Sedulur Bulaksumur Edisi Januari 2015
A C A R A K I TA
Sansiro Night Festival Sansiro Night Festival mengakomodasi kreativitas yang dimiliki seluruh mahasiswa Fisipol, serta menjadi sarana mahasiswa untuk lebih berpartisipasi dalam Dies Natalis Fisipol. Ada hal unik pada puncak perayaan Dies Natalis Fisipol ke-59 (6/12) bila dibandingkan dari tahun-tahun sebelumnya. Puncak perayaan kali ini menggelar berbagai pertunjukan, antara lain acoustic performance, band performance, tari saman dari Jurusan Ilmu Komunikasi, serta flashmob dance Fisipol. Namun hal yang paling unik dari semua pertunjukkan tersebut adalah, hadirnya suguhan Disc Jockey (DJ) yang memutarkan berbagai remix lagu bergenre house music. Semua tamu yang hadir larut dalam kemeriahan di panggung terbuka yang dibangun di tengah lapangan Sansiro. Oleh sebab itu, panitia kemudian mengemas acara ini dengan sebuah nama Sansiro Night Festival (SNF). Menurut Winarso Nugroho, Jurusan Hubungan Internasional 2013 yang bertindak sebagai Ketua Panitia, tujuan awal SNF adalah untuk mengakomodasi kreativitas yang dimiliki oleh mahasiswa
seluruh jurusan di Fisipol serta menjadi sarana mahasiswa untuk lebih berpartisipasi dalam Dies Natalis Fisipol ke-59. “Flashmob yang dipionir oleh angkatan 2014 dalam rangkaian SNF kemarin merupakan upaya untuk lebih merekatkan seluruh angkatan di Fisipol,” jelas Nunu. “Harapannya, event ini akan berlanjut pada tahun-tahun selanjutnya, atau bahkan dapat dibawa ke arah event konser. Saat ini masih dalam pertimbangan, apakah SNF akan dibawa ke lingkup eksternal atau cukup internal saja,” tambahnya. “Superb! But it was too short. Menyenangkan sekali ada acara semacam ini di Fisipol. Semua warga Fisipol fun bareng. Mungkin ke depannya bisa dibuat lebih menyenangkan lagi dengan disediakannya doorprize. But over all it was fun!” kesan 'Adila Silmi, Jurusan Ilmu Komunikasi 2013. (Fitria)
SAPA
DARI BULAKSUMUR
Masih dalam suasana gembira menyambut datangnya Tahun Baru 2015, Warta Alumni hadir kembali di tengah-tengah para alumni sekalian. Dari kampus Bulaksumur kami mengucapkan “Selamat Tahun Baru 2015” kepada seluruh alumni tercinta yang tersebar di seluruh pelosok tanah air, tidak terkecuali juga para alumni yang sedang menjalankan tugas di luar negeri. Kami berharap di tahun 2015 ini para alumni Fisipol tercinta akan menghasilkan karya yang lebih hebat lagi untuk mendukung kejayaan bangsa Indonesia. Dalam kesempatan ini, kami juga ingin mengucapkan terima kasih kepada seluruh alumni yang telah mendukung berbagai acara Dies Natalis Fisipol ke59. Secara khusus, ucapan terima kasih kami sampaikan kepada Ketua Umum Kagama, Bapak Ganjar Pranowo, dan segenap pengurus Kafispolgama yang berkenan hadir pada acara puncak Dies Natalis ke-59 pada tanggal 6 Desember 2014. Puji syukur kepada Tuhan YME, Fisipol yang kita cintai menutup tahun 2014 dengan berbagai capaian melegakan. Berbagai program bidang pendidikan, riset, dan pengabdian kepada masyarakat berhasil dilaksanakan dengan sangat baik. Catatan penting di bidang akademik adalah keberhasilan kami menyempurnakan berbagai standar pelayanan kepada mahasiswa, termasuk normalisasi masa studi S1, S2, dan S3 melalui program akselerasi. Selain itu, pada puncak acara dies lalu, Fisipol telah meluncurkan fasilitas One Stop Services, yaitu berbagai bentuk pelayanan online yang dapat diakses mahasiswa 24 jam, dari mana saja mereka berada. Dalam bidang riset, Fisipol mampu melanjutkan tradisi menjalankan akuntabilitas publiknya atas karya penelitian yang dilakukan oleh seluruh civitas akademika melalui penyelenggaraan Kampung Sospol dan Fisipol's Research Days pada 8-10 Desember 2014.
02 | warta alumni
Ada satu hal yang sangat membanggakan, dalam bidang SDM, terutama dosen. Tahun 2014 merupakan tahun 'panen' doktor bagi Fisipol. Kami bersyukur karena pada tahun tersebut Fisipol mendapatkan tambahan delapan doktor baru. Jurusan-jurusan yang beruntung tersebut adalah Ilmu Komunikasi (3 doktor), Sosiologi (2 doktor), PSdK (2 doktor), dan MKP (1 doktor). Mengawali langkah di tahun 2015, kami telah menyusun berbagai prioritas program yang akan diimplementasikan untuk mewujudkan visi Fisipol. Tahun ini akan menjadi tahun yang sibuk bagi Fisipol dengan fokus pada: peningkatan kualitas pendidikan pascasarjana (S2 dan S3), pengembangan kerja sama riset yang melibatkan dunia pendidikan tinggi, pemerintah, dan swasta (realisasi program triple helix). Tidak lupa, tahun ini Fisipol juga akan membangun Gedung Perpustakaan dan International Convention Hall. Kami sangat optimis, dengan dukungan para alumni yang hebat, program-program Fisipol di tahun 2015 ini akan berjalan dengan sukses. Salam hangat, Erwan Agus Purwanto
WA R TA J U R U S A N Dua Program Studi di Fisipol UGM Raih Sertifikasi Internasional Program studi yang telah disertifikasi mempunyai peluang besar untuk menciptakan sinergisitas antaruniversitas se-ASEAN.
Jurusan Ilmu Komunikasi (JIK) dan Jurusan Manajemen Kebijakan Publik (MKP) Fisipol UGM semakin mengukuhkan kualitasnya melalui capaian sertifikasi ASEAN University Network on Higher Education for Quality Assurance (AUN-QA). Program yang diselenggarakan oleh 'ASEAN University Network' ini merupakan upaya dalam menyelaraskan standar pendidikan serta meningkatkan kualitas akademik universitas-universitas di ASEAN. Dengan capaian tersebut, program studi yang telah disertifikasi mempunyai peluang besar untuk menciptakan sinergisitas antaruniversitas se-ASEAN yang tergabung dalam AUN. Ario Wicaksono, dosen Jurusan manajemen kebijakan Publik menyatakan, “Sertifikasi ini menitikberatkan pada Quality Assesement, artinya kualitas penyelenggara pendidikan harus memiliki standar yang ditentukan oleh ASEAN
University Network”. Ario juga menambahkan bahwa manfaat sertifikasi ini dapat digunakan mahasiswa sebagai nilai tambah dalam memasuki pasar persaingan kerja internasional. Meski demikian, diharapkan kedua program studi lantas tidak berpuas diri. Sekretaris Jurusan Ilmu Komunikasi, Dr. Muhammad Sulhan menuturkan bahwa seluruh staf JIK akan terus meningkatkan upaya perbaikan kualitas mengingat sertifikasi AUNQA hanya berlaku selama empat tahun sebelum akhirnya dilakukan penilaian kembali. “Capaian ini bukan hasil akhir, namun menjadi langkah awal dan pernyataan bahwa kita akan saling terbuka untuk menjalin kerjasama, scholarship hingga program double degree dengan universitas lain di region ASEAN,” tambahnya. (Dzikri)
KILAS FISIPOL Mahasiswa JPP Presentasikan Penelitian di Jepang
Sistem OSS Fisipol Resmi Diluncurkan Sistem One Stop Service resmi diluncurkan oleh dekan pada puncak rangkaian acara Dies Natalis Fisipol UGM ke-59. Sistem pelayanan satu pintu ini merupakan terobosan yang ditujukan untuk melayani mahasiswa dan alumni di bidang akademik dan kemahasiswaan secara cepat, tepat dan mudah diakses. Kemudahan mengakses semua informasi, menjadi jawaban dari peningkatan kualitas pelayanan di lingkungan Fisipol UGM. Akses secara online dapat dilakukan dengan mengunjungi halaman website dengan alamat oss.fisipol.ugm.ac.id
Hasil penelitian mahasiswa Jurusan Politik dan Pemerintahan Fisipol UGM yang berjudul “The Role of Social Capital in Enriching Democracy: The Case of the Warga Berdaya Movement in Yogyakarta”, mendapat apresiasi besar di dunia internasional. Penelitian yang disusun oleh tiga orang mahasiswa, yaitu Tasha Waris, Bastian Widyatama, dan Nuzula Nabila, bersanding dengan berbagai karya penelitian tingkat magister, doktoral hingga peneliti professional dunia. Bertempat di Tokyo Hongo Campus University, konferensi yang diselenggarakan oleh Asosiasi mahasiswa ThailandJepang ini berhasil menjadi sarana pertukaran pengetahuan bagi 75 hasil riset kelas dunia.
Fisipol Mulai Garap MOOC Massive Open Online Courses (MOOC) adalah program yang dirancang oleh Fisipol UGM untuk mewujudkan komitmen dan meningkatkan aksesibilitas pendidikan yang murah dan berkualitas bagi seluruh masyarakat. Berbentuk materi audio visual, kemudian di upload pada sebuah halaman website, masyarakat dapat mengaksesnya secara bebas berbagai materi kajian yang diajarkan di lingkungan Fisipol UGM. Meski belum resmi diluncurkan, namun tim MOOC telah memulai proses produksi materi dan mempersiapkan website yang akan dipakai untuk menempatkan seluruh materi perkuliahan. (fathur) 03 | warta alumni
A C A R A K I TA
Mengenang Hijrah UGM Melalui Niti Laku Niti Laku menjadi momen untuk kembali mengingat peran penting Kraton Ngayogyakarta dalam sejarah UGM. Dalam rangka memperingati Dies Natalis ke-65 Universitas Gadjah Mada, Keluarga Alumni Universitas Gadjah Mada (Kagama) kembali mengadakan acara Niti Laku 2014. Acara yang berlangsung pada hari Minggu (14/12) tersebut turut menandai momen Dies Natalis ke56 Kagama. Selain diikuti oleh ratusan anggota Kagama, turut hadir ketua panitia Niti Laku 2014, Prof. Ir. Sunjoto, ketua umum Kagama periode 2014-2019, Ganjar Pranowo, serta Sri Sultan Hamengkubuwono X. Dalam sambutan pembukaan Niti Laku, Sri Sultan sekaligus memberikan wejangan kepada kepengurusan Kagama agar dapat bertugas dengan baik dan dapat memberikan manfaat bagi masyarakat luas di mana pun mereka berada. Diawali dengan prosesi pelepasan balon berhadiah dan pengibasan bendera start, rombongan Niti Laku diberangkatkan oleh Sri Sultan Hamengkubuwono X
Dies UGM ke-65: Kagama Luncurkan Website Baru Website baru Kagama resmi diluncurkan untuk menggantikan halaman website lama yang ber-domain UGM.
04 | warta alumni
tepat pada pukul tujuh pagi. Diiringi dengan irama rancak Bergodo Wirosobo Soboman, rombongan berjalan kaki dari Pagelaran Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat menuju ke Balairung UGM. Niti Laku bukan sekadar acara jalan sehat biasa. Lebih dari itu, Niti Laku menjadi momen untuk kembali mengingat peran penting Kraton Ngayogyakarta dalam sejarah UGM. Pada awal pendirian UGM, Sri Sultan Hamengkubuwono IX mengizinkan aktivitas perkuliahan dilaksanakan di area Kraton, yaitu di Pagelaran, Siti Hinggil dan nDalem Mangkubumen. Komitmen Kraton terhadap eksistensi universitas pertama yang didirikan pemerintah Republik Indonesia ini juga dibuktikan dengan penghibahan tanah Bulaksumur untuk dijadikan area tetap kampus UGM. (Dzikri)
Sabtu (14/12) lalu, Balairung Rektorat UGM dipadati sejumlah kendaraan dengan plat nomor luar Yogyakarta. Hadir di sana, alumni UGM lintas angkatan, wakil rektor, dekan dan jajaran staf UGM dalam acara bertajuk “Temu Kangen dan Makan Malam Alumni Bersama Rektor UGM”. Hadir pula Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo, yang baru saja dilantik sebagai Ketua Kagama. Dalam sambutannya, Ganjar mengajak seluruh hadirin untuk turut berdoa dan bergerak membantu korban tanah longsor di Banjarnegara. “Saya menginstruksikan agar seluruh masyarakat di Jawa Tengah, jajaran SKPD siaga bencana,” katanya. Di acara tersebut, Prof. Dr. Dwikorita Karnawati absen karena telah terlebih dahulu berangkat ke Banjarnegara. Website baru Kagama yakni,
www.kagama.org, juga resmi diluncurkan malam itu menggantikan situs lama Kagama yang ber-domain UGM. “Situs tersebut diharapkan dapat menjadi jendela informasi bagi alumni di manapun untuk tetap berkontribusi terhadap UGM,” kata Ganjar. Dalam sambutannya, Ganjar juga menjelaskan pekerjaan rumah alumni UGM yang harus diselesaikan demi Indonesia yang lebih baik. Selain Ganjar, Prof. Dr. Suratman menjelaskan program pembangunan skala besar yang tengah dilakukan UGM seperti pembangunan Wisdom Park, Ruang Terbuka Hijau, dan Instalasi Air Minum pada beberapa titik di UGM. “Saya berharap programprogram akbar ini mampu menjadikan UGM untuk mandiri secara energi,” tukas Suratman. (Hamada)
ANJANGSANA Merangkum Memori Susetiawan bertemu dengan istrinya yang dititipkan di sana untuk berkuliah. “Sewaktu saya kuliah, kondisinya serba susah, susah mengakses buku-buku dan diskusi. Kondisi ekonomi juga sulit, saya sering jalan kaki dari Taman Siswa ke kampus,” ujar Susetiawan yang tahun ini memasuki usia ke60. Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) menjadi organisasi tempatnya bergabung. Ia adalah pengagum Bung Karno. Go to Hell with Your Aid—salah satu ucapan Soekarno yang terngiang olehnya hingga kini. Baginya, Soekarno adalah seorang pemimpin yang mampu mengorganisasi bangsa dengan berbagai kepentingan politik. Tak disangka, Susetiawan adalah penyuka genre hard rock. Di sela menyantap gorengan, ia bersenandung lirih lagu Temple of The King—menunjukkan pada kami bahwa ia fans berat Deep Purple.
“Sewaktu saya kuliah, kondisinya serba susah, susah mengakses buku-buku dan diskusi. Kondisi ekonomi juga sulit, saya sering jalan kaki dari Taman Siswa ke kampus,” ujar Pak Sus. “Mari Mbak, kita ngobrol sambil ngangkring. Saya yang traktir deh,” ajak Prof. Dr. Susetiawan ketika tim redaksi Warta Alumni berkesempatan menemuinya pada Rabu (24/12) lalu. Sore itu Pak Sus—panggilan akrabnya menyeruput teh jahe sembari bercerita mengenai pemikiran dan memorinya di kampus biru. Menjelang akhir tahun 2014, Pak Sus masih disibukkan dengan segudang aktivitas. Di sela-sela percakapan, sesekali ia merapikan buku agenda dan membuat reminder di ponselnya. “Saya ini pelupa mbak. Kalau enggak dicatat, bisa ambyar jadwal mahasiswa,” katanya tertawa. Tahun 1972, Susetiawan lulus dari SMAN 5 Yogyakarta dan mendaftarkan di Fakultas Hukum UGM. “Saya dinyatakan lulus waktu itu. Pas registrasi saya diminta membayar sejumlah uang yang terbilang mahal. Saya mutung (marah, Red) mbak, orang mau cari ilmu kok dikenakan biaya mahal,” lanjutnya. Ia memutuskan kembali ke kampungnya di Tulungagung dan menjadi buruh di perusahaan tebu selama hampir dua tahun. Didorong para sahabatnya ia kembali ke Yogyakarta dan mengikuti kursus di Akademi Bahasa Asing (ABA). “Di ABA, ada teman saya yang kuliah di Jurusan Sosiatri. Teman saya cerita bahwa Sosiatri mempelajari penyakit-penyakit sosial seperti pelacuran, kenakalan remaja dll,” sambungnya. Berbekal penasaran maka pada 1976 akhirnya ia mengikuti ujian masuk UGM dan memilih Jurusan Sosiatri. “Berbeda dengan pengalaman sebelumnya, di Fisipol serba mudah, tidak ada sumbangan sama sekali. Sosiatri tidak melulu belajar tentang penyakit sosial, susah juga ya ternyata,” katanya terkekeh. Semasa berkuliah, Susetiawan tinggal bersama paman dan bibinya di daerah Tamansiswa. Di rumah itu pula, ia 06 | warta alumni
“Dulu saya mau jadi pegawai di pemda saja (pemerintah daerah, -Red) mbak, lik (paman muda-red) saya bupati di Tulungagung, menyarankan begitu. Sepupu saya bilang orang kayak saya susah diatur, nggak cocok ada di pemerintahan,” ujarnya. Sang sepupu menyarankan ia menjadi dosen saja. “Saya enggak bisa mulang (mengajar, Red) sebenarnya, sepupu saya bilang latihan saja, lama-lama biasa,”ceritanya. Maka pada 1983, ia melanjutkan program pascasarjana di Jurusan Sosiologi UGM dan tak lama kemudian diangkat menjadi dosen. “Waktu itu gaji saya hanya Rp 10 ribu dan sudah menikah. Kami mengontrak rumah yang luasnya hanya dua kali ruangan dosen,” kenangnya. Akan tetapi, Susetiawan tidak berkeluh kesah. Ia tetap konsisten mengajar dan rutin mengisi kolom opini di surat kabar. Pada tahun 1989, Susetiawan melanjutkan studi doktoralnya di Universitas Bielefeld, Jerman hingga tahun 1994. Pengalaman berkesan dialami olehnya ketika pada 27 Juli 1997 ia ditelepon seorang pria yang mengaku sebagai kepala KODAM. Ia diminta memberikan pembekalan para calon fraksi ABRI. “Sontak saya ingat opini saya di surat kabar beberapa waktu lalu. Ini perintah, kata orang itu, dan kemudian telepon dibanting. Saya berangkat! Saya buktikan bahwa saya tidak takut. Rupanya mereka mencurigai saya dan ingin lihat secara langsung apa yang saya ajarkan,” kisahnya. Selain mengajar, Susetiawan aktif sebagai pengurus Nahdlatul Ulama dan menginisiasi terbentuknya forum persaudaraan umat beriman lintas agama. Menurutnya, ketika agama masuk dalam ruang politik, objektivitas aktor akan dipertanyakan. “Persoalan politik jangan dicampuradukkan dengan agama. Kalau mau maju, kita harus keluar dari kotak-kotak agama. Menegakkan prinsip kemanusiaan,” sambung bapak tiga orang anak ini. Layung senja perlahan turun. Di akhir percakapan, ia turut mengomentari film 'Senyap' yang hangat diperbincangkan. “Sebuah bangsa niscaya berpikir pendek dan tidak berpengetahuan luas ketika terus mendapat tekanan,” tutupnya. (Hamada)
D A R I A LU M N I Pergantian tahun merupakan momen yang dinantikan. Tak heran, momen itu sering dirayakan dengan sukacita. Namun demikian, di balik kemeriahan perayaan tahun baru, tersirat sebuah makna bagi setiap individu. Lalu, apa makna pergantian tahun bagi rekan-rekan alumni?
Mengukur, seberapa pencapaian kita di tahun sebelumnya, berapa jauh kita melangkah dan sebahagia apakah diri kita dan orang di sekitar kita di tahun yang telah kita lalui. Mengukur juga berarti memberi tantangan kepada diri sendiri. Mengukur bukan berarti berpuas diri, mengukur adalah untuk melampaui. Dengan semangat baru, kematangan diri dan tantangan baru, tahun baru adalah saatnya kita melampaui diri kita di masa lalu.
Beberapa tahun terakhir saya melewatkan pergantian tahun dengan traveling ke tempat asing. Kesendirian di malam tahun baru memberi saya kesempatan untuk lebih intim berefleksi dan mencari tahu apa keinginan saya di tahun mendatang. Pergantian tahun semacam waktu yang tepat untuk melakukan ritual seperti ini.
Amalina Luthfiani Hubungan Internasional 2006
Fajar Arianto Ilmu Komunikasi 2000
Suatu momentum untuk berubah menjadi baru lagi. Memiliki target, kesempatan dan peluang baru harus disikapi dengan lebih lugas lagi. Dan di sisi lain, pengalaman demi pengalaman terbentuk dari tahun ke tahun dan di tahun 2015 ini, saya ingin lebih mantap menambah pengalaman, lebih expert lagi dan ke depan saya harus memiliki tantangan lagi agar dapat yang lebih dan tidak monoton. Sehingga saya akan mendapatkan pengalaman yang extraordinary. Aprilianto Setyawan Management Kebijakan Publik 2008
Tahun baru berarti harapan baru, tantangan baru, dan pencapaian baru. Saya pribadi tidak punya resolusi yang khusus karena seringkali malah tidak terealisasi. Namun saya selalu berusaha membuat perubahan positif sekecil apapun itu, baik dari segi profesional maupun personal. Semoga kita mampu menjadi individu yang mampu memanfaatkan kesempatan untuk meningkatkan kualitas hidup. Amin.
Prima Laksmitasari Ilmu Komunikasi 2000
05 | warta alumni
INSPIRING ALUMNI A C A R A K I TA
GAYENG-GAYENG SOSIOLOGI ANGKATAN 1991
Pontjosiwi Berani Berkata Tidak
Bagi Pontjosiwi, dirinya tidak menerapkan “manajemen rasa” Menyanyi bersama, mengundang organ tunggal, dan bernostalgia warnai kumpulan alumni Sosiologi angkatan 1991. Sejak pertemuam terakhir beberapa tahun yang lalu, alumni Jurusan Sosiologi angkatan 1991 kembali berkumpul. Meski tidak mengangkat tema khusus, pertemuan kali ini memiliki persiapan yang lebih matang daripada sebelumnya. “Memang tidak ada tema khusus. Namun itu tidak mengurangi kita untuk tetap saling bercerita romansa masa-masa duduk di bangku kuliah,” ungkap Arie Sudjito salah satu wakil alumni Jurusan Sosiologi angkatan 1991. Dengan semangat, Arie yang kini juga sebagai seorang Dosen Jurusan Sosiologi, menceritakan berbagai aktivitas yang dilakukan pada pertemuan yang dilakukan Sabtu (27/12) lalu. “Selain bercerita tentang kesibukan masing-masing, acara ini juga diisi dengan bernyanyi bersama, karena kita mengundang organ tunggal. Namun hal yang berkesan adalah kehadiran Bapak Suprapto, dahulu juga dosen kami semasa kuliah, beliau ikut memberi sambutan meriah pada acara tersebut,” ungkap Arie melengkapi ceritanya. Tidak seperti alumni lainnya, alumni Jurusan Sosiologi angkatan 1991 tidak memiliki sebutan atau nama khusus yang melekat pada kumpulan alumni tersebut. Meski demikian, mereka menyebut bahwa alumni Jurusan Sosiologi angkatan 1991 merupakan angkatan yang selalu humoris dan kritis, kocak dan konyol, serta memiliki gurauan-gurauan yang khas. (Fathur)
dalam kerjanya, benar bilang iya, salah bilang tidak. Pasca menyandang gelar sarjana muda (BA) Jurusan Ilmu Pemerintahan 1978 (sekarang Jurusan Politik Pemerintahan), Potnjosiwi memulai karirnya dengan bekerja di Inspektorat Wilayah Kota Yogyakarta (Itwilko) pada tahun 1983. Meski mengaku sebagai mahasiswa yang tidak terlalu aktif semasa kuliah, Wiwik, berhasil menjalankan tugas otonomi Pemerintah Kota (Pemkot) dengan baik. Ketika menjabat sebagai Kepala Bagian Organisasi Sekretaris Daerah (1999) Wiwik diharuskan membentuk kelembagaan sesuai kewenangan dan kebutuhan daerah, mekanisme dan tata laksana, dan analis jabatan. “Disinilah saya terapkan teori keorganisasian, kepemimpinan, pengambilan keputusan, networking, dll,” tuturnya. Ketika Wiwik menjabat sebagai Kepala Dinas Perizinan (dimulai sejak 2006), ia berhasil meraih penghargaan sebagai Pelopor Inovasi Pelayanan Publik Tingkat Nasional dari Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara (Kemenpan). Tak hanya itu, Dinas Perizinan pun sukses membawa pulang Piala Citra Pelayanan tingkat Nasional dari presiden, serta Piala Invesment Award dari Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM). Karir Wiwik terus menanjak. Terhitung sejak tahun 2011 hingga sekarang, dirinya menjabat sebagai Asisten Administrasi Umum Itwilko Yogyakarta. “Tantangan yang saya hadapi adalah harus membangun komitmen, serta berusaha menjaga dan melaksanakannya. Saya harus membawa tugas “ajur ajer” bersama staf. Saya bisa melaksanakan tugas sudah pasti juga karena peran staf,” ceritanya. Bagi Wiwik, dirinya tidak menerapkan “manajemen rasa” dalam kerjanya. Ia harus berani berkata tidak, dan kemudian belajar memahami kesalahan atau kekurangan dalam kerjanya serta mencari solusi. (Fitria)
07 | warta alumni
FISIPOL UNIVERSITAS GADJAH MADA Edisi Januari 2015
HUBUNGI KAMI SPACE (SosPol’s Alumni & Career Engagement Office) Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Gadjah Mada Jl. Sosio-Justisia, Bulaksumur, Yogyakarta 55281
Sansiro Night Festival
1
Sapa dari Bulaksumur
2
Warta Jurusan & Kilas Fisipol
3
Acara Kita
4
Dari Alumni
5
Anjangsana: Susetiawan
6
Inspiring Alumni: Pontjosiwi
7
www.alumni.fisipol.ugm.ac.id +62 274 563362 ext 464
+62 274 563362 ext 222
alumni.fi
[email protected]
0811 263 1100
74ED0AA7
Redaksi Pemred Editor Layouter Reporter
: Ian Agisti Dewi Rani : M. Fathurrohman : Sasongko : Hamada Adzani, Vindiasari Putri, Fitria Farisa, Dzikri Anwar
Kirimkan surat, kritik dan saran kepada kami. Anda dapat juga mengirimkan foto, artikel dan opini seputar kegiatan alumni.
08 | warta alumni
Kepada: