1 SAATNYA MENGAKHIRI ABAD NUKLIR (Pelajaran dari Fukushima) Dian Abraham Peneliti Hukum Nuklir Disampaikan dalam Seminar Belajar dari Kecelakaan PLTN ...
SAATNYA MENGAKHIRI ABAD NUKLIR (Pelajaran dari Fukushima) Dian Abraham Peneliti Hukum Nuklir Disampaikan dalam Seminar “Belajar dari Kecelakaan PLTN Fukushima – Daiichi Jepang dan Program PLTN di Indonesia” yang diselenggarakan BATAN dan Energy Mining Press Club di Jakarta, 28 Maret 2011
Pelajaran dari Fukushima 1. Masalah Nasional 2. Siapa TEPCO-nya? 3. Legislasi Tidak Memadai 4. Budaya Nuklir buruk 5. Mitos Pengawasan dan Regulasi Internasional 6. Eksperimen Massal dan Demokrasi 7. Inherent Danger dan Janji-janji Baru 8. Informasi Menyesatkan 9. Kebohongan Nuklir 10. Investasi yang Buruk
Masalah Nasional • Fukushima: – Saat bencana konvensional, keselamatan PLTN harus diutamakan seperti halnya keselamatan manusia – Deklarasi keadaan darurat oleh PM Jepang – Terkait erat dengan keselamatan manusia – Terkait erat dengan kesehatan – Terkait erat dengan hasil pertanian, buah, sayur dan susu
• Fakta di Indonesia – – – –
Cuma masalah pemda (Babel, Banten, Gorontalo, dll) Cuma masalah lembaga nuklir (BATAN/BAPETEN) Cuma masalah energi Cuma soal teknologi dan akademisi
Siapa TEPCO-nya? • Pihak pendukung aktif PLTN: – BATAN – BAPETEN – Menristek – DEN – Pemda (Babel, dll) – DPR (tepatnya: Komisi VII) – Akademisi/pakar nuklir • Semua itu tidak punya wewenang membangun PLTN berdasarkan UU Ketenaganukliran • Yang berwenang hanya: koperasi, BUMN, dan swasta • Jadi, negara bekerja untuk siapa? Medco? • Jika ya, maka semua itu adalah subsidi dan proteksi secara langsung dari publik (negara) untuk Medco (swasta)
Legislasi Tidak Memadai • Klausul gempa (Ps. 32 UU Ketenaganukliran): jika terjadi seperti Fukushima (desain hanya tahan 8,5 SR sedangkan gempanya 9 SR) yang menanggung beban kerugian adalah publik karena pihak operator dibebaskan dari tanggung jawabnya • UU-K bertentangan dengan prinsip2 Konvensi Keselamatan Nuklir: – badan regulator tidak independen; – kewenangannya dikebiri sehingga tidak bisa menegakkan peraturan, termasuk mencabut lisensi; – tidak ada partisipasi publik
Legislasi Tidak Memadai • Belum meratifikasi Konvensi Gabungan Keselamatan Pengelolaan Bahan Bakar Bekas dan Keselamatan Pengelolaan Limbah Radioaktif (Kepala Bapeten menjelaskan bahwa ini telah diratifikasi tanggal 28 Desember 2010 dengan Perpres no. 84/2010) • Tidak menandatangani Konvensi Wina tentang Tanggung Jawab Nuklir; belum meratifikasi Protokol Konvensi Wina tentang Tanggung Jawab Nuklir
Budaya Nuklir yang Buruk • Kecelakaan Serpong: BAPETEN bungkam; informasi hanya dari lembaga promotor PLTN; tidak ada penjelasan yang transparan soal kecelakaan • Saat Fukushima: pemerintah Indonesia sangat defensif dan berupaya menutup-nutupi berbagai hal, misalnya kemungkinan hujan radioaktif. • Banyak pakar yang berani mengambil kesimpulan gegabah hanya beberapa hari paska kecelakaan: “aman dan terkendali” • Dalam rencana PLTN, ada yang meremehkan soal pelanggaran UU, dengan menantang untuk dilaporkan saja. Jika budaya melanggar peraturan sudah seperti itu, dapat dibayangkan caranya menjalankan PLTN
Inherent Safety? Inherent Danger! • •
•
•
•
Generasi I – sudah ditutup Generasi II: – PWR: kecelakaan Three Mile Island (28 Maret 1979) – RBMK: kecelakaan Chernobyl (26 April 1986) – BWR: kecelakaan Fukushima (11 Maret 2011) – FBR: kecelakaan Monju 1995, Kalkar (tak pernah dioperasikan) Generasi III – Advanced LWR: – ABWR – AP600 – EPR: belum ada yang beroperasi, di Finlandia sudah tertunda beberapa tahun Generasi III+: – PBMR (baru rencana Afsel, sudah ditolak) – Belum ada yang dipakai Generasi IV: belum ada wujudnya, jadi janjinya masih janji surga
PLTN Kalkar (Jerman) bertipe Fast-Breeder Reactor (FBR) ini dibangun tahun 1973 hingga selesai tapi diputuskan tidak pernah dioperasikan karena alasan keselamatan. PLTN ini sekarang dijadikan hotel dan tempat rekreasi.
Janji Yang (Terus) Diperbarui • PLTN yang aman adalah PLTN yang tidak pernah dioperasikan seperti Kalkar • Generasi I sudah ditutup • Generasi II yang mayoritas dipakai saat ini sudah mengalami berbagai kecelakaan • Generasi III dan III+ belum banyak dipakai, ada yang pembangunannya tertundatunda, jadi sama sekali tidak bisa disimpulkan terbukti aman • Generasi IV: belum ada wujudnya, masih janji surga
PLTN Kalkar (Jerman) bertipe Fast-Breeder Reactor (FBR) ini dibangun tahun 1973 hingga selesai tapi diputuskan tidak pernah dioperasikan karena alasan keselamatan. PLTN ini sekarang dijadikan hotel dan tempat rekreasi.
PLTN dan Generasinya
Reaktor yang Beroperasi (hingga 31 Des. 2009) • Total:
Mitos Pengawasan dan Regulasi Internasional • Prinsip CNS (Convention on Nuclear Safety): tanggung jawab keselamatan instalasi ada pada penerima lisensi • IAEA tidak bisa intervensi di Jepang, melainkan menunggu diundang • Direktur IAEA, Yukiya Amano, beberapa hari lalu menyatakan tanggung jawab ada pada masingmasing negara • IAEA tidak bisa menutup reaktor yang dianggap sangat buruk paska Chernobyl, yakni tipe RBMK. Saat ini belasan RBMK masih beroperasi.
Eksperimen Massal dan Demokrasi • Ketidakberdayaan massal • Ketergantungan ratusan juta orang pada niat baik dan kemampuan sebuah perusahaan • Tidak ada hak yang membolehkan siapapun untuk membuat seseorang tercemar radiasi • Demokrasi? Korporatokrasi!
Informasi Menyesatkan • “Air keran Tokyo tidak berbahaya bagi ibu hamil dan orang dewasa” (Teddy Ardiansyah, mahasiswa S3, anggota tim pakar nuklir Kedubes di Tokyo) • Disampaikan oleh pihak yang tidak kompeten terhadap masalah kesehatan • “Tidak membahayakan secara langsung bagi manusia” • Pesan ini tidak memberi penjelasan yang tepat perihal bahaya pajanan radiasi internal dan kerusakan yang tertunda akibat radiasi (kanker, leukemia, dll).
Kebohongan Nuklir • Berbagai negara sering berbohong atau menutup-nutupi fakta yang ada saat terjadi kecelakaan – Kecelakaan PLTN Windscale (Inggris, 1957) – Kecelakaan tempat penyimpanan limbah Chelyabinsk-65 (Rusia, 1957) – Kecelakaan PLTN Three Mile Island (AS, 1979) – Kecelakaan PLTN Chernobyl (Ukraina, 1986)
Kebohongan Nuklir • Mitsuhiko Tanaka, mantan desainer Hitachi untuk reaktor Fukushima Daiichi beberapa hari lalu bersaksi bahwa reaktor No 4 beroperasi dengan cacat pada desain reaktornya, yakni pada baja yang menahan radiasi di inti reaktornya • Hal ini disembunyikan sejak 4 dekade lalu • Sudah dilaporkan tahun 1988 ke METI setelah Tanaka tidak lagi pronuklir paska Chernobyl; tidak ada tanggapan • Dua minggu sebelum gempa, reaktor no. 1 Fukushima Daiichi yang berumur 40 tahun justru sudah diperpanjang masa operasinya 10 tahun lagi oleh pemerintah Jepang
Kebohongan Nuklir • Dalam konferensi pers CNIC (Citizens’ Nuclear Information Center) Sabtu lalu, 26 Maret 2011, Tanaka menyimpulkan berdasarkan data resmi dari laman PM dan Kabinet bahwa LOCA (loss of coolant accident) telah terjadi pada dini hari 12 Maret, hanya 12 jam setelah gempa. • Jika analisis ini benar, berarti operator (TEPCO) telah melanggar Konvensi karena tidak segera memberitahu publik dan mempertaruhkan keselamatan publik yang seharusnya sudah dievakuasi. • Badan regulator NISA diperkirakan tahu apa yang terjadi.
Investasi yang Buruk • Dengan harga PLTN yang triliunan rupiah, kecelakaan yang hanya satu kali terjadi seperti di Fukushima sudah dapat menghancurkan PLTN • Jika pun ada perbaikan untuk PLTN yang rusak karena kecelakaan, biayanya bisa hampir seperti pembuatan PLTN baru, misalnya PLTN Browns Ferry di AS yang kebakaran puluhan tahun lalu dan diperbaiki di masa Bush Jr. • Jika operatornya adalah negara, maka biayanya ditanggung oleh publik