Sam Ratulangi Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas Dr. Gerungan Saul Samuel Jacob Ratulangi atau lebih dikenal dengan nama Sam Ratulangi (lahir diTondano, Sulawesi Utara, 5 November 1890 – meninggal di Jakarta, 30 Juni 1949 pada umur 58 tahun) adalah seorang politikus Minahasa dari Sulawesi Utara, Indonesia. Ia adalah seorang pahlawan nasional Indonesia. Sam Ratulangi juga sering disebut-sebut sebagai tokoh multidimensional. Ia dikenal dengan filsafatnya: "Si tou timou tumou tou" yang artinya: manusia baru dapat disebut sebagai manusia, jika sudah dapat memanusiakan manusia. Sam Ratulangi adalah anak dari Jozias Ratulangi.[1] Pada tahun 1907, dia pergi ke Batavia untuk melanjutkan sekolah di Koningeen Wilhelmina School.[1] Setelah tamat, Sam Ratulangi melanjutkan ke Vrije Universiteit vanAmsterdam, Belanda.[1] Di sana, dia dipercaya menjadi Ketua Perhimpunan Mahasiswa Indonesia di Belanda tahun 1914.[1] Lima tahun kemudian, dia memperoleh gelar doktor di bidang matematika dan fisika.[1] Sam Ratulangi juga merupakan Gubernur Sulawesi yang pertama. Ia meninggal di Jakarta dalam kedudukan sebagai tawanan musuh pada tanggal 30 Juni 1949 dan dimakamkan di Tondano. Namanya diabadikan dalam nama bandar udara di Manado yaitu Bandara Sam Ratulangi dan Universitas Negeri di Sulawesi Utara yaituUniversitas Sam Ratulangi.
Sam Ratulangi
Gubernur Sulawesi Utara ke-1 Masa jabatan 1945 – 1949
Presiden
Ir. Soekarno
Digantikan oleh
Arnold Achmad Baramuli Informasi pribadi
Lahir Kebangsaan
Gerungan Saul Samuel Jacob Ratulangi
Indonesia
Alma mater
Vrije Universiteit, Amsterdam
Pekerjaan
Pahlawan Nasional Indonesia
Agama
Kristen
Sam Ratulangi
Gubernur Sulawesi Utara ke-1 Masa jabatan 1945 – 1949 Presiden
Ir. Soekarno
Digantikan oleh
Arnold Achmad Baramuli Informasi pribadi
Lahir Kebangsaan
Alma mater
Gerungan Saul Samuel Jacob Ratulangi
Indonesia Vrije Universiteit, Amsterdam
Riwayat Hidup Dr. G.S.S.J. Ratu-Langie
Nama : Gerungan Saul Samuel Jacob Ratu Langie Lahir : 5 Nopember 1890 di Tondano, Sulawesi Utara Meninggal : 30 Juni 1949 di Jakarta Pendidikan : Sekolah Dasar Belanda (Europeesche Lagere School) di Tondano Sekolah Menengah (Hoofdenschool) di Tondano Sekolah Teknik (K.W.S.) bagian mesin di Jakarta (1904 – 1908)
Sam (kanan) dan saudara sepupu pada umur 20 tahun Mencapai Ijazah Guru dan Ijazah “Middelbare Acte Wiskunde en Paedagogiek di Amsterdam (1908 – 1913) Universiteit Amsterdam (1913 – 1915)
Fac. v. Wiskunde & Informatika, Universiteit v Amsterdam Universiteit Zurich di Swiss (1915 – 1919) Mencapai Doktor der Natur-Philosophie (Dr. Phil.)untuk Ilmu Pasti dan Ilmu Alam di Universitas Zurich (1919)
Organisasi Politik : Ketua “Indische Vereeniging” di Amsterdam (1914 – 1915) organisasi ini adalah organisasi mahasiswa – mahasiswa di negeri Belanda kemudian menjadi “Perhimpunan Indonesia” dengan azas tujuan Kemerdekaan Bangsa Indonesia Ketua “Association d’Etudiants Asiatique” di Zurich (1915 – 1916) dalam organisasi ini tergabung mahasiswa – mahasiswa dari Korea, Jepang, Muangthai, India, Indonesia dan lain – lain negara di Asia Ketua Partai Politik “Persatuan Minahasa” yang menjadi anggota dari federasi “GAPI” yang bekerja erat dengan partai – partai politik nasional lainnya Ketua “Vereeniging van Indonesische Academici” (V.I.A)yakni Persatuan para Akademisi Indonesia, yang bertujuan – mempersatukan sarjana – sarjana dan kaum cendekiawan dari negara – negara Asia Tenggara Sekretaris “Dewan Minahasa” (1924 – 1928)
Sam Ratulangie menyampaikan Pidato Perdana di Volksraad
Anggota “Dewan Rakyat” (Volksraad en College van Gedelegerden) dengan pidato – pidatonya yang mengecam politik kolonial Pemerintah Belanda (1927 – 1937). Silahkan simak Terjemahan PIDATO PERDANA SAM RATU LANGIE (1927). Anggota “Nationale Fractie” dari Dewan Rakyat yang menuntut penghapusan dari segala perbedaan politik, ekonomi, dan intelektuil Anggota redaksi surat kabar mingguan “Peninjauan” (1934) Anggota pengurus “GAPI” (Gabungan Politik Indonesia) dengan tujuan mempersatukan semua partai – partai politik Indonesia Menulis buku “Indonesia in de Pacific” (1937) yang mengulas masalah – masalah politik di negara – negara Asia yang berbatasan dengan Samudera Pasifik Direktur redaktur majalah politik “Nationale Commentaren” (1938 – 1942) Pendiri / Ketua dari perkumpulan “Sumber Darah Rakyat” (SUDARA) (1944 – 1945) Pemimpin missi Sulawesi yang berangkat dalam bulan Agustus 1945 ke Jakarta untuk turut menghadiri rapat-rapat Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia yang sedang berlangsung di Jakarta serta juga untuk menghadiri pengesahan dan pengumuman UUD 1945 dan Pendirian Negara Republik Indonesia pada 17 Agustus 1945
Sam Ratu Langie hadir pada upacara Proklamasi Kemerdekaan, berdiri dibelakang Prof. Radjiman, disamping Mr. Teuku M. Hasan dari Aceh. Tanggal 22 Agustus 1945 diangkat menjadi Gubernur Selebesoleh Presiden Republik Indonesia Ir. Soekarno (1945 – 1946)
Terbaca pengangkatan Sam Ratu Langie sebagai Gubernur Sulawesi RI Mengadakan Petisi kepada PBB yang ditandatangani oleh ratusan pemuka – pemuka rakyat Sulawesi Selatan untuk mempertahankan daerah Sulawesi sebagai bagian mutlak dari negara RI Dipenjarakan di Makassar dan kemudian di internir di Serui, Yapen, Irian Barat (1946 – 1948) Membentuk “Partai Kemerdekaan Irian” dari belakang layar yang diketuai oleh Silas Papare (1947) Menjadi Penasehat Pemerintah RI dan anggota delegasi RI dalam perundingan dengan Pemerintah Belanda (1948 – 1949) Organisasi Sosial / Ekonomi : Guru S. T. M. di Yogyakarta (1919 – 1922) Direktur Maskapai Asuransi “Indonesia” di Bandung (1922 – 1924) Ketua Penasehat dari perkumpulan buruh “Vereeniging van Onder – Officieren B bij de K. P. M. (VOOB), suatu organisasi calon nakhoda – nakhoda berbangsa Indonesia yang bekerja pada Koninklijke Paketvaart Maatschappij (KPM) Ketua Studiebeurs “Minahasa” Pengurus “Persatuan Perkumpulan Radio Ketimuran” Turut mendirikan “Serikat Penanaman Kelapa Indonesia” (1939) Mendirikan organisasi “Ibunda Irian” di belakang layar Menghadapi masa pengasingan lagi :
Setelah dibebaskan dari Serui, Dr. Ratu Langie dan kawan-kawannya oleh Belanda diwajibkan langsung ke Jogyakarta. Disana ia menjadi Penasehat Pemerintah RI dan Anggota Delegasi RI dalam perundingan dengan Pemerintah Belanda (1948 – 1949) Namun pada Aksi Militer Belanda ke II (Desember 1948) ia ditangkap lagi oleh Tentara Kolonial di rumah yang didiaminya di Jogya, tepat pada hari Natal 1948. Dan iapun bersama – sama dengan Presiden Soekarno cs diinternir dalam istana Presiden di Yogyakarta. Tak lama kemudian, pada tanggal 12 Januari 1949 ia dipindahkan oleh Pemerintah Belanda ke Jakarta untuk menunggukan pembuangannya lagi ke Bangka untuk bergabung kembali dengan rombongan Presiden Soekarno dipengasingan. Akan tetapi karena gangguan kesehatan ia tetap diizinkan dulu menunggu di ibukota. Minggu-minggu terakhir hayatnya . . . . Oleh karena Dr. Sam Ratu Langie mendapat serangan jantung, keberangkatan ke Bangka ditangguhkan. Untuk menunggu sembuhnya penyakit Dr. Sam Ratu Langie diizinkan berdiam bersama keluarganya di Jalan Asam Baru (kini Jalan Sam Ratulangi) No. 10 A. Sepuluh hari setelah dirumahkan maka Dr. Ratu Langie meninggal dunia di rumah tersebut pada tanggal 30 Juni 1949.
30 Juni 1949 Sam Ratu Langie meninggal dunia Like Be the first to like this.
Gerungan Saul Samuel Yacob Ratulangi merupakan nama kepanjangan dari DR.S.S.J.Ratulangi. Lahir di Tangkuran Danau Tondano Minahasa. Dengan pendidikan ELS, Koningin Wilhelmina School, Middelbare Acte, Middelbare Acte Wuskunde en Paedagogik (Ilmu Pasti dan Pendidikan) di Amsterdam, Vrije Universiteit Amsterdam (tidak selesai), Universitas di Zurich di Swiss. Sejak masih mahasiswa di Negri Belanda, ia sudah menginginkan persatuan mahasiswa Indonesia. Dengan persatuan, para mahasiswa diharapkan dapat memenuhi kewajiban di Indonesia, kewajiban terhadap tanah air dengan mempertinggi derajat bangsa. Tahun 1924 ia menetap di Menado dan bekerja sebagai Sekertaris Minahasa Raad. Melalui Raad ia berhasil mendesak pemerintah sehingga menghapuskan kewajiban rodi. Ia juga mengkoordinasi beasiswa untuk membantu pemuda-pemuda yang berbakat namun kekurangan biaya sekolah. Sam Ratulangi juga mendirikan Sarekat Pananaman Kelapa untuk menghapus sistem ijon, serta mendirikan Rumah Gadai Pemerintah untuk menyediakan pinjaman kepada rakyat dengan bunga rendah. Tahun 1913 ia mensponsori pembentukan Persatuan Kaum Sarjana Indonesia. Organisasi ini menghimpun sarjana Indonesia dan menanamkan rasa kebangsaan dan kesadaran bahwa pergerakan rakyat memerlukan pimpinan kaum terpelajar. Sebagai anggauta Volksraad ia menuntut agar Pemerintah Belanda menghapuskan perbedaan antara bangsa Belanda dan bangsan Indonesia. Ia mengetahui amat banyak hal yang tidak adil yang dirasakan oleh bangsa Indonesia, baik di bidang politik, ekonomi dan pendidikan maupun dalam kehidupan sehari-hari. Perbedaan itu harus segera ditiadakan. Dalam Volkraaad mengkritik pemerintah, ia selalu mengemukakan alasan-alasan yang tepat, sering menjadikan lawan-lawan politiknya yang mendukung pemerintah menjadi kelabakan. Ia mengemukakan angka-angka yang pasti dan fakta-fakta yang kongkrit tentang drainage politik Belanda yang menghisap kekayaan rakyat Indonesia untuk mengingkatkan kemakmuran bangsanya. akibat penghisapan ini rakyat Indonesia jatuh ke jurang kemiskinan dengan hidup segobang sehari, sedangkan Belanda menjadi bangsa yang terkaya di dunia. Tahun 1928 dan 1941 ia menulis buku "Indonesia in den Pasifiek" (Indonesia di Pasifik). Bersama H.M.Thamrin dan Sutarjo Kartohadikusumo, ia menulis buku "De Pasiefiek", buku yang berisi tentang uraian negara-negara yang terletak di sekitar Lautan Pasifik. Antara tahun 1938-1942 ia menerbitkan dan memimpin majalah politik Nasionale Commenttaren. Dalam majalah ini membahas masalah-masalah politik dalam negeri dan luar negri dengan berpedoman kepada kepentingan rakyat Indonesia dan majalah ini mempopulerkan gagasan Indonesia Berparlemen. Setelah Indonesia memproklamirkan kemerdekaan, Sam Ratulangi diangkat Gubernur Sulawesi berkedudukan di Makasar..
Sam Ratulangi tidak bisa menerima keputusan bahwa Sulawesi akan diserahkan Sekutu kepada Belanda. Ia mengajukan petisi kepada PBB agar Sulawesi tidak dipisahkan dari RI. Di Sulawesi Utara terjadi bentrokan dengan Belanda, yang dikenal dengan "Peristiwa Merah Putih di Menado". Tanggal 5 April 1946 ia ditangkap dengan beberapa sifatnya dengan demikian diharapkan perlawanan rakyat akan berhenti. Tiga bulan lamanya ia dipenjara di Makasar kemudian dibuang ke Seruai-Irian Jaya. Ia dibebaskan setelah tercapai Persetujuan Renville pada bulan Januari 1948. Sam Ratulangi dengan keras menentang politik Belanda yang ingin memisahkan Indonesia bagian Timur dari RI. Bersama I.Gusti Ketut Puja, Pangeran Muhammad Noor dan beberapa nama yang cukup vokal di jaman itu mengeuarkan pernyataan yang dikenal "Manifes Ratulangi" yang disiarkan di RRI Yogyakarta tanggal 10 Nopember 1948. Ketika Belanda melancarkan Agresi yang ke II ia ditangkap di Jakarta. Sam Ratulangi meninggal dunia tanggal 30 Januari 1949. Pemerintah menganugerahinya gelar Pahlawan Kemerdekaan Nasional. Namanya pun diabadikan sebagai nama Universitas di Menado. Sosok yang punya nama besar, biasanya mengeluarkan beberapa buku yang menjadi perbincangan kaum intelektual dan membuat pemerintah Belanda meradang. Ya barangkali kalau di jaman sekarang, buku-buku best seller lah yang menjadi perbincangan publik! Dengan demikian penulisnya tentu berpeluang menjadi punya nama besar nantinya! Yang lebih penting dari itu adalah kemanfaatan dari buku yang ditulis itu bukan!!!