SAATNYA PARA HAKIM MENULIS PUTUSAN DENGAN BAHASA INDONESIA YANG BAIK DAN BENAR Oleh : H. Sarwohadi Hakim PTA Mataram A. Pendahuluan Lembaga peradilan di Indonesia khususnya di lingkungan Badan Peradilan Agama saat ini ingin selalu menuju perubahan di segala bidang, antara lain bidang manajemen, administrasi, informasi, transparansi, keterbukaan, pelayanan publik, teknis justisial, dan bidang lainnya. Direktorat Jenderal Badan Peradilan Agama setelah sukses dengan SIADPA (Sistem Informasi Administrasi Perkara Pengadilan Agama) dan SIADPTA (Sistem Informasi Administrasi Perkara Pengadilan Tinggi
Agama) kini kembali
memacu
satuan kerja di jajaran Peradilan Agama untuk meraih ISO (International Organization for Standardization) Penerapan Standar
Sistim Manajemen Mutu,
dengan bahasa
sederhananya adalah aparat Peradilan Agama selalu berusaha untuk memberikan pelayanan prima terhadap masyarakat pencari keadilan. Baru- baru ini tiga Pengadilan Agama dinyatakan telah berhasil masuk sepuluh besar dalam rangka mengikuti kompetisi inovasi pelayanan publik. Dari upaya peningkatan berbagai bidang, Direktorat Jenderal Badan Peradilan Agama
akhir-
akhir
ini
juga
giat
mengadakan
diskusi
dan
seminar
untuk
menyempurnakan pembuatan format Berita Acara Sidang, format putusan baik untuk Pengadilan Agama maupun Pengadilan Tinggi Agama,
maka sudah saatnya para
hakim disamping meningkatkan mutu putusan juga meningkatkan kualitas penulisan putusannya dengan menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Para Hakim khususnya Hakim Peradilan Agama dalam menulis putusan selama ini belum semuanya menggunakan kaidah penulisan dengan bahasa Indonesia yang baik dan benar, walaupun diakui sudah banyak pula yang telah menulis putusan dengan memakai bahasa Indonesia yang baik dan benar. Pandangan
para hakim
tentang penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar sebagian masih sangat 1
terbatas pada pengertian “Yang penting tidak menggunakan bahasa gaul” pandangan yang demikian sangat sempit. Penggunaan Bahasa Indonesia yang baik dan benar adalah merupakan Ejaan Bahasa Indonesia hasil dari penyempurnaan terakhir atas ejaan-ejaan yang pernah berlaku di Indonesia seperti ejaan Soewandi, dan pada saat ini kita menggunakan ejaan bahasa Indonesia yang disempurnakan yang terkenal dengan EYD (Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan), adapun yang disempurnakan itu
bukan bahasa
Indonesianya, tetapi ejaannya dan tatacara penulisannya. Putusan hakim adalah termasuk karya ilmiah, dikatakan karya ilmiah menurut pendapat Bapak Drs.H. Abdul Manaf, M.H. “Hakim sama dengan peneliti ilmiah” lebih lanjut beliau mengatakan bahwa seorang hakim yang akan membuat putusan harus terlebih dahulu mencari atau
menghimpun informasi, data- data dan bukti- bukti, oleh
karena itu putusan harus ditulis sesuai kaidah penulisan ilmiah antara lain dengan menggunakan bahasa yang baku, bahasa nasional, bahasa yang dipergunakan oleh seluruh masyarakat Indonesia dari Sabang sampai Merauke, karena
bahasa baku
berfungsi sebagai bahasa pemersatu. Putusan hakim merupakan suatu karya ilmiah yang agung dan monumental dari seorang hakim, karena pada putusan itu terdapat nasib anak manusia, yang dalam waktu sesaat dapat merubah status seseorang menjadi duda atau janda, si kaya jadi miskin dan si miskin jadi kaya, prestasi yang diperoleh maupun kewajiban yang harus dilaksanakannya. Putusan sebagaimana fungsinya dapat membatalkan atau mengesahkan suatu perbuatan, menghukum seseorang untuk melakukan atau tidak melakukan perbuatan tertentu, menghentikan atau memerintahkan untuk melanjutkan hubungan hukum, menghukum seseorang untuk membayar sejumlah uang atau kewajiban lainnya yang melekat pada suatu perbuatan hukum. Oleh karena itu putusan hakim harus dibuat dengan sungguh-sungguh menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar.
2
B. Materi Pembahasan Penulisan Putusan 1. Kepala Putusan : a. Judul : Putusan ditulis dengan huruf kapital semua. Contoh :
PUTUSAN
Kata putusan tidak perlu garis bawah. Pemakaian Huruf Kapital : Huruf kapital dipakai dalam : 1) Huruf pertama kata pada awal kalimat. Contoh : Apa kabar ?. 2) Huruf pertama petikan langsung. Contoh : Sesuai jurisprudensi MA Nomor……… sebagai berikut “………..”. 3) Huruf pertama dalam kata dan ungkapan yang berhubungan dengan agama, kitab
suci, Tuhan, termasuk kata ganti Tuhan.
Contoh : Islam, Kristen, Tuhan, Al Quran, Injil, hambaNya, Maha Pengasih. 4) Huruf pertama nama gelar kehormatan yang diikuti nama orang. Contoh : Tuan Guru Haji Zaiunuddin. 5) Huruf pertama unsur nama jabatan yang diikuti nama orang. Contoh : Presiden Joko Widodo. Huruf pertama unsur-unsur nama orang. Contoh : Roihan Elgani Marto Wardoyo. 6) Huruf pertama nama bangsa, suku dan bahasa. Contoh : bangsa Arab, suku Sasak, bahasa Bima. 7) Huruf pertama nama tahun, bulan, hari, dan hari raya. Contoh : tahun Masehi, bulan November, hari Senin, hari Raya Idul Fitri. 8) Huruf pertama nama tempat geografi. Contoh : Mataram, Ampenan, Cakra, NTB. 9) Huruf pertama nama resmi negara, lembaga resmi, lembaga ketatanegaraan, dan badan. Contoh : Republik Indonesia, Mahkamah Agung, Komisi Pemberantasan Korupsi. 10).Huruf pertama unsur singkatan nama gelar. Contoh : Prof., S.H., M.H. 3
b. Nomor putusan : Nomor putusan tidak perlu menggunakan titik dua ( : ) setelah kata Nomor, contoh Nomor 0001/Pdt.G/2015/PA Pra. Menurut EYD titik dua ( : ) hanya dibolehkan dalam hal sebagai berikut : 1). Pada suatu pernyataan lengkap. Contoh : Ketua Majelis
: Drs. H. Ahmad Harun, S.H.
Hakim Anggota
: M. Alimuchdor, S.Ag.,M.H.
Hakim Anggota
: H. Y u s u p, S.H.,M.H.
Panitera Pengganti : Amiruddin, S.H. 2). Di antara bab dan ayat Contoh : Surah Yasin : 9. Menurut EYD “0” akan
nomor sebenarnya tidak perlu didahului dengan angka
tetapi dalam memberi nomor putusan perkara di wilayah
Peradilan Agama merupakan kesepakatan harus didahului dengan angka “0” karena alasan untuk sistim SIADPA dan SIADPTA. Kata bilangan terdiri dari dua bentuk yakni bilangan penuh dan pecahan. Contoh : bilangan penuh
: 1, 2, 3, 4, 5, 6,7 dan seterusnya.
Bilangan pecahan : 1/2, 2/3, 1/6, 1/4, 1/8 dan seterusnya Setelah angka nomor perkara ditulis dengan garis miring ( / ), setelah jenis perkara G atau P ditulis dengan garis miring dan setelah tahun takwin ditulis dengan garis miring. Catatan : EYD menggunakan garis miring dalam lima hal : 1). Dipakai dalam nomor surat atau nomor perkara seperti di atas. 2). Dipakai dalam alamat. Contoh : Jalan Majapahit 58, Kel. Kekalik, III/5. 3). Dipakai dalam masa satu tahun yang terbagi dalam dua tahun takwin Contoh :
Tahun ajaran 2015/2016.
4). Dipakai pengganti kata “atau” contoh : bisa naik kapal/bus. 5). Dipakai sebagai pengganti kata “tiap” contoh : Rp 1.000,00/butir. Setelah kata singkatan Pdt (Perdata) ditulis ( . ). Contoh : Pdt.G/2015 EYD menggunakan tanda titik ( . ) dalam hal antara lain : 4
1). Dipakai singkatan kata atau ungkapan yang sangat umum yang terdiri tiga huruf atau lebih. Contoh : Pdt.G artinya perdata gugatan. TGH. Artinya Tuan Guru Haji. DKK. Artinya dan kawan- kawan. 2). Dipakai pada akhir singkatan nama orang. Contoh : H. Muh. Soeharto. 3). Dipakai untuk memisahkan angka jam, menit dan detik Contoh : pukul 08.30.15. Setelah tahun
perkara ditulis Pengadilan Tinggi Agama/Pengadilan
Agama dengan menggunakan singkatan Contoh : Nomor 0001/Pdt.G/2015/PTA Mtr. Penulisan singkatan PTA Mtr., tidak perlu menggunakan tanda titik antara PTA dan Mtr. Catatan : EYD tanda titik tidak dipakai dalam singkatan yang terdiri dari huruf- huruf awal kata atau suku kata atau gabungan keduanya atau yang terdapat di dalam akronim yang sudah diterima oleh masyarakat. Contoh : MA PTA
= Mahkamah Agung = Pengadilan Tinggi Agama
PTWP = Persatuan Tenes Warga Peradilan
c. Kalimat Basmallah Kepala Putusan khusus di Peradilan Agama harus diawali dengan
kata :
Basmallah dan dianjurkan dengan huruf Arab. Contoh :
5
d. Kalimat DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA (Dasar hukum Pasal 57 ayat (2) UU. No.7 Tahun 1989 Tentang Peradilan Agama yang telah diubah dengan Undang- Undang Nomor 3 Tahun 2006 dan perubahan kedua dengan Undang-Undang Nomor 50 Tahun 2009. 2. Identitas para pihak : Penulisan nama para pihak menurut EYD tidak perlu menggunakan huruf kapital semua, tetapi cukup pada awal nama seseorang, dan untuk memperjelas nama orang cukup ditebalkan ketikannya. Contoh : Abubakar bin Umar alias Kancil …………sebagai Pemohon. Penulisan kata : “ melawan” Kata “ melawan “ ditulis tidak dengan huruf kapital , karena kata “melawan” bukan merupakan sub judul, tetapi satu rangkaian kata dengan kalimat sebelumnya, yaitu ….yang selanjutnya disebut Penggugat.
3. Duduk Perkara Penulisan duduk perkara dalam putusan ditulis dengan huruf kapital semuanya, karena kata duduk perkara merupakan bagian dari sub judul dan sebaiknya untuk memperjelas ditulis tebal. Contoh : DUDUK PERKARA Tidak ditulis “TENTANG DUDUK PERKARANYA”. 4. Pertimbangan Hukum Penulisan pertimbangan hukum dalam putusan ditulis dengan huruf kapital semuanya, karena kata pertimbangan hukum merupakan bagian dari sub judul dan sebaiknya untuk memperjelas ditulis tebal. Contoh : PERTIMBANGAN HUKUM Tidak ditulis “TENTANG DUDUK PERKARANYA” 5. Amar Putusan Amar putusan diawali dengan kata Mengadili, ditulis dengan huruf Kapital tanpa garis bawah, karena kata “ MENGADILI” merupakan sub judul dan sebaiknya untuk memperjelas ditulis tebal. Contoh : MENGADILI 6
Dalam amar putusan wajib mencantumkan pembebanan /
penghukuman
membayar biaya perkara kepada para pihak. Selama ini dalam menulis angka Rp.150.000,- jadi yang demikian tidak sesuai dengan kaidah EYD. Adapun menurut kaidah EYD sebagai berikut : Contoh : Membebankan kepada Penggugat/ Tergugat membayar biaya perkara sejumlah Rp 150.000,00 (seratus lima puluh ribu rupiah). Setelah Rp tidak perlu diberi tanda titik dan setelah angka 150.000 tidak perlu diberi titik koma melainkan setelah angka 150.000 diberi tanda koma dan angka 00 tanpa titik.
6. Kaki Putusan. Kaki putusan biasanya dengan kalimat Demikian diputuskan dst. Catatan : Nama-nama hari, tanggal, bulan, tahun ditulis dengan huruf besar Contoh : pada hari Jumat, tanggal 20 November, tahun 2015 Masehi bertepatan dengan tanggal 4 Safar 1437 Hijriah. Untuk diketahui penulisan nama- nama bulan tahun hijriah sebagai berikut : Muharam, Safar, Rabiulawal, Rabiulakhir, Jumadilawal, Jumadilakhir, Rajab, Syakban, Ramadan, Syawal, Zulkaidah, Zulhijah. Catatan : Nama-nama bulan Hijriah Rabiulawal tidak boleh dipisah menjadi Rabiul Awal, Rabiulakhir menjadi Rabiul Akhir, Jumadilawal menjadi Jumadil Awal, Jumadilakhir menjadi Jumadil Akhir, sedangkan nama- nama bulan tahun Masehi sebagai berikut : Januari, Februari, Maret, April, Mei, Juni, Juli, Agustus, September, Oktober, November, Desember. Nama- nama Hakim dan Panitera sidang tidak ditulis dengan huruf capital. Contoh : Oleh kami Drs. H. Ahmad Harun, S.H. sebagai Ketua majelis, serta
M. Alimuchdor, S.Ag.,M.H.,dan H. Y u s u p, S.H.,M.H.
masing-masng sebagai hakim anggota.
7
C. Hal – hal Yang Perlu Diketahui : 1. Huruf Miring Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan kata yang bukan berasal dari, bahasa Indonesia. Contoh : Unus Testis Nullus Testis, Nebis in idem dst. Kata asing yang telah diserap ke dalam bahasa Indonesia, penulisannya diperlakukan sebagai kata dalam bahasa Indonesia. Contoh : Hijriah ( tidak perlu ditulis miring). 2. Huruf Tebal Huruf tebal dalam cetakan dipakai untuk menulis judul, bab, bagian bab,sub judul, daftar isi, daftar tabel, daftar lambang, daftar pustaka, indeks, serta lampiran. Contoh : -
Judul
: PUTUSAN
-
Bab
: DUDUK PERKARA
-
Bagian Bab
: MENGADILI
3. Tanda Titik Koma ( ; ) Titik koma digunakan untuk mengakiri pernyataan perincian dalam kalimat berupa frasa atau kelompok kata. Dalam hubungan itu, sebelum perincian terakhir tidak perlu digunakan kata dan. Contoh : Syarat- syarat untuk menjadsi hakim antara lain sebagai berikut : -
Berijasah sarjana hukum ;
-
Lulus ujian tes tertulis dan lisan ;
-
Pernyataan bersedia ditempatkan di luar Jawa.
4. Tanda Titik Dua ( : ) Tanda titik dua dipakai sesudah kata yang memerlukan pemerian. Contoh : Ketua Majelis
: Drs. H. Ahmad Harun, S.H.
Hakim Anggota
: M. Alimuchdor, S.Ag.,M.H.
Hakim Anggota
: H. Y u s u p, S.H.,M.H.
Panitera Pengganti : Amiruddin, S.H.
8
5. Penulisan footnote dalam putusan Footnote dalam putusan menerangkan halaman yang bersangkutan dari jumlah halaman secara keseluruhan, ditulis dengan singkatan kata berupa gabungan huruf diikuti dengan tanda titik. Contoh : Hlm. 5 dari 15 hlm./Put.No.0001/Pdt.G/2015/PTA Mtr. 6. Konsisten Dalam Penulisan Penulisan dalam membuat putusan hakim harus konsisten antara kalimat satu dengan kalimat lainnya. Contoh : Pertama menggunakan kalimat para pihak, kedua menggunakan kalimat kedua belah pihak. Seharusnya : kalau menggunakan kalimat para pihak, berikutnya juga menggunakan kalimat para pihak bukan kedua belah pihak. 7. Cara menulis undang- undang Kata undang- undang apabila tidak disebutkan nomor dan atau tahunnya, maka ditulis undang- undang tanpa memakai huruf kapital, tetapi jika disebut nomor dan tahunnya, maka harus ditulis secara lengkap. Contoh : Undang- Undang Nomor 7 Tahun 1989 Tentang Peradilan Agama yang telah diubah dengan Undang- Undang Nomor 3 Tahun 2006, dan perubahan yang kedua dengan Undang- Undang Nomor 50 Tahun 2009. Contoh : Kita sebagai bangsa Indonesia yang baik,
harus taat peraturan
perundang- undangan. Kata pasal apabila tidak diikuti dengan menyebutkan undang- undangnya maka huruf (p) dalam kata pasal tidak dengan huruf kapital, kecuali menyebutkan undang-undangnya maka huruf (p) harus dengan huruf kapital. Contoh : Belum banyak pasal- pasal peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang sengketa Ekonomi Syariah. Contoh : Pasal 19 huruf (f) Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975 Tentang Pelaksanaan Undang- Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan.
9
8. DAFTAR KATA BAKU DAN KATA TIDAK BAKU KATA BAKU
KATA TIDAK BAKU
administrasi
adminitrasi
Advokat
adpokat
afdal
afdol
aliah
aliyah
alinea
alinia
Allah
Alloh
alternatif
alternatip
amendemen
amandemen
amin
amien
anggota
anggauta
antarsaudara
antar saudara
apabila
apa bila
apalagi
apa lagi
asas
azas
asura
asyura
autentik
otentik
autopsi
otopsi
azab
adzab
B. barangkali
barang kali
batal
bathal
batin
bathin
belasungkawa
bela sungkawa
berantakan
brantakan
berengsek
brengsek
beringas
bringas
berkah
barokah
blangko
belangko
brankas
brangkas
budha
buddha/buda
bumiputra
bumiputera
bundel
bendel
C. Cenderamata
cendera mata
10
D. Dahsyat
dahsat
Dai
da'i
dakwah
da'wah
daripada
dari pada
debit
debet
definisi
difinisi
demonstrasi
demontrasi
dukacita
duka cita
efek
effek
eks
ex
eksistensi
eksitensi
eksklusif
eksklusiv
ekstra
extra
ekstrem
ekstrim
elite
elit
emas
mas
emosional
emosionil
etos
ethos
F. fakih
faqih
fakir
pakir
faksimili
faksimil/faximil
falak
falaq
fardu
fardu
februari
pebruari
figur
figure
financial
finansiil
fleksibel
flexible
folio
polio
fondasi
pondasi
formal
formil
foto
photo
fotokopi
foto copy
frustrasi
frustasi
fukaha
fuqaha
11
fungsional
fungsionil
gaib
ghaib/ghoib
gana-gini
gono-gini
geladi
gladi
gelagapan
glagepan
guncang
goncang
H. hafal
hapal
hafiz
hafidz
hajat
hajad
hak
haq
hakikat
hakekat
hukulyakin
hakulyaqin
halalbihalal
Halal bihalal
hektare
hektar
hierarki
hirarki
Hijriah
hijriyah
I. idah
iddah
ideal
idiil/idial
identifikasi
identivikasi
ideologi
idiologi
ihram
ihrom
ihwal
ikhwal
ijazah
ijasah
ijmak
ijma'
ijtihad
ijtihat
ikhlas
iklas
ikhtiar
ihtiar
ikhtisar
ihtisar
iktibar
I'tibar
iktikad
I'tikad
imbau
himbau
insaf
insyaf
istri
isteri
12
isyarat
isarat
izin
ijin
J. jenazah
jenasah
jenderal
jendral
judikatif
yudikatif
judisial
yudisial
Jumat
jum'at
jurisdiksi
yurisdiksi
jurisprudensi
yurisprudensi
K. kabar
khabar
kadangkala
kadang kala
kadi
qodi
kaidah
kaedah
kakbah
ka'bah
kalbu
qolbu
Kamis
kemis
karunia
kurnia
kategori
katagori
katolik
katholik
kedaluwarsa
kadaluwarsa
ke mana
kemana
kemari
ke mari
kerja sama
kerjasama
kerudung
krudung
khawatir
kuatir/kawatir
khianat
kianat
khilaf
kilaf
kongres
konggres
konklusi
kongklusi
konkret
kongkret/kongkrit
konsekuen
konsekwen
kontinu
kontinyu
koordinasi
koordinir
kreatif
kreativ
13
kredit
kridit
kualitas
kwalitas
kualitatif
kwalitatif
kuantitas
kwantitas
kuarto
kwarto
kuitansi
kwitansi
L. lahiriah
lahiriyah
laknat
la'nat
lazim
lasim
likuidasi
likwidasi
lisan
lesan
lobi
loby
lubang
lobang
lusin
losin
M. maaf
ma.af
mabuk
mabok
mafhum
mafum
magrib
maghrib
mahaguru
maha guru
Mahakuasa
Maha kuasa
Maha Pengasih
Mahapengasih
mahasiswa
maha siswa
majelis
majlis
maksud
maksut
malapraktik
malapraktek
manajemen
managemen
manajer
manager
manakala
mana kala
manalagi
mana lagi
mansukh
mansuk
margin
marjin
maskawin
mas kawin
mazhab
madzab
media massa
mass media
14
menerapkan
menterapkan
menerjemahkan
menterjemahkan
menteri
mentri
mesti
musti
meterai
metrei/materai
miliar
milyar
moral
moral
motivasi
motifasi
motto
moto
mubazir
mubadzir
mudarat
mudharat
mufakat
mupakat
mukadimah
muqadimah
multimedia
multi media
musala
mushola
N. narasumber
nara sumber
nasihat
nasehat
nomor
nomer
nonaktif
non aktif
nonformal
non formal
nonteknis
non teknis
notula
notulen
O. Objek
obyek
Olahraga
olah raga
P. padahal
pada hal
paham
faham
pailit
failit
panitera
panitra
panitia
panitya
paripurna
pari purna
pascasarjana
pasca sarjana
pasfoto
pas foto
patrilineal
patrilinial
15
peci
pecis
peduli
perduli
pelihara
peliara
perawan
prawan
periode
ppiriode
perlahan-lahan
pelan-pelan
persentase
prosentase
pertanggung-jawaban
Pertanggungan jawab
pihak
fihak
pikir
fikir
piutang
pihutang
praktik
praktek
prinsipal
prinsipil
proyek
projek
putra
putera
putri
puteri
Q. quran
qur'an
R. Rabu
rebo
rahmatullah
rahmatulloh
Rajab
rejeb
Ramadan
ramadhan
rasional
rasionil
Rasulullah
rosululloh
referendum
referendum
referensi
refrensi
remediasi
remidias
renegoisasi
re-negosiasi
respons
respon
resume
resum
rezeki
rejeki
rida
ridho
risiko
resiko
ruh
roh
ruhani
rohani
16
ruhaniwan
ruhaniawan
sah
syah
sahih
soheh
saksama
seksama
sakti
sekti
salat
shalat
salawat
selawat
salih
sholeh
sanggama
senggama
sanksi
sangsi
sapih
sapeh
saudara
sodara
sedekah
sodakoh
sekretariat
sekertariat
sekretaris
sekertaris
seks
sex
Senin
senen
sentimeter
centimeter
setan
syetan
seyogianya
seyogyanya
subjek
subyek
subsider
subsidair
substansi
subtansi
substitusi
subtitusi
sukarela
suka rela
syafaat
syafa'at
syahadat
sahadat
syahwat
sahwat
syariat
syareat
syubhat
subat
syukur
sukur
T. talak
talaq
tekad
tekat
teladan
tauladan
telanjur
terlanjur
17
telantar
terlantar
telaten
tlaten
tema
thema
temperamen
tempramen
tempodulu
tempodoeloe
tenteram
tentram
teori
theory
terampil
trampil
terima kasih
terimakasih
tobat
taubat
tradisional
tradisionil
tunaaksara
tuna aksara
tunadaksa
tuna daksa
tunagrahita
tuna grahita
tunakarya
tuna karya
tunanetra
tuna netra
tunarungu
tuna rungu
tunasusila
tuna susila
tunawisma
tuna wisma
ubah
rubah
ustaz
ustdz
utang
hutang
uzur
udzur
V. valid
falid
verset
verzet
volunteer
volunteer
W. wakaf
waqaf
wasalam
wassalam
was-was
was-was
wihara
vihara
wirausaha
wira usaha
Y. yakin
yakin
yaumulakhir
yaumul akhir
18
yuda
yudha
Z. zabur
jabur
zaitun
jaitun
zaman
jaman
zhuhur
dhuhur.
Nama Bulan Di Tahun Hijriah
Nama Bulan Di Tahun Masehi
Muharam
Januari
Safar
Februari
Rabiulawal
Maret
Rabiulakhir
April
Jumadilawal
Mei
Jumadilakhir
Juni
Rajab
Juli
Syakban
Agustua
Ramadan
September
Syawal
Oktober
Zulkaidah
November
Zulhijah
Desember
D. DAFTAR PUSTAKA 1. Ernawati Waridah, EYD & Seputar Kebahasa – Indonesiaan, Ruang Kata, Bandung,2013 ; 2. Rahardian Bernando, Kitab Lengkab EYD, Diva Press, Yogyakarta, 2015 ; 3. Endang Rumaningsih, Bahasa Indonesia, CV. Triadan Jaya, Semarang, 1993 ; Demikian tulisan sederhana ini semoga bermanfaat. Wasalam, Penulis,
19