PENGARUH KOMPETENSI PROFESIONAL GURU TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN POKOK BAHASAN HAK ASASI MANUSIA DI KELAS VII PADA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA
Sapto Purnomo STKIP Persada Khatulistiwa Sintang Jl. Pertamina Sengkuang Sintang
[email protected] Abstract: Keyword:
Abstrak: Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh kompetensi profesional guru terhadap hasil belajar siswa. Metode yang digunakan penelitian eksperimen dengan bentuk Quasi Experimental Design. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII. Analisis data yang menggunakan teknik statistik kuantitatif. Kesimpulan penelitian yaitu: 1) Perbedaan hasil belajar siswa kelas eksperimen dan kontrol dalam pengukuran awal (pre-test) berdasarkan hasil tabel perbedaan mean (rata-rata) persentasi terdapat selisih sebesar 8,35%. Adapun nilai rata-rata pada kelas eksperimen sebesar 59.57 dengan kategori “Kurang”. Sedangkan pada kelas kontrol mencapai nilai sebesar 65 dan dapat dikategorikan “Cukup”. 2) Perbedaan hasil belajar siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol pada pengukuran akhir (post-test) dapat dikemukakan bahwa perbedaan hasil belajar siswa adalah 10,43 poin (13,22%). Sedangkan perbedaan harga Indeks Gain Hake kelas eksperimen sebesar 0,91 dengan kategori sangat baik dan pada kelas kontrol dengan harga Indeks Gain Hake sebesar 0,109 dengan kategori rendah. 3) Pengaruh kompetensi profesional guru terhadap hasil belajar siswa, dapat diinterpretasikan memiliki pengaruh secara signifikan. Hal ini terbukti dari hasil perhitungan uji hipotesis dengan rumus uji t-test diperoleh harga thitung = 5,404>ttabel sebesar 2,000. Artinya bahwa Ho ditolak dan Ha diterima dengan batas taraf kesalahan sebesar 0,5%, maka keputusannya bahwa setiap guru yang memiliki kompetensi profesional dalam mengajar jauh lebih baik hasil belajar siswa dibandingkan dengan hasil belajar siswa yang diajar oleh guru yang tidak memiliki kompetensi profesional. 4) Respon siswa terhadap kompetensi profesional guru dapat disimpulkan bahwa proses pelaksanaan pembelajaran dengan adanya perlakuan dalam pembelajaran pokok bahasan Hak Asasi Manusia (HAM) di Kelas VII jauh lebih baik dan pro-aktif dalam belajar dari pada siswa tanpa diberikan perlakuan. Kata Kunci: Kompetensi Profesional Guru dan Hasil Belajar Siswa.
mendefinisikan bahwa: guru profesional
PENDAHULUAN Upaya
meningkatkan
mutu
adalah orang yang memiliki kemampuan
pendidikan, aspek utama yang ditentukan
dan
adalah kualitas guru. Untuk itu, upaya awal
keguruan sehingga ia mampu melakukan
yang dilakukan dalam peningkatan mutu
tugas dan fungsinya sebagai guru dengan
pendidikan
kemampuan maksimal.
adalah
kualitas
guru.
Kualifikasi pendidikan guru sesuai dengan
keahlian
khusus
dalam
bidang
Pendidik atau guru adalah tenaga
prasyarat minimal yang ditentukan oleh
profesional
syarat-syarat
yang
dalam Pasal 39 ayat 2 UU RI No 20/2003
yang
tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal
dimaksud adalah guru yang berkualitas,
2 ayat 1 UU RI No 14/2005 tentang Guru
berkompetensi, dan guru yang dikehendaki
dan Dosen, serta Pasal 28 ayat 1 PP RI No
untuk mendatangkan prestasi belajar serta
19/2005
mampu
Pendidikan.
seorang
profesional.
mengajar
Guru
profesional
mempengaruhi siswa
guru
yang
proses
belajar
nantinya
seperti
yang
tentang
diamanatkan
Standar
Landasan
Nasional
yuridis
dan
akan
kebijakan tersebut menunjukkan adanya
menghasilkan prestasi belajar siswa yang
keseriusan dan komitmen yang tinggi
baik.
Pemerintah dalam upaya meningkatkan
Guru atau pendidik adalah pemimpin
profesionalisme dan penghargaan kepada
sejati, pembimbing dan pengarah yang
guru sebagai pelaksana pendidikan di
bijaksana,
tingkat pembelajaran yang bermuara akhir
pencetak
para
tokoh
dan
pemimpin umat. Adapun pengertian guru
pada
peningkatan
menurut Undang-Undang No. 14 Tahun
nasional.
kualitas
pendidikan
2005 tentang Guru dan Dosen, yakni
Hal ini sejalan dengan arah kebijakan
sebagaimana tercantum dalam Bab I
Sistem Pendidikan Nasional Pasal 42 UU
Ketentuan Umum pasal 1 ayat (1) sebagai
RI
berikut: Guru adalah pendidik profesional
pendidik (guru) harus memiliki kualifikasi
dengan tugas utama mendidik, mengajar,
akademik minimum dan sertifikasi sesuai
membimbing,
melatih,
dengan
kewenangan
menilai, dan mengevaluasi peserta didik
jasmani
dan
pada pendidikan dasar dan menengah.
kemampuan untuk mewujudkan tujuan
Selanjutnya Usman (2010: 15) dalam
pendidikan
bukunya
ditegaskan dalam Pasal 28 ayat 1 PP No
mengarahkan,
Menjadi
Guru
Profesional
No
20/2003
yang
rohani,
nasional.
mensyaratkan
mengajar, dan
sehat
memiliki
Demikian
pula
19/ 2005 dan Pasal 8 UU RI No 14/2005
justru
akan
berpengaruh
yang mengamanatkan guru harus memiliki
ketercapaian hasil belajar yang tidak
kualifikasi akademik minimal D4/S1 dan
diharapkan. Kemudian, apabila sesuatu
kompetensi sebagai agen pembelajaran
dilakukan
yang meliputi kompetensi profesional,
ahlinya, maka akan berimbas rendah hasil
pedagogik, kepribadian, dan sosial.
belajar siswa itu sendiri.
oleh
sesuatu
terhadap
yang
bukan
Peran guru sebagai tenaga pendidik
Berdasarkan hal tersebut di atas, maka
sangatlah penting. Karena dalam kegiatan
peneliti tentukan penelitian dengan judul
belajar mengajar guru merupakan pelaku
skripsi tentang “Pengaruh Kompetensi
yang bertindak sebagai perantara dalam
Profesional Guru Terhadap Hasil Belajar
menyampaikan materi pelajaran kepada
Siswa Pada Mata Pelajaran Pendidikan
siswa. Dalam proses pendidikan, guru
Kewarganegaraan Pokok Bahasan Hak
tidak hanya menjalankan fungsi alih ilmu
Asasi Manusia Di Kelas VII Pada Sekolah
pengetahuan (transfer of knowledge), tapi
Menengah Pertama Negeri 5 Belitang Hulu
juga berfungsi untuk menanamkan nilai
Tahun Pelajaran 2013 / 2014”.
(values)
serta
membangun
karakter
(character building) peserta didik secara
METODE
berkelanjutan. Jadi, fungsi dan peran guru
Menurut Sugiyono (2013: 3) Metode
dalam sistem pendidikan merupakan salah
merupakan “cara”. Dalam pemakaian yang
satu manifestasi dari sifat Ketuhanan.
umum metode diartikan sebagai cara
Secara keseluruhan guru adalah figur yang
melakukan
menarik perhatian semua orang, baik
melakukan
dalam keluarga, dalam masyarakat atau di
menggunakan fakta dan konsep-konsep
sekolah.
secara sistematis.
Profesi kewajiban
mengajar
merupakan
bagi seorang guru,
hanya
suatu
kegiatan
atau
pekerjaan
Sedangkan
cara
dengan
menurut
Kerlinger dalam (Darmadi (2011: 32) Penelitian adalah “proses penemuan yang
dibebankan kepada setiap orang yang
mempunyai
berpengetahuan. Dengan kata lain, profesi
terkontrol, empiris, dan mendasarkan pada
mengajar harus didasarkan pada adanya
teori
kompetensi dengan kualifikasi akademik
sementara”.
tertentu. Mengajar, bagi seseorang yang
menggunakan metode kuantitatif, yaitu
tidak mempunyai kompetensi professional
suatu proses menemukan penggetahuan
dan
karakteristik
hipotesis Dalam
atau
sistematis,
jawaban
penelitian
ini
menggunakan data berupa angka sebagai
penelitian
alat menemukan keterangan mengenai apa
berikut Pre-Eksperimen, True Eksperimen,
yang ingin kita ketahui.
Factorial
Bentuk penelitiannya adalah Penelitian Eksperimen. Menurut Sugiyono
(2013:
eksperimen,
yaitu
Eksperimen,
sebagai
dan
Quasi
Eksperimen. Sehubungan dengan uraian di atas, maka desain penelitian eksperimen
107) metode eksperimen adalah “metode
yang
penelitian yang digunakan untuk mencari
penelitian
pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang
Eksperimen
lain dalam kondisi yang terkendalikan”.
Nonequivalent Control Group Design.
Menurut
Sugiyono
(2013:
akan
peneliti ini
adalah dengan
gunakan
dalam
desain
Quasi
menggunakan
108)
terdapat beberapa macam desain dalam
Gambar 1. Desain Penelitian Quasi-Eksperimen Nonequivalent Control Group Design O1 O3
X
O2 (kelompok eksperimen) O4 (kelompok kontrol)
(Sumber: Sugiyono 2013: 116) Keterangan: O1
= Tes awal (Pre- test) kelompok eksperimen
O2
= Tes akhir (Post-test) kelompok eksperimen
O3
= Tes awal (Pre-test) kelompok kontrol
O4
= Tes akhir (Post-test) kelompok kontrol
X
= Perlakuan untuk kelas eksperimen
Desain di atas merupakan desain yang
adakah perbedaan hasil belajar siswa
menggunakan kelompok kontrol sebagai
kelompok eksperimen dan kelompok
pembanding bagi kelompok eksperimen.
kotrol. Hasil pre-test yang baik bila
a.
Didalam desain ini terdapat
dua
nilai
kelompok
dan
kelompok kontrol tidak berbeda secara
yaitu
eksperimen
kelompok kontrol. b.
kelompok diberi pre-test (O1 dan O3) mengetahui
eksperimen
dan
signifikan.
Sebelum memasuki perlakuan kedua
untuk
kelompok
keadaan
awal
c.
Kelompok perlakuan
eksperimen dengan
X,
diberi sedangkan
kelompok
d.
kontrol
tidak
di
beri
nilai rata-rata kelas hasil belajar siswa pada
perlakuan.
pengukuran awal (pre-test) sebesar 59,57
Tahap terakhir diberi post-test (O2 dan
dengan kategori kurang dan termasuk
O4)
belum tuntas sesuai nilai KKM. Sedangkan
untuk
terakhir
mengetahui
adakah
keadaan
perbedaan
hasil
pada hasil pengukuran awal (pre-test) kelas
belajar yang signifikan antara siswa
kontrol lebih tinggi dibandingkan dengan
kelompok eksperimen dan kelompok
hasil belajar kelas eksperimen,
kontrol.
mencapai nilai rata-rata kelas sebesar 65
yaitu
dengan tafsiran masuk kategori cukup. HASIL DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan
yang
siswa antara kelas eksperimen dan kelas
dengan
kontrol pada pengukuran awal tersebut
kompetensi profesional guru pada pokok
adalah 190 poin. Perbedaan antara kelas
bahasan hak asasi manusia dikelas VII di
eksperimen dengan kelas kontrol ini tidak
Sekolah Menengah Pertama Negeri 5
begitu besar, dan dapat diinterpretasikan
Belitang Hulu Tahun Pelajaran 2013/2014
bahwa hasil belajar siswa pada pengukuran
dapatlah diinterpretasikan dari instrumen
awal (pre-test) kelas eksperimen dan kelas
penelitian berupa hasil belajar siswa
kontrol yang sama-sama tidak diberikan
terlihat dari 20 soal tes yang diberikan
perlakuan pada mata pelajaran PKn pokok
pada siswa kelas eksperimen dan kontrol
bahasan hak asasi manusia dikelas VII di
dalam pengukuran awal (pre-test) terhadap
Sekolah Menengah Pertama Negeri 5
kompetensi profesional guru pada pokok
Belitang Hulu Tahun Pelajaran 2013/2014
bahasan hak asasi manusia diperoleh hasil
dapat dikategorikan kurang.
diperoleh
hasil
peneliti
penelitian
Adapun selisih perbedaan nilai belajar
berkaitan
perhitungan pada tabel perbedaan mean
Berdasarkan
kategorisasi
yang
hasil belajar siswa kelas eksperimen dan
ditentukan sebagai jawaban dari penelitian
kelas kontrol pada pengukuran awal (pre-
ini, dapatlah ditarik kesimpulan bahwa
test), dapat diuraikan bahwa perbedaan
perbedaan nilai rata-rata kelas, baik kelas
antara kelas eksperimen dengan kelas
eksperimen maupun kelas kontrol dengan
kontrol adalah sebesar 190 poin. Dimana
pembelajaran
bahwa hasil belajar kelas kontrol lebih
dalam pembelajaran berlangsung pada
tinggi
kelas
mata pelajaran PKn pokok bahasan hak
eksperimen. Pada kelas eksperimen terlihat
asasi manusia dikelas VII di Sekolah
dibandingkan
dengan
tanpa
adanya
perlakuan
Menengah Pertama Negeri 5 Belitang Hulu
menunjukkan perbedaan yang tipis dengan
Tahun
kategori cukup.
Pelajaran
2013/2014
termasuk
kategori “Kurang”.
Terdapat perbedaan hasil belajar siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol pada pengukuran
SIMPULAN DAN SARAN Terdapat perbedaan hasil belajar siswa kelas eksperimen dan kontrol dalam pengukuran awal (pre-test), hal ini dapat dibuktikan
berdasarkan
hasil
tabel
perbedaan
mean
(rata-rata)
hasil
pernyataan
sikap
siswa
pada
kelas
eksperimen dan kelas kontrol terlihat siswa kelas eksperimen lebih baik dari pada siswa kelas kontrol. Namun perbedaan sikap ini tidak mencolok, karena dari perhitungan persentasi terdapat selisih sebesar
8,35%
saja.
Artinya
bahwa
perbedaan selisih antara hasil belajar siswa pada pengukuran awal antara kelas kontrol dan eksperimen dapat dikatogorikan sangat tipis perbedaannya. Adapun nilai rata-rata pada kelas eksperimen sebesar 59.57, apabila ditafsirkan dapat dikategorikan “Kurang”. Sedangkan pada kelas kontrol terlihat mencapai nilai persentasi akhir diperoleh sebesar 65 dan dapat ditafsirkan masuk
dalam
kategori
“Cukup”.
Berdasarkan kategorisasi yang ditentukan sebagai
jawaban
dari
penelitian
ini,
dapatlah ditarik kesimpulan bahwa sikap siswa dalam belajar sebelum adanya perlakuan
atau
tes
pengukuran
awal
akhir
dikemukakan
(post-test)
bahwa
perbedaan
dapat hasil
belajar siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol
tersebut
adalah
10,43
poin
(13,22%). Adapun nilai rata-rata pada kelas eksperimen sebesar 78.86, apabila ditafsirkan dapat dikategorikan “Baik” dan harga Indeks Gain Hake sebesar 0,91 dengan kategori sangat baik. Sedangkan pada kelas kontrol nilai rata-rata akhir sebesar 68,43 dan dapat ditafsirkan masuk dalam kategori “Cukup” dan harga Indeks Gain Hake sebesar 0,109 dengan kategori rendah.
Dengan
demikian
dapat
diinterpretasikan bahwa hasil belajar siswa pada pengukuran akhir (post-test) kelas eksperimen yang diberikan perlakuan dan kelas kontrol tanpa adanya perlakuan dalam proses pembelajaran PKn pokok bahasan hak asasi manusia dikelas VII di Sekolah Menengah Pertama Negeri 5 Belitang Hulu Tahun Pelajaran 2013/2014 terdapat perbedaan yang signifikan sebesar 13,22%. Terdapat
pengaruh
kompetensi
profesional guru terhadap hasil belajar siswa pada pokok bahasan hak asasi manusia dikelas VII di Sekolah Menengah
Pertama Negeri 5 Belitang Hulu Tehun
Dari segi sikap dan perilaku guru
Pelajaran 2013/2014, bahwa kompetensi
sehingga menjadi guru yang tauladan
profesional guru berpengaruh terhadap
dan
hasil belajar siswa secara signifikan. Hal
kepribadian yang mantap dan stabil
ini terbukti dari hasil perhitungan dengan
serta selalu bersikap dewasa dalam
menggunakan rumus uji t-test diperoleh
menghadapi siswanya, bersikap disiplin,
bahwa harga t
arif, dan berwibawa namun guru juga
hitung
= 5,404. Selanjutnya
dibandingkan dengan harga t
tabel,
ternyata
signifikan. Dimana perolehan harga t
berbudi
pekerti,
memiliki
selalu berupaya menjadi panutan bagi
hitung
peserta didiknya. Namun yang lebih
sebesar 5,404 lebih besar dari t tabel sebesar
terpenting adalah senantiasa menjadi
2,000.
dapat
guru yang bertanggung jawab secara
disimpulkan bahwa Ho ditolak dan Ha
kelimuan yang diimplemetasikan sesuai
diterima dengan batas taraf kesalahan
perilaku.
Dengan
demikian
sebesar 0,5%, maka keputusannya bahwa
Saran kepada guru, untuk menuju
setiap guru yang memiliki kompetensi
kunci sukses sebagai guru profesional
profesional dalam mengajar jauh lebih baik
adalah selalu untuk menjadi guru yang
hasil belajar siswa dibandingkan dengan
teladan, ditiru dan digugu senantiasa
hasil belajar siswa yang diajar oleh guru
memiliki panggilan hati yang tulus
yang
menjadi seorang guru yang mulia baik
tidak
memiliki
kompetensi
profesional.
dihadapan manusia maupun dihadapan
Berdasarkan dari hasil penelitian, bahwa
guru
merupakan
Tuhan. Sehingga image guru saat ini
agen
tidak dicap sebagai guru yang tidak
pembelajaran diharapkan kedepan tidak
professional, tidak bertanggung jawab
hanya sebatas memiliki kemampuan
dan tidak berahklak. Semoga harapan
dalam hal keilmuannya dalam dunia
ini senantiasa menjadi kenyataan bagi
pendidikan guna menciptakan manusia
guru masa depan yang cemerlang dan
yang berkualitas, namun yang lebih
terbaik sepanjang hayat.
terpenting adalah bagaimana juga dapat menciptakan anak didik yang berdaya guna dan berahklak mulia dihadapan manusia dan Tuhan.
Sugiyono.
DAFTAR RUJUKAN Hamalik, Oemar, (2006). Pendidikan Guru Berdasarkan Pendekatan Kompetens. Jakarta: Bumi Aksara, Cet, Ke-4. Kunandar, (2007). Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan(KTSP)
dan
(2009).
(2013).
Penelitian Pendekatan
Kuantitatif, kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta. Uzer Usman. Moh, (2010). Menjadi Guru
Guru.
Rosdakarya.
Persada, Cet. Ke-1.
Metode
Pendidikan
Profesional.
RajaGrafindo
Untuk
Penelitian. Bandung : Alfabeta.
Persiapan Menghadapi Sertifikasi Jakarta:
Statistika
Bandung:
Remaja