulfah, Murniawati, Fatimah, Indah Rahmawati, Siti Rohimah, Nuraini, dan teman-temanku semua terima kasih atas persahabatan, perhatiannya yang selalu memotivasi dan membantu aku. 11. Teman-temanku yang selalu menyayangi dan membantu aku. Alumnus AlIstighotsah Didi Kurniadi, Andi Nasruddin, dan teman-temanku semua terima kasih atas waktu dan informasinya Semoga Allah SWT selalu membalas segala amal baik kepada pihak yang membantu penulis dalam menyelesaikan tugas akhir (skripsi) ini. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu penulis mohon kritik dan saran guna untuk menuju kearah kehidupan yang lebih baik. Akhir kata semoga skripsi ini bisa bermanfaat bagi kita semua.
Jakarta, Juni 2008 Jumaadil Akhir 1429 H
Penulis
ABSTRAK
Muhammad Juni, 2008 : Sejarah Perkembangan dan Peranan Tarekat Syadziliyah di Kabupaten Bekasi (1993-2003) Masalah yang diteliti dalam skripsi ini adalah : (1) Bagaimana Kondisi Sosial dan Keagamaan di Kabupaten Bekasi, (2) Bagaimana Perkembangan Tarekat Syadziliyah di Kabupaten Bekasi, dan (3) Apa Peranannya di Kabupaten Bekasi. Dalam menjawab permasalahan tersebut penelitian ini menggunakan datadata atau sumber-sumber yang ada hubungannya dengan penelitian skripsi ini, data tersebut antara lain meliputi : Observasi Partisipatif, yaitu dengan mengunjungi tempat penelitian dan sekaligus mengikuti atau berpartisipasi langsung dengan kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan untuk mengamati aktivitas mursyid serta murid dan sarana yang didukung lingkungan sekitarnya. Dan juga sumber lisan dengan melalui wawancara langsung terhadap wakil mursyid dan juga wwancara dengan para murid (pengikut) Tarekat Syadziliyah Kab. Bekasi, dan selanjutnya menggunakan sumber tertulis melalui dokumen pribadi Tarekat Syadziliyah Kab. Bekasi, dan juga buku-buku yang ada hubungannya dengan pembahasan ini. Dalam penelitian ini disimpulkan bahwa : Pendiri Tarekat Syadziliyah Kab. Bekasi adalah KH. Mahfudz Syafi’i yang sudah dibaiat mutlaq Kyai Mustaqim bin Husain. Tarekat ini berdiri karena adanya murid membutuhkan
tempat
untuk
menjalankan
pengajian,
yang
khususiah,
bermusyawarah yang dekat dengan rumah Syekh (mursyid tarekat syadziliyah)
dan
Perkembangan Tarekat begitu pesat dari pada waktu KH. Mahfudz Syafi’i berada di Tambun, kemudian setelah pindah ke Gardu Sawah tambah pesat lagi sehingga jama’ah pengajian malam selasa mencapai ratusan bahkan ribuan. Sedangkan peranannya di Kabupaten Bekasi sangat luas dan sangat punya peran terutama peranannya dalam bidang pendidikan, sosial ekonomi, da’wah dan pembinaan umat
DAFTAR ISI
Halaman Kata Pengantar.................................................................................................
i
Abstraksi..........................................................................................................
iv
Daftar Isi..........................................................................................................
vi
BAB I. PENDAHULUAN...........................................................................
1
A. Latar Belakang Masalah..............................................................
1
B. Batasan dan Rumusan Masalah...................................................
5
C. Arti Penting Penelitian................................................................
6
D. Metode Penelitian.......................................................................
6
E. Sistematika Penulisan.................................................................
8
BAB II. KEHIDUPAN SOSIAL DAN KEAGAMAAN DI BEKASI.....
10
A. Kondisi Geografis Kabupaten Bekasi.......................................
10
B. Kondisi Kehidupan Sosial, Budaya dan Keagamaan................
12
C. Perkembangan Tarekat di Bekasi..............................................
17
BAB III. PERKEMBANGAN TAREKAT SYADZILIYAH DI BEKASI. 20 A. Sejarah Singkat Tarekat Syadziliyah.........................................
20
B. Ajaran dan Amalan Tarekat Syadziliyah...................................
25
C. Kedatangan Tarekat Syadziliyah ke Bekasi..............................
42
D. Periode KH. Mahfudz Syafi’i 1993-2003.................................
43
E. Murid dan Pengikutnya.............................................................
57
BAB IV. PERANAN TAREKAT SYADZILIYAH DI BEKASI.............
58
A. Dalam Bidang Pendidikan.........................................................
58
B. Dalam Bidang Sosial dan Ekonomi..........................................
60
C. Dalam Bidang Da’wah dan Pembinaan Umat..........................
61
BAB. V. PENUTUP.....................................................................................
63
A. Kesimpulan...............................................................................
63
B. Saran-saran...............................................................................
64
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN
LEMBAR PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa : 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan jiblakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Ciputat, Juni 2008
MUHAMMAD JUNI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Tarekat menurut Abu Bakar Aceh adalah jalan, petunjuk dalam melaksanakan ibadah sesuai dengan ajaran yang ditentukan dan dicontohkan oleh nabi Muhammad saw dan dikerjakan oleh sahabat dan tabiin turun-menurun sampai kepada guru-guru sambung-menyambung dan rantai-berantai.1 Dengan suatu cara mengajar atau mendidik, lama-lama meluas menjadi kumpulan kekeluargaan yang mengikat penganut-penganut sufi yang sepaham dan sealiran, guna memudahkan menerima ajaran-ajaran dan latihan-latihan dari para pemimpinnya dalam satu ikatan. Perkembangan organisasi keagamaan tarekat berawal dari pengaruh para sufi (ahli tasawuf) yang mengamalkan ibadah-ibadah yang bersifat praktis individual. Kemudian berkembang dengan berbagai konsep dan pemikiran serta terbentuklah sebuah tarekat. Pengaruh para sufi itu pada gilirannya merambah keseluruh dunia Islam termasuk Indonesia. 2 Maka tidak heran jika Islam di Indonesia sangat dipengaruhi oleh tasawuf. Dalam perkembangan dakwah selanjutnya, tarekat memiliki pengaruh dan peranan yang besar dalam berbagai
1
Abu Bakar Aceh, Pengantar Ilmu Tarekat, Uraian Tentang Mistik, (Jakarta, F.A.H.M. TAWI dan SON BAG, 1996), h. 4. 2 Islam Masuk ke Indonesia sekitar abad ke-8 H atau abad ke-13 M, yang dibawa oleh para pedagang dari negeri Arab atau Gujarat India melalui Aceh. Lihat A. Hasymi, Sejarah Masuk dan Berkembangnya Islam di Indonesia, (Bandung, Al Ma’arif, 1989), h. 358.
bidang kehidupan baik sosial, politik, budaya maupun pendidikan yang tergambar dalam dinamika dunia pesantren. Pada umumnya tradisi pesantren khususnya model salafiyah adalah bernafaskan sufistik. Karena banyak kyai atau ulama’ yang berafiliasi pada tarekat tertentu. Mereka mengajarkan kepada pengikutnya amalan sufistik yang khas.3 Dalam penelitiannya Martin Van Bruinessen mengemukakan bahwa mayoritas orang Indonesia tampaknya tertarik pada tarekat karena latihan mistiknya yang diajarkan dan kekuatan spritualnya yang dapat mereka peroleh, minat kepada hal seperti itu masih hidup subur dimana-mana di Indonesia, atau juga orang tertarik mengikuti tarekat karena kepribadian seorang pemimpin atau syaikh tarekat yang kharismatik. Sehingga besar pula pengaruhnya terhadap pengikut tarekat. Bahkan kyai yang mengajarkan tarekat cenderung mempunyai pengikut lebih banyak dari pada kyai-kyai yang tidak mengajarkan tarekat.4 Tarekat yang tumbuh dan berkembang di wilayah Indonesia sangat banyak. Di Indonesia ada badan khusus yang menumpahkan perhatiannya kepada tarekat. Tarekat yang sudah diselidiki kebenarannya yaitu tarekat mu’tabaroh (diakui atau sah). Syekh Jalaludin, seorang tokoh tarekat terkemuka mengatakan terdapat 41 macam tarekat mu’tabaroh.5 Begitu juga Tarekat Syadziliyah yang dinisbatkan pada sufi terkemuka Abu Hasan Ali asy-Syadzili membidani lahirnya perkembangan Tarekat Syadziliyah di Kabupaten Bekasi, tepatnya di Pondok Pesantren Al-Istighotsah
3
Martin Van Bruinessen, Kitab Kuning, Pesantren dan Tarekat, Tradisi-Tradisi Islam di Indonesia, (Bandung, Al Ma’arif, 1989), h. 358. 4 Martin Van Bruinessen, Tarekat Naqsabandiyah di Indonesia, (Bandung : Mizan, 1992), h. 16 5 Abu Bakar Aceh, Pengantar Ilmu Tarekat, Uraian Tentang Mistik, (Jakarta, F.A.H.M. TAWI dan SON BAG, 1996) , h. 291.
Desa Kalijaya Kec. Cikarang Barat. Pondok Pesantren ini yang menjadi pusat berkembangnya Tarekat Syadziliyah di Kabupaten Bekasi. Beraneka ragam profesi pengikut tarekat ini antara lain dari kalangan petani, pedagang, karyawan, pegawai negeri baik biokrat maupun pemerintahan, dari siswa, siswi, mahasiswa, aktifis organisasi dan lain-lain. Di Desa Kalijaya Kec. Cikarang Barat, Kab. Bekasi inilah para pengikut tarekat syadziliyah melakukan kegiatan tarekatnya sekaligus sebagai tempat perkembangan tarekat syadziliyah untuk daerah Kabupaten Bekasi. Kehadiran tarekat syadziliyah Kabupaten Bekasi erat hubungannya dengan seorang tokoh syadziliyah yang berkharismatik, yaitu KH. Mahfudz Syafi’i yang berasal dari Jombang Jawa Timur. Adapun metode da’wah tarekat syadziliyah yang disampaikan KH. Mahfudz Syafi’i adalah lewat pengajian, sekolah, obrolan (halaqoh) ketika kedatangan tamu. KH. Mahfudz Syafi’i dalam mengaji menerangkan masalah agama sudah menjadi keahlian tersendiri baik dibidang fiqih (syariat), tasawuf (tarekat) dan tauhid (hakekat). Beliau sampaikan semuanya itu dengan suara lantang langsung dari lubuk hati yang mendalam. KH. Mahfudz Syafi’i dalam kesehariannya menangani sendiri para murid atau pengikut tarekat syadziliyah di Kabupaten Bekasi ini yang ingin bertanya, bermusyawarah tentang perjalanan bathiniahnya maupun tentang persoalanpersoalan yang mereka hadapi. Tarekat Syadziliyah di Kabupaten Bekasi ini mempunyai kegiatan rutinan seperti membaca wirid atau amalan-amalan tarekat syadziliyah (khususiyah) setelah shalat magrib berjama’ah sampai datangnya waktu isya dan diteruskan kembali setelah sholat isya berjama’ah hingga selesai. Kemudian dilanjutkan
setelah itu dengan pengajian tasawuf (Ikhozul Himam, karangan Ahmad bin Muhammad bin Ajibah al-Hasani), semuanya itu dijalani dengan rutin yang diadakan seminggu sekali, yaitu setiap malam selasa yang dilaksanakan di Pondok Pesantren Al-Istighotsah. Semuanya itu ditangani dan dipimpin langsung oleh KH. Mahfudz Syafi’i. Pondok Pesantren Al-Istighotsah terletak dibagian Timur Kabupaten Bekasi, mempunyai corak yang berbeda dengan pondok pesantren pada umumnya, selain adanya pengajaran atau mempelajari baca tulis Al-Quran, kitab kuning, dan sekolah formal, pondok ini juga mempunyai kegiatan kethoriqohan (ketarekatan) dan ada dua tarekat yaitu Syadziliyah dan Qodiriyah, akan tetapi yang paling terkenal adalah Tarekat Syadziliyah. Selama 9 tahun beliau mencurahkan waktu, tenaga serta pemikiran demi mengangkat kalimat Allah yang tinggi (agama Islam) untuk mengkwalitaskan manusia agar menjadi manusia yang manusiawi di ridhoi Allah SWT. Siang dan malam aktivitas beliau mendidik santri putra dan putri Pondok Pesantren AlIstighotsah Gardu Sawah dan menyampaikan taushiyah (pengajian) umum yang dihadiri oleh masyarakat kelas bawah sampai kelas atas setiap malam selasa dalam kajian kitab Iqhozul Himam syarah kitab Al-Hikam, dan sebelum pengajian dimulai beliau memimpin khususiyah zikir thoriqoh (tarekat) Syadziliyah dan Qodiriyah wa Naqsyabandiyah mulai setelah maghrib sampai waktu isya. Disamping itu beliau selalu menyempatkan waktu untuk melayani tamu siapa saja yang datang dari masyarakat Gardu Sawah maupun dari luar Gardu Sawah untuk meminta nasehat agama kepada beliau, dan para tamu yang datang kepada beliau, selalu dilayani dengan penuh ramah tamah serta diajak berfikir masalah agama
Islam dan mengenal Allah SWT. Setelah mereka pulang, mendapatkan ilmu dan iman yang kuat serta hati yang luas dan riang gembira hingga setiap tamu datang tidak bosan dan jemu. Penulis sangat tertarik terhadap tarekat ini. Meskipun sudah ada yang melakukan riset tentang tarekat ini, namun menurut penulis riset yang dilakukan lebih kepada seputar perkembangan sosio kultural para pengikut tarekat syadziliyah, terutama dalam aspek latar belakang pekerjaan, dan kurang memperhatikan aspek perkembangan dan ajarannya. Oleh karena itu dalam skripsi ini penulis lebih menitik beratkan pada aspek perkembangan dan ajaran-ajaran tarekat syadziliyah di Kabupaten Bekasi. Dan judul yang penulis angkat adalah : Tarekat Syadziliyah di Kabupaten Bekasi 1993-2003 (kajian tentang sejarah dan peranannya dalam bidang pengembangan di Bekasi)
B. Batasan dan Rumusan Masalah Perkembangan pengikut tarekat syadziliyah di Kabupaten Bekasi yang begitu pesat, serta berbagai profesi para pengikut tarekat syadziliyah, mengubah peneliti untuk mengetahui lebih mendalam. Dengan demikian maka peneliti ini akan menampung sebanyak-banyaknya informasi sekitar Tarekat Syadziliyah di Kab. Bekasi (kajian tentang sejarah dan peranannya dalam bidang pengembangan di Bekasi), tepatnya di Desa Kalijaya Kec. Cikarang Barat (Pondok Pesantren AlIstighotsah) dari tahun 1993-2003 Permasalahan pokok yang di bahas dalam skripsi ini, ialah Tarekat Syadziliyah di Kabupaten Bekasi 1993-2003 (kajian tentang sejarah dan peranaanya dalam pengembangan di Bekasi) tepatnya di Desa Kalijaya
Kec.Cikarang Barat. Cakupan masalah-masalah tersebut, selanjutnya di rumuskan sebagai berikut : 1. Bagaimana Kondisi Sosial dan Keagamaan di Kabupaten Bekasi ? 2. Bagaimana Perkembangan Tarekat Syadziliyah di Kabupaten Bekasi ? 3. Apa Peranannya Dalam Bidang Pengembangan di Bekasi ?
C. Arti Penting Penelitian Penelitian ini bermanfaat sebagai media informasi dan media belajar serta untuk mengetahui lebih dalam kebenaran dari keberadaan Tarekat Syadziliyah di Kabupaten Bekasi, dan agar tidak adanya kesalah fahaman persepsi tentang Tarekat Syadziliyah di Kabupaten Bekasi. Penelitian ini merupakan ungkapan rasa syukur dan rasa kagum peneliti terhadap Tarekat Syadziliyah di Kabupaten Bekasi yang semakin lama semakin berkembang dengan pesat.
D. Metode Penelitian Adapun metode penulisan yang dipakai didalam penulisan skripsi ini adalah sebagai berikuit : 1. Pemilihan Topik Tema skripsi ini adalah : Tarekat Syadziliyah di Kabupaten Bekasi 19932003 ((kajian tentang sejarah dan peranaanya dalam bidang pengembangan di Bekasi) alasan memilih tema ini karena : a. Tarekat Syadziliyah belum ada yang membahas padahal pengikutnya sudah sampai kalangan pemerintahan
b. Rasa ketertarikan penulis terhadap Tarekat Syadziliyah di pondok pesantren Al-Istighotsah di Kabupaten Bekasi. Pondok yang lebih diarahkan kepada pengajaran dan ritual tarekat (riyadhoh mendekatkan diri kepada Allah) dengan cara membersihkan hati. Pondok yang mempunyai corak berbeda dengan pondok-pondok yang mengajarkan baca tulis kitab kuning dan kitab klasik serta ditunjang dengan pendidikan formal.6 2. Heuristik Heuristik adalah pengumpulan data dari sumbernya yaitu pengumpulan data-data yang ada hubungannya dengan penulisan skripsi ini. Data tersebut antara lain meliputi: a. Dengan teknik observasi partisipatif, yaitu dengan mengunjungi Pondok Pesantren Al-Istighotsah Kabupaten Bekasi dan mengikuti atau berpartisipasi langsung dengan kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan untuk mengamati aktifitas mursyid serta murid dan sarana yang didukung lingkungan sekitarnya. b. Sumber lisan diperoleh melalui teknik wawancara langsung terhadap wakil mursyid (seorang santri yang dipercaya oleh mursyid untuk menjawab pertanyaan yang diajukan pengikut tarekat) yang nantinya akan disampaikan kepada mursyid tentang perihal-perihal yang diinginkan. Serta kepada ketua kelompok dan terhadap murid yang senior. Wawancara juga dilakukan pada pengikut yang sedang menjalankan suluk di dalam pondok selama beberapa hari yang ditentukan oleh pengikut sendiri.
6
Kuntowijoyo, Pengantar Ilmu Sejarah, (Yogyakarta, Yayasan Benteng Budaya, Cet. III, 1999), h. 90.
c. Sumber tertulis yaitu data yang dikumpulkan melalui dokumentasi baik dokumen pribadi seperti catatan atau karangan tentang pengalaman maupun biografi mursyid tarekat syadziliyah dan juga dokumen resmi tarekat seperti aturan-aturan dan risalah yang dikeluarkan oleh mursyid dan tentang tarekat syadziliyah di Pondok Pesantren Al-Istighotsah Kabupaten Bekasi seperti silsilah guru tarekat sambung sampai kepada nabi Muhammad saw. d. Artifak yaitu data yang diperoleh melalui benda-benda yang ada misalnya bangunan masjid, gedung pondok, dan lain-lain.7 3. Kritik Kritik sumber adalah suatu kegiatan untuk menilai data-data yang diperoleh dengan maksud agar mendapatkan suatu data yang otentik atau asli dan mendapatkan suatu data yang kredibel atau dapat dipercaya. 4. Interpretasi Interpretasi adalah suatu kegiatan untuk menguraikan, menganalisa, lalu mengumpulkan semua bahan sumber yang diperoleh serta berhubungan dengan fakta-fakta yang ada. 5. Histosiografi Histosiografi adalah langkah-langkah untuk menyajikan hasil penafsiran atau interpretasi fakta sejarah ke dalam suatu bentuk tulisan (penulisan sejarah).8
E. Sistematika Penulisan Tulisan ini dibuat untuk membahas masalah sejarah, tarekat syadziliyah di Kabupaten Bekasi 1993-2003 (kajian tentang sejarah dan perananya dalam bidang 7
Dudung Abdurrahman, Metode Penelitian Sejarah, (Jakarta, Logos, 1999), h. 55-58. Kutowijoyo, Pengantar Ilmu Sejarah, (Yogyakarta, Yayasan Benteng Budaya, Cet. III, 1999) h. 55. 8
pengembangan di Bekasi) untuk menyelesaikan pembahasan tersebut maka disusun sistematika penulisan agar mengarah, runtut, dan merupakan pemikiran yang terpadu untuk mempermudah jalannya pembahasan skripsi. Agar sesuai dengan tujuan yang dimaksud maka sistematika penulisan dibagi menjadi 5 bab yaitu sebagai berikut : Bab I : Pendahuluan yang terdiri dari Latar Belakang Masalah, Batasan dan Rumusan Masalah, Arti Penting Penelitian,
Metode Penelitian, dan
Sistematika Penulisan. Bab II : Kehidupan sosial dan keagamaan di Bekasi, terdiri dari Geografis Kabupaten Bekasi, Kondisi Kehidupan Sosial, Budaya, dan Agama, dan Perkembangan Tarekat di Bekasi. Bab III : Perkembangan Tarekat Syadziliyah di Bekasi terdiri dari Sejarah Singkat Tarekat Syadziliyah, Ajaran dan Amalan Tarekat Syadziliyah, Kedatangan Tarekat Syadziliyah di Bekasi, Periode KH. Mahfudz Syafi’i 19932003., Murid dan Pengikutnya. Bab IV : Peranan Tarekat Syadziliyah Dalam Bidang Pengembangan di Bekasi terdiri dari pengembangannya Dalam Bidang Pendidikan, Dalam Bidang Sosial dan Ekonomi, Dalam Bidang Dakwah dan Pembinaan Umat. Bab V : Penutup yang terdiri dari Kesimpulan, Saran, Daftar Pustaka dan Lampiran-Lampiran.
BAB II KEHIDUPAN SOSIAL DAN KEAGAMAAN DI BEKASI
A. Kondisi Geografis Kabupaten Bekasi Gambaran umum kondisi geografis daerah Kabupaten Bekasi : Kabupaten Bekasi terdiri dari 23 Kecamatan dan 187 desa. Secara topologi dan geologi, Kabupaten Bekasi terbagi dataran rendah, dan sebagian besar diliputi endapan berumur tersier. Penduduk Kabupaten Bekasi tahun 2005 sebanyak 2.027. 902 jiwa dengan luas wilayah 127,388 ha dan rata-rata kepadatan penduduk mencapai 1.592 jiwa per km2. Kabupaten Bekasi memiliki fungsi sebagai daerah permukiman, industri dan perdagangan. Dan berdasarkan data Biro Pusat Statistik (BPS) Kab. Bekasi 2000-2005 perekonomian Kabupaten Bekasi menunjukan kondisi pertumbuhan ekonomi yang positif terutama dari sisi produksi. Laju pertumbuhan ekonomi 2005 mencapai 6,01 persen. Sektor industri merupakan sektor yang memberikan kontribusi cukup tinggi terhadap pendapatan mencapai 80 persen dengan nilai ekspor tahun 2005 mencapai 15 miliar dolar AS.9 Visi dan Misi : Visi pembangunan nasional 2004-2009 sebagaimana tercantum dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) nasional, terwujudnya kehidupan masyarakat, bangsa dan negara yang aman, bersatu, rukun dan damai, juga menjunjung tinggi hukum, kesetaraan dan hak asasi manusia. Terwujudnya perekonomian yang mampu menyediakan kesempatan kerja dan
9
Biro statistic propinsi, Kabupaten Bekasi, ( Bandung : BPS Jabar, edisi 1, 2007), h. 7-8.
penghidupan yang layak serta memberikan pondasi yang kokoh bagi pembangunan yang berkelanjutan. Visi Propinsi Jawa Barat, sebagaimana tercantum dalam perda 1 tahun 2003 tentang pola dasar pembangunan daerah, adalah “ Jawa Barat dengan iman dan taqwa sebagai provinsi termaju di Indonesia dan mitra terdepan ibu kota negara tahun 2010”. Sedangkan visi Kabupaten Bekasi, “manusia unggul yang agamis berbasis agribisnis dan industri berkelanjutan”. Visi Bupati Bekasi, terwujudnya masyarakat sejahtera melalui pembangunan sumber daya manusia berkualitas, agribisnis dan industri berkelanjutan serta ramah lingkungan”.10 Strategi pembangunan daerah: fokus dan isu strategis pembangunan yakni, Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas sehat dan mampu berperan sebagai subyek pembangunan serta mempunyai tiga kecerdasan (cerdas intelektual, cerdas spritual dan cerdas secara emosiuonal). Tata kelola pemerintahan yang baik (good governance) yang transparansi, akuntabilitas, parsipatif, agribisnis, industri. Dan target indikator makro 2007-2012 pembangunan Kabupaten Bekasi mencakup bidang pembangunan manusia, bidang ekonomi, bidang fisik dan pra sarana serta bidang sosial. Fokus Kabupaten Bekasi tidak hanya mengejar pertumbuhan ekonomi namun juga pemerataan pelayanan pendidikan dan kesehatan serta pemerataan pembangunan ke wilayah-wilayah.11 Dalam bidang pembangunan manusia, Indeks Pembangunan Manusia (IPM) pada 2012 ditargetkan mencapai 82,27 dari sebelumnya tahun 2006 71,18. indikator ini meliputi angka kematian bayi perseribu kelahiran hidup, angka 10
Hubungan Masyarakat SETDA Kab. Bekasi, Bekasi Membangun, (Bandung : BPS Jabar, edisi 1, 2007), h. 48. 11 Biro statistic propinsi, Kabupaten Bekasi, (Bandung : BPS Jabar, edisi 1, 2007), h. 62
harapan hidup, angka melek huruf, rata-rata lamanya sekolah dan daya beli masyarakat. Strategi pembangunan meliputi pembangunan SDM, pembangunan struktur ekonomi berbasis agribisnis dan industri berkelanjutan, pemberdayaan masyarakat, revitalisasi kawasan dan wilayah menuju ramah lingkungan, prioritas pembangunan. Arah Kebijakan Umum (AKU): ini merupakan kebijakan yang berkaitan dengan program kepala daerah terpilih sebagai arah bagi Surat Kebijakan Pemerintah Daerah (SKPD) maupun lintas SKPD dalam merumuskan kebijakan guna mencapai kinerja sesuai dengan tugas dan fungsinya. AKU RPJMD juga merujuk pada agenda pembangunan nasional sebagai mana yang tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) nasional 2004-2009 dan kaidah kebijakan perencanaan jangka menengah yang telah digariskan oleh pemprov Jawa Barat.12 B. Kondisi Kehidupan Sosial, Budaya dan Agama. Berdasarkan peraturan menteri dalam negeri nomor 13 tahun 2006, maka kebijakan Kabupaten Bekasi lima tahun kedepan dikelompokan menjadi tiga kelompok arahan kebijakan, yakni arah kebijakan umum yang berkaitan dengan peran setiap SKPD dalam melaksanakan program pembangunan, arah kebijakan umum yang berkaitan dengan urusan wajib pemerintah daerah, dan arah kebijakan umum yang berkaitan dengan urusan pilihan. Aku terbagi dari arah kebijakan peran semua SKPD, dengan peningkatan kuantitas dan kualitas supporting sistem pelayanan publik yang prima. Adapun AKU wajib, meliputi urusan pendidikan, kesehatan, pekerjaan umum, perumahan, tata ruang, perencanaan pembangunan, 12
Ibid . , h. 65
urusan perhubungan, lingkungan hidup, urusan pertanahan, kependudukan dan catatan sipil, pemberdayaan prempuan, urusan keluarga berencana dan keluarga sejahtera. Juga urusan sosial, ketatanegaraan, urusan operasi usaha kecil dan menengah, urusan penanaman modal, urusan kebudayaan, pemuda olahraga, kesatuan bangsa dan politik dalam negeri, urusan pemerintahan umum, urusan kepegawaian, pemberdayaan masyarakat dan desa, urusan statistik, kearsipan, komunikasi dan informasi, dan aku pilihan meliputi urusan pertanian, kehutanan, energi, sumber daya dan mineral, urusan pariwisata, kelautan dan perikanan, urusan perdagangan dan urusan perindustrian.13 Program pembangunan : meliputi program pembangunan daerah dengan program SKPD penunjang administrasi umum yang melekat pada setiap SKPD dan program pokok sesuai dengan urusan kewenangan SKPD sesuai nomenklatur. Pada program RPJMD ini, tetap menjaga kesinambungan dengan program yang terdapat pada Renstra Kota Bekasi 20052009 yang terdiri dari 25 urusan wajib, dan tujuh dari delapan urusan pilihan sesuai dengan peraturan menteri dalam negeri 13/2006 tentang pedoman pengelolahan keuangan daerah.14 Disamping itu pula, Kabupaten Bekasi mempunyai corak budaya yang unik yakni budaya yang berasal dari beberapa daerah. Potensi-potensi inilah yang harus kita kembangkan baik secara nasional maupun dalam lingkup kedaerahan. Dengan budaya dan seni, kita bisa menjunjung jati diri sehingga keberadaan seni dan budaya dapat memberikan sumbangan terhadap kehidupan bangsa bagi peyegaran 13
rohani
dan
jasmani.
Kita
menyadari
bahwa
pembangunan
Hubungan Masyarakat SETDA Kab. Bekasi Bekasi Membangun, (Bandung : BPS Jabar, edisi 1, 2007), h. 52 14 Ibid . , h. 55.
kepariwisataan di Kabupaten Bekasi dalam skala besar belum mampu dibiayai dari dana Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD), karena memerlukan biaya yang sangat besar. Oleh karena itu diharapkan kepada para investor dapat memanfaatkan
potensi
wisata
yang
ada
di
Kabupaten
Bekasi
untuk
dikembangkan, sehingga mempunyai nilai ekonomi yang tinggi. Sejalan dengan upaya pengembangan kepariwisataan di Kabupaten Bekasi, juga diharapkan kesenian tradisional yang ada dapat dikembangkan dan dilestarikan sebagai salah satu upaya pelestarian seni budaya yang ada di Kabupaten Bekasi.15 Hal ini agar dimasukan dalam kegiatan ekstra kulikuler sekolah dan tingkat sekolah dasar sampai dengan SMA. Kepada kepala kantor pariwisata dan kebudayaan Kabupaten Bekasi sebagai penyelenggara kegiatan ini, untuk dapat bekerja lebih keras lagi mengembangkan dan mempromosikan obyek-obyek wisata dan seni budaya kita, bekerja sama dengan instansi terkait serta para seniman, budayawan, dan pengusaha swasta yang bergerak dibidang pariwisata dan seni budaya. Pada kesempatan itu, disampaikan pula bahwa obyek-obyek wisata yang timbul dan berkembang saat ini tidak selalu bergantung pada potensi alam, melainkan dapat kearah wisata belanja, wisata kuliner dan wisata ziarah di Kabupaten Bekasi sangat potensial dikembangkan obyek dari tarik wisata unggulan yaitu wisata argo pantai pesisir dan wisata industri. Atas prakarsa dan karya nyata ini, kepada para senior abang & mpok, manajemen hotel Sahid Jaya Lippo Cikarang Bekasi, dan pihak-pihak lain yang berperan dalam menjalin kerjasamanya. Dengan demikian, kiprah dan peran 15
Bekasi, Pemda kab. 1973, mengenal Bekasi, ( Bekasi : pemda kab. Bekasi. 2007), h.
102.
sertanya dalam memajukan kepariwisataan Kabupaten Bekasi dimasa mendatang semakin dapat dibanggakan. Dan dengan para peserta yang terpilih diharapkan dapat membawa prestasi dan nama baik Kabupaten Bekasi ditingkat propinsi Jawa Barat.16
Perkembangan Sarana dan Tenaga Kesehatan S/D Tahun 2006-2007 No
Sarana
Jumlah
1.
Puskesmas
24
2.
Puskesmas Keliling
14
3.
Puskesmas Pembantu
61
4.
RSUD
1
5.
RS Swasta
12
6.
Tenaga Kesehatan di Puskesmas
832
a. Dokter Umum
66
b. Dokter Gigi
34
c. Paramedis Perawatan
432
d. Paramedis non Perawatan
95
e. Paramedis Pembantu
57
f. Non Medis
60.17
Jumlah Sarana Ibadah No
Sarana Ibadah
1.
Masjid
Jumlah 1.027
16 Andi Sopandi , Kabupaten Bekasi ; latar belakang pembemtukan dan perkembangannya ,(Bandung : Unpad Bandung, 1996), h. 77. 17 Hubungan Masyarakat SETDA Kab. Bekasi Dinas Kesehatan. Bekasi Membangun, . (Bekasi : Pemda Bekasi, edisi 1. 2007), h. 67.
2.
Mushollah
327
3.
Langgar/Surau
4.
Gereja
16
5.
Pura
3
6.
Vihara
2
Jumlah
3.934.18
2.559
Jumlah Sarana Pendidikan Agama No
Lembaga Pendidikan
Jumlah
Keterangan
1.
MDA
207
Islam
2.
Pondok Pesantren
100
Islam
3.
TPQ/TPA
335
Islam
4.
TK Islam
180
Islam
5.
MIS
162
Islam
6.
MIN
1
Islam
7.
MTS
113
Islam
8.
MTSN
4
Islam
9.
MAS
32
Islam
10.
MAN
3
Islam. 19
Jumlah Pemeluk Agama No
Pemeluk Agama
Jumlah
1.
Islam
1.783,383
96,62
2.
Kristen Protestan
38.741
2,10
3.
Katholik
12.930
0,70
18
%
Hubungan Masyarakat SETDA Kab. Bekasi. Depag Kab. Bekasi, Bekasi Membangun, (ekasi : Pemda Bekasi, edisi 1. 2007), h. 98. 19 Ibid . , h. 100.
4.
Hindu
2.995
0,16
5.
Budha
7.771
0,42
Jumlah
1.845.820
100.
Perkembangan Pencapaian Peserta KB Baru Kab. Bekasi. No.
Tahun
Target
Jumlah Peserta KB Baru
%
1.
2001
36.318
50.281
138,45
2.
2002
39.382
43.595
110,70
3.
2003
41.508
452.278
109,08
4.
2004
5.
2005 Jumlah. 20
Indikator Tingkat Kesejahteraan Penduduk No
Uraian
2001 2002 2003 2004 2005
1.
Angka Kematian Bayi (AKB)
55,13 55,30 52,94
49
2.
Angka Harapan Hidup (AHH)
64,30 67,82 67,86 68,00
67,5
3.
Angka Melek Huruf (AMH)
85,31 85,85 88,41 89,00
92,5
4.
Indeks Mutu Hidup (IMH)
79,30 80,18 81,42
5.
Indeks Pembangunan Manusia (IPM)64,70 67,38 68,72 70,66
71,70.21
C. Perkembangan Tarekat di Bekasi. Masyarakat Islam memiliki warisan kultural dari ulama’ sebelumnya yang dapat digunakan, sebagai pegangan yaitu doktrin tasawuf, yang merupakan aspek
20 Hubungan Masyarakat SETDA Kab. Bekasi. Badan Kependudukan Catatan Sipil dan KB Kab. Bekasi, Bekasi Membangun, (Bekasi : Pemda Bekasi, edisi 1. 2007), h. 21. 21 Hubungan Masyarakat SETDA Kab. Bekasi. BPS Kab. Bekasi . Bekasi Membangun, . (Bekasi : Pemda Bekasi, edisi 1. 2007), h. 19.
kultural yang ikut membidani lahirnya tarekat-tarekat pada masa itu. Dan yang tidak kalah pentingnya adalah kepedulian ulama sufi, mereka memberikan pengayoman masyarakat Islam yang sedang mengalami krisis moral yang hebat (ibarat anak ayam kehilangan induk). Dengan dibukanya ajaran-ajaran tasawuf kepada orang awam, secara praktis lebih berfungsi sebagai psikoterafi yang bersifat massal. Maka kemudian berbondong-bondonglah orang awam memasuki majelis-majelis zikirnya para sufi, yang lama kelamaan berkembang menjadi suatu kelompok tersendiri (esklusif) yang disebut dengan tarekat. Diantara ulama sufi
yang
memberikan
pengayoman
kepada
masyarakat
umum
untuk
mengamalkan tasawuf secara praktis (tasawuf amali) adalah Abu Muhammad alGhazali (w. 505 H/1111 M).22 Tarekat-tarekat yang berkembang di Kabupaten Bekasi antara lain ada : Tarekat Syadziliyah, Qodiriyah, Qodiriyah Naqsabandiyah, Naqsabandiyah, Satoriyah, Rifaiyah, Tijaniyah dan Salmaniyah. Sejak tahun 2005 mulailah di Kabupaten Bekasi ada Jam’iah Ahli Thoriqoh (tarekat) Muktabarah Indonesia yang ketua umumnya adalah KH. Maktub Efendi, maka di Bekasi dijadikan sebagai pusat Jam’i sejawa Barat. Dimana ketuanya KH. Munir Abbas Bukhori. Peresmian Jam’iah Ahli Thoriqoh (tarekat) Muktabaroh Indonesia (JATMI) Pada tanggal 27 Mei 2005/18 Rabius Tsani 1425 H, bertempat di Masjid Rahmatullilalamin Ma’had Azzaitun Indramayu Jawa Barat.23 Tarekat-tarekat yang berkembang di Bekasi ada dua tarekat yang lebih unggul perkembangannya dari pada tarekat-tarekat yang lainnya yaitu Tarekat
22 Abu Hamid Muhammad al-Ghazali, Ihya Ulum al-Din, Jilid III (Kairo: Mustofa al-Bab al-Halabi, 1333 H.), h. 16-20 23 Wawancara dengan Bapak Munir Abbas Bukhori (ketua Jam’iyah Ahli Thoriqoh (tarekat) Muktabarah Kab. Bekasi)di Tambun (Pon-Pes Ulumul Qur’an) 1 Februari 2008.
Syadziliyah dan Tarekat Qodiriyah. Adapun Tarekat Syadziliyah yang berkembang di Bekasi, yaitu ada yang berasal dari : 1. Tulungagung Jawa Timur yang dikembangkan oleh KH. Mahfudz Syafi’i 2. Watucongol Magelang yang dikembangkan oleh embah Kyai Dalhar disini pelopornya Bambang Irawan. 3. Banten yang dikembangkan oleh KH. Abu Yadum Yati, disini pelopornya adalah Bapak Yusuf Tambun. Sedangkan Tarekat Qodiriyah yang berkembang di Bekasi, yaitu berasal dari 1. Tulungagung Jawa Timur yang dikembangkan oleh KH. Mahfudz Syafi’i 2. Banten yang dikembangkan oleh Bapak Asnawi Caringin, disini pelopornya adalah KH. Sopandi Ceger 3. Jawa Timur yang dikembangkan oleh KH. Mustairomli, disini pelopornya adalah KH. Munir Abbas.24
24
Wawancara dengan Bapak Munir Abbas Bukhori (ketua Jam’iyah Ahli Thoriqoh (tarekat) Muktabarah Kab. Bekasi)di Tambun (Pon-Pes Ulumul Qur’an) 1 Februari 2008.
BAB III PERKEMBANGAN TAREKAT SYADZILIYAH DI BEKASI
A. Sejarah Singkat Tarekat Syadziliyah Tarekat Syadziliyah dinisbatkan pada nama seorang sufi besar, yaitu : Abu al-Hasan al-Syadzili. Nama lengkapnya adalah Syaikh Abu al-Hasan Ali Ibn ‘Abd Allah Ibn ‘Abd al-Jabbar asy-Syadzili.25 Dia dilahirkan di Ghumarah, Maroko Utara tahun 593 H/ 1175 M.26 Dalam lingkungan keluarga buruh tani. AsySyadzili mempunyai perawakan badan yang mewah, bentuk muka yang menunjukan keimanan dan keikhlasan, warna kulitnya ynag sedang serta badannya agak panjang dengn bentuk muka yang agak memanjang pula, jari-jari langsing seakan-akan orang hejaz.27 Menurut Ibn Shibagh bentuk badannya itu menunjukan bentuk seorang yang penuh dengan rahasia hidup. Dan ucapanucapannya enak di dengar dan pembicaraannya itu mempunyai pengertian yang dalam.28 Abu al-Hasan Ali asy-Syadzili sejak kecil sampai masa mudanya tinggal di Maghrib. Asy-Syadzili mempelajari semua cabang ilmu agama yang lahir dengan penguasaan dan kemahiran yang matang, setelah menguasai ilmu lahir
25
Silsilah Tarekat Syadziliyah, Dokumen Pondok Peta (Tulungagung ; t.th.,). Ensklopedi Tematis Dunia Islam, Pikiran dan Peradaban (Jakarta, PT. Ichtiar Baru Van Hoeve), h. 153. 27 Abu Bakar Aceh , Pengantar Ilmu Tarekat, Uraian Tentang Mistik, (Jakarta, F.A.H.M. TAWI dan SON BAG, 1996), h. 293. 28 Muhtar Sa’roni, An-Nuur al-Hali Manaqib Syaikh, Abu al-Hasan as-Syadzili, (Magelang, 1972), h. 10. dengan menggunakan tulisan Jawa pego. 26
maka asy-Syadzili mempelajari ilmu hakikat.29 Di tempat kelahirannya ini ia mendapatkan bimbingan spritual untuk menjadi seorang sufi. Sejak kecil berguru kepada Syaikh Abi Syaid al-Bazi dan beberapa tahun kemudian oleh gurunya itu diperintahkan untuk pergi ke Iraq menemui Syaikh Abu Fatkhi Iraqi Washiti. Asy-Syadzili belajar di Universitas Qorawiyyin di Fes Maroko dan beliau bertemu dengan beberapa sarjana yang memperkenalkannya kepada ilmu-ilmu hukum Islam.30 Kemudian pergi ke Iraqi untuk menemui Syaikh Abu Fatkhi Iraqi Washiti sesuai petunjuk gurunya, akan tetapi setelah bertemu dengan Syaikh Abu Fatkhi Iraqi Washiti seorang guru tarekat. AsySyadzili diperintahkan kembali kenegaranya untuk bertemu Syaikh Abu Muhammad Ibn Abd al-Salam al-Masyisy, seorang guru spritual Maroko yang agung31 Kemudian asy-Syadzili kembali ke negaranya dan berguru kepada Syaikh Abu Muhammad Ibn ‘Abd al-Salam Ibn Masyisy dan menjadi murid yang setia pada gurunya, guru spritual itu mengajaknya ke jalan dzikir dan pencerahan. Mendapat wasiat dari gurunya : “Bersihkanlah dirimu dari segala syirik dan setiap kali engkau merasa kotor, maka bersihkanlah dirimu dari segala kotoran karena kecintaanmu terhadap dirimu. Apabila engkau cenderung mengikuti syahwatmu, maka perbaiki dirimu dengan melakukan taubat kepada Allah. Bermodal wasiat dari gurunya ia pergi ke Tunisia Afrika Utara untuk menyebarkan dan mengembangkan pandangan tasawuf,
29
namun
tidak
mendapat
sambutan
Muhtar Sa’roni, An-Nuur al-Hali Manaqib Syaikh, Abu al-Hasan as-Syadzili, (Magelang, 1972), h. 22. 30 Syekh Fadlaillah Haeri, Jenjang-jenjang Sufi (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2000), h. 192. 31 Muhtar Sa’roni, An-Nuur al-Hali Manaqib Syaikh, Abu al-Hasan as-Syadzili, (Magelang, 1972), h. 27.
masyarakat karena itu ia pindah ke Iskandariyah Kairo Mesir mendapat sambutan baik-baik. Disiplin dan apa yang telah diajarkannya terkristal dalam sebuah tarekat yang diambil dari namanya sendiri, yaitu Tarekat Syadziliyah. Ajaran-ajaran as-Syadzili kemudian diteruskan oleh salah satu muridnya, yaitu Abul Abas al-Mursi (w. 686 H/1287 M) dan Ibnu Athaillah al-Iskandari (w. 709 H/1309 M.) as-Syadzili wafat di Hotmaithira, suatu daerah padang pasir di wilayah Mesir. Dalam suatu perjalanan menuju Makkah untuk menunaikan ibadah haji.32 Penyebar tarekat syadziliyah adalah Ibnu Athaillah al-Iskandari dan Ibnu Abbas al-Randi. Abu Hasan al-Syadzili pada dasarnya ia tak pernah menulis risalah tentang prinsip dan ajaran tarekat yang dibawanya. Akan tetapi murid-muridnya yang senantiasa mengembangkan ajaran asy-Syadzili sehingga tarekat syadziliyah berkembang tidak hanya di Mesir akan tetapi juga di Tunisia, Aljazair, Sudan, Suria dan semenanjung Arabiyah, Palestina, Afrika dan juga di Indonesia.33 Di Indonesia ulama-ulama besar yang diketahui juga berpakaian syadziliyah, antara lain: Hadlrotusy Syaikh KH. Hasyim Asy’ari, KH. Wahab Hasbullah, Mbah Kyai Sholeh Langitan, Mbah Kyai Ma’shum Lasem, Syaikh Kholil Bangkalan, Mbah Kyai Syahlan Krian, Mbah Kyai Zainuddin Mojosari, Mbah Kyai Dalhar bin Abdurrahman Watucongol Magelang, KH Abdul Hamid Pasuruan, KH. Muhaiminan Gunardo Parakan Magelang, Habib Lutfi bin Ali Bin Yahya Pekalongan.34
32
Syekh Fadlaillah Haeri, Jenjang-jenjang Sufi (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2000), h.
193. 33
Martin Van Bruinessen, Kitab Kuning Pesantren & Tarekat (Bandung : Mizan, 1995), h.
199. 34
Purnawan Buchori, Manaqib Sang Quthub Agung. (Pondok Peta : Tulungagung Jawa Timur, 2007), h. 79.
Perkembangan tarekat syadziliyah di Kabupaten Bekasi, tepatnya di Desa Kalijaya Kec. Cikarang Barat. Pondok pesantren Al-Istighotsah, pondok pesantren ini menjadi pusat berkembangnya tarekat syadziliyah Kabupaten Bekasi. Tarekat Syadziliyah Kab. Bekasi berasal dari Tulung Agung Jawa Timur yang dibawa oleh KH. Mahfudz Syafi’i atas ijin dan restunya Kyai Mustaqim bin Husein dan embah Kyai Hasbullah. Kyai Mustaqim bin Husein adalah mursyid kamilnya tarekat syadziliyah yang dikembangkan oleh KH. Mahfudz Syafi’i di Kab. Bekasi, dan embah Kyai Hasbullah adalah mertuanya KH. Mahfudz Syafi’i, akan tetapi disisi lain embah Kyai Hasbullah ini, orang yang membina atau membimbing langsung KH. Mahfudz Syafi’i dalam perjalanan tarekatnya atau pengalaman spritualnya. KH. Mahfudz Syafi’i diijazah (baiat) langsung dari Kyai Mustaqim bin Husein, sekitar tahun 1960-an, atau lebih tepatnya KH. Mahfudz Syafi’i baiat kepada Kyai Mustaqim bin Husein sekitar perkawinan KH. Mahfudz Syafi’i dengan putrinya embah Kyai Hasbullah, yaitu Ibu Muhshonah. Mursyid kamilnya tarekat syadziliyah yang dikembangkan oleh KH. Mahfudz Syafi’i adalah Kyai Mustaqim bin Husein. Adapun hubungan Kyai Mustaqim bin Husein dengan embah Kyai Hasbullah, embah kyai Hasbullah itu adalah orang nomor satunya atau tangan kanannya Kyai Mustaqim bin Husein dan embah Kyai Hasbullah itu termasuk muridnya Kyai Mustaqim bin Husein yang paling maju atau yang paling cemerlang ingkisyafnya atau tampak dari pada murid-muridnya yang lain. Sehingga sering kali ada permasalahan diantara tarekatnya itu oleh Kyai
Mustaqim bin Husein, diperintahkan untuk konsultasi (bertanya) kepada embah Kyai Hasbullah.35 Kemudian setelah Kyai Mustaqim bin Husein wafat, masalah pembaiatan itu disampaikan atau diserahkan kepada KH. Abdul Jalil Mustaqim (putra ke enamnya Kyai Mustaqim bin Husein), dan sekarang diteruskan oleh KH. Charir Sholachuddin bin Abdul Jalil Mustaqim (sebelumnya akrab disapa dengan nama Gus Saladin) Sedangkan peranannya embah Kyai Hasbullah itu setelah Kyai Mustaqim bin Husein wafat, banyak orang-orang yang konsultasi (bertanya) kepada embah Kyai Hasbullah, termasuk keberhasilan, kesuksesan embah Kyai Hasbullah itu, membimbing, membina dan mengarahkan ketiga menantunya, yaitu yang pertama KH. Mahfudz Syafi’i, kemudian KH. Zaet, dan KH. Abdullah Faqih dalam perjalanan tarekatnya. Kemudian semenjak wafatnya Kyai Mustaqim bin Husein dan selama embah Kyai Hasbullah itu masih hidup, KH. Mahfudz Syafi’i dibina langsung oleh embah Kyai Hasbullah dalam perjalanan tarekatnya, setelah embah Kyai Hasbullah wafat, KH. Mahfudz Syafi’i dalam perjalan tarekatnya atau pengalaman spritualnya sangat luar biasa sekali, hanya orang-orang yang tahu saja, karena KH. Mahfudz Syafi’i itu orangnya mastur tertutup (dalam arti tidak diketahui orang-orang). Ijazahnya atau baiatnya KH. Mahfudz Syafi’i bukan dari embah Kyai Hasbullah, akan tetapi KH. Mahfudz Syafi’i baiatnya langsung dari Kyai Mustaqim, adapun peran dari embah Kyai Hasbullah adalah membimbing.36
35 Wawancara dengan Bapak Humaidi Yusuf, di Cikarang Barat Desa Kali Jaya (Pon-Pes Al-Istighotsah) 12 Februari 2008. 36 Wawancara dengan Bapak Humaidi Yusuf, di Cikarang Barat Desa Kali Jaya (Pon-Pes Al-Istighotsah) 12 Februari 2008.
KH. Mahfudz Syafi’i tidak secara langsung mengembangkan tarekat syadziliyah, akan tetapi ajaran-ajaran yang disampaikannya itu, adalah ajaran yang mengandung nilai-nilai tauhid dan nilai-nilai tasawuf, dan pada akhirnya KH. Mahfudz Syafi’i di Kab. Bekasi ini, lama-kelamaan diadakan pembaiatan yang kemudian diberangkatkan ke Tulungagung dan sampai disana dibaiat oleh KH. Abdul Jalil Mustaqim dan KH. Charir Sholachuddin bin Abdul Jalil Mustaqim setelah dibaiat diberikan sedikit arahan oleh KH. Abdul Jalil Mustaqim atau KH. Charir Sholachuddin bin Abdul Jalil Mustaqim, setelah semuanya selesai dan tidak kembali kesanah lagi. Kemudian seterusnya dibimbing oleh KH. Mahfudz Syafi’i. Peranan KH. Mahfudz Syafi’i disini bukan membaiat akan tetapi membimbing pada para murid-muridnya. Kenapa KH. Mahfudz Syafi’i tidak membaiat sama seperti embah Kyai Hasbullah juga tidak membaiat ? karena tidak mendapatkan ijin dan restu dari gurunya, yaitu Kyai Mustaqim bin Husein. KH. Mahfudz Syafi’i secara lahiriyah tidak membaiat akan tetapi membimbing, dan masalah pembaiatan sudah dijatuhkan atau diijinkan kepada KH. Abdul Jalil Mustaqim (putra keenamnya Kyai Mustaqim bin Husein), dan setelah wafatnya KH. Abdul Jalil Mustaqim masalah pembaiatan selanjutnya dijatuhkan dan diijinkan kepada KH. Charir Sholachuddin bin Abdul Jalil Mustaqim.37 B. Ajaran dan Amalan Tarekat Syadziliyah Tarekat sebagai organisasi para salik dan sufi, pada dasarnya memiliki tujuan yang satu, yaitu taqarrub pada Allah.38 Akan tetapi sebagai organisasi para salik yang kebanyakan diikuti masyarakat awam, dan para talib al-mubtadiin,
37 Wawancara dengan Bapak Humaidi Yusuf, di Cikarang Barat Desa Kali Jaya (Pon-Pes Al-Istighotsah) 12 Februari 2008. 38 A. Wahib mu’thi, Tarekat: Sejarah Timbulnya, Macam-macam, dan Ajaran-ajarannya Tasawuf ( Jakarta : Yayasan Waqaf Paramadina, t.th.), h. 141.
maka akhirnya dalam tarekat terdapat tujuan-tujuan antara dan tujuan-tujuan lain yang diharapkan akan dapat mendukung tercapainya tujuan pertama dan utama tersebut. Sehingga secara garis besar dalam tarekat terdapat tiga tujuan yang masing-masing melahirkan tata cara dan jenis-jenis amaliah kesufian. Ketiga tujuan pokok tersebut adalah : 1. Tazkiyat al-Nafs. Tazkiyat al-Nafs atau penyucian jiwa adalah suatu upaya pengkondisian jiwa agar merasa tenang, tentram dan senang berdekatan dengan Allah (ibadah), dengan penyucian jiwa dari semua kotoran dan penyakit hati atau penyakit jiwa.39 Tujuan ini merupakan persyaratan yang harus dipenuhi oleh seorang salik atau ahli tarekat. Bahkan dalam tradisi tarekat, tazkiyat al-nafs ini dianggap sebagai tujuan pokok.40 Dengan bersihnya jiwa dari berbagai macam penyakitnya akan secara otomatis menjadikan seseorang dekat kepada Allah. Tazkiyat al-Nafs ini pada tataran prakteknya, kemudian melahirkan beberapa metode yang merupakan amalan-amalan kesufian, seperti dzikir, ‘ataqah, menetapi syariat, dan mewiridkan amalan-amalan sunnah tertentu serta berprilaku zuhud dan wara’. 2. Taqarrub Ila Allah Mendekatkan diri kepada Allah sebagai tujuan utama para sufi dan ahli tarekat, biasanya diupayakan dengan beberapa cara yang cukup mistis dan filosofis.41 Cara-cara tersebut dilaksanakan disamping pelaksanaan dan upaya
39
Mir Valiuddin, Contemplative Disciplines in Sufism, diterjemahkan oleh MS. Nasrullah dengan judul Zikir dan Kontemplasi dalam Tasawuf (Cet. 1 ; Bandung : Pusaka Hidayah, 1996), h. 45. 40 Muslikh Abd. Rahman, al-Futuhat al-Rabbaniyah fi Tariq al-Qaidiriyat wa Naqsabandiyah, (Semarang : Thoha Putera, 1994), h. 4. 41 Ibid . , h. 5
mengingat Allah (dzikir) secara terus menerus, sehingga sampai tak sedetikpun lupa kepada Allah. Diantara cara yang biasanya dilakukan oleh para pengikut tarekat, untuk dapat mendekatkan diri kepada Allah dengan lebih efektif dan efisien : tawasul, muraqabah, dan khalwat. 3. Tujuan-tujuan lain Sebagai jam’iyah yang menghimpun para calon sufi (salik), yang kebanyakan terdiri dari masyarakat awam, dan tidak sedikit yang berpredikat mubtadii’n. Maka dalam tarekat terdapat amalan-amalan yang merupakan konsumsi masyarakat awam. Amalan-amalan tersebut kebanyakan bertujuan duniawi, tetapi justru amalan-amalan inilah yang banyak ahli tarekat yang dapat meningkatkan maqamnya sampai tataran sufi besar atau mencapai maqom alMa’rifat. Diantara amalan-amalan tersebut adalah wirid, manaqib, ratib, dan hizib. Tarekat Syadziliyah merupakan tarekat yang banyak diterima dan berkembang luas, karena kesederhanaan ajarannya. 42 Arah ajarannya nampak secara umum menempuh jalur tasawuf sampai searah dengan al-Ghazali, yakni suatu tasawuf yang berlandaskan kepada al-Qur’an dan al-Sunnah. Seperti yang dikatakan asy-Syadzili bahwa seorang sufi tidak hanya membaca wirid/berdo’a, berzikir dan beribadah. Tetapi juga harus bekerja keras
untuk memenuhi
kebutuhan hidup jasmaniahnya. Tarekat syadziliyah, sebagai metode dan sistem mendekatkan diri kepada Allah, memiliki karakter atau watak sfesifik sebagaimana tarekat-tarekat lainnya. Watak ataupun sifat tersebut, seperti halnya dalam kehidupan manusia, masing42
Noer Iskandar Barsany, Tasawuf Tarekat dan Para Sufi, ( Jakarta, Raja Grafindo Persada, 2001), h. 88-89.
masing memiliki perbedaan antara yang satu dan lainnya. Karakter yang melekat pada pribadi tarekat syadziliyah amat dipengaruhi oleh kehidupan asy-Syadzili, baik dalam segi kehidupan pribadi maupun pandangan-pandangan tasawuf beliau. Ajaran-ajaran dan amalan-amalan tarekat syadziliyah Kab. Bekasi yang dikembangkan oleh KH. Mahfudz Syafi’i yang paling utama itu adalah tarekat syadziliyah itu sendiri, karena unsur-unsurnya tarekat itu ada tiga : 1. Istighfar Firman Allah SWT :
'( ⌧) "#$⌧& ! ÄØ× á 0qmÅ Artinya : ”Maka Aku katakan kepada mereka: 'Mohonlah ampun kepada Tuhanmu, sesungguhnya dia adalah Maha Pengampun”, ( QS. Nuh : 10 ).
Istighfar dimaksudkan untuk memohon ampun kepada Allah dari segala dosa yang telah dilakukan oleh seseorang. Tujuan dari pada istighfar adalah taubat dan kembali kepada Allah, taubat dari hal yang tercela menuju hal-hal yang terpuji. Manusia tidak sunyi dari berbuat salah, baik yang disengaja maupun yang tidak disengaja, baik sadar atau tidak sadar akan dosa dan kejahatan yang diperbuatnya itu. Tetapi Allah memberikan pintu maaf dengan terbuka apabila manusia ingin membersihkan dirinya dari perbuatan-perbuatan tercela dan ingin bertaubat karena Allah maha pengampun dan yang dapat memberi taubat atas penyesalan manusia dengan seluas-luasnya.43 Adapun istighfar yang diajarkan tarekat syadziliyah Kab.Bekasi adalah 43
Abu Bakar Aceh, Pengantar Ilmu Tarekat, Uraian Tentang Mistik, ( Jakarta : FA. H.M. TAWI dan SON BAG penerbitan, 1996), h. 269.
k~ÏReã ufeã=ZV&Aã Yang dibaca 100 kali dengan maksud supaya Allah mengampuni dosa-dosanya dan menjadikan hatinya bersih dari kotoran jiwa dan diisi dengan berbagai kebaikan dari amal sholeh seperti dzikir kepada Allah. 2. Shalawat nabi Muhammad saw. Setelah manusia melakukan proses pembersihan hati dan penyucian jiwa dari kotoran-kotoran, maka selanjutnya jiwa diisi dengan cahaya ilahi melalui amal sholeh. Salah satu pengisian itu adalah membaca shalawat nabi Muhammad saw agar pembacanya juga mendapatkan balasan dan limpahan rahmat dari Allah SWT. Firman Allah SWT :
.⌧/1234 B
<#=>?*@A
,- :3;
"GH $,- J3
*+!
+5678 9
CD"E F29 567I
5 @4
ÄÜÝ á åã?1ã N☺O!P3Q 5☺ DM vãÅ Artinya : “Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya”. ( al-Ahzab : 56 ).
Dari ayat tersebut Allah mengajurkan untuk bershalawat yang isinya adalah mencintai Allah dan Rasulnya, karena shalawat dapat menjadi wasilah atau amalan yang dapat mengantarkan seseorang tersebut pada tuhannya.
Sedangkan shalawat yang diajarkan dalam tarekat syadziliyah Kab.Bekasi adalah :
kfAp uç2Ip ueã $Qp éiöã ,neã ceqA
Dalam shalawat tersebut terkandung makna penegasan bahwa Muhammad adalah hamba Allah dan juga memiliki fitrah kemanusiaan seperti manusia lainnya, butuh makan, minum, tidur dan rumah tangga, akan tetapi dia senantiasa beribadah kepada Allah, siang malam selalu memohon ampun kepada Allah dengan rendah hati, walaupun ia terjaga dari dosa baik yang lahir maupun yang bathin. 3. Dzikir Firman Allah SWT :
RH $,- ,-
STUVW
CD"E F29 5 @4
ÄÛØ á åã?1ã vãÅ @Y Z⌧& ☯& W Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, berdzikirlah (dengan menyebut nama) Allah, dzikir yang sebanyak-banyaknya”. ( QS. Al-Ahzab : 41 ).
44
KH. Abdul Jalil, Dzurratush Shalihin, (Kauman Tulungagung, t.th), h. 25-26.
Ibn ‘Atha’illah menyatakan, bahwa “jangan engkau tinggalkan dzikir dikarenakan engkau tidak merasakan kehadiran Allah dalam dzikir tersebut, sebab kelalaianmu terhadap-Nya dengan tidak adanya dzikir kepada-Nya itu lebih berbahaya dari pada kelalaianmu terhadap-Nya dengan adanya dzikir kepada-Nya. Dzikir adalah sebaik-baik jalan menuju Allah SWT, jadi tidak boleh ditinggalkan walaupun sedang tidak konsentrasi penuh
dzikir sebaiknya adalah dengan menghadirkan tuhan dalam hati,
sehingga mampu mencapai dzikir yang dapat melupakan segalanya selain Allah. Dzikir merupakan metode yang efektif untuk membersihkan hati. Menurutnya orang yang berzikir itu ada yang menggunakan lisan (dzikr al-qalb atau dzikr al-sirr atau dzikr alkhafi) dan ada pula dzikir anggota badan (dzikr a’dha ‘al-abdan atau dzikr al-Jawarih).45
Dzikir adalah sebaik-baik jalan menuju Allah, dzikir merupakan ajaran yang pokok bagi penganut tarekat untuk mendekatkan diri kepada Allah, ini sebagai pengabdian yang khas bagi seseorang. Sedangkan jenis dan bentuknya sesuai dengan keahlian dan kecenderungan masing-masing orang. Hanya saja yang dituntut dalam memegangi suatu tarekat (jenis amalan dan pengabdian yang khas bagi seseorang) harus bersifat istiqomah, karena hanya dengan istiqomah seseorang akan mendapatkan hasil dan karunia Allah secara memuaskan. Adapun cara berdzikir ada dua, yaitu dzikir dengan lisan dan menyebut “ Allah “ dengan berhuruf dan bersuara. Dan dzikir dengan hati, yaitu mengingat dan menyebut “Allah’ dalam hati tidak berhuruf dan bersuara.46 Sedangkan dzikir yang diamalkan oleh tarekat syadziliyah Kab.Bekasi dzikir secara formalnya adalah kalimat
ufeãvãueãv
yang dibaca 100 kali.
Pengertian secara umum dzikir itu adalah ingat, kemudian diluar itu ajaran tarekat 45 Sri Mulyani, Mengenal dan Memahami Tarekat-Tarekat Muktabarah Di Indonesia, (Jakarta : Prenada Media, Cet. Ke-2, 2005), h. 77. 46 Fuad Said, Hakekat Tarekat Naqsabandiyah ( Medan : Pusaka Babussalam, 1987 ), h. 53.
syadziliyah Kab. Bekasi adalah ingat kepada Allah dimana saja, kapan saja tidak dibatasi dengan hitungan, karena ajaran tarekat syadziliyah itu senantiasa berdasarkan kepada al-Quran ( Firman Allah QS. Al-Ahzab : 41)
RH $,- ,-
STUVW
CD"E F29 5 @4
ÄÛØ á åã?1ã vãÅ @Y Z⌧& ☯& W Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, berzdikirlah (dengan menyebut nama) Allah, dzikir yang sebanyak-banyaknya”.
Menurut pengertian didalam kitab Ikhozul Himam (karangan Ahmad bin Muhammad bin Ajibah al-Hasani) lafad ãRFa ã=a: ufeã ãp=a:ã itu adalah ã9æü r äBn} v lü agar tidak melupakan Allah selama-lamanya.47 Itu dzikirnya tarekat syadziliyah Kab. Bekasi, memang dzikir tarekat syadziliyah itu hanya 100 kali, akan tetapi itu hanya formalitasnya saja, secara anjuran bahwasanya kita ingat Allah dimana saja, kapan saja dan tidak dibatasi dengan hitungan berapa ratus bahkan berapa ribu. Kenapa harus berdzikir seperti itu ? karena kita berharaf dengan dzikir itu kita bisa ingat, hati kita selalu ingat Allah, tidak hanya disitu saja mudah-mudahan dengan hatinya Allah hati kita bisa hudur/hadir ke Allah terus, kemudian kita bisa dzikir bil ghoib, itulah dzikirnya tarekat syadziliyah. 48 Murid tarekat syadziliyah Kab. Bekasi dianjurkan untuk membaca istighfar, sholawat dan dzikir masing-masing minimal 100 kali dalam sehari semalam. Wirid atau bacaan terebut harus melalui talqin atau ijazah yang diberikan oleh seorang guru mursyid. Selain itu pada waktunya, juga dilakukan 47
Ahmad bin Muhammad bin Ajibah al-Hasani, Ikhojul Himam Fi Sarhil Hikam, h. 101-
102. 48
Wawancara dengan Bapak Humaidi Yusuf, di Cikarang Barat Desa Kali Jaya (Pon-Pes Al-Istighotsah) , 8 Maret 2008.
baiat dengan cara yang amat sederhana. Baiat dalam thoriqoh (tarekat) syadziliyah dilakukan sendiri oleh seorang guru mursid tarekat syadziliyah itu sendiri. Proses pelaksanaannya yaitu antara guru dan murid saling berhadapan dan dilakukan satu persatu49. Dalam ajaran tarekat syadziliyah, para muridnya juga dianjurkan untuk membaca hizib-hizib yang diijazahkan sang guru. Hizib-hizib itu perlu dibaca, dimaksudkan agar bisa menjadi bekal, tameng, benteng, dan senjata untuk berperang melawan hawa nafsu dan iblis yang akan selalu merintangi dan mengganggu perjalanan si murid (salik) dalam menuju ke hadirat Allah SWT. Oleh karena itu, tarekat syadziliyah sejak dulu dikenal memiliki hizib-hizib Abu Hasan asy-Syadzili yang terkenal, yaitu : hizbul Bahr, hizbul Barr, hizbul Hafidhoh, hizbul Ikhfa, hizbul Nashor, hizbul Fatikh, hizbul Ayaat, dan hizbusy Syekh Abil Hasan50 Hizib adalah suatu do’a yang panjang, dengan lirik dan bahasa yang indah yang disusun oleh sufi besar.51 Hizib ini biasanya merupakan do’a andalan sang sufi yang juga diberikan kepada muridnya secara ijazah sharih, (kebanyakan santri) sebagai amalan yang memiliki daya kontrol spritual yang sangat besar terutama jika diperhadapkan dengan ilmu-ilmu gaib dan kesaktian.52 Murid-murid atau pengikut-pengikut tarekat syadziliyah di Kab. Bekasi ketika dibaiat selain mendapatkan tarekat syadziliyah juga mendapatkan hizib,
49
Wawancara dengan Bapak Humaidi Yusuf, di Cikarang Barat Desa Kali Jaya (Pon-Pes Al-Istighotsah), 15 Maret 2008. 50 Abdul Halim Mahmoud , Abul Hasan asy-Syadzili, kehidupan, Do’a dan hizib-hizibnya (Surabaya : Mutiara Ilmu, Cet, 1, 1992), h. 82. 51 Lihat kitab Dalail al-Khairat kitab yang banyak memuat hizb, hizb yang ditulis oleh Abu Hasan al-Syadzili mursyid tarekat syadziliyah. Majmu’at Dalail al-Khairat (Surabaya: Nabhan, t.th). 52 Masyhuri, Fenomena Alam Jin: Pengetahuan Spritual Dialog dengan Jin (Solo: C.V Aneka, 1996), h. 71.
yaitu hizbul bahri, dan juga murid-murid KH. Mahfudz Syafi’i selain mendapatkan tarekat syadziliyah dan hizbul Bahr juga banyak yang diberi semacam hizbul Aspa, dan KH. Mahfudz Syafi’i tidak begitu berkenan memberikan amalan-amalan lainnya misalnya seperti hizib Baladiah, hizib Mubarok, hizib Marobbil. KH. Mahfudz Syafi’i tidak mudah memberikannya amalan-amalan seperti itu hanya diberikan kepada orang-orang tertentu (orangorang yang sudah dipercaya oleh KH. Mahfudz Syafi’i) Didalam ajaran tarekat syadziliyah yang dikembangkan oleh KH. Mahfudz Syafi’i di Kab. Bekasi ini, semua ajaran-ajaran dan amalan-amalan tidak ada yang lain tujuannya melainkan hanya bertemu Allah, tidak ada tujuan yang lain misalnya mengamalkan hizib Baladiah supaya orangnya menjadi kebal dan lain sebagainya, tidak ada seperti itu dan tidak boleh disini dan tidak mengenal seperti itu disini. Ajaran-ajaran dan amalan-amalan yang diberikan dan disampaikan oleh KH. Mahfudz Syafi’i kepada murid-muridnya itu semuanya dalam rangka menuju ke Allah, semuanya dalam rangka menuju ke Allah. Firman Allah SWT :
]Y7^_V
[ \
-M☺ !
c:3?!
=M 5 9
]2A!
d2A!
QU$
Ua b4 -M☺ \
5 g9 +$⌧& fM☺ =E 3e QM☺UJ m!Yn^o
h !3
jk
- A
☯!27I
a⌧i
☺E3 \ h !3 _MOp U!
ÄØØ× á [tbeãÅ Artinya.:
“Katakanlah: Sesungguhnya Aku Ini manusia biasa seperti kamu, yang
diwahyukan kepadaku: "Bahwa Sesungguhnya Tuhan kamu itu adalah Tuhan yang Esa". barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, Maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya". (QS : Al-Kahfi 110)
Kata-kata !=F}vp itu benar-benar diterjemahkan sedemikian rupa diantara impelementasinya adalah tidak boleh mempunyai tujuan lain selain Allah dan kata-kata !=F} v p sebagai indikasi orang berjalan menuju ke Allah walaupun semuanya itu yang menyampaikan hanya Allah. kemudian selain istighfar shalawat dan dzikir, juga ada silsilahnya yang tidak boleh terputus (silsilahnya itu sampai kepada rasullulah saw) .53 Tarekat sebagai organisasi para salik dan sufi, pada dasarnya memiliki tujuan yang satu, yaitu taqarrub pada Allah.54 Selain itu, mereka juga senantiasa dianjurkan untuk menekuni sunnahsunnah Rosulluloh saw., mulai dari yang paling ‘sederhana’ sampai yang dianggap ‘berat’. Salah seorang mursyid tarekat syadziliyah, asy Syekh alMukarrom KH. Mustaqim bin Husain, qoddasallohu sirrohu, pernah berkata,
53
Wawancara dengan Bapak Humaidi Yusuf, di Cikarang Barat Desa Kali Jaya (Pon-Pes Al-Istighotsah), 17 Februari 2008. 54 Karena sebenarnya kata tarekat itu sendiri terambil dari kata Thariqat atau metode. Yaitu jalan untuk mendekatkan diri kepada Allah. Baca A. Wahib Mu’thi, Tarekat: Sejarah Timbulnya, Macam-macam, dan Ajaran-ajarannya Tasawuf (Jakarta: Yayasan Wakaf Paramadina, t.th.), h. 141.
“menjadi orang syadziliyah harus mau tekun dan telaten dengan amalan-amalan sunnah.”55 Seperti apa yang telah diterangkan oleh KH. Mahfudz Syafi’i, beliau mengajarkan kepada para murid-muridnya agar mereka hidup sebagaimana mestinya, seperti yang telah diteladankan oleh Rasulluloh saw dan para sahabat beliau. Para murid tarekat tidak perlu menunjukan ciri-ciri khusus sebagai seorang tarekat. Dalam berhubungan dengan Allah (biasa disebut dengan hablum minallah) dilaksanakan sebagai hubungan yang amat pribadi, sehingga tidak perlu dipertontonkan kepada orang lain. Berkalungkan tasbih, berdahi hitam, dan bersorban berlebihan merupakan hal yang tidak diperlukan dalam kehidupan murid tarekat syadziliyah Kab. Bekasi. Pakaian yang mereka kenakan pun cukup yang sesuai dengan kehidupan dan propesi mereka masing-masing. Namun demikian mereka senantiasa dianjurkan tetap menjaga kesucian, keindahan, dan kerapihannya.56 Sementara itu berhubungan dengan manusia lain (biasa disebut sebagai hablum minan naas) adalah sebuah keniscayaan sebagai mahluk sosial yang tidak boleh ditinggalkan. Mereka tidak diperkenankan untuk melupakan jati dirinya sebagai mahluk yang dalam kehidupannya pasti bergantung kepada orang lain. Karena, sebagai mahluk yang jelas tidak bisa berdiri sendiri, maka seorang Syadziliyyin harus berinteraksi dengan orang lain melalui tuntunan sebagai mana yang telah disunnahkan baginda Rasulluloh saw. Sedangkan, yang mampu berdiri sendiri (qiyamuhu binafsihi) hanyalah Allah SWT semata. Oleh karena itu, dalam ajaran tasawuf, seorang pejalan (salik) diwajibkan untuk memiliki guru mursyid, 55
Maftuh Bastul Birri , Manaqib 50 Wali Agung (Lirboyo: Cet ke-1, 1999.), h. 82. Wawancara dengan Bapak Humaidi Yusuf, di Cikarang Barat Desa Kali Jaya (Pon-Pes Al-Istighotsah) 11 Maret 2008. 56
dan
salah
satu
hikmahnya
adalah
untuk
membuktikan
kehambaan,
ketergantungan, kedhoifan (kelemahan) seseorang.57 Berkaitan dengan kedua hal tersebut diatas (hablum minallah dan hablum minannaas), asy Syekh al-Magfurlah Romo KH. Abdul Jalil Mustaqim mengatakan, “menjadi orang thoriqoh (tarekat) itu dirumah saja. Sedangkan, apabila di luar jadi orang biasa saja.” Artinya, amaliyah thoriqot adalah merupakan pekerjaan hati yang bersifat batiniyah, sehingga cukup hanya Allah swt saja yang mengetahuinya saja. Sedangkan untuk amalan-amalan lahiriyah, seorang murid thoriqot harus berlaku sebagaimana yang diwajibkan atas setiap pribadi kaum muslimin. Sehingga, sebagai seorang guru besar thoriqot syadziliyah, asy Syekh Abdul Djalil Mustaqim, semasa hidup beliau, dirumah amat tekun, teratur, istiqomah, dan mudawamah menjalankan segala aktivitas keruhanian beliau. Sementara itu, di luar, beliau sangat aktif dan konsisten dalam amaliyah-amaliyah yang bersifat sosial kemasyarakatan. Pokok-pokok dasar ajaran thoriqot (tarekat) syadziliyah Kab. Bekasi, adalah : 1. Taqwa kepada Allah SWT lahir dan batin, yaitu secara konsisten (istiqomah), sabar, dan tabah selalu menjalankan segala perintah Allah swt serta menjahui semua larangan-larangannya dengan berlaku waro’ (berhati-hati) terhadap semua yang haram, makruh, maupun syubhat), baik ketika sendiri maupun pada saat di hadapan orang lain. 2. Mengikuti sunnah-sunnah Rasulluloh saw dalam ucapan dan perbuatan, yaitu dengan cara selalu berusaha sekuat-kuatnya untuk senantiasa berucap dan 57
Abu Bakar Aceh, Pengantar Sejarah Sufi & Tasawuf (Solo: Ramadani, Cet ke delapan, 1994), h. 83.
beramal seperti yang telah dicontohkan Rasulluloh saw, serta selalu waspada agar senantiasa menjalankan budi pekerti luhur (akhlaqul karimah). 3. Mengosongkan hati dari segala sesuatu selain Allah SWT, yaitu dengan cara tidak memperdulikan mahluk dalam kesukaan atau kebencian mereka diiringi dengan kesabaran dan berpasrah diri kepada Allah SWT (tawakkal). 4. Ridho kepada Allah baik dalam kekurangan maupun kelebihan, yaitu dengan cara senantiasa ridho, ikhlas, qona’ah (tidak serakah atau rakus), dan tawakkal dalam menerima pemberian Allah SWT, baik ketika pemberian itu sedikit atau banyak, ringan atau berat, maupun sempit atau lapang. 5. Kembali kepada Allah dalam suka maupun duka, yaitu dengan cara secepatnya segera berlari dan kembali kepada Allah SWT dalam segala keadaan, baik dalam suasana suka maupun duka. Dan, kelima pokok tersebut diatas bertumpu pula pada lima pokok berikut : 1. Memiliki semangat tinggi, karena dengan semangat yang tinggi, maka akan naik pula tingkat derajat seseorang. 2. Berhati-hati atau waspada terhadap segala yang haram, karena barang siapa yang meninggalkan segala yang diharamkan, maka Allah SWT akan menjaga pula kehormatannya. 3. Baik dalam khidmat atau bakti sebagai hamba, karena barang siapa yang menjaga kebaikan dan kebenaran dalam taatnya kepada Allah SWT, niscaya akan tercapailah tujuan dalam menuju ke Allah SWT, niscaya akan tercapailah tujuannya dalam menuju kepada kebesaran dan kemuliannya. 4. Menunaikan segala yang difardhukan, karena barang siapa yang melaksanakan tugas kewajibannya dengan baik, niscaya akan bahagialah hidupnya.
5. Menghargai atau menjunjung tinggi nikmat-nikmat dari Allah SWT, karena barang siapa menjunjung tinggi nikmat kemudian mensyukurinya, maka dia akan menerima tambahan-tambahan nikmat yang lebih besar.58 Adapun bentuk amaliyah thoriqot (tarekat) syadziliyah Kab. Bekasi yang diajarkan kepada murid-muridnya atau pengikutnya, pertama-tama membaca basmalah dan al-Fatikhah lil-Laahi ta’ala. Kemudian, membaca dua kalimah syahadat 100 kali dan takbir 100 kali. Diteruskan hadiyah-hadiyah atau khadhroh Fatikhah yang masing-masing ditunjukan kepada sayyidina Muhammad saw, sayyidina Abu Bakar ash Shiddiq, sayyidina ‘Umar bin khotthob, sayyidina ‘Utsman bin ‘Affan, sayyidina ‘Ali bin Abi Tholib, sayyidina Hasan dan sayyidina Husain, Mbah Penjalu, Wali Songo, asy Syekh Abdul Qodir al Jilani, asy Syekh Abdur Rozzaq, asy Syekh Abdus Salam, asy Syekh Abil Hasan asy Syadzili, tambahan beberapa ulama atau Kyai minas sholihin, asy Syekh Sholachuddin bin Abdul Djalil Mustaqim, asy Syekh Abdul Djalil bin Mustaqim, asy Syekh Mustaqim bin Husain, kedua oarang tua, kemudian secara jamak ditunjukan kepada nabi Adam dan ibu Hawa, para nabi dan rosul, para syuhada’, sholihin, auliya’il ‘arifin, ‘ulama’il ‘amilin, malaikatil muqorrobin, semua orang mu’min laki-laki dan prempuan, dan yang terakhir ditunjukan kepada nabiyulloh Khidlir, ‘alaihis salam. Selanjutnya, membaca istigfar 100 kali, sholawat syadziliyah 100 kali, dzikir nafi istbat 100 kali yang diawali dengan berdzikir 3 kali secara perlahan-
58
Wawancara dengan Bapak Humaidi Yusuf, di Cikarang Barat Desa Kali Jaya (Pon-Pes Al-Istighotsah) 1 Maret 2008.
lahan, kemudian membaca laa ilaaha illal-Looh, al Fatikhah, dan diakhiri dengan membaca do’a.59 Bagi orang-orang yang sudah mendapatkan ijazah hizib Bahri, dianjurkan agar setelah mengamalkan wirid syadziliyah diteruskan dengan membaca hizib Bahri. Hal ini sesuai dengan anjuran asy-Syekh Abu Hasan Syadzili. Tatacara membacanya, setelah membaca al-Fatikhah yang terakhir, atau sebelum doa, kemudian dilanjutkan ke hizib Bahri dengan diawali membaca al-Fatikhah lilLaahi ta’ala, lalu langsung membaca hizib Bahri. Hizib Bahri diakhiri dengan membaca al-Fatikhah 7 kali, lalu ditutup dengan membaca do’a.60 Dalam tradisi
tarekat syadziliyah di Kab. Bekasi, aurod (wirid)
syadziliyah diserah terimakan kepada seseorang melalui ijazah dari seorang guru mursyid (syekh). Pada saat ini yang berkedudukan sebagai guru mursyid tarekat syadziliyah Kab. Bekasi, adalah KH. Abdul Djalil bin Mustaqim dan KH. Sholachuddin bin Abdul Djalil, rohimahullah. Sedangkankan proses serah terima aurod ini, bisa langsung diserahkan oleh guru mursyid sendiri, atau oleh orangorang yang mendapat izin dan kepercayaan dari guru mursyid untuk menyerahkan aurod ini kepada orang lain. Selain orang yang telah mendapatkan izin dari guru mursyid, tidak diperbolehkan memberikan aurod syadziliyah kepada orang lain. Hal ini juga berlaku untuk aurod-aurod lain yang dikeluarkan oleh pondok PETA, namun walaupun aurod-aurod (wirid) itu bisa diserahkan oleh orang-orang kepercayaan guru mursyid, yang biasa disebut sebagai ketua kelompok, akan tetapi pada hakekatnya yang menyerahkan atau mengijazahkan wirid itu adalah guru mursyid sendiri. 59
Durratus Salikin, Pondok PETA, ( Kauman, Tulungagung, t.th,.), h. 25 Ibid . , h. 26.
60
Para ketua kelompok atau orang-orang kepercayaan guru mursyid itu selain bertindak sebagai “kurir”, juga berperan sebagai wakil guru untuk memberi penjelasan kepada murid atau calon murid tentang segala hal yang berkaitan dengan wirid maupun tarekat itu sendiri. Hal-hal yang perlu diterangkan oleh para ketua kelompok, di antaranya mengenai amaliyah sehari-hari yang harus dilakukan bagi setiap murid-murid atau pengikut tarekat syadziliyah, niat, kaifiyat (tatacara) mengamalkan wirid, serta riyadhoh atau puasanya, dan keteranganketerangan penting lain yang perlu disampaikan. Semua itu perlu dijelaskan oleh ketua kelompok untuk menghindari kesalahpahaman di kemudian hari. Niat beribadah kepada Allah SWT, dalam bentuk apapun, yang dituntun oleh para guru mursyid thiriqot syadziliyah Kab. Bekasi kepada murid-murid adalah berniat beribadah hanya semata karena Allah SWT. Lil-Laahi ta’ala, seraya memohon mudah-mudahan agar : 1. Diberi ketetapan iman, 2. Diberi terangnya hati, 3. Diberi keselamatan dunia-akhirot, 4. Diberi apa saja yang barokah manfaat dunia-akhirat. Wirid syadziliyah, dan juga wirid-wirid lain yang diijazahkan di Pondok PETA, biasanya selalu diiringi dengan mengerjakan puasa atau riyadloh. Puasa yang dilakukan untuk riyadlho aurod syadziliyah selama 41 (empat puluh satu) hari, selama 41 hari secara terus menerus. Maka apabila hal itu dirasakan terlalu berat bagi si murid, karena harus melaksanakan kewajiban-kewajibannya yang lain, maka puasa itu pun bisa dilaksanakan dirumah.
Pada waktu mengerjakan puasa, selama itu pula si salik diwajibkan menyertainya dengan membaca wirid syadziliyah minimal setiap selesai sholat lima waktu. Akan lebih baik lagi bila ditambah dengan dengan membacanya setelah sholat-sholat sunnat, seperti sholat dhuha di pagi hari dan sholat tahajjud atau hajat di malam hari. Selain itu, juga diusahakan untuk menghindari makanan dan minuman yang mengandung unsur hewani, seperi : daging, ikan, susu, trasi, krupuk udang, dan lain-lain.61
C. Kedatangan Tarekat Syadziliyah ke Bekasi Kehadiran tarekat Syadziliyah Tulung Agung erat hubungannya dengan seorang tokoh tarekat Syadziliyah yang berkharismatik yaitu Bapak KH. Mahfudz Syafi’i. Beliau datang ke Bekasi pada tahun 1975 M atas permintaan Bapak KH. Drs. Dawam Anwar pimpinan Perguruan Islam El-Nur El-Kasysyaf Tambun Bekasi. Adapun yang melatar belakangi kedatangan KH. Mahfudz Syafi’i ke Bekasi adalah mimpi KH. Dawam Anwar berupa suara namun tidak ada wujud. Adapaun mimpinya itu ” Dawam ! Syaikh Mustaqim orang yang alim ” . Sampai tiga kali KH. Dawam Anwar bermimpi semacam ini. Maka beliau langsung ke Jawa Timur menuju Genu Watu untuk menemui KH. Mahfudz Syafi’i, lalu beliau diantarkan oleh KH. Mahfudz Syafi’i ke Tulung Agung dalam rangka sowan ke hadratus Syaikh Mustaqim bin Husen. Sesampainya dihadapan Kyai Mustaqim beliau di beri ijazah jaljalut. Sepulang dari Kyai Mustaqim langsung kedua Kyai itu menuju ke rumah Kyai Hasbullah Al-Marzuki di Kuto Anyar Tulung Agung. 61
Purnawan Buchori, Manaqib Sang Quthub Agung. (Pondok Peta : Tulungagung Jawa Timur, 2007), h. 92-93.
Intisari sowan KH. Dawam Anwar mengajak KH. Mahfudz Syafi’i ke Tambun Bekasi dalam rangka da’wah Islam, yaitu mengajar di YAPINK. Dan Kyai Hasbullah sebagai mertua dan juga guru KH. Mahfudz Syafi’i merestui, dan di kemudian hari KH. Mahfudz Syafi’i minta izin kepada Kyai Mustaqim bin Husen, dan beliau memberikan izin kepadanya dan sangat senang ada murid mau menyebarkan tarekat yang diajarkannya. Pada tahun 1975 KH. Mahfudz Syafi’i datang ke Tambun Bekasi di Perguruan Islam El Nur El Kasysyaf (YAPINK). Di tambun KH. Mahfudz Syafi’i memulai menerangkan ajaran tarekat kepada siapa saja yang datang bertamu termasuk ketika di dalam kelas dihadapan pelajar YAPINK juga dalam pengajianpengajaian umum. Kitab panduan yang beliau pakai adalah Al-Hikam karya Ibnu Athaillah Al-Sakandari, dan KH. Mahfudz Syafi’i harmonis mengembangkan ilmu tasawuf dan tarekat Syadziliyah dan Qodiriyah lama kelamaan mandiri atau konsentrasi di Gardu Sawah ini.62 D. Periode KH. Mahfudz Syafi’i 1993-2003 KH. Mahfudz Syafi’i lahir di Jombang pada tanggal 11 Desember 1933 M63, ayahnya bernama Syafi’i dan ibunya bernama Munfa’atun seorang petani yang taat beribadah. Beliau mempunyai 5 orang anak : 1. KH. Mahfudz Syafi’i (Pengasuh Pondok Pesantren Al-Istighotsah Bekasi Jawa Barat) 2. KH. Hafidz Syafi’i (Pengasuh Pondok Pesantren Mamba’ul Hidayah Telogo Kanigoro Blitar Jawa Timur).
62 Wawancara dengan Bapak Humaidi Yusuf, di Cikarang Barat Desa Kali Jaya (Pon-Pes Al-Istighotsah) 1 Maret 2008. 63 Wawancara dengan Bapak. Hani Masykuri, di Bulak Kapal Bekasi (Pon-Pes AlIstighotsah) 15 Februari 2008
3. Hj. Hayatin Syafi’i (Pengasuh Pondok Pesantren Mamba’ul Huda Genu Watu Ngoro Jawa Timur). 4. Kyai Sobihi Syafi’i (Pengasuh Pondok Pesantren Nurul Huda Tuban Jawa Timur). 5. Mashunah (Pengasuh Pondok Pesantren Bahrul Ulum Pare Kediri Jawa Timur). Pada tahun 1939 M, Bapak KH. Mahfud Syafi’i pada usia 7 tahun sebelum di khitan sudah dipondokkan oleh Bapak Syafi’i di Pondok Pesantren Seblak Tebuireng Jombang dan sekolahnya ke Madrasah Salafiyah Kyai Hasyim Asyari di kelas sifir tsani, karena terjadi agresi Belanda ke 2 pada tahun 1941 di Surabaya dan merambah ke Jombang, maka ketika KH. Mahfudz Syafi’i datang ke Pondok Pesantren Seblak sudah tidak ada santri yang tinggal di Pondok Pesantren, mereka semua pulang kerumahnya masing-masing karena ketakutan serangan Belanda. Maka akhirnya KH. Mahfudz Syafi’i pulang kerumahnya di Genu Watu dan meneruskan pendidikannya di kampung Genu Watu diasuh oleh pamannya, yaitu Kyai Zamroji Saeroji. Berkat dorongan dari Kyai Zamroji Saeroji, pada tahun 1952 KH. Mahfudz Syafi’i berangkat mondok di Pondok Pesantren Lirboyo Kediri bersama KH. Hafidz Syafi’i. Kemudian meneruskan lagi ke Pondok Pesantren Lasem Jawa Tengah dan pindah meneruskan ke Pondok Pesantren Kaliungu Semarang Jawa Tengah. 64 Guru-guru KH. Mahfudz Syafi’i Bidang Ilmu Syariat : 1. H. Syafi’i 2. KH. Hasyim Ansyari Jombang 64
Wawancara dengan Bapak Anwar Salim di Desa Mustika Sari-Bekasi (Pon-Pes Nur alIstiqomah) tanggal 10 Februari 2008
3. KH. Zamroji Saeroji Kencong 4. KH. Abdul Karim Lirboyo 5. KH. Masduki Lasem 6. KH. Mushlih Kali Wungu 7. KH. Mahrus Ali 8. KH. Marzuki 9. KH. Zaenuddin Mojo Sari Nganjuk Bidang Ilmu Thoriqoh (tarekat) dan Hakikat 1. Kyai Mustaqim bin Husen 2. Kyai Hasbullah. KH. Mahfudz Syafi’i menghabiskan waktunya menuntut ilmu selama 30 tahun dari tahun 1939 sampai 1069 M. Sebelum KH. Mahfudz Syafi’i memasuki bahtera rumah tangga, beliau pernah hijrah dalam rangka menyampaikan ilmu ke Tuban disana beliau ikut berjuang membangun madrasah dan pesantren dengan nama madrasah Tarbiyatus Sibyan, sekitar tahun 1963 dan dalam waktu satu tahun kemudian beliau pulang ke Genu Watu, pada tahun 1964 beliau melangsungkan pernikahan.65 KH. Mahfudz Syafi’i menikah dengan Ibu Hj Muhshonah putri Bapak Kyai Hasbullah Al-Marzuki Kuto Anyar Tulung Agung Jawa Timur pada tahun 1964. Dari pernikahan beliau dengan Ibu Hj Muhshonah dikaruniai 8 anak. 1. Mahsuroh 2. Makhnunah ( almarhum) 3. Mardhiyah 65
Wawancara dengan Bapak Anwar Salim Di Desa Mustika Sari-Bekasi (Pon-Pes Nur alIstiqomah) tanggal 17 Februari 2008
4. Maftuh Al-Hikam 5. Hani Masykuri 6. Muhammad Mansyur ( almarhum) 7. Layyinatuddiyanah 8. Fatih Fuad.66 Perkembangan Tarekat Syadziliyah yang dikembangkan oleh KH. Mahfudz Syafi’i 1993-2003 di Kabupaten Bekasi, sangat pesat dari pada waktu KH. Mahfudz Syafi’i berada di Tambun, kemudian setelah pindah ke Gardu Sawah tambah pesat lagi sehingga jamaah pengajian malam selasa sekitar 500 orang atau kurang lebih di bawah 1000 orang.67 Adapun sistem pendekatan yang dilakukan oleh KH. Mahfudz Syafi’i, yaitu dengan pendekatan secara lahir dan batin. Pendekatan secara lahir KH. Mahfudz Syafi’i mengadakan majlis ta’lim untuk berda’wah, yaitu setiap malam selasa yang kedua KH. Mahfudz Syafi’i mengamalkan istilah :
uvw x$-
jQt \
r5UsP
"#5☺3U; jk [@& +! Realisasinya, adalah bahwa setiap malam jum’at atau hari jum’at KH. Mahfudz Syafi’i tamunya banyak sekali menanyakan tentang apa yang terjadi pada suluknya atau perkembangan tarekatnya, misalnya mengalami kejadian-kejadian yang dialami seorang murid yang bermacam-macam, semuanya itu ditanyakan kepada KH. Mahfudz Syafi’i dan oleh KH. Mahfudz Syafi’i diberikan media bertanya pada malam jum’at atau hari jum’at kemudian KH. Mahfudz Syafi’i 66 Wawancara dengan Bapak. Hani Masykuri, di Bulak Kapal Bekasi (Pon-Pes AlIstighotsah) 15 Februari 2008 67 Wawancara dengan Bapak Humaidi Yusuf, di Cikarang Barat Desa Kali Jaya (Pon-Pes Al-Istighotsah) 9 Februari 2008.
mengistilahkannya dengan musyawarah, sebenarnya bukan musyawarah, itu hanya bahasanya KH. Mahfudz Syafi’i istilah bahasanya orang sopan, bahwasanya KH. Mahfudz Syafi’i mengangap dirinya orang biasa, sebenarnya bukan musyawarah akan tetapi itu semua adalah realisasinya dari lafad
uvw x$-
jQt \
r5UsP
"#5☺3U; jk [@& +! Semua itu adalah metodenya KH. Mahfudz Syafi’i dan metode ini sangat efektif karna bisa menjadikan berkembangnya perjalanan murid-muridnya di dalam rangka menuju ke Allah dan sekaligus KH. Mahfudz Syafi’i mengetahui perkembangan murid-muridnya dari satu ke yang lain dan pertanyaan-pertanyaan itu diluar akal manusia atau pertanyaan-pertanyaan yang tidak ditanyakan kepada orang non tasawuf.68 Adapun sistem penyampaian yang dilakukan oleh KH. Mahfudz Syafi’i, yaitu melalui majlis ta’lim (ceramah) dengan menggunakan refrensi dan refrensinya adalah kitab Sarah Hikam baik yang bagian pinggir maupun yang tengah ( karangan Ibnu Athaillah al-Sakandari dan Ibnu Ibad al-Randi ) dan juga kitab Ikhojul Himam karangan Ahmad bin Muhammad bin Ajibah al-Hasani.69 Sebagai pembimbing Tarekat Syadziliyah KH. Mahfudz Syafi’i mempunyai banyak refrensi atau rujukan tentang kitab tasawuf, ini yang membuat KH. Mahfudz Syafi’i berbeda dengan mursyid-mursyid yang lain. KH. Mahfudz Syafi’i mempunyai banyak refrensi atau rujukan, karena KH. Mahfudz Syafi’i itu orang syareat juga, yang kedua KH. Mahfudz Syafi’i itu profesional dalam 68
Wawancara dengan Bapak Humaidi Yusuf, di Cikarang Barat Desa Kali Jaya (Pon-Pes Al-Istighotsah) 18 Februari 2008. 69 Wawancara dengan Bapak Humaidi Yusuf, di Cikarang Barat Desa Kali Jaya (Pon-Pes Al-Istighotsah) 9 Februari 2008.
mempelajari kitab-kitab kuning, jadi bukan hanya ilmu bathin saja yang dikembangkan atau yang dimiliki KH. Mahfudz Syafi’i. KH. Mahfudz Syafi’i profesional dalam kitab kuning, pemahamannya dalam, disisi lain karena beliau adalah termasuk
äjfQ äm9e oi ränjfQp
Jadi itu termasuk diantara karomah beliau adalah telah diberi ilmu laduni oleh Allah SWT. Ketika beliau berbicara itu sudah dä] dan itu sudah bukan kolanya KH. Mahfudz Syafi’i lagi bisa jadi yang dä] itu Rasullulah saw, bisa jadi yang dä] itu embah Kyai Hasbullah, bisa juga yang dä] itu Kyai Mustaqim dan bisa juga yang dä] itu asli af’al Allah. Jadi KH. Mahfudz Syafi’i itu ilmunya sudah ilmu Fissudur bukan fissutur. (didalam hati bukan diatas kertas)70 Namun disisi lain KH. Mahfudz Syafi’i mempunyai banyak sekali refrensi atau rujukan. Refrensi-refrensi KH. Mahfudz Syafi’i, yaitu : 1. Sarah Hikam (karangan Ibnu Ibad al-Randi. w. 792 H/ 1390 M dan Ibnu Athaillah al-Sakandari. w 709/ 1309 M) 2. al-Insan al-Kamil fi Ma’rifah al-Awakhir wa al-Awail (karangan Abdul Karim bin Ibrohim al-Jili. w. 805H/1403M) 3. Sirrur Asror (karangan Syekh Muhyiddin Abdul Qadir Jaelani.w. 561 H/1166 M) 4. Lathoipul Minan (karangan Abd. Wahhab asy Sya’rani.w 973 H/1565 M) 5. Jawahirul Ma’ani (karangan Ali Harazim) 6. Fathurrahman
70
(karangan Syech Waly Ruslan)
Wawancara dengan Bapak Humaidi Yusuf, di Cikarang Barat Desa Kali Jaya (Pon-Pes Al-Istighotsah) 9 Februari 2008.
7. al-Risalah al-Qusyairiyah (karangan Abd al-Karim bin Hawazin al-Qusyairi. w. 465 H/1074 M). Semua itu kitab-kitab dibidang tasawuf semua, dan itu semua refrensinya KH. Mahfudz Syafi’i. KH. Mahfudz Syafi’i tidak sembarangan memberikan ajaran kitab, disamping ilmunya itu Fissudur (ilmunya sudah laduni), akan tetapi beliau juga tidak tidak meninggalkan referensi. Ini adalah keistimewaan dari pada KH. Mahfudz Syafi’i, oleh karena itu pengajian tasawufnya KH. Mahfudz Syafi’i itu bagus. Akan tetapi yang paling utama KH. Mahfudz Syafi’i itu sudah masuk dalam äjfQ äm9e oi ränjfQp ilmunya sudah laduni ilmu yang langsung dari Allah ( ilmu uluhiyah, ilmu wahbiyah ilmu pemberian langsung dari Allah ).71 Pemikiran KH. Mahfudz Syafi’i, bahwa tarekat syadziliyah yang dikembangkan oleh KH. Mahfudz Syafi’i itu mengikuti aliran modern, artinya KH. Mahfudz Syafi’i itu ingin mengajak orang-orang tarekat itu berada dalam maqom syukri atau syukur bukan maqom sober atau sabar, artinya kalau bisa kita itu sebagai orang tasawuf itu berada pada Firman Allah SWT :
:!R
f4
{|} dU23
EzP_o
y-
e52M☺PPA t⌧&
' 5~
>7IM b EA! ÄÝÜ á 9Q=eãÅ
71
Wawancara dengan Bapak Humaidi Yusuf, di Cikarang Barat Desa Kali Jaya (Pon-Pes Al-Istighotsah) 9 Februari 2008.
Artinya : “Hanya kepada Allah-lah sujud (patuh) segala apa yang di langit dan di bumi, baik dengan kemauan sendiri ataupun terpaksa (dan sujud pula) bayang-bayangnya di waktu pagi dan petang hari”. (QS. Ar Ra’d : 65 ).
Ma’na äQqÊ disitu adalah syukur dan bahwa tarekatnya KH. Mahfudz Syafi’i itu tidak mengajarkan kemunduran akan tetapi mengajarkan islam yang sejati dan tidak diajarkan untuk bekerja, tetapi bekerjalah sekuat tenaga, kaya kalau perlu, mobilnya bagus, rumahnya bagus, makan yang enak, pakai baju yang bagus, itu semua adalah ajarannya KH. Mahfudz Syafi’i. Kemudian tujuan dari semua itu adalah agar syukurnya itu sungguhan di dalam hati. Kekayaan jangan dihindari artinya yang tidak dibenarkan adalah mencintai kekayaan. Akan tetapi permasalahannya orang syukur itu identik dengan limpahan harta sedangkan kebanyakan orang itu tidak bersyukur dan lupa kepada Allah, itu termasuk diantara pemikirannya KH. Mahfudz Syafi’i dan tasawufnya adalah tasawuf modern.72 KH. Mahfudz Syafi’i di dalam mengamalkan tasawuf ada tiga prinsif yang dipegang : 1. Tafakur, dan beliau sering berkata
ÖnA Õ8äçQ oi =~5 ÖQäA =bZ% 8änAýæ ÖnAG&AÐZfæ Õ=}=s +ã +}91oi ÖjÏReã è&a ò läç1 oæã u-=5ã +}91 =Zeã 9nBiòéjf}9eã
q.eã oæã u^}=Êoip [~RM q] oi 3~Feã qæã rãp
2. Dzikir.
72
Wawancara dengan Bapak Humaidi Yusuf, di Cikarang Barat Desa Kali Jaya (Pon-Pes Al-Istighotsah) 9 Februari 2008.
Firman Allah SWT :
"GH $,- [.O>A
Md9 F29 W!
r5 @4
5/[ @Y ajw
ÄÛÜ á däZmvãÅ
,-
@C( wW
"#5! U; MU,A
Artinya.: “Hai orang-orang yang beriman. apabila kamu memerangi pasukan (musuh), Maka berteguh hatilah kamu dan sebutlah (nama) Allah sebanyak-banyaknya[620] agar kamu beruntung”. ( QS Al-Anfaal : 45 )
KH. Mahfudz Syafi’i mengatakan di dalam al-Qur’an tidak sedikit ayat yang menyuruh kita mengingat Allah, atau menganjurkan orang berdzikir kepada Allah, demikian juga Hadist nabi yang diriwayatkan oleh para sahabat dan tabi’in banyak sekali yang menunjukan fadilah dzikir Allah SWT berfirman “dan ingatlah Allah sebanyak-banyaknya supaya kamu mendapatkan kemenangan”. (QS : 62 : 10). “Laki-laki dan prempuan banyak mengingat Allah, Allah menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang besar”. (QS : 33 : 35). “Hai orang-orang yang beriman, berdzikirlah (dengan menyebut nama Allah) sebanyak-banyaknya dan bertasbihlah kepadanya diwaktu pagi dan petang”. (QS : 33 : 41 : 42) Ayat-ayat diatas dan masih banyak lagi ayat-ayat yang senada. Jelas memerintahkan kepada orang-orang yang beriman, baik laki-laki maupun prempuan supaya mengingat Allah sebanyak-banyaknya setiap waktu. Dan diperintahkan pula sebanyak-banyaknya menbaca tasbih, tahmid dan takbir, maka dia akan mendapatkan ampunan dan pahala yang besar.
Kemudian Hadist nabi Muhammad saw yang menganjurkan dzikir dan menerangkan keutamaannya, antara lain beliaau bersabda “Barang siapa memperbanyak dzikir kepada Allah, niscaya dia cinta kepadanya.”, “Bahwa mengingat Allah itu menyembuhkan segala penyakit di dalam hati.”, “Perbaharuilah iman kamu dengan memperbanyak menyebut/ mengingat Allah”. Demikian sebagian Hadist nabi yang memerintahkan kita memperbanyak membaca dzikir. Dan masih banyak lagi hadist-hadist lain yang menerangkan kelebihan dzikir dan menganjurkan kita supaya memperbanyak mengingat Allah, baik dengan lisan maupun hati, baik diwaktu siang maupun diwaktu malam. 3. Menahan Nafsu Firman Allah SWT :
4
$}
nf4
*4 \
{f *@A Md h !3 C*'Cd *+! {>
5_
FM☺A t
ÄÛØÀÛ× á #Q?neãÅ Artinya : “Dan adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya”, Artinya : “Maka Sesungguhnya syurgalah tempat tinggal(nya)”. (QS. An Naazi’aat : 4041 )
Dalam pandangan KH. Mahfudz Syafi’i, manusia cenderung mengikuti hawa nafsu. Manusia dikendalikan oleh dorongan-dorongan hawa nafsu pribadi, bukan manusia-manusia yang mengendalikan hawa nafsunya ia cenderung ingin menguasai dunia atau berusaha berkuasa di dunia. Cara hidup seperti ini menurut
KH. Mahfudz Syafi’i, akan membawa manusia kejurang kehancuran moral. Sebab sadar atau tidak, lambat atau cepat, manusia akan terbawa kepada pemujaan dunia. Kenikmatan hidup di dunia akan menjadi tujuan utama, bukan sebagai jembatan atau sarana untuk menuju kebahagiaan dan kenikmatan yang hakiki yaitu mengenal Allah. Menurut KH. Mahfudz Syafi’i manusia tidak boleh mematikan sama sekali hawa nafsunya, tetapi harus menguasainya agar nafsu itu tidak sampai membawa kesesatan. Sifat nafsu bagaikan anak kecil. Kemauan anak terlalu diikuti tidak boleh terlalu dibiarkan kemauannya juga tidak boleh, jika terlalu dikekang keinginannya, akan kehilangan semangat, bila dituruti kemauannya akan melampaui batas. Nafsu adalah salah satu potensi yang diciptakan Allah di dalam diri manusia agar bisa hidup lebih maju, penuh kreativitas, dan bersemangat. Jika tidak ada nafsu pada diri manusia tidak akan ada kemajuan dalam kehidupan mereka. Kalau Allah tidak menganugrahkan nafsu kepada manusia, maka lelaki tidak prempuan, dan prempuan tidak senang laki-laki, dan juga tidak senang semua ciptaan Allah. Padahal Allah ciptakan mahluk untuk manusia. Dari ketiga itu yang paling pokok adalah dzikirullah, karena dzikir itu adalah cara tercepat untuk sampai kepada Allah. Apabila seseorang sudah sampai cita-citanya kepada Allah melalui dzikir. Maka orang itu bisa bertafakur karena dzikir itu adalah kesucian jiwa, kejernihan hati, apabila hati sudah jernih dan jiwa sudah bersih maka aqal akan terang, terangnya aqal akan mendorong kepada tafakur, dan dengan melaui paduan antara dzikir dan tafakur maka hawa nafsu akan bisa tertahan dari hal-hal yang negatif (tercela)73 73
Wawancara dengan Bapak Anwar Salim di Desa Mustika Sari Bekasi (Pon-Pes Nur alIstiqomah) 20 April 2008.
Sejauh mana orang itu kedekatannya pada Allah, maka sejauh mana orang itu bisa menghilangkan sifat kemanusiannya bisa menghilangkan rasa dan merasa itu namanya kedekatan menghilangkan rasa. Maka akhir dari ajaran KH. Mahfudz Syafi’i yang digembar-gemborkan adalah baroatun minadda’awi (menghilangkan dari sifat rasa dan merasa).74 Adapun proses pembaiatan yang dilakukan oleh KH. Mahfudz Syafi’i kepada para murid-muridnya, yaitu berawal dari jama’ah pengajian setelah pengajiannya itu masuk kedalam hatinya dan mereka menerima, akhirnya membuka pendaftaran, kira-kira kumpulnya orang banyak dan merencanakan pendaftaran pembaiatan dan jiarah wali songo, akan tetapi yang paling utama bukan jiarah wali songonya tetapi pembaiatannya dan biasanya tidak hanya baiat saja tetapi juga jiarah wali songo. Semuanya itu masih berjalan sampai sekarang ini yang diteruskan oleh putra dan putrinya KH. Mahfudz Syafi’i. KH. Mahfudz Syafi’i beserta jama’ahnya sampai di Tulung Agung disana dibaiat oleh KH. Abdul Jalil Mustaqim atau KH. Sholahuddin. Setelah semua selesai dan tidak kembali kesana lagi. Kemudian seterusnya dibimbing oleh KH, Mahfudz Syafi’i.75 Pelaksanaan baiat thiriqot syadziliyah Kab, Bekasi, sejak dulu hingga sekarang, dilakukan secara langsung oleh yang berhak untuk membaiat, yaitu guru mursyid (asy Syekh) sendiri. Praktek pembaiatan pun dilakukan dengan cara satu persatu (face to face) antara asy Syekh dan murid. Berkaitan dengan hal ini, sebelum pelaksanaan pembaiatan, seorang ketua kelompok wajib memberikan 74
Wawancara dengan Bapak Humaidi Yusuf, di Cikarang Barat Desa Kali Jaya (Pon-Pes Al-Istighotsah) 9 Februari 2008. 75
Wawancara dengan Bapak Humaidi Yusuf, di Cikarang Barat Desa Kali Jaya (Pon-Pes Al-Istighotsah), 7 Februari 2008.
keterangan sejelas-jelasnya kepada murid tentang tatacara dan adabiyah mengikuti baiat thoriqot syadziliyah. Tatacara dan tatakrama (adabiyah) mengikuti baiat, antara lain : A. Sebelum pelaksanaan baiat : 1. Mandi 2. Berwudhu 3. Berpakaian lengan panjang (usahakan yang berwarna putih), bersarung, dan berkopiah. 4. memakai wangi-wangian. B. Pada saat mengikuti baiat : 1. Dalam keadaan memiliki wudlu. 2. Duduk dengan rapi, tertib, tenang, bersikap tawadhu’ dan terus menerus menjaga hati agar selalu ingat kepada Allah swt serta terus menerus membaca shalawat syadziliyah pada waktu antri (menunggu) di depan ruangan baiat. 3. Ketika masuk kedalam ruangan asy Syekh (ruang pembaiatan), dianjurkan agar berjalan jongkok hingga sampai kehadapan asy Syekh. 4. Duduk dihadapan asy Syekh dengan tenang dan sopan, serta dilarang keras memandang wajah asy Syekh. 5. Ketika duduk, kedua lutut murid dipertemukan (dipepetkan) dengan kedua lutut asy Syekh. 6. Pada saat dimulai pembaiatan, murid berjabatan tangan dangan asy Syekh secara biasa (tidak usah mencium tangan asy Syekh).
7. Setelah asy Syekh membacakan kalimat-kalimat baiat, murid langsung menjawabnya dengan kalimat yang sudah ditentukan, qobiltu baiataka bi aurodisy Syadzaliyah secara tegas dan jelas, seraya diiringi keyakinan dan kepasrahan kepada Allah SWT. Kemudian setelah itu, asy Syekh membaca dzikir 3 kali dan langsung diikuti murid sebanyak 3 kali pula. 9. Upacara pembaiatan diakhiri dengan dibacakannya do’a oleh asy Syekh dan murid mengamini dengan khusyuk dan tawadhu’. 10. Setelah selesai asy Syekh membacakan do’a kemudian beliau mengucapkan shalawat (Allahumma sholli ‘ala sayyidina mukhammad) dan murid menimpali sholawat itu (Allohumma sholi alaih wa’alaa aalih). 11. Setelah itu, murid langsung mengundurkan diri dari hadapan asy Syekh tanpa bersalaman lagi dengan beliau. Pada waktu keluar dari ruangan asy Syekh, seyogyanya murid keluar dengan cara berjalan jongkok dan mundur. C. setelah selesai baiat : 1. Sekeluar dari ruang baiat, dianjurkan baik secara sendiri-sendiri maupun secara berjama’ah agar berziarah ke makam asy Syekh Mustaqim bin Husain, Mbah nyai Sa’diyyah binti H. Ro’is, dan asy Syekh Abdul Djalil bin Mustaqim, rodliyalloh’ anhum, yang terletak di dalam komplek pondok PETA. 2. setelah sampai dirumah, dianjurkan agar mengusap-usapkan kedua belah telapak tangan ke kepala anak, istri, dan harta benda (termasuk barangbarang dagangan, kendaraan, sawah, dll). Hal ini dimaksudkan agar semuanya itu mendapat limpahan barokah dan manfaat dari asy Syekh lantaran pembaiatan tadi.
3. mengamalkan aurod syadziliyah secara istiqomah, minimal satu kali setiap harinya. 4. mengikuti khususiyah thoriqot syadziliyah di daerahnya masing-masing setiap malam selasa an malam jum’at, kecuali malam jum’at kliwon. Setiap malam jum’at kliwon (35 hari sekali), semua murid pondok PETA sangat dianjurkan mengikuti khususiyah thoriqot syadziliyah yang dilaksanakan di pondok PETA, Tulungagung, mulai pukul 20.30 WIB.76 E. Murid dan Pengikutnya Adapun jumlah murid KH. Mahfudz Syafi’i atau pengikut tarekat syadziliyah Kabupaten Bekasi yang dikembangkan oleh KH. Mahfudz Syafi’i, itu tidak terdaftar, yang jelas murid atau pengikut tarekat syadziliyah sudah melampaui ribuan bahkan ratusan yang sudah menyebar diberbagai plosok diantaranya : Bekasi, Jakarta, Karawang, Bogor, Tanggerang dll, belum mencapai nasional, karena KH. Mahfudz Syafi’i itu tidak mashur ( tidak mau memashurkan diri ), beliau itu tertutup. Beraneka ragam profesi pengikut tarekat syadziliyah ini, antara lain dari kalangan petani, pedagang, karyawan, pegawai negeri baik biokrat maupun pemerintahan, dari siswa, siswi, mahasiswa, aktifis organisasi, dan lainlain.77 KH. Mahfudz Syafi’i berjuang di Gardu Sawah sejak hari rabu pagi jam 8.30 WIB tanggal 13 Maret 1993 M./ 12 Rajab 1414 H. Sampai hari selasa jam 2.15 menit WIB, tanggal 3 Maret 2003 M./ 12 Rajab 1423 H dan beliau meninggal dunia (wafat) tepatnya pada tanggal 9 September 2003. selama kurang
76 Purnawaman Buchori, Manaqib Sang Quthub Agung (Pondok PETA, Tulungagung Jawa Timur: Cet ke 2, 2007), h. 94-95. 77 Wawancara dengan Bapak Humaidi Yusuf, di Cikarang Barat Desa Kali Jaya (Pon-Pes Al-Istighotsah) 27 Februari 2008.
lebih 10 tahun beliau mencurahkan waktu, tenaga serta pemikiran demi mengangkat kalimat Allah yang tinggi (agama Islam) untuk mengkwalitaskan manusia agar menjadi manusia yang manusiawi di ridhoi Allah SWT. . Beliau selalu menekankan kepada para santri dan pengikut (murid) tarekat syadziliyah agar mengamalkan 3 ilmu, yaitu ilmu syariat, ilmu tahoriqoh dan ilmu hakikat. Selama kurang lebih 10 tahun berjuang, banyak menghasilkan santri-santri yang sudah bisa terjun di masyarakat menerangi diri mereka dan ummat, bahkan ada yang menjadi pejabat.
BAB IV PERANANYA DALAM PENGEMBANGAN DI BEKASI
A. Pengembangannya Dalam Bidang Pendidikan Peranan tarekat syadziliyah Kab. Bekasi dalam pengembangnya di bidang pendidikan, ada, terutama sekali adalah pendidikan dalam bidang aqidah, tauhid, dan keimanan kepada Allah SWT, itu termasuk pendidikan yang paling utama. Pendidikan dibidang tauhid yang dalam arti keberhasilan dibidang tauhid yang benar-benar dapat dirasakan oleh orang-orang yang mengenyam pendidikan disini, terutama orang-orang yang sudah dibaiat, itu benar-benar sangat-sangat dirasakan. Saya berpendapat78 tidak ada sebuah metode pendidikan untuk bagaimana seseorang bisa memantapkan keyakinan dan keimanannya kepada Allah melainkan hanya dengan melalui tasawuf, karena pengaruh tasawuf didalam bidang pendidikan terhadap tauhid, terhadap keimanan, dan keyakinan kepada Allah, ini sesuatu yang tidak bisa ditemukan dipendidikan lain. Ini adalah pendidikan yang paling utama yang ditinggal oleh kebanyakan manusia. Ini adalah perananan tarekat syadziliyah dalam bidang pendidikan peran yang sangat dirasakan oleh para pengikut-pengikut tarekat syadziliyah Kab. Bekasi. Peranan tarekat syadziliyah pengembangannya di bidang pendidikan, terutama sekali pendidikan keimanan dan keyakinan kepada Allah itu hukumnya wajib ain, karena tanpa tasawuf orang belum bisa mempercayai atau belum bisa mempunyai keimanan yang yaqin. Maka belajar tasawuf itu hukumnya fardu ain.
78
Pengamatan Bapak Humaidi Yusuf.
Peã 9çQoæã rãp< × ÖjfBi p kfBi ga $Q ÖN}=Y kReã èfÊ Artinya : Mencari ilmu itu wajib bagi orang Islam laki-laki dan prempuan (HR. Ibnu Abdul Barr).
Mencari ilmu itu ada dua ilmu lahir dan ilmu bathin. Peranan tarekat syadziliyah pengembangannya di dalam bidang pendidikan sangat luas sangat punya peran.79 KH. Mahfudz Syafi’i memberikan pendidikan lahir dan bathin, maka peranan tarekat syadziliyah pengembangannya di dalam bidang pendidikan sangatlah mendukung, karena orang berjalan dijalan Allah tanpa ada pendidikannya ini tidak akan bisa sampai kepada Allah. Untuk mencapai kepada Allah, maka perlu pendidikan. Maka KH. Mahfudz Syafi’i mengembangkan tarekat syadziliyah di Kab. Bekasi ini dengan tanpa meninggalkan pendidikan, beliau juga mempunyai yayasan-yayasan sebagai tempat atau wadah untuk mengembangkan disiplin ilmu. Maka KH. Mahfudz Syafi’i mengembangkan tarekat syadziliyah ini dengan wadah pendidikan yang bernama Al-Istighotsah.80 Wadah pendidikan Al-Istighotsah ini pada perkembangan selanjutnya terdiri dari tiga tempat, yang pertama bertempat di Gardu Sawah yang sekarang ini dipimpin oleh Bapak Kyai Uci Sanusi dan Ibu Nyai Layyinatutdiyanah, yang kedua bertempat di Bulak Kapal, yang sekarang ini di pimpin oleh Bapak KH. Hani Masykuri dan Ibu Nyai Mardhiyah, dan ketiga bertempat di Sukatani yang sekarang ini di pimpin oleh Bapak Drs Kyai Humaidi Yusuf dan Bapak Kyai Maftuh Al-Hikam. Semuanya itu adalah putra dan putri KH. Mahfudz Syafi’i
79
Wawancara dengan Bapak Humaidi Yusuf Wawancara dengan Bapak Humaidi Yusuf, di Cikarang Barat Desa Kali Jaya (Pon-Pes Al-Istighotsah) 30 Februari 2008. 80 Al-Istighotsah adalah lembaga pendidikan Pondok Pesantren Salafiyah yang didirikan oleh KH. Mahfudz Syafi’i pada tahun 1993 dan juga sekaligus menjadi tempat berdirinya tarekat syadziliyah di Desa Kalijaya Kec. Cikarang Barat Kab. Bekasi.
yang meneruskan kembali perkembangan tarekat syadziliyah yang ada di Kab. Bekasi.81 B. Pengembangannya Dalam Bidang Sosial dan Ekonomi Di dalam masalah sosial jelas, bahwa ilmu tasawuf itu identik dengan ilmu ahlaq jadi tuntutannya orang tasawuf (pengikut-pengikut tarekat syadziliyah) itu adalah makarimul ahlaq. Sosial itu adalah sebuah interaksi pergaulan antara satu dengan yang lain, karena tasawuf itu memandang manusia itu adalah perbuatan Allah, maka manusia dihargai bukan karena manusianya akan tetapi karena Allahnya. Peranan tarekat syadziliyah Kab. Bekasi pengembangannya dalam bidang sosial itu sangat tinggi, karena memandang sesuatu tidak dipandang dari segi lahiriyah tetapi dipandang dari sisi bathinnya, sehingga orang-orang tasawuf mempunyai toleransi yang tinggi, dan orang-orang tasawuf
itu memandang
mahluk dibalik itu adalah af’al Allah, perbuatan Allah, ciptaan Allah dan tidak memandang manusia saja, bahkan kepada hewan, tumbuh-tumbuhan, lingkungan, dan yang namanya merusak alam, itu sangat bertentangan dengan tasawuf, karena alam itu ciptaan Allah yang harus dilestarikan. Berbuat baik pada manusia, bahkan berbuat baik kepada mahluk yang tidak bernyawa atau alam secara keseluruhan itu semua dipandang semata-mata menghormati Allah, kalau sudah seperti itu maka wujud sosialnya akan tinggi.82 Dalam masalah ekonomi disini tarekat syadziliyah peranannya dalam bidang ekonomi tidak mengurus ekonomi secara kongkrit. Akan tetapi yang jelas hanya menyarankan bahwa Islam itu adalah
81 Wawancara dengan Bapak Syariffudin di Cikarang Barat Desa Kalijaya (pon-pes AlIstighotsah) 27 Februari 2008. 82 Wawancara dengan Bapak Humaidi Yusuf Wawancara dengan Bapak Humaidi Yusuf, di Cikarang Barat Desa Kali Jaya (Pon-Pes Al-Istighotsah) 30 Februari 2008.
=jQoæã rãp< ×d qR%o] ü9æãp $ZBeã 9~eã oi R5 ä~fReã 9~eã Dan tarekat syadziliyah Kab. Bekasi tidak mengajarkan kumuh, miskin tetapi dipersilahkan untuk kaya, mempunyai kemewahan, tetapi jangan mencintai kekayaan, karena maqomnya itu maqom syukur bukan maqom sober (sabar), artinya kalau bisa orang tasawuf itu berlimpahan harta sehingga syukurnya itu sungguhan.83 Dalam bidang sosial dan ekonomi KH. Mahfud Syafi’i sangat memberikan dorongan-dorongan pada setiap murid-muridnya untuk mengembangkan satu bidang usaha. Bahwa milikilah seluruh harta untuk tidak dimasukan kedalam hati, oleh karena itu beliau menyarankan untuk membuat disiplin ekonomi yang kuat untuk bekal kehadirat Allah SWT, dengan ekonomi ini bisa menopang perjalanan kamu kehadirat Allah SWT, bukan berarti dengan tarekat ini justru meninggalkan dunia. Akan tetapi dengan tarekat ini dunia terbawa dan akhirat juga terbawa, sehingga semua bisa menjadi amalan akhirat, dan masalah sosial dan ekonomi tidak terlepas dari itu semua.84 C. Pengembangannya Dalam Bidang Da’wah dan Pembinaan Umat Peranan tarekat syadziliyah dalam bidang dakwah dan pembinaan umat ini luar biasa. Kalau dibidang da’wah sangat-sangat mengena. Kalau orang sudah masuk dunia tasawuf itu benar-benar imannya kuat. Di dalam pemembinaan umat juga seperti itu, pembinaan umat melalui tasawuf sangat-sangat kental, sangat berhasil, karena seseorang kalau sudah menyatakan dirinya Islam dan dia ingin
83 Wawancara dengan Bapak Humaidi Yusuf Wawancara dengan Bapak Humaidi Yusuf, di Cikarang Barat Desa Kali Jaya (Pon-Pes Al-Istighotsah) 5 Maret 2008. 84 Wawancara dengan Bapak Syariffudin di Cikarang Barat Desa Kalijaya (pon-pes alIstighotsah) 5 Maret 2008.
menguatkannya, kalau seseorang itu sudah masuk dunia tasawuf itu sangat luar biasa. Metode tasawuf adalah metode da’wah yang sangat pas.85 KH. Mahfudz Syafi’i seorang pablik pigur yang sangat dihormati beliau menda’wahkan semua ilmu pengetahuannya dan juga pembinaan umatnya melalui lahir dan bathin banyak wejangan-wejangan yang diberikan dan banyak pengikutpengikutnya yang mengikuti disiplin ilmu yang diberikan KH. Mahfudz Syafi’i, da’wahnya bukan hanya dengan lisan tetapi juga dengan hal, dalam memberikan wejangan bathiniah beliau selalu memberikan wejangan dengan hal dan lain sebagainya. Dan dalam hal pembinaan umat juga, banyak murid-muridnya yang banyak mendapatkan pembinaan umat karena tidak antipati dengan berbaurnya murid-murid KH. Mahfudz Syafi’i kepada masyarakat yang ada disekitarnya. Oleh karena itu pembinaan umat di dalam methode berda’wah KH. Mahfudz Syafi’i ini tidak lepas dari koridor-koridor hukum syariat dan thoriqoh.86 Niat beribadah kepada Allah SWT, dalam bentuk apapun yang diarahkan kepada para murid-murid tarekat syadziliyah Kab. Bekasi berniat beribadah hanya semata-mata karena Allah SWT, Lil-Laahi ta’ala, seraya memohon diberi ketetapan iman, diberi tenangnya hati, diberi keselamatan dunia-akhirat, dan diberi apa saja yang barokah manfaat dunia-akhirat. Satu hal yang sangat diperhatikan adalah syukur segala sesuatu yang datang dari ketentuan Allah adalah baik. Jika seseorang sedang diberikan kesempitan, penderitaan dan kemiskinan, hal tersebut berari Dia menghendaki seseorang tersebut untuk kembali kepada Allah
85 Wawancara dengan Bapak Humaidi Yusuf Wawancara dengan Bapak Humaidi Yusuf, di Cikarang Barat Desa Kali Jaya (Pon-Pes Al-Istighotsah) 12 Maret 2008. 86 Wawancara dengan Bapak Syariffudin di Cikarang Barat Desa Kalijaya (pon-pes alIstighotsah). 14 Februari 2008.
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Sebagai
penutup
dengan
berlandaskan
uraian-uraian
yang
telah
dikemukakan pada bab terdahulu, penulis dapat mengambil kesimpulan dan saran yang dapat dipergunakan sebagai bahan pemikiran menuju kearah perbaikan Tarekat Syadziliyah Kab. Bekasi adalah sebagai berikut : 1. Pendiri Tarekat Syadziliyah Kab. Bekasi adalah KH. Mahfudz Syafi’i yang mempunyai bai’at mutlaq dari KH. Mustaqim bin Husain Tulungagung Jawa Timur. Tarekat Syadziliyah berdiri di Kab. Bekasi karena adanya murid yang membutuhkan tempat untuk menjalankan riyadhah didekat kediaman Kyai dan dapat bimbingan langsung dari Kyai dan sebagai tempat untuk menjalankan acara ketarikatan, seperti pengajian, ritual khususiyah, dan tempat untuk menjalankan wiridan. 2. Perkembangan Tarekat Syadziliyah di Kab. Bekasi sangat pesat sejak periode KH. Mahfudz Syafi’i (1993-2003) sampai sekarang, karena tarekat diajarkan dengan konsep yang mudah dipahami, sesuai zaman sekarang yang serba modern dan sesuai kebutuhan murid-murid pada saat ini. Dengan bertarekat tidak berarti meninggalkan dunia, bahkan dengan tarekat bisa menyatu dengan kehidupan serta kebutuhan sehari-hari, sehingga disamping kebutuhan dunia juga kebutuhan akhirat. Dengan bertarekat tidak menjadikan orang tertutup, akan tetapi lebih terbuka pada masyarakat luas karena disamping mempunyai
intelektual yang tinggi juga bisa menyeimbangkan dengan jiwa yang selalu ingat kepada Allah.
B. Saran-saran Supaya mutu dan kualitas Tarekat Syadziliyah di Kab. Bekasi tetap eksis dan semakin meningkat serta lebih dikenal masyarakat luas baik dalam maupun luar negeri, penulis menyarankan : 1. Supaya hubungan antara mursyid dengan murid tidak putus baik lahir maupun bathin, hendaklah diadakan administrasi keorganisasian, dengan mendata murid yang keluar masuk, hal ini dilakukan karena untuk memudahkan mengkoordinir para murid, dan mengetahui jumlah seluruh murid Tarekat Syadziliyah. 2. Hendaklah para murid Tarekat Syadziliyah Kab. Bekasi, selalu meningkatkan peran dimasyarakat baik di lembaga maupun disekitarnya, memberi contoh yang baik dengan menjaga keseimbangan, baik jasmaniah amupun rohaniah, supaya masyarakat tahu kalau tarekat itu tidak meninggalkan dunia, bahkan tarekat bisa menyatu dalam kehidupan sehari-hari dalam masyarakat serta bangsa Indonesia. 3. Supaya pihak Tarekat Syadziliyah Kab. Bekasi mengadakan penulisan atau pembukuan sejarah Tarekat Syadziliyah hingga berkembangnya sampai sekarang ini, sebagai dokumen Tarekat Syadziliyah Kab. Bekasi dan memudahkan murid yang ingin mengetahui asal-usul Tarekat Syadziliyah Kab. Bekasi.
4. Dan juga kepada teman-temanku semua Alumni Pondok Pesantren AlIstighotsah yang telah membantu penulis untuk sekiranya melengkapi dan meneruskan kembali penelitian ini. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu penulis mohon kritik dan saran guna untuk menuju kearah kehidupan ynag lebih baik, dan juga supaya mutu dan kualitas Tarekat Syadziliyah di Kab. Bekasi tetap eksis dan semakin meningkat serta lebih dikenal masyarakat luas baik dalam maupun luar negeri. Demikian kesimpulan dan saran penulis mudah-mudahan bermanfaat khususnya buat penulis dan masyarakat luas.