PENGANTAR
“Menulis itu gampang,” kata Arswendo Atmowiloto. Ya, benar! Menulis nggak ada kaitannya dengan soal genetika alias keturunan. Saya tidak pernah punya buyut seorang novelis, tapi saya bisa menulis. Begitu juga kamu, kan? Buku tutorial menulis yang sangat praktis ini saya susun dan bagikan secara gratis kepada siapa pun yang minat untuk serius menjadi penulis. Disusun berdasarkan pengalaman saya menulis fiksi sejak tahun 1995 (sampai sekarang), mengikuti berbagai pelatihan menulis hingga acara-acara temu penulis berskala lokal dan nasional. Ditambah pengalaman saya selama menjadi owner dan CEO DIVA Press Group Yogyakarta sejak tahun 2001, yang tentu saja bersinggungan dengan banyak naskah, penulis, dan buku. Ya, anggaplah ini sebagai sharing saya buat kalian dan sumbangan saya buat nusa dan bangsa agar tidak jenuh menjadi orang Indonesia yang melulu dijejali korupsi dan korupsi yang super memuakkan itu. 3
Saya percaya betul bahwa siapa pun bisa menjadi penulis! Tetapi syarat mutlak yang dibutuhkan harus dipenuhi: 5% kerja keras, 5% kerja keras, dan 90% kerja keras! Menulis itu adalah menulis itu sendiri. Segala macam tutorial menulis apa pun kagak bakal pernah menjadikanmu penulis jika kamu tidak pernah menulis itu sendiri. Siapa pun kamu yang merasa mendapatkan manfaat dari buku ini, mohon berkenan menggandakan dan membagikannya pada orang-orang di sekitarnya. Semoga ini jadi jariyah buat kita semua. Then, setelah bisa menulis, mau apa? Saya punya wadah penerbit bernama DIVA Press Group. Jika ada yang minat menerbitkan karyanya di kantor saya, silakan merapat. Jika tidak, silakan ke penerbit-penerbit lain juga banyak kok. Buat saya, poin utama untuk bisa menerbitkan fiksimu di kantor saya sangat sederhana: tema oke dan teknik oke! Itu saja! Eehh, tambah satu lagi ding: attitude profesional! Saya
juga
mengampu
#LelangNulisNovel
dan
#KampusFiksi. Juga ada #JustWrite. Silakan bergabung buat yang berminat. Oke, selamat menjadi penulis keren! Yogyakarta, 3 April 2013 @edi_akhiles 4
Daftar Isi PENGANTAR
3
DAFTAR ISI
5
SILABUS MENULIS FIKSI (TUTORIAL PRAKTIS MENULIS FIKSI UNTUK PEMULA)
6
A.
SETIAP KITA ADALAH PENCERITA
B.
PANDUAN MENULIS FIKSI 8
C.
1.
Alur Cerita
2.
Setting/Latar Cerita
3.
Penokohan
4.
Konflik
19
5.
Ending
21
6
10 13
18
TIPS-TIPS PRAKTIS BERBAGAI MASALAH MENULIS FIKSI 24 1.
Pembuka Cerita yang Cetar Membahana Merongrong Masa Depan
24
2.
Suspensi = Kejutan = Dramatisasi
3.
Logika Cerita dan Dialog
4.
Eksplorasi Setting
28
5.
Jangan Jadi Ustadz
29
6.
Kalimat Tidak Kaku
31
7.
Tanda Baca dalam Dialog dan Narasi 33
8.
Tips-Tips Tambahan 34
EVENT-EVENT KEPENULISAN
25
27
36
Cara Mengirim Naskah Segmen Remaja
41
Cara Mengirim Naskah Segmen Dewasa
42
TENTANG PENULIS 43
5
@edi_akhiles
SILABUS MENULIS FIKSI
(TUTORIAL PRAKTIS MENULIS FIKSI UNTUK PEMULA)
A. SETIAP KITA ADALAH PENCERITA Menjadi penulis adalah pilihan luar biasa: cerdas, kreatif, interpretatif, dinamis, dan mampu mempengaruhi opini dan bahkan prinsip hidup pembacanya. Karena luar biasa, tentu tidak begitu banyak orang yang bisa begitu. Bedanya yang luar biasa dengan biasa tentu saja, salah satunya, adalah kesedikitannya itu. Ini sama pula dengan semua pilihan “menjadi” lain-lainnya yang sedikit itu tadi. Setidaknya, ada 3 “kelebihan” menjadi penulis: 6
#SilabusMenulisFiksi
Pertama, mampu berpikir “tidak biasa”. Setiap penulis tentu dituntut untuk mengetahui lebih banyak, lebih luas, dan lebih dalam tentang ide dan tema yang ditulisnya. Otomatis ia membutuhkan perluasan pengetahuannya, melalui bacaan hingga diskusi/sharing. Kedua, mampu berpikir logis dan sistematis. Tulisan yang baik bukanlah tulisan yang njelimet, memusingkan kepala pembacanya. Tetapi tulisan yang terang, teratur, sistematis, dan logis, sekalipun disajikan dengan “lompatan-lompatan” apa pun. Prinsip membangun sistematika logis dan harmonis merupakan tuntutan sebuah tulisan yang baik. Karenanya, penulis yang baik niscaya akan mampu berpikir logis dan sistematis pula agar tulisannya juga menjadi logis dan sistematis. Ketiga, mampu menciptakan interpretasi (penafsiran). Tentu saja subyektivitas penulis akan mempengaruhi tulisannya, dan itulah yang melahirkan tafsir-tafsir baru terhadap ide dan tema yang ditulisnya. Tafsir-tafsir baru itu tentunya akan diterima atau ditolak oleh pembacanya. Bagi pembaca yang sepaham dengan tafsir baru penulis, ia bahkan akan mengambilnya, menerapkannya sebagai prinsip hidupnya. Penulis, dengan demikian, bisa menjadi inspirator, pengubah hidup pembacanya. Dan ini adalah ceruk yang luar biasa kan? 7
@edi_akhiles
Jadi, kenapa masih ragu untuk menjadi penulis? Nggak yakin bisa? Bisa banget! Buktinya? Apa kamu bisa hidup tanpa cerita? Bukankah setiap hari, setiap saat, misal jika ketemu teman, adik, kakak, keluarga, atau tetangga, kamu pasti selalu berbincang tentang sesuatu yang tanpa kamu sadari sebagian besar di antaranya adalah sebuah cerita? Iya, kan? Berarti, sebenarnya, setiap kita adalah pencerita. Hanya saja, kini kamu ditantang untuk menuangkan ceritamu tidak lagi secara lisan, tetapi tulisan. So, masih mau bilang nggak bisa?
B. PANDUAN MENULIS FIKSI Fiksi adalah dunia cerita, bentuknya puisi, cerpen, dan novel. Di sini, saya akan fokus hanya ke fiksi yang berupa cerpen dan novel. Dua bentuk fiksi ini memiliki hakikat yang sama. Jadi, tidak perlu dipetakan sendirisendiri. Keduanya hanya beda dalam panjang-pendek ceritanya.
8
#SilabusMenulisFiksi
Sebelum masuk ke teknik menulis fiksi, perlu saya tegaskan bahwa hal pertama yang kudu dibenahi sebelum menulis fiksi ialah mindset. Ya, cara berpikirmu! Jika kamu berpikir bahwa menulis fiksi adalah menuliskan imajinasi, itu tak sepenuhnya benar. Dekat ke salah. Betul bahwa fiksi adalah cerita rekaan, karenanya ia membutuhkan imajinasi. Kian kuat imajinasi, kian kuatlah fiksinya. Tetapi kudu buru-buru kamu catat segera, bahwa imajinasi yang kuat pasti bersumber dari pengetahuan yang kuat. Itu satu. Yang kedua, imajinasi takkan banyak membantumu untuk bercerita banyak, akibatnya ceritamu hanya mutar-mutar kayak odong-odong kehabisan gizi, jika kamu tidak memiliki cakrawaka pengetahuan yang banyak dan luas. Eehh, sama ya intinya? LOL… Coba bayangkan, bagaimana mungkin kamu bakal bisa menulis cerpen tentang Cleopatra jika kamu tidak tahu bahwa ia adalah penguasa Mesir bersama ayahnya Ptolemeus XII, memiliki saudara laki-laki, Ptolemeus XIII. Cleopatra berhasil mengatasi kudeta yang digebrakkan saudara laki-lakinya, dengan cara bersekutu dengan Julius Caesar, lalu Marx Anthony, tentu salah-satu kongsi itu adalah dengan pesonanya dong. Buktinya, Cleopatra 9
@edi_akhiles
memiliki 1 orang anak dari Julius Caesar dan 3 anak dari Mark Antony. Cukupkah kamu hanya mengandalkan imajinasimu yang bodol tentang Cleopatra, lalu menulis cerpen berdasarnya? Apa yang terjadi? Cerpenmu, novelmu, hanya akan menjadi puzzle mbulet imajinasi belaka, kan? Ini mindset yang kudu dibenahi pertama kali, bahwa menulis fiksi tidak cukup hanya dengan mengandalkan imajinasi. Baik. Sekarang mari masuk ke teknik. Secara umum, fiksi sebagai sebuah cerita mensya ratkan hal-hal ini: alur cerita, setting/latar, penokohan, konflik, dan ending. Kita bahasa satu-satu ya…
1. Alur Cerita Alur cerita adalah jalan cerita. Apa pun bentuknya, sebuah fiksi harus memiliki jalan cerita. Apa pun! Alur cerita ini bebas saja bentuknya, bisa alur maju (dari A-Z), alur mundur (flashback, dari Z-A), atau alur maju-mundur (jangan ngeres lo!). Semuanya bisa menjadi pilihan satu-satu atau bahkan gabungan sekaligus. Bebas! Intinya adalah kamu harus menciptakan alur cerita. 10
#SilabusMenulisFiksi
Untuk mengalirkan jalan cerita, tentu hal pertama yang kudu kamu miliki ialah “gambaran jalan cerita”. Membuat outline sebelum menulis (kira-kira ceritanya akan dialirkan gimana) merupakan salah satu cara efektif untuk membantumu mengingat rencana alur cerita. Penulis yang sudah berpengalaman, sering tidak butuh outline lagi, tapi cukup membayangkan sebelum menulis, atau bahkan mengalir begitu saja saat menulis. Untuk pemula, buatlah outline dan disiplin dengan nya. Tentu akan terjadi pergeseran-pergeseran alur dalam proses penulisannya, tetapi upayakan untuk mendisiplinkan diri dengan outline-mu. Khawatir aja sih, jika terus-menerus diturutin pergeseran-pergeseran itu, lantas cerpen atau novelmu nggak pernah jadi lantaran terus berubah dan berubah. Selanjutnya, mengalirkan cerita bisa kamu bangun melalui narasi dan dialog. Kombinasikan keduanya secara proporsional ya. Terlalu banyak narasi, apalagi panjang-panjang kayak rel kereta Thomas, tentu akan membuat pembaca bosan. Terlalu dominan dialog, apalagi dialog-dialog yang nggak penting, tentu akan membuat pembaca meyakinimu bahwa kamu lebih rewel dan cerewet dari Omas.
11
@edi_akhiles
Sebaiknya, narasi dan dialog diciptakan proporsional. Dan, catat ini, jangan pernah membuat narasi dan dialog yang tanpa peran untuk membangun cerita ya. Basabasi yang basi-basa. Itu nggak menarik. Juga, jangan mengulangi inti dari narasi dalam bentuk dialog atau sebaliknya, karena pengulangan-pengulangan begini hanya akan mencederai karyamu. Berikut contoh kombinasi narasi dan dialog yang berperan mengalirkan cerita:
Kyoto mulai beku. Lalu-lalang yang tadi tampak berisik kini melengang. Siklus alam, ya, selalu saja orang akan kembali pulang saat malam kian kencang menorehkan lelah. Tapi tidak buatku! Aku masih saja duduk di taman yang gigil ini, setia menunggumu. Setia menanti janjimu, Omas. Kulirik lagi arlojiku, sudah pukul 2 dini hari. “Benar ya, pukul 10 nanti?” tanyaku penuh semangat. Omas tersenyum manis, menjereng deretan giginya yang putih mempesona, menaklukkan hatiku. “Ya, aku akan datang,” sahutnya.
12
#SilabusMenulisFiksi
“Aku kan menunggumu, lebih dulu dari jam yang kamu janjikan. Pasti itu!” Ah, kembali, lagi-lagi, ia mengingkari janjinya. Pukul 10? Sekarang sudah pukul 2 dini hari, dan tak ada secuil kabar pun darinya. Selalu begini! Tetapi aku masih saja selalu setia memberikan dada lebarku padanya untuk mengerti dan mengerti, meski tentu saja aku sama saja dengan lelaki lain yang tersuruk kecewa saat kekasihnya kembali ingkar janji. Baca lagi deh itu. Ada aliran cerita di situ, kombinasi antara narasi dan dialog.
2. Setting/Latar Cerita Setiap cerita selalu membutuhkan latar yang menjadi tempat ia hidup. Apa pun dan bagaimana pun latar itu diciptakan, entah itu nyata atau imajiner dan fantasi, latar itu harus ada. Latar bukan hanya lukisan tentang tempat. Bukan! Latar juga mencakup suasana emosi yang terbangun dalam tokoh-tokoh itu, karenanya latar bisa dibangun dengan model narasi dan dialog pula.
13
@edi_akhiles
Dan ingat pula ini: lukisan latar itu harus natural, jangan dipaksakan. Ini bukan tidak boleh membuat latar yang fantasi atau imajiner, bukan! Harry Potter sukses berat dengan bangunan latar yang imajiner. Bukan itu poinnya. Tetapi latar yang harus natural itu, alamiah, adalah logis. Kalau malam gelap dong. Kalau tahun 1945 ya suasana revolusi dong. Saat itu belum ada Blackberry kan, jadi jangan bikin latar yang nggak logis. Film Ainun Habibie menjadi sangat cidera gara-gara memasukkan “iklan” yang saat kejadian itu tidak pernah ada. Menyebalkan sekali, bukan?! Hal lain yang juga kudu diperhatikan dalam mem bangun latar cerita ialah jangan terjebak untuk menjadi reporter ya. Memang benar, bahwa fiksi yang berhasil menyajikan latar dengan kuat, detail, dan rigid tentu akan memiliki kekuatan lebih. Pasti itu! Sebuah novel yang berhasil menceritakan kota Manchester dengan detail, pasti akan memiliki kekuatan lebih. Ini bukan tentang kamu kudu ke Manchester dulu kan, apalagi sekarang kamu dimudahkan dengan adanya Mbah Google yang setia nyediain segala macam data sampai bokep. LOL!
14
#SilabusMenulisFiksi
#Kembalikefokus Yang saya maksud jangan terjebak jadi reporter ialah keasyikan menuturkan latar sampai-sampai kamu lupa bahwa kamu sedang menulis cerita, bukan berita. Artinya, mau sedetail apa pun kamu melukiskan latar, kamu harus selalu menuturkannya dalam bingkai cerita ya. Misal begini:
Al Shafwa Royale Orchid. Room 734. Dari kamar ini, pesona misterius Masjidil Haram begitu terang di depan mataku. Ya, begitu dekat! Aku hanya perlu waktu 5 menit untuk sampai ke hadapan Ka’bah. Turun ke lift dua kali, lalu di pintu keluar hotel sudah berjulang jelas bangunan dominan abu-abu berarsitektur Timur Tengah ini. Selalu saja, seperti yang kali ini pun kukatakan pada istriku tanpa bosan, Masjidil Haram beda auranya dengan Masjid Nabawi. Jika Nabawi bernuansa anggunelegan, Masjidil Haram kental suasana misterius-mistik. Dia mengangguk, membenarkan: ah, senangnya memang punya istri yang nyaris selalu menyetujuiku untuk hal-hal yang tidak prinsipil.
15
@edi_akhiles
“Kamu ngerasa kayak disambut bara tungku nggak setiap keluar pintu lobby hotel?” “Iya, panas sekali, maklum suhunya sekarang sampai 47 derajat…” sahut istriku sambil sedikit menghempaskan napas. Kujawil lengannya, “Lihat itu, di pojok, dekat wanita berjubah hitam yang jualan tasbih dan al-Qur’an itu. Anak tanggung di sebelahnya itu tangannya terpotong. Apa kena qishas ya?” Istriku menoleh, lalu menepi sejenak saat rombongan besar jamaah dari Turki melintas membelah jalannya. Sebagian besar gundul. Seluruhnya tambun-tambun kayak timbunan lemak. “Awas, minggir…!” teriakku sambil menepikannya lagi. Sebuah bus yang berkaca hitam berhenti di sebe lahnya. Hafil, kubaca tulisan itu di body bus itu.
16
#SilabusMenulisFiksi
Bandingkan dengan ini:
Malam hari terasa masih terang saja di sekitaran Eiffel ini. Ada banyak sekali orang-orang yang berjualan segala macam merchandise khas Paris di sekitarnya. Anak-anak kecil juga banyak melintas, bermain-main di taman yang hijau membentang ini. Sebuah hotel bertuliskan Hilton berdiri gagah sekali. Di ujung barat taman yang mengitari Eiffel ini, ada sebuah gang kecil yang jika diikuti akan menuju ke sebuah perkampungan penduduk Paris kelas bawah. Suasana yang bertolak-belakang dengan jalanjalan besar yang mengitari taman Eiffel ini, yang dipenuhi oleh mobil-mobil lalu-lalang tanpa terputus. Eiffel memang memikat mata. Menjulang tinggi. Para pelancong tampak bersemangat semua untuk menaiki Eiffel dengan cara antri di depan lift itu. Mana ini tokohnya? Alur ceritanya? Kayak berita saja? Begitulah, sekali lagi penting dipahami bahwa sebuah karya bisa memiliki kekuatan plus jika mampu membangun latar yang detail, tetapi tetap kudu dalam bingkai cerita ya, baik melalui narasi atau dialog.
17
@edi_akhiles
3. Penokohan Di dalam cerita, tentu wajib hukumnya untuk ada tokoh-tokoh. Tokoh utama hingga tokoh sambilan. Semua tokoh ini harus diciptakan karakternya. Dari watak sampai kebiasaan harian atau pun fashion-nya. Posisi peran setiap tokohnya pun harus terang dalam ceritamu. Itulah yang disebut dengan penokohan. Semua penokohan ini harus diciptakan oleh penulis secara konsisten dan logis. Kalaupun di bagian tengah atau akhir kok ada perubahan terhadap penokohan seorang tokoh, maka tetap harus ada penjelasan cerita yang logis yang menjadi sebab terjadinya perubahan karakter tokoh itu. Misal tokohnya sedari awal diceritakan cewek penggila nongkrong di kafe. Di bagian tengah, cewek ini berubah style jadi cewek rumahan, maka harus ada jalinan cerita yang menguraikan secara logis sebabsebab pemicu hal tersebut ya. Logika tokoh juga mutlak untuk diperhatikan. Ini banyak terjadi di kalangan penulis muda. Tokohnya, misal, seorang anak SD kelas 4, tapi dialogdialognya terasa begitu wise layaknya seorang pertapa usia 60 tahun. Ini nggak logis. Maka sesuaikan saja secara 18
#SilabusMenulisFiksi
alamiah level setiap tokohmu dengan perannya, caranya berbicara, caranya beraktivitas, dan sebagainya. Tokohnya tante umuran 48 tahun. Hidup di Jakarta sih. Tapi dialognya kok dibuatin kalimat: “Ciyusss… Kepo iihhh…ceeiileehh…atuttt…atiiittt….” Ini penulisnya yang minta dikeplak atau tantenya sih? LOL So, mau dijadiin apa pun tokoh-tokoh karyamu, silakan saja, tapi perhatikan betul aspek konsistensi perannya dan logika ketokohannya.
4. Konflik Konflik, ya, setiap cerita harus ada konflik ceritanya. Tanpa konflik, cerita yang kamu buat meskipun sudah berhasil membangun alur, latar, dan penokohan, akan terasa sangat datar bin garing bin anyep kayak jomblo akurat. Konflik sesungguhnya merupakan jantung dari sebuah cerita. Berdasar konflik yang dibangun bisa dari awal langsung atau mengalir landai, bangunan ceritamu dibangun kan. Maka kemampuanmu membangun titik konflik yang mendidih akan benar-benar menjadi jantung dari bagus/tidaknya tulisanmu. 19
@edi_akhiles
Dalam sebuah cerita, konflik memang tidak harus tunggal. Kalau tunggal, cerita akan terasa sangat sempit. Konflik boleh diciptakan sebanyak-banyaknya, asalkan kamu mampu mengalirkannya dalam cerita yang mendedahkan konflik-konflik itu dengan baik. Namun begitu, tetap saja hanya ada satu konflik utama. Konflikkonflik lainnya bisa dinyatakan sebagai “bumbu konflik” penyedap cita rasa masakan ceritamu. Ingat betul ya, bahwa konflik yang membahana, yang disajikan dengan alur yang mengalir, latar yang detail, dan penokohan yang kuat, akan benar-benar menjadi pelengkap bangunan ceritamu. Karena itu, jangan milih konflik yang ala kadarnya. Pilihlah konflik yang cetar, yang tidak monoton kayak Syahrini (#eh), yang kamu yakin bakal menyedot “rasa penasaran” pembacamu. Dukunglah konflik cetarmu itu dengan item-item lainnya dari alur sampai penokohan, maka niscaya ceritamu akan mampu menyeret pembacamu. Ya, menyeret! Catat lagi ini. Cerita yang baik adalah cerita yang mampu “menye ret”: rasa penasaran pembaca untuk terus membacanya, emosi pembacanya sampai dia merasa benar-benar menjadi bagian dari jalan cerita dan kehidupan si tokoh. 20
#SilabusMenulisFiksi
Tak heran kan, banyak pembaca yang sampai nangis betulan saat membaca sebuah cerita romantis penuh luka berdarah-darah sepanjang masa (#halahhhh). Gimana caranya saat kamu menuliskan cerita tentang nestapa jomblo akurat yang juga manusia, misal, yang penuh kesepian dan kedinginan sepanjang hayatnya sejak masih bayi sampai umuran 30-an, pembacamu bisa terseret empatinya pada nasib anyep si tokoh. Nah, itulah letak kekuatanmu membangun konfliknya! So, konflik bebas, boleh apa aja, tapi perhatikanlah untuk membangunnya secara dramatis!
5. Ending Apakah ending harus selalu ada? Tidak juga sih. Tetapi saya sengaja memasukkan aspek ending di bagian ini dalam rangka untuk membuatmu mengerti bahwa setiap cerita tentu akan memiliki akhirnya. Sekalipun kamu menulis novel romance dewasa setebal 500 halaman, tetap saja akan ada akhirnya. Akhir itulah yang saya maksudkan sebagai ending. Ending karenanya tidak harus berupa “akhir cerita tokoh”. Tidak. Jangan salah paham ya.
21
@edi_akhiles
Ending tidak mesti berupa mati atau bahagia. Menikah. Punya anak. Kaya raya! Basi itu. Bukan itu. Ending pun tidak harus ada di akhir bagian novelmu. Bisa ada di mana saja, misal di depan atau tengah, dengan catatan (jika kamu bereksperimen model begini) kamu harus mampu memelihara alur dan logikanya dengan kuat dan baik. Karenanya, kita mengenal istilah ending menggan tung kan. Ending menggantung adalah menutup cerita dengan sebuah adegan atau suasana atau dialog bahkan yang dibiarkan menggantung begitu saja. Ini sah-sah saja. Tetapi kudu dicatat ya (perasaan banyak banget ya catatan yang kudu kamu catat
dari tadi), mau
model pegimana pun ending-mu, buatlah ending yang menyentak! Ya, yang menampar, menyergap, ngagetin! Ini penting lho, agar pembacamu menjadi lebih teraduk emosinya. Masak ending gini: “Aku mati ya, Beib, ahhh….” Atau: Angin kering pun berhembus. 22
#SilabusMenulisFiksi
Coba gini dong:
“Maafkan tak setiaku selama ini. Kalau boleh kuminta sesuatu padamu, tolong sampaikan pada anak-anakku bahwa aku sangat menyayangi mereka. Tolong peluk mereka setiap malam jelang tidur, dan katakan bahwa pelukanmu adalah pelukan sayang ayah buat mereka…” #Huaahhh..aku jadi pengen nangis sendiri… Intinya, ending itu bisa ada bisa tidak secara formalnya, bisa ditempatkan dimana saja. Yang terpenting adalah akhir dari ceritamu harus nampol, menggigit, dan menyeret serta menguras emosi pembaca. To be continued (sekarang mau nangis dulu akibat ending ini hiikks )
23
@edi_akhiles
C. TIPS-TIPS PRAKTIS BERBAGAI MASALAH MENULIS FIKSI Oke, oke, saya sudah kelar nangisnya. Sekarang, saya akan sodorin seabrek tips praktis untuk mengatasi berbagai masalah umum yang paling sering menerkam para penulis muda.
1. Pembuka Cerita yang Cetar Membahana Merongrong Masa Depan Bayangkan kamu sedang membaca sebuah novel setebal 200 halaman! Tiga halaman pertama, nggak ada greget sama sekali. Ini novel mau cerita apa sih? Membosankan! Maka, seharusnya kamu bisa membuat pembuka cerita yang cetar membahana merongrong masa depan! Maksudnya, merongrong pembaca untuk terus eksis membaca karyamu sampai ke depan, ke ujung ceritamu . Caranya? Simak tips-tips berikut ini: 1.
Jangan membuat kalimat panjang yang merobek mata untuk bertahan membacanya.
24
#SilabusMenulisFiksi
2.
Jangan bertele-tele misal menguraikan tentang senja dengan segala macam diksi puitis yang nggak semua pembaca familiar (kecuali kamu yakin puitikamu mantap).
3.
Langsung saja nyodok masuk ke suspensi yang menyentak.
4.
Berpikirlah terus-menerus untuk mencari sisi berbeda dari tema ceritamu. Misal tema persahabatan. Coba pikirkan tentang kemelut saat sahabatmu tertimpa kecelakaan sampai ia cacat dan kamu harus selalu hadir di dekatnya.
5.
Bisa saja kamu langsung membukanya dengan dialog yang nampol.
6.
Bisa juga dengan sebuah quote yang menikam jiwa dan raga sepanjang masa.
7.
Langsung tampar saja pembaca dengan sebuah kalimat yang menyentak hatinya.
8.
Jangan berbasa-basi di awal kalimat ya.
9.
Ciptakan karakter yang nyeleneh sejak dari awal kalimat.
2. Suspensi = Kejutan = Dramatisasi Penyakit umum melanjutkan membaca sebuah fiksi ialah karena bosan. Ya, bosan meneruskan bacaannya 25
@edi_akhiles
karena sajiannya datar, lempeng aja kayak jalan tol. Tidak ada gronjalan, suspensi, kejutan, kerennya adalah dramatisasi cerita (baik dari dialog maupun narasi), yang membuat hati pembaca tersentak dan terseret. Kemampuan penulis menciptakan suspensi-sus pensi dramatis akan sangat menentukan keterseretan hati pembacanya. Berikut tips-tips praktisnya: 1.
Tentu yang pertama sekali, kamu harus menguasai tema yang kamu tulis, sekuasa-kuasanya, seluasluasnya.
2.
Ciptakan “ketegangan emosi” pada penokohan. Misal berantem, jangan cuma mikir untuk pukulpukulan, bisa saja kan dengan cara tweetwar.
3.
Dramatisasikan suasana ceritanya. Jika suasana tentang “perpisahan”, cetarkan kalimat-kalimatmu dengan derita perpisahan yang menyayat hati.
4.
Bisa pula kamu pakai tokoh-tokoh sampingan untuk menguatkan dramatisasi itu. Misal gambaran tentang anak kecil yang tengah malam harus ngamen di bawah hujan demi sesuap nasi.
5.
Jiwai derita dan bahagia si tokoh seolah-olah kamulah pelakunya.
26
#SilabusMenulisFiksi
6.
Ciptakan “lompatan-lompatan alur” dengan har monis. Bukan melompat-lompat nggak karuan ya.
7.
Jangan bertele-tele, muter-muter, lamban-lamban kayak sinetron yang diirit.
8.
Kombinasikan kalimat panjang dan pendek sesuai suasana emosi yang dibangun.
9.
“Berpikirlah liar” agar membebaskan mindset-mu dari garis lurus A, B, C, D, dst.
3. Logika Cerita dan Dialog Salah-satu poin yang kudu kamu jaga benar konsistensinya ialah “logika” dalam cerita dan dialognya. Jangan sampai ada satu bagian pun yang terkesan tidak logis. Berikut beberapa tipsnya: 1.
Apa pun yang kamu uraikan dalam ceritamu, harus memiliki alasan logisnya. Misal, kenapa si tokoh jadi alay, padahal sebelumnya anteng?
2.
Perhatikan kesesuaian “umur” dan “status” serta “latar-belakang” pengucap dengan kalimat-kalimat atau perilaku yang dibuatnya. Masak anak kecil masih SD kelas 3 udah ngomong demokrasi? Masak ceritamu bersetting Paris kok nyebut ada yang jualan blangkon? 27
@edi_akhiles
3.
Ciptakan konsistensi karakter tokoh-tokohmu. Termasuk dalam jenis kata yang diucapkannya. Jika ia seorang pedagang kaki lima, maka pakaikanlah karakter selevel itu. Jika ia biasa ngomong dengan kata “aku”, maka teruskanlah pakai kata itu, kecuali memang ada alasan logis yang bisa diterima, misal saat bicara dalam sebuah forum resmi berubah menjadi “saya”.
4.
Insaflah bahwa ceritamu hanya akan bisa meya kinkan pembaca jika benar-benar didasarkan pada kekuatan logika yang bisa dipahami umum.
5.
Semelenceng apa pun pemutarbalikan ceritamu, juga dialogmu, tetaplah harus bersandar pada “penjelasan logis”.
4. Eksplorasi Setting Telah saya jelasin, bahwa setting atau latar bisa jadi sebuah kekuatan jika berhasil dibangun dengan detail tapi tidak lalai pada ceritanya agar tidak terjebak jadi sebuah berita. Berikut beberapa tipsnya: 1.
Cari dulu data sebanyak-banyaknya tentang latar yang akan kamu buat. Jangan kepedean hanya mengandalkan “tahumu”.
28
#SilabusMenulisFiksi
2.
Pilih data-data yang seabrek itu sesuai dengan kebutuhanmu saja. Tidak kudu semua dimasukkan.
3.
Kemas semua data itu dalam sebuah aliran cerita yang padu, baik dengan narasi maupun dialog. Jangan terjebak untuk jadi reporter karena bisa mencederai ceritamu jadi kayak berita, bukan cerita.
4.
Pikirkan sisi lain dari sebuah latar. Misal tentang Eiffel. Data sudah punya. Jangan hanya mikir gimana cara menggambarkan Eiffel. Itu biasa! Coba pikirkan gimana caranya Eiffel itu terlukiskan dari sisi lain. Misal seorang bocah yang tiap hari main ke taman Eiffel. Mengapa dia suka Eiffel? Dll.
5.
Kembangkan latar melalui dialog. Misal si tokoh sedang berbincang dengan seorang pedagang merchandise di dekat Eiffel dan orang ini yang berkisah tentang Eiffel.
6.
Hadirkan sisi-sisi yang tidak sebagai reportase, paparan datar, tapi tetap kudu greget sebagai sebuah cerita.
5. Jangan Jadi Ustadz Oke, benar bahwa penulis pasti tidak kosong subyektivitas. Di dalamnya ada visi dan misi dia tentang apa yang ditulis. Ada pesan moral. Tapi kamu sedang 29
@edi_akhiles
menulis cerita kan, bukan sedang menjadi seorang juru dakwah. Karenanya kamu tidak perlu menjadi ustadz dalam ceritamu. Berikut beberapa tipsnya: 1.
Sajikan pesan moralmu tetap dalam bingkai sebuah cerita.
2.
Paling mudah menyodorkan pesan moral melalui dialog tokoh-tokohnya.
3.
Smooth, lembut, kalem, begitulah caranya.
4.
Hindarkan
berkalimat
panjang-panjang
pada
bagian pesan moral ini karena rentan menyulapmu jadi penceramah. 5.
Jangan memvonis! Kamu hanya cukup menyodorkan sebuah “nilai moral”, tapi tidak perlu menghakimi ini benar itu salah secara verbal. Biarkan pembaca tetap asyik dengan ceritamu tanpa perlu merasa digurui.
6.
Hindarkan penggunaan kutipan-kutipan yang straight! Dibiarkan begitu saja sebagai kutipan dalil, misal, tapi kemaslah dalam sebuah cerita.
7.
Ingat, ingat selalu, terseret untuk banyak menyo dorkan pesan moral bahaya menjadikan ceritamu malah kayak pamflet, kitab.
8.
Pastikan semua itu berjalan secara alamiah dan tidak terkesan dipaksakan dalam ceritamu.
30
#SilabusMenulisFiksi
9.
Jaga keutuhan logika ceritamu itu, jangan sampai tidak logis, seorang nenek (misal) menasehati cucunya dengan mengutip wikipedia.
6. Kalimat Tidak Kaku Agar kalimat-kalimat yang kamu buat, baik narasi maupun dialog, tidak kaku dan membosankan, simak tips berikut ini: 1.
Kombinasikan kalimat panjang dan pendek seca ra harmonis. Jangan panjang melulu, itu membo sankan.
2.
Kombinasikan antara narasi dan dialog secara seimbang. Dialog mulu, kesannya encer banget dan kayak nggak penting. Narasi melulu kesannya berat dan membosankan.
3.
Buat tokoh-tokoh bergerak dinamis, jangan lelet, beku, dan stag. Caranya? Sisipkan kalimat-kalimat naratif yang menjelaskan perubahan suasana latar atau emosi tokoh di antara dialog-dialog yang mengalirkan cerita.
4.
Pastikan kalimatmu tuntas. Maksudnya, jangan ter jebak pada frase. Setiap kalimat pasti punya (minimal) predikat. Kalau frase tidak ada predikatnya.
31
@edi_akhiles
5.
Gunakan tanda baca dengan tepat yang mencer minkan suasana cerita yang sedang berjalan.
6.
Selipkan teknik flashback (misal) untuk mem variasikan alur yang sedang berjalan.
7.
Hadirkan selipan-selipan kalimat tentang latar.
8.
Pastikan kalimat yang diucapkan tokoh sesuai dengan karakter logisnya.
9.
Perkaya kosa katamu.
10. Jangan kaku membuat kalimat yang berpedoman pada EYD atau tata bahasa baku. Yang penting kalimatmu sudah benar sebagai kalimat, bukan frase. 11. Gunakan kata-kata kecil penyambung. Seperti kata: ah, huh, wah, heh, nah, dll. 12. Kombinasikan penggunaan kata pengganti un tuk subyek, misal: aku, ku. Dia, nya. Tambahkan kombinasi kata aktif dan pasif, misal: “dia memukul”, jadi “dipukulnya”, dst. 13. Hindari paragraf yang panjang-panjang. 14. Pastikan setiap perubahan pengucap atau suasana dipecah dalam paragraf sendiri. 15. Pastikan dalam dialog ya, setiap pengucap yang berbeda diletakkan dalam paragraf sendiri, jangan ditumpuk-tumpuk membingungkan.
32
#SilabusMenulisFiksi
16. Bisa pula menggunakan pola-pola yang variatif. Misal, mengangkat kalimat-kalimat yang dipakai dalam adegan SMS, BBM, twitter, FB, spanduk, pamflet, dan sebagainya. 17. Jangan bebani kalimatmu dengan makna-makna yang tidak berkepentingan sesuai konteksnya. 18. Jangan paksakan menggunakan idiom-idiom puitik yang tidak sesuai konteks dan segmen ceritanya. 19. Bersikaplah alamiah, natural, sesuai dengan alur dan tokoh yang dialirkan.
7. Tanda Baca dalam Dialog dan Narasi Kesalahan teknis penulisan tanda baca benar-benar sangat mengganggu pembaca. Berikut beberapa tips yang kudu diperhatikan: 1.
Pahami bahwa tanda baca itu berguna untuk membangun suasana emosi atau karakter latar dan tokoh, bukan hiasan belaka.
2.
Pahami bahwa tanda baca itu sama persis dengan “intonasi” dalam bahasa lisan.
3.
Perkuat tanda baca dengan kata sambung untuk menegaskan suasana cerita (dalam dialog).
4.
Jika sebuah dialog diakhiri dengan tanda tanya (?) dan atau tanda seru (!), maka tidak perlu titik lagi 33
@edi_akhiles
dan kata sambungnya ditulis dengan huruf kecil. Misal: “Apa maumu?!” teriakku keras. 5.
Jika sebuah dialog tidak diakhiri dengan tanda tanya (?) dan atau tanda seru (!), maka gunakan koma (,) dan tanda sambung (kecuali pengucap sudah jelas, kata sambung tidak perlu ada lagi). Misal: “Ah, kamu memang selalu punya alasan,” tukasku pendek. Jika tidak pakai kata sambung, maka cukup pakai titik. Misal: “Ah, kamu memang selalu punya alasan.”
6.
Jika sebuah dialog dilanjutkan dengan keterangan suasana latar atau berganti adegan, maka cukup diakhiri dengan titik. Misal: “Sudahlah, capek aku bahas ini terus.” Kubuang mataku ke seberang jalan.
8. Tips-Tips Tambahan Beberapa tips tambahan: 1.
Jika tulisanmu sudah jadi, endapkan sekadar 2-3 hari. Lalu baca lagi. Jangan begitu jadi langsung dikirimkan, karena pasti kamu akan merasa tulisanmu sudah sangat bagus, padahal banyak kelemahan di sana-sini. Jeda itu diperlukan untuk mengendurkan emosimu pada karyamu yang sangat tinggi akibat efek psikis menulis itu.
34
#SilabusMenulisFiksi
2.
Banyakin baca novel orang dan cermati tekniknya. Jangan cuma menikmati ceritanya, tapi juga amati bagaimana cara penulis membuat alur, konflik, kalimat, idiom (kosa kata), dll.
3.
Rajin-rajin sharing, perkaya wawasan, bergaul dong, bergaul…
4.
Yang utama dan terutama: TERUS BERLATIH MENULIS ITU SENDIRI!!!
35
@edi_akhiles
EVENT-EVENT KEPENULISAN Setiap bulan, DIVA Press Group menerima tawaran naskah dari Sabang sampai Merauke antara 400-500 naskah (fiksi dan non fiksi, paling banyak fiksi). Sangat memprihatinkan buat saya lantaran yang bisa diterima dan diterbitkan hanya kisaran 20 naskah/perbulan. Apa pasal? Tidak semata soal kendala teknik menulis. Tapi juga tema yang tidak pas untuk diterbitkan, dipasarkan. Padahal, kekuatan teknik dan tema merupakan syarat mutlak sebuah novel bisa menarik minat calon pembaca di pasar buku kita. Inilah yang mendorong saya meluncurkan berbagai event kepenulisan, dengan harapan bisa “menepatkan” gairah menulis anak-anak muda dengan market buku. Bukankah menjadi penulis yang karyanya bisa diterbit kan, dipasarkan nasional, dibaca banyak orang, disukai 36
#SilabusMenulisFiksi
banyak orang, banyak income, lalu menjadi populer, merupakan tujuan utamamu berlatih menulis?
1. #KampusFiksi Event ini diadakan tiap akhir bulan sebulan sekali (Angkatan 1 digelar tanggal 27-28 April), bertempat di Jogja. Para tentor #KampusFiksi adalah saya bersama tim yang telah dibentuk. Dibatasi 30 seat, dengan seleksi “kirim biodata dan contoh 1 cerpen terbaikmu” ke mail:
[email protected]. Pendaftar yang teknik menulis cerpennya sudah masuk target minimal, akan diundang khusus ke Jogja. Asal peserta sudah sampai di kota Jogja (stasiun, terminal, bandara, dll.), tim akan menjemput, mengantarkan ke guest house yang telah disiapkan, menyediakan konsumsi, dll. Free sejak sampai di Jogja sampai kembali pulang! Bonus: Malming bareng DIVA Press di kota Jogja, sertifikat, member card, dan souvenir buku. Plus, semua alumnus yang serius akan dibimbing secara online sampai mampu menghasilkan karya yang layak terbit. Jika minat diterbitkan di DIVA Press akan diwadahi, jika tidak silakan ke penerbit lain. Setahun dua kali akan diadakan ritual Wisuda bagi para alumnus #KampusFiksi di Jogja, dibarengkan
37
@edi_akhiles
dengan angkatan selanjutnya, dengan syarat: telah berhasil menerbitkan karya! Free!
2. #JustWrite Bisa dikatakan #JustWrite adalah ajang silaturrahmi dan motivasi bagi para alumnus #KampusFiksi yang terpilih. Digelar di Kaliurang Jogja selama 3 hari full. Diadakan setahun sekali, sejak tahun 2012. #JustWrite untuk kelas fiksi periode tahun 2014 hanya akan diisi oleh para alumnus #KampusFiksi terpilih. Kelas non-fiksi akan dilakukan seleksi penjaringan khusus. Para narasumber #JustWrite adalah para ahli di bidangnya, plus 1 orang penulis berskala nasional yang sudah kalian kenal, pasti. Sama dengan #KampusFiksi, para peserta #JustWrite hanya dijatah 30 seat, tinggal datang ke kota Jogja, selanjutnya free total sampai kembali pulang. Bonus: wisata alam Merapi dan pembimbingan online!
3. #LelangNulisNovel Informasi dan jadwalnya dikeluarkan via akun tweeter @edi_akhiles, digelar tiap hari Minggu (kecuali ada kondisi atau kendala teknis khusus). Dibuka pendaftaran 38
#SilabusMenulisFiksi
pukul 12.00 – 19.00. Cukup dengan mengirim email kosong dengan subject #LelangNulisNovel ke email saya (
[email protected]), selanjutnya semua ketentuan dan ide cerita akan dishare melalui email tersebut. Peserta #LelangNulisNovel akan diminta membuat cerpen, dan yang berhasil lolos, akan didampingi via online oleh saya sendiri untuk menovelkan cerpennya, dari tahap sinopsis, bab 1, dst., sampai layak terbit.
4. #TimTentorMenulisAntarKotaAntarPropinsi Saya
telah
membentuk
#TimTentorMenulisAntarKotaAntarPropinsi khusus untuk fiksi yang terdiri dari 5 orang. Tim ini telah memiliki silabus paten yang sangat praktis (buku #SilabusNulisFiksi ini gratis). Tim ini siap menerima undangan dari komunitas, lembaga, sekolah, kampus, dll., untuk memberikan materi pelatihan dan pembimbingan menulis fiksi. Jika
berminat
mengundang
#TimTentorMenulisAntarKotaAntarPropinsi ini, silakan email surat undangannya (bukan proposal, biar nggak ribet!) ke email saya 2 minggu sebelum acara digelar (
[email protected]). Minimal durasi waktu yang dibutuhkan tim ini adalah 4 jam (ideal 2 hari). Untuk area
39
@edi_akhiles
Jateng dan DIY, 100% free. Untuk Jawa selain dua propinsi itu, cukup mengganti tiket kereta api eksekutif. Jika tidak terjangkau jalur kereta api, cukup mengganti uang bensin mobil tim. Untuk luar Jawa, cukup mengganti tiket pesawat. Sesampai di stasiun atau bandara, panitia tinggal menjemput tim menuju lokasi acara. Sudah. Berapa fee-nya? Hotel bintang berapa? Menu makannya apa (suka itik, kalkun, telor, tempe nggak)? Halaahh! Free pol! Soal hotel, piknik, dan makan selalu saya tanggung sendiri kok. Jadi, no fee alias free! Betapa sebalnya saya menyaksikan sebuah komunitas muda-mudi serius pengen belajar menulis, berniat mengundang penulis beken idolanya, yang bercitra caem banget bak alim, ehhh…giliran dihubungi minta hotel bintang 5, menu ini-itu, fee 10 juta! (Mau bonus digantung nggak?!).
#TimTentorMenulisAntarKotaAntarPropinsi
murni melatih dan membimbing, bukan meras susu! #ehcurcolmarah Plusnya tim ini adalah menyediakan “latihan lan jutan” melalui pembimbingan online bagi yang serius, dan siap menerbitkan karyamu yang telah berhasil “layak terbit” di DIVA Press Group. Yang tidak minat di DIVA Press ya nggak ap-apa atuh.
40
Cara Mengirim Naskah Segmen Remaja Kami menerima naskah-naskah (fiksi dan nonfiksi) remaja, yang membahas percintaan, konflik, emosi, penga laman hidup, dan banyak lagi lainnya. Pingin ikutan mener bitkan naskah bersama kami? Silakan kirimkan naskah kamu via email:
[email protected]. Beberapa ketentuan lainnya:
Ketebalan naskah berkisar 130-180 halaman,
Spasi 2
Margin 4-4-3-3 cm (atas-kiri-kanan-bawah)
Font Times New Roman
Ukuran kertas A4
Lengkapi juga naskah kamu dengan biodata
Jangan lupa menyertakan sinopsis novel utuh (dari awal sampai akhir cerita) atau ringkasan (untuk naskah nonfiksi) Naskah yang masuk akan kami evaluasi selama se
bulan. Hasil evaluasi akan kami kirimkan via email. Facebook: de TEENS Twitter: @de_teens
41
Cara Mengirim Naskah Segmen Dewasa Kami menerima naskah-naskah (fiksi) dewasa, yang membahas percintaan, konflik, emosi, pengalaman hidup, sejarah, epos, religi, dan banyak lagi lainnya. Pingin ikutan menerbitkan naskah bersama kami? Silakan kirimkan naskah kamu via email:
[email protected]. Beberapa ketentuan lainnya:
Ketebalan naskah berkisar 150-300 halaman (bisa kondisional),
Spasi 2
Margin 4-4-3-3 cm (atas-kiri-kanan-bawah)
Font Times New Roman
Ukuran kertas A4
Lengkapi juga naskah kamu dengan biodata
Jangan lupa menyertakan sinopsis novel utuh (dari awal sampai akhir cerita) atau ringkasan (untuk naskah nonfiksi) Naskah yang masuk akan kami evaluasi selama
sebulan. Hasil evaluasi akan kami kirimkan via email. Facebook: Penerbit DIVA Press Twitter: @divapress01
42
Tentang Penulis @edi_akhiles, lahir di Lalangon, Manding, Sumenep, Jawa Timur, 13 November 1977 lalu. Nama asli gue Edi Mulyono. Dulu, gue gila nulis cerpen, pakai nama pena Edi AH Iyubenu. Gue tumbuh dalam keluarga yang kaya tidak kere juga tidak. Abah yang udah sepuh itu pernah nyambukin gue dengan lidi gara-gara gue bolos ngaji. Yeahh, I love u, Abah… Ngomongin abah, gue jadi ingat almarhumah ibu gue yang telah berpulang dari 1 September 2010 lalu di Mekkah. I love u, Ibu… Gue sekolah dengan sangat biasa, kagak pernah jadi juara kelas, dari SDN Lalangon II, MTsN Giling Sumenep, kemudian ke MAN-PK Denanyar Jombang. Kalau dipaksain sebagai prestasi, gue pernah juara II Lomba Hafalan UUD 1945 di kantor Kecamatan waktu SD dan pernah jadi ketua asrama pondok di Denanyar Jombang dengan reputasi: ngajarin penghuni asrama ngerokok bareng di belakang lemari. Masuk ke Jogja tahun 1995, gue kuliah di Fakultas Syari’ah Jurusan Perbandingan Mazhab dan Hukum (PMH) IAIN (kini jadi UIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta, lalu Magister (S-2) di kampus yang sama, jurusan Filsafat Agama, lalu kini jadi mahasiswa lagi di kampus yang sama pula, ngambil Islamic Studies. Kalau mau ditulis nih, 43
gelar gue bisa lebih panjang dari nama gue lho: C.Dr. Edi Mulyono, S.Ag., M.Ag. Bingung tentang C di depan ya? C = candidat deh. Gue pernah aktif di dunia sastra. Gue ingat tanggal 10 Maret 1996, cerpen gue yang berjudul Den Bagus dimuat di Harian Kedaulatan Rakyat dengan honor Rp. 35.000. Kabarnya nama gue juga dimasukkan dalam Angkatan Sastra 2000. Sejak tahun 2001, gue merintis sebuah usaha publishing, yang kini dikenal dengan nama DIVA Press Group. Cukup banyak karya gue yang udah dibukukan: Andai Aku Jalan Kaki Masihkan Engkau Selalu Ada Untukku?, lalu Ah, Tuhan Sayang Padaku, Kok, lalu Trio (Lebih) Macan!, lalu Brengseknya Aku!, lalu Thx for Auratmu, lalu Orang Pelit Pantatnya Item, lalu Hari-hari Paling Menyebalkan dalam Hidupku, dan yang terbaru sebelum buku Ceo Koplak adalah Rogoh Ah… Gue juga pernah nerbitin buku sok religius gitu, maklum gue pernah berjuang jadi ustadz cuma nggak kondang-kondang, jadinya nggak kenyang-kenyang: Dijual Murah Surga Seisinya dan Matematika Diri. Well, mau mampir atau ngekos di rumah gue, silakan: www.akhilesislion.blogspot.com. Pengen ngritik, silakan:
[email protected] atau facebook: akhilesbanget@ yahoo.co.id. atau twitter: @edi_akhiles. Pengen pin BBM gue? Silakan add: 1311kplk1977.
44