Departemen Kesehatan RI
Info Sehat Untuk Semua
HASIL RISKESDAS 2007 Presiden :
Sehat adalah Gaya Hidup
Satu Milyar Rupiah
Untuk yang Sukses Kembangkan Desa Siaga 100 Persen
ETALASE
Dari DariRedaksi Redaksi PENANGGUNG JAWAB dr. Lily S. Sulistyowati, MM PIMPINAN UMUM Dyah Yuniar Setiawati, SKM, MPS PIMPINAN REDAKSI drs. Sumardi SEKRETARIS REDAKSI Prawito, SKM, MM ANGGOTA REDAKSI Dra. Hikmandari A., M.Ed Drg. Anitasari S.M. Busroni, S.IP Mety Setiowati, SKM REPORTER Dra. Isti Ratnaningsih, MARS Resty Kiantini, SKM, M.Kes. Sri Wahyuni, S.Sos Giri Inayah, S.Sos FOTOGRAFER Aji Muhawarman, ST Wayang Mas Jendra, S.Sn SEKRETARIAT Agus Tarsono Waspodo Purwanto Sudirman Hambali Yan Zefrial
ALAMAT REDAKSI : Pusat Komunikasi Publik Sekretariat Jenderal Departemen Kesehatan Telp./Fax : 021-522 3002, 52960661 Email :
[email protected]
Cita-Cita Penghargaan bukan tujuan, puja puji apalagi, tapi bukti dedikasi yang terus bersaksi, bahwa mereka layak dipuji. Inilah jalan yang selalu ditempuh oleh individu atau institusi berprestasi diberbagai negeri, termasuk Indonesia. Mereka berjasa luar biasa dan berjasa besar dalam pembangunan kesehatan. Diantara mereka yang berjasa luar biasa terdapat nama Sri Sultan Hamengku Buwono X, Gubernur Provinsi Yogyakarta dan H. Lukman Hakim, SH,MM Wali Kota Metro Provinsi Lampung. DIY dan Kota Metro berdasarkan riset kesehatan dasar Badan Litbangkes Depkes mencapai rangking tertinggi dalam pencapaian program pembangunan kesehatan. Riskesdas, program riset kesehatan dasar untuk berbagai tujuan pembangunan kesehatan. Mulai dari perencanaan kesehatan, pemetaan penyakit dan intervensi kesehatan yang segera dilakukan disuatu wilayah. Bahkan riskesdas juga telah menemukan adanya peningkatan penyakit tidak menular. Semua ini adalah kerja besar oleh semua pihak yang saling membantu untuk mewujudkan cita-cita besar “meningkatkan derajat kesehatan masyarakat Indonesia”. Menteri Kesehatan pada Kabinet Indonesia Baru banyak mengukir keberhasilan pembangunan kesehatan. Hal itu terlihat dari tingkat kepuasan masyarakat terhadap kinerja Departemen Kesehatan. Demikian hasil survey Reform Institute terhadap 2.500 responden di seluruh Indonesia pada kurun 13-25 November 2008. Diperoleh nama-nama menteri yang menurut persepsi publik mempunyai kinerja memuaskan. Ada 36 nama menteri Kabinet Indonesia Bersatu (KIB) yang disurvei kinerjanya. Hasilnya, kinerja Menteri Kesehatan Siti Fadilah Supari dinilai paling memuaskan. Dia dipilih oleh 10,12 persen responden. Semoga ini menjadi modal berikutnya untuk mewujudkan cita-cita besar itu. Sebagian kecil jejak langkah keberhasilan itu terekam dalam mediakom ini. Selamat menikmati. Redaksi.
Redaksi MEDIAKOM menerima naskah dari pembaca dan berhak mengedit sesuai kaidah bahasa jurnalistik. Naskah yang tidak dimuat menjadi dokumen redaksi. Naskah dapat dikirimkan melalui email Pusat Komunikasi Publik di :
[email protected] atau
[email protected]
DAFTAR ISI
PENGANTAR REDAKSI : Dari Redaksi dan Daftar Isi .............................................................................
2-3
LAPORAN UTAMA : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
Kinerja Menkes Paling memuaskan....................................................... Rakyat Sehat : Sumbangan Nyata Untuk Daya Saing Bangsa....... Presiden : Sehat adalah Gaya Hidup . .................................................... Satu Milyar Rupiah . ..................................................................................... Aids Ancaman yang makin Nyata........................................................... PSK Batam wajib periksa kesehatan....................................................... Pelayanan Kesehatan Yang Komunikatif.............................................. Hasil Riskesdas 2007....................................................................................
4–5 6–7 8–9 10 – 11 12 – 13 14 – 16 17 – 18 19 - 34
BERITA : 1. Ancaman Diabetes Melitus Makin Serius . .......................................... 35 – 36 2. Hati-hati memilih produk kosmetika 27 Produk Kosmetik Berbahaya ditarik dari peredaran . ................ 37 3. Meningkatkan ‘Soft Competency’ Petugas TKHI................................ 38 – 42 4. Theater nyamuk, loka litbangkes Ciamis............................................... 43
PELITA HATI : 1. Pesan Kesehatan Dasar............................................................................... 44 - 45 2. Kepura-puraan sama dengan ketidak Ikhlasan ................................ 46 – 48
RAGAM : 1. Bincang-bincang dengan : Kepala Pusat Sarana, Prasarana, dan Peralatan kesehatan . ...... 49 – 50 2. Lebih Jauh Tentang : Balai pengaman Fasilitas Kesehatan (BPFK) Surabaya ................ 51 – 53 3. RSUP Moh. Hoesin Palembang Melayani dengan Hati .......................................................................... 54 – 56 4. Sumatera Selatan : Berobat Gratis & Pemberdayaan Masyarakat 57
KOLOM : Thanks for reading ............................................................................................
58
LAPORAN UTAMA
Kinerja Menkes Paling Memuaskan Hasil Survei Tentang Kinerja Para Menteri
Kebersamaan kunci sukses kinerja Menteri Kesehatan
R
eform Institute melakukan riset kinerja pembantu presdien yang dinilai mempengaruhi persepsi publik tentang kinerja pemerintah. Dari hasil survey Reform Institute te r h a d a p 2 . 5 0 0 re s p o n d e n d i seluruh Indonesia pada kurun 1325 November 2008 didapatkan nama-nama menteri yang menurut persepsi publik mempunyai kinerja memuaskan. Ada 36 nama menteri Kabinet Indonesia Baru (KIB) yang disurvei kinerjanya. Hasilnya, kinerja Menteri Kesehatan Siti Fadilah Supari dinilai paling memuaskan. Dia dipilih oleh 10,12
persen responden. Posisi kedua ada Menko Polhukam Widodo A.S. dengan 9,52 persen. Disusul Menteri Pemuda dan Olahraga Adhyaksa Dault yang mendapatkan simpati dari 8,04 persen responden. Di bawahnya ada Menko Kesra Aburizal Bakrie dengan 7,92 persen. Sementara posisi kelima ditempati Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati dengan 6,32 persen. Selain mendapatkan nama menteri yang kinerjanya memuaskan, diperoleh nama menteri yang kinerjanya paling buruk. Di posisi terbawah terdapat Kepala Bappenas Paskah Suzetta yang kinerjanya hanya diapresiasi 0,04 persen
responden. Sedikit lebih baik dari dia adalah Menteri Riset dan teknologi Kusmayanto Kadiman 0,12 persen, Menteri Lingkungan Hidup Rahmat Witoelar dan Menteri Perumahan Rakyat Yusuf Ashari dengan 0,16 serta 0,20 persen. Lalu, Menteri BUMN Sofjan Djalil dengan 0,24 persen. Kemudian muncul pertanyaan terkait indikasi dari prestasi kinerja menteri yang berada di papan atas. Ada nama Adhyaksa Dault yang tak berhasil menyelesaikan masalah PSSI dalam melawan hegemoni Nurdin Halid. Ada juga nama Aburizal Bakrie yang tak henti-hentinya diterpa berita tentang derita korban lumpur Lapindo.
LAPORAN UTAMA
Menanggapi argumen tersebut, Direktur Reform Institute Yudhi Latief mengatakan, persepsi publik mudah terbentuk oleh media massa. Menteri-menteri yang dinilai berprestasi adalah mereka yang rajin tampil di media. ”Akhir-akhir ini muncul banyak program kementerian yang ditayangkan di televisi,” ujar Yudhi saat peluncuran hasil survei Reform Institute di Hotel Grand Melia Kuningan, Jakarta Selatan (22/12). Siti Fadilah Supari mempunyai program mingguan di sebuah televisi swasta. Namanya Bincang-Bincang Bareng Bu Menkes (B4M). Sementara Adhyaksa Dault juga tampil secara berkala dalam acara Ngaji Bersama Menpora yang ditayangkan TVRI. Program-program sosialisasi dan iklan melalui media massa dinilai sangat efektif mempengaruhi persepsi publik. Di sisi lain, persepsi terhadap kinerja pemerintah sangat tidak apresiatif. Misalnya dalam bidang ketertiban dan keamanan, hanya 22,56 persen responden yang menilai berhasil. Sisanya, 75,4 persen, menilai pemerintah gagal. Pada bidang kesejahteraan sosial, suara yang menilai pemerintah berhasil hanya 40,36 persen. Bidang ekonomi, 67,04 persen menilai pemerintahan SBY gagal. Sementara bidang politik hanya 51,68 persen yang menyatakan kinerja pemerintah berhasil. Namun, indikasi kegagalan kinerja pemerintah tersebut tidak otomatis menurunkan citra SBY dan Partai Demokrat. Hasil survei tersebut menempatkan posisi Partai Demokrat sebagai partai yang mempunyai tingkat elektibilitas tertinggi dengan 26,36 persen. Ditambah lagi, SBY juga masih menjadi capres terfavorit dengan dukungan tertinggi 42,18 persen. ” Ini memang black box dunia politik kita. Pemerintahnya dinilai gagal, tapi presiden dan partainya tetap terfavorit, ” tambahnya. Selain itu, Yudhi Latif berpendapat bahwa SBY adalah tokoh yang mampu menjaga citra. Terkait beberapa isu sensitif, seperti
Membangun keakraban Menkes menyapa staff Depkes agar memberikan pelayan yang lebih baik.
pengumuman kenaikan harga BBM, tidak dilakukannya sendiri. Dia melakukannya bersama Menteri Keuangan. Namun, pengumuman penurunan harga BBM langsung dilakukan di Istana Negara dan oleh SBY. Tentang kelangkaan elpiji juga diberikan wewenang mengatasinya kepada Wapres. Sejumlah kementerian juga semakin intens me -launching programprogram kesejahteraan masyarakat, seperti bantuan langsung tunai (BLT) dan PNPM (Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat) Mandiri, yang mampu dikapitalisasi dengan baik oleh Partai Demokrat sebagai keberhasilan pemerintah. ” Programprogram tersebut, operator di lapangannya orang-orang Partai Demokrat, ” tambahnya. Sementara itu, peneliti Reform Institute Kholied Novianto lalu memaparkan argumennya tentang ketidakkonsistenan sikap pemilih tersebut. Menurut dia, hasil survei itu menujukkan kegagalan lawan-lawan politik SBY untuk memanfaatkan kelemahan pemerintahan. ” Kegagalan itu tidak mampu dikapitalisasi melalui isu-
isu politik untuk menurunkan citra pemerinathan SBY. ” paparnya. Kholid Novianto menambahkan, penilaian menteri terburuk didasarkan dari kacamata masyarakat. Margin error dari hasil survei ini adalah 1,96%. Menurut dia, penilaian buruk bukan berarti kerja pemerintah juga buruk. “ Bisa jadi itu karena responden kurang info atau bisa juga karena image menteri yang terbaik itu citranya membaik di mata publik”, ujarnya. Bagaimana tanggapan pengamat ?. Indria Samego menyatakan sependapat dengan hasil survei itu. Sedangkan soal Menkes Siti Fadilah Supari yang dinilai terbaik, kata Indria masuk akal. Setidaknya kerja Siti Fadilah masih lebih baik ketimbang Meneg PPN/Ketua Bappenas. “ Menkes itu belum yang terbaik, tapi memang jauh lebih baik dari Menteri PPN/Ketua Bappenas. Salah satu yang patut saya acungi jempol adalah keberanian Menkes menghadapi negara barat mengenai sharing virus flu di dunia, ujarnya. (Smd/Yl/dari berbagai sumber).
LAPORAN UTAMA
RAKYAT SEHAT
SUMBANGAN NYATA UNTUK DAYA SAING BANGSA Rakyat yang sehat merupakan kekuatan negara dan bagian dari ketahanan nasional, yang mampu memberikan sumbangan nyata dalam meningkatkan daya saing bangsa. Rakyat sehat juga merupakan wujud keuletan dan ketangguhan suatu bangsa yang memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya baik secara fisik, mental maupun sosial, memiliki produktivitas yang tinggi sebagai perwujudan kualitas bangsa. juta jiwa,” ucap Menkes Siti Fadilah Supari. Menkes menambahkan SDM strategis (dokter, dokter gigi, dan bidan) juga telah ditingkatkan pengelolaannya melalui berbagai program pengangkatan menjadi CPNS, PTT, kerja sama daerah, dan beasiswa. Begitu juga penyebarannya terus ditingkatkan ke seluruh pelosok tanah air.
Sesjen Depkes dr. Sjafii Ahmad mewakili Menteri Kesehatan menyerahkan penghargaan berupa Satyalacana Karya Satya
P
ernyataan tersebut ditegaskan oleh Menteri Kesehatan Dr. dr. Siti Fadilah Supari, Sp. JP (K) pada peringatan Hari Kesehatan Nasional ke-44, 12 November 2008 di Jakarta. Peringatan Hari Kesehatan Nasional tahun ini diperingati dengan tema ”Rakyat Sehat, Kualitas Bangsa Meningkat”. Menurut Menkes, tema tersebut dipilih agar peringatan HKN ke-44 dapat lebih mengarah kepada kegiatan nyata yang berdampak semakin meningkatnya derajat kesehatan masyarakat, yang pada akhirnya akan meningkatkan kualitas bangsa secara keseluruhan. Selanjutnya Menteri Kesehatan menyatakan, kualitas bangsa
selama ini diukur dengan indeks pembangunan manusia (IPM) atau Human Developmen Index (HDI) yang merupakan komposit dari indikator pendidikan, kesehatan, dan tingkat perekonomian masyarakat. Harus diakui bahwa saat ini IPM Indonesia masih lebih rendah dibanding negara-negara ASEAN. Hal ini bisa diukur dengan masih tingginya angka kematian ibu, angka kematian bayi, prevalensi gizi kurang, dan gizi buruk terutama pada masyarakat miskin dan tidak mampu. “Depkes memberikan prioritas tinggi dalam memberikan akses pelayanan kesehatan kepada masyarakat miskin dan tidak mampu melalui program Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) dengan sasaran 76,4
Sedangkan Rumah Sakit diarahkan sebagai sarana kesehatan yang mampu mengatasi masalah kesehatan rujukan yang handal, bermutu, dan mengutamakan keselamatan pasien (patient safety). Begitu pula dengan anggaran kesehatan. Dana Dekonsentrasi dan Tugas Perbantuan melalui Dana Alokasi Khusus (DAK) Bidang Kesehatan untuk daerah setiap tahun ditingkatkan, sehingga dampaknya makin bisa dirasakan langsung oleh masyarakat. “Semua itu pada hakikatnya sebagai bukti semakin mantapnya komitmen negara dalam mewujudkan rakyat sehat, karena dengan meningkatnya kualitas kesehatan bangsa akan meningkatkan kemandirian dan ketahanan bangsa Indonesia,” ujar Menkes. Menurut Menkes, momentum peringatan HKN ke-44 tahun 2008 ini harus digunakan jajaran Depkes untuk terus melakukan koreksi dan perbaikan dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan
LAPORAN UTAMA
Demo simpatik memperingati HKN 12 November 2008
masyarakat. Upaya-upaya kuratif dan rehabilitatif harus seimbang dengan upaya promotif dan preventif yang melibatkan peran serta aktif masyarakat untuk mempercepat terwujudnya Indonesia Sehat. Masyarakat termasuk sektor swasta dan dunia usaha melalui kemitraan menjadi faktor kunci dalam menyelesaikan masalah kesehatan bersama-sama dengan penyedia pelayanan (provider) kesehatan dan lintas sektor. Juga yang tidak kalah penting, adalah memotivasi dan memberikan penghargaan bagi para kader kesehatan masyarakat peduli kesehatan, yang telah berjasa dalam menyehatkan masyarakat melalui berbagai upaya kesehatan yang telah dilakukan selama ini. Berbagai komponen bangsa dalam bentuk aliansi dan gerakan masyarakat sehat dapat berperan aktif dan berkontribusi positif dalam mengatasi masalah kesehatan yang ada. “Untuk itu prinsip-prinsip pemberdayaan masyarakat menjadi kemampuan yang harus dikuasai oleh setiap jajaran kesehatan di lapangan,” tambah dr. Siti Fadilah. Dalam akhir sambutannya, Menkes menyampaikan pesan tentang pentingnya semua pihak untuk peduli pada peningkatan derajat
kesehatan yang berdampak pada peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia Indonesia dan produktivitas nasional.
”Kita wujudkan rakyat sehat menuju bangsa yang sehat dan bermartabat melalui semangat BERSAMA KITA BISA,” tegas Menkes.
Pertama, pembangunan kesehatan merupakan perwujudan sehat sebagai hak asasi rakyat dan merupakan investasi bagi pembangunan nasional. Oleh karena itu semua pelaku pembangunan harus memberik an kontribusi positif terhadap peningkatan status kesehatan masyarakat sekaligus derajat kesehatan nasional.
Saat ini 50% dari jumlah desa yang ada di Indonesia telah menjadi Desa Siaga. Diharapkan pada tahun 2009 seluruh desa yang jumlahnya sekitar 70.000 telah menjadi Desa Siaga. Selain itu selama empat tahun ini berbagai upaya pembangunan kesehatan terus ditingkatkan, antara lain membenahi Puskesmas dan Rumah Sakit, baik fisik, sistem, dan SDM-nya sehingga peran dan fungsinya dapat dimantapkan sebagai unit terdepan pelayanan kesehatan.
Kedua, peran masyarakat dalam pembangunan kesehatan semakin penting. Sekalipun Pemerintah telah memberikan perhatian besar dalam pelayanan kesehatan bagi masyarakat seperti Jamkesmas, namun kemandirian masayarakat dalam memelihara kesehatan serta meningkatkan kualitas kesehatan menjadi bagian yang paling menentukan dalam peningkatan derajat kesehatan nasional. Ketiga, seluruh jajaran pemerintah dan swasta, baik manajemen maupun pelayanan, agar terus-menerus meningkatkan komitmennya dalam peningkatan kualitas pelayanan kesehatan sehingga masyarakat semakin sehat dan produktif sebagai langkah pasti peningkatan kualitas bangsa.
Dengan demikian bukan hanya U p ay a K e s e h a t a n M a s y a ra k a t (UKM) yang dilaksanakan secara mantap, tetapi kualitas Upaya Kesehatan Perorangan (UKP) juga lebih ditingkatkan. Peningkatan UKP diarahkan untuk peningkatan fasilitas kesehatan di daerah terpencil dan perbatasan, sehingga mampu memberikan pelayanan maksimal dan tuntas. Sementara peran UKM lebih d i t i ng k at k an te r u ta m a d a l am memberik an upaya kesehatan berbasis masyarakat yang dapat mendukung Desa Siaga. (Smd)
LAPORAN UTAMA
Presiden :
Sehat adalah Gaya Hidup
Sehat adalah gaya hidup, sehat itu tekad kita. Sehatkan pikiran kita. Mari kita mulai dari kesadaran, kemauan disertai ikhtiar untuk bersama-sama menjaga kesehatan agar benar-benar melaksanakan perilaku hidup bersih dan sehat. Sedangkan pemerintah memiliki tugas dan kewajiban yang penting yaitu memberikan kemampuan agar rakyat dapat benar-benar hidup sehat.
P
ernyataan itu disampaikan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, pada puncak peringatan Hari Kesehatan Nasional ke-44 dengnan tema “ Rakyat Sehat, Kualitas Bangsa Meningkat“ di Arena Pekan Raya Jakarta, pertengahan Desember. Presiden mengakui, tugas pemerintah dalam pembangunan kesehatan cukup berat, tidak semudah membalikkan telapak tangan. “Tugas ini penuh tantangan,“ ujar Presiden dalam acara yang dihadiri sekitar 5.000 orang dari berbagai kalangan seperti pelajar, mahasiswa, karyawan Depkes, organisasi masyarakat, dan Gubernur/Bupati/ Walikota penerima penghargaan. Hadir pula beberapa Menteri Kabinet Indonesia Bersatu seperti Menko Kesra Aburizal Bakrie, Menkominfo Moh. Nuh, Menkes Dr. dr. Siti Fadilah Supari, dan Meneg KLH Rachmat Witoelar. “Negara kita sering disebut emerging economy, emerging country atau negara yang sedang mengalami perkembangan yang baik, namun tantangan yang dihadapi belum sekuat negara maju dalam membiayai semua sektor pembangunan di bidang kesehatan. Namun hal ini jangan dijadikan penghalang dan alasan untuk tidak melakukan pembangunan yang baik dengan intensitas dan ekstensitas tinggi. Buktinya status kesehatan dan status gizi masyarakat terus mengalami peningkatan,” ujar Presiden. Presiden menegaskan, prioritas pembangunan kesehatan saat ini adalah penyediaan pelayanan kesehatan dasar di Indonesia. “Kita juga ingin
meningkatkan pemenuhan ketersediaan dan keterjangkauan obat-obatan termasuk obat generik esensial yang banyak dibutuhkan masyarakat. Terus meningkatkan kualitas dan kuantitas tenaga medis agar benarbenar dapat memberikan pelayanan yang baik serta memberikan j a m i n a n pemeliharaan kesehatan bagi rakyat tidak mampu dan miskin atau Jamkesmas. Dan masih banyak lagi sejumlah program aksi Presiden Susilo Bambang Yudhoyono sedang memberikan amanat pada yang dilakukan Peringatan Puncak Hari Kesehatan Nasional Ke-44 jajaran Depkes, pemerintah provinsi/kabupaten/kota di Jamkesmas agar jangkauannya seluruh Indonesia,” ujar Presiden. makin luas, makin efektif dan Pada kesempatan tersebut Presiden mengajak seluruh masyarakat untuk bersama-sama pemerintah untuk: • Mensukseskan program kesehatan yang pro rakyat • Mengembangkan desa siaga dengan melibatkan unsur masyarakat agar mendapatkan partisipasi dan kontribusi yang optimal • Melanjutkan dan mengelola
akhirnya mencapai sasaran yang tepat.
Presiden mengingatkan, sudah saatnya di tahun mendatang kita mulai memikirkan pembangunan rumah sakit modern yang bisa memberikan pengobatan yang baik sehingga masyarakat kita tidak harus berobat ke luar negeri. Masyarakat bisa berobat
LAPORAN UTAMA di dalam negeri dengan dokter-dokter dan tenaga medis yang tidak kalah kualitasnya dengan luar negeri. Pada kesempatan itu, Menkes Dr. dr. Siti Fadilah Supari, Sp. JP (K) menyatakan, kegiatan HKN diselenggarakan secara kemitraan dan gotong royong antara Depkes, masyarakat termasuk sektor swasta, jajaran kesehatan, organisasi masyarakat atau LSM, dan berbagai organisasi profesi. Karena itu Menkes menyampaikan terima kasih dan penghargaan kepada pihak-pihak yang telah memberikan dukungan sehingga rangkaian kegiatan HKN ke-44 berjalan dengan baik. Menurut Menkes, pembangunan kesehatan selama empat tahun t e r a k h i r, t e l a h m e n u n j u k k a n pencapaian yang cukup bermakna. Hal itu ditandai menurunnya angka kematian ibu dari 307/100.000 kelahiran hidup (KH) pada tahun 2003 menjadi 228/100.000 KH pada tahun 2007. Menurunnya angka kematian bayi dari 35/1.000 KH pada tahun 2004 menjadi 34/1.000 KH pada tahun 2007. Menurunnya prevalensi gizi kurang pada Balita dari 25,8% pada tahun 2004 menjadi 21,9% pada tahun 2007. Selain itu, umur harapan hidup rata-rata orang Indonesia meningkat dari 66,2 tahun pada tahun 2004 menjadi 70,5 tahun pada tahun 2007. Pada kesempatan tersebut Presiden secara simbolis menyerahkan penghargaan Pemerintah dalam bentuk Trophy dan Lencana berupa: 1.) Manggala Karya Bakti Husada Kartika, penghargaan yang diberikan kepada institusi yang berjasa luar biasa. 2.) Manggala Karya Bakti Husada Arutala, penghargaan yang diberikan kepada institusi yang berjasa besar. 3.) Ksatria Bakti Husada Aditya, penghargaan yang diberikan kepada individu yang berjasa luar biasa. 4.) Ksatria Bakti Husada Arutala, penghargaan yang diberikan kepada individu yang berjasa besar. Trophy Manggala Karya Bakti Husada Kartika, diberikan kepada : • Provinsi DI Yogyakarta yang berdasarkan Riset Kesehatan Dasar 2007 mencapai ranking tertinggi dalam pencapaian
Presiden menyerahkan trophy secara simbolis kepada Gubernur DI. Yogyakarta Sri Sultan Hamengku Buwono X mewakili Gubernur, Walikota dan Bupati yang berjasa luar biasa dan besar dalam pembangunan kesehatan
program pembangunan kesehatan. Trophy diserahkan kepada Gubernur Sri Sultan Hamengku Buwono X. • Kota Metro, Provinsi Lampung berdasarkan hasil Riskesdas menempati urutan tertinggi dari 440 Kabupaten/Kota untuk program pembangunan kesehatan. Trophy diserahkan kepada Bupati H. Lukman Hakim, SH, MM. Trophy Manggala Karya Bakti Husada Arutala, diberikan kepada : • Provinsi Jawa Tengah yang menempati urutan ketiga dalam p e n c a p a i a n s e k to r k e s e h at a n diterima Letnan Jenderal TNI (Pur) Bibit Waluyo, Gubernur Jawa Tengah. • Bupati Ogan Komering Ulu Timur, mewakili 9 Kabupaten/Kota di luar Jawa-Bali yang telah mencapai target Desa Siaga 100%, diterima H. Herman Deru, SH, MM. Lencana Ksatria Bakti Husada Aditya diberikan kepada Dr. Makarim Wibisono, mantan Duta Besar RI untuk Swiss. Untuk kemampuan diplomasi Indonesia di dunia internasional. Lencana Ksatria Bakti Husada Arutala diserahkan kepada: 1. K H . M . Z a i n u l M a j d i , M A ,
2.
3.
4.
5.
Gubernur Provinsi NTB yang telah mengalokasikan dana kesehatan dengan proporsi tertinggi di Indonesia terhadap APBD. Prof. DR. RM. Padmo Santjoyo, Sp. BS, Dokter Spesialis bedah syaraf. Pelopor Ilmu Bedah Syaraf di Indonesia, keberhasilan dalam operasi kembar siam termuda. Prof. Syamsurizal Zauzi, Sp. PDKAI, Dokter Spesialis Penyakit Dalam. Pelopor perawatan ODHA, Orang Dengan HIV AIDS secara komprehensif. Ny. Ratih Siswono Yudohusodo, SH. Ketua Umum Perkumpulan Pe n a n g g u l a n g a n Tu b e r k u l o s a Indonesia, untuk penanggulangan masalah TB di Indonesia. Web Warouw, Jurnalis Sinar Harapan, sebagai pemuda berprestasi dalam bidang pembangunan kesehatan.
Puncak peringatan Hari Kesehatan Nasional ke-44 dengan tema “Rakyat Sehat, Kualitas Bangsa Meningkat“ dimeriahkan dengan penampilan Band Gigi, penayangan Film Pembangunan Kesehatan, persembahan 2 buah lagu oleh DEBU, penampilan Lenong Bocah tentang program Jamkesmas, Fragmen tari “Pemuda Siaga Peduli Bencana“ oleh Sanggar Tari Paripurna dari Bali, dan ditutup paduan suara Elfa Secoria dengan menyanyikan lagu “Aku Anak Sehat“. (Smd/Iw/Ds)
LAPORAN UTAMA
Satu Milyar Rupiah
Untuk yang Sukses Kembangkan Desa Siaga 100 Persen
Departemen Kesehatan terus mendorong dan memotivasi pemerintah kota dan kabupaten untuk mengembangkan Desa Siaga. Salah satu wujudnya, dengan memberi penghargaan yang setimpal bagi daerah yang sukses mewujudkan Desa Siaga 100%. untuk mencegah dan mengatasi masalah-masalah kesehatan (bencana dan kegawatdaruratan kesehatan) secara mandiri. Desa dikatakan Desa Siaga, minimal memiliki satu Pos Kesehatan Desa (Poskesdes) yang ditangani satu bidan dan dua kader. Menkes mengharapkan penghargaan ini akan memacu kabupaten/kota bersangkutan menjadikan Desa Siaga sebagai prioritas penting. Di samping juga memotivasi daerah lain untuk lebih intensif lagi mengembangkan esa Siaga. “Jangan hanya saat penilaian saja desa tersebut siaga tetapi kegiatannya hendaknya berkesinambungan dan perilaku hidup bersih dan sehat membudaya sehingga masyarakat sehat mandiri,” kata Menkes dr. Siti Fadilah. Menteri Kesehatan Dr. dr. Siti Fadilah Supari Sp. JP(K) memberikan hadiah 1 milyar rupiah kepada H. Herman Deru, SH, MM. Bupati Oku Timur.
T
idak tanggung-tanggung, Depkes menyiapkan hadiah uang sebesar Rp 1 milyar untuk kabupatan atau kota yang seluruh desanya berhasil dikembangkan menjadi Desa Siaga. Dan berkaitan dengan Hari Kesehatan Nasional (HKN) ke-44 belum lama ini, Menteri Kesehatan menyerahkan hadiah tersebut, ditambah piagam, kepada sembilan bupati dan walikota. Kesembilan bupati/walikota yang sukses mengembangkan Desa Siaga 100% itu adalah Bupati Ogan Komering Ulu Timur (Sumatera Selatan), Walikota Palu (Sulawesi Tengah), Walikota Dumai (Riau), Bupati Banyuasin (Sumatera Selatan), Walikota Metro (Lampung), Bupati Bulungan (Kalimantan Timur), Bupati Hulu Sungai Selatan (Kalimantan 10
Selatan), Bupati Minahasa Tenggara (Sulawesi Utara), dan Bupati Sumbawa Barat (NTB). Penyerahan piagam dan hadiah dilakukan dalam rangkaian peringatan Hari Kesehatan Nasional (HKN) ke 44 dengan tema “Rakyat Sehat, Kualitas Bangsa Meningkat“. Menurut Menkes Siti Fadilah Supari, Pemkab/Pemkot tersebut dinilai berhasil mengembangkan seluruh desa menyadi Desa Siaga 100%. Kabupaten/ kota yang berada di Pulau Jawa dan Bali, tidak diikutkan dalam penilaian, karena pemenuhan tenaga ataupun penyediaan fasilitas desa siaga tidak sesukar daerah di luar Jawa. Desa Siaga adalah Desa yang memiliki kesiapan sumber daya dan kemampuan
Puncak HKN 19 Desember 2008, berlangsung di Arena Pekan Raya Jakarta, dihadiri Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Dan pada 20 Desember acara peringatan HKN dimeriahkan dengan senam massal yang dihadiri Menkes dan para pejabat serta karyawan Depkes dan masyarakat umum. Acara dilanjutkan pameran pembangunan kesehatan di Parkir Timur Senayan Jakarta yang berlangsung dua hari. Pada peringatan HKN 2008 tersebut, Menkes juga menyerahkan 12 Piagam dan 8 Trophy Manggala Karya Bakti Husada, serta 12 Piagam dan 7 Lencana Ksatria Bakti Husada kepada sejumlah institusi dan perorangan. Piagam Manggala Karya Bakti Husada (MKBH) Kartika diberikan kepada Provinsi DI Yogyakarta, Provinsi Bali, Kota Metro, Lampung, Kabupaten Sleman Yogyakarta, dan Kota Bandung
LAPORAN UTAMA Jabar. Sedangkan Provinsi Jawa Tengah, Kota Yogyakarta, Kota Balikpapan, Nation Petroleom, PT Sumber Alkafaria Trijaya , Kab. Rejang Lebong, Provinsi Bengkulu, dan Tim Penggerak PKK Kota Yogyakarta memperoleh penghargaan MKBH Arutala. Nation Petroleom mendapat penghargaan atas peranan besarnya dalam program Save Papua, PT Sumber Alkfaria Trijaya mendapat penghargaan terkait pemasaran dan sosialisasi obat serba seribu, sementara PKK Kota Yogyakarta terkait dengan upaya pemberdayaan masyarakat dalam memanfaatkan Posyandu.
ke Rumah Sakit”. Selain memperoleh piagam mereka juga memperoleh hadiah uang masing-masing sebesar enam juta lima ratus ribu rupiah, lima juta lima ratus ribu rupiah, dan empat juta rupiah. Piagam penghargaan pemenang lomba poster Obat Generik diberikan kepada Nurul Arifin, Puskesmas Karang Ketug Pasuruan Jawa Timur, dan Herlinda Herawati. Sedangkan piagam penghargaan Widyaiswara berprestasi diberikan kepada Drs. Baderel Munir, MA, Dr. T. Rabitta Cherysse, MPH, dan Zainal Abidin, M.Sc. Sedangkan Dosen Politeknik Kesehatan Berprestasi Tingkat Nasional tahun 2008, adalah Yohanes Kristianto, GrandDipFoodSci, MFT, Waryana, SKM,
Piagam dan Lencana Ksatria Bakti Husada Arutala diserahkan kepada KH. M. Zainul Majdi, MA (Gubernur Provinsi NTB), Web Warouw (Jurnalis Sinar Harapan), Ny. Ratih Siswono Yudohusodo (Ketua Umum Perkumpulan Pemberantasan Tuberkulosis Indonesia), Prof. Padmo Santjoyo, Sp.BS, dan Prof. Syamsurizal Zauzi, Sp.PD, Drs. H. Rudy Arifin, MM (Gubernur Prov. Kalimantan Selatan), Subardi, S.Pd (Walikota Cirebon), H. Mokh. Muslikh A b d u s s y u k u r, S H (Walikota Sukabumi), dr. Eka Julianta Wahjoepramono, Sp.BS (D ek an Universitas Pelita Menkes foto bersama dengan penerima penghargaan Harapan), dr. Tjondro Indarto (Penanggung Jawab BKTIA), M.Kes, dan Santa Manurung, SKM, Kim Woo Jae (Ketua Yayasan Mu Gung M.Kep. Hwa, peranannya membantu pelayanan Penghargaan juga diberikan kepada jantung kepada 41 orang dan donatur Peneliti Teladan Tahun 2008 Badan tetap RS Kusta), dan dr. Demus Kogoya Penelitian dan Pengembangan (Tenaga Kesehatan Teladan 2008 di Kesehatan, masing-masing kepada daerah terpencil Papua). Dr. Emilia Tjitra, M.Sc, Ph.D, Peneliti Utama pada Puslitbang Biomedis dan Pi a g a m p e n g h a r g a a n K o m p e t i s i Farmasi Jakarta, Komari, M.Sc, Ph.D, Jurnalistik diserahkan kepada Peneliti Utama pada Puslitbang Gizi pemenang pertama Wahyu Muryadi dan Makanan Bogor, dan Dwi Hapsari (Majalah Tempo) dengan judul tulisan Tjandrarini, SKM, M.Kes, Peneliti Muda “Panas-Dingin Virus Namru”. Pemenang pada Puslitbang Ekologi dan Status kedua, Yuliadi (Majalah Forum) dengan Kesehatan Jakarta. judul tulisan “Bu Siti Melawan Amerika”. Dan pemenang ketiga, Amelia M Tagori Pada kesempatan itu juga diberikan (Harian Suara Pembaruan) dengan judul penghargaan berupa ucapan terima tulisan “Dana Askeskin Dikirim Langsung kasih kepada UPT-UPT Depkes yang telah
mendapat penghargaan dari Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara karena dinilai melaksanakan pelayanan publik dengan baik. Yaitu RSUP Hasan Sadikin Bandung, Politeknik Kesehatan Semarang, Balai Pengamanan Fasilitas Kesehatan Surabaya, Kantor Kesehatan Pelabuhan Mataram, dan Balai Besar Laboratorium Kesehatan Surabaya. dr. Sjafii Ahmad, MPH, Sekretaris Jenderal Depkes yang juga Ketua Panitia HKN menyatakan, penghargaan Ksatria Bakti Husada diberikan kepada individu yang dengan sukarela telah menyumbangkan tenaga, pikiran, dan pengetahuannya dalam mengembangkan program kesehatan. Darma baktinya dapat dirasakan dan sangat bermanfaat bagi masyarakat, bangsa dan negara. “Indikator yang digunakan untuk penilaian ialah individu yang telah mengabdi dan sebagai pemrakarsa, penggagas/penemu dalam bidang kesehatan dan hasilnya dapat meningkatkan derajat kesehatan masyarakat,” ujar dr. Sjafii Ahmad. Sedangkan Manggala Karya Bakti Husada (MKBH) diberikan kepada institusi ya n g d u k u n g a n nya sangat besar terhadap pembangunan kesehatan di wilayahnya dan menunjukkan komitmen yang tinggi serta memiliki kerja sama yang baik dan nyata dalam mensukseskan program-program kesehatan di wilayahnya. Adapun indikator penilaian untuk penghargaan MKBH adalah pencapaian indikator prioritas program kesehatan hasil Riskesdas 2007 tingkat Provinsi/ Kabupaten/Kota, Alokasi anggaran untuk kesehatan pada APBD di atas/ mendekati 15%, Kabupaten/kota di luar Jawa dan Bali dengan Desa Siaga 100%, Kabupaten/Kota yang mempunyai pelayanan khusus seperti pelayanan daerah terpencil dan perbatasan, serta institusi/perusahaan yang mendukung program-program kesehatan. (Smd/Ds) 11
LAPORAN UTAMA
AIDS
Ancaman yang makin Nyata Jumlah kasus HIV/AIDS meningkat sangat tajam sejak ditemukan pertama kali di Bali 21 tahun lalu. Hingga saat ini belum ditemukan obatnya, sehingga cara paling efektif untuk mengatasinya adalah pencegahan. bagi Indonesia. A I D S a t a u A c q u i r e d I m m u n o d e f i c i e n c y S y n d ro m e adalah kumpulan gejala penyakit akibat turunnya kekebalan tubuh yang disebabkan Human Immunodeficiency Virus (HIV). HIV/AIDS ditularkan melalui 3 cara yaitu, lewat cairan darah (transfusi darah, pemakaian jarum suntik yang tercemar HIV, lewat cairan sperma dan cairan vagina (hubungan seks), dan lewat air susu ibu (ibu hamil yang HIV positif dan menyusui bayinya).
D
iam-diam namun pasti, penyakit AIDS telah menjelma menjadi ancaman yang makin nyata bagi masyarakat Indonesia. Perkembangannya yang terhitung sangat cepat dalam beberapa t a h u n t e r a k h i r, d i t a m b a h dengan pemahaman yang belum komprehensif di kalangan masyarakat tentang penyakit ini, menyebabkan upaya untuk mengatasinya harus berhadapan dengan berbagai kendala yang 12
cukup serius. Sejak ditemukan pertama kali di Bali tahun 1987, sampai September 2008 secara kumulatif terdapat 15.136 kasus AIDS dan 6.015 kasus HIV. Berarti dalam waktu 21 tahun kasus HIV/AIDS meningkat lebih 4.000 persen. Selama Juli – September 2008 saja kasus AIDS bertambah 2.450 kasus, yang dilaporkan dari 32 provinsi dan 214 kabupaten/kota di Indonesia. Itu sebabnya HIV/AIDS merupakan ancaman yang serius
Menurut Prof. dr. Tjandra Yoga Aditama, Sp. P (K), DTM&H, MARS, Pelaksana Tugas Dirjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) Departemen Kesehatan, cara penularan kasus AIDS dilaporkan melalui heteroseksual (47%), melalui pengguna Napza suntik/penasun (43%), dan homoseksual (4%). Usia penderita paling banyak ditemukan pada usia 20-29 tahun (51%), disusul penderita usia 30-39 tahun (29%), dan usia 40-49 tahun (8%). Jumlah penderita AIDS yang meninggal 3.197 orang (21,12.%). Itu sebabnya dalam memperingati Hari AIDS Sedunia tanggal 1 Desember 2008 ditetapkan tema ”Kepemimpinan”. Berdasarkan tema itu, sub tema yang ditetapkan Indonesia adalah ”Yang Muda Yang
LAPORAN UTAMA
Membuat Perubahan”. Salah satu ciri kepemimpinan adalah mampu menyiapkan kaderisasi kepada yang muda untuk menyiapkan kepemimpinan saat ini dan yang akan datang, sebagai bukti menanamkan cinta kasih kepada masyarakat dan lingkungan yang dipimpinnya.
angka nasional.
AIDS Berdasarkan penelusuran, diketahui ratio kasus AIDS antara laki-kali dan perempuan adalah 3,08:1. Dari 15.136 kasus, dilaporkan sebanyak 11.367 orang adalah lakilaki dan 3.684 adalah perempuan, dan 85 kasus tidak diketahui jenis kelaminnya.
Hasil estimasi populasi rawan tertular HIV pada tahun 2006 terbanyak ditemukan pada penasun (90.000 orang). Kelompok lain yang rawan tertular adalah pelanggan wanita pekerja seks/WPS (28.340 orang), masyarakat umum (27.470 orang), pasangan IDU (12.810 orang), lelaki suka lelaki/LSL (9.160 orang), wanita penjaja seks (8.910 orang), pasangan pelanggan WPS (5.200 orang), warga binaan pemasyarakatan/WBP (5.190 orang), waria (3.760 orang) dan pelanggan waria (2.230 orang). Populasi rawan HIV terbanyak ditemukan di DKI Jakarta (26.810), selanjutnya Papua (22.220), Jawa Barat (20.980), Jawa Timur (19.920), dan Sumatera Utara (11.840).
Sampai dengan 31 Maret 2008 insiden rate AIDS secara nasional mencapai 6,66 per 100.000 penduduk (berdasarkan data Badan Pusat Statistik tahun 2005, jumlah penduduk Indonesia sebanyak 227.132.350 jiwa). Dibandingkan dengan angka nasional, jumlah penderita di Papua mencapai 18,7 kali lipat lebih banyak, disusul DKI Jakarta 4,5 kali, Bali 3,7 kali, Kepulauan Riau 3,4 kali, dan Kalimantan Barat 2,7 kali
HIV Kasus terbanyak terdapat di Provinsi Papua (1.650), kemudian DKI Jakarta (1.181), Bali (968), Sumatera Utara (820), Jawa Barat (376), dan Sumatera Selatan (179).
mematikan ini. Obat yang ada Anti Retroviral Virus (ARV) hanyalah untuk menekan perkembangan virus. Pengobatan HIV/AIDS sangat mahal karena harus dilakukan seumur hidup. Karena itu, cara yang paling efektif adalah pencegahan yaitu menghindari hubungan seks di luar nikah, bagi kelompok risiko tinggi menggunakan kondom bila berhubungan seks, dan tidak menggunakan narkoba suntik. (smd)
Dia yang kehilangan kesehatan, kehilangan banyak. Dia yang kehilangan teman, kehilangan lebih banyak lagi. Tapi dia yang kehilangan semangat, kehilangan segalanya. - Cervantes -
Sampai saat ini belum ada vaksin maupun obat untuk penyakit
Jumlah kasus AIDS berdasarkan tahun pelaporan s.d 30 September 2008 No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10 11.
Tahun 1987 1988 1989 1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997
Jumlah 5 2 5 5 15 13 24 20 23 42 44
No. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. Jumlah
Tahun 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008
Jumlah 60 94 255 219 345 316 1.195 2.639 2.873 2.947 3.995 *) 15.136
Sumber : Ditjen P2PL Depkes. 13
LAPORAN UTAMA
PSK BATAM WAJIB PERIKSA KESEHATAN kumulatif penderita HIV/AIDS di Kota Batam sebanyak 998 orang, dimana 239 diantaranya telah mencapai tahap AIDS. “Program penanggulangan HIV/AIDS yang bertujuan menurunkan tingkat penularan telah berjalan di Batam dengan koordinasi Dinas Kesehatan dan dibantu beberapa LSM peduli AIDS dan didukung oleh para pengelola tempat hiburan malam, seperti lokalisasi Pusat Rehabilitasi Non Panti (PRSNP) Teluk Pandan,” jelas dr Mawardi.
Kepala Dinas Kesehatan Kota Batam dr. H. Mawardi Badar, MM
K
epala Dinas Kesehatan Kota Batam dr. H mawardi Badar, MM mengatakan bahwa, jalur utama penularan infeksi HIV yang terjadi di Kepulauan Riau, khususnya di Kota Batam ditularkan melalui hubungan seksual dan disinyalir terjadi di dunia prostitusi. upaya mencegah penularan HIV/AIDS di Kota Batam telah di dituangkan dalam Surat Keputusan Walikota Batam No. KPTS. 187/HK/V/2008, tentang Tim Pengawas Pelaksanaan Kewajiban Memeriksakan Secara Berkala Bagi Wanita Penjaja Seks dan Pemakaian Kondom. “Berbagai upaya telah dilakukan, salah satunya melalui 14
penggunaan kondom dikalangan populasi risiko tinggi. Upaya lain yaitu mewajibkan para PSK (Pekerja Seks Komersial) untuk melakukan pemeriksaan berkala terhadap risiko tertularnya IMS (Infeksi Menular Seksual) sekaligus HIV/AIDS”, papar dr. Mawardi ketika menerima ‘Mediakom’ di ruang kerjanya. Estimasi jumlah populasi rawan HIV di Kota Batam pada tahun 2005 menurut dr. Mawardi sebesar 56.750 orang. Mereka sebagian besar adalah laki-laki pelanggan PSK (Pekerja Seks Komersial) dan isteri dari pelanggan tersebut. Pada 1992 sampai dengan Maret 2008 jumlah
Sementara itu, sekitar 20 Mahasiswa Universitas Batam (Uniba) membagikan 1.000 bunga dan 500 stiker bertemakan persahabatan dengan orang pengidap HIV/AIDS (ODHA). Bunga dan stiker dibagikan kepada sejumlah pejalan kaki, pengendara mobil maupun sepeda motor yang melewati kawasan Simpang Jam Batam antara pukul 08.30 hingga 10.00 Senin (1/12). Hal tersebut dilakukan dalam rangka memperingati hari AIDS se-dunia yang diperingati tiap 1 Desember. Selain Mahasiswa Uniba, puluhan aktivis yang tergabung dalam Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Batam dalam waktu yang sama juga menggelar aksi serupa di Simpang Jam. Dalam aksinya mereka membagikan pita, kaset berisi pesan pesan bahaya HIV/AIDS dan bunga. Selain kegiatan tersebut KPA Batam bekerja sama dengan Yayasan Gaya Batam di tempat yang sama membagikan kondom.
LAPORAN UTAMA
pasien sudah dalam keadaan AIDS. Meskipun belum diketahui hasil laboratorium, secara klinis pasien sudah menunjukan indikasi AIDS ” ungkap dr. Francisca Tanzil Kepala Klinik VCT ketika ditemui ‘Mediakom’ di ruangannnya.
dr Fransica Tanzil, Kepala Klinik VCT RS Budi Kemuliaan sedang melakukan konseling dengan ODHA
Di tempat dan waktu yang sama, puluhan mahasiswa yang tergabung dalam Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI) Batam juga menggelar aksi serupa. Para mahasiswa itu justru menolak kondomisasi oleh pemerintah. Dari pesan-pesan yang dibawa para aktivis tertulis pesan, menolak seks bebas dan pembagian kondom kepada masyarakat. Pada kesempatan yang sama Batam Tourism Development Board (BTDB) dalam rangka peringatan Hari AIDS Se-dunia juga menggelar kampanye kesehatan di tiga titik di Batam dengan membawa pesan-pesan yang berguna bagi masyarakat mengenai HIV/AIDS. BTDB memanfaatkan momentum Hari AIDS se-dunia ini dengan memberikan informasi mengenai bahaya HIV/AIDS, bagaimana cara pencegahan dan hal-hal apa saja yang bisa mengakibatkan timbulnya virus tersebut. Sementara itu di Klinik Counseling and Testing (VCT) Etty (bukan nama sebenarnya) terkulai lemas diatas kursi roda saat menunggu
pemeriksaan dokter. Ibu Muda itu datang ke Rumah sakit Budi Kemuliaan dengan diantar oleh tukang ojek dengan membawa serta dua orang anaknya yang masih kecil-kecil tanpa ditemani suaminya yang bekerja sebagai buruh bangunan. Warga Batuampar ini tidak tahu persis penyakit apa yang dialaminya. Etty mengeluh selama dua bulan belakangan sering diare, berat badannya turun dengan drastis dari 70 kilogram menjadi 30 kilogram hal itu menjadikan tubuhnya tinggal tulang pembalut kulit. Selama itu dari gejala yang dialami Etty mengira dirinya hanya mengalami sakit diare biasa dan Iapun hanya mengkonsumsi obat yang dijual bebas. Karena tidak juga membaik, akhirnya Etty berobat ke RS Budi Kemuliaan. Melihat gejala klinis yang dialami Etty oleh dokter yang memeriksa dikirim ke VCT untuk konseling dan melakukan pemeriksaan lebih lanjut, untuk memastikan apakah yang bersangkutan mengidap virus HIV/ AIDS. “Kalau dari gejala yang dialami,
Dijelaskan dr Fransisca, secara kasat mata yang baru dinyatakan positif HIV tidak ada perbedaan dengan orang sehat. Hal itu berbeda pada kondisi pasien yang sudah pada tahap AIDS, gejalanya sangat mudah dikenali seperti, penurunan berat badan yang drastis, diare dan dibagian mulut terutama bagian lidah memutih. “Kalau pasien sudah ditemukan dalam kondisi positif AIDS, selain kondisi fisiknya memprihatinkan, proses penyembuhannya juga lebih sulit. Sehingga kemungkinan hidupnya juga lebih kecil,” jelas dr Fransisca yang biasa dipanggil dr Sisca itu. Karena alasan itu juga dr Sisca selalu menyarankan bagi yang berisiko terhadap HIV, hendaknya melakukan cek up secara rutin. Bahkan, bagi mereka yang merasa tidak berisiko juga bukan berarti bebas dari HIV. “Saat ini terjadi perubahan trend penderita. Selama ini HIV/AIDS identik dengan PSK & pelanggannya, homo seksual dan pengguna narkoba suntik. Tetapi sekarang virus HIV/ AIDS mulai menyentuh kalangan ibu rumah tangga dan anak yang baru dilahirkan”, papar dr. Sisca. Pasalnya tegas dr Sisca, saat ini penularan HIV rentan dialami bagi mereka yang suka berganti-ganti pasangan. PSK dan pelanggan merupakan kalangan yang berisiko tinggi terhadap HIV/AIDS. Tapi bagi mereka yang tidak pelanggan PSK tapi penganut seks bebas yang melakukan bukan dengan pasangan, keadaan seperti itu tetapnya juga memiliki risiko yang sama. “Meskipun bukan berhubungan dengan PSK, siapa yang menjamin teman kencan 15
LAPORAN UTAMA
mengenai faktor risiko serta apa yang harus dilakukan jika hasil testnya positif. “Lebih menyiapkan mental mereka saja, kalau akhirnya hasil tesnya positif. Karena tidak semua orang mengetahui mengenai virus ini, meskipun sebenarnya tidak perlu ditakuti secara berlebihan,” tutur dr. Sisca. Saat ini masyarakat Batam bisa melakukan konseling dan tes HIV di klinik VCT yang terdapat di paviliun Anyelir RS Budi Kemuliaan. Bagi yang positif HIV tidak harus mengkonsumsi obat, tergantung pada kondisinya saja. Bagi mereka yang sudah masuk ke dalam tahap AIDS pasien harus minum obat antiretroviral (ARV) secara teratur seumur hidupnya. Suasana kekeluargaan tercermin di VCT RS Budi Kemuliaan, dr. Sisca bersama balita yang lolos dari virus HIV/AIDS dari Ibunya.
bersih dan aman dari virus HIV,” tegas dr. Sisca. Jadi, lanjut dr Sisca saat ini siapa saja harus lebih waspada, tidak ada salahnya melakukan pengecekan dini, terutama saat hamil, minimal berusaha menghindari anak tertular HIV/AIDS. “Kalau diketahui lebih dini, penularan HIV pada anak yang masih dalam kandungan bisa dicegah ,” ungkapnya. Data kasus HIV di Provinsi Kepulauan Riau menduduki urutan ke-9 di seluruh Indonesia. Sementara data Dinas Kesehatan Kota Batam, tingkat kemungkinan kasus HIV diantaranya pekerja seks di Batam sebesar 12,5% artinya setiap ada 8 pekerja seks satu diantaranya menderita HIV. Sementara data kumulatif penderita HIV yang pernah didiagnosis di RS Budi Kemuliaan Batam hingga Oktober 2008 berjumlah 874 orang, 306 diantaranya telah masuk pada tahap AIDS dan 157 lainnya telah meninggal dunia. 16
Dari data tersebut 71% kasus terjadi akibat hubungan seks dengan lawan jenis. 11% penularan terjadi akibat penggunaan jarum suntik bersama pada para pengguna narkoba. 10% akibat hubungan seks sesama jenis dan 7% penularan dari ibu ke bayi. Selanjutnya dr. Sisca mengatakan bahwa, Batam sebagai daerah yang masyarakatnya terdiri dari para pendatang maka penderita HIV/AIDS juga bisa dilihat dari latar belakang budaya. Dari keseluruhan kasus HIV/AIDS urutan paling tinggi sebesar 18,4% adalah suku Jawa, urutan kedua 16,7% dari etnis Cina, urutan ke tiga 14,2% Sunda dan yang ke-empat suku Batak sebesar 13,6%. Hingga saat ini untuk mengetahui seseorang menderita HIV hanya dengan cara pemeriksaan darah tes anti-body HIV, diawali dengan konseling. Konseling ini diperlukan untuk memberikan gambaran tentang HIV/AIDS kepada pasien
Kalau HIV diketahui lebih dini, tidak harus konsumsi ARV, tapi penderita dapat mengubah gaya hidupnya, seperti menjaga asupan makanan, tidak merokok, istirahat dan pastikan tidak melakukan hubungan seks yang tidak aman yang dapat menularkn virus pada orang lain. (isti)
Kebanyakan dari kita tidak mensyukuri apa yang sudah kita miliki, malahan selalu menyesali apa yang belum kita dapat - SCHOPENHAUER -
LAPORAN UTAMA
‘Pelayanan Kesehatan Yang Komunikatif’ Para penari cilik dengan lincah menari menyambut kedatangan para tamu undangan yang menghadiri acara puncak peringatan genap 49 tahun Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Sanglah, yang kali ini mengambil tema Communicative Health Care. yang bermutu tersebut antara lain, memberikan pelayanan yang aman, berkualitas, terjangkau, efisien serta berkeadilan. Menurut Menkes, peningkatan mutu pelayanan rumah sakit sangat erat hubungannya dengan kepuasan pelanggan/pasien. Di era globalisasi perdagangan bebas telah mengakibatkan persaingan di bidang pelayanan kesehatan terutama bidang perumahsakitan sangat terasa pengaruhnya. Menjawab tantangan tersebut maka diperlukan intervensi internal dalam penyelenggaraan pelayanan kesehatan rumah sakit di Indonesia.
Dr. Bambang Giatno Rahardjo, MPH menyampaikan sambutan Menkes pada peringatan genap ke49 tahun RSUP Sanglah Bali
M
enteri Kesehatan, Dr. dr. Siti Fadilah Supari, Sp. JP(K) pada kesempatan itu menyampaikan apresiasi yang setinggi-tingginya kepada seluruh jajaran RSUP Sanglah yang pada Hari Ulang Tahun ke-49 mengangkat tema Communicative Health Care. Isu tersebut saat ini merupakan unsur penting dalam pelayanan kesehatan kepada masyarakat khususnya di rumah sakit. Karena proses pemberian pelayanan kesehatan yang komunkatif akan mewujudkan kepuasan pasien yang menjadi tuntutan masyarakat saat ini. Apresiasi Menkes tersebut disampaik an dalam sambutan yang dibacakan Kepala Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan (PP-SDM), dr Bambang Giatno
Rahardjo, MPH pada acara puncak peringatan hari jadi RSUP Sanglah, 30 Desember 2008 di Denpasar Bali. Menkes menegaskan bahwa, sebagai dampak dari hasil pembangunan kesehatan, telah terjadinya perubahan sosial budaya di lingkungan masyarakat. Saat ini masyarakat semakin kritis dan cenderung menuntut pelayanan kesehatan yang lebih bermutu, lebih baik dan lebih ramah. Untuk itu, salah satu prakondisi yang harus dipenuhi adalah meningkatnya mutu pelayanan kesehatan. Peningkatan mutu pelayanan rumah sakit tegas Menkes, termasuk yang menjadi prioritas utama. Rumah sakit hendaknya dapat mewujudkan pelayanan yang bermutu secara nyata. Tindakan nyata untuk mewujudkan pelayanan rumah sakit
Secara khusus tegas Menkes, tindakan yang perlu diwujudkan rumah sakit yaitu mencapai pelayanan kesehatan yang berkelas dunia. World class hospital tersebut bertujuan untuk meningkatkan daya saing pelayanan kesehatan Indonesia di kawasan Asia Tenggara maupun dunia. Disamping itu untuk menurunkan angka consumption abroad rakyat Indonesia dalam mencari pelayanan kesehatan serta untuk meningkatkan profesionalisme tenaga kesehatan di Indonesia. Untuk mencapai kualitas pelayanan rumah sakit berkelas dunia, Menkes menyatakan bahwa, terdapat enam dimensi yang saling terkait dan harus diperhatikan. Keenam dimensi tersebut antara lain, clinical effectiv eness, efficiency, staff orientation, responsive governance, safety dan patient centeredness. Bagian penting dari keterkaitan enam dimensi tersebut adalah kepuasan pelanggan. 17
LAPORAN UTAMA
Dalam kesempatan itu pula Menkes mengharapkan, agar kedepan RSUP Sanglah dapat menjadi salah satu rumah sakit pendidikan di Indonesia yang mampu menjadi rumah sakit berkelas dunia atau world class hospital. Mengingat RSUP Sanglah memiliki potensi sumberdaya kesehatan serta terletak di Provinsi Bali yang merupakan salah satu pintu gerbang tujuan wisatawan mancanegara ke Indonesia. Oleh karena itu kepada seluruh unsur pemberi pelayanan di rumah sakit agar dapat saling bekerja sama, bahu membahu dalam memberikan pelayanan yang terbaik dan selalu berada di garis terdepan dalam memberikan pelayanannya kepada seluruh lapisan masyarakat.
dokter spesialis sebanyak 215 orang terdiri dari 23 spesialis bedah, 25 spesialis anak, 22 spesialis k e b i d a n a n & penyak it kandungan, 13 spesialis saraf, 7 spesialis kulit & kelamin, 11 spesialis THT-KL, 7 spesialis mata, 4 spesialis gigi & mulut, 4 spesialis rehabilitasi medik, Dua orang perawat RSUP Sanglah Denpasar Bali sedang melakukan 1 3 s p e s i a l i s tindakan kepada pasien anastesi, 7 spesialis radiologi, 11 spesialis patologi klinik, 6 spesialis Kasur Air dan Penyangga Kepala patologi a n ato m i , 3 s p e s i a l i s Dalam kesempatan itu Direktur untuk Mencegah Decubitus. Utama Rumah Sakit Umum Pusat kedokteran kehakiman, 8 spesialis • Efektifitas Kegiatan Diskusi (RSUP) Sanglah, dr. Lanang M jiwa, 8 spesialis mikrobiologi klinik, Refleksi Kasus dalam Upaya Rudiartha melaporkan kepada 5 spesialis kardiologi & kedokteran Pengembangan Mutu Menkes mengenai permasalahan vaskuler, 7 spesialis ortopedi, 4 Keperawatan. yang dihadapi. Salah satu spesialis bedah saraf, 3 spesialis permasalahan itu, banyaknya urologi. Dalam kesempatan ini juga diberikan sumber daya manusia (SDM) yang penghargaan kepada karyawan akan memasuki masa pensiun tidak Selanjutnya dr. Lanang memaparkan terbaik di RSUP Sanglah yang berimbang dengan pengangkatan masalah lain yang sedang dihadapi tertuang dalam Surat Keputusan CPNS. Sementara jumlah peserta RSUP Sanglah yaitu, terbatasnya Direktur Utama Rumah sakit Umum didik dokter umum dan dokter biaya pemeliharaan peralatan Pusat Sanglah Denpasar Nomor spesialis terus meningkat. penunjang dari biaya pusat. : RSUP/SK-HK.00.06.D.23/10332 Dilaporkan bahawa, jumlah Disamping itu dikeluhkan juga, tentang Pemilihan Pegawai Teladan karyawan di RSUP Sanglah sebanyak belum ada pedoman KSO sebagai di Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah 2.454 0rang, terdiri dari tenaga dasar fleksibilitas rumah sakit (BLU) Denpasar Tahun 2008. Penghargaan medis, tenaga perawatan, tenaga dalam pengadaan alat kesehatan itu dari juara 1 sampai 3 secara non keperawatan, serta tenaga non dan pelayanan. berturut-turut kepada DR.dr. Made medis. Masing-masing berjumlah Wiryana, Sp An KIC, Prof DR dr AA 298, 1.005, 282 dan 869. Jumlah Beberapa penghargaan yang raka Sudewi, Sp S(K), Dr. AAN Jaya diperoleh pada Kusuma, Sp OG(K) dari kelompok 2008 Hospital dokter. Sedangkan kelompok I n o v a t i o n perawat yaitu, Ni Luh made Yudiani, Award yang AMK, Ketut Suardana, AMK, Putu Adi diselenggarakan Mediawati. (isti) PERSI (Persatuan Rumah Sakit Indonesia) diantaranya, sebagai juara Meskipun anda pertama dalam : sudah berada di • Medication Error dalam tempat yang tepat, Dispensing Obat Penerapan. namun anda akan • Pe n e ra p a n tergilas bila hanya Sistem Green Code pada Gawat berdiam diri. Janin. Para teladan menerima penghargaan dari Direktur Utama RSUP Sanglah • Efektifitas Denpasar Bali, dr. Lanang M Rudiartha -Will RogersPenggunaan 18
BERITA
HASIL RISKESDAS 2007 dasar dan indikator kesehatan. Indikator yang dihasilkan antara lain meliputi status kesehatan dan faktor penentu kesehatan yang bertumpu pada konsep Henrik Blum, merepresentasikan gambaran wilayah nasional, provinsi dan kabupaten/kota. Menurut dr. Triono, pertanyaan yang menjadi dasar pengembangan Riskesdas 2007 adalah: 1. Bagaimana status kesehatan dan faktor penentu kesehatan, baik di tingkat nasional, provinsi dan kabupaten/kota; 2. Bagaimana hubungan antara kemiskinan dan kesehatan; dan 3. Apakah terdapat masalah kesehatan yang spesifik? Menteri Kesehatan Dr. Siti Fadilah Supari menyerahkan hasil Riskesdas 2007 kepada peserta Simposium Nasional IV Hasil Riskesdas.
H
ingga kini belum tersedia data berbasis populasi yang memadai untuk perencanaan pembangunan sampai tingkat kabupaten/kota. Untuk itu, Balitbangkes Depkes menyelenggarakan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007. Riskesdas adalah kegiatan riset yang diarahkan untuk mengetahui gambaran kesehatan dasar penduduk termasuk biomedis yang dilaksanakan dengan cara survey rumah tangga di seluruh wilayah kabupaten/kota secara serentak dan periodik, kata dr. Triono Soendoro, Ph. D dalam jumpa pers usai Simposium IV Hasil Riskesdas 2007 di Jakarta tanggal 2 Desember 2008. Menurut dr. Triono, dalam Riskesdas 2007 berhasil dikumpulkan sebanyak 258.366 sampel rumah tangga dan 987.205 sampel anggota rumah tangga untuk pengukuran berbagai variabel kesehatan masyarakat. Riskesdas 2007 juga mengumpulkan 36.357 sampel untuk pengukuran
berbagai variabel biomedik dari anggota rumah tangga yang berumur lebih dari 1 tahun yang bertempat tinggal di desa/kelurahan dengan klasifikasi perkotaan. Khusus untuk pengukuran gula darah, berhasil dikumpulkan sebanyak 19.114 sampel yang diambil dari anggota rumah tangga berusia lebih dari 15 tahun. Untuk tes cepat yodium, berhasil dilakukan pengukuran pada 257.065 sampel rumah tangga. Sedangkan untuk pengukuran yodium di dalam urin, berhasil dilakukan pengukuran pada 8.473 sampel anak berumur 6-12 tahun yang tinggal di 30 kabupaten/ kota dengan berbagai kategori tingkat konsumsi yodium, ujar dr. Triono. Riskesdas, lanjut dr. Triono, merupakan salah satu perwujudan 4 grand strategy Depkes, yaitu berfungsinya sistem informasi kesehatan yang evidence-based melalui pengumpulan data
Untuk menjawab ketiga pertanyaan tersebut, ujar dr. Triono, dirumuskan tujuan Riskesdas antara lain penyediaan data dasar status kesehatan dan faktor penentu kesehatan, baik di tingkat rumah tangga maupun tingkat individual, dengan ruang lingkup : 1. Status gizi; 2. Akses dan pemanfaatan pelayanan kesehatan; 3. Sanitasi lingkungan; 4. Konsumsi makanan; 5. Penyakit menular, penyakit tidak menular dan riwayat penyakit keturunan; 6. Ketanggapan pelayanan kesehatan; 7. Pengetahuan, sikap dan perilaku; 8. Disabilitas; 9. Kesehatan mental; 10. Imunisasi dan pemantauan pertumbuhan; 11. Kesehatan bayi; 12. Pengukuran anthropometri, tekanan darah, /ingkar perut dan lingkar lengan atas; 13. Pengukuran biomedis; 14. Pemeriksaan visus; 15. Pemeriksaan gigi; 16. Berbagai autopsiverbal peristiwa kematian; dan 17. Mortalitas. Dr. Triono menyatakan, disain Riskesdas 2007 merupakan survei cross sectional yang bersifat deskriptif. Populasi dalam Riskesdas 2007 adalah seluruh rumah tangga di 19
BERITA
seluruh pelosok Republik Indonesia. Sam- pel rumah tangga dan anggota rumah tangga dalam Riskesdas 2007 dirancang identik dengan daftar sampel rumah tangga dan anggota rumah tangga Susenas 2007. Berbagai ukuran sampling error termasuk didalamnya standard error, relative standard error, confidence interval, design effect dan jumlah sampel tertimbang menyertai setiap estimasi variabel. Dr. Triono mengakui adanya keterbatasan Riskesdas, mencakup non-random error antara lain: pembentukan kabupaten baru, blok sensus tidak terjangkau, rumah tangga tidak dijumpai, periode waktu pengumpulan data yang berbeda, estimasi tingkat kabupaten tidak bisa berlaku untuk semua indikator, dan data biomedis yang hanya mewakili blok sensus perkotaan. Khusus untuk lima provinsi (Papua, Papua Barat, Maluku, Maluku Utara dan NTT) baru dilaksanakan pada bulan Agustus-September 2008, sementara 28 provinsi lainnya telah selesai dilaksanakan pada tahun 2007. Menurut dr. Triono, hasil Riskesdas ini sangat bermanfaat sebagai asupan dalam pengembangan kebijakan dan perencanaan program kesehatan. Dengan 900 variabel, maka hasil Riskesdas 2007 telah dan dapat digunakan antara lain untuk pengembangan riset dan analisis lanjut, pengembangan nilai standar baru berbagai indikator kesehatan, penelusuran hubungan kausalefek, dan pemodelan statistik. Selengkapnya hasil Riskesdas sebagai berikut : Status Gizi Balita • Prevalensi nasional Gizi Buruk pada Balita adalah 5,4%, dan Gizi Kurang pada Balita adalah 13,0%. Keduanya menunjukkan bahwa baik target Rencana Pembangunan Jangka Menengah untuk pencapaian program perbaikan gizi (20%), maupun target Millenium Development Goals pada 2015 20
Petugas RISKESDAS sedang melakukan pemeriksaan tekanan darah pada seorang responden (dok. Litbang)
•
(18,5%) telah tercapai pada 2007. Namun demikian, sebanyak 19 provinsi mempunyai prevalensi Gizi Buruk dan Gizi Kurang diatas prevalensi nasional, yaitu Nanggroe Aceh Darussalam, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, Jambi, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Gorontalo, Sulawesi Barat, Maluku, Maluku Utara, Papua Barat dan Papua. Secara nasional, 10 kabupaten/ kota dengan prevalensi Gizi Buruk dan Gizi Kurang pada Balita tertinggi berturut-turut adalah Aceh Tenggara (48,7%), Rote Ndao (40,8%), Kepulauan Aru (40,2%), Timor Tengah Selatan (40,2%), Simeulue (39,7%), Aceh Barat Daya (39,1%), Mamuju Utara (39,1%), Tapanuli Utara (38,3%), Kupang (38,0%), dan Buru (37,6%). Sedangkan 10 kabupaten/kota dengan prevalensi Gizi Buruk dan Gizi Kurang pada Balita terendah adalah Kota Tomohon (4,8%), Minahasa (6,0%), Kota Madiun (6,8%), Gianyar (6,8%), Tabanan (7,1%), Bantul (7,4%), Badung (7,5%), Kota Magelang (8,2%), Kota Jakarta Selatan (8,3%), dan
•
•
•
Bondowoso (8,7%). Prevalensi nasional Gizi Lebih Pada Balita adalah 4,3%. Sebanyak 15 provinsi mempunyai prevalensi Gizi Lebih Pada Balita diatas prevalensi nasional, yaitu Sumatera Utara, Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Bengkulu, Bangka Belitung, Kepulauan Riau, DKI Jakarta, Jawa Timur, Bali, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Sulawesi Selatan, Maluku dan Papua. Secara bersama-sama, prevalensi nasional Balita Pendek dan Balita Sangat Pendek (stunting) adalah 36,8%. Sebanyak 17 provinsi mempunyai prevalensi Balita Pendek dan Balita Sangat Pendek di atas prevalensi nasional, yaitu DI Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Lampung, Banten, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Gorontalo, Sulawesi Barat, Maluku, Maluku Utara, dan Papua Barat. Secara nasional, 10 kabupaten/ kota dengan prevalensi Balita Pendek dan Sangat Pendek tertinggi adalah Seram Bagian Timur (67,4%), Nias Selatan (67,1), Aceh Tenggara (66,8%),
BERITA
•
Petugas RISKESDAS sedang melakukan pemeriksaan pada seorang responden (dok.Litbang)
•
•
Simeulue (63,9%), Tapanuli Utara (61,2%), Aceh Barat Daya (60,9%), Sorong Selatan (60,6%), Timor Tengah Utara (59,7%), , Gayo Lues (59,7), dan Kapuas Hulu (59,0%). Sedangkan 10 kabupaten/kota yang mempunyai prevalensi Balita Pendek dan Sangat Pendek terendah adalah Sarmi (16,7%), Wajo (18,6%), Kota Mojokerto (19,0%), Kota Tanjung Pinang (19,3%), Kota Batam ( 20,2%), Kampar (20,4%), Kota Jakarta Selatan (20,9%), Kota Madiun (21,0%), Kota Bekasi (21,5%), dan Luwu Timur (21,7%). Prevalensi nasional Balita Kurus adalah 7,4% (wasting-serius) dan Balita Sangat Kurus adalah 6,2% (wasting-kritis). Sebanyak 25 provinsi mempunyai prevalensi Balita Kurus diatas prevalensi nasional, yaitu DI Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Kepulauan Riau, DKI Jakarta, Jawa Timur, Banten, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan,
•
•
Sulawesi Tenggara, Gorontalo, Sulawesi Barat, Maluku, Maluku Utara, Papua Barat, dan Papua. Sebanyak 21 provinsi mempunyai prevalensi Balita Sangat Kurus diatas prevalensi nasional, yaitu DI Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Bengkulu, Lampung, DKI Jakarta, Banten, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Sulawesi Tengah, Gorontalo, Sulawesi Barat, Maluku, dan Papua Barat. Secara nasional, 10 kabupaten/ kota dengan prevalensi Balita Sangat Kurus dan Kurus tertinggi adalah Solok Selatan (41,5%), Seruyan (41,1%), Manggarai (33,3%), Tapanuli Selatan (31,9%), Seram Bagian Barat (31,0%), Asmat (30,9%), Buru ( 30,3%), Nagan Raya (30,1%), dan Aceh Utara (29,9%). Sedangkan 10 kabupaten/kota dengan prevalensi Balita Sangat Kurus dan Kurus terendah adalah Minahasa (0%), Kota Tomohon (2,6%), Kota Sukabumi (3,3%), Kota Bogor (4,0%), Bandung
(4,6%), Kota Salatiga (4,9%), Kota Magelang (5,2%), Cianjur (5,4%), dan Bangka (5,6%). Prevalensi nasional Balita Gemuk adalah 12,2%. Sebanyak 18 provinsi mempunyai Balita Gemuk diatas prevalensi nasional, yaitu DI Aceh, Sumatera Utara, Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Bengkulu, Lampung, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Banten, Bali, Nusa Tenggara Barat, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Sulawesi Barat, Maluku, dan Maluku Utara.
Status Gizi Penduduk Umur 6-14 Tahun (Usia Sekolah) • Prevalensi nasional Anak Usia Sekolah Kurus (laki-laki) adalah 13,3%, sedangkan prevalensi nasional Anak Usia Sekolah Kurus (Perempuan) adalah 10,9%. • Sebanyak 16 provinsi mempunyai prevalensi Anak Usia Sekolah Kurus (laki-laki) diatas prevalensi nasional, yaitu DI Aceh, Sumatera Barat, Riau, Jambi, Sumatera Selatan, DKI Jakarta, Jawa Tengah, Banten, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, dan Maluku. • Sebanyak 19 provinsi mempunyai prevalensi Anak Usia Sekolah Kurus (Perempuan) diatas prevalensi nasional, yaitu DI Aceh, Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Lampung, Kepulauan Riau, DKI Jakarta, Jawa Tengah, Banten, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Barat, dan Maluku. • Prevalensi nasional Anak Usia Sekolah Gemuk (Laki-laki) adalah 9,5%, sedangkan prevalensi nasional Anak Usia Sekolah Gemuk (Perempuan) adalah 6,4%. • Sebanyak 16 provinsi mempunyai prevalensi Anak Usia Sekolah Gemuk (Laki21
BERITA
•
laki) diatas prevalensi nasional, yaitu DI Aceh, Sumatera Utara, Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Bengkulu, Lampung, Bangka Belitung, Kepulauan Riau, DKI Jakarta, Jawa Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Maluku Utara, dan Papua. Sebanyak 17 provinsi mempunyai prevalensi Anak Usia Sekolah Gemuk (Perempuan) diatas prevalensi nasional, yaitu DI Aceh, Sumatera Utara, Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Bengkulu, Lampung, Bangka Belitung, Kepulauan Riau, DKI Jakarta, Jawa Timur, Bali, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Sulawesi Utara, Maluku, dan Papua.
Status Gizi Penduduk Umur ≥ 15 Tahun • Prevalensi nasional Obesitas Umum Pada Penduduk Umur ≥ 15 Tahun adalah 10,3%. Sebanyak 12 provinsi mempunyai prevalensi Obesitas Umum Pada Penduduk Umur ≥ 15 Tahun diatas prevalensi nasional, yaitu Bangka Belitung, Kepulauan Riau, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Timur, Kalimantan Timur, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Gorontalo, Maluku Utara, Papua Barat, dan Papua. • Berdasarkan perbedaan menurut jenis kelamin menunjukkan, bahwa prevalensi nasional Obesitas Umum Pada Laki-Laki Umur ≥ 15 Tahun adalah 13,9%, sedangkan prevalensi nasional Obesitas Umum Pada Perempuan Umur ≥ 15 Tahun adalah 23,8%. • Prevalensi nasional Obesitas Sentral Pada Penduduk Umur ≥ 15 Tahun adalah 18,8%. Sebanyak 17 provinsi mempunyai prevalensi Obesitas Sentral Pada Penduduk Umur ≥ 15 Tahun diatas prevalensi nasional, yaitu Sumatera Utara, Bengkulu, Bangka Belitung, Kepulauan Riau, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Timur, Banten, Bali, Kalimantan Timur, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Gorontalo, Maluku 22
Utara, Papua Barat, dan Papua. Status gizi Wanita Usia Subur 15-45 tahun Prevalensi nasional Kurang Energi Kronis Pada Wanita Usia Subur (berdasarkan LILA yang disesuaikan dengan umur) adalah 13,6%. Sebanyak 10 provinsi mempunyai prevalensi Kurang Energi Kronis Pada Wanita Usia Subur diatas prevalensi nasional, yaitu DKI Jakarta, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Selatan, Sulawesi Tenggara, Maluku, Papua Barat, dan Papua. Konsumsi Energi dan Protein • Rerata nasional Konsumsi Energi per Kapita per Hari adalah 1.735,5 kkal. Sebanyak 21 provinsi mempunyai rerata Konsumsi Energi per Kapita per Hari dibawah rerata nasional, yaitu Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Bengkulu, Lampung, Kepulauan Riau, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Banten, Bali, Nusa Tenggara Barat, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan, Gorontalo, dan Sulawesi
•
Barat. Rerata nasional Konsumsi Protein per Kapita per Hari adalah 55,5 gram. Sebanyak 16 provinsi mempunyai rerata konsumsi Protein per Kapita per Hari dibawah rerata nasional, yaitu Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Bengkulu, Lampung, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Banten, Bali, Nusa Tenggara Barat, Kalimantan Selatan, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Gorontalo, dan Sulawesi Barat.
Konsumsi garam beriodium • Secara nasional, sebanyak 62,3% rumah tangga Indonesia mempunyai garam cukup iodium. Sebanyak 6 provinsi telah mencapai target Universal Salt Iodization 2010 (90%), yaitu Sumatera Barat, Jambi, Sumatera Selatan, Kepulauan Bangka Belitung, Gorontalo dan Papua Barat. • Dari sampel 30 kabupaten/kota, ternyata persentase rumah tangga yang menggunakan garam dengan kandungan yodium sesuai Standar Nasional Indonesia (30-80 ppm KIO3) adalah 24,5%.
Petugas RISKESDAS sedang melakukan pemeriksaan lingkar lengan atas kepada responden (dok. Litbang)
BERITA
•
Petugas RISKESDAS sedang melakukan pemeriksaan pada seorang responden (dok.Litbang)
•
Secara nasional, 10 kabupaten/ kota dengan persentase rumah tangga yang menggunakan garam dengan kandungan yodium sesuai Standar Nasional Indonesia terendah adalah Pidie (1,4%), Bireuen (5,5%), Seram Bagian Timur (10,0%), Rote Ndao (11,1%), Jeneponto (11,3%), Dompu (11,5%), Flores Timur (11,7%), Tabanan (11,9%), Aceh Utara (12,1%), dan Bima (12,5%). Sedangkan 10 kabupaten/kota dengan persentase rumah tangga yang menggunakan garam dengan kandungan yodium sesuai Standar Nasional Indonesia tertinggi adalah Nagan Raya (100%), Siak (100%), Kepualauan Mentawai (100%), Merangin (100%), Waropen (100%), Tolikara (100%), Bangka (100%), Karo (99,8%), Musi Banyuasin (99,8%), dan Rokan Hulu (99,8%).
Status Imunisasi • Persentase nasional Imunisasi BCG Pada Anak Umur 12-23 Bulan adalah 86,9%. Sebanyak 14 provinsi mempunyai persentase Imunisasi BCG Pada Anak Umur 12-23 Bulan dibawah persentase nasional, yaitu Nanggroe Aceh
•
•
Darussalam, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Jambi, Bangka Belitung, Banten, Nusa Tenggara T i m u r, K a l i m a n t a n B a r a t , Kalimantan Tengah, Sulawesi Barat, Maluku, Maluku Utara, Papua Barat dan Papua. Persentase nasional Imunisasi Polio 3 Pada Anak Umur 12-23 Bulan adalah 71,0%. Sebanyak 17 provinsi mempunyai persentase Imunisasi Polio 3 Pada Anak Umur 12-23 Bulan dibawah persentase nasional, yaitu Nangroe Aceh Darussalam, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Bangka Belitung, Jawa Barat, Banten, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Gorontalo, Sulawesi Barat, Maluku, Maluku Utara, Papua Barat dan Papua. Persentase nasional Imunisasi DPT 3 Pada Anak Umur 12-23 Bulan adalah 67,7%. Sebanyak 17 provinsi mempunyai persentase Imunisasi DPT 3 Pada Anak Umur 12-23 Bulan dibawah persentase nasional, yaitu Nanggroe Aceh Darussalam, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Jawa Barat, Banten, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur,
•
•
Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Gorontalo, Sulawesi Barat, Maluku, Papua Barat dan Papua. Persentase nasional Imunisasi HB 3 Pada Anak Umur 12-23 Bulan adalah 62,8%. Sebanyak 17 provinsi mempunyai persentase Imunisasi HB 3 Pada Anak Umur 12-23 Bulan dibawah persentase nasional, yaitu Nanggroe Aceh Darussalam, Sumatera Utara, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Timur, Banten, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Gorontalo, dan Sulawesi Barat, Maluku, Papua Barat dan Papua. Persentase nasional Imunisasi Campak Pada Anak Umur 12-23 Bulan adalah 81,6%. Sebanyak 13 provinsi mempunyai persentase Imunisasi Campak Pada Anak Umur 12-23 Bulan dibawah persentase nasional, yaitu Nanggroe Aceh Darussalam, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Jambi, Bangka Belitung, Jawa Barat, Banten, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Sulawesi Barat, Maluku, Papua Barat dan Papua. Secara nasional, 10 kabupaten/ kota dengan persentase Imunisasi Lengkap terendah adalah Waropen (0%), Tolikara (0%), Paniai (0%), Puncak Jaya (0%), Yahukimo (0%), Gayo Lues (1,8%), Pegunungan Bintang (2,3%), Nias Selatan (4,2%), Asmat (4,6%), dan Jayawijaya (4,7%). Sedangkan 10 kabupaten/kota dengan persentase Imunisasi Lengkap tertinggi adalah Gianyar (93,0%), Keerom (86,1%), Grobogan (85,7%), Kota Bontang (81,6%), Badung (81,5%), Wonogiri (80,0%), Kota Metro (80,0%), Berau (79,1%), Malinau (78,6%), dan Wonosobo (78,5%).
Pemantauan Pertumbuhan Balita • Persentase nasional Balita Yang Ditimbang ≥ 4 Kali Selama 6 Bulan Terakhir adalah 45,4%. 23
BERITA
Sebanyak 19 provinsi mempunyai persentase BalitaYang Ditimbang ≥ 4 Kali Selama 6 Bulan Terakhir dibawah persentase nasional, yaitu Sumatera Utara, Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Bengkulu, Lampung, Bangka Belitung, Kepulauan Riau, Banten, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Barat, Maluku, Papua Barat dan Papua. •
Secara nasional, 10 kabupaten/ kota yang mempunyai persentase Balita Yang Ditimbang Rutin terendah adalah Maros (0,5%), Sidenreng Rappang (0,7%), Bone (1,3%), Pinrang (1,3%), Gowa (1,4%), Bantaeng (1,9%), Jeneponto (1,9%), Takalar (2,0%), Pangkajene Kepulauan (2,6%), dan Wajo (2,7%). Sedangkan 10 kabupaten/kota yang mempunyai persentase Balita Yang Ditimbang Rutin tertinggi adalah Kepulauan Seribu (100,0%), Raja Ampat (96,3%), Lembata (93,9%), Keerom (88,1%), Sikka (86,2%), Flores Timur ( 85,9%), Wonogiri (84,8%), Timor Tengah Utara (84,0%), Karanganyar (83,7%), dan Gunung Kidul (83,0%).
Distribusi Kapsul Vitamin A • Persentase nasional Anak Umur 6-59 Bulan Yang Menerima Kapsul Vitamin A adalah 71,5%. Sebanyak 15 provinsi mempunyai persentase Anak Umur 6-59 Bulan Yang Menerima Kapsul Vitamin A dibawah persentase nasional, yaitu Sumatera Utara, Riau, Sumatera Selatan, Bengkulu, Lampung, Bangka Belitung, Kepulauan Riau, Kalimantan Tengah, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Barat, Maluku, Maluku Utara, Papua Barat dan Papua. • Secara nasional, 10 kabupaten/ kota yang mempunyai persentase Anak Umur 6-59 Bulan Yang Menerima Kapsul Vitamin A terendah adalah Yahukimo (5,3%), Paniai (16,5%), 24
Buru (23,6%), Mamasa (26,4%), Kepulauan Sula (26,9%), Tolikara ( 28,0%), Kapuas (32,8%), Labuhan Batu (34,9%), Dairi ( 35,8%), dan Mandailing Natal (36,2%). Sedangkan 10 kabupaten/kota dengan persentase Anak Umur 6-59 Bulan Yang Menerima Kapsul Vitamin A tertinggi adalah Landak (92,0%), Kulon Progo (92,4%), Sumedang (92,6%), Bintan (93,0%), Temanggung (93,3%), Kota Surakarta (93,8%), Semarang (94,0%), Keerom (94,9%), Sabang (96,8%), dan Kepulauan Seribu (100,0%). Cakupan Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak • Persentase nasional Bayi Berat Lahir Rendah (< 2.500 gram) adalah 11,5%. Sebanyak 16 provinsi mempunyai persentase Bayi Berat Lahir Lahir Rendah diatas persentase nasional, yaitu Sumatera Selatan, Bangka Belitung, Jawa Barat, DI Yogyakarta, Banten, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Maluku, Maluku Utara, Papua Barat dan Papua. • Tempat Melahirkan di Provinsi Nusa Tenggara Timur, Maluku, Maluku Utara, Papua Barat dan Papua • Persentase tempat melahirkan tertinggi di provinsi Nusa Tenggara Timur, Maluku, Maluku Utara, Papua Barat dan Papua adalah di rumah (berkisar antara 65,4% - 85,1%). Hanya sebagian kecil ibu di 5 provinsi ini memilih tempat melahirkan di polindes/ poskesdes (berkisar antara 0,5% - 3,5%). Penyakit Menular – Ditularkan Vektor • Prevalensi nasional Filariasis (berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan dan keluhan responden) adalah 0,11%. Sebanyak 8 provinsi mempunyai prevalensi Filariasis diatas prevalensi nasional, yaitu Nangroe Aceh Darussalam,
•
•
Kepulauan Riau, DKI Jakarta, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Tengah, Gorontalo, Papua Barat dan Papua. Prevalensi nasional Demam Berdarah Dengue (berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan dan keluhan responden) adalah 0,62%. Sebanyak 12 provinsi mempunyai prevalensi Demam Berdarah Dengue diatas prevalensi nasional, yaitu Nanggroe Aceh Darussalam, Riau, Bengkulu, DKI Jakarta, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Barat, Maluku Utara, Papua Barat dan Papua. Prevalensi nasional Malaria (berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan dan keluhan responden) adalah 2,85%. Sebanyak 15 provinsi mempunyai prevalensi Malaria diatas prevalensi nasional, yaitu Nanggroe Aceh Darussalam, Sumatera Utara, Jambi, Bengkulu, Bangka Belitung, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Sulawesi Tengah, Gorontalo, Maluku, Maluku Utara, Papua Barat, dan Papua.
Penyakit Menular – Ditularkan Melalui Udara • Prevalensi nasional Infeksi Saluran Pernafasan Akut (berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan dan keluhan responden) adalah 25,50%. Sebanyak 16 provinsi mempunyai prevalensi Infeksi Saluran Pernafasan Akut diatas prevalensi nasional, yaitu Nanggroe Aceh Darussalam, Sumatera Barat, Bangkulu, Bangka Belitung, Kepulauan Riau, Jawa Tengah, Banten, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Sulawesi Tengah, Gorontalo, Maluku, Papua Barat, dan Papua. •
Secara nasional, 10 kabupaten/ kota dengan prevalensi Infeksi Saluran Pernafasan Akut tertinggi adalah Kaimana (63,8%), Manggarai Barat
BERITA
•
•
•
(63,7%), Lembata (62,0%), Manggarai (61,1%), Pegunungan Bintang (59,5%), Ngada (58,6%), Sorong Selatan (56,5%), Sikka (55,8%), Raja Ampat (55,8%), dan Puncak Jaya (56,7%). Sedangkan 10 kabupaten/kota dengan prevalensi Infeksi Saluran Pernafasan Akut terendah adalah Seram Bagian Barat (3,9%), Kota Denpasar (4,1%), Kota Binjai (5,4%), Pulang Pisau (6,3%), Ogan Komering Ulu (6,3%), Kota Palembang (6,8%), Kota Pagar Alam (7,1%), Langkat (7,7%), Kota Pasuruan (8.0%), dan Pontianak (8,6%). Prevalensi nasional Pnemonia (berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan dan keluhan responden) adalah 2,13%. Sebanyak 14 provinsi mempunyai prevalensi Pnemonia diatas prevalensi nasional, yaitu Nanggroe Aceh Darussalam, Sumatera Barat, Jawa Barat, Banten, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Selatan, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Gorontalo, Maluku Utara, Papua Barat, dan Papua. Prevalensi nasional Tuberkulosis Paru (berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan dan keluhan responden) adalah 0,99%. Sebanyak 17 provinsi mempunyai prevalensi Tuberkulosis Paru diatas prevalensi nasional, yaitu Nanggroe Aceh Darussalam, Sumatera Barat, Riau, DKI Jakarta, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Banten, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Gorontalo, Papua Barat, dan Papua. Prevalensi nasional Campak (berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan dan keluhan responden) adalah 1,18%. Sebanyak 13 provinsi mempunyai prevalensi Campak diatas prevalensi nasional, yaitu Nanggroe Aceh Darussalam, Sumatera Barat, Riau, Jambi, DKI Jakarta, Banten, Nusa Tenggara
Barat, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Gorontalo, Papua Barat dan Papua. Penyakit Menular – Ditularkan Melalui Makanan dan Minuman • Prevalensi nasional Tifoid (berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan dan keluhan responden) adalah 1,60%. Sebanyak .. provinsi mempunyai prevalensi Tifoid diatas prevalensi nasional, yaitu Nanggroe Aceh Darussalam, Bengkulu, Jawa Barat, Jawa Tengah, Banten, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Selatan, Kalimantan T i m u r , Sulawesi Te n g a h , Sulawesi Selatan,
responden) adalah 9,00%. Sebanyak 14 provinsi mempunyai prevalensi Diare diatas prevalensi nasional, yaitu Nanggroe Aceh Darussalam, Sumatera Barat, Riau, Jawa Barat, Jawa Tengah, Banten, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Selatan, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Gorontalo, Papua Barat dan Papua. Penyakit Tidak Menular • Prevalensi nasional Sendi adalah 3 0 , 3 %
Penyakit
Petugas RISKESDAS sedang melakukan pemeriksaan pada seorang responden (dok.Litbang)
•
•
Gorontalo, Papua Barat dan Papua. Prevalensi nasional Hepatitis (berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan dan keluhan responden) adalah 0,60%. Sebanyak 13 provinsi mempunyai prevalensi Hepatitis diatas prevalensi nasional, yaitu Nanggroe Aceh Darussalam, Sumatera Barat, Riau, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Gorontalo, Maluku Utara, Papua Barat dan Papua. Prevalensi nasional Diare (berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan dan keluhan
•
(berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan dan gejala). Sebanyak 11 provinsi mempunyai prevalensi Penyakit Sendi diatas persentase nasional, yaitu Nanggroe Aceh Darussalam, Sumatera Barat, Bengkulu, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Selatan, dan Papua Barat. Secara nasional, 10 kabupaten/ kota dengan prevalensi Penyakit Sendi tertinggi adalah Sampang (57,5%), Lembata (57,5%), Tasikmalaya (56,4%), Cianjur (56,1%), Garut (55,8%), Sumedang (55,2%), Manggarai (54,7%), Tolikara (53,1%), Majalengka (51,9%), dan Jeneponto (51,9%). 25
BERITA
•
•
•
26
Sedangkan 10 kabupaten / kota dengan prevalensi Penyakit Sendi terendah adalahYakuhimo (0,1%), Ogan Komering Ulu (8,7%), Siak (9,9%), Kota Binjai (10,5%), Ogan Komering Ulu Timur (10,7%), Karo (11,6%), Barito Timur (11,9%), Kota Payakumbuh (11,9%), Kota Makassar (12,0%). Prevalensi nasional Hipertensi Pada Penduduk Umur > 18 Tahun adalah sebesar 29,8% (berdasarkan pengukuran). Sebanyak 10 provinsi mempunyai prevalensi Hipertensi Pada Penduduk Umur > 18 Tahun diatas prevalensi nasional, yaitu Riau, Bangka Belitung, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Sulawesi Tengah, dan Sulawesi Barat. Secara nasional, 10 kabupaten/ kota dengan prevalensi Hipertensi Pada Penduduk Umur > 18 Tahun tertinggi adalah Natuna (53,3%), Mamasa (50,6%), Katingan (49,6%), Wonogiri (49,5%), Hulu Sungai Selatan (48,2%), Rokan Hilir (47,7%), Kuantan Senggigi (46,3%), Bener Meriah (46,1%), Tapin (46,1%), dan Kota Salatiga (45,2%). Sedangkan 10 kabupaten/kota yang mempunyai prevalensi Hipertensi Pada Penduduk Umur > 18 Tahun terendah adalah Jayawijaya (6,8%), Teluk Wondama (9,4%), Bengkulu Selatan (11,0%), Kepulauan Mentawai (11,1%), Tolikara (12,5%), Yahukimo (13,6%), Pegunungan Bintang (13,9%), Seluma (14,6%), Sarmi (14,6%), dan Tulang Bawang (15,9%). Prevalensi nasional Stroke adalah 0,8% (berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan dan gejala). Sebanyak 11 provinsi mempunyai prevalensi Strokee diatas prevalensi nasional, yaitu Nanggroe Aceh Darussalam, Sumatera Barat, Kepulauan Riau, DKI Jakarta, Jawa Barat, Nusa Tenggara Barat, Kalimantan Selatan, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Gorontalo, dan Papua
Petugas RISKESDAS sedang melakukan permeiksaan pada seorang responden (dok.Litbang)
•
•
•
Barat. Prevalensi nasional Penyakit Asma adalah 4,0% (berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan dan gejala). Sebanyak 9 provinsi mempunyai prevalensi Penyakit Asma diatas prevalensi nasional, yaitu Nanggroe Aceh Darussalam, Jawa Barat, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Selatan, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Gorontalo, dan Papua Barat. Secara nasional, 10 kabupaten/ kota dengan prevalensi Penyakit Asma tertinggi adalah Aceh Barat (13,6%), Buol (13,5%), Pohuwato (13,0%), Sumba Barat (11,5%), Boalemo (11,0%), Sorong Selatan (10,6%), Kaimana (10,5%), Tana Toraja (9,5%), Banjar (9,2%), dan Manggarai (9,2%). Sedangkan 10 kabupaten/kota dengan prevalensi Penyakit Asma terendah adalah Yakuhimo (0,2%), Langkat (0,5%), Lampung Tengah (),5%), Tapanuli Selatan (0,6%), Lampung Utara (0,6%), Kediri (0,6%), Soppeng (0,6%), Karo (0,7%), Serdang Bedagai (0,7%), dan Kota Binjai (0,7%). Prevalensi nasional Penyakit Jantung adalah 7,2% (berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan dan gejala). Sebanyak 16 provinsi mempunyai
•
•
prevalensi Penyakit Jantung diatas prevalensi nasional, yaitu Nanggroe Aceh Darussalam, Sumatera Barat, Riau, Kepulauan Riau, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Selatan, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Gorontalo, dan Sulawesi Barat. Prevalensi nasional Penyakit Diabetes Melitus adalah 1,1% (berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan dan gejala). Sebanyak 17 provinsi mempunyai prevalensi Penyakit Diabetes Melitus diatas prevalensi nasional, yaitu Nanggroe Aceh Darussalam, Sumatera Barat, Riau, Bangka Belitung, Kepulauan Riau, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Timur, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Gorontalo, dan Papua Barat. Prevalensi nasional Penyakit Tumor/Kanker adalah 0,4% (berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan). Sebanyak 9 provinsi mempunyai prevalensi Penyakit Tumor/Kanker diatas prevalensi nasional, yaitu Sumatera Barat, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa
BERITA
•
•
•
•
•
Tengah, DI Yogyakarta, Banten, Bali, Sulawesi Utara, dan Sulawesi Selatan. Prevalensi nasional Gangguan Jiwa Berat adalah 0,5% (berdasarkan keluhan responden atau observasi pewawancara). Sebanyak 7 provinsi mempunyai prevalensi Gangguan Jiwa Berat diatas prevalensi nasional, yaitu Nanggroe Aceh Darussalam, Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Bangka Belitung, Kepulauan Riau, DKI Jakarta, Nusa Tenggara Barat, Prevalensi nasional Buta Warna adalah 0,7% (berdasarkan keluhan responden). Sebanyak 6 provinsi mempunyai prevalensi Buta Warna diatas prevalensi nasional, yaitu Nanggroe Aceh Darussalam, Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Bangka Belitung, DKI Jakarta, dan Nusa Tenggara Barat. Prevalensi nasional Glaukoma adalah 0,5% (berdasarkan keluhan responden). Sebanyak 9 provinsi mempunyai prevalensi Glaukoma diatas prevalensi nasional, yaitu Nanggroe Aceh Darussalam, Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Kepulauan Riau, DKI Jakarta, Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat, Sulawesi Tengah, dan Gorontalo. Prevalensi nasional Bibir Sumbing adalah 0,2% (berdasarkan keluhan responden atau observasi pewawancara). Sebanyak 7 provinsi mempunyai prevalensi Bibir Sumbing diatas prevalensi nasional, yaitu Nanggroe Aceh Darussalam, Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Bangka Belitung, Kepulauan Riau, DKI Jakarta, dan Nusa Tenggara Barat. Prevalensi nasional Dermatitis adalah 6,8% (berdasarkan keluhan responden). Sebanyak 14 provinsi mempunyai prevalensi Dermatitis diatas prevalensi nasional, yaitu Nanggroe Aceh Darussalam, Sumatera Barat, Bengkulu, Bangka Belitung, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan
Petugas RISKESDAS sedang melakukan pemeriksaan pada seorang responden (dok.Litbang)
•
•
Tengah, Kalimantan Selatan, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, dan Gorontalo. Prevalensi nasional Rhinitis adalah 2,4% (berdasarkan keluhan responden). Sebanyak 16 provinsi mempunyai prevalensi Rhinitis diatas prevalensi nasional, yaitu Nanggroe Aceh Darussalam, Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Bengkulu, Bangka Belitung, Kepulauan Riau, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, dan Gorontalo. Prevalensi nasional Talasemia adalah 0,1% (berdasarkan keluhan responden). Sebanyak 8 provinsi mempunyai prevalensi Talasemia diatas prevalensi nasional, yaitu Nanggroe Aceh
•
•
Darussalam, Sumatera Selatan, Kepulauan Riau, DKI Jakarta, Nusa Tenggara Barat, Gorontalo, Maluku, dan Papua Barat. Prevalensi nasional Hemofilia adalah 0,7% (berdasarkan keluhan responden). Sebanyak 12 provinsi mempunyai prevalensi Hemofilia diatas prevalensi nasional, yaitu Nanggroe Aceh Darussalam, Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Kepulauan Riau, DKI Jakarta, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Gorontalo, Papua Barat dan Papua. Prevalensi nasional Gangguan Mental Emosional Pada Penduduk Umur ≥ 15 Tahun adalah 11,6% (berdasarkan Self Reported Questionnarie). Sebanyak 14 provinsi mempunyai prevalensi Gangguan Mental Emosional 27
BERITA
•
•
•
•
28
Pada Penduduk Umur ≥ 15 Tahun diatas prevalensi nasional, yaitu Nanggroe Aceh Darussalam, Sumatera Barat, Riau, Bangka Belitung, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Gorontalo, dan Papua Barat. Secara nasional, 10 kabupaten/ kota dengan prevalensi Gangguan Mental Emosional tertinggi adalah Luwu Timur (33,7%), Manggarai (32,4%), Aceh Selatan (32,1%), Purwakarta (32,0%), Belitung Timur (31,0%), Banjarnegara (30,5%), Boalemo (29,9%), Cirebon (29,9%) dan Kota Malang (29,6%). Sedangkan 10 kabupaten/kota dengan prevalensi Gangguan Mental Emosional terendah adalah Yahukimo (1,6%), Pulang Pisau (1,7%), Karimun (1,9%), Jayapura (1,9%), Sidoarjo (1,9%), Tabalong (2,1%), Maluku Tengah (2,4%), Kota Baru (2,4%), Kudus (2,4%), dan Muaro Jambi (2,4%). Persentase nasional Low Vision adalah 4,8% (berdasarkan hasil pengukuran, visus <20/60 – 3/60). Sebanyak 8 provinsi mempunyai prevalensi Low Vision diatas prevalensi nasional, yaitu Nanggroe Aceh Darussalam, Bengkulu, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Selatan, dan Sulawesi Barat. Prevalensi nasional Kebutaan adalah 0,9% (berdasarkan hasil pengukuran, visus < 3/60). Sebanyak 11 provinsi mempunyai prevalensi Kebutaan diatas prevalensi nasional, yaitu Nangroe Aceh Darussalam, Bengkulu, Lampung, Kepulauan Riau, Jawa Barat, Jawa Tengah, Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Selatan, Gorontalo. Prevalensi nasional Katarak Pada Penduduk Umur > 30 Tahun 1,8% (berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan). Sebanyak 12 provinsi mempunyai prevalensi
Petugas RISKESDAS sedang melakukan pemeriksaan pada seorang responden (dok.Litbang)
•
•
Katarak Pada Penduduk Umur > 30 Tahun diatas prevalensi nasional, yaitu Nanggroe Aceh Darussalam, Sumatera Barat, Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Bengkulu, DKI Jakarta, Bali, Nusa Tenggara Barat, Kalimantan Selatan, Sulawesi Utara, dan Papua Barat. Secara nasional, 10 kabupaten/ kota dengan prevalensi Katarak Pada Penduduk Umur > 30 Tahun tertinggi adalah Aceh Selatan (53,2%), Boalemo (47,6%), Aceh Barat Daya (41,5%), Pidie (40,6%), Jeneponto (40,0%), Pasaman (39,2%), Maluku Tenggara (38,5%), Timor Tengah Utara (36,7%), Kampar (35,6%), dan Luwu Utara (35,5%). Sedangkan 10 kabupaten/kota dengan prevalensi Katarak Pada Penduduk Umur > 30 Tahun terendah adalah Yahukimo (1,1%), Kota Metro (1,6%), Kota Magelang (2,1%), Karanganyar (2,3), Madiun (2,6%), Lampung Utara (3,5%), Jombang (3,5%), Mojokerto (3,6%), Bondowoso (3,8%), dan Karo (3,8%). Persentase nasional penderita Katarak pada penduduk umur > 30 tahun yang pernah menjalani operasi Katarak adalah 18,0% (berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan). Sebanyak 16
•
•
provinsi mempunyai persentase penderita Katarak pada penduduk umur > 30 tahun yang pernah menjalani operasi Katarak dibawah persentase nasional, yaitu Nanggroe Aceh Darussalam, Sumatera Utara, Jambi, Sumatera Selatan, Bengkulu, Lampung, Jawa Tengah, Banten, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Selatan, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Barat, Maluku, Papua Barat dan Papua. Prevalensi nasional Masalah GigiMulut adalah 23,5%. Sebanyak 19 provinsi mempunyai prevalensi Masalah Gigi-Mulut diatas prevalensi nasional, yaitu Nanggroe Aceh Darusalam, Jambi, Bengkulu, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Gorontalo, Sulawesi Barat, Maluku, Maluku Utara, dan Papua Barat. Prevalensi nasional Gosok Gigi Setiap Hari adalah 91,1%. Sebanyak 11 provinsi mempunyai prevalensi Gosok Gigi Setiap Hari dibawah prevalensi nasional, yaitu Nanggroe Aceh
BERITA
•
Darussalam, Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Barat, Maluku Utara, Papua Barat dan Papua. Prevalensi nasional Karies Aktif adalah 43,4%. Sebanyak 14 provinsi memiliki prevalensi Karies Aktif diatas prevalensi nasional, yaitu Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Bangka Belitung, Di Yogyakarta, Jawa Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, dan Maluku.
Pengukuran Biomedis (Anemia dan Diabetes Mellitus) • Nilai rerata nasional Kadar Hemoglobin Pada Perempuan Dewasa adalah 13,00 g/ dl. Sebanyak 17 provinsi mempunyai nilai rerata Kadar Hemoglobin Pada Perempuan Dewasa dibawah nilai rerata nasional, yaitu Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, Lampung, Bangka Belitung, DKI Jakarta, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Gorontalo, Maluku, dan Maluku Utara. • Nilai rerata nasional Kadar Hemoglobin Pada Laki-Laki Dewasa adalah 14,67 g/dl. Sebanyak 21 provinsi mempunyai nilai rerata Kadar Hemoglobin Pada Laki-Laki Dewasa dibawah nilai rerata nasional, yaitu Nanggroe Aceh Darussalam, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Lampung, Bangka Belitung, Kepulauan Riau, DKI Jakarta, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Nusa Tenggara Barat, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Gorontalo, Maluku, Maluku Utara, Papua Barat dan Papua. • Nilai rerata nasional Kadar Hemoglobin Pada Anak-Anak
Petugas RISKESDAS sedang melakukan pemeriksaan pada seorang responden (dok.Litbang)
•
•
Umur < 14 Tahun adalah 12,67 g/dl. Sebanyak 14 provinsi mempunyai nilai rerata Kadar Hemoglobin Pada Anak-Anak Umur < 14 Tahun dibawah nilai rerata nasional, yaitu Sumatera Barat, Riau, Bangka Belitung, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Nusa Tenggara Barat, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, dan Maluku Utara. Prevalensi nasional Diabetes Melitus (berdasarkan hasil pengukuran gula darah pada penduduk umur > 15 tahun bertempat tinggal di perkotaan) adalah 5,7%. Sebanyak 13 provinsi mempunyai prevalensi Diabetes Melitus diatas prevalensi nasional, yaitu Nanggroe Aceh Darussalam, Riau, Lampung, Bangka Belitung, DKI Jakarta, Jawa Tengah, Jawa Timur, Banten, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Sulawesi Utara, Gorontalo, dan Maluku Utara. Prevalensi nasional Toleransi Glukosa Terganggu (berdasarkan hasil pengukuran gula darah pada penduduk umur > 15 tahun, bertempat tinggal di perkotaan) adalah 10,2%. Sebanyak 13 provinsi mempunyai prevalensi Toleransi Glukosa Terganggu
diatas prevalensi nasional, yaitu Nanggroe Aceh Darussalam, Sumatera Utara, DKI Jakarta, Jawa Tengah, Jawa Timur, Banten, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan, Sulawesi Barat, Maluku, dan Papua Barat. Cedera dan Disabilitas • Prevalensi nasional Cedera adalah 7,5% (berdasarkan pengakuan responden, untuk berbagai penyebab cedera). Sebanyak 14 provinsi mempunyai prevalensi Cedera diatas prevalensi nasional, yaitu Bengkulu, Bangka Belitung, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Banten, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Selatan, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Gorontalo, dan Papua Barat. • Persentase nasional 3 penyebab cedera terbanyak adalah jatuh (58,0%), kecelakaan transportasi darat (25,9%) dan terluka benda tajam (20,6%). • Prevalensi nasional Disabilitas Pada Penduduk Umur > 15 Tahun adalah 19,5%. Sebanyak 14 provinsi mempunyai prevalensi Disabilitas Pada Penduduk Umur > 15 Tahun diatas prevalensi nasional, yaitu Sumatera Barat, Bangka Belitung, Jawa Barat, 29
BERITA
•
Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Gorontalo, dan Sulawesi Barat. Prevalensi nasional Disabilitas Pada Penduduk Umur > 15 Tahun (berdasarkan International Classification of Functioning, Disability and Health) yang paling menonjol adalah gangguan penglihatan jarak jauh (11,7%), gangguan penglihatan jarak dekat (11,5%), dan gangguan berjalan jauh (11,6%).
Perilaku Merokok • Persentase nasional Merokok Setiap Hari Pada Penduduk Umur > 10 Tahun adalah 23,7%. Sebanyak 17 provinsi mempunyai prevalensi Merokok Setiap Hari Pada Penduduk Umur > 10 Tahun diatas prevalensi nasional, yaitu Sumatera Barat, Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Bengkulu, Lampung, Bangka Belitung, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Banten, Nusa Tenggara Barat, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Gorontalo, dan Maluku Utara. • Secara nasional, 85,4% perokok merokok di dalam rumah ketika bersama anggota rumah tangga lain. Sedangkan jenis rokok yang paling diminati adalah kretek dengan filter (64,5%). • Secara nasional, 10 kabupaten/ kota dengan prevalensi Merokok Setiap Hari Pada Penduduk Umur > 10 Tahun tertinggi adalah Asmat (53,5%), Mappi (44,0%), Karo (40,6%), Boven Digul (36,8%), Temanggung (36,2%), Pegunungan Bintang (35,2%), Wonosobo (34,6%), Melawi (34,5%), Probolinggo (34,3%), dan Lampung Barat (33,6%). Sedangkan 10 kabupaten/kota dengan prevalensi Merokok Setiap Hari Pada Penduduk Umur > 10 Tahun terendah adalah Puncak Jaya (8,9%), Kota Kupang (11,8%), Pontianak (13,3%), Manokwari (13,5%), Sidoarjo (14,8%), Buton (15,2%), 30
Petugas RISKESDAS sedang melakukan pemeriksaan pada seorang responden(dok.Litbang)
Yapen Waropen (15,2%), Barru (15,4%), Kota Ambon (15,4%), dan Tabalong (15,9%). Perilaku Konsumsi Buah dan Sayur Prevalensi nasional Kurang Makan Buah dan Sayur Pada Penduduk Umur > 10 Tahun adalah 93,6%. Sebanyak 22 provinsi mempunyai prevalensi Kurang Makan Buah dan Sayur Pada Penduduk Umur > 10 Tahun diatas prevalensi nasional, yaitu Sebanyak 21 provinsi mempunyai prevalensi Balita Sangat Kurus diatas prevalensi nasional, yaitu Nanggroe Aceh Darussalam, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, Sumatera Selatan, Bangka Belitung, Kepulauan Riau, DKI Jakarta, Jawa Barat, Banten, Bali, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Sulawesi Selatan, Sulawesi Barat, Maluku, dan Maluku Utara. Perilaku Minum Minuman Beralkohol Prevalensi nasional Minum Alkohol Selama 12 Bulan Terakhir adalah 4,6%. Sebanyak 15 provinsi mempunyai prevalensi Minum Alkohol Selama 12 Bulan Terakhir diatas prevalensi nasional, yaitu Sumatera Utara, Kepulauan Riau, Bali, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Sulawesi
Tenggara, Gorontalo, Maluku, Maluku Utara, Papua Barat, dan Papua. Perilaku Aktifitas Fisik • Prevalensi nasional Kurang Aktivitas Fisik Pada Penduduk Umur > 10 Tahun adalah 48,2%. Sebanyak 16 provinsi mempunyai prevalensi Kurang Aktivitas Fisik Pada Penduduk Umur > 10 Tahun diatas prevalensi nasional, yaitu Nanggroe Aceh Darussalam, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, Jambi, Kepulauan Riau, DKI Jakarta, Jawa Barat, Banten, Nusa Tenggara Barat, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan, Maluku, dan Papua Barat. • Secara nasional, 10 kabupaten/ kota dengan prevalensi Kurang Aktivitas Fisik Pada Penduduk Umur > 10 Tahun tertinggi adalah Pacitan (68,3%), Gunung Kidul (65,3%), Magetan (63,3%), Ogan Komering Ulu Timur (62,9%), Sekadau (62,8%), Humbang Hasundutan (62,5%), Bangli (62,4%), Kota Tomohon (61,9%), Dairi (61,8%), dan Toba Samosir (61,7%). Sedangkan 10 kabupaten/kota mempunyai dengan prevalensi Kurang Aktivitas Fisik Pada Penduduk Umur > 10 Tahun terendah adalah Kota Padang (11,9%),
BERITA
Kota Lubuk Linggau (12,0), Kota Payakumbuh (13,3%), Kota Bukit Tinggi (17,7%), Langsa (17,9%), Bungo (18,4%), Kota Samarinda (18,4%), Aceh Timur (19,0), Kota Balikpapan (19,1%), dan Seram Bagian Barat (19,4%). Pengetahuan dan Sikap tentang Flu Burung • Prevalensi nasional Pernah Mendengar Flu Burung adalah 64,7%. Sebanyak 14 provinsi mempunyai prevalensi Pernah Mendengar Flu Burung dibawah prevalensi nasional, yaitu Nanggroe Aceh Darussalam, Sumatera Selatan, Lampung, Bangka Belitung, Kepulauan Riau, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Bali, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Sulawesi Utara, dan Sulawesi Tengah. • Prevalensi nasional Berpengetahuan Benar Tentang Flu Burung (diantara penduduk yang pernah mendengar Flu Burung) adalah 78,7%. Sebanyak 17 provinsi mempunyai prevalensi Berpengetahuan Benar Tentang Flu Burung (diantara penduduk yang pernah mendengar Flu Burung) dibawah prevalensi nasional, yaitu Sumatera Barat, Riau, Bangka Belitung, Jawa Barat, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Selatan, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Gorontalo, Sulawesi Barat, Maluku, Maluku Utara, Papua Barat, dan Papua. Pengetahuan dan Sikap tentang HIV/AIDS • Prevalensi nasional Pernah Mendengar HIV/AIDS adalah 44,4%. Sebanyak 17 provinsi mempunyai prevalensi Pernah Mendengar HIV/AIDS dibawah prevalensi nasional, yaitu Nangroe Aceh Darussalam, Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Lampung, Jawa Tengah, Jawa Timur, Banten, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Tengah,
Petugas RISKESDAS sedang melakukan pemeriksaan pada seorang responden (dok.Litbang)
Kalimantan Selatan, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Gorontalo, Sulawesi Barat, Maluku Utara. •
Prevalensi nasional Berpengetahuan Benar Tentang Penularan HIV/AIDS (diantara penduduk yang pernah mendengar HIV/AIDS) adalah 13,9%. Sebanyak 16 provinsi mempunyai prevalensi Berpengetahuan Benar Tentang Penularan HIV/AIDS (diantara penduduk yang pernah mendengar HIV/AIDS) dibawah prevalensi nasional, yaitu Bengkulu, Lampung, Bangka Belitung, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Banten, Bali, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah dan Sulawesi Selatan.
Perilaku Higienis • Prevalensi nasional Berperilaku Benar Dalam Buang Air Besar adalah 71,1%. Sebanyak 17 provinsi mempunyai prevalensi Berperilaku Benar Dalam Buang Air Besar dibawah prevalensi nasional, yaitu Nanggroe Aceh Darussalam, Sumatera Barat, Jambi, Sumatera Selatan, Jawa Tengah, Jawa Timur, Banten,
•
Nusa Tenggara Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Gorontalo, Sulawesi Barat, Maluku, Papua Barat, dan Papua. Prevalensi nasional Berperilaku Benar Dalam Cuci Tangan adalah 23,2%. Sebanyak 15 provinsi mempunyai prevalensi Berperilaku Benar Dalam Cuci Tangan dibawah prevalensi nasional, yaitu Nanggroe Aceh Darussalam, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, Jambi, Bengkulu, Lampung, Bangka Belitung, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Selatan, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Gorontalo, dan Sulawesi Barat.
Pola Konsumsi Makanan Berisiko • Secara nasional, prevalensi makanan berisiko yang paling banyak dikonsumsi oleh penduduk umur > 10 tahun adalah Penyedap (77,8%), Manis (68,1%), dan Kafein (36,5%). • Sebanyak 22 provinsi mempunyai penduduk umur > 10 tahun yang mengkonsumsi Penyedap diatas prevalensi nasional, yaitu Sumatera Selatan, Bengkulu, Lampung, Bangka Belitung, Kepulauan Riau, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, 31
BERITA
Banten, Bali, Nusa Tenggara Barat, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Gorontalo, dan Papua Barat. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat • Prevalensi nasional Rumah Tangga Berperilaku Hidup Bersih Dan Sehat adalah 38,7%. Sebanyak 22 provinsi mempunyai prevalensi Rumah Tangga Berperilaku Hidup Bersih Dan Sehat dibawah prevalensi nasional, yaitu Nanggroe Aceh Darussalam, Sumatera Barat, Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Bengkulu, Lampung, Kepulauan Riau, Jawa Barat, Banten, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Gorontalo, Sulawesi Barat, Maluku, Maluku Utara, Papua Barat, dan Papua. • Secara nasional, 10 kabupaten/ kota dengan prevalensi Perilaku Hidup Bersih dan Sehat terendah adalah Raja Ampat (0%), Supiori (0%), Gayo Lues (1,3%), Kepulauan Mentawai (1,4%), Nias Selatan (1,8%), Jayawijaya (2,1%), Paniai (2,1%), Nagan Raya (2,2%), Nias (3,0%), dan Timor Tengah Selatan (3,8%). Sedangkan 10 kabupaten/kota dengan prevalensi Perilaku Hidup Bersih dan Sehat tertinggi adalah Klungkung (100%), Badung (100%), Sumedang (68,8%), Kota Batu ( 67,1%), Gianyar (66,7%), Soppeng (64,7%), Kota Tomohon (63,4%), Kota Kendari (62,1%), Sukoharjo (61,3%), dan Kuningan (60,5%). Akses Ke Sarana Pelayanan Kesehatan (Rumah Sakit, Puskesmas, Pustu, Dokter Praktek, Bidan Praktek) • Secara nasional, sebanyak 94,1% rumah tangga berada kurang atau sama dengan 5 km dari salah satu sarana pelayanan kesehatan dan sebanyak 90,8% rumah tangga dapat mencapai 32
Petugas Riskesdas sedang melakukan identifikasi sampel penelitian
•
sarana pelayanan kesehatan kurang atau sama dengan 30 menit. Sebanyak 18 provinsi mempunyai persentase rumah tangga berada lebih dari 5 km dari sarana pelayanan kesehatan diatas persentase nasional, yaitu Nanggroe Aceh Darussalam, Sumatera Barat, Riau, Jambi, Bangka Belitung, Banten, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Barat, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Gorontalo, Sulawesi Barat, Maluku, Maluku Utara, Papua Barat, dan Papua.
Akses Ke Upaya Kesehatan Berbasis Masyarakat (Posyandu, Poskesdes, Polindes) • Secara nasional, sebanyak 98,4% rumah tangga berada kurang atau sama dengan 5 km dari salah satu Upaya Kesehatan Berbasis Masyarakat, dan sebanyak 96,5% rumah tangga dapat mencapai Upaya Kesehatan Berbasis Masyarakat kurang atau sama dengan 30 menit. • Sebanyak 15 provinsi mempunyai persentase rumah tangga yang berada kurang atau sama dengan 5 km dari salah satu Upaya Kesehatan Berbasis Masyarakat diatas persentase nasional,
•
yaitu Nangroe Aceh Darussalam, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Lampung, Bangka Belitung, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Sulawesi Barat, Maluku, Papua Barat, dan Papua. Secara nasional, sebanyak 27,3% rumah tangga memanfaatkan posyandu, 62,5% rumah tangga tidak memanfaatkan posyandu karena tidak membutuhkan, dan 10,3% rumah tangga tidak memanfaatkan posyandu untuk alasan lainnya.
Rawat Inap • Secara nasional, persentase tertinggi tempat rawat inap yang dipilih rumah tangga adalah Rumah Sakit Pemerintah (3,1%), Rumah Sakit Swasta (2,0%) dan Puskesmas (0,8%). • Sebanyak 16 provinsi mempunyai persentase rumah tangga yang memilih Rumah Sakit Pemerintah untuk tempat rawat inap dibawah persentase nasional, yaitu Nanggroe Aceh Darussalam, Sumatera Utara, Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Bengkulu, Lampung, Bangka Belitung, Kepulauan Riau, Banten, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan,
BERITA
Selatan, Sulawesi Tenggara, Gorontalo, Sulawesi Barat, Maluku, Maluku Utara, Papua Barat, dan Papua.
Petugas RISKESDAS sedang melakukan pemeriksaan pada seorang responden (dok.Litbang)
•
•
•
Sulawesi Tenggara, Sulawesi Barat, dan Maluku. Sebanyak 6 provinsi mempunyai persentase rumah tangga yang memilih Puskesmas untuk tempat rawat inap diatas persentase nasional, yaitu Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Papua Barat, dan Papua. Secara nasional, sumber utama pembiayaan yang digunakan oleh rumah tangga untuk rawat inap adalah Dari Kantong Sendiri (71,0%), Askes/Jamsostek (15,6%), dan Askeskin/Surat Keterangan Tidak Mampu (14,3%). Sebanyak 17 provinsi mempunyai persentase rumah tangga yang menggunakan Askeskin/Surat Keterangan Tidak Mampu untuk pembiayaan rawat inap diatas persentase nasional, yaitu Nanggroe Aceh Darussalam, Sumatera Utara, Lampung, DI Yogyakarta, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Gorontalo, Sulawesi Barat, Maluku, Papua Barat, dan Papua.
Rawat Jalan
•
•
•
•
Secara nasional, persentase tertinggi yang dipilih rumah tangga untuk tempat rawat jalan adalah Rumah Sakit Bersalin (14,8%), Tenaga Kesehatan (13,9%), dan Rumah Sakit Pemerintah (1,6%). Sebanyak 14 provinsi mempunyai persentase rumah tangga yang memilih tenaga kesehatan sebagai tempat untuk rawat jalan diatas persentase nasional, yaitu Nanggroe Aceh Darussalam, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Jambi, Bengkulu, Lampung, Bangka Belitung, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Banten, Bali, Sulawesi Utara, Gorontalo. Secara nasional, sumber utama pembiayaan yang digunakan oleh rumah tangga untuk rawat jalan adalah Dari Kantong Sendiri (74,5%), Askeskin/Surat Keterangan Tidak Mampu (10,8%), dan Askes/Jamsostek (9,8%). Sebanyak 13 provinsi mempunyai persentase rumah tangga yang menggunakan Askeskin/Surat Keterangan Tidak Mampu untuk pembiayaan rawat jalan diatas persentase nasional, yaitu Nanggroe Aceh Darussalam, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Timur, Sulawesi Tengah, Sulawesi
Ketanggapan Pelayanan Kesehatan • Secara nasional, 3 aspek Ketanggapan Pelayanan Kesehatan yang memperoleh penilaian baik terendah dari rumah tangga adalah Kebersihan Ruangan (82,9%), Kebebasan Memilih Sarana (84,5%), dan Waktu Tunggu (84,8%). • Sebanyak 22 provinsi mempunyai persentase rumah tangga yang memberikan penilaian baik atas Kebersihan Ruangan dibawah persentase nasional, yaitu Nanggroe Aceh Darussalam, Sumatera Barat, Jambi, Sumatera Selatan, Bengkulu, Lampung, Bangka Belitung, Kepulauan Riau, Jawa Barat, Banten, Nusa Tenggara Barat, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Barat, Maluku, Maluku Utara, Papua Barat, dan Papua. Air Bersih • Persentase nasional rumah tangga dengan rerata pemakaian air bersih per orang per hari < 20 liter adalah 14,4%. Sebanyak 20 provinsi mempunyai rerata pemakaian air bersih per orang per hari < 20 liter dibawah persentase nasioal, yaitu S u m ate ra U t a ra , S u m ate ra Selatan, Bengkulu, Lampung, Bangka Belitung, DKI Jakarta, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Banten, Bali, Nusa Tenggara Barat, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan, Maluku Utara, dan Papua Barat. Fasilitas buang air besar Persentase nasional rumah tangga yang menggunakan jamban sendiri adalah 60,0%. Sebanyak 20 provinsi mempunyai persentase rumah 33
BERITA
tangga yang menggunakan jamban sendiri dibawah persentase nasional, yaitu Nanggroe Aceh Darussalam, Sumatera Barat, Bengkulu, Jawa Tengah, Jawa Timur, Banten, Bali, Nusa Tenggara Barat, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Gorontalo, Sulawesi Barat, Maluku, Maluku Utara, Papua Barat, dan Papua. Sarana Pembuangan Air Limbah Persentase nasional rumah tangga yang tidak mempunyai Sarana Pembuangan Air Limbah adalah 24,9%. Sebanyak 23 provinsi mempunyai persentase rumah tangga yang tidak mempunyai Sarana Pembuangan Air Limbah diatas persentase nasional, yaitu Nanggroe Aceh Darussalam, Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Bangka Belitung, Kepulauan Riau, Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Gorontalo, Sulawesi Barat, Maluku, Maluku Utara, Papua Barat, dan Papua. Pembuangan sampah Persentase nasional rumah tangga yang tidak ada penampungan sampah dalam rumah adalah 72,9%. Sebanyak 20 provinsi mempunyai persentase rumah tangga yang
34
tidak ada penampungan sampah dalam rumah diatas persentase nasional, yaitu Nanggroe Aceh Darussalam, Sumatera Utara, Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Lampung, Jawa Barat, Jawa Timur, Banten, Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Gorontalo, Sulawesi Barat, Maluku, Maluku Utara, Papua Barat, dan Papua. Perumahan Persentase nasional rumah tangga dengan rumah berlantai tanah adalah 13,8%. Sebanyak 7 provinsi mempunyai persentase rumah tangga dengan rumah berlantai tanah diatas persentase nasional, yaitu Lampung, Jawa Tengah, Jawa Timur, Nusa Tenggara Timur, Maluku, Maluku Utara, dan Papua. Pemeliharaan Ternak Secara nasional terdapat 39,4% rumah tangga yang memelihara unggas, 11,6% memelihara ternak sedang, 9,0% memelihara ternak besar dan 12,5% memelihara binatang jenis anjing, kucing atau kelinci. Dari rumah tangga yang memelihara ternak sekitar 10-20% memeliharanya di dalam rumah. Mortalitas • Gambaran nasional selama 12 tahun (1995–2007) menunjukkan bahwa proses transisi epidemiologi telah berlangsung seiring dengan transisi demografi. Transisi
epidemiologi ditandai dengan pergeseran penyebab kematian dari penyakit menular ke penyakit tidak menular. Transisi demografi ditandai dengan pergeseran proporsi kematian dari struktur penduduk umur muda ke arah penduduk umur yang lebih tua. • Penurunan proporsi penyakit menular sebagai penyebab dasar kematian tahun 2001-2007 tidak terlalu besar dibandingkan dengan periode sebelumnya (1995-2001). Di lain pihak, peningkatan proporsi penyakit tidak menular selama periode tahun 1995-2001 dan periode tahun 2001-2007 hampir sama. Dengan demikian Pemerintah khususnya Departemen Kesehatan dan Dinas Kesehatan menghadapi beban ganda, yaitu ancaman penyakit menular yang penurunannya melambat dan cenderung menetap, serta peningkatan penyakit tidak menular yang melaju cukup cepat. • Selanjutnya, proporsi penyakit/ gangguan yang berhubungan dengan kematian maternal serta kematian perinatal tidak berubah dalam periode terakhir (20012006). Upaya-upaya peningkatan pelayanan berkualitas untuk kehamilan, persalinan, masa nifas perlu terus menerus ditingkatkan untuk menurunkan kematian maternal dan perinatal. (Smd)
BERITA
Ancaman Diabetes Mellitus Makin Serius Penyakit tidak menular (PTM) telah menjadi masalah besar di Indonesia. Salah satu yang terus meningkat jumlah penderitanya adalah diabetes mellitus. Indonesia menjadi negara dengan penderita terbesar ke empat di dunia.
Peserta gerak jalan membentangkan spanduk peringatan Hari Diabetes Sedunia
D
iabetes Mellitus (DM) kini menjadi ancaman yang serius bagi umat manusia di dunia. Pada tahun 2003, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan 194 juta jiwa atau 5,1% dari 3,8 miliar penduduk dunia usia 20-79 tahun menderita DM, dan pada tahun 2025 diperkirakan meningkat menjadi 333 juta jiwa. Pada tahun yang sama International Diabetes Foundation (IDF) memperkirakan prevalensi DM dunia adalah 1,9% dan menjadikan DM sebagai penyebab kematian urutan ke-7 dunia. Itu sebabnya Persatuan Bangsa
Bangsa (PBB) dalam press release tanggal 20 Desember 2006 menetapkan tanggal 14 November sejak tahun 2007 sebagai Hari Diabetes Sedunia (World Diabetes Day). Dengan penetapan Hari Diabetes, diharapkan semua anggota PBB termasuk Indonesia mendukung resolusi PBB dalam rangka mengendalikan diabetes mellitus. Sebagai implementasi resolusi PBB tersebut, pada 14 Nopember 2008 lalu Departemen Kesehatan memperingati Hari Diabetes Sedunia dengan menggelar berbagai kegiatan, antara lain seminar sehari
dengan tema “Pengendalian Faktor Risiko dan Penatalaksanaan Diabetes Mellitus” di Gedung Depkes Jakarta. Plt. Dirjen Pengendalian Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) Depkes Prof. Dr. Tjandra Yoga Aditama, Sp.P, MARS, dalam sambutan seminar itu menyatakan, penyakit tidak menular (PTM) telah menjadi masalah kesehatan masyarakat yang cukup besar di Indonesia. Hal ini ditandai dengan bergesernya pola penyakit secara epidemiologi dari penyakit menular yang cenderung menurun. Sementara penyakit tidak menular secara nasional menduduki sepuluh 35
BERITA
besar penyakit penyebab kematian. Hal ini disebabkan meningkatnya umur harapan hidup dan makin tingginya paparan faktor risiko seperti merokok dan pola aktivitas. Dr. Yusharmen, D.CommH, M.Sc, Direktur Pengandalian Penyakit Tidak Menular (PTM) Depkes, menuturkan perkiraan WHO bahwa penderita diabetes di Indonesia juga mengalami kenaikan dari 8,4 juta jiwa pada tahun 2000 menjadi sekitar 21,3 juta jiwa pada tahun 2030. Tingginya angka penderita tersebut menjadikan Indonesia menduduki rangking ke-4 dunia setelah Amerika Serikat, India, dan China (Diabetes Care 2004). Di Indonesia, menurut Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT), terjadi peningkatan prevalensi DM dari tahun 2001 sebesar 7,5% menjadi 10,4% pada tahun 2004. Sementara hasil survei BPS tahun 2003 menyatakan, prevalensi DM mencapai 14,7% di perkotaan dan 7,2% di pedesaan. Menurut dr. Yusharmen, peningkatan prevalensi Diabetes seiring dengan peningkatan faktor risiko yaitu obesitas (kegemukan), kurang aktivitas fisik, kurang konsumsi serat, tinggi lemak, merokok, hiperkolesterol, hiperglikemia, dan lain-lain. ”Prevalensi faktor risiko DM dari 2001-2004 yaitu obesitas dari 12,7% menjadi 18,3%. Hiperglikemia dari 7,9% menjadi 11,3%, dan hiperkolesterol dari 6,5% menjadi 12,9%. Sedangkan berdasarkan survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) tahun 2000, prevalensi merokok di Indonesia sebesar 31,8% meningkat menjadi 32% pada tahun 2003 dan 35% di tahun 2004,” ujar dr. Yusharmen. Diabetes atau kencing manis, kata dr. Yusharmen, adalah penyakit 36
Dari kiri ke kanan dr. Yusharmen, Direktur Pengendalian Penyakit Tidak Menular, dan Prof. dr. Tjandra Yoga Aditama Sp.P(K), Direktur Pengendalian Penyakit Menular Langsung sekaligus PLt Dirjen P2PL dalam rangka memperingati Hari Diabetes Nasional
metabolisme yang ditandai tingginya kadar gula dalam darah. Penyakit ini juga sering disebut dengan the great imitator karena dapat menyerang semua organ tubuh dan menimbulkan berbagai keluhan. Penyakit ini timbul perlahan-lahan, sehingga seseorang tidak menyadari berbagai perubahan dalam dirinya. DM ditandati dengan gejala banyak minum (mudah haus), banyak kencing (3-4 kali terutama pada malam hari), banyak makan (mudah lapar), mudah lelah, serta kadangkadang mengalami penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan. Diagnosis diabetes ditegakkan bila seseorang memiliki gejala-gejala tersebut dan pada pemeriksaan glukosa darah sewaktu hasilnya lebih besar dari 200, atau pada pemeriksaan gula darah puasa (minimal 8 jam) hasilnya lebih dari 126. Dr. Yusharmen menambahkan, penyebab Diabetes cenderung diturunkan, bukan ditularkan. Anggota keluarga diabetes memiliki
kemungkinan besar terserang penyakit ini dibandingkan dengan anggota keluarga yang tidak menderita diabetes. Selain itu diabetes juga dapat disebabkan oleh virus seperti rubela, mumps, dan human coxsackievirus B4. Diabetes dapat dikendalikan antara lain dengan kontrol gula darah secara teratur, makan dengan gizi seimbang dan terencana, tidak merokok karena merokok dapat mengakibatkan kondisi yang tahan terhadap insulin, dan berolah raga secara teratur seperti berjalan kaki. (Smd) Mari lakukan gaya hidup sehat 1. Makan-makanan bergizi seimbang, tinggi serat dan rendah lemak 2. Lakukan aktivitas fisik minimal 30 menit setiap hari 3. Jaga kebersihan diri dan lingkungan 4. Hindari rokok, miuman beralkohol dan napza 5. istirahat yang cukup
BERITA
Hati-hati Memilih Produk Kosmetika
27 PRODUK KOSMETIK BERBAHAYA DITARIK DARI PEREDARAN
Beragam merk kosmetik beredar di pasar, merayu para wanita dengan macam-macam cara. Hati-hati, sebagian dari kosmetik itu terbukti justru membahayakan. Badan POM bertindak tegas dengan menarik 27 merek berbahaya dari pasar. kering, rasa terbakar, dan teratogenik (cacat pada janin). Bahan pewarna Merah K.10 (rhodamin B) dan Merah K.3 merupakan zat warna sintetis yang umumnya digunakan sebagai zat warna kertas, tekstil atau tinta yang dapat menyebabkan kanker dan kerusakan hati. Merek kosmetik dinyatakan berbahaya dan ditarik dari peredaran oleh BP POM adalah: - -
Kepala Badan POM dr. Husniah Rubiana Thamrin Akib, menunjukan kosmetik yang mengandung bahan berbahaya.
K
ulit putih, muka berseri-seri, adalah dambaan setiap wanita. Tetapi hati-hati menggunakan kosmetika. Badan Pengawas Obat dan Makanan (Badan POM) menemukan 27 merek kosmetik yang mengandung bahan berbahaya seperti merkuri (Hg), asam retinoat (retinoic acid), dan zat warna rhodamin (merah K.10 dan merah K.3). Pemakaian bahan itu dalam kosmetik membahayakan kesehatan konsumen sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 445/MENKES/ PER/V/1998, dan Keputusan Kepala Badan POM No. HK.00.05.4.1745 tentang kosmetik. “Terkait hal itu, kami telah menyita 3.555 produk kosmetik dari peredaran,” kata Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) RI dr. Husniah Rubiana Thamrin Akib, MS, M.Kes, Sp.FK kepada wartawan di Jakarta, 26 November 2008. Ke-27 merek tersebut, 11 diantaranya berasal dari luar negeri seperti Jepang
dan China, 8 produk produksi lokal, dan 8 lainnya tidak jelas asal-usulnya. Mayoritas merek kosmetik itu tidak punya izin edar dari Badan POM. Salah satu produk kosmetik yang dinyatakan berbahaya, sebelumnya telah mengantongi izin edar. Yaitu produk krim malam Dr. Kayama. Namun izin itu telah dibatalkan oleh Badan POM. “Karena hasil pemeriksaan secara acak menunjukkan produk itu mengandung merkuri,” ujar dr. Husniah Thamrin Akib Menurut dr. Husniah, merkuri (Hg) dapat menimbulkan perubahan warna kulit yang menyebabkan bintik-bintik hitam, alergi, iritasi kulit, kerusakan permanen pada susunan saraf, otak, ginjal dan gangguan perkembangan janin, bahkan dalam jangka pendek dengan dosis tinggi menyebabkan muntah-muntah, diare, kerusakan ginjal, dan merupakan zat karsinogenik (menyebabkan kanker) pada manusia. Sedangkan asam retinoat (retinoic acid) dapat menyebabkan kulit
- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
DOCTOR KAYAMA Whitening Day Cream DOCTOR KAYAMA Whitening Night Cream MRC Putri Salju Cream MRC PS Crystal Cream Blossom Day Cream Blossom Night Cream Cream Malam Day Cream Vit E Herbal LOCOS Anti Fleck Vit E & Herbal Night Cream Vit E Herbal Kosmetik IBU SARI Krim Siang IBU SARI Krim Malam MEEI YUNG (putih) MEEI YUNG (kuning) NEW RODY Special (putih) NEW RODY Special (kuning) SHEE NA Whitening Pearl Cream AILY Cake 2 in 1 Eye Shadow “01” BAOLISHI Eye Shadow CAMEO Make Up Kit 3 in 1 Two Way Cake & Multi Eye Shadow&Blush CRESSIDA Eye Shadow KAI Eyes Shadow & Blush On MEIXUE YIZU Eye Shadow NUOBEIER Blusher NUOBEIER Blush On NUOBEIER Pro-Make Up Blusher No. 5 SUTSYU Eye Shadow
Husniah mengimbau masyarakat yang terkena risiko akibat penggunaan kosmetik tersebut, agar melaporkan kepada Badan POM RI di Jakarta, atau Balai Besar/Balai POM di seluruh Indonesia, dan Unit Layanan Pengaduan Konsumen (ULPK) Badan POM RI pada nomor telepon 021- 426 3333. (Smd/Ds) 37
BERITA
“Meningkatkan ‘soft competency‘ Petugas TKHI dalam memberikan pelayanan kesehatan haji” ‘TKHI meneladani sifat Nabi Ibrahim’ Oleh : dr. Rabitta Sjafii Ahmad. Ketua Unit Dharma Wanita Depkes
Widyaiswara Bapelkes Cilandak Depkes RI
Latar belakang
Sebagai petugas Tenaga Kesehatan Haji Indonesia (TKHI) kita patut mensyukuri berbagai nikmat Allah, yang dengan nikmat-Nya kita bisa berangkat ketanah suci menjalankan tugas sebagai petugas kesehatan haji sekaligus dapat menunaikan ibadah haji. Ketika kita mengucapkan: Innal hamda wanni’mata laka walmulka– Sesungguhnya segala puji, nikmat dan segenap kekuasaan adalah milik-Mu. Kita tak hentihentinya memuji Allah atas segala keagungan-Nya karena telah menciptakan segala sesuatu yang baik dan indah, sedemikian banyaknya nikmat Allah yang telah kita peroleh, yang telah menyertai diri dan kehidupan kita, sejak kita terlahir kedunia ini, baik nikmat yang bersifat materi, maupun spiritual. Jumlah petugas kesehatan yang diberangkatkan ke tanah suci di musim haji tahun 2008 sejumlah 1804 orang terdiri dari PPIH (Panitia Penyelenggara Ibadah Haji) 306, TKHI (Tenaga Kesehatan Haji Indonesia): 1473 dan Brigade Siaga Bencana : 25 orang. Menjadi petugas TKHI bukan hanya melayani kesehatan. Terkadang tugas pelayanan belum selesai, ada lagi tugas lain yang tidak bisa dielakkan. Disinilah pentingnya 38
petugas TKHI, menguasai dan mengendalikan diri. Kepentingan kesehatan jemaah harus didahulukan. Memang hidup mati seseorang selalu dibawah kuasa Allah sehingga manusia tidak kuasa untuk melawan takdir. Keputusan takdir hendaknya jangan menjadi alasan bagi petugas untuk melalaikan tugasnya. Hendaklah kita sebagai manusia berakal merenungkan hadits ini, bahwa apa yang dia raih di sisa hidupnya di dunia ini, semua itu adalah fatamorgana dan bunga mimpi. Jika seseorang melakukan tugasnya dengan ikhlas (tulus), dirinya akan merasa ringan, rasa berat yang sebelumnya membebani dirinya kini telah hilang darinya dan berganti menjadi semangat, tenang dan penuh vitalitas, bahkan dia tidak ingin berakhir tugasnya Hidup didunia adalah tempat dan kesempatan mengerjakan amal saleh. Kita mengetahui ada 3 juta ummat muslim setiap tahun mengerjakan ibadah haji, jumlah ini terus meningkat setiap tahunnya. Pengelolaan pelayanan Haji di Saudi Arabia semakin tahun semakin meningkat, tetapi tetap tidak mampu untuk melayani jutaan ummat yang berada di rumah Allah tersebut. Jemaah Haji Indonesia regular yang berjumlah 220.000 orang
tidak mampu lagi untuk beribadah sesuai dengan keinginannya, yaitu mengunjungi masjidil haram maupun mesjid Nabawi setiap waktu.Bukankah mereka sudah bertahun-tahun mempersiapkan rencana untuk menjalankan rukun Islam ke lima ini. Tak ada lagi kesempatan beramal shaleh seperti dulu lagi. Padahal tujuan kita didunia ini adalah untuk beribadah, ternyata tak ada lagi kesempatan untuk mengumpulkan pahala (yang setiap beribadah ke masjidil Haram mendapatkan pahala 100.000) di masjidil haram. Amal sholeh adalah bekal meraih kehidupan yang lebih baik didunia dan di akhirat, selain iman kepada Allah. Surat Al-Qur’an : Artinya: ”Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.” (QS.An Nahl:97).
Jemaah Indonesia mengalami diskriminasi dalam Pelayanan Haji
Setiap orang yang berhaji hendaklah menyadari esensi dari ucapan Wal Mulka Laka–segala kekuasaan adalah milikMu, agar
BERITA
TKHI tidak bersikap berlebihan apalagi melampaui batas dalam memperlakukan orang lain dan dalam memberikan pelayanan kesehatan. Dalam menjalankan tugas seorang TKHI hendaklah tulus ikhlas melepaskan semua kekuasaan, pangkat maupun berbagai embel-embel yang melekat pada dirinya, segala kejadian diluar dugaan selalu saja menghadang kita tetapi hendaklah kita ridha menerimanya.Jangan selalu melihat kesalahan orang lain, sehingga lupa melihat diri kita sendiri. Semangat pengabdian harus selalu ditumbuhkan karena dia akan membentengi diri kita, sehingga tetap bisa memunculkan jurus jurus kreatif sebagai strategi dalam mengatasi setiap kesulitan. Panggilan tugas tetap harus dilihat sebagai ibadah. Pada musim tahun haji tahun 2008 kali ini banyak kelemahan kelemahan yang kita lihat, terjadi diskriminasi pada jemaah haji Indonesi. Diskriminasi terutama dalam hal pemilihan pondokan jemaah haji yang jaraknya bisa mencapai antara 4 kilometer sampai 14 kilometer. Berbagai kesulitan terjadi disebabkan pemondokan setiap kloter tidak mampu menampung jumlah jemaah yang bisa mencapai 400 orang/per kloter, sehingga terpaksa pondokan jemaah tiap kloter dipisah menjadi beberapa bangunan. Bagaimana mungkin kita yang setiap tahun mengirimkan jemaah haji terbesar tetap tidak mendapat posisi tawar yang baik. Belum lagi kondisi pemondokan yang tidak layak untuk menampung jemaah haji. Bagi jemaah yang sudah menabung dan menjual harta warisan untuk menjalankan rukun iman kelima dengan menunaikan ibadah haji, sirna sudah harapan harapannya untuk dapat beribadah dengan leluasa. Aktifitas jemaah haji yang sebagian besar (diatas 60%) berusia
lebih 60 tahun harus dibatasi untuk mengunjungi Masjidil Haram, untuk menghindari kemungkinan keletihan yang berakibat buruk pada kesehatan. Semua kondisi sarana-prasarana haji diatas menyulitkan tenaga kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan. Mereka juga disibukkan dengan penjemputan jemaah haji yang sesat yang jumlahnya mencapai ratusan setiap hari. Rasanya tidak ada lagi titik terang atau secercah harapan bagi petugas TKHI untuk terbebas dari berbagai masalah yang membelitnya. Teriakan mereka tidak mampu membuka hati para pemangku pelayanan Haji Indonesia (TPHI= Tim Pemandu Pelayanan Haji Indonesia). Permasalahan haji sangat kompleks. Mulai dari lemahnya pengawasan Pemerintah Saudi Arabia terhadap muassassah yang selalu bertindak sewenangwenang, tidak mengikuti aturan (persyaratan) kelayakan pondokan. Praktek percaloan yang juga semakin marak. Aparat keamanan dari Pihak Kerajaan Saudi Arabia yang harusnya mampu bertindak tegas, juga tidak banyak berbuat.
Kerangka konsep Tulisan ilmiah Metodologi karya tulis Ilmiah: Pengkajian Penyelenggaraan Diklat responsive gender dilaksanakan dengan metodologi sbb.: - Hasil Evaluasi Paska Pelatihan Diklat Kompetensi TKHI kloter. - Wawancara dengan para Pimpinan Unit Pelayanan Daker dan Sektor. - Wawancara terfokus dalam kelompok Pembina Ibadah Haji - Survei pelanggan dan/atau analisis dari data pelanggan - Analisis proses tingkat makro untuk mengidentifikasi proses, hambatan, para stake holder dan jemaah haji
Temuan Hasil Evaluasi Paska Diklat TKHI 2008:
Permasalahan dalam pelayanan kesehatan Haji: 1. Pramanifes I dan II banyak yang tidak lengkap, supaya lebih selektif 2. Geriatri tanpa pendamping 3. Pelayanan jemaah risti sesuai mapping sulit dilakukan 4. Pemeriksaan calon haji tidak selektif 5. Obat yang diterima dari sektor tidak lengkap (tidak sesuai permintaan) , dalam seminggu hanya 1 - 2 x. 6. Manajemen pelayanan kurang efektif 7. Alat pemeriksaan gula darah (glukometer), kursi roda tersedia di sektor 8. Manajemen pelayanan baik 9. Sarana pelayanan ditinjau ulang 10. Manajemen pelayanan banyak kekurangan terutama pelaporan 11. TKHI jangan dilempar kekloter daerah lain. 12. Tanggung jawab petugas tidak seimbang, dibandingkan jumlah jemaah. 13. Protap pelayanan bagi kasus emergensi 14. Pemenuhan fasiltas emergensi mis: O2 15. Kerja keras, kerja cerdas, kerja ikhlas 16. Tensi dan termometer digital kondisi rusak Walaupun beberapa permasalahan yang dihadapi oleh TKHI cukup banyak, tetapi petugas TKHI tetap memiliki kepedulian yang tinggi terhadap tugas tugas yang dibebankan. Beberapa kepuasan diperoleh karena TKHI menganggap perjalanan tugas yang dibebankan kepada mereka adalah suatu ibadah yang tak ternilai.
39
BERITA
Kepuasan petugas (TKHI) dalam menjalankan tugas: 1. Petugas mendapat tambahan pengalaman, serta menganggap pekerjaan sebagai ibadah 2. Koordinasi dengan sektor dan Daker berlangsung baik 3. Penghargaan diberikan oleh Departemen Kesehatan sudah layak 4. Tim yang solid TPHI (Tenaga Penyelenggara Haji Indonesia) ,TKHI (Tenaga Kesehatan Haji Indonesia) dan TPIH (Tim Penyelenggara Ibadah Haji). 5. Kelengkapan obat dan alkes yang dibutuhkan sudah baik. 6. KBIH (Kelompok Bimbingan Ibadah Haji) mudah bekerjasama dengan kesehatan 7. Mampu menyembuhkan jemaah yang sakit 8. Jemaah risti kondisinya baik, dan bisa beribadah sempurna 9. Kerjasama tim yang baik, antar sesama petugas kloter dan antar kloter dan sektor, serta antar sektor dan Daker. 10. Membimbing ilmu tentang kesehatan pada jemaah 11. Jemaah puas dengan pelayanan kesehatan 12. Jemaah Risti kooperatif dengan petugas kesehatan 13. Penyuluhan kesehatan direspons dengan baik oleh jemaah 14. Kerjasama petugas dengan pasien baik sehingga cepat dirujuk 15. Keberhasilan menolong pasien emergensi dengan bantuan alat seadanya.
Latar belakang pengaruh budaya Arab
Budaya Arab, memang sangat kental mewarnai pelayanan jemaah mulai dari bandara, sampai kepemukima Untuk mempertahankan kinerja pelayanan, maka petugas TKHI harus mampu beradaptasi dengan budaya setempat, dipersiapkan 40
baik fisik, jiwa dan mentalnya. Kita banyak belajar dari kisah Nabi Ibrahim: …………… Sayyid Husein Mazhahiri menulis, “Allah Subhaanahu wata’ala berfirman: “Dan jadikanlah sebagaian maqam Ibrahim sebagai tempat shalat. (QS.AlBaqarah: 125). Kedudukan Nabi Ibrahim As sangatlah sempurna disebabkan fakta bahwa beliau telah menghabiskan seluruh hidupnya, seluruh kehidupan keluarganya dan seluruh kekayaannya dalam rangka tauhid dan memelihara syiar-syiar Allah dan membangun Ka’bah.” Di Maqam Ibrahim seorang haji melaksanakan shalat sebagaimana tuntutan Al-Qur’an dan contoh dari Rasullullah Shallallahu’alaihi wa sallam, dan disamping itu juga ada sebuah tuntutan yang bersifat moral bagi setiap orang yang telah berada di Maqam Ibrahim itu, kesediaan diri untuk meneladani Nabi Ibrahim As, tentang : keteladanan Nabi Ibrahim yang mampu mendahulukan cintanya kepada Allah Subhaanahu wa Ta’ala, melebihi cintanya kepada anak dan isterinya. Mampukah kita mendahulukan cinta kepada Allah melebihi keluarga, harta, jabatan dan sebagainya. Bagi kita tentunya hal tersebut menuntut adanya kesadaran yang tinggi, tekad yang kuat, keinginan yang besar untuk bisa melakukannya.Dan itulah salah satu ujian besar di dalam kehidupan kita Ada jurus keberhasilan yang perlu dipertahankan yaitu seorang TKHI harus memiliki jiwa ’kepemimpinan holistik’. Sehingga sikap kepemimpinan tersebut mampu membuat mereka bertahan dalam menghadapi berbagai ujian yang datang.Ilmu yang dibekali sebelum berangkat ketanah suci belum tentu cukup, hendaklah TKHI terus
belajar, sehingga pada saatnya bisa menerapkan ilmu sebagai amal, maka TKHI akan mendapatkan dua kebaikan yaitu pahala ilmu dan pahala belajar. Dalam hal ini unsur ’soft competency’, (sikap dan karakter pribadi) adalah hal yang sangat penting. Jelas disini bahwa seorang TKHI memerlukan ilmu khusus, selain dibekali dengan ilmu lahir, juga harus dibekali dengan ilmu bathin. Syariat agama hendaklah diterapkan dalam menjalankan tugas. Jika Anda menerapkan syariat agama didalam tugas tentulah segala sesuatu yang Anda lakukan lebih ikhlas. Tidak ada yang bisa menandingi Anda. Ilmu yang diperoleh akan berguna jika diamalkan, dan amalan Anda akan berguna jika dilakukan dengan ikhlas. Sebagai seorang Muslim, TKHI menyadari bahwa keyakinan Anda kepada Islam serta ketundukan Anda kepada sang Khaliq, Allah SWT , merupakan sesuatu yang mendorong Anda untuk bersikap dan berperilaku sesuai kehendakNya. Ketakwaan akan memotivasi Anda untuk bersikap dan berperilaku bertanggung jawab sesuai dengan amanah yang diberikan pihak Departemen Kesehatan. Memegang tanggung jawab berarti menjalankan aturan sesuai dengan kehendakNya. Ketakwaan akan memotivasi TKHI untuk meninggalkan kelalaian dalam tugas dan tetap melaksanakan apapun yang diperintahkan. Bagi TKHI, keyakinan terhadap akhirat membuat mereka takut melakukan kesalahan/kelalaian dalam tugas. Ancaman siksa di neraka diberikan oleh Allah SWT Sang Maha Tahu dan Maha Melihat, kepada siapa saja yang menyimpang dari jalan yang ditunjukkanNya.
Jurus-jurus Meningkatkan motivasi petugas TKHI
Disaat melatih peserta TKHI saya
BERITA
sering berdialog dengan mereka, banyak keluhan yang dilontarkan seputar hal-hal yang menyangkut sarana pelayanan (faktor eksternal) seperti peralatan, obat-obat an, atau berkaitan dengan hak-hak peserta pelatihan TKHI seperti honor yang sering telat. Kenapa mereka sangat menghawatirkan tentang sesuatu yang tidak pasti. Bukankah mereka akan diterjunkan ke tanah haram, yang penuh dengan ujian. Tugas pelayanan haji ibarat berjihad di medan perang sangat berbeda dengan tugas mereka selama ini. Karena itu sangat dituntut kesiapan mental dan iman. Beberapa calon TKHI yang saya latih, setengah panik ketika mendengar saya menyampaikan pengalaman saya sebagai Tim Pengawasan dan Pengendalian Pelayanan Kesehatan Haji (Wasdal) menyaksikan betapa beratnya tantangan disaat musim haji, dan ketika itu beberapa orang diantara peserta meminta saya untuk berangkat mendampingi mereka. Ternyata beberapa peserta TKHI belum siap secara mental mendapat titipan tugas di tanah suci. Sebagai TKHI hendaknya sebelum memutuskan sebagai TKHI Anda harus mencari alasan yang melatarbelakangi kenapa Anda mendaftarkan diri sebagai petugas TKHI. Karena dari alasan alasan tersebut diketahui ada atau tidaknya motivasi dalam diri Anda. Dengan kata lain, dalam setiap aktifitas di tiap sudut kehidupan selalu ditentukan sebuah motivasi. Apakah yang diperlukan untuk seorang manusia? Ketika Anda ingin beribadah, maka ibadah Anda tidak punya nilai kalau Anda tidak mulai dengan sebuah motivasi yang jelas.Motivasi yang jelas dalam bahasa Arab disebut dengan niat yang ikhlas. Rasullullah mengatakan dalam salah satu haditsnya, “Apabila sebuah perbuatan tidak dimulai
dengan niat yang ikhlas, maka amal itu akan tertolak. ”Sesungguhnya amal itu tergantung niat dan setiap orang akan dimintai tanggung jawabnya berdasarkan niatnya.” Kalau niatnya ikhlas, insya Allah dia akan mendapatkan pahala.
Ada 4 langkah dalam mengembangkan motivation intelligence :
Pertama, Achievement Motivation. Acheivement Motivation adalah kecerdasan motivasi yang intinya adalah kemampuan seseorang untuk mengejar tujuannya, mencapai tujuan. Dorongan Allah didalam Al-Qur’an supaya kita melakukan Achievement Motivation banyak sekali. Salah satunya adalah perintah-Nya agar kita berlombalomba mengerjakan kebajikan. Ketika Allah memerintahkan kita berlomba-lomba dalam berbuat kebaikan, berarti disini semangat achievement motivation itu tumbuh, dengan kata lain akan terdongkraklah motivation intelligence kita. Kedua, Affiliation Motivation, Yang disebut dengan affiliation motivation adalah motivasi seseorang untuk berhubungan dengan masyarakat dengan basis sosial. Jadi yang disebut affiliation motivation adalah bagaimana kita mempunyai kemampuan berinteraksi dengan lingkungan sekeliling kita (lingkungan sosial). Tugas pelayanan kesehatan di tanah suci tidak bisa dilakukan hanya oleh petugas kesehatan, tetapi membutuhkan kerjasama dengan pihak lain seperti departemen Agama, dan pihak kerajaan Saudi Arabia. Jika kita mampu menjalin hubungan dengan baik, maka penanganan pelayanan akan semakin lancar. Ketiga, Competence Motivation.
Adapun yang disebut competence adalah motivasi keinginan kita untuk menguasai suatu pekerjaan dengan mengembangkan ketrampilan memecahkan masalah (problem solving). Keempat, Power Motivation. Apa yang disebut dengan Power Motivation? Power Motivation adalah Kemampuan seseorang untuk mempengaruhi orang dan mengubah situasi. Kemampuan mengubah dan mempengaruhi orang lain adalah kemampuan yang paling tinggi yang dimiliki seseorang. Kita bisa melakukan perubahan jika kita memiliki iman atau keyakinan (belief system) dan jihad (struggle). Dalam kondisi ibadah haji yang serba sulit ditanah suci kedua hal diatas (iman dan jihad) tidak cukup, dibutuhkan orang orang yang bermental atau berjiwa sacrification. Jiwa berkorban harus dimiliki oleh seorang TKHI lebih tinggi dibandingkan sebelumnya. Saya mengamati walaupun banyak keberhasilan TKHI kita tetapi juga banyak kelalaian petugas TKHI kita dalam melakukan tugasnya. Hal yang selalu diabaikan walaupun penting adalah pencatatan dan pelaporan kasus jemaah yang sakit. Walau sesibuk apapun petugas harus tetap komit pada tugasnya. Jangan menganggap sepele pencatatan dan pelaporan. Menurut pengamatan juga masalah terjadi pada pemeriksaan calon haji di tanah air yang dilakukan beberapa tahap, tetapi tidak dilakukan dengan benar. Banyak buku catatan medik tidak diisi, jika diisi juga secara sembarangan, tidak lengkap. Sehingga petugas TKHI di tanah suci sering kecolongan menerima limpahan kekurang tanggung jawaban petugas pemeriksa kesehatan haji di tanah air. Bagaimana caranya membina petugas TKHI? Tentu 41
BERITA
saja banyak caranya, diantaranya sebagai berikut: Pertama, sebagai petugas kesehatan kita buka telinga, buka mata kita, perkuat radar kepekaan kita.Setiap ada umpan balik negatif segera kita benahi dan luruskan. Buka telinga kita, dengarkan suarasuara yang negatif tadi kemudian alihkan kepada yang positif.Buka mata Anda, jangan membuat pernyataan yang merugikan departemen kesehatan. Kedua, janganlah pernah menganggap bahwa segala yang dimiliki oleh kita sekarang adalah milik kita. Kepemilikan itu hanya ada pada Allah swt, bukan ada dalam diri kita,.Semua yang kita miliki, semuanya bukan milik kita.Ini adalah milik Allah yang dititipkan kepada kita untuk digunakan sebagaimana mestinya. Kalau setiap petugas TKHI menyadari bahwa semua fasilitas dan status yang melekat pada diri kita, harta kekayaan kita itu adalah milik Allah, rasanya kita tidak akan berat untuk berkorban.Mari kita korbankan segala sesuatu dengan dibangun lewat empati. Ketiga, fokus. Pengorbanan akan terjadi apabila kita mau memfokuskan seluruh pikiran, tenaga, dan waktu kita untuk satu kebaikan yang lebih jauh. Bukan jangka pendek, tapi jangka panjang. Mari kita investasikan tenaga, pikiran, dan perasaan kita untuk tujuan yang lebih jauh, untuk akhirat kita, untuk masa depan kita. Fokuskan dan pusatkan perhatian kita. Dan sesuatu yang difokuskan, sesuatu yang dipusatkan akan melahirkan suatu kekuatan yang lebih jauh lebih dahsyat dibandingkan kalau kita tidak fokuskan.
42
Kesimpulan:
• Seorang TKHI haruslah tanggap terhadap tugas-tugasnya, menganggap tugas sebagai bagian dari ibadah. • Hendaklah kita sebagai petugas TKHI berupaya untuk bisa meneladani semangat pengorbanan Nabi Ibrahim dan keluarganya di dalam melaksanakan ketaatan atau kepatuhan terhadap perintah Allah dan sekaligus melaksanakan ketaatan dan kepatuhan pada tugas tugas
TKHI. • Sebagai TKHI kita banyak mengalami ujian - ujian. Kemampuan tehnis kesehatan yang kita miliki saja tidak cukup, tetapi diperlukan kemampuan lain yaitu Achievement Motivation. Bagi kita tentunya hal tersebut menuntut adanya kesadaran yang tinggi, tekad yang kuat, keinginan yang besar untuk bisa melakukannya.Dan itulah salah satu ujian besar di dalam menjalankan tugas tugas pelayanan kesehatan bagi tamutamu Allah.
BERITA
Theater Nyamuk, Loka Litbangkes CiaMis
N
yamuk, salah satu makhluk Tuhan yang unik. Ia sering dikambing hitamkan karena dianggap menebar berbagai jenis penyakit. Demam berdarah, malaria dan filariasis merupakan jenis penyakit yang selalu dikaitkannya. Sehingga berbagai pihak meneliti, mendiskusikan dan mengembangkan program pemberantasannya. Begitu seriusnya masalah ini, Depkes membentuk unit tersendiri untuk pengendalian penyakit bersumber binatang ini. Unit ini tersebar di seluruh Indonesia, dari Pusat hingga daerah. Melalui SK Badan Litbang 13 Agustus 2001 yang lalu, lahir Unit pelaksana Fungsional pemberantasan Vektor dan Reservoar Penyakit ( UPF-PVRP) Ciamis, Jawa Barat. Saat ini telah berubah menjadi Loka Litbangkes Ciamis. Kini, nyamuk bukan hanya komoditas penelitian dan penyakit, tapi sudah merambah dunia pariwisata. Bagaimana ceritanya?. Sugianto, SKM, M.ScPH tokoh sentral pengembangan ini. Ia merubah nyamuk sumber penyakit, menjadi sumber pengetahuan, hiburan dan tidak mustahil kelak menjadi sumber penghasil uang melalui program pariwisata yang dikembangkannya. Secara lugas awal Februari 2009, ia memamerkan dihadapan pimpinan Pusat Komunikasi Publik. Judulnya “Theater Nyamuk”. Sebuah kemasan yang menarik. Ternyata, bukan hanya manusia yang dapat bermain theater, tapi nyamukpun mahir. Seperti apakah bentuknya ? Inilah pertanyaan yang menggelitik. Untuk membuktikannya, kita dapat berkunjung ke Loka Litbangkes ciamis, dari arah Jakarta tiga kilometer sebelum tempat wisata pantai Pangandaran. Pengunjung dapat berwisata ilmiah ke
Pangandaran sekaligus mengunjungi “ Theater Nyamuk”. Theater nyamuk, merupakan sarana penunjang wisata ilmiyah dengan luas bangunan 2000 m2 yang dilengkapi dengan ruang sinema, berfungsi untuk memutar film dokumenter, ruang kelas berkapasitas 40 orang, ruang museum untuk menyimpan koleksi, ruang multi media untuk proses editing dan dubbing. Pada bagian depan terdapat ruang pelayanan sebagai tempat informasi, penjualan tiket dan souvenir
unik berjenis serangga, khususnya nyamuk.
Wisata Ilmiah
Kemasan, adalah cara memasarkan ilmu pengetahuan yang rumit, sulit bahkan berat menjadi sederhana, mudah dan ringan. Inilah kemasan yang ditawarkan oleh Loka Litbangkes ciamis. Mengemas ilmu pengetahuan, hasil penelitian terkait dengan nyamuk dengan cara mengamati sambil rekreasi. Ada banyak contoh berbagai jenis nyamuk, baik yang mati maupun yang masih hidup. Jangan takut digigit nyamuk, sebab mereka telah dimasukan dalam kaca tembus pandang. Semua aman bagi pengunjung.
Integrasi, inilah cara mudah mengemas ilmu pengetahuan, teknologi dan seni bidang kesehatan dalam bentuk wisata ilmiah. Sehingga dengan kemasan ini, anak – anak sekolah dasarpun secara mudah dapat memperoleh pengetahuan. Termasuk menumbuhkan kecintaan ilmu pengetahuan kepada anak sedini mungkin. Kedepan, wisata ilmiah ditempat ini akan dilengkapi dengan insektarium, laboratorium entomologi, parasitologi dan Firologi. Perpustakaan dengan berbagai laporan, hasil penelitian dan survei dalam bentuk artikel, foto dan film. Disamping itu, kita dapat menikmati taman obat anti malaria dan pengusir nyamuk, termasuk theater nyamuk. Dalam theater nyamuk, pengunjung dapat menikmati koleksi nyamuk, larva nyamuk dan antropoda. Kini, Loka Lintbang ini menyediakan paket wisata ilmiah dalam 3 katagori paket kunjungan, yaitu; paket singkat, menengah dan panjang. Dalam perkembanganya, paket wisata ilmiah yang diluncurkan telah menarik pengunjung dari berbagai kalangan. Mulai dari pelajar, mahasiswa, institusi pemerintah dan sebagian besar perguruan tinggi. Secara struktur, unit ini bertanggung jawab kepada Kepala Badang Litbang. Operasionalnya dibina oleh Puslitbang Ekologi, Bio Medis dan Farmasi Balitbangkes Depkes RI. Hal ini sesuai dengan Kepmenkes 1406, 30 September 2003. Sedangkan fungsinya antara lain; menyusun rencana program penelitian dan pengembangan pemberantasan penyakit bersumber binatang (P2B2). Selamat berkunjung !! (pra) 43
PELITA
Pesan Riset Kesehatan Dasar Oleh: Prawito
B
anyak cara menuju mati. Sebab begitu banyaknya cara menuju mati, tak satupun manusia yang sanggup mengidentifikasi. Apalagi melakukan deteksi dini. Manusia mengetahui setelah peristiwa kematian itu terjadi. Kapan, dimana dan dengan perantara apa kematian itu terjadi. Tapi sebelum kematian itu terjadi, semua pertanyaan di atas tak seorangpun dapat memprediksi dengan tepat, walau orang tersebut telah divonis pidana mati. Sebab kematian itu bukan milik manusia, tapi milik Allah. Dan Allah pulalah yang menentukan ajalnya. Bagi orang beriman dan mau menggunakan akalnya, tidak akan pernah pusing dengan perantara apa kematian itu terjadi. Sebab kematian pasti akan terjadi cepat atau lambat. Tetapi yang dikhawatiri sudah cukup bekalkah dengan amal kebaikan untuk menghadapi mati yang tak dapat diprediksi itu?. Oleh sebab itu, mempersiapkan bekal amal kebaikan dan memohon ampun atas dosa-dosanya sejak dini jauh lebih penting dari pada mengkhawatiri ajal kematian yang pasti datang, bahkan tak dapat ditunda sedikitpun. Setelah itu manusia hanya dapat berharap kepada Allah kiranya berkenan mengampuni dosa dan menerima amal kebaikanya. Bahkan memohon diberi kesempatan sebanyak-banyaknya untuk 44
bertobat, beristighfar memohon ampun menjelang detik-detik kematiannya. Hasil Riset Kesehatan Dasar ( Riskesdas) Badan Litbangkes tahun 2008 telah memberi pesan special tentang penyebab kematian tertinggi manusia Indonesia, yaitu STROKE. Jenis penyakit yang dapat menyebabkan kematian secara mendadak. Tampak segar bugar, bahkan sedang berolah raga, tibatiba meninggal. Kini, kasus kamatian dadakan dan mengejutkan ini semakin hari trend nya meningkat, terutama diperkotaan. Tidak menutup kemungkinan pelan tapi pasti akan menjalar ke wilayah pedesaan. Tentu semua ini terkait dengan pola makan dan pola hidupnya. Umumnya, orang mempersepsi kematian sudah dekat itu, jika yang bersangkutan sudah sakit-sakitan, bertahun-tahun tak kunjung sembuh. Padahal sudah berbagai jenis pengobatan telah dilakukan. Mulai dari medis modern sampai yang tradisional. Sementara ada yang merasa sehat walafiat, segar bugar sehingga beranggapan waktu kematiannya masih jauh, bahkan ingin hidup seribu tahun lagi. Tapi faktanya setelah itu mendadak mati. Terkadang sanak keluarga, teman dan handai tolan tidak percaya dengan kematiannya secepat itu. Itulah fakta hasil riskesdas yang
tak terbantahkan. Jadi fenomena kematian akibat stroke, memberi pesan bahwa waktu kematian itu dekat sekali. Mengapa ? Karena hampir sebagian besar kematian akibat stroke tidak diawali dengan sakit yang parah berkepanjangan sebagaimana penyakit infeksi ( misal TBC ). Beberapa pesan riskesdas untuk hidup dan kematian; pertama, bahwa kematian itu semakin dekat, sehingga tak perlu menunda untuk mempersiapkan dengan bekal untuk menghadapinya. Sempatkan diri sejak dini, sebelum terlambat. Tak perlu menunggu waktu, karena berbagai alasan, sibuk, capek, malas dan alasan lainya. Juga tak perlu menunggu teman, istri, suami dan lainya. Segera bekali diri, sambil mengajak orang lain. Sebab tidak ada her atau pengulangan hidup kembali bagi yang gagal, walau sedetik untuk sekedar memperbaiki diri. Sekali gagal, menyesal selamanya. Sebagaimana firmanNya “ Dan infaqkanlah dari sebagian dari apa yang telah kami berikan kepadamu sebelum datang kematian salah seorang diantaramu; lalu dia berkata (menyesali), Ya.. Tuhanku, sekiranya Engkau berkenan menunda (kematian)ku sedikit waktu saja, maka aku akan bersedekah dan menjadi hambamu yang sholeh. Dan Allah tidak akan menunda ajal seseorang apabila telah datang. Dan Allah Maha Teliti terhadap apa yang
PELITA
kamu kerjakan ( QS Al Munafiqun, ayat 10-11) Kedua, berusahalah seimbang dalam hidup ini. Seimbang itu adil. Kalau tidak adil berarti dzalim. Hidup didunia itu terbatas, sempit waktunya. Tak cukup untuk berlehaleha. Semua betul-betul harus diatur sehingga mempunyai makna yang tinggi dalam hidup yang sebentar ini. Oleh sebab itu menyeimbangkan kehidupan menjadi prioritas. Apa yang dimaksud keseimbangan hidup?. Kita harus sadar, bahwa hidup ini tidak hanya di dunia saja. Kita juga harus menyadari sesadarsadarnya bahwa ada kehidupan akhirat yang abadi. Kesadaran akan dua kehidupan inilah yang akan menyandarkan kita pada keseimbangan. Sehingga, perilaku hidupnya didunia didominasi oleh norma agama dan narma moral. Hanya melakukan pekerjaan yang memang diperbolehkan dan menjauhi yang terlarang dengan sekuat tenaga. Pemahanan ini benarbenar menjadi panduan, sehingga tidak terjabak oleh bujuk rayu dunia yang menakjubkan. Setiap tutur kata, sikap dan perilakunya benarbenar diarahkan untuk mendapat keuntungan dunia sekaligus akhirat. Dan sekuat tenaga menjauhi tutur kata, sikap dan perilaku yang dapat menghancurkan kehidupan dunia dan akhiratnya. Seandainya harus memilih keuntungan dunia tapi hancur akhiratnya atau hancur dunianya tapi untung akhiratnya, maka mereka memilih keuntungan akhirat, karena akhiratlah yang abadi. Sebagaimana Allah ajarkan dalam firmanNya “Dan carilah (pahala) negeri akhirat dengan apa yang telah Allah anugerahkan
kepadamu, tetapi jangan kamu lupakan bagianmu didunia dan berbuat baiklah kepada orang lain, sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi. Sungguh, Allah tidak menyukai orang yang berbuat kerusakan” (QS. Al Qasas; ayat 77 ). Ketiga; Selain stroke, riskesdas juga menggambarkan bahwa umur harapan manusia Indonesia semakin baik, terakhir mencapai 70,1 tahun. Tentu sebuah kemajuan yang patut kita syukuri. Tetapi jika dihubungan dengan stroke, penulis secara pribadi agak miris. Mengapa ? Umur yang panjang kemudian meninggal dengan stroke. Penulis tidak bermasud memvonis tetapi untuk preventif kita semua. Sebab sebagian besar kita tidak menutup kemungkinan akan meninggal dengan cara yang sama, Stroke. Pertanyaanya apakah dengan kematian yang mendadak, sudah mempersiapkan bekal yang dibutuhkan? Berbeda, dengan penyakit infeksi. Umumnya pasien merasakan sakit terlebih dahulu, sehingga ada persiapan untuk mohon ampun, istighfar, wasiat dll. Itu secara teori. Prakteknya wallahu’alam. Sebab detik-detik kematian itu tergantung amal perbuatan sebelumnya, tidak bergantung dengan sebab penyakit apa seseorang meninggal. Oleh sebab itu kita ambil positifya saja, persiapkan diri sejak dini. Harapanya, dengan semakin pajang umurnya, semakin panjang waktu untuk mempersiapkan bekal akhiratnya.
Desember 2008. Apakah kebetulan atau direncanakan. Yang jelas jeda beberapa pekan kemudian datang tahun baru Masehi 2009 berdekatan waktunya dengan tahun baru Hijrah 1430. Hijrah, secara makani (tempat) bermakna pindah. Tetapi secara maknawi berarti perubahan. Riskesdas telah memberi dasar untuk berubah. Paling tidak merubah cara bekerja dengan berbasis data. Telah banyak data kuantitif dan kualitatif di bumi Allah ini, tapi sedikit yang mau menggunakanya. Mudah-mudahan dengan riskesdas ini menambah spirit baru, pada tahun baru untuk hidup baru yang lebih baik lagi. Ya…Allah berilah kebahagiaan kami hidup didunia dan kebahagiaan hidup di akhirat, serta bebaskan dari siksa api neraka. Amin.
Kita sering mengorbankan kesehatan untuk memperoleh uang dan kemudian mengorbankan uang untuk memperoleh lagi kesehatan. -Mike Murdock-
Riskesdas, diluncurkan diakhir tahun 45
PELITA
KEPURA-PURAAN SAMA DENGAN KETIDAK IKHLASAN
D
ia itu tidak pernah mau berkorban lho dari kantong sendiri untuk kantor. Dia itu lebih mementingkan kantong sendiri kok dari pada orang lain. Kalau aku sih nanti, kalau punya posisi aku akan berkorban dari kantong sendiri dulu untuk kantor, begitu katanya, selewat cerita teman kalau lagi tidak mood, kadang bicara jadi tidak menentu ya. Toh kita tidak tahu dan tidak perlu tahu apa yang dilakukan si dia, siapa tahu niat si dia itu baik dan itu sudah cukup untuk konsumsi diri kita sendiri. Si aku cuma pandai berkelit, mencuri kecil-kecilan ah, tidak tahu ini lah, anggap uang hasil mencuri milik kantong sendiri, jadi lempar batu sembunyi tangan, ingin jadi pahlawan peduli terhadap orang lain dari kantong sendiri, padahal dari uang mencuri walau kecil-kecilan. Setiap orang berhak untuk menuntut haknya, namun jangan sampai hak orang lain menjadi bagian dari tuntutannya. Silahkan saja tuntutlah hakmu, namun setidaknya tunjukan terlebih dulu kewajibanmu dengan benar. Repot deh mengikuti jalanan si aku tetap seperti itu. Untuk itu jadilah diri sendiri yang sadar mau dan mampu memberi dari hasil keringatnya sendiri. Upayakan diri untuk melihat sebuah rizki bukan dari nominalnya, namun ketulusan rizki itu datang dan jangan sampai hidup ini merugi berbuat kebajikan diatas kebenaran sekalipun pahit. Rambut sama hitam, isi kepala tetap beda, masing-masing orang punya kehidupan sendiri, punya motivasi visi dan misi berbeda. Selama orang itu tidak merugikan diri kita, nikmati 46
saja perbedaan itu. Kenapa mesti menceritakan kekurangan orang lain sesama ciptaanNya?. Menceritakan kekurangan orang lain tidak akan pernah ada habis kok. Belum tentu orang yang diceritakan seburuk orang yang menceritakan. Orang yang menceritakan kekurangan orang lain yang tidak berdasar seperti manusia terlahir sulit untuk memaknai sebuah filosofi ini, “Bicaralah kebaikan orang lain dan pujilah kelebihannya”. Mampukah?. Entahlah, karena kisah kepurapuraan dibawah ini, agar kiranya diri kita mampu menepis. Alhasil, remaja modern kini tengah berada di dunia kepura-puraan. Ironisnya, mereka percaya pada kepura-puraan itu. Setiap hari mereka disuguhi 99% tontonan TV yang berisi kepura-puraan bahkan kebohongan dan gosip yang justru membodohi bukannya mendidik. Acara-acara TV seperti film-film berlabel VHS, sinetron-sinetron atau gosip infotainment yang mereka pergoki tiap hari menyuguhkan berbagai kepura-puraan yang sangat ironi. Mereka semuanya menawarkan gaya hidup glamour, mewah dan pergaulan bebas sebebas-bebasnya. Sebuah idiologi tandingan ditengah masyarakat yang mayoritas agamis. Ironisnya lagi, tayangan tersebut laku keras di pasaran alias paling disukai penonton dan bintang utamanya pun tak ayal dijadikan panutan sekalipun tanpa alasan yang jelas. Begitu pula iklan-iklan yang menawarkan penyembuhan tuntas dan gaya hidup ‘wah’ dengan klip yang bebas moral, juga sarat kepura-puraan.
Dampaknya pun bukan main, berbagai tindak kriminal berupa free sex, aborsi dan kekerasan di dunia remaja hakekatnya ‘didikan’ dari dunia kepura-puraan. Pantas jika Neil Postman dalam bukunya “Amusing Ourselves to Death“, menulis bahwa saat ini orang tengah menghibur diri terus sampai mati! Hal itu dikarenakan format TV ditujukan untuk hiburan semata dan bukan untuk sarana pendidikan. Di dunia kepura-puraan tidak mengenal istilah percaya atau tidak, yang ada adalah hanya kesenangan semu. Pemirsa “dipaksa” percaya pada berbagai tayangan hingga terkadang harus mengaduk-aduk emosinya sendiri bahkan sampai terbawa ke alam mimpi. Tak heran jika para remaja tergiur oleh dunia kepura-puraan, bermimpi mendambakan tubuh seperti model dalam iklan dan film. Bahkan jika ada keajaiban, remaja menginginkan persis seperti mereka. Itulah dunia kepura-puraan. Memang ada saat-saat dimana kehidupan kita semua ketika merasa berada di bawah dan mengalami saat-saat singkat yang penuh dengan keraguan. Alasan mengapa begitu banyak orang yang merasa dirinya rendah baik tentang kehidupan, penampilan, keahlian maupun kemampuannya adalah karena kita menghabiskan terlalu banyak waktu untuk membandingkan diri kita dengan para pahlawan dari dunia kepura-puraan TV. Mengingat, kekaguman terhadap tokoh dunia kepura-puraan secara
PELITA
berlebihan, bukan saja memancing frustasi, tetapi juga membentuk sikap mental minder, merasa tidak puas terhadap apa yang dimiliki, baik kecantikan, pakaian atau tubuh. Sikap ini akan menimbulkan pola hidup konsumeris dan serba kekurangan. Maka, jalan pintas menuju kemewahan itu tak lain melalui KKN. Tindakan kriminal seperti KKN pun terjadi di jajaran elit dan penguasa, yang hakikatnya implikasi dari dunia kepura-puraan juga. Drama kepura-puraan di pentas politik telah menjadi ‘serial’ laiknya sinetron bersambung di acara-acara entertainment televisi nasional. Wajah buruk parlemen kian parah. performa pemerintah juga tak kalah payah. Lantas, rakyat menjadi korban lagi. Entah sampai kapan kita bisa mendapatkan sebuah sistem politik nasional yang jujur, berpihak kepada rakyat, dan tidak dibangun diatas semangat kepura-puraan. Ya, purapura vokal, pura-pura memihak, pura-pura atas nama rakyat, purapura bersidang, pura-pura rapat, dan seterusnya-sampai urusan pura-pura studi banding (study comparative). Tidak semua memang seperti itu, kita juga masih memiliki politisi, elite, wakil yang memiliki hati nurani, jiwa patriotik, dan amanah. Masalahnya, sedikit sekali. Sebenarnya tradisi ini bisa dibalikkan, seandainya semangat komitmen kepada rakyat dan atas dasar amanah menjadi latar belakang kinerja bagi para elite. Kalau saja, rapat atau sidang yang diadakan itu benar-benar dan sungguh-sungguh membahas masalah sekaligus menjadi problem solving (way out) bagi masalah yang sesungguhnya sedang dihadapi rakyat, maka menjadi bisa dipahami kendati rapat atau sidang itu memang harus memerlukan biaya mahal. Hal sama juga berlaku bagi
kunjungan kerja atau studi bandingstudi banding yang berulang-ulang itu. Wajah elit di seantero negeri ini yang tampil dengan style penuh “kepurapuraan” dalam mengemban amanah kekuasaan yang dipercayak an kepada mereka sesungguhnya adalah wujud ketidak ikhlasan dalam beramal. Bisa jadi ketidak-ikhlasan mereka muncul dari niat awal para elit itu menjadi penguasa hanya untuk memperjuangkan kepentingan pribadi mereka. Mereka sejak awal memang hanya ingin jadi orang kaya, orang hebat, orang berpengaruh, orang penting, dan sederet predikat orang super lainnya. Amanah kekuasaan yang dipercayakan kepada mereka akhirnya dijalankan dengan penuh kepura-puraan agar kedok mereka sejak awal itu bisa tertutupi dan mereka dengan kepura-puraan itu seolah-olah tetap menjadi pejuang, pemimpin dan pengayom kepentingan rakyat. Bisa jadi kepura-puraan sama dengan ketidak-ikhlasan mereka terjadi karena niat awal mereka untuk memikul amanah kekuasaan dengan baik telah bergeser karena adanya tuntutan keadaan, lingkungan sosial dan budaya yang “memaksa” para elit harus berkhianat.
kaya materi dan harta benda. Apapun alasan dari style kepurapuraan para elit itu sesungguhnya tak lain dari lahirnya krisis keikhlasan mereka. Dan keikhlasan itu adalah buah manis dari keimanan seorang hamba Allah. Oleh karena itu, bagi diri remaja sendiri sebagai generasi muda penerus cita bangsa dan negara, hendaknya bisa berpikir dewasa, kritis dan bermental baja. Remaja masa kini harus memiliki kesadaran nurani yang tinggi, tidak begitu saja mengekor atau mencontoh segala yang ditayangkan media massa terutama TV. Maka, jangan biarkan setiap detik berlalu tanpa aktivitas positif. Masa depan akan semakin sarat tantangan. Masa depan membutuhkan remaja-remaja kreatif yang siap mengayuh perahu lebih cepat, berani menentang ombak dan siap berhadapan dengan derasnya arus globalisasi zaman. Diantara fakta kebanyakan itu, sesungguhnya masih tersisa diantara elite yang memiliki komitmen moral yang tinggi. Kita mendoakan semoga yang tersisa itu, tetap bertahan dan setia atas sikap mulia itu. Wallahu a’lam.
Mungkin keluarga, kolega, organisasi politik, atau tuntutan buaya selebritis akhirnya menggeser keikhlasan mereka untuk menjadi pemimpin, penguasa dan pelayanan masyarakat sejati.
“Jangan pik irk an kesenangan, tapi pikirkanlah bagaimana memperjuangkan kesenangan. Jangan pikirkan surga, tapi pikirkanlah bagaimana membuat amal kebaikan. Ketahuilah bahwa jalan untuk meraih surga itu dipagari duri dan jalan meraih neraka dipagari roti.“ . Surat Al-Baqarah (Ayat 8-13).
Sehingga ujung dari lahirnya kepurapuraan itu tak lain karena para elit kita sesungguhnya adalah orangorang yang miskin keimanan kepada Penciptanya walaupun dia sangat
Jika seorang muslim telah menjadikan Islam sebagai titik tolak berfikir dalam segala hal maka sikap dan perilakunya bukan sekadar dibuat-buat melainkan dilakukan 47
PELITA
dengan kesadaran. Iltizam adalah suatu komitmen yang lahir dari dalam diri (wa’yu dzati) dan bukan sesuatu yang bersifat kamuflase (kepura-puraan) ataupun paksaan. Menurut Fathi Yakan, iltizam adalah sebuah komitmen terhadap Islam dari hukum-hukumnya secara utuh dengan menjadikan Islam sebagai siklus kehidupan, tolak pikir dan sumber hukum dalam setiap tema pembicaraan dan permasalahan. Sebagaimana perintah Allah Taala dalam, QS. 2:208 agar seorang muslim masuk ke dalam Islam secara kaffah. Paling tidak harus ada dua indikator yang menunjukkan bahwa seseorang memiliki iltizam atau komitmen : Ada indikator lahiriah yang jelas dan kongkrit. Misalnya seorang muslim yang shaleh akan hampir selalu terlihat shalat tepat waktu dan berjamaah di masjid. Jadi logikanya tidak bisa dibalik bahwa orang yang shalat di masjid belum tentu baik. Hal tersebut di atas memang tidak bisa digeneralisir dan kita sulit mengatakan seseorang memiliki iltizam jika ia enggan shalat. Adanya muraqabah dzatiyah. Kita memang tidak boleh hanya mengandalkan mutaba’ah zhahiriyah, melainkan juga harus menumbuhkan muraqabah dzatiyah agar amal yang dilakukan tidak dinodai kepura-puraan, kamuflase, nifaq, dan riya. Artinya di manapun dan dalam situasi dan kondisi yang bagaimanapun apakah ada orang atau tidak, giat atau malas, suka atau tidak suka, dicaci atau di puji kita tetap konsisten dalam melakukan amal shaleh. Sebagaimana Rasulullah SAW berpesan kepada seorang sahabat yang belum mau pulang ke daerah asalnya untuk berdakwah. “Bertakwalah kepada Allah di manapun kamu berada dan iringilah 48
perbuatan buruk dengan perbuatan baik. Dan pergaulilah manusia dengan akhlak yang baik.” Iltizam terhadap syariat meliputi aqidah salimah, ibadah shahihah, akhlaq hamidah, dakwah wal jihad, syumul wa tawazun. Dimilikinya iltizam tersebut dalam diri seseorang diharapkan akan membentuk manusia yang utuh (insan mutakamil). Memiliki komitmen atau beriltiazam kepada akhlaq hamidah (akhlak terpuji). Akhlaq hamidah jelas harus dimiliki oleh seorang muslim yang beriltizam. Dan akhlaq hamidah yang dimaksud tentu saja akhlak yang Islami dan qurani. Sebagaimana Rasulullah diutus untuk menyempurnakan akhlak manusia dan dipuji Allah sebagai orang yang berbudi pekerti agung. (QS 68: 4) Aisyah ra. Mengatakan bahwa akhlak beliau adalah Al-Quran. Artinya jika ingin melihat bagaimana Al-Quran dijabarkan secara konkret dalam sikap, perilaku, dan tindak tanduk di segala aspek kehidupan, lihatlah diri Rasulullah. Rasulullah boleh dikatakan “the living quran” atau Al-Quran yang hidup. Bila seorang dai memiliki akhlak yang Islami ia akan mendapat manfaat antara lain bahwa dirinya patut menjadi teladan. Akhlak terpujinya itu juga menjadi daya tarik dakwah dan dirinya juga akan selalu terhindar dari fitnah. Rasulullah SAW misalnya pernah dikatakan dukun, tukang sihir, gila dan sebagainya, tetapi akhirnya fitnah-fitnah itu terlepas dengan sendirinya melihat keutamaan pribadi Rasulullah. Begitu pula fitnah keji berupa tuduhan zina terhadap ummul mukiminin Aisyah ra yang dikenal dengan peristwa haditsul ifki. Beliau akhirnya mendapatkan pembelaan langsung dari Allah dalam surat An-Nur. Dari
ilmu
dan
pemahaman
diharapkan menumbuhkan keyakinan dan iman yang kemudian mensibghah dan pada akhirnya membentuk sikap serta perilaku yang Islami. Imam syahid Hasan Al-Bana membagi manusia ke dalam tiga kelompok berdasarkan pemahaman dan tingkatan akidahnya : Kelompok yang menerima iman Islam secara doktrin atau dogmatis yang tidak disertai ilmu dan pemahaman yang memadai. Kualitas keyakinannya minim dan biasanya berubah menjadi keragu-raguan bila ada hal yang menimbulkan keraguan pada dirinya. Kelompok yang menerima iman Islam karena sesuai dengan logika dan pemikiran. Bila diungkapkan dengan dalil-dalil berupa logika qurani, maka keimanan dan keyakinan semakin mantap dan bertambah kuat. Hanya saja amalnya masih kurang nampak atau belum terealisir secara baik. Jadi keyakinannya baru sampai tataran logika. Kelompok yang menerima iman Islam karena memadukan unsur pikir, pemahaman dan ketaatan. Jadi semakin yakin ia akan semakin taat melaksanakan amal shaleh dan memperbaiki ibadahnya hatinya selalu diterangi cahaya Allah. (yanti).
RAGAM
Bincang-bincang dengan :
Kepala Pusat Sarana, Prasarana dan Peralatan Kesehatan
SAAT INI SUDAH ADA EMPAT BPFK DAN MENGEMBANGKAN 4 BPFK BARU
Ir. Tugijono, M.Kes, Kepala Pusat Sarana, Prasarana dan Peralatan Kesehatan
S
esuai Peraturan Menkes No. 1575/Menkes/Per/XI/2005, pelaksana tugas di bidang sarana, prasarana dan peralatan kesehatan adalah Pusat Sarana, Prasarana dan Peralatan Kesehatan (PSPPK). PSPPK merupakan salah satu dari tujuh Pusat yang sehari-hari bertanggung jawab kepada Sekretaris Jenderal dan bertanggung jawab langsung kepada Menteri Kesehatan. Dalam menjalankan tugasnya, PSPPK mempunyai lima fungsi diantaranya adalah penyiapan koordinasi dan pelaksanaan penyusunan standar teknis, norma, pedoman, kriteria dan prosedur di bidang sarana, prasarana dan peralatan kesehatan. Dalam menjalankan tugas dan fungsinya, memiliki unit pelaksana teknis (UPT) yaitu Balai
Pengamanan Fasilitas Kesehatan (BPFK). Untuk mengetahui apa dan bagaimana PSPPK, Mediakom melakukan wawancara dengan Ir. Tugijono, M.Kes., Kepala Pusat Sarana Prasarana dan Peralatan Kesehatan. Berikut petikannya.
Pentingnya pengujian dan kalibrasi alkes Sesuai Undang-undang No. 23 tahun 1992 tentang Kesehatan disebutkan, pengamanan sediaan farmasi dan alat kesehatan diselenggarakan untuk melindungi masyarak at dari bahaya yang disebabkan oleh penggunaan sediaan farmasi dan alat kesehatan yang tidak memenuhi persyaratan mutu dan atau keamanan dan/ atau keselamatan. Di dunia kedokteran, alat kesehatan
mempunyai fungsi diagnostik dan terapi. Tetapi selain mempunyai aspek manfaat, juga terdapat aspek risiko. Karena itu untuk menekan risiko penggunaan dan melindungi masyarakat dari bahaya penggunaan alat kesehatan, perlu dilakukan pengujian dan kalibrasi. Kewajiban Sarana Pelayanan Kesehatan untuk melakukan pengujian dan kalibrasi peralatan kesehatannya sesuai dengan Kepmenkes No. 363/MENKES/Per/XI/1999. Adapun Institusi Penguji Alat Kesehatan adalah Balai Pengamanan Fasilitas Kesehatan, hal ini sesuai Keputusan Menteri Kesehatan No. 530/MENKES/Per/IV/2007. BPFK merupakan unit pelaksana teknis (UPT) dari Pusat Sarana, Prasarana dan Peralatan Kesehatan. Salah satu BPFK yakni BPFK Surabaya telah mendapat penghargaan Piala Citra Pelayanan Prima dari Presiden RI.
Perkembangan Pusat Sarana, Prasarana dan Peralatan Kesehatan. Berawal dari Bagian Umum dan Teknik Penyehatan, Biro Logistik dan Keuangan, Sekretariat Jenderal sampai dengan tahun 1977 selanjutnya berkembang menjadi Direktorat. Sebagai Direktorat Instalasi Kesehatan dibawah Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan membawahi BTKL dan BPFK. Dalam perjalanannya, organisasi di lingkungan Departemen Kesehatan, Direktorat Instalasi Medik membawahi UPT-BPFK, sedangkan BTKL menjadi UPT Direktorat 49
RAGAM
Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan. Terakhir sebagai Direktorat dengan nama Direktorat Sarana dan Peralatan Medik, sesuai Keputusan Menkes No. 1277/Menkes/SK/XI/2001 dibawah Direktorat Jenderal Pelayanan Medik. Sesuai dengan Permenkes No. 1575/ Menkes/Per/XI/2005 menjadi Pusat Sarana, Prasarana dan Peralatan Kesehatan dibawah Sekretariat Jenderal, yang mempunyai UPT Balai Pengamanan Fasilitas Kesehatan.
tahun 2008, dibentuk empat unit fungsional Pengamanan Fasilitas Kesehatan di Solo dan Palembang dengan pengampu BPFK Jakarta, Unit Fungsional Pengamanan Fasilitas Kesehatan Banjarmasin dengan pengampu BPFK Surabaya dan Unit Fungsional Pengamanan Fasilitas Kesehatan di Jayapura dengan pengampu BPFK Makassar. Dari keempat Unit Fungsional itu tiga diantaranya sudah operasional yaitu Solo, Palembang dan Banjarmasin.
Perkembangan BPFK
Kedudukan dan Wilayah kerja
Pada tahun 1974 dibentuk pelayanan BPFK Jakarta berkedudukan di dosis radiasi perorangan di RS Jakarta. Wilayah kerjanya meliputi Cipto Mangunkusumo. Kemudian sembilan provinsi yaitu DKI Jakarta, pada tahun 1978 dimulai dengan Jawa Barat, Banten, Jawa Tengah, pembentukan Balai Pemeliharaan DI Yogyakarta, Kalimantan Barat, Peralatan, Proteksi Radiasi dan Sumatera Selatan, Bangka Belitung Kalibrasi (BP3K) di Sunter Jakarta. dan Lampung. Dengan berdirinya BP3K laboratorium BPFK Surabaya, Pengamanan radiasi yang berada berkedudukan di sediaan farmasi di RSCM dipindahkan Surabaya. Wilayah ke Komplek Depkes kerjanya meliputi tujuh dan alat kesehatan Sunter Jakarta. Pada provinsi yaitu Jawa Timur, untuk melindungi tahun 1992 melalui Bali, Nusa Tenggara Barat, masyarakat dari Peraturan Menteri bahaya penggunaan Nusa Tenggara Timur, Kesehatan No. 282 Kalimantan Selatan, sediaan farmasi Tahun 1992 dibentuk Kalimantan Timur dan dan alat kesehatan dua Balai Pengamanan Kalimantan Tengah. yang tidak aman. Fasilitas Kesehatan (BPFK) di Jakarta Kedokteran dan alat BPFK Medan, dan Surabaya. Mulai kesehatan berfungsi berkedudukan di Medan sebagai diagnostik tahun 2000 dengan dengan wilayah kerja dan terapi selain Peraturan Menkes No. meliputi tujuh provinsi 1164 Tahun 2000 BPFK aspek manfaat juga yaitu Nanggroe Aceh dimekarkan menjadi Darussalam, Sumatera ada resiko. untuk empat yaitu Jakarta, menekan resiko perlu Utara, Sumatera Barat, Surabaya, Medan dilakukan pengujian Jambi, Riau, Kepulauan dan Makassar. BPFK Riau dan Bengkulu. dan kalibrasi. Jakarta dan Surabaya adalah BPFK type/ BPFK Makassar kelas A dipimpin oleh pejabat eselon berkedudukan di Makassar dengan III.a, sedangkan BPFK Medan dan 10 wilayah kerja provinsi yaitu : Makassar tipe B dipimpin pejabat Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, eselon III.b.Pada tahun 2007, sesuai Sulawesi Utara, Sulawesi Tenggara, Permenkes No. 530/Menkes/Per/ Sulawesi Barat, Gorontalo, Maluku IV/2007, bahwa keempat BPFK setara Maluku Utara, Papua dan Papua eselon III.a dengan penambahan satu Barat. struktural setara eselon IV.a. Mulai 50
Kebahagiaan akan muncul bila kita tidak memandang kesulitankesulitan kecil sebagai malapetaka - Andre Malraux -
RAGAM
Lebih jauh tentang :
BALAI PENGAMANAN FASILITAS KESEHATAN (BPFK) SURABAYA • • •
prasarana kesehatan; pelaksanaan jejaring kerja dan kemitraan; pelaksanaan bimbingan tehnik di bidang pengamanan fasilitas kesehatan dan j). ketatausahaan.
Untuk menyelenggarakan tugas pokok dan fungsi tersebut, BPFK mempunyai Visi ”Menjadi Pusat Rujukan Nasional Laboratorium Pengujian dan Kalibrasi Fasilitas Kesehatan Berstandar Internasional”. Dengan misi ”Menjamin Mutu Fasilitas Kesehatan dalam rangka Menuju Indonesia Sehat 2010”, ujar Sukendar Adam. Gedung BPFK Surabaya, Jl. Karang Menjangan No.12 Surabaya
A
lat kedokteran mempunyai fungsi diagnostik dan terapi. Selain aspek manfaat, juga terdapat aspek risiko. Untuk menekan risiko penggunaan alat kedokteran, diperlukan pengujian/ kalibrasi. Hingga kini baru ada empat Balai Pengamanan Fasilitas Kesehatan (BPFK) di seluruh Indonesia. Salah satunya adalah BPFK Surabaya. Lembaga ini bertugas melakukan pengujian, kalibrasi dan proteksi radiasi untuk menjamin mutu dan akurasi kinerja peralatan kesehatan. Untuk mengetahui lebih jauh peranan BPFK Surabaya dalam melakukan tugasnya. Berikut petikan wawancara Mediakom dengan Kepala BPFK Surabaya, Sukendar Adam. BPFK, sesuai Peraturan Menkes Nomor 530 tahun 2007 mempunyai
tugas melaksanakan pengamanan fasilitas kesehatan meliputi sarana, prasarana dan peralatan kesehatan melalui pengujian, kalibrasi dan proteksi radiasi di lingkungan pemerintah maupun swasta. Dalam melaksanakan tugas tersebut BPFK menyelenggarakan fungsi : • pengujian dan kalibrasi alat kesehatan • pengujian dan kalibrasi sarana dan prasarana kesehatan; • pengamanan dan pengukuran paparan radiasi; • pelayanan monitoring dosis radiasi personal; • pengukuran luaran radiasi terapi; • pengendalian mutu dan pengembangan tehnologi pengamanan fasilitas kesehatan; • pelaksanaan kegiatan monitoring dan evaluasi pengujian, kalibrasi, proteksi radiasi sarana dan
Untuk menjalankan visi dan misi tersebut, kata Sukendar Adam, BPFK Surabaya mempunyai Strategi : Fokus kepada kepentingan pelanggan, Melakukan Continuous Improvement dan Menjunjung etika profesi diatas kepentingan individu. Adapun wilayah kerja BPFK Surabaya meliputi tujuh provinsi yaitu Jawa Timur, Bali, NTB, NTT, Kalsel, Kalteng dan Kaltim. Peningkatan Pengamanan Fasilitas Kesehatan Menurut Sukendar, sesuai Undangundang No. 23 tahun 1992 tentang Kesehatan pasal 39 disebutkan, pengamanan sediaan farmasi dan alat kesehatan diselenggarakan untuk melindungi masyarakat dari bahaya yang disebabkan oleh penggunaan sediaan farmasi dan alat kesehatan yang tidak memenuhi persyaratan mutu dan atau keamanan dan atau keselamatan. Selain itu, Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 363 tahun 1998 51
RAGAM
NO 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14
JENIS TENAGA JUMLAH S-2 Manajemen 1 S-2 Sains 1 S-1 Fisika 6 S-1 Teknik Fisika 6 S-1 Teknik Elektro 5 S-1 Manajemen 4 S-1 Akutansi 1 S-1 Kesehatan Masyarakat 1 S-1 Hukum 2 D-3 Teknik Elektromedik 10 D-3 Radiologi 6 D-3 Informatika 2 D-3 Sekretaris 1 Lain-lain 14
JUMLAH
60
Kemampuan/kompetensi BPFK Surabaya. Adam Sukendar, Kepala BPFK Surabaya menerima ucapan selamat dari Presiden Susilo Bambang Yudhoyono atas prestasinya memperoleh Penghargaan dari Menteri PAN
menetapkan bahwa setiap alat kesehatan, yang digunakan pada sarana pelayanan kesehatan, wajib dilakukan pengujian dan/atau kalibrasi untuk menjamin kebenaran nilai keluaran atau kinerja dan keselamatan pemakaian. Pengujian dan/atau kalibrasi alat kesehatan dilakukan oleh Institusi Penguji secara berkala, sekurang-kurangnya satu kali dalam satu tahun, jelas Sukendar. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1184 Tahun 2004 menetapkan bahwa setiap alat kesehatan dan perbekalan rumah tangga yang beredar harus memenuhi persyaratan mutu, keamanan dan keselamatan sejak mulai diproduksi, diedarkan, pemakaian, penarikan kembali sampai pemusnahannya, ujar Sukendar.
Standar Nasional dan Internasional. Untuk menjamin mutu, keamanan dan keselamatan saat fasilitas kesehatan tersebut digunakan diperlukan standar yang berlaku, baik Standar Nasional Indonesia 52
(SNI) maupun Standar Internasional (SI). Sejalan dengan hal itu, Direktorat Jenderal Bina Pelayanan Medik Departemen Kesehatan sebagai pembina program Upaya Kesehatan Perorangan (UKP), pada tahun 20052009 menetapkan target 75 % Rumah Sakit terakreditasi. Dengan terakreditasi berarti pelayanan Rumah Sakit tersebut diakui bermutu karena input dan prosesnya sesuai standar nasional maupun internasional yang dipersyaratkan. Untuk itu, BPFK Surabaya telah menetapkan Kebijakan Mutu yang antara lain menjamin bahwa seluruh personil bersikap profesional dan mampu melaksanakan tugasnya tanpa tekanan yang mempengaruhi mutu kerja dan mengutamakan keselamatan personil dalam melaksanakan tugasnya. Sukendar Adam menjelaskan, untuk dapat melaksanakan tugas sesuai visi dan misi yang diemban BPFK Surabaya, SDM yang ada saat ini berjumlah 60 orang yaitu :
Bidang Non Radiasi : 1. Instalasi Kalibrasi Alat Kesehatan (KAK) Alat kedokteran adalah alat dengan fungsi diagnostik dan terapi. Selain adanya fungsi tersebut terdapat juga aspek risiko. Adanya aspek tersebut mengharuskan alat kedokteran ”wajib” dikalibrasi. Secara tenis kalibrasi ditujukan untuk : • menentukan deviasi kebenaran konvensional nilai penunjukan suatu instrumen ukur • menentukan tingkat kemanan (safety) • menjamin akurasi pembacaan alat ukur dalam menentukan deviasi dimensi nasional yang seharusnya untuk suatu bahan ukur • menjamin hasil pengukuran sesuai dengan standar nasional maupun internasional. Dalam operasional pengamanan fasilitas kesehatan didukung dengan fasilitas yang memadai berupa bangunan laboratorium dan peralatan yang dirancang secara khusus, yaitu :
RAGAM
Lab. Suhu Lab. Tekanan Lab. Gaya dan Massa Lab.Volumetrik Lab.Kelistrikan Lab. Optik
Instalasi ini dilengkapi peralatan kerja dengan spesifikasi dan standar akurasi yang tinggi antara lain : Electrical Safety Analizer, Multiparameter patient stimulator, Gas flow analizer, Infusion device tester, Universal Biometer, Baby/ Infant Incubator, Electro Surgery Analizer, Vaporizer terter, Test Gauge Standar, Haemodialisa Analizer dll. 2. Instalasi Pengujian Sarana dan Alat Kesehatan (PSAK) Instalasi ini dipersiapkan untuk jaminan mutu, keamanan dan keselamatan alat sejak pasca diproduksi dan distribusi sebelum sampai ke fase penggunaan. Instalasi pengujian Sarana dan Alat Kesehatan dilengkapi : Laboratorium Uji Produk Laboratorium Uji Kelistrikan Laboratorium Uji Gas Medik Bidang Radiasi : Peralatan kesehatan/kedokteran yang menggunakan sumber radiasi disebut Radiodiagnostik dan peralatan untuk terapi disebut Radioterapy.Faktor risiko dari penggunaan peralatan radiasi tersebut sangat besar, oleh karena itu wajib dilakukan kalibrasi. Bidang ini menyelenggarakan pelayanan proteksi radiasi di sarana pelayanan kesehatan bermitra dengan P3KRBIN BATAN dan Badan Pengawas Tenaga Nuklir (Bapeten). Instalasi yang dimiliki adalah : Instalasi Pemantauan Dosis Radiasi Perorangan (PPDP) Melayani pembacaan dosimetri personal Film Badge yang mengacu pada standar Internasional (IAEA,ISO). Instalasi ini juga sudah mendapatkan penunjukan (pengakuan) dari Bapeten. Memiliki laboratorium : Lab. Densito dan Lab.
Processing Film.
terhadap alat kesehatan meliputi :
Instalasi Proteksi Radiasi Dan Uji Kepatuhan (PRUK) Melayani pengujian kelaikan peralatan radiodiagnostik dan proteksi radiasi medik : General X-Ray, Panoramic X-Ray, Mobile X-Ray, Dental X-Ray, Fluoroscopy, Mamografi, Computed Tomography (CT) Scan dan C-Arm. Memiliki laboratorium Peralatan Alat Ukur Radiasi.
1. Pelayanan Pengujian/Kalibrasi Alat Kesehatan di Sarana Pelayanan Kesehatan a. Rumah Sakit Pemerintah : 26 b. Rumah Sakit Swasta : 16 c. Puskesmas : 35 d. Lain-lain : 51 Jumlah : 128
Instalasi Kalibrasi Dan Alat Ukur Radiasi (KAUR) Melayani kalibrasi keluaran pesawat Radioterapi baik berupa foton dan elektron dengan acuan TRS IAEA No. 277 serta melayani kalibrasisurveymeter. Memiliki laboratorium Irradiator.
Kerja sama
Menurut Sukendar Adam, dalam rangka meningkatkan kemampuan profesional dan kinerja BPFK Surabaya menjalin kerja sama dengan berbagai pihak. 1. Dengan Institusi Pendidikan : • Institut Tehnologi Sepuluh November ( ITS ) • Universitas Airlangga (UNAIR) • Universitas Negeri Surabaya (UNESA) • Poltekes Surabaya • ATEM Makasar • Dll 2. Dengan Lintas Sektor • Badan Tenaga Nuklir (BATAN) • Badan Pengawas Tenaga Nuklir (BAPETEN) • Kalibrasi Instrumentasi Metrologi (KIM) LIPI • Pusat Standar Nasional LIPI • Badan Standar Nasional (BSN) • Badan Pengkajian dan Penerapan Tehnologi (BPPT) • Dll
PRESTASI : 1. Dari jumlah tersebut terdapat permintaan pelayanan dari LUAR WILAYAH KERJA yakni dari : Jawa Tengah, DIY : a. Rumah Sakit : 3 b. Puskesmas : 34 Jumlah Rumah Sakit dilayani dalam rangka Akreditasi 2. Jenis dan Jumlah Alat Kesehatan diuji/dikalibrasi a. Alat Kesehatan dengan Radiasi : 58 (X-ray: General, Mobile, Dental,Panoramic, Fluoroscopic; CT Scan) b. Alat Kesehatan Non Radiasi : 1.085 (Tensimeter, ECG,Anaesthesi, infus pump, inkubator,dll) 3. Pelayanan Monitoring Dosis Radiasi (film badge) a. Jumlah Instalasi Radiasi Medik dilayani /bulan : 450 b. Jumlah Personil pengguna film badge : 2.400 4. Pelatihan Pengujian /Kalibrasi (internal) kepada Rumah Sakit a. Jumlah Rumah Sakit mengikuti pelatihan : 17 b. Jumlah teknisi dilatih : 17 5. Program Bimbingan Mahasiswa (Tugas akhir, praktek kerja,penelitian,dll.) a. Jumlah Perguruan Tinggi : 4 b. Jumlah Mahasiswa dibimbing : 17 (Smd)
Hasil Kerja
Dalam periode enam bulan terakhir, BPFK Surabaya telah melakukan serangkaian pengujian/kalibrasi 53
RAGAM
RSUP. Moh. Hoesin Palembang :
Melayani dengan Hati
Dr. H. Bayu Wahyudi, MPHM, Sp.OG Direktur Utama RSUP M. Hoesin Palembang
M
elayani memang bukan perkara mudah, apalagi melayani orang miskin dengan segudang problematika. Mulai dari tingkat pendidikan yang rendah dan perekonomian yang lemah, sehingga akses terhadap pelayanan kesehatan pun menjadi terbatas. Ada rasa ragu, takut, cemas dan perasaan ketidakberdayaan terus mengelayuti orang miskin. Itulah sebabnya, melayani orang miskin berbeda dengan melayani orang lain pada umumnya. Untuk itu Direktur Utama RSUP M. Hoesin Palembang menerapkan pelayanan kepada orang miskin dengan sebutan “Melayani dengan Hati”. Bagaimana kiat-kiat pelayanannya?, berikut hasil wawancara dengan Dr. H. Bayu Wahyudi, MPHM, Sp.OG. Program unggulan apa yang diselenggarakan di rumah sakit Moh. Hoesin ? RSUP Moh. Hoesin merupakan rumah sakit vertikal Departemen Kesehatan dengan 834 tempat tidur dan telah terakreditasi secara nasional. RS ini juga merupakan rumah sakit pendidikan yang berusaha mencapai visi dan misinya. Visinya menjadi rumah sakit terbaik di pulau Sumatera dalam memberikan pelayanan kesehatan, pendidikan dan penelitian. Misinya sebagai rumah sakit terbaik dalam memberikan pelayanan kesehatan, pendidikan, penelitian dan promosi kesehatan. Selain itu kita juga mempunyai nilai SEHAT. Yaitu kita memberikan pelayanan dengan senyum, salam, sapa dan santun. Pelayanan yang efisien dan efektif. Harmonisasi diantara karyawan, termasuk dengan pasien. Tidak terjadi hubungan antara atasan dan bawahan. Tapi pasien merupakan mitra. Kemudian akuntable dan transparan dalam setiap pengelolaannya. Dalam 54
memberikan pelayanan rumah sakit tetap mengikuti nilai-nilai yang telah ditetapkan Depertemen Kesehatan. Seperti apa implementasinya di rumah sakit ? Perlu kita ketahui bahwa lebih dari 60 persen itu kelas 3. Ini bukti bahwa kita berpihak kepada rakyat. Akan tetapi karena rumah sakit ini menjadi Badan Layanan Umum (BLU ), maka kita juga harus tidak mengesampingkan orientasi keuntungan. Sebab BLU dikatakan sehat, jika dapat memberi pelayanan secara baik dan dapat mensejahterakan karyawannya. Untuk keuangan tahun ini, dari anggaran yang ditargetkan 105 milyar sampai dengan Desember 2008 kita sudah mendapat penerimaan 137,5 milyar. Ini berarti ada peningkatan. Peningkatan ini tentu diperoleh dengan cara kerja keras semua pihak. Kita berusaha merubah pola pikir dan perilaku pelayan kesahatan. Kita harus memanusiakan pasien dan karyawan. Dengan cara seperti ini kita dapat memberikan
pelayanan dengan sepenuh hati. Perubahan perbaikan apa saja yang sudah terjadi ? Saat ini kalau kita lihat, perparkiran sudah lebih teratur. Kebersihan sudah membaik. Alhamdulillah sekarang semua sudah mulai teratur. Jemur pakaian, tidur pasien dan pengunjung sudah diatur sedemikian rupa sehingga menjadi tertib. Semua itu saya lakukan setelah diangkat menjadi Direktur Utama oleh Menteri Kesehatan tertanggal 24 Juli 2008. Sebab kami mempunyai cita-cita yang besar, maka sekarang harus kita mulai dari yang kecil-kecil. Mulai dari kebersihan ruang, tempat kerja. Semua harus bertanggung jawab, bukan hanya petugas kebersihan saja. Karena kami harus merubah perilaku, maka membutuhkan waktu dan cara tepat untuk berproses. Dan proses itu tidak semudah membalikan telapak tangan. Bagaimana caranya ? Kami melakukan
perubahan
RAGAM
perilaku dengan cara persuasif. Selanjutnya siapa saja yang tidak dapat bekerja dengan sistem ini akan tersingkir dengan sendirinya. Untuk memberi motivasi, sekarang kami telah mengiatkan star of the man, pemilihan karyawan terbaik, kemudian diumumkan. Siapa terbaik pilihan karyawan dan siapa terbaik pilihan pasien. Kita bisa memilih secara objektif berdasarkan kepuasan pasien dan berdasar penilaian karyawan sendiri. Bagi karyawan yang terpilih akan mendapatkan penghargaan berupa pengurusan pangkat lebih cepat, atau dipromosikan pada jabatan tertentu, pendidikan, umroh dan ada kemungkinan diberangkatkan haji. Untuk mensejahterakan karyawan, kami sedang merancang untuk menyediakan kaplingan untuk perumahan, bagi karyawan yang belum mempunyai rumah. Alhamdulillah, tahun ini karyawan mendapat bonus yang jumlahnya lebih besar dari jasa pelayanan. Besarnya bonus tergantung dari kompetensi, kewenangan dan tanggung jawab masing-masing. Ini salah satu cara untuk merubah pola pikir lama yaitu just in the books berpikir dalam kotak, kemudian berubah pada cara berfikir out of the books . Berfikir keluar dari kotak atau kebiasaan yang berlaku selama ini. Apa buktinya bahwa rumah sakit berpihak pada rakyat ? Rakyat yang kita layani sebagian besar adalah masyarakat miskin. Diantara bukti keberpihakan ini, konter Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) berdekatan dengan ruang direksi. Konsep ini agar kami lebih mudah, lebih sering dan lebih cepat memberikan pengawasan dan pengambilan keputusan jika ada kekuarangan dalam melayani orang miskin. Bahkan konter untuk jamkesmas tidak bercampur dengan pasien yang lain. Di ruang tunggu jamkesmas kami pun menyediakan dispenser air minum untuk para pasien. Kebetulan ada hamba Allah yang menyumbang sebagai donatur. Kami juga meminta kepada semua pihak untuk memberikan masukan kekuarangan yang ada dalam
Tempat pelayanan obat pasien jamkesmas rawat jalan di RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang
pelayanan ini. Karena kami menyadari sebagai pegawai negeri ini harus bekerja sepenuh hati. Itu prinsip kami. Bagaimana masyarakat yang tidak mempunyai surat keterangan tidak mampu (SKTM) atau Jamkesmas? Mereka yang tidak mempunyai surat keterangan tidak mampu atau jamkesmas, misalnya seorang gelandangan, maka direktur melakukan intervensi. Itu sudah diaplikaskan. Bahkan bukan hanya pelayanan kesehatan. Tapi juga ada sumbangan pakaian, baju, sarung dll. Saya tidak beretorika, silahkan lihat pelayanan jamkesmasnya. Bagaimana dengan program Gubernur baru, bahwa kaya-miskin masyarakat Sumsel berobat gratis? Sebenarnya kita mendukung semua gratis. Tapi dalam hal ini, kami ini akan diaudit oleh pihak internal dan ekternal. Disamping harus melakukan pemeliharaan rumah sakit. Orang yang bekerja juga harus mendapat kesejahteraan. Obatobatan yang hutang juga harus dibayar. Prinsipnya kami mendukung, tinggal ditindaklanjuti secara teknis dan administrasi, sehingga tidak ada pihak yang terdzalimi atau tertunda pelayanan kesehatannya. Bagaimana ketersediaan Jamkesmas ?
obat
Alhamdulilllah, kemarin sudah digelontorkan lagi. Bahkan kita juga sudah melakukan operasi torak melalui jamkesmas kerja sama dengan tenaga ahli jantung nasional Universitas Indonesia dan RS Persahabatan. Jadi luncuran jamkesmas sudah cukup banyak. Pertama, 5,3 milyar kedua, 9,7 milyar dan ketiga 21 milyar. Tapi ini belum dapat menutupi seluruh jamkesmas kita. Kebutuhan jamkesmas kita itu kira-kira 5 – 10 milyar / bulan. Sebagai orang pertama di Rumah Sakit ini apa yang telah Anda lakukan untuk sebuah perubahan ? Saya sebagai pemimpin, juga sebagai guru, pelayan, disainer, konseptor, inovator kadang-kadang juga sebagai operator. Kami bekerjasama, saling menghargai, saling membantu satu sama lain. Mudah-mudahan dengan cara ini menumbuhkan kesadaran seluruh karyawan yang ada. Memang tidak mudah. Tapi secara perlahan perubahan itu sudah mulai kelihatan. Khusus untuk pasien kami melayani secara persuasif, bahkan mulai tahun ini ada tambahan penyuluhan rohani. Buku-buku do’a sudah disediakan, khususnya agama Islam, kami memprioritaskan yang mayoritas. Alhamdulillah saat ini kerohanian sudah diaktifkan kembali. Khusus anak-anak yatim/piatu putra-putri 55
RAGAM
karyawan rumah sakit mendapat santuan dari Yayasan Abulyatama. Kita mencoba memanusiakan karyawan dengan kemampuan yang ada. Bagimana konsep membangun kebersamaan ? Kami datang bersama-sama awalnya, memelihara, mengelola sama-sama dan sukses bersamasama. Bukan ilmu kodok berenang. Injak bawahan sikut kiri-kanan dan jilat ke atas. Ini neraka tempatnya. Kita berusaha sama-sama, kemudian sukses bersama dunia-akhirat. Ini yang kita tanamkan bersama. Jabatan ini amanah yang harus dipertanggung jawabkan dimata Allah. Kita tidak perlu petantangpetenteng (sombong red), begitu mati juga tidak ada yang dibawa. Kita harus siap, sebagai pegawai negeri, dimanapun ditempatkan. Kita harus menjaga amanah baik-baik. Bagimana caranya? Yaitu: dengan PDLT. Prestasi, dedikasi, loyalitas dan tidak tercela. Kerja sebaik mungkin. Sebab akan dipertanggung jawabkan dihadapan Allah. Bekerja sepenuh hati, loyalitas terhadap bangsa, negara dan rakyat. Tidak tercela, melanggar hukum, norma agama dan norma masyarakat.
Pasien jamkesmas di ruang rawat inap RSUP Moh. Hoesin Palembang
Bagaimana cara menggerakan karyawan agar mengikuti anjuran pimpinan ? Seperti agama saja. Kita mengajak sholat, maka kita harus berwudhu kemudian melaksanakan sholat. Jika ada yang belum mengikuti, kita harus mengajak dengan cara yang baik. Kita membangun hubungan antara pimpinan dan staf seperti mitra, saling menghormati dan menghargai. Bukan bentuk penekanan, apalagi menggunakan komunikasi yang menakutkan. Tapi kita membangun komunikasi yang memanusiakan. Semua mengikuti mekanisme yang telah disepakati. Tidak karena pimpinan lalu duluan, staf belakangan. Tidak. Semua harus mengantri kalau memang harus mengantri.
Banyak, diantaranya ia memang orang miskin tapi tidak terdata sebagai penduduk miskin, maka kita sebagai pimpinan harus mengambil kebijakan. Kami harus berani mengambil risiko. Jadi ada orang miskin itu baru mengurus j a m k e s m a s nya s e te l a h m a s u k rumah sakit, ketika mau operasi. Suaminya buruh bangunan, tidak sempat mengurus dan ternyata memang miskin. Maka, kami memberi kebijakan memudahkan untuk orang miskin. Sebab orang miskin itu, jika tidak kerja, maka juga tidak dapat makan. Berikutnya, ada orang miskin yang tidak tahu hak dan kewajibanya. Haknya mendapat jaminan kesehatan dan kewajibanya mendaftar diri ke RT, RW dst. Kemudian mendadak sakit. Kita juga susah mengidentifikasinya. Seharusnya pemerintah kota/kabupaten yang proaktif mendaftarnya. Berikutnya lagi ada kelompok masyarakat yang meragukan antara miskin dan tidak miskin. Kami mengambil kebijakan diangsur sesuai dengan kemampuan. Mereka tidak mempunyai kartu jamkesmas, tapi dari sisi penampilan seperti orang yang berkemampuan, maka kebijakanya mereka harus mengangsur.
Kendala apa saja yang ditemui dalam melayani orang miskin ?
Apa masih ada kendala dalam system verifikasi saat ini ?
56
Ya… ada kendala karena tidak nyambungnya system rumah sakit dengan jamkesmas. Belum terpadunya system. Ada system rumah sakit, SABMN, SAK, SAI, Cash Mix dan INA – DRG. Mulai 1 Oktober kemarin kita sudah menggunakan INA- DRG. Sedangkan jamkesmas masih menggunakan system konvensional. Tidak ada identitas nama, diagnosa dan tingkatan tindakan. Ini perlu waktu, karena pengerjaanya manual. Butuh waktu dan kerja keras. Kita maunya satu kali memasukan data, dapat digunakan untuk jamkesmas dan askes sekaligus. Jadi terdukung secara system. Solusi apa yang sudah diambil oleh pimpinan terhadap kendalakendala tersebut ? Oh, ya kita sudah mengambil solusi untuk mewujudkan visi dan misi menjadi rumah sakit terbaik dalam pelayanan kesehatan, pendidikan dan research di pulau Sumatera. Jadi kompetitor kita Rumah Sakit Adam Malik (Padang) dan Rumah Sakit Jamil (Medan). Dan tujuan terakhirnya menjadi rumah sakit yang mampu memberi pelayanan kesehatan yang paripurna, sebagai kebanggaan nasional. Untuk itu kami membutuhkan waktu kurang lebih 2 tahun lagi. Insya Allah terwujud. Amin.
RAGAM
Sumatera Selatan:
&
BerobatGratisPemberdayaanMasyarakat
G
enderang meningkatkan derajat kesehatan seluruh masyarakat Sumatera Seletan, sudah ditabuh sejak kampaye pilkada gubernur sumsel tahun lalu. Alex Noerdin sebagai pemenangnya. Diantara programnya adalah kesehatan gratis bagi warga sumsel. Kini, janji itu sudah mulai direalisasikan oleh Dinkes Provinsi dan sarana kesehatan Sumatera Selatan. Tepatnya mulai bulan januari 2009. Seluruh persiapan kearah pelayanan kesehatan gratis terus dipersiapkan. Kendala pasti ada, tapi secara bertahap semua masalah akan diselesaikan, demikian tegas Kepala Dinas Kesehatan Sumatera Selatan, dr.H.Zulkarnain Noerdin, M.Kes. Untuk mendukung program kesehatan, telah dilakukan revitalisiasi posnyandu. Saat ini telah berdiri 6.182 posnyandu yang terdiri dari 1.705 tingkat pratama, 2.550 tingkat madya, 1.673 purnama dan 254 tingkat mandiri. Jumlah posnyandu ini akan terus dikembangkan pada masa mendatang. Untuk mendukung operasional posnyandu telah tersedia 23.109 kader posnyandu aktif dan 9.871 kader posnyandu pasif, demikian penegasan Kabid Promkes dan Pemberdayaan Masyarakat, Hj.Elyu Chomisah, SIP, M.Kes. Disamping itu, provinsi sumsel telah membentuk desa siaga sebanyak 1713 dari 3044 desa yang ada seluruh sumatera selatan. Dari 15 kabupaten/ kota yang ada di provinsi Sumsel, ada 2 wilayah yang sudah mencapai 100 %, yaitu Banyu Asin dan Oku Timur, demikian penjelasan Kasubag Keuangan dan Perencanaan Deswarto, SKM, MScPH. Untuk mengetahui lebih rinci pelaksanaan program kesehatan, hasil-hasil yang telah dicapai dan kendala-kendala yang dihadapi, mediakom mewawancarai Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan dr.H.Zulkarnain Noerdin, M.Kes. Berikut ini petikaannya. Program unggulan apa yang akan dilakukan dalam bidang kesehatan oleh Provinsi Sumatera Selatan ? Pelayanan Jaminan Sosial Kesehatan
Sumatera Selatan Semesta. Kita akan memberikan pelayanan gratis bagi penduduk Sumatera Selatan. Memang sebagian sudah tercover oleh jamsostek, jamkesmas dan asuransi sosial. Sedang, sisanya provinsi yang menanggung. Insya Allah akan kita mulai Januari 2009, setelah dananya diluncurkan. Ini prioritas pembangunan kesehatan ke depan. Program apa yang sudah dikerjakan pada tahun 2008. Kinerja pembangunan kesehatan provinsi merupakan komulasi kinerja kesehatan dari 15 Kabupaten/ Kota di Sumatera Selatan. Untuk mencapai target nasional seperti angka kematian bayi (AKB), beberapa kabupaten/ kota sudah mencapai target, tapi ada beberapa yang lain masih harus ditingkatkan. Untuk beberapa tahun kebelang, kita menggerakan kembali gerakan sayang ibu (GSI), yang akhirakhir ini seolah terlupakan. Demikian juga kita menggerakan revitalisasi posyandu. Padahal program ini sangat menyentuh langsung masyarakat dan ujung tombak pembangunan kesehatan. Oleh sebab itu, program ini terus kita gerakan terus-menerus. A p a ya n g m e l a t a r b e l a ka n g i m e n g g e r a ka n ke m b a l i g e r a ka n s a ya n g i b u ( G S I ) ? Kita menyadari untuk menyehatkan masyarakat, tidak mungkin dikerjakan oleh pemerintah sendirian, tapi perlu melibatkan peran serta masyarakat. Nah program GSI ini sarat dengan peran serta masyarakat. Dengan peran masyarakat dapat menutupi keterbatasan pemerintah. Sebab pemerintah terbatas waktu, tenaga dan biaya. Dengan demikian, pelaksanaan pembangunan kesehatan dilakukan secara komprehensif antara pemerintah dan masyarakat. Sekaligus menjelaskan kepada masyarakat bahwa menyehatkan masyarakat itu adalah tugas bersama. Sehingga masyarakat berperan, saling mendukung dan kebersamaan untuk menyelesaikan masalah bersama.
Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan dr. H. Zulkarnain Noerdin, M.Kes
Kita sudah banyak melakukan sosialisasi diberbagai kesempatan pertemuan dengan masyarakat, mahasiswa dan pihak lain yang terkait. Kita menganggab bahwa semua unsur di atas dapat menjadi mitra sekaligus corong untuk menyuarak an keinginan Depkes. Untuk tahun 2008-2009 kita juga telah menganggarkan di APBD untuk pertemuan sosialisasi dan koordinasi. Juga sudah kita dilakukan penilaian dan pemilihan rumah sakit sayang ibu. Apalagi selain program GSI ? Maksimalkan peran posyandu sebagi sumber untuk menyerap informasi masalah kesehatan dari masyarakat. Selanjutnya posyandu dapat memperkuat kesiagaan desa bidang kesehatan. Jadi tidak harus terkait dengan fasilitas kesehatan, tapi kombinasi. Apa kendala-kendala yang terjadi ? Krisis global, telah mempengaruhi ekonomi. Padahal masalah kesehatan menjadi urusan bersama. Karena masyarakat masih terkena krisis ekonomi, maka masalah kesehatan menjadi kurang mendapat prioritas. Ketika diundang untuk berkoordinasi, mereka responya rendah, atau kalau ada yang mewakili kurang berkompeten. Kemudian kendala-kendala birokrasi antara RSUD dengan Dinas Kesehatan. Sebab, secara struktur RSUD berada di bawah kendali Bupati/ Wali Kota.(pra)
Apa saja yang sudah dilakukan dengan GSI ? 57
KOLOM
Oleh : Prawito
Thanks for reading
B
a n y a k c a r a u n t u k mengungkapkan perasaan. Setiap orang mempunyai cara yang berbeda secara verbal maupun non verbal. Salah satunya dengan cara menulis setiap saat. Seiring dengan perasaan yang muncul, baik suka maupun duka. Cara ini sangat efektif untuk meredakan gejolak jiwa yang meledak-ledak. Paling tidak dapat memberi saluran pertama, sehingga dapat mengurangi beban pikiran yang sedang menggelayutinya. Inilah yang dilakukan oleh mbak Iik ( Hikmandari ) Kepala Bagian Hubungan Pers, Media Massa dan Perpustakaan Pusat Komunikasi Publik. Kumpulan catatan kecil selama kurang lebih 2 tahun itu berjudul thanks for reading. Banyak kisah unik yang terekam dalam cerita tersebut. Berdasarkan isi, ada kisah keluarga, pekerjaan, pertemenan dan berbagai kesempatan yang sempat terekam. Melalui gaya penuturan bebas dan lepas, cerita mengalir apa adanya. Tak jauh beda dengan kisah aslinya. Termasuk nuansa kejiwaan yang menyertai pada saat penulisan cerita. Walau terkadang kocak dan cuwek, sehingga terasa lebih alami. Membaca topik yang diangkat memang sangat beragam, sebanyak pengalaman yang dirasakan. Mulai dari yang ringan sampai persoalan yang berat. Untuk topik berat terkait dengan kepentingan organisasi, masyarakat dan juga negara. Sehingga untuk topik yang berat ini masih memerlukan pemikiran lebih lanjut. Memang, untuk beberapa catatan terasa tidak fokus. Terkadang melompat ke topik lain yang tidak 58
terlalu nyambung. Mungkin, hal ini terjadi saat menulis cerita, kemudian pindah kepada peristiwa lain yang muncul secara tiba-tiba. M e n g e n a i b a h a s a y a n g digunakan, sangat bebas dan tak menggunakan aturan baku. Satu kalimat menggunakan beberapa bahasa. Awalnya bahasa Indonesia, tengahnya bahasa Inggris, penutup kalimat bahasa Jawa Ngoko dan kadang-kadang belajar juga bahasa Jawa Kromo Inggil. Pada catatan yang lain paragraf pertama menggunakan bahasa Inggris, berikutnya bahasa Indonesia dan berikutnya lagi bahasa Inggris campur Jawa. Wah, seru…! Kesimpulannya, dari cerita seru, unik dan kadang-kadang gosib itu ada makna penting yaitu; belajar. Setiap manusia pasti mempunyai peristiwa yang terus mengalir dari hari ke hari, bulan ke bulan dan bahkan tahunan sepanjang umur kehidupannya. Semua peristiwa masa lalu itu akan menjadi sejarah kehidupan, secara individu maupun kelompok. Kita harus belajar dari sejarah. Sejarah kehidupan diri sendiri maupun orang lain. Manusia yang pandai belajar dari sejarah Insya Allah akan terhindar dari masa kelam yang pernah terjadi pada masa lalu. Tak akan mengulangi kesalahan. Mengambil pelajaran yang baik dan meningkatkan menjadi lebih baik pada masa mendatang. Belajar itu sepanjang kehidupan. Begitu banyak sarana belajar disekitar kita. Tidak harus terbatas di meja belajar formal. Tapi meja belajar non formal justru lebih banyak. Beraneka ragam dan tak terbatas jumlahnya. Di rumah kita dapat
belajar dengan anak, saudara, orang tua dan tetangga. Di tempat kerja demikian juga. Kita dapat belajar dari pimpinan, teman dan staf. Bahkan setiap peristiwa yang terjadi pada diri sendiri maupun orang lain juga menjadi meja belajar yang efektif. Meja belajar itu tak pernah habis. Ia akan terus mengalir dengan bergulirnya peristiwa dari waktu ke waktu. Pertanyaannya, mampukah kita mengambil pelajaran dari semua peristiwa itu ? Belajar kehidupan tak perlu banyak berteori. Langsung praktek lebih efektif. Terkadang dunia teori tak selalu nyambung dengan kenyataan dilapangan. Banyak teori yang harus dimodifikasi saat terjun ke dunia nyata. Menyesuaikan diri dengan situasi lingkungan yang ada. Itulah sebabnya kita harus banyak membaca, termasuk mampu membaca suasana yang sedang berkembang di lingkungan kita. Jangan terperdaya, terprovokasi dan akhirnya tergilas oleh pusaran arus yang menggulung. Jangan menantang, jika arus terlalu deras menggulung. Jangan pula ikut arus, sebab akan tergulung. Menghindarlah dari gulungan arus itu sedapat mungkin. Demikian, sang pelaut ulung menasehati anak didiknya. Tapi kemampuan menghindar, sangat bergantung dengan kemampuan membaca. Itulah sebabnya kita harus terus belajar, belajar dan belajar, yaitu belajar membaca dengan benar: Bacalah dengan menyebut nama TuhanMu yang menciptakan ( QS. AlAlaq ayat 1). Wallahu a’lam.
BERITA
59
60