Prolog Butuh 25 tahun hidup saya ketika saya akhirnya sadar bahwa banyak nikmat Tuhan yang terkadang lupa saya syukuri. Nikmat bisa bangun tidur di pagi hari, nikmat bisa bernafas, nikmat bisa tersenyum dan nikmat sehat misalnya. Baru tiga bulan terakhir ini pula saya benar-‐ benar merasakan kalau Tuhan sedang menguji saya. Seumur hidup pasti saya pernah diberi ujian oleh Tuhan, tapi saya yakin, ujian kali ini adalah yang terberat yang pernah saya alami. Selama ini saya memandang cobaan adalah sesuatu yang Tuhan berikan untuk umatNya tidak mungkin melebihi kemampuan umatNya. Saya pikir ‘kalau selama ini saya bisa bertahan berarti cobaan dari Tuhan selama ini tidak melebihi kemampuan saya’. Hanya cobaan dalam tiga bulan belakangan ini yang membuat saya ragu apakah saya sanggup untuk tetap sabar dan tawakal, Apakah saya bisa ikhlas menjalaninya. Apakahsuatu saat nanti saya akhirnya bisa memetik hikmah dari cobaan ini? Saya tidak pernah berusaha mendramatisir keadaan. Saya yakin betul banyak orang yang posisinya sama dengan saya. Banyak orang yang juga sedang berjuang memenangkan cobaan ini sama dengan saya. Bahkan mungkin banyak orang yang kondisinya lebih sulit daripada saya. Melalui tulisan di blog saya, “Have You Met My Tissa?”, saya tumpahkan perjalanan saya dan keluarga saya dalam mendampingi adik saya yang tervonis GBS kurang lebih sejak tiga bulan yang lalu. Dalam bahasa yang sederhana karena memang tujuan awal saya adalah untuk memiliki jurnal harian untuk dokumen saya pribadi, supaya suatu
saat nanti saya bisa membuka postingan-‐ postingan saya mengenang semuanya sehingga saya gak akan pernah lupa bersyukur atas nikmat Tuhan. Sedikit demi sedikit saya update blog saya. Saya gak punya latar belakang nulis sebelumnya. Saya kuliah Ilmu Komunikasi jurusan Public Relations, pekerjaan sehari-‐hari saya jauh banget dari urusan teknik menyusun kalimat cantik yang enak dibaca. 2 Tasya Desita
Jadi, harap maklum atas alur cerita yang tidak beraturan dengan tata bahasa yang pas-‐pas-‐an. Tulisan di blog ini pun sebenarnya tidak pernah saya niatkan untuk di publish. Ibaratnya, ini buku harian saya, yang saya persembahkan untuk adik saya, hadiah ketika nanti akhirnya dia sembuh dan bisa berkumpul bersama kami lagi dirumah. Pertemuan saya dengan mbak Silly pun berawal dari blog saya yang sudah tersebar. Mbak Silly sendiri sudah sempet dating ke RS untuk menjenguk Icha. Setelah kunjungan pertama Mbak Silly sms saya dan bilang kalau dia punya rencana yang indah buat saya dan Tissa serta keluarga saya. Saya hanya bisa bilang makasih dan pasrah atas usaha yang Mbak Silly tempuh. Saya baru tatap muka sama Mbak Silly kira-‐kira tiga minggu yang lalu. Mbak Silly bilang punya banyak kenalan penerbit, kalau ada rejeki Mbak Silly mau publish blog ku dalam bentuk buku. Berita gembira buat adik saya, dan makin membuat dia penasaran sama isi blog saya. Hehe. Sabar ya De. You’ll read it soon. Makanya cepat sembuh, so we’ll have something to laugh about. Hehehe. Have You Met My Tissa? 3
Sekalipun ini dokumen pribadi saya, gak berarti saya gak 2
pernah mengalami kesulitan untuk menulis di blog ini. Waktu pertama kali Icha, adik saya, sakit, saya hanya menuliskannya via account twitter saya. Gak lebih dari 140 karakter, saya update twit saya perhari. Tapi cuma bertahan kira-‐kira sampai hari ke 24. Selebihnya, I lost track sudah berapa hari Icha dirawat. Saya sudah gak konsen lagi. Saya akhirnya coba-‐coba untuk bikin blog. Di hari-‐hari pertama saya coba nulis saya gak pernah bisa selesain. Selalu berenti di tengah, karena saya gak sanggup nahan air mata yang jatuh, bahkan sampai sesungukan. Melalui blog saya pun saya sering sharing dengan orang-‐orang yang memposting komen setelah mereka baca salah satu posting saya. Yang paling menggembirakan kalau kebetulan ada survivor GBS yang kasih komen, doa dan semangat buat Icha. Saya suka certain ke Icha, dan dia pun makin yakin kalau gak lama lagi dia bakal sembuh. Adik saya, Tissa Trinovia, akrab dipanggil Icha, lahir tanggal 5 November 1993, beda delapan tahun dengan saya. Paling beda diantara kita. Anaknya pendiam 4 Tasya Desita
tapi aktif. Aktif olahraga, hobi basket dan softball. Even seminggu sebelum dia akhirnya jatuh sakit, Icha sempet jogging 4 puteran Gelora Bung Karno, Senayan. Itu diluar jadwal rutin latihan basket dan softballnya. Kalau gak salah ingat tiga hari sebelum sakit pun dia sempet kumpul bareng temennya, keluar rumah jam 12 malem untuk kasih surprise ke salah satu temennya yang ultah. Dua hari sebelum dia sakit, dia ke kamar saya, cuma untuk ngetawain model rambut baru saya. Hahahaha. Saya dan adik saya punya chemistry yang kadang gak dimengerti sama orang lain. We speak our own language. 3
Dia tahu kalau saya bete, marah, kesel sama orang atau sama dia. Icha temen main aku dirumah. Mama Papaku juga orangnya humoris, jadi kalau kami ngumpul di rumah lebih banyak ketawa-‐ketawanya daripada seriusnya. Ini yang paling bikin kangen. Di rumah sakit kebiasaan saya cekikikan bareng dia pun gak hilang. Icha yang belum bisa bicara karena masih ada selang ventilator di tenggorokannya Alhamdulillah, sudah bisa buka mulut walaupun sauranya masih terdengar seperti orang bisik-‐ bisik. Have You Met My Tissa? 5
Saya Islam. Saya dibesarkan lebih secara Jawa karena Papa aslinya dari Jogjakarta. Papa saya sangat percaya sama yang namanya “penerawangan”. Sampai suatu hari, tante saya ngajak guru ngajinya ke rumah sakit untuk jenguk Icha. Begitu dia masuk kamar Icha, Pak Haji, panggilannya, langsung nangis sedih sampai dia harus berhenti berjalan. Dia usap tangan Icha. Dai bilang “Masya Allah, baiknya anak ini.. terusin ya Neng dzikirnya. Jangan putus.” Begitu Pak Haji keluar, dia cerita bahwa ini merupakan pengalaman Pak Haji pertama kali mengunjungi orang sakit sampai menitikkan airmata. Pak Haji bilang hati Icha bersih. Bagus. Tanpa dendam, tak ada benci. Dari jauh, Pak Haji sudah bisa mendengar Icha dzikir memanggil nama Allah tanpa terputus. Pak haji bilang baru kali ini dia melihat orang yang lagi terkapar gak berdaya menyebut-‐nyebut nama Allah terus menerus, mengemis kebaikan hati Allah agar segera mengangkat penyakitnya dan mengembalikannya ke keluarganya. Pesan Pak Haji bahwa kami sekeluarga harus ikhlas menerima suratan takdirnya Allah, bahwa cobaan ini merupakan jembatan yang apada akhirnya 4
6 Tasya Desita
akan menghapuskan dosa-‐dosa Icha sekaligus mengangkat derajat Mama Papa di mata Allah. Kalau kita ikhlas, hikmahnya nanti luar biasa gak bisa dibayangkan katanya. Saya memilih percaya apa kata Pak Haji. Karena semakin sering saya mengingat kata-‐katanya semakin yakin saya akan rencana Allah terhadap Icha dan kami. Pernah suatu kali saya ngobrol-‐ngobrol iseng sama Papa. Saya tanya sama Papa “Pah, seandainya nanti ternyata Icha masih harus dirawat lebih lama lagi terus uang kita sudah abis gimana ya Pa?” Dengan santainya Papa jawab “Yaaa Papa pasang badan aja kalau masih ada jalan ya kita cari tu uang, tapi kalau gak ada mau ditangkep ya tangkep aja deh Papa. Penjara ya penjara aja deh sekalian, habis mau gimana lagi.” Selama di rumah sakit sudah tak terhitung berapa pasien yang akhirnya tidak bisa terselamatkan. Saya tahu bahwa adik saya akitnya bukan sakit ringan, tapi kalau adik saya masih dikasih kesempatan untuk bertahan berarti Allah masih mau Tissa kembali kepada kami. Saya selalu bisikin Icha kalau baru ada pasien yang meninggal Have You Met My Tissa? 7
“Doain ya de.. baca Al-‐fatihah saja.” dia mengangguk pelan tanda setuju. Bersyukur saya masih punya keluarga besar yang subhanallah baik dan kompaknya. Beruntung bahwa kami tidak harus terpuruk sendirian, sedih, menghitung hari sampai akhirnya Icha sembuh. Ibaratnya, saya lebih memilih untuk menari di tengah hujan dibanding harus sibuk mecari-‐cari payung supaya gak kehujanan, atau lebih parah lagi hanya diam mematung, gak melakukan apa-‐apa dibawah hujan deres itu. Saya memilih untuk 5
menjalani cobaan ini seikhlas-‐ikhlasnya. Sedikit demi sedikit, Allah menjawab doa kami dan doa semua orang. Saya percaya Allah pada akhirnya kan kasih saya, Icha dan keluarga saya pelangi yang cantiknya luar biasa. Kelak, saya akan mengingat-‐ingat tulisan saya di blog saya dan saya akan bersyukur pernah dikasih Allah cobaan seberat ini. Warmest regards, Tasya.
6