SARJANA BODOH ARIEF S.B
Sarjana Bodoh – Jeritan Para Pendamba Toga Penulis : Arief S.B Penyunting : Ali – Tim. Orbit Desainer Sampul : Wahyu – Tim. Orbit Tata Letak : Rangga – Tim. Orbit Copyright ©2015 Arief S.B ISBN 978-602-73065-5-4 Hak Cipta dilindungi undang-undang Penerbit: CV. Ajrie Publisher Jl. Binuang 16 RT 07 RW 01, Kel. Kayu Kubu, Kec. Guguk Panjang, Ngarai, Bukit tinggi 26115 Bekerja sama dengan: Nida Dwi Karya Publishing ILP Center Lt. 3-01 Jl. Raya Pasar Minggu No. 39A. Pancoran Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12780 10% dari keuntungan yang diperoleh dari penjualan buku ini akan di sisihkan untuk bantuan sosial bagi para anak-anak yang putus sekolah. Dan bantuan beasiswa bagi Siswa/i yang datang dari keluarga tidak mampu. Dengan membeli buku ini, berarti anda telah berpartisipasi di dalamnya. “Mohon untuk tidak menggandakan sebagian atau seluruh isi buku ini tanpa ijin tertulis dari penerbit. Terima Kasih. Sponsor:
Orbit-Solution Creative
~Di persembahkan~ “Untuk mama. yang sejak kecil menyusui saya dengan tulus. Walaupun saya harus rebutan dengan bapak” Terima kasih. Anakmu masih ingin melihatmu tertawa.
Membaca buku ini dapat menyebabkan Mahasiswa telat LULUS. IPK rendah. Gangguan kecerdasan. Dan berpotensi menjadi Pengangguran. AWAS! Buku ini berbahaya.
Dari sekian banyak tanda-tanda akhir zaman. Kedatangan buku ini merupakan salah satu tandanya. Kenapa? Karna buku ini merupakan tanda datangnya hari kiamat bagi mereka yang menyembah ijazah dan toga. Aih’ Ketika saya memutuskan untuk menuliskan buku ini. Awalnya, Karna saya pernah didatangi sesosok mahluk dengan muka bercahaya. Kejadian itu terjadi ketika saya sedang melakukan ritual yang setiap malam saya lakukan di kamar kontrakan. Mahluk itu membawa pesan untuk dunia pendidikan. Semacam sebuah perintah yang datang dari dewa toga yang disembah oleh pengikut sarjana pengangguran. Mahluk itu berkata’ “Menulislah!” “Apa maksudmu? Jawabku gemetar” “Menulislah! Perintah itu pun diulang”
“Apa yang harus saya tulis? jawabku makin gemetar” “Sesuatu yang bisa membuat para pendamba toga, Kembali kejalan yang lurus” “Hah? Tapi saya tidak bisa menulis” “Tulis saja b-e-g-o, ini perintah!” “Ba...baiklah, Tapi bolehkah saya minta satu permintaan?” “Ia, apa anak muda?” “Maukah engkau membayar kontrakanku?” “....” Mahluk itu langsung menghilang. Semenjak kejadian itu, saya seperti mendapatkan sebuah hidayah yang datang dari langit, untuk menuliskan cerita yang akan menjadi bahan renungan para pendamba toga, para mahasiswa pencinta IPK, para sarjana pengangguran di seluruh dunia, agar mereka kembali ke jalan yang lurus. Yaitu, jalan orang-orang yang hanya berharap kepada Tuhan yang maha esa. Bukan pada selembar ijazah. Asik
Terima kasih untuk mama, yang sudah mengizinkan bapak menyiksa malam-malamnya hanya untuk memproduksi saya. tanpa kolaborasi yang mama dan bapak lakukan, tidak mungkin saya bisa lahir ke dunia ini. dan menulis buku ini hingga selesai. Dan makasi juga buat Elsa Tipal, wanita yang memberikan dukungan secara penuh setiap hari. Untuk berbagai hal. Termasuk untuk penulisan buku ini. Kamu yang terbaik. Kita satu. Dalam hati. Dalam impian yang sama. Dalam tujuan yang sama. Pernikahan. Asik. Buat kalian berdua yang rela berbagi ilmu denganku: Rahmat ibnu umar & Darmawansyah kahar. Kalian hebat, saya belum bisa melampaui kejeniusan kalian dalam berfikir. Terima kasih sudah menjadi teman diskusiku selama ini. Untuk teman-teman penulis yang tidak sengaja saya kenal di dunia maya: Rina fitriana, Mas Syahid, Hepy, dan kak Maulina. Terima kasih sudah berbagi cerita tentang dunia kepenulisan.
Dan untuk orang-orang yang sejak lama menunggu buku ini terbit, dan memberi dukungan dalam bentuk doa dan masukan yang membangun. Mungkin saya tidak mampu menyebutnya satu-satu, tapi bakal saya sebut yang saya ingat saja: makasi buat calon gubernur Kendari (Irfandi yusuf) dan calon ibu gubernur (Alifia yusuf), calon kabid industri Kabupaten Sigi (Arif sucipto), calon pengusaha percetakan (Imran al imran) calon Ibu negara (Maria margareta) calon pengusaha butik (Ilha mufti), calon model (Jumriana muiz), calon haji (Asul’aji), calon ibu pendeta (Agatha), calon pengantin baru (Ari kusmiran), calon pengusaha coto kuda (Ibu. Firawati), calon penyanyi duo Malang (soffy dan margareta), calon preman di manggarai (inggi) dan calon istrinya (nona ida). makasih atas dukungan kalian. Dan biar keliatan alim, saya ucapkan terima kasih juga kepada Allah Swt yang sudah menciptakan mahluk setampan saya ke di dunia ini, hehe’ Masih banyak sih yang mau saya sebutkan. Tapi takutnya buku ini bakal penuh dengan nama orang-orang yang tidak kalian kenal. Bagi yang mau namanya ada di buku ini, tulis saja sendiri di bawah ini! Jangan lupa tulisnya pake hati, siapa tahu mimpi itu bisa terwujud suatu saat nanti.
Terima kasih tak terhingga juga buat: Calon_______________________(_______________________)
Sekali lagi... Terima kasih buat kalian semua. Satu kebanggaan bisa menghadiahkan buku ini buat kalian.
“Saya tidak akan memaksa kalian untuk membaca buku ini. Karna, buku ini bukan untuk dibaca. Tapi untuk mengingatkan. Bahwa dihidup kalian saya pernah ada”
Salam, dari orang yang selama ini kalian panggil “Sarjana Bodoh”
Arief s.b Calon Penulis Sukses (Arief S.B)
Pengantar penulis ...5 Ucapan terima kasih ...7 Lahirnya Calon pemimpin ...13 Geli mas ...27 Akibat Salah Jurusan ...43 Ospek itu haram ... 55 The power of brutal ...71 Gara-gara jkt48 ...81 Usulan untuk pengawas ujian …101 Berapa ipk-mu nak? ...107 Pencerahan dari Pak Slamet ...117 Rindu masa kecil ...127 Saya benci bule ...141 Menulis ulang kehidupan ...153 Kejutan dari Tuhan ...173 Tips mendapatkan beasiswa ...191 Pendidikan itu omong kosong ...197
Tulisan ini berasal dari suara bising. Di tengah himpitan gedunggedung kampus yang dipenuhi jeritan para pendamba toga dan tangis para janda. Alah. Sampai saat ini saya masih bingung cara membuat paragraf pertama yang baik itu seperti apa. wajar saja, ini kan buku pertama yang saya tulis hanya bermodalkan tampang saya yang ganteng. Uhuk. Walaupun ganteng, sebenarnya saya ini bukan boy-band. Saya hanyalah seorang mahasiswa yang kuliah hanya untuk mendapatkan seorang mahasiswi. “Hidup mahasiswi...” Teriak pake toa. Ada pepatah yang bilang, “Tak kenal maka tak sayang” namun pepatah itu tidak berlaku dihidup saya, buktinya saya belom kenal sama kamu, tapi saya udah sayang. Asik’
Ok, kita kenalan dulu… Perkenalkan nama saya Anu, biasa dipanggil “woi” jadi, kalo kalian di jalan dengar orang berteriak “Woiii jangan lari looh…” nah itu saya. Lagi dikejar-kejar warga. Maklum, selain hidup sebagai mahasiswa teladan, saya juga punya pekerjaan sampingan sebagai perampok warung pinggir jalan. Eits. Namun jangan salah paham, saya sebenarnya ngerampok hanya untuk menyalurkan hobby kok. Jadi bukan untuk membuat pemilik warung hidup melarat. Karna seburukburuknya perampok, adalah perampok uang rakyat. Saya adalah spesies mahluk hidup hasil dari kawin silang antara Jokowi dan dinosaurus, itu artinya, “Saya adalah orang yang akan menjadi pemimpin dimasa depan yang tidak akan pernah melupakan sejarah.” Oke. Itu bercanda… Sebenarnya saya adalah anak yang dulu dilahirkan secara paksa karna ada sedikit masalah dikandungan mama saya. Menurut cerita yang saya dengar dari seorang tetangga bernama ibu Sri, yang kebetulan waktu itu melihat proses kelahiranku dari awal hingga akhir, katanya’ “Saya ini tua dalam kandungan” jadi kebayangkan? Pas saya lahir udah kumisan gitu. Oke, ini bercanda lagi…
Cerita sebenarnya begini, dahulu kala, di sebuah kampung kecil di tengah hutan belantara. Tinggalah sepasang suami istri yang hidup penuh tawa karna cinta mereka yang gila. Berharihari mereka menanti sosok buah hati yang akan membawa harapan untuk masa depan yang lebih sejahtera. Dan untuk menambah koleksi mereka di rumah. (terjadi sebuah perbincangan di suatu sore) “Pa, kalo anak kita laki-laki mau dikasih nama siapa? tanya mama ke bapak dengan nada lemah, sambil mengelus-elus perutnya yang semakin membesar setiap harinya”
“Hem, kalo laki, bapak kasih nama “Dhaji surjana”… Biar nanti dimasa depan anak kita ini bakalan jadi sarjana ma. Jawab bapak dengan mantap seperti memperlihatkan rasa bangganya ke jagoan kecilnya yang masih dalam perut itu” “Kalo perempuan pa? Mama kembali bertanya” “Siapa yah? hem, kalo “khindari nara tika” gimana ma?” “Bagus pa, emanya artinya apa ya?”
“Gak ada artinya sih ma, itukan hanya plesetan dari kata “hindari narkotika” hehe. Jawab bapak sambil tertawa memperlihatkan giginya yang sudah hilang satu”
“Hehe, lucu pa. Semoga anak ini akan membawa harapan untuk masa depan kita ya” mama tersenyum tulus. Saya yang waktu itu mendengar perbincangan mereka dari dalam perut, sangat khawatir sekali akan menjadi korban ejekan teman-teman karna nama saya yang aneh itu. Dan mulai saat itulah saya memutuskan untuk tidak mau keluar dari perut mama saya. hingga usia kandungan itu memasuki bulan ke-13. sempat juga terpikir untuk segera mengakhiri hidup dalam kandungan dengan cara melilitkan usus mama saya keleher. Namun hal itu batal saya lakukan, karna dalam rahim saya mendengar bisikan dari malaikat “jangan bro! Jangan bunuh diri dulu! Di dunia masih banyak hal yang bisa kamu lakukan, misal, nyari gebetan atau gangguin istri orang” Bisikan itu akhirnya memberikan saya pencerahan. Dan menjadi bahan renungan sepanjang waktu.
Waktu terus berlalu, hari berganti hari, bulan pun datang bulan. Perut mama saya terus memperlihatkan tanda-tanda kebesaran Tuhan. Sampai saat, dimana semua mata tetangga tertuju ke perut mama saya’
“Bu Mince, kok belum melahirkan? Bukanya ini sudah bulan ke-13 yah? tanya bu Sri memasang wajah keheranan”
“Iya nie buu, saya sendiri juga heran. Kok belum keluar juga yah? Berasa apa-apa juga enggak. Jawab mama tak kalah heran”
“Coba periksa ke puskesmas aja bu, takutnya ada masalah dengan kandungan ibu. Kata bu Sri mencoba memberi saran” “Maunya sih begitu, tapi gak punya duit bu” “Oh kalo gitu, nanti saya panggilkan mbah Sumi aja gimana? Ituloh dukun beranak yang tinggal di kampung sebelah. Untuk masalah ongkos bu Mince tenang saja, aku kenal baik sama si Mbah. Ntar saya urusi semua besok sore ya” “Wah, jadi gak enak nie bu, jadi merepotkan” “Ah, gak apa-apa kok, sudah semestinya kita saling membantu”
Ke esokan harinya, sekitar pukul empat sore. Bu sri datang ke rumah membawa sesosok mahluk aneh, mengerikan.
“Buu Sri, itu apa? mama saya kaget melihat sosok berjubah hitam dengan dandanan ala ki joko bodo itu” “Oh, ini yang namanya mbah Sumi” “Eh, maap, maap, saya fikir tadi... “Mmmm... mari-mari duduk. silahkan! Kata mama mempersilahkan mereka duduk”
“Oh ya bu, gimana kandunganya, udah ada perubahan? tanya bu Sri mencoba membuka obrolan”
“Belom ada apa-apa sih bu, gak berasa apa-apa nih, nendang aja enggak. Jawab mama saya” “Hmmm, aneh juga ya, bu Mince ngidam apa sih?” “Ngidamnya kalo bisa dibilang agak aneh si bu, saya hanya gak suka ngeliat muka suami saya kalo tidur” “Loh, kok bisa bu? Bu Sri penasaran”
“Muka suami saya jelek buu” “Eh, itu mah bukan ngidam bu” “Hehehe, iya juga sih bu. Oh ya, ibu dan mbah Sumi mau minum apa? Biar saya siapin” “Aah, gak usah repot-repot bu, yang ada aja” “Yang ada cuma air putih bu, ya udah, saya ambilkan dulu ya” Mama saya langsung berdiri dan berlari kecil ke arah dapur. Dan bu Sri dan mbak Sumi hanya diam mendengar tawaran yang di iringi senyum tulus mama saya itu.
Beberapa saat kemudian, terdengar suara gelas pecah dari arah dapur, sontak bu Sri dan mbah Sumi kaget. Lalu bergegas menuju tempat kejadian perkara, alah. Tiba-tiba suasana menjadi mencekam, suara teriakan mama saya terdengar di penjuru kampung waktu itu’ “Haduh, haduuh, tolong bu…! TOLONG…! “Kenapa bu? ibu kenapa? tanya bu sri panik.
“Perut saya sakit…” “Sepertinya bayinya ngamuk…” “ADUH...ADUH…” teriak mama saya makin keras” “Gimana ini Mbah? tolongin tetangga saya! Kata bu Sri, makin panik” “Hem...hem...hem…” gumam mbah Sumi tenang, sambil mengunyah daun sirih. Bergegas mbah Sumi mempersiapkan segala hal yang dia perlukan untuk menjalankan aksinya, mulai dari kembang tujuh rupa, ayam jantan hitam, hingga gadget buat update status “lagi ada pasien nih” Maap yang terakhir bercanda. Saat itu mbah Sumi terlihat seperti orang yang sangat berpengalaman, sangat tenang, tidak banyak bicara, namun menyegerakan tindakan. Tidak seperti para pemimpin kita yang banyak bicara, namun tak ada kerja nyata. Hem, semoga saja orang seperti mbah sumi kelak bisa memimpin Indonesia. “Kenapa pembahasanya bisa jauh begini?” Ok, kita lanjut…
Mencoba menenangkan mama saya yang merintih kesakitan, mbah Sumi dengan metode ala uya kuya mencoba melancarkan aksinya. Untuk sebagian orang yang baru pertama kali melihat aksi mbah Sumi, pasti akan terheran-heran. Namun untuk orang di kampung saya. Menerapkan aksi hipnotis untuk proses kelahiran yang tidak lazim seperti itu, adalah hal biasa. Sebagai peringatan! “Jangan tiru adegan ini, karna hanya dilakukan oleh dukun beranak yang profesional”
“Bu, tatap mata saya, tarik napas lewat hidung, keluarkan lewat mulut. Sekali lagi, tarik napas lewat hidung keluarkan lewat mulut. Saat ibu melihat api, ibu akan tertidur” Lalu mbah Sumi menyalakan korek dan membakar bulu ayam hitam yang dipegangnya, dan bisa diduga, mama saya pun tertidur. Seperti itulah aksi mbah sumi dalam menangani kelahiran mama saya waktu itu.
Saat mama saya tertidur pulas, mbah Sumi mencoba mengajak saya ngobrol dari dalam perut. Namun sayang, saya juga ikut tertidur. Hehehe. “Ceritanya kok jadi aneh begini?” Ok, cerita sebenarnya begini.
Saat mama saya tertidur pulas, Mbah Sumi mencoba memberikan beberapa pertanyaan sebelum saya dikeluarkan secara paksa dari dalam perut.
“Untuk bayi yang ada dalam perut, katakan apa yang ingin ada katakan, tapi jangan katakan yang tidak ingin anda katakan. mengerti?” “.....” saya diam. “Ok, sekarang katakan! kenapa sudah tiga belas bulan dalam kandungan anda belum mau keluar juga?” “.....” saya tetap diam. waktu itu, mbah Sumi yang menangani mama saya sempat berputus asa, ntah kenapa kontak batin yang dia lakukan ke saya tidak berfungsi dengan baik. mungkin saja karna mantranya salah. yang jelas waktu itu saya memilih diam dalam kandungan, karna kata orang “diam itu emas” dan saya berharap ketika mama saya melahirkan, bukan saya yang keluar, tapi emas batangan. #orangkaya
Singkat cerita. Waktu itu mbah Sumi kehabisan kesabaran. dan dia langsung mengeluarkan kesuluruhan tenaga dalamnya untuk mengelurkan saya secara paksa. Cara terakhir yang dia lakukan adalah dengan memberikan saya iming-iming. Katanya kalo saya keluar sekarang, dia akan menjodohkan saya sama syahrini. #ulala
“Hem, kamu keluar sekarang! Kalo tidak keluar. Saya akan bakar ibu kamu” kata mbah Sumi dengan nada mengancam.
(saya nendang perut mama saya) “Duk” artinya, saya gak takut.
“Belom mau juga? ok, kalo gitu, bagaimana kalo mbah jodohkan kamu sama Syahrini?”
“Oe…oee…oeee...” tanpa berfikir panjang, saya langsung keluar sendiri dari dalam perut mama saya.
“Oe…oee…oeee...” itulah ekspresi bahagia yang terlihat waktu itu. Artinya? “Saya mau, saya mauu, saya mauuu”
Dengan perasaan bangga, Mbah Sumi mengangkat tubuh saya dengan kedua tanganya ke atas seperti baru saja mendapatkan piala citra sebagai dukun beranak terbaik se-indonesia. Buu Sri tersenyum girang, dan mama saya pelan-pelan membuka matanya setelah pengaruh hipnotis itu pun hilang dengan sendirinya. “Bu, itu anak saya? tanya mama setengah sadar sambil menahan perih di daerah selangkanganya” “Iya, buu Mince. Jawab bu Sri dengan mata berkaca-kaca. Lalu mbah Sumi menyerahkan secara resmi tubuh saya yang waktu itu masih berlumuran darah. Lalu di letakan di dadanya, dan dibalutnya dengan kain sarung punya bapak. Tidak lama dari situ, bapak saya datang dengan wajah seperti orang yang habis kalah judi’ “Ma...Bapak pulang” teriak bapak dari arah pintu depan. Di gantungnya senapan angin yang biasa dipakai untuk beburu babi hutan. Bapak waktu itu belum tersadar juga, kalo di dapur sedang terjadi hal yang mungkin tidak diduganya.
“Pak Dahlan, kami disini, di dapur. Cepat sini! Teriak buu Sri memanggil” Dan bapak saya segera melangkahkan kakinya
ke arah dapur dan melihat istrinya terbaring lemah di atas lantai. “Kenapa ini ma? apa yang terjadi? kenapa banyak darah? Kenapa?” Tanya bapak nampak cemas melihat keadaan istrinya.
“Lihat ini pa, ini jagoan kecilmu yang telah kau nantikan sejak lama” “Anak’ku? Benarkah Ma? reaksi bapak seperti tidak percaya”
Dan saat itu, hal yang dilakukan bapak pertama kali adalah menengok jenis kelamin saya. Entah sulit menduga apakah kelamin saya jantan atau betina saat itu, bapak memasang wajah keheranan’
“Ma, kok kelaminya GAK ADA? tanya bapak, mengerutkan dahinya. Heran.
“APAAAH?” Semua orang kaget, dan membuat Mbah Sumi dan bu Sri pingsan”
“Masa sih pak?” Mama saya pun ikut melihat. Dan benar saja. Kelamin saya waktu itu terlihat samar-samar. Hanya seperti bongkahan upil yang menumpuk tidak beraturan. Sudah pasti hal itu membuat semua orang keheranan. Bapak saya menduga kalo saya adalah titisan dari dewa kelamin yang sengaja diciptakan untuk menjadi pahlawan di tengah-tengah penyimpangan seks anak remaja di masa kini. Kelamin saya pun sempat menjadi bahan perbincangan orang-orang di kampung. Dan pernah juga di nyatakan sebagai tujuh dari keajaiban dunia. Bapak sebagai kepala rumah tangga dibuat kebingungan melihat keanehan yang terjadi. urusan nama yang sejak awal sudah disiapkan akhirnya dibatalkan. Dan dari hasil diskusinya dengan mama, akhirnya bapak mengambil kebijakan yang sudah difikirnya matang-matang. tercetuslah nama “Arief” yang artinya “bijaksana” sebagai jalan tengah agar tidak terjadi perdebatan panjang antara sepasang suami istri yang lagi dimabuk cinta itu. dan untuk menghargai kelamin saya yang ajaib, bapak akhirnya memanggil saya dengan julukan si “anu” itulah awal mula lahirnya anak manusia yang akan menjadi pemimpin dimasa depan, yang akan berjuang menaklukan dunia, dan selalu peduli terhadap kebaikan sesama.
Pria kelahiran Palu, 9 april 1993 ini. Dulu’nya adalah pelaku kesenian tradisional “topeng monyet”. Dan dia berperan jadi monyetnya. Merasa penghasilanya dari melakukan berbagai atraksi itu, kurang. Akhirnya dia memutuskan untuk banting setir menjadi seorang penulis. Pada tahun 2012 dia memutuskan merantau ke kota makassar untuk meraih cita-citanya sebagai tukang gali kuburan. Dan kini, dia siap meloncat ke dalam kuburan yang dia gali sendiri akibat tersiksa oleh ribuan kertas yang perlu di revisi. Cita-cita terakhirnya di dunia kepenulisan: dia mengaku “masih ingin menuliskan nama seorang wanita disebuah undangan pernikahan” dan juga masih punya impian membangun ribuan lapangan pekerjaan untuk para pengangguran. Semoga tercapai.