SEHAT DENGAN OLAH NAFAS MERPATI PUTIH Di dunia ini ada banyak metode olah nafas atau seni olah nafas. Sebagian dibungkus dalam kaidah beladiri tradisional berdasarkan olah rasa, sebagian lagi meriset dari hasil olah akal modern sepanjang perjalanan peradaban. Wilayah tradisional seringkali belum tereksplorasi secara utuh sehingga menyebabkan ada banyak pengetahuan yang masih bisa digali dan niscaya tidak akan usang. Ada beberapa keilmuan tradisional yang diteliti dan yang sudah mulai terbuka, namun ada juga yang masih misteri dengan kedalamannya masing-masing. Sejak dulu kala, orang selalu berusaha mencari cara untuk meningkatkan kualitas hidupnya. Dari mulai yang nampak tidak logis, hingga yang sangat logis. Tiga wilayah yang sejak dulu menjadi perhatian adalah anatomi, fisiologi, dan obatobatan. Seperti misalnya Galen (131-201 SM), salah satu tabib yang hidup pada zaman Yunani kuno menulis 87 essay mengenai bagaimana cara meningkatkan kesehatan dengan perbaikan nutrisi, latihan aerobik melalui berjalan, dan penguatan otot-otot melalui memanjat tali dan latihan beban. Diet protein juga sudah dikenal sejak zaman Yunani kuno dan sudah diterapkan pada event Olimpiada pada masa itu dalam upaya meningkatkan performance atlet dan penguatan latihan. Bahkan salah satu sarjana ahli pengobatan pada zaman itu, Empedocles (500-430 SM) menulis adanya 4 cairan tubuh yang menjelaskan mengenai kompleksitas sistem peredaran darah, sistem pernafasan, dan sistem pembuangan. Meskipun tidak dapat dipungkiri bahwa pada zaman tersebut pengaruh aspek supranatural sangatlah kental, namun sama sekali tidak mengurangi manfaat dari penelitian para ahli tersebut di zamannya yang seringkali dapat menjadi peletak dasar bagi penelitian yang lebih modern setelahnya. Persaingan para tabib zaman Yunani kuno tertuang pada banyak naskah-naskah lama yang berhasil ditemukan dan sebagian lainnya melalui budaya tutur dari generasi ke generasi. Dari mulai yang berbau spiritual murni, supranatural, atau yang mulai masuk pada fisiologi, anatomi, yang berkembang pada masa itu dan modern pada zamannya. Lalu pada masa Renaissance pengetahuan mengenai anatomi dan fisiologi mulai berkembang pesat. Lahirnya
mesin cetak Gutenberg pada abad ke-15 menyebabkan banyak metode-metode yang mulai dituliskan dan dapat didistribusikan dengan baik. Akibatnya, berbagai tulisan di belahan dunia mulai dapat diakses dibelahan dunia lainnya. Hingga terus berkembang di zaman sekarang pada era modern dimana sekolah-sekolah medis mulai banyak, dan dengan bantuan alat-alat canggih yang ditemukan oleh para ahli. Proses perbaikan dan peningkatan kualitas kehidupan manusia tidak pernah berhenti dan terhenti. Disiplin-disiplin ilmu baru terus tumbuh dan mengalami spesialisasi sedemikian rupa. Berbagai aspek mulai digali dan diterapkan agar terjadi perbaikan tubuh dan membuat manusia berumur panjang. Penelitian-penelitian ilmiah mengalami peningkatan yang luar biasa. Dimulai dari 1946 dimana hanya terdapat 5 jurnal dengan 12 kutipan saja. Lalu meningkat di tahun 1962 hingga 51 jurnal dengan 128 kutipan. Meningkat lagi di tahun 1981 sebanyak 224 jurnal dengan 655 kutipan. Meningkat sangat tinggi di tahun 2010 sebanyak 54.451 jurnal dengan 180.066 kutipan. Hal ini menunjukkan bahwa ketertarikan akan terjadinya peningkatan kualitas hidup yang berujung pada umur yang lebih panjang sudah menjadi suatu harapan hidup manusia dari waktu ke waktu. Salah satu aspek yang cukup menarik untuk digali adalah cara manusia bernafas. Ilmu tradisional Timur mempercayai bahwa cara bernafas yang dalam akan meningkatkan kualitas hidup dan memperpanjang usia. Ia akan meningkatkan asupan oksigen yang diperlukan oleh tubuh untuk menjadi lebih baik. Tidak ada penjelasan ilmiah apapun selain daripada bukti bahwa praktisi yang menjalani pola nafas yang dalam ini rata-rata memiliki umur yang panjang. Mereka menjalani satu set latihan tertentu dengan pola nafas dalam hampir setiap harinya. Kemudian hal ini menarik perhatian para ilmuwan Barat untuk menggali ada apa dibalik semua latihan olah nafas dalam ini dari sisi peningkatan kesehatan dan perpanjangan umur. Ilmuwan Rusia bernama Prof. K. P. Buteyko mengabdikan seluruh hidupnya untuk meneliti pola nafas yang memiliki manfaat untuk mengurangi dan bahkan menyembuhkan penyakit asma, meningkatkan stamina dan energi tubuh, meningkatkan kemampuan perbaikan tubuh dari suatu kondisi
sakit yang parah, terjadi peningkatan kemampuan melakukan manajemen tingkat stress yang dialami. Ilmuwan tersebut juga menemukan bahwa lebih dari 200 masalah kesehatan terkait dari kesalahan dalam pola bernafas. Penelitian lebih dari 40 tahun yang dilakukan oleh Buteyko Insitute of Breathing and Health telah menemukan banyak metode yang dapat merekondisi dan menormalkan fungsifungsi tubuh melalui cara mengolah nafas. Ribuan pasien berpenyakit asma mengalami perbaikan dan kesembuhan yang nyaris tanpa obat. Buteyko mengamati bahwa rata-rata pasien yang sakit mengalami kondisi nafas yang pendek, tersengal-sengal. Pasien yang sakit bernafas lebih cepat dan lebih banyak dibandingkan rata-rata orang yang sehat. Ketika diukur, volume tidal, kedalaman, dan frekwensi nafasnya mengalami perbedaan yang cukup signifikan. Maka ia menyimpulkan bahwa bernafas yang dalam memiliki korelasi yang sangat jelas dengan kesehatan tubuh manusia. Pada tahun 1871 salah satu dokter dari Belanda bernama Da Costa menemukan sindrome hiperventilasi dimana mereka-mereka yang bernafas dalam mengalami pusing dan beberapa malah pingsan. Hal ini seringkali disalahkaitkan dengan masalah saturasi oksigen. Menurut efek Verigo-Bohr, itu adalah rasio karbondioksida menjadi oksigen yang mengizinkan pelepasan sejumlah oksigen dari darah. Di akhir tahun 1800-an, ahli fisiologi Rusia bernama Verigo dan ilmuwan Belanda bernama Bohr menemukan bahwa tanpa karbondioksida maka oksigen akan dilekatkan pada darah dan tidak dapat dilepaskan hingga membuat kekurangan oksigen pada jaringan otak, jantung, ginjal, dan organ lainnya sekaligus terjadinya peningkatan tekanan darah. Artinya, bahwa diperlukan karbondioksida agar oksigen ini dapat terlepas dari hemoglobin dengan baik dan mengalir menuju seluruh tubuh untuk dijadikan suatu rantai reaksi kimia yang bermanfaat. Sehingga dapat disimpulkan bahwa kekurangan oksigen tidak disebabkan karena jumlah oksigen berkurang tetapi karena kekurangan karbondioksida. Jika kita bernafas terlalu banyak sebenarnya justru kita mendapatkan sedikit oksigen. Inilah yang disebut dengan Oksigen Paradox.
Fungsi dari sistem pernapasan kita tidak hanya untuk mendorong udara masuk dan keluar ke dalam paru-paru semata, melainkan untuk mempertahankan rasio yang sangat spesifik antara oksigen ke karbon dioksida. Pada sel otak, jantung, ginjal, dan organ lain, darah kita memerlukan konsentrasi 6,5% karbondioksida dan 2% oksigen. Udara yang kita hirup mengandung 200 kali lebih sedikit karbondioksida yang kita butuhkan dan 10 kali lebih banyak oksigen daripada yang kita butuhkan. Ini bukan kabar baik bagi kebanyakan dari kita. Maka teknik bernafas dalam sesungguhnya akan menjaga rasio terbaik dari karbondioksida dan oksigen dalam darah sehingga selalu dapat menuju ke seluruh bagian tubuh yang membutuhkan. Inilah yang menjadi prinsip dasar dari latihan olah nafas Merpati Putih jika ditinjau dari analisa Verigo-Bohr yakni kemampuan mempertahankan rasio konsentrasi karbondioksida dan oksigen dalam darah. Maka apabila dilatih secara rutin dan benar akan meningkatkan kualitas hidup yakni meningkatnya fungsi organ dan jaringan tubuh lainnya. Apabila saat dilakukan terjadi kondisi pusing dan mengantuk, maka biasanya ada kesalahan pada pola olah nafasnya yakni tidak menggunakan olah nafas dalam namun olah nafas cepat. Dengan mengalirnya oksigen ke seluruh jaringan, maka akan membuat fungsi tubuh membaik seluruhnya. Bahkan, kanker pun dapat dibasmi dengan pendekatan ini. Sehat, Bugar, dan Powerfull bersama Merpati Putih! Salam MG
hangat,
Saya sudah cukup lama mencari informasi internal mengenai kaidah yang disebut dengan Hiperbarik Oksigen. Beberapa referensi dari luar memang sudah saya gunakan ketika menjelaskan secara singkat mengenai bagaimana olah nafas MP ini dapat menjadi salah satu alternatif Terapi Hiperbarik Oksigen dalam skala yang paling kecil. Beberapa kemiripan yang terjadi pada saat melakukan olah nafasnya membuat kecenderungan hasil yang didapat dari olah nafas ini seperti halnya Terapi Hiperbarik Oksigen sungguhan. Manfaat yang didapat dari seni olah nafas MP secara 'kebetulan' banyak kemiripan dengan apa yang dicapai oleh terapi hiperbarik oksigen ini. Maka tidak salah ketika saya bertemu dengan senior mas Mike Wongkaren sangat meyakini bahwa apa yang beliau latih di MP adalah suatu terapi oksigen hiperbarik yang terjadi di dalam tubuhnya. Saat itu kami berbicara cukup lama dan intens di depan padepokan MP Kretek Bantul pada saat acara tradisi. Bahkan beliau membeli beberapa alat-alat teknologi tinggi untuk membantu latihan MP beliau sekaligus membuktikan pengaruhnya secara langsung. Untuk memahami apa itu Terapi Hiperbarik Oksigen, saya tuliskan dibawah ini penjelasan mengenai Hyperbaric yang bersumber dari rujukan Hyperbaric Center RS TNI-AL Dr. Mintohardjo. Ada banyak kaidah-kaidah yang dijelaskan pada tulisan ini yang dapat menginspirasi Anda, para pelatih MP, pelatih Kebugaran, atau siapapun, untuk memahami bagaimana cara tubuh ini bekerja dan bagaimana suatu seni olah nafas ini memiliki pengaruh pada tubuh kita. Kesehatan adalah hal yang sangat berharga. Dan sungguh, ia tidak akan dapat dijaga tanpa adanya ilmu. Kebugaran Merpati Putih adalah salah satu ilmu untuk menjaga kesehatan diri apabila dijalani dengan benar. Baik ia digunakan sebagai pencegah masalah kesehatan (preventif), sebagai pengobatan masalah kesehatan (kuratif), dan sekaligus peningkatan aspek kesehatan (konstruktif). Selamat menikmati.
====================== Hyperbaric Proses menjadi tua merupakan proses yang alamiah meskipun kerap membuat resah. Fenomena ini merupakan proses degenerasi dalam tubuh manusia. Berbagai faktor berperan dalam cepat atau lambatnya proses ini, antara lain adalah faktor keturunan (genetika), psikis, faktor luar (stressor). Faktor luar atau stressor terdiri dari stressor kimia (obat-obatan, pestisida dan lain sebagainya), stressor fisik (misal: sinar radio aktif), serta stressor psiko sosial (misal: ketidakharmonisan keluarga, masalah pekerjaan). Proses menua dipengaruhi oleh adanya radikal bebas dalam tubuh manusia. Radikal bebas dapat bereaksi dengan makro molekul lain yang dapat menimbulkan kerusakan pada jaringan maupun organ sehingga akhirnya menimbulkan terjadinya penyakit-penyakit seperti arteriosclerosis, hipertensi, kanker, dan lain-lain. Reaksi radikal bebas tersebut dapat dicegah dengan adanya zat-zat peredam (scavenger) sehingga proses metabolisme yang mempercepat proses menua dapat dihambat. Adanya enzym SOD (Superoxydedismutase) sebagai zat peredam memegang peran dalam hal ini. Dengan perkembangan ilmu pengetahuan kedokteran, salah satu solusi untuk hal tersebut diatas adalah menggunakan terapi oksigen hiperbarik (Hyperbaric Oxygen Therapy). Terapi Oksigen Hiperbarik (disingkat: TOHB) adalah suatu cara pengobatan dimana pasien masuk ke dalam suatu ruangan tertutup (chamber) yang disebut RUBT (Ruang Udara Bertekanan Tinggi) kemudian diberi tekanan yang lebih besar dari tekanan udara normal yaitu lebih dari 1 atm (atmosfer) dan bernafas dengan oksigen murni (100%). Terapi ini dapat merupakan terapi utama atau terapi penunjang untuk berbagai pengobatan penyakit dan dapat dikombinasikan dengan terapi medis konvensional. Hyperbaric Chamber
Hyperbaric Chamber adalah ruang berbentuk seperti kapsul yang terbuat dari baja dan aluminium yang memiliki lubang jendela akrilik. Ruang/chamber terdiri dari ruang dengan dua pintu, satu untuk keluar chamber dan satu ke ruang utama dari chamber, yang dapat diberi tekanan masing-masing sehingga memungkinkan pasien untuk masuk atau keluar ruang utama chamber saat masih bertekanan. Adanya 'airlock'/penguncian udara memungkinkan obat-obatan, instrumen atau makanan dimasukkan ke dalam ruang utama chamber. Melalui televisi sirkuit tertutup, teknisi dan staf medis diluar chamber dapat memantau keadaan di dalam ruangan chamber. Komunikasi dua arah antara bagian dalam chamber dan bagian luar dapat dilakukan melalui intercom. Karbondioksida 'scrubber' terdiri dari sebuah kipas yang mengalirkan gas didalam ruang melalui 'soda lime canister'. Panel kontrol di luar chamber digunakan untuk membuka dan menutup katup yang memungkinkan udara untuk memasuki atau meninggalkan ruangan serta oksigen yang dipasok untuk masker. Bagaimana Cara Kerja TOHB? Sistem kerja TOHB, pasien dimasukkan ke dalam ruangan dengan tekanan lebih dari 1 atm. Setelah mencapai kedalaman tertentu disalurkan oksigen murni (100%) ke dalam ruang tersebut. Ketika kita bernafas dalam keadaan normal, udara yang kita hirup komposisinya terdiri dari hanya sekitar 20% adalah Oksigen dan 80%nya adalah Nitrogen. Pada TOHB, tekanan udara meningkat sampai dengan 2 kali keadaan normal dan pasien bernafas dengan oksigen 100%. Pemberian oksigen 100% dalam tekanan tinggi menyebabkan tekanan yang akan melarutkan oksigen ke dalam darah serta jaringan dan cairan tubuh lainnya hingga mencapai peningkatan konsentrasi 20 kali lebih tinggi dari normal. Oksigenasi ini dapat memobilisasi penyembuhan alami jaringan. Hal ini merupakan anti inflamasi kuat yang merangsang perkembangan pembuluh darah baru, dapat membunuh bakteri dan mengurangi pembengkan. Apakah Dapat Timbul Ketidaknyamanan dalam TOHB?
Setelah secara bertahap tekanan dalam ruangan meningkat (kompresi), mungkin akan timbul rasa hangat, namun hal itu bersifat sementara. Kompresi umumnya berlangsung sekitar 10 sampai dengan 15 menit. Secara umum TOHB tidak menimbulkan rasa sakit, tetapi pada pasien mungkin dapat terjadi sensasi "rasa penuh" seperti rasa tersumbat pada telinga oleh karena tekanan telinga bagian tengah dan bagian luar tidak sama. Rasa tersumbat ini dapat dihilangkan dengan cara minum air atau menelan air liur, menggerakgerakkan rahang, menguap, mengunyah permen, atau melakukan tindakan Valsava[1] atau equalisasi. Cara melakukan tindakan Valsava adalah dengan menutup mulut dan hidung secara bersamaan kemudian hembuskan udara melalui hidung dengan masih tertutup. Upayakan udara tidak keluar sehingga Anda akan merasakan telingan Anda tidak akan terasa tersumbat/penuh/sakit. Lakukan hal ini berulang setiap kali anda merasakan telingan tersumbat/penuh/sakit. Upaya tersebut agar segera dilakukan, jangan menunggu sampai terasa sakit. Bila tidak berhasil menghilangkan rasa sakit, segera beritahu petugas yang berada di dalam atau teriak ... "Sakit...!" Apa Persyaratan Sebelum TOHB? 1.
Medik
-
Thorax Tidak
sedang
foto flu
dan
demam
- Pemeriksaan laboratorium bila ada penyakit tertentu (misal: Diabetes Mellitus) 2.
Sarapan
pagi
3. Berpakaian berbahan katun dan disarankan agar bercelanan panjang 4. Tidak membawa barang elektronika, barang yang mengandung alkohol, telepon genggam,
remote
kontrol,
minyak
angin,
dan
minyak
wangi
5. Tidak menggunakan jam tangan, perhiasan lainnya, gigi palsu, lensa kontak, hearing
aids
6. Melakukan equalisasi/Valsava yaitu upaya menyamakan tekanan telingan bagian tengah dan bagian luar. Hal ini perlu dilakukan pada saat Anda masuk dalam Hyperbaric Chamber Apa Manfaat TOHB? Manfaat awal dari terapi ini adalah untuk mengobati penyelam laut dalam yang menderita akibat embroli udara. Setelah banyaknya penelitian medis dan test, para ilmuwan telah menemukan lebih banyak penyakit yang dapat diobati dengan menggunakan TOHB, misalnya: cedera kepala, cerebral palsy, stroke, dan bahkan kelelahan kronis, luka diabetes, dan autis. Karena tekanan tinggi, oksigen murni diambil oleh tubuh lebih cepat. Oksigen ini akan tersaturasi dalam darah pada tingkat yang lebih tinggi dan diserap oleh setiap sel, otot, dan jaringan yang ada pada tubuh. Hal ini disebabkan adanya tekanan yang tinggi sehingga mendorong sirkulasi sehingga oksigen akan terbawa ke tiap sel dan konsentrasi oksigen dalam sel cukup tinggi. TOHB lebih populer pada hari ini karena bersifat low risk dan memiliki efek samping yang jauh lebih sedikit dibanding yang menggunakan obat-obatan. Beberapa -
Mengurangi
manfaat volume
TOHB gelembung
gas
antara pada
penyakit
lain: dekompresi
- Meningkatkan penyaluran oksigen pada jaringan yang kekurangan oksigen -
Mendorong
-
dan
merangsang
pembentukan
Menekan
pembuluh
darah
pertumbuhan
baru kuman
- Mendorong pembentukan jaringan dan meningkatkan daya bunuh kuman oleh sel
darah
-
putih
Meningkatkan
produksi
SOD
- Mengeleminasi dan menurunkan zat beracun Terapi
Oksigen
Hiperbarik
berguna
Terapi -
untuk
pengobatan
antara
lain: Primer
Penyakit
dekompresi[2]
-
Emboli
Gas[3]
-
Keracunan
-
Gas
CO Gangren[4]
- Osteoradionecrosis[5] Terapi -
Skunder Kerusakan Akut
jaringan ischemia
akibat dan
radiasi
crush
injuries
-
Luka
bakar
-
Anemia
akut
-
Luka
bakar
yang
-
sukar
Skin
flap
-
Osteomyelitis[6] Ulcus
/
-
gangren
Tuli
pada
diabetes
mendadak,
-
sembuh
Tinitus
Patah Rehabilitasi
motilitas
tulang sperma
pada
infertilitas
- Kebugaran dan estetika Apa Manfaat TOHB untuk Kebugaran dan Estetika? Dengan bertambahnya usia, kita berupaya untuk terus dan mempertahankan kebugaran dan kecantikan. TOHB dapat meningkatkan energi secara keseluruhan, meningkatkan kemampuan kognitif dan kesehatan dengan memerangi radikal bebas yang bersifat racun dan berbahaya, membantu meningkatkan metabolisme, dan membuat kulit dan rambut menjadi lebih sehat dan berkilau. Peran
TOHB
dalam
kebugaran
-
Menurunkan
-
Meningkatkan
-
Meningkatkan Merangsang
pembentukan
dan
estetika
adalah
asam
jaringan
:
laktat
kekuatan kapasitas
dengan
otot
latihan kolagen
fisik dan
elastin
- Merangsang peningkatan anti oksidan sehingga berperan dalam meredam radikal bebas, anti inflamasi, dan anti keriput Adapun rancangan jadwal terapi yang disarankan untuk kebugaran dan estetika adalah
sebagai
berikut:
Minggu
I:
5x
/
minggu
Minggu
II:
3x
/
minggu
Minggu III: 2x / minggu Apa Peran TOHB dalam Perbaikan Memori? Banyak pasien dengan kehilangan memori tidak didagnosis dengan benar, dianggap sebagai "penuaan normal" dan tidak perlu dikhawatirkan. Mungkin diberikan obat, namun tidak menghentikan penurunan progresif dari memori tersebut, malah berdampak efek samping dari penggunaan obat tersebut. Kadang-kadang masalah memori banyak disebabkan oleh penyakit pembuluh darah. Penurunan aliran darah dan penurunan suplai oksigen dapat mempengaruhi memori. Miskinnya aliran darah dengan konsekwensi kurangnya oksigenasi yang memadai merupakan penyebab terbanyak masalah memori. Mini-stroke dapat dan sering menimbulkan gangguan memori. Stroke dapat terjadi tanpa ada yang menyadari bahwa telah terjadi atau sedang terjadi. Jika memori berjalan buruk tiba-tiba, dan terutama jika ada kebingungan, maka ada kemungkinan telah terjadi stroke. Jika test menunjukkan terjadi stroke atau penyempitan pembuluh darah, maka setidaknya masalah yang terjadi adalah kurangnya oksigenasi ke otak. TOHB membantu meningkatkan jumlah laurtnya oksigen ke dalam plasma darah dan cairan cerebrospinal sehingga jumlahnya meningkat dalam sel, jaringan, dan organ. Salah satu fakta yang paling penting untuk dipahami adalah bahwa otak merupakan organ yang paling sensitif terhadap kekurangan oksigen. Apa Efek Samping TOHB?
Efek samping yang paling umum adalah barotrauma telinga dan sinus yang disebabkan oleh perubahan tekanan. Untuk meminimalkan resiko ini, pasien dibekali teknik untuk mengatasi tekanan apda telinga selama kompresi. Efek samping lain yang lebih jarang, tetapi dapat mencakup totalitas oksigen, claustrophobia, dan pematangan katarak yang dipercepat. Kadang-kadang beberapa pasien mengalami perubahan visual setelah beberapa perawatan yang menyebabkan mereka memiliki perubahan dalam ketajaman visual mereka. Ini biasanya hanya sementara dan menghilang setelah 3-4 bulan TOHB dihentikan. Sumber: Hyperbaric Rumah Sakit TNI-AL Dr. Mintohardjo [1] Valsava, teknik ini dinamakan dari Antonio Maria Valsava, seorang dokter dan ahli
anatomi
berkebangsaan
Italia
sebagai
penemunya.
[2] Penyakit dekompresi, didefinisikan sebagai suatu keadaan medis dimana akumulasi nitrogen yang terlarut setelah menyelam membentuk gelembung udara yang menyumbat aliran darah serta system syaraf. Akibat dari kondisi tersebut maka timbul gejala yang mirip sekali dengan stroke, dimana akan timbul gejalagejala seperti mati rasa (numbness), paralysis (kelumpuhan), bahkan kehilangan kesadaran
yang
bisa
menyebabkan
meninggal
dunia.
[3] Emboli gas adalah kondisi gas lewat jenuh (nitrogen, oksigen dan karbondioksida) dalam tubuh dan menyebabkan adanya gelembung udara di dalam
darah
dan
jaringan
tubuh.
[4] Gas Gangren adalah kondisi medis yang ditandai dengan timbulnya gelembung-gelembung pada kulit yang pucat yang berubah warna menjadi abuabu atau merah keunguan, dengan perasaan berat pada daerah yang terkena. Hal ini disebabkan oleh bakteri Clostridium, yang melepaskan racun mematikan dan menghasilkan gas-gas yang menyebabkan kematian jaringan. Gas gangren secara khas mengenai jaringan otot dalam dimana jejas atau suatu luka operasi mengosongkan suplai darah pada daerah tesebut, menyebabkan bakteri Clostridium dapat tumbuh dengan subur di dalamnya. Gejala-gejala biasanya berkembang secara mendadak dan memburuk secara cepat. Gas gangren
merupakan bentuk paling fatal dari antara semua gangren dan intervensi medis dini diperlukan untuk mengurangi kematian akibat komplilasi, seperti syok septik. [5] Osteoradionecrosis (orn) adalah masalah dengan penyembuhan tulang yang dapat terjadi pada orang yang menerima dosis radiasi yang tinggi, terutama untuk rahang. [6] Osteomielitis adalah infeksi tulang dan sumsum tulang, merupakan suatu bentuk proses inflamasi pada tulang dan struktur-struktur disekitarnya akibat infeksi dari kuman-kuman piogenik.
"FIGHT OR FLIGHT" dan "REST AND FULLFILLMENT" RESPONSE Dalam Psikologi dan Fisiologi dikenal ada 2 mekanisme yang ada pada tubuh manusia, yang juga kebetulan diwakili oleh 2 sistem syaraf yang berbeda, yaitu mekanisme yang dikenal dgn "Fight or Flight response" dan "Rest and Fullfillment response". Mekanisme "Fight or Flight response" diwakili oleh sympathetic nervous system dan "Rest and Fulfillment response" yang diwakili oleh parasympathetic nervous system. Secara alamiah sebenarnya 2 mekanisme ini berjalan silih berganti dalam siklus kehidupan manusia. Dalam kondisi terdesak secara natural seseorang akan melakukan mekanisme pertahanan diri "Fight or Flight Response" ini. Kemudian setelah kondisi yang dianggap membahayakan bisa dilewati biasanya secara Fisik dan Non Fisik seseorang akan mengalami suatu kelelahan yang luar biasa. Dan hal ini secara natural akan mengaktifkan pertahanan diri yang lain yaitu "Rest and Fulfillment Response" yang secara sederhana kita kenal sebagai kondisi istirahat penuh atau 'deep sleep'. Pada kondisi "deep sleep" inilah tubuh berusaha
mengembalikan lagi keseimbangan Fisik dan Non Fisik yang dialami setelah kondisi yang dianggap membahayakan tersebut dilewati. Manusia adalah makhluk yang memiliki kesadaran cipta, rasa, dan karsa. Secara naluri manusia bisa memahami adanya "fight or flight response" dan "rest and fulfillment response" ini dan berusaha menduplikasikan fenomena ini secara sadar. Penduplikasian mekanisme "Fight or Flight response" akan saya bahas nanti secara khusus beserta system hormon yang terlibat didalamnya. Sedang penduplikasian mekanisme "Rest and Fulfilment response" kita kenal dalam teknik pernafasan lain yang dikenal dgn Pernafasan Meditasi. Pernafasan jenis ini akan membawa pada kondisi relaksasi yang dalam yang menyerupai kondisi 'deep sleep'. Dalam kondisi Meditatif inilah biasanya "Rest and Fulfillment response" bekerja optimal. Sensasi yang dirasakan para paktisi meditasi ini adalah rasa damai, peningkatan awareness (kesadaran), perubahan persepsi dan kognitif, dll. Biasanya tujuan dari pernafasan meditatif adalah peningkatan awareness yang bagi sebagian kalangan seringkali disebut pencerahan. Peningkatan Awareness pada pernafasan meditatif yang bersifat "Rest and Fulfillment response" dan melibatkan parasympathetic nervous system ini berbeda dgn peningkatan Awareness pada Pernafasan yang bersifat "Fight or Flight response" yang melibatkan sympathetic nervous system. Kondisi Awareness dalam keadaan "Fight or Flight State" lebih bersifat Kesadaran Aktif dimana seseorang secara aktif memilah informasi yang dianggap relevan sedang informasi yang tidak relevan akan cenderung diabaikan. Kondisi Awareness dalam tahap Meditatif lebih bersifat Kesadaran Pasif dimana seseorang menjadi lebih bisa menerima terhadap segala informasi yang ada baik internal maupun eksternal tanpa ada proses aktif untuk memilah. Dalam Psikologi dikenal sebagai 'Active Awareness' dan 'Passive Awareness' atau 'Kesadaran Aktif' dan 'Kesadaran Pasif'.
Sederhananya bisa dianalogikan sebagai berikut : dalam situasi "Fight or Flight Response" seseorang yang mengalami peningkatan awareness bisa mendengar adanya suara nafas lawan yang bersembunyi dibalik air terjun. Secara selektif suara air terjun diabaikan dan tidak terdengar lagi oleh orang tersebut. Yang hanya didengar adalah suara nafas lawannya saja. Tetapi dalam kondisi "Rest and Fulfillment Response" yang bersifat meditatif, seseorang bisa mendengar suara nafas lawan yang bersembunyi dibalik air terjun tanpa mengabaikan suara air terjun itu sendiri. Bagi orang tersebut, suara air terjun ataupun suara nafas lawannya seperti suatu paduan suara musik orchestra yang saling mengisi. Bisa menerima segala informasi yang ada disekitar kita dan keseluruhan informasi ini menjadi satu orchestra yang harmonis inilah yang memberikan rasa damai dan kesatuan antara pengamat dan yang diamati. Bisa dikatakan secara subyektif bahwa sensasi dalam kondisi meditatif yang dirasakan adalah adanya penyatuan antara mikrokosmos (tubuh) dan makrokosmos (alam semesta) karena pada kondisi meditatif ini mikrokosmos (tubuh) menjadi sangat receptive terhadap informasi yang ada pada makrokosmos (alam semesta) - seakan tidak ada batas lagi antara keduanya. Istilah jawa "cedak tan senggolan, adoh tan wangenan", dibilang dekat, tidak bersinggungan, dibilang jauh, tidak ketahuan jaraknya. Secara psikologi memang terdapat perbedaan sensasi yang dirasakan pada kedua mekanisme ini. Secara alamiah sebenarnya kedua mekanisme ini saling melengkapi satu sama lain dan memiliki fungsinya masing-masing dan bukan sesuatu yang bertentangan. Sebenarnya sudah cukup banyak penelitian tentang Meditasi dilakukan oleh para Scientists di dunia barat. Pendekatan yang dilakukan sudah cukup beragam pula. Ada penelitian dgn metode pendekatan fisiologi hormon tubuh yang diakibatkan pengaruh Meditasi. Ada juga metode pendekatan neurology pada Meditasi, pendekatan psikologi, dsb. Penelitian ini menarik karena berusaha untuk
memahami lebih jauh bagaimana tubuh ini bekerja dalam kondisi meditatif. Penelitian ini melibatkan praktisi meditasi dari berbagai macam kalangan baik itu Yogist, Zen Buddist, Tao, dsb. Dari penelitian Neurology bisa diketahui pernafasan Meditasi yang bersifat "rest and fulfillment response" mengaktifkan parasympathetic nervous system yang berbanding terbalik dgn sympathetic nervous system yang dilakukan pada situasi "fight or flight response" mechanism. Dari sisi metabolism tubuh pada kondisi meditatif terjadi penurunan konsumsi oksigen, detak jantung, tingkat pernafasan dan tekanan darah. Dari sisi gelombang otak terjadi peningkatan gelombang alpha, theta dan delta yang menunjukan adanya penurunan tingkat stress. Beberapa penelitian menunjukan pernafasan meditatif juga bisa mengontrol tingkat gula darah pada penderita diabetes dikarenakan penurunan metabolism tubuh pada kondisi meditatif ini. Dari penelitian hormon, pernafasan meditasi pada tingkat gelombang alpha dan theta pada otak akan berakibat pada peningkatan hormone DHEA (40-90%) dan Melatonin (90-300%). Peningkatan DHEA akan meningkatkan daya tahan tubuh terhadap penyakit. Sedang hormone Melatonin bersifat sebagai antioksidan alami tubuh. Dalam kondisi meditatif pada tingkat gelombang delta pada otak akan berakibat pada peningkatan hormone HGH (Human Growth Hormone). Fungsi HGH meningkatkan kekuatan otot dan tulang, mengurangi lemak tubuh, dan meningkatkan fungsi otak serta bersifat antiaging (anti penuaan) tubuh yang alami. HGH biasanya banyak dihasilkan pada usia anak-anak dan semakin berkurang pada usia lanjut hingga 50% pada usia 50 tahun ke atas. HGH yang bersifat antiaging dipercaya sebagai penyebab para praktisi meditasi tingkat advanced seringkali berusia panjang. Sayangnya penelitian yang sama belum pernah dilakukan pada MP. Jika kita amati Sistem Pernafasan MP, selain yang melibatkan sistem "Fight or Flight response" seperti Pernafasan Power, MP juga memiliki sistem pernafasan yang melibatkan "Rest and Fullfilment response" yang bersifat meditatif. Latihan olah nafas seperti
pengendapan dan Getaran adalah salah satu pernafasan MP yang bersifat Meditatif. Selama ini belum ada penelitian ilmiah yang dilakukan untuk memahami pernafasan MP ini baik yang bersifat "Fight or Flight response" maupun "Rest and Fullfillment Response". Dan ini area yang bagi saya menarik untuk dilakukan kajian. Sampai saat ini, MP baru melakukan penelitian dari sisi ATP yang dihasilkan dalam Pernafasan Power MP seperti yang dilakukan pada Operasi Seta I. Belum ada lagi penelitian tentang pernafasan MP dari sudut Muscle Fibers (serabut otot) yang digunakan, Lactate Threshold (ambang batas asam laktat), dll. Begitu pula belum pernah dilakukan penelitian terhadap sistem hormon tubuh dan hubungannya terhadap pernafasan MP baik yang bersifat Power maupun Meditatif. Sehingga kita bisa tahu mengapa banyak praktisi yang "bludrekan", "gampang emosian", "cepat naik pitam", "mutungan", dan sejenisnya. Konon ada keluhan dari praktisi power MP, bahwa latihan getaran menurunkan power mereka. Jika kita asumsikan pernafasan getaran bersifat meditatif maka bisa dimengerti mengapa pada latihan Getaran ada keluhan terjadinya penurunan Power pada praktisi MP. Dari sisi hormon, pernafasan meditatif akan mengaktifkan hormon yang bersifat menurunkan hormon yang dihasilkan oleh pernafasan power dan sisi neurology pernafasan meditatif akan mengaktifkan parasympathetic nervous system yang akan menurunkan aktifitas sympathetich nervous system yang digunakan pernafasan Power. Hal ini bisa dipahami karena memang pernafasan yang bersifat meditatif (Rest and Fulfillment Response) bekerja sebagai counter balance dari pernafasan Power yang bersifat "Fight or Flight Response". Pernafasan pengendapan atau getaran yang bersifat meditatif adalah penyimbang bagi pernafasan power MP. Sama seperti halnya "Rest and Fulfillment Response" adalah penyimbang dari "Fight or Flight Response" yang biasanya terjadi secara natural dalam kehidupan sehari-hari.
Akan tetapi, kita jumpai pula praktisi MP yang mumpuni baik dari sisi power maupun getaran. Nah, bagaimana kalau seperti itu? Kapan-kapan akan saya coba urai lagi. Karena ini bagian yang tidak kalah menarik. Semoga bermanfaat. Sehat, Bugar, dan Powerfull bersama Kebugaran Merpati Putih! Salam MG
UBAHLAH LINGKUNGAN JADI LEBIH BAIK
hangat,
Bruce H. Lipton, PHd, dalam penelitiannya mengenai genetika melalui pengembangbiakan stem cell menjelaskan bahwa sebuah sel yang didalamnya berisi gen tertentu lalu dibiakkan pada lingkungan yang berbeda akan menghasilkan jenis sel yang berbeda, padahal genetika sel itu sama. Hal ini menjadikan kesimpulan beliau bahwa ternyata Genetika dapat diubah. Bagaimana caranya? Yakni dengan mengubah Persepsi kita terhadap sesuatu. Kesimpulan dari penelitian Bruce H. Lipton didalam buku setebal 203 halaman yang berjudul "The Biology of Belief" mengenai genetika adalah sebagai berikut: 1. 2.
Perception Perception
control control
behavior genes
3. Perception rewrites genes Apa itu Perception dalam pemahaman Bruce H. Lipton? Perception didefinisikan sebagai "the ability to see, hear, or become aware of something through the senses" atau kalau saya terjemahkan sebagai suatu kemampuan untuk melihat, mendengar, atau menjadi peduli pada sesuatu melalui perasaan. Sederhananya, persepsi adalah cara pandang atau cara kita mensikapi sesuatu. Kata kuncinya adalah dengan memperhatikan kebiasaan-kebiasaan kita dan bagaimana perasaan kita berperan dalam mensikapi kebiasaan-kebiasaan tersebut. Perasaan, terkait erat dengan fungsi hormon. Maka berbicara perasaan tidak bisa lepas dari bagaimana fungsi hormon ditubuh kita. Sebab munculnya sebuah perasaan tertentu, akan mengaktifkan hormon tertentu. Aktifnya hormon tertentu akan mengaktifkan enzym tertentu. Menurut Bruce, sel adalah miniatur manusia, didalamnya ada 2 golongan besar dari enzym yakni Receptor Enzym dan Effector Enzym yang lokasinya berada dipermukaan sel. Receptor Enzym atau enzym penerima, bertugas untuk menerima persepsi dari luar melalui perasaan tertentu. Kemudian hasil dari Receptor Enzym ini diberikan kepada Effector Enzym atau enzym yang bertugas
untuk menimbulkan efek tertentu. Hasil dari Effector Enzym ini adalah produk yang bernama Protein. Ia akan masuk kedalam inti sel yakni Nucleus. Di dalam nucleus terdapat gen yang merupakan rantai helix dan terbungkus oleh protein. Protein yang dihasilkan dari Effector Enzym ini akan mencari protein yang cocok dengan yang membungkus gen. Setelah ketemu dengan protein yang tepat, maka pembungkus gen akan terbuka. Gen kemudian melakukan proses replikasi diri untuk 'dibawa' oleh protein tersebut 'naik keatas'. Setelah selesai, maka protein pembungkus gen tadi menutup dan kembali membungkus gen. Nukleus kemudian menunggu atau bersifat 'wait and see' berdasarkan persepsi yang mencapai sel tersebut. Kemudian karakteristik sel dan sifatnya akan berubah mengikuti kode genetic apa yang dibawa oleh protein pembawa tersebut. Pada belahan bumi yang lain, seorang ilmuwan dari Jepang bernama Prof. Kazuo Murakami yang juga berkutat pada bidang genetika melalui bukunya "The Miracle of DNA" dan "Divine Message of DNA", menjelaskan bahwa agar suatu gen menjadi on atau off, diperlukan minimal tiga hal berikut ini: 1. 2.
Lingkungan Mengubah
kebiasaan
3. Niat dan tekad yang kuat Padahal keduanya berada lingkup yang berbeda penelitiannya, akan tetapi melahirkan pendapat yang saling melengkapi. Dalam pemahaman Prof. Kazuo Murakami dikatakan bahwa timbulnya kanker adalah karena aktifnya gen kanker yang ada ditubuh seseorang. Timbulnya penyempitan jantung, gagal ginjal, dan lain sebagainya bermula dari lingkungan, kebiasaan, dan cara pandang atau cara mensikapi. Buku The Miracle of DNA tidak menjelaskan secara teknis bagaimana proses aktifnya gen kanker, tapi bisa dijelaskan dengan sangat baik berdasarkan penelitian Bruce H. Lipton. Dalam konteks Merpati Putih, yang disebut dengan lingkungan terbagi menjadi dua yakni lingkungan dalam diri dan lingkungan diluar diri. Lingkungan didalam diri adalah hati, akal, dan panca indra. Ini disebut dengan mikrokosmos atau 'jagat
kecil'. Sedangkan lingkungan diluar diri adalah kebiasaan, pola makan, pola istirahat, masyarakat, alam sekitar. Ini disebut dengan makrokosmos atau 'jagat besar'. Hati dan Akal memiliki dunianya sendiri, memiliki lingkungannya sendiri. Maka berlatih untuk mengenali hati melalui niat, kemudian mengenali akal melalui imajinasi, kemudian menyatukan keduanya hingga menjadi sebuah keyakinan adalah suatu proses untuk membentuk lingkungan dan kebiasaan yang baru. Lingkungan dan kebiasaan yang baru ini dibentuk dan lahir dari niat dan tekad yang kuat. Panca indra merupakah 'wadah' yang sering kita sebut dengan raga atau badan atau tubuh, yakni tempat dimana trilyunan sel berada. Trilyunan sel ini kemudian membentuk satu kesatuan, saling terhubung satu sama lain. Maka jelaslah, bahwa dengan membentuk 'lingkungan yang baru' atau 'lingkungan yang diciptakan baru' oleh diri kita melalui penyatuan niat dan imajinasi menjadi sebuah keyakinan secara kokoh pada dasarnya akan mampu mengubah genetika di tubuh kita sendiri. Lebih lanjut lagi, sel yang hidup akan menghasilkan gelombang elektromagnetik. Semakin sehat sel, maka semakin kuat gelombang elektromagnetik yang dihasilkan (kata pengantar alm mas Budisantoso dalam buku Normalisasi Diabetes yang diterbitkan yayasan Saring Hadipoernomo). Semakin kuat gelombang elektromagnetik maka semakin jauh pancaran transmisinya. Gelombang memiliki frekwensi, dan karakteristik dari frekwensi ini ditentukan oleh bagaimana cara kita menyusun gelombang tersebut. Kalau yang disusunnya agar rezeki bertambah, hidup membaik, lancar, dan sebagainya, maka itulah yang akan terjadi. Kaidah Niatingsun yang Nyawiji dalam istilah Jawa dikenal dengan nama modern Law of Attraction (LOA). Kesemuanya kemudian "diikat" dan "dibungkus" dengan kuat menggunakan kaidah Ketuhanan agar energi yang dihasilkannya semakin bermanfaat pada lingkungan yang dibentuk tersebut. Menyadari betul bahwa semua terjadi atas izinNya, sedikit maupun banyak.
Semoga bermanfaat.
BERBAHAGIALAH SEJAK DI PIKIRAN Olah nafas MP adalah sejenis olah nafas yang karakternya berupa energi panas yang berdaya sangat tinggi. Lalu bagaimana para local genius MP 'meredam' efek dari energi panas tersebut? Dalam penelitian pribadi, saya menemukan bahwa
kondisi untuk meredam efek dari energi panas berdaya sangat tinggi tersebut adalah dengan fungsi hormonal. Menurut ilmu kedokteran, hormon dianggap sebagai 'gerbang jiwa'. Munculnya suatu hormon tertentu yang aktif diawal terlebih dahulu dengan munculnya suatu kondisi kejiwaan tertentu. Pemetaannya dilakukan seperti itu. Meskipun kondisi kejiwaan atau saya sebut saja 'perasaan' tertentu bersifat abstrak, tapi ternyata ia mampu menghasilkan kondisi nyata pada tubuh. Berusaha memahami perasaan sama halnya berusaha memahami hati. Hati yang dimaksud disini bukanlah lever, tetapi qolbu/roso sak jroning roso/heartbrain. Maka melakukan penyikapan hati terhadap suatu kondisi adalah sangat penting. Orang tua kita dan juga leluhur kita terdahulu mengajarkan bagaimana cara melakukan penyikapan hati ini. Dalam khasanah tanah Jawa, istilah-istilah seperti 'meneng', hening, nrimo, pener, titis, dan banyak istilah lainnya sesungguhnya mengajarkan kita pengetahuan mengenai cara penyikapan. Sebagaimana halnya kebaikan, penyikapan hati ini harus dilatih. Tidak ada orang yang langsung terlahir lalu menjadi dermawan. Kedermawanan, sedekah, menolong orang, harus dilatih sejak dini. Tujuannya agar ia terbiasa melakukan hal itu dan terekam pada memori selnya. Apabila sudah terekam pada memori selnya dan diulang terus menerus secara konsisten maka akan memicu munculnya gen positif terhadap hal itu dan ini akan menjadi sifat. Maka ada kaitannya antara penyikapan hati dan kondisi genetika tubuh manusia. Hal ini akan saya jelaskan sebentar lagi. Manusia tersusun dari sel, dan sel dibuat bekerja oleh gen. Belakangan ini, penelitian mengenai genetika sudah maju pesat sehingga kita jadi tahu banyak hal mengenai mekanisme kehidupan. Dengan memahami mekanisme dan kinerja gen yang mengatur sel, hewan kloning bisa dihasilkan, terapi gen terhadap penyakit yang sukar disembuhkan menjadi mungkin. Saat ini, pemetaan gen manusia sedang dicoba diberbagai tempat di dunia, dan diharapkan gambaran keseluruhan mekanisme kehidupan menjadi semakin jelas. Cepat atau lambat. Kalau itu terjadi, maka pemanfaatan gen akan semakin meningkat.
Satu hal yang hebat yang ditemukan dalam penelitian gen akhir-akhir ini adalah bahwa kinerja gen dapat berubah bergantung pada stimulan dari luar dan lingkungan sekitarnya. Artinya, gen yang tertidur menjadi terjaga. Dalam satu sel gen, terdapat kemampuan tersembunyi yang bisa membentuk keseluruhan tubuh. Tetapi kenyataannya, gen yang bekerja hanya sebagian kecil, sedangkan sisanya tertidur. Satu gen saja yang ada di dalam tiap sel tubuh kita memiliki kemampuan terpendam untuk menghasilkan satu orang manusia utuh. Lalu apakah perbedannya gen yang tertidur dengan gen yang terjaga? Gen yang terjaga dapat membuat enzim dan protein, sedangkan gen yang tertidur (meskipun sama-sama gen) tidak bisa membuat enzim dan protein. Keadaan gen yang membuat atau tidak membuat enzim ini diistilahkan dengan kondisi on/off pada gen. Kalau dimisalkan seperti lampu, maka jika tombol menyala ditekan lampu akan menjadi terang. Sebaliknya, jika tombol mati ditekan, maka fungsi sebagai alat penerang akan berhenti. Menjadi pertanyaan, bagaimana kondisi on/off ini bisa terjadi? Secara garis besar ada dua kondisi utama. Pertama, keadaan on/off yang otomatis terjadi atau mandiri, tidak berhubungan dengan niat ataupun tindakan manusia. Kedua, keadaan on/off yang dipengaruhi stimulan, niat, dan perbuatan manusianya. Kedua keadaan tersebut akan bisa dipahami jika kita mengamati kerja jantung. Jantung kita bekerja tanpa diperintah sejak kita lahir sampai mati. Ini merupakan kinerja otomatis. Tidak ada kaitan dengan keinginan dan perbuatan pemilik jantung. Gen pada sel jantung mengaktifkan gen agar berada dalam keadaan on agar bisa melaksanakan perannya sendiri. Tetapi jantung dapat mempercepat denyutnya saat ada sesuatu yang mengagetkan atau pada suatu kondisi tertentu yang disengaja. Ini menunjukkan bahwa stimulan dari luar menyebabkan gen yang tadinya tertidur menjadi aktif dan mulai bekerja. Dari fakta ini, kita mengerti
jantung bekerja secara otomatis dan disaat bersamaan jantung mengubah cara kerjanya berdasarkan stimulan dari luar. Jika memikirkan hal-hal yang baik (positif), maka hormon baik akan dihasilkan. Yang melaksanakan ini juga gen. Jika gen tidak bekerja, sebanyak apapun kita memikirkan yang bagus-bagus, hormon baik tidak akan keluar. Maka harus ada suatu kondisi penyikapan lain selain daripada memikirkan hal-hal yang bagusbagus, yakni kondisi dimana keluarnya hormon baik pada tubuh. Misalnya, saat terjadi kebakaran, wanita paling lemahpun tiba-tiba dapat mengangkat barang berat untuk diangkutnya keluar rumah. Penjelasannya yaitu berubahnya keadaan gen yang biasanya off menjadi on. Selama ini fenomena seperti itu dijelaskan sebagai kekuatan mental. Tetapi meskipun melibatkan kekuatan mental, untuk mampu mengangkat barang berat diperlukan energi. Itupun tentunya energi yang sangat besar dibandingkan biasanya. Darimanakah datangnya energi sebesar itu? Terjadinya keadaan darurat yaitu kebakaran (perubahan lingkungan secara tiba-tiba) membangunkan gen yang tadinya tertidur, yang kemudian membangkitkan energi yang sangat besar dalam sekejap. Maka bisa dipahami dari fakta ini bahwa perasaan kita atau keadaan jiwa kita atau lebih tepatnya penyikapan diri kita memberikan pengaruh yang sangat besar terhadap gen
dan
fungsi
gen
itu
sendiri.
Keadaan jiwa juga ternyata mempengaruhi genetika kita. Tetapi lalu muncul masalah, apa yang bisa kita lakukan agar gen menjadi on? Pertama, mengubah atau berpindah lingkungan termasuk didalamnya beriteraksi dengan orang-orang lain yang baik, bersentuhan dengan alam dan benda, mengalami peristiwa-peristiwa baik, akan mengarahkan pada hal yang sama berdasarkan asas kebaikan. Ingat, stimulan dari luar dapat menentukan kondisi terjaga atau tertidurnya potensi gen pada diri kita. Maka berhati-hatilah dalam memilih stimulan dari luar, karena faktor eksternal ini akan menyebabkan potensi gen yang mana yang akan aktif terlebih dahulu. Kedua, kesadaran akan tujuan yang jelas yang dimulai dari niat 'saya ingin melakukan hal ini karena ini ini dan
ini'. Sebuah niat dan tujuan yang jelas, terarah, terprogram, dan tentu saja harus bernilai. Tujuan yang tidak bernilai, atau salah menentukan tujuan, membuat niat tidak memiliki daya guna dan tidak mampu menjadi tenaga penggerak untuk bertransformasi menjadi tenaga. Niat ada di dalam diri yang berupa maksud hati. Dibuat dengan mengatakan dalam hati, sejelas-jelasnya, sedetail-detailnya. Maka kesadaran untuk menentukan tujuan berdasarkan karakteristik niat yang disusun sedemikian rupa menjadi faktor pengubah genetik yang semula on menjadi off atau kebalikannya. Ketiga, berusaha dengan sungguh-sungguh untuk mencapai tujuan itu. Tanpa kesungguhan, maka potensi gen positif menjadi on tidak mungkin terjadi. Usaha yang sungguh-sungguh ini hanya bisa dilakukan apabila terjadi kondisi niat yang teguh, kokoh. Ingat, niat adalah daya penggerak internal yang akan berubah menjadi daya manakala tujuannya diketahui. Keempat, adanya penghalang yang membuat upaya kita menemui jalan buntu. Penghalang ini bisa apa saja. Ia akan membuat seseorang terhambat untuk maju tapi bisa juga menjadi tenaga pendorong yang luar biasa besar untuk maju, apabila berhasil disikapi dengan baik. Maka penyikapan hati terhadap suatu halangan atau hambatan menjadi penting untuk dipahami. Di dalam tubuh, ada kurang lebih dua puluhan jenis hormon yang berperan dalam hal ini. Akan tetapi paling tidak ada 4 fungsi hormon yang menurut saya penting untuk diketahui yakni: Adrenalin, Noradrenalin, Beta-endorfin, dan Enkefalin. Hormon-hormon ini akan aktif manakala terjadi penyikapan hati terhadap suatu peristiwa sebab hormon merupakan ‘gerbang jiwa’ dimana munculnya suatu hormon tertentu mesti diawali dari munculnya sejenis perasaan tertentu. Saya ambil contoh salah satu filosofi NRIMO yang secara sederhana diterjemahkan sebagai MENERIMA. Menerima dalam arti apapun semisal menerima keadaan diri, menerima sakit yang diderita, menerima berapapun rezeki yang ada, menerima kekurangan pasangan, menerima akan suatu kondisi kehilangan, dan banyak penerimaan-penerimaan lainnya yang terjadi dalam hidup ini. Menerima adalah sebuah ilmu tersendiri. Ia adalah termasuk hal yang positif.
Maka mengarahkan diri untuk selalu bersikap positif pada dasarnya ya menjalankan filosofi-filosofi kehidupan. Jika kita menanggapi sesuatu dengan penolakan, di dalam tubuh akan muncul zatzat yang antara lain akan mempercepat proses penuaan dan pertumbuhan sel-sel kanker. Sebaliknya, bila kita bereaksi secara positif dan penuh rasa bersyukur, maka organ memproduksi zat-zat yang akan membuat tubuh kita tetap muda dan sehat. Adanya mekanisme ini di dalam tubuh dapat dibuktikan secara medis. Orang yang membiasakan diri berfikir positif juga memiliki resistensi kuat terhadap penyakit. Sementara, mereka yang senantiasa berpandangan negatif akan cepat jatuh sakit. Bahkan dengan kondisi dan gaya hidup yang sama pun, ada yang memiliki kesehatan prima dan ada pula yang gampang sakit. Meskipun konsep ini tidak selalu berlaku, cara pandang memiliki arti sangat penting bagi kesehatan kita. Cara pandang yang keliru akan melahirkan kondisi kesehatan yang buruk. Maka perhatikanlah cara pandang kita terhadap sesuatu. Noradrenalin diproduksi otak ketika cemas atau stres. Ketika merasa takut, adrenalin yang akan muncul. Hormon merupakan zat penyampai pesan pada tingkat sel, artinya, zat-zat ini yang menyampaikan perintah dari otak kepada tiaptiap sel. Jika, misalnya, 'marah' yang disampaikan, maka tubuh akan bereaksi melalui ketegangan dan aktivitas. Oleh sebab itu, yang kita bicarakan di sini adalah zat yang di satu sisi penting untuk (mempertahankan) hidup, namun di sisi lain sangat beracun. Jika seseorang terus-menerus naik darah dan didera stres hebat, dia dapat jatuh sakit karena keracunan noradlenalin, cepat tua, dan meninggal dini. Sebaliknya, dia senantiasa menghadapi sesuatu dengan senyum dan secara positif, yang akan mengalir adalah hormon yang menguntungkan dan mengaktivasi sel-sel otak, serta membuat tubuh menjadi sehat. Hormon-hormon semacam ini akan membuat kita awet muda, memerangi sel-sel kanker, dan memperbaiki suasana hati. Jika menginginkan hidup bahagia dan sehat, serta ingin berumur panjang tanpa
penyakit kanker atau kegemukan, kita harus menjalani hidup sedemikian rupa sehingga hormon-hormon baik sajalah yang akan diproduksi. Untuk hormon yang membuat seseorang senang dan bahagia, ada istilah 'brain morphine' karena secara struktur kimawi serta efek membiusnya mirip dengan morfin.
Sementara
pada
morfin
untuk
pembiusan
terkandung
resiko
ketergantungan dengan efek samping sedangkan pada hormon kebahagiaan kita tidak perlu mengkhawatirkan hal itu. Secara keseluruhan, ada kurang lebih dua puluh jenis hormon kebahagiaan. Meskipun cara kerja dan dampaknya berbeda-beda, efek farmakologisnya sama. Di antara begitu banyak hormon kebahagiaan, beta-endorfin adalah yang paling berkhasiat, kerjanya lima atau enam kali lebih kuat dibandingkan dengan obat bius. Menjadi pertanyaan menarik, sesungguhnya, untuk apa otak kita menghasilkan zat kebahagiaan tersebut? Saya yakin bahwa dengan itu, alam seolah ingin memaksa kita untuk: 'hidup berbahagia!' Di sisi lain, manusia juga memiliki pikiran buruk yang kemudian dia wujudkan dalam tindakan. Sebagian orang mungkin berpikir, 'Aku akan menyingkirkan si X agar mendapatkan keuntungan'. Mungkin mereka melakukan itu untuk mendapatkan banyak uang lebih banyak, atau memperoleh status dan ketenaran. Jika tujuan itu tercapai, tentu saja mereka senang, dan jika mereka senang, hormon kebahagiaan akan dilepaskan. Khusus untuk kasus seperti itu, untuk alasan yang tidak dimengerti, kegembiraan seperti itu tampaknya tidak bertahan lama, dan segera meredup. Apabila seseorang tidak memikirkan kebaikan dunia atau sesamanya, orang lain mungkin saja tidak menyukai kesuksesan yang diraihnya, dan malah merugikannya. Namun terkadang, pikiran orang itu sendiri yang mengantarnya pada kegagalan. Ini mungkin karena Tuhan lebih menyukai manusia menjalani hidup sesuai pedoman, sedangkan mereka yang tidak menjalani akan dihukum. Korelasinya menjadi lebih jelas.
Kembali kepada olah nafas MP, memasangkan filosofi dengan olah nafas adalah suatu keharusan. Dengannya karakter energi panas yang berdaya sangat tinggi ini akan dikawal ketat, dibangkitkan potensi gen positifnya untuk kemudian menekan potensi gen negatifnya. Menjadi koreksi bagi diri kita semua apakah latihan MP mampu menghasilkan diri yang membaik atau malah memburuk? Membaik lahir batin atau malah memburuk lahir batin? Atau malah timpang? Fisiknya membaik tapi hatinya memburuk? Cukupkah hanya dengan melakukan Nafas Pembersih selama lima hingga lima belas menit mengatasi energi panas berdaya sangat tinggi yang dilatih selama satu hingga dua jam? Cukupkah hanya dengan berdoa diawal dan diakhir sesi latihan lalu membuat membaiknya kondisi jiwa kita? Mari kita tanyakan pada diri sendiri dan koreksi ke dalam diri. Sementara itu, kondisi latihan MP yang dilakukan akan menjadi begitu ekstrim pada bentuk dan repetisi, memerlukan konsistensi tinggi, dan menghasilkan energi panas yang sangat tinggi, akankah membawa pengaruh baik pada diri lahir batin? Aman dari sisi energi yang dihasilkan, aman juga dari sisi medis, termasuk didalamnya aman dari sisi kejiwaan? Hal lain yang tidak kalah pentingnya adalah memperbaiki pola makan dan pola istirahat, karena walau bagaimanapun asupan nutrisi mutlak diperlukan agar raga ini tetap terjaga kelangsungannya secara biologis. Berlatih olah nafas secara keras memerlukan asupan nutrisi yang tidak sedikit. Maka local genius MP memiliki asupan-asupan nutrisi yang secara khas dibuat sebagai penyeimbang. Ramuan seperti Sapto Tunggal dibuat sedemikian rupa untuk menyeimbangkan kekurangan nutrisi tubuh. Disadari benar, bahwa latihan keras akan menguras tenaga fisik, maka asupan fisik juga harus mencukupi. Menjadi berbahaya apabila atas dasar keinginan kuat untuk menguasai sebuah keilmuan tertentu kemudian mengabaikan faktor nutrisi ini. Akibatnya bisa menyerang fungsi organ. Umumnya, atas dasar keinginan kuat agar bisa menguasai keilmuan ini dan itu, maka orang-orang ini mengabaikan asupan nutrisinya. Ia ‘merasa’ kuat, padahal ‘rasa’ yang didapatnya bersifat semu karena tertutupi oleh keinginan, hasrat, dan ambisi. Akhirnya keinginan, hasrat, dan ambisi itulah yang akan mengalahkannya
sendiri. Bukan karena sifat ilmunya yang buruk, tetapi karena kurangnya kesadaran dan pemahaman yang menyeluruh. Pola pikir dan pola penyikapan hati dibentuk dari pemahaman filosofi. Sementara asupan nutrisi yang dibutuhkan tubuh dibentuk dari pola makan. Pola istirahat secara bertahap dimulai dari kualitas tidur dan kemampuan meditasi. Sedangkan peningkatan ragawi didapat dari latihan-latihan olah nafas. Maka lengkaplah sudah, paripurna, holistik, menyeluruh pada semua aspek. Kalau dijalani seperti ini, maka MP akan bertransformasi menjadi 'way of life' atau cara hidup menuju kebaikan lahir dan batin menuju empat sikap watak seperti yang diamanatkan oleh Sang Guru yakni jujur dan welas asih, percaya pada diri sendiri, selaras dan seimbang dalam kehidupan sehari-hari, hingga akhirnya menumbuhkan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Menjadi pertanyaan lagi, bagaimana latihan olah nafas MP bisa mengarahkan praktisinya untuk menuju empat sikap dan watak seperti yang diamanatkan Sang Guru? Nanti akan saya sambung lagi. smile emotikon Semoga bermanfaat.
MERPATI PUTIH, SUHU TUBUH, DAN HORMON Masashi Saito, M.D., menuliskan di dalam bukunya yang berjudul "Raise Your Temperature and Improve Your Health: A Practical Guide" yang telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dengan judul "Mukjizat Suhu Tubuh" bahwa penurunan suhu tubuh sebesar 1 derajat Celcius menyebabkan penurunan imunitas sebesar 30% sementara kenaikan suhu tubuh sebesar 1 derajat Celcius akan menyebabkan kenaikan imunitas sebesar 500-600%. Adapun suhu tubuh rata-rata orang Asia yang berada dalam kategori suhu tubuh sehat adalah 35-36,5 derajat Celcius sedangkan apabila berada pada suhu tubuh ideal berada pada 36,537,1 derajat Celcius. Dr. Bruce Rind, M.D., mengatakan dalam penelitiannya bahwa temperatur tubuh menunjukkan kondisi energi metabolisme seseorang. Berdasarkan penelitiannya, Dr. Rind menemukan bahwa ada kaitan antara temperatur tubuh dengan kelenjar tiroid dan kelenjar adrenal. Kelenjar tiroid berada di dalam leher, sementara kelenjar adrenal berada menempel diatas ginjal. Memperbaiki fungsi kedua kelenjar tersebut pada umumnya akan memulihkan kondisi temperatur tubuh seseorang menjadi optimal. Pengertian optimal agak berbeda dengan normal. Istilah 'normal' digunakan untuk menunjukkan sebuah situasi statistik atau matematik yang disepakati. Usia 76 tahun dan mengalami penurunan fungsi organ masih bisa dikategorikan 'normal'. Sementara jika pada usia yang sama kondisi temperatur tubuh dan lebih jauh lagi kesehatan tubuhnya masih bagus maka ia dikategorikan sebagai optimal. Sehingga
proses Bugar sesungguhnya mencari kondisi optimal yang terbaik pada usia tersebut. Aktivitas panas tubuh menunjukkan bagaimana aktivitas metabolisme. Pada orang-orang yang demam, terjadi peningkatan suhu tubuh hingga mencapai diatas 37 derajat Celcius. Apabila didalam keseharian kita sering terjadi kondisi naik turun temperatur yang tidak menentu maka itu menandakan terjadinya ketidakstabilan pada fungsi kelenjar adrenal didekat ginjal. Kelenjar adrenal yang baik akan menghasilkan temperatur yang baik pula. Apabila kelenjar adrenal ini mengalami stres yang diakibatkan oleh perasaan, stimulasi metabolisme yang berlebihan seperti misalnya kenaikan stimulasi kelenjar tiroid hingga terjadi radang disana, atau karena sebab lain, maka temperatur tubuh akan meningkat. Sementara apabila terjadi masalah pada kelenjar tiroid maka akan menyebabkan terjadinya penurunan energi pada metabolisme yang berimbas pada penurunan suhu tubuh. Kelenjar Tiroid memproduksi hormon Thyroxin atau biasa disebut dengan hormon tiroid atau T4 yang akan memberikan sinyal kepada setiap cel agar memproduksi energi. Kelenjar Adrenal tepat diatas ginjal dan mampun menghasilkan banyak hormon seperti Cortisol, DHEA, dll. Fungsi utamanya adalah membantu tubuh dari stress agar dapat bertahan hidup. Ia membantu untuk menstabilkan banyak fungsi-fungsi tubuh (fisik, emosi, suhu tubuh, hormonal, dll). Ketika misalnya terjadi stres dalam bentuk apapun (fisik, kimia, emosi, nutrisi, gaya hidup seperti pola tidur, dll, yang mesti dilakukan adaptasi) maka kelenjar ini bekerja. Stres yang tinggi dapat
membuatnya
kelelahan.
Kelebihan
energi
pada
kelenjar
Tiroid
menyebabkan terjadinya tekanan pada kelenjar adrenal yang lebih jauh lagi menyebabkan terjadinya tekanan pada ginjal. Kelenjar Pituari, terletak di dasar otak tepat diatas atap mulut. Ia berfungsi untuk mengirimkan instruksi ke banyak kelenjar lainnya mengenai bagaimana suatu
hormon akan diproduksi. Salah satu hormon yang diproduksinya adalah TSH (Thyroid Stimulating Hormone) yang akan mengirimkan sinyal kepada kelenjar Tiroid agar memproduksi hormon tiroid. Kelenjar Pituari ini akan menentukan berapa banyak TSH dikeluarkan agar suatu hormon tiroid bisa dikeluarkan sesuai dengan kebutuhan tubuh dan seberapa banyak hormon tersebut dapat ditoleransi oleh kelenjar adrenal. Thyroxine atau T4 akan menjadi T3 yang menyebabkan terjadinya energi (dalam bentuk ATP) untuk dibuat pada semua cel yang hidup. T4 juga dapat menjadi Reverse T3 (RT3) yang akan mempengaruhi produksi energi di dalam sel. Jika diibaratkan fungsi mobil, maka T3 adalah akselerator/gas dan RT3 adalah rem. Ketika tubuh butuh energi maka T4 akan melepaskan atom Iodine hingga menjadi T3 yang kemudian memberikan sinyal ke seluruh sel hidup untuk memproduksi ATP. T3 ini mengizinkan tubuh untuk memproduksi energi kapanpun dibutuhkan. Sementara RT3 berfungsi untuk menurunkan energi ia akan memblok T3 untuk memproduksi ATP. Hormon T4, T3, dan RT3 sekali dilepaskan ke dalam aliran darah maka ia akan terus disana dalam bentuk rekatan protein atau bentuk bebasnya. Mari kita lihat kaitannya dengan latihan olah nafas Merpati Putih. Seperti kita ketahui dan rasakan bahwa siapapun yang berlatih olah nafas Merpati Putih akan merasakan suatu sensasi panas tubuh yang cukup tinggi. Kegiatan tersebut kemudian merangsang munculnya banyak sekali keringat. Setelah itu tubuh merasa nyaman dan bugar, berenergi tinggi dan siap melakukan aktivitas. Efeknya adalah terjadinya peningkatan kualitas kesehatan. Hal ini disebabkan karena peningkatan 1 derajat suhu tubuh akan meningkatkan 500-600% imunitas. Metabolisme yang cepat yang terjadi didalam tubuh praktisi ketika berlatih menyebabkan terlepasnya banyak energi dari reaksi kimia ATP. Manakala latihan ini dilakukan dengan rutin, maka praktisi MP akan menjadi orang yang memiliki kecenderungan jarang sakit yang berhubungan dengan imunitas. Daya tahan semestinya menjadi lebih baik.
Namun mengapa sering dijumpai praktisi olah nafas (tidak hanya praktisi MP) yang kemudian mengalami masalah pada jantung dan ginjal? Kalau melihat dari penjelasan keterkaitan antara suhu tubuh, kelenjar pituari, kelenjar tiroid, dan kelenjar adrenal (yang kebetulan lokasinya tepat diatas ginjal) maka besar kemungkinan terjadinya over pada fungsi kelenjar tersebut. Seperti yang dijelaskan diatas bahwa kenaikan stres (tekanan) maka akan menyebabkan fungsi kelenjar adrenal menjadi meningkat pula. Kelenjar ini bisa kelelahan, namun seringkali karena hati berisi ambisi untuk menguasai ilmu sakti ini itu maka diabaikanlah. Akibatnya, lambat laun fungsi ini menurun dan menyebabkan penyakit degeneratif. Agar dapat menangani permasalahan tersebut maka semestinya dipahami pula kaidah-kaidah perasaan/emosi yang mesti dilekatkan pada setiap latihan olah nafas. Salah satu kaidah mahsyur yang sering didengar namun jarang dijalankan adalah kaidah 'tidak berambisi untuk sakti'. Kaidah ini sebenarnya bermanfaat karena tubuh secara sadar dikirimkan sinyal agar tidak over training pada kelenjar-kelenjar tersebut. Bagaimana caranya? Dalam kaidah ilmu tradisional Timur, khususnya kebugaran MP, ada 'bahanbahan' yang mesti disusun sebelum semua latihan dijalani. Ketepatan dalam menyusun 'bahan-bahan' ini akan menentukan bagaimana nanti bentukan hasilnya. Salah satu 'bahan' yang selalu ada dalam khasanah ilmu tanah Jawa adalah 'Niatingsun' atau Niat/Intent dan imajinasi. Dilihat dari ilmu Fisiologi, dikatakan bahwa sel di dalam tubuh adalah target dari hormon tiroid (thyroxine atau T4) yang kemudian mempengaruhi metabolisme dalam menghasilkan energi. Hasilnya adalah peningkatan panas tubuh, peningkatan konsumsi oksigen dalam jaringan, dan peningkatan pemecahan ATP. Aksi hormon Tiroid ini kalau saya analogikan mirip dengan 'meniup api membara'. Lebih jauh lagi, ia meningkatkan detak jantung sehingga mengalirkan lebih banyak darah kepada organ-organ tubuh. Perubahan pada tiroid ini akan ditandai dengan dipengaruhinya aktivitas kardiovaskular dan sistem kelistrikan tubuh.
Menurut penelitian dari George J. Kahal dan Wolfgang H. Dillmann pada tahun 2013 yang dipublikasikan pada Jurnal Endokrin, disebutkan bahwa jantung adalah organ yang menjadi target utama dari kerja hormon tiroid ini. Efek langsung dari tindakan T3 di jantung akan dimediasi oleh suatu mekanisme yang mirip reaksi nuklir dan ekstra nuklir. Memompa lebih banyak ledakan ATP di dalam jantung yang melepaskan sejumlah energi. Jadi, dalam istilah tradisional "niatingsung" atau Niat ini adalah suatu reaksi nuklir dan ekstranuklir di dalam jantung akibat dari kerja hormon tiroid melalui T3. Sementara secara tadisional imajinasi dikatakan sebagai "ngarah-arah" yang lokasinya berada di kepala. Ketika terjadi imajinasi tertentu yang khas maka sesungguhnya kelenjar Pituari yang memproduksi TSH sebagai pemicu T4 menjadi aktif dan bahkan sedemikian aktif. Ia memancing tiroid untuk aktif. Bisa dibayangkan kalau keduanya menyatu, yakni Niat dan Imajinasi. Maka reaksi yang terjadi mestilah sangat luar biasa. Namun penyatuan ini terjadi karena faktor-faktor tertentu. Ada prinsip yang menurut Bruce H. Lipton dalam bukunya "Biology of Belief" disebut dengan 'perception'. Persepsi, atau dalam bahasa saya adalah faktor yang mengarah pada kemelekatan akan sesuatu. Maka ketika kedua 'bahan' ini disatukan akan lahirlah suatu persepsi yang disebut dengan ... keyakinan. Karena ini sifatnya persepsi, maka umumnya subyektif sehingga persepsi satu orang dengan orang lain bisa saja tidak sama. Sederhananya, keyakinan satu orang dengan orang lain bisa saja tidak sama. Maka memaksa suatu keyakinan kepada orang lain sebenarnya menabrak pemahaman diatas. Keyakinan guru berbeda dengan keyakinan murid. Keyakinan A berbeda dengan keyakinan B. Wilayah mana yg dominan dilatihnya maka akan menjadi wilayah keyakinannya. Namun jangan sampai lupa, bahwa ini akan berpengaruh pada jantung dan ginjal. Untuk itulah semestinya latihan yang baik, yang membawa kebaikan, semestinya dibuat seimbang agar kedua organ utama jantung dan ginjal ini tidak mengalami kelebihan daya hingga tidak mampu ditampungnya. Kapan waktu nanti saya bahas
tersendiri mekanisme tradisional untuk menjaga ini. Diharapkan, siapapun praktisi yang berlatih olah nafas MP akan mendapatkan manfaat kesehatan dan kebugaran sebaik-baiknya. Semoga bermanfaat.
Tubuh manusia itu dominan sama, terdiri dari satu kepala, dua tangan, dua kaki, satu badan, satu jantung, dan seterusnya. Namun, dari satu tubuh yang sama ini ternyata bisa dipetakan berdasar berbagai macam cara pandang/pendekatan, baik secara fisik maupun sifat energi. Ada pemetaan dengan cara pendekatan kundalini Yoga dari ITM (Indian Traditional Medicine), dengan teori tujuh chakra, membina dan melatih energi dengan bentuk senam yoga dengan pengolahan nafasnya yang khas, serta penyembuhan
dengan
pendekatan
titik-titik
chakra,
penguatan
dan
penyeimbangan, dan seterusnya. Kemudian ada Vajrayana Buddhisme yang mirip Kundalini Yoga (tentang titik chakra) tapi dengan pembangkitan meditasi yg
berbeda. Ini menyebar sampai Jepang (Zen buddhism), sehingga metodenya diduga dipakai beladiri Jepang tertentu (non shinto). Ada cara pandang dengan teori titik/garis meridian TCM (Traditional Chinnesse Medicine), yang tidak memetakan berdasar chakra, tapi lebih ke meridian organ tubuh, lengkap dengan yin-yang, aura organ, konsep chi, dantian, dst. Lebih ke aliran Taoisme. Adapula yang membangkitkan energi penyembuh dengan senam haqmaliah/hikmah yang dikenal dengan nafas kedutnya, dan senam hijaiyah yang terinspirasi huruf Arab. Kemudian ada ilmu kedokteran barat yang memetakan sel, jaringan, sifat, fungsi, mekanisme, reaksi-reaksi biokimia, biolistrik, bioenergi dst, yang konsisten berkembang langkah demi langkah dengan secara "ilmiah" dengan semua prosedur uji dan tahapannya dari mulai yang sederhana hingga yang sangat ketat. Bahkan tentang sakit jiwa pun didekati secara biomedik hingga muncul pemahaman bahwa sakit jiwa bisa diobati secara medis karena terkait fungsi hormonal. Masing-masing
konsisten
berjalan
pada
jalurnya.
Sebagiannya
mempertimbangkan cara pandang pihak lain sebagai rujukan paralel untuk memperkaya wawasan. Lalu dimana posisi metoda MP? Yang pasti bukan karate meskipun dulu pukulan tebangan ada yg menamai "karat". Bukan pula mempelajari TCM meski praktisi MP dengan deteksi getaran bisa menunjukkan titik-titik energi yang diperlukan untuk mengarah suatu organ atau bahkan menelusuri jalur yang kebetulan sama dengan jalur meridian tertentu. Bukan pula metoda Vajrayana Buddhism karena master pranayama Choa Kok Sui mengatakan MP memang beda. Juga bukan kundalini Yoga, meskipun istilah kundalini pernah disebut sebut disebagian anggota MP, karena metoda MP tidak sistimatis mengarah ke pembangkitan tujuh chakra serta memiliki sendiri bentuk serta metoda senam pernafasan yang khas, jauh beda bentuk dan sifat dengan
senam yoga. Tidaklah mengherankan, bahwa agar tidak membingungkan, mas Poeng menegaskan bahwa tidak ada terminologi "kundalini" dalam keilmuan MP. Barangkali keilmuan MP lebih sederhana, tapi merupakan alat yang bisa untuk menjelajah kemana-mana. Disusun oleh leluhur kita, local genius yang mendapat titising hening. Upaya rujukan paralel terus berjalan melalui praktisi yang mersudi, menyusun batu-batu penyangga, yang memungkinkan suatu saat menempatkan keilmuan MP sejajar dengan keilmuan-keilmuan yang lebih dulu populer didunia. Para local genius MP ini sudah merumuskan metode, pola, dan cara latihan, dengan segenap filosofi yang ada. Tentunya ada banyak kebaikan-kebaikan di dalamnya. Bahkan lebih jauh lagi, dikatakan bahwa "MP sebagai jalan hidup". Tidak mungkin ada jalan hidup yang menuju kerusakan/kehancuran diri sendiri. Barangkali, adalah tugas kita-kita untuk merasakan 'MP sebagai jalan hidup' itu. Dengan demikian, kita bisa saling menghargai, saling menghormati satu sama lain. Jalan hidup yang dimaksud mestilah sebuah jalan kebaikan, jalan yang menuju aspek konstruktif, membangun, membuat jadi lebih baik. Toolkit atau disederhanakan sebagai 'metoda' MP adalah MERSUDI PATITISING TINDAK PUSAKANE TITISING HENING. Sebuah filosofi sekaligus alat bantu dan alat ukur untuk mengetahui kaidah-kaidah dibalik latihan-latihan MP. Konon masih ada beberapa buku filosofi keilmuan MP (kidungan bahasa dan huruf Jawa kuno) yang belum dibabar. Maka dilakukan pendekatan dari sisi sebaliknya, yaitu berusaha mencari makna dari pakem (kaidah pokok) MP, memakai toolkit ala MP (mersudi patitising tindak pusakane titising hening) tadi untuk menyelami dan menemukan hal-hal yang masih samar. Syahdan ternyata muncul kesimpulan sementara, bahwa keilmuan MP memang unik, dari bentuk-bentuk dan urutan senam pengolahan tiap tingkat, pembinaan, getaran, latihan gerak naluri, prinsip-prinsip penyembuhan dengan
getaran/kahusadan sampai kawaskitan/ketajaman naluri(intuisi), menempatkan tata gerak sebagai gerak pengarahan untuk perbendaharaan naluri beladiri, adalah unik, SATU KESATUAN. Merupakan anugerah luar biasa melalui para leluhur penyusun keilmuan ini. Titising hening ini akan sulit diterangkan, mengapa bentuk-bentuk pengolahan dan pembinaan kok sedemikian, kok begitu, karena disusun dengan nalar plus naluri.
Bahkan
barangkali
lebih
dominan
nalurinya.
Sehingga
untuk
menelusurinya, lebih mudah dengan penghayatan naluri. Itulah barangkali, kenapa pelatih biasa bilang, lakukan saja dengan penghayatan penuh, kamu akan memahami isinya. Saya ambil salah satu contoh mengenai Serat Otot. Mari kita kenalan dengan kinerja pada serat otot. Jenis serat otot yang kita pergunakan akan mempengaruhi jenis olahraga apa yang kita lakukan dimana olahraga tersebut secara umum kita akan jadi lebih baik, lebih cepat, ataukah lebih kuat. Seperti misalnya atlet-atlet olimpiade yang (konon katanya) dapat ditentukan secara genetika akan diarahkan pada jenis olahraga yang sesuai dengan karakteristik otot-otot mereka. Misalnya, pelari pada cabang lari cepat (sprint) terbukti memiliki 80% Serat Otot Kedut Cepat (fast twitch fibers) pada tubuhnya, sementara atlet maraton terbukti memiliki 80% Serat Otot Kedut Lambat (slow twitch fibers). Atau pada ras bangsa tertentu seperti Afrika yang cenderung memiliki karakteristik fast twitch fibers lebih banyak dibanding ras Asia. Pertanyaannya, apakah suatu latihan dapat mengubah jenis serat otot tersebut? Ataukah memang secara genetik sudah tidak bisa diubah kalau seseorang punya gen pada dominan Tipe I tidak bisa menjadi Tipe II, demikian juga sebaliknya? Ini juga merupakan suatu hal yang masih belum dapat dimengerti, dan para ahli juga masih mencari tahu jawaba mengenai pertanyaan ini. Meski demikian, ada
beberapa bukti yang menunjukkan bahwa sistem otot manusia dapat beralih dari serat otot kedut cepat (fast twitch fibers) menjadi serat otot kedut lambat (slow twitch fibers) melalui suatu proses latihan tertentu. Seperti misalnya studi yang dilakukan oleh peneliti dari Laval University, Canada, yang telah diterbitkan journalnya pada "European Journal of Applied Physiology and Occupational Physiology", September 1985, Volume 54, Issue 3, pp 250-253, dengan judul "Human skeletal muscle fiber type alteration with high-intensity intermittent training". Penelitian tersebut melibatkan 15 orang sample (14 wanita dan 10 pria) dengan 10 orang sebagai kontrol pembanding (4 wanita dan 6 pria). Dilakukan selama 15 minggu dengan tipe latihan yang berbeda. Hasilnya adalah pelatihan intensitas tinggi pada manusia dapat mengubah proporsi Tipe I dan Tipe II. Area serat otot Tipe I dan Tipe II meningkat secara signifikan dengan pelatihan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa perubahan proporsi ini tidak semata-mata ditentukan oleh genetika saja tapi bisa dengan latihan intensif tinggi. Bisa jadi, pada praktisi MP, yang sebelumnya dominan serat otot kedut lambat (slow twitch fibers) kemudian dengan suatu latihan intensif yang memiliki intensitas tinggi (latihan tiap hari, atau materi sisipan seperti 14 hari, 21 hari, dsb, dsb) tentunya akan mengubah komposisi serat otot di tubuhnya. Dapat disimpulkan juga (sementara) bahwa praktisi MP yang RUTIN melakukan olah nafas intensitas tinggi dipastikan memiliki kadar serat otot kedut cepat (fast twitch fibers) yang lebih banyak dibandingkan orang biasa. Efeknya, kemampuan praktisi MP yang berlatih seperti ini memiliki otot yang dapat bereaksi untuk menghasilkan ledakan tenaga tinggi dan kecepatan tinggi. Sehingga pemukulan 1 jengkal, atau setengah jengkal, atau bahkan dengan jarak sangat tipis, mampu menimbulkan daya ledak yang tinggi dikarenakan kemampuan otot tubuhnya yang mampu menghasilkan ledakan energi tinggi pada serat otot kedut cepat (fast twitch fibers) dalam porsi yang besar. Artinya, dengan pelatihan olah nafas yang konsisten, serat otot dapat mengembangkan diri lebih lanjut dan meningkatkan kemampuan mereka untuk
mengatasi dan beradaptasi dengan tekanan-tekanan latihan yang semakin berat yang ditimpakan pada dirinya. Ini juga sangat menarik buat saya. Sebab di MP, Dasar 1 latihan tidak pake beban. Lalu semakin meningkat intensitas bebannya sehingga beban otot juga semakin meningkat. Otot akan memiliki kemampuan adaptasi lanjutan pada beban yang lebih besar. Kapankan transformasi perubahan sebaran itu terjadi? Masih belum diketahui. Pertanyaan lain yang muncul adalah, apakah serat otot ini merupakan faktor utama pada keberhasilan seseorang dalam berlatih? Bahwa serat otot yang terlatih dengan baik merupakan salah satu faktor utama keberhasilan atlet, itu sesuatu yang sudah terbukti. Akan tetapi tidak hanya itu saja, ada faktor-faktor lain yang menunjang diantaranya adalah kesiapan mental, nutrisi dan air yang tepat, cukup istirahat, serta memahami cara-cara untuk melakukan pendinginan atau penyesuaian. Sekarang, mari kita lihat kaitan antara asam laktat dan performa seseorang. Bahwa ketika otot manusia kelelahan, maka akan terjadi timbunan asam laktat yang tinggi dan tubuh harus diistirahatkan segera. Timbunan asam laktat ini dianggap mengganggu kinerja otot. Tetapi apakah memang seperti itu adanya? Saat ini banyak penelitian dari pada ahli mengenai mitos bahwa asam laktat yang diyakini mengganggu kinerja otot ternyata merupakan salah satu sumber bahan bakar untuk kinerja otot itu sendiri. Ketika otot sudah berada dalam kelelahan tinggi dalam suatu intensitas latihan tinggi, maka akan muncul sensasi seperti terbakar, menebal, kebas, dan beberapa nyeri. Dan asam laktat diyakini berada dibalik semua sensasi yang muncul tersebut. Tetapi penelitian terbaru secara mikroskopis justru menunjukkan bahwa nyeri otot yang tertunda itu disebabkan karena adanya trauma pada otot dan peradangan pada otot itu sendiri dan bukan semata-mata disebabkan timbunan asam laktat yang tinggi.
Asam laktat dahulu selalu dilihat sebagai produk hasil dari metabolisme glukosa menjadi energi dan merupakan produk limbah akhir yang menyebabkan sensasi seperti terbakar pada otot. Tapi sekarang oleh para ahli, asam laktat dipandang sebagai salah satu sumber energi di dalam tubuh. Asam laktat dibentuk dari glukosa, dan digunakan oleh otot-otot yang bekerja untuk menghasilkan energi. Sekarang ini diperkirakan bahwa sel-sel otot mengubah glukosa atau glikogen menjadi asam laktat. Kemudian asam laktat yang diserap ini diubah menjadi energi oleh mitokondria yang berada di dalam sel otot. Dengan melakukan pelatihan pada intensitas tinggi diperkirakan bahwa tubuh menciptakan protein tambahan yang membantu menyerap dan mengkonversi asam laktat menjadi energi. Di dalam dunia sport modern, pelatihan pada intensitas tinggi yang terkait dengan asam laktat ini disebut dengan Lactate Threshold Training (LT Training). Apakah itu Lactate Threshold (LT) ? Lactate Threshold atau ambang batas asam laktat, adalah suatu titik dalam suatu latihan lengkap yang habis-habisan dimana asam laktat menjadi menumpuk dalam aliran darah lebih cepat dibanding kemampuan tubuh untuk membuang tumpukannya. Metabolisme anaerobik menghasilkan energi untuk jangka pendek, pembakaran energi intensitas tinggi (berlangsung tidak lebih dari beberapa menit) sebelum asam laktat mencapai batas dimana ia tidak bisa lagi diserap. Hal ini dikenal sebagai ambang batas asam laktat dan biasanya mencapai antara 50% sampai 80% dari kapasitas VO2 max seseorang. Pada saat latihan biasa-biasa saja (standar), asam laktat dapat diserap tubuh dengan cepat. Tapi dengan latihan intensitas tinggi, maka asam laktat diproduksi lebih cepat dibanding kemampuan tubuh menyerapnya. Ambang batas asam laktat yang terjadi seperti itu ditandai dengan kadar pH (dari 7.4 menjadi 7.2) yang diperkirakan menyebabkan kelelahan dan mengurangi kemampuan kontraksi otot. Pada titik ini, seseorang akan dipaksa untuk berhenti atau istirahat. Entah
pelatihnya yang memberitahu, ataukah sinyal pada tubuhnya sendiri yang memberitahu. Tampaknya, dengan memiliki kadar ambang batas asam laktat yang tinggi berarti bahwa seorang atlet dapat melanjutkan latihan intensitas tinggi dengan jangka waktu kelelahan yang lebih lama. Oleh karena itu, ambang batas asam laktat merupakan suatu cara yang bagus untuk memprediksi kinerja otot seseorang dalam suatu latihan dengan intensitas tinggi. Memahami ambang batas asam laktat juga banyak digunakan oleh para atlet untuk menentukan rencana pelatihan yang tepat untuk diri mereka. Ketika seorang praktisi MP melakukan olah nafas dengan maksimal, dengan pengejangan maksimal, 35 detik tercapai (bahkan lebih), dan penuh penghayatan, maka pada awalnya biasanya terjadi kelelahan otot yang amat sangat. Tapi perlahan, tubuh mengalami adaptasi pada kondisi ekstreem ini. Dan kemampuan tubuh menghasilkan protein tambahan yang membantu menyerap dan mengkonversi asam laktat menjadi energi menjadi semakin meningkat. Efeknya, kelelahan menjadi berkurang. Daya adaptasi tercapai, dan otot mampu menerima kontraksi maksimum. Pada tahap ini, praktisi MP sudah bisa 'memindahkan' konsentrasinya pada nafas, pada rasa yang terjadi di dalam tubuhnya. Dan inilah yang disebut dengan tahap penghayatan. Tahap dimana kita sudah tidak peduli dengan raga. Tahap dimana raga (khususnya otot) sudah dapat beradaptasi maksimal pada kondisi kontraksi akibat latihan intensitas tinggi. Kalau belum mencapai kondisi adaptasi otot, maka konsentrasi akan terpecah dengan sendirinya. Penghayatan menjadi tidak maksimal dikarenakan sel-sel syaraf masih bereaksi pada kontraksi-kontraksi otot dan sensasi akibat timbunan asam laktat yang dihasilkannya. Sehingga dapat disimpulkan sementara, bahwa di MP, pada tingkat Dasar 1 adalah benar dan sangat benar untuk melakukan olah nafas dengan konsentrasi pada bentuk, dan pengejangan. Tujuannya agar terjadi lebih dulu adaptasi pada level otot. Terjadi adaptasi transformasi serat otot dari serat otot kedut lambat (slow twitch fibers) menjadi serat otot kedut cepat (fast twitch fibers). Adaptasi terhadap kemampuan tubuh menyerap dengan cepat asam laktat sehingga sensasi terbakar menjadi dapat diterima tubuh dan dianggap hal yang
biasa oleh otak. Berikutnya, ketika tahap adaptasi ini sudah terjadi maka tahap penghayatan dapat dicapai, yakni tahap dimana praktisi bisa konsentrasi pada nafas. Para sesepuh MP yang merumuskan pola ini (konsentrasi pada bentuk, pada pengejangan, barulah kemudian dilakukan dengan penuh penghayatan) secara naluri sebenarnya sudah mengetahui hal ini. Bahwa sudah disadari sejak dulu secara naluriah bahwa kalau bentuk dan pengejangan belum maksimal, maka penghayatan akan sulit terjadi. Semoga berkah dan rahmat Allah pada pencipta keilmuan MP ini, pada para sesepuh, sang Guru, pewaris, guru besar, dewan guru, dan para senior yang mengabdikan ilmunya untuk kemanusiaan. Semoga bermanfaat
Otak Kepala (Head Brain), Otak Jantung (Heart Brain), Otak Perut (Gut Brain) Sejak awal peradaban, manusia selalu mengekspresikan perasaan-perasaan dalam bentuk Cinta, rasa sakit, marah, kesal, dan lain sebagainya dari hati dan beberapa rasa lain dari perutnya. Oleh karena itu seringkali perasaan-perasaan tersebut dikaitkan dengan lokasi dimana ia berada seperti misalnya sakit hati, cinta, dan lain-lain. Jika seseorang berasa sakit hati maka ia akan memegang dadanya yang tiba-tiba terasa “nyeri”. Demikian juga saat ia merasa ketakutan, maka perut tibatiba merasa tidak enak dan lemaslah seluruh tubuh. Dahulu, para Rasionalis dan sebagian ilmuwan menganggap ungkapan tersebut hanyalah kiasan belaka. Namun seiring kemajuan ilmu pengetahuan ternyata ditemukan bahwa hal-hal tersebut ternyata memiliki penjelasan ilmiah. Dunia Barat memahami bahwa ada rasa yang bisa disensor oleh Heart (selanjutnya saya sebut dengan “hati” yang merujuk pada qolbu) dan ada yang bisa disensor oleh Perut (Usus). Tentunya perkembangan ini muncul setelah penelitian yang sangat mendalam mengenai Brain (merujuk pada otak kepala), lalu penelitian mengenai Heart Brain (otak jantung), dan penelitian kemudian penelitian mengenai Gut Brain (Otak Perut). Otak kepala, otak jantung, dan otak usus sesungguhnya saling bekerja sama. Namun mereka memiliki karakteristik yang berbeda. Bahkan ketiganya dapat dianggap memiliki “pikirannya” tersendiri sesuai dengan fungsi spesifiknya. Ketiganya saling bekomunikasi dan selalu berusaha untuk mengarahkan pada kondisi terbaik pada tubuh, menjaga keseimbangan secara alamiah, dan menjadikan tubuh berbahagia. Namun kadang, kehendak manusia itu sendirilah yang sesungguhnya mengganggu jalinan komunikasi antara ketiganya. Ada sesuatu yang dapat mempengaruhi kualiats ”pikiran” dari ketiganya. Menurut Anil K. Rajvanshi pada bukunya yang berjudul “Nature of Human Thought” (edisi kedua, 2011) dikatakan bahwa otak kepala umumnya berisi 100 milyar syaraf dan menjadi pusat pikiran bagi dirinya sendiri. Usus (meliputi
system pencernaan tubuh) berisi tidak kurang dari 500 juta sel syaraf dan 100 juta neuron. Ia hampir seukuran otak kucing. Perut “bicara” dengan otak kepala tidak hanya secara kimiawi melalui pelepasan zat-zat kimia kedalam darah yang kemudian dibawa ke otak melainkan juga dapat mengirimkan sinyal listrik melalu syaraf vagus. Syaraf vagus sendiri merupakan jenis syaraf parasimpatik (bekerja dibawah sadar) yang sering terkait dengan kondisi “Rest and Fullfillment response”. Istilah Vagus berasal dari Bahasa Latin yang berarti samar, tak berbatas, mengembara. Syaraf Vagus merupakan salah satu syaraf yang terpanjang didalam tubuh yang fungsi utamanya untuk menyampaikan informasi dan status dari organ internal seperti usus dan jantung ke otak. Dimulai dari kepala dan setelah melewati semua organ kemudian berakhir di dekat anus. Syaraf ini merupakan syaraf yang sangat penting di dalam tubuh karena ia dapat mengontrol detak jantung, pembuangan, dan fungsi mendasar tubuh lainnya termasuk kekebalan tubuh (imunitas). Adam Hadhazy dalam bukunya "Think Twice: How the Gut's Second Brain Influences Mood and Well Being" (2010) mengatakan bahwa kebanyakan dari neuron pada usus digunakan untuk proses pencernaan. Sistem usus sendiri merupakan sebuah mesin pemroses kimiawi yang sangat kompleks yang mampu memecah makanan, menyerap nutrisi, dan membuang limbahnya kebawah melalui kontraksi otot anus. Ditambah lagi system syaraf otonom yang dimilikinya memiliki kemampuan untuk bekerja secara berdiri sendiri dengan otak. Lebih jauh lagi dikatakan bahwa ilmuwan telah menemukan sejumlah informasi khusus yang mengalir dari usus ke otak melalui syaraf vagus yang bersifat satu arah yakni hanya dari usus ke otak dan tidak kebalikannya. Sehingga meskipun otak manusia tidak berfungsi namun apabila tubuhnya dimasuki makanan maka usus akan tetap mencerna secara otomatis. Interaksi sebaliknya (dari otak ke usus) terjadi manakala kita merasa lapar dan otak memerintahkan tubuh untuk
mendapatkan makanan atau ketika ada sesuatu yang bermasalah terjadi di dalam usus seperti rasa sakit atau diare yang memerlukan obat-obatan. Namun seringkali hubungan ini bisa rusak oleh satu dan lain hal. Kerusakan hubungan komunikasi ini menyebabkan masalah seperti misalnya Anorexia. Anorexia adalah gangguan psikis dimana penderitanya merasa bahwa dirinya terlalu gemuk dan membiarkan diri mereka kelaparan. Berbeda dengan puasa dimana puasa hanya mensyaratkan beberapa jam saja dan tetap ada waktu berbuka yang sudah ditentukan. Dr. Michael Gershon, Professor of Anatomy and Cell Biology dari ColumbiaPresbyterian Medical Center New York mengatakan bahwa secara structural dan secara syaraf kimiawi system syaraf usus adalah otak bagi dirinya sendiri. Didalam ‘tabung’ panjang usus terletak sebuah jaringan mikrosirkuit kompleks yang dikendalikan oleh satu atau lebih neurotransmitter dan neuromodulator yang tidak dapat ditemukan dimanapun pada system syaraf perifer (bagian dari syaraf yang didalam syarafnya terdiri dari sel-sel yang membawa informasi dari dan ke sistem syaraf pusat yang terletak diluar otak dan sumsum tulang belakang). Lebih jauh lagi, ia mengatakan bahwa otak perut memainkan peranan utama dalam kebahagiaan dan kesengsaraan. Bukti-bukti penelitian seperti yang dilakukan oleh Paul Canali dari Evolutionary Healing Institute mengatakan bahwa ada dari emosi kita yang sebagian besar dipengaruhi oleh reaksi kimia dan syaraf di dalam usus. Banyak dari neurotransmitter utama seperti Serotonin, Dopamine (hormon kenikmatan dan rasa sakit), Glutamate (hormon pembelajaran dan memori), dan Norephinephrine (hormon stress) ditemukan disana. Produksi hormon Serotonin (dikenal sebagai hormone anti depresi) di tubuh kita ternyata 95% nya didapatkan dari usus. Bahkan Benzodiazepines yang merupakan bahan dasar dari obat psikoaktif untuk Xanax dan Valium ditemukan disana yakni zat yang menyebabkan terjadinya ‘kalem’ atau ‘tenang’. Otak Kepala kita berkomunikasi dengan Otak Perut umumnya melalui Sistem Syaraf Otonom. Maka apabila Sistem Syaraf Otonom seseorang baik artinya
kecenderungan hubungan antara otak kepala dan otak perut juga membaik. Otak Perut dibangun secara biologis untuk membuat kita selalu tetap dalam kondisi sehat dan memiliki kesadaran tinggi. Membuat kita bisa bertahan hidup dalam kondisi-kondisi yang menyulitkan selama dimengerti cara kerjanya. Para leluhur kita sesungguhnya mengetahui hubungan antara otak-usus ini. Namun tentunya cara mereka mendapatkan pengetahuannya bukanlah dengan melakukan serangkaian penelitian ilmiah melainkan menggunakan olah rasa sedemikian rupa. Bahkan lebih jauh lagi dikenali dalam tubuh kita ada 3 otak yakni Otak Kepala (head brain), Otak Jantung (heart brain), Otak Perut (gut brain). Nanti akan saya tulis mengenai Otak Jantung atau heart brain dalam pembahasan tersendiri. Kita bisa melihat, bahwa latihan MP pada dasarnya berusaha mengenali dan menggali potensi dan kemampuan dari 3 otak ini. Dilatih terus menerus hingga dikuasai potensinya. Artinya, seorang praktisi MP mesti memiliki minimal 3 jenis kecerdasan pikiran. Yakni kecerdasan pikiran yang ada di otak kepala (head brain, berhubungan dengan penggunaan imajinasi, angan-angan, akal, nalar, logika, olah nalar), kecerdasan pikiran yang ada di otak jantung (heart brain, berhubungan dengan olah roso), dan kecerdasan pikiran yang ada di otak perut (gut brain, berhubungan dengan makanan, nutrisi, kenikmatan, syahwat). Masing-masing dari kecerdasan ini tentulah memiliki tahapan atau tingkatannya dimana penguasaan terhadap salah satunya saja secara maksimal akan melahirkan suatu kemampuan yang “ngedhab-edhabi”. Apalagi manakala ketiga kecerdasan ini mampu disatukan, disinergikan sedemikian rupa dengan kaidah-kaidah tertentu. Sebagai contoh, pada tingkat Dasar saja sudah dikenalkan dengan pelatihan untuk merasakan dan mengenali Otak Perut (gut brain) melalui Nafas Pengendapan. Kemudian berturut-turut mulai dikenalkan dengan Otak Jantung (heart brain) melalui Niat, dan Otak Kepala (head brain) melalui Imajinasi. Tranmisi energinya hampir seluruhnya menggunakan system syaraf Vagus. Maka dari itu dalam kaidah beladiri klasik Timur sering muncul istilah “tak terbatas” (sesuai dengan
asal
kata
‘vagus’
dlm
bahasa
Latin
yang
berarti
‘tak
terbatas/hampa/mengembara’). Kita juga jadi mengerti kenapa banyak Nafas Pengendapan menyebabkan praktisi lebih kalem/tenang karena ada zat aktif yg dilepas disana yakni Benzodiazepines penghasil efek rasa tenang. Kalau saya analogikan dengan smartphone, penambahan “otak” yang ada didalamnya akan meningkatkan kemampuan smartphone tersebut. Sebuah smartphone yang memiliki hanya 1 otak disebut dengan “single core”. Apabila memiliki 2 otak disebut dengan “dual core”. Artinya, smartphone yang dual core mestilah lebih baik dari smartphone yang single core. Selanjutnya, smartphone yang quad core mestilah lebih baik lagi dari yang dual core. Namun, banyaknya “otak” yang dimiliki ini apabila tidak dikenali betul cara pakainya hanya akan menyebabnya 70% fitur dari smartphone menjadi mubazir. Kebanyakan pengguna smartphone hanya memakai 30% dari fitur yang ada. Bagaimana caranya agar fitur smartphone itu terpakai secara maksimal? Cara adalah, KITA sebagai pengendali smartphone mulai belajar untuk mengerti fungsi-fungsi yang ada didalamnya. Semakin dipahami fungsinya, maka smartphone itu semakin nyamanlah kita gunakan dalam menyelesaikan problematika kehidupan yang ada. Jika smartphone itu hanya teronggok begitu saja tanpa bisa difungsikan, mestilah ada yang salah pada KITA sebagai pengendali smartphone itu. Atau jika smartphone itu berfungsi tidak sebagaimana layaknya, ada yang salah juga dengan diri kita. Semisal, smartphone dipergunakan untuk bergosip ria, menyakiti hati orang melalui sms atau tulisan, dan lain sebagainya. Maka kembali pada prinsip bahwa KITA sebagai pengendali smartphone yang memiliki sekian ‘otak’ mestilah memiliki pengetahuan agar smartphone itu dapat menjadi JALAN KEBAIKAN. Misal, dengan mengirimkan nasehat-nasehat baik melalui fitur atau aplikasi yang ada didalamnya (sms, whatsapp, facebook, dll). Ada peribahasa, "baiklah sejak di pikiran". Sekarang kita mulai paham pikiran yang mana yang dimaksudkan peribahasa tersebut. Anda punya smartphone? Disitu ada kaidah ilmu MP di dalamnya, secara hakekat.
Semoga bemanfaat. TAMBAHAN: Ada disebut dalam khasanah Jawa dengan "Betal Makmur", "Betal Mukarom", dan "Betal Mukadas" berdasarkan klasik primbon Jawa. Kata Betal yg dimaksud mengacu pada kosakata Arab yakni Baitul atau Rumah. Betal Makmur yakni Baitul Makmur. Lokasi Betal Makmur di kepala, Betal Mukarom di dada, dan Betal Mukadas dibawah pusar. Itu kurang lebih sama dengan Head Brain, Heart Brain, dan Gut Brain dalam bahasa modernnya. Kita jadi bisa mengerti kenapa Baitul Makmur diletakkan di kepala. Karena kalau pikiran kepala sudah bener maka makmurlah semua apa yg ada didalam diri kita. Kenapa? Karena otak kepala produksi enzym dan hormon. Hormon adalah zat utk komunikasi antar sel. Hormon juga gerbang jiwa. Memperbaiki pikiran artinya memperbaiki seluruh tubuh keseluruhan lahir batin.
Tulisan ini saya ringkas dari buku saya yang berjudul "Kebugaran Merpati Putih" pada sub bab Landasan Teori. Selamat menikmati. =========================== MERPATI PUTIH SEBAGAI SENI DALAM MENGUBAH DIRI Segala sesuatu diciptakan mesti memiliki tujuan. Bumi dan seisinya, langit dan seisinya, seluruh alam semesta diciptakan memiliki tujuan. Bahkan penciptaan manusia juga memiliki tujuan. Pemahaman akan kaidah penciptaan ini akan mengarahkan kita pada jalur mana yang ingin kita capai. Demikian juga dengan penciptaan Merpati Putih.
Apabila kita mulai memahami mengenai kaidah penciptaan maka akan semakin jelaslah bahwa tujuan penciptaan ilmu Merpati Putih berdasarkan pengetahuan warisan dari para leluhur adalah empat sikap watak yang disebut dengan Amanat Sang Guru. Keempat sikap watak tersebut apabila dilihat dari sudut pandang ilmu psikologi adalah merupakan sebuah seni mengolah diri yang luar biasa. Ia mempunyai tujuan yang jelas yang mengarahkan praktisinya menuju insan paripurna yang sempurna lahir batin berlandaskan aspek ketuhanan. Tidak ada tujuan yang menyatakan bahwa seorang pesilat Merpati Putih harus menjadi seorang ahli menghancurkan benda-benda keras atau menjadi seorang petarung hebat. Jikapun ia kebetulan harus melewati itu semua maka itu merupakan suatu perjalanan hidup yang harus dilalui namun bukan dibanggakan dan dijadikan kehebatan diri. Hal-hal yang tertuang pada empat sikap watak adalah tujuan utama dan suatu pencapaian jiwa yang luar biasa. Agar dapat lebih memahami kaidah penciptaan ilmu Merpati Putih yang dominan pada pengolahan jiwa maka diperlukan sudut pandang dari aspek kejiwaan secara baik. Disiplin ilmu yang menurut saya paling tepat untuk diparalelkan dalam memahami ilmu Merpati Putih adalah disiplin ilmu psikofisiologis. Psikofisiologi merupakan ide lama sejak tiga puluh tahunan lalu namun kemudian ia berkembang menjadi sebuah ilmu pengetahuan tersendiri. Ia mulai hadir sejak manusia mulai berusaha untuk mengenali dirinya sendiri sebagai sebuah obyek dari kesadaran diri yang dimilikinya. Saat seseorang mulai berusaha mengenai dirinya berdasarkan tanda-tanda intuisi yang didapatinya yang menyebabkan perubahan pada diri seperti adanya perubahan fisik yang terkait pada perasaanperasaannya. Perasaan seperti sentimen, frustasi, cinta, dan lain sebagainya yang kemudian memiliki pengaruh pada fisik. Keduanya ternyata saling berpengaruh, dan kedua aspek fungsi manusia ini telah menjadi perhatian utama bagi para ilmuwan. (Greenfield & Sternbach, 1972, p. v) Dimulai dari sekedar pengaruh antara perasaan dan raga secara umum, kemudian mulai berkembang menjadi lebih spesifik pada kaitan perasaan dan organ tubuh,
pada jaringan tubuh, metabolisme, sistem kekebalan tubuh, sistem endokrin, sistem syaraf, bahkan hingga genetika dan banyak aspek dari biologi molekular. Area yang mampu dilingkupi oleh ilmu psikofisiologi berubah secara dramatis, termasuk juga disiplin ilmu penunjang lainnya. Aspek pengukuran menjadi berkembang sedemikian rupa pada abad ke dua puluh satu dimana proses perekaman, prosedur representasi signal, dan teknik-teknik maju yang digunakan dalam menganalisa statistik yang beragam telah mulai ditemukan. Peneliti kini sudah mulai dapat menemukan hubungan yang dapat lebih terukur antara otak, sistem syaraf otonom dan somatik, endokrin, imunologi, hingga sampai pada proses genetika. (Psychophysiological Science: Interdisciplinary Approaches to Classic Questions About the Mind, 1981, Cacioppo, Tassinary, & Berntson, p.1) Dalam khasanah keilmuan Merpati Putih, khususnya ketika mulai bersentuhan dengan materi-materi sensitif seperti Pasir Besi, Getaran, atau yang lainnya, dan pada kebanyakan khasanah ilmu Jawa dikenal ada suatu latihan yang harus dilakukan dalam periode waktu tertentu seperti misalnya suatu latihan X harus dilakukan dengan menjalani latihan olah nafas selama 7 hari berturut-turut dengan niat A. Atau suatu latihan Z yang harus dilakukan dengan menjalani latihan olah nafas selama 14 hari berturut-turut dengan niat B, dan atau yang sejenis dengan itu dengan rentang periode waktu yang beragam dan dengan niat awal tertentu. Proses-proses tersebut dibuat bukanlah tanpa suatu alasan. Seiring perjalanan waktu, proses tersebut dapat dilihat sebagai suatu proses untuk PEMBENTUKAN KEBIASAAN BARU dan PENGHANCURAN KEBIASAAN LAMA yang terjadi di dalam diri. Berbicara mengenai kebiasaan, ada puluhan mungkin ratusan kebiasaan yang kita lakukan sehari-harinya baik disadari ataupun tidak. Sebagian orang mampu bangun pagi dikala Subuh dan sebagian orang tidak. Sebagian lagi mampu bangun pada sepertiga malam, dan sebagian lagi tidak. Sebagian merokok, sebagian lagi tidak. Dan banyak lagi. Mana yang dianggap "bermanfaat" biasanya karena sudah paham manfaatnya, namun sebagian menganggap kebiasaan itu "biasa-biasa saja" karena memang dianggap seperti itu adanya. Seiring
meningkatkan ilmu dan kesadaran akan pemahaman maka biasanya akan semakin "menjadi-jadi" atau malah terkoreksi. Ada proses-proses khusus yang terjadi seperti misalnya suatu latihan dilakukan pada suatu area tertentu yang berisi unsur alam tertentu semisal dominan air, dominan angin, dominan api, dominan tanah, dan sebagainya. Termasuk pada kapan melakukan latihan tersebut, ada yang pagi hari, siang hari, sore hari, malam hari, atau tengah malam. Lokasi latihanpun dipilihlah berdasarkan kaidah tertentu seperti hutan, sendang (danau), pantai, gunung, dan lain-lain. Konsistensi juga demikian, ada yang di lokasi yang sama secara terus menerus tidak boleh berubah pada jam yang sama juga. Dan variabel-variabel lain yang menjadi pembeda antara satu latihan dengan latihan yang lain. Hal ini dapat disikapi sebagai bagian dari adaptasi diri. Adaptasi yang dimaksud adalah sebuah proses penyesuaian terhadap kondisi fisiologi, psikologi, alam, respirasi, rasa, dan sebagainya. Adaptasi ini akan membentuk pola kebiasaan baru yang akan dikenali oleh diri. Sebagai contoh, latihan Pasir Besi pada wilayah yang dominan panas, atau pada gesekan antara telapak tangan dengan material yang bersifat panas, dan atau yang sejenis dengan itu. Ada sebuah pembuatan kebiasaan baru berdasarkan suatu pola tertentu yang bersumber pada kearifan lokal keilmuan tanah Jawa disana. Bagaimana ilmuwan melihat fenomena hal yang seperti ini? Ada buku yang dikarang oleh Maxwell Maltz yang berjudul Psycho-Cybernetics yang sangat populer pada tahun 1960-an yang mengatakan bahwa kebiasaan seseorang akan berubah manakala ia berhasil melewati 21 hari dengan aktivitas yang sama terus menerus. Maxwell merupakan seorang dokter medis spesialis bedah plastik yang menemukan pola bahwa kebanyakan pasiennya merasakan perubahan permanen pada operasi plastik yang dilakukannya setelah 21 hari. Bertahun-tahun setelah itu, tepatnya pada tahun 2009 sekelompok peneliti dari University College London (Phillippa Lally, Cornelia H. M. Van Jaarsveld, Henry W. W. Potts, dan Jane Wardle) melakukan penelitian terhadap 96 orang selama 12 minggu menemukan bahwa terjadinya perubahan kebiasaan pada seseorang rata-
rata selama 66 hari. Khusus untuk individual biasanya terjadi antara 18 hari hingga 254 hari. Jadi, apabila ingin membangun suatu kebiasaan baru lakukanlah paling tidak 3 minggu hingga 2 bulan. Lebih lama lebih baik, dan kebiasaan baru itu akan terbentuk dengan sendirinya tanpa kita pikirkan. Lalu bagaimana jika kita ingin mengubah suatu kebiasaan yang sudah ada yang tidak kita sukai misal, kebiasaan merokok, minum-minuman keras, narkoba, dan lain sebagainya yang buruk? Sederhananya, bagaimana untuk menghancurkan kebiasaan lama yang buruk dan berganti dengan kebiasaan baru yang baik? Proses pembentukan kebiasaan baru tanpa adanya penghancuran kebiasaan lama yang sudah ada biasanya berlangsung relatif cepat. Sebab tidak ada bentrokan pada pemikiran dan pada dirinya pada apa-apa yang sudah dia jalani sebelumnya. Akan tetapi khusus untuk penghancuran kebiasaan lama maka diperlukan dua tahap proses yakni pembentukan kebiasaan baru terlebih dahulu baru kemudian penghancuran kebiasaan lama. Seorang ilmuwan dalam bidang psikologis yakni Timothy A. Pychyl, Ph.D. dari Carleton University mengatakan bahwa membentuk kebiasaan baru dan menghancurkan kebiasaan lama merupakan dua sisi mata uang. Menghancurkan kebiasaan lama pada dasarnya adalah suatu proses membentuk kebiasaan yang baru, sebuah respon potensial yang baru. Pola respon lama berdasarkan kebiasaan lama masih ada di otak sebagai suatu pola syaraf namun sudah mulai tidak dominan lagi sehingga ia tidak lagi potensial untuk dijalankan oleh otak. Ilmuwan neuroscience dari Departemen Psikologi Universitas Oregon, Elliot Berkman, Ph.D., mengatakan bahwa lebih mudah mengerjakan sesuatu yang baru dibanding menghentikan melakukan sesuatu yang sudah menjadi kebiasaan tanpa melakukan penggantian kebiasaan. Lebih jauh lagi Elliot mengatakan bahwa setidaknya ada 3 faktor agar seseorang dapat menghancurkan kebiasaan lama. Pertama, adanya ketersediaan alternatif kebiasaan baru. Kedua, kuatnya motivasi
diri untuk berubah. Ketiga, adanya kemampuan fisik dan mental untuk menghancurkan kebiasaan lama. Ia juga mengatakan bahwa suatu kebiasaan yang berlangsung terus menerus akan menetap pada level syaraf sehingga ia akan menjadi penentu munculnya suatu perilaku. Ia juga menambahkan bahwa orangorang yang ingin menghancurkan kebiasaan lamanya karena ingin mengubah nilai-nilai pribadi pada dirinya akan memiliki peluang berubah jauh lebih besar dibanding orang-orang yang melakukannya karena faktor eksternal semisal tekanan dari orang lain. Seorang professor psikologis dan ahli otak dari University of Massachusetts Amherst, Susan Krauss Whitbourne, Ph.D., mengatakan bahwa menghancurkan sebuah kebiasaan berarti seseorang berusaha untuk menghancurkan hubungan antara kebiasaan hidupnya dan hasil yang didapati darinya. Tidak ada waktu pasti kapan sebuah kebiasaan akan terganti dengan yang baru. Bisa saja hal itu terjadi begitu cepat, namun bisa saja lambat. Ia menyarakan agar segera mulailah memberikan penghargaan dari mulai sekecil-kecilnya perubahan tanpa bosan sehingga kebiasaan lama dapat diruntuhkan penghargaannya dan digantikan dengan penghargaan pada semua aspek dari pembentukan kebiasaan baru tersebut. Dari penelitian profesor Susan didapati data bahwa paling tidak diperlukan paling tidak waktu 2 bulan agar sebuah kebiasaan lama hilang dan berganti dengan kebiasaan baru. Thomas G. Plante, Ph.D., seorang ilmuwan dari Santa Clara University mengatakan bahwa tidak ada jawaban singkat mengenai bagaimana suatu kebiasaan dapat dihancurkan dan diganti dengan yang baru. Variabelnya begitu luas. Meski demikian, ia memberikan gambaran bahwa pertama, hal itu bergantung kepada seberapa banyak dan seberapa kuat seseorang ingin menghancurkan
kebiasaan
lamanya.
Sebab
seringkali
perilaku
orang
membingungkan. Seperti misalnya seseorang ingin sekali tubuhnya kurus namun ia tetap saja makan banyak tidak terkontrol. Seseorang ingin sekali terbebas dari alkohol atau rokok, namun ia tetap saja masih mengkonsumsinya meski dalam jumlah sedikit. Kedua, bagaimana cara seseorang menyelesaikan suatu masalah
dapat mempengaruhi bagaimana ia membentuk kebiasaannya. Sangat mudah untuk menghancurkan sebuah kebiasaan yang masih baru dibandingkan kebiasaan yang sudah lama dijalani. Ketiga, apa resiko apabila kebiasaan lama ini tidak dihancurkan? Apakah seseorang akan ditinggalkan pasangannya? Apakah akan kehilangan pekerjaan? Apakah akan jadi sakit? Apakah sesuatu yang buruk akan terjadi apabila tidak diubah? Sebagian orang benar-benar sangat kesulitan untuk mengubah kebiasaannya dan menganggapnya itu biasa-biasa saja, sementara bosnya, temannya, saudaranya, dan keluarganya menganggap kebiasaan itu sungguh sangat mengganggu dan berbahaya. Orang seperti ini merasa nyaman pada kebiasaan yang sesungguhnya tidak membuat nyaman lingkungan disekitarnya. Dalam kasus yang seperti itu, diperlukan tekad yang kuat secara biologis, psikologis, sosial, budaya, dan faktor lain untuk berubah. Bahkan Prof. Kazuo Murakami dalam bukunya "Divine Message of DNA" mengatakan bahwa suatu kebiasaan akan memicu aktifnya gen tertentu. Pemicu gen menjadi aktif dimulai dari lingkungan dan niat hati yang kokoh. Maka, apabila gen positif ingin aktif (on) maka penting dalam menguatkan niat sedemikian rupa, lalu membentuk dan masuk pada suatu lingkungan yang mendukung. Bruce H. Lipton juga membenarkan, bahwa persepsi yang dibangun oleh seseorang akan menentukan bagaimana suatu gen bereaksi. Persepsi yang dibentuk pada lingkungan menentukan bagaimana DNA akan menduplikasi menjadi RNA lalu diterjemahkan oleh sel-sel tubuh menjadi 'sesuatu'. Ingatlah bahwa suatu kebiasaan yang berlangsung terus menerus maka secara literal akan berakar pada level syaraf sehingga ia akan menjadi dominan. Maka kuatkanlah niat dalam hal ingin berubah menjadi lebih baik. Kalau dilihat dari keterangan para ahli, semuanya bermuara pada satu kesimpulan yang sama ... yakni perubahan pada jiwa terlebih dahulu barulah kemudian semua ikut berubah. Para ilmuwan itu sejak tahun 1960-an hingga tahun 2013 terus berusaha merumuskan bagaimana cara mengubah diri. Sebab mengubah kebiasaan pada hakekatnya adalah proses mengubah diri. Namun, simaklah apa yang Allah
sampaikan pada surat Ar Ra'du ayat 11 bahwa sesungguhnya Allah tidak akan mengubah apa-apa/keadaan yang ada pada diri suatu kaum kecuali kaum itu mengubah apa-apa/keadaan yang ada pada jiwa-jiwa mereka. Surat itu berisi jelas mengenai bagaimana cara mengubah diri, yakni ubah dulu jiwa kita terlebih dahulu lalu disusul raga kita. Jiwa diprioritaskan terlebih dahulu, barulah kemudian Allah akan mengubah semuanya. Yang perlu dilakukan oleh kita adalah mengubah jiwa kita terlebih dahulu. Lalu apa yang mesti diubah? Untuk menjawab pertanyaan itu, perlu dipahami bahwa apa yang ada di dalam diri yang terkait dengan jiwa-jiwa adalah keadaan jiwa. Ada jiwa yang cenderung mengarah ke keburukan (ammarah bi su'), kemudian jiwa yang masih terombangambing antara perbuatan baik dan penyesalan (lawwamah), dan kemudian bila sudah dilewati akan menjadi jiwa yang tenang (mutma'innah). Sedangkan apa yang ada pada jiwa-jiwa tersebut adalah hawa nafsu. Maka kalau kita memperbaiki kondisi ketiga kondisi jiwa dan hawa nafsu kita maka dipastikan diri ini akan berubah menjadi lebih baik. Dalam kaidah klasik Jawa disimbolkan dengan warna Kuning, Merah, Putih, dan Hitam dimana sebagian penafsir mengatakan itu sebagai perlambang dari unsur Angin, Api, Air, dan Tanah. Maka sejatinya, apabila seseorang berlatih ilmu Pasir Besi dengan dominan elemen Api artinya adalah orang-orang yang semestinya sudah punya tahap pengendalian akan Amarah dirinya. Tanpanya, maka hal itu hanya akan merusak dirinya sendiri dan orang di sekitarnya. Menjadi pertanyaan, apa dan bagaimana cara pengendalian tersebut? Sudahkah dikenali 'sang pengendali'nya? Kapan waktu nanti saya bahas secara terpisah. Dasar mulai terjadi perubahan adalah lahirnya niat yang kuat dan teguh yang disertai dengan usaha pelaksanaan untuk mewujudkan niat tersebut. Ada tekad atau a'zam yang sangat kuat untuk berubah dan melakukan perubahan melalui ikhtiar pada saat itu. Niat adalah maksud hati yang diiringi dengan suatu perbuatan tertentu pada waktu yang sama (saat itu). Maka niat tidak sekedar hanya
berucap dalam hati sebagai maksud tertentu, namun terdapat kondisi dimana seseorang setelah berniat harus terus dilanjutkan dengan melakukan suatu ikhtiar atau usaha tertentu secara maksimal. Maka setelah berniat dalam hati, selanjutnya adalah menyempurnakan ikhtiar. Menjadi pertanyaan, bagaimana caranya agar suatu niat benar-benar dapat lahir pada diri dan membawa perubahan diri? Diperlukan kondisi penyikapan hati sebelum suatu niat disusun. Kondisi penyikapan hati yang dimaksud adalah kesengajaan untuk memunculkan rasa rendah diri di hadapan Allah SWT, Tuhan Sang Maha Perkasa. Analoginya begini, di dalam wilayah dunia saat seorang karyawan ingin memberikan laporan kepada atasannya maka seringkali kita jumpai orang itu menundukkan kepalanya atau badannya di depan atasannya. Atau saat rakyat bersalaman dengan suatu publik figur maka biasanya ia membungkukkan badannya. Kepada para atasan, para pejabat, para publik figur saja kita dapat melakukan itu, apalagi kepada Allah SWT, Tuhan Sang Maha Pencipta Manusia. Maka proses merendahkan diri dapat dipandang sebagai proses mengakui kekurangan dan kelemahan diri bahwa memang manusia itu pada dasarnya makhluk yang lemah dan tidak ada daya upaya melainkan semuanya terjadi atas izin Allah SWT, Tuhan Sekalian Alam. Setelah hati mulai bisa ‘menunduk’, maka kemudian lakukan proses berniat pada saat itu. Susunlah niat dalam hati dengan menggunakan daya kehendak bebas untuk memilih. Apa yang harus dipilih? Yakni memilih untuk mengerjakan suatu ikhtiar atau usaha dengan sungguh-sungguh dalam menjalankan niat tersebut. Bisa saja seseorang ketika berniat kemudian ia menyerahkan segalanya langsung kepada Allah SWT tanpa mau berusaha. Ia berharap agar Allah sajalah yang akan mengubah
nasibnya.
Hal
itu
tidaklah
salah.
Namun
dalam
konsep
menyempurnakan ikhtiar hal itu dapat dipandang sebagai suatu kekeliruan. Dalam hal menyempurnakan iktiar, maka diperlukan daya juang dan daya gerak pada semua potensi diri yang manusia miliki untuk menuju apa yang diniatkan. Daya tersebut terbagi menjadi 3 bagian besar yakni daya hati, daya akal, dan daya fisik. Memilih untuk menyempurnakan ikhtiar berarti memilih untuk menggunakan
ketiga potensi tersebut sebaik-baiknya dan semaksimal mungkin. Inilah bentuk pilihan terbaik. Konsep menyempurnakan ikhtiar juga merupakan bagian dari menjalankan prinsip kesabaran. Sehingga berlatih olah nafas Merpati Putih sama halnya sebagai sebuah upaya atau ikhtiar dalam menguji diri secara sabar terus menerus. Semoga bermanfaat. TINJAUAN SINGKAT GELOMBANG OTAK Untuk dapat memahami alam semesta, maka gunakan prinsip dan kaidah gelombang dan getaran. Demikianlah salah satu ilmuwan dunia, Nikola Tesla, mengatakan. Tanpa bantuan dari buah pemikiran Nikola Tesla, kita tidak akan pernah bisa menikmati listrik seperti yang sekarang ini. Ia tidak main-main. Penelitiannya menemukan bahwa alam semesta tersusun atas kaidah gelombang dan getaran sedemikian rupa. Sementara nun jauh disana, di tanah Jawa, dikenal terminologi 'Jagad Alit' dan 'Jagad Gedhe'. Jagad Alit biasanya disebut Mikrokosmos, yakni jagad yang digelar di dalam diri sendiri. Sementara Jagad Gedhe biasanya disebut Makrokosmos, yakni jagad yang digelar diluar diri sendiri. Untuk bisa masuk pada jagad ini, maka digunakanlah 'tools' tradisional melalui olah roso sedemikian rupa dengan cara mengatur penyikapan hati untuk bisa masuk pada suatu kondisi tertentu. Misal, saat seseorang bersikap merendahkan diri di hadapan Allah SWT, mengakui segala kekurangan dan kelemahannya, mengakui bahwa ia hanyalah makhluk yang lemah yang tidak dapat berbuat apa-apa maka pada saat itu gelombang frekwensi dirinya sedang turun ke titik terbaik yakni titik penyembuhan. Di dalam diri manusia ada banyak jenis gelombang yang terpancar dari berbagai lokasi. Sebagian sudah ditemukan, sebagian lagi belum. Beberapa diantaranya -
sebagai Gelombang Gelombang
berikut: otak
kepala membran
-
Gelombang Gelombang
jantung kulit
- Gelombang visual pada mata Sesaat ketika penyikapan hati untuk merendahkan diri dihadapan Allah, merasakan diri begitu kecil dihadapanNya, maka gelombang otak akan turun dalam beberapa fase. Satuan gelombang yang digunakan adalah Hertz. Setiap gelombang otak akan menunjukkan perbedaan jenis kesadaran. Namun demikian perlu dipahami bahwa tidak ada satupun jenis gelombang otak yang sempurna. Gelombang otak merupakan akar dari semua pikiran-pikiran, emosi, dan kebiasaan-kebiasaan yang dibentuk antar syaraf di dalam otak. Gelombang otak dihasilkan dengan melakukan sinkronisasi aliran listrik dari dan antar syaraf satu sama lain. Gelombang otak kita berubah berdasarkan pada apa yang kita lakukan dan pada apa yang kita rasakan. Ini yang Dr. Bruce H Lipton dalam bukunya "The Biology of Belief" sebut dengan istilah Perception atau persepsi. Ketika melambat, maka kita akan masuk pada fase seakan lelah, malas, atau bermimpi. Sementara frekwensi yang lebih tinggi membuat kita merasa bersemangat dan aktif. Sejauh ini, ilmu pengetahuan membagi gelombang otak menjadi beberapa kondisi sebagai berikut: 1. Gelombang Beta (14 – 40 Hz), merupakan wilayah gelombang pada saat seseorang berada dalam kondisi sadar dan beraktivitas seperti berpikir, membentuk logika, atau memikirkan sesuatu. Pada kondisi sadar seperti ini pikiran seseorang menjadi tajam dan terfokus. Hal itu menyebabkan ia dapat membuat suatu hubungan akan sesuatu secara cepat, mudah, dan penuh perhatian. Ide-ide baru dan solusi terhadap permasalahan saling berkelebat layaknya halilintar pada otak. Jenis gelombang ini bermanfaat untuk terapi ADD (Attention Deficit Disorder) atau orang-orang yang mengalami kesulitan dalam membentuk
fokus.
Sederhananya,
jenis
gelombang
ini
menghasilkan
kewaspadaan,
konsentrasi, dan kognisi. Gelombang Beta membantu kita dalam menyiapkan ujian, memberikan presentasi, menganalisa dan mengorganisasikan informasi dan aktivitas lain yang memerlukan kewaspadaan mental dan konsentrasi tinggi. 2. Gelombang Alfa (7,5 – 14 Hz), merupakan gelombang yang terjadi ketika seseorang sedang menggunakan kesadarannya secara aktif dan ia menikmati kesadaran aktif tersebut. Umumnya terjadi pada orang-orang yang sedang beraktivitas sehari-hari. Gelombang Alfa biasanya dikaitkan dengan kewaspadaan saat santai, peningkatan proses belajar, kreativitas, berada pada kondisi fisik puncak, penggunaan imajinasi atau visualisasi, serta intuisi. Itulah sebabnya jika kita banyak menggunakan jenis gelombang ini di keseharian maka kemampuan penyelesaian masalah akan meningkat. Namun ini bukan berarti bahwa kita harus selalu berada dalam gelombang jenis ini sepanjang hari secara sadar. Agar mencapai kondisi optimal diri umumnya ada pergeseran antara gelombang Alfa dan Beta atau penggunaannya secara bergantian. 3. Gelombang Theta (4 – 7,5 Hz), merupakan gelombang yang memungkinkan seseorang masuk lebih dalam ke kondisi meditasi. Seseorang akan memasuki kondisi gelombang Theta manakala aktivitas otaknya melambat hingga hampir ke titik tidur namun tidak tidur. Pada gelombang jenis ini berbagai pengalaman yang luar biasa bisa terjadi dan dijelajahi. Disebut juga sebagai jenis gelombang yang dapat mengakses kesadaran pada alam bawah sadar kita. Saat seseorang memasuki gelombang ini maka akan muncul sensasi seperti melayang pada pikiran dan tubuh. Gambaran-gambaran yang muncul seperti mimpi, inspirasi, dan pemahaman yang mendalam biasanya terjadi disini. Pada relaksasi yang mendalam umumnya akan muncul kilatan-kilatan ide, gagasan cemerlang, inspirasi,
atau
hikmah.
Pada saat seseorang melakukan meditasi dan memasuki gelombang Theta maka akan
terjadi
penurunan
tekanan
darah,
pelepasan
hormon
endorphin,
meningkatkan kreativitas dan kesadaran akan persepsi terhadap dunia luar. Gelombang jenis ini juga berperan penting dalam program modifikasi kebiasaankebiasaan dan telah digunakan sebagai terapi untuk kecanduan obat-obat terlarang dan alkohol. Hal ini disebabkan karena aktivitas gelombang otak jenis ini akan melepaskan hormon endorphin dalam kualitas tinggi yang dapat mengurangi keinginan untuk menggunakan obat-obatan dan alkohol tersebut. Apabila dibentuk dengan sebelumnya mengatur pada pikiran positif, maka terapi berbasis gelombang ini akan mampu memprogram ulang jenis-jenis kebiasaan dan perilaku seseorang. Gelombang Theta juga sangat ideal dalam proses belajar secara cepat, menyimpan informasi ke dalam bagian otak untuk memori jangka panjang, memprogram ulang pikiran, pemanggilan mimpi, dan termasuk ke dalamnya self-hipnotis. Frekwensi Theta juga dikenal sebagai pintu gerbang untuk belajar dan mengingat. Apapun yang tersimpan pada saat otak mencapai gelombang Theta maka akan tersimpanlah ke dalam memori jangka panjang seperti halnya memori anak-anak dibawah 5 tahun yang dominan berada pada kondisi Theta. Sederhananya, jenis gelombang ini menghasilkan kondisi meditatif, intuisi (gerak hati), dan ingatan. 4. Gelombang Delta (0,5 – 4 Hz), merupakan gelombang yang dihasilkan dari meditasi dalam dan tidur tanpa mimpi. Ia dapat menunda kesadaran eksternal dan lebih memunculkan empati di dalam. Penyembuhan dan regenerasi sel akan lebih banyak terjadi pada jenis gelombang ini. Itulah sebabnya mengapa tidur lelap nan nyenyak akan dapat memulihkan kesehatan dan kesegaran. Gelombang Delta pertama kali dicetuskan pada tahun 1930-an oleh W. Grey Walter yang mengembangkan alat EEG milik Dr. Hans Berger. Gelombang ini
secara umum terjadi di seluruh mamalia dan seluruh hewan. Gelombang Delta terjadi di dua lokasi pada otak yakni Thalamus dan Cortex. 5. Gelombang Gamma (> 40 Hz), merupakan jenis gelombang ketika seseorang fokus dan terjaga. Ia merupakan jenis gelombang ketika seseorang berada pada kondisi fokus tertinggi. Pada saat kondisi Gamma, otak kita berjalan pada kapasitas penuh. Ini adalah jenis gelombang untuk meningkatkan kecerdasan dan pemahaman akan sesuatu. Jika diibaratkan pemain basket, maka ia mampu menangkap bola yang dilemparkan kepadanya dengan sangat cepat. Gelombang Gamma merupakan pola gelombang otak yang dikaitkan dengan persepsi dan kesadaran. Gelombang ini bekerja seperti halnya perekat pada pikiran yang menahan dan menghubungkan semua rasa proses berpikir bersamaan sebagai suatu kesatuan utuh. Bahkan ilmuwan peraih Nobel, Sir Francis Crick, percaya bahwa pada frekwensi Gamma merupakan kunci dari segala tindakan kognisi. Kognisi adalah suatu perilaku mental atau proses dalam mendapatkan pengetahuan dan pemahaman melalui pemikiran, pengalaman, dan perasaan. Aktivitas gelombang ini juga bekerja sebagai anti depresi alamiah, meningkatkan suasana hati, empati, dan perasaan sayang. Mereka yang terdiagnosa mengidap ADD dan ADHD umumnya memiliki aktivitas Theta yang lebih tinggi dengan sedikit aktivitas Gamma. Salah satu terapi untuk ADD adalah untuk menekan aktivitas Theta dengan meningkatkan gelombang Beta dan Gamma. Ia digunakan untuk untuk fokus tinggi dan sepenuhnya fokus (100% fokus). Meningkatkan aktivitas gelombang Gamma akan meningkatkan energi, fokus, dan konsentrasi. Membuatnya sangat ideal untuk olahraga apapun. Gelombang Gamma akan meningkatkan koordinasi tangan dan mata. Sederhananya, jenis gelombang ini menghasilkan kondisi inspirasi, pembelajaran tinggi, dan fokus. Pemahaman terhadap jenis gelombang ini akan bermanfaat di dalam melatih diri untuk senantiasa sehat dan bugar yakni dengan menerapkan kondisi gelombang otak kita dengan kondisi keadaan lingkungan yang akan kita jalani. Apabila kita
mampu mengarahkan jenis gelombang otak kita pada suatu kesadaran jenis tertentu maka kondisi diri kita akan mengalami banyak sekali perbaikan. Pada banyak
kasus
kesehatan
dapat
dilihat
seperti
misalnya:
- Tidak bisa tidur, itu artinya gelombang otak kita masih berada kondisi Beta dan belum
mencapai
Delta
atau
Theta.
- Tidak bisa fokus, itu artinya gelombang otak kita belum berada pada wilayah Beta. - Mengalami kendala dalam penulisan atau suatu kreativitas tertentu, itu artinya gelombang
otak
kita
belum
pada
wilayah
Alfa.
- Ketidakmampuan mengontrol emosi atau berpikir dalam menyelesaikan suatu permasalahan, itu artinya gelombang otak kita belum pada wilayah Alfa. Saya ingin mengambil sebuah analogi dengan sebuah mobil yang memiliki ‘gigi’ atau persneling sebanyak 4. Gigi pertama (delta) lambat, berjalan perlahan. Seiring peningkatan kesadaran maka kita bergeser menjadi gigi 2 (theta) yakni ketika kita memasuki meditasi dalam atau kondisi tidur lelap. Gigi 3 (alfa) terjadi ketika kita masih bergerak perlahan namun rileks, menikmati setiap proses gerakan, namun tetap dalam kecepatan tertentu. Gigi 4 (beta) digunakan di jalanan yang panjang dengan kecepatan tinggi. Pada gigi 4 ini tentu efeknya sangat menyenangkan karena ‘ngebut’ rupanya banyak disukai orang. Namun kalau tidak hati-hati bisa berbahaya bagi diri kita. Masalah kemudian muncul manakala kita memulai dari gigi yang salah. Sebagai contoh, kita sedang tidur nyenyak lalu terdengar suara alarm yang menyuruh kita bangun. Meski suara alarm terdengar dan meminta kita bangun, kita malah tetap saja di tempat tidur, meringkuk. Kita memaksa diri untuk tetap berada pada kemalasan dibanding semestinya bergerak aktif dinamis. Hal ini terjadi bisa karena beberapa faktor, misal kelelahan, tekanan pikiran (stres), kemalasan, atau hal lain yang membuat kita salah oper gigi. Kondisi yang semestinya membuat kita berada pada gigi 1, lalu naik ke gigi 2, tiba-tiba ‘dioper’ dari gigi 1 (bangun sekilas) menjadi langsung gigi 4 (kembali tidur nyenyak).
Memahami bagaimana jenis gelombang otak ini dan mampu mengkondisikan otak agar memasuki kesadaran ini tentu saja akan sangat banyak meningkatkan aspek kesehatan dan kebugaran tubuh. Saya akan berikan beberapa contoh seperti misalnya pemahaman akan jenis gelombang Delta seperti berikut ini. Penelitian pada penyakit Parkinson, bisa diobati dengan obat bernama Rotigotine. Cara kerja obat ini adalah meningkatkan jenis gelombang otak Delta dengan cara menurunkan gelombang otak hingga tahap tidur nyenyak mencapai gelombang Delta. (Kryzhanovskii, G. N., A. A. Shandra, L. S. Godlevskii, and I. I. Mikhaleva. "Appearance of Parkinsonian Syndrome after Administration of Delta Sleep-inducing Peptide into the Rat Substantia Nigra." Biull Eksp Biol Med. 109.2 (1990): 119-21. Print) Ada juga penyakit seperti Schizoprenia yang memiliki pola gelombang otak Delta yang terganggu. Pada saat gelombang otak tidur normal, para penderita penyakit ini mengalami kekacauan pola gelombang Delta. (Alfimova, M. V., & Uvarova, L. G. (2007). Changes in the EEG spectral power during perception of neutral and emotionally salient words in schizophrenic patients, their relatives and healthy individuals from general population. [Article]. Zhurnal Vysshei Nervnoi Deyatelnosti Imeni I P Pavlova, 57(4), 426-436) Pada Diabetes Mellitus Tipe 2 juga terjadi kekacauan pada gelombang Delta, secara potensial karena adanya gangguan pada hormon pertumbuhan yang berasal dari kelenjar Pituari. Demikian juga dengan Hypoglikemia yang juga terjadi karena kekacauan gelombang otak Delta. (Abdelkarim, T. H., Westin, T., Romaker, A., & Girish, M. (2002). Presence of delta waves in REM sleep during polysomnography as a sign of acute hypoglycemic encephalopathy. [Meeting Abstract]. Sleep, 25, 531.) Maka dengan memahami kajian gelombang otak, melihat keterkaitannya dengan penyakit-penyakit, bisa dipetakan sedemikian rupa dengan latihan-latihan pada Merpati Putih untuk menuju perbaikan ke arah sana. Seperti misalnya latihan
Nafas Pembersih yang dikondisikan sedemikian rupa agar tercapai jenis gelombang otak tertentu, misal gelombang Delta untuk penyembuhan dan regenerasi sel. Meskipun belum pernah ada diteliti secara ilmiah, namun dengan menggunakan pendekatan teoritis gelombang otak diatas bisa dipetakan jenis-jenis aktivitas apa yang akan mencapai suatu keadaan gelombang otak jenis tertentu. Pendekatan lain juga bisa dilakukan melalui tata gerak Merpati Putih. Bahwa dengan melatih suatu bentuk tata gerak menggunakan pendekatan gelombang otak, maka akan didapati suatu solusi terhadap penyakit tertentu. Ini saya teliti secara khusus dan kemudian saya munculkan dalam bentuk latihan Bambu Raut sedemikian rupa. Saat seseorang melatih tata gerak tertentu dengan penekanan pada suatu kondisi penyikapan hati tertentu, maka akan dihasilkanlah suatu gelombang otak jenis tertentu. Kapan waktu nanti saya bahas mengenai bagaimana menerapkan kaidah didalam suatu latihan tertentu agar tercapai suatu kondisi yang diinginkan, khususnya kondisi yang berhubungan dengan perbaikan kesehatan dan kebugaran tubuh. Ilmu MP bisa dikaji dan dianalisa dari berbagai sudut pandang. Selama kita mau membuka diri, open minded, maka ilmu MP laksana berlian yang bercahaya dari berbagai sisi. Semoga bermanfaat.
NIAT (Bagian 1) Albert Einstein mengatakan, "A human being is part of the whole, called by us "universe", a part limited in time and space. He experiences himself, his thoughts
and feelings as something separated from the rest - a kind of optical delusion of his consciousness". Tentunya ketika mengatakan ini ia tidak sedang bermain-main atau asal "ngecap". Dengan disiplin keilmuan yang dimilikinya ia menyadari bahwa manusia adalah 'Jagad Alit' atau mikrokosmos yang dibatasi dalam ruang dan waktu. Manusia yang dapat berkembang sedemikian rupa pada pikiran dan rasanya sebagai sesuatu yang berbeda satu sama lain namun seakan menyatu membentuk sebuah kesadaran. Bahkan lebih jauh, ia mengatakan bahwa "Tuhan tidak sedang bermain dadu", artinya bahwa ia mengakui apabila ada sebuah Kecerdasan Luar Biasa yang membentuk alam ini. Pengakuan Einstein mengenai konsep penciptaan juga disebutkan dengan "Tuhan memang rumit, tapi tidak jahat" yang bermakna bahwa segala penciptaan di alam ini memiliki banyak kebaikan. Dahulu kala, pikiran dipercaya dapat menjadi obat bagi tubuh. Sebuah pikiran dibentuk, lalu diarahkan melalui niat pada suatu bagian tubuh tertentu untuk menghasilkan efek psikologis seperti misalnya menghentikan pertumbuhan tumor ganas (Ader R, Psychoneuroimmunology, Academic Press, N.Y., 1981). Namun pada masa itu ilmuwan belumlah mau mengakui bahwa pikiran yang difokuskan melaui niat sedemikian rupa dapat mempengaruhi sistem biologi diluar tubuh manusia. Barulah kemudian seiring perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan, banyak rahasia tubuh yang mulai bisa diungkap oleh para ilmuwan. Proses pengungkapan rahasia ini berlangsung terus menerus sepanjang hayat dan sepanjang peradaban. Obyek dan subyek penelitian mulai meluas. Ternyata semuanya saling terhubung satu sama lain menjadi sebuah kecerdasan yang luar biasa. Kali ini saya ingin membahas mengenai salah satu aspek yang paling berpengaruh pada tubuh yakni NIAT. Tulisan ini terbagi menjadi 2 bagian bersambung mengingat bahasannya yang cukup banyak. Di dalam tubuh manusia terdapat sebuah organ yang berada didalam dada yang memompa aliran darah dari dan ke seluruh tubuh. Berbagai penelitian dilakukan
untuk mengetahui cara kerja jantung manusia, dan selama itu pula ditemukan berbagai macam 'keajaiban' luar biasa yang ada di jantung. Ratusan, ribuan, bahkan puluhan ribu percobaan dan penelitian mengenai jantung ternyata selalu menghasilkan pengetahuan baru terus menerus. Bahkan terhadap jantung manusia saja, pengetahuan yang diilhamkan Allah SWT ke dalamnya belum berhasil diungkap secara lengkap. Masih sangat banyak wilayah yang menjadi subyek pembahasan para ahli. Dalam kaidah tradisional Jawa, dikenal istilah Niatingsun. Kaidah ini baru dikenal sebenarnya ketika masa Islam masuk. Sebelum itu, mestinya ada suatu istilah yang dipergunakan oleh orang Jawa tempo dulu untuk mengarah pada padanan kata 'niat' ini. Dilihat dari terminologi kata, Niat berasal dari bahasa Arab yakni 'niyyah'. Pembahasan mengenainya nanti akan saya masukkan pada Bagian 2 tulisan bersambung ini. Sederhananya, segala sesuatu maksud hati yang diucapkan secara rahasia umumnya dilakukan didalam dada (istilahnya di dalam hati). Yang dirujuk oleh maksud hati ini secara fisik adalah Jantung. Maka memahami bagaimana jantung dalam berbagai aspeknya menjadi sangat penting untuk memahami bagaimana kaidah niat itu bekerja. Selama bertahun-tahun, hati telah dianggap sebagai sumber dari emosi, keberanian, dan kebijaksanaan. Para ahli melakukan eksplorasi mengenai mekanisme psikologi bagaimana hati berkomunikasi dengan otak, bagaimana ia melakukan pemrosesan informasi, persepsi-persepsi, emosi-emosi, dan kesehatan. Dimulai dengan pertanyaan-pertanyaan seperti: Mengapa kebanyakan orangorang mengalami perasaan cinta atau sensasi cinta atau kebahagiaan atau kondisi emosi positif lainnya terletak pada wilayah dada? Bagaimana stress dan kondisi emosi negatif lainnya berpengaruh pada sistem syaraf otonom, pada sistem hormon dan sistem kekebalan tubuh, pada hatinya sendiri dan juga otak? Mengapa ketika seseorang merasakan cinta maka dadanya menjadi terasa 'lapang', sebaliknya ketika seseorang tertekan, stress, maka dadanya terasa menjadi 'sempit' dan 'sesak'? Pada dada manusia terdapat salah satu organ penting yakni jantung.
Benarkah hati, yang selama ini dianggap sebagai sesuatu yang imajiner ternyata terletak di jantung? Selama bertahun-tahun pula, para ahli telah melakukan serangkaian ujicoba dengan berbagai pengukuran psikologis dan fisiologis, tapi itu semua tidak lebih mengenai variabel detak jantung, atau ritme jantung, yang berperan sebagai yang paling dinamis dan paling mencerminkan kondisi emosi dan tekanan dalam diri seseorang. Hal itu kemudian menjadi semakin jelas ketika emosi negatif berperan dalam meningkatkan gangguan pada ritme jantung pada sistem syaraf otonom sehingga berpengaruh pada keseluruhan tubuh. Sebaliknya, pembentukan emosi positif akan meningkatkan harmoni dan koordinasi pada ritme jantung dan meningkatkan keseimbangan didalam sistem syaraf. Efek kesehatan ini dapat dengan mudah dipahami sebagai berikut: Ketidakharmonisan di dalam sistem syaraf akan menyebabkan ketidakefisienan dan peningkatan tekanan pada jantung dan organ tubuh lainnya sementara ritme yang harmoni akan lebih efisien dan lebih sedikit tekanan kepada seluruh tubuh. Beberapa ilmuwan modern dalam bidang psikofisiologi yang meneliti adanya hubungan antara jantung dan otak adalah John dan Beatrice Lacey. Penelitian yang dimulai dari tahun 1960-an hingga 70-an berdasarkan pengamatan ditemukan bahwa jantung berkomunikasi dengan otak dengan cara yang unik dan secara signifikan mempengaruhi bagaimana manusia memandang dan bereaksi terhadap dunia. Generasi sebelum Lacey memulai penelitiannya, Walter Cannon telah menunjukkan bahwa perubahan-perubahan emosi disertai dengan prediksi mengenai perubahan detak jantung, tekanan darah, pernafasan dan pencernaan. Dalam sudut pandang Cannon, ketika seseorang mengalami rangsangan secara fisik maka akan memobilisasi sistem syaraf simpatik untuk menghasilkan kondisi 'fight' atau 'flight', melawan atau lari, dan membuat lebih banyak diam, sementara bagian penenang pada sistem syaraf parasimpatik akan mendinginkan apa yang terjadi pada tubuh. Pada sudut pandang ini, diasumsikan bahwa sistem syaraf
otonom dan semua respon fisiologi akan dipindahkan secara bersamaan dengan respon otak untuk memberikan sebuah stimulus. Agaknya, sistem internal kita akan meningkat secara bersamaan ketika kita mengalami rangsangan kontak fisik dan menurun secara bersamaan ketika dalam kondisi istirahat, dan bagian yang melakukan kontrol pada seluruh proses ini adalah otak. Lacey melihat bahwa model sederhana ini hanya cocok sebagian pada perilaku fisiologi. Seiring dengan perkembangan penelitian mereka, ditemukan bahwa jantung nampaknya memiliki logika khasnya sendiri yang sering menyimpang dari sistem syaraf otonom. Jantung nampaknya mengirimkan pesan-pesan ke otak yang tidak hanya dimengerti oleh otak tapi juga dipatuhi. Bahkan lebih menariknya lagi bahwa pesan-pesan tersebut ternyata dapat mempengaruhi perilaku seseorang. Tak lama setelah ini, ahli syaraf menemukan bahwa jalur saraf dan mekanisme dimana masukan dari jantung ke otak bisa "menghambat" atau "memfasilitasi" aktivitas listrik otak. Kemudian pada tahun 1974, ilmuwan Perancis bernama Gaheryn Vigier, meneliti kucing yang distimulasi pada bagian syaraf vagus (syaraf yang berfungsi untuk membawa sinyal dari jantung ke otak) dan menemukan bahwa respon listrik otak berkurang hingga separuhnya. Singkatnya, bukti menunjukkan bahwa jantung dan sistem syaraf tidak sematamata mengikuti arahan otak seperti yang dipikirkan oleh Cannon. Setelah penelitian yang makin meluas, salah satu pelopor dalam bidang neurokardiologi yakni Dr. J. Andrew Armour, memperkenalkan sebuah konsep yang secara fungsional disebut dengan "otak jantung" pada tahun 1991. Karyanya mengungkapkan bahwa jantung memiliki sistem saraf intrinsik kompleks yang cukup canggih untuk memenuhi syarat sebagai "otak kecil" dalam dirinya sendiri. Otak jantung merupakan jaringan yang rumit dari beberapa jenis neuron, neurotransmiter, protein dan sel pendukung seperti yang ditemukan dalam otak kepala. Adanya sirkuit yang rumit yang memungkinkan untuk bertindak secara independen dibandingkan otak kepala dalam hal belajar, mengingat, dan bahkan rasa fisik dan rasa batin. Buku terbaru Neurocardiology, diedit oleh Dr Armour dan Dr Jeffrey Ardell, memberikan gambaran yang menyeluruh dari fungsi sistem
saraf intrinsik jantung dan peran syaraf otonom pusat yang terkait dalam regulasi fungsi jantung. Penelitian yang dilakukan oleh Dr. Rollin McCraty (Direktur Penelitian Institute of HeartMath) bersama dengan Dr. Carlo Ventura, M.D, Ph.D. (profesor dan peneliti dari Universitas Bologna, Italy) yang mencoba melakukan pemrograman ulang stem sel dengan cara memberikan medan magnet lemah. Ventura mengatakan bahwa ia mencoba melakukan pemrograman ulang stem sel menggunakan pengaruh dari luar. Ia menemukan bahwa sangat dimungkinkan untuk melakukan perubahan stem sel dengan menggunakan energi dari luar. Stem sel diberikan medan magnet yang berfrekwensi sangat rendah dan dengan intensitas rendah, kemudian hal itu dapat memicu sejumlah gen yang akan mengendalikan perilaku sel jantung dimana ia akan memberitahukan kepada stem sel dengan caranya yang masih belum dimengerti untuk menjadi jenis sel tertentu. Lebih jauh lagi, selain kekuatan dari luar seperti medan magnet berfrekwensi rendah dan dengan intensitas rendah, Ventura dkk menggunakan juga getaran suara dan air dengan hasil yang hampir sama. Mereka juga meneliti pengaruh kekuatan lingkungan internal yakni pikiran, kesadaran, dan pengkondisian agar koheren/selaras diantara keduanya. Pengkondisian agar selaras ini ternyata dapat mempengaruhi sel menjadi yang diinginkan. Mereka juga memikirkan bahwa proses pembalikan sel bisa saja dilakukan. Pembalikan sel ini misalnya dari sel kulit menjadi stem sel lalu diprogram ulang menjadi sel lain sesuai yang dibutuhkan. Penelitian mereka menyimpulkan, sementara ini, bahwa sel bisa dipengaruhi dengan medan magnet, energi, dan dengan penyelarasan lingkungan. (McCraty R, Atkinson M, Tomasino D. Modulation of DNA conformaton by heart-focused intention. Boulder Creek, CA: HeartMath Research Centre, Institute of HeartMath, Publication No. 03-008, 2003) Ritme jantung manusia sesungguhnya tidaklah monoton, melainkan ia memiliki pola tertentu dari waktu ke waktu. Sains mengukur variasi detak jantung menggunakan alat bernama ECG (electrocardiogram). Perubahan pola emosi sangat mudah dideteksi dan diukur dengan pendekatan ritme detak jantung. Emosi
negatif seperti marah, frustasi, gelisah terus menerus, akan menyebabkan detak jantung menjadi tidak beraturan. Ketidakberaturan ini menyebabkan ketiadaan sinkronisasi/penyelarasan di dalam sistem syaraf otonom (parasimpatik dan simpatik). Kebalikan dari itu, mempertahankan emosi positif seperti misalnya apresiasi terhadap sesuatu, berterima kasih, bersyukur, cinta, kasih sayang, menyebabkan detak jantung menjadi teratur. Keteraturan ini menyebabkan sistem syaraf otonom menjadi selaras. (McCraty R, Childre D. The appreciative heart: The psychophysiology of positive emotions and optimal functioning. Boulder Creek, CA: HeartMath Research Center, Institute of HeartMath, Publication No. 02-026, 2002) Jantung, memancarkan medan elektromagnetik. Medan elektromagnetik yang dipancarkan oleh jantung adalah medan elektromagnetik terkuat yang dihasilkan oleh tubuh manusia. Hal ini disebabkan karena sinyal dari sel jantung memiliki karakteristik unik yang dapat mempengaruhi sel lain di seluruh tubuh. Seperti halnya gelombang radio, sel jantung dapat mengirimkan sinyal ke seluruh sel tubuh untuk berperilaku berdasarkan campur tangan apa yang dilakukan didalamnya. Percobaan yang dilakukan pada sel secara 'in vitro' membuktikan bahwa sel dapat dipengaruhi oleh medan elektromagnetik yang berasal dari jantung bahkan hingga jarak lima kaki jauhnya. Ada korelasi yang erat antara ritme detak jantung dengan pola spektrum frekwensi dari ECG atau MCG (magnetocardiogram). Hal ini menunjukkan bahwa informasi psikofisiologi dapat disandikan ke dalam medan elektromagnetik yang dihasilkan dari jantung. Data penelitian menunjukkan bahwa medan elektromagnetik jantung menjadi lebih teratur, rapi, terorganisir pada saat emosi positif dihasilkan. Dengan kata lain, penyelarasan ritme detak jantung memerlukan penataan emosi positif sedemikian rupa agar dapat mempengaruhi jaringan-jaringan, organ, hingga sel didalam tubuh. (McCraty R. The energetic heart: Bioelectromagnetic interactions within and between people. Boulder Creek, CA: HeartMath Research Centre, Institute of HeartMath, Publication No. 02-035, 2002)
Dalam sebuah studi dilakukan percobaan mengenai kaitan penyelarasan, emosi, niat, dan pengubahan DNA. Pengubahan DNA yang diharapkan adalah kemampuan membuka rantai DNA berdasarkan penyelarasan itu. Penelitian melibatkan dua group dimana group pertama berisi 10 orang yang merupakan orang-orang yang terlatih dan berpengalaman dalam melakukan teknik penyelarasan hati. Group pertama ini kemudian diminta untuk memfokuskan pada perasaan cinta dan menghargai di jantung yang diarahkan pada sebuah cawan berisi DNA. Group kedua sebanyak 18 orang yang merupakan orang-orang yang tidak ada pengalaman sama sekali mengenai cara menyelaraskan hati. Partisipan diambil dari mahasiswa Universitas California di Santa Cruz dan sebagian lain diambil dari komunitas lokal. ECG kemudian diukur dan dianalisa. Group pertama akan mencoba melakukan tiga kondisi berbeda yakni 1) Saat sedang memfokuskan rasa cinta dan apresiasi di jantung bersamaan dengan membentuk niat agar DNA yang ada didepannya berubah, 2) Saat sedang memfokuskan rasa cinta dan apresiasi di jantung tanpa membentuk niat apapun terhadap DNA didepannya, dan 3) Tidak ada penyelarasan jantung dengan rasa apapun namun membentuk niat agar terjadi perubahan tertentu di DNA. Tambahan protokol dilakukan sebagai variasi yakni apakah DNA dapat terpengaruh pada jarak yang cukup jauh yakni sejauh 0,5 mil dari tempat laboratorium percobaan dilakukan. Hasilnya, terjadi perubahan pada DNA (rantai membuka atau menutup) pada saat terjadi penyelarasan sebesar 10,27% hingga 25%. Sementara pada mereka yang tidak melakukan penyelarasan hati hanya terjadi perubahan sebesar 1.09%. Secara umum, group yang berisi orang-orang yang terlatih melakukan penyelarasan hati dengan emosi positif merupakan group yang memiliki daya pengaruh terbesar terhadap perubahan rantai DNA. Sedangkan group yang menyalurkan niat saja tanpa adanya penyelarasan hati tidak menghasilkan perubahan mencolok pada rantai DNA. Ada semacam penyerapan gelombang elektromagnetik dari jantung peserta kepada DNA yang sedang ditest. Bahkan lebih jauh, niat yang diarahkan pada sample DNA secara spesifik juga bisa dilakukan dengan hasil yang sama tanpa mempengaruhi DNA yang lain. (McCraty R, Atkinson M, Tomasino D. Modulation of DNA conformaton by heart-focused intention. Boulder Creek, CA:
HeartMath Research Centre, Institute of HeartMath, Publication No. 03-008, 2003) Bahkan di tempat terpisah, ada satu studi mengenai kaitan sensitifitas DNA terhadap pengaruh radiasi gelombang elektromagnetik frekwensi rendah, yang salah satunya berada di jantung. Studi tersebut membuktikan bahwa jantung ternyata memancarkan medan elektromagnetik dan bahwa DNA ternyata sangat sensitif terhadap pengaruh radiasi medan elektromagnetik jantung. (Sakamoto M, Fujikado t, Hayakawa R, Wada Y. Low frequency dielectric relaxation and light scattering under AC electric field of DNA solutions. Biophysical Chemistry 1980: 11(3-4): p309-316) Lebih jauh lagi, ada sebuah studi mengenai pengaruh antara kesadaran niat yang difokuskan sedemikian rupa dan pengaruhnya pada sistem biologi diluar tubuh manusia dalam hal ini benda mati yakni komputer. Studi tersebut menggunakan protokol yang sangat ketat ketika menganalisa kesadaran niat yang berpengaruh terhadap kejadian acak yang terjadi diluar tubuh biologis manusia. Studi ini melibatkan 2,5 juta kali uji coba. Dijelaskan pada studi tersebut bahwa persepsi jarak antara manusia ternyata hampir tidak menjadi masalah berarti manakala kesadaran niat 'ditembakkan' dengan suatu jenis perasaan tertentu. Ia akan tetap mengenai obyek yang diinginkan dan terjadi perubahan disana, sedikit ataupun banyak. Bahkan ketika kesadaran niat itu benar-benar sudah dalam tahap 'menyentuh', seseorang dapat mengetahui dengan pasti lokasi orang yang sedang dipikirkannya secara tepat. Bisa diceritakan kondisi sekitar orang itu, lokasi kejadian disana sedang apa dan bagaimana. Hal itu dianggap anomali dan belum bisa dijelaskan lebih lanjut. Meski demikian, studi tersebut mengatakan bahwa kesadaran niat dan kejadian yang dibentuknya terjadi tidak secara langsung. Hasil studi ini membantu dalam memahami fenomena hubungan psikosomatik antara makhluk hidup dan lingkungannya. (Margins of Reality - Jahn, Robert & Dunne, Brenda. 1988, Harper, Brace, Jovanovich, N.Y. Jahn, R. & Dunne, B. 2001).
Fokus pada niat juga diteliti oleh sebuah studi mengenai pengaruh memfokuskan niat pada perubahan perilaku ikan berenang, gerakan hewan, dan gerakan sel di dalam laboratorium. Ada ratusan dan ribuan studi mengenai kaitan fokus niat pada suatu maksud dan pengaruhnya terhadap lingkungan. Di dalam bukunya, Lenny McTaggart membagi eksperimen niat menjadi tiga bagian yakni pertama pada tubuh, bagaimana ia semestinya dikeluarkan (berdasarkan penelitian ilmiah), bagaimana ia digunakan dalam hidup, dan kondisi-kondisi apa yang dapat mengoptimalkan daya niat. Kedua, bagaimana cara latihan untuk meningkatkan daya niat. Ketiga, berbagai macam penelitian-penelitian, baik pribadi maupun kelompok, mengenai pengaruh niat terhadap sesuatu. (McTaggart L, The Intention Experiment: Using your thought to change your life and the World, Simon and Schuster, 2008) (bersambung) NIAT (Bagian 2) Niat, juga ada di banyak agama dan kepercayaan (dalam padanan bahasanya dan kemiripan sifat). Namun satu-satunya agama yang mengkhususkan mengenai pentingnya niat sehingga mendapatkan tempat tersendiri sebagai bahasan khusus hanyalah Islam. Membicarakan Niat tentu agak sulit apabila tidak dilekatkan dengan terminologi Islam. Maka dalam kaidah Jawa dikenal istilah 'Niatingsun' sebenarnya lebih banyak merujuk pada kosa kata 'Niyyah' dalam Islam. Transliterasi kedalam bahasa Indonesia menjadi 'Niat'. Saya tidak akan membahas terlalu dalam mengenai ini karena kajian agama berada pada wilayah yang berbeda dan barangkali kapasitas keilmuan agama saya yang masih dangkal. Bagian 2 inipun saya tulis dengan sangat berhati-hati agar supaya diri ini tidak muncul riya. Dengan niat baik untuk membagi pengalaman, semoga tulisan ini bermanfaat (sekaligus sebagai pengingat diri) dan mohon maaf kalau ada kesalahan. Jika tulisan ini dirasa baik maka itu semata-mata Allah yang
mengizinkan kebaikan itu terjadi, dan jika tulisan ini dirasa buruk maka itu adalah karena kebodohan saya yang masih harus banyak belajar dan silahkan merujuk pada guru kita masing-masing. Setelah pada bagian 1 saya menulis beberapa poin hasil penelitian yang menurut saya relevan untuk memberikan pemahaman kepada kita betapa pentingnya niat dan pengaruhnya terhadap lingkungan (internal maupun eksternal) dari berbagai ilmuwan berdasarkan disiplin ilmu modern, maka pada bagian 2 ini mau tidak mau saya memang harus menuliskan mengenai konsep niat secara lebih spesifik dari sudut pandang 'Ilmuwan' Islam mengenai bagaimana Niat itu dipahami. Fokus niat adalah hal yang menjadi penelitian serius para ilmuwan modern di luar sana. Bahkan tidak hanya berpengaruh pada fisik dan mental, ia juga berpengaruh pada material non fisik diluar tubuhnya. Sementara pada Ilmuwan muslim fokus niat diarahkan pada ketaatan kepada Allah dan RasulNya. Ilmuwan pada dasarnya adalah Ulama. Secara bahasa, kata ulama adalah bentuk jamak dari kata 'aalim. 'Aalim adalah isim fail (semacam Subyek dalam bahasa Indonesia) dari kata dasar 'ilmu. Jadi 'aalim adalah orang yang ber-'ilmi atau orang yang berilmu. Maka menjadi sangat penting bagaimana para ulama berkata mengenai Niat dari sudut pandang Islam. Saya mencoba mensarikan dari beberapa sumber. Bagaimana jika ada pembaca dari agama lain? Dalam hemat saya silahkan mengacu pada kebaikan-kebaikan yang ada pada ajaran agama yang diyakini masing-masing dan saya sangat senang apabila bisa ditulis dan dibagi sebagai penambah pengetahuan bersama. Dari Amirul Mukminin Abu Hafsh, Umar bin Khatab RA, beliau berkata, "Aku mendengar Rasulullah Shalallahu Alaihi Wassalam bersabda: "Sesungguhnya amal-amal itu (harus) dengan niat. Maka barangsiapa hijrahnya kepada Allah dan RasulNya, maka (pahala) hijrahnya (dinilai) kepada Allah dan RasulNya, dan barangsiapa hijrahnya diniatkan untuk (kepentingan harta) dunia yang hendak dicapainya atau atau karena seorang wanita yang hendak dinikahinya, maka nilai
hijrahnya sesuai dengan tujuan niat ia berhijrah." (Hadits riwayat Bukhari dan Muslim). Kedudukan hadits ini sangat tinggi dan banyak manfaatnya menurut para ulama. Saya akan coba sarikan beberapa. - Imam An Nawawi berkata, "kaum muslimin telah ijma' (sepakat) tentang tingginya
hadits
ini
dan
banyak
manfaatnya".
- Imam Asy Syafii, berkata, "Hadits ini merupakan sepertiga ilmu dan termasuk dalam tujuh puluh bab masalah fiqh." [Syarah Shahih Muslim 13/53]. - Imam Abdurrahman bin Mahdi (wafat 198 H) berkata, "hadits tentang niat termasuk dalam tiga puluh bab maslah ilmu [Al Asybah wan Nadhair hal 43]. Beliau juga berkata," Selayaknya bagi orang yang menyusun satu kitab, dimulai dengan hadits ini untuk mengingatkan para penuntut ilmu agar meluruskan dan memperbaiki
niatnya."
[Syarh
Shahih
Muslim
13/53]
- Imam Bukhori pun memulai kitabnya dengan hadits ini. Abu Abdillah berkata," tidak ada satupun hadits yang mencakup (berbagai masalah) dan paling banyak manfaatnya
melainkan
hadits
ini."
[Tuhfatul
Ahwadzi
5/286].
- Abdurrahman bin Mahdi, Asy Syafii, Ahmad bin Hambal, Ali Ibnu Madini, Abu Daud, At Tirmidzi, Ad Daraqutni, dan Hamzah Al Kinani, semuanya bersepakat bahwa
hadits
ini
adalah
sepertiga
ilmu.
[Fathul
Baari
1/10].
- Ibnu Taimiyyah berkata," makna yang ditunjukan oleh hadits ini merupakan pokok penting dari prinsip-prinsip agama, bahkan merupakan pokok dari setiap amal."
[Majmu
Fatawa
18/249].
- Imam Asy Syaukani berkata, "hadits ini memiliki faedah yang banyak sekali dan tidak cukup untuk saya jelaskan disini. Meskipun hadits ini fard (gharib), selayaknya ditulis (dibahas) dalam satu kitab tersendiri." [Nailul Authar 1/159]. - Al Baidlowi berkata, "Niat adalah dorongan hati yang dilihat sesuai dengan suatu tujuan, berupa mendatangkan manfaat atau mendatangkan manfaat atau mudharat. [Fathul Baari 1/13].
Tidak diragukan lagi bahwa niat itu merupakan suatu neraca bagi sahnya suatu perbuatan dan niat adalah satu kehendak yang pasti sekalipun tidak disertai dengan amal. Maka dari itu kadang-kadang kehendak itu niat yang baik lagi terpuji dan kadang merupakan niat yang buruk lagi tercela. Hal ini tergantung kepada apa yang diniatkan dan juga tergantung kepada pendorong dan pemicunya, apakah untuk dunia semata ataukah untuk akhirat? Apakah untuk mencari keridhaan Allah atau mencari pujian manusia? Bahkan lebih jauh Rasulullah mengatakan yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim, "... Kemudian mereka dibangkitkan menurut niat mereka...". Karena peranan niat dalam mengarahkan amal menentukan bentuk dan bobotnya, maka para ulama menyimpulkan banyak kaidah fiqih yang diambil dari hadits ini, yang merupakan kaidah yang luas. Diantara kaidah dalam fiqih tersebut adalah, "Suatu perkara tergantung dari tujuan niatnya." Niat adalah ruh amal, inti dan sendinya. Amal itu mengikuti niat. Amal menjadi benar karena niat yang benar dan sebaliknya. Nabi Muhammad telah menyampaikan dua kalimat yang dalam maknanya, yaitu "Sesungguhnya amal-amal itu bergantung niatnya dan seseorang memperoleh menurut apa yang diniatkannya." Dalam kalimat pertama Beliau menjelaskan bahwa amal tidak ada artinya tanpa niat. Sedangkan dalam kalimat kedua beliau menjelaskan bahwa orang yang melakukan suatu amal tidak memperoleh apa-apa kecuali menurut niatnya. Hal ini mencakup ibadah, muamalah, iman, nadzar, jihad dan lainnya. Pengaruh niat terhadap sah atau tidaknya sudah dijelaskan di atas. Suatu amal Qurbah (untuk mendekatkan diri kepada Allah) harus dilandasi kepada niat. Suatu tindakan/amalan tidak dikatakan suatu ibadah kecuali disertai dengan niat dan tujuan. Oleh karena itu meskipun seseorang menceburkan diri kedalam air tanpa niat mandi atau masuk ke kamar mandi semata untuk membersihkan diri atau
sekedar menyegarkan tubuh, maka itu tidak termasuk Qurbah dan ibadah. Saya coba tuliskan beberapa contoh lain sebagai berikut: - Ada seseorang tidak makan seharian karena tidak ada makanan atau karena pantang makan karena akan menjalani proses operasi medis, maka ia tidak disebut orang yang melakukan ibadah puasa walaupun sama-sama tidak makan. - Seseorang yang berputar mengelilingi Ka'bah untuk mencari sesuatu yang jatuh atau atau mencari saudaranya tertinggal , maka orang tersebut tidak dikatakan melakukan ibadah thowaf walaupun sama-sama berputar mengelilingi Ka'bah. - Saat seseorang duduk di masjid, ada yang berniat istirahat, ada juga yang berniat i'tikaf. - Saat mandi, dengan niat mandi junub berbeda dengan mandi yang hanya sekedar untuk
membersihkan
tubuh.
- Seseorang mengerjakan sholat empat rakaat. Apakah itu termasuk sholat dhuhur ataukah
sholat
sunnat
yang
membedakan
adalah
niatnya.
- Seseorang yang memerdekakan seorang hamba, apakah ia niatkan untuk membayar kafarah (tebusan) ataukah ia niatkan untuk nadzar atau lainnya. - Dan banyak lagi Maka jelaslah bahwa yang membedakan diantara ibadah dan kebiasaan adalah niat. Ada satu riwayat, dikisahkan bahwa Nabi Muhammad ketika ditanya tentang seorang lelaki yang berperang/jihad karena riya (ingin dilihat orang), karena fanatisme golongan, dan berperang hanya karena supaya dianggap pemberani. Yang mana yang berperang/berjihad di jalan Allah? Maka Nabi Muhammad menjawab, "Barangsiapa berperang dengan tujuan agar kalimat Allah adalah yang paling tinggi maka itu fi sabilillah". (Hadits ini diriwayatkan oleh Al Bukhari dalam shahihnya dalam bab Kitabul Ilmi, Fathul Baari 1/222 no 123 dan Muslim dalam Shahihnya dalam bab Kitabul Imarah no 1904, Sunan At Timidzi no 1652)
Akan tetapi, meskipun suatu perbuatan mubah (yang dibolehkan) dapat dijadikan amal ibadah yang mendekatkan pelakunya kepada Allah namun tetap ia memiliki syarat-syarat yang ditentukan, yaitu [lihat Qoaid wa Fawaid minal Arbain AnNawawiyah hal 34-35]: - Tidak boleh menjadikan perkara mubah sebagai qurbah (ibadah) pada bentuk dan dzatnya, sebagaimana orang menduga bahwa semata-mata berjalan, makan, berdiri atau berpakaian dapat mendekatkan diri kepada Allah, karena itu nabi pernah mengingkari Abu Israil berdiri di terik panas matahari untuk memenuhi nadzarnya.
Maka
nabi
menyuruh
ia
berbicara,
berteduh,
duduk
dan
menyempurnakan puasanya [HR Bukhori, Ahmad dan Abu Daud] - Hendaknya yang mubah itu sebagai wasilah (sarana) untuk ibadah. Ibnu Taimiyah berkata, "Hendaknya yang mubah dikerjakan dalam rangka membantu diri untuk melaksanakan ketaatan." - Hendaknya seorang muslim memandang yang mubah dengan keyakinan bahwa hal itu benar dimubahkan oleh Allah. - Hendaknya yang mudah itu tidak menyebabkan pelakunya celaka atau membahayakan dirinya sendiri. Oleh karena itu barangsiapa yang berniat mendekatkan diri kepada Allah melalui amal-amal mubah (misal: olahraga, silat, membaca, dll), hendaknya ia pastikan ketentuan-ketentuan diatas supaya tidak menghalalkan segala cara agar bernilai di sisi Allah. Kata niat yang sering diulang-ulang dalam hadits dan firman Allah terkadang dengan makna Iradah dan terkadang pula dengan makna Qashd dan sejenisnya. Seperti dalam Al Qur’an Surat 3 ayat 152, dan Surat 17 ayat 18-19. Saya tidak akan meluaskan ini karena akan menjadi lebih berat pembahasannya.
Karena besarnya pengaruh niat, maka hal-hal yang mubah dan kebiasaan dapat bernilai ibadah dan qurbah. Pekerjaan mencari rezki, pegawai, petani, berdagang, mengajar (guru), dan profesi lainnya dapat menjadi ibadah dan jihad fi sabilillah selagi pekerjaan itu dimaksudkan untuk menjaga dirinya dari hal-hal yang haram dan mencari yang halal serta tidak bertentangan dengan perintah atau larangan Allah dan RasulNya. Begitu pula makan, minum, berpakaian jika diniatkan untuk ketaatan kepada Allah dan melaksanakan kewajiban kepadaNya. Orang yang mencari nafkah untuk menjaga dirinya agar tidak meminta-minta kepada orang lain dan juga untuk membiayai diri dan keluarganya, maka akan dibalas oleh Allah atas niatnya itu. [Qowaid wal Fawaid minal Arbain An Nawawiyah oleh Nazhim Muhammad Sulthon hal 32 cet. Darus Salafiyah 1408 H] Seperti hadits yang diriwayatkan Sa'ad bin Abi Waqash bahwa Rasulullah bersabda, "Sesungguhnya apabila engkau menafkahkan hartamu dan dengannya engkau mencari wajah Allah, maka engkau akan diberi pahala lantaran nafkahmu itu sampaipun apa yang engkau suapkan ke mulut istrimu.” [HR Bukhori dalam Fathul Baari 1/136 dan Muslim 1628]. Imam Nawawi mengambil istimbath dari hadits diatas bahwa memberikan suapan kepada istri biasanya terjadi pada waktu bergurau dan ketika timbul syahwat dan yang demikian itu jelas, namun bila dilakukan untuk mencari ganjaran pahala, maka ia akan memperolehnya dengan keutamaan dari Allah. [Fathul Baari 1/137]. Imam As Suyuthi menjelaskan bahwa dalil yang paling tepat yang dijadikan dasar oleh para ulama bahwa seorang hamba akan mendapatkan ganjaran dengan niat yang baik dalam perkara yang mubah dan perkara adat kebiasaan ialah sabda Rasulullah "..dan setiap orang mendapatkan menurut apa yang ia niatkan..". Niat ini akan diganjar bila diniatkan untuk taqorrub (mendekatkan diri) kepada Allah, sehingga bila tidak dengan tujuan itu, tidak akan diberi pahala. [Syarah Suyuthi atas Sunan Nasai, dinukil dari Qowaid Wa Fawaid minal Arbain hal 33].
Bahkan yang lebih mengagumkan lagi, nafsu seksual yang disalurkan seorang muslim kepada istrinya pun dapat mendatangkan pahala disisi Allah. Dalam sebuah hadits Rasulullah bersabda, "Dan dalam persetubuhan salah seorang diantara kalian dengan istrinya terdapat shodaqoh". Mereka bertanya, 'Ya Rasulullah, apakah salah seorang diantara kami melampiaskan syahwatnya kepada istrinya mendapatkan pahala?', Beliau menjawab, 'bagaimanakah menurut pendapat kalian jika ia melampiaskan syahwatnya kepada yang haram, bukankah dia mendapatkan dosa? Begitu pula jika ia memenuhi syahwatnya pada yang halal, maka ia pun akan mendapat pahala." [HR Muslim 1006] Imam Nawawi menjelaskan hadits ini, "Didalam hadits ini ada dalil bahwasanya perkara yang mubah dapat menjadi perbuatan taat dengan niat yang benar. Jima' (hubungan suami istri) bisa menjadi ibadah jika diniatkan untuk memenuhi hak istri. Bergaul dengan cara yang baik yang diperintahkan Allah atau untuk mendapat anak yang shalih atau untuk menjaga diri dan istrinya agar tidak terjatuh pada perbuatan yang haram, atau mengkhayalkan yang haram, atau berkeinginan untuk ini atau untuk lainnya [Syarah Shahih Muslim 7/92] Keberadaan niat harus disertai dengan menghilangkan segala keburukan, nafsu dan keduniaan. Niat harus dilandasi ikhlas karena Allah dalam setiap amal agar amal diterima Allah. Sebab setiap amal sholeh memiliki dua syarat yang tidak akan diterima disisi Allah kecuali dengan keduanya, yaitu: -
Niat
yang
ikhlas
dan
benar
- Ittiba', yaitu sesuai dengan contoh sunnah Rasulullah Dengan syarat pertama, kebenaran batin akan terwujud dan dengan syarat kedua kebenaran lahir akan terwujud. Mengenai syarat pertama telah disebutkan dalam sabda Rasulullah, "Innamaal 'amaalu bin Niyyat" yang artinya "Sesungguhnya amal-amal itu bergantung pada niatnya". Inilah yang menjadi timbangan batin/hati, Sedangkan syarat kedua disebutkan dalam hadits Rasulullah,
"Barangsiapa mengerjakan suatu amal yang tidak ada padanya urusan kami (tidak mengikuti contoh kami), maka (amalan itu) tertolak." [Hadits riwayat Muslim]. Allah telah menghimpun dua syarat ibadah tersebut dalam beberapa ayat, diantaraya "Dan siapakah orng yang lebih baik agamanya dari orang yang ikhlas menyerahkan dirinya kepada Allah, sedangkan diapun mengerjakan kebaikan dan dia mengikuti agama Ibrahim yang lurus" (QS An Nisa 125] Menyerahkan dirinya kepada Allah artinya mengingklaskan amal kepada Allah, mengamalkan dengan iman dan mengharap ganjaran pahala dari Allah. Sedangkan berbuat baik artinya dalam beramal mengikuti apa yang disyariatkan Allah dan apa yang dibawa oleh Rasulullah berupa petunjuk dan agama yang haq. Dua syarat ini, apabila salah satu atau keduanya tidak dipenuhi, maka amal ini tidak sah. Jadi harus ikhlas dan benar karena Allah. Ikhlas karena Allah dan benar karena mengikuti contoh Rasulullah. Lahiriahnya Ittiba’ sedangkan batiniahnya Ikhlas. Bila hilang salah satu syarat ini maka amalnya rusak. Bila hilang keikhlasannya maka orang ini akan cenderung menjadi munafik dan riya kepada manusia. Sedangkan bila Ittiba'-nya hilang artinya dia tidak mengikuti petunjuk Rasulullah maka orang ini sesat dan bodoh. [Tafsir Ibnu Katsir 1/616 cet Darussalam] Dari uraian diatas jelaslah bahwa pentingnya niat dalam amal. Niat haruslah ikhlas dan ikhlas semata tidak cukup dalam menjamin diterimanya suatu amal selagi tidak sesuai dengan ketetapan syariat dan dibenarkan sunnah. Sebagaimana amal yang dilakukan sesuai dengan ketentuan syariat tidak akan diterima selagi tidak disertai dengan keikhlasan. Adapun amal akhirat yang tidak disertai dengan ikhlas, maka tidak ada bobotnya sama sekali dalam timbangan amal. Meski demikian, perlu diketahui bahwa niat tidak dapat mempengaruhi yang haram. Sebaik apapun niatnya dan semulia apapun tujuannya, niat tidak dapat menghalalkan yang haram dan tidak melepaskan sifat kekotoran, karena memang
inilah yang menjadi sebab pengharamannya. Misalnya, barangsiapa mengambil riba atau mencuri harta, atau mencari harta dengan cara bathil dengan niat untuk membangun mesjid atau mendirikan tempat panti asuhan yatim atau mendirikan pesantren atau disedekahkan ke fakir miskin dan semisalnya maka niat baik ini tidak berpengaruh apa-apa serta tidak bisa meringankan dosa yang haram. Praktek ini banyak terjadi di tengah kita, misalnya seorang mendepositokan uangnya di bank, lalu bunganya digunakan untuk membangun mesjid atau pesantren dan semisalnya, ini adalah suatu perbuatan yang layak dipertanyakan. Benarkah bunga bank yang haram digunakan untuk proyek kebaikan? Seorang pegawai mendapat uang sangat besar dari hasil manipulasi korupsi dan kolusi, atau seorang penjudi atau pelacur, lalu mereka berniat menolong anak yatim dan fakir miskin dari hasil pekerjaan yang haram, maka hukumnya tetap haram dan tidak meringankan dosa yang haram, dan tidak boleh digunakan untuk berbagai kegiatan kegiatan kebaikan. Hasil keharaman tidak bisa dibersihkan dengan mensedekahkan uang hasil perbuatan haram, namun harus keluar secara utuh dari yang haram itu. Allah tidak akan menerima yang haram walaupun dengan niat yang baik. Dari Abu Hurairah Rasulullah bersabda, "Sesungguhnya Allah ta'ala itu baik, tidak menerima sesuatu kecuali dari yang baik." (Hadits riwayat Muslim 1015] Harta yang haram bukan milik orang yang mendapatkannya. Karena itu tidak boleh ia bersedekah dengan uang tersebut, harta apapun yang dikeluarkan dari hasil bunga, curian, pelacuran, perdukunan, manupulasi dan semisalnya dari proses yang haram semua tidak diterima Allah. Dari sini kita tahu bahwa Islam menolak prinsip Machiavelli, yakni tujuan menghalalkan segala cara. Islam juga tidak menerima kecuali dari cara yang bersih untuk mencapai tujuan yang mulia. jadi niat yang baik harus disertai dengan cara yang benar dan baik. Sumber: (Al Aisar, Kitab Salafi, Ihya Ulumuddin, Kitab Tafsir, dll)
Saya rasa bagian 2 saya cukupkan sampai disini. Semoga menjadi pelajaran dan hikmah bagi kita semua terlebih saya pribadi yang masih terus belajar memperbaiki diri. Saya memposisikan sebagai orang bodoh yang terus belajar dan belajar, istilah MP ... terus mersudi dan mersudi. Tulisan diatas tidak ada sedikitpun tendensi bahwa saya lebih hebat dari yang lain, melainkan semata-mata niat baik menyebarkan tulisan baik untuk pengayaan pribadi. Dalam pengembaraan keilmuan, Kebugaran MP rupanya sangat klop dan pas digunakan sebagai salah satu ikhtiar duniawi untuk memperbaiki diri dan memberikan pemahaman akan kehidupan. Semoga bermanfaat.
REST AND FULLFILLMENT RESPONSE Dalam psikologi dan fisiologi dikenal ada 2 mekanisme yang ada pada tubuh manusia, masing-masing diwakili oleh 2 sistem syaraf yang berbeda yaitu mekanisme "Fight or Flight response" yang diwakili oleh sympathetic nervous system (sistem syaraf simpatik) dan mekanisme "Rest and Fulfillment response" yang diwakili oleh parasympathetic nervous system (sistem syaraf parasimpatik). Secara alamiah sebenarnya 2 mekanisme ini berjalan silih berganti dalam siklus kehidupan manusia. Dalam kondisi terdesak secara natural seseorang akan
melakukan mekanisme perlindungan diri melalui "Fight or Flight Response" ini. Kemudian setelah kondisi yang dianggap membahayakan bisa dilewati biasanya secara Fisik dan Non Fisik seseorang akan mengalami suatu kelelahan yang luar biasa. Dan hal ini secara alamiah akan mengaktifkan mekanisme pertahanan diri yang lain yaitu "Rest and Fulfillment response" yang secara sederhana kita kenal sebagai kondisi istirahat (deep sleep). Pada kondisi "deep sleep" inilah tubuh berusaha mengembalikan lagi keseimbangan Fisik dan Non Fisik yang dialami setelah kondisi yang dianggap membahayakan tersebut dilewati. Manusia adalah makhluk yang memiliki kesadaran cipta, rasa, dan karsa. Secara naluri manusia bisa memahami adanya "fight or flight response" dan "rest and fulfillment response" ini dan berusaha menduplikasikan fenomena tersebut secara sadar. Penduplikasian mekanisme "Fight or Flight Response" sudah saya bahas pada artikel sebelum ini, beserta system hormon yang terlibat didalamnya. Sedang penduplikasian mekanisme "Rest and Fulfilment Response" kita kenal dalam sistem pernafasan lain yang dikenal dengan Pernafasan Meditasi. Pernafasan jenis ini akan membawa pada kondisi relaksasi yang mendalam yang menyerupai kondisi deep sleep. Dalam kondisi meditatif inilah biasanya "Rest and Fulfillment Response" bekerja optimal. Sensasi yang dirasakan para paktisi meditasi ini adalah rasa damai, peningkatan awareness (kesadaran), perubahan persepsi dan kognitif, dll. Biasanya tujuan dari pernafasan meditatif adalah peningkatan kesadaran yang bagi sebagian kalangan seringkali disebut pencerahan. Peningkatan Awareness pada pernafasan meditatif yang bersifat "Rest and Fulfillment Response" dan melibatkan parasympathetic nervous system ini berbeda dgn peningkatan Awareness pada Pernafasan yang bersifat "Fight or Flight Response" yang melibatkan sympathetic nervous system. Kondisi Awareness dalam keadaan "Fight or Flight State" lebih bersifat Active Awareness
dimana seseorang secara aktif memilah informasi yang dianggap relevan dalam kondisi "Fight or Flight" sedang informasi yang tidak relevan akan cenderung diabaikan. Kondisi Awareness dalam "Rest and Fullfillment State" lebih bersifat Passive Awareness dimana seseorang menjadi lebih bisa menerima (receptive) terhadap segala informasi yang ada baik internal maupun eksternal tanpa ada proses aktif untuk memilah. Dalam kajian ilmu psikologi dikenal sebagai Active Awareness dan Passive Awareness. Sederhananya bisa dianalogikan sebagai berikut, dalam situasi "Fight or Flight Response" seseorang yang mengalami peningkatan awareness bisa mendengar adanya suara nafas lawan yang bersembunyi dibalik air terjun. Secara selektif suara air terjun diabaikan dan tidak terdengar lagi dan yang hanya didengar adalah suara nafas lawannya. Tetapi dalam kondisi "Rest and Fulfillment Response" yang bersifat meditatif seseorang bisa mendengar suara nafas lawan yang bersembunyi dibalik air terjun tanpa mengabaikan suara air terjun tersebut. Bagi orang tersebut baik suara air terjun ataupun suara nafas lawannya seperti suatu paduan suara orchestra musik yang saling mengisi. Bisa menerima segala informasi yang ada disekitar kita dan keseluruhan informasi ini menjadi satu orkestra yang harmonis inilah yang memberikan rasa damai dan kesatuan antara pengamat dan yang diamati. Bisa dikatakan secara subyektif bahwa sensasi dalam kondisi meditatif yang dirasakan adalah adanya penyatuan antara jagad alit/mikrokosmos/tubuh dan jagad gede/makrokosmos/alam karena pada kondisi meditatif ini mikrokosmos (tubuh) menjadi sangat receptive terhadap informasi yang ada pada makrokosmos (alam), seakan tidak ada batas lagi antara keduanya. Secara psikologi memang terdapat perbedaan sensasi yang dirasakan pada kedua mekanisme ini. Secara natural sebenarnya kedua mekanisme ini saling
melengkapi satu sama lain dan memiliki fungsinya masing-masing bukan sesuatu yang bertentangan. Sebenarnya sudah cukup banyak penelitian tentang Meditasi dilakukan oleh para ilmuwan di dunia barat. Pendekatan yang dilakukanpun sudah cukup beragam. Ada penelitian dengan metode pendekatan fisiologi hormon tubuh yang diakibatkan pengaruh Meditasi, metode pendekatan neurology pada Meditasi, pendekatan psikologi, medis, dll. Penelitian ini menarik karna berusaha untuk memahami lebih jauh bagaimana tubuh ini bekerja dalam kondisi meditatif. Penelitian ini melibatkan praktisi meditasi dari berbagai macam kalangan baik itu Yogist, Zen Buddist, Reiki, Tao, dll. Dari penelitian Neurology bisa diketahui pernafasan Meditasi yang bersifat "rest and fulfillment response" mengaktifkan parasympathetic nervous system yang berbanding terbalik dgn sympathetic nervous system yang dilakukan pada situasi "fight or flight respone". Dari sisi metabolism tubuh pada kondisi meditatif terjadi penurunan konsumsi oksigen, detak jantung, tingkat pernafasan dan tekanan darah. Dari sisi gelombang otak terjadi peningkatan gelombang alpha, theta dan delta yang menunjukan adanya penurunan tingkat stress (mengenai gelombang otak, silahkan membaca artikel saya sebelum ini untuk lebih jelasnya). Beberapa penelitian menunjukan pernafasan meditatif juga bisa mengontrol tingkat gula darah pada penderita diabetes dikarenakan penurunan metabolism tubuh pada kondisi meditatif ini. Berdasarkan penelitian dari sisi hormonal, pernafasan meditasi pada tingkat gelombang alpha dan theta pada otak akan berakibat pada peningkatan hormone DHEA (40-90%) dan Melatonin (90-300%). Peningkatan DHEA akan meningkatkan daya tahan tubuh terhadap penyakit. Sedang hormon Melatonin bersifat sebagai anti oksidan alami tubuh. Dalam kondisi meditatif pada tingkat gelombang delta pada otak akan berakibat pada peningkatan hormone HGH (Human Growth Hormone). Fungsi HGH adalah meningkatkan kekuatan otot dan tulang, mengurangi lemak tubuh, dan meningkatkan fungsi otak dan bersifat
antipenuaan tubuh alami. HGH biasanya banyak dihasilkan pada usia anak-anak dan semakin berkurang pada usia lanjut hingga 50% pada usia 50 tahun ke atas. HGH yang bersifat antiaging (anti penuaan) dipercaya sebagai penyebab para praktisi meditasi tingkat lanjut seringkali berusia panjang. Sayangnya penelitian yang sama belum pernah dilakukan pada MP. Padahal, jika kita amati sistem pernafasan MP, selain yang melibatkan sistem "Fight or Flight Response" seperti Pernafasan Power, MP juga memiliki sistem pernafasan yang melibatkan "Rest and Fullfilment Response" yang bersifat meditatif. Pernafasan pendukung latihan Getaran adalah salah satu pernafasan MP yang bersifat Meditatif seperti misalnya Nafas Pembersih. Selama ini belum ada penelitian ilmiah yang dilakukan untuk memahami pernafasan MP ini baik yang bersifat "Fight or Flight Response" maupun "Rest and Fullfillment Response". Sampai saat ini baru dilakukan penelitian dari sisi ATP yang dihasilkan dalam pernafasan power MP seperti yang dilakukan pada Operasi Seta I. Belum ada lagi penelitian tentang pernafasan MP dari sudut Muscle Fibers (serat otot) yang digunakan, Lactate Threshold, dll. Begitu pula belum pernah dilakukan penelitian terhadap system hormon tubuh dan hubungannya terhadap pernafasan MP baik yang bersifat Power maupun Meditatif. Jika kita asumsikan pernafasan pendukung getaran bersifat meditatif maka bisa dimengerti mengapa pada latihan Getaran ada keluhan terjadinya penurunan Power pada praktisi MP. Dari sisi hormon pernafasan meditatif akan mengaktifkan hormon yang bersifat menurunkan hormon yang dihasilkan oleh pernafasan power dan sisi neurology pernafasan meditatif akan menaktifkan parasympathetic nervous system yang akan menurunkan aktifitas sympathetic nervous system yang digunakan pernafasan Power. Hal ini bisa dipahami karna memang pernafasan yang bersifat meditatif (Rest and Fulfillment Response) bekerja sebagai counter balance (kebalikan) dari pernafasan Power yang bersifat "Fight or Flight Response". Pernafasan pendukung getaran yang bersifat meditatif adalah penyimbang bagi pernafasan power MP. Sama seperti halnya "Rest and
Fulfillment Response" adalah penyimbang dari "Fight or Flight Response" yang biasanya terjadi secara natural dalam kehidupan sehari-hari. Tetapi tentunya kepastian akan hal ini hanya bisa didapat jika dilakukan penelitian yang terukur tentang pernafasan getaran MP seperti yang sudah dilakukan pada pernafasan meditatif lainnya. Sampai saat ini, keilmuan modern mengenai tubuh manusia barulah sampai tahap ini yaitu system otot tubuh, system syaraf dan system hormon. Tentu bagi sebagian praktisi MP penjelasan berdasarkan keilmuan modern ini belum dianggap mewakili keseluruhan keilmuan MP. Misalnya keilmuan pamungkas MP yang mungkin akan sangat sulit dijelaskan dengan keilmuan modern yang ada saat ini. Keilmuan Pamungkas MP sepertinya mewakili suatu fenomena yang biasa disebut fenomena Mind Over Matter (MoM) atau pikiran yang melampaui materi. Mengenai kemungkinan mind over the matter seperti fenomena getaran / tenaga dalam untuk pematahan ataupun penghancuran benda keras tanpa sentuhan/jarak jauh dll berdasarkan keilmuan modern yang ada saat ini, memang belumlah diketahui bagaimana mekanisme tubuh yang mengaturnya. Salah satu kemungkinan penjelasan tentang hal ini adalah dengan Fisika Kuantum. Tetapi bagaimana kaitan antara Fisika Kuantum dengan keilmuan modern tentang mekanisme tubuh kita seperti sistem otot, sistem hormon, sistem syaraf, dll belum ada sama sekali hingga saat ini. Saya rasa sampai saat ini memang baru sampai disinilah perjalanan final dari keilmuan modern yang ada tentang tubuh kita. Jika kita ingin meneliti lebih jauh tentang bagaimana mekanisme dibalik fenomena Getaran MP dalam keilmuan pamungkas MP, mungkin kita harus meneliti lebih jauh lagi dan bahkan berani untuk membuka suatu daerah baru yang belum terpetakan dalam keilmuan modern saat ini. Dan jika kita ingin meneliti fenomena ini mungkin kita harus bertindak jauh seperti idiom yang sering digunakan dalam film serial Star Trek ... boldly go to where no one has gone before.
Apakah dengan pernafasan getaran yang bersifat meditatif akan membangkitkan kemampuan Mind over Matter (MoM) hingga tingkat pengendalian molekuler seperti dalam Fisika Kuantum? Dalam hal ini, mau tidak mau MP perlu menunjukan keilmuan pamungkas MP untuk diteliti secara ilmiah dan terukur. Karena hanya dengan demikian bisa membuka wawasan baru tentang kemampuan tubuh manusia yang mungkin belum terukur dalam metode ilmiah saat ini. Bahkan mungkin saja bisa membuka keterkaitan antara Fisika Kuantum dengan mekanisme tubuh manusia. Namun sebelum melangkah lebih jauh, saya pribadi berpendapat mungkin sebaiknya kita lebih fokus untuk meneliti keilmuan pernafasan MP berdasarkan keilmuan modern yang sudah ada saat ini seperti sistem otot tubuh, sistem syaraf dan sistem hormon seperti yang sudah dilakukan pada pernafasan meditasi yang lainnya. Penelitian ilmiah ini akan memberikan back up yang penting artinya bagi keilmuan MP di masa yang akan datang dan bisa mendukung lebih diterimanya MP dalam kalangan yang lebih luas sekaligus menepis anggapan MP itu klenik dikalangan tertentu. Dengan semakin kritisnya masyarakat kita saat ini, penelitian ilmiah terhadap sistem pernafasan MP akan memberikan backup keilmuan yang sangat penting bagi perkembangan Perguruan MP. Selain untuk memberikan hasil yang terukur dari metode Pernafasan MP seperti landasan ilmiah bagaimana kinerja Otot, Syaraf dan Hormon selama pelatihan MP serta kemungkinan efek sampingnya. Inilah yang saya lakukan melalui Kebugaran MP. Sampai saat ini masih banyak sebagian masyarakat yang beranggapan metode pernafasan dari berbagai macam perguruan beladiri tidak lebih hanyalah metode klenik yang dikemas dengan kemasan baru. Upaya sebagian perguruan beladiri yang berusaha meng-"ilmiah"-kan tenaga dalam hanya mengundang tanggapan sinis dan dianggap penjelasan yang diberikannya tidak lebih dari Pseudoscience (sains boong-boongan) karena tidak didukung oleh penelitian ilmiah yang valid
dan terukur. Dan saya pribadi pernah berhadapan dgn "kalangan ekstrim" ini yang beranggapan keilmuan tenaga dalam adalah klenik, sesat, syirik dan bahkan dengan mudah mereka mengkafirkan. Namun saya tidak bisa berbuat terlalu banyak untuk memberi dukungan ataupun pembelaan yang berarti karena memang belum adanya penelitian ilmiah yang valid tentang fenomena tenaga dalam yang dilakukan oleh perguruan beladiri yang ada di Indonesia. Ada memang beberapa yang sudah berani menulis, namun sulitnya akses terhadap tulisannya membuat lebih banyak biasnya daripada terangnya. Mungkin sudah saatnya kita belajar dari perkembangan Hipnosis. Dulupun Hypnosis yang dikenal sebagai Mesmerism sempat dianggap hanya sebagai Pseudoscience dan Hoax dalam Tantangan Skeptic yang dilakukan oleh Raja Perancis. Tetapi sebagian ilmuwan saat itu tertarik untuk meneliti fenomena Mesmerism dengan metode penelitian ilmiah yang valid, hingga akhirnya Mesmerism bisa diterima dikalangan ilmuwan dan berkembang menjadi Hypnosis Modern. Penjelasan Mesmerism yang berbau pseudoscience seperti magnetism, eter, dll kemudian pada Hypnosis Modern diganti dengan penjelasan yang berlandaskan pada keilmuan yang ada pada saat itu misalnya psikologi dan fisiologi. Walaupun banyak kalangan yang beranggapan fenomena Hypnosis adalah fenomena kolaborasi Jin dan Manusia (klenik) tetapi dengan didukungnya Hypnosis melalui begitu banyaknya penelitian ilmiah yang sudah dilakukan para ilmuwan di seluruh dunia maka perlahan tanggapan miring ini bisa ditepis. Penelitian ilmiah sudah memberikan backup yang kuat untuk menepis anggapan klenik yang berkembang di masyarakat kita terhadap Hypnosis Modern. Mungkin sudah saatnya MP melakukan hal yang sama. Dengan demikian MP akan lebih memiliki daya tahan keilmuan untuk menghadapi tantangan zaman di masa depan. Saya seringkali mengajak rekan-rekan anggota MP dimanapun, khususnya para mahasiswa yang saat ini sedang mengenyam pendidikan tinggi untuk mau menulis, mau menjadikan MP sebagai penelitian ilmiahnya. Para dokter, profesional medis, dll untuk mulai berani menulis secara umum mengenai aspek-aspek keilmuan Merpati Putih ditinjau dari disiplin ilmunya. Dengan cara
seperti inilah akupuntur berkembang menjadi ilmu modern sedemikian rupa sehingga bisa dipelajari oleh siapa saja tanpa harus khawatir seseorang dicap klenik. Dengan cara seperti ini juga Yoga berkembang mendunia. Dan dengan harapan ini jugalah mendiang guru besar mas Budisantoso berusaha membangun MP di tempat-tempat strategis akademis seperti LIPI, BATAN, BPPT, dll. Semoga bermanfaat. FENOMENA "TENAGA DALAM" Selama ini jika kita membahas Tenaga Dalam, biasanya Fenomena yang sering diajukan untuk membuktikan keberadaan Tenaga Dalam ini adalah Fenomena dimana pada saat terdesak seringkali manusia mampu melakukan hal-hal yang luar biasa, misalnya ketika dikejar anjing seseorang mampu melompati tembok yang tingginya 2 meter lebih, atau misalnya seorang ibu demi menolong anaknya mampu mengangkat mobil yang beratnya 1,5 ton lebih, dll. Fenomena seperti ini dianggap sebagai pembuktian bahwa masih ada kekuatan tersembunyi dalam tubuh manusia yang bersifat latent dan belum dibangkitkan. Kekuatan tersembunyi yang belum dibangkitkan inilah yang seringkali disebut Tenaga Dalam. Tetapi apakah memang Fenomena ini menunjukan adanya Fenomena Tenaga Dalam pada manusia ? Kembali semua itu berpulang pada apa yang kita sebut dengan 'Tenaga Dalam'. Dalam ilmu Fisiologi, fenomena ini seringkali disebut sebagai Hysterical Strenght. Namun sampai saat ini setahu saya belum ada penelitian yang serius mengenai fenomena ini. Salah satu sebabnya adalah karena sulitnya menduplikasi fenomena ini dalam suatu controled condition dalam laboratorium. Dari sudut pandang ilmu Fisiologi fenomena ini dijelaskan sebagai kinerja hormon tubuh dalam kondisi terdesak yang dikenal dgn fenomena Fight or Flight response. Fenomena ini dikenal juga sebagai fenomena Adrenaline Rush, karena hormone Adrenaline (Epinephrine/Norepinephrine) inilah yang memicu keluarnya "Tenaga Dalam" pada fenomena Hysterical Strenght tersebut.
Dalam kondisi terdesak secara alami manusia akan mengaktifkan self defence mechanism yang disebut Fight or Flight response. Tubuh akan mengaktifkan hormon Epinephrine dan Norepinephrine untuk melakukan Fight or Flight response terhadap situasi yang dihadapi. Hormon ini akan meningkatkan suplai oksigen dan gula darah ke Otak dan Otot dgn cara meningkatkan detak jantung, pernafasan, dan menstimulus sympathetic nervous system menjadi lebih aktif. Kenaikan suplai oksigen dan gula darah akan mensuplai lebih banyak energi pada otot, dan juga semakin aktifnya sympathetic nervous system akan mengakibatkan semakin banyaknya serabut otot yang bekerja pada fenomena ini sehingga merangsang mitokondria bekerja lebih banyak hingga menghasilkan pemecahan ATP plus energi yang lebih besar. Hal inilah yang memberikan Tenaga tambahan pada kinerja Otot tubuh diluar kondisi normal. Sedang kenaikan suplai oksigen dan gula darah pada Otak menyebabkan tingkat awareness/kesadaran yang semakin meningkat pada kondisi ini. Sederhananya pada kondisi ini Kekuatan Otot dan Tingkat Kewaspadaan meningkat - untuk sementara waktu menjelma menjadi seperti Spiderman dgn Kekuatan Otot diatas manusia normal dan Tingkat Kewaspadaan seperti memiliki "Spider sense". Fenomena inilah yang secara sederhana seringkali kita sebut sebagai fenomena Tenaga Dalam. Walaupun fenomena ini seringkali disebut Adrenaline Rush tetapi sebenarnya bukan hanya hormon Adrenaline (Epinephrine dan Norepinephrine) saja yang bekerja pada fenomena ini. Fenomena ini juga memicu hormon Dopamine (Excitement), Serotin (Pleasure) dan juga Endorphine (Analgesia). Jika pada kondisi tersebut Dopamine dan Serotine meningkat maka response yang akan muncul biasanya adalah response Fight - sensasi yang dirasakan biasanya adalah gejala penuh semangat, sedang jika sebaliknya maka response yang diambil adalah Flight - sensasi yang dirasakan biasanya adalah ketakutan dan tingkat stress meningkat. Sedang meningkatnya Endorphine akan menyebabkan analgesia tubuh meningkat, tubuh akan semakin tidak responsif terhadap rasa sakit (pain). Itu sebabnya dalam fenomena Fight or Flight ini tubuh seringkali tidak merasakan
rasa sakit dan lelah yang dialami tubuh pada saat itu akibat peningkatan hormone Endorphine dalam tubuh. Manusia adalah makhluk yang memiliki dimensi Fisik dan juga dimensi Non Fisik (Emosi, Perasaan dll) dan hormon adalah jembatan dari kedua dimensi ini. Keterkaitan antara dimensi Fisik dan Non Fisik (Emosi/psikologi) ini bisa kita lihat dalam Hypnosis. Fenomena Hysterical Strenght ini bisa diduplikasikan dgn baik dalam Fenomena Hypnosis. Dengan memberikan sugesti tertentu (Non Fisik - Psikologi) pada suyet, suyet bisa diminta melakukan suatu peragaan Hysterical Strenght (Fisik) tertentu, misalnya seorang ibu-ibu bisa diminta mengangkat beban berat yang tidak mungkin diangkat dalam kondisi normal, atau seorang wanita muda bisa diminta membengkokkan besi atau mematahkan pompa dragon dll. Tetapi yang perlu diingat adalah efek jangka panjang dari penduplikasian fenomena Hysterical Strenght seperti ini. Seperti kita ketahui peningkatan kadar hormon tertentu akan berakibat pada suatu kondisi emosi tertentu. Pada jangka panjang peningkatan hormon tertentu akan memicu ketidakseimbangan hormon tubuh.
Sedang
Ketidakseimbangan
hormone
tubuh
akan
memicu
ketidakseimbangan emosi (psikologi) begitu pula sebaliknya. Selain tentunya bisa berakibat pada kesehatan fisik tentunya. Jika kita melihat apa yang terjadi dalam tubuh kita dalam fenomena "Tenaga Dalam" atau yang disebut juga sebagai Hysterical Strenght ini dari sudut Fisiologi mungkin kita bisa mendapat sedikit gambaran, kira-kira apa yang terjadi di dalam tubuh kita dalam kondisi Latihan Pernafasan yang seringkali disebut sebagai duplikasi fenomena tersebut. Berbeda dgn Hypnosis yang menduplikasikan Fenomena Hysterical Strenght dari sudut Psikologi (Non Fisik). Pelatihan Pernafasan menduplikasikan fenomena ini melalui dua pendekatan baik Fisik maupun Non Fisik (Psikologi).
Pelatihan Fisik pada Latihan Pernafasan untuk menduplikasikan Fenomena Hysterical Strenght bisa kita lihat dgn Latihan Pernafasan yang dilakukannya, misalnya dgn melakukan Tahan Nafas pada postur tertentu dan dgn Otot dikejangkan secara penuh. Pada saat kita melakukan pelatihan dgn intesitas tinggi tubuh, dan juga pelatihan yang membutuhkan daya ledak tinggi seperti angkat beban, sprint, plyometric ataupun pelatihan Fast Twitch Fibers (serat otot kedut cepat) secara natural tubuh akan meningkatkan kadar epinephrine dalam tubuh. Selain itu kondisi Tahan Nafas secara mental juga menciptakan kondisi Fight or Flight response. Jadi bisa dikatakan Latihan Pernafasan seperti ini secara fisik sudah menduplikasi fenomena Hysterical Strenght itu sendiri - yang secara natural akan meningkatkan kadar hormon tubuh dalam pelatihan fisik tersebut. Tetapi sebenarnya selain latihan dgn pendekatan fisik, dalam Latihan Pernafasan ini masih ada satu jenis latihan lain yang bisa meningkatkan kadar Hormone dalam tubuh yaitu jenis latihan yang dikenal dengan Pelatihan Pernafasan dgn Visualisasi. Pada Pelatihan Pernafasan dgn visualisasi inilah Hormone Tubuh ditingkatkan tidak lagi dgn metode fisik tetapi hormon tubuh ditingkatkan melalui pendekatan Psikologi. Kapan waktu nanti saya akan bahas tersendiri mengenai Visualisasi dari sisi sains. Maka Pelatihan Pernafasan memiliki keunggulan dari metode Hypnosis dalam menduplikasi Fenomena Hysterical Strenght ini - yaitu Pelatihan Pernafasan tidak hanya menggunakan pendekatan Non Fisik (Sugesti - Visualisasi - Psikologi) saja tetapi juga melalui pendekatan fisik dalam latihan pernafasannya. Jika dalam duplikasi Hysterical Strenght dgn Metode Hypnosis biasanya efek samping pada tubuh baru dirasakan oleh suyet beberapa hari setelah duplikasi tersebut dilakukan. Misalnya ketika mengangkat beban diluar batas normal, setelah beberapa hari baru dirasakan efek rasa sakit ataupun nyeri pada otot tubuh suyet yang memang tidak terlatih fisiknya, atau pada duplikasi tahan pukul - suyet baru merasakan sakit beberapa hari kemudian setelah efek Endorphine tubuh hilang. Hal ini biasanya tidak dialami praktisi pernafasan karena kondisi fisik tubuhnya sudah jauh lebih terlatih dibanding suyet hypnosis.
Pelatihan Pernafasan memang bisa dikatakan penduplikasian Fenomena Hysterical Strenght yang dilakukan baik melalui Pelatihan secara fisik maupun non fisik Tetapi yang perlu diingat adalah jika tujuan pelatihan pernafasan diasumsikan agar fenomena Hysterical Strenght ini bisa kita duplikasikan sesuai dgn keinginan kita. Tentunya peningkatan hormon seperti Dophamine, Epinephrine / Norepinephrine, Endorphine etc dalam tubuh perlu diwaspadai efek sampingnya. Peningkatan hormon tertentu bisa berakibat pada kesehatan fisik secara sebagian maupun keseluruhan. Di sini saya hanya mencoba melihat dari kesehatan psikologi praktisi pernafasan yang diakibatkan pelatihan pernafasan yang tidak seimbang dan dilakukan dgn sembrono yang menghasilkan efek mental yang "panasan/bludrekan/emosian/mutungan". Peningkatan Dophamine biasanya akan berakibat kepada kelainan psikologis seperti
Scizhopphrenia
dan
Hyperactive.
Peningkatan
Epinephrine/Norepinephrine akan cenderung membuat kelainan psikologis peningkatan agresivitas. Peningkatan Endorphine akan menyebabkan dissasosiatif pikiran dan tubuh. Seringkali efek samping inilah yang menjadi celah sebagian kalangan untuk menyerang praktisi pernafasan - seperti banyak sekali kelainan psikologis yang seringkali dialami oleh praktisi Tenaga Dalam diasosiasikan dgn fenomena gangguan jin. Misalnya peningkatan emosi Praktisi Tenaga Dalam seringkali dikaitkan sebagai ulah Jin yang ada dalam tubuh praktisi tersebut. Begitu pula latihan yang melibatkan Visualisasi yang intesif tetapi dilakukan secara sembrono bisa mengakibatkan ketidakseimbangan Hormone tubuh dan biasanya dalam kondisi extreme bisa dilihat sebagai gangguan jiwa pada praktisi Tenaga Dalam atau yang seringkali dituduhkan sebagai gangguan jin oleh sebagian kalangan tertentu. Saya pribadi beranggapan sebelum lebih jauh menyalahkan jin mungkin sebaiknya kita meneliti lebih dalam lagi ketidakseimbangan homonal tubuh yang
diakibatkan pelatihan pernafasan yang tidak seimbang ini - dan jika dimungkinkan tentunya perlu diadakan perbaikan SOP Latihan untuk perbaikan kedepannya. Kaidah tradisional MP, sebagaimana kaidah tradisional umumnya, memberikan panduan bahwa saat berlatih itu jangan berambisi untuk bisa sakti bisa ini itu. Ini adalah "rem" tradisional untuk mencegah terjadinya ketidakseimbangan hormon tubuh. Dengan membuang jauh-jauh ambisi untuk bisa sakti ini itu dan menggantinya dengan penyikapan hati yang nrimo/pasrah berujung ikhlas maka sebenarnya kita sedang diselamatkan. Keseimbangan diri sedang dijaga. Pengaruh latihan panas sedang didinginkan. Maka, jangan sepelekan hal-hal seperti ini. Kecenderungan manusia yang ingin terlihat 'lebih' dimata orang lain, seringkali membutakan akal sehat sehingga berlatih dengan ambisi tertentu. Atau ujiannya malah datang ketika 'kesaktian' itu didapatkan. Mendadak sifatnya jadi berubah. Kembali lagi kepada prinsip bahwa MP sebagai Jalan Hidup, maka semestinya jalan hidup yang ditempuh akan membawa praktisinya kepada kebaikan hidup, kercerdasan diri lahir batin, kesamaptaan jasmani, dan hal-hal lain yang membaik. Semoga bermanfaat. Sehat, Bugar, dan Powerfull bersama Kebugaran Merpati Putih! Salam
hangat,
MG 7 HORMON Di dalam tubuh manusia terdapat ratusan hormon. Namun baru dalam hitungan puluhan saja yang sudah dikenali. Sebagian besar masih diteliti dan masih misteri. Kekuatan dan daya apa yang tersembunyi di dalamnya masihlah belum bisa dipecahkan secara utuh hingga saat ini. Merpati Putih, sebagai salah satu beladiri yang dikenal berdasarkan kaidah Olah Rasa, maka sedikit banyak mestilah harus belajar dan membuka diri untuk mengenal fungsi-fungsi hormon di dalam tubuh
manusia. Hormon, oleh dunia modern dikenal sebagai "gerbang jiwa" atau "gerbang rasa". Mempelajarinya paling tidak akan memudahkan seseorang mendapatkan pemahaman akan suatu kondisi kejiwaan seseorang dan dapat melakukan perbaikan apabila dirasa terjadi anomali atau ketidakseimbangan pada jiwa yang bersangkutan. Berdasarkan pemahaman itu saya tuliskan dibawah ini 7 molekul otak (hormon) dan gambaran umum mengenai bagaimana ia dihubungkan dengan perasaan. 1. Endocannabinoids, dikenal sebagai "Molekul Kebahagiaan". Pada awalnya diproduksi oleh sejenis tumbuhan yang masuk pada golongan "cannabis" dan memiliki reseptor CB-1 dan CB-2. Anandamide (dari bahasa Sansekerta 'ananda' yang artinya Bahagia) merupakan jenis endocannabinoid yang umum dikenal. Menariknya, paling tidak terdapat 85 jenis cannabinoid yang berbeda di alam ini yang diambil dari tumbuhan Cannabis. Setiap dari jenis cannabinoid ini akan menghasilkan efek bahagia yang berbeda kadarnya antara satu dengan yang lainnya dalam mempengaruhi kesadaran manusia. Studi yang dilakukan oleh Universitas Arizona (publikasi bulan April 2012), menjelaskan bahwa Endocannabinoids kebanyakan dipergunakan sebagai bahan untuk "mabok berat" (istilahnya 'fly'). Pada penelitian dengan manusia dan hewan (anjing) ditemukan bahwa kadar endocannabinoid pada saat seseorang mulai masuk fase mabuk menjadi semakin tinggi. Apapun penyebab mabuknya. Pada penelitian lain, ketika meneliti BBB (blood-brain barrier) atau Penghalang Darah dan Otak ditemukan bahwa molekul Endorphine terlalu besar untuk bisa masuk ke dalam jaringan BBB dan ia tidak bertanggungjawab terhadap kondisi 'mabuk berat' melainkan molekul Endocannabinoids lah yang paling bertanggungjawab dalam hal ini. Sehingga obat-obatnya yang diracik atau dibuat dari turunan tumbuhan Cannabis akan menghasilkan efek 'mabuk berat' yang luar biasa. Seakan-akan ia merasa 'bahagia' padahal sebenarnya itu adalah kebahagiaan semu karena ia tidak menyadarinya.
2.
Dopamin,
dikenal
sebagai
"Molekul
Penghargaan".
Dopamin
bertangunggjawab pada suatu kebiasaan-kebiasaan yang menghasilkan kondisi kesenangan/kenikmatan. Setiap jenis kegiatan yang diberikan suatu penghargaan tertentu akan meningkatkan level Dopamin ke otak. Jadi, jika Anda ingin membuat Dopamin muncul segera buatlah sebuah tujuan lalu raihlah tujuan itu. Banyak dari obat-obatan terlarang seperti misalnya Kokain dan Methamphetamine bisa mempengaruhi sistem Dopamin secara langsung. Kokain akan melakukan 'bloking' terhadap penyerapan Dopamin, membuat sistem syaraf yang terkait kepadanya memiliki celah yang lebih besar. Pendekatan ini digunakan pada orangorang yang memiliki mental 'ekstrovert' atau kepribadian yang sangat mudah untuk berekspresi atau mengekspresikan diri. Diketahui bahwa pada orang-orang yang mudah untuk mengekspresikan diri terjadi peningkatkan level dopamin di otaknya dibandingkan rata-rata orang normal. Membuat sebuah tujuan lalu berusaha meraih tujuan itu akan menyebabkan level Dopamin meningkat di otak. 3. Oksitosin, dikenal sebagai "Molekul Pengikat". Oksitosin (oxytocin) merupakan hormon yang secara langsung terkait dengan rasa percaya dan kesetiaan. Pada beberapa studi ilmiah, kadar tinggi hormon ini akan berkorelasi dengan hal-hal romantis. Studi lain juga menunjukkan bahwa jika satu pasangan kekasih terpisah dalam waktu yang cukup lama maka kadar hormon Oksitosin menurun sehingga ia tidak dapat merasakan lagi ikatan dengan pasangannya. Kontak kulit, kontak mata, perhatian, rasa cinta kasih, dan keintiman hubungan adalah kunci dari rasa bahagia. Di dalam dunia digital, dimana kita sering merasa "sendiri secara bersama" melalui peralatan digital, adalah sangat perlu untuk berkumpul membentuk kelompok dan secara tatap muka melakukan aktivitas fisik. Misalnya dengan berlatih silat bersama, atau olahraga bersama, atau joging bersama. Hal ini diperlukan agar hormon Oksitosin tetap terjaga kadarnya dalam kaitannya merasakan hubungan fisik antar manusia.
Studi ilmuwan yang dilakukan tahun 2003 pada majikan dan anjingnya menunjukkan bahwa level Oksitosin akan meningkat manakala antara majikan dan anjing sering melakukan aktivitas untuk saling berpelukan. Studi itu mengatakan bahwa jika seseorang tidak punya orang lain untuk dipeluk, maka carilah alternatif binatang peliharaan agar level Oksitosin tetap dapat terjaga. 4. Endorfin, dikenal sebagai "Molekul Penghilang Rasa Sakit". Nama Endorfin diterjemahkan kedalam "self-produce morphine" atau "morfin yang dapat diproduksi secara mandiri". Endorfin berfungsi seperti layaknya "candu" yang mempunyai manfaat analgesic (anti rasa sakit). Endorfin diproduksi oleh kelenjar Pituari dan Hipotalamus melalui suatu aktivitas fisik berat, aktivitas seksual bersama pasangan hingga orgasme. Apabila seseorang sering melakukan aktivitas fisik berat maka otak akan memproduksi hormon endorfin dalam jumlah cukup. Endorfin jarang dikaitkan dengan kondisi "mabuk berat" dibandingkan dengan Endocannabinoids, namun ia terhubung pada aspek "tanpa rasa sakit" pada suatu latihan aerobik. Menariknya, endorfin akan dihasilkan dalam jumlah yang lebih banyak manakala latihan itu bersifat 'high intensity anaerobic', kardio, dan latihan penghasil kekuatan (power). Tahun 1999, ilmuwan melaporkan bahwa memasukkan jarum akunpuntur pada titik tubuh secara spesifik akan meingkatkan produksi endorfin. Pada studi lain dikatakan bahwa level Endorfin yang lebih tinggi ditemukan pada cairan Cerebrospinal setelah pasien beberapa kali diterapi akupuntur. 5. GABA, dikenal sebagai "Molekul Anti-Gelisah". GABA adalah sebuah molekul penghambat yang dapat menurunkan kemampuan syaraf dalam menghasilkan rasa tenang. Seseorang dapat meningkatkan hormon GABA melalui latihan-latihan seperti Yoga, Meditasi, atau menjalani latihan yang bersifat "Rest and Fullfillment Response". Benzodiazephines (Valium dan Xanax) berfungsi sebagai zat anti gelisah atau anti depresi, ia meningkat jumlahnya di dalam tubuh manakala seseorang berlatih hingga kadar hormon GABA meningkat. Namun obat-obatan
anti gelisah (Valium dan Xanax) akan menyebabkan terjadinya resiko ketergantungan, sedangkan zat alamiah tubuh tidak. Studi yang dilakukan oleh "Journal of Alternative and Complementary Medicine" menemukan bahwa terjadi kenaikan 27% pada hormon GABA manakala seseorang berlatih Yoga selama 60 menit dibandingkan seseorang yang melakukan aktivitas membaca buku selama 60 menit. 6. Serotonin, dikenal sebagai "Molekul Rasa Percaya Diri". Serotonin memainkan banyak peranan penting pada tubuh manusia. Kaitan antara level Serotonin yang tinggi dan kurangnya sensitivitas penolakan akan sesuatu membuat seseorang menempatkan dirinya pada situasi yang akan mempengaruhi penilaian akan harga dirinya, meningkatkan rasa kekhawatiran dan menciptakan rasa memiliki. Untuk meningkatkan kadar hormon jenis ini, tantanglah diri kita secara bertahap dan terus menerus pada suatu kondisi yang menghasilkan rasa memiliki akan sesuatu yang berarti. Sering berkata "Saya bisa!" pada suatu aktivitas yang sedang dilakukan terbukti akan menghasilkan kadar Serotonin yang lebih banyak. Ini juga sekaligus akan meningkatkan harga diri dan menimbulkan rasa aman dan tenang. Berbagai variasi dari obat anti-depresan disebut dengan Serotonin-Specific Reuptake Inhibitors (SSRIs) seperti misalnya Prozac, Celexa, Lexapro, Zoloft, dll. Obat jenis ini memiliki indikasi utama untuk menangani masalah depresi (tekanan) seperti misalnya kegelisahan, panik, Obsessive Compulsive Disorder (OCD, yakni sebuah kondisi psikologis yang ditandai dengan perilaku pengulangan yang disebabkan oleh ketakutan akan pikiran yang tidak masuk akal), masalah makan, sakit yang parah, dan gangguan pasca trauma (PSTD). SSRIs diberikan karena ia bekerja dengan cara menjaga Serotonin pada syaraf lebih lama dibanding pada umumnya ia dihasilkan sehingga reaksi ini akan memicu rasa lebih bahagia. Secara teoritis, jika Serotonin merupakan satu-satunya hormon yang bertanggungjawab untuk depresi, maka pengobatan jenis ini seharusnya dapat diberikan untuk siapapun. Namun bagaimanapun juga beberapa
orang yang tidak merespon obat berjenis SSRIs ini, namun ia merespon pada pengobatan yang mempengaruhi hormon GABA, dopamin, atau Noreprinephrine. Ilmuwan masih belum memahami seutuhnya apa peran utama dari Serotonin pada kasus gangguan kejiwaan seperti kenapa pada pasien yang begitu percaya pada dokter atau psikiater lalu diberikan obat tertentu akan lebih berhasil dibandingkan mereka yang tidak percaya. Ini menunjukkan bahwa bahkan obat anti depresi punn bekerja pada tiap orang secara berbeda-beda. 7. Adrenalin, dikenal sebagai "Molekul Energi". Adrenalin, secara teknis dikenal sebagai Epinephrine (biasa disingkat "Epi-Pen"). Ia berperan besar pada mekanisme "Fight or Flight Response"). Telepasnya Epinephrine menyebabkan terjadinya luapan energi yang sangat tinggi. Adrenalin menyebabkan peningkatan detak jantung, tekanan darah, menyebabkan menyempitnya pembuluh darah yang kurang penting dan meningkatkan darah ke otot-otot yang lebih besar. Hormon ini sudah bisa diproduksi di laboratorium dan digunakan sebagai terapi pada reaksi alergi yang akut. Apabila terjadi kondisi ketakutan yang luar biasa, maka tubuh akan membentuk mekanisme yang disebut dengan "Adrenaline Rush". Ia akan dipicu oleh suatu kondisi yang dianggap sangat membahayakan diri. Seseorang dapat membuat sebuah kondisi yang bersifat "Adrenaline Rush" melalui bernafas cepat yang sangat pendek sembari mengkontraksikan otot-otot. Latihan ini dapat berguna sesekali khususnya pada saat tubuh kita butuh untuk segera bersemangat. Sebuah lonjakan Adrenalin membuat seseorang merasa sangat bersemangat. Ia dapat menjadi obat bagi kebosanan, rasa tidak enak, dan kejenuhan. Mengambil resiko, dan melakukan hal-hal yang menakutkan yang membuat seseorang keluar dari zona nyaman akan meningkatkan kadar hormon ini dalam jumlah besar. Bagaimanapun juga, ada sebagian orang yang melakukan kegiatan-kegiatan penuh resiko tinggi untuk mendapatkan reaksi "Adrenaline Rush" ini seperti misalnya aktivitas Parkour, atau balapan kendaraan, atau aktivitas sejenis dengan itu.
KESIMPULAN Tidak ada satupun sudut pandang di dunia ini yang dapat menjelaskan secara pasti bagaimana cara menyeimbangkan kondisi kimiawi tubuh yang terkait dengan sebuah rasa tertentu. Meskipun seluruh jenis hormon diketahui dan dapat dibuatkan sintesa di laboratorium, tetap saja ada banyak wilayah yang masih abuabu yang menunjukkan bagaimana sesungguhnya semua hormon itu saling bekerja, saling mempengaruhi satu sama lain. Bagaimana bisa sekian ratus hormon itu ada di dalam tubuh manusia dan saling menyeimbangkan satu sama lain. Meski demikian, kita bisa mengambil pelajaran dari fungsi-fungsi spesifik setiap hormon untuk kasus per kasus. Pada tulisan saya mengenai "Fenomena Tenaga Dalam" sudah saya jelaskan secara singkat bagaimana kecenderungan pengaruh hormon ini pada aktivitas yang sering dikenal dengan "kemampuan supranatural" atau "kemampuan manusia super". Adrenalin Rush yang ditingkatkan sedemikian rupa membuat orang bisa melompat tinggi mendadak, berlari sangat cepat, atau mengangkat beban berat yang luar biasa. Kemampuan luar biasa dari fungsi hormonal ini terus diteliti secara ilmiah untuk menghasilkan ragam "manusia super". Salah satu tools tradisional untuk menuju kesana adalah latihan Merpati Putih. Namun manakala melihat maksud dan tujuan penciptaan ilmu Merpati Putih berdasarkan Amanat Sang Guru yang berada pada jujur dan welas asih, percaya pada diri sendiri, selaras dan seimbang dalam kehidupan sehari-hari, dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, sesungguhnya Merpati Putih tidak mengajarkan untuk menjadi seorang "manusia super". Sehingga makna "Kembali ke Hakekat" adalah kembali bagaimana kita mengikuti dasar penciptaan ilmu MP ini. Dengannya, keseimbangan hormon dapat tercapai secara wajar. Terlalu mengejar kesaktian, menyebabkan terjadinya peningkatan "Adrenalin Rush" yang sangat tinggi. Karena lokasi hormon Adrenalin ini ada di atas Ginjal dan menempel, maka mudah bagi praktisi yang ambisinya kesana untuk terkena masalah pada Ginjal. Apalagi manakala tidak diparalelkan dengan pengetahuan mengenai ilmu Nutrisi. Demikian juga pada praktisi yang sangat mengejar ambisi untuk bisa "Getaran
Tutup Mata" sehingga berlatih terus menerus secara mengurung diri dari dunia luar akan menyebabkan hormon Oksitosin menjadi melimpah ruah, akibatnya ia jadi sulit bersosialisasi dengan orang lain. Rasa percaya dirinya yang sangat tinggi menyebabkan otaknya menterjemahkan bahwa ia adalah orang yang hebat. Ini akan memutus ikatan antar manusia. Dan lain sebagainya. Maka solusi aman dari berlatih MP adalah ... kembali ke Hakekat ... sebagaimana Amanat Sang Guru dilimpahkan kepada kita semua. Semoga bermanfaat. ISOMETRIC EXERCISE, DYNAMIC EXERCISE, DAN PLYOMETRIC EXERCISE
DALAM
BELADIRI
TIMUR
(Bagian 1) Tulisan saya kali ini akan mengupas secara singkat mengenai latihan-latihan yang ditinjau dari sisi Fisiologi Latihan. Di dalam pembelajaran mengenai Fisiologi Latihan didapati ada beberapa jenis golongan latihan. Ada yang disebut dengan Isometric Exercise, Dynamic Exercise, Plyometric Exercise, dll. Seni olah nafas MP juga termasuk di dalam kategori tersebut. Maka memahami bagaimana cara kerja otot sesungguhnya juga akan membuka pintu pengetahuan baru yang saya percaya sangat bermanfaat bagi para pelatih dalam memberikan pemahaman kepada anggotanya. Berbicara otot maka akan terkait dengan beberapa hal seperti misalnya kontraksi otot (muscle contraction), serat otot (fiber muscle), peregangan otot (stretching), dan lain sebagainya. Berdasarkan analisa mekanika otot, bisa dikatakan otot bekerja seperti layaknya pegas (per). Pegas yang ditekan akan berusaha kembali ke panjang semula demikian pula otot yang dibebani (stretching) akan berusaha kembali kebentuk semula (contraction).
Sedang dari analisa system syaraf, ketika otot melakukan stretching maka system syaraf akan bekerja lebih aktif untuk melindung otot dari cidera. Ada semacam energi potential yang bekerja agar otot tidak over stretching. Hal ini dikenal dengan istilah Stretch Reflex. Stretch Reflex ini mengaktifkan lebih banyak serat otot yang akan menyimpan energi potensial yang siap digunakan untuk melakukan suatu aktifitas dan juga untuk melindung otot dari cidera. Hanya saja jika energi potential yang timbul sesaat akibat Stretch Reflex ini tidak dimanfaatkan dengan segera maka energi potential ini akan segera hilang. Salah satu jenis latihan otot yang memanfaatkan energi potensial yang didapat dari Stretch Reflex ini adalah Plyometric Exercise. Plyometric Exercises bertujuan untuk meningkatkan kecepatan muscle contraction sehingga tubuh bisa menghasilkan explosive power yang paling optimal. Cara kerjanya biasanya dengan mengaktifkan (Stretching) terlebih dulu otot yang akan digunakan kemudian dengan melakukan suatu hentakan (Contraction) otot tsb "dipaksa" untuk bergerak secara cepat dan explosive. Misalnya dalam latihan Squat Jump, sebelum melakukan suatu loncatan badan harus direndahkan terlebih dahulu untuk memberi beban sesaat pada otot-otot kaki (Stretching), pada saat inilah timbul energi potensial dari Stretch Reflex. Dan begitu badan direndahkan (Squat) harus segera diikuti dengan gerakan meloncat (Jump) secepat dan se-explosive mungkin untuk memanfaatkan energi potential yang didapat dari Stretch Reflex. Waktu antara Stretching (Squat) dan Contraction (Jump) harus seminimum mungkin. Dan Contraction harus dilakukan secepat dan se-explosive mungkin. Ini prinsip pelatihan Plyometric. Ketika dulu saya melakukan studi banding dengan Kungfu dari China, saya mengamati salah satu jenis Kungfu yang menjadi favorit saya yakni Xinyiquan. Selain Xinyiquan juga ada banyak aliran kungfu yang menggunakan Neijia (olah dalam) yang mengandalkan Fa Jin (ledakan tenaga), namun saya akan fokus pada studi banding Xinyiquan dulu saja agar mudah untuk dipahami.
Jika kita amati pola pelatihan Xinyiquan sangat menarik sekali. Karna pola latihan Xinyiquan benar-benar memanfaatkan pola latihan Isometric dan Plyometric secara berkesinambungan. Saya ambil contoh latihan yang sangat terkenal yakni latihan Zhan Zhuang. Jika kita pernah melihat di taman ada seorang yang sedang berdiri mematung dengan kedua tangan seperti sedang 'memeluk' pohon besar maka seperti itulah latihan Zhan Zhuang. Latihan Zhan Zhuang merupakan pelatihan dasar Neijia yang bersifat Isometric Exercise. Berdasarkan analisa mekanika otot bisa dikatakan bahwa pelatihan Isometric bertujuan melatih otot Postural yaitu otot-otot yang mempertahankan suatu postur tubuh secara keseluruhan. Dengan pelatihan Isometric ini bisa dikatakan seluruh otot tubuh yang digunakan untuk mempertahankan suatu postur dipaksa untuk bekerja. Otot Postural ini tersebar pada seluruh tubuh dan otot jenis inilah yang menjadi dasar prinsip "Whole Body Movement" dari Neijia berbeda dengan "Sectional Power" dari Waijia (olah luar) yang lebih memanfaatkan Otot Phasic yaitu otot yang digunakan untuk melakukan suatu gerakan khusus. Ketika kita akan mengambil sesuatu dengan tangan kita biasanya kita hanya akan menggerakan otot-otot lengan saja tidak otot tubuh lainnya seperti otot kaki misalnya, inilah yang disebut dengan Otot Phasic. Kecuali mungkin praktisi yang sangat mahir mungkin akan menggunakan Otot Posturalnya (dari otot kaki hingga otot jari sebagai sebuah rangkaian) ketika tangannya akan mengambil gelas misalnya. Dari analisa System Syaraf juga tidak kalah menariknya, seperti dalam penjelasan di atas dikatakan dengan melakukan latihan Zhan Zhuang (ataupun latihan Isometric lainnya) maka otot Postural lah yang aktif bekerja. Dan karena Otot Postural tersebar diseluruh tubuh kita maka bisa dikatakan pada pelatihan Isometric, system syaraf yang tersebar pada seluruh tubuh juga dipaksa untuk bekerja lebih aktif lagi. Dan system syaraf bisa dikatakan dikontrol melalui
pikiran kita. Ini sebabnya bisa dikatakan pelatihan Zhan Zhuang dan pelatihan Isometric lainnya lebih menitikberatkan pada penggunaan Pikiran dibanding Otot Tubuh. Syaraf yang tersebar pada otot Postural ini menariknya juga merupakan syaraf Vagus. Silahkan dibaca kembali apa itu Syaraf Vagus pada artikel saya di group ini mengenai "Hiperbarik Oksigen". Pelatihan Zhan Zhuang yang menitikberatkan pada pelatihan otot Postural yang tersebar diseluruh tubuh kita ini yang akhirnya melatih pikiran kita, melalui System Syaraf Vagus, untuk merasakan tubuh sebagai satu kesatuan yang utuh. Dalam buku "Xing Yi Nei Gong: Xing Yi Health Maintenance and Internal Strength Development" yang ditulis oleh Dan Miller dan Tim Cartmell, dikatakan, "At the outset of training, the internal arts place the greatest emphasis on refining and training the nervous system to control the body. In contrast, most external styles emphasize increasing strength and endurance (external power) as the base upon which martial technique will be built." (Pada awal pelatihan, seni olah dalam (tenaga dalam) menempatkan penekanan pada melatih sistem syaraf untuk melakukan kontrol terhadap tubuh. Sebaliknya, pada kebanyakan seni olah luar (tenaga luar) menekankan pada peningkatan kekuatan dan daya tahan (kekuatan eksternal) sebagai dasar dari teknik-teknik beladiri yang akan dibangunnya). Jika saya bandingkan antara Karate dengan Taijiquan (di Indonesia disebut dengan "tai chi"), kita bisa lihat perbedaan antara pelatihan Taijiquan yang menitikberatkan melatih Nervous System ( Sistem Syaraf ) untuk mengontrol tubuh dengan pelatihan Karate yang lebih menekankan Strenght and Endurance misalnya. Nervous System (Mind/Pikiran) erat kaitannya dengan Postural Muscles, sedangkan Strength and Endurance (Body/Otot Tubuh) erat kaitannya dengan otot Phasic. Jadi pelatihan Zhan Zhuang (ataupun jenis pelatihan Isometric lainnya) pada Xinyiquan dan aliran kungfu berbasis olah dalam lainnya bertujuan meletakan
dasar untuk pelatihan Postural Muscle dan juga System Syaraf tubuh secara keseluruhan (Postural + Vagus). Namun ada bagian yang menariknya, yakni bahwa pelatihan dalam Xinyiquan tidak berhenti pada latihan Isometric saja tetapi kemudian berlanjut dengan latihan Plyometric. Tahap berikutnya pada pelatihan Xinyiquan setelah Zhan Zhuang (Isometric Exercises) adalah pelatihan Power (Plyometric Exercises) yang dilakukan dalam bentuk pelatihan Wuxing Quan (jurus Five Element Fist atau Jurus Lima Elemen). Jurus "Five Element Fist" merupakan jurus yang diawali dari suatu sikap awal tertentu kemudian dilanjutkan dengan gerakan menghentak yang cepat dan explosive untuk memanfaatkan energi potential (Stretch Reflex) yang didapat dari sikap awal tsb (pahami konsep Squat Jump yang saya jelaskan diatas). Salah satu gerakan jurusnya adalah mengangkat tangan tinggi kebelakang kepala lalu menghentakkan keras ke bawah (seperti gerakan Tebangan Kebawah, bisa juga menggunakan kepalan tangan, punggung tangan, apapun). Setelah beristirahat sejenak, kemudian gerakan jurus tsb diulangi lagi terus menerus dalam repetisi yang biasanya sangat ekstrim (ribuan kali, puluhan ribu kali selama bertahuntahun dan itu-itu saja gerakannya). Kita bisa juga membandingkan dengan pelatihan Plyometric modern yang menggunakan bola sebagai beban. Bola kita pegang dengan kedua tangan, lalu kita angkat tinggi-tinggi dan kemudian bola dibanting ke lantai dengan sangat kuat (Slams). Terlihat kemiripannya bukan ? Keduanya dimulai dengan menarik tangan ke arah belakang kepala (Stretching) terlebih dahulu kemudian membanting tangan (Contraction) ke bawah secepat dan se-explosive mungkin. Ada juga latihan bola dimana bola kita pegang dengan kedua tangan, lalu dekatkan ke dada, seketika itu lontarkan dengan kedua tangan sekuat dan seexplosive mungkin ke depan (explosive start throwing ball). Nah, pada jurus "Five Element Fist" juga ada latihan jenis itu yakni dalam bentuk pukulan yang menggunakan prinsip yang tidak jauh berbeda dengan Explosive Start Throwing
Ball dari Plyometric Exercise. Gerakan dimulai dengan menarik tangan ke arah dada (Stretching) diikuti dengan melempar tangan ke depan secepat dan seexplosive mungkin. Semua dimulai dengan suatu Sikap Awal (postur awal ini untuk mengaktifkan otot Postural) diikuti dengan gerakan cepat dan explosive. Waktu antara Sikap Awal dan Gerakan Cepat Explosive diusahakan seminimum mungkin agar tidak ada kehilangan Energi Potential yang didapat dari Stretch Reflex. Baik Power Training Xinyiquan ataupun Plyometric Exercise dilakukan dengan cara melakukan Gerakan Sederhana tsb berulang kali. Menarik bukan. Latihan Fa Jin (ledakan tenaga) yang dilakukan melalui pelatihan Wuxing Quan ini benar-benar memanfaatkan energi potential yang didapat dari Stretch Reflex dengan optimal. Cepat, penuh tenaga dilakukan dengan satu hentakan yang semua dimulai dari Postural Muscle ( Sikap Awal ) yang bertujuan untuk mengaktifkan Stretch Reflex. Bisa dikatakan Zhan Zhuang yang bersifat Isometric menjadi dasar untuk mengaktifkan System Syaraf dan Otot Postural yang digunakan pada Sikap Awal suatu jurus. Dengan semakin aktifnya System Syaraf dan Postural Muscle maka akan semakin besar energi potential yang didapat dari Strecth Reflex ketika melakukan Sikap Awal. Energi Potential yang dihasilkan dari Sikap Awal ini kemudian digunakan dengan baik pada pelatihan Wuxing Quan yang bersifat Plyometric. Dari sini bisa dilihat suatu kesinambungan pola latihan Isometric dan Plyometric dalam Xinyiquan. Tujuan pelatihan Zhan Zhuang adalah agar tubuh memiliki energi potential yang besar, sedangkan pelatihan Wuxing Quan bertujuan untuk memanfaatkan energi potential tsb sebaik mungkin.
Jadi bisa dikatakan Zhan Zhuang (Isometric) mempersiapkan praktisi untuk mendapatkan energi potential sebesar mungkin sedang Wuxing Quan (Plyometric) mempersiapkan praktisinya untuk mampu mengubah energi potential tsb menjadi energi kinetik seoptimal mungkin. Dalam pelatihan modern Plyometric Exercise dikenal rentan menimbulkan cidera karena sifat latihannya yang menuntut dilakukannya sebanyak mungkin repetisi gerakan yang bersifat explosive dalam waktu sesingkat mungkin. Tampaknya para master beladiri di dunia Timur seperti di China ini sudah mengetahui hal ini. Untuk itu sebelum melakukan pelatihan yang bersifat Plyometric (seperti Wuxing Quan) perlu dilakukan suatu pengkondisian terlebih dahulu pada tubuh. Dan pelatihan yang bersifat Isometric (seperti Zhan Zhuang) inilah yang diperlukan. Sebagai pembanding lain, saya akan jelaskan bagaimana Strength Training Programs dalam Olahraga Tinju. Saya rasa ini menjadi program latihan standard untuk cabang beladiri lain seperti MMA misalnya : http://www.sport-fitness-advisor.com/strengthtrainingprogra… Perhatikan tabel "Strength Phases for Boxer" (ada dibagian bawah artikel tsb) sebelum Pertandingan (F) untuk periode latihan pada bulan Sep-Dec. Strength Training Programs dibagi menjadi program Basic Strength, Maximal Strength, Conv to P, Mantain P and ME hingga hari F (Fight). Pelatihan diawali dengan program Basic Strength (BS) biasanya fokus pelatihan pada tahap ini adalah pada Core Strength Training (Pelatihan Core Muscle) tujuan program ini mempersiapkan otot tubuh agar tidak mudah mengalami cidera pada program latihan yang lebih berat. Kemudian pelatihan dilanjutkan dengan program latihan Maximal Strength (MS), program latihan ini melibatkan pelatihan angkat beban seperti Bench Presses, Dead Lift dsb. Tujuan latihan ini untuk meningkatkan kekuatan maksimal otot.
Setelah otot mengalami peningkatan kekuatan maksimal dari program Maximal Strength kemudian program latihan selanjutnya adalah mengconvert kekuatan maksimal otot ini menjadi Power (Conv. to P atau Convert to Power). Pada tahap inilah pelatihan explosive power seperti Plyometric digunakan. Sebelum hari F ( Fight ) program selanjutnya hanyalah memaintain Power dan Muscular Endurance si atlet dengan program latihan ringan. Jika kita lihat perbedaan antara pelatihan modern pada Tinju dengan yang tadi saya jelaskan diatas (Xinyiquan) terletak pada program latihan Maximal Strength. Pada Neijia (olah dalam) biasanya tidak ada pelatihan angkat beban baik itu yang bersifat Isometric sekalipun untuk mendapatkan peningkatan kekuatan maximal otot. Ini berbeda dengan Isometric MP yang sudah menggunakan beban. Selebihnya bisa dikatakan program pelatihannya tidak jauh berbeda. Pada Neijia (olah dalam), Basic Strength didapat dari pelatihan Isometric seperti Zhan Zhuang sedang Convert to Power nya dilakukan dengan pelatihan Plyometric seperti Wuxing Quan. Sedang Program untuk me-maintain Power dan Muscular Endurance didapat dengan melakukan latihan ringan Wuxing Quan secara rutin setiap hari. Selain itu juga terdapat perbedaan utama antara program Basic Strength pada olahraga Tinju dengan Neijia yaitu pada Neijia program Basic Strength mengutamakan pelatihan yang bersifat Isometric Extreme untuk melatih Otot Postural sedang pada Tinju biasanya Basic Strength tidak menggunakan pelatihan Isometric tetapi lebih mengunakan pelatihan bersifat Dynamic yang lebih melatih Otot Phasic (misal latihan Heavy Bag / Sansak). Itu sebabnya bisa dikatakan Neijia menggunakan prinsip "Whole Body Movement" sedang Tinju menggunakan prinsip "Sectional Power" sebagai dasar pengolahan tenaganya. (bersambung)
ISOMETRIC EXERCISE, DYNAMIC EXERCISE, DAN PLYOMETRIC EXERCISE
DALAM
BELADIRI
TIMUR
(Bagian 2) Jika pada Bagian 1 tulisan ini membahas apa dan bagaimana Isometric Exercise dan Plyometric Exercise dari sudut pandang mekanika otot, fisiologi latihan, dan dengan sampling beladiri timur Xinyiquan maka pada Bagian 2 kali ini saya akan bahas secara singkat bagaimana keterkaitan itu dari sudut pandang Merpati Putih. Untuk menyegarkan ingatan, saya akan tulis kembali secara singkat apa itu Isometric Exercise dan Plyometric Exercise. Isometric Exercise, ditinjau dari analisa mekanika otot, bertujuan melatih otot Postural yaitu otot-otot yang mempertahankan suatu postur tubuh secara keseluruhan. Dengan pelatihan Isometric ini bisa dikatakan seluruh otot tubuh yang digunakan untuk mempertahankan suatu postur dipaksa untuk bekerja. Agar dapat mempertahankan postur tubuh ini maka diperlukan kontrol melalui pikiran (Mind). Dengan adanya kontrol pikiran terhadap tubuh ini maka akan memaksa syaraf-syaraf di sepanjang otot Postural untuk lebih aktif. Pelatihan jenis ini menggunakan Pikiran secara dominan dibandingkan otot tubuh untuk merasakan tubuh sebagai satu kesatuan yang utuh. Pelatihan jenis ini sekaligus sebagai latihan dasar dari prinsip "Whole Body Movement". Plyometric Exercises, ditinjau dari analisa mekanika otot, bertujuan untuk meningkatkan kecepatan kontraksi otot sehingga tubuh bisa menghasilkan explosive power yang paling optimal. Cara kerjanya adalah dengan mengaktifkan (Stretching) terlebih dulu otot yang akan digunakan kemudian dengan melakukan suatu hentakan (Contraction) otot tersebut "dipaksa" untuk bergerak secara cepat dan explosive. Ketika otot melakukan Stretching maka system syaraf akan bekerja lebih aktif untuk melindung otot dari cidera. Ada semacam energi potential yang bekerja agar otot tidak over stretching. Hal ini dikenal dengan istilah Stretch Reflex. Stretch Reflex ini mengaktifkan lebih banyak serat otot yang akan
menyimpan energi potensial yang siap digunakan untuk melakukan suatu aktifitas dan juga untuk melindung otot dari cidera. Hanya saja jika energi potential yang timbul sesaat akibat Stretch Reflex ini tidak dimanfaatkan dengan segera maka energi potential ini akan segera hilang. Plyometric Exercise merupakan latihan yang memanfaatkan energi potensial yang didapat dari Stretch Reflex ini. Isometric Exercise dan Plyometric Exercise adalah suatu pola latihan yang berkesinambungan. Hal ini dapat dilihat pada hampir seluruh pola latihan berdasarkan ilmu fisiologi modern maupun berdasarkan studi kasus Kungfu China (Xinyiquan, Taijiquan, Bagua, dll). Memang agak sedikit berbeda dengan tradisi Yoga dari India yang sangat dominan dengan pelatihan berjenis Isometric Exercise. Yoga dari India tidak memiliki bentuk latihan yang bersifat Plyometric Exercise. Tidak ada latihan yang menggunakan peregangan (Stretching) dan hentakan (Contraction) secara se-eksplosive mungkin. Bentuk-bentuk postur Yoga seperti misalnya
Vajrasana,
Sarvangasana,
Bhujangsana,
Sirsasana,
Chakrasana,
Halasana, dll, merupakan satu jenis latihan yang bersifat Isometric Exercise murni. Oleh karena latihan yang bersifat Isometric ini dominan menggunakan pikiran dalam melakukan kontrol terhadap tubuh dan merasakan otot sebagai satu kesatuan maka tidak heran para praktisi Yoga akan banyak mendapatkan penguasaan mengenai prinsip "Whole Body Movement". Namun karena rangkaian Isometric Exercise pada Yoga ini tidak dilanjutkan dengan latihan berjenis Plyometric Exercise maka bisa dikatakan bahwa memang latihan Yoga bukanlah jenis latihan yang bersifat "beladiri" murni dimana ada unsur konversi dari energi statis/potensial menjadi energi kinetik. Kalaupun ada praktisi yang mempunyai daya linuwih adalah karena memang ada unsur latihan Pranayama (pernafasan) yang tentu saja menjadi relatif sangat mudah dipahami manakala seseorang sudah dapat memahami tubuhnya sendiri. Semakin dalam kesadaran dan penguasaan akan latihan Pranayama tentunya akan membangkitkan daya linuwih. Apalagi ditunjang oleh latihan Chakra yang sangat dominan dengan rasa.
Maka Yoga lebih pas kalau disebut sebagai "jalan pencerahan" dibandingkan beladiri. Di dalam keilmuan Merpati Putih, latihan yang tergolong kepada Isometric Exercise adalah Napas Pengolahan (baku maupun 'pengayaan pribadi' seperti Kawicaksanaan, Guntur Geni, dll). Napas Pembinaan juga sebenarnya masih tergolong pada jenis latihan Isometric namun dalam bentuk yang lebih dinamis. Berbeda dengan pelatihan Isometric ala China yakni Zhan Zhuang dan juga berbeda dengan pelatihan Isometric ala India yakni Yoga, Isometric ala Merpati Putih bisa dikategorikan Isometric yang bersifat ekstrim. Mari kita lihat. Mula-mula, Napas Pengolahan (Isometric) dilatih tanpa beban. Kemudian seiring dengan meningkatnya intensitas latihan mulailah ditambahkan beban. Beberapa beban yang dipergunakan di dalam latihan Napas Pengolahan (Isometric) adalah bola tenis, cor blok, cor bulat berlubang 5 jari, bambu raut+cor bulat, halter pinggir, halter tengah, gendewa, kembang payung, bangku kecil, dll. Berat beban yang dipergunakannya juga tidak main-main. Mulai dari 2 kg, 5 kg, hingga sepertiga berat badan, bahkan hingga sama atau melebihi berat badan. Pelatihan Isometric jenis ini tidak ada pada disiplin ilmu China atau disiplin ilmu India. Memang kita bisa menjumpai ada latihan khusus dengan menggunakan beban ala Kungfu China namun umumnya bersifat penguatan tenaga luar (weijia) seperti misalnya Kungfu Ngo Cho Kun, Lo Ban Teng, dll. Maka bisa disimpulkan bahwa pelatihan Isometric ala MP ini sesungguhnya adalah jenis pelatihan Isometric yang sangat ekstrim. Apabila kita ingat bahwa pada pelatihan jenis Isometric ini memerlukan pengaturan Pikiran untuk melakukan kontrol terhadap otot-otot tubuh maka semestinya apabila kaidah ini dipahami oleh para praktisi MP dipastikan pesilat MP adalah orang-orang yang punya daya Pikiran yang sangat kuat dalam memahami tubuhnya sendiri. Namun kenyataan di lapangan hal itu tidak terjadi.
Mengapa? Karena memang fokus yang dibentuknya tidak mengikuti kaidah Isometric. Ada bagian yang hilang di latihan Napas Pengolahan MP (Isometric) ini yakni pengkondisian Pikiran untuk merasakan tubuh bekerja sebagai satu kesatuan rangkaian otot ketika membentuk postur. Jika kita ingat bagaimana dulu Napas Pengolahan ini diberikan maka kita akan menjumpai adanya missing link ini. Mula-mula diajarkan bentuknya untuk ditiru, kemudian diajarkan cara nafasnya, kemudian nafas ditahan di dada terlebih dahulu, baru setelah itu menggunakan pola dada-perut. Tidak peduli bentuknya benar atau tidak, lakukan saja seperti yang diminta oleh pelatih. Hasilnya bisa dilihat, bentuk menjadi sangat tidak seragam. Berbeda dengan pelatihan Isometric ala Yoga dimana postur benar-benar mendapat perhatian utama sehingga hampir semua murid Yoga memiliki struktur dan bentuk yang sama dan enak dilihat secara umum. Lalu dimana missing link yang dimaksud? Yakni pada pengkondisian Pikiran untuk merasakan tubuh bekerja sebagai satu kesatuan rangkaian otot. Bagian inilah yang hilang. Fokus yang ingin ditekankan pada MP adalah bahwa Napas Pengolahan akan dianggap "menghasilkan" energi yang sangat besar. Pokoknya kalau diolah dengan cara begini begitu, maka Anda akan mendapatkan tenaga dahsyat. Semakin sering mengolah Napas Pengolahan maka akan semakin "sakti". Demikianlah umumnya kita menilainya. Paradoxnya, latihan jenis ini adalah latihan yang sangat tidak disukai oleh anggota di lapangan. smile emotikon Maka, agar Napas Pengolahan dapat bersesuaian dengan kaidah Isometric Exercise perlu ditambahkan semacam SOP tambahan dimana bentuk/postur mesti dilatih dengan menyertakan Pikiran untuk merasakan bentuk tersebut sebagai satu rangkaian kesatuan tubuh yang utuh. Tambahan SOP ini diberikan sebelum dilakukan latihan Napas Pengolahan yang melibatkan pola nafas dada-perut. Hal ini dimaksudkan agar manakala didapatkan pemahaman akan prinsip "Whole Body Movement" maka mengolah napas dada-perut akan relatif lebih mudah dilakukan. Tentunya akan ada konsekwensi yakni pola latihan yang menjadi lebih lama. Dengan rentang waktu 6 bulan sesuai kurikulum baku rasanya ini akan sulit
dilakukan, kecuali memang kita menjalaninya secara pribadi. Inilah missing link yang pertama. Setelah pelatihan jenis Isometric dilakukan semestinya dilanjutkan dengan pelatihan berjenis Plyometric Exercise. Inilah juga missing link yang hilang di dalam pelatihan MP. Pelatihan MP memang sangat "kanuragan" yang dominan menggunakan pendekatan pemahaman akan energi dibanding prinsip mekanika otot. Bahkan, sangat umum di banyak kolat bahwa latihan Napas umumnya diletakkan diakhir. Setelah itu ditutup dengan Napas Pengendapan. Pada kondisi ini, benar-benar tidak ada sama sekali rangkaian yang terpadu dari Isometric Exercise menuju Plyometric Exercise. Pelatihan Getaran pun sesungguhnya menggunakan
kaidah
yang
tidak
berbeda
dengan
Isometric
yakni
mempertahankan postur tertentu lalu menggunakan Pikiran untuk melakukan kontrol terhadap tubuh. Hanya saja kontrol yang dimaksud adalah "energi" atau "getaran". Maka bisa dikatakan, pada kondisi jenis ini latihan MP hampir mirip dengan pelatihan Isometric ala Yoga dari India. Sehingga tidak heran banyak orang yang menganggap sama antara latihan MP dengan latihan Yoga. Padahal MP itu adalah Beladiri, sedangkan Yoga jelas bukan. Jika MP sebagai beladiri maka rangkaian dari Isometric menuju Plyometric itu adalah suatu keharusan. Bisa dilihat pada tulisan saya Bagian 1 ketika membahas mengenai Tinju dan juga pedoman latihan ala MMA (mixed martial arts). Lain halnya kalau MP ingin diposisikan seperti "ala Yoga" maka Isometric Exercise saja sudah cukup menjadikan kemiripan MP dengan Yoga. Namun toh MP bukan Yoga. Bisa dilihat bahwa MP cenderung menggunakan pendekatan ala Yoga dalam menghasilkan daya linuwih yakni Isometric plus Pranayama namun dengan pemahaman filosofi yang bukan ala India. Di MP tidak dikenal pembangkitan kekuatan dengan membuka Chakra satu persatu dari dasar hingga ke mahkota. Apakah sudah terjadi akulturasi sebagaimana Walisongo melakukan akulturasi dari Hindu ke Islam. Ini sesungguhnya bisa ditelusuri. Kapan waktu nanti saya bahas secara terpisah. smile emotikon
Jika dibandingkan dengan kaidah ala China, MP pun juga sesungguhnya tidak bisa dikatakan mirip. Meskipun ada area yang sama yakni pada titik dibawah pusar yang dalam kaidah China disebut dengan Dantian (gerbang langit) yakni ada Dantian bawah, Dantian tengah, dan Dantian atas. Namun prinsip latihan dan penggunaannya juga ya berbeda. Apalagi kalau dilihat dari filosofinya. Sangat jauh berbeda. Ini juga bahasan tersendiri. Kapan waktu nanti dibahas ya. smile emotikon Kalau tulisan saya diatas dibaca secara jernih, semestinya akan terlihat ada beberapa missing link yang terjadi. Pertama, pelatihan Isometric yang tidak menggunakan kaidah prinsip "Whole Body Movement" dimana Pikiran digunakan untuk melakukan kontrol terhadap tubuh sebagai satu rangkaian kesatuan. Pelatihannya terlalu terburu-buru masuk pada tahap "energi". Kedua, pelatihan Isometric yang tidak dibarengi dengan rangkaian pelatihan Plyometric untuk mengkonversi energi potensial menjadi energi kinetik melalui Tata Gerak. Tentunya istilah "pikiran" yang saya maksud nantinya akan merujuk pada tiga "pikiran" yg ada di tubuh kita. Apabila merujuk ke kepala maka umumnya disebut pikiran, sedangkan apabila merujuk ke dada umumnya disebut Roso. MP melakukan banyak penekanan pada jenis "pikiran" yg berada di dada. Bagaimana alternatif solusinya? Nantikan tulisan saya dibagian ketiga. ISOMETRIC EXERCISE, DYNAMIC EXERCISE, DAN PLYOMETRIC EXERCISE
DALAM
BELADIRI
TIMUR
(Bagian 3) Nampaknya, memang cukup sulit untuk "menuntaskan" tulisan ini dan langsung masuk pada aspek pembahasan Merpati Putih. Hal ini dikarenakan kita perlu
memahami lebih jauh lagi berdasarkan perbandingan-perbandingan perjalanan beladiri Timur yang ada. Kalau pada Bagian 1 saya ulas singkat mengenai Kungfu China bernama Xinyiquan dan sedikit pola pelatihan Boxing (Tinju), lalu pada Bagian 2 saya singgung secara singkat juga mengenai konsep Yoga dari tradisi India, maka saya akan menulis dan mengulas lagi 3 bagian tambahan yakni mengenai bagaimana sejarah singkat MMA (mixed martial arts) timur beserta perkembangannya pada bagian 3 (sekarang), kemudian bagaimana konsep Silat tradisional Indonesia memandang Isometric dan Plyometric ini (saya akan ambil contoh Cikalong), dan barulah kemudian aspek pembahasan dari sudut pandang Merpati Putih. Apakah ini ada hubungannya dengan Kebugaran? Tentu saja. Semoga tidak bosan ya smile emotikon Baiklah, saya mulai saja pembahasan mengenai Mixed Martial Arts (MMA). Bicara MMA tidak akan lepas dari acara-acara pertarungan beladiri segala aliran di berbagai kejuaraan. Ada UFC, K1, Pride, One Fighting, dan lain sebagainya. Bahkan kini pada Silat pun sudah diawali oleh Malaysia melalui SilatOne. Pertandingan MMA sebenarnya bisa dikatakan dipopulerkan oleh Gracie BJJ (Brazillian Jiu Jitsu) dengan mensponsori pertandingan UFC di Amerika Serikat. Dari UFC ini dunia melihat banyak praktisi Traditional Martial Art (TMA) seperti Kungfu, Karate, Wrestling dll - tidak berdaya menghadapi Gracie BJJ yang saat itu diwakili Royce Gracie. Dalam pertandingan UFC yang hanya menggunakan sedikit peraturan - No Holds Barred (NHB) - praktisi TMA jatuh bertumbangan di tangan Gracie BJJ. UFC sudah "membuka" mata praktisi TMA "kekurangan" beladiri yang dipelajarinya selama ini. Para praktisi TMA yang berbasis Stand Up Fighting merasa ada kekurangan dalam beladiri yang dipelajarinya selama ini - khususnya Ground Fighting. Sedang TMA yang berbasis Ground Fighting seperti Wrestling merasa perlu menyempurnakan beladirinya dengan teknik pukulan dan tendangan dari Stand Up Fighting.
Dari sinilah awalnya timbul ide menggabungkan berbagai macam aliran beladiri menjadi satu yang akhirnya dikenal MMA. Saya pribadi menganggap pendekatan seperti ini tidak tepat. Sebenarnya pertandingan No Holds Barred bukanlah Gracie BJJ yang memulainya. Gracie BJJ hanya meneruskan apa yang sudah dimulai oleh Judo. Awalnya Judo didirikan oleh Jigoro Kano pada tahun 1882 dengan menggabungkan berbagai aliran Traditional Jiu Jit Su (Tenshin Shin'yo Ryu dan Kito Ryu) menjadi aliran baru yaitu Kodokan Judo. Jigoro Kano sendiri dikenal sebagai tokoh pembaru dalam dunia pendidikan Jepang yang kebetulan juga seorang praktisi beladiri. Satu perubahan besar yang dilakukan oleh Jigoro Kano adalah pola pelatihan Traditional Jiu Jit Su yang selama ini lebih terfokus pada pola pelatihan Kata (Jurus) yaitu dua praktisi berlatih menyerang sedang yang lain bertahan dalam rangkaian jurus yang sudah diatur (Kata). Jigoro Kano merubahnya menjadi pola pelatihan yang disebut Randori yang dianggap akan lebih efektif dalam pelatihan beladiri. Pada Randori dua praktisi Judo benar-benar melakukan Latihan Free Sparring se-realistis mungkin. Latihan Kata tetap ada tetapi porsinya tidak sebanyak Randori. Kano menganggap praktisi Judo harus mampu menerapkan jurus dalam situasi serealistis mungkin dan Randori lah jawabannya. Ternyata Pola Latihan Randori ini sangat efektif untuk menyiapkan Judoka dalam pertarungan sesungguhnya. Dalam pertandingan pada tahun 1886 antara Kodokan Judo dengan Traditional Jiu Jit Su dari 15 pertandingan 13 dimenangkan Kodokan Judo sedang 2 lainnya berakhir Draw. Hal ini membuktikan metode latihan Randori jauh lebih efektif dibanding latihan Kata untuk menyiapkan praktisi beladiri menghadapi pertarungan sesungguhnya. Kodokan Judo baru kalah ketika Mataemon Tanabe dari aliran Fusen Ryu Jiu Jit Su (yang mengandalkan teknik ground fighting) menantang Kodokan Judo. Seluruh wakil dari Kodokan Judo dikalahkan dengan telak oleh Tanabe. Bagi
Jigoro Kano kekalahan ini menunjukan adanya kekurangan dalam teknik pertarungan yang ada pada Judo saat itu. Akhirnya Jigoro Kano mengundang Tanabe untuk mengajarkan Teknik Ground Fighting di Kodokan Judo. Dan untuk memperkenal Kodokan Judo yang baru ini ke seluruh dunia. Jigoro Kano banyak mengirim Judoka ke seluruh dunia untuk bertarung dengan berbagai aliran beladiri di dunia dalam pertarungan No Holds Barred (NHB). Salah satunya adalah Mitsuyo Maeda (nama lainnya Conde Coma) yang dikirim ke USA pada tahun 1904 untuk menyebarkan Kodokan Judo, Maeda akhirnya menetap di Brazil dan mengajarkan Kodokan Judo ini kepada Keluarga Gracie. Jika kita melihat film "Fist of Fury" baik yang dimainkan Jet Li atau Bruce Lee (yang berperan sebagai Zhensheng) ketika melawan Karateka Jepang, dalam kejadian sebenarnya lawan Zhensheng adalah Judoka bukan Karateka. Kejadian ini terjadi pada tahun 1910. Pertarungan antara Master Xingyi (Wang Hsiang Zai) dengan Master Judo (Sawai san) juga terjadi pada saat yang hampir bersamaan. Inilah salah satu alasan kenapa pada Bagian 1 saya angkat Xinyi sebagai pembahasan, karena memang ada keterkaitan dan aspek historis dalam pembahasan saya. smile emotikon Jadi bisa dikatakan Judo pada awal abad 20 sengaja menyebar ke seluruh dunia dan melakukan uji coba dengan berbagai aliran beladiri untuk membuktikan metode latihannya selama ini memang benar efektif untuk menyiapkan praktisi nya dalam pertarungan yang sesungguhnya. Ekspansi Kodokan Judo ini sejalan dengan ambisi militer Jepang untuk menguasai Asia saat itu. Hanya saja sayangnya pada perkembangannya, setelah perang dunia ke 2, Kodokan Judo melupakan pola pelatihan Randori dan pertandingan NHB yang Fighting Oriented dan lebih menekankan pelatihan sport Judo yang lebih Point Oriented. Tujuannya agar Judo bisa diterima dalam evet olahraga dunia. Sama seperti Pencak Silat saat ini yang berusaha mempopulerkan Silat Sport ke Olimpiade. Terjadi pergeseran dari Fighting Oriented menjadi Sport Oriented.
Sedang Gracie dengan Brazillian Jiu Jitsu (BJJ) tetap melestarikan tradisi Randori dan pertandingan NHB yang Fighting Oriented dari Kodokan Judo hingga saat ini. Dan pada akhir abad ke-20, Gracie BJJ juga mengirim praktisi BJJ terbaiknya ke seluruh dunia untuk membuktikan pola latihannya memang yang paling efektif untuk pertarungan sesungguhnya. Royce Gracie ke US dengan UFC nya dan Rickson Gracie ke Rusia dan Jepang melawan berbagai aliran beladiri yang ada. Ricskon tak terkalahkan sama seperti Maeda dulu. Apa yang dilakukan BJJ ini sebenarnya sama seperti yang dilakukan Kodokan Judo pada awal abad 20 dulu. Saya pribadi melihat sebenarnya MMA (beladiri gado-gado) tidak perlu ada jika para Praktisi TMA mau mengembangkan pola pelatihannya mereka agar sesuai dengan perkembangan jaman. Ide awalnya membuat MMA karna para praktisi TMA merasa ada kekurangan dalam beladiri TMA yang dipelajarinya. Saya sendiri berpikir letak "kekurangannya" lebih kepada pola latihan yang tidak fighting oriented dalam TMA bukan pada teknik pertarungannya. Jadi, menggabungkan berbagai aliran beladiri menjadi satu MMA bukan jawabannya. Sebenarnya Jigoro Kano sudah mempelopori pola pelatihan beladiri yang cukup revolusioner kala itu. Jigoro Kano melihat pola pelatihan Traditional Jiu Jit Su selama ini terlalu Kata oriented (dominan jurus), sehingga praktisi Jiu Jit Su tidak siap menghadapi pertarungan sesungguhnya. Dengan dasar pemikiran ini Kano menekan pola pelatihan Randori yang lebih fighting oriented. Dan ternyata pola pelatihan ini memang efektif dengan terbukti Kodokan Judo menang telak menghadapi Traditional Jiu Jit Su. Untuk
membuktikan
pola
pelatihan
Randori
ini
benar-benar
efektif
mempersiapkan Judoka dalam pertarungan sesungguhnya. Jigoro Kano mengirim para Judoka terbaiknya untuk bertanding melawan berbagai aliran beladiri di dunia dalam pertarungan No Holds Barred (NHB). Pertarungan NHB ini menyiapkan praktisi Judo untuk menghadapi berbagai aliran beladiri. Dan
ternyata memang terbukti pola pelatihan Randori membuat Judoka lebih siap dalam menghadapi pertarungan sesungguhnya. Mitsuyo Maeda bisa dibilang tak terkalahkan dalam ratusan pertarungan NHB nya. Jadi sebenarnya jika praktisi Traditional Martial Arts (TMA) tersebut mau mencontoh apa yang dilakukan Jigoro Kano dengan Kodokan Judonya, mungkin tidak perlu ada yang disebut dengan MMA. Perbanyak saja latihan yang lebih fighting oriented pada pola pelatihan TMA dan siapkan praktisi TMA untuk bertarung dalam NHB. Zhensheng berhasil melukai banyak praktisi Judo sebuah Dojo Judo Jepang di Shanghai pada tahun 1910, bahkan termasuk pelatih kepalanya. Seorang Master Xing Yi juga berhasil mengalahkan Master Judo Dan 5. Jadi sebenarnya TMA tidak kalah efektifnya dalam pertarungan NHB. Beberapa aliran TMA yang fighting oriented terbukti bisa mengalahkan teknik ground fighting dari Kodokan Judo. Jika dulu pada UFC banyak praktisi TMA yang kalah saya berpikir itu lebih disebabkan pola latihan TMA yang tidak menekankan Randori yang fighting oriented dan lebih menekankan pelatihan Kata (jurus) dan praktisi TMA juga tidak terbiasa dalam pertandingan NHB yang lintas aliran beladiri. Sedang BJJ yang diwakili Royce Gracie sudah dipersiapkan dengan pelatihan Randori yang fighting oriented. Dengan konsep open dojonya para praktisi BJJ juga memiliki kesempatan untuk bertanding dengan berbagai macam aliran beladiri. Pengalaman bertanding dalam pertandingan NHB inilah yang membuat Royce Gracie menang dalam UFC ketika itu. Tradisi yang diwarisi dari Kodokan Judo ini yang membuat Gracie BJJ lebih siap dalam pertarungan sesungguhnya dibanding praktisi TMA lainnya. Mungkin ilmu beladiri memang sudah kehilangan relevansi dengan kehidupan modern sekarang ini. Dulu seseorang mempelajari ilmu beladiri memang karena merasa perlu suatu ilmu yang bisa digunakan ketika menghadapi keadaan yang
mengancam keselamatan hidupnya. Sehingga tempo dulu ilmu beladiri memang battle tested atau teruji dalam pertarungan sesungguhnya. Pendeta Shaolin dulu juga menciptakan ilmu beladiri dengan landasan pikiran seperti ini. Beladiri Shaolin memang diciptakan untuk efektif digunakan dalam pertarungan sesungguhnya, agar para pendeta Shaolin memiliki kemampuan membeladirinya sendiri. Tetapi dengan perkembangan jaman tampaknya ilmu beladiri sudah mulai kehilangan essensi "beladiri" nya. Pada pelatihan Pencak Silat tempo dulu setiap murid yang telah selesai mengikuti tahap pelatihan tertentu diharuskan untuk turun gunung. Mengamalkan ilmu beladirinya yakni umumnya dalam perjalanan membantu yang lemah menghadapi para perampok dsb. Hingga akhirnya Pesilat tersebut memiliki ilmu Pencak Silat yang battle tested. Setelah pesilat ini merasa memiliki cukup pengalaman "bertarung" barulah pesilat ini menurunkan ilmunya kepada orang lain. Dengan metode pelatihan seperti ini Pencak Silat tempo dulu secara turun temurun memang benar-benar battle tested. Bisa dilihat dari pengalaman hidup para pendekar silat jaman dulu seperti Pitung, Sabeni dan Bang Kari (Betawi), Bang Madi dan M. Qosim (Pagaruyung), Haji Ibrahim (Cikalong), Abah Khohir ( Cimande), bahkan mendiang guru besar Merpati Putih yakni Mas Poeng juga demikian. Mas Poeng bahkan kemana-mana (pada saat itu) membawa rantai sebagai senjata dan sering berkelahi di jalanan hingga ibundanya malu anaknya mendapat julukan "Cakil" (kisah ini berdasarkan penuturan mas Suprapto). Khusus untuk pembahasan mengenai Silat tradisional akan saya ulas secara terpisah pada Bagian 4 yang akan datang. Pertandingan NHB juga dilakukan Pendekar Silat jaman itu. H. Ibrahim menciptakan Cikalong setelah kalah dari Bang Madi dan akhirnya berguru dengan Bang Madi. Abah Khoir pun dikenal pernah mengalahkan Pendekar Kungfu dengan selendangnya. Sabeni tak terkalahkan melawan jago-jago dari India, China dan Jepang di atas ring di Prinsen Park pada masa penjajahan dulu. Pitung begitu
"turun gunung" banyak melawan jago-jago tuan tanah Belanda saat itu untuk membela rakyat kecil. Sekarang ini tidak ada lagi pola pelatihan "turun gunung" seperti ini sehingga banyak pesilat yang tidak memiliki ilmu beladiri yang battle tested. Jadi saya rasa perlu ada pola pelatihan pengganti dari metode latihan "turun gunung" yang dulu ada dalam pola pelatihan Pencak Silat untuk mempertahankan essensi ilmu beladiri yang ada dalam Pencak Silat. Bicara Merpati Putih, tentu saja kita sedang bicara dengan sebuah seni beladiri. Dan di dalam sebuah seni beladiri jelas mesti ada pola pelatihan Style dan Strategy bertarung yang dimilikinya. Saya lebih membayangkan suatu perubahan pola pelatihan seperti yang dilakukan Jigoro Kano dengan Kodokan Judo nya yang mengubah pola pelatihan Traditional Jiu Jit Su agar lebih fighting oriented. Yang saya pikirkan adalah yang seperti dilakukan Jigoro Kano yaitu suatu metode latihan pengganti metode pelatihan "Turun Gunung" pada Pencak Silat tempo dulu. Saya tidak ingin membayangkan ilmu tingkat tinggi seperti Pasir Besi, Lebur Sekethi, Guntur Geni, Ranutirto, Bayu Seto, dll, yang mungkin sangat berbahaya. Yang ada dalam pikiran saya adalah apakah dengan pola latihan teknik dan gerakan yang MP sekarang lakukan sudah memberi kemampuan beladiri yang cukup bagi praktisi MP untuk "Turun Gunung" ? Misalnya apakah praktisi MP setingkat Balik 1 dan 2 memiliki kemampuan yang cukup untuk menghadapi praktisi ground fighting seperti BJJ yang memiliki masa pelatihan yang sama ? Atau masih dirasa perlu diadakan perubahan pola latihan yang lebih fighting oriented agar praktisi MP lebih siap menghadapi praktisi beladiri lain seperti BJJ yang memiliki masa pelatihan yang sama. Saya sengaja mengambil sample Tingkat Balik di MP karna dengan masa pelatihan 3-4 tahun pada beladiri lain mungkin sudah mencapai Tingkatan Sabuk Hitam dan dianggap memiliki kemampuan beladiri yang cukup.
Jadi fokus saya masih dalam tataran teknik dan jurus pertarungan dasar dan belum memasuki penggunaan teknik getaran tingkat tinggi. Misalnya untuk menghadapi take down dari petarung ground fighting, wrestling memiliki teknik sprawl, muay thai memiliki teknik clinch and knee attack sedang Xinyi memiliki jurus dengan hantaman kepala, bahu, siku dll untuk menggoyahkan grapling lawan. Bagaimana dengan MP untuk menghadapi situasi pertarungan yang sama? Jika Style bertarung yang dipilih MP memang ingin mengandalkan "getaran" seperti Xinyi menggunakan Fa Jin nya ketika menghadapi Petarung Ground Fighting. Maka setidaknya MP harus memiliki jurus pukulan "getaran" jarak dekat, misalnya menggunakan siku, kepala, bahu, pinggul dll yang mampu menggoyahkan grapling lawan sehingga tidak bisa dijatuhkan dan ditangkap lawannya. Dan tentu harus ada pola pelatihan untuk menyatukan latihan jurus dan getaran menjadi satu kesatuan seperti Latihan Xinyi yang menyatukan antara latihan jurus dan power Fa Jin nya menjadi satu kesatuan. Latihan Randori (Tanding) MP tentunya perlu difokuskan untuk Style bertarung yang mengandalkan power seperti itu yang tujuannya tentu saja agar bisa dilihat bahwa jurus tsb memang efektif digunakan dalam pertarungan sesungguhnya. Tetapi jika Style bertarung yang dipilih MP lebih mengandalkan kecepatan hit and run tanpa perlu selalu menggunakan "getaran" untuk menghindari grappling lawan tentunya perlu pola pelatihan untuk meningkatkan kecepatan pukulan dan tendangan ataupun footwork praktisi MP. Begitu juga Latihan Randori (Tanding) MP pun harus lebih fokus kepada Style bertarung yang mengandalkan kecepatan bukan power. Lain halnya jika Style bertarung MP lebih memilih strategy memanfaatkan tenaga lawan, mungkin pola latihan yang digunakan lebih menekankan pola latihan kepekaan membaca aliran tenaga lawan seperti metode pushing hand pada Taichi
ataupun Tempelan ala Cikalong. Dan Latihan Randori (Tanding) MP pun harus lebih fokus ke Style bertarung yang memanfaatkan Tenaga Lawan. Style bertarung MP ini akan menentukan pola pelatihan apa yang sebaiknya diterapkan dalam kurikulum MP. Apakah pelatih memilih Style bertarung seperti Style Xinyi yang menggunakan Fa Jin (ledakan tenaga) berdasarkan rangkaian mekanika otot sebagai satu kesatuan (Whole Body Movement) ataukah pola latihan yang lebih memilih Style bertarung ala Taijiquan (TaiChi) ataupun ala Cikalong yang lebih memanfaatkan Tenaga Lawan? Jika ingin memaksimalkan "getaran" maka Style bertarung agresif seperti Xinyiquan jauh lebih cocok. Tetapi jika ingin menjangkau semua kalangan tidak hanya praktisi tipe petarung tetapi juga wanita dan juga non petarung mungkin Style TaiChi dan Cikalong yang lebih halus bisa dipertimbangkan. Namun sayangnya saya tidak pernah melihat pola latihan seperti pushing hand (TaiChi) atau Tempelan (Cikalong) untuk melatih kepekaan membaca aliran tenaga lawan dilakukan di MP. Justru latihan tata gerak + nafas ala Xinyi yang dilakukan di MP. Disini saya menyimpulkan, memang nampaknya belum ada kesatuan paham tentang Style bertarung ala MP. Sekali lagi saya belum bicara tentang Teknik Getaran Tingkat Tinggi yang berbahaya yang mungkin memang sebaiknya disimpan untuk orang-orang terpilih dan berjodoh. Saya baru bicara dalam tataran "kulit" seperti yang dilakukan oleh Jigoro Kano dimana ia mengubah pola pelatihan Jiu Jit Su dengan Kodokan Judo nya dari yang semula berbasis Jurus (Kata) menjadi berbasis Tanding (Randori). Bagi orang Indonesia yang memiliki keterikatan emosi dengan MP dan Pencak Silat mungkin tidak masalah karna Pencak Silat mungkin sudah menjadi way of life tetapi ini akan menjadi masalah bagi orang non Indonesia seperti di US. Bahkan kalau saya melihat pola latihan MP di US sana melalui MP USA terlihat jelas bahwa mereka menggunakan pendekatan "mengalir" ala TaiChi atau ala
Cikalong, bukan pendekatan "jger.. blegur... bledag" ala Xinyi spt yang kebanyakan di Indonesia lakukan. Bahkan kalau berdasarkan pembagian menurut kaidah Isometric dan Plyometric saja MP masih perlu dipikirkan apakah MP berdasarkan "Whole Body Movement" ataukah "Sectional Power"? Atau apakah MP itu Neijia (olah dalam) ataukah Waijia (olah luar)? Sebab kalau prinsip-prinsip mendasar seperti ini saja belum dipahami benar, bagaimana mungkin kita akan bicara mengenai pengembangan dan kemajuan? Ini akan saya bahas lebih intensif di Bagian 4. Mengutip ucapan dari Syekh Ibnul Qoyyim, "Barangsiapa yang tidak mementingkan kemajuan maka dia akan tertinggal dan dia tidak merasa." (bersambung) PEMBAHARUAN, KAIDAH LAMA DENGAN PENDEKATAN BARU Saya selip dengan satu selingan sebelum melanjutkan pembahasan mengenai Isometri Exercise dan Plyometric Exercise. Ini hanya sekedar untuk menyegarkan kembali ingatan dan bahwa memang istilah "history repeats itself" (sejarah itu berulang) sebenarnya ya ada benarnya. Mari kita mulai. Dalam sejarah Merpati Putih, ketika awal mula guru besar mas Poeng hijrah ke Jakarta. Alkisah pada saat itu sedang ada tantangan dari ThaiBoxing mengenai pertandingan beladiri dimana penantang saat itu terkesan sangat merendahkan beladiri lokal (silat). Mas Poeng muda saat itu merasa "terbakar". Harga dirinya sebagai seorang anak bangsa sekaligus pesilat terusik. Tantangan itupun dilayani mas Poeng. Lokasi tantangan ada di Senayan. Mas Poeng mengatakan dengan sangat lantang bahwa, "Saya Poeng dari Merpati Putih, akan menerima tantangan Anda!". Namun saat itu sang penantang yang dari Thai Boxing segera "diamankan" oleh Garnisun dibawah pimpinan pak Eddy M Nalapraya. Tidak terima penantanganya menghindar, mas Poeng mengejar. Namun mas Poeng dihalang-halangi oleh banyak pasukan sehingga geraknya terbatas. Akhirnya sang
penantang kembali ke Thailand. Sementara mas Poeng masih di Jakarta. Pak Eddy M Nalapraya saat itu segera kembali ke Senayan dan bertemu mas Poeng. Terjadilah
dialog
antara
keduanya
yang
intinya
adalah
Mas
Poeng
mempertanyakan kenapa sang penantang malah diamankan? Padahal ia ingin turun tangan mencoba seperti apa kehebatan beladiri dari negeri 1000 gajah itu. Dijawab oleh pak Eddy M Nalapraya bahwa saat itu hanya untuk kepentingan marketing saja dan bukan sungguhan. Namun mas Poeng yang rasa nasionalismenya terusik tidak terima dengan hal itu. Kisah ini bukan karangan, namun nyata seperti yang dituturkan oleh mas Suprapto dan beberapa saya tanya ke pak Eddy M Nalapraya sendiri. Memang ada sedikit redaksi yang saya tambah, namun tidak mengurangi substansi dari kisah tersebut. Nun jauh disana, dalam buku mengenai Yi Quan yang menceritakan perjalanan hidup dari Wang Xiangzhai, Yao Zongxun (murid utama Master Wang), dan juga si Kembar Yao (Dua Anak Kembar Yao Zongxun) bagaimana perjuangan Master Wang dan murid turunannya mempertahankan nama baik CMA (Chinesse Martial Arts) yang direndahkan praktisi beladiri asing yang mulai masuk China kala itu. Pada saat itu mereka mempunyai ambisi menjadikan Yi Quan sebagai beladiri ketiga yang dikenal dunia barat setelah Judo dan Jiu Jit Su. Hanya sayangnya perkembangannya terhambat dengan adanya Perang Dunia ke-2, Perang Nasionalis Komunis dan juga Revolusi Budaya di China. Dan Uniknya Yi Quan ini dikenal dunia barat justru lebih atas jasa Kenichi Sawai dengan Taikiken-nya. Master Sawai berkawan dekat dengan Mas Oyama Pendiri Karate Kyokushin. Banyak murid Kyokushin yang akhirnya berlatih Taikiken ini. Popularitas Kyokushin Karate di dunia beladiri internasional turut mempercepat dikenalnya Taikiken oleh praktisi beladiri dunia. Dari sinilah dunia barat mengenal Taikiken adalah turunan dari Yi Quan (dan Yi Quan pun memiliki kekerabatan dengan Xing Yi Quan).
Master Wang termasuk salah satu tokoh pembaharuan pelatihan CMA. Banyak kritik Master Wang terhadap pola latihan dan cara pikir para praktisi CMA pada saat itu. Dalam salah satu wawancaranya dengan Koran Beijing bernama Shibao, Wang Xiangzhai pernah mengatakan: "Martial Art in China is in situation of chaos. People don't know which path they should follow. Generally we can say, that essence is neglected and only what superficial is stressed. Japanese Judo and European Boxing, although they are not perfect, lacking the unified force, they have advantages. If you compare typical Martial Artists of our country with them, you will see that we are far behind. It's such a shame ! We must put old teaching in order, improve them and develop. If we don't do this, nobody will do it for us. Although I can not do much myself. I'm calling everybody to work together. This the goal of my criticism" (Beladiri di China berada pada situasi yang tidak menentu. Banyak orang tidak tahu jalur mana yang harus mereka ikuti. Secara umum bisa dikatakan bahwa inti dari beladirinya diabaikan sementara hal-hal yang 'klenik' ditekankan. Judo Jepang dan Tinju Eropa, meskipun mereka tidaklah sempurna dan tidak punya pinsip penyatuan tenaga namun mereka memiliki keunggulan. Jika Anda membandingkan beladiri khas negara kita dengan mereka maka Anda akan melihat bahwa kita jauh dibelakang mereka. Ini sungguh sangat memalukan! Kita harus meletakkan teknik pengajaran kuno di dalam sebuah rangka baru, meningkatkan kemampuannya
dan mengembangkannya.
Jika kita tidak
melakukan ini, maka tidak akan ada seorangpun yang akan melakukannya untuk kita kelak. Meskipun saya belum dapat berbuat banyak kepada diri saya sendiri. Saya mengajak siapapun untuk bekerja bersama. Ini adalah tujuan dari kritik saya) Bukankah situasi di Indonesia sekarang ini sama seperti keadaan China pada masa hidup Wang Xiangzhai? Esensi beladiri (Pencak Silat) mulai dilupakan sedang hal yang superfisial (ajaib/'klenik') yang lebih ditonjolkan. Derasnya MMA dan BJJ masuk ke Indonesia hampir tidak berbeda dengan masa itu di China.
Perbedaannya adalah pada saat itu ada seorang Master beladiri China seperti Wang Xiangzhai yang melihat permasalahan ini. Derasnya masuk ilmu beladiri luar seperti Judo dari Jepang dan Tinju dari Eropa membuat Master Wang mulai melihat perbedaan antara beladiri asing dengan beladiri China yang ada. Judo dan Boxing di mata Master Wang tetap tidak sempurna tetapi Master Wang juga melihat pola pelatihan mereka jauh lebih efektif dibanding pola pelatihan CMA. Bisa dilihat Judo dan Tinju jauh lebih bisa mempersiapkan praktisinya dengan ilmu beladiri yang efektif. "If you compare typical Martial Artists of our country with them, you will see that we
are
far
behind.
It's
such
a
shame!"
(Jika Anda membandingkan beladiri kita dengan mereka, maka Anda akan melihat bahwa kita jauh dibelakang mereka. Ini sungguh sangat memalukan!) Pernahkah para Sesepuh Pencak Silat kita melihat permasalahan yang dihadapi dunia Pencak Silat kita seperti Wang Xiangzhai? Apakah ada Sesepuh Silat yang melihat secara umum kualitas Pesilat kita jauh di bawah praktisi beladiri asing lain? Bahkan Master Wang termasuk salah satu Tokoh CMA yang berdiri di depan menghadapi tantangan para ahli beladiri luar yang memandang rendah CMA. Pada saat itu banyak sekali ahli beladiri luar yang memandang rendah CMA dan menganggap CMA tidak efektif digunakan dalam pertarungan sesungguhnya. Sama seperti keadaan sekarang ini di Indonesia bukan? Banyak sekali praktisi MMA dan BJJ yang memandang rendah Pencak Silat dan mereka menantang praktisi Silat untuk bertarung. Banyak video di Youtube yang memperlihatkan praktisi Silat dipermalukan. Tapi pernahkah ada Tokoh Dunia Persilatan kita yang maju menjawab tantangan mereka dan membuktikan bahwa Pencak Silat adalah Ilmu Beladiri yang efektif digunakan dalam pertarungan seperti yang dilakukan Wang Xiangzhai?
Ya, memang kisah heroik mas Poeng dengan penantang dari Thailand kemudian diulang oleh mas Marsyel Ririhenna (MP Jakarta Selatan) ketika menjawab tantangan dari BJJ di arena oktagon Dharmawangsa Square dengan hasil kemenangan telak MP terhadap BJJ yang kemudian membuat MP merasa perlu membentuk divisi khusus MMA dan disahkan di Munas terakhir di Padepokan oleh mas Poeng. Kita bersyukur akan itu. Namun pada perkembangannya, MMA MP (yang disebut dengan MP Street Fighter) kurang berjalan sebagaimana mestinya. Saya pribadi mengikuti perkembangan itu karena kebetulan saya pernah terlibat didalamnya walau sebentar. Mulai dari konsep USMP (Urban Survival Merpati Putih) yang latihan di FX Plaza Senayan (lokasi yang sama dengan kejadian Mas Poeng menjawab tantangan Thai Boxing), hingga kemudian presentasi di depan Guru Besar dan Pewaris di Prapanca Jakarta Selatan, hingga kemudian disahkan di Munas dan dijadikan eksebisi pada saat kejuaraan dunia Lokawulung di Bandung. USMP adalah cikal bakal dari MMA MP yang sekarang dinamai MP Street Fighter dengan pusat latihan di 'dojo' milik mas Chandra MP jakarta selatan di Pondok Pinang, Jaksel. Namun tidak berjalan sebagaimana mestinya MMA MP ini dalam analisa saya adalah karena belum dipahaminya secara utuh prinsip-prinsip dasar seperti yang saya jelaskan pada Bagian 3 mengenai Isometric dan Plyometric exercise ini. Apakah MMA MP ingin memulai dari Whole Body Movement ataukah Sectional Power? Apakah ingin bergaya ala Xinyi, ala Cikalong, atau bagaimana. Ini mesti didefinisikan dulu di awal sehingga nantinya rumusan latihannya akan sangat mudah dibuat dan jelas. Kalau prinsip dasar ini belum disepakati dan dipahami bersama, saya yakin metode latihannya akan menjadi 'gado-gado' seperti halnya MMA yang umum saat ini. Memasukkan sprawl, clinch, knee attack, ground fighting, locking, dll. Sementara teknik-teknik itu tidak dikenal dalam perbendaharaan kaidah keilmuan MP. Saya salut dengan semangat dan kegigihan tim mas Marsyel cs. Sayapun kalau tanding belum tentu bisa mengalahkan beliau. Namun yang diperlukan sebenarnya adalah bekerja sama, persis seperti ucapan Wang Xiangzhai dimana ia mengajak siapapun untuk bahu membahu
merumuskan agar teknik tua ini bisa adaptable, peka zaman, dan terus menerus maju dan berkembang. Kita kembali kepada kisah Wang Xianghai. Ada beberapa contoh pertarungan menarik yang dilakukan Wang Xiangzhai untuk menunjukan CMA adalah ilmu beladiri yang efektif. Seorang Juara Dunia Tinju kelas Berat Ringan sekaligus Juara Olimpiade yang berasal dari Hungaria bernama Imre mengajar Tinju di Shanghai Youth Union. Dia sudah beberapa kali bertarung dengan ahli beladiri China dan selalu memenangkan pertarungannya. Imre kemudian selalu sesumbar dan mengatakan CMA tidak ada kegunaan praktis dalam pertarungan. Mendengar ini Master Wang datang menantang Imre. Dan Imre pun dikalahkan dengan mudah. Mirip dengan kisah mas Marsyel MPJS yang mengalahkan praktisi BJJ bukan? Ya, history repeats itself. smile emotikon Setelah Kenichi Sawai (master Judo) dikalahkan Wang Xiangzhai (master Yi Quan), Sawai kemudian membawa seseorang bernama Hino yang merupakan Instruktur Judo dari Militer Jepang yang ada di Shanghai untuk bertarung dengan Master Wang. Menurut cerita pada saat itu Hino membawa seekor ayam jago untuk menangkal ilmu hitam dari Wang Xiangzhai. Mendengar bagaimana kekalahan Kenichi Sawai yang "aneh", menurut Hino itu pasti disebabkan ilmu hitam. Kemudian Hino menyembelih ayam jago tersebut dan membuat lingkaran dari darah ayam Jago. Hino menantang Master Wang bertarung di dalam lingkaran. Master Wang mengatakan dia tidak bisa ilmu hitam tapi jika Hino menantang dia untuk bertarung dalam lingkaran maka Master Wang akan menerima tantangan ini. Begitu pertarungan dimulai Hino segera memegang tangan Master Wang dan berusaha membantingnya. Tapi hanya dengan menghentakan pergelangan tangannya saja, Hino segera terlempar jauh keluar arena pertarungan. Hino
menghantam keras pohon yang ada di dekat situ dan terjatuh dalam keadaan pingsan. Walaupun Master Wang hanya menghentakan pergelangan tangannya saja tapi dengan prinsip "Whole Body Movement" bisa menghasilkan tenaga yang besar. Jadi bisa dibayangkan bagaimana hasilnya jika seorang sudah mampu menerapkan prinsip ini dengan benar. Ichiro Hatta seorang Judo Master lainnya yang pada tahun 1929 ikut mempromosikan Judo ke USA, pada tahun 1932 mewakili Jepang dalam nomor Wrestling di Olimpiade, tahun 1935 melatih Team Jepang dalam Olimpiade Berlin. Ichiro Hatta adalah pemegang Dan 8 Judo, Dan 8 Aikido dan Dan 7 Kendo. Kebetulan Ichiro Hatta mendengar pernyataan Wang Xiangzhai di koran Shibao yang saya tulis di atas yang mengatakan Judo dan Tinju memang baik tetapi tidak mengenal konsep Unified Force (Whole Body Movement). Hino kemudian menulis surat undangan kepada Wang Xiangzhai dan meminta untuk bertemu di suatu restauran di Shanghai. Ketika bertemu, Ichiro Hatta sangat terkejut melihat bahwa Master Wang ternyata seorang yang berperawakan kecil berbeda jauh dengan dirinya yang tinggi besar. Pada saat itu Ichiro Hatta secara langsung menantang Master Wang dan Master Wang menerimanya. Ichiro Hatta mengatakan kalau pertarungan bisa langsung dilakukan di dalam ruangan restauran yang sudah disewanya tersebut. Pertarungan dimulai dan Ichiro Hatta dengan cepat berusaha memegang Master Wang untuk melakukan bantingan. Tapi dengan cepat Master Wang menghindar ke belakang Ichiro Hatta dan mendorongnya jatuh. Ichiro Hatta langsung berdiri dan menyerang Wang kembali, kali ini Master Wang menghindar sambil memukul ke arah tulang iga Ichiro Hatta. Ichiro Hatta masih sempat memblock pukulan Master Wang, akan tetapi yang terjadi adalah ketika tangan Ichiro Hatta menyentuh tangan Master Wang yang melakukan pukulan ternyata seperti ada
tenaga yang berbalik menyerang hingga Ichiro Hatta pun terlempar oleh tenaga dorongan pukulan Master Wang dan jatuh menimpa meja yang ada di ruangan tersebut. Ichiro Hatta belum menyerah, begitu bangkit dengan cepat ia berusaha mengambil kaki Master Wang untuk melakukan Take Down (jatuhan ground fighting). Kali ini Master Wang sama sekali tidak menghindar bahkan mengangkat salah kakinya agar mudah diambil Ichiro Hatta. Ketika ia berhasil memegang kaki Master Wang dengan cepat Master Wang mendorong kakinya ke arah perut Ichiro Hatta dan lagi-lagi Ichiro Hatta pun terdorong jatuh kembali. Setelah beberapa kali gagal, Ichiro Hatta mengatakan bagaimana jika kali ini dia memegang ke dua pergelangan tanga Master Wang. Master Wang pun membiarkan Ichiro Hatta memegang ke dua pergelangan tangannya. Dan ketika Ichiro Hatta berusaha membanting Master Wang, dengan cepat Master Wang mengerahkan tenaga dengan prinsip "Whole Body Movement" nya dan melempar balik Ichiro Hatta membentur tembok hingga ruangan tersebut bergetar. Wang Xiangzhai adalah tokoh CMA yang prihatin dengan keadaan CMA yang dianggap rendah oleh beladiri asing. Dan Master Wang berdiri di garis depan untuk mempertahankan nama CMA di mata Dunia. Walaupun begitu Master Wang juga tidak lupa melontarkan kritikan pedas pada dunia CMA. "We must put old teaching in order, improve them and develop. If we don't do this, nobody will do it for us. Although I can not do much myself. I'm calling everybody to work together. This the goal of my criticism" (Kita harus meletakkan teknik pengajaran kuno di dalam sebuah rangka baru, meningkatkan kemampuannya
dan mengembangkannya.
Jika kita tidak
melakukan ini, maka tidak akan ada seorangpun yang akan melakukannya untuk kita kelak. Meskipun saya belum dapat berbuat banyak kepada diri saya sendiri. Saya mengajak siapapun untuk bekerja bersama. Ini adalah tujuan dari kritik saya)
Akankah ada Tokoh Dunia Pencak Silat di Indonesia yang akan maju ke depan dan mengatakan hal yang sama untuk menghadapi derasnya MMA dan membuktikan Pencak Silat adalah Beladiri yang Efektif sejajar dengan Beladiri lain di dunia? Bersyukurlah, Merpati Putih memulai itu secara resmi dengan MMA MP (MP Street Fighter). Meskipun belum berjalan maksimal, namun paling tidak sudah ada 'pentolan' silat yang siap maju manakala kasus silat dianggap rendah oleh beladiri asing mengemuka kembali. Memang ada silat lain, namun sifatnya hanya personal. Atau bisa saja ada yang resmi yang saya belum tahu. Nanti saya cari info lagi untuk lebih detailnya. Sejauh ini, baru MP yang secara nyata dan terang-terangan membentuk divisi khusus MMA di dalam internal struktural perguruannya. Pada tahun 1944 dalam buku karangan Bao Jia Cong yang berjudul "Yiquan cable theory: Yiquan ( Dachengquan ) Advanced awakened with point(Chinese Edition)" ada beberapa kritik Wang Xiangzhai yang diajukan pada CMA. Saya akan ambil beberapa. "All greatest sciences and arts are simple in form, and rich in content. And what is complicated in form usually hasn't got much essence. This is true not only in martial art. Think About it" (Semua pengetahuan dan seni yang besar sesungguhnya sederhana dalam bentuk (jurus), namun kaya dalam isi. Dan apa-apa yang nampak rumit dalam bentuk (jurus) biasanya tidaklah punya banyak isi. Ini adalah kenyataan tidak hanya di dalam beladiri. Pikirkanlah.) Kritik ini ditujukan pada CMA yang terlalu banyak menekankan Jurus yang terlalu rumit sehingga praktisinya kehilangan esensi beladiri itu sendiri yaitu efektifitas dalam pertarungan. Semua ilmu dan seni yang hebat itu sangat simple dalam bentuk tetapi sangat kaya akan isinya. "As for jumping over walls and roofs, it is all fantasies from novels, you can only smile when you hear about it. As for those stories about crushing big rocks and
resisting cuts of a sabre, those are the worst absurd inventions. There is no point discussing something like this " (Seperti misalnya melompat melampaui pagar dan tembok yang tinggi, itu semua khayalan dari novel, dan Anda dapat tersenyum ketika mendengar mengenainya. Termasuk misalnya kisah mengenai penghancuran batu besar dan menahan tebasan golok, semua itu merupakan temuan yang sangat absurd. Tidak ada satupun titik diskusi mengenainya.) Lihatlah, betapa kritikan pedas dilontarkan oleh Wang Xiangzhai mengenai bagaimana pola pelatihan Kungfu China yang kebanyakan bersifat "super human" atau berusaha membuat jadi manusia super dan mulai melupakan esensi bahwa tubuh manusia tersusun atas hal-hal yang nyata (otot, darah, daging, dsb). Tentunya kita tidak serta merta memvonis bahwa Wang Xiangzhai tidak memahami adanya Chi dan berbagai teknik pelatihan Chi. Namun kritiknya ditujukan bagi siapapun yang berpikiran dan berpandangan terbuka untuk mari sama-sama berkumpul dan mengembangkan konsep baru dari metode lama agar bisa adaptable dan fighting oriented berdasarkan kaidah-kaidah yang 'membumi'. Bukankah keadaan yang sama terjadi pada dunia Pencak Silat kita? Berapa banyak perguruan beladiri yang menjual fantasy? Kemampuan "menakjubkan" ilmu kebal, membakar kertas dengan tenaga dalam, berjalan di atas air, rogoh sukmo, meleburkan besi, membolongi batu dengan jari, membakar manusia, terbang melayang, dsb? Pertanyaannya adalah jika memang kemampuan seperti itu ada, apakah memang efektif digunakan dalam pertarungan? Jika ya ... buktikan saja, jangan hanya menjual khayalan. Hal seperti ini yang disebut superfisial bagi Master Wang dan bukan esensi dari ilmu beladiri itu sendiri. Kadang saya sendiri sering berpikir Pencak Silat itu sebenarnya Martial Art (Dunia Beladiri) atau Witchcraft (Dunia Sihir). Pencak Silat itu dunianya para
Knights atau dunianya para Sorcerers kalau kita pakai terminology film The Lords of The Rings. Master Wang dengan tegas menolak fantasy seperti ini. Bukankah kita sekarang ini memerlukan Tokoh Pencak Silat yang membumi seperti Wang Xiangzhai ini? Ada satu pertarungan menarik dari Master Wang yang mungkin bisa kita tarik pelajaran di sana. Pada tahun 1940-an Master Wang mengajarkan Zhan Zhuang secara terbuka di suatu taman di kota Beijing. Banyak orang yang lalu lalang di sana tertarik dan mengikuti pelatihan Zhan Zhuang ini. Wang Xiangzhai kala itu memang lebih menitikberatkan pelatihan Kesehatan untuk orang awam. Pelatihan beladiri sepenuhnya diserahkan kepada Yao Zhongxun muridnya. Pada pelatihan kesehatan ini lebih dititikberatkan pada Zhan Zhuang dan beberapa teknik dasar beladiri seperti Tui Shou " Pushing Hand " (Usikan ala Cikalong) juga dilatih di sana. Tetapi sama sekali tidak diajarkan sparring untuk pertarungan. Jika ada yang tertarik dianjurkan pergi ke Yao Zhongxun untuk memperlajari lebih dalam lagi. Pada saat itu seorang lelaki berambut putih yang tampak sudah cukup tua mendekati Master Wang dan menawarkan untuk "tukar ilmu", tidak masalah siapa yang menang. Walaupun sudah tidak muda lagi orang tersebut tampak kuat dan percaya diri dan anehnya walaupun udara saat itu cukup hangat tetapi orang tersebut menggunakan sarung tangan kulit yang biasa digunakan pada musim dingin. Akhirnya Master Wang memenuhi permintaan orang tersebut untuk bertarung. Dengan cepat orang tersebut mendekat dan menyerang dengan telapak tangan membentuk cakar elang. Master Wang menghindar dan mendorong orang tersebut dari belakang. Hingga orang tersebut offbalance dan terdorong menghantam pohon. Kali ini orang tersebut menyerang kembali dengan hebat menggunakan cakar elangnya ke arah wajah Master Wang. Karena orang tersebut menyerang ke arah wajah - setelah menghindari beberapa kali maka Master Wang kemudian
menangkis dari arah bawah sambil mengerahkan tenaga dengan prinsip "Whole Body Movement" nya. Orang tersebut kemudian terlempar ke atas akibat tangkisan tangan Master Wang ini, dan ketika orang tersebut terbanting ke tanah Master Wang dengan cepat mendekati untuk menolong orang tersebut. Orang tua itu menolak bantuan Master Wang, kemudian dia melepas sarung tangannya dan terlihatlah persendian jari tangannya yang rusak penuh dengan kapalan sangat tebal. Ternyata orang itu adalah Wang 'Si Cakar Besi'. Orang tersebut mulai menangis dan mengatakan apa yang selama ini dia pelajari seumur hidupnya ternyata tidak ada gunanya. Kembali di sini esensi ilmu beladiri adalah efektifitas dalam pertarungan. Dalam dunia beladiri pada akhirnya efektifitas dalam pertarunganlah yang dituju - jika latihan puluhan tahun tidak mengarah kepada efektifitas dalam pertarungan bukankah itu suatu kesia-siaan saja? Ada sebuah kisah ketika seorang anak muda berdiri bersama seorang tua di sisi sebuah telaga. Keduanya ingin menyebrangi sungai. Kemudian datanglah seorang tua penarik rakit. Orang tua itu kemudian menaiki rakit dan membayar 1 sen kepada pemilik rakit. Sementara orang muda segera mengerahkan tenaga dalamnya dan berjalan diatas air. Sesampainya di ujung telaga, terjadi percakapan singkat antara orang muda dan orang tua tadi. Anak muda, berapa lama waktu kau butuhkan untuk punya kemampuan seperti itu? Dijawab kalau ia sudah berlatih bertahun-tahun dan dengan segenap pengorbanan agar bisa menguasai ilmu sakti ini. Orang tua itu menjawab, akupun bisa melewati telaga itu hanya dengan 1 sen saja. Apa yang ingin saya tekankan, bukanlah kita menafikkan segala ilmu kesaktian yang ada. Ilmu-ilmu macam Lembu Sekilan, Bayu Seto, Pasir Besi, dll, adalah nyata adanya dan MP punya latihan untuk menuju kesana. Namun, seperti kritik dari Wang Xiangzhai, apakah semua jenis kemampuan luar biasa itu berguna dalam suatu pertarungan? Apakah bisa dibuat korelasinya dengan Sport Oriented,
atau Fighting Oriented, yang bersifat Battle Tested? Barangkali itu perlu dipikirkan bersama. Kalaupun belum/tidak berjodoh dengan segala jenis ilmu seperti itu, tidak usah berkecil hati. Pelajari saja apa yang dimiliki, kuasai benar dari teori hingga aplikasinya, lalu amalkan. Maka ini menjadi sebaik-baik ilmu. Mirip dengan pendekatan mendiang guru besar Mas Budisantoso yang menggunakan pendekatan pragmatis dalam mengamalkan keilmuan yang bisa disusun sebagai suatu materi dan dapat dilatihkan hampir kepada siapa saja. Semoga bermanfaat. NAFAS KERING MP DALAM KAJIAN SINGKAT ATP DAN SERAT OTOT Kaidah Tanah Jawa banyak memiliki ragam jenis beladiri dan tentu saja seni olah nafas. Merpati Putih sebagai bagian dari salah satu beladiri tanah Jawa mempunyai beragam jenis olah nafas. Salah satu yang ingin saya tulis adalah apa yang disebut dengan Nafas Kering. Latihan nafas jenis ini konon akan menghasilkan energi yang sangat besar dengan pola yang bersifat anaerobik ekstrim. Dalam ilmu Fisiologi Latihan (Exercise Physiology) dikenal ada yang disebut dengan Extreme Hypoxic Training (EHT). Tujuan dari EHT adalah untuk meningkatkan Lactate Treshold (LT) dari tubuh sehingga tubuh mampu beradaptasi dalam suatu aktivitas anaerobik yang sangat tinggi. Latihan jenis ini juga biasa disebut dengan Lactate Tolerance Training yang bertujuan membantu tubuh untuk recovery lebih cepat dalam suatu aktivitas yang membutuhkan kecepatan dan kekuatan. Salah satu pelatih atletik kelas dunia yg menerapkan pola Latihan yg bersifat Lactate Tolerance Training/Hypoxic Training adalah Luiz de Oliveira, yang disebut dengan Hypoxic Drills. Oliviera melakukan drills sebagai berikut, atlet diminta untuk menarik nafas dalam-dalam kemudian melakukan sprint sejauh 25 m dalam kondisi menahan nafas. Setelah mencapai finish, atlet tersebut melakukan jogging kembali ke garis start dan kembali melakukan sprint sejauh 30
m dalam kondisi tahan nafas. Setelah finish, lalu jogging kembali ke garis start. Latihan seperti ini dilakukan terus menerus dengan peningkatan interval 5m (35m, 40m, dst) hingga mencapai jarak 90 m. Ini adalah satu set latihan Hypoxic Drill yg dirancang oleh Oliviera untuk para atletnya. Biasanya dilakukan 3 set Hypoxic Drills seperti ini dalam satu sesi latihan. Semua itu bertujuan untuk meningkatkan Lactate Treshold pada diri atlet. Tentu saja walaupun Nafas Kering MP dalam Exercise Physiology bisa dikategorikan sebagai Extreme Lactate Tolerance Training/Extreme Hypoxic Training yg bertujuan meningkatkan Lactate Threshold praktisi MP sehingga bisa mengoptimalkan kinerja Fast Twitch Fibers (Speed and Power) tapi efek samping dari Hypoxic Training yang ekstrim ini tentunya perlu diteliti lebih jauh lagi. Hal ini disebabkan bahwa pelatihan Hypoxic Training tidak pernah dilakukan dalam kondisi anaerob ekstrim (nafas kering), semua tetap dilakukan dalam kondisi menarik nafas penuh sebelum melakukan Hypoxic Training ini. Tentu perlu diteliti lebih jauh apakah jika dilakukan Hypoxic Training dalam kondisi Nafas Kering akan menimbulkan efek samping yang bersifat negatif pada tubuh. Oliviera belum sampai pada tahap itu pendekatannya. Kita juga bisa melihat Nafas Kering ini dengan pendekatan Muscle Fiber (serat otot). Seperti kita ketahui Muscle Fiber terdiri dari beberapa tipe, yang biasa dikenal sebagai Fast Twitch Fiber (Type I) dan Slow Twicth Fiber (Type II), Fast Twitch Fiber sendiri dibagi 2 menjadi Type IIa dan Type IIb. Slow Twitch Fiber berguna untuk aktifitas yang membutuhkan endurance, yaitu aktifitas otot yg dilakukan dalam waktu lama. Aktifitas ini dikenal dengan nama aktifitas Aerobic seperti misalnya lari marathon. Lari marathon yang membutuhkan endurance tinggi lebih banyak menggunakan Slow Twitch Fiber ini (Type I) ini. Sedang Fast Twitch Fibers (Type II) lebih banyak digunakan pada aktifitas yang membutuhkan daya ledak tinggi (kecepatan dan power). Otot Type II ini berkontraksi sangat cepat tetapi juga sangat cepat lelah yang diakibatkan terakumulasi Lactate Acid (asam laktat) pada otot dalam aktifitas Anaerobic. Otot
Type IIa bisa bekerja dalam kondisi Aerobic dan Anaerobic, sedang otot Type IIb lebih banyak bekerja dalam kondisi Anaerobic. Kedua Type Otot ini, Fast Twicth Fibers dan Slow Twitch Fibers, tentunya membutuhkan pola latihan yang berbeda. Slow Twitch Fibers (Endurance) lebih membutuhkan latihan yg meningkatkan VO2max tubuh sedang Fast Twitch Fibers (Speed and Power) lebih membutuhkan latihan yang meningkatkan Lactate Threshold tubuh (Lactate Tolerance Training/Hypoxic Training). Mengapa di MP, nafas kering (dianggap) dapat menghasilkan energi yang lebih besar? Padahal secara biologi, produksi ATP pada kondisi tanpa oksigen itu lebih sedikit dibandingkan kondisi dengan oksigen? Sebelum menjawabnya, mari kita lihat penjelasan singkat menggunakan kaidah sistem respirasi berbasis teori ATP. Sistem respirasi terbagi menjadi 2 yakni Respirasi Aerob dan Respirasi Anaerob. Sistem respirasi Aerob, merupakan sistem pernafasan yang menggunakan oksigen sebagai bahan utama dalam menghasilkan energi. Proses yang terjadi akan melibatkan 3 (tiga) tahapan yakni Glikolisis, Siklus Krebs, dan Electron Transport Chain (ETC). Tiap tahapan proses akan menghasilkan 2 ATP untuk glikolisis, 2 ATP untuk siklus Krebs, dan 34 ATP untuk Electron Transport Chain. Total akan dihasilkan 38 ATP untuk setiap pemecahan 1 molekul Glukosa. Oksigen diperlukan sebagai receptor electron pada saat proses ETC dan menghasilkan produksi ATP terbanyak di tahap ini. Berikutnya, proses akan menghasilkan karbon dioksida dan air serta sedikit panas. Sistem pernafasan jenis ini adalah sistem yang menghasilkan pembentukan ATP terbanyak. Rantai reaksi kimia yang dibentuk pada proses ini merupakan rantai yang panjang sehingga diperlukan beberapa waktu tertentu agar proses Glikolisis menjadi ATP. Sistem respirasi Anaerob, merupakan sistem pernafasan yang tidak menggunakan oksigen dalam menghasilkan energi. Proses yang terjadi adalah Glikolisis menjadi Lactate Acid (asam laktat). Sistem ini bisa dijelaskan menggunakan Siklus Cori. Mula-mula Glikolisis terjadi pada Otot dan menghasilkan asam Piruvat dan asam
Laktat. Kemudian asam Laktat ini akan dikirimkan ke Liver untuk memproduksi ulang Glukosa. 2 ATP akan dihasilkan dari proses Glikolisis pada otot dan 6 ATP akan dihasilkan dari proses pembentukan Glukosa di Liver sehingga totalnya terbentuk 8 ATP. Jauh lebih sedikit dibanding jumlah ATP yang dihasilkan pada respirasi aerob sebanyak 38 ATP. Secara teoritis, berdasarkan penelitian Astrand dkk tahun 1986 berjudul "Disposal of Lactate during and After Strenuous Exercise in Humans" pada Journal of Applied Physiology dijelaskan bahwa kondisi Anaerob akan membuat sel otot menjadi bersifat asam. Normalnya pH pada sel otot adalah 7,1, namun respirasi anaerob akan menurunkan pH sel otot menjadi 6,5. Penurunan kadar pH dari basa ke asam pada sel otot ini menyebabkan gangguan pada otot. Hal itu akan menstimulasi sistem syaraf untuk menghasilkan rasa sakit seperti terbakar. Dijelaskan juga bahwa 65% asam laktat akan dikonversi menjadi karbon dioksida dan air, 20% menjadi glikogen, 10% menjadi Protein, dan 5% menjadi glukosa. Lebih lanjut lagi disebutkan bahwa penurunan derajat keasaman (pH) pada sel otot akan berakibat menurunnya aktivitas Enzim. Otot yang terlalu bersifat asam akan menyebabkan rasa sakit spt terbakar dan meningkatkan iritasi pada sistem syaraf pusat. Seseorang dapat menjadi mual atau bahkan kehilangan kesadaran apabila terjadi kondisi seperti ini terus menerus. Hal ini disebabkan membanjirnya asam laktat pada aliran darah keseluruh darah sementara tubuh belum cukup mampu untuk menurunkan derajat asam laktat pada aliran darah. Tubuh manusia memiliki ambang batas kadar asam laktat yang disebut dengan Lactate Treshold (LT) atau bisa juga disebut Aanerobic Treshold (AT). Normalnya sekitar 80-90% dari Vital Oxigen Capacity Maximum (VO2Max). Proses respirasi Anaerob menghasilkan rantai reaksi kimia yang lebih pendek dan lebih singkat dibanding rantai reaksi kimia Aerob sehingga waktu untuk mengolah ATP menjadi lebih cepat meski dalam jumlah yang lebih sedikit dibanding respirasi Aerob.
Namun memang tubuh manusia tidak semata-mata didasarkan pada hitunghitungan jumlah ATP yang dihasilkan. Meski demikian, dapat terlihat jelas secara hitungan teoritis bahwa respirasi anaerob sesungguhnya menghasilkan jumlah ATP yang lebih sedikit dibanding respirasi aerob. Namun respirasi jenis ini mempunyai kecepatan proses pemecahan ATP yang jauh lebih cepat dibanding respirasi aerob. Jika kedua hal tersebut dianalisa, yakni dari kajian Lactate Treshold, ATP, dan Muscle Fiber, maka sesungguhnya tenaga besar ini terletak pada perbedaan jenis serat otot yang digunakan pada proses Nafas Kering. Seperti kita ketahui pernafasan MP dilakukan dgn kondisi pengejangan otot sekeras mungkin pada saat melakukan postur tertentu. Dan ketika pernafasan MP dilakukan dengan Nafas Kering dan dilakukan pengejangan otot sekeras mungkin dalam kondisi sangat kekurangan oksigen, mau tidak mau pada saat pengejangan ini tubuh hanya akan mengaktifkan serabut otot yang hanya mampu bekerja dalam kondisi Anaerobic. Jenis Otot yg mampu bekerja dalam kondisi Anaerobic hanyalah jenis Fast Twist Fibers (Type IIa dan Type IIb). Khusus pada nafas kering jenis Muscle Fibers yg akan diaktifkan adalah Muscle Fibers Type IIb. Jadi walaupun pada pernafasan kering ATP yg dihasilkan lebih sedikit daripada pada kondisi Aerobic, tetapi pada Nafas Kering akan semakin banyak Muscle Fibers Type IIb pada tubuh yang diaktifkan dalam pernafasan ini. Semakin banyaknya Muscle Fibers IIb yang aktif inilah yg akhirnya menghasilkan Power lebih besar pada suatu aktifitas yg membutuhkan daya ledak tinggi (Speed and Power). Jika pernafasan dilakukan dalam kondisi tahan nafas tetapi tidak dilakukan dalam kondisi nafas kering maka tubuh masih bisa mengaktifkan Muscle Fiber Type IIa dan Type IIb, jadi tidak semua Muscle Fibers Type IIb pada tubuh diaktifkan. Dan jika dilakukan dalam kondisi nafas normal (Aerobic) tubuh hanya mengaktifkan Muscle Fibers Type I dan Type IIa saja sedang Type IIb tidak akan menjadi akftif
dalam kondisi Aerobic ini. Muscle Fibers Type I ataupun Type IIa tidak bertanggung jawab pada aktifitas yang membutuhkan Speed dan Power, tetapi lebih bertanggung jawab pada aktifitas yg membutuhkan daya tahan (Endurance). Sebaliknya, Muscle Fibers Type IIb ini sepenuhnya bertanggungjawab untuk aktifitas yang membutuhkan Speed and Power. Itulah sebabnya Nafas Kering dipercaya bisa menghasilkan Power lebih besar, walaupun ATP yang dihasilkan pada Nafas Kering lebih sedikit dibanding dalam kondisi Aerobic. Jika dibaca tulisan diatas secara utuh, ada efek samping yang terjadi pada saat dilakukannya Nafas Kering di tubuh manusia yakni berubahnya derajat keasaman (pH) darah dari semula 7.1 menjadi 6.5, terjadinya rasa panas terbakar pada tubuh, gangguan pada sistem syaraf pusat, dan gangguan pada enzim. Maka diperlukan tambahan prosedur latihan apabila ingin melatih nafas ini yakni sebagai berikut: 1. 2.
Meminum Memakan
air buah
yang atau
bersifat makanan
basa yang
(pH memiliki
diatas sifat
8) basa
3. Memakan makanan yang memiliki manfaat memperbaiki fungsi enzim tubuh Dengan cara seperti itu maka latihan Nafas Kering MP menjadi lebih aman dan lebih bisa dipertanggungjawabkan dari sisi ilmu kesehatan. Semoga bermanfaat. Salam
hangat,
MG ILMU KRAMADANGSA DAN MULAT SARIRA Sebelum saya mengulas lebih jauh pada Bagian 4 mengenai sudut pandang saya terhadap MP, maka kali ini saya rasa lebih dulu mesti saya hadirkan pengetahuan yang sangat bagus berdasarkan ajaran dari Ki Ageng Suryomentaram dari Jogja. Karena ini nanti ada korelasinya dengan Bagian 4 yang akan datang. Ki Ageng
Suryomentaram melahirkan banyak sekali ilmu-ilmu kebijaksanaan di tanah Jawa. Tidak kurang dari 40-an pemahaman yang disebut "ilmu" lahir dari beliau. Ajarannya dinamakan Suryomentaraman. Ilmu Mulat Sarira, Ilmu Kawruh Begja, Ilmu Kramadangsa, dll, adalah beberapa yang dihasilkan dari pengembaraan diri Ki Ageng. Pada artikel kali ini saya akan menulis mengenai Ilmu Kramadangsa dan ilmu Mulat Salira. Ilmu ini berisi pemahaman mengenai Jiwa atau Kejiwaan. Dalam bahasa modern disebut sebagai Psikologi. Jiwa yang dalam literatur tasawuf dan psikologi umum terlihat begitu rumit serta 'njlimet', oleh Ki Ageng disederhanakan hanya sebatas rasa. Karena rasalah daya yang mendorong semua makhluk untuk beraktivitas. Meskipun karya Ki Ageng Suryomentaram ini nyaris tanpa bumbu sastrawi dan jauh dari terminologi ilmiah, namun Kawruh Begja yang beliau ajarkan tidak kalah adiluhungnya dengan yang diajarkan oleh para filsuf dan pujangga termasyhur di dunia. Dalam ilmu Kramadangsa diceritakan bahwa ada aktifitas yang sangat penting untuk dilakukan manusia yakni studi mengenai diri sendiri untuk mendapatkan pengetahuan mengenai diri sendiri. Lingkupnya adalah Jagad Alit (mikrokosmos). Pengetahuan ini didasarkan pada konsep 'Sumarah' yang berarti pasrah atau berserah. Menariknya, ajaran ini bukanlah ajaran rahasia atau yang dirahasiakan tingkat tinggi namun merupakan ajaran yang terbuka untuk mendiskusikan mengenai apa saja yang berhubungan dengan ajaran mereka. 'Pangawikan Pribadi' atau mempelajari mengenai rasa di dalam diri sendiri bisa disamakan dengan mempelajari manusia dan kemanusiaan. Bahwa ketika kita bisa mempelajari rasa diri sendiri dan berhasil memahaminya dengan tepat, otomatis kita akan bisa memahami manusia pada umumnya. Inti ajarannya berada pada konsep SAIKI, NGENE, NENG KENE atau kalau saya bahasa Indonesiakan menjadi SEKARANG, SEPERTI INI (APA ADANYA), DISINI. Bagi Ki Ageng Suryomentaram, today atau hari ini adalah sesuatu yang harus dilalui dan dinikmati sebagai sebuah karunia Tuhan. Ilmu bahagia itu akan ketemu kalau meletakkan sesuatu apa adanya. Terlalu tinggi menaruh keinginan atau harapan-harapan akan membuat hati tidak bahagia dan kosong. Dengan
demikian, alangkah eloknya jika pembelajaran 'pangawikan pribadi' dipelajari dari sekarang, disini, serta penuh keberanian menghadapai segalanya apa adanya. Ajaran beliau juga mengatakan bahwa di dalam setiap diri manusia terdapat pencatat atau perekam yang merekam pelbagai keadaan dan peristiwa. Rekamanrekaman itu awalnya tersusun secara acak tapi kemudian terorganisasi sesuai corak dan jenisnya. Pelbagai rekaman yang masih acak itulah yang kemudian melahirkan rasa 'kramadangsa', yaitu rasa keakuan atau ego, yang kemudian tumbuh sebagai pemikir yang mendominasi ruang rasa kita. Kramadangsa adalah aku, maka ketika bertemu dengan istilah tersebut gantilah kata kramadangsa dengan nama kita masing-masing. Jadi, ketika saya menulis dengan 'si Kramadangsa' itu artinya 'si Agung' atau 'si Mirna' atau 'si Hasan' dan sebagainya. Sepanjang waktu, aktifitas si Kramadangsa adalah memperhatikan, memikirkan, menyeleksi, mengorganisasi, dan kemudian dengan senang hati menjadikan rekaman favoritnya sebagai tuan atau majikan yang dihambanya dengan penuh kerelaan. Bila beragam rasa yang muncul dari dalam diri kita bisa kita teliti dengan tuntas, penghalang yang berupa anggapan benar itu pun akan runtuh. Setelah hijab itu runtuh, kita pun leluasa menyaksikan kekeliruan rekamanrekaman kita tentang segala sesuatu. Dengan demikian, keakuan si Kramadangsa (ego) yang sebelumnya selalu dominan pun tak lagi bertaji. Bersamaan dengan tak lagi berdayanya rasa si Kramadangsa, lahirlah rasa Manusia Tanpa Ciri. Manusia tanpa ciri, atau manusia yang tak lagi memerlukan ciri-ciri (atribut), adalah manusia yang penglihatan mata hatinya tak lagi terpengaruh atau terhalangi oleh pelbagai rekaman dan catatan-catatan yang memenuhi ruang rasanya. Saat itu semua rekaman dan catatannya sudah tidak lagi memerlukan perhatian pikirannya. Sebagai hasil dari 'pangawikan pribadi' ini, seharusnya jiwa kita menjadi sehat. Beliau sengaja membuat bagan yang provokatif bahwa manusia tanpa ciri akan memiliki jiwa sehat 100%. Beliau juga membagi gradasi rasa menjadi empat tingkatan.
Gradasi pertama disebut dengan dimensi tunggal. Dimensi yang berupa garis ini sebagai analogi untuk bayi, yang kemampuannya baru sebatas merekam berbagai rangsangan dari luar dengan panca inderanya. Gradasi kedua disebut dengan dua dimensi. Seseorang dapat dikatakan memasuki gradasi kedua jika telah mampu mengorganisasikan atau membentuk tipologi dari berbagai jenis rekaman di dalam ruang rasa. Dengan kata lain, manusia pada tingkatan kedua ini mulai sedikit sadar untuk mengekspresikan rangsanganrangsangan dari luar maupun dari dalam dirinya sendiri. Namun dalam bertindak tersebut tidak berdasarkan akal dan hati, sehingga akibat reaksinya dalam menghadapi rangsangan sering melenceng. Gradasi ketiga disebut dengan manusia tiga dimensi. Dalam fase ini, manusia sudah mampu memberdayakan akalnya untuk berfikir, sehingga dapat memahami hukum-hukum alam. Namun tidak dengan hatinya. Dengan demikian, manusia yang bertempat pada level ketiga ini hidupnya didominasi oleh ego, atau yang oleh Ki Ageng diistilahkan dengan 'kramadangsa' atau ego atau ke-aku-an. Gradasi keempat yakni manusia empat dimensi, yakni manusia yang tidak hanya memiliki ukuran panjang, lebar serta tinggi dalam dimensi ruang dan waktu. Manusia pada tingkatan terakhir ini juga memiliki rasa yang dapat melintasi ruang dan waktu. Karena selain kemampuan analisisnya telah sampai pada hukum alam, manusia ini juga memiliki kebijaksanaan yang bersumber dari rasa, dari 'krenteg ing ati' atau 'geteran' atau 'getaran' atau 'gerak hati'. Rasa inilah yang oleh Ki Ageng disebut sebagai rasa yang dapat berkembang, yakni rasa yang tidak mungkin dapat dirasakan hewan, apalagi tumbuhan. 'Krenteg in ati' (gerak hati) yang lahir dari dalam diri serta berasal dari rekaman ruang rasa memiliki dua potensi. Pertama, manusia akan kembali pada gradasi ketiga, yakni hidup dalam kendali kramadangsa. Semisal marah. Jika dalam keadaan marah justru memikirkan bagaimana cara melampiaskan marah, maka kembalilah manusi pada posisi ketiga. Namun sebaliknya, jika dalam keadaan
marah yang terpikir adalah apa itu Marah, bagaimana karakter dan apa tujuannya, maka manusia menuju ke tingkatan tertinggi. Gradasi tertinggi ini adalah manusia yang telah terbebas dari dominasi egonya sendiri dalam bertindak. Ukuran terakhir ini oleh Ki Ageng disebut sebagai instrument dalam diri, yang berfungsi khusus untuk memotret diri orang lain. Keberhasilan seseorang dalam meraih puncak rasa merupakan suatu keistimewaan tersendiri. Karena jika bersinggungan dengan realitas (masyarakat), manusia tanpa ciri akan selalu merasa damai sebab tidak harus berselisih. Manusia tanpa ciri adalah manusia bumi yang mampu membumi. Meski demikian, ada sebagian pemikiran Ki Ageng yang dianggap kontroversial, misalnya ia pernah dituduh tidak percaya terhadap kehidupan akhirat. Dan aliran yang dipimpinnya dicap tidak percaya kepada Tuhan dan sesuatu yang gaib. Namun bagi Ki Ageng, sebagaimana kehidupan di dunia, akhirat adalah sesuatu yang niscaya, karenanya tidak perlu lagi dipikirkan atau harus digambargambarkan dengan pelbagai tamsil, tanda-tanda, maupun persamaan yang kekanak-kanakan. Ki Ageng lebih mendahulukan "pengalaman" daripada "keyakinan". Ia senantiasa berupaya mengalami terlebih dahulu, baru kemudian percaya dan yakin. Dengan demikian komunitas 'Kawruh Begja' yang diasuhnya tetap terbuka pada kepercayaan terhadap Tuhan dan agama. Hal ini mengingatkan saya pada Tri Prasetya MP yang pertama yakni TAAT DAN PERCAYA KEPADA TUHAN YANG MAHA ESA serta aspek universalitas MP yang diusungnya. Banyak yang menanyakan kenapa harus taat dulu baru percaya? Nah, penjelasan dari Ki Ageng Suryomentaran ini secara gamblang bisa menjelaskan hal itu. Anda lakukan segala latihannya, Anda alami sendiri rasanya, barulah didapat keyakinan versi diri sendiri. Nantinya keyakinan versi diri sendiri ini akan berkembang sedemikian rupa. Bisa menjadikan kita lebih bijaksana atau malah terjebak pada keyakinan si Kramadangsa yang menganggap bahwa dirinyalah yang paling benar sedangkan yang lain 'sesat'. Kalau itu sampai muncul, maka artinya seseorang belumlah mencapai tahap 'Manusia Tanpa Ciri' karena ia akan selalu menyelisihi apapun yang ditemuinya.
Contoh yang paling mudah bisa dilihat dalam kehidupan sehari-hari. Saya akan ambil beberapa gambaran. Semisal apabila kita membaca sebuah tulisan di Facebook lalu kemudian kita jadi merasa sebal dan kesal sama penulisnya, menganggap penulisnya seperti orang yang 'sok pamer' atau 'sok pinter'. Ketika muncul rasa tersebut, tanyakanlah pada hati kecil kita ... siapa sebenarnya yang kesal itu? Si Kramadangsa, atau emosi marah kita, atau ego kita yang merasa tersaingi, atau apa? Pemisalan lain manakala seorang laki-laki keluar rumah lalu melihat ada orang lalu lalang didepan kita dan tiba-tiba kita jadi merasa senang dengan seorang wanita yang berjalan melambai dengan rok mini dan kaos ketat lalu kemudian kita jadi merasa 'gerah'. Ketika muncul rasa itu, tanyakanlah pada hati kecil kita siapa sebenarnya yang 'gerah' itu Si Kramadangsa, atau nafsu kita atau apa? Jika misalkan tulisan seseorang itu tidak ada menyebut nama kita, tidak pula menyinggung keluarga kita, atau sahabat dekat kita, lalu tiba-tiba hati kita merasa tidak menentu, kesal, ingin marah, ingin mengatakan kepada penulisnya bahwa dia 'sok tahu', 'sok pinter', dan tiba-tiba muncul rasa 'aku lebih tahu dan lebih pinter dari dia', maka analisalah rasa itu datang dari mana? Jangan-jangan bukan dari diri kita sendiri. Menjadi 'manusia tanpa ciri' yang berada pada gradasi keempat atau level tertinggi dalam ajaran ilmu Kramadangsa sungguh mengajarkan kita untuk bersikap natural, wajar, menghindari perselisihan, menjauhi 'kebenaran versi sendiri', bisa menerima kebenaran versi lain. Dan ini sungguh sangat menyehatkan. Untuk menjadi 'manusia tanpa ciri' secara mudahnya demikian, bahwa ketika kita menjumpai apapun yang kemudian memunculkan rasa ego di hati lalu kita berhasil menepisnya dan kita tersenyum secara tulus, maka disitulah kita berhasil menyingkirkan si Kramadangsa di diri kita. Kita terbebas dari ego dan kita akan merasa damai dengan tulisan atau kejadian jenis apapun. Agar dapat mengenal dan memahami si Kramadangsa ini maka seseorang harus terus menerus berusaha untuk mengenal dirinya yang sejati. Untuk dapat
mengenal diri yang sejati terlebih dahulu manusia harus belajar melalui 'laku' (jalan) pembelajaran diri setahap demi setahap. Pembelajaran diri ini merupakan tangga pendakian kualitas diri seseorang. Tangga ini disebut sebagai Ilmu Mulat Sarira sebagai berikut: 1. Nanding Sarira, yaitu pembelajaran pertama dimana seseorang berusaha membanding-bandingkan dirinya dengan diri orang lain dan merasa dirinya lebih baik, lebih benar, lebih menang dibandingkan orang lain. 2. Ngukur Sarira, yaitu pembelajaran kedua dimana seseorang berusaha mengukur diri orang lain dengan dirinya sendiri yang dijadikan tolok ukur. 3. Tepa Sarira, yaitu pembelajaran ketiga dimana seseorang mau dan mampu merasakan perasaan orang lain. Belajar tenggang rasa, mengerti mengenai 'unggah-ungguh', bisa ikut merasakan susah dan senang hati orang lain. Belajar mengalah untuk dapat menyenangkan hati orang lain, sekaligus mengalah untuk tidak menyakiti orang lain. 4. Mawas Diri, yaitu pembelajaran keempat dimana seseorang berusaha bisa memahami dan mengerti akan dirinya sendiri tanpa dipengaruhi oleh keadaan dan situasi dengan sikap jujur dan rendah hati. Belajar mengamati dirinya sendiri, melihat potensi-potensi yang ada didalam dirinya sendiri, apa kelebihan dan kekuatannya, apa kelemahan-kelemahannya, kekurangannya, kesalahannya, keburukannya,
dan
kemungkinan-kemungkinan
yang
lainnya.
Belajar
memperbaiki diri sendiri agar menjadi lebih baik dan berlaku benar dalam hidup ditengah masyarakat luas. 5. Mulat Sarira, adalah laku utama orang Jawa yang tertinggi. Yaitu tahap pembelajaran kelima, tingkat kualitas diri yang lebih tinggi dari Mawas Diri dimana seseorang berusaha masuk ke dalam dirinya sendiri yang terdalaman masuk lebih jauh lagi. Ia menjelajah dan mengarungi lautan hati serta menyelam ke dasar samudera jiwa yang suci untuk menemukan diri sejati yakni identitas diri yang agung.
Semoga bermanfaat. AADBP - ADA APA DENGAN BAWAH PUSAR? Pada beladiri timur umumnya sangat familiar dengan titik dibawah pusar. Kalau didunia Kungfu disebut dengan Dantian (dantien/tantien tergantung logat), kalau di Jepang disebut dengan Hara, kalau di Merpati Putih disebut dengan 'Ruang Pusat Getaran' (istilah yang lebih 'Indonesia'). Kalau di ajaran Kejawen Islam disebut dengan Betal Mukadas (kata serapan dari bahasa Arab yakni Baitul Muqodas). Masing-masing aliran memiliki teknik pelatihannya tersendiri. Khusus pada Merpati Putih, bentuk napas yang umum yang terkait dengan lokasi tersebut adalah Napas Pengolahan dan Napas Pengendapan. Sebenarnya ada apa dengan titik dibawah pusar tersebut hingga menjadi lokasi yang cukup penting untuk dirasakan dan dipahami? Seperti yang pernah saya jelaskan terdahulu, bahwa dalam tubuh kita paling tidak sudah ditemukan ada 3 jenis 'otak'. Pertama, yakni otak kepala (head brain). Kedua, yakni otak jantung (heart brain). Ketiga, yakni otak perut (gut brain). Disiplin ilmu yang membahas mengenai otak kepala sangat banyak. Darinya lahir psikologi, gelombang otak, kognitif, hormon, dan lain sebagainya. Dalam khasanah Jawa sering disebut dengan 'PIKIR' atau 'Betal Makmur' (serapan dari bahasa Arab yakni Baitul Makmur). Demikian juga disiplin ilmu yang membahas mengenai otak jantung sudah mulai banyak (pada awalnya dimulai oleh Dr. J. Armour pada tahun 90-an yang kemudian menggunakan istilah 'heart brain'). Darinya lahir konsep rasa, intuisi, naluri, dan lain sebagainya. Dalam khasanah Jawa sering disebut dengan 'ROSO' atau lengkapnya 'roso sak jroning roso' atau 'Betal Mukaram' (serapan dari bahasa Arab yakni Baitul Muharram). Namun otak perut (gut brain) masih sedikit yang berusaha memahaminya sehingga seakanakan menjadi asing.
Ilmuwan yang pertama meneliti dan mengistilahkan dengan 'Gut Brain' adalah Michael Gershon dari Columbia-Presbyterian Medical Center, New York. Ia mengatakan bahwa banyak sekali sinyal dan informasi yang dikirimkan dari usus menuju otak yang tidak lahir dari kesadaran pikiran. Terdapat sekitar 500 juta syaraf, lima kali lebih banyak dari syaraf otak. Melekat pada dinding usus sesuatu yang disebut dengan ENS (Enteric Nervous System) yang pada mulanya diketahui berfungsi untuk melakukan kontrol terhadap proses pencernaan ternyata berpengaruh juga pada perkembangan fisik dan mental. Bahkan otak perut (gut brain) dapat bekerja secara independen tanpa pengaruh otak kepala. Jadi, saat Anda membaca tulisan saya sekarang ini maka otak perut (gut brain) Anda bekerja secara otomatis tanpa kendali otak kepala. Bahkan apabila seseorang mengalami 'brain dead' dan dimasukkan makanan ke dalam tubuhnya, pencernaan akan tetap bekerja dengan baik. ENS ini membantu kita dalam merasakan beragam ancaman lingkungan luar dan mempengaruhi bagaimana respon yang dibentuknya. Istilah Enteric Nervous System (ENS) pertama kali digaungkan oleh ilmuwan Inggris bernama Johannis Langley pada tahun 1907 melalui jurnal "The Abdominal and Pelvic Brain" dan Byron Robinson. Ia mengatakan bahwa ENS bekerja secara independen namun punya keterkaitan dengan otak kepala melalui sistem syaraf Vagus. Otak perut (gut brain) menghasilkan 95% dari seluruh produksi Serotonin, bandingkan dengan otak kepala yang hanya 5% saja. Serotonin banyak ditemukan di saluran gastrointestinal (GI), trombosit, dan dalam sistem saraf pusat. Serotonin dikenal sebagai kontributor untuk perasaan sejahtera (bahagia), sehingga dikenal juga sebagai "hormon kebahagiaan" meskipun serotonin bukanlah hormon, memperbaiki kesedihan dan depresi. Dalam kaitannya dengan sistem syaraf pusat, Serotonin juga berperan dalam hal kontraksi otot. Lebih jauh lagi, Serotonin berperan dalam beberapa fungsi kognitif, termasuk dalam memori (daya ingat) dan belajar.
Apabila dilihat lebih dalam, antara otak kepala dan otak perut terhubung melalui syaraf tulang belakang. Syaraf yang berperan adalah syaraf Vagus. Otak perut (gut brain) akan bekerja dengan baik berdasarkan faktor 'feel-good' atau 'merasa enak'. Ilmuwan Pankaj Pasricha dari Johns Hopkins Center for Neurogastroenterology di Baltimore, Maryland, mengatakan bahwa apa-apa yang ada diluar tubuhmu itu ada didalam perutmu. Ia menambahkan, apa-apa yang terlihat bahaya dan terdeteksi oleh mata, terdengar oleh telinga, akan terasa oleh perut. Lebih jauh lagi ia mengatakan bahwa tidak ada kehidupan tanpa adanya perut. Bahwa perlu adanya hubungan yang sangat intim antara otak kepala dengan otak perut agar kehidupan manusia tetap harmoni, sehat, dan kuat. Otak perut (gut brain) memiliki daya 'instuisi' nya sendiri secara khas. Ia ternyata punya 'naluri' yang khas. Serotonin adalah neurotransmitter yang paling berpengaruh dalam pengembangan Enteric Nervous System (ENS) ini. Dan Serotonin dapat menurun kadarnya manakala seseorang mengalami stress. Hal-hal yang dapat meningkatkan kadar Serotonin adalah berolahraga yang nyaman dan tidak membuat Anda kelelahan, cahaya yang cukup, pijatan pada tubuh, menjaga pikiran optimis dan positif, dan menjaga pola makan. Jika tulisan saya mengenai Isometric dibaca dengan seksama maka akan terlihat korelasinya yakni Isometric merupakan latihan mempertahankan postur tubuh tertentu selama waktu tertentu. Isometric umumnya menggunakan jenis Otot Postural. Latihan berjenis Isometric memerlukan 'bantuan' dari Pikiran untuk membayangkan, mengenali, dan 'merasakan' postur. Sinyal yang dikeluarkan Pikiran melalui otak kepala ini berfungsi untuk memperkuat instruksi kepada otot postural melalui syaraf Vagus. Sehingga latihan Isometric akan berusaha menyatukan pikiran dan tubuh secara unik melalui keterkaitan antara syaraf Vagus dan otot postural. Contoh latihan Isometric adalah Zhan Zhuang (dalam beladiri
China), Yoga (dalam tradisi India), Napas Pengolahan (dalam keilmuan Merpati Putih). Terkait dengan otak perut (gut brain), maka pada setiap pola latihan yang bersifat Isometric semestinya memfungsikan otak kepala dan otak perut (gut brain) melalui titik dibawah pusar. Hal ini dikarenakan keterkaitan antara otak kepala dan otak perut melalui sistem syaraf tulang belakang via jalur syaraf Vagus. Dan syaraf Vagus ini merupakan jenis syaraf yang banyak ada pada jenis otot postural. Dan latihan mesti dilakukan dengan penuh rasa senang gembira suka cita (tidak stress atau tertekan atau terbebani secara perasaan). Demikian juga dengan latihan yang bersifat statis dan hanya mengkonsentrasikan pada titik dibawah pusar semisal meditasi (napas pengendapan) atau latihan sejenis itu. Diperlukan peran pikiran, rasa senang gembira suka cita, tidak tertekan, menikmati setiap prosesnya, merasakan lokasinya, setiap tarikan napasnya. Jikapun ada yang 'terasa' dan 'berasa' disana, biarkan saja dan tetap nikmati secara wajar. Hal ini bertujuan untuk membuat lebih sehat diri kita secara lahir batin, memproduksi Serotonin dalam jumlah cukup, mengurangi kesedihan dan depresi. Dengan demikian, latihan yang dilakukannya membuat lebih sehat dan bugar serta powerful. Bagi para praktisi energi dengan pola titik dibawah pusar, terdapat keterkaitan antara pikiran dengan titik tersebut. Keterkaitan antara pikiran dengan titik dibawah pusar umumnya terjadi manakala praktisi terpancing emosi marahnya. Seketika marah keluar, maka dibawah pusar langsung menghangat. Reaksinya terpancing untuk 'mengeluarkan' energi tertentu. Kalau "Hati" tidak berhasil 'mendamaikan' keduanya maka yang terjadi adalah ledakan-ledakan amarah yang berdaya rusak sangat tinggi (karena diisi dengan sejenis energi tertentu hasil latihan). Maka, dalam hal ini Allah memberikan Hati sebagai 'penengah' dan 'pengendali' yang dapat melakukan 'intercept' atau pencegatan terhadap pikiran (otak kepala) maupun energi (otak perut). Kalau fungsi Hati ini gagal atau tidak berfungsi sebagaimana mestinya, maka yang terjadi adalah gabungan kekuatan
pikiran dan energi sedemikian rupa tanpa kendali. Anda akan memukul sesuatu atau seseorang, dan fatal sekali akibatnya. Keseimbangan inipun terjadi pada istilah 'Cipta-Rasa-Karsa', dimana kata 'Rasa' diletakkan ditengah antara Cipta dan Karsa. Maksudnya sebagai penengah, pengendali dari Cipta dan Karsa atau dari keduanya. Kalau 'Rasa' tidak dipakai, maka semua menjadi tidak terkendali. Maka memahami ketiga jenis otak ini beserta dengan fungsinya sangatlah penting. Pemahaman ini akan membawa kita menjadi lebih bijaksana dan mengetahui benar potensi yang ada pada masingmasingnya agar dipergunakan secara menyeluruh untuk kebaikan. Pada tulisan yang lalu, saya memberikan data dan fakta bahwa titik dibawah pusar dapat menghasilkan hormon yang menghasilkan 'kecanduan' yang disebut dengan Benzadiazephine. Saya ingin menekankan pada kata 'kecanduan'. Bahwa ketika suatu titik pusat energi sudah dikenali dan bisa dirasakan, maka artinya ia sudah 'aktif' dan dapat dipergunakan sesuka hati. Penggunaan ini kalau tidak hati-hati dan tidak dilandasi dengan kebaikan akan membuat orang 'kecanduan' pada hal yang keliru dan salah. Makin lama, 'kecanduan' itu akan makin parah dan sulit untuk kembali. Disinilah sesungguhnya peran Hati/heart brain/qolbu/roso sak jroning roso berperan. Sebagai penengah, pengendali. Lebih jauh lagi, dalam konsep Tasawuf, Hati adalah Raja. Sebagai RAJA yang ketika ia memerintahkan 'menengo...!' atau 'tenang...!' maka mesti tenanglah semua 'alam semesta' di dalam diri. Jika belum, maka lihatlah ke dalam Hati kita sendiri, koreksilah, perbaikilah terus menerus. Sertakan Hati dalam setiap latihannya. Semoga bermanfaat. SukaTunjukkan lebih banyak tanggapan Komentari MP DAN -ISME Ada yang bertanya kepada saya, untuk apa saya meneliti sampai se-detail itu, melakukan studi kasus dengan Yoga, kungfu China, dll, bahkan hingga pada
paham ISM (taoism, buddhism, zen, tasawuf, dll), menulis banyak-banyak, padahal belum tentu MP menghargai atau orang-orang bisa menerima apa yang saya lakukan ini? Terus terang jawabannya tidak bisa singkat, entahlah, barangkali jawaban singkat hanyalah karena "saya ini orangnya penasaran" dan "saya ini orang bodoh". Barangkali, tahapan ainul yaqin, ilmul yaqin, dan haqul yaqin perlu saya dapatkan. Ainul yaqin merupakan tahap terendah dimana seseorang menggunakan panca indra dalam memahami realitas yang ada dilapangan. Ilmul yaqin merupakan tahap lebih tinggi yakni ketika menggunakan 'pikiran' untuk mencoba memahami sesuatu yang berada diatas panca indra. Sementara haqul yaqin merupakan tahap yang tertinggi dimana seseorang menggunakan hati/roso sak jroning roso/qolbu/otak jantung dalam memahami realitas yang ada dilapangan. Ini sering disebut sebagai Kesadaran Inderawi, Kesadaran Rasional, dan Kesadaran Spiritual. Setiap pemahaman ini bisa dicapai secara berjenjang ataupun mengalami toleransi akan salah satunya yang akan ditemui dalam suatu kadarnya. Misalnya, meski ainul yaqin saya belum pernah melihat akan suatu 'keajaiban' akan ilmu Lebur Sekethi namun saya bisa menggunakan akal saya untuk menganalisa pengetahuan yang ada secara kolektif cerita, dan apabila dirasa didadapatkan suatu pemahaman yang 'masuk akal' saya maka saya bisa menerima hal-hal seperti itu. Tentunya ada juga yang meski ilmul yaqin ternyata belum 'nyampe' oleh karena satu dan lain hal, namun haqul yaqin bisa saja didapatkan manakala seseorang merasa suatu pemahaman itu 'masuk hati' di dirinya. Ketiga jenis pemahaman ini bersifat sangat subyektif pada setiap orang. Perluasan masing-masing pemahaman inipun berbeda pada tiap orang. Dalam hal memahami ketiganya, tentu saja akan muncul kondisi subyektif berdasarkan 'akal' setiap orang. 'Akal' ini akan setuju atau tidak setuju berdasarkan catatan-catatan kehidupan yang dialaminya sehari-hari. Dalam bahasa ajaran Ki Ageng Suryomentaram hal ini disebut dengan si Kramadangsa yang kemudian mengumpulkan semua catatan-catatan kehidupan yang dialaminya sedemikian rupa menjadi golongan-golongan atau kategori-kategori tertentu. Masalahnya,
ketika sudah mengerucut menjadi sebuah kategori apabila tidak dibarengi dengan kedewasaan maka yang timbul umumnya sebuah paham ekslusivitas, yakni suatu paham yang menganggap dirinya ekslusif dan paling benar diantara yang lain. Apabila seseorang menganggap dirinya paling benar namun ia tidak menganggap rendah/sesat orang lain itu masih lebih baik dibandingkan dirinya merasa ekslusif lalu menganggap yang lain rendah/sesat. Pengerucutan pengetahuan berupa catatan-catatan kehidupan ini apabila tidak disikapi dengan baik jelas akan berbeda satu dengan yang lain. Maka bersikap wajar, natural, akan mengurangi potensi paham ekslusivitas. Ajaran Jawa sebenarnya sudah memberitahu ini berdasarkan Serat Wulangreh kanjeng Sunan Pakubuwana IV pada pupuh Gambuh yang menghasilkan konsep "ojo adigang, adigung, adiguna". Dalam tatanan Jawa pun sebenarnya kita diajari bahwa pencapaian pemahaman itu mesti dilandasi oleh "ojo gumunan, ojo getunan, ojo kagetan, ojo aleman". Inilah sebabnya apabila seseorang yang belajar ilmu jawa sebenarnya menuju pada ilmu Kasepuhan namun ia mesti akan ketemu atau melalui ilmu Kanuragan. Manakala ketemu dengan itu, ojo kagetan, lewati saja, tetap arahnya menuju ilmu Kasepuhan. Kaidah ini akan menolong kita untuk bersikap wajar, apa adanya, sesuai dengan kondisi kita saat ini, tidak berangan-angan, tidak berambisi, natural saja. Atau seperti kata ajaran Suryomentaraman yakni Saiki, Ngene, Neng Kene. Menunjukkan untuk menerima kondisi real yang kita dapati sekarang ini, apa adanya, dan sesuai dengan keadaan diri kita. Semua tulisan-tulisan saya bukanlah untuk merendahkan orang, atau meremehkan siapapun, atau lebih jauh merendahkan MP. Menariknya, saya justru menjadi semakin mencintai MP dengan pengembaraan mersudi pikir seperti ini. Saya jadi mulai memahami benang merahnya antara satu dengan yang lain. Saya mulai menemukan kebijaksanan-kebijaksaan dalam tahapan latihan-latihannya, dan banyak lagi. Meluasnya pemahaman ini malah tidak menjadikan MP saya berantakan. Malah saya jadi semakin bisa melihat kemana dan bagaimana arah keilmuan MP ini. Tentunya, ini adalah pemahaman saya saat ini yang bisa akan berbeda dengan orang lain. Melalui pengembaraan ini, saya diajari untuk
menghargai perbedaan, mencari kesamaan pandangan, lalu membiarkan semua itu sebagaimana adanya. Tidak ingin membenturkan atau berbenturan dengan pemahaman yang lain. Semua ada kadarnya, dan semua ada wilayahnya. Namun apabila dirasa tulisan saya terkesan keras hingga ada yang terluka hatinya, saya dari lubuk hati yang paling dalam memohon maaf sebesar-besarnya. Memang cukup sulit untuk menggunakan bahasa yang 'halus' manakala berbagai jurnal dan buku sudah saya 'lahap'. Sedikit banyak, mestilah terbawa pola pikir penulispenulis yang pernah saya baca. Meski demikian, tidak sedikitpun saya bermaksud meremehkan siapapun di MP ini. Tulisan-tulisan saya ini semata-mata adalah hasil mersudi yang kalau bisa dipahami sebenarnya akan membuka sekat-sekat pengetahuan MP kita, sedikit maupun banyak, tanpa harus menghilangkan pengetahuan pelatih atau guru-guru kita semua. Kembali kepada permasalahan, ketika ada yang bertanya apa bedanya antara MP dengan CMA (Chinesse Martial Arts) atau dengan Yoga atau dengan yang lainnya? Menurut saya pribadi perbedaan antara MP dan CMA serta yang lainnya terletak pada titik awal Tenaga yang dilatihnya dan dari titik awal yang berbeda tentunya akan membawa pada cara berlatih yang mestinya berbeda pula. CMA berdasarkan Filosofi Taoisme memulai latihan pada Ching dan Chi/Qi dimana semua itu dikumpulkan pada Dantien/tantien bawah (titik dibawah pusar). Setelah Dantien Bawah terisi dan "matang" baru kemudian dinaikkan ke Dantien Tengah dan pada akhirnya Dantien Atas. Semua itu bertujuan untuk menyatukan Ching dan Chi/Qi dengan satu bentuk Tenaga yang lain yaitu Shen (Ruh). Dari sinilah muncul istilah The Unity of Body, Mind and Spirit. Sebenarnya Shen inilah yang mungkin mendekati pengertian "Hati" yang sesungguhnya. Pelatihan CMA yang berlatar belakang Taoisme ini lebih mendekati Pelatihan Yoga yang berdasarkan Filosofi Hinduisme. Pelatihan Yoga memulai dari pembangkitan Kundalini di bawah tulang ekor kemudian dinaikan ke Chakra di
atasnya hingga Chakra Mahkota. Yoga pun memulai pelatihan dari Energi tingkat yang lebih rendah menuju tingkat Energi yang lebih tinggi. Kelebihan dari metode pelatihan CMA (Taoisme) ataupun Yoga (Hinduisme) adalah dari metode ini mereka bisa lebih rinci dalam memetakan mekanisme cara kerja tubuh manusia. Berdasarkan pengalaman mereka, Taoisme pada akhirnya berhasil memetakan jalur meridian tubuh beserta mekanism cara kerjanya sedangkan Yoga pada akhirnya berhasil memetakan adanya adanya chakra tubuh serta mekanism cara kerjanya. Sedangkan MP sebenarnya tidaklah mengenal konsep Chi/Qi ataupun Kundalini. Kalaupun ada istilah "kundalini" di MP sesungguhnya bukanlah merujuk pada pemahaman kundalini menurut tradisi Yoga India. Memang ada latihan yang disebut dengan "Pecah Pamor Kundalini" namun memiliki tujuan yang berbeda dengan apa yang dimaksud Kundalini pada Yoga. Dalam MP sendiri, awal latihannya justru langsung mulai dari "Hati" melalui Niat. Karena MP tidak mengenal Chi/Qi dan pelatihan dimulai dari "Hati" tentunya tidak perlu adanya pengumpulan Chi/Qi hingga penuh dan matang pada Dantien Bawah kemudian menaikannya ke atas hingga Dantien Tengah dan Dantien Atas seperti dalam CMA. Konsep MP ini lebih mendekati Konsep Tasawuf yang juga tidak mengenal adanya Chi/Qi. Dalam Tasawuf hanya dikenal Tubuh Fisik, Nafs, dan Ruh dimana pelatihan Tasawuf diawali dari Ruh. Ruh inilah yang nantinya akan mengendalikan Nafs dan Tubuh Fisik. Berdasarkan penelusuran saya, mendiang alm guru besar mas Budisantoso mengatakan kalau "Praktisi MP tidak perlu "menimbun" energi banyak-banyak dibawah pusar. Kalau sudah terasa dan berasa itu sudah cukup.". Ucapan ini menguatkan dan membenarkan analisa saya bahwa memang konsep MP itu mirip dengan konsep Tasawuf. Didalam Tasawuf dibedakan antara "akal" dan "ruh". "Akal" itu diibaratkan sebagai "Perdana Menteri" yang secara fisik tersimpan di "otak manusia" sedangkan "ruh" itu diibaratkan sebagai "Raja" yang secara fisik dipercaya tersimpan di dalam "hati manusia". Di dalam "akal" tersimpan "pengetahuan
mengenai sesuatu" sedangkan di dalam "hati" tersimpan "hakekat mengenai sesuatu". Dalam pemahaman saya pada sisi ini, filosofi Tasawuf agak lebih mendekati Filosofi Buddhisme. Seperti Koan Zen Buddhism yang saya pernah saya tuliskan terdahulu: Tubuh Pikiran Usap
bagai-kan bagaikan
Pohon
Cermin
dan
bersihkanlah
yang
Kesadaran bersih
berkilau
setiap
saat
Dan jangan biarkan Debu melekat (Shenxiu 606-706 CE) Konsep Tasawuf juga seringkali membandingkan "Hati" sebagai Cermin/Kaca seperti berikut ini: Pelita
itu
dalam
Kaca.
Kaca itu laksana bintang yang berkilauan ... Seperti dalam Tasawuf, filosofi Buddhisme sebenarnya juga tidak mengenal adanya Kundalini ataupun Chi/Qi. Pada awal perjalanan Spiritualnya Sidharta Gautama berlatih berbagai macam jenis Meditasi (kemungkinan meditasi Yoga salah satunya) tetapi Sidharta merasa tidak mencapai tingkat pencerahan yang diinginkan dari meditasi yang pernah dilatihnya. Kemudian Sidharta menciptakan satu teknik meditasi sendiri. Teknik meditasi Buddhism ini yang akhirnya dikenal sebagai Dhyana yang lebih menekankan kepada pelatihan "Pikiran/Hati" bukan pada pelatihan Chi/Qi. Dalam Buddhisme dikenal 4 tingkatan Dhyana. Setelah melampaui 4 tingkatan Dhyana biasanya "kemampuan lebih" (Abhijna) akan diperoleh sebagai "cobaan" yang jika tidak ditangani dengan baik bisa menggagalkan perjalanan spiritual seorang murid Buddha. Kemampuan kekuatan
'super human' (kanuragan, husada, dll) mungkin bisa digolongkan dalam Iddividha (kekuatan keajaiban) dalam Abhijna pada konsep Buddhisme. Jika kita pahami sejarah perjalanan spiritual Sidharta ini bisa kita pahami mengapa ada perbedaan karakteristik antara meditasi Yoga dengan meditasi Zen Buddhisme. Tapi itu tidak akan saya jelaskan disini karena akan menjadi lebih panjang lagi bahasannya. Perbedaan pemahaman antara Buddhisme dan Taoisme ini bisa juga kita lihat pada perbedaan pemahaman Chi/Qi yang ada di China dan Jepang. Tidak seperti di China yang filosofi Taoisme dengan Yin-Yang dan Chi/Qi-nya lebih berakar kuat di sana, di Jepang yang pengaruh filosofi Buddhisme-nya lebih kuat ternyata juga tidak mengenal konsep Chi/Qi. Kalaupun ada Chi/Qi dalam tradisi di Jepang lebih dipahami sebagai "semangat" yang lebih mendekati konsep "nafs" dalam tasawuf dibanding konsep chi/qi dalam tradisi Taoisme di China. Jepang bisa dikatakan telah berhasil melakukan transformasi filosofi dari filosofi China menjadi filosofi ala Jepang pada beladirinya. Karate yang awalnya dari China lalu bertransformasi sedemikian rupa dengan budaya Jepang sehingga Karate yang mula-mula ala China menjadi luntur dan hilang filosofinya berganti menjadi filosofi Zen yang dianut kebanyakan rakyat Jepang saat itu. Kelemahan metode Tasawuf ataupun Buddhisme adalah metode ini tidak secara rinci memetakan mekanism cara kerja tubuh manusia. Bisa dikatakan metode Tasawuf dan Buddhisme lebih bersifat 'Psikologi' sedangkan metode Taoisme dan Yoga lebih bersifat 'Fisiologi'. Tentunya dalam pengertian 'psikologi kuno' dan 'fisiologi kuno'. Memang agak sulit memetakan sesuatu yang bersifat psikologi. Sederhananya "hati" seperti perumpamaan dalam Tasawuf lebih seperti seorang Raja. Seorang Raja hanya tinggal memerintahkan saja, tidak peduli bagaimana caranya, maka perintah Raja akan terlaksana. Dalam dimensi yang lebih kecil dan terbatas mungkin seperti kata "kun faya kun" atau "jadi maka jadilah". Tinggal kita niatkan dalam hati dan segala yang kita niatkan dalam hati akan dilaksanakan
oleh tubuh apapun mekanismenya. Hal ini yang menyulitkan pemetaan dari sisi psikologi. Meskipun pada puncak tertinggi apapun aliran dan filosofi yang mendasarinya (Taoisme, Hinduisme, Buddhisme, Tasawuf, dll) akan menuju pada Inti yang sama yaitu "Ruh" dan penyatuan antara "Ruh" dengan "Sang Pencipta" nya, walaupun penyebutan berbeda-beda tetapi tampaknya menunjukan Hakekat yang sama. Ini pembahasan yang agak berat, saya lewati saja. Untuk memahami lebih lanjut mau tidak mau kita mesti belajar pada aspek sejarah. Saya coba sarikan secara singkat hal-hal yang berhubungan dengan sejarah yang relevan dengan penjelasan saya diatas. Dalam catatan sejarah, pulau Jawa pernah menjadi Pusat Agama Buddha terbesar di Asia selain India dan Srilanka, ini bisa kita lihat dari peninggalan agama Buddha terbesar di dunia yaitu Candi Borobudur yang dibangun oleh Wangsa Syailendra. Wangsa Syailendra ini dalam Catatan China (abad ke 8-10 M) dikenal sebagai Holing, dalam Laguna Copper Inscription di Philipina, wangsa ini dikenal sebagai Medang. Nama Medang pun banyak tercatat dalam peninggalan prasasti yang ada di Jawa, biasa disebut sebagai masa Mataram Kuno. Pada masa jayanya, Syailendra pernah menaklukan Thailand (Ligor), Chenla Khmer (Cambodia) bahkan memenggal kepala Rajanya dan menahan pangeran-nya di Tanah Jawa. Menyerbu Champa (Vietnam Selatan) hingga Phillipina. Semuanya ini tercatat dalam prasasti yang terdapat di Thailand, Cambodia, Vietnam dan Philipina. Ketika Wangsa Syailendra tersingkir ke Sumatra (Svarnadvipa) akibat persaingan Politik yang terjadi di Jawa, Sumatera (Svarnadvipa) kemudian dikenal sebagai pusat Buddha menggantikan Tanah Jawa. Atisa (980-1054 M) penyebar agama Buddha paling berpengaruh di Tibet pun datang ke Sumatra untuk belajar pada Biksu Svarnadvipi Dharmakriti. Setelah belajar di Svarnadvipa (Sumatera) selama belasan tahun, Atisa diperintahkan Biksu Svarnadvipi Dharmakriti untuk menyebarkan agama Buddha di Tibet. Satu teknik meditasi yang dipelajari Atisa
dari Svarnadvipa Dharmakriti inilah yang akhirnya menjadi Teknik Meditasi Tibet yang paling fundamental yakni suatu teknik meditasi merubah Negative Energy menjadi Loving and Healing Energy yang di Tibet dikenal sebagai Meditasi Tongleng. Metode meditasi untuk mengubah satu energy menjadi bentuk energy yang lain, menarik sekali bukan? smile emotikon Bisa dikatakan Jawa sudah menjadi pusat keagamaan dan spiritualitas tingkat tinggi sejak abad ke-8 Masehi, itu sebabnya di Tanah Jawa hanya Islam Tasawuf yang bisa dengan mudah diterima oleh masyarakat Jawa yang sudah memiliki tingkat Spiritualitas tinggi ini. Islam kasaran (syariat) akan sulit diterima oleh masyarakat Jawa yang sudah memiliki tingkat spiritualitas tinggi. Para Wali memahami ini, dan memasukan ajaran Tasawuf dan menjauhi pendekatan yang terlalu kaku dan bersifat syariat dalam penyebaran Islam di Tanah Jawa pada abad ke 15-16 M. Sinkretisme antara Hinduisme, Buddhisme dan Tasawuf inilah yang akhirnya melahirkan Filosofi Jawa (Kejawen), dengan puncak pemahaman Manunggaling Kawula Gusti. Cikal bakal Filosofi Kejawen yang ada sekarang ini, bisa dikatakan berawal dari masa Mataram Kuno dan matang pada masa Mataram Islam. Puncak kejayaan Hindu ada pada masa Medang Kuno (Sanjaya) begitu pula puncak kejayaan Buddha ada pada masa Medang Kuno (Syailendra). Bisa kita lihat dengan banyaknya bangunan Candi Hindu dan Buddha pada masa itu seperti Prambanan, Borobudur, Sewu, Dieng, dll. Pada masa Kediri secara filosofis bisa dikatakan masa pengendapan, dimana paham Hindu-Buddha oleh Local Genius disinkretiskan dengan paham asli Tanah Jawa. Pada masa Kediri inilah mulai banyak ditemukan Kakawin Hindu atau Buddha yang tidak lagi murni India tetapi sudah bercampur dengan unsur Nusantara (Jawa) di dalamnya. Pada tataran filosofis, karakter Jayabaya (salah satu Local Genius) yang dihormati oleh masyarakat Jawa pun berasal dari masa Kediri ini.
Sinkretisme antara Hindu-Buddha-Jawa ini bisa dikatakan matang pada masa Majapahit. Kemudian masuk Islam pada masa akhir Majapahit (Demak) dan mulai terbentuklah Sinkretism baru antara Islam Tasawuf dengan Sinkretism Hindu-Buddha-Jawa yang sudah ada pada masa Majapahit. Pada akhirnya terbentuk Filosofi baru yang disebut sebagai Kejawen yang bisa dikatakan matang pada masa Mataram Islam. Majapahit adalah puncak dari sinkretism HinduBudha-Jawa sedang Mataram Islam adalah Ibu dari Filosofis Kejawen yaitu sinkretism Hindu-Budha-Jawa dengan nuansa Islam Tasawuf. Pada tahapan sinkretisme inilah peran Local Genius sangat besar (Sunan Kalijaga, Syekh Siti Jenar, Ronggowarsito, dll). Setidaknya, ini adalah pemahaman ringkas saya tentang sejarah terbentuknya Filosofi Jawa (Kejawen). Tarik nafas dulu ya smile emotikon Pada tulisan yang lalu mengenai "pertarungan pemikiran" yang dituangkan pada novel silat semisal karya Arswendo akan menjadi sangat menarik sebenarnya jika Arswendo menarik setting sejarah Cerita Silat "Senopati Pamungkas" tidak hanya sebatas masa Majapahit saja tetapi sampai sejauh masa Mataram Kuno. Kenapa? Sebab pada masa Mataram Kuno (Medang) inilah terdapat benang merah Jalan Buddha (yang menjadi setting pertarungan Ksatria Lelananging Jagad pada Senopati Pamungkas dan Tembang TanahAir) antara India, Tibet, China, Jepang dan Jawa terjalin. Apakah Arswendo tidak mengetahui bahwa pendiri aliran Shingon Buddhisme (Esoteric Buddhism) di Jepang yaitu Biksu Kukai (774-835 M) ternyata memiliki saudara seperguruan yang berasal dari Tanah Jawa? Apakah Arswendo tidak mengetahui bahwa Kakek Guru Biksu Kukai yaitu Amoghavajra (705-774 M) semasa remaja pernah tinggal di Tanah Jawa sebelum belajar dan mengajar di China? Apakah Arswendo tidak mengetahui penyebar agama Buddha di Tibet yaitu Atisa (980-1054 M) memiliki benang merah keilmuan yang berasal dari Wangsa Syailendra (Sumatra dan Jawa)?
Sebagai perbandingan, jika kita melihat film Ninja Jepang (Naruto, dll), sering terlihat Ninja menggunakan Posisi Jari tertentu (Mudra) ketika mengeluarkan suatu ilmu. Mudra ini adalah salah satu pengaruh dari ajaran Shingon Buddhisme. Di Jepang, aliran Ninja biasanya lebih terpengaruh pada ajaran Shingon Buddhisme dibanding Zen Buddhisme yang lebih populer dikalangan Samurai. Shingon Buddhisme agak unik dan berbeda dengan Zen Buddhisme yang banyak menggunakan Meditasi dengan Koan. Pada Shingon Buddhisme lebih menekankan penggunaan Meditasi dengan Mantra dan Mudra untuk mencapai pencerahan. Hal ini bisa kita lihat posisi jari tangan sewaktu meditasi sering kali menggunakan posisi jari yang berbeda-beda (mudra) misal: ujung ibu jari bertemu/menyentuh ujung jari tengah, ujung jari telunjuk bertemu dengan ujung ibu jari, dll. Setiap mudra sebenarnya memiliki makna tertentu. Dalam satu kisah Esoteric Buddhisme, ketika di India, Amoghavajra (Kakek Guru dari Biksu Kukai pendiri Shingon Buddhism) diminta raja di sana untuk menaklukan kawanan Gajah yang ketika itu sedang mengamuk di tengah kota. Dengan tenang Amoghavajra mendekati kawanan gajah yang mengamuk tsb sambil membaca Mantra dan tangan membentuk Mudra, satu persatu gajah yang mengamuk tsb pingsan ketika didekati Amoghavajra. Tradisi keilmuan seperti inilah yang sering kita lihat dalam film tentang Ninja, para Ninja sering digambarkan memiliki keilmuan tentang Mantra dan Mudra ini. Sederhananya, Shingon Buddisme menggunakan Meditasi dengan Mantra dan Mudra untuk mencapai pencerahan. Sementara Zen Buddhisme menggunakan Meditasi dan Koan untuk mencapai pencerahan. Benang merah keilmuan dan penyebaran agama Buddha di China, Jepang dan Tibet memang ada di Tanah Jawa yang berawal pada masa Sanjaya-Syailendra yang dikenal Kerajaan Mataram Kuno (Medang). Nusantara adalah cross road para pencari ilmu keagamaan (khususnya Buddha) dari China yang hendak berguru ke India. Kerajaan yang menguasai Nusantara akan menjadi pusat keilmuan agama pada saat itu. Biasanya sebelum menuju ke India sambil
menunggu angin Monsoon bertiup para biksu China akan menetap di Nusantara (Jawa dan Sumatra khususnya) terlebih dahulu dan masa menunggu ini akan dimanfaatkan untuk memperdalam agama Buddha dan bahasa Sanskrit. Sebagai catatan, bahasa Jawa Kuno adalah bahasa yang memiliki 50 persen kosakata bahasa Sanskrit terbanyak dibanding bahasa lain di Asia Tenggara. Ini bisa menjadi indikasi bahwa pulau Jawa adalah salah satu pusat keilmuan agama pada masa lalu karena bahasa Sanskrit biasanya hanya digunakan sebagai bahasa keagamaan. Bahkan di India sendiri bahasa Sanskrit bisa dikatakan bahasa mati, dalam arti tidak ada lagi yang menggunakan bahasa ini dalam kehidupan seharihari. Justru di Jawa, bahasa Sanskrit tetap hidup digunakan dalam kehidupan sehari-hari masyarakatnya. Jadi sebenarnya tidak salah jika Senopati Pamungkas karya Arswendo melalui karakter Eyang Sepuh mengundang Ksatria dari negeri sebrang untuk memperebutkan "Ksatria Lelananging Jagad" dan "Jalan Buddha" di Tanah Jawa. Hanya sayangnya Arswendo tidak mengelaborasinya dengan cukup mendalam, baik dari sisi Filosofis maupun setting Historis-nya. Bukankah akan menarik jika ditunjukan bahwa Lokeswara Lohita, Raja dan Pendeta Empyak Jagad dari Tibet yang tampaknya akan dimunculkan oleh Arswendo sebagai salah satu Tokoh Tingkat Tinggi di "Tembang TanahAir" ternyata memiliki dasar keilmuan yang sama dengan di Tanah Jawa dan Sumatra karna Pendita Atisa-lah yang membawa ajaran Buddha tsb ke Tanah Tibet. Sebelum Atisa datang ke Tibet pada abad ke-11 Masehi, agama Buddha belum menjadi agama utama di sana. Pendita Atisa lah yang bisa dikatakan berjasa membentuk agama Buddha menjadi agama Utama di Tibet. Mungkin akan lebih menarik jika Arswendo bisa mengelaborasi lebih dalam baik secara Filosofis maupun Historis misalnya dengan menjabarkan bahwa secara filosofis maupun historis ternyata sumber keilmuan Tlatah Tibet, Jepun ataupun China ada yang berasal dari Bhumi Nusantara atau setidaknya memiliki hubungan yang erat dengan Bhumi Nusantara dan Tanah Jawa khususnya. Benang merah pertarungan "Ksatria Lelananging Jagad" akan lebih terlihat dengan jelas. smile emotikon
Kalau merunut dari sejarah, filosofi dan beladiri asli Nusantara sebelum datangnya pengaruh Hindu dan Buddha, IMHO mungkin lebih mendekati Shamanism dan Beladiri yang ada di kalangan suku Dayak di Kalimantan. Berdasarkan pendekatan sejarah genetik, etnis di Nusantara seperti Etnis Melayu, Minang, Jawa, Bugis etc termasuk dalam ras Austronesian yang mungkin sisa jejak sejarah dan budaya-nya sekarang ini masih bisa dilihat pada suku Dayak di Kalimantan dan Nias. Bangsa Austronesian - dari Taiwan, Philipine hingga Kalimantan - dikenal sebagai Warrior bahkan memiliki Budaya Headhunting, dimana ada tradisi memenggal dan mengumpulkan kepala musuhnya sebagai War Trophy. Jadi sebelum pengaruh India (baik Filosofi dan Beladiri) masuk ke Nusantara, kita sudah memiliki tradisi Kesatria-nya sendiri. Saya tidak akan membahas ini terlalu dalam karena akan menjadi lebih panjang lagi. smile emotikon Dalam sejarahpun sebenarnya sempat tercatat bagaimana bentuk ilmu beladiri di nusantara dulu. Bisa kita lihat pada catatan perjalanan Ordoric Pordonone. Dalam bukunya Oderic of Pordenone (1265-1331) yang pada tahun 1326 sempat datang ke Majapahit menuliskan sbb : "Near to Java is another country called Panten, or Tathalmasin, the king of which has many islands under his dominion. In this country there are trees which produce meal, honey, and wine, and likewise the most deadly poison in the world ... There are other canes, called cassan ... in these canes they find certain stones of wonderful virtue, insomuch, that whoever carries one of these about him, cannot be wounded by an iron weapon; on which account, most of the men in that country carry such stones always about them. Many of the people of this country cause one of the arms of their children to be cut open when young, putting one of these stones into the wound, which they heal up by means of the powder of a certain fish, with the name of which I am unacquainted. And through the virtue of these wonderful stones, the natives are generally victorious in their wars, both by sea and land."
(Dekat ke pulau Jawa ada negara lain yang disebut Panten atau Tathalmasin, yang masih merupakan daerah kekuasaan raja. Pada negeri ini ada sebuah pohon yang menghasilkan makanan, madu, dan anggur, dan juga racun yang paling mematikan di dunia. Ada sejenis pohon kayu yang disebut dengan Cassan. Di dalam pohon kayu ini mereka menemukan batu-batu yang indah yang dianggap keramat, dan bahwa siapapun yang membawa salah satunya maka ia tidak akan bisa terluka oleh senjata tajam. Para laki-laki di negeri tersebut selalu membawanya. Banyak dari warga negeri ini yang rela tangannya dilukai saat masih anak-anak untuk kemudian memasukkan batu-batu tersebut kedalamnya, luka ini kemudian disembuhkan dengan sejenis bubuk yang dihasilkan dari ikan tertentu. Dan melalui kemampuan keramat dari batu-batu inilah penduduk asli umumnya menang dalam perang mereka, baik melalui laut maupun darat.) Menarik bukan? Susuk kekebalan ternyata tercatat dalam sejarah paling tidak sejak abad ke 13-14 Masehi. Selain menggunakan Susuk Ilmu Kebal, Sejarah juga mencatat Ilmu Kebal dengan cara penggunaan yang berbeda. Seperti yang dituliskan oleh Chou Ku-fei pada abad ke 12 Masehi dalam bukunya Ling Wai Tai Ta sbb: "San-fo-qi is in the Southern Sea. It is the most important port of call on the sea routes of the foreigners, from the countries of She-po on the east and from the countries of Ta-shi (Arabs) and Ku-lin on the West, they all pass through it ontheir way to China ... The country has no natural products, but the people are skilled in fighting. When they are about to fight, they cover their bodies with a medicine shich prevents swords wounding them. In fighting on land or on water none surpass them in impetuosity of attacks ..." (San-fo-qi berada di Laut Selaan. Ini adalah pelabuhan terpenting bagi rute pelayaran pelaut asing, dari negara She-po di sebelah Timur dan dari negaranegara Ta-shi (Arab) dan Ku-Lin di sebelah Barat. Meeka semua harus melewati jalur ini untuk bisa mencapai China. Negara ini tidak memiliki produk alami, namun orang-orang disana sangat terampil dalam bertempur. Ketika mereka akan
bertempur, mereka menutupi tubuhnya dengan obat yang dipercaya dapat mencegah pedang melukai mereka. Dalam pertempuran di darat atau di air belum ada yang mampu melampaui mereka dalam hal kecepatan dalam penyerangan.) Perajurit San-fo-qi (Srivijaya-Dharmasraya) pada abad ke-12 Masehi pun tercatat dalam sejarah memiliki Ilmu Kebal. Jika kita lihat pada relief Borobudur banyak terdapat Ksatria dengan menyandang berbagai macam senjata tetapi tidak ada satupun dari Ksatria tsb yang menggunakan Baju Zirah. Bukankah ini agak janggal? Sebelum masa abad ke 7-8 Masehi (masa Syailendra) pun bangsa India sudah mengenal Baju Zirah dari baja tetapi tradisi penggunaan Baju Zirah ternyata tidak ditularkan bangsa India di Nusantara (Jawa, Sumatra, dll). Bahkan yang lebih unik hampir tidak ada peninggalan Baju Zirah ditemukan pada masa Majapahit dan sebelumnya. Ada yang mengatakan Baju Zirah tidak cocok untuk iklim tropis di Nusantara tetapi catatan sejarah pun menunjukan bahwa ternyata memang sejak dulu sudah ada tradisi ilmu kebal di Nusantara sehingga Baju Zirah mungkin tidak perlu digunakan. Ini juga didukung oleh fakta sejarah berupa relief pada Candi Angkor Wat di Thailand yang menunjukan Pasukan Khmer ternyata menggunakan Baju Zirah yang terbuat dari Baja, jelas ini menggugurkan argument bahwa Baju Zirah tidak cocok digunakan pada iklim tropis. Sedang Jawa pun dikenal sebagai Pulau yang memiliki tradisi perang seperti yang dituliskan oleh Chau Ju-kua pada abad ke 13 dalam bukunya Chu Fan-chi menuliskan tentang penduduk Pulau Jawa sebagai berikut: "The people have personal names but no surnames. They are quick tempered and of pugnacious disposition, and when they have a feud with San-fo-qi, both parties seek to join in battle." (Orang-orang memiliki nama pribadi namun bukan nama keluarga. Mereka cepat marah dan cenderung garang, dan ketika mereka memiliki perseteruan dengan San-fo-qi keduanya menyelesaikannya dalam sebuah pertarungan.)
Etnis Jawa yang suka berperang ini diperkuat oleh tulisan Ma Huan yang datang bersama dengan ekspedisi Zenghe ke Jawa. Ma Huan dalam bukunya Ying-yai Sheng-lan menuliskan tentang penduduk Jawa sbb : "The men thrust a pu-la-t'ou into the waist, from little boys of three years to old men of a hundred years, they all have these knives, which all made of Pin t'ieh (a very fine steel and made extremely sharp swords) with most intricate patterns drawn in very delicate lines, for handles they use gold or rinocheros horn or elephant tusk, engraved with representations of human forms or devils faces, the craftsmanship being very fine and skillful." (Para pria menyodorkan pu-la-t'ou ke pinggang. Dari anak-anak berumur tiga tahun hinggga orang tua berumur seratus tahun, mereka semua memiliki jenis pisau ini, yang semuanya terbuat dari Pin t'ieh (baja yang sangat bagus untuk membuat pedang yang sangat tajam) dengan pola yang paling rumit digambar dalam garis yang sangat halus. Untuk gagangnya mereka menggunakan emas atau cula badak atau gading gajah yang diukir sedemikian rupa yang merupakan representasi dari bentuk manusia atau wajah iblis. Pengerjaan jenis senjata ini benar-benar memerlukan keterampilan yang sangat tinggi.) Begitu detailnya Ma Huan menggambarkan keris yang terbuat dari baja kelas satu beserta pamor kerisnya. Keris ini tampaknya selalu dibawa oleh setiap lelaki di tanah Jawa. Selanjutnya Ma Huan menulis sbb : "The people of the country, both men and women are all particular about their heads, if a man touches their head with his hand, or if there is a misunderstanding about money at a sale, or battle of words when they are crazy with drunkenness, they at once pull out these knives and stab each other. He who is stronger prevails." (Orang-orang negeri ini, baik laki-laki maupun wanita, memiliki pandangan yang sama mengenai kepala mereka bahwa jika seorang laki-laki menyentuh kepala mereka dengan tangannya atau apabila ada kesalahpahaman mengenai masalah
uang pada penjualan atau terjadi perang kata-kata ketika mereka mabuk maka mereka akan langsung menarik keluar pisau dan saling menusuk satu sama lain. Siapa yang terkuat maka akan bertahan) Pertama kali saya membaca ini, saya sedikit heran bukankah etnis Jawa sering digambarkan sebagai etnis yang halus dan selalu menghindari keributan, bahkan perangai halus orang Jawa ini sering distereotypekan dalam joke/candaan untuk menunjukan etnis Jawa adalah bangsa yang lamban. Tetapi catatan sejarah sejak abad ke-12 (Kediri) hingga abad ke-15 (Majapahit) menunjukan bahwa etnis Jawa memiliki karakteristik Warrior yang suka berperang bahkan cenderung temperamental. Perkenalan saya dengan sahabat di Malaysia pun cukup mengejutkan saya, berbeda dengan stereotype di Indonesia dimana etnis Batak lah yang dikenal memiliki jiwa tentara, di Malaysia justru etnis Jawa yang dikenal sebagai etnis yang suka berperang. Mayoritas tentara di Malaysia dikatakan berasal dari etnis Jawa. Bisa dikatakan etnis Jawa dianggap sejajar dengan etnis Minang ataupun Bugis yang dikenal sebagai Ksatria di Malaysia. Saya jadi berpikir sejak kapan sebenarnya Jawa yang dikenal memiliki perangai yang halus itu mulai terbentuk? Tentunya ada suatu masa dalam sejarah Jawa yang menyebabkan adanya 'turning point' atau titik balik dimana Jawa yang suka berperang ini berubah menjadi Jawa yang halus dan cenderung menghindari keributan. Nah, belajar sejarah itu menarik bukan? smile emotikon Terkait dengan konsep Tasawuf mengenai Pelita yang juga pada Taoisme disebutkan, sebenarnya ada ayat Al Qur'an yang menarik direnungkan: "Allah adalah cahaya bagi langit dan bumi. Perumpamaan cahaya-Nya adalah seperti Misykat yang di dalamnya ada Pelita. Pelita itu dalam Kaca. Dan Kaca itu laksana bintang yang berkilauan yang dinyalakan dengan minyak pohon yang diberkati, yaitu minyak zaitun yang bukan di timur dan tidak (juga) di barat. Minyaknya hampir menerangi sekalipun tidak disentuh api. Cahaya di atas cahaya. Allah memberi petunjuk cahaya-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya.
Allah membuat perumpaan-perumpaan bagi manusia dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu." (An Nuur 35) Mengenai Hati dan Hakekat Ilmu, Imam Al Ghazali pernah mengatakan sebagai berikut: "Ketahuilah, bahwa tempat ilmu itu ada di dalam hati yakni yang halus yang mengatur segala anggota tubuh manusia. Yang halus inilah yang dipatuhi dan dilayani oleh segala anggota tubuh manusia. Yang halus itu, yang dihubungkan dengan Hakekat Ilmu Pengetahuan - bagaikan cermin (kaca) yang dihubungkan dengan segala bentuk dan warna ... Pengetahuan itu memiliki Hakekat. Hakekat itu ibarat suatu bentuk dan warna yang melekat dalam Cermin (Kaca) Hati" Imam Al Ghazali lalu memberikan contoh sebagai berikut: "Orang yang mengenal dan memahami Api, tidaklah Api itu sendiri yang ada di Hatinya. Akan tetapi yang ada (di Hatinya) adalah Hakekatnya" Dari pemahaman di atas ini sebenarnya bisa kita indikasikan adanya keterkaitan antara "Hati" dengan "Unsur" dan "Elemen" yang ada di alam semesta ini? Bahwa "Hati" dan "Unsur" atau lebih jauh lagi "Materi" sebenarnya bisa saling terkait dan terhubung. Dan itu bukanlah khayalan. Hal ini menjadi semakin nampak pada jenis-jenis keilmuan pamungkas MP yang mempunyai dasar sifat unsur tertentu semisal Api (Pasir Besi, Guntur Geni, Surung Geni, Sapto Dahono, dll) atau unsur yang lainnya. Tetapi apapun itu, dalam Tasawuf tujuan akhirnya adalah mendekatkan diri dengan Sang Pencipta - yang lain hanyalah bunga-bunga kehidupan. Maka dari itu, dalam konsep Kejawen yang dituju adalah ilmu Kasepuhan dan bukan ilmu Kanuragan. Kalaupun seseorang mendapati jodohnya pada ilmu kanuragan tertentu, maka itu mesti dilewati sebab itu hanyalah bunga-bunga kehidupan.
Imam Al Ghazali memang seringkali menganalogikan "Hati" dengan "Kaca" ataupun "Cermin". Dimana "Hakekat Sesuatu" tersimpan di dalam "Hati" seperti "Bayangan" di alam nyata tersimpan di dalam "Cermin" sebagaimana ditekankan pada surat An Nuur ayat 35 diatas. Allah
adalah
cahaya
Perumpamaan yang
di
seperti
dalamnya itu
Kaca
langit
Cahaya-Nya
Pelita yang
bagi
itu dinyalakan
ada
Pelita. Kaca.
bintang
dengan
bumi.
Misykaat
dalam
laksana
dan
minyak
yang pohon
berkilauan yang
diberkati,
yaitu minyak zaitun yang bukan di timur dan tidak (juga) di barat. Minyaknya
hampir
sekalipun
tidak
Cahaya Allah
menerangi disentuh
di memberi
kepada
atas petunjuk
siapa
api.
dengan yang
cahaya Cahaya-Nya dikehendaki-Nya
(An Nuur 35) Atau pada sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Ahmad dan Thabrani dari Abu Sa'id Al Khurdy sebagai berikut "... Hati yang bersih padanya pelita yang bersinar terang..." Dari Hadist dan Al Quran di atas ini sebenarnya bisa membawa kepemahaman mengenai Manunggaling Kawulo Gusti maupun "roso sak jroning roso". Cahaya Ilahi (Gusti-Kawulo) itu bertingkat-tingkat, di atas cahaya satu terdapat cahaya yang lain - Cahaya dari Misykaat, Cahaya dari Kaca, Cahaya dari Minyak dan Cahaya dari Api Pelita itu sendiri - Cahaya di atas Cahaya. Namun berbicara pemahaman akan Tasawuf juga mesti berhati-hati. Perlu dibedakan mana yang sifatnya akulturasi/sinkretisme dan mana yang bukan.
Dalam Tasawuf sebenarnya menekankan pentingnya penyatuan antara Syariat, Tarekat dan Hakekat. Jika tidak ada kesatuan antara ketiga dimensi ini kecenderungan untuk tergelincir akan sangat mudah. Seperti yang terjadi pada murid-murid Syekh Siti Jenar. Itu sebabnya walaupun para Wali mengerti apa yang dikatakan oleh Siti Jenar tetapi para Wali tidak setuju jika Siti Jenar menunjukan itu pada kalayak umum yang belum saatnya belajar Hakekat. Itu sebabnya para Wali pun sangat menekankan pentingnya penyatuan antara Syariat, Tarekat dan Hakekat. Dalam MP pun saya rasa memang demikian jika tidak ingin tergelincir maka perlu adanya penyatuan antara 'Syariat, Tarekat dan Hakekat'. Seperti misalnya tahap awal adalah pelatihan dengan nafas pengolahan dengan kekejangan otot penuh secara tidak langsung ini untuk melatih otot dan juga membuka simpul-simpul syaraf (dimensi Fisik dan pintu gerbang dimensi Nafs), baru kemudian berlanjut pada nafas halus seperti yang untuk memasuki fungsi hormonal. Dalam Tasawuf latihan nafas halus ini sudah masuk ke dalam dimensi Nafs yang tentunya sangat berkaitan dengan kinerja hormonal tubuh, kemudian jika Nafs sudah bisa ditenangkan (Nafs al Mutmainah), baru akan terbuka pintu ke dimensi Ruh (Hati). Dan jika sudah memasuki dimensi Ruh (Hati) maka sang Raja (Hati) cukup memerintahkan saja maka seluruh elemen tubuh yang mana pun (cakra, chi/qi, dll) akan patuh pada perintah sang Raja (Hati). Sang Raja (Hati) cukup "kun faya kun" maka seluruh "alam semesta" akan mengkondisikan semua elemen dan energi yang dibutuhkan agar itu 'terjadi'. Berbasis pemahaman diatas, maka kita akan bisa memahami kisah Sunan Bonang dan Raden Said di pinggir kali dimana Raden Said yang saat itu sudah memiliki banyak 'ilmu karang' atau 'kanuragan' melihat 'kesaktian' Sunan Bonang yang mengubah buah dan dahan pohon kolangkaling menjadi emas. Seketika "Hati" Sunan Bonang berniat dan berkehendak untuk menjadikan "jadi emas" maka jadilah emas. Tentunya ini semua terjadi atas izin Allah. Raden Said sangat terkejut karena ia paham betul bahwa yang dilakukan oleh Sunan Bonang adalah nyata adanya dan bukan sekedar bagian dari ilmu kanuragan yang ia pernah lihat
atau kuasai. Maka ia 'terkalahkan' dan mau berguru. Setelah semua ego dirontokkan oleh Sunan Bonang dan ia menerima 'ujian' untuk menjaga tongkat dan tidak boleh meninggalkan tempat sebelum Sunan kembali. Kisah ini kemudian menjadi kisah Sunan Kalijaga seperti yang sering kita dengar. Pada konteks menjalani Tasawuf ini, kita bisa melihat bahwa akan terjadilah banyak 'keajaiban' pada diri penganutnya. Kalau pada Nabi maka disebut dengan Mukjizat. Kalau terjadi pada para Wali maka disebut dengan Karomah. Kalau terjadi pada orang biasa maka disebut Maunah. Ini seperti Iddividha (kekuatan keajaiban) dalam Abhijna pada konsep Buddhisme. Hanya saja pada konsep Islam bisa diperinci lagi menjadi Mukjizat, Karomah, dan Maunah. Apabila pada orang biasa terjadi beragam kemampuan super namun tidak bisa disikapi dengan benar maka Maunah akan bisa berubah menjadi Istidraj. Dan ini sangat berbahaya. Istidraj adalah kenikmatan semu yang diberikan Allah kepada orang biasa yang punya kelebihan sebelum kemudian dibinasakan dengan sangat menyakitkan. Jadi memang ada warning pada tiap bagiannya yang mesti dipahami dengan benar manakala sudah masuk pada aspek-aspek pelajaran kanuragan. Semoga bermanfaat. ILMU
LIMFATIK
(Bagian 1) Didalam tubuh manusia ada 2 jenis sistem sirkulasi yang sangat penting. Yang pertama adalah sistem sirkulasi peredaran darah, dan yang kedua adalah sistem sirkulasi kelenjar getah bening. Sistem sirkulasi kelenjar getah bening biasa disebut sebagai sistem Limfatik. Memahami sistem limfatik akan memberikan kita wawasan yang lebih mendalam mengenai kesehatan tubuh dan bagaimana cara kita merawat tubuh pemberian Allah SWT ini. Sistem limfatik berjalan bersama dengan sistem syaraf, arteri, dan vena, bahkan ia dua kali lebih besar dibandingkan pembuluh arteri darah yang ada di tubuh kita, dan nampaknya dua kali lebih penting. Sistem ini terkait dengan
kekebalan tubuh dan ia bertugas untuk menghilangkan limbah dari setiap sel dalam tubuh kita. Oleh karena sistem Limfatik bertugas untuk menghilangkan limbah dari setiap sel di tubuh kita dan terkait erat dengan kekebalan tubuh maka sudah semestinya sistem ini kita perhatikan benar. Jika selama ini kita selalu peduli dengan darah yang diusahakan untuk bisa mengisi dan mengaliri setiap bagian jaringan di tubuh ini, maka sudah semestinya kita memberikan perhatian besar juga pada darah yang meninggalkan sel sebagai cairan getah bening. Sederhananya, kemampuan darah merah untuk measuk dan keluar dari sebuah sel dan ruang antar sel sebagai sebuah cairan getah bening adalah salah satu proses penting dalam tubuh manusia. Jika diibaratkan sebuah rumah, maka sistem Limfatik adalah saluran-saluran pembuangan yang ada di rumah sedangkan darah adalah kran nya. Maka ketika saluran-saluran itu tersumbat, maka dipastikan kran akan macet. Maka hanya sekedar mengganti kran tidaklah menolong, melainkan juga perlu dibersihkan saluran-saluran
yang
melingkupinya
dari
sumbatan-sumbatan.
Hanya
memperbaiki kran saja tanpa membersihkan saluran-saluran pembuangan tentunya akan memicu bom waktu kapan kran tersebut akan macet. Kelenjar getah bening adalah saluran pembuangan terbesar pada tubuh kita, tetaplah usahakan untuk tidak tersumbat. Sistem Limfatik sebagai sebuah saluran pembuangan limbah tentu terkait erat dengan
racun
dan
semua
hal
yang
berhubungan
dengan
pelemahan
imunitas/kekebalan tubuh. Seiring waktu, tubuh terus menerus beradaptasi terhadap berbagai racun dan hal-hal yang berhubungan dengan pelemahan imunitas. Kemampuan untuk beradaptasi dalam proses pemunahan racun dan limbah tubuh akan meningkatkan kualitas kesehatan kita. Ketika sistem Limfatik sudah kehilangan kemampuan untuk membuang racun dan limbah dari setiap sel secara efektif, sebenarnya tubuh mulai untuk 'berbicara'
dengan kita. Kuncinya adalah untuk bisa 'mendengar' ketika tubuh kita 'berbisik' dan jangan tunggu tubuh kita 'menjerit'. Pernahkah ketika suatu hari kita merasakan hal-hal seperti berikut ini: -
Cincin
rasanya
Tubuh
makin
terasa
-
sempit
dan
kaku
setiap
Mudah
berasa
kali
mudah
Kulit
yang
makin
bangun
merasa
Perut
-
jari-jari
'lebar' pagi letih
kembung cepat
Berasa
gatal mengambang
- Payudara berasa bengkak dan nyeri tiap sedang siklus (untuk wanita) -
Kulit Tangan
-
dan
kering kaki
Mudah
alergi
-
dingin Hipersensitif
Sering
sakit
kepala
ringan
- Mudah sakit perut hingga diare Jika kita pernah mengalami hal diatas, maka kita sedang ada masalah dengan sistem Limfatik atau sistem kelenjar getah bening. Sistem Limfatik ini unik karena ia punya lebih dari satu fungsi. Secara umum sistem Limfatik memiliki tiga fungsi yakni pertama sebagai detoksifikasi (pembuangan racun) dan limbah dari setiap sel tubuh. Kedua, sebagai penghasil sistem imun sel B dan T yang paling aktif pada kelenjar getah bening. Ketiga, sebagai penyeimbang cairan tubuh dan penyerapan lemak. Ada 3 penyebab utama macetnya sistem Limfatik pada tubuh kita: 1. Stres. Stres akan menghasilkan kimiawi tubuh yang menyebabkan macet dan tersumbatnya sistem Limfatik hingga lebih dari 80%. Ini berkaitan dengan kondisi pada otak kepala dan 'otak jantung'.
2.
Ketidakseimbangan
pencernaan.
Pola
makan
yang
tidak
beraturan,
ketidakseimbangan asupan nutrisi yang masuk ke dalam tubuh, menjadi penyebab macet dan tersumbatnya sistem Limfatik. Ini berkaitan dengan kondisi pada 'otak perut' (gut brain). 3. Kekurangan yodium, menjadi salah satu penyebab macet dan tersumbatnya sistem Limfatik. Jadi memang memahami fungsi ketiga otak itu menjadi sangatlah penting untuk mendapatkan kondisi tubuh yang senantiasa terjaga. Terjaga pikirannya, terjaga imajinasinya, terjaga penyikapan hatinya, terjaga pola makannya, terjaga pola istirahatnya, dll. Sering menjadi pertanyaan, kenapa stres bisa menyebabkan begitu banyak masalah dalam tubuh? Hal ini disebabkan karena ketika seseorang stres maka tubuh dipaksa untuk membuat dan menghasilkan hormon yang melawan kondisi stres ini, istilahnya hormon 'penangkal stres'. Dan ini akan membuat terjadinya lonjakan energi negatif tinggi di dalam tubuh. Produk limbah yang dihasilkan dari keadaan ini adalah apa yang kita kenal dengan istilah Radikal Bebas. Maka dari itu orang yang mudah stres dan sering stres umumnya akan cepat menua sebab radikal bebas adalah penyebab terbesar dari penuaan sel. Bahkan lebih buruk lagi, stres menyebabkan timbulnya hormon 'penangkal stres' dan radikal bebas bersifat sangat asam. Kondisi peningkatan asam ini akan masuk ke dalam darah dan jaringan sel lainnya. Semakin asam tubuh maka semakin terjadi banyak masalah. Sistem Limfatik akan menjadi mudah untuk terbebas dari sumbatan manakala tubuh menjadi bersifat makin basa atau alkali. Namun proses ini tidaklah terjadi secara tiba-tiba atau alamiah. Diperlukan ilmu untuk memberikan kita kesadaran akan adanya pengetahuan ini. Kondisi ini berbeda seperti misalnya pada hewan tupai dimana pada saat musim dingin ia makan kacang. Kacang bersifat asam, sebagai penghangat manakala musim dingin. Makanan bersifat asam yang umumnya
dipanen
pada
saat
musim
dingin
sangat
membantu
tubuh
mempertahankan lemak, protein, mineral, dan vitamin. Apabila tupai ini memakan Brokoli pada saat musim dingin maka itu akan membuat tubuhnya menjadi bersifat basa/alkali, memicu detoksifikasi pada sistem limfatik, dan akan memicu kematiannya sendiri. Dengan naluri alamiahnya, atau lebih tepatnya kemampuan yang diilhamkan Allah, tupai bisa membedakan jenis makanan apa yang harus ia makan pada musim yang mana. Manusia, tidaklah memiliki pengetahuan jenis ini seperti yang diilhamkan kepada tupai. Kebanyakan kita makan apapun tanpa pedulikan apapun. Padahal 'mendengar' musim (alam) adalah salah satu kemampuan wajib yang harus dimiliki manusia agar pola makan tetap terjaga dan tubuh selalu berusaha mencapai kondisi homeostatis (seimbang) yang terbaiknya. Maka kembali saya ingin mengutip satu nasehat bijak dari ilmu Timur yang sangat layak untuk kita semua renungkan bersama yakni ... "Kuncinya adalah untuk bisa 'mendengar' ketika tubuh kita 'berbisik' dan jangan tunggu tubuh kita 'menjerit'." Bahwa dalam khasanah Jawa ada mikrokosmos dan makrokosmos. Bisalah 'mendengar' ketika mikrokosmos kita 'berbisik', jangan tunggu mikrokosmos kita 'menjerit' baru kita melakukan action. Mulailah untuk belajar 'mendengar' tubuh kita sendiri. Apa yang didengar? Yakni hati kecil kita, naluri suci kita, roso sak jroning roso kita. Tubuh manusia, dilengkapi dengan sistem pertahanan yang sangat hebat oleh Allah, Tuhan Yang Maha Besar. Ada banyak sistem pertahanan tubuh dan banyak diantaranya bersifat berlapis-lapis. Saya ambil contoh, pada tubuh kita terdapat lapis pertama pertahanan tubuh yakni: 1. 2.
Kulit Getah
3. 4.
Urine Asam
lambung
5.
Air
mata
6. Organisme simbiotik (mikroba dan bakteri yang bermanfaat) Semua jenis hal yang berbahaya yang akan berusaha memasuki tubuh kita paling tidak akan menjumpai 'lawan' berupa enam jenis pertahanan tersebut, beberapa literatur menyebutkan 7 hingga 9 pertahanan. Mulai dari kulit hingga asam lambung. Maka sebenarnya tubuh kita ini didesain untuk mampu bertahan hidup dalam kondisi-kondisi yang menyulitkan sekalipun. Tubuh kita ini terus menerus tiada henti memastikan bahwa yang masuk ke dalam tubuh adalah sesuatu yang baik. Maka kalau kita sampai sakit, silahkan kita introspeksi diri pada 3 bagian 'otak' beserta padanan pasangannya. Misal, otak kepala, fisiknya adalah otak kepala, nutrisi ke otak, aliran darah ke otak. Batiniahnya adalah pola pikir, imajinasi, nalar, dll. Apakah sudah dipergunakan semestinya. Demikian juga dengan yang lainnya. Mendadak saya teringat dengan salah satu keilmuan MP bernama "Toto Rogo" yang sebenarnya bisa diaplikaskan kesana, yakni merasakan tiap lapisan tubuh kita dari mulai yang terluar hingga terdalam. Dari yang besar hingga yang kecil dan sangat kecil. Termasuk pada siste Limfatik ini. Konsep "Toto Rogo" sebenarnya bisa lebih mudah dilakukan dan dijalankan di zaman sekarang. Untuk visualisasi, kita bisa melihat berdasarkan rujukan dari buku-buku kedokteran modern seperti misalnya struktur kulit, otot, daging, tulang, darah, organ, dll, dibandingkan pada zaman dulu yang mesti mendapatkan waskita dan trawangan untuk mengetahui. Memang nantinya tetap naluri yang mesti berperan. Namun sebagai pengembangan pada sisi pragmatis, kaidah "Toto Rogo" tetap bisa sesuai dengan perkembangan zaman. Kalau dulu, "Toto Rogo" dianggap sebagai bagian dari ilmu kanuragan, maka kita bisa sedikit mengembangkan itu menjadi salah satu 'ilmu kesehatan' tubuh. Ilmu Timur, dalam khasanah tradisionalnya, punya yang seperti itu. Asalkan kita mau menggali dan mengaplikasikan manfaatnya dalam kehidupan sehari-hari.
Menjadi pertanyaan, bagaimana caranya untuk melakukan perbaikan pada sistem Limfatik ini? Nanti akan saya sambung pada bagian dua tulisan ini. Semoga bermanfaat. LMU
LIMFATIK
(Bagian 2) Pada bagian pertama saya jelaskan hal-hal yang berhubungan dengan sistem Limfatik atau apa yang kita kenal sebagai sistem Kelenjar Getah Bening. Saya coba ringkas ulang. Dalam tubuh manusia terdapat 2 sistem peredaran besar yakni sistem peredaran darah dan sistem kelenjar getah bening. Sistem Peredaran Darah saya istilahkan dengan Sirkulasi Merah, sedangkan Sistem Kelenjar Getah Bening atau Limfatik saya istilahkan dengan Sirkulasi Putih. Keduanya memiliki manfaat yang saling melengkapi karena keduanya adalah satu kesatuan. Sirkulasi Merah berpotensi untuk menghasilkan energi. Namun setiap energi menghasilkan 'limbah buangan'. Sementara Sirkulasi Putih berpotensi untuk melepas, membuang, menetralisir semua 'limbah buangan' yang dihasilkan oleh Sirkulasi Merah. Tidak hanya itu, Sirkulasi Putih juga menghasilkan kekuatan berupa daya imunitas tinggi manakala dijaga secara benar. Jika diibaratkan rumah, maka Sirkulasi Merah adalah 'kran air' sedangkan Sirkulasi Putih adalah 'saluran-saluran'. Apabila 'kran air' macet, maka periksalah juga 'saluran-saluran'nya karena bisa jadi macetnya kran ini karena salurannya tersumbat. Semua proses 'memasak' dan apapun yang terjadi didalam rumah umumnya akan 'dibuang' melalui 'saluran-saluran' ini. Maka menjaga kebersihan 'saluran-saluran' agar tidak tersumbat merupakan suatu keharusan. Sirkulasi Putih memiliki panjang 2x atau lebih dibandingkan Sirkulasi Merah. Artinya, jalur Sirkulasi Putih yang dimiliki tubuh ini jauh lebih panjang dibandingkan sistem peredaran darah merah yang ada.
Dari literatur yang saya kumpulkan, proses pembersihan Sirkulasi Putih (Limfatik) terdapat paling tidak 15 (lima belas) cara sebagai berikut: 1.
Latihan
2.
Mandi
3.
Mengurangi
4.
Pemijatan
fisik
dan
air
hangat
konsumsi pada
5.
bergerak kemudian
untuk
Sirkulasi
semua Putih
Konsumsi
6.
secara air
jenis
(kelenjar
produk getah
cuka
fisik dingin susu bening) apel
Mengurangi
protein
7.
Sauna
8.
Astringen
9.
Menggosok
(melakukan lokasi
10.
kontraksi
kelenjar
getah
Herbal
kulit) bening alami
11. Sayuran dan buah-buahan organik (alami tanpa pestisida, dan bukan modifikasi 12.
genetik) Tidak
menggunakan
13. 14.
anti
bau
Berpikir Menghentikan
penggunaan
badan positif
obat-obatan
terlarang
15. Seimbang dalam pola makan Saya tidak ingin membahas semua namun hanya beberapa saja yang kebetulan saya jalankan di kelas Kebugaran saya yakni point 1, 4, 8, 11, dan 13. Tinjauan pertama dilihat dari kaidah gerak yakni Latihan Fisik Yang Bergerak. Apabila setelah bangun tidur kita merasa tubuh kita terasa kaku bahkan terasa sangat kaku di beberapa tempat maka berhati-hatilah karena Sirkulasi Putih (kelenjar getah bening) kita mulai 'menjerit'. Kalau saat bangun tidur terasa kaku ringan-ringan saja, tidak ada nyeri atau diluar batas, maka itu artinya tubuh kita baru 'berbisik'. Dengarkanlah 'bisikan' tersebut, jangan tunggu tubuh kita 'menjerit'. Segeralah bergerak melakukan senam-senam ringan.
Apabila dilihat dari prinsip gerak, dalam pengalaman saya (sekali lagi ini adalah pengalaman pribadi yang bisa saja berbeda dengan yang Anda alami), gerakan Napas Pengolahan maupun Pembinaan belum cukup untuk membuat Sirkulasi Putih berfungsi maksimal. Pengalaman ini terjadi pada salah satu peserta yang mengalami masalah pada kelenjar getah beningnya. Gerakan napas Pengolahan maupun Pembinaan adalah bentuk gerakan Isometric yang menggunakan otot postural dalam mempertahankan suatu postur tertentu. Gerakan Isometric ini justru akan dominan mengaktifkan Sirkulasi Merah dibanding Sirkulasi Putih. Lalu bagaimana solusinya? Yakni dengan melakukan Sirkulasi Merah terlebih dahulu barulah kemudian menjalani latihan Sirkulasi Putih. Dengan kata lain, melakukan olah napas terlebih dahulu baru melakukan rangkaian gerakan. Gerakan yang bagaimana yang baik dilakukan dalam konteks ini? Dalam pengalaman saya, ada 2 jenis sebagai berikut: 1.
Melakukan
latihan
rangkaian
gerak
2. Berjalan kaki Silahkan mana yang dipilih yang dirasa lebih mudah. Dalam studi kasus saya, pendekatan point nomor 2 (berjalan kaki) menghasilkan pemulihan yang sangat cepat dibandingkan point nomor 1. Hal ini dikarenakan kecilnya 'blocking' pada pikiran ketika menjalani aktivitas nomor 2 dibanding nomor 1. Aktivitas berjalan kaki sangatlah mudah dilakukan dan hampir tidak ada beban apapun. Sementara aktivitas Rangkaian Gerak perlu adanya menghafal gerakan-gerakan tertentu lebih dahulu kemudian menirunya dan melakukan berulang-ulang. Bagi peserta manula, menghafal gerakan adalah masalah tersendiri. Sebuah latihan mesti dibuat sederhana namun berisi manfaat-manfaat maksimal. Pada tata gerak MP memiliki karakter yang berbeda dengan tata gerak silat Sunda atau silat Minang. Pada silat Sunda atau silat Minang biasanya ada gerakan yang
menepuk kulit atau bagian tubuh tertentu (sikut, telapak kaki, lengan, dada, rusuk dalam, dll) yang menimbulkan bunyi 'plek' atau 'plak' pada gerakan jurusnya. Beberapa silat Betawi juga melakukan ini. Dalam konteks sistem Limfatik hal ini sebenarnya masuk pada kategori Pemijatan Kelenjar Limfatik (salah satu aspeknya adalah pemijatan melalui tepukan). Namun rangkaian tata gerak MP tidak punya yang seperti itu. Maka gerakannya mesti dipilih sedemikian rupa yang mengenai bagian-bagian kelenjar getah bening dengan konsentrasi yang besar seperti di leher, ketiak, tengah dada, pangkal paha, dan limpa. Bisa dipilih gerakan-gerakan berdasarkan tata gerak MP seperti misalnya Tebasan Datar, Tebangan Datar, Tebangan Kebawah, Sodokan Melingkar, Sodokan Silang, Sodokan Keatas, Ujung Siku Keatas, Srimpet, dsb, yang memungkinkan konsentrasi kelenjar getah bening tersebut bergerak. Pada saat melakukan aktivitas Napas Pengolahan maupun Pembinaan, terjadi pada diri kita kondisi yang disebut dengan Astringen (jaringan kulit berkontraksi) yakni pada saat pengejangan dan pengendoran. Saat bagian tubuh mengejang, maka bagian kulit ikut berkontraksi. Demikian juga saat mengendor, maka bagian kulit ikut juga berkontraksi. Pada saat melakukan gerakan tersebut rangsangan pada kelenjar getah bening (limfatik) terjadi. Saat melakukan bentuk gerakan olah napas juga penting untuk menjaga pikiran agar tidak terbebani. Seringkali kita tidak sadar kalau olah napas itu sudah menjadi beban sedari awalnya. Mulut kita bisa saja mengatakan tidak, tetapi pikiran kita sesungguhnya menganggap gerakan itu sebagai beban. Beban pada pikiran akan otomatis ikut membebani tubuh. Maka diperlukan kondisi penyikapan yang tepat pada setiap latihan olah napas. Bagaimanakah kondisi penyikapan tersebut? Yakni melakukan latihan dengan pikiran positif dan dengan rasa senang gembira suka cita. Dengan demikian terjadilah reaksi pada Sirkulasi Putih melalui pikiran yang positif. Kebahagiaan akan meningkatkan imunitas tubuh.
Sederhananya, kalau ingin terjadi peningkatan kesehatan secara maksimal pada kelas Kebugaran yang kita pegang (bagi yang melatih kelas Kebugaran MP), untuk pasien yg menderita masalah kelenjar getah bening maka lakukan terlebih dahulu olah napas (kadar ringan, sedang, atau berat bergantung waktu dan kebutuhan) dan setelah itu dilanjutkan dengan aktivitas Berjalan Kaki 10-15 menit. Menjadi pertanyaan, apakah kalau langsung berjalan kaki saja hasilnya juga baik? Tentu saja. Namun dalam pengamatan saya (sekali lagi ini adalah pengalaman pribadi) hasil terbaik dicapai melalui pendekatan Olah Napas dulu baru kemudian Berjalan Kaki atau melakukan Rangkaian Gerakan tertentu yang dirancang sedemikian rupa. Hal-hal lain yang menjadi perhatian saya adalah mengenai pola makan. Seperti yang pernah saya jelaskan sebelumnya mengenai konsep Aerobik dan Anaerobik di tulisan berjudul Napas Kering MP, bahwa terjadi irisan sedemikian rupa antara aerobik menunju anaerobik. Irisannya bisa saya jelaskan sebagai berikut, bahwa dalam latihan olah napas Pengolahan ketika napas sudah dirasa 'habis' maka praktisi mesti menahan lagi selama 3-5 detik terakhir sebelum kemudian membuang napas dan menstabilkan napasnya. Kondisi menahan lagi 3-5 detik adalah kondisi anaerobik ekstrim. Pada tahap itu, secara teoritis, darah berubah sifat menjadi lebih asam dibanding sebelumnya. Maka selesai latihan disarankan untuk mengkonsumsi buah-buahan atau sayuran atau makanan yang membentuk basa/alkali. Silahkan bisa dilihat artikel saya mengenai itu. Menjaga pola makan yang bersifat alkali/basa adalah juga sebagai perbaikan terhadap masalah kelenjar getah bening atau sirkulasi Putih ini. Dengan demikian, latihan Kebugaran MP memiliki manfaat yang optimal, menghasilkan percepatan pemulihan yang tinggi, aman, dan dapat dipertanggungjawabkan dari sisi ilmu kesehatan. Semoga bermanfaat. ILMU KEKEBALAN TUBUH
Pada tulisan sebelumnya saya membahas mengenai Sirkulasi Merah dan Sirkulasi Putih dimana sirkulasi merah merupakan sirkulasi sel darah merah yang dimulai dari jantung dan kembali ke jantung melalui pembuluh sedangkan sirkulasi putih merupakan kelenjar getah bening (limfatik) yang menghasilkan kemampuan perlindungan terhadap semua limbah beracun dan berbahaya yang dihasilkan oleh sirkulasi merah. Salah satu aspek yang dimiliki oleh sistem Limfatik adalah kekebalan tubuh. Maka penting untuk memahami bagaimana kekebalan tubuh ini bekerja. Didalam tubuh kita terdapat sistem yang disebut dengan sistem kekebalan tubuh atau yang sering kita kenal dengan istilah sistem imun. Tubuh manusia adalah ciptaan Allah SWT yang luar biasa kompleks namun sempurna. Dihadirkan olehNya sebuah sistem pertahanan nan canggih dalam melawan berbagai bakteri, virus, dan penyakit. Kehidupan kita di dunia tidak akan terlepas dengan berbagai hal yang membahayakan diri seperti misalnya para pembawa infeksi dan bibit penyakit. Untuk itulah sistem imun dihadirkan secara berlapis-lapis dalam rangka menjadi sebuah mekanisme pertahanan. Sistem kekebalan pada tubuh atau saya singkat saja sistem imun terdiri dari 2 (dua) golongan besar yakni Sistem Imun Bawaan (SIB) dan Sistem Imun Adaptif (SIA). Sistem Imun Bawaan merupakan pertahanan pertama terhadap semua organisme yang akan berusaha menimbulkan kerusakan di tubuh kita. Sementara Sistem Imun Adaptif berfungsi sebagai pertahanan lapis kedua terhadap jenisjenis penyakit yang menyerang Sistem Imun Bawaan. Pada keduanya terdapat komponen selular dan cairan tubuh yang bertugas membawa fungsi perlindungan. Sebagai tambahan, Sistem Imun Bawaan juga memiliki kemampuan anatomi yang berfungsi sebagai pelindung terhadap infeksi. Meskipun kedua sistem ini memiliki fungsi yang yang berbeda namun ada hubungan yang saling mempengaruhi diantara keduanya. Misalnya, komponen pada Sistem Imun Bawaan dapat mempengaruhi Sistem Imun Adaptif dan demikian juga sebaliknya.
Meskipun kedua sistem imun ini memiliki fungsi yang sama untuk melindungi tubuh terhadap serangan organisme penyebab penyakit, mereka memiliki karakteristik yang berbeda pada keduanya. Sistem Imun Adaptif memerlukan beberapa waktu untuk bereaksi dalam menghadapi organisme penyebab penyakit, sementara Sistem Imun Bawaan umumnya akan langsung bereaksi secara otomatis dan termobilisasi untuk langsung menghadapi organisme penyebab penyakit tersebut. Sistem Imun Adaptif merupakan sebuah antigen (antibody generator) spesifik yang hanya akan bereaksi dengan organisme penyebab penyakit tertentu yang memicu respon. Sebaliknya, Sistem Imun Bawaan bukanlah sebuah antigen spesifik dan ia akan bereaksi secara sama baiknya terhadap beragam jenis organisme penyebab penyakit. Sistem Imun Adaptif menunjukkan sebuah kemampuan dalam menyimpan apa yang disebut dengan "memori kekebalan tubuh". Ia akan mampu "mengingat" apa-apa yang menyerang dirinya, dan bagaimana mekanisme pertahanan diluncurkan. Berikutnya, ia akan menjadi lebih aktif dan lebih cepat dalam melawan organisme penyebab penyakit yang sama. Sebaliknya, Sistem Imun Bawaan tidak memiliki kemampuan "memori" tersebut. Kedua sistem ini memiliki kesamaan yakni bahwa terdapat kemampuan melakukan adaptasi terhadap perubahan jenis organisme penyebab penyakit. Namun tahap adaptasi ini berbeda-beda setiap orang. Seperti kita ketahui bahwa organisme penyebab penyakit mampu melakukan pengubahan sel agar tidak dikenal oleh sistem imun. Namun karena sistem imun punya kemampuan deteksi terhadap adaptasi perubahan ini maka ia akan mampu melakukan mekanisme pertahanan baru untuk melawan organisme penyebab penyakit yang telah mengalami modifikasi ini. Misalnya, seseorang yang mampu bertahan terhadap penyakit campak akan memiliki daya imunitas terhadap sakit ini di kemudian hari. Hal ini dikarenakan pada sistem imunitasnya telah mampu melakukan adaptasi terhadap jenis penyakit tersebut. Bisa dikatakan bahwa Sistem Imun Adaptif yang bekerja pada mekanisme seperti itu yakni untuk menghancurkan setiap molekul beracun dan berbahaya yang asing bagi tuan rumah. Kemampuan untuk
membedakan apa yang asing dari apa yang asli pada diri adalah kemampuan mendasar dari Sistem Imun Adaptif. Tentu saja, tidak semua organisme dan molekul yang masuk ke dalam tubuh dianggap berbahaya bagi tubuh. Pada saat organisme itu dianggap berbahaya bagi tubuh maka barulah Sistem Imun Bawaan diaktifkan. Apabila Sistem Imun Bawaan "menganggap" organisme berbahaya ini dapat diselesaikan dengan Sistem Imun Adaptif maka ia akan memanggil respon Sistem Imun Adaptif pada organisme yang sudah dikenal oleh "memori kekebalan tubuh" tersebut. Artinya, akan ada kondisi dimana ketika Sistem Imun Bawaan kita sangat kuat maka Sistem Imun Adaptif menjadi kurang begitu responsif. Hal ini tidak masalah mengingat Sistem Imun Adaptif sebagai lapis kedua pertahanan setelah Sistem Imun Bawaan. Namun yang perlu digarisbawahi adalah bahwa Sistem Imun Adaptif memiliki kemampuan dalam "mengenali" dan "menyimpan memori kekebalan tubuh" akan suatu organisme dan molekul berbahaya yang pernah masuk ke dalam tubuh. Setiap segala sesuatu yang mampu memunculkan kemampuan Sistem Imun Adaptif disebut dengan Antigen atau antibody generator. Dalam hal ini, para ilmuwan melakukan banyak sekali percobaan melibatkan hewan untuk menguji sejauh mana tubuh makhluk hidup menghasilkan antigen. Biasanya dengan cara menyuntikkan organisme berbahaya yang disertai sedikit sel imunitas pada tubuh hewan percobaan lalu melihat reaksi/respon imunitas tubuhnya. Kita akan sangat terkejut bahwa banyak sekali kemampuan makhluk hidup dalam menghasilkan antigen. Artinya, daya adaptasi sel memang luar biasa. Pendekatan ini kemudian melahirkan apa yang kita kenal sebagai Imunisasi. Sistem Imun Adaptif dibawa oleh sel darah putih yang disebut dengan Limfosit. Terdapat dua jenis response pada Sistem Imun Adaptif ini yakni respon antibody (sel B) dan respon yang diperantarai oleh sel (sel T). Manakala respon antibody terjadi maka sel B akan diaktifkan untuk mengeluarkan antibodi sejenis protein yang disebut Immunoglobulin. Immunoglobulin ini kemudian akan beredar dalam
aliran darah (Sirkulasi Merah) dan menyerap cairan tubuh lainnya termasuk antigen asing. Penyerapan dan pengikatan ini akan melemahkan dan menonaktifkan virus dan mikroba beracun dengan cara memblokir kemampuan virus dan mikroba tersebut untuk mengikat reseptor pada sel inang. Sedangkan pada respon imun yang diperantarai oleh sel (sel T), sel T akan bereaksi langsung pada setiap organisme asing yang ada di permukaan sel inang untuk segera dibasmi sebelum virus mampu melakukan replikasi sel. Dalam pemahaman saya, sederhananya, Sistem Imun Bawaan (SIB) didapat oleh Sirkulasi Merah sedangkan Sistem Imun Adaptif (SIB) didapat oleh Sirkulasi Putih. Hal ini sedikit banyak bisa menjelaskan kenapa pelatihan olah napas Merpati Putih akan mampu memperkuat imunitas karena fungsi dan kemampuan sel darah merah meningkat. Namun sebagai produk buangannya akan terdapat banyak limbah beracun hasil sirkulasi merah yang harus ditangani benar oleh Sirkulasi Putih sedangkan Sirkulasi Putih dapat ditingkatkan kemampuannya dengan cara menggerakkan seluruh tubuh. Maka memang idealnya latihan untuk pola Kebugaran adalah melatih tata napas dulu barulah kemudian tata gerak dan diakhiri dengan meditasi. Dan latihan juga tidak bisa hanya meditasi statis saja terus. Ada bagian tubuh yang harus digerakkan untuk memaksimalkan fungsinya. Statis dan dinamis harus seimbang agar sirkulasi merah dan sirkulasi putih juga seimbang. Khusus mengenai meditasi kapan waktu akan saya bahas secara terpisah. Menjadi pertanyaan, apakah yang saat ini berjalan secara umum dimana tata gerak dulu dilatih baru kemudian tata napas itu salah? Ini juga ada beberapa rekan yang menanyakan. Jawaban saya adalah bahwa ada hal-hal yang bersifat baik dan ada yang bersifat baik dan optimal. Yang sudah berjalan selama ini tentu sudah baik, sudah melahirkan banyak kebaikan dan prestasi. Tidak ada masalah dengan itu. Namun apabila ingin dibuat optimal, maka polanya semestinya adalah tata napas dulu barulah kemudian tata gerak dan diakhiri dengan meditasi. Landasan ilmiahnya sudah pernah saya kemukakan, baik itu berdasarkan ilmu Fisiologi mengenai Isometric dan Plyometric ataupun berdasarkan sistem sirkulasi tubuh.
Saat ini, saya dan tim kecil sedang menyusun panduan kebugaran berdasarkan kaidah-kaidah yang saya pernah jelaskan sebelumnya. Beberapa malah sudah diujicobakan dengan hasil yang sangat baik. Kapan waktu nanti akan saya bahas secara terpisah. Lebih jauh lagi, secara hakekat, kemampuan pada Sistem Imun Adaptif yang tinggi ini akan membuat kita memiliki 'Krei Wojo' atau 'Tirai Baja'. Krei Wojo yang dimaksud dalam konteks hakekat Kebugaran ini adalah kemampuan tubuh membendung segala macam penyakit yang akan menyerang dan menyakiti diri. Kemampuan pertahanan diri yang meningkat dan mampu beradaptasi pada semua organisme penyebab penyakit. Krei Wojo jenis ini bukanlah krei wojo dimana tubuh kita kebal dengan pukulan atau senjata tajam, namun memiliki mekanisme pertahanan tingkat tinggi dalam melawan berbagai jenis penyakit. Sejauh ini, dalam pemahaman saya, terdapat 3 macam jenis 'Krei Wojo' yakni Krei Wojo sebagaimana adanya ia dinamakan pada konsep kanuragan yakni kemampuan bertahan dari segala serangan pukulan tendangan dan senjata tajam, lalu Krei Wojo sebagai hakekat Kebugaran yakni kemampuan bertahan dari segala serangan organisme yang menyebabkan penyakit. Dan terakhir, Krei Wojo dalam pemahaman ajaran Ki Ageng Suryomentaram yang menjelaskan adanya kemampuan
membendung/menahan
serangan
pemikiran-pemikiran
yang
cenderung menyebabkan kerusakan kepribadian sikap watak dan karakter. Sekali lagi, apa-aa yang saya jelaskan ini sekedar hasil mersudi dan penelitian pribadi dan yang benar-benar saya terapkan pada kelas kebugaran saya. Adapun apabila ada manfaatnya silahkan diambil sebanyak-banyaknya dan apabila ada kekurangan dan kesalahannya silahkan dikoreksi atau diperbaiki. Mari kita samasama berbuat memberikan sumbangan bagi Merpati Putih dalam banyak hal termasuk sumbangan pemikiran, sedikit maupun banyak. Semoga bermanfaat.