Satu Abad Penelitian Kehutanan Indonesia (1913 - 2013) Tim Penyusun: Ketua : Anggota :
Dr. Ir. A. Ngaloken Gintings, MS; PU 1. Dr. Ir. Paribotro Sutigno, MS; PU 2. Komar Sumarna, MS; PU 3. Ir. Mieke Suharti; PU 4. Prof. Dr. Ir. Osly Rachman, MS
Editor : Prof. Dr. Ir. Djaban Tinambunan, MS © 2013 Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan ISBN: 978-979-8452-58-1 Dipublikasikan oleh: Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan Gedung Manggala Wanabakti Blok I Lantai XI Jl. Jenderal Gatot Subroto, Jakarta 10270 Tel/Fax: +62 21 5730398 / +62 21 5720189
ii
SAMBUTAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Assalamu’allaikum warakhmatullah wabarakatuh, Saya menyambut gembira diterbitkannya buku Satu Abad Penelitian Kehutanan Indonesia. Saya yakin dengan berjalannya waktu dan berbagai perbaikan kondisi sumberdaya hutan dan sumberdaya manusia Indonesia, makin banyak kegiatan penelitian kehutanan yang perlu lebih ditingkatkan untuk mendukung pengelolaan hutan secara lestari. Perkembangan keadaan global seperti perubahan iklim dan hubungannya dengan deforestasi, degradasi hutan, penanaman hutan dan perlindungan hutan serta konservasi hutan dengan tetap mengusahakan pemanfaatan hutan secara bijak dan lestari akan memerlukan penelitian yang lebih menyeluruh. Tonggak sejarah penelitian kehutanan yang telah dibuat oleh para pendahulu kita agar dijadikan pelajaran yang berguna untuk menetapkan penelitian kehutanan yang akan datang dengan lebih baik. Diharapkan masyarakat luas, khususnya para pihak terkait, dapat memanfaatkan hasil penelitian yang sudah ada dan memberikan masukan mengenai hal-hal yang perlu diteliti dalam pengelolaan dan pemanfaatan hutan secara lestari. Jakarta,
Juli 2013
MENTERI KEHUTANAN
DR. (HC) Zulkifli Hasan, S.E., M.M.
Satu Abad Penelitian Kehutanan Indonesia
iii
SAMBUTAN KEPALA BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KEHUTANAN Berproses dalam suatu rentang waktu yang panjang, merupakan hal yang istimewa bagi Badan Litbang Kehutanan. Meskipun secara organisasi kelitbangan kehutanan mengalami banyak perubahan, tapi satu hal yang tetap, yaitu jenis kegiatannya tetap menangani kelitbangan kehutanan. Dalam kurun waktu 100 tahun, Kelitbangan Kehutanan telah mengalami berbagai masa kejayaan serta masamasa sulit. Semuanya bisa dirangkai dalam suatu kenangan yang indah dan penuh makna untuk pembelajaran. Menyadari akan pentingnya pembelajaran dari pengalaman yang telah dialalui, maka kami bertekad untuk mendokumentasikan beberapa fakta yang bisa menjadi rangkaian informasi masa lalu dan dapat digunakan untuk mengungkap hikmahnya. Beberapa tahun terakhir, keinginan untuk membukukan perjalanan proses kelitbangan kehutanan ini telah dimulai. Namun pada awal tahun 2013, kami baru bisa mengkonkritkan keinginan tersebut dan membentuk Tim Penulis yang dalam beberapa bulan telah dengan tekun mengumpulkan data, fakta dan informasi kemudian merangkainya dalam buku ini. Perubahan organisasi memberikan gambaran adanya perubahan kerangka pikir pada masanya, sedangkan perubahan pejabat yang memimpin merupakan dinamika keinginan untuk terus meningkatkan kualitas kegiatannya. Pada masa lalu, topik penelitian masih sebatas budidaya hutan untuk menghasilkan kayu, kemudian berkembang dengan upaya mendayagunakan hasil hutan bukan kayu, silvikultur hutan alam dan tanaman, perlindungan hutan, industri kehutanan, konservasi flora dan fauna, bioteknologi dan pemuliaan tanaman hutan. Pada dekade terakhir ini penelitian juga telah masuk pada topik tenurial serta dukungan sektor kehutanan terhadap mitigasi dan adaptasi perubahan iklim. Kompleksitas topik penelitian tersebut menunjukkan bahwa persoalan pengelolaan hutan semakin bervariasi dan rumit. Pembagian pengalaman berdasarkan penggalan waktu, merupakan cara yang baik untuk bercerita tentang pengaruh kondisi negara terhadap dinamika kelitbangan. Sementara topik kelitbangan di setiap penggalan masa tersebut akan memberi kesan prioritas pada jamannya. Semuanya itu memberikan informasi yang lengkap bagi pembaca Sebagaimana disampaikan oleh Bapak Menteri Kehutanan pada awal peringatan 100th Kelitbangan Kehutanan di Indonesia, bahwa pada dasarnya pengelolaan hutan berawal dari hasil litbang. Hal ini sangat membesarkan hati, karena disadari atau tidak, kiprah Kementerian Kehutanan berawal dari sumbangan hasil litbang. Satu Abad Penelitian Kehutanan Indonesia
v
Tanpa mengurangi nilai prestasi dan capaian yang sudah dicapai oleh Badan Litbang Kehutanan, harus diakui pula bahwa semuanya itu tidak bisa lepas dari proses yang berlangsung di masa lalu. Oleh karena itu penulisan buku ini juga bisa menjadi persembahan bagi para pemimpin institusi litbang kehutanan yang terdahulu. Pada akhirnya saya menyambut baik penulisan dan penerbitan buku ini. Penghargaan yang tinggi dan ucapan terima kasih yang besar kami sampaikan kepada Tim Penulis dan semua pihak yang telah memberikan kontribusi data, fakta dan informasi serta fasilitasinya, sehingga buku ini bisa terbit. Semoga langkah kecil ini bisa menghasilkan sesuatu yang besar, terutama untuk perjalanan kelitbangan kehutanan di masa yang akan datang Kepala Badan,
Dr. Iman Santoso
KATA PENGANTAR Pada tanggal 29 Januari 2013 Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan (Balitbanghut) memimpin pertemuan yang dihadiri beberapa peneliti senior yang sudah pensiun dan para pejabat struktural untuk membahas sejarah penelitian kehutanan di Indonesia. Dalam pertemuan disimpulkan pentingnya menyusun buku Satu Abad Penelitian Kehutanan Indonesia, sebagai bahan evaluasi perkembangan penelitian kehutanan Indonesia dan menetapkan arah penelitian pada waktu yang akan datang. Untuk merealisasikannya dibentuk satu tim dengan Surat Keputusan Kepala Badan Litbang Kehutanan No. SK.3/VIII-SET/2013 tanggal 6 Pebruari 2013 tentang Tim Penyusun buku Satu Abad Penelitian Kehutanan Indonesia dan uraian tugasnya. Tim Penyusun buku ini mengumpulkan bahan di Perpustakaan Kehutanan Ardikusuma Bogor, Pusat-Pusat Litbang Kehutanan di Bogor, dan dari BalaiBalai Besar Litbang Kehutanan di Jogyakarta dan Samarinda, Balai-Balai Litbang Kehutanan di seluruh Indonesia serta mewawancarai beberapa senior Balitbanghut. Tim Penyusun menghadapi beberapa kendala antara lain: informasi yang diperlukan tidak tersedia di masing-masing institusi secara lengkap, penulisan buku sejarah penelitian kehutanan terdahulu (Tujuh Windu Lembaga-Lembaga Penelitian Kehutanan, 16 Mei 1913 – 16 Mei 1969) ditulis dengan jarak waktu yang jauh dengan penulisan buku Satu Abad Penelitian Kehutanan Indonesia ini sehingga di antara waktu tersebut banyak informasi yang sudah terlupakan, dan alokasi waktu penyusunan waktu sangat singkat (5 bulan). Namun berkat kerjasama yang baik, penyusunan buku ini dapat diselesaikan tepat waktu. Tim mengharapkan bahwa penulisan buku Penelitian Kehutanan Indonesia dapat dilakukan setiap 10 tahun sehingga kesinambungan informasi dapat diikuti dengan baik. Atas bantuan semua pihak buku ini dapat diselesaikan tepat waktu dan untuk itu Tim Penulis mengucapkan terima kasih. Tim Penulis,
Satu Abad Penelitian Kehutanan Indonesia
vii
DAFTAR ISI SAMBUTAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA.........iii SAMBUTAN KEPALA BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KEHUTANAN............................................................v KATA PENGANTAR.................................................................................. vii DAFTAR ISI................................................................................................ ix DAFTAR TABEL......................................................................................... xi DAFTAR GAMBAR................................................................................... xiii I. PENDAHULUAN..................................................................... 1 II. ERA SEBELUM KEMERDEKAAN (TAHUN 1913–1945).......... 5 A. Organisasi dan Tenaga Kerja.............................................................................. 7 B. Penelitian dan Pengembangan.........................................................................10 C. Pemanfaatan Hasil Penelitian dan Pengembangan.....................................12 D. Pembelajaran dari Era Sebelum Kemerdekaan.............................................13 III. ERA ORDE LAMA (TAHUN 1946–1965)................................ 15 A. Organisasi dan Tenaga Kerja............................................................................17 B. Penelitian dan Pengembangan ........................................................................20 C. Pemanfaatan Hasil Penelitian dan Pengembangan.....................................24 D. Pembelajaran dari Era Orde Lama .................................................................24 IV. ERA ORDE BARU (TAHUN 1966–1998)................................. 27 A. Organisasi dan Tenaga Kerja ...........................................................................29 B. Penelitian dan Pengembangan ........................................................................35 C. Pemanfaatan Hasil Penelitian dan Pengembangan.....................................48 D. Pembelajaran dari Era Orde Baru...................................................................54 V.
ERA REFORMASI SAMPAI SEKARANG (TAHUN 1999–2013)............................................................. 57 A. Organisasi dan Tenaga Kerja............................................................................59 B. Penelitian dan Pengembangan.........................................................................73 C. Pemanfaatan Hasil Penelitian dan Pengembangan...................................111 D. Pembelajaran dari Era Reformasi sampai Sekarang...................................115 Satu Abad Penelitian Kehutanan Indonesia
ix
VI. HARAPAN KE DEPAN......................................................... 119 A. Umum.................................................................................................................121 B. Prasarana dan Sarana........................................................................................121 C. Organisasi...........................................................................................................122 D. Tenaga Kerja......................................................................................................122 E. Kepemimpinan..................................................................................................123 F. Hasil Penelitian.................................................................................................123 G. Publikasi.............................................................................................................124 H. Pengembangan..................................................................................................124 I. Pemanfaatan Hasil Penelitian........................................................................124 J. Kerjasama Penelitian .......................................................................................125 VII. PENUTUP........................................................................... 127 DAFTAR PUSTAKA................................................................................. 131 LAMPIRAN.............................................................................................. 135
x
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL 1. Publikasi Era Sebelum Kemerdekaan (tahun 1913 -1945).................................13 2. Publikasi Era Orde Lama (tahun 1946-1965).......................................................21 3. Keadaan tenaga kerja Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan (PNS) pada tahun 1998.............................................................................................34 4. Ahli Peneliti Utama Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan Tahun 1983-1998 .......................................................................................................34 5. Publikasi Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan dan Konservasi Alam Era Orde Baru (1966-1998) ..........................................................................44 6. Publikasi Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan dan Sosial Ekonomi Era Orde Baru (1966-1998)....................................................................44 7. Keadaan Tenaga Kerja Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan pada Tahun 2000 dan 2012 ......................................................................................69 8. Profesor Riset yang dikukuhkan antara tahun 2000 – 2012..............................70 9. Peneliti Utama Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan tahun 1999 – 2013 .................................................................................................................71 10. Laboratorium lingkup Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan...... 80 11. Kawasan Hutan Dengan Tujuan Khusus (KHDTK)..........................................82 12. Pelatihan yang dilakukan selama periode 1999-2013..........................................89 13. Kerjasama lingkup Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan dengan instansi dalam negeri....................................................................................95 14. Kerjasama lingkup Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan dengan instansi luar negeri.........................................................................................99 15. Publikasi lingkup Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan antara tahun 1999-2013...........................................................................................102 16. Buku yang diterbitkan lingkup Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan selama tahun 1999-2013.....................................................................103 17. Hasil penelitian lingkup Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan yang sudah mendapatkan perlindungan Hak Kekayaan Intelektual (HKI) berupa Hak Paten dan Hak Cipta sampai dengan tahun 2012......................111 Satu Abad Penelitian Kehutanan Indonesia
xi
18. Hasil penelitian lingkup Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan yang sudah dipergunakan secara luas...............................................112 19. Kegiatan lingkup Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan yang merupakan percontohan.................................................................................113
xii
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR 1. Gedung Balai Penyelidikan Kehutanan di Jalan Gunung Batu, Bogor............10 2. Peresmian gedung Balai Penyelidikan Kehutanan di Jalan Gunung Batu, Bogor oleh Gubernur Jenderal Mr. A. C. D. De Graeff pada tanggal 20 Juli 1931 ...............................................................................................................................10 3. Mesin Uji Universal tahun 1923 untuk meneliti sifat mekanis kayu...............11 4. Instalasi pengawetan kayu dalam bangunan konstruksi kubah dan tiang yang terlihat adalah tiang instalasi pengawetan kayu...........................................20 5. Rumah prefab dari kayu sengon yang diawetkan, didirikan pada tahun 1963 dan pada tahun 2013 keadaanya masih baik (tampak keseluruhan) (a); dan bagian dinding (b), terletak di Cimanggu, Bogor.................................23 6. Gedung Puslitbang Perubahan Iklim dan Kebijakan bertingkat di Komplek Kantor Badan Litbang Kehutanan di Jalan Gunung Batu Bogor.... 35 7. Praktek pemadaman api dalam kebakaran hutan di Kalimantan Selatan........37 8. Kunjungan Kaisar Jepang (Pangeran Akihito) dan penanaman pohon Sawo Kecik oleh Putri Michiko, pada tanggal 5 Oktober 1991........................38 9. Tegakan A. mangium, di Kebun Benih Semai Uji Keturunan F1 A. mangium tahun tanam 1994, pada KHDTK Wonogiri................................39 10. Petak ukur erosi di Waspada-Garut tahun 1976...................................................40 11. Penyadapan tusam (Pinus merkusii) sistem koakan di Makale (a) dan sistem V (sersan) (b) di Sumedang...................................................................43 12. Sarang lebah madu hutan (Apis dorsata).................................................................47 13. Rumah prefab dari kayu jati yang dibangun pada tahun 1971, sampai tahun 2013 keadaanya masih baik............................................................................50 14. Rumah dari kayu kelapa yang diawetkan, dibangun pada tahun 1984, sampai tahun 2013 keadaanya masih baik..............................................................50 15. Rumah dengan dinding dari papan semen wol kayu yang dibangun pada tahun 1972, sampai tahun 2013 keadaannya masih baik....................................51 16. Pengeringan kombinasi tenaga surya dengan panas tambahan..........................52 17. Pelatihan pengasahan bilah gergaji (sawdoctoring) pada tahun 1976 di Lembaga Penelitian Hasil Hutan.............................................................................53 Satu Abad Penelitian Kehutanan Indonesia
xiii
18. Peserta Diskusi Industri Perkayuan pada tahun 1976 di Jakarta.......................54 19. Gedung Utama Balai Penelitian Kehutanan Banjarbaru (a), laboratorium (b), green house (c) dan persemaian (d).......................................74 20. Gedung Balai Penelitian Teknologi Hasil Hutan Bukan Kayu di Mataram....................................................................................................................74 21. Kantor Balai Besar Penelitian Dipterokarpa di Samarinda................................75 22. Pyrolisis Gas Chromatography Mass Spectrofotometry.....................................76 23. X-Ray Difractrograph.................................................................................................76 24. Scanning Electron Microscope-Energy disperse spectrofotometry..................77 25. Mesin Molder di Laboratorium Penggergajian......................................................78 26. Synergy H1 Hybrid Multi-Mode Microplate Reader..........................................78 27. Take3 Micro-Volume Plates.......................................................................................79 28. High-performance liquid chromatography............................................................79 29. Koleksi spesimen herbarium sebagai dokumen ilmiah, acuan identifikasi, pangkalan data serta informasi ilmiah keanekaragaman flora hutan................84 30. Xylarium Bogoriense 1915 Bogor............................................................................85 31. Kursi, meja dan lemari dari bambu lamina di Pustekolah, Bogor....................108 32. Penangkaran Rusa Timor (Cervus timorensis) di Dramaga, Bogor (2013)..............................................................................................................108 33. Kursi dan meja (a) dan lantai parket (b), keduanya dari kayu sawit...............112 34. Pengukuran biomassa tanaman hutan...................................................................113 35. Penangkaran trenggiling di Dramaga, Bogor tahun 2013................................114 36. Percontohan rumah kayu kelapa yang diawetkan di Banda Aceh tahun 2005/2006. (a) Dalam proses pembuatan dan (b) Rumah jadi.......................115 37. Percobaan tumpangsari padi gogo di bawah tegakan jati umur 3 tahun di BKPH Jampang Kulon, KPH Sukabumi tahun 2007..................................115
xiv
DAFTAR GAMBAR
BAB I PENDAHULUAN
Tahun 2013 mempunyai arti khusus bagi Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan sebagai salah satu instansi dalam lingkup Kementerian Kehutanan karena secara historis instansi yang bertugas menyelenggarakan penelitian di Sektor Kehutanan Indonesia genap berusia Satu Abad. Instansi penyelenggara penelitian kehutanan pertama kali dibentuk oleh pemerintah kolonial Belanda dengan Keputusan Pemerintah Nomor 58 Tahun 1913 dengan nama Proefstation Voor Het Boswezen (Stasiun Penelitian Untuk Kehutanan) yang bernaung di bawah Dients Van Het Boswezen ( Jawatan Kehutanan). Pendirian stasiun penelitian ini merupakan titik awal keberadaan unit kerja di bidang penelitian kehutanan di Indonesia. Oleh karena itu pada tahun 2013 ini genaplah Satu Abad usia penelitian kehutanan di Indonesia. Pada tahun 1927 nama stasiun tersebut diubah menjadi Bosbouwproefstation (Balai Penjelidikan Kehutanan, disingkat BPK). Selama kurun waktu Satu Abad tersebut, BPK telah mengalami pasang surut perkembangan sejalan dengan perubahan dan perkembangan sejarah pemerintahan Indonesia. Status dan struktur organisasi BPK, ruang lingkup kegiatan penelitian, sarana dan prasarana penelitian serta penyediaan tenaga peneliti sangat tergantung kepada kebutuhan dan kebijakan penguasa pemerintahan yang sedang berlangsung. Kegiatan penelitian sudah banyak dilakukan dan hasil penelitian sudah banyak dipublikasikan dalam berbagai bentuk publikasi seperti pengumuman, jurnal, buletin, publikasi populer, petunjuk teknis sampai bentuk buku. Sebagian hasil penelitian tersebut telah digunakan secara luas, sebagian secara terbatas dan sebagian besar masih tersimpan dalam bentuk tulisan dan belum digunakan dalam praktek. Berbagai informasi mengenai BPK dan penelitian kehutanan selama kurun waktu Satu Abad tersebut belum pernah dihimpun menjadi satu kesatuan (buku) untuk memudahkan para pihak yang berkepentingan melihat dan menggunakannya. Ketiadaan buku tersebut menyebabkan masyarakat dan bahkan para rimbawan Indonesia sendiri umumnya tidak banyak yang mengetahui eksistensi, perkembangan dan hasil-hasil penelitian kehutanan Indonesia selama ini. Keadaan demikian memerlukan perbaikan agar penelitian kehutanan dapat lebih berkembang dan hasilnya digunakan dalam pembangunan kehutanan Indonesia. Penelitian kehutanan yang dimaksud dalam buku ini adalah penelitian yang dilakukan instansi penelitian kehutanan yang akhirnya bermuara pada Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan sekarang ini. Uraian dalam buku ini disajikan menurut era penguasa/pemerintahan yang berlaku karena hal tersebut besar pengaruhnya dalam penetapan kebijakan tentang status lembaga dan ruang lingkup kegiatan penelitian kehutanan. Satu Abad Penelitian Kehutanan Indonesia
3
Keseluruhan buku dibagi ke dalam empat bagian utama yang disebut era, yaitu: (1) Era Sebelum Kemerdekaan (Tahun 1913-1945); (2) Era Orde Lama (Tahun 1946-1965); (3) Era Orde Baru (Tahun 1966-1998); dan (4) Era Reformasi Sampai Sekarang (Tahun 1999-2013); serta satu Bab berupa Harapan ke Depan. Dalam setiap era diuraikan berbagai aspek penelitian dan pengembangan kehutanan yang meliputi: (1) Kelembagaan Penelitian, khususnya mengenai dinamika perubahan organisasi dan tenaga kerja; (2) Penelitian dan pengembangan berisi uraian tentang kegiatan penelitian dan pengembangan berikut penyajian hasilnya, baik yang berupa berbagai jenis publikasi maupun hasil penelitian yang sifatnya menonjol; (3) Pemanfaatan hasil penelitian dan pengembangan baik yang sifatnya biasa, lebih-lebih yang menonjol atau meluas; dan (4) Pembelajaran yang diambil dari era bersangkutan. Dalam bab tentang Harapan ke Depan disajikan berbagai aspek pengelolaan penelitian dan pengembangan kehutanan yang memerlukan upaya perbaikan sungguh-sungguh di masa depan agar Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan mampu menjadi pemandu, pendamping dan pendorong pembangunan kehutanan di Indonesia. Sejarah perkembangan penelitian kehutanan dalam buku memori Seratus Tahun Penelitian Kehutanan Indonesia ini dimaksudkan untuk membuka wawasan tentang peran penelitian kehutanan dalam menunjang pelaksanaan pembangunan sektor Kehutanan, serta memberikan informasi mengenai perkembangan ilmu pengetahuan dan teknik kehutanan yang telah dihasilkan dari penyelenggaraan penelitian kehutanan oleh instansi penelitian kehutanan Indonesia. Dengan mengetahui hasil penelitian tersebut diharapkan para pemangku kepentingan pembangunan kehutanan Indonesia dapat memanfaatkannya untuk memperbaiki mutu pengelolaan hutan dan dapat tergugah untuk memperkuat instansi penelitian dan pengembangan kehutanan Indonesia. Kebutuhan akan kedua hal ini didasarkan pada kenyataan bahwa pengetahuan tentang potensi sumberdaya hutan dan teknik kehutanan yang berdayaguna dan berhasilguna dalam pengelolaannya perlu terus ditingkatkan, sehubungan dengan kompleksitas struktur tegakan hutannya, komposisi jenis flora dan faunanya, serta variasi kondisi tempat tumbuh dan lingkungannya. Keperluan tersebut terkait pula dengan meningkatnya persepsi dan kesadaran masyarakat tentang fungsi sumberdaya hutan bagi pemeliharaan dan peningkatan kesejahteraan hidup manusia, baik dalam lawas nasional maupun internasional. Peningkatan ruang lingkup dan intensitas kegiatan penelitian kehutanan perlu berlandaskan konsistensi kebijakan serta didukung oleh tersedianya prasarana, sarana, dana dan tenaga peneliti dari berbagai disiplin ilmu yang memadai.
4
PENDAHULUAN
BAB II
ERA SEBELUM KEMERDEKAAN (TAHUN 1913–1945)
A. Organisasi dan Tenaga Kerja Het Boswezen van Nederlandsch Oost Indie ( Jawatan Kehutanan pada Pemerintahan Hindia Belanda) yang didirikan pada tanggal 1 Juli 1897 adalah salah satu dari enam belas jawatan dari Departement van Landbouw, Nijverheid en Handel (Departemen Pertanian, Perindustrian dan Perdagangan). Pada zaman pemerintahan Belanda, Jawatan Kehutanan merupakan pelopor dari pengelolaan hutan di Indonesia. Departemen tersebut meliputi dinas-dinas pertanian, pendidikan pertanian, kebun raya Bogor, perikanan, peternakan, peternakan kuda, kedokteran hewan, pendidikan dokter hewan, perkebunan kopi pemerintah, kehutanan, perindustrian, perdagangan, perteraan dan perkumpulan dalam bidang pengetahuan alam. Jawatan Kehutanan merupakan alat produksi bagi pemerintah dan sumber penghasilan di samping bertugas menjamin kemakmuran masyarakat yang tak ternilai harganya di antaranya mengenai hidrologi, orologi, dan klimatologi. Jawatan kehutanan menjadi milik nasional yang harus dipelihara sebaik-baiknya, dan pemeliharaan hutan oleh jawatan kehutanan dikerjakan serapi-rapinya dengan didukung aturan (sistem) tertentu. Tentang organisasi, pekerjaan administrasi, teknis dan lain-lainnya ditentukan dengan undang-undang dalam Staatsbladen (Lembaran Negara) serta peraturan lainnya. Jawatan Kehutanan terdiri dari beberapa unit, yaitu: (1) Kantor Besar Dinas Kehutanan (2) Dinas Kehutanan Jawa dan Madura (3) Dinas Kehutanan Luar Jawa dan Madura (4) Balai Penyelidikan Kehutanan (5) Sekolah Kehutanan Menengah. Bosbouwproefstation (Balai Penyelidikan Kehutanan) didirikan dengan Keputusan Pemerintah No. 58 tanggal 16 Mei 1913. Pendirian Balai Penyelidikan Kehutanan (BPK) tersebut didahului studi banding oleh Ir. H.A.J.M. Beekman ke beberapa negara di Eropa dan Jepang, untuk mengumpulkan informasi yang diperlukan sebagai bahan dalam membangun BPK di Indonesia. BPK tersebut menempati sebuah rumah sewaan di Laan van der Wijck No. 8, yang sekarang disebut Jalan Sawojajar, Bogor. Luas rumah tersebut kemudian tidak mencukupi sehingga berturut-turut pada tahun 1917 dan 1918 diusahakan menyewa dua buah rumah lainnya di samping tempat yang lama. Untuk menangani kegiatan BPK dibentuk empat bagian, yaitu: (1) Afdeling Opbrengstonderzoek (Bagian Penelitian Produksi Hutan); (2) Afdeling Cultuuraanleg (Bagian Penanaman Hutan); (3) Afdeling Bosexploratie (Bagian Eksplorasi Hutan); dan (4) Afdeling Houttechnologie (Bagian Teknologi Kayu). Satu Abad Penelitian Kehutanan Indonesia
7
Dalam menjalankan tugasnya sebagai pimpinan BPK, Beekman dibantu oleh 3 orang pegawai teknik menengah. Atas prestasi yang dicapainya dalam mengelola BPK, pada tahun 1919 dia mendapat gelar Dr in de Landbouw Wetenschap (Doktor Ilmu Pertanian) dan tidak lama setelah itu Beekman diangkat sebagai guru besar Sekolah Tinggi Pertanian di Wageningen dan pada tahun 1920 Beekman bertolak ke Belanda. Selanjutnya sebagai pimpinan BPK diangkat Dr. R. Wind sebagai Direktur. Pada tahun yang sama dibentuk pula dua bagian yang baru , yaitu: (1) Afdeling Wildhoutbedrijft en Boseconomic (Bagian Perusahaan Kayu Rimba dan Ekonomi Hutan); dan (2) Afdeling Bosbescherming (Bagian Perlindungan Hutan), sehingga BPK memiliki enam bagian dan jumlah pegawai bertambah menjadi 12 orang pegawai teknik tinggi dan menengah serta sembilan orang pegawai rendah. Tiga tahun kemudian (tahun 1923), BPK pindah dari Jalan Sawojajar ke Jalan Gunung Batu, Ciomas, Bogor. Pada tahun 1924 terjadi penggabungan Afdeling Bosbescherming (Bagian Perlindungan Hutan) dengan Afdeling Cultuuraanleg (Bagian Penanaman Hutan) menjadi Afdeling Djaticultuuronderzoek (Bagian Penelitian Tanaman Jati) dan tiga tahun kemudian ditambah lagi satu bagian yaitu Afdeling Djatinatuurverjonging (Bagian Permudaan Alam Jati) sehingga jumlahnya tetap enam bagian. Pada tahun 1931 dibentuk Afdeling Boshydrologie (Bagian Hidrologi Hutan) sehingga jumlah bagian bertambah menjadi tujuh. Keadaan pegawai tercatat 12 orang pegawai teknik tinggi, dua orang pegawai teknik menengah, 22 orang pegawai teknik rendah, dua orang pegawai tata usaha menengah dan 13 orang pegawai tata usaha rendah, sehingga jumlah seluruhnya 51 orang. Tahun 1932 jumlah bagian berubah kembali menjadi enam bagian, karena Afdeling Wildhoutbedrijft (Bagian Perusahaan Kayu Rimba) disatukan denganAfdeling Hydrologischonderzoek (Bagian Hidrologi Hutan) menjadi Bagian Hidrologi Hutan dalam rangka penghematan. Akhir tahun 1936 jumlah bagian berubah menjadi lima, yaitu: (1) Afdeling Technologie (Bagian Teknologi Kayu); (2) Afdeling Bosexploratie (Bagian Penyelidikan Susunan Hutan); (3) Afdeling Opbrengstonderzoek (Bagian Penyelidikan Hasil Hutan); (4) Afdeling Cultuuronderzoek (Bagian Penyelidikan Tanaman); dan (5) Afdeling Hydrologischonderzoek (Bagian Penyelidikan Tata Air). Bagian-bagian tersebut bertugas memecahkan persoalan ilmiah yang berguna bagi kehutanan, seperti menangani masalah penyelidikan tentang kekuatan dan kegunaan kayu, susunan hutan, pendapatan hutan, tanaman hutan, tata air dan hanyutan tanah, propaganda dan penyelidikan kerusakan hutan, penyakit serta hama hutan. Kondisi pegawai terdiri dari delapan orang pegawai teknik tinggi, tiga orang pegawai teknik menengah, 21 orang pegawai teknik rendah, seorang pegawai tata usaha menengah dan tiga orang pegawai tata usaha rendah sehingga jumlah seluruhnya 36 orang. 8
ERA SEBELUM KEMERDEKAAN (TAHUN 1913–1945)
Pada tahun 1938 jabatan Direktur dipegang oleh Dr. H.E. Wolf von Woelfing. Pada tahun tersebut dibentuk satu bagian baru yaitu Afdeling Propaganda (Bagian Propaganda) yang bertugas memajukan pemakaian kayu gergajian.Tetapi karena terjadi Perang Dunia II praktis kegiatan bagian ini tidak dilanjutkan. Pada tanggal 8 Maret 1942 Pemerintah Hindia Belanda menyerah tanpa syarat kepada bala tentara Jepang. Pada waktu Pemerintahan Jepang, Bosbouwproefstation diganti menjadi Ringyoo Sikenzyoo (BPK dalam bahasa Jepang) dan dipimpin oleh Profesor Kaneihera. Pegawai bangsa Belanda dimasukkan ke dalam tahanan. Ada sebagian yang masih dipekerjakan sebagai penasehat sementara, di antaranya Dr. H.E. Wolf von Woelfing. Sarana penelitian berupa kebun percobaan ditebang untuk kepentingan tentara Jepang. Susunan organisasi Ringyoo Sikenzyoo sama seperti sebelumnya, tetapi pada tahun 1943 Bagian Propaganda ditiadakan. Pada tahun 1942 jumlah pegawai 144 orang yang terdiri atas 90 orang pegawai teknis dan 54 orang pegawai tata usaha. Hal ini menunjukkan bahwa jumlah pegawai teknis 1,7 kali jumlah pegawai tata usaha. Pada tahun 1943, jumlah pegawai berkurang menjadi 89 orang yang terdiri atas 48 pegawai teknis dan 41 pegawai tata usaha. Komposisi pegawai tersebut menunjukkan bahwa jumlah pegawai teknis 1,2 kali jumlah pegawai tata usaha. Pengurangan tersebut disebabkan oleh banyak pegawai bangsa Belanda yang ditahan. Tugas Balai Penyelidikan Kehutanan disesuaikan dengan kebutuhan pada masa Jepang yaitu informasi tentang: (a) Penyusutan dan pengembangan kayu dalam berbagai kelembaban; (b) Teknik pemanfaatan kayu jati tanpa diteres untuk pembuatan kapal; (c) Inventarisasi jenis kayu yang digunakan untuk kapal, pesawat terbang, arang mesiu, tiang pelabuhan, kayu lapis dan korek api; (d) Inventarisasi pohon penghasil penyamak kulit; (e) Inventarisasi jenis kayu yang digunakan untuk sekrup kapal; (f ) Inventarisasi hutan di luar Jawa yang cepat menghasilkan dan pemecahantransportasinya; dan (g) Teknik pembuatan tangkai senapan, tong dan kancing baju yang terbuat dari kayu, kulit atau buah. Di samping itu, banyak dilakukan pekerjaan yang tidak memiliki korelasi dengan kayu atau hutan, misalnya cara meningkatkan hasil bumi dan cara membuat kertas dari jerami. Tanggal 17 Agustus 1945 merupakan hari terakhir dari penjajahan tentara Jepang dan sekaligus pemerintah Indonesia memproklamasikan kemerdekaan Indonesia.Setelah Indonesia merdeka nama Ringyoo Sikenzyoo diubah menjadi Balai Penyelidikan Kehutanan (BPK) kembali dengan kepala M. Soetarmo Hardjowarsono. Satu Abad Penelitian Kehutanan Indonesia
9
B. Penelitian dan Pengembangan Pembangunan gedung Balai Penyelidikan Kehutanan dilaksanakan di Jalan Gunung Batu, Bogor (Gambar 1) dan tahun 1931 penggunaan gedung baru tersebut diresmikan oleh Gubernur Jenderal yang dihadiri oleh para pejabat kehutanan serta pejabat pemerintahan setempat (Gambar 2). Gedung tersebut antara lain terdiri dari ruang kerja, perpustakaan, herbarium, museum, bengkel, laboratorium dan koleksi contoh kayu autentik (xylarium). Laboratorium dilengkapi dengan alat seperti mesin uji universal buatan Swiss tahun 1923 untuk meneliti sifat mekanis kayu yang termasuk moderen pada saat itu (Gambar 3.). Penambahan gedung dimanfaatkan juga untuk percontohan penggunaan kayu. Kayu jati berdiameter kecil dibubut, dipotong dan dipasang vertikal untuk lantai.
Sumber: Tectona XXIV, 1931
Gambar 1. Gedung Balai Penyelidikan Kehutanan di Jalan Gunung Batu, Bogor
Sumber: Tectona XXIV, 1931
Gambar 2. Peresmian gedung Balai Penyelidikan Kehutanan di Jalan Gunung Batu,
Bogor oleh Gubernur Jenderal Mr. A. C. D. De Graeff pada tanggal 20 Juli 1931
10
ERA SEBELUM KEMERDEKAAN (TAHUN 1913–1945)
Sumber: Forest Research in Indonesia, 1957
Gambar 3. Mesin Uji Universal tahun 1923 untuk meneliti sifat mekanis kayu
Berdasarkan hasil penelusuran data spesimen pengumpulan material herbarium sudah dimulai tahun 1913 oleh beberapa kolektor di antaranya Chr. Versteegh, C.J. van der Zwan, T.H. Endert, B. de Yong, Dr. den Berger, Ir. C.N.A. de Voogd dan K. Heyne. Herbarium Botani Hutan didirikan pada tahun 1917. Sedangkan pengumpulan material xylarium dimulai tahun 1915. Sarana penelitian lain adalah empat buah kebun percobaan, yaitu: (1) Kebun Percobaan Cikampek, Purwakarta, dibangun pada tahun 1937 seluas 45 ha. Jenis pohon yang ditanam sebanyak 61 jenis terdiri dari 27 jenis pohon asli dan 34 jenis pohon asing (exot). (2) Kebun Percobaan Pasir Awi, Bogor, didirikan pada tahun 1938. Jenis pohon yang ditanam sebanyak 47 jenis yang terdiri dari 25 jenis asli dan 22 jenis exot. (3) Kebun Percobaan Cigerendeng, Ciamis, dibangun pada tahun 1939 seluas 7,65 ha. Jenis pohon yang ditanam sebanyak 9 jenis terdiri dari 8 jenis pohon asli dan satu jenis pohon asing. (4) Kebun Percobaan Haurbentes, Bogor, dibangun pada tahun 1940 seluas 100 ha. Pohon yang ditanam 70 jenis terdiri dari 64 jenis pohon asli dan 6 jenis pohon asing. Satu Abad Penelitian Kehutanan Indonesia
11
Fungsi dari kebun percobaan tersebut adalah sebagai sarana percobaan uji jenis pohon, pelestarian jenis eksitu, dan juga untuk tempat penelitian lainnya. Pada jaman Jepang dibangun sarana penelitian yang dianggap modern pada masa itu berupa dapur arang Ishikawa yang dapat menghasilkan arang dan destilatnya. Sarana ini digunakan juga untuk pelatihan. Kegiatan penelitian pada era ini meliputi kegiatan penelitian hutan dan penelitian hasil hutan serta telah menghasilkan 99 judul publikasi terdiri atas 83 judul mengenai penelitian hutan dan 16 judul mengenai penelitian hasil hutan (Tabel 1). Jenis pohon yang terbanyak diteliti adalah jenis pohon jati karena kayu jati mempunyai nilai ekonomi yang tinggi. Penelitian mengenai pengaruh hutan adalah mengenai penguapan dari berbagai jenis pohon di Jawa. Penelitian mengenai hasil hutan bukan kayu adalah mengenai penelitian kulit kayu sebagai bahan penyamak di Jawa. Secara keseluruhan publikasi hasil penelitian silvikultur yang terbanyak (49 judul), disusul penelitian biometrika hutan (21 judul), sedangkan penelitian lainnya kurang dari 10 judul. Publikasi dalam bidang keteknikan dan pemanenan hutan tidak ada karena pada era sebelum kemerdekaan belum dilakukan penelitiannya.
C. Pemanfaatan Hasil Penelitian dan Pengembangan Hasil penelitian yang sudah banyak digunakan dalam praktek antara lain: (1) Cara mengukur kayu bundar (log) jati dan menetapkan isinya disertai tabel; (2) Angka konversi dari sm (stapel meter) ke meter kubik dan kilogram untuk kayu bakar jati; (3) Jumlah biji dalam tiap kilogram, tiap liter dan tiap blek minyak tanah dari 61 jenis pohon; (4) Musim berbuah 37 jenis pohon di Jawa dan Madura; (5) Pedoman penanaman 28 jenis kayu di Jawa dan Madura; (6) Kriteria dan cara menetapkan tingkat (intensitas) penjarangan hutan tanaman; (7) Cara menetapkan bonita (kelas kesuburan tanah) hutan tanaman; dan (8) Kriteria dan cara menetapkan kelas kuat dan kelas awet kayu disertai daftar jenis kayu yang sudah diteliti. 12
ERA SEBELUM KEMERDEKAAN (TAHUN 1913–1945)
Tabel 1. Publikasi Era Sebelum Kemerdekaan (tahun 1913 -1945) Jenis publikasi No
Bidang keilmuan
Pengumuman (judul)
Pengumuman pendek (judul)
Jumlah (judul)
1.
Botani dan Ekologi
1
5
6
2.
Silvikultur
8
41
49
3.
Perlindungan Hutan
1
2
3
4.
Biometrika Hutan
5
16
21
5.
Pengaruh Hutan
-
4
4
6.
Keteknikan dan Pemanenan Hutan
-
-
-
7.
Biologi dan Pengawetan Hasil Hutan Kayu
5
4
9
8.
Pengolahan Hasil Hutan Bukan Kayu
2
2
4
9.
Pengolahan Kimia dan Energi Hasil Hutan Kayu
-
2
2
10.
Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu
-
1
1
22
77
99
Jumlah
Keterangan: No 1 s/d 5 Penelitian hutan (83 judul); No 6 s/d 10 Penelitian hasil hutan (16 judul).
D. Pembelajaran dari Era Sebelum Kemerdekaan 1.
2.
3.
BPK didirikan pada tahun 1913 setelah diperoleh hasil studi banding ke beberapa negara Eropa dan Jepang. Hasil studi banding tersebut digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam penyusunan organisasi, penetapan kegiatan penelitian dan pembangunan prasarana dan sarana penelitian yang diperlukan untuk mendapatkan hasil penelitian yang bermanfaat dalam pengelolaan hutan secara optimal dan lestari. Pembentukan bagian penelitian di BPK didasarkan atas pemikiran tentang efektivitas dan efisiensi dalam mengelola hutan secara optimal. Selama periode lebih kurang 30 tahun, organisasi penelitian kehutanan relatif stabil hanya terjadi perubahan sedikit yaitu jumlah bagian dari empat bagian menjadi enam bagian dan terakhir tinggal lima bagian saja. Kegiatan penelitian pada jaman pemerintahan Belanda lebih difokuskan pada produktivitas hutan tanaman jati daripada jenis pohon lain. Penelitian mengenai aspek hutan dan pengelolaannya lebih banyak daripada penelitian mengenai hasil hutan dan pengolahannya sesuai dengan perkembangan kehutanan pada waktu itu. Pembentukan bagian propaganda menunjukkan pentingnya penerapan hasil penelitian. Satu Abad Penelitian Kehutanan Indonesia
13
4. 5.
6.
14
Telah dilakukan penggolongan tenaga peneliti dan teknisi. Beberapa teknisi diberi kesempatan untuk meneliti dan menyajikan hasil penelitiannya. Penelitian kehutanan pada masa penjajahan Belanda dan Jepang dipandang penting dengan menempatkan Dr. Beekman (ahli kehutanan dari Belanda) dan Prof. Koneihera (ahli kehutanan dari Jepang) sebagai pimpinan BPK. Hasil penelitian yang dipublikasikan selama Era Sebelum Kemerdekaan tidak banyak namun kualitasnya baik sehingga beberapa hasil penelitian tersebut masih digunakan sampai saat ini.
ERA SEBELUM KEMERDEKAAN (TAHUN 1913–1945)
BAB III
ERA ORDE LAMA (TAHUN 1946–1965)
A. Organisasi dan Tenaga Kerja Sebagai akibat pendudukan tentara Sekutu dan tentara Belanda, mulai tahun 1946 sebagian sarana Balai Penyelidikan Kehutanan (BPK) yang ada di Bogor terpaksa dipindahkan ke Yogyakarta kemudian ke Surakarta, sehingga pada tahun 1947 terdapat dua cabang BPK, yaitu BPK Cabang Bogor dan BPK Cabang Surakarta. Pimpinan BPK masih tetap M. Soetarmo Hardjowasono, pimpinan BPK Cabang Bogor adalah M. Sukadi dan pimpinan BPK Cabang Surakarta adalah Sukowiono. BPK Cabang Bogor terdiri atas empat bagian, yaitu (a) Bagian Botani Hutan, (b) Bagian Teknologi Kayu, (c) Bagian Silvikultur dan (d) Bagian Pengaruh Hutan. BPK Cabang Surakarta terdiri atas enam bagian, yaitu (a) Bagian Penyelidikan Susunan Hutan, (b) Bagian Penyelidikan Pertanaman, (c) Bagian Penyelidikan Nilai Hutan, (d) Bagian Penyelidikan Kerusakan Hutan, (e) Bagian Penyelidikan Keairan dan (f ) Bagian Penyelidikan Teknologi Hasil Hutan. Pada tahun 1949 Surakarta dan Yogyakarta diduduki tentara Belanda. Sebagian pegawai BPK Cabang Surakarta pindah ke BPK Cabang Bogor dan sisanya bergabung dengan Jawatan Kehutanan yang berkantor di Yogyakarta dan membentuk BPK-RI. BPK Cabang Bogor kemudian dikenal dengan istilah BPK Bogor dengan jumlah pegawai 347 orang (termasuk 214 orang pegawai harian). BPK-RI Yogyakarta dengan jumlah pegawai tujuh orang dipimpin oleh R. Soediarto Warsopranoto sesuai dengan SK Kepala Jawatan Kehutanan No.62/KBK tanggal 6 Oktober 1949. Pada tahun 1950 kedua BPK itu digabung sehingga hanya ada satu BPK yang berkedudukan di Bogor yang dipimpin oleh Ir.H.W. Japing, kemudian digantikan oleh Prof. Ir. G. N. Danhof dan kemudian oleh Dr. Ir. G. Hellinga. Pada tahun 1951 Dr. Ir. E. Meijer Drees diangkat menjadi Kepala BPK dengan jumlah pegawai 314 orang. Pada tahun 1955 BPK mempunyai tujuh bagian, yaitu (a) Bagian Botani, (b) Bagian Silvikultur dan Fisiologi, (c) Bagian Pengaruh Hutan, (d) Bagian Penyelidikan Hasil Hutan, (e) Bagian Penyelidikan Pemakaian dan Penyempurnaan Kayu, (f ) Bagian Penyelidikan Kimia Kayu dan (g) Bagian Penyelidikan Sifat-sifat Kayu. Pada tahun 1955 itu juga pimpinan BPK kemudian dijabat oleh Kepala Jawatan Kehutanan (Ir. Susilo Hardjoprakoso) dan sebagai pimpinan harian dipegang oleh Oedin Gl. St. Moh. Arief. Jumlah pegawai pada tahun 1955 tercatat 514 orang terdiri atas 318 pegawai teknis dan 96 pegawai administratif. Komposisi pegawai tersebut menunjukkan bahwa pegawai teknis 3,3 kali jumlah pegawai administratif. Pada tahun 1956 BPK diubah menjadi Balai Besar Penyelidikan Kehutanan (BBPK) dengan susunan organisasi sebagai berikut : Satu Abad Penelitian Kehutanan Indonesia
17
(1) Balai Penyelidikan Hutan (Kepala: Oedin Gl. St. Moh. Arief ) dengan lima bagian, yaitu (a) Bagian Botani, (b) Bagian Silvikultur dan Fisiologi, (c) Bagian Pengaruh Hutan, (d) Bagian Penyelidikan Nilai Hutan, (e) Bagian Ekonomi Hutan; (2) Balai Penyelidikan Hasil Hutan (Kepala: R. Nizar Kamil) dengan tiga bagian, yaitu (a) Bagian Penggunaan Kayu, (b) Bagian Penyelidikan Kimia Kayu, (c) Bagian Penyelidikan Sifat-sifat Kayu.
Pimpinan BBPK adalah M. Soetarmo Hardjowasono dengan wakil Oedin Gl. St. Moh. Arief. Pada tahun 1957 BPPK berubah menjadi Lembaga Pusat Penyelidikan Kehutanan (LPPK). Pada tahun 1958 berubah status yang semula di bawah Jawatan Kehutanan menjadi langsung di bawah Kementerian Pertanian dengan susunan organisasi sebagai berikut : (1) Lembaga Penyelidikan Hutan (Kepala: Ir. Sumarjo ) dengan tujuh bagian, yaitu (a) Bagian Botani, (b) Bagian Silvics, (c) Bagian Silvikultur, (d) Bagian Kebun-kebun Percobaan, (e) Bagian Pengaruh Hutan, (f ) Bagian Penyakit dan Gangguan, dan (g) Bagian Penyelidikan Nilai Hutan. (2) Lembaga Penyelidikan Hasil Hutan (Kepala: R. Nizar Kamil) dengan empat bagian, yaitu (a) Bagian Sifat-sifat Kayu, (b) Bagian Penggunaan Kayu, (c) Bagian Penyelidikan Kimia Hasil Hutan, dan (d) Bagian Penyelidikan Ekonomi Hutan.
Berdasarkan SK Menteri Pertanian No.697/M tanggal 21 November 1958, Ir. Moersaid Kromosoedarmo diangkat menjadi kepala LPPK. Pada tahun 1959 susunan LPPK diubah berdasarkan SK Menteri Pertanian No.80/Um/59 tanggal 5 Mei 1959, menjadi empat lembaga berikut: (1) Lembaga Penyelidikan Hutan (Kepala: Ir. R. Soediarto Warsopranoto) dengan tujuh bagian seperti pada tahun 1958; (2) Lembaga Penyelidikan Hasil Hutan (Kepala: R. Nizar Kamil) dengan lima bagian, yaitu (a) Bagian Penyelidikan Sifat-sifat Kayu, (b) Bagian Mekanika dan Konstruksi, (c) Bagian Penyempurnaan Kayu, (d) Bagian Kayu Majemuk, dan (e) Bagian Penggunaan Hasil Hutan selain Kayu; (3) Lembaga Penyelidikan Teknologi Kimia Hasil Hutan (Kepala: M. Tjahro Nurkamal) dengan empat bagian, yaitu (a) Bagian Teknologi Kimia Kayu, (b) Bagian Hasil Hutan Ikutan Hutan, (c) Bagian Pulp, dan (d) Bagian Kertas dan Papan Serat; 18
ERA ORDE LAMA (TAHUN 1946–1965)
(4) Lembaga Penyelidikan Kerja Hasil Hutan (Kepala: R. Sanjoto) dengan tiga
bagian, yaitu (a) Bagian Tenaga Kerja, (b) Bagian Alat Kerja, (c) Bagian Ekonomi Kerja. Pada tahun 1959 Ir. Moersaid Kromosoedarmo digantikan oleh Ir. Kusniobari dan pada tahun 1961 digantikan oleh Ir. R. Soediarto Warsopranoto (SK Menteri Pertanian No.SK 2381/II C.E/5291C/1961 tanggal 22 Agustus 1961). Jumlah pegawai pada tahun 1960 tercatat 535 orang, yang terdiri atas 384 pegawai teknis dan 151 pegawai administratif. Hal ini menunjukkan jumlah pegawai teknis 2,5 kali jumlah pegawai administratif. Pada tahun 1961 Departemen Pertanian membentuk Jawatan Penelitian dan semua lembaga lingkup LPPK bersama lembaga penelitian lain lingkup Departemen Pertanian digabung dalam Jawatan Penelitian. Ir. R. Soediarto Warsopranoto ditetapkan sebagai Kepala Bagian Kehutanan pada Jawatan Penelitian berdasarkan SK Menteri Pertanian No.SK.4321/II/CE/799A/61 tanggal 17 Nopember 1961. Nama LPPK tidak ada lagi dan nama empat lembaga yang semula di bawah LPPK berubah nama menjadi: (1) Lembaga Penelitian Hutan (Direktur: Ir. R. Soediarto Warsopranoto); (2) Lembaga Penelitian Hasil Hutan (Direktur: R. Nizar Kamil); (3) Lembaga Penelitian Kimia Hasil Hutan (Direktur: M. Tjahro Nurkamal); dan (4) Lembaga Penelitian Ekonomi dan Kerja Hutan (Direktur: R. Sanjoto)
Pada tahun 1962 Jawatan Penelitian dihapus dan empat lembaga tersebut di atas berada di bawah Direktorat Kehutanan bersama dengan lembaga kehutanan lain. Nama lembaga penelitian pertama, kedua dan ketiga tetap, sedangkan yang keempat berubah menjadi Lembaga Penelitian Daya Guna Tenaga dan Peralatan Kehutanan. Berdasarkan surat Kepala Direktorat Kehutanan tanggal 6 Mei 1962, Ir. R. Soediarto Warsopranoto ditunjuk sebagai Koordinator keempat lembaga tersebut. Pada tanggal 4 Juli 1964 dibentuk Departemen Kehutanan dan seperti tahun 1962 nama lembaga pertama, kedua dan ketiga tidak berubah, sedangkan yang keempat berubah menjadi Lembaga Penelitian Ekonomi Hutan. Nama pimpinan keempat lembaga penelitian itu tidak berubah. Jumlah pegawai pada tahun 1965 tercatat 596 orang, yang terdiri atas 437 pegawai teknis dan 159 pegawai administratif. Hal ini menunjukkan jumlah pegawai teknis 2,7 kali jumlah pegawai administratif. Satu Abad Penelitian Kehutanan Indonesia
19
B. Penelitian dan Pengembangan Sesuai dengan program pengembangan penelitian kehutanan, secara bertahap dilakukan penambahan prasarana dan sarana, seperti bangunan yang antara lain untuk ruang kerja dan laboratorium. Beberapa macam alat yang dipandang modern pada saat itu dipasang untuk memperluas kegiatan penelitian seperti untuk penelitian pulp, venir, kayu lapis, pengeringan kayu dan pengawetan kayu (Gambar 4). Hal ini sehubungan dengan kebijakan rencana pembangunan industri kehutanan. Sarana untuk pemadam kebakaran dipasang berupa hidran yang setiap tahun dicoba sambil pelatihan pemadaman kebakaran. Museum dilengkapi dengan beberapa macam contoh hasil penelitian. Beberapa jenis pohon ditanam di arboretum. Kebun percobaan ditambah antara lain di Padekan Malang, Situbondo (1952), Cikole, Bandung (1954), Arcamanik, Bandung (1954), Carita, Pandeglang (1955), dan Dramaga, Bogor (1956). Pembuatan beberapa bangunan baru dimanfaatkan juga untuk percontohan dalam penggunaan kayu seperti konstruksi atap berupa kubah tanpa tiang (Gambar 4), konstruksi papan paku dari kayu yang diawetkan untuk kuda-kuda dan penggunaan papan yang dipaku bersilangan kemudian dipakai untuk komponen dinding. Tempat penyimpanan kayu dibuat dari tiang dan kuda-kuda dari kayu jati hasil penjarangan yang diawetkan untuk menunjukkan pemakaian seluruh batang pohon termasuk bagian tajuk.
Sumber: Forest Research in Indonesia, 1957
Gambar 4. Instalasi pengawetan kayu dalam bangunan konstruksi kubah dan tiang
yang terlihat adalah tiang instalasi pengawetan kayu
20
ERA ORDE LAMA (TAHUN 1946–1965)
Beberapa tenaga peneliti dikirim ke manca negara, seperti Jerman untuk mengikuti pelatihan. Beberapa tenaga ahli asing didatangkan untuk membina tenaga peneliti seperti FAO, Dr. W. Liese (ahli pengawetan kayu), Dr. K. Fraederich (ahli venir dan kayu lapis), Artman (ahli rotan), Singer (ahli tungku) dan Dr. J.A. Von Monroy (ahli industri). Ahli industri ini diperbantukan melalui Panitia Perancang Hutan Industri yang anggotanya terdiri atas beberapa tenaga peneliti. Dari Jepang didatangkan Prof. Ono (ahli pulp) dan dalam rangka kerjasama dengan Jerman beberapa ahli pemanenan hutan, ahli industri dan ahli inventarisasi (Prof. Dr. Loetsch). Dalam rangka kerjasama ini, ada bantuan sarana penelitian pemanenan hutan dan beberapa orang tenaga peneliti dilatih di Jerman. Kerjasama ini diresmikan dan ditinjau oleh Presiden Republik Indonesia (Ir. Soekarno) bersama Presiden Federasi Jerman (Dr. Heinrich Luebke). Kegiatan penelitian merupakan kelanjutan dari kegiatan sebelum tahun 1946, yaitu mengenai penelitian hutan dan penelitian hasil hutan. Jumlah publikasi yang dihasilkan selama era ini sebanyak 179 judul terdiri atas penelitian hutan 124 judul dan penelitian hasil hutan 55 judul (Tabel 2). Beberapa hasil penelitian tidak berupa publikasi tetapi dimasukkan dalam laporan kerjasama seperti Laporan FAO. Tabel 2. Publikasi Era Orde Lama (tahun 1946-1965) Jenis publikasi No.
Bidang keilmuan
Pengumuman (judul)
Laporan (judul)
1.
Botani dan Ekologi
10
39
2.
Silvikultur
14
20
3.
Perlindungan Hutan
8
1
17
4.
Biometrika Hutan
5.
Pengaruh Hutan
6.
Keteknikan dan Pemanenan Hutan
7.
Biologi dan Pengawetan Hasil Hutan Kayu
8.
Pengolahan Hasil Hutan Bukan Kayu
9.
Pengolahan Kimia dan Energi Hasil Hutan Kayu
10.
Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu Jumlah
7
Publikasi khusus (judul)
Brosur (judul)
Jumlah (judul) 49
2
36 9
1
25
5
5
9
12
21
6
12
1
19
3
3
2
4
6
2
3
68
106
3
1
6
2
179
Keterangan: No 1 s/d 5 Penelitian hutan (124 judul); No 6 s/d 10 Penelitian hasil hutan (55 judul)
Satu Abad Penelitian Kehutanan Indonesia
21
Data pada Tabel 2 menunjukkan pula ruang lingkup penelitian hutan dan hasil hutan yang ternyata masing-masing meliputi lima bidang keilmuan dan sesuai dengan perkembangan sarana penelitian. Sebagai contoh sebelum Perang Dunia II belum ada penelitian keteknikan dan pemanenan hutan, sedangkan sesudahnya cukup banyak penelitian bidang tersebut. Bila sebelum tahun 1946, penelitian mengenai hutan jauh lebih banyak daripada penelitian mengenai hasil hutan, setelah tahun tersebut ada peningkatan penelitian mengenai hasil hutan. Beberapa macam penelitian merupakan penelitian lanjutan yaitu yang berdasarkan jenis pohon dan jenis kayu. Dapur arang Ishikawa yang dibuat pada masa penjajahan Jepang dipakai untuk penelitian pembuatan arang dan destilatnya. Contoh penelitian berdasarkan jenis pohon adalah mengenai pertumbuhan pohon sebagai bagian dari tegakan melalui pengukuran berkala di petak ukur permanen dan mengenai pengenalan jenis pohon. Contoh penelitian berdasarkan jenis kayu adalah mengenai sifat fisis mekanis dan keawetan kayu yang dilakukan di laboratorium dan di halaman laboratorium, serta mengenai pengenalan jenis kayu. Contoh penelitian bukan berdasarkan jenis pohon adalah mengenai perlindungan hutan seperti bila ada serangan hama atau penyakit kemudian dilakukan penelitian. Contoh penelitian bukan berdasarkan jenis kayu adalah mengenai pengawetan kayu untuk bantalan rel kereta api. Penelitian mengenai tanin dari kulit beberapa jenis pohon dilanjutkan dan ditingkatkan menjadi penelitian mengenai perekat tanin formaldehida untuk kayu lapis. Hal ini dimungkinkan karena ada sarana untuk membuat venir dan kayu lapis. Beberapa macam percontohan dibuat sebagai kelanjutan dari hasil penelitian. Percobaan penanaman puspa dan tembesu untuk memberantas alang-alang di Yanlapa, Jasinga, Bogor pada tahun 1953 yang ternyata berhasil sehingga kemudian dijadikan percontohan. Percobaan penanaman bambu di kebun percobaan Arcamanik, Bandung; percobaan kesesuaian jenis tanaman di kebun percobaan Cikole, Bandung dan Ciwidey, Bandung dimulai tahun 1954. Pembuatan stadion olah raga Tanah Sareal, Bogor menggunakan konstruksi papan paku dari kayu sengon yang diawetkan. Atas permintaan Presiden Soekarno, Gedung Sarinah, Jakarta memakai lantai kayu jati berupa parket. Untuk keperluan tersebut, percobaan pembuatan dan pemasangannya dilakukan di Lembaga Penelitian Hasil Hutan, Bogor. Berdasarkan hasil percobaan tersebut dibuat percontohan di Bogor dan selanjutnya dijadikan acuan untuk pemasangan parket kayu jati di Gedung Sarinah. Pembinaan masyarakat penanam pohon sengon dan pengguna kayunya untuk berbagai peti antara lain peti sabun dilakukan di Sukabumi melalui kerjasama dengan pihak terkait lingkup kehutanan dan perindustrian. Rumah prefab dari kayu sengon yang diawetkan dibangun pada tahun 1963 dan sampai sekarang keadaannya masih baik (Gambar 5). 22
ERA ORDE LAMA (TAHUN 1946–1965)
a Foto: Barly
b Foto: Suhardi M.
Gambar 5. Rumah prefab dari kayu sengon yang diawetkan, didirikan pada tahun
1963 dan pada tahun 2013 keadaanya masih baik (tampak keseluruhan) (a); dan bagian dinding (b), terletak di Cimanggu, Bogor. Satu Abad Penelitian Kehutanan Indonesia
23
Peran lembaga penelitian yang tidak langsung berhubungan dengan penelitian tetapi berhubungan dengan kedudukannya sebagai lembaga yang mempunyai wewenang dalam ilmu pengetahuan adalah sebagai supervisi bagi PT Perkebunan di Sumatera Utara dalam membangun pabrik kayu lapis yang mulai berproduksi pada tahun 1968. Pabrik ini membuat kayu lapis berukuran 244 cm x 122 cm berupa tripleks yang dipakai untuk bahan pembuatan peti teh, bahan bangunan dan mebel. Pabrik kayu lapis itu secara tidak langsung merupakan percontohan bagi para pengusaha yang akan mendirikan pabrik kayu lapis.
C. Pemanfaatan Hasil Penelitian dan Pengembangan Hasil penelitian yang sudah banyak digunakan dalam praktek antara lain: (1) Tabel tegakan dari 10 jenis pohon lengkap dengan penetapan kelas bonita, tingkat penjarangan dan penetapan daur volume; (2) Pendugaan volume pohon jati melalui pengukuran keliling batang pohon setinggi dada; (3) Pengaruh umur pohon jati terhadap keawetan kayunya; (4) Data berat jenis, sifat mekanis dan keawetan kayu merupakan salah satu bahan untuk menyusun Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia 1961. Penggunanya antara lain pihak Pekerjaan Umum; (5) Daftar nama pohon dari berbagai daerah; (6) Perbandingan berat dari jenis-jenis kayu Indonesia dan pengertian beratnya untuk keperluan praktek; dan (7) Pemungutan hasil hutan. Beberapa hasil penelitian mengenai hutan dan hasil hutan banyak digunakan oleh Panitia Perancang Hutan Industri yang dibentuk oleh Jawatan Kehutanan pada tahun 1953 dengan anggota beberapa tenaga peneliti. Hasilnya disampaikan pada Kongres Kehutanan Indonesia I tahun 1956 dengan judul Kewajiban Kehutanan Untuk Memenuhi Kebutuhan Industri. Macam industri yang dikemukakan meliputi industri kayu dan industri hasil hutan bukan kayu. Sebagai sumber bahan baku adalah hutan tanaman termasuk bambu.
D. Pembelajaran dari Era Orde Lama 1.
24
Usaha menyelamatkan BPK dengan memindahkan sebagian sarana dari Bogor ke Jogyakarta kemudian ke Surakarta pada tahun 1946 guna menjamin kelengkapan dan keamanannya merupakan upaya yang baik. ERA ORDE LAMA (TAHUN 1946–1965)
2.
3.
4.
5.
Menyatukan BPK Bogor dan BPK RI Yogyakarta pada tahun 1950 juga merupakan kebijakan yang tepat sesuai dengan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pengembangan jumlah lembaga penelitian dari satu pada tahun 1955 mejadi dua pada tahun 1956 dan menjadi empat pada tahun 1959 terkesan kurang memperhatikan aspek teknis. Penambahan jumlah bagian penelitian hasil hutan merupakan kebijakan yang baik disertai dengan penambahan prasarana dan sarana guna menunjang masa industrialisasi. Seperti sebelum tahun 1946, sebagian dari bangunan yang didirikan, dimanfaatkan sebagai percontohan perihal penggunaan kayu guna memperluas wawasan generasi penerus, serta merupakan contoh percobaan yang patut ditiru di masa datang. Keberadaan museum terbukti bermanfaat antara lain guna menunjukan perkembangan penelitian karena dilengkapi dengan contoh produk hasil penelitian terbaru. Bentuk kerjasama dengan lembaga penelitian lain atau lembaga penelitian internasional lebih baik berupa bantuan tenaga ahli disertai alat penelitian daripada berupa bantuan tenaga ahli saja. Laporan kerjasama yang disajikan harus sebagai publikasi lembaga penelitian agar lebih mudah diakses dan lebih terpelihara. Publikasi laporan perjalanan ke manca negara atau ke daerah bermanfaat antara lain untuk mengetahui perkembangan di manca negara atau di daerah. Hasil penelitian berupa brosur lebih mudah dipahami oleh pengguna. Mutu isi buku Pemungutan Hasil Hutan patut ditiru dalam penyusunan buku. Penelitian berkelanjutan selama beberapa tahun mengenai obyek-obyek penelitian tertentu patut terus dilaksanakan dan disesuaikan dengan perkembangan, seperti contoh berikut: a. Penelitian yang menghasilkan tabel tegakan lengkap dengan penetapan kelas bonita, daur volume, tingkat dan produksi kayu penjarangan, serta volume produksi kayu tebangan akhir disempurnakan menjadi tabel biomassa pohon (meliputi bagian tajuk, batang, dan akar). b. Penelitian sifat fisis, mekanis dan keawetan kayu yang hasilnya digunakan untuk menyusun Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia agar diterapkan pada penelitian sifat fisis, mekanis, dan keawetan produk kayu yang digunakan untuk bahan konstruksi.
Satu Abad Penelitian Kehutanan Indonesia
25
BAB IV
ERA ORDE BARU (TAHUN 1966–1998)
A. Organisasi dan Tenaga Kerja Pada tahun 1966 dibentuk kabinet Ampera yang merupakan kabinet pemerintahan orde baru di bawah kepemimpinan Suharto, Presiden kedua R.I. Departemen Kehutanan dihilangkan lalu menjadi Direktorat Jenderal Kehutanan dan berada di bawah Departemen Pertanian. Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pertanian No. 30/12/1966 tanggal 10 Desember 1966, lembaga penelitian kehutanan berada di bawah Ditjen Kehutanan dan terdapat empat lembaga penelitian yang masing-masing lembaga dipimpin oleh seorang direktur, yaitu: (1) Lembaga Penelitian Hutan (Direktur: Ir. R. Sudiarto Warsopranoto), terdiri dari lima bagian, yaitu: (a) Bagian Botani Hutan, (b) Bagian Permudaan dan Pemuliaan Hutan, (c) Bagian Pengaruh Hutan (d) Bagian Hama Penyakit Hutan dan (e) Bagian Nilai Hutan. (2) Lembaga Penelitian Hasil Hutan (Direktur: R. Nizar Kamil), terdiri dari empat bagian, yaitu: (a) Bagian Anatomi dan Sifat Kaju, (b) Bagian Konstruksi Kaju, (c) Bagian Penjempurnaan Kaju, dan (d) Bagian Penggunaan Hasil Hutan. (3) Lembaga Penelitian Kimia Hasil Hutan (Direktur : M. Tjahro Nurkamal) terdiri dari empat bagian,yaitu: (a) Bagian Sifat Kimia Kaju, (b) Bagian Pulp, (c) Bagian Pengolahan Hasil Hutan Ikutan dan (d) Bagian Penjempurnaan Pengolahan Hasil Hutan. (4) Lembaga Penelitian Eksploitasi Hutan (Direktur: Sanjoto) terdiri dari empat bagian, yaitu: (a) Bagian Penebangan Hutan, (b) Bagian Pengangkutan Hasil Hutan, (c) Bagian Penilaian dan Analisa Biaya Produksi, dan (d) Bagian Efisiensi Perusahaan. Keempat direktur tersebut merupakan “Board of Directors” yang ketuanya digilir setiap tahun. Berdasarkan Keputusan Menteri Pertanian No. 168/Kpts/ Org/4/1971 ditetapkan susunan organisasi dan tata kerja Direktorat Jenderal Kehutanan. Dengan demikian, susunan organisasi lembaga penelitian kehutanan berubah lagi. Lembaga penelitian yang tadinya empat menjadi dua yaitu: (1) Lembaga Penelitian Hutan dipimpin oleh Ir. Sudiarto Warsopranoto (1971 – 1974), terdiri dari lima bagian, yaitu: (a) Bagian Silvikultur, (b) Bagian Pengaruh Hutan, (c) Bagian Hama dan Penyakit, (d) Bagian Nilai Hutan, dan (e) Bagian Botani. (2) Lembaga Penelitian Hasil Hutan dipimpin oleh Ir. Moch. Harris Soeranggadjiwa (1971 – 1974), terdiri dari lima bagian, yaitu: (a) Bagian Penggunaan Hasil Hutan, (b) Bagian Kimia Hasil Hutan, (c) Bagian Pemungutan Hasil Hutan, (d) Bagian Pembukaan Wilayah Hutan, dan (e) Bagian Pengawetan Kayu. Satu Abad Penelitian Kehutanan Indonesia
29
Pada tahun 1974 berdasarkan Surat Keputusan Presiden RI No. 45 tahun 1974, Menteri Pertanian mereorganisasi Departemen Pertanian. Lembaga penelitian kehutanan tidak di bawah Direktorat Jenderal Kehutanan, tetapi di bawah Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Adapun lembaga penelitian kehutanan terdiri dari dua lembaga, yaitu: (1) Lembaga Penelitian Hutan dipimpin oleh Ir. Sudiarto Warsopranoto (1974 – 1976). Selanjutnya digantikan oleh Ir. R. Soerjono (1976-1980), terdiri dari lima bagian, yaitu: (a) Bagian Botani, (b) Bagian Pengaruh Hutan, (c) Bagian Silvikultur, (d) Bagian Perlindungan Hutan, dan (e) Bagian Nilai Hutan. (2) Lembaga Penelitian Hasil Hutan dipimpin oleh Ir. M. Soenaryo Hardjodarsono, M.Sc. (1974 – 1980), terdiri dari lima bagian, yaitu: (a) Bagian Biologi, Pengawetan dan Pengeringan, (b) Bagian Ekonomi Hasil Hutan, (c) Bagian Kimia Hasil Hutan, (d) Bagian Teknologi Hasil Hutan dan (e) Bagian Eksploitasi Hasil Hutan. Pada tahun 1980 dibentuk Pusat Penelitian dan Pengembangan Kehutanan dipimpin oleh Ir. M. Soenarjo Hardjodarsono, MSc. Pusat Litbang Kehutanan terdiri dari dua balai, yaitu: (1) Balai Penelitian Hutan (Kepala: Komar Sumarna, MS.), terdiri dari lima bagian, yaitu: (a) Bagian Botani, (b) Bagian Pengaruh Hutan, (c) Bagian Silvikultur, (d) Bagian Perlindungan Hutan, dan (e) Bagian Nilai Hutan. (2) Balai Penelitian Hasil Hutan (Kepala: Ir. Abdurahim Martawijaya), terdiri dari lima bagian, yaitu: (a) Bagian Biologi, Pengawetan dan Pengeringan, (b) Bagian Ekonomi Hasil Hutan, (c) Bagian Kimia Hasil Hutan, (d) Bagian Teknologi Hasil Hutan dan (e) Bagian Eksploitasi Hasil Hutan. Pada tahun 1983 dibentuk Departemen Kehutanan berdasarkan Surat Keputusan Presiden RI, Nomor 4/M/tahun 1983, tentang Kabinet Pembangunan IV yang dipimpin oleh Menteri Kehutanan Soedjarwo. Dengan dibentuknya kembali Departemen Kehutanan maka penelitian kehutanan berada di bawah Badan Litbang Kehutanan dengan susunan organisasi Badan Litbang Kehutanan berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 20/Kpts II/1983 di bawah pimpinan Dr. Ir. Setyono Sastrosoemarto dan terdiri dari: (1) Sekretariat Badan Litbang Kehutanan (Kepala Sekretariat: Ir. H. Duryat Puspowidagdo, M.Sc.) (2) Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan (Kepala: Komar Sumarna, MS.) (3) Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan (Kepala: Ir. Abdurahim Martawijaya). 30
ERA ORDE BARU (TAHUN 1966–1998)
Setelah itu, terjadi perubahan mendasar pada tugas pokok dan fungsi penelitian kehutanan di Indonesia. Pusat-pusat yang terbentuk direncanakan berfungsi sebagai koordinator penelitian sedangkan balai melaksanakan teknis penelitian. Namun, karena balai-balai penelitian di daerah pada masa itu belum terbentuk maka kedua pusat penelitian tetap melaksanakan kegiatan penelitian. Antara tahun 1983 – 1987, sehubungan dengan luasnya wilayah dan masalah yang dihadapi, serta adanya upaya untuk mendekatkan kegiatan penelitian dengan lokasi pembangunan kehutanan dan lebih meningkatkan daya serap penelitian di daerah dibentuk empat Unit Pelaksana Teknis dalam bentuk proyek-proyek penelitian sebagai cikal bakal balai penelitian. Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan No. 095/Kpts/II/1984 tanggal 12 Mei 1984 dibentuk tiga balai penelitian kehutanan (BPK) sebagai Unit Pelaksana Teknis (UPT) dari Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan, yaitu: (1) BPK Pematang Siantar. Pada awal pembentukannya BPK ini berkedudukan di Pematang Siantar, kemudian pada tahun 1990, balai tersebut resmi berkedudukan di Aek Nauli, yang berlokasi 10 km dari kota wisata Parapat. Di lokasi tersebut telah dibangun perkantoran dan pemukiman. Kepala balai berturut-turut adalah sebagai berikut: Dr. Ir. Nana Supriana, MS (1984 – 1989), Dr. Ir. Ahmad Fauzi Mas’ud, M.Sc (1989– 1995), Ir. Rusli MS Harahap, M.Sc (1995 – 1996) dan Ir. Ridwan Pasaribu, MS (1996-1999). (2) BPK Samarinda. Kepala balai berturut-turut adalah sebagai berikut: Dr.Ir. Soetarso Priasukmana, MS (1984 – 1990), Dr.Ir. IGM Tantra (19901992), Dr.Ir. Kosasi Kadir, MS (1992 – 1995), dan Ir. Soeparno Wirodidjojo, MSc (1996-1999). (3) BPK Ujung Pandang. Kepala balai berturut-turut adalah sebagai berikut: Ir. Bakir Ginoga, MS (1984 – 1991), Ir. Soeparno Wirodidjojo, MSc (1991 – 1995), dan Dr. D. Mulyadhi, MSc (1995 – 1999). Pada tahun 1988 sampai 1992 Kepala Pusat Litbang Hutan dijabat oleh Dr. Ombo Satjapradja, MSc. dan tahun 1992-1993 digantikan oleh Dr. Ir. Nana Supriana, MS. Sedangkan Kepala Pusat Litbang Hasil Hutan pada tahun 19881992 dijabat oleh Dr. Ir. Nana Supriana, MS. selanjutnya pada tahun 1992-1993 digantikan oleh Drs. Hartoyo, MSc. Pada tahun 1984 sebagai usaha untuk meningkatkan penguasaan dan kemanfaatan IPTEK Rehabilitasi dan Konservasi Ekosistem Hutan Australasia di Papua dibentuk proyek penelitian kehutanan yang berkedudukan di Manokwari, selanjutnya pada tahun 1991 berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan No. 24/Kpts-II/1990, diresmikan menjadi Balai Penelitian Kehutanan Manokwari. Satu Abad Penelitian Kehutanan Indonesia
31
Kepala balai berturut-turut sebagai berikut: Ir. Abdul Aziz (1991 - 1994) dan Ir. Basuki Karyaatmaja, M.Sc. (1994 - 1999). Pada tahun 1991, ketika Badan Litbang Kehutanan dipimpin oleh Ir. Wartono Kadri dan Sekretaris Badan Ir. Yohanes Husodo, MSc. yang kemudian digantikan oleh Ir. Harsono, terjadi penambahan UPT Badan Litbang Kehutanan. Penambahan ini dilakukan karena adanya kegiatan teknis yang dilakukan oleh unit-unit kerja di luar Badan Litbang Kehutanan yang bersifat kegiatan penelitian. Berdasarkan keputusan Menteri Kehutanan berturut-turut Nomor 169, 170 dan 171/Kpts – II/1991 maka unit-unit kerja penelitian di bawah Direktorat Jenderal Reboisasi dan Rehabilitasi Lahan (RRL), yaitu: Balai Teknologi Reboisasi, Balai Teknologi Perbenihan dan Balai Teknologi Pengelolaan Daerah Aliran Sungai dialihkan ke Badan Litbang Kehutanan. Nama balai-balai tersebut adalah: (1) Balai Teknologi Reboisasi Banjarbaru di Banjarbaru. Kepala balai berturutturut sebagai berikut: Ir. APS Sagala (1991 - 1996) dan digantikan oleh Dr. Ir. Herman Daryono, MSc pada tahun 1996. (2) Balai Teknologi Reboisasi Benakat di Benakat. Kepala balai berturut-turut sebagai berikut: Ir. Sudaryanto (1991 - 1994) dan Dr. Apul Sianturi, MS (1994 - 2000). (3) Balai Teknologi Perbenihan Bogor di Bogor. Kepala balai berturut-turut sebagai berikut: Ir. Salim S. Achmad (1991 - 1994) dan Ir. Djoko Warsono (1994 1999). Balai ini mempunyai tugas untuk melakukan perakitan dan ujicoba perbenihan dengan wilayah seluruh Indonesia. (4) Balai Teknologi Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Solo di Surakarta. Kepala balai berturut-turut sebagai berikut: M. Syarif Kosasih, M.Sc (1991 – 1994), Dr. Ir. Sudrajat, M.Sc (1994 – 1996), Dr. Ir. Boen M. Purnama, M.Sc (1996 – 1997) dan Ir. Chairil Anwar, M.Sc (1997 – 1999). Pada tahun 1992, Sekretaris Badan adalah Dr. Ir. Ombo Satjapradja, MSc. Pada waktu itu, untuk pengembangan teknologi pengelolaan DAS di wilayah Indonesia Bagian Timur dibentuk Balai Teknologi Pengelolaan DAS Ujung Pandang di Ujung Pandang dengan Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor:1048/KPTS-II/1992 tanggal 12 November 1992 dengan kepala balai Ir. Rumpoko Dewodaru, M.Sc (1993 - 2001). Pada tahun 1993, berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 677/ Kpts-II/93 susunan organisasi Badan Litbang Kehutanan yang dikepalai oleh Ir. Sudjadi Hartono (1993 - 1995) adalah sebagai berikut: (1) Sekretariat Badan Litbang Kehutanan. Sekretaris dijabat oleh Drs. Hartoyo, M.Sc (1993 - 1996). 32
ERA ORDE BARU (TAHUN 1966–1998)
(2) Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan dan Konservasi Alam. Kepala: Ir. Harun Alrasjid, MS (1993 - 1997) dan Dr. Ir.A. Ngaloken Gintings, MS. (1997 - 1998). (3) Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan dan Sosial Ekonomi Kehutanan. Kepala: Dr. Ir. Djaban Tinambunan, MS. (1993-1997), Dr. Ir. Kosasi Kadir, M.Sc. (1997), Ir. Marolop Sinaga, MS (1997) dan Dr. Ir. A. Ngaloken Gintings, MS. (1998 -2002). Pada tahun 1993, proyek penelitian di Kupang diresmikan menjadi Balai Penelitian Kehutanan (BPK) Kupang. Kepala balai berturut-turut sebagai berikut: Ir. Marolop Sinaga, MS (1994 - 1998), dan Dr. Ir. Slamet Riyadi Gadas, M.F. (19981999). Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan No.: 53/Kpts-II/1994 tanggal 7 Pebruari 1994 dibentuk Balai Penelitian dan Pengembangan Pemuliaan Benih Tanaman Hutan (BP3BTH) sebagai UPT di bawah Badan Litbang Kehutanan, berkedudukan di Yogyakarta. Kepala: Dr. Ir. Hendi Suhaendi (1994 - 1999). Balai ini sejak tahun 1985 s/d 1994 adalah Unit Produksi Benih di bawah Ditjen RRL yang berlokasi di Kaliurang. Pada tahun 1995 Badan Litbang Kehutanan dipimpin oleh Dr. Ir. Toga Silitonga, MSc. (1995 -1998) dan Sekretaris Badan: Dr. Ir. Kosasi Kadir, M.Sc. (1996-1997) dan Ir. Kristanto (1997-1998). Pada tahun 1998, seiring dengan perubahan Departemen Kehutanan menjadi Departemen Kehutanan dan Perkebunan maka Badan Litbang Kehutanan berubah menjadi Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan dan Perkebunan dengan Kepala: Dr. Ir. Pasril Wahid, MS (1998 - 2000) dan Sekretaris Badan: Ir. Kristanto (1998 - 1999). Dalam organisasi Badan Litbang Kehutanan dan Perkebunan, nama instansi penelitian kehutanan sebelumnya tetap, hanya ditambah satu instansi yaitu Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Industri (Kepala: Dr. Hasnam). Jumlah tenaga kerja pada tahun 1966 adalah 591 orang, yang terdiri atas 414 orang tenaga teknis dan 177 tenaga tata usaha. Hal ini menunjukkan jumlah pegawai teknis 2,3 kali jumlah pegawai administratif. Jumlah tenaga kerja pada tahun 1998 adalah 1.138 orang, terdiri dari 545 orang di Sekretariat Badan Litbang dan tiga Pusat Penelitian, dan sisanya di Balai-Balai seperti disajikan pada Tabel 3.
Satu Abad Penelitian Kehutanan Indonesia
33
Tabel 3. Keadaan tenaga kerja Badan Penelitian dan Pengembangan
Kehutanan (PNS) pada tahun 1998
Jumlah tenaga PNS (orang)
No.
Uraian
1.
Pusat (Sekretariat, Puslitbang Hutan dan Konservasi Alam dan Puslitbang Hasil Hutan dan Sosial Ekonomi Kehutanan)
545
2.
BTR (BTR Banjar Baru dan BTR Palembang)
82
3.
BTP (BTP Bogor)
42
4.
BTP DAS (BTP DAS Surakarta dan BTP DAS Ujung Pandang)
99
5.
BPK (BPK Aek Nauli, BPK Samarinda, BPK Kupang, BPK Manokwari)
280
6.
BPPPBTH Yogyakarta
50 Jumlah
1.138
Sumber: Kehutanan dan Perkebunan Indonesia Edisi Khusus tahun 1998
Mulai tahun 1970-an, diberlakukan adanya jabatan fungsional bagi para peneliti. Jabatan fungsional peneliti tersebut terdiri dari empat jenjang yaitu Asisten Peneliti, Ajun Peneliti, Peneliti dan Ahli Peneliti. Pada masa tersebut Lembaga Penelitian Kehutanan mempunyai dua orang ahli peneliti yaitu Ir. R. Soediarto Warsopranoto dengan bidang kepakaran silvikultur dan Ir. Abdurahim Martawijaya dengan bidang kepakaran pengawetan kayu. Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor: 01/MENPAN/1983 jo. No.12/MENPAN/1988, jabatan fungsional peneliti berubah dari empat jenjang menjadi sembilan jenjang yaitu Asisten Peneliti Muda, Asisten Peneliti Madya, Ajun Peneliti Muda, Ajun Peneliti Madya, Peneliti Muda, Peneliti Madya, Ahli Peneliti Muda, Ahli Peneliti Madya dan Ahli Peneliti Utama. Selama kurun waktu 1983-1998 telah dikukuhkan tujuh orang Ahli Peneliti Utama seperti tercantum dalam Tabel 4. Tabel 4. Ahli Peneliti Utama Badan Penelitian dan Pengembangan
Kehutanan Tahun 1983-1998
No.
Nama
Terhitung mulai
Bidang Kepakaran
1.
Dr. Ir. Paribotro Sutigno, MS
15-11-1989
Pengolahan Hasil Hutan
2.
Ir. Harun Al Rasjid, MS
01-10-1989
Silvikultur
3.
Dr. Ir. Djaban Tinambunan, MS
01-03-1992
Keteknikan Hutan dan Pemanenan Hasil Hutan
4.
Drs. Agustinus Pudjiharta
01-11-1994
Pengelolaan DAS
5.
Dra. Ginuk Sumarni
01-08-1996
Biologi Hasil Hutan
6.
Dr. Ir. Sudradjat R, M.Sc
07-08-1996
Kimia Hasil Hutan
7.
Dr. Ir. Nana Supriana, MS
26-02-1997
Biologi dan Pengawetan Hasil Hutan
34
ERA ORDE BARU (TAHUN 1966–1998)
B. Penelitian dan Pengembangan Pembangunan gedung dilaksanakan dengan prinsip membangun vertikal. Hal ini berdasarkan kebijakan untuk menghemat lahan supaya tidak mengurangi lahan arboretum. Selama era ini telah dibangun gedung berlantai tiga yang pada saat ini digunakan untuk kantor Pusat Litbang Perubahan Iklim dan Kebijakan serta gedung untuk Kelompok Peneliti Kimia dan Hasil Hutan Bukan Kayu, Pusat Penelitian dan Pengembangan Keteknikan Kehutanan dan Pengolahan Hasil Hutan (Gambar 6)
Gambar 6. Gedung Puslitbang Perubahan Iklim dan Kebijakan bertingkat di
Komplek Kantor Badan Litbang Kehutanan di Jalan Gunung Batu Bogor
Pada pertengahan dekade 1970-an Lembaga Penelitian Hasil Hutan membangun laboratorium penggergajian yang lengkap dengan mesin-mesin penggergajian berskala pabrik komersial dan mesin generator-set untuk pembangkit tenaga listrik sendiri. Pada akhir dekade 1970-an, sebagai hasil kerjasama dengan United Nation Development Program (UNDP), FAO, dibangun laboratorium sawdoctoring untuk melengkapi laboratorium penggergajian yang sudah dibangun sebelumnya. Pada masa ini Lembaga Penelitian Hasil Hutan memiliki mesin wall kayu, instalasi pengawetan yang bisa dengan pemanasan dan mesin uji universal. Selain itu, sebagai hasil dari kerjasama dengan ATA Belgia (1985-1990) diperoleh mesin-mesin yang digunakan untuk fermentasi limbah organik (enceng gondok) untuk menghasilkan biogas sebagai sumber energi. Satu Abad Penelitian Kehutanan Indonesia
35
Sarana lain yang dibangun di Unit Pelaksana Teknis antara lain satu unit Laboratorium Kultur Jaringan di BPK Kupang. Selain itu sebagai lokasi penelitian yang mewakili wilayah Kalimantan telah ditetapkan Wanariset I Samboja dengan luas hutan penelitian 3.504 hektar di bawah koordinasi BPK Samarinda dan di Sumatera dibangun Wanariset II di Kuok, Riau di bawah koordinasi BPK Aek Nauli. Di Wanariset I dibuat demplot rehabilitasi hutan bekas terbakar seluas 1000 hektar dan tempat pemeliharaan anakan berbagai jenis tanaman terutama Dipterocarpaceae. Di samping itu juga dibangun arboretum seluas 2,5 hektar di Komplek BPK Samarinda dan kebun plasma nutfah khusus untuk buah- buahan asli Kalimantan seluas 5 ha di areal Taman Hutan Raya Bukit Soeharto dan telah ditanam 32 jenis buah-buahan yang diperoleh dari hutan alam. Pengadaan fasilitas pendukung IFOMIS di BPK Samarinda berupa piranti keras antara lain Calcomp 9500 digitizer, HP Netserver 586 DX dan HP Design Jet Color Plotter, sedangkan piranti lunak yang diadakan berupa paket-paket seperti GIS (Arc/Info) versi 3.4D dan versi Window, ARCVIEW versi 2.1, dan PCI Remote Sensing (masing-masing EASE/PACE versi 5.2, versi window 3.1 dan versi 5.3). Pengadaan fasilitas laboratorium kultur jaringan juga dilakukan di Kaliurang. Kegiatannya difokuskan pada penguasaan teknik kultur jaringan jenis Eucalyptus urophylla, Eucalyptus deglupta dan Acacia mangium. Kegiatan yang dilakukan unit-unit kerja lingkup Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan selama periode 1966 - 1998, digambarkan secara singkat sebagai berikut: (1) Puslitbang Hutan dan Konservasi Alam (P3HKA). Puslitbang ini melaksanakan kegiatan penelitian di bidang botani, silvikultur, perlindungan hutan, nilai hutan, konservasi tanah dan tata air, dan konservasi sumber daya alam. (2) Puslitbang Hasil Hutan dan Sosial Ekonomi Kehutanan. Puslitbang ini melaksanakan kegiatan keteknikan dan pemanenan, biologi dan pengawetan, hasil hutan bukan kayu, kimia dan energi hasil hutan, pemanfaatan hasil hutan dan sosial ekonomi kehutanan. (3) BPK Aek Nauli/Pematang Siantar. Penelitian utama yang dilakukan adalah mengenai tanaman konifer di dataran tinggi. Disamping juga melakukan penelitian di bidang konservasi dan rehabilitasi, keteknikan kehutanan dan pengolahan hasil hutan. (4) BPK Samarinda. Penelitian yang telah dilakukan antara lain penelitian manajemen hutan dipterocarpaceae, kultur jaringan, penelitian terhadap dampak kebakaran serta berbagai langkah yang diperlukan untuk merehabilitasi hutan bekas terbakar. 36
ERA ORDE BARU (TAHUN 1966–1998)
(5) BPK Ujung Pandang. Penelitian yang telah dilakukan antara lain penelitian eboni dan provenansnya, penelitian budidaya bitti/ teknik budidaya bitti, penelitian maleo, penelitian anoa, penelitian ekosistem Teluk Tomini, dan penelitian nata pinnata. (6) BPK Kupang. Penelitian yang dilakukan BPK Kupag antara lain penelitian budidaya cendana, penangkaran rusa timor di Oilsonboi dan penangkaran jenis burung paruh bengkok (bayan) di Oilsonboi. (7) BTR Banjar Baru. Penelitian yang dilakukan antara lain penelitian hutan tanaman di alang-alang, tanaman meranti di hutan sekunder, tanaman campuran di alang-alang, penelitian tehnik budidaya dan agroforestry di hutan rawa gambut, pengendalian kebakaran hutan (Gambar 7) dan rekayasa peralatan pemadaman api ( JUFA, Kepyok, Portable Water Tank, Pacitan, Stick Jarum, Pompa Mesin Pemadam).
Foto: BPK Banjarbaru
Gambar 7. Praktek pemadaman api dalam kebakaran hutan di Kalimantan Selatan
(8) BTR Palembang. Penelitian yang dilakukan yaitu penelitian mengenai teknologi reboisasi terutama di dataran rendah, lahan kering dan lahan gambut. (9) Balai Teknologi Perbenihan Bogor. Penelitian yang dilakukan mencakup teknik pengunduhan buah, teknologi penanganan buah, teknik peningkatan produksi benih tanaman hutan, teknik perbanyakan tanaman secara generatif dan vegetatif dan standarisasi mutu benih. (10) BTPDAS Solo. Penelitian yang dilakukan antara lain identifikasi permasalahan pengelolaan DAS Solo hulu, identifikasi pemasalahan yang timbul dan solusinya dalam implementasi rehabilitasi di DAS Solo, Rekomendasi sistem pengelolaan DAS – solusi dari permasalahan pengelolaan DAS terutama untuk rehabilitasi, pengembangan, dan pengelolaan DAS Solo Hulu dengan pendekatan terpadu, Satu Abad Penelitian Kehutanan Indonesia
37
Pengelolaan DAS dengan Penanggulangan Lahan Kritis di DAS Samin (Sub DAS Dumpul, Sub DAS Tapan), pengembangan sistem pemetaan sumber daya lahan sebagai bagian dari program perencanaan konservasi tanah di Indonesia, kajian terapan teknologi pengelolaan DAS berdasarkan Agroecozone dan pedoman Survei Sumberdaya Lahan untuk Perencanaan Konservasi Tanah di Indonesia (Indonesia-New Zealand Land Resources Mapping Project, October 1992). (11) BTP DAS Ujung Pandang. Penelitian yang dilakukan mengenai teknik rehabilitasi lahan dan konservasi tanah dan air. (12) Balai Litbang Pemuliaan Benih Tanaman Hutan (BP3BTH) Yogyakarta. Penelitian yang dilakukan Balai Litbang Pemuliaan Benih Tanaman Hutan (BP3BTH) Yogyakarta merupakan kelanjutan dari kegiatan penelitian pembangunan uji keturunan. Kegiatan ini merupakan kerjasama internasional yang dilakukan adalah dengan Japan International Cooperation Agency ( JICA). Kerjasama dimulai pada tahun 1990 dengan pembangunan gedung kantor dengan bantuan dari JICA. Gedung tersebut diresmikan oleh Menteri Kehutanan pada tahun 1993 dan pembangunan gedung diawali dengan penanaman pohon sawo kecik oleh Kaisar Jepang (Pangeran Akihito) dan Putri Michiko pada tahun 1991 (Gambar 8). Kerjasama teknik mulai dilaksanakan pada tahun 1992 melalui Forest Tree Improvement Project (FTIP).
Foto: BP3BTH
Gambar 8. Kunjungan Kaisar Jepang (Pangeran Akihito) dan penanaman pohon
Sawo Kecik oleh Putri Michiko, pada tanggal 5 Oktober 1991
38
ERA ORDE BARU (TAHUN 1966–1998)
Kegiatan penelitian diawali dengan pembangunan uji keturunan yang akan dikonversi menjadi Kebun Benih Semai (KBS) generasi pertama (F-1) dari jenis Acacia mangium, A. auriculiformis, A. crassicarpa, A. aulacocarpa, Eucalyptus pellita, E. urophylla dan Falcataria moluccana bekerjasama dengan para pelaksana HTI di Sumatera dan Kalimantan selain di KHDTK BP3BTH di Wonogiri (Gambar 9). Kerjasama dilakukan dengan pola kemitraan melalui pembagian hak dan kewajiban antara BP3BTH sebagai penyedia materi genetik dan nara sumber (supervisor) dengan pihak Mitra sebagai pelaksana kegiatan di lapangan (termasuk penyedia dana operasional di lapangan). Pada periode ini telah telah dibangun 25 KBS F-1 dari tujuh jenis di atas yang tersebar di lima lokasi HTI (PT. Musi Hutan Persada, Sumsel; PT. Perawang Sukses Perkasa Industri, Riau; PT. Inhutani III, Kalsel; PT. ITCI Hutani Manunggal dan PT. Tanjung Redeb Hutani, Kaltim) dan Perum Perhutani ( Jateng) seluas kurang lebih 50 ha.
Foto: BP3BTH
Gambar 9. Tegakan A. mangium, di Kebun Benih Semai Uji Keturunan F1 A.
mangium tahun tanam 1994, pada KHDTK Wonogiri
Untuk kegiatan laboratorium mulai dilakukan dengan penelitian teknik kultur jaringan untuk jenis Eucalyptus deglupta, Acacia mangium, cendana dan A. hybrid untuk Laboratorium Genetika Molekuler, pada periode 1993 – 1997 adalah era penanda isoenzim. Laboratorium Genetika Molekuler mulai berdiri pada tahun 1993, bersamaan dengan dimulainya kerjasama teknik proyek JICA di BP3BPTH (waktu itu masih bernama Unit Produksi Benih di bawah Direktorat Jenderal RRL. Kegiatan yang dilakukan masih menggunakan penanda isoenzim dengan metode polyacrilamide gel). Satu Abad Penelitian Kehutanan Indonesia
39
Kegiatan pengembangan yang dilakukan Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan dan Sosial Ekonomi Kehutanan selama periode ini adalah pembangunan laboratorium Penggergajian dan Pengerjaan Kayu, dan laboratorium Sawdoctoring (pengasahan bilah gergaji) yang cukup lengkap dan berskala industri pada pertengahan dekade 1970-an. Hal ini untuk mendukung pengembangan industri primer penggergajian dan kayu lapis yang mulai berkembang di Indonesia. Keberadaan laboratorium ini sangat berperan ketika keluarnya kebijakan pengurangan ekspor kayu bulat Indonesia pada tahun 1980 dan dihentikan pada tahun 1985. Dengan demikian kebutuhan teknologi penggergajian dan kayu lapis sangat diperlukan di Indonesia. Pada tahun 1976 dilakukan kerjasama antara Lembaga Penelitian Hutan dengan Direktorat Penyelidikan Masalah Air dan Direktorat Penggunaan Tanah Bandung, untuk mengukur erosi di Waspada-Garut (Gambar 10). Lokasi berada di lereng Gunung Ceremai pada ketinggian 1.300 m di atas permukaan laut dengan kelerengan antara 30-45%. Data erosi dari berbagai penutupan lahan dan teknik konservasi tanah telah didapat selama kerjasama tersebut.
Foto: Gintings
Gambar 10. Petak ukur erosi di Waspada-Garut tahun 1976
40
ERA ORDE BARU (TAHUN 1966–1998)
Telah dilakukan juga kerjasama antara Pusat Litbang Hutan dan Konservasi Alam dengan JIFPRO (Japan International Forestry Promotion Organisation Centre) pada tahun 1993 – 1996 tentang pengaruh industri terhadap hujan asam di Cikampek dan pada tahun 1996-1999 tentang rahabilitasi lahan masam di propinsi Riau. Tenaga ahli dari Jepang yaitu Dr. Waki. Tahun 1996 - 1997 dilaksanakan kerjasama Badan Litbang Kehutanan dengan Perum Perhutani tentang Penelitian Jenis-jenis Tahan Naungan untuk Intercropping dengan Tanaman Pohon dalam Program Perhutanan Sosial di Wilayah Perum Perhutani. Kerjasama ini juga dilaksanakan dengan Winrock International dan Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat (Balittro). Tahun 1989-1993 berlangsung Kerjasama Puslitbang Hutan dengan Winrock International, tentang Penelitian jenis-jenis Pohon Serbaguna (Multipurpose Tree Species) dan Pelatihan Rancangan Percobaan Penelitian. Tahun 1993-1997 diadakan kerjasama Puslitbang Hutan dengan FAO/APAN (Food and Agriculture Organization/Asia Pasific Agroforestry Network), dalam kegiatan: koordinasi agroforestry antar negara-negara di Asia Pasifik, memfasilitasi kunjungan lapangan kelompok-kelompok tani, pelatihan para pengajar agroforestry (TOT). Kerjasama ini telah menghasilkan: (1) Demplot agroforestri di Parung Panjang seluas 15 ha dan (2) Demplot agroforestri di Kalimantan Selatan (Desa Mangkaok, Kecamatan Pengaron, Kabupaten Banjar) seluas 5 ha. Tahun 1994-1997 dilaksanakan Kerjasama Puslitbang Hutan dengan ICRAF, pada proyek ASB (Alternatif to Slash and Burn), Penelitian Tree as a Component in the Damar (Shorea javanica) Agroforest. Tahun 1972 – 1973 berlangsung Asistensi Lembaga Penelitian Hasil Hutan dengan Perum Perhutani dalam Penyempurnaan proses pengolahan gondorukem dan minyak kayu putih. Penyempurnaan meliputi kondisi getah, rekonstruksi alat suling, proses penyulingan dan mutu getah. Dari hasil asistensi ini telah tercipta standar mutu gondorukem berdasar dua kriteria, yaitu titik lunak dan standar warna. Standar warna ini disebut sebagai Standar Warna LPHH. Standar mutu ini menjadi acuan standar mutu gondorukem sampai saat ini. Tahun 1976 – 1978 diadakan kerjasama penelitian telah dilakukan dengan Perum Perhutani dalam upaya meningkatkan efisiensi pengolahan kayu jati. Dalam penelitian ini diteliti pengaruh perlakuan tanpa peneresan pada pohon jati terhadap pemanenan dan pengolahannya. Tahun 1970 - 1978 dilaksanakan kerjasama penelitian dengan Direktorat Industri Maritim, Ditjen Perhubungan Laut dalam upaya mencari jenis jenis kayu untuk perkapalan. Satu Abad Penelitian Kehutanan Indonesia
41
Tahun 1978 – 1988 dalam upaya mempercepat pengembangan industri primer dan lanjutannya di Indonesia maka pimpinan Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan dan Sosial Ekonomi Kehutanan, Ir. Sunaryo Hardjodharsono, MSc telah melakukan kerjasama dengan beberapa pimpinan bank yang memiliki nasabah industri kayu. Pertemuan itu menyepakati bahwa Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan dan Sosial Ekonomi Kehutanan akan membantu memberikan keahlian kepada industri primer penggergajian dan kayu lapis yang mengalami permasalahan teknis dan ekonomis. Dengan agreement itu, maka sangat banyak industri pengolahan kayu (terutama industri penggergajian, kayu lapis, pengerjaan kayu, moulding ) mengadakan kerjasama untuk meminta bantuan keahlian dalam studi kelayakan pengembangan indutri yang sudah ada maupun membuat studi kelayakan pendirian industri baru. Tahun 1985-1990 diadakan Kerjasama Pusat Litbang Hasil Hutan dengan Pemerintah Belgia (Proyek ATA) tentang pemanfaatan limbah untuk energi melalui gasifikasi dan fermentasi. Dari hasil kerjasama telah dibangun pilot plant, dan pendidikan tenaga peneliti mendapatkan masing-masing satu orang tingkat Master dan Doktor. Tenaga ahli dari Belgia yaitu Prof. Willy Ferstraete. Tahun 1993 – 1995 dilaksanakan dilaksanakan Kerjasama Pusat Litbang Hasil Hutan dan Sosial Ekonomi Kehutanan dengan International Development Research Centre (IDRC) tentang Resource Development of Indonesia Rattan to Satisfy the Growing Demand. Tahun 1995 – 1996 dilaksanakan Kerjasama Pusat Litbang Hasil Hutan dan Sosial Ekonomi Kehutanan dengan Internasional Network for Bamboo and Rattan (INBAR) dan International Development Research Centre (IDRC) tentang Bamboo Sosio Economic Database in Indonesia. Tenaga ahlinya yaitu Dr. B. Sastri dan Dr. Manokharan. Tahun 1992 – 1993 dilaksanakan Kerjasama Badan Litbang Kehutanan dengan Perum Perhutani mengenai pembaruan sistem sadap getah tusam (Pinus merkusii) dari sistem koak menjadi sistem V (sistem sersan). Sistem ini telah menurunkan risiko pohon patah/roboh (Gambar 11). Tahun 1982 – 1985 berlangsung Kerjasama Badan Litbang Kehutanan dengan Bank Dunia, proyek NAR 1 dan 2 (National Agriculture Research) dalam bidang pendidikan dan pelatihan di dalam dan luar negeri serta pembangunan gedung, rumah dan alat-alat penelitian. 42
ERA ORDE BARU (TAHUN 1966–1998)
a
b
Foto: Gintings
Gambar 11. Penyadapan tusam (Pinus merkusii) sistem koakan di Makale (a) dan
sistem V (sersan) (b) di Sumedang
Selama periode 1966-1998 Puslitbang Hutan dan Konservasi Alam (P3HKA) telah melaksanakan kegiatan penelitian di bidang botani, silvikultur, perlindungan hutan, nilai hutan, konservasi tanah dan tata air, dan konservasi sumber daya alam. Kegiatan penelitian di atas menghasilkan publikasi sebanyak 902 judul publikasi, terdiri dari Pengumuman 15 judul, Lembaran Penelitian 4 judul, Laporan 345 judul, Laporan Tak Bernomor 73 judul, Buletin 376 judul dan Info Teknis 89 judul. Adapun bidang keilmuan dari publikasi tersebut seperti pada Tabel 5. Selama Era Orde Baru (1965 – 1998) Puslitbang Hasil Hutan dan Sosial Ekonomi telah melaksanakan kegiatan keteknikan dan pemanenan, biologi dan pengawetan, hasil hutan bukan kayu, kimia dan energi hasil hutan, pemanfaatan hasil hutan dan sosial ekonomi kehutanan. Kegiatan penelitian di atas menghasilkan publikasi sebanyak 915 judul terdiri dari Pengumuman 9 buah judul, Jurnal penelitian 480 judul, Buletin 90 judul, Laporan 231 judul, Publikasi Khusus 53 judul, Info Hasil Hutan 13 judul, Lembaran Penelitian 23 judul, Petunjuk Teknis 16 judul. Rincian publikasi dapat dilihat pada Tabel 6.
Satu Abad Penelitian Kehutanan Indonesia
43
Tabel 5. Publikasi Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan dan
Konservasi Alam Era Orde Baru (1966-1998)
Jenis publikasi No
Pengu- Lembar muman Penelitian (Judul) (Judul)
Bidang Keilmuan
Informasi Teknis/ Jumlah Buletin Info Hutan (Judul) (Judul)
Laporan Laporan Tak Ber(Judul) nomor (Judul)
1.
Botani dan Ekologi Hutan
1
-
61
8
47
0
117
2.
Silvikultur (termasuk Agroforestry)
6
2
148
42
158
43
399
3.
Biometrika Hutan (termasuk Nilai hutan, dll)
5
-
31
10
32
4
82
4.
Perlindungan Hutan (Hama, Penyakit, Mikroorganisme, Gaharu)
-
-
45
-
52
25
122
5.
Pengaruh Hutan (Perubahan iklim, DAS, Karbon, Jasa lingkungan, dll)
1
2
30
10
37
10
90
6.
Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan
-
-
13
2
18
-
33
7.
Konservasi Hutan (Flora dan Fauna)
2
-
17
1
32
7
57
15
4
345
73
376
89
902
Jumlah
Tabel 6. Publikasi Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan dan
Sosial Ekonomi Era Orde Baru (1966-1998)
Jenis publikasi No.
Bidang keilmuan
1.
Keteknikan & Pemanenan Hutan Biologi & Pengawetan Hasil Hutan Hasil Hutan Bukan Kayu Kimia dan Energi Hasil Hutan Pemanfaatan Hasil Hutan Sosial dan Ekonomi Kehutanan Jumlah
2. 3. 4. 5. 6.
44
Pengu- PubliInfo Lem- Petun- Jumlah Bule-tin Lapormum- kasi Hasil baran juk Jurnal (judul) (judul) an an khusus Hutan (judul) teknis (judul) (judul) (judul) (judul) (judul) (judul) 115
21
88
2
27
3
5
4
265
115
17
45
3
6
2
9
4
201
44 99
6 20
20 -
1
5 -
3 2
2 1
3 2
83 125
107
22
76
3
11
2
6
3
230
-
4
2
-
4
1
-
-
11
480
90
231
9
53
13
23
16
915
ERA ORDE BARU (TAHUN 1966–1998)
Selain itu Puslitbang Hasil Hutan dan Sosial Ekonomi juga menerbitkan buku sebagai berikut: (1) Atlas Kayu Indonesia Jilid I, II dan III (2) 4000 Jenis Pohon di Indonesia (3) Kayu Perdagangan di Indonesia (4) Pedoman Pengawetan Kayu Untuk Perumahan dan Gedung tahun 1991 (5) Publikasi khusus No. 41, judul buku Ciri Umum, Sifat dan Kegunaan Jenisjenis Kayu Indonesia 1977. Pada tahun 1987 Badan Litbang Kehutanan menerbitkan buku “Tumbuhan Berguna Indonesia” yang merupakan terjemahan buku “De Nuttige Planten Van Nederlandsch-Indie” yang diterbitkan pada tahun 1927”, karangan K. Heyne berkebangsaan Belanda. Terjemahan dilaksanakan oleh tim yang dimotori oleh Lembaga Penelitian Hasil Hutan. Buku ini terdiri dari 4 jilid. Pada tahun 1998 Badan Litbang Kehutanan mengeluarkan “Buku Pedoman Pembangunan Hutan Tanaman Industri” sebagai penyempurnaan pedoman penyelenggaraan pembangunan HTI yang telah ditetapkan Menteri Kehutanan berdasarkan SK Menhut No. 206/1995. Badan Litbang Kehutanan sebagai pemegang otoritas IPTEK lingkup Departemen Kehutanan dan memperhatikan petunjuk menteri Kehutanan membentuk program penelaahan dan penyempurnaan pedoman penyelenggaraan pembangunan HTI tersebut berdasarkan SK Kepala Badan Litbang Kehutanan No. 49/1997, 6 Oktober 1997. Tim Penyempurnaan Pedoman ini diketuai oleh Ir. Harun Al Rasyid, MS. Beberapa hasil penelitian penting yang telah dihasilkan antara lain sebagai berikut: 1. Pengenalan Jenis Pohon Penting di Indonesia
Adanya keanekaragaman jenis pohon hutan yang cukup tinggi, maka dalam pengenalan jenis-jenis pohon hutan perlu penguasaan dasar-dasarnya baik pengenalan nama-nama jenis pohon maupun pengenalan sifat morfologi pohon. Bahkan dalam kegiatan pengenalan jenis pohon perlu mengetahui teknik pengenalan jenis yang dikenal teknik identifikasi baik berdasarkan sifat morfologi batang pohon maupun berdasarkan morfologi seranting daun. 2. Pendugaan Volume Pohon
Hasil penelitian sarana penduga volume, baik yang menggunakan diameter pohon setinggi dada (D1,30) sebagai peubah penduga (V = f (d1,30)) yang lazim disebut tariff, ataupun menggunakan diameter pohon setinggi dada dan tinggi batang sampai pangkal tajuk sebagai peubah penduga (V = f (d1,30).t) yang lazim disebut tabel volume pohon telah digunakan secara luas dalam praktek. Satu Abad Penelitian Kehutanan Indonesia
45
Selama era orde baru telah disusun sarana penduga volume pohon untuk 27 jenis pohon penghasil kayu perdagangan yang tumbuh di berbagai wilayah hutan. Oleh sebab itu, tarif ataupun tabel volume pohon memiliki keseksamaan maksimal dugaan volume bagi wilayah hutan tempat pengumpulan dan pengukuran pohon model yang digunakan. Tarif atau tabel volume pohon digunakan dalam pendugaan volume tegakan hutan untuk penaksiran riap volume tegakan hutan, menetapkan jatah volume tebangan tahunan (annual allowable cut), pendugaan volume hasil penjarangan, tegakan atau hasil tebangan akhir daur. 3. Gaharu
Penelitian gaharu yang dimulai secara intensif tahun 1984 telah menemukan 17 jenis pohon inang yang dapat menghasilkan gaharu. Dua jenis pohon inang yang paling dominan adalah Aquilaria malacensis dan Aqualiaria gyrinops. 4. Mikoriza
Penelitian mikoriza diawali pada tahun 1984. Sampai saat ini Puslitbang Hutan dan Konservasi Alam telah berhasil memproduksi endomikoriza dan ektomikoriza. 5. Lebah Madu
Peningkatan produktivitas lebah madu telah dapat dicapai melalui beberapa kegiatan yang telah menghasilkan beberapa paket teknologi yang mudah untuk diterapkan oleh masyarakat antara lain paket teknologi guna mendapatkan koloni unggul lebah lokal dengan menerapkan teknik proses seleksi koloni unggul (produktivitas tinggi dan agresivitas rendah); teknik produksi induksi untuk memperbanyak produksi induk secara massal dari koloni terseleksi; teknik breeding station (DCA) untuk mengatur posisi dan jumlah koloni dalam proses persilangan antar induk terseleksi. Dengan penerapan ketiga teknik tersebut, maka produktivitas lebah madu dapat ditingkatkan 50-100% lebih banyak dibanding dengan pemeliharaan secara konvensional. Di samping kegiatan tersebut di atas, dilakukan penelitian peningkatan kualitas lebah madu hutan. Hal ini didorong oleh besarnya potensi lebah madu hutan (Gambar 12).
46
ERA ORDE BARU (TAHUN 1966–1998)
Foto: Puskonser
Gambar 12. Sarang lebah madu hutan (Apis dorsata)
6. Pengenalan dan Pengendalian Hama dan Penyakit Tanaman Hutan
Dengan meningkatnya pengembangan hutan tanaman industri monokultur mengakibatkan timbulnya berbagai macam jenis hama dan penyakit yang bisa menimbulkan kerusakan kecambah, seedling, maupun tanaman muda dan tanaman tua. Beberapa diantara hama penting yang diperoleh hama perusak batang sengon (hama Boxtor/Xystrocera festifa), hama penggerek pucuk mahoni (Hipsiphyla robusta), hama penggerek batang jati (inger-inger), hama perusak akar tanaman (rayap), hama perusak daun bentuk ulat. Hasil penelitian yang diperoleh dituangkan dalam bentuk prosiding, pengumuman, maupun laporan. Beberapa contoh pengendalian hama yaitu pengendalian hama boxtor (Xystrocera festiva Pascoe) pada tanaman sengon dengan menggunakan jamur entomopathogenik jenis Beauveria bassiana (Balsamo) Vuillemin, pengendalian ulat daun pada persemaian dengan ekstrak kulit buah mahoni. Sedangkan pengendalian ulat pada pohon dengan cara takik oles dengan menggunakan pestisida sistemik. Satu Abad Penelitian Kehutanan Indonesia
47
7. Sistem Silvikultur TPI
Dengan dimulainya pengusahaan hutan di Indonesia terutama HPH di hutan alam maka diperlukan sistem yang dapat dijadikan pedoman pelaksanaan di lapangan. Dari berbagai pustaka yang telah dilaksanakan di negara lain maka dipilih Sistem Tebang Pilih sebagai acuan dalam pelaksanaan HPH. Untuk mendapatkan cara yang lebih tepat maka diadakan penelitian dan akhirnya Sistem Tebang Pilih disempurnakan menjadi Sistem Tebang Pilih Indonesia. 8. Teknologi Pengawetan Kayu Untuk Perumahan dan Gedung
Selama ini 85% dari kayu yang digunakan untuk perumahan dan gedung merupakan kayu yang mempunyai keawetan alami rendah dan hanya bisa bertahan selama 5 tahun. Bila teknologi ini diterapkan di lapangan maka kayu yang digunakan itu bisa bertahan sampai sekitar 15 tahun. Hal ini berarti pemakaian kayu untuk perumahan dan gedung yang jumlah mencapai jutaan meter kubik setiap tahun bisa dihemat. 9. Bagan Pengeringan beberapa Kayu Indonesia
Selama periode ini telah dihasilkan beberapa Bagan Pengeringan Kayu dengan kiln drying dan pengeringan tenaga surya. Bagan tersebut sangat berguna sebagai pedoman dalam melaksanakan pengeringan beberapa jenis kayu tropis agar terhindar dari cacat pengeringan.
C. Pemanfaatan Hasil Penelitian dan Pengembangan Hasil kegiatan penelitian yang telah banyak dimanfaatkan oleh pengguna dalam rangka pengelolaan hutan dan hasil hutan, antara lain: (1) Pengenalan Jenis Pohon Penting di Indonesia, digunakan untuk inventarisasi potensi tegakan hutan. (2) Pendugaan Volume Pohon, hasil penelitian sarana penduga volume, baik yang menggunakan diameter pohon setinggi dada (D1,30) sebagai peubah penduga (V = f (d1,30)) yang lazim disebut tariff, ataupun menggunakan diameter pohon setinggi dada dan tinggi batang sampai pangkal tajuk sebagai peubah penduga (V = f (d1,30).t) yang lazim disebut tabel volume pohon telah digunakan secara luas dalam praktek. Tipe hutan, komposisi jenis pohon serta kerapatan tegakan hutan mempengaruhi hubungan fungsional antara diameter setinggi dada dan tinggi pangkal tajuk dengan volume kayu pohon. 48
ERA ORDE BARU (TAHUN 1966–1998)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
Oleh sebab itu, tariff ataupun tabel volume pohon memiliki keseksamaan maksimal dugaan volume bagi wilayah hutan tempat pengumpulan dan pengukuran pohon model yang digunakan. Tariff atau tabel volume pohon digunakan dalam pendugaan volume tegakan hutan untuk penaksiran riap volume tegakan hutan, menetapkan jatah volume tebangan tahunan (annual allowable cut), pendugaan volume hasil penjarangan, tegakan atau hasil tebangan akhir daur. Penelitian gaharu dilakukan dengan menggunakan jamur pembentuk gaharu. Jenis-jenis jamur tersebut telah dicobakan pada berbagai jenis tanaman penghasil gaharu di Bangka, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Jawa Barat dan Banten. Empat isolat jamur terbukti sangat efektif dalam menginfeksi pohon penghasil gaharu yaitu isolat jamur dari Jambi, Gorontalo, Sumatera Barat dan Kalimantan Barat. Keberhasilan inokulasi yang dilakukan di Kalimantan Barat (548 pohon) dan di Jawa Barat (80 pohon) menunjukkan tingkat keberhasilan 90% sampai 100%. Penggunaan mikoriza (endomikoriza dan ektomikoriza). Aplikasi mikoriza sebagai salah satu alternatif teknologi telah diterapkan secara luas dalam penyiapan bibit di persemaian untuk keperluan rehabilitasi dan pembangunan hutan tanaman. Penerapan teknik proses seleksi koloni unggul lebah madu, teknik produksi induksi dan teknik breeding station (DCA), meningkatkan produktivitas lebah madu menjadi 50-100% lebih banyak dibanding dengan pemeliharaan secara konvensional. Pengendalian penggerek batang sengon/jeunjing (hama Boxtor/Xystrocera festiva Pascoe) menggunakan jamur entomopathogenik jenis Beauveria bassiana (Balsamo) Vuillemin dengan dosis 25 gram per liter air mengakibatkan kematian larva boktor sebesar 97,8 %. Penelitian ini telah dimanfaatkan di KPH Kediri, Jawa Timur. Sedangkan pengendalian ulat pada pohon dengan cara takik oles dengan menggunakan pestisida sistemik (Dimetoat) telah dimanfaatkan di Parung Panjang, Bogor. Penerapan teknik budidaya murbei dan pemeliharaan ulat sutera telah dilakukan oleh petani dan pengusaha ulat sutera, antara lain di Sukabumi, Jawa Barat dan Soppeng, Sulawesi Selatan. Beberapa hasil penelitian mengenai silvikultur telah digunakan dalam penyusunan pedoman TPI sebagai sistem silvikutur pengelolaan hutan alam produksi di Indonesia. Beberapa peneliti menjadi anggota tim penyusunan pedoman TPI. Satu Abad Penelitian Kehutanan Indonesia
49
(9) Hasil penelitian mengenai pembuatan komponen rumah kayu jati dan kayu meranti yang diawetkan telah digunakan dalam membuat percontohan rumah prefab kayu jati di Bogor (Gambar 13) dan kayu meranti di Samarinda.
Foto: Suhardi M
Gambar 13. Rumah prefab dari kayu jati yang dibangun pada tahun 1971, sampai
tahun 2013 keadaanya masih baik
(10) Hasil penelitian mengenai pembuatan komponen rumah dari kayu kelapa yang diawetkan dan digunakan dalam pembuatan percontohan rumah dari kayu kelapa di Bogor (Gambar 14).
Foto: Suhardi M
Gambar 14. Rumah dari kayu kelapa yang diawetkan, dibangun pada tahun 1984,
sampai tahun 2013 keadaanya masih baik
50
ERA ORDE BARU (TAHUN 1966–1998)
(11) Hasil penelitian mengenai pembuatan komponen rumah dari papan semen wol
kayu sengon telah digunakan dalam pembuatan percontohan rumah papan semen wol kayu di Bogor (Gambar 15)
Foto: Suhardi M
Gambar 15. Rumah dengan dinding dari papan semen wol kayu yang dibangun
pada tahun 1972, sampai tahun 2013 keadaannya masih baik
(12) Hasil penelitian mengenai industri kayu telah digunakan oleh Tim Koordinasi
Industri Hasil Hutan (TKIHH) untuk menyusun Pola Pengembangan Industri Kayu Nasional. (13) Hasil penelitian mengenai bagan pengeringan kayu dengan menggunakan
kiln drying dan pengeringan kombinasi tenaga surya dengan panas tambahan (Gambar 16) telah digunakan dalam industri pengeringan kayu antara lain di Probolinggo. (14) Kepakaran para peneliti hutan dan hasil hutan telah digunakan dalam
penyusunan standardisasi berbagai produk kehutanan dan dalam penyusunan studi kelayakan beberapa macam industri kehutanan. Satu Abad Penelitian Kehutanan Indonesia
51
Foto: Budi Hidayat
Gambar 16. Pengeringan kombinasi tenaga surya dengan panas tambahan
Sebagian dari hasil penelitian digunakan sebagai bahan dalam pelatihan sebagai berikut: (1) Pengawetan Kayu untuk perumahan dengan peserta pelatihan karyawan Bank Tabungan Negara (BTN). (2) Penguji dan Tekniksi Kayu Lapis dengan peserta pelatihan karyawan industri kayu lapis, karyawan kehutanan, perindustrian dan perdagangan. (3) Pengenal Jenis Kayu dengan peserta pelatihan karyawan SUCOFINDO. (4) Pembuatan Arang dengan Sistem Drum dengan peserta pelatihan masyarakat. (5) Pengenalan Hama Kutu Loncat pada Tanaman Lamtoro dengan peserta karyawan Direktorat Jenderal Rehabilitasi dan Reboisasi Lahan (RRL), Balai Rehabilitasi Lahan dan Konservasi Tanah (RLKT) dan kelompok tani. (6) Rancangan Teknis Pelestarian dan Penyelamatan Satwaliar dalam rangka pembangunan PLTA Kotapanjang, Riau, dengan peserta pelatihan berasal dari Ditjen PHPA, Balai KSDA Riau, PLN Wilayah Barat dan PLN Kota Padang. (7) Konservasi dan Pengelolaan Mangrove di Bali dan Lombok dengan peserta pelatihan berasal dari Pemda Bali dan Lombok, Ditjen RRL dan LSM. (8) AMDAL di Balai Diklat Kehutanan Pematang Siantar. (9) Budidaya Sutera Alam dengan peserta pelatihan karyawan Perum Perhutani dan masyarakat petani sutera. (10) Budidaya Lebah Madu dengan peserta karyawan Perum Perhutani dan masyarakat petani lebah. (11) Pengenalan Hama dan Penyakit dengan peserta Asper Perum Perhutani dan peserta Diklat di Pusdiklat Kehutanan. 52
ERA ORDE BARU (TAHUN 1966–1998)
(12) Alih teknologi melalui pelatihan teori dan praktek kepada tenaga operator, teknisi, penguji dan manajemen industri, terutama industri penggergajian, dan sawdoctor. Untuk alih teknologi telah dilakukan kerjasama dengan UNDP, FAO yang mendatangkan tenaga ahli dan peralatan, dengan tenaga ahli G.A. Woods. Selama kurun waktu 1976 – 1992 telah dilakukan alih teknologi sebanyak 30 kali dan jumlah tenaga peserta alih teknologi sebanyak 900 orang. Gambar 17 menunjukkan salah satu pelatihan pada tahun 1976.
Foto: Osly Rachman
Gambar 17. Pelatihan pengasahan bilah gergaji (sawdoctoring)
pada tahun 1976 di Lembaga Penelitian Hasil Hutan
Selama Era Orde Baru, Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan dan Sosial Ekonomi Kehutanan sangat akrab dengan industri kayu maupun instansi yang terkait dengan industri perkayuan (Gambar 18). Dalam upaya penyebaran hasil penelitian dan untuk mendapat umpan balik dari pelaku industri dan instansi terkait telah dilakukan seminar, simposium dan diskusi dengan berbagai pihak. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan dan Sosial Ekonomi Kehutanan hampir setiap tahun melaksanakan Diskusi Industri Perkayuan. Dalam diskusi ini para peneliti dan stake holder lainnya menyampaikan permasalahan industri dan konsep-konsep pengembangan industri. Satu Abad Penelitian Kehutanan Indonesia
53
Foto: Osly Rachman
Gambar 18. Peserta Diskusi Industri Perkayuan pada tahun 1976 di Jakarta
Selain itu juga telah dilaksanakan antara lain Lokakarya Kayu Lapis, Diskusi Hasil Penelitian Silvikultur Jenis Kayu HTI, Diskusi Hasil Penelitian Hutan Menunjang Pembangunan Hutan Industri, dan Diskusi Hutan Tanaman Industri.
D. Pembelajaran dari Era Orde Baru 1.
Organisasi Badan Litbang Kehutanan semakin mengarah pada peningkatan efisiensi dan efektivitas kerja dengan dibentuknya berbagai UPT di daerah.
2.
Usaha meningkatkan jumlah tenaga peneliti yang bermutu dilaksanakan dengan cara memberikan kesempatan untuk mengikuti pelatihan dan atau melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi (S2 dan S3) baik di dalam maupun di luar negeri.
3.
Pembangunan prasarana fisik di Kampus Gunung Batu berupa gedung dibuat bertingkat untuk mengurangi penggunaan lahan arboretum.
4.
Penambahan jenis, jumlah dan kualitas sarana penelitian meningkatkan ruang lingkup dan intensitas penelitian secara signifikan.
54
ERA ORDE BARU (TAHUN 1966–1998)
Peningkatan jumlah dan jenis hasil penelitian perlu diikuti dengan peningkatan penyebaran dan penerapannya dalam kegiatan operasional di lapangan. 6. Kerjasama penelitian ternyata meningkatkan kemampuan para peneliti dalam memecahkan masalah yang dihadapi secara berdaya guna dan berhasil guna, serta meningkatkan kesadaran para pelaksana kegiatan kehutanan mengenai urgensi pemberian umpan balik tentang masalah-masalah yang dihadapi di lapangan. 7. Dalam era ini telah banyak dilakukan diseminasi hasil penelitian, namun karena banyaknya hasil penelitian serta kebutuhan informasi dan teknologi di lapangan maka perlu ditingkatkan sistem diseminasinya. 8. Pemberian fasilitas dan insentif dapat memotivasi para peneliti untuk menulis buku ilmiah berdasarkan berbagai hasil penelitian yang telah tersedia. 9. Dukungan institusi terkait di luar Departemen Kehutanan dapat meningkatkan manfaat suatu hasil penelitian. Sebagai contoh pemanfaatan teknologi pengawetan kayu dapat menghemat konsumsi kayu gergajian di dalam negeri sampai tujuh juta meter kubik setiap tahun melalui dukungan instansi lingkup Departemen Perindustrian. 10. Institusi penelitian kehutanan mempunyai peranan penting dalam pengembangan IPTEK kehutanan guna mendukung pembangunan nasional. Peran tersebut akan meningkat apabila pimpinan lembaga penelitian dan pengembangan kehutanan mempunyai wawasan luas dan komitmen terhadap bidang penelitian dan pengembangan kehutanan. Persyaratan tersebut perlu dipenuhi oleh pimpinan yang ditugaskan untuk mengelola instansi pengembangan kehutanan. 5.
Satu Abad Penelitian Kehutanan Indonesia
55
BAB V
ERA REFORMASI SAMPAI SEKARANG (TAHUN 1999–2013)
A. Organisasi dan Tenaga Kerja Dengan keluarnya Keputusan Presiden No. 136 Tahun 1999, terjadi perubahan susunan organisasi departemen. Berdasarkan SK Menteri Kehutanan dan Perkebunan No. 245/Kpts-II/1999 tanggal 27 April 1999, Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan dan Perkebunan (BPPKP) mempunyai tiga pusat yang menangani kegiatan kehutanan sebagai berikut: (1) Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan dan Konservasi Alam (Kepala: Ir. Dwiatmo Siswomartono, M.Sc antara 5 Mei-1998 – 16 April 1999 dan selanjutnya digantikan oleh Dr. Ir. Boen Mochtar Purnama, M.Sc.). Pusat ini mengkoordinasi delapan Kelompok Peneliti (Kelti) yakni: (a) Kelti Silvikultur, (b) Kelti Konservasi Tanah dan Air, (c) Kelti Perlindungan dan Pengamanan Hutan, (d) Kelti Biometrika Hutan, (e) Kelti Botani dan Ekologi Hutan, (f ) Kelti Mikrobiologi Hutan, (g) Kelti Perhutanan Sosial dan (h) Kelti Konservasi Sumber Daya Alam; (2) Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan (Kepala: Dr. Ir. A. Ngaloken Gintings, MS). Pusat ini mengkoordinasi lima Kelti yakni : (a) Kelti Keteknikan dan Pemanenan Hasil Hutan, (b) Kelti Pemanfaatan Hasil Hutan, (c) Kelti Biologi dan Pengawetan Hasil Hutan, (d) Kelti Pengolahan Kimia dan Energi, dan (e) Kelti Pengolahan Hasil Hutan Bukan Kayu; (3) Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Kehutanan dan Perkebunan (Kepala: Dr. Ir. Erwidodo, M.Sc.). Pusat ini mengkoordinasi tiga Kelti yakni : (a) Kelti Ekonomi dan Manajemen Sumbr Daya Hutan, (b) Kelti Kebijakan dan Politik Ekonomi Kehutanan dan (c) Kelti Kelembagaan dan Sosial Budaya. Pada tahun 1999 terjadi pergantian kepala-kepala balai sebagai berikut: (1) Balai Penelitian Kehutanan Ujung Pandang (Kepala: Ir. Chairil Anwar, M.Sc mulai 24-5-1999). (2) Balai Penelitian Kehutanan Samarinda (Kepala: Dr. Ir. Slamet Riyadi Gadas, M.Sc mulai 24-5-1999). (3) Balai Penelitian Kehutanan Kupang (Kepala: Dr. Ir. Maman Mansyur Idris, MS mulai 24-5-1999). (4) Balai Penelitian Kehutanan Pematang Siantar (Kepala: Ir. Basuki Karyaatmaja, M.Sc. mulai 24-5-1999). (5) Balai Teknologi Perbenihan Bogor (Kepala: Ir. Buharman mulai 24-5-1999). (6) Balai Penelitian Kehutanan Manokwari (Kepala: Ir. Daud Leppe mulai 245-1999). Satu Abad Penelitian Kehutanan Indonesia
59
(7) Balai Teknologi Pengelolaan DAS Surakarta (Kepala: Dr. Ir. Mulyadhi, M.Sc. mulai 24-5-1999). Sejak Nopember 1998 sampai Januari 2000 Kepala Badan Litbang Kehutanan dan Perkebunan adalah Dr. Ir. Pasril Wahid, MS dan selanjutnya digantikan oleh Dr. Ir. Untung Iskandar Srihadiono sampai April 2001. Sekretaris Badan adalah Ir. Asep Suwarna, M.Sc. (tahun 1999-2001) dan selanjutnya digantikan oleh Ir. Suyono (April 2001). Sesuai dengan kebutuhan teknologi yang menunjang pengembangan hutan tanaman maka pada tahun 2000 terjadi penambahan satu unit kerja baru yaitu Pusat Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Pemulian Tanaman Hutan di Jogya (Kepala: Dr. Ir. H. Mohammad Na’iem, M.Agr.) (Keputusan Menteri Kehutanan dan Perkebunan No. 002/Kpts-II/2000 tanggal 7 Januari 2000) yang mengkoordinasi tiga Kelti yakni: (a) Kelti Pemuliaan Pohon, (b) Kelti Sumber Daya Genetik dan (c) Kelti Bioteknologi Hutan. Pada tahun 2001 (SK Menhut No. 123/Kpts-II/2001 Tanggal 04 April 2001) nama lembaga tidak banyak berubah, tapi pimpinannya berubah sebagai berikut: (1) Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan dan Konservasi Alam (Kepala: Dr. Ir. Sunaryo, M.Sc.); Nama Kelti tidak berubah. (2) Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Hasil Hutan (Kepala: Dr.Ir. A. Ngaloken Gintings, MS); Nama Kelti tidak berubah (3) Pusat Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Pemulian Tanaman Hutan (Kepala: Dr. Ir. H. Muhammad Na’iem, M.Agr). (4) Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Budaya dan Ekonomi Kehutanan berubah nama menjadi Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi Kehutanan (Kepala: Dr. Ir. Mulyadi M.Sc.). Kepala Badan Litbang Kehutanan sejak 17 April 2001 dijabat oleh Ir. Abdul Fattah DS. Pada tahun 2002 dibentuk 13 Unit Pelaksana Teknis (UPT) sebagai berikut: (1) Loka Penelitian dan Pengembangan Satwa Primata di Samboja, Kalimantan Timur (Kepala: Ir. Dodi Setyabudi) dengan wilayah kerja pulau Kalimantan. Lembaga ini membawahi: (a) Kelti Konservasi Sumber Daya Alam, (b) Kelti Silvikultur dan (c) Kelti Sosial Ekonomi; (2) Loka Penelitian dan Pengembangan Hutan Monsoon di Ciamis (Kepala: Ir. Soebarudi, M.WoodSc) dengan wilayah kerja Pulau Jawa dan Pulau Madura. Loka ini mempunyai tiga Kelti yakni (a) Kelti Sosek, (b) Kelti Silvikultur, dan (c) Kelti Pemasaran; 60
ERA REFORMASI SAMPAI SEKARANG (TAHUN 1999–2013)
(3) Loka Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan Bukan Kayu di Kuok, Riau (Kepala: Ir. Tigor Butar-Butar, M.Sc) dengan wilayah kerja Pulau Sumatera. Loka ini terdiri dari dua Kelti yakni (a) Kelti Teknologi Budi Daya, dan (b) Kelti Pemanfaatan Hasil Hutan. Pada tahun 2004 Kepala: Ir. Soenarno, M.Sc.; (4) Balai Penelitian dan Pengembangan Teknologi Pengelolaan Daerah Aliaran Sungai di Kartasura, Solo (Kepala: Ir. C. Nugroho SP., M.Sc.), dengan wilayah kerja Indonesia Bagian Barat. Balai ini terdiri dari tiga Kelti, yakni (a) Kelti Konservasi Tanah dan Air, (b) Kelti Hidrologi dan (c) Kelti Sosial Ekonomi; (5) Balai Penelitian dan Pengembangan Teknologi Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Ujung Pandang di Makassar (Kepala: Ir. Kemal Amas, M.Sc.), dengan wilayah kerja Indonesia Bagian Timur. Balai ini terdiri dari tiga kelti yakni : (a) Kelti Sosial Ekonomi, (b) Kelti Hidrologi, dan (c) Kelti Konservasi Tanah dan Air; (6) Balai Penelitian dan Pengembangan Kehutanan Sulawesi di Makassar (Kepala: Ir. Dede Rohadi, M.Sc) dengan wilayah kerja seluruh Sulawesi. Balai ini mempunyai empat kelti yakni : (a) Kelti Silvikultur, (b) Kelti Pelestarian Sumber Daya Alam, (c) Kelti Pemanfaatan Hasil Hutan dan (d) Kelti Sosial Ekonomi Kehutanan; (7) Balai Penelitian dan Pengembangan Kehutanan Sumatera di Pematang Siantar (Kepala: Ir. Syarief Hidayat, M.Sc.) dengan wilayah kerja seluruh pulau Sumatera. Balai mempunyai empat kelti yakni (a) Kelti Silvikultur, (b) Pelestarian Sumberdaya Alam, (c) Kelti Perhutanan Sosial dan (d) Kelti Teknologi Hasil Hutan; (8) Balai Penelitian dan Pengembangan Kehutanan Papua dan Maluku di Manokwari (Kepala: Ir. Daud Leppe), dengan wilayah kerja Pulau Papua dan Kepulauan Maluku. Balai mempunyai tiga kelti yakni : (a) Kelti Silvikultur, (b) Kelti Pelestarian Sumber Daya Alam dan (c) Kelti Perhutanan Sosial; (9) Balai Penelitian dan Pengembangan Teknologi Perbenihan di Bogor (Kepala: Ir. Buharman) dengan wilayah kerja seluruh Indonesia. Balai mempunyai dua kelti yakni (a) Kelti Teknologi Perbenihan dan (b) Kelti Produksi benih. (10) Balai Penelitian dan Pengembangan Kehutanan Bali dan Nusa Tenggara di Kupang (Kepala: Ir. Markus Kudeng Sallata, M.Sc.) dengan wilayah kerja Bali, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur. Balai mempunyai empat kelti yakni : (a) Kelti Silvikultur, (b) Kelti Pelestarian Sumberdaya Alam, c) Kelti Sosial Budaya dan Ekonomi Kehutanan dan (d) Kelti Teknologi Hasil Hutan; Satu Abad Penelitian Kehutanan Indonesia
61
(11) Balai Penelitian dan Pengembangan Kehutanan Kalimantan di Samarinda (Kepala: Dr. Ir. Maman Mansyur Idris, MS dari 26 Mei 2002 – 28 Oktober 2002 dan kemudian digantikan oleh Ir. Sulistyo Ahmad Siran, M.Sc sampai 7 Pebruari 2007) dengan wilayah kerja Pulau Kalimantan. Balai mempunyai empat kelti yakni : (a) Kelti Budidaya Hutan dan Pengelolaan Hutan, (b) Kelti Penyelamatan Sumberdaya Hutan, (c) Kelti Perhutanan Sosial dan (d) Kelti Teknologi dan Pemasaran Hasil Hutan. (12) Balai Penelitian dan Pengembangan Hutan Tanaman Indonesia Bagian Barat di Palembang (Kepala: Ir. Basoeki Karyaatmamaja, M.Sc.) dengan wilayah kerja Indonesia Bagian Barat. Balai mempunyai satu Kelti yakni Kelti Silvikultur. (13) Balai Penelitian dan Pengembangan Hutan Tanaman Indonesia Bagian Timur di Banjarbaru (Kepala: Ir. Agustinus P. Tampubolon, M.Sc.) dengan wilayah kerja Indonesia Bagian Timur. Balai mempunyai tiga Kelti yakni: (a) Kelti Silvikultur, (b) Kelti Perlindungan Hutan dan Pengelolaan Lingkungan dan (c) Kelti Perhutanan Sosial. Di samping itu terdapat perubahan pimpinan pusat yakni Pusat Litbang Teknologi Hasil Hutan (Kepala: Dr. Ir. Achmad Fauzi Mas’ud, M.Sc. selama 10 bulan lalu digantikan oleh Dr. Ir. Hadi Daryanto, M.Sc.) dan Pusat Litbang Hutan dan Konservasi Alam (Kepala: Ir.Suyono selama 10 bulan lalu digantikan Dr. Ir. Achmad Fauzi Mas’ud, M.Sc.) dan Pusat Litbang Sosial Budaya dan Ekonomi Kehutanan (Kepala: Dr. Ir. A. Ngaloken Gintings, MS). Antara Juni 2002 sampai Nopember 2005 Kepala Badan Litbang Kehutanan adalah Dr. Ir. Hadisusanto Pasaribu, M.Sc dan Sekretaris Badan Dr. Ir. D. Mulyadhi, M.Sc. ( Januari 2002 - Agustus 2002). Karena Sekretaris Badan meninggal maka digantikan oleh Dr. Ir. Maman Mansyur Idris, MS (Pj) dan sejak Mei 2004 digantikan lagi oleh Dr. Ing. Ir. Hadi Daryanto, DEA. Pada tahun 2003 terjadi perubahan di dalam penetapan tugas mulai dari Pusat dan Balai lingkup Badan Litbang Kehutanan menjadi (1) Kerjasama luar negeri, (2) Pelaksanaan Pengolahan Data, (3) Pengelolaan dan Pengawasan Laboratorium dan (4) Pengelolaan Hutan Penelitian/Wanariset (Keputusan Menteri Kehutanan No. 410/Kpts-II/2003 Tanggal 09 Desember 2003). Pada tahun itu Kepala Pusat dan Balai yang mengalami perubahan adalah : (1) Pusat Litbang Sosial Budaya dan Ekonomi Kehutanan (Kepala: Dr. Ir. Agus Sarsito, M.Sc.) (2) Balai Litbang Kehutanan Sulawesi di Makassar (Kepala: Ir. Djohan Utama Perbatasari, MM.) 62
ERA REFORMASI SAMPAI SEKARANG (TAHUN 1999–2013)
(3) Balai Litbang Teknologi Pengelolaan DAS Indonesia Bagian Timur di Makassar (Kepala: Ir. Edy Subagyo, MP). (4) Balai Litbang Kehutanan Sumatera di Aek Nauli (Kepala: Ir. Dede Rohadi, M.Sc). (5) Balai Litbang Teknologi Perbenihan Bogor (Kepala: Ir. Darmawan Budiantho, MP selama 6 bulan lalu digantikan oleh Ir. Dede Rohadi, M.Sc). (6) Balai Litbang Hutan Tanaman Palembang (Kepala: Ir.Bambang Sugiarto, MP). (7) Loka Litbang Hutan Monsoon di Ciamis (Kepala: Nur Semedi, SPi, MP) Berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan mulai No. 409/Kpts-II/2003 sampai No. 420/Kpts-II/2003 semua lembaga penelitian kehutanan, mengalami perubahan tugas menjadi : (a) Petugas tata usaha membantu laboratorium dan (b) Petugas pelayanan teknik di tambah tugasnya tentang pengelolaan hutan penelitian/ wanariset. Khusus untuk Balai Penelitian dan Pengembangan Kehutanan Sulawesi, tugasnya ditambah untuk mengadakan penelitian jati Muna di wilayah Indonesia Bagian Timur. Pada tahun 2004 terjadi lagi pergantian Kepala Pusat sebagai berikut: (1) Pusat Litbang Hutan dan Konservasi Alam (Kepala: Dr. Ir. Slamet Riyadi Gadas, M.Sc.). (2) Pusat Litbang Teknologi Hasil Hutan (Kepala: Dr. Ir. Maman Mansyur Idris, MS) (3) Pusat Litbang Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan (Kepala: Dr. Ir. Nur Masripatin, M.For.Sc.) Pada tahun 2005 terjadi penambahan satu pusat dan perubahan nama dua pusat penelitian (berdasarkan Peraturan Menteri Kehutanan No. P.13/MenhutII/2005 tanggal 6 Mei 2005) sebagai berikut: Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan Tanaman (Kepala: Dr. Ir. Nur Masripatin, M.For.Sc.) dan Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi dan Kebijakan Kehutanan (Pj. Kepala: Dr. Ir. Slamet Riyadi Gadas, M.Sc.). Di samping itu terdapat perubahan Kepala Pusat yaitu: Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan dan Konservasi Alam (Kepala: Ir. Anwar, M.Sc.) dan Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan (Kepala: Dr.Ir. Maman Mansyur Idris, MS). Kelti tidak berubah. Pada tahun 2005 itu juga terjadi perubahan Kepala Balai sebagai berikut: (1) Balai Litbang Pengelolaan DAS Indonesia Bagian Timur (Kepala: Ir. Yadi Haryanto). (2) Balai Litbang Teknologi Pengelolaan DAS Kartasura di Surakarta (Kepala: Ir. Edy Subagyo, MP). Satu Abad Penelitian Kehutanan Indonesia
63
(3) Balai Litbang Hutan Tanaman Indonesia Bagian Timur di Banjarbaru (Kepala: Ir. Didik Purwito, M.Sc.). (4) Balai Litbang Kehutanan Sumatera di Aek Na Uli (Kepala: Ir. Darmawan Budiantho, MP). Mulai Nopember 2005 sampai September 2010, Kepala Badan Litbang Kehutanan dijabat Ir. Wahjudi Wardojo, M.Sc. dan Sekretaris Badan Litbang Kehutanan dari Juni 2005 sampai Pebruari 2007 dijabat Dr. Ir. Agus Sarsito, M.For.Sc. Pada tahun 2006 terjadi perubahan nama-nama Balai sebagai berikut: (1) Loka Penelitian dan Pengembangan Satwa Primata menjadi Balai Penelitian Teknologi Perbenihan Samboja (Kepala: Ir. Tjuk Sasmito Hadi, M.Sc.) (Peraturan Menteri No P.30/Menhut-II/2006). (2) Loka Penelitian dan Pengembangan Hutan Monsoon di Ciamis berubah menjadi Balai Penelitian Kehutanan Ciamis (Kepala: Nur Semedi, Spi, MP). (Peraturan Menteri No P.31/Menhut-II/2006). (3) Balai Penelitian dan Pengembangan Kehutanan Bali dan Nusa Tenggara menjadi Balai Penelitian Kehutanan Kupang (Kepala: Ir. Tigor Butar-Butar M.Sc.). (Peraturan Menteri No P.32/Menhut-II/2006). (4) Balai Penelitian dan Pengembangan Hutan Tanaman Indonesia Bagian Timur menjadi Balai Penelitian Kehutanan Banjarbaru (Kepala: Ir. Didik Purwito, M.Sc.) (Peraturan Menteri No P.33/Menhut-II/2006). (5) Balai Penelitian dan Pengembangan Kehutanan Sumatera menjadi Balai Penelitian Kehutanan Aek Nauli (Kepala: Ir. Darmawan Budiantho, MP.) (Peraturan Menteri No P.34/Menhut-II/2006). (6) Balai Penelitian dan Pengembangan Kehutanan Sulawesi menjadi Balai Penelitian Kehutanan Makassar (Kepala: Ir. Djohan Utama Perbatasari, MM.) (Peraturan Menteri No P.35/Menhut-II/2006). (7) Balai Penelitian Kehutanan Manado (Kepala: Ir. Daud Leppe) (Peraturan Menteri No P.36/Menhut-II/2006) (Penambahan). (8) Balai Penelitian dan Pengembangan Kehutanan Kalimantan menjadi Balai Besar Penelitian Dipterokarpa (Kepala: Dr. Ir. IB. Putera Parthama) (Peraturan Menteri No P.37/Menhut-II/2006). (9) Balai Penelitian Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan (Kepala: Dr. Ir. Bambang Tri Hartono, MF) (Peraturan Menteri No P.38/Menhut-II/2006) (Penambahan). 64
ERA REFORMASI SAMPAI SEKARANG (TAHUN 1999–2013)
(10) Balai Penelitian dan Pengembangan Teknologi Pengelolaan Daerah Aliaran Sungai menjadi Balai Penelitian Kehutanan Solo (Kepala: Ir. Edy Subagio, MP) (Peraturan Menteri No P.39/Menhut-II/2006). (11) Balai Penelitian dan Pengembangan Kehutanan Papua dan Maluku menjadi Balai Penelitian Kehutanan Manokwari (Kepala: Ir. Daud Leppe) (Peraturan Menteri No P.40/Menhut-II/2006). (12) Balai Penelitian Kehutanan Mataram (Kepala: Ir. Yadi Haryanto). (Peraturan Menteri No P.41/Menhut-II/2006) (Penambahan). (13) Balai Penelitian dan Pengembangan Hutan Tanaman Palembang menjadi Balai Penelitian Kehutanan Palembang (Kepala: Ir. Bambang Sugianto, MP.) (Peraturan Menteri No P.42/Menhut-II/2006). (14) Balai Penelitian dan Pengembangan Teknologi Perbenihan menjadi Balai Penelitian Teknologi Perbenihan Bogor (Kepala: Ir. Dede Rohadi M.Sc.) (Peraturan Menteri No P.43/Menhut-II/2006). (15) Loka Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan Bukan Kayu menjadi Balai Penelitian Hutan Penghasil Serat Kuok (Kepala: Ir. Soenarno, M.Si.) (Peraturan Menteri No P.44/Menhut-II/2006). Antara tahun 2007 sampai 2009 terdapat perubahan Kepala Pusat, Sekretaris Badan dan Kepala Balai sebagai berikut: (1) Pusat Litbang Hutan dan Konservasi Alam (Kepala: Ir. Adi Susmianto, M.Sc. sejak Pebruari 2009). (2) Pusat Litbang Sosek dan Kebijakan Kehutanan (Kepala: Ir. R. Iman Santosa, M.Sc. sejak Pebruari 2007 dan Pj.Kepala: Dr. Ir. Nur Masripatin, M.Sc. sejak Mei 2009). (3) Pusat Litbang Hutan Tanaman (Kepala: Dr. Ir. Harry Santoso sejak Pebruari 2007 sampai Mei 2009 lalu digantikan Dr. Ir. Bambang Tri Hartono , MF) (4) Sekretaris Badan Litbang Kehutanan dari Pebruari 2007 adalah Dr. Ir. Nur Masripatin, M.For.Sc. dan selanjutnya digantikan oleh Dr. Ir. Ida Bagus Putera Parthama, M.Sc sejak Mei 2009. (5) Balai Penelitian Kehutanan Solo (Kepala: Ir. Edy Subagyo, MP sejak Pebruari 2007 sampai Oktober 2009 dan digantikan Ir. Bambang Sugiarto, MP). (6) Balai Penelitian Kehutanan Makassar (Kepala: Ir. Markus Kudeng Sallata, M.Sc. sejak April 2008 dan Ir.Muh.Abidin, M.Sc. sejak Juli 2009). (7) Balai Penelitian Kehutanan Kupang (Kepala: Ir.Tigor Butar-Butar, M.Sc. sejak Pebruari 2007 dan Ir. Soenarno, M.Si. sejak Juli 2008). Satu Abad Penelitian Kehutanan Indonesia
65
(8) Balai Besar Penelitian Dipterokarpa di Samarinda (Kepala: Dr. Ir. Ida Bagus Putera Parthama, M.Sc. sejak Pebruari 2007 sampai Mei 2009 dan digantikan oleh Ir. Herry Prijono, MM). (9) Balai Penelitian Kehutanan Banjarbaru (Kepala: Ir. Didik Purwito, M.Sc. sejak Pebruari 2007 dan digantikan oleh Dr. Ir. Endang Savitri, M.Sc. sejak Oktober 2009). (10) Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan (Kepala: Dr. Ir. Bambang Tri Hartono, MF sejak Januari 2007 dan digantikan oleh Dr. Ir. Rufi’ie, M.Sc. sejak Mei 2008). (11) Balai Penelitian Kehutanan Aek Nauli (Kepala: Ir. Muh. Abidin, M.Si. sejak Pebruari 2007 dan Ir. Misto, MP sejak Juli 2009). (12) Balai Penelitian Teknologi Perbenihan Bogor (Kepala: Ir. Tri Wilaida, M.Sc. sejak Pebruari2007). (13) Balai Penelitian Kehutanan Palembang (Kepala: Ir. Bambang Sugiarto, MP sejak Pebruari 2007 dan digantikan oleh Ir. Suharyanto, MM sejak Oktober 2009). (14) Balai Penelitian Kehutanan Ciamis (Kepala: Dr. Ir. Pipin Permadi, M.Sc. sejak Pebruari 2007 dan digantikan oleh Ir. Hari Budi Santoso S., MP sejak Juli 2009). (15) Balai Penelitian Kehutanan Manokwari (Kepala: Ir.Thomas Tandi Bua A.N. MS sejak Pebruari 2007). (16) Balai Penelitian Hutan Penghasil Serat Kuok Riau (Kepala: Ir. Syahrul Donie, M.Si. sejak Pebruari 2007). (17) Balai Penelitian Teknologi HHBK di Mataram (Kepala: Ir. Yadi Haryanto sejak Pebruari 2007). (18) Balai Teknologi Perbenihan Semboja (Kepala: Ir. Tjuk Sasmito Hadi M.Sc. sejak Pebruari 2007). Pada tahun 2010 terjadi lagi perubahan nama lembaga penelitian kehutanan (Peraturan Menteri Kehutanan No. P.40/Menhut-II/2010 Tanggal 20 Agustus 2010) sebagai akibat pengaruh politik nasional dan internasional menjadi: (1) Pusat Litbang Hutan dan Konservasi Alam menjadi Pusat Penelitian dan Pengembangan Konservasi dan Rehabilitasi (Kepala: Ir. Adi Susmianto); Pusat ini terdiri dari: (a) Kelti Nilai Hutan dan Jasa Lingkungan, (b) Kelti Sosio Ekologi Hutan, (c) Kelti Pengaruh Hutan dan Pembinaan Hutan, (d) Kelti Mikrobiologi Hutan, (e) Kelti Botani dan Ekologi Tumbuhan, (f ) Kelti Konservasi Kawasan, dan (g) Kelti Konservasi Biodiversitas Satwa. 66
ERA REFORMASI SAMPAI SEKARANG (TAHUN 1999–2013)
(2) Pusat Litbang Hutan Tanaman menjadi Pusat Penelitian dan Pengembangan Peningkatan Produktifitas Hutan (Kepala:Dr. Ir. Bambang Tri Hartono, M.F.); Pusat ini terdiri dari: (a) Kelti Pembinaan Hutan, (b) Kelti Perlindungan Hutan, (c) Kelti Bina Usaha Kehutanan/Perhutanan Sosial, dan (d) Kelti Biometrika dan Ekonomi Hutan. (3) Pusat Litbang Teknologi Hasil Hutan menjadi Pusat Penelitian dan Pengembangan Keteknikan Kehutanan dan Pengolahan Hasil Hutan (Kepala: Dr. Ir. Ida Bagus Putera Parthama); Pusat ini terdiri dari: (a) Kelti Biologi dan Pengawetan Hasil Hutan, (b) Kelti Pemanfaatan Hasil Hutan, (c) Kelti Pengolahan Hasil Hutan Bukan Kayu, (d) Kelti Kimia dan Energi Hasil Hutan dan (e) Kelti Keteknikan Hutan dan Pemanenan Hasil Hutan. (4) Pusat Litbang Sosek dan Kebijakan Kehutanan menjadi Pusat Penelitian dan Pengembangan Perubahan Iklim dan Kebijakan (Kepala: Dr. Ir. Kirsfianti L. Ginoga, M.Sc.); Pusat ini terdiri dari: (a) Kelti Ekonomi Sumber Daya Hutan, (b) Kelti Perubahan Iklim, dan (c) Kelti Sosial Budaya Kehutanan. Pada tahun 2010 Kepala Balai Penelitian Kehutanan Manokwari dijabat oleh Dr. Ir. Arif Nirsatmanto, M.Sc. sejak 30 Nopember 2010. Sejak September 2010 Kepala Badan Litbang Kehutanan dijabat oleh Dr. Ir. Tachrir Fatoni, M.Sc dan Sekretaris Badan Litbang Kehutanan sejak 18 Oktober 2010 dijabat Ir. Wisnu Prastowo, M.F. Pada tahun 2011 sampai 2012 Menteri Kehutanan menetapkan 15 Balai sebagai Unit Pelaksana Tehnis di bawah Badan Litbang Kehutanan dan sebagain terjadi perubahan nama sebagai berikut: (1) Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan (Kepala: Dr. Amir Wardhana, M.For.Sc.) sesuai dengan Peraturan Menteri Kehutanan No. P.26/Menhut-II/20011 tanggal 20 April 2011. (2) Balai Besar Penelitian Dipterokarpa (Kepala: Dr. Ir. Rufi’ie, M.Sc.) sesuai dengan Permenhut No.: P.27/Menhut-II/20011 tanggal 20 April 2011. (3) Balai Penelitian Kehutanan Ciamis menjadi Balai Penelitian Teknologi Agroforestry (Kepala: Ir. Hari Budi Santoso, MP) sesuai dengan Permenhut No.: P.28/Menhut-2/2011 tanggal 20 April 2011. (4) Balai Penelitian Teknologi Perbenihan Bogor menjadi Balai Penelitian Teknologi Perbenihan Tanaman Hutan (Kepala: Ir.Kusmintarjo, M. Agr. sesuai dengan Permenhut No.: P.29/Menhut-II/2011 tanggal 20 April 2011 dan diganti oleh Ir. Syahrul Donie, M.Si. dari April 2012 - September 2012 dan Ir. Suharyanto, MM sejak September 2012). Satu Abad Penelitian Kehutanan Indonesia
67
(5) Balai Penelitian Teknologi Hasil Hutan Bukan Kayu di Mataram (Kepala: Ir. Yadi Haryanto dan diganti oleh Ir. Edy Sutrisno, M.Sc. sejak September 2012). (6) Balai Penelitian Kehutanan Solo menjadi Balai Penelitian Teknologi Kehutanan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (Kepala: Ir. Bambang Sugianto, MP) sesuai dengan Permenhut No. 31/Menhut-II/2011 tanggal 20 April 2011. (7) Balai Penelitian Teknologi Perbenihan Semboja berubah menjadi Balai Penelitian Teknologi Konservasi Sumber Daya Alam (Kepala: Dr. Nur Semedi, SPi, MP.) sejak Agustus 2011. (8) Balai Penelitian Hutan Penghasil Serat Kuok menjadi Balai Penelitian Teknologi Serat Tanaman Hutan (Kepala: Ahmad Gadang Pamungkas, S.Hut sesuai dengan Permenhut No. P.33/Menhut-II/ 2011 tanggal 20 April 2011). (9) Balai Penelitian Kehutanan Manokwari (Kepala: Dr. Ir. Arif Nirsatmanto, M.Sc. dan digantikan oleh Ir. Harisetijono, M.Sc. sejak Februari 2012). (10) Balai Penelitian Kehutanan Banjarbaru (Kepala: Dr. Ir. Endang Savitri, M.Sc. sesuai dengan Keputusan Menteri Kehutanan No. SK 5641/Menhut-II/ Peg/2011 tanggal 26 Juli 2011 dan digantikan Ir. Tjuk Sasmito Hadi, M.Sc. sejak September 2012). (11) Balai Penelitian Kehutanan Palembang (Kepala: Ir. Suhariyanto, MM sesuai dengan dengan Keputusan Menteri Kehutanan No. SK 5641/Menhut-II/ Peg/2011 tanggal 26 Juli 2011 dan dilanjutkan oleh Ir. Choirul Akhmad, ME sejak September 2012). (12) Balai Penelitian Kehutanan Makassar (Kepala: Ir Muh. Abidin M.Si) sejak Juli 2009. (13) Balai Penelitian Kehutanan Kupang (Kepala: Ir. Soenarno, M.Si. sesuai dengan Keputusan Menteri Kehutanan No. SK 5641/Menhut-II/Peg/2011 tanggal 26 Juli 2011 dan selanjutnya digantikan oleh Ir. Misto, MP sejak Pebruari 2012). (14) Balai Penelitian Kehutanan Manado (Kepala: Dr. Ir. Mahfudz, MP) sesuai dengan Keputusan Menteri Kehutanan No. SK 5641/Menhut-II/Peg/2011 tanggal 26 Juli 2011. (15) Balai Penelitian Kehutanan Aek Nauli (Kepala: Ir. Misto MP. sesuai dengan Keputusan Menteri Kehutanan No. SK 5641/Menhut-II/Peg/2011 tanggal 26 Juli 2011 selanjutnya digantikan oleh Ir. Iton Bambang Partono, MM sejak Pebruari 2012). Sejak Pebruari 2012 Kepala Badan Litbang Kehutanan dijabat oleh Dr. Ir. Iman Santoso, M. Sc. dan sejak April 2013 Sekretaris Badan Litbang Kehutanan dijabat oleh Ir. Tri Joko Mulyono, MM. 68
ERA REFORMASI SAMPAI SEKARANG (TAHUN 1999–2013)
Jumlah sumberdaya manusia (SDM) yang sudah dipublikasikan Badan Litbang Kehutanan adalah pada tahun 2000 dan 2012, sehingga gambaran tentang sumber daya manusia penelitian kehutanan pada awal dan akhir periode ini dipergunakan tahun 2000 dan 2012 , seperti terlihat pada Tabel 7. Tabel 7. Keadaan Tenaga Kerja Badan Penelitian dan Pengembangan
Kehutanan pada Tahun 2000 dan 2012 No. 1.
Kelompok Pegawai
Jumlah (orang) 2000 *)
2012 **)
981
134
Tenaga Struktural/Non Struktural Tenaga Struktural Non Struktural/fungsional umum
2.
Tenaga Fungsional
a.
Peneliti
515
418
- Peneliti Utama
41
- Peneliti Madya
126
- Peneliti Muda
158
- Peneliti Pertama
93
b.
Calon Peneliti
131
83
c.
Teknisi Litkayasa
297
269
d.
Calon Teknisi Litkayasa
112
11
e.
Pranata Komputer
-
-
f.
Pustakawan
-
8
g.
Calon Pustakawan
7
10
h.
Calon Analis Kepegawaian
3
5
i.
Calon Pranata Komputer
-
11
j.
Statistisi
1
-
k.
Calon Arsiparis
-
3
2.037
1.674
462
235
2.529
1.909
Jumlah PNS dan CPNS 3.
722
Tenaga Non PNS (Kontrak/Honorer) Jumlah Seluruhnya
Sumber : *) Statistik Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan dan Perkebunan Tahun 2000. Jumlah tenaga termasuk pegawai dari Puslitbang Tanaman Industri dan UPTnya. **) Statistik Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan Tahun 2012 Keterangan: Terjadi selisih jumlah pegawai antara tahun 2000 dan 2012 sebanyak 620 orang, karena pada tahun 2000 jumlah tenaga tersebut termasuk tenaga Pusat Litbang Tanaman Industri beserta UPTnya seperti Balitro, Balitas, Balika dan Loka Litka, sedangkan pada tahun 2012 tenaga tersebut murni pegawai Badan Litbang Kehutanan.
Satu Abad Penelitian Kehutanan Indonesia
69
Berdasarkan asumsi pada Tabel 7 butir 1 adalah pegawai administratif dan butir 2 adalah tenaga teknis, komposisi pegawai pada tahun 2000 menunjukkan bahwa pegawai teknis 1,1 kali jumlah pegawai administratif, sedangkan pada tahun 2012 pegawai teknis 1,0 kali jumlah pegawai administratif. Dalam periode ini telah dikukuhkan 14 orang tenaga peneliti sebagai Prof. Riset seperti terlihat pada Tabel 8 dan 61 orang peneliti mencapai jenjang peneliti utama seperti terlihat pada tabel 9. Tabel 8. Profesor Riset yang dikukuhkan antara tahun 2000 – 2012 Nama
1.
Prof. Riset. Dr. Ir. Nana Supriana, MS
Pustekolah
Rayap dan Kayu: “Analisis Sifat dan Perilaku Menuju Strategi Pengenda-lian yang Baku”
1999
2.
Prof. Riset. Dra. Ginuk Sumarni Pustekolah
Keawetan kayu Terhadap serangga “ Upaya menuju efisiensi penggunaan kayu”.
2004
3.
Prof. Riset. Dr. Ir. Osly Rachman, MS.
Pustekolah
Perkembangan Teknologi Pengolahan Kayu Menghadapi Bahan Baku yang Sedang Berubah
2004
4.
Prof. Riset. Dr. Ir. Abdullah Syarief M, MS
Puskonser
Pengembangan Pemanfaatan Sumberdaya Hutan NIR Kayu Menjadi Andalan Pembangunan Ekonomi Kehutanan :”Analisis Potensi Sumberdaya Hutan dan Permasalahannya Menuju Strategi Pengelolaan Hutan Lestari dengan Paradigma Resources Based Management”.
2004
5.
Prof. Riset. Dr. Ir. Djaban Tinambunan, M.S.
Pustekolah
Teknologi Pemanenan Hutan di Indonesia: “Masa Lalu , Keadaan Sekarang, dan Tuntutan Masa Datang Menuju Pengelolaan Hutan Lestari”
2005
6.
Prof. Riset. Ir. Dulsalam, MM.
Pustekolah
Kontribusi Pemanenan Kayu Ramah Lingkungan Dalam Revitalisasi Industri Kehutanan :”Analisis Teknik Pema-nenan Kayu dan Permasalahannya Dalam Strategi Pengelolaan Hutan Lestari dengan Peningkatan Efisiensi Pemanenannya”.
2005
7.
Prof. Riset. Ir. Sasa Abdurahim, Pustekolah M.S.
Pengawetan Kayu Perumahan dan Gedung: “Peran terhadap Kelestarian Sumber Daya Hutan, Perkembangan dan Permasalahannya”
2007
8.
Prof. Riset. Ir. Hendromono, MS., M.Phil. (Alm)
Puskonser
Bibit Berkualitas sebagai Kunci Pembuka Keberhasilan Hutan Tanaman dan Rehabilitasi Lahan
2007
9.
Prof. Riset. Dr. Drs. Bismark, MS.
Puskonser
Optimalisasi Pengelolaan Hutan Alam Produksi: “Analisis Pengelolaan Keanekaragaman Hayati dan Peran Hutan Alam Produksi Sebagai Daerah Penyangga dalam Strategi Pengelolaan Hutan Lestari”
2007
10.
Prof. Riset. Dr. Gustan Pari, BSc. Dipl. IV, M.Si.
Pustekolah
Peran dan Masa Depan Arang yang Prospektif untuk Indonesia
2010
11.
Prof. Riset. Dr. Drs. Adi Santoso, M.Si.
Pustekolah
Tanin dan Lignin dari Acacia Mangium Wild sebagai Bahan Perekat Kayu Majemuk Masa Depan
2010
70
Unit kerja
Judul orasi
Tahun orasi
No.
ERA REFORMASI SAMPAI SEKARANG (TAHUN 1999–2013)
No.
Nama
Unit kerja
Judul orasi
Tahun orasi
12.
Prof. Riset. Dr. Ir. Pratiwi, M.Sc. Puskonser
Kontribusi Hutan untuk Kelestarian Lingkungan dan Kesejahteraan Masyarakat
2010
13.
Prof. Riset. Dr. Ir. Chairil Anwar Siregar
Puskonser
Konservasi Tanah dan Karbon dalam Pembangunan Kehutanan untuk Mengurangi Perubahan Iklim
2012
14.
Prof. Riset. Dr. Ir. Nina Mindawati, M.Si.
Pusprohut
Penerapan Silvikultur Intensif Ramah Lingkungan dalam Pengelolaan Hutan Tanaman Industri
2012
Sumber: Statistik Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan 2012
Tabel 9. Peneliti Utama Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan
tahun 1999 – 2013
No.
Nama
Terhitung mulai
Bidang kepakaran
Keterangan
1.
Dr. Ir. Toga Silitonga, M.Sc
01-12-1999
Pulp and paper
2.
Ir. Mieke Suharti
01-07-1999
Hama dan Penyakit
3.
Dr. Ir. Hendy Suhaendy,MS
06-04-1999
Silvikultur
Prof Riset
4.
Ir. Rusli Harahap, M.Sc
01-09-2000
Silvikultur
Prof Riset
5.
Dr. Ir. Soetarso Priasukmana, MS
01-08-2000
Ekonomi Hutan
6.
Dr. Ir. Osly Rachman, MS
01-08-2000
Pemanfaatan Hasil Hutan
7.
Ir. Marolop Sinaga,MS
01-04-2000
Keteknikan dan Pemanenan Hutan
8.
Dr.Ir. Abdullah Syarif Mukhtar, MS
01-01-2000
Konservasi Sum-ber daya Hutan
Prof Riset Prof Riset
9.
Drs. Hartoyo, M.Sc
01-05-2001
Kimia
10.
Komar Sumarna, MS
01-02-2001
Biometrika Hutan
11.
Tjutju Nurhayati, BSc. Dipl, Chem
01-03-2001
Kimia Hasil Hutan
12.
Ir. Sasa Abdurahim, MS
01-10-2001
Pengawetan Kayu
13.
Dra. Sihati Suprapti
01-11-2001
Pengolahan Hasil Hutan
14.
Dr. Entet A Sumadiwangsa, M.S, BSc
01-02-2003
Kimia
15.
Dr. Drs. Bismark, MS
01-07-2003
Biologi Konservasi
Prof Riset Prof Riset
Prof Riset
16.
Ir. Hendromono, MS. M.Phil
01-07-2003
Silvikultur
17.
Barly, MPd, SH, B,Sc
01-05-2004
Pengolahan Hasil Hutan
18.
Ir. Ridwan A Pasaribu, MS
01-10-2004
Pulp and Paper
19.
Drs. Paimin Sukartana
01-05-2004
Entomologi
20.
Ir. IGM Sulastiningsih, M.Sc
01-12-2004
Pengolahan Hasil Hutan
21.
Ir. Dulsalam, MM
01-09-2004
Keteknikan dan Pemanenan Hutan
22.
Dr. Apul Sianturi, MS
01-02-2005
Ekonomi Hutan
23.
Dr. Gustan Pari, M.Si, BSc
01-10-2005
Pengolahan Hasil Hutan
24.
Dr. A. Ngaloken Gintings, MS
01-12-2005
Hidrologi dan Konservasi Tanah
Prof Riset Prof Reset
Satu Abad Penelitian Kehutanan Indonesia
71
No.
Nama
Terhitung mulai
Bidang kepakaran
Keterangan
25.
Dr. Ir. Pratiwi, M.Sc
01-12-2005
Hidrologi dan Konservasi Tanah
26.
Ir. Bambang Wiyono, M.Sc
01-12-2005
Hasil Hutan Bukan Kayu
27.
Ir. Sutiyono
01-12-2005
Silvikultur
28.
Ir. Chairil Anwar, M.Sc
01-12-2005
Ekologi Hutan
29.
Ir. Rena Mutiara Siagian, MS
01-12-2005
Pulp and Paper
30.
Drs. M. Muslich, M.Sc
01-12-2005
Pengolahan Hasil Hutan
31.
Ir. Jamal Balfas,MSc.
01-12-2005
Pengolahan Hasil Hutan
32.
Dra. Gusmailina,M.Si
01-12-2005
Pengolahan Hasil Hutan
33.
Ir. Efrida Basri, M.Sc
01-12-2005
Pengolahan Hasil Hutan
34.
Dr. Ir. Chairil Anwar Siregar, M.Sc
01-10-2005
Hidrologi dan Konservasi Tanah
Prof Riset Prof Riset
35.
Dr. Ir. Nina Mindawati, MSi
01-10-2005
Slvikultur
36.
Ir. YI. Mandang
01-12-2005
Anatomi Tumbuhan
37.
Dra. Sri Esti Intari
01-09-2005
Hama Hutan
38.
Ir. Sona Suhartana
01-11-2006
Keteknikan dan Pemanenan Hutan
39.
Dr. Ir. Haryatno Dwi Prabowo, MS
01-11-2006
Ekonomi Kehutanan
40.
Drs. Adi Santoso, M.Si.
01-11-2006
Pengolahan Hasil Hutan
41.
Ir. Djoko Wahjono, MS
01-11-2008
Biometrika Hutan
42.
Dr.Ir. Erdy Santoso, MS
01-11-2008
Mikologi
43.
Drs. Acep Akbar, MP, MBA
01-05-2008
Silvikultur
44.
Dr. Ir. Kade Sidiyasa
01-01-2008
Konservasi Sumberdaya Hutan
45.
Ir. I Komang Surata
01-08-2009
Silvikultur
46.
Drs. Riskan Effendy, MSc
01-01-2009
Silvikultur
47.
Dr. Ir. Han Roliadi, MS. MSc
01-08-2009
Pengolahan Hasil Hutan
48.
Ir. Harbagung
01-12-2009
Biometrika Hutan
49.
Dr. Ir. Herman Daryono, MS
01-12-2009
Silvikultur
50.
Dra. Titi Kalima, M.Si.
01-01-2009
Botani Umum
51.
Dra. Setiasih Irawanti,MSi
01-05-2010
Ekonomi Kehutanan
52.
Dr. Ir. Satria Astana, M.Sc
01-09-2010
Ekonomi Kehutanan
53.
Dra. Sri Komarayati
01-04-2010
Pengolahan Hasil Hutan
54.
Drs. Djarwanto, M.Si
01-05-2010
Pengolahan Hasil Hutan
55.
Dr. Ir. Budi Leksono, M.Sc
01-02-2010
Pemuliaan Tanaman Hutan
56.
Dr. Ir. Achmad Fauzi Mas’ud, M.Sc
01-04-2011
Pengaruh Hutan dan Biodeversity Hutan
57.
Dra. Illa Anggraeni
01-05-2011
Perlindungan Hutan
58.
Drs. Agus Ismanto
01-06-2011
Pengolahan Hasil Hutan
59.
Drs. Dominicus Martono
01-04-2012
Pengolahan Hasil Hutan
60.
Ir. Muhammad Yamin Mile, M.Sc.
01-06-2012
Silvikultur
61.
Ir. Paimin, M.Sc.
01-01-2012
Hidrologi dan Konservasi Tanah
72
ERA REFORMASI SAMPAI SEKARANG (TAHUN 1999–2013)
Prof Riset
Prof Riset
B. Penelitian dan Pengembangan Pembangunan gedung BPK Manado, BPK Banjarbaru, BPK Mataram dan PUSPROHUT telah dilakukan selama era ini. Gedung baru BPK Manado, Sulawesi Utara ditempati pada tahun 2009 dan diresmikan oleh Kepala Badan Litbang Kehutanan pada tahun 2010. Gedung penelitian telah dikunjungi Menteri Kehutanan dua kali, Gubernur Sulawesi Utara dan Bupati Bolaang Mongondow. Gambar 19, 20, 21 dan 22 memperlihatkan kegiatan di BPK Manado.
Gambar 19. Peresmian Kantor BPK Manado oleh Kabadan Litbang Kehutanan Dr. Ir. Tachrir Fathoni, M.Sc, tanggal 9 Februari 2010
Gambar 21. Kunjungan Menteri Kehutanan Zulkifli Hasan, SE, MM yang kedua ke BPK Manado pada tanggal 8 November 2011
Gambar 20. Kunjungan Gubernur Sulawesi Utara Dr. SH Sarundajang Ke BPK Manado pada saat Seminar dan Pameran Hasil-hasil Penelitian tahun 2012
Gambar 22. BPK Manado Sekarang
Satu Abad Penelitian Kehutanan Indonesia
73
Selanjutnya gedung utama BPK Banjarbaru dibangun pada tahun 2008, dan secara bertahap dilengkapi dengan laboratorium, rumah kaca dan persemaian (Gambar 23).
a
b
c
d
Gambar 23. Gedung Utama Balai Penelitian Kehutanan Banjarbaru (a),
laboratorium (b), green house (c) dan persemaian (d)
Gedung Balai Penelitian Teknologi Hasil Hutan Bukan Kayu di Mataram selesai dibangun tahun 2007 - 2008 lengkap dengan tujuh laboratorium dengan luas bangunan 620 m2 di atas tanah seluas 34.580 m2 (Gambar 24).
Gambar 24. Gedung Balai Penelitian Teknologi Hasil Hutan Bukan Kayu di
Mataram
74
ERA REFORMASI SAMPAI SEKARANG (TAHUN 1999–2013)
Gedung PUSPROHUT dibangun tahun 2005 dan ruang rapat dibangun pada tahun 2011. Pembangunan Gedung perpustakaan RI Ardi Koesoema tahun 2004. Gedung ini sudah ada sebelumnya sebagai bagian dari perkantoran Pusat Litbang Hasil Hutan dan hanya dilakukan renovasi. Perpustakaan ini merupakan pengembangan perpustakaan yang sebelumnya berlokasi di Pusat Litbang Hutan dan Konservasi Alam (yang pada saat ini berubah nama menjadi Pusat Litbang Konservasi dan Rehabilitasi (PUSKONSER). Balai Besar Penelitian Dipterokarpa (B2PD) di Samarinda berada di Desa Sempaja Kecamatan Samarinda Ilir, Jalan A. Wahab Syahrani (Gambar 25) dan di belakangnya terdapat arboretum seluas 2,5 ha. Pada beberapa tahun terakhir ini di bagian atas dari wilayah perkantoran dijadikan pemukiman sehingga terjadi penebangan pohon-pohon dan penggalian tanah yang mengakibatkan frekwensi banjir di kantor B2PD menjadi lebih sering.
Gambar 25. Kantor Balai Besar Penelitian Dipterokarpa di Samarinda
Untuk menunjang keberhasilan penelitian maka telah diadakan beberapa instrumen yang mempunyai akurasi tinggi. Beberapa diantaranya adalah : (1) Instrumen di Laboratorium Terpadu Hasil Hutan selama periode ini peralatan yang telah diadakan antara lain yakni: Satu Abad Penelitian Kehutanan Indonesia
75
a. Pyrolisis Gas Chromatography Mass Spectrofotometry (PY-GCMS) Alat ini berguna untuk mendeteksi komponen kimia yang terdapat dalam suatu bahan. Contoh dapat berupa padatan langsung (tidak perlu di ekstrak dan di isolasi) seperti gaharu, daun kayu putih, kulit kayu manis dan lainlain. Contoh yang diperlukan kurang dari 0,5 gram (Gambar 26)
Gambar 26. Pyrolisis Gas Chromatography Mass Spectrofotometry
b. X-Ray Difractrograph (XRD) Alat ini berguna untuk mengetahui derajat kristalinitas yakni perbandingan daerah teratur (kristalit) dan tidak teratur (amorf). Contoh dapat berupa arang, arang aktif, nano karbon, serat /serbuk kayu, dll. Alat ini juga dapat mengukur micro fibril angel (MFA) dari serat kayu dan prefer orientation (PO) tingkat keteraturan serat. Juga dapat mendeteksi obat asli dan palsu karena pola kristalnya berbeda. Selain itu untuk kosmetik seperti bedak, lebih kristalin atau amorf (Gambar 27).
Gambar 27. X-Ray Difractrograph
76
ERA REFORMASI SAMPAI SEKARANG (TAHUN 1999–2013)
c. Spark Plasma Sintering (SPS)
Alat ini sangat berguna dalam pembuatan bahan baru (new material) terutama nano karbon, di mana arang hasil karbonisasi di panaskan lagi sampai suhu 13000C sehingga sifat konduktifnya meningkat. Apabila arang hasil karbonisasi di interkalasi dengan Lithium dan silikat , yang selanjutnya di sintering dengan SPS akan menjadi lithium karbida, suatu bahan baku untuk batere lithium, dan akan menjadi silikon karbida (SiC) suatu bahan semi konduktor yang banyak digunakan di bidang elektronik d. Scanning Electron Microscope-Energy disperse spectrofotometry (SEM-EDS) Alat ini sangat berguna untuk meliat topografi permukaan bahan seperti kayu (dinding sel), arang (pori), ukuran partikel (nano – mikron) dan distribusi unsur mineral yang terdapat di dalam bahan tersebut seperti K, Na, Ca, Mg, C, B, dll baik secara maping, line maupon dot (Gambar 28).
Gambar 28. Scanning Electron Microscope-Energy disperse spectrofotometry
e. Heat Flow Meter (HFM)
Alat ini berguna untuk mengukur sifat fisika seperti resistensi, difusivity dan konductivity kayu, MDF, papan partikel, papan arang dll. Kemapuan bahan tersebut menyimpan panas juga dapat diketahui. (2) Instrumen di Laboratorium Penggergajian Puslitbang Keteknikan Kehutanan dan Pengolahan Hasil Hutan, salah satunya yaitu Molder yang merupakan mesin pengolahan kayu gergajian lanjutan dan untuk pembuatan bahan uji yang mempunyai akurasi tinggi (Gambar 29). Satu Abad Penelitian Kehutanan Indonesia
77
Gambar 29. Mesin Molder di Laboratorium Penggergajian
(3) Instrumen yang ada di Laboratorium Mikrobiologi Hutan di Puslitbang Konservasi dan Rehabilitasi antara lain: a. Synergy H1 Hybrid Multi-Mode Microplate Reader (Gambar 30)
Gambar 30. Synergy H1 Hybrid Multi-Mode Microplate Reader
Lempeng pembaca multi mode berbasis monokromator yang bisa berubah menjadi sistem hybrid yang berkinerja tinggi dengan tambahan modul optikal berbasis filter. Optik monokromator menggunakan desain generasikisi quadruple ketiga memungkinkan bekerja pada setiap eksitasi atau panjang gelombang emisi dengan langkah nm1. Sistem ini mendukung intensitas fluoresensi atas dan bawah, UV-tampak absorbansi dan deteksi kinerja luminescence tinggi. 78
ERA REFORMASI SAMPAI SEKARANG (TAHUN 1999–2013)
b. Take3 Micro-Volume Plates (Gambar 31)
Gambar 31. Take3 Micro-Volume Plates
Alat untuk menghitung sampel DNA, RNA dan dengan volume ultrarendah. Kelebihan alat ini adalah dapat mengukur sampai 48 sampel dengan volume serendah 2µl tanpa pengenceran. c. High-performance liquid chromatography (Gambar 32)
Gambar 32. High-performance liquid chromatography Satu Abad Penelitian Kehutanan Indonesia
79
Teknik kromatografi yang digunakan untuk memisahkan campuran senyawa dalam kimia analitik dan biokimia dengan tujuan mengidentifikasi, mengukur atau memurnikan masing-masing komponen campuran. d. Laboratorium di setiap Puslitbang, Balai Besar dan Balai di bawah Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan sampai dengan tahun 2012 dapat dilihat pada Tabel 10. Laboritorium tersebut sebagian sudah ada sejak awal berdirinya Balai Penyelidikan Kehutanan. Tabel 10. Laboratorium lingkup Badan Penelitian dan Pengembangan
Kehutanan
No.
Unit kerja
1
PUSKONSER
2 3
PUSPROHUT PUSTEKOLAH
4.
BBPBPTH
5.
B2P Dipterokarpa
80
Nama laboraturium Hama dan Penyakit Hutan (sampai tahun 2006) Mikrobiologi Botani Hutan Penangkaran Satwa Tanah Sutera Alam Hama dan Penyakit Tanaman Hutan (mulai tahun 2006) Keteknikan Hutan dan Pemungutan Hasil Hutan Kimia dan Energi Hasil Hutan Teknologi Serat Energi Cair/Biodiesel Arang Terpadu di BDK Kadipaten Pengujian Sifat HHBK Pengolahan HHBK Pengujian Terpadu Produk Majemuk Sifat Fisik dan Mekanik Kayu Pengeringan Kayu Pengerjaan dan Penggergajian Kayu Anatomi Kayu Kimia Pengawetan Entomologi/Serangga Mikologi/Jamur Teknik Pengawetan Kayu Genetika Molekuler Kultur Jaringan Biologi Reproduksi/Benih Hama dan penyakit Sifat fisika dan kimia kayu Silvikultur dan Tanah
ERA REFORMASI SAMPAI SEKARANG (TAHUN 1999–2013)
No.
Unit kerja
6.
BPTSTH
7. 8. 9.
BPK Palembang BPTPTH BPT Agroforestry
10.
BPTKP DAS
11.
BPT HHBK
12.
BPK Kupang
13.
BPK Banjarbaru
14. 15.
BPTKSDA BPK Manado
16.
BPK Makassar
17.
BPK Manokwari
18.
Sekretariat Badan
Nama laboraturium Pengolahan Hasil Hutan Hama dan Penyakit Madu Kimia Perlindungan Hutan Balai Penelitian Teknologi Perbenihan Tanaman Hutan (FORSET LAB) Green House BPT Agroforestry BPT Agroforestry Laboratorium Tanah dan Hidrologi Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografis Silvikultur Pengolahan HHBK Pengujian HHBK Kimia Tanah Fisika Tanah Mikrobiologi Perlindungan Hutan GIS Kimia dan Mikrobiologi Silvikultur Tanah Mikrobiologi Hutan dan Fisiologi Pohon Perlindungan Hutan dan Pengelolaan Lingkungan Herbarium Silvikultur Konservasi Sumber Daya Alam Silvikultur Mikrobiologi Ekologi Hutan dan Konservasi Alam Sosial Forestry Mekanika Kayu Anatomi Kayu Silvikultur Tanah Herbarium GIS Multimedia
Keterangan: PUSKONSER = Pusat Litbang Konservasi dan Rehabilitasi yang sebelumnya bernama Pusat Litbang Hutan dan Konservasi Alam; PUSPROHUT = Pusat Litbang Peningkatan Produktivitas Hutan yang sebelumnya bernama Pusat Litbang Hutan Tanaman; PUSTEKOLAH = Pusat Litbang Keteknikan Kehutanan dan Pengolahan Hasil Hutan yang sebelumnya bernama Pusat Litbang Teknologi Hasil Hutan; B2PBPTH = Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan; B2P Dipterokarpa = Balai Besar Penelitian Dipterokarpa; BPTSTH Kuok = Balai Penelitian Teknologi Serat Tanaman Hutan Kuok; BPK = Balai Penelitian Kehutanan; BPTPTH = Balai Penelitian Teknologi Perbenihan Tanaman Hutan; BPT = Balai Penelitian Teknologi; BPTKP DAS = Balai Penelitian Teknologi Kehutanan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai; BPTHHBK = Balai Penelitian Teknologi Hasil Hutan Bukan Kayu; BPTKSDA Samboja = Balai Penelitian Teknologi Konservasi Sumber Daya Alam.
Satu Abad Penelitian Kehutanan Indonesia
81
e. Kebun Percobaan dan Kawasan Hutan Dengan Tujuan Khusus Untuk menunjang kegiatan penelitian di lapangan maka telah dikukuhkan 33 Kawasan Hutan Dengan Tujuan Khusus (KHDTK) dengan total luas 36.976,17 ha sejak tahun 2003 untuk dikelola Balitbang Kehutanan (Tabel 11). Sebagian dari KHDTK tersebut merupakan 14 kebun percobaan yang telah didirikan di pulau Jawa yang mewakili berbagai tipe ekologi sejak tahun 1937. Tabel 11. Kawasan Hutan Dengan Tujuan Khusus (KHDTK) No.
Lokasi/ Kabupaten
1.
Haurbentes Kabupaten Bogor
2.
Luas (ha)
Dasar hukum
Unit kerja
105,50
SK Menhut No.288/Kpts-II/2003 tanggal 26-8-2003 (BA Tata Batas KHDTK tanggal 21-12-2005)
P3HKA/P3HT
Cikampek, Kabupaten Purwakarta
51,10
SK Menhut No.305/Kpts-II/2003 tanggal 11-9-2003 (BA Tata Batas KHDTK tanggal 19-12-2005)
P3HKA/P3HT
3.
Yanlapa Kabupaten Bogor
47,00
Sk Menhut No.60/Menhut-II/2005 tanggal 9-3-2005
4.
Carita Kab. Pandeglang
3.000,00
5.
Wonogiri Kabupaten Wonogiri
6.
SK Menhut No.290/Kpts-II/2003
P3HKA
93,25
SK Menhut No.60/Menhut-II/2004 tanggal 1-3-2004
P3HKA
Sumberweringin Kabupaten Bondowoso
23,60
SK Menhut No.221/Menhut-II/2004 tanggal 22-6-2004
B2PBPTH Yogyakarta
7.
Padekan Malang Kabupaten Situbondo
21,40
SK Menhut No.293/Kpts-II/2004 tanggal 26-6-2004
B2PBPTH Yogyakarta
8.
Watusipat Kab Gunung Kidul
10,40
SK Menhut No.346/Menhut-II/2010 tanggal 25 Mei 2010
B2PBPTH Yogyakarta
9.
Playen Kab Gunung Kidul
102,50
SK Menhut No.346/Menhut-II/2010 tanggal 25 Mei 2010
B2PBPTH Yogyakarta
10.
Gombong Kab. Kebumen
200,00
SK Menhut No.76/Menhut-II/2004 tanggal 10-3-2004
BPK Solo
11.
Cemoro Kab. Blora
1.300,00
SK Menhut No.89/Menhut-II/2004 tanggal 12-3-2004
BPK Solo
12.
Modang Kab. Blora
350,00
SK Menhut No.89/Menhut-II/2004 tanggal 12-3-2004
BPK Solo
13.
Aek Nauli Kab. Simalungun
1900,00
SK Menhut No.39/Menhut-II/2004 tanggal 7-3-2004
BPK Aek Nauli
14.
Aek Godang Kab. Tapsel
SK Menhut No.78/Kpts-II/2004 tanggal 10-3-2004
BPK Aek Nauli
82
8,40
ERA REFORMASI SAMPAI SEKARANG (TAHUN 1999–2013)
No.
Lokasi/ Kabupaten
15.
Siali-Ali Kab. Tapsel
16.
Benakat Kab. Muara Enin
17.
Kemampo Kab Musi Banyuasin
18.
Luas (ha) 130,10
Dasar hukum
Unit kerja
SK Menhut No.77/Menhut-II/2004 tanggal 10-3-2004
BPK Aek Nauli
SK Menhut No.111/Menhut-II/2004 tanggal 19-2-2004
BPK Palembang
250,00
SK Menhut No.57/Menhut-II/2004 tanggal 18-2-2004
BPK Palembang
Kepau Kaya Kab. Kampar
1.027,00
SK Menhut No.74/Menhut-II/2004 tanggal 29-03-2004
BPHP Serat Kuok
19.
Samboja, Kab. Kutai Kartanegara
3.504,00
SK Menhut No.201/Menhut-II/2004 tanggal 10-6-2004
BPTP Samboja
20.
Sebulu Kab. Kutai Kartanegara
2.960,60
SK Menhut No.203/Menhut-II/2004 tanggal 14-6-2004
BP2 Dipterokarpa
21.
Sangai Kab. Kota Waringin Timur
630,10
SK Menhut No.98/Menhut-II/2005 tanggal 15-4-2004
BP2 Dipterokarpa
22.
Riam Kiwa Kab. Banjar
1.455,00
SK Menhut No.75/Menhut-II/2004 tanggal 10-3-2004
BPK Banjarbaru
23.
Kintap Kab. Tanah Laut
1.000,00
SK Menhut No.83/Menhut-II/2004 tanggal 10-3-2004
BPK Banjarbaru
24.
Tumbang Nusa Kalteng
5.000,00
SK Menhut No.76/Menhut-II/2005 tanggal 31-3-2005
BPK Banjarbaru
25.
Rantau Kab. Tapin
180,00
SK Menhut No.177/Menhut-II/2005 tanggal 29-6-2005
BPK Banjarbaru
26.
Borisallo Kab. Gowa
180,00
SK Menhut No.367/Menhut-II/2004 tanggal 5-10-2004
BPK Makassar
27.
Mangkedek Kab. Tana Toraja
100,00
SK Menhut No.367/Menhut-II/2004 tanggal 5-10-2004
BPK Makassar
28.
Malili Kab. Luwu Timur
737,70
SK Menhut No.367/Menhut-II/2004 tanggal 5-10-2004
BPK Makassar
29.
Hambala Kab. Sumba Timur
509,42
SK Menhut No.136/Menhut-II/2004 tanggal 5-10-2004
BPK Kupang
30.
Rarung Kab Lombok Tengah
306,60
SK Menhut No.390/Kpts-II/2004 tanggal 18-10-2004
BPK Mataram
31.
Nusa Penida Kab. Klungkung Bali
157,70
SK Menhut No.459/Kpts-II/2005 tanggal 13-12-2005
BPK Mataram
32.
Labanan Kab. Berau
7.900,00
SK Menhut No.121/Menhut-II/2007 tanggal 2-4-2007
BP2 Dipterokarpa
33.
Kaliurang Kab. Sleman
10,00
SK Menhut No.455/Menhut-II/2005 tanggal 9-12-2005
B2P BPTH Yogyakarta
Jumlah
36.976,17
3.724,80
Satu Abad Penelitian Kehutanan Indonesia
83
f. Herbarium Herbarium yang pengelolaannya di bawah Kelompok Peneliti (Kelti) Botani dan Ekologi Tumbuhan, mengkoleksi flora pohon hutan termasuk terlengkap di Indonesia. Koleksi spesimen herbarium jenis pohon berjumlah sekitar 4.000 jenis terdiri dari 683 marga dan 119 suku (Gambar 33). Jumlah koleksi herbarium yang sudah terdata nama ilmiahnya sampai dengan tahun 2012 ada 83.132 spesimen, meliputi 55.697 spesimen pohon dan 27.435 spesimen bukan pohon. Spesimen herbarium terkoleksi dari kawasan hutan seluruh kepulauan Nusantara.
Gambar 33. Koleksi spesimen herbarium sebagai dokumen ilmiah, acuan
identifikasi, pangkalan data serta informasi ilmiah keanekaragaman flora hutan
84
ERA REFORMASI SAMPAI SEKARANG (TAHUN 1999–2013)
Perkembangan selanjutnya pada tahun 2006, Herbarium masuk dalam keherbarium terpadu secara nasional dan tercantum dalam buku Index Herbariorum Indonesianum yang diterbitkan oleh Herbarium BogorienseLIPI (Girmansyah dkk., 2006). Kegiatan yang dilakukan antara lain menjalin kerjasama dan sosialisasi tentang keherbariuman, taksonomi tumbuhan, dan semua aspek yang berkaitan dengan keanekaragaman flora hutan. Selain itu terdapat herbarium yang dikelola oleh Balai Besar Dipterokarpa Samarinda yang berada Semboja. Pada saat ini Herbarium yang berada di Semboja berada di bawah koordinasi Balai Penelitian Teknologi Konservasi Sumber Daya Alam. Herbarium yang sudah terkumpul sejumlah 18.888 spesimen dengan jenis yang terditerminasi 3.741 jenis.Spesimen koleksi meliputi pohon, perdu, tumbuhan merambat, terna, epifit, pakis-pakisan dan parasit. g. Xylarium Bogoriense 1915 Xylarium Bogoriense 1915 Bogor telah terdaftar pada index Xylarium, Institutional Wood Collections of The World pada tahun 1988 dengan kode alamat BZFw dan telah terdaftar di index Herbariorum Indonesianum pada tahun 2006. Xylarium Bogoriense memiliki jumlah koleksi 34.301 sampel kayu yang tergabung dalam 110 suku, 675 marga, dan 3.667 spesies (Gambar 34)
Gambar 34. Xylarium Bogoriense 1915 Bogor Satu Abad Penelitian Kehutanan Indonesia
85
Mulai tahun 1999 tidak ada Repelita sehingga program penelitian pada tahun 1999-2003 disesuaikan dengan tugas pokok masing-masing pusat dan balai. Pada periode 2003-2009 disusun Usulan Kegiatan Penelitian (UKP) yang terdiri dari progam litbang kehutanan, yakni: (1) Pengelolaan Hutan Alam Produksi Lestari (2) Pembangunan dan Pengelolaan Hutan Tanaman (3) Pengelolaan DAS dan Rehabilitasi Hutan/Lahan Kritis (4) Pengelolaan Kawasan yang Dilindungi dan Pelestarian Keanekaragaman Hayati (5) Pengembangan Hutan Rakyat dan Hutan Kemasyarakatan (6) Peningkatan Budidaya HHBK untuk Mendukung Usaha Kecil-Menengah (7) Tekno-Ekonomi Pemanfaatan Hasil Hutan (8) Pemanfaatan dan Pemasaran Jasa Hutan (9) Biologi Hutan dan Sifat Dasar Hasil Hutan (10) Pemantapan Kelembagaan Sektor Kehutanan. Dari 10 program tersebut, dibuat sejumlah 40 judul penelitian yaitu: (1) Teknologi dan Kelembagaan Pengelolaan Hutan Alam Produksi Lestari (2) Kajian Pengentasan Ilegal Logging (3) Teknologi Pengembangan Hutan Tanaman Jenis-jenis Prioritas (4) Teknologi dan Kelembagaan Pengendalian Kebakaran Hutan Kuantifikasi Pertumbuhan dan Hasil Tegakan Hutan Tanaman (5) Bioteknologi Pemanfaatan Mikroba Tanah (6) Teknologi Pencegahan dan Pengendalian Hama, Penyakit dan Gulma Hutan Tanaman (7) Teknologi Peningkatan Efisiensi Pemanenan Hutan Tanaman (8) Penelitian dan Pengembangan Pemuliaan Tanaman Jati (9) Penelitian dan Pengembangan Pemuliaan Cendana (10) Penelitian dan Pengembangan Pemuliaan Kayu Putih (11) Penelitian dan Pengembangan Pemuliaan Pulai (12) Penelitian dan Pengembangan Pemuliaan Sukun (13) Penelitian dan Pengembangan Pemulian Araucaria (14) Penelitian dan Pengembangan Pemuliaan Sengon (15) Penelitian dan Pengembangan Pemuliaan Acacia dan Eucalyptus (16) Penelitian dan Pengembangan Pemuliaan Ulin 86
ERA REFORMASI SAMPAI SEKARANG (TAHUN 1999–2013)
(17) Penelitian dan Pengembangan Teknologi Perbenihan Tanaman Hutan (18) Penelitian dan Pengembangan Pemuliaan Merbau (19) Teknologi dan Kelembagaan Rehabilitasi Lahan Gambut (20) Teknologi dan Kelembagaan Rehabilitasi Hutan Mangrove (21) Teknologi dan Kelembagaan Rehabilitasi Lahan Terdegradasi (22) Kajian Kelembagaan Pengelolaan DAS dalam Konteks Desentralisasi (23) Sistem Karakterisasi Daerah Aliran Sungai (DAS) (24) Teknologi Konservasi Biodiversitas Flora (25) Teknologi Konservasi Biodiversitas Fauna Langka & Pengelolaan Satwa Bernilai Ekonomi (26) Model Pengelolaan Taman Nasional (27) Kajian Sosial Ekonomi Pengelolaan Hutan Lindung (28) Teknologi dan Kelembagaan Hutan Rakyat dan Hutan Kemasyarakatan (29) Teknologi Peningkatan Produktivitas dan Kualitas Produk Ulat Sutera (30) Teknologi Peningkatan Produktivitas dan Kualitas Produk Lebah Madu (31) Teknologi Peningkatan Produktivitas dan Kualitas HHBK (32) Teknologi Pengusahaan Biodisel dari Tanaman Jarak Pagar (33) Teknologi Peningkatan Kualitas dan Diversifikasi Bahan Baku Industri Kayu (34) Teknologi Peningkatan Kualitas dan Diversifikasi Produk Industri Pengolahan Kayu dan Non Kayu (35) Teknologi Pemanfaatan Limbah Pembalakan dan Industri untuk Peningkatan Nilai Tambah (36) Rekayasa Alat dan Substitusi Bahan Pembantu Industri Hasil Hutan Usaha KecilMenengah (37) Teknologi dan Kelembagaan Pemanfaatan Jasa Hutan sebagai Penyerap Karbon (38) Kajian Pemanfaatan Kawasan Hutan untuk Pengembangan Ekowisata (39) Sifar Dasar Jenis Kayu Andalan Setempat dan Kayu Potensial (40) Kajian Kebijakan Tata Niaga dan Tata Usaha Hasil Hutan. Selanjutnya dibuat Rencana Penelitian Integratif (RPI) Badan Litbang Kehutanan tahun 2010-2014 yang terdiri dari 25 judul dari sembilan program litbang kehutanan yang merupakan penjabaran dari Road Map Penelitian dan Pengembangan Kehutanan 2010-2025 yang sudah disahkan oleh Menteri Kehutanan melalui Keputusan No. SK.163/Menhut-II/2009 tanggal 3 April 2009. Satu Abad Penelitian Kehutanan Indonesia
87
Sembilan program litbang kehutanan yakni Lansekap, Hutan Alam, Hutan Tanaman, Hasil Hutan Bukan Kayu, Biodiversitas, DAS, Perubahan Iklim, Pengolahan Hasil Hutan, dan Kebijakan Kehutanan. Dari sembilan program tersebut dibuat 25 judul RPI, yakni: (1) Manajemen Lansekap Berbasis DAS (2) Pengembangan Hutan Kota/Lansekap Perkotaan (3) Pengelolaan Hutan Lahan Kering (4) Pengelolaan Hutan Mangrove dan Ekosistem Pantai (5) Pengelolaan Hutan Rawa Gambut (6) Pengelolaan Hutan Alam Produksi Lestari (7) Pengelolaan Hutan Tanaman Penghasil Kayu (8) Agroforestry (9) Pengelolaan Dipterokarpa (10) Bioteknologi Hutan dan Pemuliaan Tanaman Hutan (11) Pengelolaan Hasil Hutan Bukan Kayu FEMO (Food, Energy, Medicine and Others) (12) Konservasi Flora, Fauna dan Mikroorganisme (13) Pengelolaan Kawasan Konservasi Berbasis Ekosistem (14) Pengelolaan DAS Hulu, Lintas Kabupaten, Lintas Provinsi (15) Pengelolaan Sumberdaya Lahan dan Air Pendukung Pengelolaan DAS (16) Ekonomi dan Kebijakan Pengurangan Emisi dari Deforestasi dan Degradasi (17) Pengembangan Perhitungan Emisi GRK Kehutanan (18) Adaptasi Bioekologi dan Sosial Ekonomi Budaya Masyarakat Terhadap Perubahan Iklim (19) Sifat Dasar Kayu dan Bukan Kayu (20) Keteknikan dan Pemanenan Hasil Hutan (21) Pengolahan Hasil Hutan Kayu dan Bambu (22) Pengolahan Hasil Hutan Bukan Kayu (23) Perekayasaan Alat dan Substitusi Bahan Pembantu (24) Penguatan Tata Kelola Kehutanan (25) Penguatan Tata Kelola Industri dan Perdagangan Hasil Hutan Dari keseluruhan RPI tersebut sudah ditetapkan 294 judul penelitian dan pada tahun 2013 sebagian besar judul tersebut telah berhasil. 88
ERA REFORMASI SAMPAI SEKARANG (TAHUN 1999–2013)
Selain kegiatan penelitian selama era ini juga dilakukan pelatihan/alih teknologi seperti pada Tabel 12. Tabel 12. Pelatihan yang dilakukan selama periode 1999-2013 No.
Nama pelatihan
Pelaksana pelatihan
Yang dilatih
1
Implementasi Teknologi Inovatif Aplikatif, 2012
Kelti Sosio Ekologi Hutan, PUSKONSER
Penyuluh Kehutanan Lapang
2
Sistem Agroforestry, 2012.
Kelti Sosio Ekologi Hutan, PUSKONSER
Politeknik Perdamaian Halmahera, Maluku Utara
3
Pengenalan Jenis Pohon Hutan
Kelti Sosio Ekologi Hutan, PUSKONSER
Petugas Kehutanan lapangan dan para pengusaha hutan.
4
Pengenalan Jenis Anakan Pohon Hutan Tingkat Semai
Kelti Sosio Ekologi Hutan, PUSKONSER
Petugas Kehutanan lapangan dan para pengusaha hutan.
5
Teknik Koleksi Herbarium Flora Pohon Hutan
Kelti Sosio Ekologi Hutan, PUSKONSER
Petugas Kehutanan lapangan dan para pengusaha hutan.
6
Gaharu
Kelti Mikrobiologi, PUSKONSER
Beberapa provinsi antara lain: Provinsi Aceh, Sumatera Utara, Riau, Kepulauan Riau, Sumatera Barat, Bengkulu, Jambi, Sumatera Selatan, Lampung, Bangka Belitung, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Sulawesi Utara, Gorontalo, Bali, NTB, NTT, Maluku, Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur.
7
Penyusunan Tabel Volume Pohon
Kelti Nilai Hutan dan Jasa Lingkungan, PT. Barito Pacific Timer Group, di PUSKONSER Halmahera, Maluku Utara
8
Penyusunan Tabel Volume Pohon
Kelti Nilai Hutan dan Jasa Lingkungan, PT. Digul Daya Sakti, di Papua PUSKONSER
9
Pembuatan, Pengukuran dan Pelaporan Petak Ukur Permanen (PUP) untuk Pemantauan Pertumbuhan dan Riap Tegakan Hutan
Kelti Nilai Hutan dan Jasa Lingkungan, PUSKONSER
10
Penentuan Daur Optimal Hutan Tanaman
Kelti Nilai Hutan dan Jasa Lingkungan, PUSKONSER
11
Inventarisasi Hutan Menyeluruh Berkala
Kelti Nilai Hutan dan Jasa Lingkungan, PUSKONSER
12
Teknik Pengukuran dan Perhitungan Stok Karbon Hutan
Kelti Nilai Hutan dan Jasa Lingkungan, PUSKONSER
13
Penyusunan Persamaan Alometrik Volume dan Biomassa Pohon
Kelti Nilai Hutan dan Jasa Lingkungan, PUSKONSER
Satu Abad Penelitian Kehutanan Indonesia
89
No.
Nama pelatihan
14
Pembuatan pernis dari damar mata kucing, 2007
15
GANISPHPL Pengujian Kelompok Resin, 2010
PUSTEKOLAH
Tenaga Teknis HHBK Dinas Kehutanan se Propinsi Kalimantan Barat
16
GANISPHPL Pengujian Kelompok Resin, 2011
PUSTEKOLAH
Petugas Perusahaan di IUPHHBK/ IPHHBK/ILS yang berada di wilayah propinsi Kalimantan Barat
17
GANISPHPL Pengujian Kelompok Getah, 2011
PUSTEKOLAH
Petugas Perusahaan di IUPHHBK/ IPHHBK/ILS yang berada di wilayah propinsi Aceh, Sumut, Riau, Sumbar
18
GANISPHPL Pengujian Kelompok Getah, 2011
PUSTEKOLAH
Tenaga Teknis HHBK Dinas Kehutanan se Propinsi Lampung
19
Teknologi Aplikatif, 2011
PUSTEKOLAH
Penyuluh Kehutanan yang mendampingi program HTR
20
Pembinaan dan Pemanfaatan HHBK: Teknik Pemanenan dan Proses Pengolahan Getah Jelutung, 2012
PUSTEKOLAH
Kelompok tani jelutung di Kab. Indragiri Hulu, Riau
21
GANISPHPL Pengujian Kelompok Getah, 2013
PUSTEKOLAH
Petugas Perusahaan di IUPHHBK/ IPHHBK/ILS yang berada di wilayah propinsi, Riau, Lampung
22
Pengolahan biji tengkawang, 2013
PUSTEKOLAH
Kelompok tani tengkawang, Pemda Sanggau, LSM
23
Penangkaran Rusa Timor di Hutan Penelitian Dramaga Bogor, 2013
Kelti Konservasi Biodiversitas Satwa, PUSKONSER
BTN Ujung Kulon, PT. Cibaliung Sumber Daya, Pemda Provinsi Banten, Hotel Kharisma Banten
24
Penangkaran Rusa Timor di Hutan Penelitian Dramaga Bogor, 2013
Kelti Konservasi Biodiversitas Satwa, PUSKONSER
Balai Diklat Rumpin Bogor
25
AMDAL, 1993
Kelti Pembinaan Hutan, PUSPROHUT
Peserta Diklat Kehutanan Pematang Siantar dan Petani Sumatera Utara
26
Teknik Penanaman, 2004
Kelti Pembinaan Hutan, PUSPROHUT
Dinas Kehutanan dan Penyuluh Provinsi Sumatera Selatan
27
Pelaksanaan program Gerhan, 2004
Kelti Pembinaan Hutan, PUSPROHUT
Petani di daerah Kabupaten Toba Samosir, Sumatera Utara
28
Pembibitan, 2004
Kelti Pembinaan Hutan, PUSPROHUT
Dinas Kehutanan dan Penyuluh Kehutanan Palembang Sumatera Selatan
29
Pelaksanaan Program Gerhan, 2005
Kelti Pembinaan Hutan, PUSPROHUT
Petani di daerah Kabupaten Toba, Sumatera Utara
30
Pemilihan Jenis, 2005
Kelti Pembinaan Hutan, PUSPROHUT
Penyuluh dan Petani di Sukabumi, Jawa Barat
31
Teknik Pembibitan, 2005
Kelti Pembinaan Hutan, PUSPROHUT
Penyuluh di Bandung, Jawa Barat
90
Pelaksana pelatihan
Yang dilatih Masyarakat dan LSM di Krui, Lampung Barat
ERA REFORMASI SAMPAI SEKARANG (TAHUN 1999–2013)
No.
Nama pelatihan
Pelaksana pelatihan
Yang dilatih
32
Teknik Pembibitan, 2005
Kelti Pembinaan Hutan, PUSPROHUT
Penyuluh Kabupaten Bandung, Jawa Barat
33
Hutan Rakyat Swadana, 2006
Kelti Pembinaan Hutan, PUSPROHUT
Petani dan Penyuluh di Jember, Jawa Timur
34
Pola Tanam Hutan Rakyat Pemangkasan Bibit, 2007
Kelti Pembinaan Hutan, PUSPROHUT
Penyuluh Kabupaten Jember, Jawa Timur
35
Tanaman Jabon, 2008
Kelti Pembinaan Hutan, PUSPROHUT
Pengusaha di Bogor, Jawa Barat
36
Tanaman Jabon dan Sengon, Kelti Pembinaan Hutan, PUSPROHUT 2010
Penyuluh Kehutanan di Semarang, Jawa Tengah
37
Pola Tanam Hutan Tanaman Rakyat, 2010
Kelti Pembinaan Hutan, PUSPROHUT
Perwakilan masyarakat di Batam, Kepulauan Riau
38
Sistem Silvikultur untuk Hutan Alam, 2010
Kelti Pembinaan Hutan, PUSPROHUT
Dinas Kehutanan Provinsi Aceh
39
Teknik Penanaman Hutan, 2012
Kelti Pembinaan Hutan, PUSPROHUT
Penyuluh di Malang, Jawa Timur
40
Pemilihan Jenis, 2012
Kelti Pembinaan Hutan, PUSPROHUT
Penyuluh di Malang, Jawa Timur
41
Teknik Persiapan Lahan dan Penanaman Tanaman Obat Keluarga, 2013
Kelti Pembinaan Hutan, PUSPROHUT
Ibu-Ibu Anggota PKK Desa Cikampek Timur, Jawa Barat
42
Teknik Pembuatan Kompos dan Pestisida Alami, 2013
Kelti Pembinaan Hutan, PUSPROHUT
Ibu-Ibu Anggota PKK Desa Cikampek Timur, Jawa Barat
43
Nyamplung melalui Pembangunan Demplot Desa Mandiri Energi, 2010
Kelti Bina Usaha Kehutanan, PUSPROHUT
Kelompok Tani Desa Patut Rejo, Kabupaten Purworejo, Kecamatan Grabag dan Kelompok Tani Desa Bulu Agung, Kecamatan Silir Agung, Banyuwangi Selatan
44
Budidaya Rotan Jernang, 2011
Kelti Bina Usaha Kehutanan, PUSPROHUT
Petani Rotan Jernang dan LSM Gita Buana Jambi
45
Pemeliharaan Ulat Sutera, 2013
Kelti Bina Usaha Kehutanan, PUSPROHUT
PT. Sarongge Jakarta
46
Teknik Perbanyakan Bibit Kelti Pengaruh hutan dan Pembinaan secara Massal dengan Koffco Hutan, PUSKONSER System, 2005
IUPHHK PT. SBK, PT. Sarpatin, PT. Erna Djuliawati
47
Teknik Konservasi Tanah dan Air, 2006
Kelti Pengaruh hutan dan Pembinaan Hutan, PUSKONSER
Penyuluh Kehutanan
48
Rehabilitasi Hutan dan Lahan, 2008
Kelti Pengaruh hutan dan Pembinaan Hutan, PUSKONSER
Pemuda Muhammadiah
49
Teknik Perbanyakan Bibit Kelti Pengaruh hutan dan Pembinaan secara Massal dengan Koffco Hutan, PUSKONSER System, 2009
Penyuluh Kehutanan
50
Pemilihan Jenis Pohon untuk Rehabilitasi, 2010
PT. Kobatin dan PT. Bangka
Kelti Pengaruh hutan dan Pembinaan Hutan, PUSKONSER
Satu Abad Penelitian Kehutanan Indonesia
91
No.
Nama pelatihan
Pelaksana pelatihan
Yang dilatih
51
Teknik Perbanyakan Bibit Kelti Pengaruh hutan dan Pembinaan secara Massal dengan Koffco Hutan, PUSKONSER System, 2011
Personel Dinas Kehutanan Lampung Timur, Lampung
52
Teknik Perbanyakan Bibit Kelti Pengaruh hutan dan Pembinaan secara Massal dengan Koffco Hutan, PUSKONSER System, 2011
Mahasiswa STPP Bogor
53
Teknik Perbanyakan Bibit Kelti Pengaruh hutan dan Pembinaan secara Massal dengan Koffco Hutan, PUSKONSER System, 2012
Mahasiswa Magang IPB
54
Budidaya Gaharu, 2013
Kelti Pengaruh hutan dan Pembinaan Hutan, PUSKONSER
PT. Cibaliung Banten
55
Konservasi dan Pengelolaan Mangrove, 1999-2000
Kelti Konservasi Kawasan, PUSKONSER
Pemda Bali dan Lombok, Ditjen RRL, dan LSM di Bali dan Lombok
56
Konservasi dan Teknologi Rehabilitasi Ekosistem Mangrove, 1999
Kelti Konservasi Kawasan, PUSKONSER
Pemda Lampung, LSM, dan Kelompok Tani Lampung
57
Konservasi dan Teknologi Rehabilitasi Ekosistem Mangrove, 2000
Kelti Konservasi Kawasan, PUSKONSER
Pemda Semarang, LSM, dan Kelompok Tani Semarang
58
Konservasi dan Teknologi Rehabilitasi Mangrove pada Tanah Timbul, 2005-2007
Kelti Konservasi Kawasan, PUSKONSER
Kelompok Tani Pemalang
59
Rehabilitasi Ekosistem Pantai Pasca Tsunami, 2006-2008
Kelti Konservasi Kawasan, PUSKONSER
Pemda Aceh, LSM, dan Kelompok Tani Aceh
60
Pengembangan Demplot Tambang Bermangrove, 2007
Kelti Konservasi Kawasan, PUSKONSER
Perum Perhutani KPH Purwakarta dan Kelompok Tani Blanakan
61
Restorasi Ekosistem Kawasan Konservasi TN Gunung Ceremai, 2008
Kelti Konservasi Kawasan, PUSKONSER
Pemkab Kuningan, Majalengka, BTN Gunung Ceremai, LSM, dan Kelompok Tani Kabupaten Kuningan dan Majalengka
62
Disain restorasi ekosistem lahan bekas tambang batubara, 2009-2012
Kelti Konservasi Kawasan, PUSKONSER
PT. Kalimantan Prima Coal, Pemkab Kutai Timur, dan BTN Kutai, Kalimantan Timur
63
Disain Pengusahaan Lestari ekosistem mangrove di areal kerja, 2009
Kelti Konservasi Kawasan, PUSKONSER
PT. Kandelia Alam, Ditjen BUK, dan Masyarakat Umum
64
Implementasi kriteria dan indicator pengelolaan lestari TN, 2010
Kelti Konservasi Kawasan, PUSKONSER
Pemprov Kalbar, BTN Siberut, Ditjen BUK, HPH Pt. Salaki Suma Sejahtera, LSM di Cagar Biosfer Siberut
65
Restorasi Ekosistem Kawasan Konservasi Pasca Erupsi di TN gunung Merapi, 2010-2013
Kelti Konservasi Kawasan, PUSKONSER
Pemkab Sleman, Pemkab Boyolali, Pemkab Magelang, BTN Gunung Merapi, UGM, dan LSM
92
ERA REFORMASI SAMPAI SEKARANG (TAHUN 1999–2013)
No.
Nama pelatihan
Pelaksana pelatihan
Yang dilatih
66
Disain Konservasi dan Pemanfaatan Lestari Ekosistem Mangrove (Model KPHL Mangrove), 2011
Kelti Konservasi Kawasan, PUSKONSER
Pemkab Kubu Raya, Ditjen PHKA, PT. Kandelia, dan Kelompok Tani
67
Pengembangan HTI Mangrove, 2011
Kelti Konservasi Kawasan, PUSKONSER
PT. Mangrove Palembang dan Ditjen BUK di Sumatera Selatan
68
Valuasi potensi dan aplikasi kriteria dan indicator pengelolaan lestari taman nasional di Provinsi Bangka Belitung, 2011-2013
Kelti Konservasi Kawasan, PUSKONSER
Pemprov Bangka Belitung dan Ditjen PHKA
69
Konservasi dan rehabilitasi mangrove sebagai system penyangga kehidupan, 2012
Kelti Konservasi Kawasan, PUSKONSER
Forum Komunikasi Peneliti Widyaiswara, dan Penyuluh Kehutanan
70
Pengembangan pemanfaatan mangrove, 2012
Kelti Konservasi Kawasan, PUSKONSER
PT. Diamond Raya Timber, Masyarakat, dan Ditjen BUK
71
Valuasi potensi dan pemanfaatan lestari mangrove Tahura Ngurah Rai, 2013
Kelti Konservasi Kawasan, PUSKONSER
Pemprov Bali, Ditjen BPDASPS, Balai Pengelolaan Hutan Mangrove Wil. I Bali, dan LSM
72
Pengendalian hama tanaman mangrove di Kabupaten Lampung Timur, 2013
Kelti Konservasi Kawasan, PUSKONSER
Pemkab Lampung Timur, Ditjen BPDASPS, Balai Pengelolaan Hutan Mangrove Wilayah II Medan dan Kelompok Tani
73
Pengendalian Bercak Daun pada Bibit Pinus di Pekalongan, 2008
Kelti Perlindungan Hutan, PUSPROHUT
Perum Perhutani
74
Pengendalian Hama dan Penyakit Tanaman Hutan, 2009
Kelti Perlindungan Hutan, PUSPROHUT
UPTD Taman Hutan Raya Bandung, Jawa Barat
75
Pengelolaan Hama dan Penyakit Hutan Tanaman sebagai Narasumber pada Gelar Teknologi Badan Litbang Kehutanan, 2010
Kelti Perlindungan Hutan, PUSPROHUT
Penyuluh, LSM, Kelompok Tani di Provinsi Lampung
76
TOT Hama dan Penyakit Tanaman Hutan di Pusdiklat Kehutanan Bogor, 2010
Kelti Perlindungan Hutan, PUSPROHUT
Penyuluh Kehutanan Bogor, Jawa Barat
77
Teknik Pengendalian Penyakit Karat Tumor, 2010
Kelti Perlindungan Hutan, PUSPROHUT
Dinas Kehutanan, Penyuluh, Petani Sengon, Tokoh Masyarakat, Pengusaha Swasta, Tasikmalaya, Jawa Barat
78
Kelti Perlindungan Hutan, Perlindungan Hutan dari Ancaman Hama dan Penyakit PUSPROHUT di Era Menanam pada Gelar Teknologi Badan Litbang Kehutanan, 2011
Penyuluh, Petani, Pengusaha, Perum Perhutani, Perguruan Tinggi, Jakarta
Satu Abad Penelitian Kehutanan Indonesia
93
No.
Nama pelatihan
79
Pengenalan Hama dan Penyakit dan Sistem Pengendaliannya sebagai Narasumber pada Diklat Penyuluh Kehutanan yang diadakan oleh Pusluh Kemenhut, 2011 Pengenalan dan Pengendalian Hama dan Penyakit Hutan Tanaman yang diselenggarakan oleh Dinas Kehutanan Garut, 2011 Pengenalan Hama dan Penyakit Tanaman Hutan yang diadakan oleh Dinas Kehutanan Manado, 2011 Pengenalan Hama dan Penyakit dan Sistem Pengendaliannya sebagai Narasumber di Workshop OPT Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Tengah, 2011 Penyakit Karat Tumor pada Sengon dan Hama Cabuk Lilin pada Pinus yang disampaikan pada Gelar Teknologi Puskonser Pengendalian Bercak Daun pada Bibit Pinus di Pekalongan, 2008 Pengendalian Hama dan Penyakit Tanaman Hutan, 2009 Tanaman Hutan dan Sistem Pengendaliannya/Teknik Pengendalian Hama Ulat Kantong dan Penyakit Karat Tumor pada Sengon, 2012 Hama dan Penyakit Tanaman Hutan (Gelar Teknologi Pusat Litbang Peningkatan Produktivitas Hutan, 2013
80
81
82
83
84
85
86
87
88
94
Penanganan Karat Puru pada Sengon (Gelar Teknologi Badan Litbang Kehutanan pada Jambore Penyuluh Kehutanan di Yogyakarta, 2013
Pelaksana pelatihan
Yang dilatih
Kelti Perlindungan Hutan, PUSPROHUT
Penyuluh Kehutanan
Kelti Perlindungan Hutan, PUSPROHUT
Penyuluh, LSM, Kelompok Tani, Pengusaha
Kelti Perlindungan Hutan, PUSPROHUT
Peneliti Kehutanan, Perguruan Tinggi, Penyuluh, Kelompok Tani, Pengusaha Tanaman Hutan
Kelti Perlindungan Hutan, PUSPROHUT
Dinas Kehutanan seluruh Jawa Tengah, Penyuluh, LSM, Kelompok Tani
Kelti Perlindungan Hutan, PUSPROHUT
Dinas Kehutanan seluruh Jawa Timur, Penyuluh, Kelompok Tani, LSM, dan Masyarakat Umum Bondowoso
Kelti Perlindungan Hutan, PUSPROHUT
Perum Perhutani
Kelti Perlindungan Hutan, PUSPROHUT
UPTD Taman Hutan Raya Bandung, Jawa Barat
Kelti Perlindungan Hutan, PUSPROHUT
Dinas Kehutanan Kabupaten Rangkasbitung
Kelti Perlindungan Hutan, PUSPROHUT
Dinas Kehutanan di wilayah Jawa Timur, Penyuluh, Kelompok Tani, Perguruan Tinggi, LSM, Pengusaha Hutan, Jawa Timur
Kelti Perlindungan Hutan, PUSPROHUT
Kelompok Tani, dan Penyuluh Kehutanan seluruh Indonesia, Yogyakarta
ERA REFORMASI SAMPAI SEKARANG (TAHUN 1999–2013)
No.
Nama pelatihan
Pelaksana pelatihan
Yang dilatih
89
Penanganan Penyakit Karat Puru dan Hama Ulat Kantong pada Sengon (Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan Kabupaten Pekalongan), 2013
Kelti Perlindungan Hutan, PUSPROHUT
Kelompok Tani dan Penyuluh Kehutanan, Pekalongan, Jawa Tengah
90
Status Hama dan Penyakit Terkini pada Tanaman Kati, Sengon, Gmelina, dan Jabon (Rakor Pengendalian Hama dan Penyakit Tanaman Kehutanan Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Tengah, 2013
Kelti Perlindungan Hutan, PUSPROHUT
Dinas Kehutanan di Wilayah Jawa Tengah, Kelompok Penyuluh, LSM, Kelompok Tani, Pengusaha Tanaman Hutan
91
Pengenalan Jenis Kayu, 1987-1990
Kelti Biologi dan Pengawetan Hasil Hutan, PUSTEKOLAH
PT. Sucofindo, Jakarta
92
Inhouse Training Surveyor PT. Sucofindo (Pengenalan Jenis Kayu), 2011
Kelti Biologi dan Pengawetan Hasil Hutan, PUSTEKOLAH
PT. Sucofindo, Surabaya dan Semarang
93
Pengenalan Jenis Kayu pada Diklat Wasganis PHPLPKBR Wilayah V Palembang (BP2HP), 2011-2013
Kelti Biologi dan Pengawetan Hasil Hutan, PUSTEKOLAH
Ganis dan Wasganis lingkup Sumatera bagian Selatan
94
Pengenalan Jenis Kayu pada Diklat Wasganis PHPL-PKBR Wilayah III Banda Aceh (BP2HP), 2011-2013
Kelti Biologi dan Pengawetan Hasil Hutan, PUSTEKOLAH
Ganis dan Waganis lingkup Sumatera bagian Utara
Sebagai upaya dalam memperluas jejaring kerja dan meningkatkan kinerja penelitian dan pengembangan, Badan Litbang Kehutanan telah melakukan kerjasama penelitian dengan berbagai institusi dari dalam dan luar negeri seperti terlihat pada Tabel 13 dan 14. Tabel 13. Kerjasama lingkup Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan
dengan instansi dalam negeri
No
Unit kerja
1.
PUSKONSER
Mitra kerjasama • Tahun ? dengan Perum Perhutani • Tahun 2009 kerjasama dengan PT. Kaltim Prima Coal; PT. Kandelia Alam dan PT. Bina Ovivipari Semesta; KKPH Purwakarta • Tahun 2010 kerjasama dengan PT. Kaltim Prima Coal; PT. Kandelia Alam dan PT. Bina Ovivipar Semesta dan Pemkab. Kotabaru Kalsel. • Tahun 2011 kerjasama dengan PT. Kaltim Prima Coal serta PT. Kandelia Alam dan PT. Bina Ovivipar Semesta
Satu Abad Penelitian Kehutanan Indonesia
95
No
Unit kerja
Mitra kerjasama • Tahun 2012 kerjasama dengan PT. Kaltim Prima Coal serta PT. Kandelia Alam dan PT. Bina Ovivipar Semesta; Dinas Kehutanan Prov. Jateng; Puslitbang Perhutani Cepu; PT. Cibaliung
2.
PUSPROHUT
• Tahun 2008 – 2009 kerjasama dengan UNS; Universitas Jember; Universitas Brawijaya. • Tahun 2010 kerjasama dengan PT. Arara Abadi dan PT. Waterland International • Tahun 2011 kerjasama dengan BPK Solo dan UNS; PT. Arara Abadi; PT. Waterland International dan Pemda Kab. Pasaman Barat, Sumatera Barat. • Tahun 2012 kerjasama dengan PT. Arara Abadi; Pemda Kab. Pasaman Barat, Sumbar; Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah; PT. Waterland Global
3.
PUSTEKOLAH
• Tahun 2008 kerjasama dengan BDK Kadipaten; Perum Perhutani Unit III Jabar; PT. INHUTANI IV; Departemen Perindustrian dan Pedagangan; Pusat Diklat Kehutanan Perusahaan Daerah Kutai Barat; Perum Perhutani; Direktorat Jenderal RLPS. • Tahun 2009 kerjasama dengan PT. INHUTANI IV; Deperindag; Bina Produksi Kehutanan (2 kegiatan) • Tahun 2010 kerjasama dengan PT. INHUTANI IV; Departemen Perindustrian dan Perdagangan; PT. Andalas Utara • Tahun 2011 dengan Kementerian Perindustrian dan Perdagangan. • Tahun 2011-2012 kerjasama dengan PT. INHUTANI IV; Sinar Makmur Organik; Yayasan Persekutuan Perempuan Kampung Tana Toraja; Balai Besar Pulp dan Kertas Bandung; PT. Ciptamas Bumi Subur; • Tahun 2012 kerjasama dengan; PT. Buana Centra Swakarsa; PT. Kemakmuran Berkah Timber dan PT. Agricon. • Kerjasama dengan PT MHP tentang Faktor Konversi dari Stapelmeter ke meter kubik untuk jenis Acacia mangium dan ......
4.
PUSPIJAK
• Tahun 2008 - 2010 kerjasama dengan Dinas Kehutanan Propinsi Riau • Tahun 2011 kerjasama dengan Fahutan IPB; Sentra Kajian Kebijakan dan Pembangunan Berbasis Sumberdaya (SINTESA); Centre for Regional Resources Development and Community Empowerment; Trees4trees; Telapak.
5.
B2PBPTH
• Tahun 2008 kerjasama dengan PT. Indah Kiat; Perhutani KPH Bogor; KPH Madiun; KPH Kedu Utara; KPH Kediri; Silva Tropika Kultura; BKSDA Jawa Tengah; PT Wanagalang Utama Bintuni – Papua; dan PT. Inhutani II. • Tahun 2009 kerjasama dengan PT. Indah Kiat Pulp and Paper Tbk. (PT. Arara Abadi); PT. Silva Tropika Kultura; Perhutani KPH Kedu Utara; Perhutani KPH Kediri; Perhutani KPH Bogor; Perhutani KPH Madiun; Cepu; PT. Wanagalang Utama Bintuni Papua; BKSDA Jawa Tengah; BPTH Bali; Dinas Kehutanan Cilacap; PT. Inhutani II. • Tahun 2010 Kerjasama dengan PT. Arara Abadi; PT. Silva Tropika Kultura; PT. Wanagalang Utama; BKSDA Jateng; BPTH Balai dan Nusa Tenggara, PT. Bumindo Hastajaya Utama; Kel. Hargobinangun; PT. Serayu Makmur Jaya Indo; PT. Fajar Surya Swadaya. • Tahun 2011 Kerjasama dengan Pemda Kulon Progo; Pemda Ciamis; Dishutbun Ciamis; Dishut Cilacap; Dishut Prov. Jateng; Perum Perhutani; BPTH Bali dan Nusa Tenggara; BKSDA Jateng; PT. Arara Abadi; PT. Silva Tropika Kultura; PT. Wanagalang Utama; PT. Bumindo Hastajaya Utama; Dishut Kab. Lumajang; Dishutbun Prov. DIY; Dishutbun Kab. Bangkalan; Pemkab. Wonogiri; CV. Dolan Deso Boro dan Program Insentif Peningkatan Kemampuan Peneliti dan Perekayasa Tahun 2011. • Tahun 2012 Kerjasama dengan Pemda Ciamis; Dishutbun Ciamis; Dishutbun Kab. Cilacap; Dishut Prov. Jateng; Perum Perhutani; BPTH Bali dan Nusa Tenggara; BPTH Jawa Madura dan BDK Bogor; BKSDA Jateng; Dishutbun Prov. DIY; Dishut Kab. Lumajang; Dishutbun Kab. Bangkalan; Pemkab. Wonogiri; PT. Arara Abadi; PT. Silva Tropika Kultura; PT. Wanagalang Utama; PT. Bumindo Hatajaya Utama.
96
ERA REFORMASI SAMPAI SEKARANG (TAHUN 1999–2013)
No
Unit kerja
Mitra kerjasama
6.
B2P Dipterokarpa
• Tahun 2008 kerjasama dengan Pemkot Balikpapan; Dinas Kehutanan Kabupaten Kutai Barat • Tahun 2009 kerjasama dengan Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Barito Utara, Kalteng; PT. Berau Coal; Dinas Kehutanan Kabupaten Tabalong, Kalsel.; Pemkot Balikpapan; Dinas Kehutanan Kabupaten Kutai Barat, Kaltim • Tahun 2010 kerjasama dengan Kabupaten Kutai Barat; Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor LIPI dan Bapedalda; Dishutbun Kab. Barito Utara, Kalteng; PT. Berau Coal; Dishut Kab. Tabalong, Kalsel; Fahutan Univ. Mulawarman; BPK Banjarbaru; BPTP Samboja • Tahun 2011 kerjasama dengan Kabupaten Kutai Barat; Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor, LIPI dan Bapedalda; PT. Berau Coal; Dishut Kab. Tabalong, Kalsel; Fahutan Univ. Mulawarman; BPK Banjarbaru dan BPTP Samboja; Yayasan Penyelamatan Orang Utan Borneo; PT. Kayu Tribuana Rama • Tahun 2012 kerjasama dengan Dishut Kabupaten Kutai Barat; Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor, LIPI dan Bapedalda; PT. Berau Coal; Dishut Kab. Tabalong, Kalsel; Fahutan Univ. Mulawarman (2); BPK Banjarbaru dan BPTP Samboja; Yayasan Penyelamatan Orang Utan Borneo; PT. Kayu Tribuana Rama; PT. Indominco Mandiri dan PT. Prima Mitra Jaya Mandiri
7.
BPK Aek Nauli
• • • • •
8.
BPTSTH
• Tahun 2009 kerjasama dengan BP DAS Indragiri Rokan, Riau. • Tahun 2012 kerjasama dengan Politeknik Kampar (2)
9.
BPK Palembang
• Tahun 2008 kerjasama dengan PT. Musi Hutan Persada • Tahun 2009 kerjasama dengan PT. Musi Hutan Persada; PT. Bukit Asam; PT. SBA Wood Indonesia • Tahun 2010 kerjasama dengan PT. Sampurno Agro; PT. Bumi Andalas Permai; Dinas Kehutanan Kab. Ogan Ilir • Tahun 2011 kerjasama dengan PT. Musi Hutan Persada; PT. Bumi Mekar Hijau; Andira Agro Palembang; Dinas Kehutanan Kab. Ogan Ilir • Tahun 2012 kerjasama dengan Balai Penelitian Karet Sembawa
Tahun 2006 dengan Dishut Sumatera Utara dan PT IRA Tahun 2008 kerjasama dengan PT. Toba Pulp Lestari Tbk.; PT. Andalas Merapi Timber Tahun 2009 dan 2010 kerjasama dengan PT. Toba Pulp Lestari Tbk Tahun 2011 kerjasama dengan PT. Toba Pulp Lestari dan STKIP Padang Sidempuan Tahun 2012 kerjasama dengan PT. Toba Pulp Lestari
10. BPTPTH
• Tahun 2008 - 2009 kerjasama dengan Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Madura • Tahun 2010 dan 2011 kerjasama dengan Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten
11. BPT Agroforestry
• Tahun 2011 dan 2012 kerjasama dengan Univ. Siliwangi dan BPTP Bogor
12. BPTKP DAS
• Tahun 2008 kerjasama dengan P3HT dan Universitas Sebelas Maret • Tahun 2009 kerjasama dengan KPWN Manggala Wanabakti; P3HT dan Universitas Sebelas Maret • Tahun 2010 kerjasama dengan Pusprohut dan UNS • Tahun 2011 dan 2012 kerjasama dengan Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah; BPDAS Solo dan Perhutanan Sosial; Pusprohut dan PPLH dan UNS; Dishut Prop. Jateng
13. BPT HHBK
• Tahun 2009 dan 2010 kerjasama dengan PT. Bahtera hijau Lestari • Tahun 2011 kerjasama dengan PT. Bahtera Hijau Lestari; Kelompok Tani Madu Hutan Alam Lestari; PT. Gaharu Mitra Nusantara; UNRAM • Tahun 2012 kerjasama dengan Kelompok tani Kec. Batu Lanteh; Kelompok tani Kab. Dompu; PT. Gaharu Mitra Nusantara; Fak. Pertanian UNRAM
Satu Abad Penelitian Kehutanan Indonesia
97
No
Unit kerja
Mitra kerjasama
14. BPK Kupang
• Tahun 2007 - 2008 kerjasama dengan Lembaga Penelitian UNDANA • Tahun 2010, 2011 dan 2012 Kerjasama dengan Kementerian Negara Riset dan Teknologi
15. BPK Banjarbaru
• Tahun 2009 kerjasama dengan Dirjen Perguruan Tinggi Depdiknas; PT. ADARO Indonesia • Tahun 2010 kerjasama dengan PT. ADARO Indonesia; Kementerian Ristek; B2PD Samarinda ; BP DAS Kahayan Kalteng • Tahun 2011 kerjasama dengan PT. ADARO Indonesia; Univ. Brawijaya; Univ. Lambung Mangkurat; Dishutbun Kab. Barito Utara dan IUPHHK PT. Austral Byna; PT. Energi Batubara Lestari • Tahun 2012 kerjasama dengan PT. ADARO Indonesia; Univ. Brawijaya; Univ. Lambung Mangkurat; Dishutbun Kab. Barito Utara dan IUPHHK PT. Austral Byna; PT. Energi Batubara Lestari; PT. Perkayuan & Hutan Tropis; BPTH
16. BPT KSDA
• Tahun 2012 kerjasama dengan PT. Singlurus Pratama
17. BPK Manado
• Tahun 2008 - 2014 kerjasama dengan IUPHHK PT. Bela Berkat Anugrah • Tahun 2011 : Dengan Balai Pengelolaan DAS Tondano dan BKSDA Sulawesi Utara. • Tahun 2012 kerjasama dengan Dishut Kab. Minahasa Utara, Dishut Kab. Halmahera Barat, BTN Bogani Nani Wartabone, BKSDA Sulawesi Utara, ITTO, BPDAS Tondano, BPK Manokwari, Seameo Biotrop, Puspijak, UNSRAT Manado
18. BPK Makassar
• Tahun 2007 kerjasama dengan PT. Fajar Agrobisnis; BDK Makassar; BKSDA Palu; Dishut Sulawesi Tenggara; BPDAS Jeneberang Walaceae; BPDAS Sadang; BPA • Tahun 2008 kerjasama dengan PT. Fajar Group. • Tahun 2009 kerjasama dengan PT. Fajar Group; BP DAS Jeneberang Walaceae, Dishut Sulteng dan Dikti • Tahun 2010 kerjasama dengan PT. Fajar Group; Dishut Prop. Sulteng; PT. Semen Tonasa • Tahun 2011 kerjasama dengan PT. Semen Tonasa; Fahutan UNHAS; Fahutan UNTAD; BKSDA Sultra • Tahun 2012 kerjasama dengan PT. Semen Tonasa; Fahutan UNHAS; Fahutan UNTAD; BKSA Palu; Dishut Prop. Sulawesi Tenggara; BKSDA Sulawesi Tenggara; Dishut Kab. Enrekang; Dinas ESDM Kab. Luwu Utara; Balai Besar Wil. Sungai Pompengan Jeneberang
19. BPK Manokwari
• • • • • • • • •
20. Sekretariat
• Institut Pertanian Bogor dan Univ. Gadjah Mada
98
Setiap tahun : UNIPA dan BLK Manokwari Tahun 2001-2008 dengan USR Indonesia Tahun 2004 dengan Prov. Maluku Utara Tahun 2005 dengan WWF Region Sahul, WWF Jayapura, PT Mamberamo Alas Mandiri Tahun 2006 dengan WWF Merauke Tahun 2007 dengan WWF Jayapura, Korindo Grup, CIFOR Tahun 2008 dengan CIFOR , IUPHH PT. BUMWI dan WWF Merauke Tahun 2009 dengan CIFOR; Dinas Kehutanan Kabupaten Sarmi Tahun 2010-2012 dengan Pusprohut, Pustekolah dan Kementerian Riset dan Teknologi, BPKH Wil XVII Manokwari • Tahun 2010 dengan Kabupaten Sarmi, WWF Jayapura, PT BUMWI Bobo Kab Teluk Bintuni, PPMA (LSM) • Tahun 2011 dengn BP Manado, BLK Manokwari,BTBMP Ambon • Tahun 2012 dengan Tim Task Force REDD Plus , Prov. Papua
ERA REFORMASI SAMPAI SEKARANG (TAHUN 1999–2013)
Tabel 14. Kerjasama lingkup Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan
dengan instansi luar negeri
No.
Instansi
Mitra kerjasama
1.
PUSKONSER
• Tahun 1998-2002 dengan Tropenbos • Tahun 2003-2004 dengan JIFPRO (Japan International Forestry Promotion & Cooperation Center) “Pengukuran Biomassa Hutan Tanaman”. • Tahun 2003-2006 dengan CIFOR • Tahun 2005-2006 dengan Tropenbos • Tahun 2006-2008 dengan Waseda University • Tahun 2008 kerjasama dengan : - ITTO PD 426/06.Rev.1(F), USA, Jepang, Korea dan Australia - ITTO PD 394/06 Rev.1 (F) - ITTO PD 425/06 Rev.1 (I) Jepang - Komatsu Indonesia - Tropenbos Internasional Indonesia Program • Tahun 2008-2011 dengan ITTO PD 245/06 Rev.1 Japan • Tahun 2009 kerjasama dengan : - ITTO PD 426/06.Rev.1(F) - ITTO PD 394/06 Rev.1 (F) - ITTO PD 425/06 Rev.1 (I) - Komatsu Indonesia - Tropenbos Internasional Indonesia Program • Tahun 2010 kerjasama dengan : - ITTO PD 426/06.Rev.1(F) - ITTO PD 394/06 Rev.1 (F) - ITTO PD 425/06 Rev.1 (I) - ITTO PD 539/09 Rev.1 (F) - Komatsu Indonesia - Tropenbos Internasional Indonesia Program - CIFOR • Tahun 2011 kerjasama dengan : - ITTO PD 426/06.Rev.1(F) - ITTO PD 539/09 Rev.1 (F) - Komatsu Indonesia - Tropenbos Internasional Indonesia Program • Dengan Mie University-Bio Resources Department (Japan) • Tahun 2012 kerjasama dengan : - Komatsu Indonesia - ITTO Cites-2 - UNEP-GEF Project-Indonesia Programme - US Davis ICBG
2.
PUSPROHUT
• Tahun 2008 kerjasama dengan IPGRI-APAFRI-APFORGEN • Tahun 2009 kerjasama dengan IPGRI-APAFRI-APFORGEN, KFRI dan Center Advisory Service on Intelectual Property-CGIAR • Tahun 2010, 2011 dan 2012 kerjasama dengan KFRI
Satu Abad Penelitian Kehutanan Indonesia
99
No.
Instansi
3.
PUSTEKOLAH
Mitra kerjasama • Tahun 2000-2001, kerjasama dengan KOICA tentang “Studi Kelayakan Pemanfaatan Kayu Berdiameter Kecil di Jambi”. Laporannya: Pemanfaatan Dolok Diameter Kecil. Tersedia di Perpustakaan Ardikusuma. • Tahun 2001, kerjasama dengan JIFPRO (Japan International Forestry Promotion & Cooperation Center) tentang “Pemanfaatan Limbah Pertanian Menjadi Arang”. • Tahun 2008 kerjasama dengan ITTO - ERDB Philipina; ITTO - FAO; FORDA - ITTO PD 425/06. • Tahun 2009 kerjasama dengan ACIAR; ITTO; FORDA-CAMBRIDGE UNIVERSITY; FRIM – FORDA • Tahun 2010, 2011 dan 2012 kerjasama dengan ACIAR
4.
PUSPIJAK
• Tahun 2008 kerjasama dengan ACIAR; CIFOR • Tahun 2009 dan 2010 kerjasama dengan ACIAR; ITTO • Tahun 2011 kerjasama dengan ACIAR; World Bank FCPF; ITTO; Marubeni: Jepang. • Tahun 2012 kerjasama dengan ITTO (2); ACIAR, FSORP, FSOPP; ACIAR, BPK Makassar, UGM, CIFOR, WWF Sumbawa; World Bank, Pustanling, DKN ; AusAID, Bappenas
5.
B2PBPTH
• Tahun 2008 kerjasama dengan ACIAR; JICA; Forest Tree Breeding Centre; Kyushu University • Tahun 2009 kerjasama dengan ACIAR • Tahun 2011 dan 2012 kerjasama dengan ACIAR
6.
B2P Dipterokarpa
• Tahun 2003-2006 dengan JICA • Tahun 2006 dengan DFID – United Kingdom • Tahun 2008 kerjasama dengan KMSI • Tahun 2009 dan 2010 kerjasama dengan KMSI • Tahun 2011 kerjasama dengan ITTO; TNC dan KMSI • Tahun 2012 kerjasama dengan ITTO; TNC dan CIFOR
7. 8.
BPK Aek Nauli
• Tahun 2008 kerjasama dengan ITTO No 394/06 Rev. I (F)
BPTSTH
• Tahun 2008 kerjasama dengan JICA; CIFOR • Tahun 2010 kerjasama dengan Komatsu/JICA
9.
BPK Palembang
• Tahun 2010, 2011 dan 2012 kerjasama dengan ITTO
10.
BPTPTH
-
11.
BPT Agroforestry
• Tahun 2011 dan 2012 kerjasama dengan ICRAF
12.
BPTKP DAS
• Tahun 2011 dan 2012 kerjasama dengan JIRCAS
13.
BPT HHBK
• Tahun 2012 kerjasama dengan ACIAR
14.
BPK Kupang
• Tahun 2008 kerjasama dengan ACIAR • Tahun 2009 kerjasama dengan ACIAR; CSIRO • Tahun 2010 dan 2011 kerjasama dengan CSIRO
100
ERA REFORMASI SAMPAI SEKARANG (TAHUN 1999–2013)
No. 15.
Instansi BPK Banjarbaru
Mitra kerjasama • Tahun 2008 kerjasama dengan Komatsu Ltd. • Tahun 2009 kerjasama dengan Komatsu Ltd; ITTO; CIFOR; KFCP • Tahun 2010 kerjasama dengan ITTO-CITES; CIFOR; Komatsu. Ltd.; KFCP • Tahun 2011 kerjasama dengan KFCP; ITTO-CITES; Komatsu. Ltd. • Tahun 2012 kerjasama dengan KFCP; Komatsu. Ltd.
16.
BPK Makassar
• Tahun 2011 dan 2012 kerjasama dengan ACIAR
17.
Sekretariat
• Tahun 2009-2010 kerjasama dengan KOICA-KIPCCF • Tahun 2011 kerjasama dengan KOICA-KIPCCF; KFS dan CIFOR • Tahun 2012 kerjasama dengan CIFOR, KFS, Michigan State University
Dalam kerjasama tersebut telah dikirim tenaga ke luar negeri untuk mengikuti peninjauan, pelatihan dan pendidikan (S2 dan S3). Selain itu dalam kerjasama tersebut diperoleh dana untuk penelitian dan peralatan serta untuk mendatangkan tenaga ahli dari luar negeri. Kegiatan penelitian selama era ini telah menghasilkan 4.965 judul publikasi yang dimuat dalam Jurnal ( Journal of Forestry Research, Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam , Jurnal Penelitian Hasil Hutan, Jurnal Penelitian Hutan Tanaman, Jurnal Penelitian Sosial Ekonomi, Jurnal Analisis Kebijakan Kehutanan, Jurnal Pemuliaan Tanaman Hutan, Jurnal Penelitian Dipterokarpa dan Jurnal Wallacea), Buletin (Buletin Penelitian Hutan, Buletin Hasil Hutan), Info (Info Hutan, Tekno Hutan Tanaman, Info Pemuliaan Tanaman Hutan, Info Dipterokarpa, Mitra Hutan Tanaman, Info Sosial Ekonomi Kehutanan, Swara Samboja, FORPRO, INFO Manado), Informasi Teknis dan Pedoman Teknis (meliputi bidang Silvikultur, Pemuliaan Pohon, Sumberdaya Genetik, Bioteknologi Hutan, Konservasi Tanah dan Air, Hidrologi, Perlindungan dan Pengamanan Hutan, Biometrika Hutan, Valuasi Hutan, Botani dan Ekologi Hutan, Mikrobiologi Hutan, Perhutanan Sosial, Konservasi Sumberdaya Alam, Keteknikan dan Pemanenan Hasil Hutan, Pemanfaatan Hasil Hutan, Biologi dan Pengawetan Hasil Hutan, Pengolahan Kimia dan Energi, Pengolahan Hasil Hutan, Ekonomi dan Manajemen Sumberdaya Hutan, Kebijakan dan Politik Ekonomi Kehutanan, Kelembagaan dan Sosial Budaya, Perubahan Iklim, dan Agroforestri), Prosiding, Buku, Brosur, Selebaran dan Poster. Secara garis besar, unit kerja yang menghasilkan publikasi dan jenis publikasi yang diterbitkan antara tahun 1999 sampai 2013 seperti terlihat pada Tabel 15. Satu Abad Penelitian Kehutanan Indonesia
101
Tabel 15. Publikasi lingkup Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan
antara tahun 1999-2013
No.
Unit Kerja
Jurnal/ Buletin (volume)
Info/ Juknis (volume)
Prosiding (buku)
Buku IPTEK (buku)
4
17
5
14
14
1.
PUSKONSER
62
2.
PUSPROHUT
73
3.
PUSTEKOLAH
60
16
8
9
4.
PUSPIJAK
54
11
28
40
5.
B2PBPTH
19
12
3
6.
B2P Dipterokarpa
8
49
9
7.
BPK Aek Nauli
1
7
8.
BPTSTH Kuok
9.
BPK Palembang
10.
BPTPTH Bogor
11.
BPT Agroforestry
12.
3 1
Lain-lain (al. Brosur, Selebaran, Poster) (judul)
47
12 14
8
2
11 5
17
10
8
1
47
BPTKP DAS
26
8
13.
BPTHHBK
4
14.
BPK Kupang
9
15.
BPK Banjarbaru
16.
BPTKSDA Samboja
3
4
1
17.
BPK Manado
8
7
8
18.
BPK Makassar
2
8
2
19.
BPK Manokwari
1
5
20.
Sekretariat
21
Jumlah
300
4
1
2
1 1
9
111
181
6
17
14
144
145
Keterangan: PUSKONSER = Pusat Litbang Konservasi dan Rehabilitasi yang sebelumnya bernama Pusat Litbang Hutan dan Konservasi Alam; PUSPROHUT = Pusat Litbang Peningkatan Produktivitas Hutan yang sebelumnya bernama Pusat Litbang Hutan Tanaman; PUSTEKOLAH = Pusat Litbang Keteknikan Kehutanan dan Pengolahan Hasil Hutan yang sebelumnya bernama Pusat Litbang Teknologi Hasil Hutan; PUSPIJAK = Pusat Litbang Perubahan Iklim dan Kebijakan yang sebelumnya bernama Pusat Litbang Sosial Ekonomi dan Kebijakan Kehutanan; B2PBPTH = Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan; B2P Dipterokarpa = Balai Besar Penelitian Dipterokarpa; BPTSTH = Balai Penelitian Teknologi Serat Tanaman Hutan; BPK = Balai Penelitian Kehutanan; BPTPTH = Balai Penelitian Teknologi Perbenihan Tanaman Hutan; BPT = Balai Penelitian Teknologi; BPTKP DAS = Balai Penelitian Teknologi Kehutanan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai; BPTHHBK = Balai Penelitian Teknologi Hasil hutan Bukan Kayu; BPTKSDA = Balai Penelitian Teknologi Konservasi Sumber Daya Alam.
102
ERA REFORMASI SAMPAI SEKARANG (TAHUN 1999–2013)
Rata-rata jurnal berisi tujuh judul, Info/Juknis berisi enam judul, Prosiding berisi 10 judul, Buku Iptek berisi satu judul dan brosur, selebaran dan poster berisi satu judul sehingga selama periode ini telah diterbitkan 4.965 judul. Publikasi yang diterbitkan berupa buku dapat dilihat pada Tabel 16. Tabel 16. Buku yang diterbitkan lingkup Badan Penelitian dan
Pengembangan Kehutanan selama tahun 1999-2013
No.
Unit kerja penerbit
Judul (Terbitan tahun)
1.
PUSKONSER
1. Sistem Perencanaan Pengelolaan DAS (2012) 2. ANDATU : Anugrah dari Tuhan, pertama di Asia sejak 124 tahun (2012) 3. Monograf Model-model Alometrik untuk Pendugaan Biomassa Pohon pada Berbagai Tipe Ekosistem Hutan di Indonesia (2012) 4. Monograph Allometric Models for Estimating Tree Biomass at Various Forest Ecosystem Type in Indonesia (2012) 5. Pedoman Penggunaan Model Alometrik untuk Pendugaan Biomassa dan Stok Karbon Hutan di Indonesia (2012) 6. Pengembangan Teknologi Produksi Gaharu Berbasis Pemberdayaan Masyarakat (2010) 7. Biologi Konservasi Bekantan Nasalis larvatus (2009) 8. Manajemen Penangkaran dan Konservasi Ex-situ Rusa Timor (2008) 9. Profil Puslitbang Hutan dan Konservasi Alam (2008, 2007)
2.
PUSPROHUT
1. “Sagu (Metroxylon Spp) sebagai Sumber Energi Bioetanol Potensial” cetak ke-2 (2012) 2. “Nyamplung (Calophyllum inophyllum L. ) Sumber Energi Biofuel yang Potensial” cetak ke-2 (2012) revisi 3. Diagnosis Penyakit Tanaman Hutan (2011) 4. Dari Hutan Kembali Ke Hutan Sludge Industri Kertas Memperbaiki Produktivitas Tanah Pertanian, Kehutanan dan Pertambangan (2011) 5. Prosiding Seminar Internasional Strategies And Challenges on Bambu And Potential Non Timber Forest Products (NTEPs) Management And Utilization (2011) 6. Sintesa Hasil Penelitian Silvikultur Tanaman Kayu Pertukangan (2010) 7. Sintesa Hasil Penelitian Silvikultur Tanaman Penghasil Pulp (2010) 8. Sintesa Hasil Penelitian Pengelolaan Lingkungan Hutan Tanaman (2010) 9. Sintesa Hasil Penelitian Biofarmaka Sektor kehutanan (2010) 10. Sintesa Hasil Penelitian Silvikultur Tanaman Penghasil HHBK (2010) 11. Sintesa Hasil Penelitian Teknologi Perbenihan (2010) 12. Sintesa Hasil Penelitian Teknik Pencegahan dan Pengendalian Hama dan Penyakit Hutan Tanaman (2010) 13. Sintesa Hasil Penelitian Kuantifikasi Hasil Tegakan Hutan Tanaman (2010) 14. “Lontar (Borrasus flabellifer L.) sebagai Sumber Energi Bioetanol Potensial” (2010) 15. Prosiding Workshop Sintesa Hasil Penelitian Hutan Tanaman (2010) 16. Prosiding Seminar Nasional kontribusi Litbang dalam Peningkatan Produktivitas dan Kelestarian Hutan (2010)
Satu Abad Penelitian Kehutanan Indonesia
103
No.
Unit kerja penerbit
Judul (Terbitan tahun) 17. Prosiding Seminar International Research on Plantation Forest management Challenges and Opportunities (2009) 18. Biofarmaka (2009) 19. “Sagu (Metroxylon Spp) sebagai Sumber Energi Bioetanol Potensial” (2008) 20. Prosiding Workshop Sintesa (2008) 21. “Nyamplung (Calophyllum inophyllum L. ) Sumber Energi Biofuel yang Potensial” (2008)
3.
PUSTEKOLAH
1. Atlas Rotan Indonesia Jilid 3 (2012) 2. Atlas Rotan Indonesia Jilid 2 (2012) 3. Jenis-jenis Kayu untuk Mebel (2012) 4. Pedoman Perawatan Gergaji (2010) 5. Pedoman Pengawetan Kayu (2010) 6. Atlas Rotan Indonesia Jilid 1 (2010) 7. Pedoman Budidaya Jamur Shitake dan Jamur Tiram (2009) 8. Sifat dan Kegunaan Jenis Kayu (2009) 9. Rotan: Sumber Daya, Sifat dan Pengolahannya (2008) 10. Atlas Rotan Indonesia (2007) 11. Pedoman Pemeliharaan Bilah Gergaji Band (2007) 12. Pedoman Identifikasi Jenis Kayu Kurang Dikenal (2007) 13. Atlas Kayu Jilid 3 (2004) 14. Atlas Kayu Jilid 2 (1989) 15. Atlas Kayu Jilid 1 (1981)
4.
PUSPIJAK
1. Pedoman Analisis Penelitian Sosial Ekonomi Kehutanan (2012) 2. Mekanisme Pendanaan dan Distribusi Insentif untuk REDD+ (2012) 3. Desentralisasi Pengelolaan Hutan Lindung : Analisis Diskursus dan Implikasinya bagi Perbaikan Kebijakan (2012) 4. Buku Neraca Sumber Daya Hutan (MUTAN) (2012) 5. Profil Puspijak (2011) 6. Materi Pelatihan Perhitungan Stok Karbon dalam rangka Implemetasi REDD+ (2011) 7. Kumpulan Makalah Komunikasi Publik Hasil Riset Perubahan Iklim Riset Menjawab Tantangan Perubahan Iklim : Implementasi REDD+ di Indonesia (2011) 8. Publikasi/Buku dari Project ITTO PD 519/08 Rev (1) F sebanyak 28 judul. 9. Brief Info Project ITTO PD 519/08 Rev. 1 (F) tahun 2010 - 2011 sebanyak 26 judul. 10. Profil Pusat Penelitian Sosial Ekonomi dan Kebijakan Kehutanan (2008) 11. Social Forestry (2010) 12. REDD+ and Forest Governance (2010) 13. Booklet Cadangan Karbon pada Berbagai Tipe Hutan dan Jenis Tanaman di Indonesia (2010) 14. Booklet Readiness Phase 2009-2012 and Progress in Implementation (2010) 15. Booklet Pedoman Pengukuran Karbon untuk Mendukung Penerapan REDD+ di Indonesia (2010)
5.
104
B2PBTH Yogyakarta
1. Bunga Rampai : Status Penelitian Pemuliaan Tanaman Hutan di B2BPTH (2012)
ERA REFORMASI SAMPAI SEKARANG (TAHUN 1999–2013)
No.
Unit kerja penerbit
Judul (Terbitan tahun)
6.
B2P Dipterokarpa
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
Buku Saku : Pengenalan Burung (2010) Status Litbang Ulin (Eusideroxylon zwageri Teijsm & Binn) Cetakan II (2010) Status Riset Pengelolaan Dipterokarpa (2010) Abstrak dan Ringkasan Hasil Penelitian Reklamasi Pasca Tambang (2010) Status Riset Reklamasi Pasca Tambang (2010) Gulma Cetakan II (2010) Buku Saku : Jenis Gulma pada HT Dipterokarpa di Kaltim (2009) Rangkuman Hasil-Hasil Penelitian Non Kayu dan Kayu Dipterokarpa (2008)
7.
BPTSTH
1. Roadmap Penelitian Perlebahan (2012) 2. Info Teknis Arboretum (2011) 3. Data dan Statistik Pulp di Indonesia (2011)
8.
BPTPTH Bogor
1. Atlas Benih Jilid 1, 2, 3, 4, 5 dan 6 2. Rencana Strategis (2011) 3. Trees of the City (2011) 4. Booklet Ganitri (2011) 5. Booklet Rumpin (2011) 6. Kajian Standardisasi Mutu Bibit Tanaman Hutan di Indonesia (2010) 7. Seri Teknologi Perbenihan Tanaman Hutan Nyamplung (2010) 8. Seri Teknologi Perbenihan Panggal Buaya (2009) 9. Seri Teknologi Perbenihan Mimba (2009) 10. Eksplorasi Benih Tanaman Hutan untuk Konservasi dan Pembangunan Sumber Benih (2008) 11. Seri Teknologi Perbenihan Tanaman Hutan Rasamala (2007)
9.
BPT Agroforestry
1. Prosiding Seminar Agroforestry III Pembaharuan Agroforestry Indonesia : Benteng Terakhir Kelestarian, Ketahanan Pangan, Kesehatan dan Kemakmuran (2012) 2. Rencana Induk Penelitian Agroforestry (2011) 3. Hutan Rakyat Jawa Barat (2008)
10.
BPTKP DAS
1. Buku Kliping (2011) 2. Teknik Mitigasi Banjir dan Tanah Longsor (2008)
11.
BPK Kupang
1. Buku Statistik BPK Kupang (2012) 2. Buku Dialog Master Plan Cendana (2011)
12.
BPK Makassar
1. Iptek Mendukung Kelestarian Hutan dan Kesejahteraan Masyarakat (Kumpulan karya Ilmiah) (2012) 2. Mitigasi Bencana Sedimen (Teori dan Aplikasi) (2012)
13.
BPK Banjarbaru
1. Buku Profil Peneliti (2012) 2. Pengembangan Jelutung Rawa di lahan Gambut (2012) 3. Budidaya Shorea Balangeran di Lahan gambut (2012)
14.
BPK Manado
1. Hama Hutan Indonesia , Catatan 20 Tahun Peneliti (2012) 2. Ekologi, Manfaat dan Rehabilitasi Hutan Pantai Indonesia (2012) 3. Mengenal Beberapa Jenis Tumbuhan Paku di Kawasan Hutan Payahe, TN. Akatajawe Lolobata, Maluku Utara (2011)
Satu Abad Penelitian Kehutanan Indonesia
105
No.
Unit kerja penerbit
Judul (Terbitan tahun) 4. Asosiasi Burung Kadalan (Phaenicophaeus calyorhynchus) dengan Monyet Primata Sulawesi (2011) 5. Prospek Pengembangan Cempaka di Sulawesi Utara (2011) 6. Prospek Pengembangan Jabon Merah (Anthocephalus macrophyllus (Roxb.)Havil), Solusi Kebutuhan Kayu Masa Depan (2011) 7. Tumbuhan Obat Tradisional di Sulawesi Utara Jilid I (2011) 8. Tumbuhan Obat Tradisional di Sulawesi Utara Jilid II (2011) 9. Keanekaragaman Afivauna Beberapa Kawasan Konservasi Provinsi Sulawesi Utara dan Gorontalo (2011)
15.
BPK Manokwari
1. 2. 3. 4. 5.
16.
BPK Palembang
1. Hubungan Perlakuan Silvikultur terhadap Kualitas Kayu (2012) 2. Peran Pendekatan Sosiologi Kehutanan dalam Pemaknaan Hutan untuk Kesejahteraan Masyarakat (2012) 3. Profil KHDTK Kemampo (2012)
17.
Sekretariat
1. Re-Diversifiasi Pangan di Tanah Papua Bagian 1 “Pemanfaatan 6 (enam) Jenis Tumbuhan hutan penghasil buah sebagai sumber bahan pangan di Tanah Papua” (2012) Jenis Tumbuhan Hutan Penghasil Buah Potensial untuk Bahan Baku Pangan Alternatif di Tanah Papua (2012) 2. Sebaran dan Persyaratan Tumbuh Jenis Alternatif Penghasil Pulp di Wilayah Riau (2012) 3. Penyempurnaan Masterplan Kampus Penelitian dan Pengembangan Kehutanan Gunung Batu Bogor (2012) 4. Masterplan Perpustakaan (2011) 5. Buku IPTEK Seri 1, 2 dan 3 6. Pengembangan Penangkaran Rusa Timor (2011) 7. Karat Tumor pada Sengon (2011) 8. Arang Aktif Teknologi Pengolahan dan Masa Depannya (2011) 9. Penggergajian dan Pengerjaan Kayu Untuk Industri Perkayuan Indonesia (2011) 10. Profil Badan Litbang Kehutanan dalam Bahasa Inggris (2010) 11. Isu Pemanasan Global UNFCC Kyoto Protokol dan Peluang Aplikasi A/R CDM di Indonesia (2008) 12. IFCA Consolidation Report : Reducing Emissions from Deforestation and Forest Degradation in Indonesia (2008) 13. Road Map Litbang Kehutanan (2008) 14. Kayu Lapis dan Produk Sekundernya (2008) 15. Apa itu REDD ? (2007) 16. Istilah dan Singkatan terkait Perubahan Iklim (2007)
106
Teknik Penangkaran Burung Mambruk (2010) Mengenal Rumah Adat Suku Hatam “Iymama” (2010) Buah-Buah yang dapat di Makan (2010) Keanekaragaman Flora Taman Wisata Alam Gunung Meja – Papua Barat (2010) Profil BPK Manokwari Tahun 2010 (2010)
ERA REFORMASI SAMPAI SEKARANG (TAHUN 1999–2013)
Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan juga menerbitkan Buku Seri IPTEK 1, 2 dan 3, yang berisi kumpulan ringkasan hasil penelitian sebagai berikut: Seri IPTEK 1 ( 2011) berisi: (1) Wesyan: Alat ukur diameter pohon (2) Pita Volume Pohon Berdiri: Inovasi alat ukur volumetrik pohon untuk petani (3) Athus Alat Takar Hujan Sederhana: Untuk mendukung sistem peringatan dini banjir. (4) Tinta Pemilu Pewarna Alami: Aman, ramah lingkungan dan ekonomis. (5) Listrik Mikrohidro: Lestari Hutanku, Terang Desaku. (6) Alat Pemadam Kebakaran Hutan: Portabel, efektif dan efisien pada lahan kering/gambut. (7) Aplikasi Animasi 3D Anatomi Kayu: Alat bantu pembelajaran kayu secara mandiri. (8) Aplikasi 3 Dimensi Anatomi kayu : Alat Bantu Pembelajaran Kayu Secara Mandiri (9) Tanin Dan Lignin Acacia Mangium: Bahan perekat kayu majemuk masa depan. (10) Produksi Arang Terpadu: Teknologi yang pro rakyat. (11) Formulasi Bahan Pengawet Lokal: Lebih baik dari produk impor. (12) Gulma Bahan Baku Kompos Potensial: Meningkatkan kesuburan lahan gambut. (13) Koffco System: Teknik perbanyakan bibit secara massal. (14) Mikoriza: Untuk keberhasilan kebun bibit rakyat. (15) Bio-Reklamasi & Bio-Rehabilitasi: Pada lahan pasca tambang dan rawa gambut (16) Peta Perwilayahan: Jenis pohon andalan untuk RHL. (17) Multi Sistem Silvikultur: Menjadikan pemanfaatan hutan produksi lebih baik. (18) Penyelamatan Ramin: Melalui penyempurnaan sistem silvikultur hutan rawa gambut. (19) Bambu Lamina: Bahan alternatif untuk mebel dan desain interior (Gambar 35) (20) Teknologi Bio-Induksi Pohon Penghasil Gaharu (21) Mengembalikan Kejayaan Cendana (22) Penangkaran Rusa : Teknologi Konservasi Ex-situ (Gambar 36) (23) Kranji: Alternatif Bahan Baku Energi Terbarukan Potensial (24) Pedoman Pengukuran Karbon untuk Mendukung Penerapan REDD+ di Indonesia (25) Mutan (Model Ekonomi Usaha Tani hutan) : Software Neraca Sumberdaya Hutan Satu Abad Penelitian Kehutanan Indonesia
107
Gambar 35. Kursi, meja dan lemari dari bambu lamina di Pustekolah, Bogor
Foto: Mariana T.
Gambar 36. Penangkaran Rusa Timor (Cervus timorensis) di Dramaga,
Bogor (2008)
108
ERA REFORMASI SAMPAI SEKARANG (TAHUN 1999–2013)
SERI IPTEK 2 (2011) berisi: (1) Sidik cepat degradasi sub DAS. (2) Teknik mitigasi banjir dan tanah longsor. (3) Menyelamatkan monyet belanda dari Kalimantan, biologi konservasi bekantan. (4) Penyiapan lahan tanpa bakar. (5) Jelutung rawa untuk rehabilitasi hutan rawa gambut. (6) Pengendalian penyakit karat tumor pada sengon. (7) Pengendalian hama pada tanaman penghasil gaharu. (8) Diagnosis penyakit tanaman hutan. (9) Pengendalian hama kutu lilin pada pinus. (10) Pestisisda nabati untuk pengendalian hama dan penyakit. (11) Teknik penanganan benih ortodok. (12) Teknik penanganan benih rekalsitran. (13) Sidik cepat pemilihan jenis pohon hutan rakyat. (14) Sistem paku berpori untuk inokulasi gaharu. (15) Hibrid BS-08 dan BS-09 bibit ulat sutera berkualitas. (16) Atlas benih tanaman hutan Indonesia. (17) Atlas rotan Indonesia. (18) Atlas kayu Indonesia. (19) Xylarium Bogoriense 1915. (20) Herbarium Wanariset. SERI 3 IPTEK KEHUTANAN (2011) berisi: (1) Strategi pemulian akasia hibrida. (2) Strategi pemuliaan sengon yang resisten terhadap karat tumor. (3) Strategi pemilihan jenis tanaman hutan rakyat. (4) Sebaran dan persyaratan tumbuh jenis alternatif penghasil pulp di wilayah Riau. (5) Konservasi jenis Pinus merkusii strain Kerinci. (6) Menyelamatkan orangutan. (7) Peta kesesuaian lahan cendana. (8) Cemara laut mengubah pantai berpasir yang marjinal menjadi potensial. (9) Sensor peringatan tanah longsor. (10) Enam jenis tumbuhan penghasil buah sebagai sumber pangan di Papua. (11) Standar mutu gaharu. (12) Penguat warna kain alami dari serbuk daun loba. (13) Produksi biodiesel dengan proses ekstrans dari biji tanaman hutan. Satu Abad Penelitian Kehutanan Indonesia
109
(14) Glulam, produk kayu majemuk untuk memperbaiki kualitas dan dimensi kayu inferior. (15) Tree length logging untuk eksploitasi di hutan alam produksi lahan kering. (16) Mekanisme dan distribusi REDD+. (17) Berbagai opsi mekanisme distribusi insentif untuk REDD+. (18) Mekanisme pembayaran atas jasa lingkungan sebagai alternatif skema distribusi insentif REDD+. (19) Strategi penurunan emisi GRK sektor kehutanan. (20) Monograf model-model alometrik untuk pendugaan biomassa pohon. Selama era ini lembaga penelitian sesuai dengan kepakaran penelitinya telah berperan dalam kegiatan-kegiatan, antara lain : (1) Sistem Silvikultur Intensif (SILIN) adalah pengelolaan hutan yang menerapkan teknik silvikultur intensif. Teknik yang dipergunakan mewujudkan hutan yang sehat, prospektif dan lestari. SILIN memadukan tiga elemen utama silvikultur, yaitu (1) pembangunan hutan tanaman dengan jenis terpilih dan kemudian dilakukan pemuliaan jenis, (2) elemen manipulasi lingkungan bagi optimalisasi pertumbuhan, dan (3) elemen pengendalian hama terpadu. Dengan melaksanakan ketiga elemen tersebut akan didapatkan hutan yang produktivitas dan kualitas produksinya tinggi. (2) Standardisasi. Standardisasi ada tiga yakni: Standardisasi SNI (Standard Nasional Indonesia), SKKNI (Standard Kompetensi Kerja Nasional Indonesia), dan ISO (International Organization for Standardization). SNI yang ada di kehutanan mencakup hasil hutan kayu, hasil hutan bukan kayu dan pengelolaan hutan dan di perindustrian antara lain furniture. (3) Reduce Emision from Deforestation and Land Degradations (REDD) dan Perubahan Iklim. Beberapa peneliti ikut dalam pertemuan para pihak (COP), sosialisasi perubahan iklim A/R CDM, penyusunan Strategi Nasional REDD+, sosialisasi REDD, pengukuran biomassa tanaman yang berhubungan dengan kemampuan tanaman untuk menyerap karbon dan ikut dalam menyusun peraturan yang berhubungan dengan pelaksanaan REDD+. (4) Alometrik tentang volume dan biomassa hutan. Beberapa peneliti ikut penyusunan monograf “ Model-model Alommetrik untuk Pendugaan Biomassa Pohon pada Berbagai Tipe Ekosistem Hutan di Indonesia”disusun untuk menjawab penetapan tingkat emisi acuan (Reference Emission Level). Modelmodel alometrik tersebut sangat penting bagi pengembangan Sistem Perhitungan Karbon Nasional Indonesia (Indonesian National Carbon Accounting System) dan akan dapat membantu penetapan pembagian keuntungan REDD+ kalau pada suatu saat diimplementasikan di Indonesia. 110
ERA REFORMASI SAMPAI SEKARANG (TAHUN 1999–2013)
C. Pemanfaatan Hasil Penelitian dan Pengembangan Beberapa hasil penelitian yang sudah mendapatkan paten dalam era ini dapat dilihat pada Tabel 17. Tabel 17. Hasil penelitian lingkup Badan Penelitian dan Pengembangan
Kehutanan yang sudah mendapatkan perlindungan Hak Kekayaan Intelektual (HKI) berupa Hak Paten dan Hak Cipta sampai dengan tahun 2012
No
Jenis temuan
Nomor paten/ Hak cipta
Tahun perolehan
1
Metode Pengolahan Kayu Sawit untuk Pembuatan Produk Kayu Utuh (Solidwood) (Gambar 37)
Nomor paten ID 0013043 tanggal 12 Nopember 2004
2004
2
Perekat Tanin untuk Produk Perkayuan
Nomor paten ID P0028142 tanggal 2-05-2011
2011
3
Alat Pendinginan Asap dan Proses untuk Memproduksi Cuka Kayu dari Pembuatan Arang
Nomor paten ID P. 0028528 tanggal 13-06-2011
2011
4
Pembuatan Biodiesel dari Minyak Jarak Pagar dengan Proses Esterifikasi/ Transesterifikasi
Nomor paten ID P. 0027952 tanggal 05-04-2011
2011
5
Program Komputer Atlas Kayu/Computer Programe For Wood
Hak cipta No. 026347 tanggal 30-06-2006
2006
6
Alat Ukur Diameter Pohon
Nomor paten ID S0001084 tanggal 26-05-2011
2011
7
Rekayasa Produksi Gaharu
Nomor paten ID. P. 0031630 tanggal 31 -8-2012
2012
8
Hak Cipta : Buku/Booklet “Penyakit Karat Puru pada Sengon (Paraserianthes Falcataria) dan Teknik Pengendaliannya”
Hak cipta No. 050325 tanggal 8-04-2011
2011
9
Hak Cipta Buku REDD+ and Forest Governance
Hak cipta No. 0000000786 tanggal 1-08-2012
2012
10
Hak Cipta Buku Social Forestry
Hak cipta No. 0000000785 tanggal 1-08-2012
2012
11
Hak Cipta Booklet Cadangan Karbon Pada Berbagai Tipe Hutan Dan Jenis Tanaman Di Indonesia
Hak cipta No. 0000000784 tanggal 1-08-2012
2012
12
Hak Cipta Booklet Pedoman Pengu-Kuran Karbon Untuk Mendukung Penerapan REDD+ Di Indonesia
Hak cipta No. 0000000787 tanggal 1-08-2012
2012
13
Hak Cipta Aplikasi Software Neraca Sumberdaya Alam
Hak cipta No 0000000783 tanggal 1-08-2012
2012
Satu Abad Penelitian Kehutanan Indonesia
111
a
b
Gambar 37. Kursi dan meja (a) dan lantai parket (b), keduanya dari kayu sawit
Beberapa hasil penelitian yang sudah digunakan secara luas adalah seperti disajikan pada Tabel 18. Tabel 18. Hasil penelitian lingkup Badan Penelitian dan Pengembangan
Kehutanan yang sudah dipergunakan secara luas
No
Hasil penelitian
Pengguna
1
Pembuatan Bibit Tanaman Sistim FOG-Cooling Beberapa perusahaan di Kehutanan, UPT Ditjen BPDASPS. (KOFFCO).
2
Penggunaan Isolat Cair untuk Penyuntikan Pengusaha dan Petani gaharu. Tanaman Gaharu.
3
Bibit Ulat Sutera Hibrid BS-02 , BS-04. BS-08 Dan BS-09.
Petani ulat sutera dan Perum Perhutani.
4
Monograf Model-Model Allometrik untuk Pendugaan Biomassa Pohon (Gambar 38).
DNPI, Kementerian Kehutanan.
5
Peta Perwilayahan (Jenis Andalan Setempat).
Kementerian Kehutanan terutama Ditjen BPDASPS.
6
Mikoriza
Kementerian Kehutanan, Rehabilitasi Lahan.
7
Lebah madu
Masyarakat sekitar hutan.
8
Arang Kompos Bioaktif (2010)
Masyarakat Perhutani
9
Asap cair/destilat arang/cuka kayu (Wood Masyarakat Perhutani dan para petani tanaman pangan. vinegar)
10
Tinjauan ulang kewajiban penggunaan Surat Kementerian Kehutanan Keterangan Asal Usul (SKAU) karu rakyat di Jawa
11
Sofware Neraca Sumber Daya Hutan
12
Pedoman Pengukuran Karbon Mendukung Penerapan RDD+
13
Peta sebaran sumber benih jenis penting
112
Kementerian Kehutanan untuk
DA REDD dan Kehutanan Daerah, DNPI Kementerian Kehutanan dan petani kayu
ERA REFORMASI SAMPAI SEKARANG (TAHUN 1999–2013)
No
Hasil penelitian
Pengguna
14
Rekayasa peralatan pemadam api (JUFA, Kepyok, Portable water tank), Pacitan, Stick jarum, Pompa mesin Pemadam).
Masyarakat yang tinggal di daerah gambut, pengusa-ha hutan di wilayah gambut
15
Hasil penelitian jenis jati
Dinas Kehutanan daerah Gn. Kidul, Pemda Sulawesi Utara, Magelang, Kebun CSO dan SSO Jati, Ponorogo,
16
Hasil Penelitian Jenis Cendana
Dinas Kehutanan Nusa Tenggara, Watusipat Gunung Kidul
Gambar 38. Pengukuran biomassa tanaman hutan
Beberapa kegiatan yang merupakan percontohan dapat dilihat pada Tabel 19. Tabel 19. Kegiatan lingkup Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan
yang merupakan percontohan
No
Kegiatan percontohan
1
Pembuatan arang dan destilatnya serta pemanfaatanya di Bogor dan beberapa daerah.
2
Inokulasi gaharu di Bogor dan beberapa daerah.
3
Penangkaran rusa di Dramaga dan Banten serta trenggiling di Dramaga (Gambar 39)
4
Pembuatan rumah dari kayu kelapa di Aceh (Gambar 40).
5
Pembuatan bibit sistim KOFFCO di Bogor dan beberapa daerah.
6
Alat pengering kayu tenaga surya kombinasi dengan tungku di Bogor.
7
Bangunan dari kayu lamina dengan perekat tanin resorsinol formaldehida.
8
Model Konservasi Ex-situ Cempaka (Michelia champaca).
Satu Abad Penelitian Kehutanan Indonesia
113
No
Kegiatan percontohan
9
Uji Coba Rehabilitasi Hutan Penelitian Berbasis Masyarakat .
10
Konversi Lahan Alang-Alang menjadi System Agroforestry yang Produktif.
11
Uji Padi Gogo Tahan Naungan untuk Memperkuat Program Ketahanan Pangan (Gambar 41).
12
Pemberdayaan Masyarakat Sekitar Hutan Melalui Pengembangan Komoditi Aneka Usaha Kehutanan (AUK) (wanafarma, penghasil buah dan getah, penghasil minyak atsiri dan cadangan pangan).
13
Kabel layang
14
Budidaya rotan jernang (Daemonorops spp).
15
Pemeliharaan pohon dengan mulsa daun kering di hutan tanaman
16
Teknik rehabilitasi hutan rawa gambut bekas terbakar
17
Teknik Silvikultur dan Uji Kesesuaian Laham jati di Sumatera Bagian Selatan
Gambar 39. Penangkaran trenggiling di Dramaga, Bogor tahun 2013
114
ERA REFORMASI SAMPAI SEKARANG (TAHUN 1999–2013)
a
b
Foto: Barly
Gambar 40. Percontohan rumah kayu kelapa yang diawetkan di Banda Aceh tahun
2005/2006. (a) Dalam proses pembuatan dan (b) Rumah jadi
Gambar 41. Percobaan tumpangsari padi gogo di bawah tegakan jati umur 3 tahun
di BKPH Jampang Kulon, KPH Sukabumi tahun 2007
D. Pembelajaran dari Era Reformasi sampai Sekarang 1.
Organisasi Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan selama Era Reformasi Sampai Sekarang (1999-2013) terus berkembang. Nama unit organisasi sering berubah, demikian pula nama publikasi yang diterbitkan dan nomenkelatur penerbit publikasi. Perubahan nama tersebut dirasakan tidak mendukung popularitas unit organisasi serta pemanfaatan hasil-hasil penelitian dan pengembangan kehutanan. Satu Abad Penelitian Kehutanan Indonesia
115
2.
3.
4. 5.
6.
7.
Peneliti dan Litkayasa telah menentukan hasil penelitian dalam era ini. Terjadinya kekurangan jumlah tenaga peneliti yang sesuai dengan visi dan misi institusi mengharuskan dilakukan peninjauan kembali rencana pengembangan tenaga peneliti kehutanan yang disusun oleh Konsultan INDECO dengan biaya dari Bank Dunia yang menyatakan bahwa pada tahun 2030 di Badan Litbang Kehutanan akan terdapat 400 tenaga yang berpendidikan S2 dan 200 tenaga yang berpendidikan S3. Pada tahun 2013 yang berpendidikan S2 ada 182 orang dan S3 ada 40 orang. Kepakaran untuk menunjang visi dan misi institusi belum terpenuhi. Kesinambungan kepakaran tenaga peneliti yang ada kurang terpelihara secara baik sehingga spesialiasi kepakaran peneliti disarankan untuk ditetapkan dari awal. Gedung yang dibangun perlu memperhatikan Master Plan yang telah dibuat dengan mempertahankan luas arboretum. Pembangunan gedung bertingkat akan memperkecil luas lahan arboretum yang dipergunakan untuk bangunan Peralatan baru harus berteknologi mutakhir. Peralatan lama yang masih dapat digunakan secara efektif dan efisien perlu dipelihara baik. Masih terjadi kegiatan penelitian yang berulang dengan hasil penelitian yang serupa. Pendokumentasian hasil penelitian yang lalu dan penajaman rencana penelitian mendatang perlu ditingkatkan. Hasil penelitian sebenarnya sudah banyak yang dapat diaplikasikan di lapangan namun belum diterapkan. Untuk itu eselon I lainnya, khususnya penyuluh kehutanan, dapat meningkatkan upaya pemanfaatan hasil-hasil penelitian tersebut sebagai bahan penyuluhan dengan supervisi peneliti yang bersangkutan. Manfaat hasil penelitian masih kurang dirasakan oleh masyarakat. Untuk mengatasi hal tersebut maka percontohan dan uji coba hasil penelitian perlu ditingkatkan di lapangan dengan pendampingan dari peneliti yang bersangkutan. Hasil uji coba tersebut seyogianya disertai dengan analisis peningkatan pendapatan masyarakat. Perlu diingat kesepakatan para peneliti sebelumnya bahwa KHDTK, kebun percobaan dan arboretum menjadi etalase hasil penelitian.
8.
Kegiatan yang masih perlu dilaksanakan adalah: (a) Memperjelas rentetan kegiatan penelitian, penyebaran hasil penelitian dan penggunaanya, (b) Peningkatan kemitraan antara peneliti, penyuluh dan widyaiswara dan (c) Peningkatan kemitraan antara peneliti, akademisi dan praktisi.
9.
Jumlah nama publikasi yang dikeluarkan Badan Litbang Kehutanan terlalu banyak dan kualitas serta kontinuitas penerbitannya juga tidak dapat dipertahankan. Diperlukan rasionalisasi jumlah dan format serta peningkatan kualitas publikasi hasil-hasil penelitian.
116
ERA REFORMASI SAMPAI SEKARANG (TAHUN 1999–2013)
10. Kunjungan pejabat (Menteri, Gubernur dan Bupati) ke satu Balai Penelitian Kehutanan menunjukkan keberhasilan pimpinan dan staf Balai Penelitian Kehutanan tersebut dalam meyakinkan pentingnya penelitian kehutanan guna meningkatkan kualitas pengelolaan hutan dan kesejahteraan masyarakat.
Satu Abad Penelitian Kehutanan Indonesia
117
BAB VI
HARAPAN KE DEPAN
A. Umum 1.
2.
3.
4.
5.
Badan Litbang Kehutanan sebagai anggota organisasi internasional seperti International Union of Forest Research Organizations (IUFRO), Center for International Forestry Research (CIFOR), Asia Pacific Association of Forest Research Institutions (AFAPRI) perlu lebih aktif dalam berbagai kegiatannya. Di samping itu perlu juga ditingkatkan penulisan hasil penelitian dalam jurnal internasional dan penulisan makalah dalam pertemuan internasional. Dana untuk keperluan penulisan, kehadiran dalam pertemuan internasional dan peninjauan obyek penting perlu disediakan serta mudah diakses oleh peneliti. Program penelitian dan pengembangan kehutanan disusun berdasarkan program pembagunan kehutanan nasional dan daerah otonomi, serta ditujukan untuk mencapai penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya hutan secara optimal dan lestari. Upaya pencapaian tujuan penelitian dan pengembangan kehutanan ditentukan oleh ketersediaan organisasi, tenaga peneliti, prasarana dan sarana, serta biaya operasional yang memadai, yang kesemuanya itu memerlukan perhatian pimpinan. Koordinasi antara institusi penelitian kehutanan dengan institusi pengelola sumberdaya hutan dan kehutanan serta institusi terkait lain ditingkatkan guna merealisasikan fungsi penelitian dan pengembangan sebagai pemandu, pendamping dan penunjang kegiatan pembangunan kehutanan. Pelaksanaan fungsi penelitian dan pengembangan kehutanan disempurnakan setiap lima tahun melalui penilaian dan perbaikan terhadap kinerja organisasi penelitian dan pengembangan kehutanan, serta terhadap efisiensi dan efektivitas penerapan hasil-hasil penelitian dan pengembangan dalam kegiatan operasional pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya hutan.
B. Prasarana dan Sarana 1.
2.
Pembangunan gedung baru disesuaikan dengan perkembangan organisasi dan kegiatan penelitian di masa depan. Agar tidak mengurangi lahan arboretum maka gedung baru yang dibangun harus bertingkat di lokasi bekas gedung lama. Pendayagunaan Kawasan Hutan Dengan Tujuan Khusus (KHDTK) berupa kebun-kebun percobaan yang tersebar di berbagai daerah untuk kegiatan penelitian harus ditingkatkan disertai pemantapan organisasi pengelola dan program penelitian serta pengaturan tata ruang dan tata waktu untuk pemanfaatannya secara optimal. Satu Abad Penelitian Kehutanan Indonesia
121
3.
Pengadaan dan pendayagunaan sarana penelitian berupa berbagai jenis mesin dan peralatan laboratorium baik dalam ruangan maupun di lapangan, dilakukan sesuai dengan kebutuhan program penelitian dengan menyertakan juga peneliti. Biaya pengadaan, pemeliharaan dan kalibrasi sarana penelitian harus disediakan secara berkelanjutan agar tidak terjadi stagnasi dalam pelaksanaan penelitian dan tetap mendapat akreditasi.
4.
Pengamanan prasarana dan sarana yang ada perlu dilaksanakan sesuai dengan sistem manajemen lingkungan seperti fasilitas pipa air pemadam kebakaran (hydrant) dan menyediakan tabung-tabung pemadam kebakaran yang cukup serta pelatihan penanggulangan bahaya secara berkala baik di dalam maupun di luar gedung.
C. Organisasi 1.
Rasionalisasi organisasi Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan di pusat, baik di Sekretariat maupun di Pusat-Pusat Penelitian dan Pengembangan, guna meningkatkan efisiensi dan efektivitas pemanfaatan sumberdaya.
2.
Penyempurnaan aturan tata hubungan kerja antara UPT/BPK dengan PusatPusat Penelitian dan Pengembangan serta Sekretriat Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan, baik tata hubungan administratif maupun teknis operasional penelitian dan pengembangan.
3.
Nomenklatur nama-nama unit kerja lingkup Balitbanghut sulit dipahami dan jauh dari kebiasaan nomenklatur dalam masyarakat internasional. Pada masa mendatang perlu ada pengkajian dan penataan untuk mendapatkan nomenklatur yang tepat sesuai dengan tupoksi unit kerja dan dapat dipahami oleh masyarakat nasional maupun internasional.
D. Tenaga Kerja 1.
Penetapan pejabat struktural unit organisasi penelitian kehutanan berdasarkan kemampuan serta minat dan komitmennya dalam pengembangan iptek kehutanan.
2.
Penetapan jumlah tenaga administrasi dan tenaga peneliti pada UPT/BPK didasarkan atas ruang lingkup dan volume kegiatan penelitian serta bidang keahlian yang diperlukan.
3.
Pemberian penghargaan kepada peneliti dan karyawan yang berprestasi lingkup Badan Litbang Kehutanan perlu dilakukan secara berkelanjutan.
122
HARAPAN KE DEPAN
4.
Jumlah tenaga teknis (termasuk fungsional) dibanding dengan tenaga administratif (struktural dan non struktural) pada tahun 2012 sudah hampir sama. Untuk mencapai kinerja dengan tingkat efisiensi dan efektivitas pemanfaatan sumberdaya yang tinggi, pada semua unit kerja penelitian (Pusat dan UPT) perbandingan jumlah tenaga teknis dan tenaga administratif 2:1 sampai 3:1.
5.
Seluruh tenaga kerja perlu dibina menjadi tenaga kerja profesional.
E. Kepemimpinan 1.
Institusi penelitian dipimpin oleh tenaga peneliti senior yang berprestasi dan diprogramkan untuk mengikuti pelatihan kepemimpinan, agar mutu penelitian kehutanan meningkat.
2.
Kewajiban pejabat fungsional yang mempunyai jabatan fungsional lebih tinggi untuk membina pejabat fungsional yang lebih rendah di lingkungannya, sesuai dengan Peraturan Jabatan Fungsional dari LIPI, perlu dilaksanakan secara konsekuen agar kegagalan fungsional peneliti berupa pemberhentian permanen dari jabatan fungsional dapat dihindari.
3.
Kegagalan tenaga peneliti dalam meningkatkan jabatan fungsional peneliti merupakan kegagalan bersama antara pimpinan unit kerja tempat peneliti bekerja dan tenaga peneliti sendiri. Oleh karena itu secara berkala pimpinan unit kerja harus melakukan penelaahan dan pembinaan peneliti dengan mengutamakan dialog antara pimpinan unit kerja dan peneliti.
F. Hasil Penelitian 1.
Untuk meningkatkan dayaguna hasil penelitian maka dalam penyusunan rencana penelitian perlu melibatkan masyarakat pengguna hasil penelitian baik institusi pemerintah maupun swasta.
2.
Kemampuan peneliti membuat proposal penelitian, melaksanakan penelitian dan menyajikan hasil penelitian secara tertulis dengan baik terus ditingkatkan agar hasil karyanya mempunyai bobot teknis ilmiah yang dapat diakui baik pada taraf nasional maupun internasional.
3.
Membangun database hasil-hasil penelitian sebagai acuan untuk menetapkan penelitian dan pengembangan berikutnya. Satu Abad Penelitian Kehutanan Indonesia
123
G. Publikasi 1.
2.
3.
Dalam rangka meningkatkan efisiensi biaya, jaminan keberlangsungan dan mutu publikasi serta agar mudah dikenal, maka judul jurnal dibatasi sebanyak tiga buah yang meliputi masalah hutan, masalah hasil hutan, dan masalah di luar hutan dan hasil hutan, namun masih dalam kerangka penelitian dan pengembangan kehutanan. Karya tulis populer (hasil penelitian dan paket teknologi) yang ditujukan kepada masyarakat luas kurang mendapat perhatian, tidak diakreditasi LIPI dan akhirnya tidak diterbitkan lagi oleh Balitbanghut. Mengingat jenis publikasi ini mudah dipahami dan kemungkinan digunakan masyarakat serta diperlukan para peneliti pemula sebagai wadah penyaluran karya tulis mereka, maka di masa depan diharapkan agar publikasi populer didorong penerbitannya kembali dengan penataan jenis publikasi yang rasional dan mutu penyajian yang baik. Perkembangan penulisan buku dalam lingkup Balitbanghut sangat kurang, padahal peranannya sangat penting untuk menghimpun hasil-hasil penelitian guna diwariskan kepada generasi mendatang. Ke depan, program penulisan buku perlu ditingkatkan dengan cara menciptakan kondisi yang kondusif, pendanaan yang memadai dan dorongan yang bersifat membangun dari pimpinan.
H. Pengembangan 1.
2. 3.
Upaya pengembangan hasil penelitian ditingkatkan dengan memperbanyak kegiatan uji coba di lapangan dengan cara melibatkan masyarakat tani atau pengusaha hutan disertai supervisi peneliti yang bersangkutan. Hasil uji coba tersebut harus dianalisis dengan cermat, disempurnakan dan hasil analisis disajikan secara populer agar mudah dan diadopsi oleh para pengguna. Meningkatkan peran forum yang meliputi (a) Peneliti, widyaiswara dan penyuluh dan (b) Peneliti, akademisi dan praktisi. Meningkatkan kerjasama dengan Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah serta institusi-institusi lain yang berkaitan dengan kehutanan.
I. Pemanfaatan Hasil Penelitian Sosialisasi atau pemasyarakatan hasil penelitian melalui uji coba di laboratorium dan pembuatan percontohan di lapangan serta mengadakan analisa sosial ekonomi yang langsung disupervisi para peneliti yang bersangkutan, dipandang lebih efektif 124
HARAPAN KE DEPAN
dari pada temu lapang atau presentasi dan diskusi, karena masyarakat pengguna hasil penelitian dapat secara nyata melihat manfaat penerapan hasil penelitian dalam kegiatan operasional di lapangan.
J. Kerjasama Penelitian 1.
2.
Mengingat besarnya manfaat kerjasama dalam negeri antara lain dalam (a) Penyediaan biaya penelitian, (b) Pemantapan fokus/kegiatan penelitian serta dan (c) Pemasaran hasil penelitian, maka mitra kerjasama dalam negeri perlu diikutsertakan dalam perencanaan dan penyelenggaraan penelitian tertentu. Jejaring mitra kerjasama perlu dibangun untuk membantu pemecahan masalah riil di lapangan dan mendapatkan umpan balik sesuai bidang keahlian peneliti yang bersangkutan dan dapat mencakup institusi pemerintah dan atau swasta. Manfaat kerjasama luar negeri cukup banyak antara lain dalam (a) mendapatkan alih teknologi, (b) Memanfaatkan tenaga ahli dan (c) Meningkatkan kualitas tenaga peneliti baik melalui pendidikan informal (training atau mengikuti pertemuan/seminar) maupun formal (pendidikan S2 dan S3) di luar negeri. Penggalangan kerjasama luar negeri dilaksanakan antara lain , melalui organisasi internasional seperti International Union of Forest Research Organizations atau melalui kontak langsung dengan mitra kerjasama yang dituju atas dasar kesamaan persepsi/kepentingan.
Satu Abad Penelitian Kehutanan Indonesia
125
BAB VII
PENUTUP
Buku Satu Abad Penelitian Kehutanan Indonesia ini merupakan buku kedua yang diterbitkan oleh Badan Litbang Kehutanan. Buku pertama diterbitkan pada tahun 1969 bertepatan dengan tujuh windu (56 tahun) penelitian kehutanan. Rentang waktu yang cukup lama antara buku pertama dan kedua serta informasi yang kurang terdokumentasi secara baik mengakibatkan kesulitan dalam mengumpulkan data untuk menyusun buku ini. Untuk itu perlu dilakukan penyusunan buku edisi kedua dan seterusnya setiap 10 – 20 tahun sekali. Untuk mendapatkan masukan dalam rangka penyusunan buku edisi berikutnya, maka buku dibagikan kepada kepala pusat, kelompok peneliti, kepala balai, kepala bidang, dan kepala bagian. Semua masukan disertai data pendukung dikumpulkan oleh sekretaris badan litbang tiap tahun. Demikian juga masukan berupa harapan dari unit kerja tersebut di masa mendatang baik jangka pendek (5 tahun ke depan) maupun jangka panjang (20 tahun ke depan) meliputi semua aspek penelitian baik langsung maupun tidak langsung. Buku dibagikan juga kepada pihak terkait, baik pemerintah maupun swasta untuk menelaah dan memberikan saran agar penelitian kehutanan pada masa mendatang lebih baik.
Satu Abad Penelitian Kehutanan Indonesia
129
DAFTAR PUSTAKA Anonim. 1931. Oorspronkelijke Bijdragen; De Plechtige Opening van Het Nieuwe Gebouw Voor Het Boschbouw Proefstation. Tectona Deel XXIV, Bogor. 733-734. . 1957. Forest Research Institute in Indonesia. The Forest Research Institute, Bogor. . 1978. Laporan intern penyelenggaraan kursus Sawdoctoring. Lembaga Penelitian Hasil Hutan, Bogor. Tidak diterbitkan. . 1978. Laporan intern penyelenggraan kursus Teknisi Penggergajian. Lembaga Penelitian Hasil Hutan, Bogor. Tidak diterbitkan. . 1986. Sejarah Kehutanan Indonesia II-III, Periode Tahun 1942-1083. Departemen Kehutanan, Jakarta. . 1991. Kebun Percobaan Arcamanik, Cigerendeng dan Cikole. Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan, Jakarta. . 1991. Kebun Percobaan Carita. Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan, Jakarta. . 1991. Kebun Percobaan Cigerendeng. Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan, Jakarta. . 1991. Kebun Percobaan Cikampek. Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan, Jakarta. . 1991. Kebun Percobaan Dramaga. Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan, Jakarta. . 1991. Kebun Percobaan Haurbentes. Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan, Jakarta. . 1991. Kebun Percobaan Padekan Malang dan Sumberweringin. Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan, Jakarta. . 1991. Kebun Percobaan Pasirhantap. Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan, Jakarta. . 1999. Panduan Kehutanan Indonesia. Koperasi Karyawan Departemen Kehutanan dan Perkebunan, Jakarta. . 2001. Statistik Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan dan Perkebunan Tahun 2000. Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan dan Perkebunan, Jakarta. . 2007. Kebun Percobaan Pasir Awi, Bogor. Website: http://www.dephut. go.id/index.php/news/details/950 diakses 5 Juli 2013. . 2009. Silin Kebangkitan Kehutanan Indonesia ke depan. Website: http:// Satu Abad Penelitian Kehutanan Indonesia
131
persaki.org/2009/04/silin-kebangiktan kehutanan Indonesia ke depan. Diakses 5 Juli 2013. . 2010. Buku Pintar Ketetapan Jabatan Fungsional Penelitian dan Angka Kreditnya. Tim Penilai Peneliti Instansi Kementerian Kehutanan, Bogor. . 2011. Seri Iptek 1 IPTEK Kehutanan. Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan, Jakarta. . 2011. Seri Iptek 2 IPTEK Kehutanan. Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan, Jakarta. . 2012. Seri Iptek 3 IPTEK Kehutanan. Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan, Jakarta. Departemen Kehutanan, 2009. Statistik Kehutanan Indonesia 2008. Departemen Kehutanan, Jakarta. Djajapertjunda, S. 2002. Hutan dan Kehutanan Indonesia dari Masa ke Masa. IPB Press, Bogor. Djajapertjunda, S. 2013. Catatan Seorang Rimbawan Mendongkrak Investasi HPH dan Promosi Ekspor Kayu Indonesia. IPB Press, Bogor. Gintings, A.Ng. 2011. Moratorium Gambut dan Hutan Alam Sebagai Periode Untuk Menyempurnakan Data dan Membuat Rencana yang Lebih Baik. Bunga Rampai, Masyarakat Konservasi Tanah dan Air Indonesia, Jakarta. Hardjodarsono, S.; R.I.S Pramoedibyo; S. Sudibya; T. Siswosoenarko; P. Hamijoyo; Z. Hamzah; H. Tedjokoesoemo; J. Kartasubrata; L. Daryadi, M. Kartadarmaja; dan Soenjata. 1986. Sejarah Kehutanan Indonesia I, Periode Pra SejarahTahun 1942. Departemen Kehutanan, Jakarta. Hardjodharsono, S. 2013. Pengalaman memimpin Lembaga Penelitian Hasil Hutan 1974-1982. Tidak diterbitkan. Institut Pertanian Bogor, 2007. Kajian ekonomi kayu lapis dan kayu gergajian dalam peningkatan nilai ekspor. http://www.dephut.go.id/INFORMASI/ LITBANG/Hasil/kajian_1.htm. Diakses 8 Juni 2013. Kamil, R. N.; S. Najasapoetra; Rubardi; P. Sutigno; dan S. Priasukmana. 1969. Tujuh Windu Lembaga-Lembaga Penelitian Kehutanan 16 Mei 1913 – 16 Mei 1969. Lembaga-lembaga Penelitian Kehutanan, Bogor. Kartasubrata, J. 2003. Social Forestry dan Agroforestry di Asia Buku I. Lab Politik Ekonomi dan Sosial Kehutanan. Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor, Bogor. Lanjouw dan Stafleu, 1952. Index Herbariorum Nugroho Adi, 2008. Analisa pertumbuhan dan kemampuan bertahan perusahaan di industri penggergajian kayu (1994 – 2002). Skripsi. Fakultas Ekonomi, UI.https://www.google.com/search?q=analisis+perumbuhan+industri+p 132
DAFTAR PUSTAKA
enggergajian+indonesia&ie=utf-8&oe=utf-8&aq=t&rls=org.mozilla:enUS:official&client=firefox-a. Diakses 15 Juni 2013. Siran, S.A., dan N. Juliaty. Editor. 2006. Membangun kembali hutan Kalimantan melalui hasil-hasil penelitian. Balai Litbang Kehutanan Kalimantan, Samarinda. Sudirman, S. dan W.Kustiawan. (Ed), 2009. Rangkuman Buku Seri-I Kebijakan Produksi Pengelolaan Hutan Alam dan Silvikultur. Balai Besar Penelitian Dipterokarpa, Samarinda. Supardi, R. 1974. Hutan dan Kehutanan dalam 3 Zaman. Perum Perhutani, Jakarta. Van Goor, C.P. and J. Kartasubrata. 1982. Indonesian Forestry Abstracts: Dutch Literature Until About 1960. Centre for Agricultural Publishing and Documentation, Wageningen.
Satu Abad Penelitian Kehutanan Indonesia
133
LAMPIRAN KEMENTERIAN KEHUTANAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KEHUTANAN JAKARTA KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KEHUTANAN Nomor : SK.3/VIII-SET/2013 Tentang TIM PENYUSUN BUKU 100 TAHUN PENELITIAN KEHUTANAN INDONESIA KEPALA BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KEHUTANAN Menimbang
Mengingat
: a. bahwa kegiatan penelitian kehutanan mempunyai peran dan fungsi penting dalam pengembangan ilmu dan teknologi kehutanan tepat guna dalam pemanfaatan sumberdaya hutan secara optimal dan lestari. b. bahwa dalam rangka memperingati 100 tahun berdirinya lembaga penyelenggaraan penelitian kehutanan di Indonesia, dipandang perlu untuk menerbitkan Buku Seratus Tahun Penelitian Kehutanan Indonesia; c. bahwa Buku 100 Tahun Penelitian Kehutanan Indonesia dimaksud dapat dijadikan sebagai salah satu rujukan dalam penilaian status dan penetapan kebijakan pengembangan ilmu dan teknologi kehutanan; d. bahwa untuk penyusunan buku sejarah dimaksud perlu ditetapkan Tim Penyusun Buku 100 Tahun Penelitian Kehutanan Indonesia dengan Keputusan kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan. : 1. Undang-undang Republik Indonesia Nomor: 18 Tahun 2002 tentang Sistem Nasional Penelitian, Pengembangan dan Penerapan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. 2. Keputusan Menteri Kehutanan Nomor: P.40/Menhut-II/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kehutanan; 3. Peraturan Menteri Kehutanan No. P.16/Menhut-II/2005 tentang Pedoman Pengelolaan Karya Cetak dan karya Rekam Departemen Kehutanan; 4. Peraturan Kepala Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia Nomor: 04/E/2011 tentang Pedoman Akreditasi Majalah Ilmiah; Satu Abad Penelitian Kehutanan Indonesia
135
M EM U T U S K A N : MENETAPKAN
PERTAMA
KEDUA
KETIGa KEEMPAT KELIMA
: KEPUTUSAN KEPALA BADAN P EN EL IT I A N DA N PENG EMBANGAN K EHU TANAN TENTANG TIM PENYUSUN BUKU 100 TAHUN PENELITIAN KEHUTANAN INDONESIA : Menunjuk personil yang namanya tercantum dalam lampiran 1 keputusan ini untuk melaksanakan tugas sebagai Tim Penyusun Buku 100 Tahun Penelitian kehutanan Indonesia; : Dalam melaksanakan tugasnya, Tim penyusun Buku 100 Tahun Penelitian kehutanan Indonesia, berpedoman pada uraian tugas sebagaimana tercantum dalam Lampiran 2 keputusan ini dengan tetap memperhatikan peraturan perundangan yang berlaku; : Tim Penyusun Buku 100 Tahun Kelitbangan Kehutanan bertanggung jawab kepada Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan; : Segala biaya sebagai akibat diterbitkannya Keputusan ini dibebannya kepada DIPA Sekretariat Badan Litbang Kehutanan; : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan, dan apabila dikemudian hari ternyata terdapat kekeliruan dalam penetapannya akan diadakan perbaikan sebagaimana mestinya. DITETAPKAN DI : JAKARTA PADA TANGGAL : 6 Februari 2013 KEPALA BADAN,
Dr. Ir. R. Iman Santoso, M. Sc. NIP. 19530922 198203 1 001 Salinan keputusan ini disampaikan Kepada Yth: 1. 2. 3. 4. 5.
Sekretaris Jenderal Kementerian Kehutanan; Inspektur Jenderal Kementerian Kehutanan; Sekretaris Badan Penelitian dan pengembangan Kehutanan; Kepala Pusat Lingkup Badan Litbang Kehutanan; Yang bersangkutan.
136
LAMPIRAN
Lampiran 1 : Surat Keputusan Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan Tentang Tim Penyusun Buku 100 Tahun Penelitian kehutanan Indonesia Nomor : SK.3/VIII-SET/2013 Tanggal : 6 Februari 2013
TIM PENYUSUN BUKU 100 TAHUN PENELITIAN KEHUTANAN INDONESIA Pelindung Pengarah
: Kepala Badan Litbang Kehutanan 1. Sekretaris Badan Litbang Kehutanan 2. Kepala Puslitbang Konservasi dan Rehabilitasi 3. Kepala Puslitbang Keteknikan Kehutananan dan Pengolahan Hasil Hutan 4. Kepala Puslitbang Peningkatan Produktivitas Hutan 5. Kepala Puslitbang Perubahan Iklim dan Kebijakan
Tim Penyusun Ketua
: Dr Ir. A. Ngaloken Gintings, MS;PU
Anggota
: 1. 2. 3. 4.
Editor
Dr Ir. Paribotro Sutigno, MS ; PU Komar Sumarna, MS; PU Ir. Mieke Suharti; PU Prof. Dr Ir. Osly Rachman, MS
: Prof. Dr Ir. Djaban Tinambunan, MS
Tim Sekretariat Koordinator : Kepala Bagian Evaluasi Publikasi dan Perpustakaan (SETBADAN) Anggota
: 1. Kepala Bidang Pengembangan Data dan Tindak Lanjut (PUSKONSER) 2. Kepala Bidang Pengembangan Data dan Tindak Lanjut (PUSTEKOLAH) 3. Kepala Bidang Pengembangan Data dan Tindak Lanjut (PUSPROHUT) 4. Kepala Bidang Pengembangan Data dan Tindak Lanjut (PUSPIJAK) 5. Kepala Sub Bagian Diseminasi, Publikasi dan Perpustakaan (SETBADAN 6. Kepala Sub Bagian Data dan Informasi (SETBADAN) 7. Imam Budiman, S.Hut., MA. (PUSKONSER) 8. Rossi M. Tampubolon, S.Si. (PUSTEKOLAH) 9. Drs. Sukandar (PUSPROHUT) 10. Galih Kartikasari, S.Hut. MSi. (PUSPIJAK) 11. Tutik Sriyati, S.Sos. (SETBADAN) 12. Alhusna Padmawijaya S.Sos (SETBADAN) 13. Rr. Lies Widyowati (SETBADAN)
Satu Abad Penelitian Kehutanan Indonesia
137
Desain Grafis dan Fotografer
: 1. Bintoro, S.Kom. 2. Suhardi Mardiansyah, AMd. 3. Raditya Arief G, A.Md. DITETAPKAN DI : JAKARTA PADA TANGGAL : 6 Februari 2013 KEPALA BADAN,
Dr. Ir. R. Iman Santoso, M. Sc. NIP. 19530922 198203 1 001
138
LAMPIRAN
Lampiran 2 : Surat Keputusan Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan Tentang Tim Penyusun Buku 100 Tahun Penelitian kehutanan Indonesia Nomor : SK.3/VIII-SET/2013 Tanggal : 6 Februari 2013
URAIAN TUGAS TIM PENYUSUN BUKU 100 TAHUN PENELITIAN KEHUTANAN INDONESIA Pelindung: Bertugas membina dan mengarahkan penyusunan Buku 100 Tahun Penelitian Kehutanan Indonesia. Pengarah: Bertugas memberikan arahan dan masukan terhadap penyusunan Buku 100 Tahun Penelitian Kehutanan Indonesia. Tim Penyusun: Bertugas menyusun Buku 100 Tahun Penelitian Kehutanan Indonesia, meliputi menetapkan outline buku, menyeleksi materi yang masuk, menyiapkan naskah yang akan dibahas tim. Editor: Bertugas memeriksa, mengkaji, menilai meyarankan dan memberikan masukan terhadap substansi maupun cara penyajian dari tulisan/naskah yang diajukan oleh tim penyusun. Tim Sekretariat: Bertugas membantu kelancaran Tim Penyusun, meliputi kegiatan mempersiapkan bahan untuk penyusunan naskah, menangani surat menyurat mengenai penyuntingan dengan Tim Penyusun dan Editor serta mengolah naskah untuk pencetakan. Desain Grafis dan Fotografer: Bertugas membuat tata letak naskah dan tampilan gambar lebih menarik dan artistik. DITETAPKAN DI : JAKARTA PADA TANGGAL : 6 Februari 2013 KEPALA BADAN,
Dr. Ir. R. Iman Santoso, M. Sc. NIP. 19530922 198203 1 001
Satu Abad Penelitian Kehutanan Indonesia
139
Foto-foto: Sampul depan : Gedung masa lalu dan saat ini Awal Bab I : Gedung Puslitbang Konservasi dan Rehabilitasi Awal Bab II : Gedung Balai Penyelidikan Kehutanan tahun 1931 Awal Bab III : Pohon Kenari Babi (Canarium decumanum Gaertin) di halaman belakang Lembaga Penelitian Hutan, Bogor. 1965 Awal Bab IV : Mesin Wide Bandsaw tahun 1976 di Laboratorium Penggergajian Awal Bab V : Spark Plasma Sintering (SPS) alat ini digunakan untuk pembuatan karbon nano Awal Bab VI : Pohon pinus di antara pohon-pohon lain di Arboretur Puskonser. 2013 Awal Bab VII : Pintu Kayu Sawit
ISBN: 978-979-8452-58-1
9 789798 452581