SAMBUTAN KEPALA BADAN PENELITIAN, PENGEMBANGAN DAN INOVASI KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN PADA PEMBUKAAN RAPAT PEMBAHASAN ROAD MAP PUSAT KAJIAN ANOA DAN PEMBENTUKAN FORUM PEMERHATI ANOA Manado, 12 November 2015
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh, Yang saya hormati, 1. Direktur Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem 2. Kepala Dinas Kehutanan Provinsi Sulawesi Utara 3. Kepala Pusat Pengendalian Pembangunan Ekoregion Sulawesi 4. Direktur Konservasi dan Keanekaragaman Hayati 5. Kepala Pusat Penelitian Pengembangan Lingkup Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan 6. Kepala Persatuan Kebun Binatang Seluruh Indonesia 7. Para Kepala UPT Lingkup Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan 8. Para Akademisi 9. Para Pejabat Struktural dan Fungsional 10. Para Tamu Undangan dan Peserta Rapat yang berbahagia
Selamat pagi dan salam sejahtera bagi kita semua Syallom, Pertama-tama marilah kita memanjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas Rahmat dan Karunia-Nya, sehingga pada hari yang indah ini kita dapat hadir di tempat ini untuk mengikuti kegiatan “RAPAT PEMBAHASAN ROADMAP PUSAT KAJIAN DAN PEMBENTUKAN FORUM PEMERHATI ANOA” yang diadakan oleh Balai Penelitian Kehutanan Manado bekerjasama dengan Pusat Pengembangan Ekoregion Sulawesi Maluku, semoga Bapak/Ibu sekalian berada dalam keadaan sehat walafiat. Hadirin yang saya hormati, Saat ini negara tercinta kita Indonesia sedang diuji dengan kekeringan yang berkepanjangan (pengaruh El-Nino), sebagai dampaknya dibidang LHK adalah terjadinya kebakaran hutan dan lahan
yang luas dan terjadi merata hampir di
seluruh wilayah kepulauan. Kebakaran hutan dan lahan yang semula hanya terjadi di Sumatera dan Kalimantan, juga sudah terjadi hingga ke Sulawesi dan Papua, memusnahkan kawasan hutan dan lahan baik di tanah mineral maupun lahan gambut. Sebagai akibat kebakaran, jutaan hektar lahan dan hutan terdampak kebakaran (menurut LAPAN 2015, sekitar 2.089.911 ha) dan kerugian materil ditaksir sekitar Rp. 20 Trilyun. Di Provinsi Sulawesi Utara dampak kebakaran hutan dan lahan berupa asap sempat menyelimuti Bandara Sam Ratulangi, walaupun tidak menyebabkan penundaan keberangkatan dan kedatangan pesawat. Luas hutan dan lahan yang terbakar sekitar 40 ribuan Ha. Kebakaran di Sulawesi Utara dapat diatasi berkat kerja bahu membahu aparat lintas sektor yang tergabung dalam KARHUTLA Sulut serta bantuan pesawat pembom air dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.
Sebagian besar penyebabnya karena aktivitas pembakaran untuk
membersihkan lahan. Bapak, Ibu hadirin yang berbahagia Isu kebakaran hutan dan lahan menjadi isu yang krusial yang menjadi perhatian masyarakat di dalam negeri maupun dunia internasional. Kebakaran hutan dan lahan berdampak pada ekosistem, mengancam kelestarian flora dan fauna terutama jenis-
jenis endemik yang biasanya lebih rentan terhadap perubahan yang terjadi di lingkungan habitatnya. Untuk meminimalisir terjadinya kebakaran hutan dimasa yang akan datang, pemerintah tidak tinggal diam. Melalui Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, telah menyampaikan edaran kepada Para Gubernur dan Para Bupati/Walikota seluruh Indonesia yang isinya antara lain; 1) tidak ada ijin baru pembukaan lahan gambut, 2) akan ditetapkan zona lindung dan budidaya di hutan gambut serta 3) akan dilakukan penanaman pasca kebakaran. Oleh sebab itu berkaitan dengan rencana penanaman pasca kebakaran, apresiasi kami kepada pemerintah Provinsi Sulawesi Utara yang telah mencanangkan Gerakan Sulut Menanam (GSM) pada tanggal 10 Nopember 2015 dan akan dilanjutkan dengan pelaksanaan penanaman di lapangan pada minggu keempat bulan Nopember 2015 ini. Semoga gerakan semacam ini diikuti oelh pemerintah daerah lainnya diseluruh indonesia.
Peserta Rapat yang berbahagia, Sulawesi merupakan pulau terbesar dan secara geologi paling kompleks di kawasan Wallacea yang memiliki keanekaragaman hayati yang sangat kaya. Keanekaragaman ini dicirikan oleh tingkat endemisme yang tinggi pada flora maupun faunanya, salah satunya adalah Anoa. Anoa adalah spesies endemik di Pulau Sulawesi dan Pulau Buton. Anoa bersama satwa endemik lain memiliki peranan penting dalam menjaga kelestarian ekosistem hutan dengan cara membantu penyebaran beberapa jenis tumbuhan asli Sulawesi sehingga regenerasi hutan dapat berlangsung. Oleh karena itu keberadaan anoa sangat penting dalam menjaga kelangsungan hutan tropis di Sulawesi. Namun pada kenyataannya populasi spesies ini berada di ambang kepunahan akibat perburuan liar, fragmentasi dan berkurangnya luas habitat karena adanya peruntukan lain. Sesuai Peraturan Perundang-undangan Indonesia, Anoa sudah dilindungi sejak tahun 1931. Bahkan secara Internasional, Anoa dikategorikan Endangered Species atau satwa yang terancam punah dalam IUCN (International Union for Conservation
of Nature and Natural Resources) Red List. CITES (Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna dan Flora) atau konvensi perdagangan internasional tumbuhan dan satwa liar menempatkan Anoa ke dalam Appendix I yang berarti satwa tersebut terancam dalam segala bentuk perdagangan internasional secara komersil. Bapak, Ibu yang berbahagia Berbagai upaya telah dilakukan untuk menyelamatkan Anoa dari kepunahan. Kementerian Kehutanan pada tahun 2010 telah menetapkan empat belas spesies terancam punah sebagai spesies prioritas utama konservasi. Khusus di Propinsi Sulawesi Utara telah ditetapkan empat satwa kunci untuk ditingkatkan populasinya yaitu: Anoa (Bubalus depressicornis dan Bubalus quarlesi), Babirusa (Babyrousa
babyrussa),
Maleo (Macrocephalon maleo) dan Yaki (Macaca nigra) yang
merupakan satwa endemik Sulawesi. Pada tahun 2013 dikeluarkan Peraturan Menteri Kehutanan tahun 2013 tentang Strategi dan Rencana Aksi Konservasi Anoa tahun 2013-2022. Dalam Renstra Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan 2015-2019 yang berisi Arahan Kebijakan dan Strategi Nasional Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, menyebutkan bahwa Anoa menjadi salah satu prioritas satwa terancam punah (sesuai The IUCN Red List of Threatened Species) yang akan ditingkatkan populasinya sebesar 10% sesuai baseline oleh Ditjen KSDAE. Para Peserta Rapat yang saya hormati, Pada kesempatan ini saya ingin memberikan apresiasi kepada Balai Penelitian Kehutanan Manado yang telah menginisiasi kegiatan konservasi Anoa dengan mengembangkan pusat penelitian penangkaran “Anoa Breeding Center” yang telah diresmikan oleh Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan pada bulan Februari 2015. Konservasi ex situ dalam bentuk penangkaran merupakan bentuk usaha nyata yang bertujuan untuk menyelamatkan populasi Anoa dari kepunahan.
Penangkaran anoa adalah kegiatan yang sangat menjanjikan untuk memperkuat kemandirian pangan. Litbang dan Inovasi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan telah berhasil melakukan penelitian penangkaran satwa liar Rusa sebagai alternatif sumber pangan masyarakat, kura-kura leher ular dan beberapa satwa langka lainnya. Masih banyak satwa liar lain yang memiliki potensi tinggi untuk dikembangbiakkan sebagai bahan pangan. Namun sifat liarnya yang agresif memerlukan penelitian yang lebih dalam tentang upaya domestikasi Anoa dari hewan liar menjadi hewan budidaya. Keberhasilan perkembangbiakan anoa di lembaga penangkaran diharapkan mampu meningkatkan populasi anoa baik itu di luar maupun di dalam habitat alaminya. Hadirin Peserta Rapat yang Berbahagia Sesuai kebijakan Direktorat Jenderal KSDAE, pembangunan KSDAE kedepan akan difokuskan pada pembangunan 12 Taman Nasional Model dan pembangunan 50 unit taman Sanctuary. Di Provinsi Sulawesi Utara telah ditetapkan Taman Nasional Bogani Nani Wartabone sebagai Taman Nasional Model. Secara endemik, anoa banyak terdapat di Taman Nasional Bogani Nani Wartabone. Berdasarkan data IUCN Red List 2009 diperkirakan populasi Anoa di seluruh Sulawesi tidak lebih dari 5.000 individu. Penurunan jumlah populasi Anoa di habitat alam lebih besar disebabkan oleh perburuan liar, fragmentasi maupun berkurangnya luas habitat. Fragmentasi habitat dan penyempitan lahan hutan menyebabkan Anoa hidup dalam kantongkantong hutan yang tersisa. Sementara untuk mempertahankan variasi genetik dari berbagai ancaman termasuk perubahan lingkungan diperlukan populasi yang cukup besar.
Hadirin dan Peserta Rapat yang saya hormati, Pertemuan kali ini bermaksud untuk mengajak para pihak pemerhati konservasi Anoa yang berasal dari berbagai latar belakang ilmu untuk duduk bersama dan berperan aktif memberikan saran dan masukan dalam penyusunan Road Map Pusat Kajian Anoa 2016-2036. Road Map ini akan menjadi pedoman dan arahan kegiatan penelitian dan pengembangan konservasi ex situ dan in situ sekaligus sebagai
sarana untuk memonitor dan mengevaluasi kegiatan yang akan dilakukan oleh Lembaga Penelitian, pemerhati anoa
dan para stakeholder terkaitnya. Kegiatan
penelitian tersebut bertujuan untuk meningkatkan populasi Anoa dalam kurun waktu 20 tahun kedepan,
yang akan dilakukan melalui pelaksanaan beberapa program
kegiatan yaitu Breeding Center, Rehabilitasi dan Pelepasliaran (Release), Kerjasama dengan Lembaga Konservasi, Domestikasi dan Penyuluhan tentang Save Anoa. Selain itu, dalam rapat ini diharapkan dapat memutusakan suatu wadah pemerhati anoa. Hal in sebagai mandat tertuang dalam Peraturan Menteri Kehutanan No. 54 Tahun 2013 tentang Rencana Aksi Konservasi Anoa 2013-2022. Forum ini mengemban tugas utama dalam tukar menukar informasi data kekinian anoa di alam, program penyelamatan, penyuluhan serta untuk mengawal Implementasi Road Map Pusat Kajian Anoa 2016-2036. Hadirin yang saya hormati, Akhirnya dengan mengucapkan Bismillahir-rohmanirrohim, Rapat ini secara resmi saya nyatakan dibuka. Selamat berdiskusi dan berkarya, semoga pertemuan ini berlangsung dengan lancar sesuai harapan kita bersama.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Manado, 12 November 2015 Kepala Badan Litbang dan Inovasi
Dr. Henry Bastaman, MES