Sekretariat Negara Republik Indonesia
Sambutan dan Dialog Presiden - Silaturahmi dengan 503 Kepala Sekolah ...,Jakarta, 21 Desember 2015 Senin, 21 Desember 2015
SAMBUTAN DAN DIALOG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA SILATURAHMI DENGAN 503 KEPALA SEKOLAH PENERIMA PIAGAM PENGHARGAAN SEKOLAH BERINTEGRITAS DALAM PELAKSANAAN UJIAN NASIONAL 2015 ISTANA NEGARA, JAKARTA 21 DESEMBER 2015
Â
Presiden: Bismillahirrahmanirrahim, Assalamualaikum warahmatullah wabarakatuh, Selamat pagi, Salam sejahtera bagi kita semua,
Yang saya hormati Pimpinan Lembaga Negara, Yang saya hormati para Menteri Kabinet Kerja, Yang saya hormati Bapak-Ibu Kepala Sekolah, Yang saya banggakan Hadirin dan para Undangan yang berbahagia,
Pagi hari ini, saya senang sekali bisa bertatap muka dengan para kepala sekolah dari 503 sekolah, mulai dari SMP, SMA, SMK, maupun madrasah, dengan Integritas Kejujuran Ujian Nasional terbaik selama lima tahun terakhir ini dari seluruh Indonesia. Saya senang juga tadi, saya melihat SMP saya, SMP 1 Surakarta di mana saya pernah belajar, masuk dalam sekolah yang mempunyai nilai kejujuran yang sangat baik. Mana tadi SMP 1 tadi? Berdiri, Pak Kepala Sekolah. Masak SMP saya sendiri enggak dibanggakan?
Kejujuran adalah nilai fundamental, nilai dasar dalam membangun karakter bangsa. Bangsa kita akan menjadi bangsa yang besar dan dihormati oleh bangsa-bangsa yang lain jika kita memiliki integritas, memiliki kejujuran yang tinggi, memiliki pemimpin-pemimpin yang jujur dan berintegritas, memiliki rakyat yang penuh denga kejujuran dan integritas. Banyak bangsa, banyak negara harus mendapatkan takdir sejarahnya sebagai negara yang gagal, sebagai bangsa yang gagal karena telah gagal pula menjaga integritas, menjaga kejujuran bangsanya. Dan nilai-nilai integritas harus ditumbuhkan sejak dini. Nilai-nilai kejujuran harus ditumbuhkan sejak dini, baik di lingkungan keluarga maupun di sekolah. http://www.setneg.go.id
www.setneg.go.id
DiHasilkan: 13 January, 2017, 07:58
Sekretariat Negara Republik Indonesia
Kita ini mempunyai sebuah basic, sebuah dasar yang baik orang Indonesia ini. Coba, orang kita ya, kalau pergi ke Singapura, enggak ada yang berani merokok, enggak ada, enggak ada yang berani meludah sembarang tempat, enggak ada. Enggak tahu kenapa. Tapi begitu balik ke sini, balik lagi ininya, rokoknya, balik lagi juga. Integritas juga sama. Kejujuran, nilai-nilai itu juga sama.
Kita punya nilai-nilai dasar itu, hanya mungkin lupa. Kita memberikan tekanan, kita lupa memberikan perhatian pada nilainilai etika, nilai-nilai budi pekerti, nilai-nilai kejujuran, integritas. Kita lupa dalam sekian dekade ini.
Anak-anak kita banyak yang tergoda, terbuai oleh nilai-nilai Barat, menganggap bahwa Barat itu moderen, Barat itu gaul, padahal kita mempunyai nilai-nilai, Indonesia memiliki nilai-nilai, karakter tersendiri. Nilai-nilai Pancasila, nilai-nilai gotong royong, itu kehidupan kita dari budaya lama yang sudah bertahun-tahun kita jalani.
Dan rumah, sekolah adalah arena pembelajaran terbaik dalam menumbuhkan, mengembangkan nilai-nilai integritas, nilai kejujuran itu. Anak-anak kita akan mendapatkan pengenalan pertama dari orang tua. Memang pertama itu dari orang tua maupun dari anggota keluarga lainnya, tentang nilai-nilai integritas. Anak-anak akan mendapatkan contohcontoh pembelajaran karakter yang baik dari lingkungan keluarga mereka. Dan ketika memasuki usia sekolah, anakanak juga mendapatkan nilai-nilai tersebut bukan hanya dari proses belajar-mengajar, melainkan juga dari budaya, perilaku yang dikembangkan di sekolah.
Waktu saya memimpin di kota, memimpin di provinsi, sebagai wali kota maupun gubernur, pertama, saya ditanya oleh kepala dinas pendidikan, “Kami diberi target UN-nya berapa, Pak?― Itu yang ditanyakan. Saya tanya balik, “Kenapa ka bertanya itu?― “Karena yang dulu-dulu diberi target, Pak.― “Terus, kalau diberi target, gimana?― “Ya kita akan b
Nah ini, berusaha ini yang sering tidak bener. “Caranya gimana?― Saya tanya-tanya itu, saya kejar itu, “Caranya giman “Gini,― enggak usah saya sebut, Bapak-Ibu ngerti semuanya, “gini, gini, gini.― “Lupakan itu. Bekerja dengan saya nilai itu yang ingin saya kembangkan. Saya enggak akan berikan target. Sudah, apa adanya aja.― “Bener, Pak?― “Be Jangan tanya balik seperti itu. Itu yang ingin saya kembangkan di kota ini, di provinsi ini. Enggak ada target.―
Kita itu sudah lama budaya itu, kebiasaan itu dilakukan. Bupatinya memberikan target. Wali kotanya memberikan target, ya ndak? Kepala dinasnya ngumpulin kepala sekolah, sama, diberi target juga, ya ndak? Nilai itu kan berdasarkan dari kumpulan. Kalau di kabupaten, itu kumpulan dari sekolah, sekolah, sekolah, sekolah dikumpulkan. Apakah kita bangga mendapatkan nilai UN yang sangat tinggi, tetapi didapatkan dari cara-cara yang tidak baik? Saya sampaikan, “Buat saya, tidak, tidak. Enggak, saya enggak mau seperti itu. Saya tahu. Saya berangkat dari bawah. Saya ngerti cara-cara yang dilakukan. Lupakan hal-hal seperti itu.―
Kita harus kembali ke sekolah yang mengajarkan nilai-nilai, baik nilai-nilai etika, nilai-nilai budi pekerti, harus kembali ke sana. Nilai-nilai integritas, kejujuran, nilai-nilai moralitas, nilai-nilai kepantasan, nilai-nilai kepatutan, mana yang pantas, mana yang tidak pantas, mana yang patut, mana yang tidak patut, harus kembali kepada itu. Kalau kita ingin negara ini menjadi negara yang maju, negara yang besar, negara yang dihormati, negara yang mempunyai martabat, enggak ada cara yang lain. Dan itu dimulai dari pendidikan yang Bapak-Ibu berikan kepada anak-anak kita. Meskipun kita panennya, kita memetiknya mungkin baru sepuluh tahun, baru 20 tahun, atau 30 tahun yang akan datang, tapi harus kita kembalikan itu.
Saya menyampaikan apresiasi, menyampaikan penghargaan atas integritas yang telah ditunjukkan oleh Bapak-Ibu Kepala Sekolah dalam penyelenggaraan ujian nasional yang lalu. Bapak-Ibu Kepala Sekolah telah menjadikan contoh sekolah Bapak-Ibu bagi bangsa dalam mendidik anak-anak kita. Di tengah langkanya nilai-nilai integritas, nilai-nilai kejujuran, kita seolah mendapatkan sebuah oasis di tengah padang tandus ketika melihat masih ada ribuan sekolah http://www.setneg.go.id
www.setneg.go.id
DiHasilkan: 13 January, 2017, 07:58
Sekretariat Negara Republik Indonesia
yang menjunjung tinggi integritas, menjadikan mereka anak-anak yang jujur, anak-anak yang berintegritas, menghargai usaha sendiri dalam mencapai sebuah prestasi.
Meskipun penghargaan ini didasarkan pada kejujuran dan integritas sekolah dalam penyelenggaraan ujian nasional, saya berharap Bapak-Ibu Kepala Sekolah akan menjaga kejujuran dan integritas sekolah dalam semua aspek kehidupan sekolah, semua aspek kesehari-harian di sekolah. Saya juga berharap anak-anak kita jangan hanya ditambah dengan buku-buku yang semakin tebal, sehingga tas anak-anak kita semakin hari semakin berat. Kalau anaknya kecil, kurus, bawa tas gede dengan buku yang berat, aduh saya melihat. Tapi anak-anak kita harus dibekali dengan pendidikan etika, pendidikan budi pekerti, pendidikan karakter, pendidikan mentalitas, pendidikan etos kerja yang baik, yang sering kita lupakan. Jadikan sekolah sebagai tempat terbaik untuk membangun karakter bangsa.
Bagi saya, kejujuran adalah bagian yang paling fundamental, paling dasar dari pendidikan karakter. Oleh karena itu, sekolah harus menjadi zona jujur, zona yang berintegritas, zona di mana kecurangan merupakan perilaku yang tidak boleh mendapatkan toleransi. Kejujuran bisa dikembangkan ketika mereka mengerjakan tugas-tugas sekolah, menempuh ujian, maupun ketika anak-anak berinteraksi di luar kelas.
Hadirin sekalian yang saya hormati, Saya ingin satu ke depan. Yang dari jauh, dari mana ya? Tadi ada dari Kabupaten Baubau. Mana tadi? Sini, Bu. Baubau. Ada yang tahu ndak Baubau itu di mana? Sini, Bu. Agak deket, Bu. Saya enggak galak kok.
Apa sih yang diberikan di sekolah Ibu siapa? Ibu Hartati. Apa yang diberikan di sekolah Ibu, terutama yang berkaitan dengan pendidikan nilai-nilai yang tadi saya sampaikan, nilai kejujuran, nilai-nilai sopan santun, nilai-nilai kepantasan, nilai-nilai kepatutan, nilai-nilai etika, nilai-nilai moralitas dan mentalitas, dengan etos kerja keras yang baik? Apa sih yang disampaikan kepada anak-anak atau yang diajarkan kepada anak-anak?
Hartati: Terima kasih, Pak Presiden. Yang pertama yang saya sampaikan adalah mematuhi tata tertib sekolah. Itu yang pertama.
Presiden: Apa itu? Tata tertibnya apa itu? Kepada gurunya atau kepada siswanya?
Hartati: Kepada siswanya. Yang kedua, saya tekankan kepada.
Presiden: Tata tertib apa tadi? Saya sudah lupa. Saya sudah lama tinggal sekolah ya. Apa? Tata tertib apa, misalnya?
Hartati: http://www.setneg.go.id
www.setneg.go.id
DiHasilkan: 13 January, 2017, 07:58
Sekretariat Negara Republik Indonesia
Misalnya, masuknya jam 7, pakaiannya harus rapi ,selalu memberi salam kepada Bapak-Ibu Guru pada saat berpapasan, pada saat sebelum belajar, dan masih banyak lagi, Pak Presiden.
Presiden: Ya enggak apa-apa. Banyak lagi apa? Sampaikan saja apa. Jangan-jangan, sekolah yang lain berbeda.
Hartati: Saya tekankan kepada Bapak-Ibu Guru yang mengajar di sana, karena ada aturan yang sudah disampaikan, dan juga itu kami sudah laksanakan, yaitu sebelum melaksanakan PBM, maka diwajibkan menyanyikan lagu Indonesia Raya. Kemudian, setelah melakukan PBM, pada jam terakhir, maka itu harus menyanyikan salah satu lagu daerah. Kemudian tadi, setelah menyayikan lagu Indonesia Raya, maka seluruh siswa yang ada di ruangan itu, sebelum menerima pelajaran, harus berdoa lebih dahulu.
Presiden: Ini, semua sekolah melakukan ini enggak sih? Benar? Seratus persen ya? Menyanyikan lagu Indonesia Raya, berdoa, terakhir menyanyikan lagu daerah. Betul? Benar? Ada tambahan lagi apa?
Hartati: Membaca buku iya.
Presiden: Itu standarnya sama semua sekolah ya, Pak Menteri? Dulu kelihatannya saya sekolah kok ndak. Berarti bagus. Ini baru ya?
Terus apa lagi, mengenai etos belajar, etos kerja, apa sih yang diberikan kepada anak-anak kira-kira dari sekolah Ibu? Apa yang diajarkan?
Hartati: Terima kasih kembali. Saya menekankan kepada siswa, siswa saya, Pak, di SMA Negeri 1 Baubau, Provinsi Sulawesi Tenggara, itu cukup banyak. Ada 1.567 orang. Ada 41 rombel, Pak Menteri.
Saya sedikit urai tentang pendidikan di sana, sekolah-sekolah yang ada di sana. Di sana ada enam SMA negeri, tetapi yang banyak peminatnya hanya SMA 1 dan SMA 2. Kenapa? Di samping lokasinya di dalam kota, juga dia sekolah berprestasi.
Kami, SMA 1 dan SMA 2, selalu berkoordinasi dalam hal menyampaikan sesuatu atau dalam hal program-program kerja kami. Dan alhamdulillah, kami berhasil dengan program ini.
http://www.setneg.go.id
www.setneg.go.id
DiHasilkan: 13 January, 2017, 07:58
Sekretariat Negara Republik Indonesia
Kemudian, Pak Menteri, selain—Pak Presiden, maaf ya, Pak. Saya minta maaf, Pak.
Presiden: Ya kan Pak Menteri juga ada di sana. Ya benar, sudah betul. Bagaimana?
Hartati: Saya, terus terang saya gugup saat ini karena saya berada di samping Pak Presiden.
Presiden: Ya sudah. Kalau gugup, kembali ke tempat.
Hartati: Makasih ya, Pak. Â
Saya ralat, saya ralat, Bapak-Ibu Kepala Sekolah, Pak Menteri, Pak Presiden, kami koordinasinya bukan hanya SMA 1, SMA 2, tapi ke enam SMA tadi kami koordinasi selalu. Bahkan kami punya perkumpulan sendiri. Setiap bulan kami ketemu gitu sehingga programnya kami semua sama, tapi yang banyak peminatnya hanya SMA 1 dan SMA 2. Saya kurang tahu, apakah kepala sekolahnya cantik, Pak Presiden. Â
Terima kasih, Pak Presiden.
Presiden: Iya, terima kasih, Ibu Tati. Silakan. Terima kasih, makasih.
Ditanya etos kerja, dijawab koordinasi. Baik, tapi bagus tadi yang disampaikan oleh Bu Hartati.
Yang dari Maluku ada tidak? Maluku Utara? Yang di belakang? Yang jauh-jauh itu di mana? Dari NTT ada? Mau saya NTT kok. Maluku, NTT, mana lagi? Sebentar. Bangka Belitung? Ada, di depan lagi, Bangka Belitung. Silakan, Bu. Dengan ibu siapa, Bu?
Kurnia Parwati: Ibu Kurnia Parwati.
Presiden: Ibu Kurnia. Agak dekat, Bu. Kok, kalau dengan saya, jauh-jauh semua? http://www.setneg.go.id
www.setneg.go.id
DiHasilkan: 13 January, 2017, 07:58
Sekretariat Negara Republik Indonesia
Sekolah-sekolah kita, saya enggak tahu ya kenapa sekolah-sekolah kita ini banyak yang tidak suka kehijauan—ini di luar konteks tadi—tidak senang sekolah itu, baik luarnya maupun dalamnya, itu hijau total. Saya masuk—enggak tahu sudah berapa ribu sekolah—ya adanya tembok dan kelas, tembok dan bangku. Kenapa tidak setiap sekolah itu ada landscapenya yang bagus, tamannya juga taman yang bagus, anak-anak kita yang merawat? Kenapa tidak sekolah-sekolah kita ini landscape-nya misalnya kayak hotel bintang lima gitu, hijau, tanamannya terawat? Bagaimana, Ibu Kurnia, dengan yang tadi saya sampaikan?
Kurnia Parwati: Terima kasih, Bapak Presiden. Syukur alhamdulillah, sekolah kami, SMK 1 Pangkalpinang, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, pada tanggal 2 Juni 2012, sekolah kami sudah mendapat Adiwiyata Mandiri, Pak.
Presiden: Apa itu Adiwiyata Mandiri? Jelasin.
Kurnia Parwati: Sekolah Adiwiyata adalah sekolah yang menanamkan konsep atau mindset kepada anak-anak untuk cinta dengan lingkungan, Pak. Â
Presiden: Nah itu yang larinya nanti ke sana. Kalau sudah kehijauannya bagus, mungkin juga tanamannya bermacam-macam, akan menjadi sebuah media pendidikan.
Diteruskan, Bu. Bagaimana?
Kurnia Parwati: Terima kasih, Bapak Presiden yang kami hormati. Pada tanggal 2 Juni 2012 yang lalu, sekolah kita, dari Provinsi Bangka Belitung, itu mendapat Sekolah Adiwiyata Mandiri. Perjuangannya begitu panjang, Pak, dari tahun 2006.
Sekolah saya adalah sekolah Belanda, sudah berumur 103 tahun, berdiri tepat di depan rumah Residen atau Wali Kota Kota Pangkalpinang, tepat di titik nol Kota Pangkalpinang yang merupakan ibu kota Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.
Bagi teman-teman semua—benar kata Bapak Presiden—sekolah hijau begitu sangat membuat anak betah untuk bersekolah, belajar di sekolah. Dan Bapak Menteri juga sudah mencanangkan kepada kita, bahwa bukan saja di dalam kelas untuk proses belajar-mengajar, ternyata di luar kelas juga begitu indah kalau kita menimba ilmu.
Di sekolah saya, ada sebuah namanya adalah hutan sekolah yang isinya rata-rata adalah tanaman ciri khas Pulau Bangka Belitung, Pak. http://www.setneg.go.id
www.setneg.go.id
DiHasilkan: 13 January, 2017, 07:58
Sekretariat Negara Republik Indonesia
Presiden: Berarti pertanyaan saya tadi pas. Ya itu yang saya maksudkan. Ada konsep green city, kota yang hijau. Kenapa tidak ada konsep green school, sekolah yang hijau? Tapi juga arahnya dipakai untuk mengedukasi anak-anak kita, untuk mendidik anak-anak kita cinta lingkungan, tapi juga bisa dipakai untuk belajar biologi dan lain-lainnya.
Terima kasih, Bu Kurnia. Silakan. Terima kasih.
Kurnia Parwati: Terima kasih, Bapak Presiden.
Presiden: Sekali lagi, saya ucapkan selamat kepada sekolah penerima Piagam Penghargaan Sekolah Berintegritas dalam pelaksanaan ujian nasional yang lalu.
Sekali lagi, nomor satu adalah kejujuran. Setelah itu, etos kerja keras dan prestasi. Bila seluruh siswa kita menjunjung tinggi kejujuran dan kerja keras, maka sudah pasti akan berbuah prestasi. Ini berhubungan. Prestasi yang dilandasi dengan kejujuran dan kerja keras itulah yang akan membawa bangsa ini maju, bukan hanya bangsa yang berdaulat dalam bidang politik, mandiri dalam bidang ekonomi, namun juga bangsa yang berkepribadian dalam berbudaya, seperti yang kita cita-citakan bersama.
Terima kasih.
Wassalamualaikum warahmatullah wabarakatuh.
Â
*****
Biro Pers, Media dan Informasi Sekretariat Presiden
http://www.setneg.go.id
www.setneg.go.id
DiHasilkan: 13 January, 2017, 07:58