SEJARAH DESA BPNE KANCITALA DI SULAWESI TENGGARA TAHUN 1930-2015 ABSTRAK Murniati1. Nim 231 410 099. Sejarah Desa Bone Kancitala Di Sulawesi Tenggara. Skripsi, Jurusan Sejarah, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Gorontalo. Di bawah bimbingan Bapak Drs. H. Darwin Une, M.Pd2 dan Bapak Hi. Lukman D. Katili, S.Ag., M.Th.I3. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejarah Desa Bone kancitala dan Perkembangan Desa Bone Kancitala, dibidang ekonomi, sosial dan Budaya Penelitian ini menggunakan kajian historis, yakni suatu penelitian yang bertujuan memberikan suatu deskripsi secara rinci dan mendalam fenomena yang berhubungan dengan permasalahan tersebut. Teknik pengumpulan data yang di lakukan dengan cara metode sejarah dibagi atas empat kelompok kegiatan, yakni: heuristik, kritik (verifikasi), interpretasi, dan historiografi. Hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa : masyarakat yang ada di Desa Bone Kancitala telah mengalami perkembangan. Fasilitas pendidikan, keadaan tempat tinggal penduduk serta peralihan penggunaan teknologi modern pada sistem pertanian merupakan wujud dari perubahan kehidupan masyarakat di Desa Bone Kancitala. Ditinjau dari faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan sosial ekonomi masyarakat di Desa bone Kancitala maka berbagai faktor yang mempengaruhinya antara lain adalah perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, dan perkembangan pendidikan serta sifat terbuka dari masyarakat sangat berpengaruh pada perkembangan dikalangan masyarakat Desa Bone Kancitala. Kata Kunci : Sejarah Desa Bone Kancitala PENDAHULUAN Muna sebuah pulau yang berada di jazirah sulawesi tenggara terdiri dari 33 kecamatan, 293 desa, 39 kelurahan dan 1 Unit pemukiman Transmigrasi merupakan satu – satunya daerah sulawesi Tenggara yang memulai kehidupan sejak zaman prasejarah. Muna merupakan nama suku sekaligus nama pulau memiliki banyak keunikan tradisi masyarakat yang berbeda-beda. hal ini bukan hanya sekedar rekayasa yang berdasarkan pada nilai pragmatis dan etnis kesukuan. Secara physik masyarakat desa sebagai tempat tinggal kelompok atau sebagai masyarakat hukum dan wilayah daerah kesatuan administratif berwujud sebagai tempat kediaman beserta tanah pertanian, daerah perikanan (empang, tambak) tanah sawah, hutan belukar, dapat juga meliputi tepi pantai suatu wilayah 1
Murniati merupakan penyusun skripsi yang berjudul sejarah Desa Bone Kancitala Di sulawesi Tenggara yang kurikulum vitaenya di halaman 81 2
Drs. H. Darwin Une, M.Pd. pembimbing I
3
Hi. Lukman D. Katili, S.Ag., M.Th.I Pembimbing II
yang berlokasi di lautan/danau/sungai,ngarai/pegunungan, yang keseluruhannya merupakan wilayah-wilayah yang dikuasai oleh hak masyarakat desa. Desa sebagai masyarakat hukum biasanya mengalami perkembangan dalam jangka waktu tertentu ialah dari sebuah induk desa pecah menjadi anakanak desa yang memisahkan diri guna membentu kelompok baru dengan kesatuan tempat tinggal tersendiri. Hal ini disebabkan bedasarkan adanya perkembangan jumlah penduduk, sehingga terdapat adanya kebutuhan akan badan (organisasi) baru guna memudahkan (efisiensi) pengurusan kepentingan warga desa yang bersangkutan. Proses tumbuh dan berkembangnya sebuah desa adalah suatu proses yang panjang serta membutuhkan suatu perencanaan, Desa Bone Kancitala sudah banyak mengalami perkembangan sehingga hal ini menyebabkan penulis tertarik untuk membahasnya dalam suatu penelitian. Banyak masyarakat di Indonesia yang tidak memahami dan mengetahui sejarah lokal yang ada di daerahnya masing-masing. Ini dikarenakan minimnya pengetahuan tentang sejarah lokal di wilayahnya, Adapun sumber- sumber untuk mengetahui secara lisan dalam perjalan sejarah suatu daerah akan didapatkan di masyarakat atau penduduk setempat. Selain itu setelah penulis melakukan wawancara kepada informan, penulis menemukan keunikan dari kebudayaan yang terkandung di dalam cerita-cerita tersebut. Hal itu patut untuk diteliti lebih lanjut agar masyarakat lebih memahami dan menghargai peninggalan-peninggalan yang terdapat di daerah tersebut. Dari latar belakang permasalahan diatas maka peneliti tertarik untuk meneliti persoalan yang berkaitan dengan sejarah suatu desa yang terletak di Propinsi Sulawesi tenggara tepatnya di Kabupaten Muna, Kecamatan Bone yaitu Sejarah Desa Bone Kancitala Di Sulawesi Tenggara Tahun 1930-2015. Kerangka Teori dan Pendekatan Teori adalah sangat esensial dalam kajian tentang gejala (fenomena), baik fenomena pada masa lalu maupun masa sekarang yang tidak terbuka untuk diamati secara langsung. Fenomena kolektif itu misalnya lembaga-lembaga, kelompok-kelompok, peristiwa-peristiwa kolektif4. Pendekatan sejarah menjelaskan dari segi mana kajian sejarah hendak dilakukan, dimensi ana yang diperhatikan, unsur-unsur mana yang diungkapkannya, dan lain sebaginya. Deskripsi dan rekontruksi yang diperoleh akan banyak ditentukan oleh jenis pendekatan yang dipergunakan. Oleh sebab itu ilmu sejarah tidak segan-segan melintasi seta menggunakan berbagai bidang disiplin ilmu untuk menunjang studi dan penelitiannya, yang didalam ilmu sejarah sejak awal telah dikenalnya dan disebut sebagai ilmu-ilmu bantu sejarah ( Sciences Auxiliary to history). Pendekatan antropologi mengungkapkan nilai-nilai, status dan gaya hidup, sistem kepercayaan dan pola hidup, yang mendasari pelaku tokoh sejarah (Sartono Kartodirjo.1994:4). Antropologi dan sejarah pada hakikatnya memiliki objek kajian yang sama, ialah manusia dan berbagai dimensi kehidupannya. Hanya bedanya sejarah lebih membatasi diri kajiannya pada peristiwa-peristiwa masa lampau, sedangkan antropologi tertuju pada kebudayaan. 4
Helius Sjamsudin. Metodologi Sejarah. Yogyakarta, Ombak.2012. hal:49
Secara metodologis pendekatan antropologi memperluas jangkauan kajian sejarah yang mencakup ( Sartono Kartodirjo, 1992: 156) : 1. Kehidupan masyarakat secara komprehensif dengan mencakup berbagai dimensi kehidupan sebagai totalitas sejarah. 2. Aspek-aspek kehidupan (ekonomi, sosial,politik) dengan mencakup nilainilai yang menjadi landasan aspek-aspek kehidupan tersebut. 3. Golongan-golongan sosial serta subkulturnya yang merupakan satu identitas kelompoknya. 4. Sejarah kesenian dalam berbagai aspek dan dimensinya, serta melacak ikatan kebudayaan sosialnya. 5. Sebagai unsur-unsur kebudayaan : sastra, senitari, senirupa, arsitektur, dan lain sebagainya. 6. Berbagai gaya hidup antara lain : jenis makanan, mode pakaian, permainan, hiburan, etos kerja, dan lain sebagainya 5. Pendek kata segala bidang kegiatan manusia dapat dicakup dalam sejarah kebudayaan. Dalam sejarah kebudayaan dimensi politik tidak termasuk didalamnya, meskipun menurut defenisi yang luas kehidupan politik pun termasuk dalam kebudayaan. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian sejarah, dimana peneliti berusaha untuk merekontruksi peristiwa sejarah berdasarkan fakta-fakta yang ada sehingga keakuratan dan ketepatan dalam penulisan sejarah bisa dicapai. Langkah-langka penelitian sejarah6 : a. Heuristik Heuritik adalah sebuah kegiatan mencari atau mengumpulkan sumbersumber sejarah untuk mendapatkan data-data, atau materi sejarah, atau evidensi sejarah agar lebih terarah dalam penyusunan skripsi, penulis membagi menjadi dua sumber yang digunakan yaitu sumber primer dan sumber sekunder. 1. Sumber primer Sumber primer adalah sumber asli yang merupakan bukti sezaman dengan peristiwa yang terjadi. Sumber asli tersebut meliputi dokumen,arsip,surat kabar, dan informasi yang berkaitan dengan peristiwa dalam penulisan ini, 2. Sumber sekunder Sumber sekunder adalah sumber penunjang yang sifatnya sudah dipublilkasikan yang meliputi buku,koran, majalah, dan internet. b. Krtitik sumber Jika dalam suaha penyusunan fakta-fakta dari sesuatu bagian sejarah kita menemukan sesuatu sumber misalnya, sebuah dokumen bagaimanakah menyimpulkan informasi dari sumber itu? Apakah sumber itu bertalian dengan penelitian kita? Pertanyaan itu membawa kita pada bidang kritik sejarah yakni metode untuk menilai sumber-sumber yang kita butuhkan guna mengadakan penulisan sejarah. 5
Sartono katodirjo. Pendekatan Ilmu Sosial Dalam Metodologi Sejarah. Jakarta. Gramedia. 1992. hal 156 6 A. Daliman. Metode Penelitian Sejarah. Yogyakarta, Ombak.2012.hlm:27
Krtitik adalah suatu kegiatan analitis kritis terhadap sumber-sumber sejarah yang berhasil dikumpulkan, dengan tujuan agar fakta sejarah tetap dijaga keasliannya. Kritik adalah langkah berikutnya setelah penulis berhasil mengumpulkan data-data sejarah. Kritik yang digunakan penulis dalam penyusunan proposal ini kritik eksternal dan kritik internal. Kritik eksternal adalah cara melakukan verivikasi atau pengujian terhadap aspek-aspek luar sumber sejarah, kritik eksteren ini bertugas menjawab tiga pertanyaan mengenai sesuatu sumber diantaranya : apakah sumber itu asli atau tiruan? Kemudian apakah sumber itu utuh atau telah diubah-ubah dan pertanyaan ini harus dijawab oleh analisis sumber. Sedangkan kritik internal adalah kritik yang menekankan pada aspek dalam yaitu isi dari sumber sejarah. Kritik ini mulai bekerja setelah kritik eksteren selesai menentukan bahwa dokumen yang kita hadapi memang dokumen yang kita cari. Sehingga kritik intern harus membuktikan bahwa kesaksian yang diberikan oleh sumber memang dapat dipercaya. c. Interpretasi Interpretasi adalah pengelompokan dan penafsiran fakta-fakta sejarah yang saling berhubungan yang diperoleh dalam bentuk penjelasan terhadap fakta tersebut dengan sesubjektif mungkin. Dalam metodologi sejarah tahap interpretasi inilah yang memegang peranan penting dalam mengeplanasikan sejarah. d. Historiografi Historiografi atau penulisan sejarah adalah tahap akhir dari seluruh penelitian sejarah yaitu heuristik, kritik, interpretasi dan disatukan menjadi sebuah historiografi yang telah melalui analisis kritis sehingga menjadi sesuatu penulisan yang utuh. Didalam penulisan ini akan memberikan gambaran secara jelas mengenai proses penelitian dari fase awal hingga akhir. Bab I menguraikan Pendahuluan dengan sub-babnya yaitu latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penulisan, kerangka teori dan pendekatan, tinjauan pustaka dan sumber, metode penelitian, jadwal penelitian, dan sistematika penulisan. Bab II menguraikan gambaran umum dengan sub-babnya yaitu letak geografi dan topografi, keadaan sosial dan budaya, pemerintahan, keadaan penduduk, keadaan ekonomi dan mata pencaharian, agama, pendidikan. Bab III menguraikan kajian sumber dengan sub-babnya sejarah desa Bone Kancitala, kehidupan Sosial dan Budaya Masyarakat Desa Bone Kancitala, kehidupan Ekonomi masyarakat Desa Bone Kancitala, eksistensi Desa Bone Kancitala. Bab IV menguraikan hasil penelitian dan pembahasan dengan sub-babya hasil penelitian membahas tentang Desa Bone Kancitala, pembahasan, membahas hakikat sejarah, hakikat Desa dan terbentuknya Desa, partisipasi masyarakat dalam pembangunan Pedesaan, factor pendorong dan penghambat pembangunan masyarakat desa, tujuan pembangunan masyarakat desa, pemerintah desa, pengertian masyarakat, unsur-unsur masyarakat, proses perubahan pada masyarakat, sosial dan budaya, perkembangan kebudayaan, Bab V Penutup
GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN Desa Bone Kancitala merupakan salah satu wilayah yang terletak di kecamatan Bone kabupaten Muna Propinsi Sulawesi Tenggara. Dengan luas wilayah mencapai 2500 ha dengan jarak sekitar 65 KM dari Ibu kota Kabupaten Muna Propinsi Sulawesi Tenggara 7. Pada umumnya beriklim tropis dengan suhu ratarata antara 25˚ C - 27˚. Bentuk topografi Desa Bone Kancitala dapat diklasifikasi menjadi : - Keadaan tanahnya datar sekitar 97% - Berombak 3% Desa yang ada dikabupaten Muna memiliki kondisi topografi pada umumnya merupakan dataran rendah dengan ketinggian rata-rata kurang dari 100 meter diatas permukaan air laut8. Dengan keadaan tanahnya yang cukup subur sehingga tanah tersebut dapat di tanam tanaman tahunan dan bulanan. Misalnya tanaman tahunan kelapa, jambu mente, jati dan untuk bulanan jagung, kacang dan sayur-sayuran. Intesitas atau curah hujan yang tinggi sangat berpengaruh bagi masyarakat sebab dari sektor pertanian masih tergolong tradisional. Sehingga banyak masyarakat Desa Bone Kancitala yang dulunya hanya mengandalkan pertanian sebagai sumber mata pencaharian, saat ini telah memperlebar sayap dengan menambah objek untuk dijadikan sumber mata pencaharian9. Tabel 1. Letak geografis Desa Bone Kancitala Sebelah Utara Desa Wapuale dan Kelurahan Wasolangka Sebelah Selatan Desa Matombura dan Desa Bone Lolibu Sebelah Timur Desa Bone Tondo Sebelah Barat
Desa Oelongko
Dalam kehidupan bermasyarakat sudah menjadi kenyataan bahwa masyarakat sudah bergelut dengan nilai-nilai dan norma-norma yang mengatur pola tingkah laku setiap anggota masyarakat. Di Bone Kancitala masyarakat dalam kehidupan sosial gotong royong atau saling membantu merupakan salah satu bentuk solidaritas khas masyarakat tradisional. Masyarakat terkait satu sama lain berdasarkan relasi sosial yang disebut dengan kepercayaan. Dalam pelaksanaanya biasanya masyarakat menjalin sebuah kerja sama demi tujuan bersama. Dilihat secara aspek sosiologis yang ditimbulkan oleh pola ini menjadi masyarakat yang
7
Sumber. Kantor desa Bone Kancitala
8
BPS Kabupaten Muna 2013
9
Sumber. Hasil wawancara dengan kepala desa Bone Kancitala
hidup saling berinteraksi mempunyai jiwa persatuan dan kesatuan yang berlandaskan kebersamaan10. KAJIAN SUMBER Desa Bone Kancitala merupakan salah satu desa yang terletak di kecamatan Bone Kabupaten Muna Propinsi Sulawesi Tenggara. Sebelum menjadi desa, Bone Kancitala adalah sebuah kampung kecil sebelumnya merupakan lahan perkebunan masyarakat dari tongkuno lama digunakan sebagai lahan perkebunan karena tanahnya yang cukup subur dan tanami berbagai macam kebutuhan seperti padi musiman, jagung, kacang-kacangan dan sayur-sayuran. Karena masyarakat sudah lama menetap maka berkembang menjadi sebuah kampung kecil dan berpendudukan ± 100 jiwa dan perintis pertama sejak tahun 1930 oleh Abdullah, gelar Yaroaweli ( perintis pertama) dengan status rukun kampung. Dengan nama RK desa Bone Kancitala disebut RK Bone Kancitala sebab penduduknya berasal dari RK Kabone-Bone dan RK kancitala Kecamatan Tongkuno lama, dengan berjalannya waktu kehidupan sosial masyarakat mulai membaik dan mengalami peningkatan secara bertahap. Masyarakat yang mendiami kampung tersebut adalah turunan suku Muna tongkuno lama menjadi suatu kelompok masyarakat dan memperhatikan nilai-nilai suku adat muna. Tahun 1931 mulai membangun rumah namun karena penduduk baru beberapa orang untuk mengadakan pembangunan tidak berjalan lancar. Sejak tahun 1932-1935 masyarakat cukup berkembang dan penduduknya mulai bertambah dan sudah ada usia sekolah, maka didirikan sekolah dasar pada tahun 1935. Sejak Abdullah meninggal pada tahun 1935 maka Abdullah diganti oleh La Tajuwia. La Tajuwia menjabat sampai tahun 1940 selanjutnya dari tahun 1940-1965 yang menjabat sebagai kepala RK adalah ketiga Kinorete, Keempat Yaronamisi, Kelima La Ngkimo, keenam La Aji 11. Pada tahun 1965 dari status RK Bone kancitala menjadi desa Bone Kancitala berdasarkan perubahan undang-undang dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945, pengakuan terhadap masyarakat hukum adat dipertegas melalui ketentukan pasal 18b ayat (2) yang berbunyi “ negara mengakui dan menghormati kesatuan-kesatuan masyarakat hukum adat beserta hak-hak tradisional sepanjang masih hidup dan sesuai dengan perkembangan masyarakat dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia, yang diatur dalam undangundang. Terbentuknya desa Bone Kancitala pada tahun 1965 penduduk yang sudah mulai berkembang secara bertahap pekerjaan yang dilakukan secara sistem (pokadulu) gotong royong. Desa Bone Kancitala pada dasarnya masyarakat berpegang teguh pada hukum adat, dan segala sesuatu yang dijalankan masyarakat harus bertitik tolak pada adat istiadat, cara berbicara, cara bergaul segala sesuatu kegiatan kesehariannya sangat dipengaruhi oleh adat istiadat setempat 12. Kemudian desa Bone Kancitala diresmikan pada tanggal 6 juli 1965 dengan dengan resmi dilantiknya Rosiman Tawid oleh Bupati La Ode Kaimudin sebagai kepala desa pertama Desa Bone Kancitala. Kehidupan Sosial Budaya Masyarakat Desa Bone Kancitala 10 11 12
Wawancara dengan La Sanihu tanggal 7 maret 2015 Wawancara Dengan bapak La sanihu tanggal 28 februari 2015 Wawancara dengan bapak la Hasani tanggal 29 februari 2015
Kehidupan masyarakat desa terutama nampak adanya tata masyarakat dan ekonomi pertanian. Kehidupan masyarakat di Desa Bone Kancitala dalam memenuhi kebutuhan sangat ditentukan oleh pola kegiatan masyarakat, dapat memenuhi kebetuhan hidup sendiri. Masyarakat pedesaan memproduksi pangan sendiri memenuhi kebutuhan yang esensial lainnya seperti sandang,peralatan dan lain-lain. Di daerah pedesaan kegiatan masyarakat sangat didominir oleh kegiatan pertanian. Masyarakat desa Bone Kancitala apabila menemukan masalah, menyelesaikan masalah dengan musyawarah karena masyarakat memiliki rasa kekeluargaan yang kuat. Kehidupan Ekonomi Masyarakat Desa Bone Kancitala Keadaan geografi Desa Bone Kancitala Mempengaruhi kehidupan ekonomi masyarakatnya. Banyaknya lahan pertanian yang dibuka membuat masyarakat didaerah tersebut memilih menjadi seorang petani dan pekebun. Sementara itu, yang lain sebagai peternak. Keberadaan petani yang mendominasi di Desa Bone Kancitala merupakan gambaran umum bagaimana daerah ini masih sedikit sentuhan industrialisasi. Untuk wilayah Desa Bone Kancitala, pertanian merupakan sektor ekonomi yang paling dominan karena dukungan dari keadaan geografis. Sub sektor pertanian yang dikembangankan oleh masyarakat adalah tanaman pangan serta sub sektor peternakan. Sektor pertanian menjadi pilihan masyarakat yang mendominasi desa Bone Kancitala. Jika melihat bagaimana dominasi sektor pertanian sebagai sektor utama dalam ekonomi masyarakat dikatakan bahwa desa Bone Kancitala merupakan wilayah pertanian. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Kehidupan sosial budaya pada masyarakat pedesaan sering dijadikan faktor hambatan dalam mencapai kemajuan masyarakat desa. Memang harus diakui bahwa dimasyarakat desa terdapat nilai-nilai sosial budaya yang mungkin tidak lagi sesuai dengan kemajuan masyarakat itu sendiri. Tetapi yang menjadi permasalahan adalah sulitnya masyarakat untuk mengubah hal-hal yang telah lama mereka miliki, bahkan kadang sudah melembaga sifatnya. Adat-istiadat yang sudah berjalan turun temurun memang sangat sulit untuk diubah, dan memerlukan waktu yang cukup lama untuk merombaknya, terutama kebiasaan-kebiasaan yang menghambat adanya kemajuan. Disamping itu, memang dapat diakui bahwa tidak semua nilai-nilai sosial budaya yang hidup dalam masyarakat ini menjadi faktor penghambat, tetapi ada juga sebagian yang dapat menjadi pendorong dan masih sesuai dengan kemajuan zaman. Penduduk Desa Bone Kancitala pada umumnya mempunyai hubungan yang sangat erat, baik dengan keluarganya maupun dengan penduduk desa lainnya. Tentu saja sesuai dengan ciri-ciri masyarakat desa Bone Kancitala rasa kebersamaan dan tanggung jawab sosial masyarakat yang tinggi membuat setiap anggota masyarakat merasa terlibat dalam aktivitas-aktivitas desa, seperti gotong royong, membantu keluarga lain apabila mengalami musiba, mengadakan pesta ( selamatan dan sebagainya), berbagai upacara adat dan keagamaan. Aktivitasaktivitas tersebut, paling tidak memakan biaya yang cukup besar dan sering menjadi beban masyarakat desa secara keseluruhan. Dari segi interaksi dan keharmonisan sosial, tindakan seperti ini memang sangat menguntungkan tetapi
sangat menyulitkan bagi warga desa, menolak atau tidak berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan seperti itu dianggap merupakan hal yang tidak mengenakan, bahkan sering dianggap menyimpang dari norma-norma yang hidup dalam masyarakat setempat. Oleh sebab itu perbuatan tersebut dapat saja menyebabkan orang yang bersangkutan dikucilkan dari pergaulan masyarakat. Pendidikan merupakan suatu hal yang amat penting bagi manusia karena siapapun juga tidak mampu membangun apabila masyarakat terdiri dari individuindividu yang memiliki tingkat pendidikan yang rendah. Desa bone kancitala dari segi pendidikan tergolong masyarakat yang memperhatikan pendidikan karena pendidikan penting bagi perkembangan pembangunan diberbagai bidang. Besarnya peranan yang dimiliki oleh pemerintah desa harus mematikan swadaya masyarakat dalam pembangunan, sesuai dengan hakikat pembangunan pedesaan yaitu membangkitkan diri masyarakat agar mereka dapat hidup mandiri. Adapun keberhasilan pembangunan pedesaan itu sendiri tergantung kepada masyarakat desa yang bersangkutan. Setiap manusia pasti memiliki masa lalu. Masa lalu yang pantas dikenang, baik yang sedih maupun yang menyenangkan dalam hidupnya. Setiap detik, menit, jam, hari, bulan, tahun dan seterusnya yang telah dilewati oleh manusia merupakan bagian dari masa lalu. Masa lalu yang disebut segai istilah sejarah. Dilihat dari asal usul kata, sejarah berasal dari bahasa arab, yaitu Syajaratun yang artinya pohon, keturunan asal usul atau silsilah. Dalam bahasa inggris (history), bahasa Yunani (historia), bahasa Jerman (geschicht). Sejarah dalam bahasa indonesia dapat diartikan riwayat kejadian masa lampau yang benar-benar terjadi atau riwayat asal usul keturunan ( terutama untuk raja-raja yang memerintah). Umumnya sejarah dikenal sebagai informasi mengenai kejadian yang sudah lampau. Sebagai cabang ilmu pengetahuan, mempelajari sejarah berarti mempelajari dan menerjemakan informasi dari catatan-catatan yang dibuat oleh orang perorang, keluarga, dan komunitas. Pengetahuan akan sejarah melingkupi pengetahuan akan kejadian-kejadian yang sudah lampau serta pengetahuan akan cara berpikir secara historis. Ilmu sejarah mempelajari berbagi kejadian yang berhubungan dengan kemanusiaan dimasa lalu. Sejarah dibagi kedalam beberapa sub dab bagian khusus lainnya seperti kronologi, historirgraf, genealogi, paleografi, dan kliometrik. Orang yang mengkhususkan diri mempelajari sejarah disebut sejarawan. Atas dasar ini, para sejarawan mendefenisikan tentang sejarah diantaranya : Nouruzzam Shiddiqie mendefenisikan sejarah “sebagai peristiwa masa lampau yang tidak hanya sekadar memberi informasi tentang terjadinya peristiwa itu, tetapi juga memberikan interpretasi atas peristiwa yang terjadi dengan melihat huku sebab-akibat. Desa merupakan organisasi terendah yang berada dibawah kecamatan yang mempunyai aturan hukum sendiri yang tidak bisa dicampuri oleh desa lain. Desa adalah suatu kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai susunan asli berdasarkan asal usul yang bersifat istimewa. Landasan dalam pemikiran
mengenai pemerintahan desa adalah keaneka ragaman, partisipasi, otonomi asli, demokratisasi dan pemberdayaan masyarakat13. Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Desa pasal 1 huruf o menyatakan bahwa desa atau disebut nama lain adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki kewenangan untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat berdarakan asal usul dan adat istiadat setempat yang diakui dalam sistem pemerintahan nasional dan dibawah kabupaten. Penemaan istilah desa disesuaikan dengan kondisi sosial budaya masyarakat setempat seperti marga, nagari, kampung, desa, dusun dan sebaginya dan susunan asli tersebut bersifat istimewa14. Tujuan utama dari pembangunan yang dilaksanakan oleh pemerintah desa adalah untuk meningkatkan taraf hidup masyarakatnya beragam usaha dari berbagi sektor terus dikembangkan dalam usaha pencapaian tujuan tersebut. Namun demikian, seringkali terjadi bahwa usaha dan minat balik tersebut tidak mencapai seluruh masyarakat terutama masyarakat di pedesaan . Di samping itu, banyak terjadi kerusakan lingkungan karena pendayagunaan yang berlebihan dalam mengejar target pembangunan tertentu dan juga terjadi pelanggaran normanorma kehidupan masyarakat di pedesaan15. Secara historis desa merupakan cikal bakal terbentuknya masyarakat politik dan pemerintahan di Indonesia jauh sebelum negara-negara bangsa ini terbentuk. Struktur sosial sejenis desa, masyarakat adat dan lain sebagainya telah menjadi instuti sosial yang mempunyai posisi yang sangat penting. Desa merupakan institusi yang otonom dengan tradisi, adat istiadat dan hukumnya sendiri serta relatif mandiri. Hal ini antara lain ditunjukan dengan tingkat keragaman yang tinggi membuat desa mungkin merupakan wujud bangsa yang apling kongkret16. Sejalan dengan kehadiran negara modern kemandirian dan kemampuan masyarakat desa mulai berkurang. Kondisi ini sangat kuat terlihat dalam pemerintahan orde baru yang berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 melakukan sentralisasi, birokratisasi dan penyeragaman pemerintah desa, tanpa menghiraukan kemajemukan masyarakat adat dan pemerintahan asli. UndangUndang ini melakukan penyeragamn secara nasional. Spirit ini kemudian tercermin dalam hampir semua kebijakan pemerintahan pusat yang terkait dengan desa. Partisipasi Masyarakat dalam Pembangunan Pedesaan Anggota masyarakat bukan hanya merupakan objek pembangunan semata, tetapi sebagai subjek pembangunan pula. Anggota masyarakat daerah pedesaan sebagain besar terdiri dari petani, yang sebagian besar petani kecill, dan bahkan sebagian mereka merupakan buruh tani yang berarti, tidak memiliki lahan pertanian lagi, sehingga mereka menjadi buruh tani. Petani umumnya lemah 13
Haw Widjaja. Otonomi Desa. Jakarta. Persada.2004.hlm: 3
14
Ibid.hlm 26.
15
Ibid. Hlm. 22
16
Haw widjaja. Opcit. Hlm : 4
kedudukannya karena tingkat pendidikan dan keterampilan mereka masih rendah, kemampuan modal dan pemasaran mereka relatif terbatas, sehingga mereka mudah dijadikan sasaran pemerasan seperti ijon oleh tengkulak yang telah beroperasi kepelosok desa sudah sejak lama. Kedudukan petani yang lemah itu, harus dirubah menjadi kuat, maju dan mandiri, sehingga peranannya dalam pembangunan sebagai subjek pembangunan menjadi tanggu. Kedudukan sebagai subjek pembangunan berarti anggota masyarakat memiliki kemauan, kemampuan, kesediaan, kesadaran, motivasi, kersama, prakarsa, dan wawasan yang kuat melekat pada diri anggota masyarakat mereka masa depan17. Bertambah pentingnya kedudukan anggota masyarakat tersebut dapat diartikan pula bahwa anggota masyarakat harus diajak untuk berperan secara lebih aktif, didorong untuk berpartisipasi dalam membangun masyarakat, dalam menyusun perencanaan dalam impelementasi program/proyek 18. Faktor-pendorong dan penghambat dalam pembangunan Masyarakat Pedesaan Perbedaan sosial budaya dan tingkat perkembangan desa-desa di Indonesia, maka terdapat pula variasi permasalahan yang dihadapi oleh desa-desa tersebut dalam rangka pembangunan masyarakatnya. Kadar permasalahan yang mungkin dianggap tinggi disuatu desa belum tentu tinggi di desa yang lain. Demikian pula halnya dengan faktor-faktor yang mungkin dapat dijadikan pendorong bagi pembangunan masing-masing desa. Perbedaan potensi desa dalam bidang-bidang tertentu sangat penting untuk diketahui untuk menyusun skala prioritas potensi yang mungkin dapat dijadikan pendorong dalam pembangunan desa tersebut. Dengan demikian layaknya kalau seorang agen of development harus mengetahui baik faktor-faktor penghambat yang terdapat di desa yang dikembangkannya. (1) Tanah, dalam arti sumber tambang dan mineral, sumber tanaman yang merupakan sumber mata pencaharian dan penghidupan. (2) Air, dalam arti sumber air, keadaan dan kualitas air dan tata airnya untuk kepentingan irigasi, pertanian, dan keperluan sehari-hari. (3) Iklim, yang merupakan peranan penting bagi desa agraris. (4) Ternak, dalam artian fungsi ternak di desa sebagai sumber tenaga, sumber bahan makanan, dan sumber keuangan. (5) Manusia, dalam arti tenaga kerja sebagai pengolah tanah dan sebagai produsen. Tujuan Pembangunan Masyarakat Desa Pembangunan masyarakat desa, sebagai bagian dari pembangunan nasional, tentu saja mempunyai tujuan-tujuan yang tidak terlepas dari pembangunan secara keseluruhan, baik dalam bidang sosial maupun ekonomi, maka tujuan pembangunan dipedesaan lebih sering ditekankan pada bidang 17
Raharjo Adisasmitha. Pembangunan Pedesaan Dan Perkotaan. 2006. Yogyakarta. Graha Ilmu. Hlm 39-40 18 Ibid hlm 40
ekonomi, sebab kondisi ekonomi inilah yang pada umumnya sangat memprihatinkan. Disamping itu tujuan pokok untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat, pembangunan desa mempunyai tujuan-tujuan yang sifatnya lebih strategis dan dapat mempercepat proses pembangunan desa, antara lain19: (a) Memperlancar sarana hubungan dan komunikasi, untuk lebih membuka desa terhadap daerah sekitarnya sehingga tidak menjadi daerah yang terisolasi. (b) Meningkatkan dan menyempurnakan struktur administrasi pedesaan beserta personalnya sebagai usaha menciptakan pembangunan desa yang lebih terarah dan efisien. Sosial dan budaya Manusia dikenal sebagai makhluk sosial yang tidak bisa hidup dalam kesendiriannya. Dalam hal ini, manusia hendaknya mampu menjalin hubungan dengan sesama manusia ataupun kelompok manapun. Sebab, hubungan sosial yang terjadi dalam sebuah masyarakat merupakan perwujudan antara individu dengan individu , individu dengan kelompok maupun kelompok dengan kelompok lainnya. Hubungan sosial adalah suatu kegiatan yang menghubungkan kepentingan antar individu, individu dengan kelompok atau antar kelompok yang secara langsung atau tidak langsung dapat menciptakan rasa saling pengertian dan kerja sama yang cukup tinggi, keakraban, keramahan, serta menjunjung tinggi persatuan dan kesatuan bangsa. Perkembangan kebudayaan Kebudayaan dan masyarakat adalah ibarat dua sisi mata uang, satu sama lain tidak dapat dipisahkan. Kebudayaan berasal dari bahasa sansekerta buddhaya yang merupakan bentuk jamak dari kata “buddhi” yang berarti budi akal. Dengan demikian kebudayaan dapat diartikan sebagai hal-hal yang bersangkutan dengan budi atau akal. Disamping budaya adalah kultur yang berasal dari bahasa inggris culture. Culture berasal dari kata latin yaitu “colere” yang diartikan sebagai segala daya dan kegiatan manusia untuk mengolah dan merubah alam. E.B. Taylor memberikan defenisi mengenai kebudayaan adalah keseluruhan yang kompleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, keilmuan, sosial, hukum, adat-istiadat dan kemampuan-kemampuan lain serta kebiasaan yang didapatkan oleh manusia sebagai anggota masyarakat. Selo Soemardjan dan Solaeman Sumardi memberikan barasan-batasan kebudayaan sebagai semua hasil karya rasa dan cipta masyarakat20. Karya menghasilkan teknologi dan kebudayaan kebendaan atau kebudayaan jasmaniah yang diperlukan manusia untuk menguasai alam sekelilingnya untuk keperluan masyarakat. Rasa yang meliputi jiwa manusia mewujudkan segala kaidah-kaidah dan nilai-nilai kemasyarakatan dalam arti luas misalnya agama, ideologi, kebatinan, kesenian dan semua unsur hasil ekpresi dari jiwa manusia sebagai anggota masyarakat. 19 20
Ibid. Hlm 68 Hartomo,dkk. Ilmu Sosial Dasar.2008. Jakarta. Bumi aksara. Hlm 38
Cipta merupakan rasa kemampuan mental, kemampuan berpikir dari orangorang yang hidup sebagai anggota masyarakat yang antara lain menghasilkan filsafat dan ilmu pengetahuan baik murni maupun terapan. Rasa dan cipta menghasilkan kebudayaan rohani atau spritual/immateriil. Semua karya. Rasa dan cipta dikuasai oleh karsa dari orang-orang yang menentukan kegunaannya agar sesuai dengan kepentingan masyarakat. Selain kebudayaan ada kata “peradaban” (civilization), para ahli sosiologi membedakan antara kebudayaan dan peradaban. Peradaban dipakai untuk tecnical skill (keterampilan teknik) seperti kemampuan membangun bendungan, pembuatan gedung-gedung bertingkat, kapal-kapal laut dan pesawat-pesawat terbang. 1.1.1 Pengertian Masyarakat Masyarakat adalah merupakan wadah untuk membentuk kepribadian diri setiap warga kelompok manusia atau suku yang berbeda satu dengan yang lainnya. Didalam satu masyarakat itu juga warga bersangkutan mengembangkan kebudayaan yang pasti memiliki ciri khas yang berbeda. Kebudayaan yang hidup dalam satu kelompok masyarakat dapat menampilkan suatu corak yang khas terutama terlihat oleh orang luar yang bukan warga masyarakat yang bersangkutan. Seorang warga dari suatu kebudayaan yang telah hidup dari hari kehari didalm lingkungan kebudayaan biasanya tidak terlihat corak yang khas. Masyarakat dapat membentuk kepribadian yang khas bagi manusia, sehingga tanpa adanya kelompok manusia tidak akan mampu untuk dapat berbuat banyak dalam kehidupannya21. Kemudian Ralp Lintop mengemukakan bahwa : “masyarakat adalah setiap kelompok manusia yang telah cukup lama hidup dan bekerja sama, sehingga mereka dapat mengorganisasikan dirinya dan berpikir tentang dirinya sendiri dalam suatu kesatuan sosial dengan batas-batas tertentu”22. Menurut Roucek dan Waren, bahwa masyarakat adalah kelompok manusia yang memiliki rasa kesadaran bersama yang mana mereka berdiam pada daerah yang sama, yang sebagian besar atau seluruh warganya memperlihatkan adanya adat kebiasaan aktifitas yang sama pula23. Sejalan dengan hal tersebut diatas menurut Machler mengatakan bahwa: “masyarakat adalah suatu sistem dari cara kerja dan prosedur, dari otoritas dari dan saling bantu membantu yang meliputi kelompok dan pembagian sosial lain, sistem dari pengawasan tingkah laku manusia dan kebebasan sistem yang kompleks yang selalu berubah atau jaringan dari relasi sosial itulah yang dinamai masyarakat24.
21
Abdul syaini. Sosiologi dan perubahan masyarakat.1995.yogyakarta.pustaka media.hlm 46 22
Abdul Syaini.Opcit hlm.54
23
Abdul Syaini.opcit hlm 84
24
Hardsojo. Pengantar Antropologi. 1999. Bandung . Putra Bardin. hlm 127
Masyarakat sebagai suatu kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut suatu sistem adat istilah tertentu yang bersifat kontinyu, oleh suatu rasa identitas yang sama. Artinya masyarakat merupakan suatu pergaulan hidup bersama, dalam suatu bentuk suku, agama, adat istiadat dan lain-lain. Dimana didalamnya terdapat ikatan-ikatan berupa interaksi kegiatan, tujuan, keyakinan dan tindakan yang cenderung memiliki kesamaan dalam pelaksanakannya 25.
5.1 Kesimpulan Desa Bone Kancitala merupakan suatu desa yang berada di Sulawesi Tenggara kabupaten Muna tepatnya di kecamatan Bone, suatu perkampungan kecil pada tahun 1930 dengan jumlah penduduk ± 100 jiwa pada saat itu. Sebelum tahun 1930 kampung tersebut merupakan perkebunan masyarakat yang berasal dari kecamatan tongkuno lama kota lama kabupaten Muna sekarang ini. Karena masyarakatnya yang sudah lama menetap dan penduduknya makin bertambah maka mereka menetap dikebun tersebut. Pada tahun 1930 terbentuklah suatu perkampungan kecil dengan dipilihnya pimpinan masyarakat yang dipercaya yaitu Abdullah sebagai kepala kampung pertama ( kepala RK I) yang telah ditetapkan oleh masyarakat pada saat itu. Abdullah berasal dari kecamatan tongkuno lama yaitu kampung kabone-bone RK kancitala pada saat itu maka masyarakatnya menamakan kampung tersebut Bone Kancitala. semakin berkembangnya penduduk kampung, pada tahun 1935 didirikan sekolah dasar dengan siswa yang masih sedikit pada saat itu masih sekolah rakyat. Karena kepedulian masyarakat tentang pendidikan walaupun banyak diantara mereka yang belum mengerti tentang pendidikan, sebelum meninggalnya Abudullah anak-anak yang usia sekolah dasar dipaksakan untuk bersekolah. Dilihat dari perkembangan masyarakat maka pada tahun 1965 kampung desa Bone Kancitala beruba status dari kampung menjadi sebuah desa karena penduduk atau manusia, kegiatan kehidupan dan perangkat kehidupan merupakan perangkat dasar terbentuknya suatu lingkungan kehidupan. Perkembangan dan pertumbuhan akan mempengaruhi perkembangan dan pertumbuhan yang lain. memenuhi syarat untuk tertebentuknya desa seprti lingkungan perumahan yang layak, adanya lapangan kegiatan kerja dimana masyarakat dapat mencari nafka, lingkungan perumahan dapat dicapai dengan jaringan jalan yang berfungsi menghubungkan suatu desa dengan desa lain. Dengan adanya syarat terbetuknya desa tersebut maka dipilihnya kepala desa yaitu Rosiman Tawid sebagai kepala Desa pertama desa Bone Kancitala. Semenjak awal terbentuknya 1930 kehidupan masyarakat sampai dengan tahun 2015, masyarakat mulai merasakan perubahan diberbagai bidang. Pada periode ini, masyarakat desa Bone Kancitala mulai merasakan dampak pembangunan dari berbagai sektor kehidupan mulai dari pelayanan administrasi desa, pendidikan, kesehatan, peningkatan pemberdayaan pemuda melalui pembentukan organisasi, sampai pada mudahnya akses masyarakat terhadap bantuan-bantuan pemerintah diberbagi bidang. Pembangunan infrastruktur berupa 25
Koentjaraningrat. Masyarakat dan kebudayaan.1987. Jakarta. Pustaka media.hlm 146
jalan, pasar, fasilitas pendidikan, kesehatan dan sebagainya juga berdampak pada perkembangan kehidupan masyarakat. semua hal tersebut merupakan salah satu dari dampak perkembangan pola pikir masyarakat agar desa yang ditinggali tidak tertinggal dari daerah lain yang sedang berkembang. Dalam aspek interaksi sosial masyarakatnya bisa dikatakan bahwa masyarakat Desa Bone Kancitala berhasil menjaga dan membangun pola interaksi yang sifatnya posisif. Walaupun dalam masyarakat ada konflik-konflik namun dampat diselesaikan dengan memegang teguh adat-istiadat menyelesaikan masalah dengan musyawarah yang sifatnya kekeluargaan tanpa menyimpan dendam dan terus dijadikan pengalaman dimasi kini dan akan datang serta menjaga kedamaian masyarakat agar tetap harmonis, aman dan tentram. Masyarakat desa Bone Kancitala tergolong berhasil menciptakan suasana kondusif sehingga mendukung jalannya pembangunan. DAFTAR PUSTAKA Syaini,Abdul, 1995. Sosiologi Dan Perubahan Masyarakat. Jakarta : Pustaka Jaya Ahmadi ,Abu, 1986. Antropologi Budaya. Surabaya : CV Pelangi Basrowi, 2005. Pengantar Sosiologi. Bogor : PT Ghalia Indonesia Damsar, 2009. Pengantar Sosiologi Ekonomi. Jakarta : Kencana Prenada Media Grup Daliman, 2012. Metode Penelitian Sejarah. Yogyakarta : Ombak Purwito P , Edi. 2007. Dinamika Sosiologi. Surakarta : PT Widya Duta Grafika Hadikusumo, 1965. Hukum Adat Masyarakat Pedesaan. Jakarta : Irama Widya Harsojo, 1999. Pengantar Antropologi. Bandung : Putra Bardin Hartono, dkk. 2008. Ilmu Sosial dasar. Jakarta : Bumi Aksara Poerwanto , Hari, 2000. Kebudayaan dan Lingkungan. Yogyakarta : Pustaka Pelajar Sjamsudin,Helius, 1994. Metodologi Sejarah. Yogyakarta : Ombak Widjaja, Haw. 2003. Otonomi Desa. Jakarta : PT Raja Grafindo Djingan M.L, 2000. Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan. Jakarta : Rajawali Sunarto, Kamanto, 2004. Pengantar Sosiologi. Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia Kartohadikusumo, 1965. Masyarakat Pedesaan. Yogyakarta : Tiara Wacana Khairuddin, 2000. Pembangunan Masyarakat. Yogyakarta : Liberty Koentjaraningrat, 1987. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta : PT Rinek Cipta La Oba, 2005. Muna Dalam Lintasan Sejarah. Bandung : Sinyo Stongka , Piotr, 2010. Sosiologi Perubahan Sosial. Jakarta Penada Media Grup Raharja , Pratama, 1994. Ilmu Pengetahuan Sosial Ekonomi. Jakarta : PT Intan Pariwara