PROSIDING SEMINAR NASIONAL III TAHUN 2017 “Biologi, Pembelajaran, dan Lingkungan Hidup Perspektif Interdisipliner” Diselenggarakan oleh Prodi Pendidikan Biologi-FKIP bekerjasama dengan Pusat Studi Lingkungan dan Kependudukan (PSLK) Universitas Muhammadiyah Malang, tanggal 29 April 2017
SADAR BERPROFESI GURU SAINS, SADAR LITERASI: TANTANGAN GURU DI ABAD 21 Mohamad Amin Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Univerisitas Negeri Malang e-mail korespondensi:
[email protected]
ABSTRAK Makin modern kebudayaan manusia, makin meningkat kebutuhannya. Demikian juga kebutuhan terhadap pendidikan. Tantangan abad ke-21 ditandai dengan era globalisasi yang telah membuat dunia seakan tanpa batas (a borderless world) memicu perbandingan internasional antar sekolah, kurikulum, metode penilaian, dan prestasi siswa. Pendidikan merupakan merupakan faktor kunci untuk menentukan apakah sebuah negara masuk ke dalam kategori “developed”, “developing”, atau “underdeveloped”. Oleh karena itu, salah satu upaya peningkatan kualitas sumberdaya manusia dilakukan melalui program pendidikan dengan memperbaiki kualitas guru melalui profesionalisme. Guru sains yang profesional adalah guru yang mengembangkan tiga kesadaran yaitu: sadar untuk apa belajar, sadar pentingnya konten keilmuan sains dan sadar untuk memilih strategi yang tepat di dalam pembelajarannya. Kesadaran ini sangat didukung oleh kemampuan berliterasi. Capaian dari produk berliterasi harapannya adalah menjadi manusia yang mampu mengikuti perkembangan jaman. Wawasan luas ditunjang oleh kemampuan unggulan-unggulan baru baik secara comparative maupun competitive dengan tetap rendah hati adalah ciri ilmuwan yang guru dan guru yang ilmuwan di masa kini dan masa depan. Kata kunci: literasi sains, profesi, kesadaran ABSTRACT The more modern the human culture, the more its needs, including the need for education. The challenges of the 21st century are marked by the era of globalization that has made the world as a borderless world triggering international comparisons between schools, curricula, assessment methods, and student achievement. Education is a key factor in determining whether a country falls into the "developed", "developing", or "underdeveloped" category. Therefore, one of the efforts to improve the quality of human resources is done through education programs by improving the quality of teachers through professionalism. A professional science teacher is a teacher who develops three awareness: what the goal learning is, aware of the importance of science content knowledge and choose the right strategy to learn. This awareness is strongly supported by literacy ability. One of the achievements of literacy products is to become a teacher that follows the development of the era. Broad insights and special abilities in both comparative and competitive also humble are the scientist's characters who are teachers and teachers who are scientists in the present and future. Keywords: awareness, professionalism, science literacy
Amin, Sadar Berprofesi Guru available at http://research-report.umm.ac.id/index.php/
KS-9
PROSIDING SEMINAR NASIONAL III TAHUN 2017 “Biologi, Pembelajaran, dan Lingkungan Hidup Perspektif Interdisipliner” Diselenggarakan oleh Prodi Pendidikan Biologi-FKIP bekerjasama dengan Pusat Studi Lingkungan dan Kependudukan (PSLK) Universitas Muhammadiyah Malang, tanggal 29 April 2017
sosial,
PENGANTAR
ekonomi,
politik
dan
budaya
(Hargreaves, 1997, 2000) yang dipengaruhi oleh Dalam sejarah perkembangan kehidupan
empat kekuatan besar yang saling terkait yaitu
manusia, makin modern kebudayaan manusia,
kemajuan
makin meningkat kebutuhannya.
demografi,
Galbreath
ilmu
dan
teknologi,
globalisasi
dan
perubahan lingkungan
(1999) memberikan gambaran bahwa pada saat
(Mulford, 2008). Pesatnya kemajuan teknologi
masyarakat kita masih di era agrarian/bertani
komunikasi dan terjangkaunya transportasi telah
tradisional (< 1880), maka sumber daya alam
memicu globalisasi dan menciptakan ekonomi
menjadi tumpuan untuk keperluan hidupnya.
dan komunitas global, bahkan budaya global.
Keperluan
makin
Dampak dari perubahan lingkungan berupa
meningkat, maka didirikanlah pabrik untuk
pemanasan global telah memicu pada kebutuhan
skala
kebutuhan
peningkatan kesadaran dan tanggung jawab
hidupnya, dimulai pada abad industri (1880-
masyarakat terhadap lingkungan. Kekuatan-
1955).
kekuatan ini ternyata berdampak pada dunia
dan
industri
kebutuhan
untu
hidup
memenuhi
Era informasi (mulai 1995-2000)
ditandai dengan perkembangan teknologi semua
pendidikan
bidang
dan
teknologi informasi-internet telah meningkatkan
komputer. Dunia seolah makin sempit, karena
fleksibelitas dan ketersediaan informasi global
informasi semakin mengglobal. Informasi di
dalam pemerolehan ilmu pengetahuan bagi
belahan dunia lain dapat diakses dalam waktu
setiap individu di belahan dunia yang juga
yang bersamaan di setiap rumah. Saat ini kita
seiring perubahan demografi, siswa-siswa di
sudah memasuki era “knowledge” dengan
sekolah
seluruh perangkat pendukung kehidupan yang
agama/keyakinan, dan juga bahasanya. Kondisi
sudah
untuk
ini meningkatkan altematif pilihan pendidikan
kebutuhan hidup yang primer, sekunder bahkan
bagi orang tua dan masyarakat dan bersamaan
tertier. Yang diperlukan era ini adalah modal
dengan hal ini adalah peningkatan tuntutan
intelektual
mutu pendidikan oleh masyarakat.
terutama
lengkap,
teknologi
mulai
(capital
informasi
pemenuhan
intelectual).
Modal
(Mulford,
lebih
2008).
beragam
secara
Kemajuan
budaya,
intelektual menjadi hal yang sangat utama dan
Globalisasi yang telah membuat dunia
penting sebab dengan modal yang cukup, kita
seakan tanpa batas (a borderless world) memicu
akan mampu untuk banyak berperan di era ini.
perbandingan
internasional
antar
sekolah,
Di abad 21 sebagai bagian dari era
kurikulum, metode penilaian, dan prestasi
informasi dan era knowledge telah dan sedang
siswa. Contohnya adalah program perbandingan
berlangsung
internasional pada prestasi akademik siswa
transformasi besar pada aspek
Amin, Sadar Berprofesi Guru available at http://research-report.umm.ac.id/index.php/
KS-10
PROSIDING SEMINAR NASIONAL III TAHUN 2017 “Biologi, Pembelajaran, dan Lingkungan Hidup Perspektif Interdisipliner” Diselenggarakan oleh Prodi Pendidikan Biologi-FKIP bekerjasama dengan Pusat Studi Lingkungan dan Kependudukan (PSLK) Universitas Muhammadiyah Malang, tanggal 29 April 2017
seperti
TIMMS
(Trends
in
International
guru. Guru adalah tokoh sentral dalam bidang
Mathematic and Science Study) dan juga
pendidikan dan pembelajaran di sekolah. Guru
Programms for International Student Assesment
adalah fasilitator dan mediator bagi siswa untuk
(PISA).
Hal ini berdampak pada sekolah
dapat belajar secara efektif dan efisien. Karena
didesak untuk unggul dan kompetitif, dan
itu guru harus berperan mendorong siswa untuk
berhadapan dengan isu-isu identitas, perbedaan,
belajar. Untuk dapat melakukan peran tersebut
aturan-aturan/hukum, keadilan, modal sosial,
guru dituntut menjadi tenaga profesional yang
dan kualitas hidup, dan sebagainya. Walau
mempunyai
sekedar contoh, mengacu pada hasil TIMMS
kemampuan pribadi, dan kemampuan sosial
tahun 2007, hanya 5% siswa Indonesia yang
sebagaimana yang dipersyaratkan oleh Undang-
dapat mengerjakan soal-soal dalam katagori
undang.
kemampuan
pedagogis,
tinggi dan advance [memerlukan reasoning]. Dalam perspektif lain, 78% siswa Indonesia
CIRI GURU SAIN PROFESIONAL
hanya dapat mengerjakan soal-soal dalam katagori rendah [hanya memerlukan knowing,
Mata pelajaran IPA menekankan adanya
atau hafalan]. Merujuk pada hasil PISA tahun
kegiatan inkuiri, di mana siswa sebagai subjek
2009, Hampir semua siswa Indonesia hanya
belajar berinteraksi dengan objek atau benda-
menguasai pelajaran sampai level 3 saja,
benda di alam. Siswa melakukan proses ilmiah,
sementara negara lain banyak yang sampai level
seperti
4, 5, bahkan 6. Dengan keyakinan bahwa semua
mengklasifikasikan,
manusia diciptakan sama, interpretasi dari hasil
percobaan,
ini hanya satu, yaitu: yang kita ajarkan berbeda
menyimpulkan. Kegiatan belajar terjadi minimal
dengan tuntutan zaman.
pada tiga konteks yaitu IPA dalam konteks
mengamati,
mendeskripsikan,
mengukur,
menganalisis
melakukan data,
dan
Pendidikan merupakan komponen “well-
kehidupan sehari-hari, lingkungan sekitar, dan
being”, dan merupakan faktor kunci untuk
masyarakat, sehingga ada keterkaitan antara
menentukan apakah sebuah negara masuk ke
sains, teknologi, lingkungan dan masyarakat
dalam kategori “developed”, “developing”, atau
(salingtemas). Hasil belajar IPA meliputi tiga
“underdeveloped”. Oleh karena itu, salah satu
domain, yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor.
upaya
peningkatan
kualitas
sumberdaya
Sesuai dengan taksonomi belajar dari
manusia dapat dilakukan melalui program
Bloom yang disempurnakan oleh Kratwhole dan
pendidikan. Salah satu cara
Anderson, aspek kognitif meliputi tingkatan
memperbaiki
kondisi pendidikan adalah memperbaiki kualitas
berpikir
(levels
Amin, Sadar Berprofesi Guru available at http://research-report.umm.ac.id/index.php/
of
thinking)
dan
tipe KS-11
PROSIDING SEMINAR NASIONAL III TAHUN 2017 “Biologi, Pembelajaran, dan Lingkungan Hidup Perspektif Interdisipliner” Diselenggarakan oleh Prodi Pendidikan Biologi-FKIP bekerjasama dengan Pusat Studi Lingkungan dan Kependudukan (PSLK) Universitas Muhammadiyah Malang, tanggal 29 April 2017
pengetahuan (types of knowledge). Tingkatan
selalu “benar” dengan keseimbangannya. Makin
berpikir
modern
meliputi
mengingat,
memahami,
perkembangan
manusia,
makin
menerapkan, menganalisis, mengevaluasi, dan
meningkat kebutuhannya. Paradigma menjadi
mencipta. Tipe pengetahuan meliputi faktual,
antroposentrik
konseptual,
semua diukur berdasarkan kebutuhan manusia,
prosedural,
dan
metakognitif.
tidak
bahkan
tanpa
sehingga
Domain afektif meliputi sikap dan etika ilmiah,
yang
karakter dan konatif. Sikap ilmiah antara lain
keseimbangan alam. Kita coba ingat-ingat, pada
jujur, obyektif, skeptis dan ingin tahu. Etika
saat kita di usia sekolah dasar begitu banyak
ilmiah antara lain menghindari plagiarism dan
mainan yang diambil dari alam, belum ada
menghormati karya orang lain. Sikap konatif
plastik dan alat-alat modern sehingga kebutuhan
adalah kemauan untuk melaksanakan atau
hidup
bertindak.
membebani
tidak
jarang
egosentrik
memperhatikan
menghasilkan lingkungan.
dampak
yang
Manusialah
yang
Peran guru di dalam pembelajaran IPA
sejatinya menjadikan ketidakseimbangan alam
adalah sebagai pemandu inkuiri (the leader of
tersebut. Jadi belajar untuk sadar mencintai
inquiry). Guru memiliki peran memfasilitasi,
lingkungan.
memotivasi, mengarahkan, dan membimbing siswa di dalam kegiatan inkuiri. Peran siswa
2.
Sadar akan perlunya konten keilmuan
dalam pembelajaran IPA adalah sebagai pelaku inkuiri (the inquirer). Agar
dapat
Abad ini dikenal sebagai abad globalisasi dan abad teknologi informasi. Pengembangan
mempersiapkan
guru
kemampuan siswa dalam berbagai bidang
profesional yang berhasil membelajarkan secara
merupakan
relevan dengan tuntutan zaman diperlukan
peningkatan kemampuan dalam menyesuaikan
minimal tiga kesadaran yaitu: 1) sadar untuk apa
diri dengan perubahan dan memasuki dunia
belajar,
teknologi, termasuk teknologi informasi. Untuk
2)
sadar
akan
perlunya
konten
salah
satu
kunci
sosial,
keberhasilan
keilmuan, 3) sadar akan bagaimana belajar atau
kepentingan
pribadi,
mengajar dengan cara/teknik yang benar (how
lingkungan,
siswa
teach/learn the true techique) (Amin, 2016).
kompetensi yang memadai agar menjadi peserta
perlu
ekonomi
dibekali
dan
dengan
aktif dalam masyarakat. Di dalam abad 21 peran 1.
Sadar untuk apa belajar
ilmu
pengetahuan
(scientific
knowledge)
Dalam sejarah perkembangan kehidupan
menjadi semakin dominan dalam bermasyarakat
manusia, makin lama menjalani sejarah ternyata
global. Kunci keberhasilan dalam perikehidupan
manusia makin jauh dari alam, padahal alam itu
masyarakat global berbasis pengetahuan yang
Amin, Sadar Berprofesi Guru available at http://research-report.umm.ac.id/index.php/
KS-12
PROSIDING SEMINAR NASIONAL III TAHUN 2017 “Biologi, Pembelajaran, dan Lingkungan Hidup Perspektif Interdisipliner” Diselenggarakan oleh Prodi Pendidikan Biologi-FKIP bekerjasama dengan Pusat Studi Lingkungan dan Kependudukan (PSLK) Universitas Muhammadiyah Malang, tanggal 29 April 2017
semakin kompetitif tersebut adalah: kecepatan
mengembangkan
(speed)
dan
bahasa/word smart (pandai mengolah kata-
perubahan keperluan masyarakat yang semakin
kata), ruang/spatial smart (pandai mempersepsi
cepat,
apa yang dilihat),
dalam
menanggapi
fleksibilitas
dinamika
(customization)
dalam
sepuluh
kecerdasan:
musik/music smart (peka
memenuhi selera masyarakat yang semakin
dalam ber-musik), logik-matematik/logic smart
bervariasi, dan kepercayaan (trust) sebagai
(pandai
anggota masyarakat (global) yang berwatak
kinestik/body smart (trampil dalam olah tubuh
unggul. Dengan demikian kesadaran pentingnya
dan gerak), intrapersonal/self smart (peka
konten
dalam
keilmuan
keberhasilan
menjadi
belajar
dan
penopang
sekaligus
dalam
dalam
logika
mengenali
interpersonal
(peka
dan
emosi terhadap
matematika),
diri
sendiri),
pikiran
dan
membelajarkannya, sebab dengan menguasai
perasaan orang lain), nature smart (pandai dan
konten
banyak
peka dalam mengamati alam), existence smart
informasi berdasarkan hasil observasi secara
(pandai dan peka akan makna keberadaan
kontekstual dengan memanfaatkan pengetahuan
manusia dalam hidup ini) dan spiritual smart
yang relevan (Amin, 2010; Amin, 2015).
(Amin, 2015).
keilmuan
akan
diperoleh
Dengan tidak mengikuti perkembangan 3.
Sadar bagaimana belajar/mengajar dengan
ilmu, sudah dipastikan bahwa akan tidak masuk
cara yang tepat
dalam
sistem
dan
pusaran
pertumbuhan
Sudah kita maklumi bersama bahwa
masyarakat ilmu pengetahuan dengan disertai
pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan harus
pengembangan kecerdasannya. Di sinilah letak
disertai dengan perkembangan ilmu mendidik.
pentingnya hasil-hasil penelitian kekinian dalam
Kenyataan
ini
peningkatan
memberikan
kemampuan
penguasaan
pengetahuan
pengembangan
terutama
bagi
menuntut ilmu
pendidik.
dan
pendidikan.
titik Perlu
tumpu ada
bagi
penyadaran bahwa ilmu mendidik itu penting
anak/peserta didik adalah suatu proses tentang
agar penyadaran tentang untuk apa belajar dan
apa yang dilihat, didengar, dirasakan, dialami,
sadar akan pentingnya konten keilmuan secara
detik demi detik, dari hari ke hari sepanjang
simultan dapat dicapai. Penyadaran akan ketiga
tahun. Aspek yang perlu diperhatikan dan
hal tersebut juga merupakan tantangan bagi
ditekankan
pebelajar dan pembelajar.
dalam
Pendidikan
wawasan
pembelajaran
adalah
kecerdasan: logika (olah pikir), kinestika (olah badan), etika (olah rasa estetika
(olah
rasa
(kesantunan)) dan (keindahan))
untuk
Untuk dapat membangun tiga kesadaran sebagaimana dipaparkan di atas, maka dasarnya adalah bangunan kecerdasan spiritual, sebab
Amin, Sadar Berprofesi Guru available at http://research-report.umm.ac.id/index.php/
KS-13
PROSIDING SEMINAR NASIONAL III TAHUN 2017 “Biologi, Pembelajaran, dan Lingkungan Hidup Perspektif Interdisipliner” Diselenggarakan oleh Prodi Pendidikan Biologi-FKIP bekerjasama dengan Pusat Studi Lingkungan dan Kependudukan (PSLK) Universitas Muhammadiyah Malang, tanggal 29 April 2017
sesuai dengan dream Indonesia 2025 yaitu
agar memiliki pemahaman yang menyeluruh
“terbentuknya insan Indonesia yang cerdas dan
dan hal ini diperoleh dengan pengembangan
kompetitif”.
literasi.
Kecerdasan
yang
dibangun
meliputi cerdas spiritual (olah hati (qolb)), cerdas emosional dan sosial (olah rasa), cerdas intelektual (olah pikir) dan cerdas kinestetis (olah
raga).
Kompetitif
ditandai
dengan
memiliki kepribadian unggul dan gandrung akan keunggulan, bersemangat juang tinggi, mandiri, pantang menyerah, pembangun dan pembina jejaring, bersahabat dengan perubahan, inovatif dan menjadi agen perubahan, produktif, sadar mutu,
berorientasi
global
dan
pembelajar
sepanjang hayat (Amin, 2016).
hati menjadi penting sebab seluruh gerak aktivitas manusia dikoordinasi oleh hati. Bila hatinya baik, maka tiga kecerdasan yang lain akan mengiringinya. Dengan landasan ini, kita seyogyanya segera mengubah sistem pendidikan kita yang masih berorientasi pada ta’lim menjadi
ta’dib
(penanaman
adab) yang mengandung konsep keteladanan. Konsep penerapan ta’dib harus dilakukan menyeluruh yaitu melalui sumberdaya manusia (terutaman guru) disertai karyawan, orang tua dan
seluruh
komponen
sekolah)
dan
pembenahan kurikulum yang mengedepanan karakter dan budi pekerti. Kecerdasan spiritual adalah
kecerdasan
pengembangan
yang
dibangun
intelektual.
1.
Pengertian Pertumbuhan masyarakat modern dengan
komunikasi digital dan menglobal memerlukan keterampilan literasi karena dalam masyarakat global seperti ini dunia dipenuhi oleh produkproduk kerja ilmiah (scientific inquiry). Dengan demikian, literasi saintifik (scientific literacy) menjadi suatu keharusan bagi setiap generasi karena menjadi alat untuk berinovasi dalam
Kecerdasan spiritual mengedepankan olah
(mengajarkan)
SCIENTIFIC LITERACY
untuk
Pengembangan
intelektual disertai dengan wawasan yang luas
pengembangan
capital
intelectual-nya
(Galbreath, 1999). Scientific literacy ibarat pedang prajurit di medan perang. Tanpa alat ini prajurit akan tidak bisa mengikuti perang. Holbrook & Rannikmae (2009) memberikan penjelasan tentang dua pandangan terhadap dua hal yang terkait literacy yaitu adalah kelompok science
literacy
dan
literacy.
Kelompok
kelompok
pertama
scientific
berpandangan
bahwa komponen utama literasi sains adalah pemahaman konten/materi sains yaitu segala hal yang terkait dengan konsep-konsep dasar sains. Pemahaman kelompok pertama inilah yang banyak dipahami oleh guru-guru sains saat ini baik di Indonesia maupun di luar negeri bahwa sains adalah sain. Sangat sedikit yang mencoba menghubungkan fenomena alam yang secara konsep dipelajari dalam sains dengan kebutuhan
Amin, Sadar Berprofesi Guru available at http://research-report.umm.ac.id/index.php/
KS-14
PROSIDING SEMINAR NASIONAL III TAHUN 2017 “Biologi, Pembelajaran, dan Lingkungan Hidup Perspektif Interdisipliner” Diselenggarakan oleh Prodi Pendidikan Biologi-FKIP bekerjasama dengan Pusat Studi Lingkungan dan Kependudukan (PSLK) Universitas Muhammadiyah Malang, tanggal 29 April 2017
hidup secara umum, sehingga yang tahu sains
to draw evidence-based conclusions in order to
adalah
fokus
understand and help make decisions about the
hanya
orang-orang
yang
mempelajari
secara
khusus
dengan
natural world and the changes made to it
konten/materi
sains.
Pandangan
kedua
through human activity. Dengan uraian ini,
berpendapat bahwa literasi sains diperuntukan
PISA (1998 dalam PISA, 2013) mendefinisikan
bagi semua orang, bukan hanya kepada orang
literasi sains sebagai kemampuan menggunakan
yang memilih karir dalam bidang sains atau
pengetahuan sains mengidentifikasi pertanyaan,
spesialis dalam bidang sains. Dengan demikian
dan menarik kesimpulan berdasarkan bukti-
untuk
bukti, dalam rangka memahami serta membuat
berliterasi
sains
mutlak
diperlukan
keterampilan bernalar dalam konteks sosial
keputusan
berkenaan
untuk menjalani kehidupan sehari-hari.
perubahan
yang dilakukan
Ahli yang tergabung dalam PISA (1988) memandang kelompok
literasi kedua
sains
menurut
sebagaimana Holbrook
&
dengan
alam
dan
terhadap alam
melalui aktivitas manusia. Definisi literasi sains dan kemanfaatanya dipaparkan PISA (2013)
bahwa
scientific
Rannikmae (2009) bahwa literasi sains bersifat
literacy is the ability to engage with science-
multidimensional,
semua
related issues, and with the ideas of science, as
bidang kehidupan, bukan hanya pemahaman
a reflective citizen. Pernyataan ini relevan
terhadap pengetahuan sains, melainkan lebih
dengan ide Wendt (2013) yang menyatakan
pada semua dimensi yang menyertai kehidupan
bahwa literasi sains merupakan kemampuan
manusia. PISA (1998 dalam PISA, 2013)
kompleks seseorang sehingga seseorang mampu
menilai bahwa literasi sains tidak hanya
menyelesaikan
meliputi pemahaman peserta didik terhadap
terutama dalam menghadapi persaingan global
karakteristik sains sebagai penyelidikan ilmiah,
saat ini. Cara meningkatkan literasi sains
namun juga melibatkan kesadaran tentang
seseorang menurut Bybee (2009; Wendt, 2013;
betapa
membentuk
Westby & Torres, 2000) adalah diperoleh
lingkungan material, intelektual dan budaya,
melalui proses pembelajaran yang dapat melatih
serta keinginan untuk terlibat dalam isu-isu
skillnya
terkait sains, sebagai manusia yang reflektif.
kognitifnya. Salah satu cara meningkatkan
Secara
membuat
kemampuan literasi sains seseorang banyak
pernyataan tentang literasi sains adalah seperti
dilakukan melalui proses praktik/percobaan
berikut ini, scientific literacy is the capacity to
seperti dalam kajian Biologi dan bidang ilmu
sains
diterapkan
dan
gamblang
pada
teknologi
PISA
(1998)
masalah
tidak
yang
terkecuali
dihadapinya
kemampuan
use science knowledge to identify questions and Amin, Sadar Berprofesi Guru available at http://research-report.umm.ac.id/index.php/
KS-15
PROSIDING SEMINAR NASIONAL III TAHUN 2017 “Biologi, Pembelajaran, dan Lingkungan Hidup Perspektif Interdisipliner” Diselenggarakan oleh Prodi Pendidikan Biologi-FKIP bekerjasama dengan Pusat Studi Lingkungan dan Kependudukan (PSLK) Universitas Muhammadiyah Malang, tanggal 29 April 2017
pengetahuan lainnya yang bersifat aplikatif
dimensi
(Bauer, 1996; Bisanz et al. 1998; Jagger, 2012).
kemampuan dan merupakan hasil interaksi
2.
antara
Karakteristik Scientific Literacy National Teacher Association (1971)
menjelaskan bahwa ciri-ciri atau karakteristik seorang yang berliterasi sains (menggunakan kemampuan berliterasi sains) adalah orang yang menggunakan
konsep
sains,
keterampilan
proses, dan nilai dalam membuat keputusan sehari-hari kalau ia berhubungan dengan orang lain atau dengan lingkungannya, dan memahami interelasi
antara
sains,
teknologi
dan
masyarakat, termasuk perkembangan sosial dan ekonomi. Sejumlah kemampuan yang terkait dengan
literasi sains adalah: a) kemampuan
memahami ilmu pengetahuan alam, norma dan metode sains dan pengetahuan ilmiah; b) kemampuan memahami kunci konsep ilmiah; c) kemampuan memahami bagaimana sains dan teknologi bekerja bersama-sama; d) kemampuan menghargai dan memahami pengaruh sains dan teknologi dalam masyarakat; e) kemampuan membuat
hubungan
yaitu
what
kemampuan
menunjukkan
do
people
memahami
suatu
know?
materi
dasar
berupa
sains
dan
kemampuan epistemologis sains, what do people value?, berupa kemampuan beretika dan what can people do? (berupa kemampuan belajar,
kemampuan
melakukan
prosedur
sosial,
kemampuan
dan
kemampuan
berkomunikasi. Seperti tergambarkan di bawah ini (Gambar 2.1). Sementara PISA 2015 yang dicanangkan oleh OECD terdiri dari kemampuan dalam menjelaskan fenomena ilmiah, kemampuan mengevaluasi
dan merancang penyelidikan
ilmiah dan kemampuan menafsirkan bukti dan data ilmiah. Hal ini seperti ditunjukkan pada Tabel 2.1.
GURU SADAR LITERASI, GURU MASA KINI DAN MENDATANG Dari uraian tentang literasi di atas
kompetensi-kompetensi
menjelaskan bahwa membaca dalam pengertian
dalam konteks sains, kemampuan membaca,
ini adalah membaca yang berasal dari dua
menulis dan memahami sistem pengetahuan
macam sumber ilmu yaitu ayat-ayat Kauliyah
manusia; dan f) mengaplikasikan beberapa
dan ayat-ayat Kauniyah. Mengapa itu menjadi
pengetahuan
kemampuan
penting? Sebab interaksi dalam masyarakat
mempertimbangkan dalam kehidupan sehari-
global memerlukan keterampilan literasi dalam
hari (Thomas and Durant dalam Shwartz, 2005).
dunia yang dipenuhi dengan produk-produk
3.
kerja ilmiah (scientific inquiry), literasi saintifik
ilmiah
dan
Dimensi Scientific Literacy Rannikmae,
(scientific literacy) menjadi suatu keharusan
2009) memandang literasi sains menjadi tiga
bagi setiap generasi. Hal ini menjadi jelas
Graber
(Holbrook
dan
Amin, Sadar Berprofesi Guru available at http://research-report.umm.ac.id/index.php/
KS-16
PROSIDING SEMINAR NASIONAL III TAHUN 2017 “Biologi, Pembelajaran, dan Lingkungan Hidup Perspektif Interdisipliner” Diselenggarakan oleh Prodi Pendidikan Biologi-FKIP bekerjasama dengan Pusat Studi Lingkungan dan Kependudukan (PSLK) Universitas Muhammadiyah Malang, tanggal 29 April 2017
karena literasi sains tersusun menjadi tiga
belajar,
dimensi
melakukan
yaitu
menunjukkan
suatu
dasar
kemampuan prosedur
sosial,
kemampuan
dan
kemampuan
kemampuan dan merupakan hasil interaksi
berkomunikasi. Guru (juga ilmuwan) yang
antara
mendasarkan pengembangan keilmuan dari dua
what
kemampuan
do
people
memahami
know?
materi
berupa
sains
dan
sumber ilmu sebagaimana disebutkan di atas
kemampuan epistemologis sains, what do
akan
lebih
terarah
dalam
pengembangan
people value?, berupa kemampuan beretika dan
keilmuannya. Ini adalah ciri guru yang sadar
what can people do? (berupa kemampuan
berliterasi.
Gambar 2.1. Literasi saintifik model Gräber (Sumber: Holbrook dan Rannikmae, 2009:278) Tabel 2.1. Kompetensi Literasi Sains Menurut OECD No 1
2
3
Kompetensi Menjelaskan fenomena ilmiah
Deskriptor Mengakui, menawarkan dan mengevaluasi penjelasan dengan berjarak dari fenomena alam dan teknologi
Mengevalua-si dan merancang penyelidikan ilmiah Menafsirkan bukti dan data ilmiah
Menjelaskan dan menilai pertanyaan ilmiah dan mengusulkan cara-cara menangani pertanyaan ilmiah Menganalisa dan mengevaluasi informasi ilmiah, klaim dan argumen dalam berbagai representasi dan menarik kesimpulan yang tepat.
Sumber: PISA, (2015)
Amin, Sadar Berprofesi Guru available at http://research-report.umm.ac.id/index.php/
KS-17
PROSIDING SEMINAR NASIONAL III TAHUN 2017 “Biologi, Pembelajaran, dan Lingkungan Hidup Perspektif Interdisipliner” Diselenggarakan oleh Prodi Pendidikan Biologi-FKIP bekerjasama dengan Pusat Studi Lingkungan dan Kependudukan (PSLK) Universitas Muhammadiyah Malang, tanggal 29 April 2017
Capaian
dari
produk
berliterasi
berasaskan
ilmu
informasi
mampu mengikuti perkembangan jaman namun
pengalaman kebenaran lain yang didapatnya.
tetap memiliki kemampuan untuk rendah hati
Daya penalaran untuk menghasilkan ide-ide
dengan mendekatkan diri kepada Allah swt. Ini
baru, inovasi – baik untuk jasa maupun produk
relevan dengan pesan Al ‘Alaq ayat 19 yaitu
dan kemapuan merealisasikannya, akan menjadi
manusia yang sudah mampu beriqra melalui
basis
literasi, akan mendapatkan wawasan luas namun
kemakmuran
kehidupan
makin rendah hati dan dekat dengan Allah swt.
Kemampuan
menghasilkan,
Sebab,
wawasan
mendesiminasikan, dan memanfaatkan ilmu
menjadikan diri untuk haus akan wawasan
pengetahuan untuk melakukan inovasi berdasar
keilmuan. Dengan demikian, mereka akan terus
ide-ide baru merupakan basis dari terciptanya
meningkatkan kemampuan dan kapasitas diri.
unggulan-unggulan
Hal inilah yang menjadi cikal bakal untuk tetap
comparative maupun competitive (Amin, 2015).
rendah hati karena merasa ilmunya hanya
Kunci
sedikit.
masyarakat global berbasis pengetahuan yang
makin
luasnya
Di dalam abad 21 peran ilmu pengetahuan (scientific
knowledge)
dominan
dalam
menjadi
bermasyarakat
semakin global.
dari
relevan
dan
informasi-
harapannya adalah menjadi manusia yang
dengan
yang
pengetahuan,
pertumbuhan
keberhasilan
baru
dalam
pengalaman-
ekonomi
dan
masyarakatnya. menghimpun,
baik
secara
perikehidupan
semakin kompetitif tersebut adalah: kecepatan (speed)
dalam
menanggapi
dinamika
dan
perubahan keperluan masyarakat yang semakin
Masyarakat yang perikehidupannya bertumpu
cepat,
pada
sebagai
memenuhi selera masyarakat yang semakin
“masyarakat berbasis pengetahuan” (knowledge
bervariasi, dan kepercayaan (trust) sebagai
based society) yang perekonomiannya semakin
anggota masyarakat (global) yang berwatak
menuju ke ekonomi berbasis pengetahuan
unggul (Amin, 2016).
ilmu
pengetahuan
dikenal
(knowledge based economy), yaitu melalui
fleksibilitas
(customization)
dalam
Wawasan luas ditunjang oleh kemampuan
kegiatan industri jasa maupun produksi yang
unggulan-unggulan
berbasis
pengetahuan
based
comparative maupun competitive dengan tetap
industry).
Dalam
berbasis
rendah hati adalah ciri ilmuwan yang guru dan
pengetahuan ini, unggulan yang diandalkan
guru yang ilmuwan di masa kini dan masa
anggotanya adalah kemampuan akal, yaitu daya
depan.
(knowledge masyarakat
baru
baik
secara
penalaran yang merupakan perpaduan antara apa yang diketahui tentang kebenaran yang Amin, Sadar Berprofesi Guru available at http://research-report.umm.ac.id/index.php/
KS-18
PROSIDING SEMINAR NASIONAL III TAHUN 2017 “Biologi, Pembelajaran, dan Lingkungan Hidup Perspektif Interdisipliner” Diselenggarakan oleh Prodi Pendidikan Biologi-FKIP bekerjasama dengan Pusat Studi Lingkungan dan Kependudukan (PSLK) Universitas Muhammadiyah Malang, tanggal 29 April 2017
DAFTAR RUJUKAN Amin, M. (2010). Implementasi hasil-hasil penelitian bidang biologi dalam pemebelajaran. Proseding Seminar Biologi, 1(7). Retrieved from http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/pr osbio/article/view/1202 Amin, M. (2015). Biologi sebagai sumber belajar untuk generasi masa kini dan mendatang yang berintegritas dan berperadapan tinggi. Pidato Pengukuhan Guru Besar. Kemristekdikti. Universitas Negeri Malang. Amin, M. 2016. Pesatnya perkembangan biologi dan tantangan pembelajarannya pada abad 21. Makalah Utama Seminar Nasional Saintek dan Pembelajarannya di Universitas Muhammadiyah Surakarta. Bauer, K. L. (1996). An analysis of attitudes regarding scientific literacy among students and faculty in the Department of Biological Sciences, Idaho State University (Order No. 9701769). Available from Proquest Dissertations & Theses Full Text: The Humanities and Social Sciences Collection. (304331451). Bisanz, J., Zimmerman, C., & Bisanz, G. L. (1998). Everyday scientific literacy: do students use information about the social context and methods of research to evaluate news briefs about science, Alberta Journal of Educational Research, 44 (2): 188. Bybee, R. W. (2009). Program for International Student Assessment (PISA) 2006 and Scientific Literacy: A Perspective for Science Education Leaders. Science Educator, 18(2), 1-13.
Galbreath, J. (1999). Preparing the 21st century workers: the link between computerbased technology and future skills sets. Educational Technology NovemberDecember 1999, p. 14-22. Jagger, S. L., & Yore, L. D. (2012). Mind the gap: looking for evidence-based practice of science literacy for all in science teaching journals. Journal of Science Teacher Education, 23(6), 559-577. Retrieved from https://link.springer. com/article/10.1007/s10972-012-9271-6. Hargreaves, A. & Fullan, M. (2000). Mentoring in the new millennium. ProQuest Education Journals, 39(1), 50-56. Hargreaves, A. (1997). The four ages of professionalism and professional learning. UNICORN, 23(2), 86-114. Holbrook, J. & Raanikmae, M. (2009). The meaning of scientific literacy. International Journal of Enviromental of Science Education, 29(11), 1347-1362. Mulford, B. (2008). The leadership challenge: improving learning in schools. Australian Education Review. Victoria: ACER Press. Organisation for Economic Cooperation and Development (OECD). (2015). OECD Database. OECD online: Http://www.oecd.org/pisa/pisaproducts/. PISA 2015 (2013). Draft Science Framework. OECD. Schwartz, G. (2005). 1. Overview: What Is Media Literacy, Who Cares, and Why?. Yearbook of the National Society for the Study of Education, 104(1), 5-17. Retrieved from https://eric. ed.gov/?id =EJ885514. Wendt, J. L. (2013). The Effect of Online Collaborative Learning on Middle School Student Science Literacy and Sense of Community (Order No. 3559209), Available from Proquest Dissertations & Theses Full Text: The
Amin, Sadar Berprofesi Guru available at http://research-report.umm.ac.id/index.php/
KS-19
PROSIDING SEMINAR NASIONAL III TAHUN 2017 “Biologi, Pembelajaran, dan Lingkungan Hidup Perspektif Interdisipliner” Diselenggarakan oleh Prodi Pendidikan Biologi-FKIP bekerjasama dengan Pusat Studi Lingkungan dan Kependudukan (PSLK) Universitas Muhammadiyah Malang, tanggal 29 April 2017
Humanities and Social Sciences Collection. (1353391474). Westby, C. & Torres-Velaquez, D. 2000. Developing Scientific Literacy, Remedial
and Special Education. 21 (2): 101. Retrieved from: http://journals.sagepub. com/doi/10.1177/074193250002100205
Amin, Sadar Berprofesi Guru available at http://research-report.umm.ac.id/index.php/
KS-20