Jurnal Tingkat Sarjana Bidang Seni Rupa
SEEING DUALITY OF REALITY WITHIN` PROJECTION MELIHAT DUALITAS REALITAS DALAM PROYEKSI. Nama Mahasiswa : Putri Fidhini
Nama Pembimbing : Drs. Bambang Ernawan, M.Sn
Program Studi Sarjana Bidang Seni Rupa, Fakultas Seni Rupa dan Desain (FSRD) ITB Email:
[email protected]
Kata Kunci : dualitas, mimpi, proyeksi, realitas, ruang
Abstrak Pengalaman (spiritual) yang dialami penulis telah membentuk sebuah persepsi yang kemudian menciptakan realitas baru pada diri penulis. Pengalaman tersebut mengenai sebuah pengalaman mimpi lucid yang terjadi berulang dan telah mempengaruhi psikis penulis ke hal yang negatif. Fenomena tersebut menghantarkan penulis untuk menciptakan karya lukis dengan pemanfaatan visual yang menghadirkan visual penggabungan antara bidang-bidang yang membentuk lansekap ruang imajinatif dengan konsep proyeksi sebagai idiom atau metafor yang menjelaskan mengenai hubungan dari dua realitas. Penulis menggunakan cat akrilik dan cat minyak diatas kanvas sebagai medium karya. Visual karya menampilkan sebuah ruang imajinasi yang dibangun dari susunan bidang, cahaya dan refleksi cermin. Dalam proses pembacaan makna dari karya ini, penulis menggunakan beberapa teori seni dan teori pendukung yang dianggap paling efektif dan tepat untuk menjelaskan karya secara ilmiah dan lebih objektif. Dalam prosesnya, karya ini diharapkan mampu menjadi alat bagi penulis untuk mengekspresikan hal-hal yang terjadi pada kehidupan penulis kedalam bentuk karya seni yang dapat bermanfaat bagi penulis maupun orang lain.
Abstract The author`s spiritual experience had formed a perception that creates a new reality on the author herself. The experience was about recurring lucid dreams which had an affect to negative things. Those phenomenons had brought the author to create a painting of three-dimensional space composition as a methapor which was speaking about two realities within` a projection concept. The author use acrylic and oil paint on canvas as the medium of the artworks. The visual of the works showing an imaginative room that composed merging planes, light effect and mirror reflection. In the process of reading the meaning of these works, the author used art theory and supporting theory which all have already been considered as the most effective and appropriate to explain the work objectively. Through the process, the author hopes that these works can be a vehicle of the author`s expression about her life and become a work of art which can inspire other people. between religion and life.
1. Pendahuluan “Percayalah kepada mimpi, sebab di dalam mimpi ada gerbang menuju keabadian” Kahlil Gibran “Pelajarilah apa makna mimpi bagi kita dan bagaimana mimpi itu memberi kita suatu insight yang unik dalam jiwa sosial dan personal kita” Richard Craze Jurnal Tingkat Sarjana Seni Rupa No.1| 1
Putri Fidhini
Penulis memiliki ketertarikan khusus terhadap peranan mimpi sebagai gerbang realitas lain, mimpi yang berada pada ambang (yang dinyatakan) nyata dan tidak nyata. Mimpi memiliki tafsir yang berbeda-beda dan berbagai sudut pandang, tergantung pada tradisi dan kepercayaan, atau bahkan agama tertentu. Mimpi secara harafiah merupakan pengalaman di bawah ruang kesadaran yang melibatkan penglihatan, pendengaran, pikiran, perasaan, dan alat indra lainnya, bisa terjadi di dalam tidur atau terjaga. Secara Islam dan berdasarkan Al-Quran, mimpi diartikan sebagai sebuah bentuk fenomena dimana roh ayan (jiwa) melayang-layang keangkasa, melepaskan diri dari badannya, tetapi dapat kembali lagi, sedangkan jiwa yg lepas dari tubuhnya, kemudian tidak kembali lagi, itulah yang disebut pati (mati). Memang tidak mudah mendefinisikan arti dari mimpi, karena hal itu sangat erat dengan jiwa, dimana jiwa pengertiannya yang tahu persis adalah Allah SWT, manusia hanya dapat menduga-duga. Sifat menduga tersebut membawa penulis untuk selalu mempertanyakan apa arti mimpi dan pengaruhnya terhadap realitas kehidupan yang dialami. Terdapat berbagai macam mimpi beserta tingkatannya, yang menarik dan sering dialami oleh penulis adalah mimpi lucid/ lucid dream. Lucid dream adalah fenomena bermimpi dimana pemimpinya sadar bahwa ia sedang bermimpi ketika mimpi tersebut berlangsung, bahkan terkadang ia mampu mengubah lingkungan dalam mimpinya serta mengendalikan beberapa aspek dalam mimpi tersebut. Pemimpi lucid juga dapat merasakan emosi pada mimpinya, dan dalam beberapa kasus emosi tersebut terasa nyata bahkan ketika dalam keadaan bangun (sadar) seperti yang penulis sering alami. Hal tersebut diatas sangat berpengaruh pada pandangan hidup penulis mengenai alam nyata dan alam mimpi yang penulis sebut sebagai “ruang lain”; antara nyata dan tidak nyata, fisikal dan metafisikal. Dari fenomena tersebut, penulis membuat kerangka turunan mengenai permasalahan yang diangkat sehingga pada akhirnya permasalahan mengenai dualitas dari realitas menjadi titik tengah yang dibicarakan pada karya ini. Karya ini ditujukan sebagai karya tugas akhir yang merupakan salah satu syarat kelulusan dari program sarjana seni rupa di ITB. Selain hal tersebut, dalam prosesnya diharapkan mampu menjadi alat bagi penulis untuk mengekspresikan hal-hal yang terjadi pada kehidupan penulis kedalam bentuk karya seni yang dapat bermanfaat bagi penulis maupun orang lain.
2. Proses Studi Kreatif Penulis berangkat dari latar belakang pengalaman pribadi mengenai alam nyata (fisikal) dan alam mimpi (metafisikal) yang kemudian digagas dalam karya yang menjelaskan hubungan kedua alam tersebut dengan tema proyeksi. Ruang digunakan sebagai subject matter utama pada karya ini. Karya ini dibuat dalam bentuk visual ruang yang terbentuk oleh 3 unsur visual yang utama yaitu; bidang, warna dan cahaya yang disusun dan diolah untuk memperoleh kualitas ilusi ruang dan kedalaman. Ruang digambarkan secara konstruktif dengan intensitas cahaya yang berbeda-beda. Pada setiap karya, terdapat kehadiran visual cermin yang merrefleksikan ruang didepannya serta satu atau dua visual pintu sebagai sumber cahaya masuk. Secara keseluruhan, karya diberi warna-warna yang cenderung monokrom serta pencahayaan untuk memperoleh suasana yang seolah sepi dan dingin. Pemikiran tentang mimpi sebagai “ruang lain” menumbuhkan persepsi sebagai dunia imajinal (imaginal world) dalam berkarya. Penulis menghadirkan ruang-ruang yang bersifat imajinatif yang diasosiasikan sebagai ruang-ruang pemikiran penulis. Pada visual karya, ruang-ruang pemikiran tersebut dibagi seolah menjadi dua; ruang fisik manusia yang dihadirkan diluar visual cermin dan ruang „dunia imajinal‟ yang hadir didalam cermin. Karya ini dibuat sebagai sebuah bentuk „capture‟ dari berbagai momen yang dialami penulis yang dialami berulang dan terasa nyata. Mengolah dan menghadirkan objek ruang didalam ruang melalui pendekatan proyeksi adalah gagasan yang ingin Jurnal Tingkat Sarjana Seni Rupa No.1| 2
Putri Fidhini
disampaikan pada karya-karya penulis. Ruang imajinatif yang tersusun diatas kanvas kesemuanya merupakan sebuah bentuk hasil proyeksi dari pemikiran penulis yang telah melalui tahap metamorfosa dan reduksi. Ruang didalam ruang bagi penulis memiliki makna kedalaman (depth) serta kompleksitas yang mampu mewakili pemikiran penulis. Selain hal tersebut, upaya ini juga diharapkan mampu merepresentasikan sebuah ilusi didalam ilusi (lukisan itu sendiri). Seperti pertama kali digunakan filsuf Suhrawardi, dan kemudian secara sistematik diterangkan filsuf Mulla Sadra, dunia imajinal diibaratkan sebagai imej dari sesuatu (benda atau sosok) pada sebuah cermin. Imej tersebut jelas bukan substansi milik si cermin, juga bukan bagian dari sesuatu itu sendiri, melainkan ada diantara keduanya. Meski daya imajinatif dan khayalan manusia bisa mewarnai, merekonstruksi, atau memberi arah pada makna yang muncul tentang imej (di depan cermin) itu, namun hakikat dari imej itu sendiri (sebagai „yang imajinal‟) tetaplah hal yang terpisahkan dari apapun yang dihasilkan oleh keduanya (daya imajinatif dan khayalan). (Scientia Sacra, Zaelani, 201
Jurnal Tingkat Sarjana Seni Rupa No.1| 3
Putri Fidhini
Judul TA
Landasan Teori
Rumusan Masalah 1.
2.
Mengapa visual bidang, ruang dan refleksinya digunakan sebagai alat untuk menjelaskan mengenai realitas? Mengapa metoda proyeksi ruang menjadi penting dalam karya?
1. 2. 3. 4. 5.
Literatur tentang Falsafah Islam Literatur tentang seni sebagai representasi Literatur tentang seni sebagai katarsis Literatur tentang seni sebagai ekspresi Literatur teknik lukis
Batasan Masalah 1.
2.
Karya terinspirasi dari pengalaman pribadi penulis yang menyorot tentang alam nyata dan alam mimpi. Karya dibuat dalam bentuk lukisan dengan medium cat akrilik dan cat minyak diatas kanvas.
Tujuan berkarya 1. 2.
Pelengkap mata kuliah tugas akhir Seni Lukis SR4099. Sebagai ekspresi tentang hal-hal yang terjadi pada kehidupan penulis yang bermanfaat bagi penulis maupun orang lain.
Proses Berkarya 1. 2. 3.
Proses sketsa Proses pembuatan karya Proses Pemasangan Bingkai
Karya Akhir
Bagan 2.1 Proses Studi Kreatif Jurnal Tingkat Sarjana Seni Rupa No.1| 4
Putri Fidhini
3. Hasil Studi dan Pembahasan
Karya terdiri dari 7 buah kanvas dengan ukuran yang cenderung memanjang kesamping yaitu 100 x 200 cm dengan didominasi warna-warna lembut (soft) dan beberapa warna gelap pada warna latar (background) kanvas yang kemudian diolah dengan diberi sapuan-sapuan dan tetesan warna yang dilakukan secara spontan oleh penulis. Ketujuh karya ini diberi judul Projecting Space #series (1-7). Sesuai dengan judulnya Projecting Space, karya ini adalah sebuah bentuk hasil dari proyeksi. Proyeksi yang dimaksud adalah sebuah bentuk representasional imej yang berasal dari pemikiran penulis mengenai ruang imajinatif yang dihadirkan pada kanvas. Kanvas pada karya ini berperan sebagai layar (screen), sedangkan penulis berperan sebagai proyektor (artist as a projector). Visual akhir karya merupakan hasil dari sebuah upaya mengkomposisikan dan menyusun bidang-bidang warna yang membentuk ilusi ruang dengan kedalaman dan intensitas cahaya yang berbeda-beda diatas kanvas. Bidang tersebut disusun penulis membentuk ruang imajinatif dengan penggunaan logika perspektif didalamnya. Beberapa bidang dibiarkan kosong dan memperlihatkan latar kanvas yang telah diolah sebelumnya. Penulis menghadirkan visual cermin pada setiap karya sebagai „alat‟ atau „media‟ refleksi dari visual yang berada diluarnya. Pada beberapa karya, penulis menghadirkan pintu yang berfungsi sebagai sumber cahaya yang misterius.
Projecting Space #1
Gambar 1"Projecting Space #1", 100 x 200 cm, Oil on Canvas, 2013.
Karya pertama ini memvisualisasikan sebuah ruang yang merupakan refleksi dari ruang didepannya. Pada karya ini penulis menghadirkan dua buah cermin, dimana cermin pertama- yang lebih besar dan dekat dengan pelihat mengalami perpotongan dibagian bawahnya sedangkan cermin kedua- yang lebih kecil dibanding cermin 1 dan berada lebih jauh dari pelihat berada didalam cermin satu. Logika pantul yang dihadirkan, keseluruhannya diperoleh dengan logika yang makesense. Pintu yang menjadi sumber cahaya ditempatkan penulis pada visual yang terrefleksi pada cermin 2. Pintu ini dapat dilihat juga sebagai lorong yang menuju pada sumber cahaya yang berasal dari sebelah kiri (dari arah pelihat). Warna biru muda dan abu-kehijauan mendominasi pada karya ini. Gradasi warna biru menuju putih digunakan sebagai warna yang Jurnal Tingkat Sarjana Seni Rupa No.1| 5
Putri Fidhini
mampu mewakili intensitas warna terang yang terkena cahaya paling banyak sesuai dengan sumber cahaya dan warna abu kehijauan sebagai pallete warna yang mewakili bidang yang gelap (sedikit cahaya). Pada karya ini, kesan lembut (soft) mendominasi. Pada karya pertama ini, sebagai tahap awal menggagas visual, tidak terdapat bidang yang dibiarkan kosong dan menampakkan visual latar kanvas. Keseluruhan bidang digarap dengan beberapa warna yang di-blend dan dengan beberapa bagian yang cukup diblok dengan satu warna yang memberikan kesan flatness dan bersih (clean). Karya ini merupakan bagian dari upaya penulis dalam menghadirkan sebuah konstruksi ruang sepi yang bersih, rapi namun memberikan kesan misterius pada kontennya.
Projecting Space #3
Gambar 3.1 “Projecting Space #3”, 100 x 200 cm, Oil on Canvas, 2013
Karya ini merupakan karya seri kedua yang menghadirkan sebuah komposisi ruang imajunatif. Pada karya ini penulis meggunakan warna-warna dengan tone yang cenderung lembut. Tetesan yang hadir pada karya merupakan bagian dari keekspresivitasan penulis. Terdapat tiga jenis penggarapan bidang pada karya ini, yaitu bidang yang digarap dengan gradasi warna, bidang yang digarap dengan memblok warna (flatness) dan bidang yang dibiarkan kosong dan memperlihatkan visual tetesan cat pada latar kanvas. Terdapat dua visual cermin pada karya ini, dimana cermin pertama- yang lebih besar dan dekat dengan pelihat mengalami perpotongan dibagian bawahnya sedangkan cermin kedua- yang lebih kecil dibanding cermin 1 dan berada lebih jauh dari pelihat berada didalam cermin satu. Pada cermin 2, terdapat ruang buntu dan sebuah pintu yang lebih kecil yang menjadi sumber cahaya. Pintu kecil tersebut diletakkan pada bagian sebelah kiri pada kanvas dengan sumber cahaya yang datang dari arah kanan kanvas yang menyebar kedalam ruang. Pada visualdi cermin 1- sebagai visual yang berada diluar cermin 2, salah satu bidang pada ruang buntu dibiarkan kosong memperlihatkan latar belakang sehingga mengesankan sebuah pintu yang menuju pada warna dan visual latar. Karya ini secara visual mengalami perkembangan dari karya pertama sebelumnya. Penulis menemukan teknik lelehan cat yang divisualisasikan sebagai latar kanvas awal. Lelehan ini selain sebagai bentuk dari keekspresivitasan penulis, juga merupakan sebuah bidang yang diasosiasikan penulis sebagai ruang yang absolut, seolah-olah kosmis yang tidak memiliki batas. Jurnal Tingkat Sarjana Seni Rupa No.1| 6
Putri Fidhini
Projecting Space #4
Gambar 2 “Projecting Space #4”, 100 x 20 cm, Oil on Canvasl, 2013
Karya keempat divisualisasikan dengan cara penggarapan yang sama dengan karya sebelumnya, namun pada karya ini mulai hadir warna-warna yang cenderung gelap pada latar kanvas, visual tetesan menjadi tidak dominan—namun dengan abstraksi warna yang lebih menonjol. Visual ruang pada karya keempat ini dibangun dengan kompleksitas yang lebih tinggi dari karya-karya sebelumny . Pada karya ini masih terdapat dua buah cermin; satu visual cermin besar (dibahasakan sebagai cermin 1) yang merefleksikan ruang didepannya yang berada diluar kanvas dan sebuah cermin yang lebih kecil didalam cermin 1 yang dibahasakan sebagai cermin 2. Konstruktivitas ruang ini terlihat lebih kompleks karena keberadaan bidang yang menjorok kedalam dan terrefleksikan pada cermin 2 yang menghimpit bidang tersebut. Bidang menjorok kedalam ini merupakan perpanjangan pintu yang berperan sebagai sumber cahaya yang divisualisasikan pada cermin 1. Terdapat visual bidang kosong yang berkesan pintu pada visual diluar kedua cermin, tepatnya disebelah kiri bidang kanvas yang memberi kesan melayang pada keseluruhan komposisi ruang.
Jurnal Tingkat Sarjana Seni Rupa No.1| 7
Putri Fidhini
Projecting Space #5
Gambar 3.2 “Projecting Space #5”, 100 x 20 cm, Oil on Canvasl, 2013
Karya ini merupakan karya lukis kelima dalam karya seri Projecting Space. Pada karya ini penulis hanya menempatkan satu buah visual cermin yang merefleksikan ruang yang berada didepannya. Ruang yang berada didalam cermin digarap lebih real dibanding dengan ruang yang berada diluar cermin. Ruang diluar cermin divisualisasikan seolah terlepas/melayang pada suatu bidang abstrak dibelakangnya (warna latar kanvas) namun visual pancaran cahaya yang masuk tetap dihadirkan. Cermin diposisikan dalam keadaan yang hampir simetris dengan penggunaan perspektif pada pengkomposisiannya. Pintu sebagai sumber cahaya terang dihadirkan kontras pada visual didalam cermin yang berbeda dengan visual diluar (cermin)nya yang dibiarkan terbuka dan memperlihatkan visual latar kanvas. Pada karya ini peranan cermin sebagai `pembanding` antara dua buah visual (yang terpantul dan dipantul) memiliki peranan yang efektif dan penting pada karya. Dengan adanya cermin, persepsi pelihat akan langsung membentuk pemahaman bahwa visual keuda ruang tersebut adalah sebuah ruang yang sama, namun bila dilihat secara visual, kedua ruang tersebut berbeda dan memiliki kejanggalan. Pada karya ini penulis menggunakan warna-warna yang cenderung gelap dengan intesitas gelap-terang yang kontras dengan mengahadirkan visual cahaya terang yang masuk melalui sebuah pintu. Cahaya tersebut memberikan efek highlight yang kontras didalam ruang gelap pada karya penulis.
Jurnal Tingkat Sarjana Seni Rupa No.1| 8
Putri Fidhini
Projecting Space #6
Gambar 3.3 “Projecting Space #6”, 100 x 200 cm, Oil on Canvas, 2013.
Pada karya keenam ini, refleksi yang dihadirkan berbeda dengan karya-karya sebelumnya. Perbedaan tersebut jelas terlihat pada posisi visual cermin yang tidak diletakkan secara vertikal melainkan horizontal. Sudut pandang pelihat pun diajak lebih jauh dari objek bidang-bidang yang membentuk ruang, sehingga visual karya ini terlihat lebih luas (zoom out) dibanding karya-karya sebelumnya. Karya ini merupakan karya yang memiliki visual paling simetris diantara keseluruhan karya, meskipun pada beberapa bidang yang terproyeksi mengalami distorsi yang disebabkan oleh bias. Abstrak pada visual latar karya terdiri dari warna putih dengan goresan berwarna biru kehitaman yang memberikan kesan warna terang pada karya. Warna terang tersebut diseimbangkan dengan visual pantul yang cenderung gelap pada bagian bawah bidang kanvas (visual pada cermin). Visual pintu sebagai sumber cahaya terang diletakkan ditengah karya dengan ukuran yang cenderung kecil terhadap keseluruhan bidang kanvas. Warna hijau-kecoklatan mendominasi sebagai warna pada bidang-bidang yang disusun dengan warna hijau-kuning muda yang digunakan sebagai warna yang paling terang karena terkena cahaya dan warna biru cenderung hitam mewakili warna tergelap dari hasil proyeksi pantul bidang.
4. Penutup / Kesimpulan Dengan melihat karya ini, penulis menyadari bahwa penulis telah sampai pada tahap yang lebih dalam dari karya-karya sebelumnya yang masih melibatkan rasa takut dan emosi yang tinggi yang diaplikasikan pada karya-karya dengan visual yang cenderung menakutkan. Pada karya ini penulis seperti perlahan keluar dari ketakutan tersebut lalu terjadi proses melihat kembali, mengingat kembali peristiwa, pengalaman serta memori dari pengalaman-pengalaman yang mencekam dan terjadi berulang tersebut, dan kemudian menggunakan idiom lain untuk mencoba „bercerita‟ mengenai kegelisahannya tersebut. Karya ini mampu menggiring penulis menjadi lebih objektif dalam menanggapi pengalaman penulis mengenai mimpi lucid. Jurnal Tingkat Sarjana Seni Rupa No.1| 9
Putri Fidhini
Seringnya penulis dihadapkan dengan visual ruang pada karya-karya membuat penulis banyak melakukan kontemplasi diri yang membuat penulis banyak berfikir dan memaknai segala sesuatu menjadi lebih baik lagi. Seperti yang penulis telah jabarkan mengenai tujuan karya ini sebelumnya, penulis berharap karya ini tidak hanya berguna bagi penulis, tapi juga bagi orang lain yang melihat. Baik sebagai pengalaman estetik ketika melihat karya, maupun hal lainnya yang lebih personal.
Ucapan Terima Kasih Artikel ini didasarkan kepada catatan proses berkarya/perancangan dalam Tugas Akhir Program Studi Sarjana Bidang Seni Rupa FSRD ITB. Proses pelaksanaan Tugas Akhir ini disupervisi oleh Bapak Drs. Bambang Ernawan, M.Sn.
Daftar Pustaka -
Bell, Jullian. 1999. What is Painting?. Hongkong.: Thames and Hudson. Harrison, Charters. 1992. Art In Theory 1900-1990. United Kingdom : Blackwell. Feldman, Edmund. 1967. Art as Image and Idea. California : Prentice Hall. Lowry, Bates. The Visual Experience; an Introduction to Art. New York: Prentice Hall-Inn. Ocvirk, Stinson, Wigg, Cayton. 2001. Art Fundamentals: theory and practice. New York: Mc Graw Hill. Zaelani, Rizky. 2011. Katalog Pameran Bayang. Jakarta. Zaelani, Rizky. 2011. Scientia Sacra. Jakarta. http://seriesmagritte.blogspot.com https://www.vocabulary.com/dictionary/duality http://artintheblood.typepad.com/art_history_today http://db-artmag.de/archiv/03/e/thema-achtgrau-spiegelbilder.html http://www.everypainterpaintshimself.com/theme/mirrors http://www.themasterpiececards.com http://fourcolorsfourwords.blogspot.com/2011/02/james-turrell.html http://farihailyas.blogspot.com/2010/08/kebudayaan-lokal-sebuah-identitas-dalam.html
Jurnal Tingkat Sarjana Seni Rupa No.1| 10