Sejak 1954, UNAIR Miliki 452 Guru Besar UNAIR NEWS – Pada pertengahan Airlangga memiliki tiga guru besar pada Sabtu (27/8). Ketiganya akan Mukti, Kantor Manajemen UNAIR oleh Nasih, S.E, M.T, Ak.
tahun 2016, Universitas baru yang akan dikukuhkan dikukuhkan di Aula Garuda Rektor UNAIR Prof. Dr. M.
Ketiganya adalah Prof. Dra. Myrtati Dyah Artaria, M.A., Ph.D selaku Guru Besar bidang Ilmu Antropologi (FISIP), Prof. Dr. drh. Suherni Susilowati, M.Kes selaku Guru Besar bidang Ilmu Inseminasi Buatan (FKH), dan Prof. Dr. I Komang Wiarsa Sardjana, drh., selaku Guru Besar bidang Ilmu Penyakit Dalam dan Bedah Veteriner (FKH). Sejak UNAIR didirikan pada tahun 1954, secara berurutan ketiganya merupakan guru besar ke-450, 451, dan 452. Namun, sejak UNAIR berstatus perguruan tinggi negeri berbadan hukum (PTN – BH), ketiganya merupakan guru besar ke-158, 159, dan 160. Pada fakultas masing-masing, Prof. Myrtati merupakan Guru Besar Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik aktif ke-16. Sedangkan, Prof. Suherni adalah Guru Besar Fakultas Kedokteran Hewan aktif ke-23, dan Prof. Komang adalah Guru Besar FKH aktif ke-24. Dengan bertambahnya jumlah guru besar UNAIR, maka UNAIR diharapkan mampu memberikan kontribusi nyata yang lebih banyak kepada masyarakat. “Kita menunggu bagaimana pemikiran itu direalisasikan dan diamalkan. Sehingga, UNAIR bisa berkontribusi secara nyata di bidang swasembada pangan dan pengambilan keputusan berdasarkan informasi yang tepat,” tutur Rektor UNAIR. Dalam jumpa pers terkait pengukuhan guru besar baru, ketiganya
menjelaskan ringkasan orasi ilmiah. Prof. Myrtati akan menyampaikan orasi ilmiah berjudul “Identifikasi Individu Tak Beridentitas di Indonesia”. Dalam konferensi pers, Prof. Myrta menyampaikan bahwa bangsa Indonesia memiliki kekhasan dari aspek genetika akibat masih banyaknya perkawinan endogami. “Perkawinan endogami adalah perkawinan dengan orang segolongan, entah itu etnis yang sama, daerah yang sama, dan lebih banyak lagi, agama yang sama. Karena bunyi sila kesatu Pancasila, itu cukup berdampak pada kekhasan di Indonesia,” tutur Prof. Myrta dalam konferensi pers, Kamis (25/8). Prof. Myrta melanjutkan, akibat perkawinan endogami itu, identifikasi individu tak beridentitas tak begitu mengalami kendala. Hal ini berbeda dengan aspek genetika dari luar negeri yang sudah banyak melakukan kawin campur. Guru besar kedua yang menyampaikan keterangan pers mengenai orasi ilmiahnya adalah Prof. Suherni. Dalam orasi ilmiah berjudul “Potensi Frozen Semen pada Kawin Suntik Kambing sebagai Upaya Memenuhi Kebutuhan Protein Hewani”, Prof. Suherni menyatakan kualitas semen beku merupakan salah satu faktor pembatas terhadap keberhasilan program inseminasi buatan pada kambing. Untuk itu, perlu diatur penggunaan insulin Like Growth Factor-I Complex pada semen beku. Guru besar ketiga yang menyampaikan keterangan pers mengenai orasi ilmiahnya adalah Prof. Komang. Dalam orasi ilmiah berjudul “Menuju Swasembada Daging di Indonesia dengan Tes Progesteron Paper Strip”, Prof. Komang mengembangkan metode baru untuk mengetahui status reproduksi ternak secara cepat, mudah, dan murah. Metode ini merupakan kit diagnostik untuk pemeriksaan kebuntingan dini pada sapi. (*) Penulis : Defrina Sukma S. Editor : Binti Q. Masruroh
Alumni UNAIR Ignasius Jonan Beri Motivasi Mahasiswa Baru UNAIR NEWS – Rektor Universitas Airlangga Prof. Dr. M. Nasih, S.E., M.T., Ak mengukuhkan 6.726 mahasiswa baru jenjang S-1 dan vokasi pada Kamis (18/8). Pengukuhan mahasiswa baru tersebut dihadiri Ignasius Jonan, alumni UNAIR angkatan tahun 1982. Jonan, sapaan akrabnya, memberi kuliah tamu untuk memotivasi para mahasiswa baru. “Hari ini sama seperti ketika saya dikukuhkan menjadi mahasiswa baru UNAIR, 34 tahun yang lalu, pada tanggal yang sama di tahun 1982,” ujarnya diikuti tepuk tangan mahasisawa. Menteri Perhubungan Indonesia tahun 2014-2016 ini memberikan motivasi agar mahasiswa baru nantinya pandai memanfaatkan waktu selama menjadi bahasiswa. Pada kesempatan ini, Jonan membagi tips kepada mahasiswa baru yang nantinya akan menjalani perkuliahan. “Jangan belajar yang tidak perlu. Harus fokus pada program studi yang dipilih. Dan, jangan kebanyakan pacaran,” kata Jonan dan disusul gelak tawa mahasiswa. “Selalu gunakan moralitas dimanapun kalian berada. Kuliah jangan hanya mengejar gelar, karena keilmuan menjadi sangat penting ketika lulus nanti. Output kuliah tidak hanya fokus pada kekayaan, tapi mengabdi pada masyarakat dan bangsa,” ujar alumni Akuntansi UNAIR ini. Jonan terlihat antusias dengan pemberian kuliah tamu kali ini. Ia memberi kesempatan pada mahasiswa baru untuk mengajukan pertanyaan untuknya. Baginya, ketika menduduki jabatan penting sebagai menteri maupun Direktur Utama Kereta Api Indonesia (KAI) pada 2009-2014, ada tiga tantangan terbesar yang ia hadapi. Pertama kordinasi dengan masyarakat, kedua menerapkan
tujuan yang sama dengan masyarakat, dan ketiga masalah moralitas. “Tantangan menerapkan satu pekerjaan dan satu tujuan yang terbaik untuk bangsa. Bukan tujuan yang sesuai keinginan pribadi atau kelompok, tapi tujuan untuk masyarakat,” ujarnya. Jonan mengatakan, infrastruktur adalah elemen penting dalam pembangunan bangsa. Namun katanya, yang lebih penting lagi adalah pembangunan sumber daya manusia Indonesia. “Kalau SDM kurang terbangun, pembangunan bangsa kurang cepat dan tidak akan sesuai dengan harapan,” tegasnya. Jonan
mengatakan,
tantangan
masyarakat
saat
ini
adalah
membangun Indonesia yang lebih baik, bermadani dan berkeadilan. “Kita tidak boleh berhenti mencintai Indonesia dan UNAIR,” ucapnya. Pada kesempatan wawancara, Jonan mengatakan agar lulusan UNAIR lebih bisa ‘promosi’ agar bisa berkiprah secara nasional. “Kompetisi yang kita miliki cukup, lulusan kita baik-baik. Hanya perlu ambil aksi lebih saja,” pungkasnya. (*) Penulis: Binti Quryatul M Editor: Nuri Hermawan
Rektor UNAIR Kukuhkan 6726 Mahasiswa Baru Jenjang S-1 dan Vokasi UNAIR NEWS – Rektor UNAIR Prof. Dr. M. Nasih, S.E., M.T., Ak., mengukuhkan 6726 mahasiswa baru program pendidikan S-1 dan
pendidikan vokasio. Pengukuhan mahasiswa baru tersebut dilaksanakan di Airlangga Convention Center (ACC), Kamis (18/8) dan dihadiri seluruh mahasiswa baru serta pimpinan universitas. Sebanyak 6726 mahasiswa baru tersebut diterima melalui jalur SNMPTN, SBMPTN, dan jalur mandiri. Mereka terdiri dari 374 mahasiswa Fakultas Kedokteran, 162 mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi, 241 mahasiswa Fakultas Hukum, 1208 mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis, 231 mahasiswa Fakultas Farmasi, 696 mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, 481 mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat, 327 mahasiswa Fakultas Kedokteran Hewan, 635 mahasiswa Fakultas Sains dan Teknologi, 491 mahasiswa Fakultas Ilmu Budaya, 213 mahasiswa Fakultas Psikologi, 236 mahasiswa Fakultas Keperawatan, 311 mahasiswa Fakultas Perikanan dan Kelautan, dan 1147 mahasiswa Fakultas Vokasi. Dari jumlah mahasiswa tersebut, 21 diantaranya merupakan mahasiswa asing. Mereka mengambil program studi Pendidikan Dokter, Pendidikan Dokter Gigi, Pendidikan Apoteker, dan Pendidikan Dokter Hewan. Dalam sambutannya, rektor UNAIR mengatakan bahwa pengukuhan ini merupakan proses menapaki babakan baru dalam hidup mahasiswa. Sebab, kegiatan belajar di kampus dan di sekolah sebagai tempat mereka menempuh studi sebelumnya merupakan dua hal yang berbeda. “Di perguruan tinggi, proses belajar berlangsung setiap hari. Tujuan dan orientasi kegiatan seluruhnya adalah untuk belajar. Belajar tidak diikat oleh waktu, tempat, guru ataupun dosen. Belajar bisa dimana saja dan kapan saja,” ujar Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis UNAIR tersebut. Pada kesempatan wawancara, Rektor UNAIR mengatakan akan lebih mendukung kegiatan mahasiswa yang memiliki integrasi dengan kurikulum di kampus. Dengan begitu, rektor berharap ada
meningkatkan prestasi mahasiswa. “Kedepan kita akan mengintegrasikan pembelajaran di kurikuler dengan ekstra. Sehingga kegiatan mahasiswa seperti penalaran, HIMA, kegiatan yang fokus pada research tertentu akan lebih kita dorong. UKM yang support dengan kegiatan kurikuler akan kita dorong. Sehingga mereka akan bisa banyak aktif,” ujar Prof Nasih. Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa UNAIR M. Rizky Fadilah dalam sambutannya berpesan agar mahasiswa dapat menggunakan waktu sebaik mungkin ketika menjalani kehidupan kampus. “Manfaatkan kesempatan dengan maksimal, baik untuk mengasah softskill maupun hardskill,” ujarnya. Pengukuhan mahasiswa baru ini juga diisi studium generale oleh alumni UNAIR tahun 1982, Ignasius Jonan. Jonan, sapaan akrabnya, memotivasi para mahasiswa baru agar pandai memanfaatkan waktu. (*) Penulis: Binti Quryatul M Editor: Nuri Hermawan
Perkembangan Teknologi Ubah Sejarah Kehidupan UNAIR NEWS – Teknologi berhasil mengubah sejarah kehidupan manusia. Pernyataan itu disampaikan oleh Prof. Dr. Henri Subiakto, Drs., S.H., M.Si, ketika memberikan keterangan pers kepada wartawan, Kamis (28/4). Ia pun menjelaskan bagaimana perkembangan teknologi oleh mesin cetak dapat mengubah tatanan agama pada masa abad 15. Sampai sekarang, teknologi masih
berkembang menuju ke arah teknologi komunikasi digital. Perubahan itu banyak terjadi di lini kehidupan manusia baik digital maupun riil. Teknologi memunculkan kolektivitas sosial hingga ekonomi. Tak sedikit warga dunia maya –atau yang kerap disebut dengan netizen– menunjukkan kepedulian baik di dunia niskala (virtual) maupun nyata, tentang peristiwa kemanusiaan yang berada di belahan bumi lain. Warga dunia maya adalah warga dunia masa depan. Mereka adalah generasi yang lahir pada dekade 90-an yang dekat dan melek dengan konektivitas internet dan teknologi. Para generasi digital native sudah biasa terpapar dengan perkembangan berbagai hal di bidang teknologi. Sedangkan, generasi sebelumnya yang tak begitu melek disebut sebagai digital immigrant. Pada akhirnya, menurut Prof. Henri, keberadaan teknologi telah mengubah arah kapital. Saat ini, yang terjadi dalam dunia komunikasi digital adalah pelayanan Over the Top (OTT). Layanan OTT adalah titik pertemuan antara sektor telekomunikasi dengan sektor penyiaran dan sektor internet. Layanan OTT ini memungkinkan pengguna untuk memperoleh manfaat internet yang tidak disediakan oleh operator komunikasi maupun operator internet. Dengan berbagai kreativitas dan inovasi, dari generasi inilah lahir berbagai macam teknologi pintar. Berdasarkan kegunaannya, jenis OTT dibagi menjadi lima. Pertama, OTT Komunikasi yang memungkinkan pengguna berkomunikasi secara daring (dalam jaringan) berbasis internet dan tepat waktu melalui aplikasi seperti WhatsApp, LINE, Messengers, dan sejenisnya. Kedua, OTT media konten yang memungkinkan pengguna untuk mengakses tayangan konten seperti video dan musik, seperti YouTube, Netflix, Soundcloud, dan sejenisnya. Ketiga, OTT Dagang yang memungkinkan pengguna dan pengusaha melakukan transaksi perdagangan melalui PayPal, OLX, Grab,
Uber, Go-Jek, dan Bukalapak. Keempat, OTT Media Sosial yang memungkinkan pengguna untuk berinteraksi lewat dunia maya seperti Facebook, Twitter, Path, LinkedIn, Tumblr, dan sejenisnya. Kelima, OTT Pengumpul Informasi yang memungkinkan pengguna mengakses layanan informasi dan bank data seperti Google Search, Google Maps, Google Earth, Mozilla Firefox, Yahoo! Search, dan sejenisnya. “Ada perubahan konseptual seiring dengan perkembangan komunikasi digital. Kalau dulu para intelektual mengabdi pada kapital. Segalanya bisa dibeli dengan uang, tetapi sekarang tidak. Sekarang justru kapital yang mengabdi pada teknologi. Pada tahun 2014, WhatsApp dibeli dengan harga senilai $19 miliar Dolar Amerika Serikat. Itu ada hampir seperlima APBN (anggaran pendapatan dan belanja negara) Indonesia,” tutur Prof. Henri. Menurut pandangan Guru Besar UNAIR di bidang Ilmu Komunikasi tersebut, bisnis yang menguntungkan di masa depan adalah bisnis di bidang OTT. Layanan OTT berhasil menghubungkan antara pihak yang membutuhkan dengan pihak yang memiliki sumber daya. Misalnya, layanan Go-Jek yang berhasil menghubungkan antara pengguna yang butuh kendaraan dengan pengemudi sepeda motor yang butuh tambahan penghasilan. Hal tersebut serupa dengan layanan yang ditawarkan oleh Uber dan Grab. “OTT menghubungkan orang yang butuh dengan orang yang punya. E-commerce (e-dagang), Go-Jek, Nebengers, dan Uber adalah bentuk economy sharing. Ini mengubah model bisnis secara luar biasa,” tutur Guru Besar bidang Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UNAIR. Keberadaan OTT media sosial dan mesin pencarian juga bisa mengancam keberadaan media konvensional seperti televisi, radio, dan koran. Prof. Henri mengatakan bahwa kelemahan media konvensional adalah micro-targeting perilaku konsumen. Di sisi lain, keberadaan OTT media sosial dan mesin pencarian berhasil
meraup keuntungan yang tak sedikit. Sehingga, model bisnis digital seperti ini cukup menjanjikan di masa depan. Oleh karena itu, para pembuat keputusan –yang sebagian masih tergolong digital immigrant– harus bisa beradaptasi dengan perubahan teknologi yang masif. “Anak cucu kita nantinya hidup di dunia internet, tidak hanya fisik. Kehidupan kita bermigrasi. Ini yang tidak dipahami oleh digital immigrant. Ini menyentuh seluruh aspek kehidupan. Siapkah kita?,” tegas Prof. Henri. (*) Penulis: Defrina Sukma S Editor : Dilan Salsabila
Guru Besar ini Capai Gelar Profesor Dalam Waktu Satu Minggu UNAIR NEWS – Di bidang endokrinologi, penyakit diabetes mellitus masih menjadi perhatian utama dalam hal pencegahan dan penanganan. Walaupun diabetes mellitus merupakan kasus terbanyak di bidang endokrinologi, namun kasus nodul tiroid –yang lebih dikenal sebagai benjolan di kelenjar gondok– belum mendapatkan perhatian khusus layaknya diabetes mellitus, walaupun jumlah kasusnya tidak dapat dikatakan sedikit. Nodul tiroid merupakan suatu kondisi di mana secara klinis dikenal sebagai pembesaran kelenjar tiroid. Apabila seseorang mengidap penderita nodul tiroid, kelenjar tiroid akan mengalami perubahan secara struktural dan atau fungsional. Pernyataan itu disampaikan oleh Prof. Dr. dr. Ari Sutjahjo, Sp.PD., K-EMD., FINASIM dalam orasi ilmiahnya berjudul
‘Pengelolaan Nodul Tiroid yang dapat Diterapkan pada Keterbatasan Sarana’. Orasi tersebut ia sampaikan pada prosesi pengukuhan Guru Besar Universitas Airlangga di Aula Garuda Mukti, Kantor Manajemen UNAIR, Sabtu (30/4). “Oleh karena secara anatomi letak kelenjar tiroid berada di permukaan, maka nodul tiroid dengan mudah dapat terdeteksi dengan pemeriksaan fisik maupun dengan menggunakan saran diagnostik seperti ultrasonografi, scintigraphy, dan CT-Scan,” tutur Prof. Ari dalam orasi ilmiahnya. Dalam hal menangani nodul tiroid, masyarakat perlu memahami gejala-gejala dan pengetahuan umum tentang penyakit yang menyerang kelenjar gondok itu. “Penyuluhan serta edukasi yang lebih banyak dan merata terhadap masyarakat terkait arti dari nodul tiroid, keluhan-keluhan yang dapat timbul akibat adanya nodul tiroid. Serta komplikasi yang dapat terjadi serta langkah apa yang perlu dilakukan akan sangat dibutuhkan oleh masyarakat,” imbuh Prof. Ari. Terkait dengan pendidikan medis, Prof. Ari menuturkan bahwa mahasiswa jenjang S-1 Pendidikan Dokter selayaknya diberi kesempatan lebih banyak untuk melakukan praktik di poli endokrinologi agar mendampingi para dokter. Sedangkan untuk pendidikan spesialis dua, ia mengatakan bahwa Indonesia masih kekurangan jumlah ahli di bidang endokrinologi, maka dari itu jumlah ahli endokrin perlu diperbanyak. Proses Cepat Prof. Ari bisa dikatakan sebagai pengajar yang berhasil mengurus persyaratan sebagai profesor hanya dalam kurun waktu satu pekan. Surat keputusannya sebagai guru besar berhasil ia sandang ketika ia berhasil mencapai kredit poin sebesar 1.050 dari 850 poin sebagaimana syarat pengangkatan guru besar. Awalnya, ia tak bermaksud mengajukan berkas-berkas menjadi guru besar. Prof. Ari hanya ingin mengajukan surat pensiun mengingat ia sudah berusia ke-65 tahun pada tahun 2016. Namun,
takdir berkata lain. Pihak FK UNAIR menganggap bahwa kredit poin yang ia miliki bisa mengantarkan dirinya menjadi guru besar baru di bidang ilmu penyakit dalam. “Pihak fakultas melihat nilai saya mencukupi untuk proses guru besar, maka saya disarankan melengkapi berkas pengurusan itu. Saya pun mengajukan berkas ke kementerian pada awal Januari 2016,” ujar guru besar kelahiran 10 Februari 1951 itu. Ia pun berhasil menyandang status guru besar hanya dalam total waktu satu bulan. Dirjen Pendidikan Tinggi Kemenristekdikti Prof. Ali Ghufron menyetujui suratnya dalam waktu satu minggu, dan menunggu tanda tangan Menristekdikti sekitar tiga minggu. “Akhirnya, surat keputusan diterbitkan per tanggal 1 Februari 2016,” tutur guru besar kelahiran Kediri itu. Pada 30 April, Prof. Ari resmi dikukuhkan oleh Rektor UNAIR sebagai Guru Besar bidang Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran UNAIR. Sejak UNAIR diresmikan pada tahun 1954, Prof. Ari merupakan Guru Besar UNAIR ke-447. Sedangkan, sejak UNAIR berstatus Perguruan Tinggi Negeri Berbadan Hukum (PTNBH), Prof. Ari merupakan guru besar ke-155. Prof. Ari juga menjadi Guru Besar FK UNAIR yang ke-106. (*) Penulis: Defrina Sukma S Editor : Dilan Salsabila
Pentingnya Interdepedensi
Pendekatan dalam
Organisasi UNAIR NEWS – “Mengelola Inovasi dan Kreatifitas di Organisasi dengan Menggunakan Pendekatan Interdepedensi yang Berbasis Budaya Lokal” menjadi judul pidato orasi ilmiah Prof. Dr. Cholicul Hadi, M.Si., saat pengukuhan Gubes yang dilaksanakan di Aula Garuda Mukti Kantor Manajemen UNAIR, Sabtu (30/4). Guru Besar dalam Bidang Psikologi Industri dan Organisasi Fakultas Psikologi UNAIR tersebut, mengangkat unsur terpenting dalam sebuah organisasi yakni sikap saling bergantung, ia melihat bahwa kinerja pada sebuah kelompok atau organisasi dinilai lebih tinggi dengan pola kerja sama dan saling ketergantungan (interdepedensi, -red), baginya dengan adanya interdepedensi akan terbentuk pola-pola bagi para aktor yang otonom dan kompleks untuk mengelola kepentingan bersama. Guru Besar ke-448 yang dimiliki UNAIR sejak berdiri pada tahun 1954 tersebut menambahkan, bahwa dalam konteks kekinian pelaku di dalam sebuah organisasi dituntut untuk mengembangkan sebuah inovasi dan kreativitas yang baginya terkadang membuat kecenderungan otonomi individual menjadi semakin kental. “Jika kecenderungan otonomi individual terjadi maka akan mempersulit terjadinya kerjasama dan interdepedensi,” jelas Alumnus Psikologi UNAIR 1988. Guru besar kelahiran Ngawi, 23 Maret 1964 tersebut juga menjelaskan bahwa istilah kreativitas dan inovasi dinilai lebih mendapatkan tempat dalam situasi kompetisi bebas dan global saat ini, dengan kreativitas dan inovasi baginya dunia organisasi bisa terus mempertahankan eksistensi. Guru
besar
ke-156
UNAIR
PTN-BH
tersebut
menilai
bahwa
kreativitas dan inovasi merupakan dua hal yang saling terkait, meski memiliki definisi berbeda keduanya memiliki hubungan yang sangat terkait. Meski demikian, bapak dua orang anak ini menegaskan bahwa dalam praktiknya di lapangan persoalan-
persoalan semacam gesekan antaranggota yang muncul sering disebabkan oleh sebuah organisasi yang tidak mampu melakukan kedua hal tersebut (kreativitas dan inovasi, -red) secara konsisten dan tidak adanya dukungan dari anggota yang bisa memenuhi tuntutan persaingan. “Untuk itulah dorongan kreativitas dan inovasi harus tetap dimaknai bukan dalam artian individualistik, tetapi kolektivitas kelompok, iniliah pentingnya interdepedensi,” jelasnya. Pendekatan Interdepedensi Pada pertengahan pidatonya, guru besar ke-4 yang dimiliki oleh Fakultas Psikologi UNAIR tersebut menegaskan bahwa interdepedensi dengan bentuk manajemen merupakan hal yang sangat diperlukan untuk mengelola kompleksitas relasi antarindividu dalam organisasi yang saat ini diwarnai dengan dorongan inovasi dan kreativitas yang otonom dan kompetitif. Pendekatan Interdepedensi baginya memiliki akar tradisi budaya yang cukup kuat di Indonesia. Banyak istilah-istilah yang digunakan dalam masyarakat yang secara langsung merujuk pada pentingnya sebuah interdepedensi dalam sebuah organisasi. “Istilah tiji tibeh (mati siji mati kabehi), holopus kuntul baris, rame ing gawe sepi ing pamrih, sejatinya merupakan bentuk dari nilai-nilai lokal yang mengakar di masyarakat kita, penting makanya menerapkan hal-hal yang demikian ini dalam organisasi,” tuturnya. (*) Penulis : Nuri Hermawan Editor : Dilan Salsabila
UNAIR Kukuhkan Besar Baru
Tiga
Guru
UNAIR NEWS – Universitas Airlangga kembali mengukuhkan putra terbaiknya sebagai guru besar. Ada tiga guru besar dari fakultas yang berbeda dikukuhkan pada Sabtu (30/4). Ketiga guru besar yang dikukuhkan tersebut adalah Prof. Dr. dr. Ari Sutjahjo., Sp.PD., K-EMD., FINASIM selaku Guru Besar dalam bidang Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran UNAIR, Prof. Dr. Cholichul Hadi., M.Si selaku Guru Besar dalam bidang Psikologi Industri dan Organisasi Fakultas Psikologi UNAIR, dan Prof. Dr. Henri Subiakto., Drs., S.H., M.Si selaku Guru Besar di bidang Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UNAIR. Ketiganya merupakan Guru Besar yang ke-447, 448, dan 449 sejak UNAIR didirikan, dan guru besar yang ke-155, 156, dan 157 sejak UNAIR berstatus sebagai Perguruan Tinggi Negeri Berbadan Hukum (PTN-BH). Acara yang digelar di Aula Garuda Mukti Rektorat UNAIR tersebut, dihadiri oleh jajaran pejabat di lingkungan UNAIR, keluarga guru besar, jajaran awak media, dan juga Menteri Komunikasi dan Informatika, Rudiantara. Rektor UNAIR, Prof. Dr. Moh. Nasih, SE., MT., Ak., CMA., dalam sambutan pengukuhannya mengatakan bahwa, dengan dilantiknya seseorang menjadi guru besar berarti harapan untuk meningkatkan kualitas institusi dan pribadi sebagai tenaga pengajar di UNAIR juga semakin besar. Rektor yang juga guru besar FEB UNAIR tersebut juga menekankan agar seorang gubes bisa terus meningkatkan kualitas penelitian yang diterbitkan dalam jurnal. “Selain terus melakukan penelitian yang diterbitkan dalam jurnal, guru besar harus buat buku. Kalau ada guru besar yang sudah menulis buku, kami akan memfasilitasi untuk penerbitannya,” jelas rektor ke-13 UNAIR tersebut.
Diujung sambutannya Prof. Nasih kembali menegaskan, bahwa bertolak dari kisah Prof. Henry yang kesuksesan di hari ini dimulai dari perjuangan sosok ibu yang membimbing semasa kecilnya, penting untuk diketahui bahwa menjadi guru besar bukan persoalan kepandaian atau pendidikan semata, ada peran ibu dan kasih sayangnya yang bisa mengantarkan kesuksesan seorang anak. “Mari kita bersama-sama mengapresiasi ibu kita, dengan ridhonya lah kesuksesan kita bisa diraih pada hari ini,” imbuhnya sembari menegaskan kembali bahwa menjadi guru besar harus menjalankan amanah, pengabdian dan kerja yang baik. (*) Penulis : Nuri Hermawan Editor : Dilan Salsabila
Suasana Cair Warnai Konferensi Pers Pengukuhan Tiga Guru Besar UNAIR UNAIR NEWS – Kamis (28/4), Pusat Informasi dan Humas (PIH) Universitas Airlangga mengadakan konferensi pers terkait pengukuhan tiga Guru Besar yang akan dikukuhkan pada 30 April mendatang. Konferensi pers tersebut dihadiri oleh Ketua PIH UNAIR, Drs. Suko Widodo., M.Si, tiga guru besar baru, serta kalangan wartawan dari berbagai media. “Hari ini kita mengadakan konferensi pers terkait tiga guru besar yang akan dikukuhkan pada 30 April mendatang,” ujar Suko sembari memberi sambutan kepada peserta konferensi pers. Ketiga staf pengajar tersebut adalah Prof. Dr. dr. Ari
Sutjahjo., Sp.PD., K-EMD., FINASIM selaku Guru Besar dalam bidang Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran UNAIR, Prof. Dr. Cholichul Hadi., M.Si selaku Guru Besar dalam bidang Psikologi Industri dan Organisasi Fakultas Psikologi UNAIR, dan Prof. Dr. Henri Subiakto., Drs., S.H., M.Si selaku Guru Besar di bidang Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UNAIR. Suasana cair penuh canda tawa mewarnai konferensi pers yang di helat di Media Center, Kantor Manajemen UNAIR. Bahkan sebelum konferensi pers dimulai, Prof. Henri Subiakto sempat bercerita terkait masa lalu dirinya. “Saya dulu sempat tidak naik kelas berkali-kali, tapi buktinya saya bakal dilantik jadi Guru Besar itu,” ujarnya disambut tawa para jurnalis. Dalam konferensi pers yang dimulai pukul 10.30 WIB tersebut, masing-masing calon guru besar diberikan waktu lima menit untuk menyampaikan orasi ilmiah mereka masing-masing. Prof. Ari menyampaikan orasi ilmiahnya berjudul “Pengelolaan Nodul Tiroid yang dapat Diterapkan pada Keterbatasan Sarana”. Penyampaian keterangan pers dilanjutkan oleh Prof. Cholichul yang berjudul “Mengelola Inovasi dan Kreativitas di Organisasi dengan Menggunakan Pendekatan Interdependensi yang Berbasis Budaya Lokal”. Terakhir, Prof. Henri Subiakto menyampaikan keterangan pers yang disadur dari naskah orasi ilmiah miliknya yang berjudul “Transformasi Teknologi Komunikasi Digital terhadap Perubahan Sosial sebagai Persoalan Aktual”. Secara berurutan ketiganya merupakan Guru Besar yang ke-447, 448, dan 449 sejak UNAIR didirikan. Jika dihitung sejak UNAIR berstatus perguruan tinggi negeri berbadan hukum (PTN-BH), maka ketiganya merupakan guru besar yang ke-155, 156, dan 157. (*) Penulis : Dilan Salsabila Editor : Defrina Sukma S
Rektor UNAIR Kukuhkan 644 Mahasiswa Baru Pascasarjana UNAIR NEWS – Rektor Universitas Airlangga Prof. Dr. Mohammad Nasih, SE., MT., Ak., CMA., mengukuhkan 652 mahasiswa baru program Doktor, Magister, Spesialis, dan Professi Universitas Airlangga semester genap tahun 2015-2016, Kamis, (11/2) kemarin. Pengukuhan ini juga dihadiri oleh pejabat perwakilan dari Kejati Jatim, Kodam V Brawijaya, Akademi Angkatan Laut, dan pejabat UNAIR seperti perwakilan Majelis Wali Amanat (MWA), Senat Akademik, dekan fakultas, guru besar, dan ketua program studi, serta ketua badan/lembaga di lingkungan UNAIR. Pengukuhannya berlangsung di Aula Garuda Mukti, Kantor Manajemen UNAIR. Dari 652 mahasiswa Pascasarjana tersebut, 202 berasal dari Fakultas Kedokteran (FK), 10 mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi (FKG), 152 mahasiswa Fakultas Hukum (FH), 159 mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB), 9 mahasiswa Fakultas Farmasi (FF), 16 mahasiswa Fakultas Kedokteran Hewan (FKH), 23 mahasiswa Fakultas Sains dan Teknologi (FST), 13 mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM), 8 mahasiswa Fakultas Psikologi (FPsi), dan 52 mahasiswa Sekolah Pascasarjana. Pada pengukuhan ini, secara bersamaan mahasiswa baru berikrar “Janji Mahasiswa Kepada Almamater”, dan dilanjutkan dengan penyerahan Beasiswa Unggulan Biro Perencanaan Kerjasama Luar Negeri (BPKLN) oleh rektor. Penyerahan beasiswa secara simbolis ini dilakukan kepada Abdulrahman Taresh Abdulghani, mahasiswa asing yang menempuh sudi doktoral di FEB UNAIR. Setelah itu, Rektor UNAIR memberikan sambutannya.
Dalam sambutannya, rektor UNAIR Prof. Moh. Nasih, mengajak mahasiswa untuk menjadikan riset dan penelitian sebagai tulang punggung perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di UNAIR. “Pada program magister, para peserta harus memiliki kecakapan lebih dari yang dipunyai lulusan program sarjana. Kecakapan yang dimaksud, terutama pada aspek kreativitas daya cipta sesuai bidang masing-masing dan di aspek produktivitas temuantemuan baru yang berdasarkan sebuah penelitian. Lalu, di program Doktor, semua peserta harus mampu melakukan penelitian secara mandiri,” kata Prof. Moh Nasih. “Kampus harus bisa mengambil peran dengan menggenjot jumlah riset yang berfokus menemukan solusi aplikatif bagi persoalan bangsa,” lanjut Guru Besar bidang Akuntansi FEB UNAIT ini. Rektor juga menambahkan bahwa karya ilmiah yang disumbangkan itu dapat memberikan sumbangan orisinil pada bidang ilmu yang digeluti oleh mahasiswa. (*) Penulis: Binti Qurotul Masruroh Editor: B. Edy Santoso