SASTRA DAN PENGAJARANNYA: DARI HILIR KE HULU Oleh Tjahjono Widijanto surel:
[email protected] ABSTRACT Problems in the teaching of literature, which is not yet achieved the appreciation of literature is an unfinished homework. The problems of life and culture was born with a condition simultaneously teaching literature is not optimal. In this connection, the necessary creative learning methods for teaching literary texts so as to give meaning to the self stimulation of students. However, the wealth and enrich efforts of teachers to penge¬tahuan and imagination is key, optimized models of creative alternatives. Keywords: Literature, teaching literature. Techniques / methods of teaching ABSTRAK Permasalahan dalam pengajaran sastra, yaitu belum tercapainya apresiasi sastra merupakan pekerjaan rumah yang belum terselesaikan. Permasalahan kehidupan dan kebudayaan pun bersamaan lahir dengan kondisi pengajaran sastra yang belum optimal. Sehubungan dengan hal itu, diperlukan teknik/metode kreatif untuk pengajaran teks sastra sehingga memberikan rangsangan makna pada diri pelajar. Akan tetapi, kekayaan dan upaya memperkaya guru terhadap pengetahuan dan imajinasi merupakan kunci penting teroptimalisasi model-model kreatif alternatif. Kata Kunci
: Sastra, pengajaran sastra. Teknik/metode pengajaran
kita sekarang sudah dipandu dengan
PENDAHULUAN Untuk mengawali tulisan ini, marilah kita merenungi kehidupan dalam
dan
cendekiaitas
kondisi
kebudayaan
kaitannya
dengan
nalar/akal
pikiran
pengetahuan
kita
atau
di ilmu
samping yang
bersanding dengan kepribadian atau
insan
karakter
(intelektual-rasional)
terpuji?
Tentu,
secara
serempak kita menjawab: sudah!
sekaligus insan yang berkarakter.
Kalau
Benarkah kehidupan dan kebudayaan
kegemilangan ilmu, nalar, teknologi,
81
memang
telah
dicapai
ekonomi, mengapa kehidupan sosial
kawan
budaya kita kini masih dipenuhi
hedonisme, libidonisme, a-moralitas,
dengan
kriminalitas, dan sejenisnya dengan
radikalisme,
terorisme,
kekerasan,
sektaranisme,
ketimpangan
sadisme,
kemakmuran
seiring‖?
mudah
dan
kita
temui
Mengapa
setiap
hari?
Demikian juga mengapa gossip,
berbagai bentuk penindasan yang
―rumor‖,
lain?
kosong dan kabar angin makin marak
Demikian
peramal,
ahli
juga
mengapa
nujum,
dukun,
kasak
mewarnai
hidup
kusuk,
kita
omong
beriringan
penghipnotis, ―dunia lelembut‖, dan
dengan tayangan infotainment alias
sejenisnya makin hari justru makin
gossip
marak, naik daun dan popular?
tertinggi?
Selain
itu
selalu
benarkah
menempati
Jangan-jangan
selama
ini
kebudayaan
kita
kehdiupan sosilal kebudayaan kita
kehidupan
saat ini sudah dipandu oleh hati
memang belum dipandu oleh nalar
nurani atau jiwa kepribadian kita?
yang sehat, pengetahuan dan hati
Tentu kita juga serempak menjawab:
nurani.
sudah! Sambil
sekian
pengetahuan, dan hati nurani kita
bukti.
sudah ―mati suri‖ atau paling tidak
menunjuk
banyak
argumentasi
Tetapi,
mengapa
dan
kehidupan
dan
telah
dan
rating
Jangan-jangan
terusis
pikiran,
dan terpencil
dari
kebudayaan kita makin dikuasai
segenap lapangan kehidupan social
sikap dan peri laku saling curiga,
dan
saling
manusia, sebagai bangsa, nampaknya
membenci,
saling
mau
kebudayaan
menang sendiri, saling tuduh, sarat
kita
korupsi, saling ―tohok menohok
merasakan
82
sedang
kita.
Sebagai
menyaksikan perlahan-lahan
dan kita
mengalami
ketumpulan,
kedang-
sastrawan dan karya sastra dapat
kalan, kekeruhan serta kerapuhan
dikelompokkan
daya
wan, karena olahraga seperti halnya
intelektual,
rasionalitas,
samping
olahraga-
spiritualitas dan imaji. Hal ini berarti,
sastra
intelektual, rasionalitas, spiritualitas
badan juga dapat menghibur dan
dan imajinasi kita saat ini
menyegarkan
justru
di
sebagai
jiwa.
menyehatkan
Tentu
saja
menjadi part of the problem, bukan
seloroh Tardji tinggalah sebagai
problem solver dalam kehidupan dan
guyonan karena pada kenyataannya
kebudayaan kita, padahal keem-
meski sastra dapat menghibur dan
patnya
empat
menyehatkan jiwa, tidak pernah ada
bagi
orang yang memasukkan sastrawan
itu
serangkai
merupakan
yang
diperlukan
kelangsungan hidup berbangsa kita.
dalam kelompok olahragawan karena mungkin
biasanya
sastrawan,
PEMBAHASAN
penyair, atau novelis hanya kuat
Sastra dan Fungsi Sastra
dalam
Penyair
dan
pikirannya
Cazloum
sedang ototnya sering kali lebih
Bachri pada suatu sudut di TIM
lembek bila disandingkan dengan
sebelum
seorang atlet.
dimulai1)
Sutardji
imajinasi
sebuah
seminar
berseloroh
sastra bahwa
Guyonan Tardji bisa saja membekas dan meninggalkan jejak-
1)
Pada tgl 19 Juli 2007 bertempat di TIM Jakarta diadakan sebuah acara perhelatan hari ulang tahun Presiden Penyair Indonesia Sutardji Casloum Bachri bertajuk “Pekan Presiden Penyair”. Salah satu mata acara adalah Seminar Internasioanal Sutardji Cazloum Bachri, sebelum acara seminar dimulai Tardji mengeluarkan joke-joke segar terkait dengan dirinya, proses kreatif dan tentang sastrawan.
jejak
pertanyaan
yang
menyoal
kembali tentang keberadaan sastra, satrawan, guru sastra dan pengajaran sastra. Terlebih lagi bila orang
83
mendengar cerita nyata yang terjadi
mengambil hikmah dan mengem-
pada akhir abad XIX ketika seorang
bangkan peradabannya dan akhirnya
anggota parlemen Inggris bernama
kita
John Ruskin berkata: ―Shakespeare
maklum
abad-abad
kehidupan
manusia
adalah
bagi Inggris jauh lebih penting
percepatan
perputaran
aksara.
daripada India. Inggris tanpa India
Dengan perantaraan bahasa-aksara
tetap Inggris. Namun Inggris tanpa
manusia membentuk kebudayaan:
Shakespeare,
―Bacalah, dan Tuhanmulah Yang
Inggris
akan
kehilangan citranya!‖ Pernyataan
semua
Maha Ruskin
ini
Pemurah,
manusia
yang
dengan
mengajar
perantaraan
mengisyaratkan satu hal yang cukup
kalam” .Berpangkal dari aksara,
menyentil kita betapa keberadaan
manusia berkonsensus merajut tali
sastra, satrawan dan guru sastra
silaturahmi dan menyemai benih
begitu bermarwah, bermartabat serta
peradaban di ruang public. Dalam
berwibawa di mata negara. Dunia
aksara, ide dan argumentasi diuji
sastra secara sah dan legal dalam
kekokohannya. Pendek kata: manusia
skala kenegaraan diakui menjadi
ditemukan oleh aksara atau kata atau
bagian na termat penting tidak saja
bahasa.
dalam pebelajaran di sekolah formal
Riwayat
kosmologis
Jawa
namun diyakini pula membawa hal
barangkali dapat menjadi cermin
yang kruasial bagi perkembangan
ontologis banyak suku bangsa yang
dan kemajuan bangsa.
lain. Bagaimana muncul cerita yang
Di sisi lain melalui bahasa
berselubung mitos, Jawa menda-
(baca: aksara), manusia mencerna,
patkan
84
eksistensi
kebudayaanya
sendiri ketika pada tarikh 78 M
Dengan demikian bahasa dan kata
ketika Aji Saka merangkum sebuah
menjadi sebuah ―rumah kenyataan‖ ,
alphabet penuh makna: ―hana caraka
the house of being di mana gagasan
data sawala pada jayanya maga
dan pemikiran manusia berdiam..
batanga”. Dengan huruf-huruf inilah
Sesungguhnya tak ada bangsa
orang Jawa menyusun eksistensinya,
yang dapat maju tanpa memuliakan
hidupnya, mimpinya, sejarah, jati diri
keberaksaraan dan kesastraan. Paling
hingga
tidak ada empat hal yang patut
pemahaman
filsafat
dan
spiritualnya. Jawa menjadi sebuah
dipertimbangkan
alegori indah bagaimana kekuatan
memperhatikan keberaksaraan dan
bahasa dalam menemukan manusia,
kesatraan kita dirasa begitu penting.
menenempatkannya sebagai khalifah tulis
merupakan
sarana
olah
melucuti
ketepatan sementara kelisanan lebih
manusia dari kegelapan akal bahkan
cenderung ke arah yang ―longgar dan
spiritual.
pertama
liar‖. Dengan membaca dan menulis
ditemukan di masa Sumeria, sekitar
proses konsentrasi dan sublimasi
4000 tahun SM, manusia sadar
akan terus dituntus sedangkan lisan
bahwa kebudayaan yang disusun dan
cenderung memberikan sesuatu yang
peradaban yang terbentuk adalah
sesaat,
hasil sublimasi dari kerja keras akal
gesaan.
Sejak
yang
upaya
Pertama, tradisi tulis baca
bagi semua yang ada di bumi. Bahasalah
mengapa
tulisan
mereka ke dalam sublimasi medium
sederhan
dan
ketergesa-
Kedua, keberaksaraan meru-
komunikasi mereka yakni tanda-
pakan
tanda simbolik bernama bahasa..
merupakan organ kemajuan social.
85
ukuran
keberadaban
dan
Secara
umum
dipercaya
bahwa
Sesuatu
boleh
dikatakan
naiknya tingkat literasi masyarakat
sastra apabila ia selain menghibur
mengarah pada kemajuan institusi-
juga memberikan kepada pembaca-
institusi social yang rasional dan
nya suatu pemahaman yang ‗baru‘
demokreatis.Ketiga,
keberaksaraan
dan
sebagai
budaya
karagaman
instrument
dan
mendalam
terhadap
kehidupan
keanemanusia.
perkembangan saintifik. Tulisan dan
Karya sastra berkualitas lahir untuk
literasi pasti memuat pemikiran yang
menghadirkan sebuah cermin kepada
khas seperti filsafat, sains, keadailan,
manusia, kepada masyarakat, kepada
penemuan-penemuan
pengobatan
suatu bangsa, untuk berkaca dan
dan sebagainya yang merupakan
mematut diri untuk menjadi lebih
musuh abadi dari keterbelakangan,
―sempurna‖. Dalam bahasa latin
ketakhayulan, dan apatisme.
cermin
diistilahkan
dengan
kata
Dan keempat, kebahasaan dan
speculum yang berarti spekulatif,
kesastraan sebagai instrument dari
karena bercermin pada dasarnya
perkembangan
Keberak-
adalah menampilkan realitas yang
saraan dan kesastraan dapat melatih
diabstraksikan dalam pikiran yang
orang
spekulatif.
untuk
membiasakan mengabstrasi
kognitif.
menanamkan diri
dan
Pemikiran
spekulatif
untuk
dibutuhkan manusia untuk menga-
pemikiran-pemikiran.
mati dan merefleksikan realitasnya
Dari sinilah muncul ide-ide baru
sendiri.
yang unik, segar bahkan orisinil yang
Kehadiran
karya
sastra
tidak mungkin diperoleh dari budaya
merupakan simbolisasi dari pemi-
lisan.
kiran spekulatif pengalaman manusia
86
atas dirinya, bangsa dan dunianya.
cemerlang. Demikian pula ketika
Dengan karya sastra lewat media
membaca novel Tambo, karya Gus
berupa bahasa sastrawan berusaha
Tf.
merefleksikan, berpikir dan berab-
bagaimana
straksikan, terhadap realitas manusia
pengarang menyajikan bagaimana
dengan segenap permasalahannya.
proses terjadinya silang budaya yang
Proses
mengakibatkan sebuah budaya tidak
refleksi
menghasilkan
diri sebuah
ini
bisa
Sakai,
kita
dapat
melihat
dengan
briliant
terjebak menjadi involutif.
kerangka
pemikiran filosofis untuk mengung-
Karya sastra akan selalu
kapkan fkata atau realitas hidup
melalui
secara lebih komprehensif dan utuh.
adanya dan perwujudannya. Karya
Pada saat inilah sastra berbicara
sastra merupakan salah satu bukti
tentang upaya pencarian diri dan
bahwa manusia adalah makhluk yang
penyosokan identitas manusia dan
terus
identitas
pula
perancangan masa depannya karena
berperanan sebagai sebuah wahana
kemampuannya untuk mengandaikan
intropeksi dan motivasi diri. Dalam
segala
kerangka refleksi diri ini seringkali
menangkap realitas sebagai kemung-
sastrwa melakukan otokritik terhadap
kinan-kemungkinan sehingga selalu
identis dirinya, identitas bangsa dan
berada pada tegangan ada dan tiada.
identititas budaya. Dalam novel-
Kecenderungan inilah yang menjadi
novel Mangun Wijaya misalnya, kita
dorongan utama yang menggerakkan
dapat merlihat bagaimana persoalan
bahwa manusia adalah makhluk yang
nasional dikemukakan dengan begitu
‗membelum‘ selama eksistansinya.
bangsa
sekaligus
87
mempersoalkan
menerus
realitas
dirinya,
terlibat
dan
dalam
cenderung
Hal ini berarti manusia terlebih lagi
mengatakan bahwa sastra mampu
bangsa adalah suatu proses ‗menjadi‘
menghadirkan
dalam rentangan kesejarahannya.
mementaskan
yang
yang
tidak
hadir,
yang
tidak
Unsur fiksi atau rekaan
terpentaskan
terdapat
menghadirkan permasalahan yang
dalam
sastra
dan
tidak
bisa
bahkan
merupakan dunia nyata yang unik
mungkin
yang dibutuhkan manusia sebagai
dalam dunia realitas sehari-hari.
fungsi penyimbang bagi kebutuhan
Sastra di Sekolah
jiwanya. Jika di realitas sehari-hari
Di
dalam
dituntaskan
Kamus
gerak-gerik manusia ada batasnya
Bahasa
dalam dunia rekaan apa yang terjadi
pendidikan diartikan sebagai proses
di
pengubahan sikap dan tata laku
dunai
realitas
bisa
diulangi
Indonesia
Besar
kembali. Dengan demikian seseorang
seseorang
membaca sastra berarti menyaksikan
dalam usaha mendewasakan manusia
dirinya sendiri di dalamnya. Dan
melalui upaya pembelajaran atau
sastra adalah cermin raksasa yang
pengajaran. Karena itu pendidikan
istimewa,
hanya
menyangkut tidak saja aspek kognitif
menampilkan diri manusia seperti
dan keterampilan siswa, tetapi juga
dalam dunia nyata, tetapi sekaligus
meliputi pembentukan diri secara
juga
keseluruhan.
yang
tidak
memperbaikinya
bahkan
atau
(1996:232)
kelompok
orang
menampilkan hal-hal yang tidak
‗Dunia guru‘ adalah ‗dunia
tampak dan tidak diketahui dalam
kelas‘ yang secara sepihak menekan,
realitas
tidak
mendesak, bahkan memaksa guru
Iser
untuk melaksanakan proses pembe-
berlebihan
nyata, bila
sehingga Wolfgang
88
lajaran sebagai proses pendidikan
dengan istilah pembelajaran yang
yang
mema-
selain mempunyai proses atau cara
nusiakan anak didik. Lebih lanjut,
juga terkesan mempunyai pengertian
guru juga dituntutharapkan mampu
suatu aktivitas yang seimbang antara
menyajikan
pihak guru dan anak didiknya.
diharapkan
dapat
proses
pembelajaran
yang bukan semata-mata transfer
Pengajaran-pembelajaran sas-
pengetahuan tertentu, tetapi juga
tra di SMA baik KTSP maupun K 13
memiliki
pada
efek
pendamping
hakekatnya
(nuturring effect) yakni berkewajiban
memiliki
untuk
memberikan
membentuk,
mewarnai
dua
sebenarnya
sasaran.
Pertama,
kompentensi
kepada
kepribadian dan moral siswa. Karena
siswa untuk kreatif menulis karangan
itu pembentukan watak, moral dan
fiksi dan nonfiksi dengan meng-
kepribadian siswa tidak saja tugas
gunakan kosakata yang bervariasi
dan kewajiban guru agama, tetapi
dan efektif untuk menimbulkan efek
juga menjadi tugas dan kewajiban
dan
semua guru bidang studi apapun
bertujuan memberikan kompetensi
juga.
kepada Saat
―pembelajaran‖ dibandingkan ―pengajaran‖.
ini
istilah
lebih
populer
dengan
istilah
Istilah
hasil
tertentu.
siswa
Dan
untuk
mengapresiasi
sastra
kedua,
mampu melalui
kegiatan mendengarkan, menonton, membaca,
dan
melisankan
hasil
pengajaran
sastra berupa puisi, cerita pendek,
yang mempunyai makna proses, cara,
novel, drama serta mampu untuk
perbuatan,
memahami
mengajar
atau
mengajarkan, dewasa ini tergantikan
dan
menggunakan
pengertian teknis kesusastraan dan
89
sejarah sastra untuk menjelaskan,
pergantian kurikulum tentu harus
meresensi, menilai dan menganalisis
disikapi sebagi sebuah kewajaran dan
hasil sastra, memerankan drama,
merupakan upaya untuk mengan-
menulis karya cipta sastra berupa
tisipasi
puisi, cerita pendek dan novel.
tuntutan dan kebutuhan zaman. TSP
Dengan demikian tujuan pengajaran
dan K 13 sebenarnya memberi
dan pembelajaran sastra disekolah
peluang bagi guru-guru pengajar
berkisar pada dua hal, pencapaian
sastra
kompetensi
berada pada ―jalan yang lurus‖ dalam
apresiatif
dan
kompetensi kreatif siswa.
perubahan,
pergerakan,
(bahasa Indonesia) untuk
memberikan pengajaran sastra yang
Dalam perjalanan pengajaran
benar-benar
berorientasi
pada
sastra kita, kurikulum yang menjadi
apresiasi dan proses kreatif siswa.
―kompas‖ bagi para guru untuk
Dikatakan memberi peluang bagi
melakukan kegiatan belajar mengajar
guru-guru pengajar sastra
seringkali mengalami perubahan dan
Indonesia) untuk berada pada ―jalan
pergeseran. Semenjak tahun 1950,
yang
1958, 1964, 1968, 1975, 1984,
pengajaran sastra yang benar-benar
kurikulum demi kurikulum datang
berorientasi
silih berganti hingga sampai pada
proses kreatif siswa, karena dua
diberlakukannya Kurikulum Berba-
kurikulum itu sebenarnya memberi
sis
kesempatan
Kompetensi
(KBK)
yang
lurus‖
dalam
pada
(bahasa
memberikan
apresiasi
selebar-lebarnya
dan
bagi
kemudian disempurnakan menjadi
guru dan sekolah di berbagai daerah
KTSP (2004/20066) dan kemudian
untuk mengembangkan diri sesuai
Kurikulum 2013. Perubahan dan
dengan kondisi sekolah, guru, siswa,
90
komite
sekolah,
serta
keadaan
Depdiknas
masyarakat dan budaya setempat.
tahun
2004
menyebutkan bahwa guru SD
Namun dalam kenyataan di
negeri yang tidak memenuhi
lapangan, pengajaran sastra yang
criteria untuk layak mengajar
bermuara pada apresiasi dan proses
sesuai
kreatif siswa masih banyak yang jauh
keilmuannya berjumlah 558. 675
dari harapan. Pelajaran sastra yang
orang atau sebesar 45,2% dari
mestinya
dan
total jumlah guru SD sebanyak
membuat asyik siswa, di banyak
1.234.927 orang. Di tingkat SMP
tempat dan persitiwa masih saja
terdapat 108.811 guru negeri dan
seperti dari tahun ke tahun: statis,
58.832 guru swasta, atau 35.9%
membosankan,
yang
apresiatif,
krreatif
dan
cenderung
menghafalkan teori.
dengan
dinilai
mengajar.
Berdasarkan
bidang
tidak
layak
Sementara
untuk
pengamatan
tingkat SMA yang dianggap tidak
penulis, persoalan dan problematika
layak mengajar terdapat 35.424
yang dihadapi dalam pengajaran
guru negeri dan 40.260 guru
satra yang semestinya
mengarah
swasta dari jumlah keseluruhan
pada apresiasi dan proses kreatif
guru 230.114 orang (32,8%).
siswa dalam era KTSP dan K 13 ini
Kalau hal ini ditarik pada guru-
dapat dipetakan sebagai berikut:
guru sastra akan nampak bahwa
1. Kurangnya guru bahasa yang
banyak guru sastra kita yang
benar-benar memiliki kompetensi
sesungguhnya bukan pembaca
tentang penguasaan sastra. Secara
sastra terlebih lagi pecinta sastra.
umum
Kalaupun
saja,
data
Balitbang
91
mereka
pernah
membaca karya sastra, karya-
secepat kilat, lebih cepat dari
karya tersebut diperoleh dan
pembalap Formula 1. Padahal
dibaca sewaktu dulu berkuliah
dalam
dan tidak sedikit yang hanya
dibutuhkan proses yang intens
membaca ringkasan dari karya-
dan pendampingan yang tekun.
karya sastra itu.
Dapat dibayangkan pula apa yang
Berdasarkan
tindak
apresiasi
gambaran
diperoleh siswa dari pengajaran
menyedihkan ini dapat diba-
dan pembelajaran sepintas lalu
yangkan
―proses
dan secepat kilat ini.
sastra ‖
yang terjadi. Betapa
pengajaran
3. Seringkali
terjadi
musykilnya mengharapkan siswa
pembelajaran
untuk akrab, gemar dan terjun
sastra yang monoton, membo-
langsung
sastra,
sankan, kering dan membuat
sedangkan guru-gurunya sendiri
siswa ―ogah-ogahan‖. Hal ini
asing,
terjadi guru yang mengajar selain
membca
tidak pernah dan tidak
―hobi‖ membaca sastra.
dan
proses pengajaran
tidak memiliki kompetensi yang
2. Banyak guru bahasa dan sastra
memadai dalam bidang satra,
yang mengajarkan sastra hanya
juga miskin kreativitas, miskin
dengan ―sekedarnya‖
metode, dan miskin bahan.
atau ―se-
pintas lalu‖ saja. Karena tidak memilijki
kompetensi
4. Pengajaran satra masih sering
yang
terjebak dalam pencapaian kog-
memadai dalam satra, seringkali
nitif bahkan hafalan semata-mata.
guru bahasa dan sastra Indonesia
Siswa seringkali hanya digiring
mengajarkan
untuk menghafalkan seperangkat
sastra
dengan
92
teori sastra, dan hafalan-hafalan
drama. Ini terjadi karena sang
tentang unsure intrinsik sastra.
guru
Siswa jarang dikenalkan secara
memiliki pengalaman kreatif dan
langsung dengan karya sastra,
tidak pernah berani mencobanya.
tidak
diberi
ruang
kesempatan
yang
cukup
dan
sendiri
6. Kernyataan
tidak
yang
pernah
tak
dapat
untuk
disangkal bahwa sebagian besar
membaca dan menghayati karya
guru sastra adalah guru bahasa
satra.
yang lebih memberikan perhatian
Guru
tidak
pernah
membacakan dan mengenalkan
kepada
berbagai contoh karya satra. Ini
utamanya pada masalah-masalah
terjadi karena banyak guru lebih
teknis. Banyak guru bahasa dan
suka ―mengkhianati‖ pengajaran
sastra yang tidak menyukai sastra
sastra yang apresiatif karena
dan cenderung ‗menghindarinya‘.
cenderung memberikan
lebih soal-soal
suka
permasalahan
7. Guru
tidak
bahasa,
mampu
latihan
memanfaatkan kurikulum yang
UAN yang jauh dari proses
membuka peluang lebar bagi
apresiasi.
guru untuk berkreasi baik dalam
5. Di lapangan jarang sekali guru
penyampaian maupun penggu-
mengajarkan secara intens dan
naan bahan pengajaran. Sering-
memberikan pengalaman kepada
kali siswa menjadi bosan karena
siswa untuk berproses kreatif
guru dalam memilih bahan materi
mengarang karya satra, menulis
sekedarnya
puisi,
gampangnya
cerpen,
memainkan
artikel,
sebuah
atau naskah
atau saja.
mau Misalnya:
cukup dengan memberikan puisi
93
yang dicontohkan dalam buku
sikap yang diperoleh dari sebuah
dan tidak kreatif mencarinya
proses yang juga serius, intens dan
sendiri
panjang. Dengan demikian seorang
sesuai
dengan
latar
belakang dan minat siswa.
guru Bahasa dan Sastra Indonesia yang dapat membuat pengajaran-
Pembelajaran-Pngajaran
pembelajaran sastra menjadi menye-
Sastra
nangkan berati telah dapat pula
yang Menyenangkan Mengapa kita mesti membuat pengajaran-pembelajaran
mengikat siswa pada sebuah kegiatan
sastra
yang
intens
dan
mengasyikan.
(apresiasi) menjadi menyenangkan?
Pembelajaran sastra yang menarik
Karena dalam pengajaran apresiasi,
akan
faktor ―penghargaan‖ menjadi hal
mengikat siswa untuk terus menerus
yang diutamakan. Apresiasi sastra
bergairah untuk melakukan kegiatan
berarti
apresiasi.
kegiatan
menikmati
karya
menggauli sastra
dan
dapat
menggelitik
Ujung-ujungnya
bahkan
siswa
secara
akan senang, aktif dan bersemangat
sungguh-sungguh sehingga dalam
mengikuti pembelajaran-pengajaran
diri siswa tumbuh kepekaan perasaan
apresiasi sastra.
dan penghargaan terhadap karya sastra.
pengajaran-pemb-
‗menikmati‘,
elajaran apresiasi sastra, sikap dan
‗menggauli‘ menunjukkan sebuah
peri laku siswa sebagai subyek
aktivitas yang intens, serius dan
pengapresiasi sastra memegang pera-
sungguh-sungguh.
pula
nan yang amat vital. Sikap siswa
atau
terhadap karya sastra dan kegiatan
‗menghargai‘ merupakan suatu hasil
apresiasi akan mementukan baga-
kata
Kata
Dalam
Demikian
‗penghargaan‘
94
imana proses apresiasi itu nanti
siswa
terwujud, dan guru yang berkewaji-
kegiatan-kegiatan
ban menciptakan suasanan yang
teruis berlangsung, tumbuh, terus
kondusif
meningkat dan semakin bermakna.
bagi munculnya sikap
positf siswa.
sebagai
Sebaliknya
Sikap
merupakan
kecen-
mendekati atau menjauhi sebuah
proses
objek.
apresiasi sastra.
unsur
perseptual,
negatif
dapat
yang
ditunjukan siswa akan dapat menghambat
dalamnya
apresiator
apresiasi
sikap
derungan jiewa atau budi untuk
Di
subyek
terkandung emosional,
malahan
dapat
kegiatan
Sikap
merusak
pembelajaran
negatif
antara
lain
motivasional atau unsur budi dan
dicirikan sebagai berikut: a) ketidak
rasa. Ini menunjukkan bahwa sikap
senangan, ketidak sudian siswa untuk
dibentuk oleh unsur-unsur penalaran,
membaca, mendengarkan sastra, b)
pemikiran, dan perasaan (kognitif
ketakacuhan, ketidakpedulian dan
dan afektif). Sikap juga merupakan
keapatisan
cerminan dari kualitas psikologis
sastra,
yang
penyepelean dan pelecehan siswa
banyak
dipengaruhi
oleh
konteks soaial dan budaya.
siswa dan
tehadap c)
karya
peremehan,
tentang manfaat dan nilai guna
Dalam proses pembelajaran-
karya
sastra
serta
kegiatan
pengajaran sastra yang menekankan
mengapresiasi karya sastra. Kegiatan
pada apresiasi, tentulah sikap positif
pembelajaran-pengajaran sastra yang
siswa sebagai calon apresiator akan
berorientasi pada apresiasi tidak
sangat menentukan. Dengan sikap
mungkin berlangsung apabila kelas
positif yang dipunyai dan ditunjukan
95
dan siswa didominasi dengan sikap
dan menumbuhkan sikap positif pada
negatif ini.
diri siswa. Lalu bagaimana cara guru
Sedangkan sikap positif siswa
menumbuhkan dan memupuk sikap
dicirikan sebagai: a) adanya kegem-
positif
biraan, keantusiasan dan semangat
apresiator?
untuk membaca sastra, menyimak
siswa
Guru
sebagai
dalam
calon
menumbuhan
pembacaan karya satra atau melihat
sikap dan perilaku positif
pementasan sastra, b) rasa simpatik
melakukan cara-cara sebagai berikut:
dan peduli terhadap karya sastra dan
a) Menghilangkan kesan dan suasana
kegiatan apresiasi sastra, c) keop-
yang terlampau kaku, formal,
timisan, keyakinan dan kepercayaan
angker dan ―keseriuasan‖ yang
akan manfaat membaca sastra dan
berlebihan. Hal ini merupakan
kegiatan apresiasi sastra yang lain, d)
prasayarat dimana siswa dikon-
adanya
keseriusan,
disikan sedemikian rupa dalam
keintensifan, dan ketotalan untuk
suasana senang, rileks, terhibur,
bergumul dan terlibat dengan karya
santai tanpa ada kesan asal-
sastra dan kegiatan apresiasi sastra,
asalan.
dan
kesungguhan,
e)
munculnya
kemauan,
b)
Memberikan
dapat
pengalaman-
kesiapan, kesediaan dan kespontanan
pengalaman berkesan, menye-
untuk
nangkan, memikat dan menye-
masuk
dalam
kegiatan
apresiasi sastra.
garkan. Hal ini dapat dilakukan
Tentu saja, sikap positif ini
guru dengan membacakan puisi
tidak turun begitu saja dari langit,
atau cerpen, mengajak siswa
guru yang harus mampu mengungkit
menonton
96
sastrawan
memba-
cakan puisi atau cerpennya baik
nilai kemanusian) sebuah karya
secara langsung maupun melalui
sastra,
VCD,
dengan
menceritakan
isi
atau
mempertemukan orang
siswa
yang
telah
manfaat
dari
keindahan ksebuah novel, puisi
memperoleh
atau cerpen, mendongengi siswa,
membaca
mengajak siswa mendengarkan
menjelaskan segi-segi positif bila
pembacaan sastra melalui kaset,
membaca karya sastra. Hal ini
mengajak siswa bernyanyi atau
tentu
menyanyikan
mengajak
berulang-ulang, jika dilakukan
siswa berdialog dengan penga-
hanya sekali saja tentulah tidak
rang,
ada hasilnya.
dan
puisi,
pada
suatu
titik
mengajak siswa membaca secara
iklim,
saja
sastra,
harus
atau
dilakukan
e) Mengondisikan dan memberikan
langsung sebuah novel. c) Memberikan
karya
perlakuan tertentu yang dapat suasana,
menggiring
dan
mengarahkan
untuk
mendekati,
situsi dan lingkungan apresiasi
siswa
sastra yang baik dalam arti
membaca, dan menikmati karya
menyenangkan,
sastra. Hal ini dapat dilakukan
memikat
dan
menggairahkan.
guru dengan cara memberikan
d) Menunjukkan dan memberikan
tugas untuk membaca cerpen,
contoh manfaat dan nilai guna
mencari dan memilih sendiri
karya satra dan kegiatan apresiasi
cerpen atau puisi yang disukai di
satra. Hal ini dapat dilakukan
media massa, memberikan tuigas
dengan cara menginformasikan
membuat ulasan sastra, mengajak
sisi hiburan dan renungan (nilai-
siswa
97
melihat
pameran
atau
pertunjukan sastra, dan lain-lain.
dari pengalaman-pengalaman mereka
Ini tentunya juga harus dilakukan
sendiri yang paling kecil sekalipun.
secara ajeg dan kontinyu. Teknik Rangsang-Merangsang dalam Pengajaran Sastra
Selanjutnya dalam membimbing siswa belajar menulis puisi misalnya,
Dalam tulisan ini berdasarkan guru tidak perlu ikut ‗salah kaprah‖ pengalaman penulis sebagai penyair mengikuti teori nyang mengatakan sekaligus
guru
sastra,
coba
bahwa menulis puisi berangkat dari ditawarkan beberpa metode atau tema. Kalau guru menggariskan anak teknik yang mungkin akan lebih menulis berangkat dari tema maka ―menjanjikan‖ yang pada prinsipnya anak tidak sibuk menulis puisi tetapi membebaskan siswa menulis apa saja malah sibuk mencari tema dan dan guru hanya bertugas memberikan setelah tema ditemukan justru siswa pancingan-pancingan atau rangsatak bisa menjabarkannya dalam larikngan-rangsangan awal saja. Prinsip larik puisi. Hal ini terjadi karena dari metode atau teknik “rangsangtema adalah sesuatu yang amat merangsang”
ini
adalah
siswa
abstrak, karena abstrak itulah siswa mengalami sendiri
dalam artian
mengalami kesulitan dalam larikdapat melakoni sendiri, melihat, larik atau bait-bait puisi. Menulis merasakan, membaca,
mendengar
puisi tidak harus berangkat dari tema, sendiri sebuah peristiwa sebaggai ia bisa berangkat dari mana saja bahan awal puisi. karena bahan baku puisi adalah Metode
rangsang-merang-
realitas kehidupan dan penglaman sang ini bisa bervariasi misalanya sehari-hari. Siswa bisa memulainya dapat berupa (1) rangsang kata dan
98
rangsang
alam,
(2)
rangsang
memancing siswa pada peristiwa
peristiwa, (3) rangsang gambar, (4)
tertentu, misalnya peristiwa cinta,
metode rangsang tema kehidupan
kematian, sekolah, hujan, kebakaran,
dan (5) metode rangsang ejekan
kematian, dan sebagainya.
(ledek-meledek), dan (6) rangsang
Aspek-aspek visual berupa
dari benda remeh-temeh.
alam dan kata diperlakukan sebagai
Metode atau teknik rangsang
sebuah
stimulus
yang
dapat
merangsang ini secara rinci diuraikan
membawa sekaligus menghadirkan
di bawah ini:
imaji visual (visual image) dan imaji
1. Teknik/Metode rangsang kata dan Rangsang Alam Dalam Menulis Puisi.
pendengaran, yang diharapkan dapat direspons siswa berupa produk teks puisi yang tidak saja mengandung
Sesuai dengan namanya, imagi visual tetapi juga kaya dengan metode rangsang kata-rangsang alam bahasa ini berupaya memanfaatkan
yang
mengandung
imaji
katapendengaran, imaji pembauan, imaji
kata tertentu untuk memancing imaji tekanan, dan imaji warna. siswa. Pemilihan kata yang diperSebagai gunakan
sebagai
rangsang disesuaikan
dengan
contoh
metode
perangsang tujuan
kata-rangsang
alam
dari misalnya, siswa diajak menikmati
pengajaran dengan memperhatikan hujan yang sedang terjadi di luar. aspek kekinian dan konteks sosial Siswa duduk di ruang kelas atau budaya
dengan
berfokus
pada boleh di emper kelas atau di mana
pengalaman empiris siswa terhadap saja untuk mengamati dan merasakan apa yang pernah dialami. Guru dapat secara mencari bahan kata yang dapat
99
empiris
hujan
sebagai
fenomena
alam.
Mungkin
siswa
melihat air hujan jatuh di kaca
2. Metode/teknik Rangsang Persitiwa Dalam metode rangsang
jendela,
peristiwa perlu dipilihkan peristiwa
maka
siswa
pun
bisa
menulis:
yang dekat pada dunia anak-anak, SMA. Misalnya guru memberikan
SAJAK HUJAN
gambaran peristiwa tentang cinta.
Kaki-kaki hujan Memukuli kaca jendela
Guru dapat memberikan ramburambu, misalnya meminta siswa
Tik-tiknya sampai ke dalam dada Atau
bisa
saja
misalnya
menulis
puisi
pendek
(jangan
siswa ―digiring‖ secara fisik dan
terlampau panjang) tentang peristiwa
psikologis
merasakan
cinta yang dialami, dilihat, didengar
panasnya terik matahari di atas
oleh siswa. Hasilnya ada puisi siswa
kepala
sebagai berikut:
untuk
mereka.
Kalau
guru
merasakan banyak siswa yang macet, KASMARAN
guru boleh membantunya dengan
kau di sisiku rangsang kata, memancing dengan
aku di sebelahmu
dua kata, misalnya matahari pecah. Hasilnya
ada
anak
yang
mata adalah jembatan waktu adalah senyum
dapat
yang saling mengerti menuliskan puisi pendek berikut: matahari
pecah
di
.
ubun-ubun/
Tidak dengan
segalanya terbakar kering /menjadi
rangsang
tertutup
pula
pengalaman
peristiwa ini kemungkinan ada pula nyanyi
sedih/
petani
kehilangan
yang ―nakal‖ dan menulis:
panen.
100
muncul banyak nada dan suasana
SAJAK PATAH HATI
pada puisi yang mereka tulis. Semua Aku melirikmu boleh dan syah-syah saja. Bahkan
kau mengerlingku
merupakan pertanda awal yang baik
tiba-tiba pacarmu datang mampuslah aku!.
apabila hasil puisi-puisi yang digali dari bahan pengalaman peristiwa
Dari mencari dan mengolah
dapat
bahan berdasarkan metode rangsang
menyajikan
keragaman
suasana, nada maupun gaya.
peristiwa ini siswa atau calon penulis
Salah satu contoh puisi
diharapkan lambat laun peka untuk
yang dihasilkan siswa menggunakan
menangkap realitas dari pengalaman
―rangsang peristiwa‖ ini adalah puisi
yang dialaminya. Yang perlu disadari
Kau Tinggalkan Aku yang ditulis
bahwa setiap anak dalam merespon
oleh Olivia L, siswa kelas X SMAN
sebuah pengalaman dari rangsangan
1 Ngawi tahun 2007 di bawah ini:
peristiwa yang dihadapinya tidak
KAU TINGGALKAN AKU
sama satu dengan yang lain. Dengan
Aku terdampar di hatimu, bagaikan kata lain peristiwa ―patah hati‖ yang
ombak menyapuku
dilihat, didengar bahkan dialami seorang
siswa
akan
Kau berrsihkan aku seperti hujan membasahiku
ditanggapi
Aku tersesat di matamu, bagai berbeda oleh yang lain. Kalau ada
tersesat di hutan
yang menanggapi dengan serius, ada
Kau temu aku seperti kau temukan hatiku
pula yang menanggapinya dengan
Kau tinggalkan aku, ―main-main‖, ada yang menganggapi
bagai bunga tanpa tangkai
dengan humor, atau dengan nada
(Olivia L, kelas X SMAN 1 Ngawi, 2007)
suasana yang lain. Akibatnya akan
101
diri sendiri. Dalam menggambar
3. Rangsang Gambar Dalam rangsang gambar
siswa
diminta
melibatkan
aspek
guru dapat menampilkan gambar-
perasaan dan suasana hatinya serta
gambar yang dipilih dan dianggap
boleh memberikan ilustrasi-ilustrasi,
dapat merangsang siswa tergerak
warna-warna atau asiran berdasarkan
menulis puisi. Akan lebih kuat
imajinasinya pada gambar wajahnya
kesannya bila guru dapat meman-
sendiri itu.
faaatkan
gambar-gambar
yang
Hasil dari penulisan puisi
misalnya:
dengan mengolah bahan melukis diri
gempa bumi, gambar-gambar akibat
sendiri ini hasilnya sering mengej-
bencana tsunami, gambar perang,
utkan dengan hasil gambar wajah
kelaparan dan sebagainya.
sendiri yang penuh imajinasi dan
diambil
dari
internet
Metode ini dapat pula dilakukan
dengan
cara
ekspresif. Seperti misalnya ada siswa
siswa
(Sabdaninggar, kelas X1 IA1 SMA N
menggambar terlebih dahulu sebuah
1
obyek
berjudul Langkah 15
yang
sangat
dikenalnya
Ngawi)
yang
puisi
berdasarkan
setelah itu menulis puisi berdasarkan
gambar
gambar yang dibuatnya. Misalnya
digambarkan
siswa diminta untuk menggambar
perempuan tersenyum tapi memiliki
―wajah
dengan
tanduk dan taring. Di sebelah kiri
catatan khusus dalam menggambar
wajah itu ada jam, bintang dan
weajahnya sendiri siswa tidak boleh
bunga,
meniru foto dan hanya berdasarkan
gambar matahari (secara lengkap
dirinya
sendiri‖,
pengetahuan dinya sendiri tentang
102
wajahnya
menulis
dan
sendiri
sebagai
sebelah
kanan
yang wajah
ada
dapat dilihat pada bagian lampiran)
Hancur termakan egoku Aku musuh
lalu ditulisnya sebuah puisi:
Diriku sendiri… LANGKAH 15 Kapan
(Marlin DNL, XIA 1, SMA N 1
sampai
di
persimpangan
Ngawi, 2007) 4.
matahari?
Rangsang Tema Kehidupan Pada metode keempat ini
Aku ingin cari lagi
guru mengajak siswa d menulis puisi
Ke persimpangan bulan
yang berawal dari tema kehidupan.
(Sabdaninggar, XI IA 1, SMAN 1 Ngawi, 2007)
Langkah awal dalam metode ini tema yang sebenarnya merupakan hal yang
Bahkan ada siswa bernama Marlin
(kelas
XI
IA
1)
abstrak
yang
harus
digambarkan
menggambar potret dirinya dengan
dihidupkan pada
sebuah
atau latar
peristiwa atau hal tertentu. Dengan
rambut warna merah, mempunyai
kata lain tema dijabarkan ke dalam
tanduk merah, mata sebelah kanan
peristiwa yang kongkret. Langkah ini
mengucur darah dan menancapkan
dapat diamati dalam diagram berikut:
belati di perutnya sendiri hingga berdarah-darah. Berdasarkan gam-
TEMA
barnya itu ditulisnya puisi tanpa
HAL/ PERISTIWA KONKRET
judul berikut ini:
Inilah aku
Setan yang penuh kemunafikan … Setan yang kalah…
PUISI
Inilah aku
103
Penderitaan n rumah-rumah kardus sepanjang bantaran sungai bau busuk, amis dan lembab sampah menumpuk, air kali yang keruh
Bagan di atas dibuat bila guru ingin
5.
Rangsang Ledekan
mengarahkan siswa menulis puisi dengan
tema
penderitaan.
Dapat dibayangkan meto-
Tema de ini dapat menumbuhkan suasana
penderitaan itu dengan bantuan guru
yang ramai, hidup dan dinamis di
perlu dikongkretkan kedalam hal-hal atau peristiwa: ada rumah-rumah
dalam kelas. Cara ini membutuhkan
kardus sepanjang bantaran sungai, prasyarat dasar tidak boleh ada yang
bau busuk, amis dan lembab yang
marah dan sakit hati.karena pada
menusuk hidung siapa saja yang lewat dan sampah yang menumpuk
metode
ini
seseorang
dapat
di air kali yang warnanya sangat mengritik, meledek atau mengejek
keruh. Barulah siswa dapat menulis
orang lain melalui puisi, bahkan
puisi perihal kemiskinan tersebut: SEPANJANG BANTARAN KALI
gurunya harus rela untuk diledek
Seperti mainan adikku, rumah-ramah oleh
kardus itu melambai-lambaiku
siswa-siswanya.
Namun
sebelumnya guru diharuskan membe-
Di antara deru angin sepanjang bantaran sungai yang sunyi
rikan arahan bahwa meledek bukan
cuaca dingin batu-batu sungai yang berati
beku
identik
dengan
hinaan,
umpatan dan makian. Berikut ini
diamnya melagukan lagu duka tak terpana
dapat kita baca bersama beberapa
nyanyian yang lahir dari rahim bumi puisi dengan pengalaman ―ledek-
yang luka
meledek‖ ini:”:Di tengah bising
dalam pangkuan dunia yang makin menua
kelas/Engkau selalu tak lepas/Dari
sampah seperti bukit tak selesai di pandangan
daki
mataku/Yang
selalu
menjurus lakumu/Yozie ―cute‖…/-
bersama amis, bacin, dan udara lembab bertuba
Intulah kau yang seperti pete/Yang
negeriku siapa punya? suka makan sate/Juga ulahmu yang
(Araisa, X1, Pa 2, 2007)
104
selalu pede/Wajahmu seperti bulan/-
ende remeh temeh, sepela dan tak
Yang selalu memancar cahaya/Agar
diperhitungkan
kami tetap tertawa
yang kreatif bisa menjadi sumber
(Nurita Dyah P, XI IA3, SMAN 1
inspirasi untuk menciptakan sebuah
Ngawi, 2007)
karya
Pada puisi karya Nurita ia
yang
ditangan
luar
biasa.
seorang
Seperti
misalnya penyair Joko Pinurba.. Nah,
meledek temannya dengan meman-
pada
faatkan repetisi dan rima: ―… Yozie
memancing siswa mencoba meniru
“cute”../ itulah kau yang seperti
proses Joko Pinurba, menulis puisi
„pete‟/ yang suka makan sate/ juga
berawal dengan mencermati benda
ulahmu yang selalu pede…”/.
remeh temeh di sekeliling kita.
6. Rangsang Benda yang Remeh-temeh Banyak penyair ternama
Proses
menulis puisi berangkat dari hal
secara sederhana dapat diskemakan
sepele yang jarang diperhatikan.
berikut ini:
BENDA REMEH/TEMEH
Berdasarkan
ini
menulis
guru
puisi
dapat
dengan
ransangan benda remeh temeh ini
TEMA
rangsangan
metode
PUISI
PERISTIWA/HAL
benda
berduri
tajam!!/Kau
tak
ingin
remeh temeh ini, seorang siswi, Dian
terluka/Tapi kau melukai/Tak ingin
Ratnaning
rusak/Tapi
kelas
XI
IA3
dapat
merusak/Siapa
menulis sebuah puisi berikut ini:
kau..?/Yang bersembunyi di balik
EUPHORBIA
indahmu/Sebenarnya kau buruk/Tak
Kata orang kau indah/ Kau mahal
lebih dari daunmu yang busuk (ian
idaman semua orang/Tapi apa …Kau
ratnaning, XI IA3)
105
Puisi
di
atas
mencoba
Kalau kita analisis lagi puisi tersebut
berangkat dari skema pokok di atas.
BENDA REMEH/TEMEH
lahir dari skema di bawah ini:
TEMA
Tanaman Euophorbia
Kemunafikan
Di tangan Dian Ratnaning, tanaman
Penindasan terhadap sesama, kesewenangwenangan, kekejaman, dll.
PENUTUP
hias Euphorbia yang disukai orang menjelma
menjadi
Demikian beberapa teknik
dari
dan metode alternatif untuk melatih
kepura-puraan
siswa menulis kreatif. Tentu saja
yang menjadi sumber kekejaman dan
metode dan teknik-teknik ini dapat
penindasan terhadap sesama. Coba
bertambah, dikurangi atau divaria-
kita perhatikan penggalan baris-baris
sikan lagi oleh guru sesuai dengan
berikut: ..kau berduri tajam!!/ kau
kondisi sekolah dan siswa. Bahkan
tak ingin terluka/ tapi kau melukai/
siswa pun dapat diajak bersama-sama
tak ingin rusak/ tapi merusak …”.
untuk
Melalui puisinya ini Dian Ratnaning
metode menulis kreatif. Di luar
mencoba mengajak kita untuk tidak
semuanya ini yang paling utama
gampang percaya terhadap ―ujud
adalah
lahiriah‘
seperti
memperkaya guru terhadap penge-
pada
baris-baris
kemunafikan
idiom
PUISI
PERISTIWA/HAL
dan
disampaikannya
menciptakan
kekayaan
teknik
dan
atau
upoaya
terakhir:
tahuan dan imajinasi merupakan unci
―…sebenarnya kau buruk/ tak lebih
penting teroptimalisasi model-model
dari daunmu yang busuk”
kreatif alternatif. 106
Keinginan
seorang
guru
Kesastraan. Jakarta: Penerbit Kompas.
untuk ‖berani berubah‖ menjadi Saryono, Djoko. 1991. Dasar-dasar Apresiasi sastra. OPF: IKIP Malang.
basis dasar para guru yang senantiasa berbenah, sebab bagaimanapun guru
Sarjono, Agus R. 2003. Suatu Cerita Dari Negeri Angin. Yogyakarta: Jendela.
tetap menjadi aktor dominan atas berhasil dan gagalnya sebuah proses
Sarjono, Agus R, dkk. Edt. 2004. Cakrawala Sastra Indoneisa: Birahi Hujan, Suara dari Jawa Timur.Yogyakarta: Logung Pustaka.
pendidikan dan pembelajaran. Untuk itu yang terpenting adalah: memupuk keberanian berani
untuk
salah
selalu
dan
gagal
kreatif, Sarjono, Agus. R, dkk. Edt. 2004. Cakrawala Sastra Indonesia: Malaikat Biru Kota Hobart, Suara Dari Bali. Yogyakarta: Logung Pustaka.
dalam
berkreasi, dan memiliuki komitmen utuk berubah tanpa jengah.
Sambodja, Asep. 2007. Cara Mudah Menulis Fiksi. Jakarta: Buku Pop.
DAFTAR PUSTAKA Damono, Sapardi Djoko. 1993. ―Sastra dan Globalisasi‖. Makalah Seminar Sastra: Fakultas Sastra UI.
Widijanto, Tjahjono. 2014. Menulis Sastra Siapa Takut?. Joyakarta: Pustaka Puitika
Dewanto, Nirwan. 1996. Senjakala Kebudayaan. Yogyakarta: Yayasan Bentang. Latif,
Widijanto, Tjahjono. 2011. Sastra Zaman Kapujanggan Hingga Kapitalisme: Gugusa Esai dan Telaah Sastra. Surabaya: Buku Kita
Yudi. 2009. Menyemai Karakter Bangsa: Budaya Kebangkitan Berbasis
107