Saya Harap
Allah
Akan Menyelamatkan Saya
Harold Camping i
Saya Harap Allah Akan Menyelamatkan Saya (I Hope God Will Save Me - Indonesian) Oleh Harold Camping Diterbitkan dan dicetak oleh; Family Stations, Inc. Oakland, California 94621 www.familyradio.org E-mail:
[email protected] (Catatan: Seluruh ayat-ayat suci yang dikutip di dalam penerbitan ini berasal dari Alkitab versi TB (Terjemahan Baru – LAI 1974.) 03-15-11
ii
DAFTAR ISI Kata Pengantar ......................................................................................... v Saya Harap Allah Akan Menyelamatkan Saya .................................... 1 Apakah Yang Harus Dilakukan Allah untuk Menyelamatkan Seseorang? .................................................................................................. 3 Dipilih Allah ............................................................................................. 4 Orang-orang Pilihan Diserahkan kepada Kristus ............................ 6 Penanggung Dosa .................................................................................... 7 Sejumlah Besar Orang Yang Tidak Dapat Dibinasakan Allah ..... 8 Pada Hakikatnya Seluruh Umat Manusia Sudah Mati Secara Rohani .......................................................................................... 10 Kepada Kita Harus Diberikan Sebuah Jiwa Baru Yang Sudah Mengalami Kebangkitan ....................................................................... 11 Kenyataan tentang Keselamatan Umat Pilihan .................................. 13 Mukjizat Kelahiran Baru ..................................................................... 14 Definisi Alkitab tentang Karya Rohani ............................................. 16 Kristus Telah Melakukan Segala Pekerjaan Yang Dibutuhkan bagi Keselamatan Kita .................................................... 17 Kalau Begitu, Mengapa Allah Memberikan Kita Perintah-perintah Itu? ........................................................................... 18 Hubungan Yang Misterius antara Allah dan Umat Manusia ....... 19 Allah Menguji Umat Manusia ............................................................. 22 Teramat Pentingnya Sabat Hari Ketujuh .......................................... 23 Berkat-berkat dalam Program Pengujian Allah .............................. 24 Allah Meningkatkan Kesukaran dalam Program Pengujian-Nya 26 Dapatkah Kita Mendengar Alkitab, tetapi Tidak Mendengar? .... 29 Membandingkan Ayat Kitab Suci dengan Ayat Kitab Suci ........... 30 Seluruh Umat Manusia Diperintahkan untuk Berseru kepada Allah .......................................................................................... 33 Menjadi Percaya ..................................................................................... 35 Seluruh Umat Manusia Diperintahkan untuk Mempercayai Allah ............................................................................... 38 Kristus Telah Melakukan Segala Karya Itu -- Ia Setia -Menyelamatkan Kita ............................................................................. 39
iii
Tindakan Memeteraikan Selalu Merupakan Karya Allah ............ Jarang Sekali, Terjemahan Harus Diperbaiki .................................... Apakah Abraham Mempercayai Allah dan oleh karena Itu Ia Menerima Keselamatan? ................................................................... Ketika Kita Mempercayai Kristus, Ia Mungkin Menyelamatkan Kita .............................................................................. Kebingungan di dalam Memahami Kata “Menjadi Percaya” ....... Iblis Datang sebagai Malaikat Terang ................................................ Dapatkah Gereja-gereja Terus Dijaga Kemurniannya? ................. Sebuah Perubahan Yang Besar .......................................................... Orang Yang Diselamatkan Hidup di dalam Sebuah Tubuh Yang Belum Diselamatkan .............................................................................. Hasrat-hasrat dari Orang Yang Diselamatkan ................................. Rasa Takut dan Gentar .......................................................................... Tetapi Kasih Yang Sempurna Melenyapkan Ketakutan .................. Apakah Ada Harapan bagi Saya? .......................................................
40 41 43 45 48 49 52 54 55 57 58 60 63
Indeks Ayat-ayat Kitab Suci ............................................................ 71
iv
KATA PENGANTAR
B
anyak orang berkata, “Saya ingin diselamatkan.” Dan demikianlah, dalam buku kecil ini, kita akan berupaya dengan penuh kejujuran untuk menjawab pertanyaan: Apakah yang harus saya lakukan untuk diselamatkan? Karena kita akan belajar bahwa tidak seorang pun dapat melakukan apa pun untuk menerima keselamatan, maka hal tersebut akan dengan cepat mengecilkan hati banyak pembaca yang akan menyimpulkan bahwa mereka tak memiliki pengharapan dan tidak seorang pun yang akan menerima keselamatan. Namun, faktanya ialah, harapan dari orang-orang yang dapat diselamatkan di zaman kita cukup besar. Sesungguhnya, bila kita pelajari Alkitab dengan saksama, kita mendapati bahwa bukti dalam Alkitab memperlihatkan kepada kita bahwa terdapat sangat banyak tuaian jiwa yang akan diselamatkan pada saat ini di dalam sejarah. Bukti dalam Alkitab menyatakan bahwa pada masa sekarang, lebih banyak orang sedang diselamatkan dibandingkan dengan saat kapan pun dalam sejarah. Tetapi mereka menerima keselamatan bukan karena mengikuti rencana keselamatan dari organisasi gereja setempat apa pun atau pengabar injil siapa pun yang mengikuti rencana keselamatan dari sebuah jemaat setempat. Kita akan belajar bahwa sangatlah penting mereka yang mengajarkan program keselamatan Allah melakukannya dengan kesetiaan yang tertinggi pada rencana keselamatan yang sudah dilembagakan oleh Allah seperti yang tercatat di dalam Alkitab.
v
vi
Saya Harap Allah Akan Menyelamatkan Saya
A
llah menciptakan dunia ini kira-kira 13.000 tahun yang lalu. Pada saat itu, diawali dengan orangtua kita yang pertama, Adam dan Hawa, Allah menciptakan umat manusia di dalam gambar dan rupa-Nya. Tetapi umat manusia memberontak melawan Allah, dan sebagai hukuman, seluruh umat manusia berada di bawah murka Allah. Pemberontakan itu begitu seriusnya sehingga menurut hukum Allah, manusia bukan hanya akan kehilangan keberadaannya yang kekal bersama dengan Allah, tetapi juga akan dihancurkan untuk selamanya melalui pemusnahan pada hari terakhir dari keberadaan bumi ini. Dan, dengan demikian banyak orang akan berseru, “Saya sangat ingin diselamatkan dari hukuman penghancuran kekal itu.” Setiap manusia tahu bahwa ada Allah yang menuntut pertanggungjawaban atas dosa-dosanya. Hal ini terjadi karena umat manusia telah diciptakan di dalam gambar dan rupa Allah. Dan walaupun ia terasing dari Allah karena pemberontakannya melawan Allah, pengetahuan tentang Allah, dan pertanggungjawabanannya kepada Allah, terus hadir dalam dirinya. Kita membaca di dalam Roma 2:13-15, dan di dalam ayat-ayat ini, ungkapan “bangsa-bangsa lain” menunjuk kepada semua manusia di dunia yang tidak memiliki pengetahuan tentang Alkitab. Karena bukanlah orang yang mendengar hukum Taurat yang benar di hadapan Allah, tetapi orang yang melakukan hukum Tauratlah yang akan dibenarkan. Apabila bangsa-bangsa lain yang tidak memiliki hukum Taurat oleh dorongan diri sendiri melakukan apa yang dituntut hukum Taurat, maka, walaupun mereka tidak memiliki hukum Taurat, mereka menjadi hukum Taurat bagi diri mereka sendiri. Sebab dengan itu mereka menunjukkan, bahwa isi hukum Taurat ada tertulis di dalam hati mereka dan suara hati mereka turut bersaksi dan pikiran mereka saling menuduh atau saling membela. Oleh karena itu, seluruh umat manusia secara naluriah mengetahui bahwa adalah berdosa, yaitu melakukan pelanggaran
1
atas hukum Allah, untuk membunuh, mencuri, berzina, dan lainlain. Ia juga secara naluriah mengetahui bahwa Allah menuntut hukuman atas dosa-dosanya. Oleh karena itu, setiap manusia berupaya untuk menemukan suatu cara supaya ia dapat didamaikan dengan Allah, yaitu ia ingin menemukan sebuah jalan di mana ia dapat terlepas dari hukuman atas dosa-dosanya yang mengerikan. Sebagian orang berupaya untuk memecahkan masalah yang mengerikan ini dengan meyakinkan diri mereka sendiri bahwa tidak ada Allah kepada siapa mereka harus memberikan jawaban. Dalam kasus itu, mereka berupaya sangat keras untuk menjadi seorang penganut atheis (yang tidak mengakui adanya Allah) atau seorang penganut evolusionis (yang percaya bahwa segala yang hidup berkembang dari bentuk yang sederhana sampai ke bentuk yang rumit) atau agnostik (yang percaya bahwa manusia tidak mengetahui ada tidaknya Allah). Yang lain telah merancang ilah-ilah yang mereka sembah. Mereka membuat ilah-ilah dari kayu atau batu, seperti penganut agama Budha atau seperti para astrolog, mereka melihat pada planetplanet dan bintang-bintang sebagai suatu macam ilah atau, seperti banyak orang, mereka mendapati suatu agama di mana mereka dapat merasa nyaman. Agama itu barangkali tidak memiliki hubungan sama sekali dengan Alkitab, atau menggunakan beberapa ayat Alkitab untuk mendukungnya. Jadi, mereka menemukan agama yang menurut keyakinan mereka merupakan yang terbaik dalam upaya mendamaikan diri mereka kepada Allah. Faktanya ialah bahwa dewasa ini, sekitar sepertiga dari jumlah penduduk dunia menyebut diri mereka sendiri “Kristen”. Ini berarti bahwa mereka memiliki hubungan dengan sebuah agama yang menggunakan bagian-bagian dari Alkitab untuk mendukung pernyataannya bahwa adalah Injil yang akan membawa orang-orang kepada Allah. Setiap agama, entah bila sangat sedikit hubungannya dengan Alkitab, sekecil apa pun hubungannya dengan Alkitab, atau apakah pengajarannya benar menurut ajaran Alkitab, menyatakan bahwa agama tersebut memiliki jalan yang paling benar untuk berdamai dengan Allah. Hal ini berlaku untuk denominasidenominasi yang dikenal baik seperti Katolik Roma, Baptis, Reformed, Presbiterian, Advent Hari Ketujuh, Saksi Yehovah, Mormon, dan sebagainya. Sayangnya, tidak satu pun dari denominasi-denominasi ini yang memiliki pemahaman yang memadai mengenai keadaan dari apa yang dibutuhkan bagi seseorang untuk didamaikan dengan Allah, yakni selamat dari murka Allah, yang merupakan hukuman atas dosa mereka.
2
Sayangnya, orang-orang yang telah menaruh kepercayaan mereka untuk memperoleh keselamatan mereka di dalam salah satu dari agama-agama tersebut masih berada di dalam kesulitan yang besar dengan Allah karena agama mereka tidak dapat menyelamatkan mereka. Sayangnya, orang-orang yang telah menaruh kepercayaan mereka untuk memperoleh keselamatan mereka di dalam salah satu dari agama-agama tersebut masih berada di dalam kesulitan yang besar dengan Allah karena agama mereka tidak dapat menyelamatkan mereka, dan mereka tidak sedang mendengarkan dengan saksama kepada Alkitab, satu-satunya sumber kebenaran yang sejati. Di dalam buku kecil ini, kita akan berupaya untuk menetapkan, dengan seteliti mungkin, ajaran Alkitab mengenai rencana Allah di mana banyak orang memang didamaikan dengan Allah dan memang terlepas dari penghakiman mengerikan yang akan menimpa umat manusia pada hari kiamat. Kita harus ingat bahwa Alkitab, dalam bahasa aslinya, ditulis Allah, tetapi Allah menggunakan juru tulis manusia, seperti yang dinyatakan dalam 2 Petrus 1:21: Sebab tidak pernah nubuat dihasilkan oleh kehendak manusia, tetapi oleh dorongan Roh Kudus orang-orang berbicara atas nama Allah. Kata-kata yang mereka tuliskan didiktekan oleh Allah sendiri (Yeremia 36:1-4). Oleh karena itu, dengan membaca dan mempelajari Alkitab, kita memiliki sumber kebenaran yang terutama dan sebagai wewenang yang paling dasar dan terakhir. Oleh karena itu, setiap kesimpulan yang berkaitan dengan rencana keselamatan Allah harus benar seutuhnya kepada ajaran-ajaran Alkitab. Demikianlah, kita harus siap untuk memeriksa dengan cermat kesimpulan apa pun yang ditetapkan manusia dari sudut pandang ayat mana pun dalam Alkitab. Apakah Yang Harus Dilakukan Allah untuk Menyelamatkan Seseorang? Kita akan melanjutkan pemahaman kita dengan menentukan secara saksama apa yang dinyatakan Alkitab sehubungan dengan penyelesaian atas keadaan mengerikan yang dihadapi umat manusia. Kita akan mendapati bahwa keadaan umat manusia begitu
3
mengerikan sehingga hanya Allah sendiri yang dapat menyediakan sebuah jalan kelepasan. Kita harus ingat bahwa seluruh isi Alkitab merupakan sebuah kitab hukum, ditulis oleh Allah sendiri, di mana seluruh umat manusia ada di bawah kekuasaan Allah dan juga di mana Allah sendiri tidak bisa bertindak di luar apa yang sudah diputuskan-Nya (Mazmur 138:2). Oleh karena itu, penyelesaian atas masalah yang mengerikan ini harus memenuhi seluruh persyaratan hukum yang diuraikan di dalam kitab hukum Allah, Alkitab. Ada tiga tindakan yang sangat penting yang diambil oleh Allah sendiri yang secara mutlak dibutuhkan sebelum siapa pun dapat mengalami keselamatan dalam hidupnya. Ketiga tindakan tersebut dibutuhkan setiap orang yang akan menerima keselamatan. Tidak ada perkecualian. Dipilih Allah Tindakan pertama yang dilakukan Allah mewakili semua orang yang akan akan menerima keselamatan adalah bahwa sebelum dunia diciptakan, Allah telah memilih setiap orang yang akan diselamatkan-Nya. Kita membaca di dalam Efesus 1:3-5: Terpujilah Allah dan Bapa Tuhan kita Yesus Kristus yang dalam Kristus telah mengaruniakan kepada kita segala berkat rohani di dalam sorga. Sebab di dalam Dia Allah telah memilih kita sebelum dunia dijadikan, supaya kita kudus dan tak bercacat di hadapanNya. Dalam kasih Ia telah menentukan kita dari semula oleh Yesus Kristus untuk menjadi anak-anak-Nya, sesuai dengan kerelaan kehendak-Nya, Sementara Allah bersiap untuk menciptakan dunia ini dan bermilyar penduduk manusianya, Ia memandang ke dalam loronglorong waktu dan menyaksikan sekumpulan besar umat manusia yang menyedihkan yang seluruhnya memberontak melawan Dia. Walaupun Allah telah menciptakan umat manusia sebagai makhluk yang sempurna, di dalam gambar dan rupa Allah, Alkitab dengan jelas mengatakan bahwa Allah tahu bahwa umat manusia akan memberontak terhadap Allah, dan pemberontakan itu akan mengakibatkan seluruh umat manusia mengalami kematian secara rohani dan sepenuhnya dikuasai oleh dosa. Allah juga telah tahu bahwa umat manusia akan berusaha mati-matian untuk berdamai dengan Allah dengan mencari Allah melalui berbagai rencana yang dirancang oleh pikiran-pikiran manusia, yang tercemar seluruhnya oleh dosa, dan tidak ada seorang pun yang akan mencari Allah sesuai
4
dengan persyaratan-persyaratan Allah yang sudah ditentukan Allah seutuhnya. Allah juga telah mengetahui bahwa umat manusia akan berusaha mati-matian untuk berdamai dengan Allah dengan mencari Allah melalui berbagai rencana yang dirancang oleh pikiran-pikiran manusia. Di dalam Roma 3:10-12, Allah menjabarkan keadaan umat manusia yang menyedihkan itu. Di sana kita membaca: Seperti ada tertulis: “Tidak ada yang benar, seorang pun tidak. Tidak ada seorang pun yang berakal budi, tidak ada seorang pun yang mencari Allah. Semua orang telah menyeleweng, mereka semua tidak berguna, tidak ada yang berbuat baik, seorang pun tidak. Akan tetapi, walaupun terdapat bencana menyeluruh sebagai akibat dari pemberontakan manusia melawan Allah, Allah telah membuat keputusan yang mengherankan bahwa Ia akan selamanya tetap berada bersama dengan banyak dari para pemberontak ini di dalam kekekalan. Tetapi bagaimana Ia dapat berada bersama dengan orang-orang ini untuk selama-lamanya? Hukuman atas dosa mereka sangat besar. Bagaimana Allah dapat berada bersama dengan orangorang untuk selama-lamanya yang secara hukum, oleh karena dosadosa mereka, harus dihancurkan? Hukuman dosa sangat mengerikan karena dosa umat manusia sangat mengerikan. Ini merupakan latar belakang yang mengherankan dari program keselamatan yang mengagumkan yang telah direncanakan Allah bagi umat manusia. Dan demikianlah, sejak sebelum dunia diciptakan, Allah bukan hanya telah memilih orang-orang yang ingin dikuduskan-Nya bagi diri-Nya (Efesus 1:4), namun Ia juga telah membayar dosa-dosa mereka. Pemilihan-Nya tidak ada hubungan sama sekali dengan tindakan atau kerinduan apa pun dari umat manusia. Allah menyatakan dalam Roma 9:15: . . . Aku akan menaruh belas kasihan kepada siapa Aku mau menaruh belas kasihan dan Aku akan bermurah hati kepada siapa Aku mau bermurah hati. Dengan memberi tahu kita tentang tindakan awal Allah yang secara sangat penting itu, Allah menyediakan sebuah harapan yang sangat besar bagi setiap orang yang belum diselamatkan. Allah
5
menekankan bahwa Ia tidak mengistimewakan orang (Roma 2:11, Efesus 6:9, dan Kolose 3:25). Tidak ada kebangsaan atau tingkatan kelas dalam masyarakat yang lebih tercakup menjadi umat pilihan Allah daripada kelompok apa pun. Tidak ada golongan orang berdosa yang berada jauh di luar kemungkinan untuk menjadi orang-orang pilihan dibandingkan dengan golongan mana pun. Alkitab mencatat keselamatan dari perempuan pezina di dalam Yohanes 8, dan Alkitab mencatat keselamatan dari penjahat yang disalibkan di samping Yesus di dalam Lukas 23:9-43. Oleh karena itu, betapapun besarnya dosa kita, jika kita memiliki suatu kerinduan yang mendalam untuk menerima keselamatan yang sesuai dengan persyaratan Allah, ada suatu kemungkinan yang pasti bahwa kita dapat termasuk di antara orang-orang pilihan Allah. Dengan adanya fakta seperti itu dewasa ini, kumpulan besar orang banyak akan diselamatkan, adalah mungkin bahwa saya juga dapat menjadi salah satu di antara mereka. Dan hal itu merupakan sebuah dorongan yang sangat besar. Orang-orang Pilihan Diserahkan kepada Kristus Mereka yang dipilih Allah untuk ditebus atau diselamatkan, diberikan kepada Tuhan Yesus Kristus, seperti kita baca di dalam Yohanes 6:37: Semua yang diberikan Bapa kepada-Ku akan datang kepada-Ku, dan barangsiapa datang kepada-Ku, ia tidak akan Kubuang. Akan tetapi, supaya Yesus memiliki orang-orang pilihan tersebut sebagai milik-Nya yang kekal, sesuatu harus dilakukan mengenai dosa-dosa mereka. Hukum Allah yang sempurna, yang telah ditulis oleh Allah sendiri, menetapkan bahwa karena umat manusia telah diciptakan menurut gambar dan rupa Allah, maka setiap orang harus membayar hukuman yang dituntut oleh hukum Allah atas dosa-dosa mereka. Oleh karena itu, walaupun mereka telah dipilih Allah dan diberikan kepada Kristus untuk menjadi milik-Nya yang kekal, Kristus tidak akan pernah dapat memiliki mereka, kecuali hukuman atas dosa mereka telah dibayar lunas. Hukum Allah menetapkan bahwa hukuman bagi dosa adalah kematian ; jadi pada hakikatnya, mereka yang telah dipilih dan diberikan kepada Kristus tidak akan pernah menjadi milik Kristus karena mereka tidak dapat pernah membayar hukuman atas dosa mereka. Hal itu membawa kita kepada sebuah tindakan dramatis kedua yang diambil Allah demi kepentingan semua yang telah diselamatkan.
6
Penanggung Dosa Ketika Allah meninjau alam semesta, yang direncanakanNya untuk diciptakan pada awal waktu, Ia menyaksikan bahwa tidak ada seorang pun yang dapat digunakan-Nya untuk menanggung murka Allah mewakili umat pilihan, yaitu orang-orang yang dipilih Allah dan akan diberikan kepada Kristus sebagai milik-Nya yang kekal. Hal ini diajarkan di dalam Yesaya 63:5 dan Yehezkiel 22:30. Akan tetapi, hukum Allah yang sempurna menetapkan bahwa hukuman mati harus dibayar sebelum manusia siapa pun dapat diizinkan untuk masuk ke dalam surga Allah yang kudus. Setiap segi dari hukum Allah yang sempurna harus dipuaskan dengan sempurna. Oleh karena itu, di dalam sebuah tindakan belas kasihan dan kasih yang tidak ada bandingannya, Kristus sendiri telah menjadi penanggung dosa mewakili orang-orang yang telah diberikan kepada Dia. Oleh karena itu, di dalam sebuah tindakan belas kasihan dan kasih yang tidak ada bandingannya, Kristus sendiri telah menjadi penanggung dosa mewakili orang-orang yang telah diberikan kepada Dia. Kita membaca di dalam Yesaya 53:6: Kita sekalian sesat seperti domba, masing-masing kita mengambil jalannya sendiri, tetapi TUHAN telah menimpakan kepadanya kejahatan kita sekalian. Kata “sekalian” di dalam ayat ini sedang berbicara tentang seluruh umat pilihan, yaitu semua yang telah dipilih Allah sebelum dunia diciptakan untuk diselamatkan. Ia sebenarnya memang telah membayar dosa-dosa mereka sebelum dunia diciptakan. Dalam serangkaian gambaran (perumpamaan sejarah secara tiga dimensi), Kristus memperlihatkan kepada dunia bagaimana Ia menderita untuk membayar dosa orang-orang pilihan. Hal ini terutama sekali terlihat dalam demonstrasi penderitaan-Nya ketika Ia disalibkan. Misalnya, Ia sangat dipermalukan dengan digantung di atas kayu salib untuk memperlihatkan bahwa ketika Ia membayar dosa-dosa kita, Ia telah menjadi suatu kutuk – “Terkutuklah orang yang digantung pada kayu salib”. Ketika jasad-Nya dimasukkan ke dalam kubur dan Ia bangkit pada hari Minggu pagi, itu merupakan sebuah demonstrasi bahwa sebenarnya ketika Ia telah membayar dosa-dosa kita sebelum dunia
7
diciptakan, Ia sebenarnya harus mati dalam seluruh kepribadian, tubuh, dan jiwa-Nya, dan bangkit kembali untuk memperlihatkan bahwa pembayaran atas dosa-dosa kita sudah sepenuhnya selesai dilakukan. (Lihat Kemuliaan Hanya bagi Allah). Ketika Kristus menyediakan keselamatan bagi orang-orang pilihan, setiap dosa dari setiap orang yang Ia rencanakan untuk diselamatkan-Nya telah ditanggungkan kepada Dia Dan kemudian, dengan beban dosa yang sangat besar ini, Ia berdiri di hadapan pengadilan Allah, Sang Hakim, dan Ia dinyatakan bersalah. Untuk memenuhi tuntutan-tuntutan hukum Taurat, maka Ia harus menanggung hukuman penuh sesuai yang dituntut oleh hukum Taurat untuk mewakili setiap orang yang telah direncanakan-Nya untuk diselamatkan. Hukuman itu adalah kematian: “Dan orang yang berbuat dosa, itu yang harus mati” (Yehezkiel 18:4b). Demikianlah, kita juga membaca, “Engkau tidak menyerahkan aku kepada dunia orang mati.” Hal ini menunjukkan Kristus telah mati dan bangkit kembali dari kematian sebelum Ia menciptakan dunia. Bagaimana semua hal ini bisa terjadi semuanya terkunci di dalam misteri Allah. Oleh karena itu sekarang ada banyak orang di dunia ini, yang sejak sebelum penciptaan, telah dipilih untuk menerima keselamatan dan yang telah diberikan kepada Kristus untuk menjadi milik-Nya yang kekal. Dosa-dosa mereka telah ditanggung seutuhnya karena Kristus telah menjadi Juruselamat mereka dengan membayar lunas dosa-dosa mereka, bahkan sebelum dunia ini diciptakan. Sejumlah besar orang yang belum diselamatkan yang tidak dapat dibinasakan Allah Hari ini, di seluruh dunia, ada suatu kumpulan besar orang banyak yang belum diselamatkan, tetapi Allah tidak dapat menghukum mereka karena dosa-dosa mereka. Bagaimana hal itu mungkin terjadi? Hal ini disebabkan orang-orang itu telah dipilih Allah untuk diselamatkan. Oleh sebab itu, lama sebelum mereka dilahirkan, semua dosa yang kotor dan buruk yang akan dilakukan orang-orang pilihan ini sepanjang hidup mereka di bumi dibebankan kepada Tuhan Yesus. Yesus, sebagai pengganti mereka, sebagai pemeran pengganti, telah berdiri di tempat mereka di hadapan takhta penghakiman Allah pada saat ia disalibkan. Dan oleh karena dosa-dosa tersebut, Yesus telah menjadi bersalah di hadapan hukum Allah yang benar dan Allah menghukum Dia karena dosa-dosa mereka. Demikianlah, orang-orang untuk siapa Ia telah menanggung murka Allah sebagai pembayaran atas dosa-dosa mereka sekarang dibenarkan, yaitu bagi mereka masing-masing, tak peduli betapa besarnya dosa mereka, murka
8
Allah, yang dituntut oleh hukum Taurat sebagai hukuman atas dosadosa tersebut, telah dibayar seluruhnya. Orang-orang ini telah dibenarkan Allah. Oleh karena itu, sementara mereka masing-masing dilahirkan ke dalam dunia ini, mereka memperoleh jaminan bahwa mereka tidak akan pernah dihukum atas dosa-dosa mereka. Sebaliknya, pada suatu saat dalam hidup mereka, mereka memperoleh jaminan bahwa Allah akan menerapkan Firman Allah, Alkitab, ke dalam hidup mereka, dan mereka akan menerima suatu jiwa baru yang sudah mengalami kebangkitan. Hal ini akan terjadi kapan pun waktunya yang telah dipilih Allah. Hal ini dapat terjadi sementara mereka masih berada di dalam kandungan ibu mereka atau beberapa menit sebelum mereka meninggal. Hal ini dapat terjadi apakah mereka sama sekali cacat mental atau apakah mereka memiliki pikiran dewasa yang cemerlang. Orang-orang ini telah dibenarkan lama sebelum mereka dilahirkan. Hal tersebut dapat terjadi sementara mereka masih berada di dalam kandungan ibu mereka atau beberapa menit sebelum mereka meninggal. Namun, tidak seorang pun, kecuali Allah sendiri yang mengetahui siapakah mereka itu. Hanya setelah mereka menerima jiwa baru yang sudah mengalami kebangkitan, yaitu setelah mereka diselamatkan, mereka akan mulai memahami bahwa Allah telah menyelamatkan mereka. Tetapi faktanya adalah bahwa mereka dibenarkan sejak awal waktu karena Kristus adalah Anak Domba yang disembelih sejak sebelum dunia dijadikan (Wahyu 13:8). Akan tetapi, ketika mereka menerima keselamatan, mereka akan mengetahui bahwa mereka telah diselamatkan hanya karena Allah dalam kasih karunia-Nya yang tak ada bandingannya telah memilih mereka dan membayar lunas dosa-dosa mereka. Dan keselamatan menjadi suatu kenyataan dalam hidup mereka pada saat Allah menyelamatkan mereka dengan memberikan kepada mereka hidup yang kekal dan suatu jiwa baru yang sudah mengalami kebangkitan. Demikianlah, pada saat ini dalam sejarah, dalam dunia dewasa ini, ada sejumlah besar orang banyak yang tidak pernah harus membayar atas dosa-dosa mereka, tetapi masih hidup di dalam dosa, sama seperti sisa orang-orang yang masih hidup di dunia yang masih hidup dalam dosa.
9
Pada hakikatnya Seluruh Umat Manusia Sudah Mati Secara Rohani Kita harus menyadari bahwa umat manusia yang belum diselamatkan, apakah dipilih Allah untuk diselamatkan ataupun tidak dipilih untuk diselamatkan, secara rohani mati. Baik dalam tubuh maupun jiwa, mereka dikuasai oleh dosa. Itulah sebabnya kita membaca dalam Matius 15:19 demikian: Karena dari hati timbul segala pikiran jahat, pembunuhan, perzinahan, percabulan, pencurian, sumpah palsu dan hujat. Allah menjabarkan orang-orang yang telah direncanakan-Nya untuk diselamatkan, tentang bagaimana mereka hidup sebelum mereka diselamatkan, dalam Efesus 2:3, di mana kita membaca: Sebenarnya dahulu kami semua juga terhitung di antara mereka [perbuatan atau perilaku], ketika kami hidup di dalam hawa nafsu daging dan menuruti kehendak daging dan pikiran kami yang jahat. Pada dasarnya kami adalah orang-orang yang harus dimurkai, sama seperti mereka yang lain. Menurut hukum Allah yang adil, hukuman atas dosa harus dibayar, dan pembayaran yang dituntut oleh hukum Allah adalah kematian. Kita harus selalu ingat bahwa menurut hukum Allah yang adil, hukuman atas dosa harus dibayar, dan pembayaran yang dituntut oleh hukum Allah adalah kematian. Hanya setelah pembayaran itu dilunasi, barulah Allah dapat memberikan kehidupan, hidup yang kekal, kepada orang yang berdosa. Dan karena pembayaran yang dibutuhkan bagi dosa adalah kematian, maka manusia yang belum diselamatkan akan mati dan dimusnahkan untuk selama-lamanya dan tidak pernah hidup kembali. Allah menguraikan kematian dan pemusnahan seutuhnya ini dalam Wahyu 20:14-15, di mana Ia berkata: Lalu maut dan kerajaan maut itu dilemparkanlah ke dalam lautan api. Itulah kematian yang kedua: lautan api. Dan setiap orang yang tidak ditemukan namanya tertulis di dalam kitab kehidupan itu, ia dilemparkan ke dalam lautan api itu.
10
Sekali seseorang dibuang ke dalam lautan api, ia dimusnahkan, dihancurkan untuk selama-lamanya. Tidak ada kemungkinan bahwa ia akan hidup kembali. Ini merupakan inti dari “kematian kedua”. Akan tetapi, lama sebelum ia dilahirkan, Kristus telah membayar dosa-dosa seluruh umat pilihan, dan dengan demikian, orang itu telah dibenarkan secara hukum (yaitu, menurut hukum, ia sudah tidak bersalah karena dosanya). Tetapi sebelum Allah benarbenar menerapkan Firman Allah kepadanya dan memberikan dia suatu jiwa yang baru yang sudah mengalami kebangkitan, ia masih hidup di bawah murka Allah, yaitu ia masih dikuasai dosa, dan ia seutuhnya masih berada dalam keadaan mati rohani. Ia masih seperti sebuah mayat yang berbau busuk (Yohanes 11:39) dan seperti sebuah lembah yang terdiri dari tulang-tulang yang kering (Yehezkiel 37:12). Tidak ada kemungkinan bahwa ia dapat mengubah keadaan rohaninya yang mati dari seluruh kepribadiannya lebih daripada seseorang yang mati secara jasmani yang entah bagaimana dapat kembali hidup secara jasmani. Kepada Kita Harus Diberikan Sebuah Jiwa Baru Yang Sudah Mengalami Kebangkitan Hanya Allah sendiri yang dapat memberikan kehidupan, seperti yang kita saksikan dengan kelahiran dari seorang anak. Dan anak tersebut tidak dapat membantu dalam cara apa pun dalam upayanya untuk memperoleh kehidupan jasmani itu. Demikian juga, siapa pun yang telah dipilih Allah untuk menerima keselamatan, walaupun Kristus telah membayar hukuman atas dosa-dosanya, masih harus diberi kehidupan rohani. Di dalam Yohanes 3, ayat 3 dan ayat 7, Allah berbicara tentang hal ini sebagai “dilahirkan kembali”. Kata Yunani yang digunakan Allah di sini secara harfiah berarti “dilahirkan dari atas” Demikian juga, dalam 1 Petrus 1:23, Allah menekankan bahwa kelahiran baru ini sama dengan “dilahirkan kembali”. Kelahiran baru ini, yang berasal dari atas, yaitu dari surga, bukan hanya sebuah benih kehidupan yang harus berkembang dalam suatu jangka waktu tertentu dalam kepribadian orang-orang yang diselamatkan. Seketika hal itu menjadi suatu inti roh atau jiwa yang sama sekali baru. Benihnya adalah Kristus sendiri yang berdiam dalam diri orang-orang yang diselamatkan (Yohanes 14:23). Allah meyakinkan kita bahwa itu merupakan suatu inti jiwa yang sama sekali baru ketika Ia menggunakan kiasan tentang berupaya menambal baju tua dengan menggunakan secarik kain yang belum susut pada bagian yang robek (Matius 9:16). Itu harus dilakukan pada sepotong baju yang sama sekali baru. Demikian juga, Ia
11
memberi kiasan tentang berusaha untuk menyimpan anggur yang baru di dalam kantong kulit yang tua. Anggur yang baru harus disimpan di dalam kantong kulit yang baru (Matius 9:17). Hal ini ditekankan lebih jauh di dalam ayat-ayat Alkitab yang lain, seperti 2 Korintus 5:17, di mana kita membaca: Jadi siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru: yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang. Bagian dari kepribadian orang tersebut yang seketika menjadi makhluk yang baru adalah roh yang baru (jiwa baru yang sudah mengalami kebangkitan), yang diberikan Allah pada saat Ia menanamkan Firman Allah di dalam hidupnya (Yehezkiel 36:26). Demikian juga, pada akhir zaman, kepada orang pilihan ini akan diberikan tubuh kebangkitan yang sama sekali baru, “dalam sekejap mata, pada waktu bunyi nafiri yang terakhir. Sebab nafiri akan berbunyi dan orang-orang mati akan dibangkitkan dalam keadaan yang tidak dapat binasa dan kita semua akan diubah” (1 Korintus 15:52). Jadi, perumpamaan-perumpamaan penting yang menggambarkan ketidaksanggupan seutuhnya umat manusia untuk hidup secara rohani, yaitu untuk menerima keselamatan, dijelaskan dalam Alkitab. Hal ini dinyatakan dalam Yehezkiel 37, di mana Allah melambangkan umat manusia yang belum diselamatkan sebagai tulang-tulang yang kering, akan tetapi Allah juga memperlihatkan bahwa ketika Allah bertindak, tulang-tulang kering tersebut dapat dihidupkan kembali secara utuh. Sebuah perumpamaan bersejarah lainnya dicatat dalam Yohanes 11, di mana kita membaca tentang mayat yang berbau busuk dari seorang laki-laki yang bernama Lazarus hidup kembali atas perintah Tuhan Yesus. Demikian juga, Allah adalah satu-satunya yang dapat memberikan kehidupan rohani yang kekal kepada umat manusia yang pada hakikatnya sudah mati secara rohani. Kita dapat merasa yakin bahwa ada dua macam orang yang belum diselamatkan di dalam dunia. Kita dapat merasa yakin bahwa ada dua macam orang yang belum diselamatkan di dalam dunia. Ada orang-orang yang mati secara rohani yang telah dipilih dan yang secara hukum tidak lagi berada di bawah murka Allah, dan ada mereka yang tidak tercakup ke dalam orang-orang pilihan, dan oleh karena itu, secara pasti,
12
mereka tidak akan pernah memiliki hidup yang kekal dan akan menderita karena menerima murka Allah. Dalam kasus mana pun, walaupun mereka sudah mati secara rohani, hukum Allah pada suatu tingkatan tertentu tertulis dalam hati mereka. Demikianlah, mereka tahu, dan hati nurani mereka akan bersaksi kepada mereka bahwa mereka seharusnya menaati hukum-hukum Allah. Selain itu, suatu bagian integral dari kepribadian mereka adalah inti jiwa atau roh mereka di mana Allah dapat menuntun mereka kepada sebuah kerinduan yang lebih besar untuk menaati hukum-hukum Allah, atau Iblis dapat menuntun mereka kepada kejahatan yang lebih besar. Lagi pula, ada suatu kejahatan, suatu kematian rohani yang secara hakiki menjadi bagian dari kepribadian mereka seutuhnya, yang tidak membutuhkan bantuan dari Iblis untuk menemukan perwujudannya dalam pikiran, perkataan maupun perbuatan mereka. Kenyataan tentang Keselamatan Umat Pilihan Seperti telah dicatat sebelumnya, ada satu lagi tindakan Allah yang agung yang dibutuhkan. Orang-orang yang telah dipilih untuk menerima keselamatan adalah orang-orang berdosa. Mereka tidak mengetahui apa pun tentang rencana-rencana Allah bagi mereka. Keadaan yang sesungguhnya dari rencana keselamatan Allah bagi mereka harus diterapkan di dalam kehidupan mereka. Sebelum menerima keselamatan, tidak seorang manusia pun tahu apakah ia dipilih Allah untuk menerima keselamatan. Hanya setelah Allah menyelamatkan kita, barulah kita mengenali bahwa satu-satunya alasan kita tercakup dalam rencana keselamatan Allah ialah karena Allah di dalam kerelaan kehendak-Nya yang berdaulat telah memilih kita bahkan sebelum Ia menciptakan dunia. Seperti sebagian umat manusia yang tidak akan pernah diselamatkan, orangorang yang diselamatkan pada dasarnya memiliki tubuh dan jiwa. Tubuh mereka merupakan bagian dari kepribadian mereka yang dikuburkan pada saat mereka meninggal dunia. Dalam kasus seseorang yang diselamatkan, pada saat ia mati secara jasmani, inti jiwa atau rohnya (yang sama nyatanya sebagai bagian dari sebuah kepribadian seperti juga tubuhnya), meninggalkan tubuhnya dan dibawa masuk ke dalam surga di mana ia tinggal dan memerintah bersama dengan Kristus. Kemudian pada hari kiamat, ketika Kristus datang kembali, Ia akan membangkitkan tubuh tersebut (2 Korintus 5:8, 1 Tesalonika 4). Akan tetapi, sebelum keselamatan itu terjadi, orang yang dipilih itu hidup di dalam dunia ini sama seperti manusia siapa pun yang tidak dipilih untuk menerima keselamatan.
13
Kita membaca tentang orang-orang pilihan dalam Efesus 2:1-3: Kamu dahulu sudah mati karena pelanggaran-pelanggaran dan dosa-dosamu. Kamu hidup di dalamnya, karena kamu mengikuti jalan dunia ini, karena kamu mentaati penguasa kerajaan angkasa, yaitu roh yang sekarang sedang bekerja di antara orang-orang durhaka. Sebenarnya dahulu kami semua juga terhitung di antara mereka, ketika kami hidup di dalam hawa nafsu daging dan menuruti kehendak daging dan pikiran kami yang jahat. Pada dasarnya kami adalah orang-orang yang harus dimurkai, sama seperti mereka yang lain. Sebelum ia diselamatkan, baik di dalam tubuhnya maupun jiwanya ia memiliki nafsu untuk berbuat dosa. Ia mati secara rohani sama seperti siapa pun yang tidak akan pernah diselamatkan Hal tersebut membawa kita kepada tindakan besar Allah yang ketiga yang dilakukan-Nya mewakili mereka kepada siapa Kristus telah datang untuk menyelamatkan. Mukjizat Kelahiran Baru Tindakan ketiga yang dilakukan Allah mewakili mereka yang diberikan kepada Kristus sebagai milik-Nya yang kekal ialah bahwa Ia melakukan mukjizat dengan memberikan kepada orangorang pilihan tersebut suatu roh yang sama sekali baru yang sudah mengalami kebangkitan. Yesus berbicara tentang hal ini dalam Yohanes 3 :5, di mana kita baca: . . . Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika seorang tidak dilahirkan dari air dan Roh, ia tidak dapat masuk ke dalam Kerajaan Allah. Sebelum ayat itu, kita membaca dalam Yohanes 3:3: . . . Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika seorang tidak dilahirkan kembali, ia tidak dapat melihat Kerajaan Allah. Untuk dilahirkan dari air dan Roh berarti untuk dilahirkan dari Injil (air), melalui tindakan Allah Roh Kudus (Yohanes 4:10-15, Yohanes 7:38). Allah berbicara mengenai tindakan ini di dalam Roma 10:17, di mana Ia berkata: Jadi iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran oleh Firman Kristus.
14
Di dalam rencana ilahi Allah, Ia telah menciptakan lingkungan di mana Ia menyelamatkan orang-orang. Di dalam rencana ilahi Allah, Ia telah menciptakan lingkungan di mana Ia menyelamatkan orang-orang. Lingkungan itu adalah Alkitab, yang merupakan satu-satunya Firman Allah. Oleh karena itu, adalah mustahil bagi siapa pun di dalam dunia untuk menerima keselamatan, kecuali mereka mendengar kata-kata dari Allah, dan satu-satunya Firman Allah adalah Alkitab. Itulah sebabnya sepanjang zaman gereja, Allah memerintahkan jemaat-jemaat setempat untuk menyebarkan Injil ke seluruh pelosok dunia. Itulah sebabnya dewasa ini, kita harus melanjutkan untuk menyebarkan Injil dengan penuh semangat ke dalam dunia, tetapi sekarang, kita melakukannya secara perseorangan, dan bukannya sebagai sebuah organisasi gereja. Kita secara perseorangan melayani sebagai utusan-utusan Kristus. Kita seharusnya menyadari kenyataan bahwa dewasa ini tidak ada seorang pun yang dapat menerima keselamatan di dalam gereja. Menurut jadwal waktu Allah, zaman gereja telah berakhir, dan Roh Kudus telah meninggalkan gereja. Akan tetapi, Alkitab mengajarkan kepada kita bahwa di luar lingkungan gereja suatu tuaian besar orang-orang percaya sejati sedang dibawa masuk ke dalam kerajaan Allah. (Anda diundang untuk menghubungi Radio Keluarga dan meminta buku-buku gratis, Akhir Dari Masa Gereja dan Selanjutnya serta Gandum dan Lalang.) Memang Allah yang melakukan seluruh karya keselamatan, dan oleh karena itu, Ia dapat menyelamatkan seorang umat pilihan kapan saja pada masa kehidupan orang itu. Satu-satunya syarat adalah bahwa orang itu sedang mendengarkan pengajaran Alkitab. Pada saat keselamatan terjadi, Allah memberikan telinga rohani dan suatu jiwa kekal yang baru kepada orang ini. Demikianlah, seperti yang sudah kita lihat sebelumnya, seorang bayi dapat menerima keselamatan sama seperti seorang dewasa yang sudah matang. Dan seseorang yang memiliki pikiran anak yang berumur dua tahun dapat menerima keselamatan sama siapnya seperti seorang guru besar di perguruan tinggi. Di atas kayu salib, Kristus mendemonstrasikan bagaimana Ia telah menderita sebelum Ia menciptakan dunia, ketika Ia membayar semua dosa umat pilihan. Dengan demikian, apa yang tersisa untuk dilakukan adalah bahwa pada suatu saat yang tepat yang hanya diketahui Allah, Allah akan membuat orang ini benar-benar mengalami kenyataan dari keselamatan yang menakjubkan.
15
Sejauh ini dalam pemahaman kita, kita telah mulai mempelajari apa yang akan dilakukan Allah sesuai dengan hukum Allah, yaitu Alkitab. Pertanyaannya barangkali masih menghantam pikiran kita, apakah yang dapat saya lakukan untuk menerima keselamatan? Adakah ada jalan apa pun yang dapat memastikan saya bahwa saya akan termasuk di antara orang-orang yang telah dipilih untuk menerima keselamatan? Dalam pemahaman kita, kita akan memusatkan perhatian pada pertanyaan-pertanyaan yang sangat serius ini. Definisi Alkitab tentang Karya Rohani Pada tahapan ini dalam pemahaman kita, kita seharusnya memperkenalkan sebuah konsep yang menekankan pada pokok permasalahan tentang menerima keselamatan. Hal tersebut berhubungan dengan definisi Alkitab tentang “pekerjaan” rohani. Alkitab berulang-kali menekankan bahwa keselamatan kita tidak pernah merupakan sebuah hasil dari upaya apa pun yang kita lakukan (Efesus 2:8-9, Galatia 2:16). Oleh karena itu, kita harus mengetahui bagaimana Allah mendefinisikan “pekerjaan” rohani itu. Dalam Yunus 3:10, Allah menyatakan: Ketika Allah melihat perbuatan mereka itu, yakni bagaimana mereka berbalik dari tingkah lakunya yang jahat, maka menyesallah Allah karena malapetaka yang telah dirancangkanNya terhadap mereka, dan Ia pun tidak jadi melakukannya. Dan dalam Matius 7:22, Allah menyatakan: Pada hari terakhir banyak orang akan berseru kepada-Ku: Allah, Allah, bukankah kami bernubuat demi nama-Mu, dan mengusir setan demi nama-Mu, dan mengadakan banyak mujizat demi namaMu juga? Kapan pun kita menaati perintah-perintah Allah, kita sedang melakukan pekerjaan yang berkenan kepada Allah Dari ayat-ayat tersebut serta ayat-ayat Alkitab lainnya, kita belajar bahwa kapan pun kita menaati perintah-perintah Allah, kita sedang melakukan pekerjaan yang berkenan kepada Allah. Ketika kita melanggar perintah-perintah Allah, kita sedang melakukan pekerjaan yang tidak berkenan kepada Allah. Misalnya,
16
Alkitab memerintahkan seluruh umat manusia untuk percaya kepada Kristus. Apakah menjadi percaya merupakan hal yang kita lakukan? Memang demikian. Kata “menjadi percaya” merupakan bentuk kata kerja dari kata benda “iman”. Alkitab berbicara dengan jelas tentang hal ini dalam 1 Tesalonika 1:3 dan 2 Tesalonika 1:11, tentang “pekerjaan iman”. Pertama Tesalonika 1 :3, memberitahukan kepada kita: Sebab kami selalu mengingat pekerjaan imanmu, usaha kasihmu dan ketekunan pengharapanmu kepada Tuhan kita Yesus Kristus di hadapan Allah dan Bapa kita; Dan 2 Tesalonika 1: 11, kita membaca: Karena itu kami senantiasa berdoa juga untuk kamu, supaya Allah kita menganggap kamu layak bagi panggilan-Nya dan dengan kekuatan-Nya menyempurnakan kehendakmu untuk berbuat baik dan menyempurnakan segala pekerjaan imanmu, Yang penting, Allah berbicara mengenai pekerjaan iman dan juga tentang upaya melakukan kasih. Oleh karena itu, kita dapat secara jelas memahami bahwa baik penerapan dari iman maupun kasih, merupakan pekerjaan-pekerjaan yang kita lakukan. Demikian juga, ketaatan pada perintah apa pun dari Alkitab merupakan pekerjaan yang harus kita lakukan. Oleh karena itu, kita harus mengingat dengan baik dalam pikiran kita bahwa ketika Allah memerintahkan kita untuk berdoa, mencari Kristus, untuk menerima keselamatan, untuk berseru kepada Allah, untuk menunggu jawaban Allah, untuk membaca dan mempelajari Alkitab, dan sebagainya, dalam setiap perintah tersebut, Allah sedang memerintahkan kita untuk melakukan pekerjaan. Itulah sebabnya, Allah mendefinisikan “kasih” sebagai perbuatan menaati perintah-perintah Allah, misalnya. Ketika kita mengasihi Allah dan sesama kita, kita sedang melakukan pekerjaan rohani. Prinsip ini, bahwa menaati perintah apa pun merupakan pekerjaan yang kita lakukan, adalah sebuah prinsip yang sangat penting yang seharusnya tidak pernah kita lupakan sewaktu kita dengan saksama mempelajari ayat-ayat Alkitab yang berhubungan dengan keselamatan. Kristus Telah Melakukan Segala Pekerjaan yang Dibutuhkan bagi Keselamatan Kita Ada sebuah prinsip lain yang sangat penting yang harus selalu kita ingat. Itu adalah bahwa pekerjaan yang dibutuhkan untuk
17
menyelamatkan seseorang hanya dapat dilakukan oleh Allah. Pemilihan dari orang-orang yang telah direncanakan Allah untuk diselamatkan-Nya, pembayaran yang dilakukan Kristus mewakili mereka untuk siapa Ia datang untuk menyelamatkan, jiwa baru yang diberikan Allah kepada mereka yang diselamatkan-Nya, ini semua merupakan pekerjaan-pekerjaan yang hanya dapat dilakukan Allah. Pekerjaan yang dibutuhkan untuk menyelamatkan seseorang hanya dapat dilakukan Allah. Faktanya ialah, pemilihan dilakukan sebelum manusia siapa pun diciptakan. Lagi pula, pembayaran atas dosa-dosa umat pilihan telah lunas dibayar sejak sebelum dunia dijadikan (Wahyu 13:8). Demikianlah, secara mutlak tidaklah mungkin bagi manusia siapa pun untuk melakukan upaya apa pun untuk membantu di dalam kadar yang paling kecil pun untuk memperoleh keselamatan. Kalau Begitu, Mengapa Allah Memberikan Kita Perintah-perintah Itu? Allah memberi kita perintah-perintah ini supaya kita mepercayainya, berdoa, dan sebagainya, tetapi bagaimanakah kita dapat bahkan mulai menaati perintah-perintah itu? Secara rohani, kita sudah mati. Allah melambangkan umat manusia yang belum diselamatkan seperti sebuah lembah berisi tulang-tulang kering (Yehezkiel 37:1-14) dan sebagai sebuah mayat yang berbau busuk (Yohanes 11:39). Dan Allah menekankan dalam Roma 3:10-12: Seperti ada tertulis: “Tidak ada yang benar, seorang pun tidak. Tidak ada seorang pun yang berakal budi, tidak ada seorang pun yang mencari Allah. Semua orang telah menyeleweng, mereka semua tidak berguna, tidak ada yang berbuat baik, seorang pun tidak. Sesungguhnya, Alkitab dengan jelas menekankan kematian total dari umat manusia yang belum diselamatkan. Kita harus ingat bahwa umat manusia, diawali dengan kejatuhan Adam ke dalam dosa, secara rohani mati ditinjau dari fakta bahwa Allah tidak berdiam di dalam diri mereka, dan secara rohani mereka tidak diberi kekuatan oleh Allah. Dan oleh karena dosa-dosa manusia, ia berada di bawah murka Allah, dan hal itu berarti bahwa pada hari kiamat, ia akan dihancurkan dan tak pernah hidup kembali. Sebagaimana telah kita
18
catat sebelumnya, di dalam seluruh kepribadiannya, ia sudah sangat dikuasai oleh dosa. Akan tetapi, walaupun ia mati secara rohani, ia masih mampu untuk menaati hukum-hukum Allah. Demikianlah, ia dapat percaya kepada Kristus pada tingkatan tertentu, ia dapat berdoa, ia dapat mencari Allah, dan ia dapat berpaling dari dosa-tertentu, seperti mabuk, dusta, dan sebagainya. Ia mampu untuk melakukan hal itu sedikitnya karena dua alasan. Alasan pertama ialah bahwa ia masih memiliki suatu hati nurani yang dapat menuduh dirinya atas dosa yang dilakukannya (Roma 2:14-15, Yohanes 8:9). Hal ini terjadi demikian karena manusia diciptakan menurut gambar dan rupa Allah, dan walaupun ia telah hidup sama sekali terpisah dari Allah, hukum Allah pada tingkatan tertentu masih ada dalam kepribadiannya. Alasan yang kedua adalah bahwa Allah dapat memberlakukan kehendak-Nya dalam kehidupan seseorang yang belum diselamatkan walaupun barangkali Allah tidak bermaksud untuk menyelamatkan orang itu. Kita lihat prinsip ini berlaku dalam kehidupan Bileam yang jahat (Bilangan 22:12-13), dan di dalam hidup Saul, raja Israel yang pertama (1 Samuel 10:9-12). Selanjutnya, jika Allah telah memilih orang yang belum diselamatkan itu dan telah membayar bagi seluruh dosanya, sebelum Allah benar-benar memberikan orang itu sebuah hati yang baru, sebuah roh baru yang sudah mengalami kebangkitan, Allah Bapa mungkin sedang menarik dia ke dalam program keselamatan-Nya (Yohanes 6:44). Akan tetapi, sementara orang ini berupaya keras untuk menaati perintah-perintah Allah, ia sama sekali tidak dapat mengetahui alasan-alasan yang disebut di atas, jika ada, yang menyebabkan dia berupaya untuk menaati perintah-perintah Allah. Itu menunjukkan bahwa ia tidak memiliki bukti, atau ia bahkan tidak mampu berpikir sejenak pun bahwa ketaatannya dijamin untuk menghasilkan keselamatan. Hubungan yang Misterius antara Allah dan Umat Manusia Selain itu, ada suatu hubungan pribadi yang misterius dan dinamis yang hadir antara Allah dan setiap orang di kalangan umat manusia. Hal ini bukan hanya berlaku antara Allah dan orangorang yang telah dipilih-Nya untuk menerima keselamatan, tetapi juga berlaku antara Allah dan orang-orang yang tidak dipilih-Nya, dan oleh karena itu, akan dibinasakan. Kita melihat hal ini dalam kenyataan bahwa Yesus menangisi Yerusalem (Lukas 19:41), walaupun bukti yang diberikan dalam
19
Alkitab menyatakan kepada kita bahwa sebagian besar dari penduduk Yerusalem yang sedang dilihat-Nya akan dibinasakan. Kita melihat hal itu dalam kenyataan bahwa Alkitab menyatakan bahwa Allah tidak berkenan pada kematian orang fasik (Yehezkiel 33:11). Dan kita melihat dalam kenyataan bahwa pada suatu tingkatan tertentu, hukum Allah tertulis di dalam hati seluruh umat manusia (Roma 2:15). Kita melihat hal itu dalam kenyataan bahwa berdasarkan hukum Allah, seorang pembunuh harus mati karena ia telah membunuh seorang manusia yang telah diciptakan di dalam gambar dan rupa Allah (Kejadian 9:6). Kita melihatnya dalam perintah Allah bahwa kita hendaknya mengasihi musuh-musuh kita. Kita harus ingat bahwa siapa pun yang bukan merupakan umat pilihan adalah musuh Allah, namun demikian tidak ada umat manusia yang tidak bisa kita kasihi. Kita menyaksikan hal itu dalam peringatan yang diberikan Allah dalam Matius 5:22 bahwa kita hendaknya tidak memanggil siapa pun “Kafir”, yaitu tidak berharga atau bodoh. Kita tidak pernah diizinkan untuk memandang pada manusia hidup mana pun sebagai makhluk yang tak memiliki harapan untuk memperoleh keselamatan. Dari bukti di atas kita boleh menyimpulkan bahwa walaupun umat manusia telah mati secara rohani karena dosa-dosanya, dan ia sudah tidak diberi kuasa lagi oleh Allah atau didiami oleh Allah, ia tidak dicampakkan atau dikucilkan dari Allah. Dalam keadaan mati rohani dan belum menerima keselamatan, ia masih memiliki tanggung-jawab penuh dalam hal ia harus menaati Allah, dan sesungguhnya, ia masih memiliki sesuatu kemampuan untuk menaati Allah. Hanya pada hari kiamatlah, ia sama sekali akan kehilangan hubungan dengan Allah (Yesaya 66:24, Yeremia 23:39-40, 24:10). Demikianlah, setiap manusia dapat diharapkan oleh Allah untuk percaya pada Allah sehingga sampai pada tingkatan tertentu mereka akan berupaya untuk menaati perintah-perintah Alkitab. Sebagaimana telah dicatat sebelumnya di dalam pemahaman kita, ketaatan ini dapat diperkaya oleh Allah sendiri yang bekerja di dalam hidup seseorang, yang merupakan situasi yang terjadi dalam diri Bileam yang jahat (Bilangan Pasal 22 dan 23), atau bisa saja Allah yang bekerja di dalam hidup seseorang yang adalah umat pilihan Allah, tetapi yang kepadanya belum diberikan sebuah jiwa yang kekal dan baru (Yohanes 6:44). Allah memiliki sebuah hak yang sah dalam memerintahkan umat manusia untuk menaati hukum-hukum-Nya.
20
Kita juga harus ingat bahwa Allah memiliki hak yang sah dalam memerintahkan umat manusia untuk menaati hukum-hukumNya. Karena umat manusia telah diciptakan di dalam gambar dan rupa Allah, maka umat manusia, seperti Allah sendiri, seutuhnya tunduk terhadap kitab hukum Allah, Alkitab. Oleh karena itu, kita seharusnya memahami bahwa tindakan percaya kepada Kristus dapat disaksikan dalam kehidupan seseorang yang belum diselamatkan yang barangkali telah dipilih untuk menerima keselamatan ataupun tidak. Sementara ia percaya kepada Kristus, ia akan berupaya semampunya untuk mengikuti perintah Alkitab dalam Lukas 13:24, di mana Allah berkata: Berjuanglah untuk masuk melalui pintu yang sesak itu! Sebab Aku berkata kepadamu: Banyak orang akan berusaha untuk masuk, tetapi tidak akan dapat. Dan di dalam Ibrani 4:11, kita membaca: Karena itu baiklah kita berusaha untuk masuk ke dalam perhentian itu, supaya jangan seorang=pun jatuh karena mengikuti contoh ketidaktaatan itu juga. Akan tetapi, sekali lagi, haruslah ditekankan secara tegas bahwa tidak ada satu pun dari tindakan menjadi percaya ini dapat menjamin atau memberi sumbangan dalam cara apa pun untuk menerima keselamatan karena segala pekerjaan yang dibutuhkan untuk memperoleh keselamatan telah sepenuhnya dilakukan oleh Kristus lama sebelum orang tersebut dilahirkan. Tidak ada satu pun dari tindakan menjadi percaya ini dapat menjamin atau memberi sumbangan dalam cara apa pun untuk menerima keselamatan karena segala pekerjaan yang dibutuhkan untuk memperoleh keselamatan telah sepenuhnya dilakukan oleh Kristus lama sebelum orang tersebut dilahirkan. Yang menakjubkan, sementara seseorang yang belum diselamatkan berupaya untuk melakukan kehendak Allah, dua berkat utama tercapai. Berkat yang pertama adalah bahwa sementara orang yang belum diselamatkan berusaha untuk menaati perintah-perintah Allah, akanlah penting baginya untuk lebih mendalami isi Alkitab. Hal ini akan memperkaya hidupnya sementara ia belajar mengenai
21
kebenaran-kebenaran penting seperti kengerian dosa, hukuman atas dosa, keadilan Allah, dan belas kasihan Allah. Kedua, hal tersebut akan menempatkannya dalam lingkungan yang terbiasa mendengarkan Firman Allah. Jadi, jika Allah berencana untuk menyelamatkan dia, ia berada di dalam lingkungan yang tepat bagi Allah untuk menanamkan Firman Allah di dalam hatinya. Allah Menguji Umat manusia Ada alasan ketiga mengapa Allah memerintahkan orangorang untuk percaya. Tindakan itu menguji dia atau menempatkan orang itu dalam ujian atau menguji dirinya. Apakah ia akan mulai berpikir bahwa upaya-upayanya untuk menaati perintah Allah membantu proses keselamatannya? Allah terus-menerus menguji umat manusia. Adam dan Hawa diuji di Taman Eden. Dan mereka gagal dalam ujian itu dan dosa mulai memasuki dunia. Abraham diuji melalui perintah untuk mengorbankan anak laki-lakinya Ishak (Kejadian 22). Ia lulus dalam ujian itu. Umat Israel diuji melalui berbagai cara sepanjang 40 tahun selama mereka berada di padang gurun. Mereka gagal dalam ujian itu. Orang percaya sejati diuji setiap hari karena ia masih memiliki sebuah tubuh yang memiliki nafsu terhadap dosa. Yesus diuji Allah yang mengizinkan Iblis mencobai Dia. Yang menakjubkan, Ia lulus dalam ujian itu. Demikian juga, perintah untuk menjadi percaya itu dan upaya untuk berseru kepada Allah untuk memohonkan keselamatan merupakan sebuah ujian. Akankah kita sepenuhnya mengenali kenyataan bahwa sementara ini semua merupakan perintah-perintah Allah, yang harus ditaati, ketaatan terhadap perintah-perintah itu tidak pernah dapat menjadi sebuah penentu dari keselamatan kita? Dan program ujian ini sangat serius. Umat manusia secara alaminya angkuh, dan ia ingin menerima suatu pujian dan kemuliaan untuk apa pun yang telah dicapainya melalui tindakan-tindakannya. Selain itu, pada hakikatnya, dan mungkin tanpa menyadarinya, banyak orang tidak percaya bahwa Allah akan menyelamatkan mereka kecuali mereka sendiri memicu proses keselamatan itu melalui tindakan mereka sendiri. Kita tidak boleh sejenak pun berpikir bahwa pekerjaan apa pun di pihak kita mungkin dapat membantu, bahkan di dalam cara yang paling sederhana, untuk menerima keselamatan
22
Tetapi Allah sudah selayaknya cemburu. Allah telah melakukan segala upaya untuk menyelamatkan kita. Oleh karena itu, kita bahkan tak boleh berpikir sejenak pun bahwa upaya apa pun di pihak kita mungkin dapat membantu, bahkan dalam jalan yang paling sederhana, dalam upaya kita untuk menerima keselamatan. Teramat Pentingnya Sabat Hari Ketujuh Seluruh kebenaran yang penting ini diperlihatkan dalam cara yang sangat dramatis dalam Perjanjian Lama. Kita harus ingat bahwa Sabat hari ketujuh harus dijalankan dengan sungguh-sungguh oleh umat, yaitu bangsa Israel. Sabat merupakan sebuah hukum yang berhubungan dengan upacara yang menunjuk kepada kebenaran bahwa karya keselamatan itu dilakukan seutuhnya oleh Allah. Bahkan sebagaimana umat Israel tidak boleh melakukan pekerjaan apa pun pada Sabat hari ketujuh, demikian juga, kita tidak boleh melakukan pekerjaan apa pun dalam upaya untuk membantu keselamatan kita. Dalam Keluaran 31:13 , 14, Allah menyatakan: Katakanlah kepada orang Israel, demikian: Akan tetapi hari-hari Sabat-Ku harus kamu pelihara, sebab itulah peringatan antara Aku dan kamu, turun-temurun, sehingga kamu mengetahui, bahwa Akulah TUHAN, yang menguduskan kamu. Haruslah kamu pelihara hari Sabat, sebab itulah hari kudus bagimu; siapa yang melanggar kekudusan hari Sabat itu, pastilah ia dihukum mati, sebab setiap orang yang melakukan pekerjaan pada hari itu, orang itu harus dilenyapkan dari antara bangsanya. Di dalam ayat-ayat yang diungkapkan itu, Allah sedang menyatakan prinsip yang sangat penting bahwa Allah telah melakukan seluruh pekerjaan untuk menguduskan kita. Dan kata “menguduskan” berarti dipisahkan untuk melayani Allah. Kita dipisahkan secara rohani untuk melayani Dia ketika kita diselamatkan. Di dalam ayat ini, Allah menekankan bahwa Dia melakukan semua pekerjaan yang dibutuhkan untuk menguduskan atau menyelamatkan kita. Sebagai sebuah “tanda” yang menunjuk kepada pengajaran yang sangat penting ini, Allah telah memerintahkan bahwa tidak ada pekerjaan yang boleh dilakukan pada Sabat hari ketujuh. Seseorang yang melakukan sesuatu pekerjaan pada Sabat hari ketujuh adalah bagaikan seseorang yang percaya bahwa pekerjaan rohaninya membantu di dalam cara tertentu untuk memperoleh keselamatannya. Dan seseorang yang melakukan hal seperti itu harus
23
dihukum mati, yaitu seseorang yang seperti itu masih akan mengalami murka Allah yang kekal. Allah memberi kita sebuah contoh untuk menjelaskan betapa seriusnya kebenaran ini. Dalam Bilangan 15, ayat 32-36, Allah menceritakan kepada kita tentang seorang laki-laki yang mengumpulkan kayu api pada Sabat hari ketujuh. Ini merupakan sebuah pelanggaran yang sangat kecil, yang hampir tidak disengaja terhadap perintah untuk tidak melakukan pekerjaan apa pun pada hari Sabat ketujuh. Dan akan tetapi, sewaktu Musa bertanya kepada kepada Allah tentang apa hukuman yang seharusnya dikenakan untuk pelanggaran sangat sepele dari perintah yang berhubungan dengan Sabat ini, Allah telah memerintahkan agar orang itu dirajam sampai mati. Peristiwa dramatis ini menggambarkan keseriusan kebenaran yang mutlak bahwa kita ingin benar-benar memperoleh kepastian bahwa kita memahami bahwa keselamatan hanya dapat diperoleh melalui karya Yesus Kristus. TIDAK ADA BELAS KASIHAN BAGI MEREKA YANG BERPIKIR BAHWA MEREKA DAPAT MEMPRAKARSAI ATAU MEMBANTU DALAM CARA APA PUN UNTUK MEMPEROLEH KESELAMATAN MEREKA. Kita seharusnya tidak pernah berpikir bahwa kita telah membantu proses keselamatan kita dengan menaati hukum-hukum Allah. Ingatlah, ketaatan apa pun kepada hukum Taurat merupakan pekerjaan rohani yang kita lakukan. Pada hakikatnya, melalui perumpamaan bersejarah tentang hukuman mati terhadap seorang laki-laki yang mengumpulkan kayu api pada Sabat hari ketujuh, Allah sedang berseru kepada kita: TIDAK ADA BELAS KASIHAN BAGI MEREKA YANG BERPIKIR BAHWA MEREKA DAPAT MEMPRAKARSAI ATAU MEMBANTU DALAM CARA APA PUN UNTUK MEMPEROLEH KESELAMATAN MEREKA. Berkat-berkat dalam Program Pengujian Allah Program ujian ini merupakan sebuah berkat yang sangat besar bagi mereka yang percaya bahwa mereka telah menerima keselamatan. Dalam 2 Korintus 13:5, Allah memerintahkan: Ujilah dirimu sendiri, apakah kamu tetap tegak di dalam iman. Selidikilah dirimu! Apakah kamu tidak yakin akan dirimu, bahwa
24
Kristus Yesus ada di dalam diri kamu? Sebab jika tidak demikian, kamu tidak tahan uji. Bagaimana kita dapat membuktikan kepada diri kita sendiri bahwa kita telah benar-benar menerima keselamatan? Satu hal utama yang dapat kita lakukan ialah memeriksa bagaimana kita percaya bahwa kita telah menerima keselamatan. Kita ingin merasa yakin bahwa kita seutuhnya menanggalkan gagasan atau pikiran apa pun yang mungkin kita miliki bahwa kita telah melakukan pekerjaan ini atau itu, dan dengan demikian kita telah memprakarsai atau membantu dalam cara tertentu dalam memperoleh keselamatan kita. Kita harus memastikan bahwa kita secara jelas memegang prinsip Alkitab bahwa jika kita benar-benar telah diselamatkan, seluruh upaya keselamatan itu telah dilakukan Kristus lama sebelum kita dilahirkan. Keselamatan telah dicapai seutuhnya melalui karya Kristus, dan kita sama sekali tidak dapat melakukan apa-apa dalam membantu kita untuk memperoleh keselamatan. Kita harus memahami bahwa bahkan pekerjaan yang paling kecil sekalipun, yaitu ketaatan terhadap perintah Allah yang mana pun, tidak dapat membantu kita untuk memperoleh keselamatan. Penghakiman yang menimpa laki-laki yang mengumpulkan kayu api pada Sabat hari ketujuh seharusnya bergema di telinga kita. Sebagai tambahan, kita harus menguji diri kita sendiri dengan memeriksa diri kita dalam sudut pandang dari ucapan dalam 1 Yohanes 2:3-6, di mana kita membaca: Dan inilah tandanya, bahwa kita mengenal Allah, yaitu jikalau kita menuruti perintah-perintah-Nya. Barangsiapa berkata: Aku mengenal Dia, tetapi ia tidak menuruti perintah-Nya, ia adalah seorang pendusta dan di dalamnya tidak ada kebenaran. Tetapi barangsiapa menuruti firman-Nya, di dalam orang itu sungguh sudah sempurna kasih Allah; dengan itulah kita ketahui, bahwa kita ada di dalam Dia. Barangsiapa mengatakan, bahwa ia ada di dalam Dia, ia wajib hidup sama seperti Kristus telah hidup. Setiap orang yang benar-benar telah menerima keselamatan telah diberikan sebuah jiwa baru yang sudah mengalami kebangkitan, dan oleh karena itu, ia akan memiliki sebuah kesukaan yang berkesinambungan dalam melakukan kehendak Allah. Sesungguhnya, seperti pemazmur dalam Mazmur 139: 23 , 24, ia akan berdoa: Selidikilah aku, ya Allah, dan kenallah hatiku, ujilah aku dan
25
kenallah pikiran-pikiranku; lihatlah, apakah jalanku serong, dan tuntunlah aku di jalan yang kekal! Allah Meningkatkan Kesukaran dalam Program Pengujian-Nya Ujian yang dihasilkan melalui perintah-perintah itu dibuat lebih sulit karena walaupun orang-orang yang belum diselamatkan sudah mati secara rohani dan berada di bawah murka Allah, ia masih mampu untuk menaati perintah-perintah Allah, dalam tingkatan tertentu. Sebelumnya di dalam pemahaman ini, kita mempelajari hal-hal berikut ini: 1. Orang-orang yang belum diselamatkan masih memiliki suatu hati nurani yang dapat menuduh bahwa mereka berdosa . Hal ini terjadi karena hukum-hukum Allah pada suatu tingkatan tertentu sudah tertanam di dalam hatinya (Yohanes 8:9, Roma 2:14-15). 2. Allah dapat mengakibatkan seseorang yang sudah mati secara rohani, seperti, Bileam dan Raja Saul di dalam Perjanjian Lama, untuk melakukan kehendak-kehendak-Nya walaupun Allah tidak bermaksud untuk menyelamatkan orang itu (Bilangan 22:12-13, 2 Petrus 2:15-16, 1 Samuel 10:9-12, 1 Tawarikh 10:13). Demikianlah, walaupun seseorang sedang berupaya keras untuk menaati perintah-perintah Allah, ia tidak dapat mengetahui apakah hal tersebut adalah Allah yang sedang bekerja di dalam hatinya atau apakah itu adalah hati nuraninya sendiri yang sedang menuduh dia. Dan ia tidak dapat mengetahui apakah ia sedang berupaya menaati Allah dengan sepenuh hatinya. Namun ia harus tahu bahwa tidak satu pun dari upaya-upayanya untuk hidup berkenan kepada Allah dapat memprakarsai atau menjamin keselamatan atau memenuhi syarat apa pun yang akan mengakibatkan dia menerima keselamatan. Ia dapat juga salah berpikir bahwa karena ia sedang menaati perintah-perintah itu, maka Allah akan menyelamatkan dia. Sewaktu seseorang yang belum diselamatkan mulai menaati perintah-perintah Allah, ia dapat dengan mudah jatuh ke dalam perangkap dalam berpikir bahwa ketaatannya merupakan bukti bahwa Allah telah menyelamatkan dia. Ia dapat juga salah berpikir bahwa karena ia sedang menaati perintah-perintah tersebut, maka
26
Allah akan menyelamatkan dia. Di dalam kedua kasus tersebut, ia sedang melanggar hukum Allah yang menyatakan bahwa tidak ada upaya yang dilakukan siapa pun yang dapat membuat sebuah sumbangan kepada keselamatannya. Dan walaupun adalah rencana Allah untuk menguji ketaatan manusia kepada seluruh perintah Allah, kecuali karena belas kasihan Allah, umat manusia akan gagal dalam ujiannya. Hal ini disaksikan secara dramatis dalam perilaku bangsa Israel purba. Allah memberi tahu mereka bahwa jika mereka menaati seluruh perintah Allah, maka Ia akan memberkati mereka selamalamanya (Ulangan 28:1, 28:15, 30:6-16). Oleh karena itu, mereka berupaya untuk berperilaku sebaik mungkin, percaya bahwa melalui cara ini mereka telah dijamin akan memperoleh keselamatan. Akan tetapi, sayangnya Allah memberi tahu kita di dalam Roma 9: 31 , 32: Tetapi: bahwa Israel, sungguhpun mengejar hukum yang akan mendatangkan kebenaran, tidaklah sampai kepada hukum itu. Mengapa tidak? Karena Israel mengejarnya bukan karena iman, tetapi karena perbuatan. Mereka tersandung pada batu sandungan Ketika seseorang berusaha dengan rajin untuk memperoleh keselamatan, ia dapat secara mudah jatuh ke dalam perangkap dengan berpikir bahwa ketaatannya menjamin atau memprakarsai keselamatan. Hal tersebut adalah seperti ia sedang bekerja pada Sabat hari ketujuh, sama seperti seorang laki-laki yang telah mengumpulkan beberapa potong kayu api pada hari Sabat. Kedudukan kita haruslah hanya dan selalu seperti yang dilakukan penduduk Niniwe, seperti yang kita baca di dalam Yunus 3:9: Siapa tahu, mungkin Allah akan berbalik dan menyesal serta berpaling dari murka-Nya yang bernyala-nyala itu, sehingga kita tidak binasa? Kita tidak pernah boleh menganggap bahwa apa pun yang telah atau sedang kita lakukan lakukan akan memprakarsai atau menjamin keselamatan kita. Oleh karena itu, kita tidak pernah boleh menganggap bahwa apa pun yang telah atau sedang kita lakukan lakukan akan memprakarsai atau menjamin keselamatan kita. Hal ini berlaku apakah
27
kita percaya bahwa adalah Allah yang sedang bekerja di dalam hidup kita untuk memberlakukan kehendak-Nya atau apakah kita sedang berusaha untuk taat karena hati nurani kita sedang menuduh kita. Doa dari seorang pendoa yang belum diselamatkan haruslah demikian, “Ya Allah, berbelas kasihanlah kepada saya. Saya tidak layak menerima keselamatan. Saya bersyukur bahwa sementara saya dengan rajin berupaya untuk melakukan kehendak-kehendak-Mu, saya tahu bahwa hanya Engkaulah yang dapat membuat saya memenuhi persyaratan saya sehingga saya akan mencari Allah dengan sepenuh hati dan jiwa saya, dan hal ini dapat berlaku hanya ketika saya telah diberi sebuah hati yang baru, yaitu ketika Engkau telah menyelamatkan saya.” Contoh tentang pemungut cukai dalam Lukas 18:13, seharusnya berada di dalam pikiran kita. Di sana kita membaca: Tetapi pemungut cukai itu berdiri jauh-jauh, bahkan ia tidak berani menengadah ke langit, melainkan ia memukul diri dan berkata: Ya Allah, kasihanilah aku orang berdosa ini. Dan kita seharusnya diingatkan dengan kata-kata yang diucapkan Allah di dalam Yoel 2:12 -14 yang kita baca: “Tetapi sekarang juga,” demikianlah firman TUHAN, “berbaliklah kepada-Ku dengan segenap hatimu, dengan berpuasa, dengan menangis dan dengan mengaduh.” Koyakkanlah hatimu dan jangan pakaianmu, berbaliklah kepada TUHAN, Allahmu, sebab Ia pengasih dan penyayang, panjang sabar dan berlimpah kasih setia, dan Ia menyesal karena hukuman-Nya. Siapa tahu, mungkin Ia mau berbalik dan menyesal, dan ditinggalkan-Nya berkat, menjadi korban sajian dan korban curahan bagi TUHAN, Allahmu. Dan demikianlah, ini adalah jalan yang melaluinya Allah membawa umat-Nya, dan hal itu diuraikan lebih jauh dalam Yeremia 31:8 , 9, di mana kita membaca: Sesungguhnya, Aku akan membawa mereka dari tanah utara dan akan mengumpulkan mereka dari ujung bumi; di antara mereka ada orang buta dan lumpuh, ada perempuan yang mengandung bersama-sama dengan perhimpunan yang melahirkan; dalam kumpulan besar mereka akan kembali ke mari! Dengan menangis mereka akan datang, dengan hiburan Aku akan membawa mereka; Aku akan memimpin mereka ke sungai-sungai, di jalan yang rata,
28
di mana mereka tidak akan tersandung; sebab Aku telah menjadi bapa Israel, Efraim adalah anak sulung-Ku. Dapatkah Kita Mendengar Alkitab, tetapi Tidak Mendengar? Dalam banyak bagian di Alkitab, Allah memberikan peringatan dari Yeremia 29:17-19, yang kita baca: Beginilah firman TUHAN semesta alam: Sesungguhnya, Aku akan mengirim pedang, kelaparan dan penyakit sampar ke antara mereka, dan Aku akan membuat mereka seperti buah ara yang busuk dan demikian jeleknya, sehingga tidak dapat dimakan. Aku akan mengejar mereka dengan pedang, kelaparan dan penyakit sampar, dan Aku akan membuat mereka menjadi kengerian bagi segala kerajaan di bumi, menjadi kutuk, kedahsyatan, suitan dan aib di antara segala bangsa ke mana mereka Kuceraiberaikan, sebagai ganjaran bahwa mereka tidak mendengarkan perkataan-Ku, demikianlah firman TUHAN, yang telah Kusampaikan kepada mereka terus-menerus dengan perantaraan hamba-hamba-Ku, yakni para nabi; tetapi kamu tidak mendengarkannya, demikianlah firman TUHAN. Mendengarkan ialah memperhatikan dengan penuh perhatian dan berupaya untuk memahami apa yang sedang diperintahkan dan berusaha untuk menaatinya. Mendengarkan ialah memperhatikan dengan penuh perhatian dan berupaya untuk memahami apa yang sedang diperintahkan dan berusaha untuk menaatinya Akan tetapi, jika kita mempelajari Alkitab dengan sebuah pemahaman yang sudah ada dalam benak kita tentang kebenaran, kita tidak akan mendengarkan kebenaran itu, dan oleh karena itu, menurut ayat ini, kita tidak akan menyimak perkataan kebenaran itu. Contohnya, seseorang yang mengambil sikap fatalistis atau merasa yakin bahwa injil “menurut keyakinannya dan kehendaknya sendiri” itu benar, atau seseorang yang dengan sengaja tidak menghiraukan perintah Allah dengan berupaya sekuat tenaga untuk menerima keselamatan, ia tidak sedang mendengarkan Firman Allah. Pada saat ia membaca sesuatu tentang keselamatan dalam Alkitab, ia membelokkannya di dalam benaknya dan berupaya untuk mengubah sehingga hal itu akan sejalan dengan gagasan yang sudah ada dalam benaknya. Bagi dia, kebenaran dari pernyataan Alkitab
29
dihancurkan oleh gagasan-gagasan hasil pemikiran manusia yang bersifat memberontak. Pada hakikatnya, ia telah menempatkan dirinya sendiri di luar pemahaman akan Firman Allah. Demikianlah, ia telah menaruh dirinya sendiri di dalam sebuah kedudukan yang paling berbahaya karena iman (yaitu Yesus Kristus sebagai Juruselamat), hanya dapat terjadi melalui pendengaran akan Firman Allah (Roma 10:17). Memang benar bahwa secara teoretis, Allah dapat menyelamatkan siapa pun, tanpa menghiraukan intensitas dari pemberontakan mereka melawan Allah, bahkan sementara mereka dengan keras kepala menolak untuk mendengarkan Firman Allah. Akan tetapi, Alkitab tidak memberi dorongan atau jaminan kepada orang-orang yang menolak untuk mendengarkan Firman Allah, dan jadi, kita seharusnya merenungkan dengan hati-hati peringatan dari Yeremia 29:18,19 yang dikutip di atas Sayangnya seseorang seperti itu, dan sampai suatu tingkatan yang tinggi, cocok dengan uraianuraian yang buruk tentang orang Farisi yang dibicarakan sepanjang kitab Matius Pasal 23. Akan tetapi, masih ada harapan, harapan yang indah, bagi mereka yang mengakui dosa-dosa mereka dengan rendah hati, dan yang berpaling dari gagasan-gagasan yang sudah ada dalam benak mereka sebelumnya, yang dengan tulus berupaya untuk menaati seluruh ajaran Alkitab, dan yang dengan rendah hati berseru kepada Allah untuk memohon belas kasihan. Ketika kita mempelajari isi Alkitab, kita harus menghadapinya tanpa gagasan-gagasan yang sudah ada dalam benak kita, betapapun masuk akal dan logisnya pemikiran itu . Ketika kita mempelajari isi Alkitab, kita harus menghadapinya tanpa gagasan-gagasan yang sudah ada dalam benak kita, betapapun masuk akal dan logisnya pemikiran itu. Kita harus mempelajari Alkitab dengan sikap bahwa, “Saya tidak tahu apa-apa. Ya Allah, Engkau harus mengajar saya.” Dan ketika kita berupaya dengan rajin untuk menaati perintah-perintah Allah dengan tekun, sikap kita haruslah bahwa walaupun kita tidak layak menerima keselamatan di dalam cara apa pun, kita masih memiliki sebuah harapan besar bahwa mungkin Allah akan menyelamatkan saya juga (Yunus 3:9). Membandingkan Ayat Kitab Suci dengan Ayat Kitab Suci
30
Kita harus selalu mengingat sebuah peraturan dasar Alkitab yang harus diikuti sementara kita berupaya untuk mempelajari Alkitab, dan peraturan itu adalah bahwa kita harus membandingkan ayat yang satu dengan ayat yang lain dalam Alkitab (1 Korintus 2:13). Sewaktu kita mempelajari isi Alkitab, kita harus memastikan bahwa kesimpulan-kesimpulan kita selaras dengan Alkitab secara keseluruhan. Dengan mengingat kebenaran-kebenaran itu dan menggunakan prinsip-prinsip yang sudah kita pelajari dalam pemahaman ini, kita akan melihat sejumlah ayat yang berbicara secara langsung tentang cara memperoleh keselamatan. Dan kita akan mulai dengan ayat yang dikenal cukup baik, Roma 10:13, di mana Allah menyatakan: Sebab, barangsiapa yang berseru kepada nama Tuhan, akan diselamatkan. Dengan seketika, sebuah bendera merah berkibar, yaitu kita harus berhati-hati. Menaati perintah untuk berseru kepada Allah merupakan hal yang kita lakukan. Ayat ini tampaknya mengajarkan bahwa jika kita berseru kepada Allah, maka hal tersebut akan mendatangkan keselamatan kita, tetapi hal itu mustahil karena Allahlah yang melakukan segala pekerjaan untuk menyelamatkan kita. Demikianlah, kita tahu bahwa kita tidak dapat memahami ayat ini tanpa mencari lebih banyak keterangan dari bagian Alkitab lainnya. Dalam upaya kita untuk memperoleh lebih banyak keterangan, kita tiba pada Yeremia 29:11 -13, di mana Allah berkata: Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada pada-Ku mengenai kamu, demikianlah firman TUHAN, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan. Dan apabila kamu berseru dan datang untuk berdoa kepada-Ku, maka Aku akan mendengarkan kamu; apabila kamu mencari Aku, kamu akan menemukan Aku; apabila kamu menanyakan Aku dengan segenap hati. Dan kebenaran yang sama juga diungkapkan dalam Ulangan 4:29, di mana kita membaca: Dan baru di sana engkau mencari TUHAN, Allahmu, dan menemukan-Nya, asal engkau menanyakan Dia dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu.
31
Allah sedang memberikan kita keterangan yang penting bahwa sewaktu kita berseru kepada Allah atau mencari Allah untuk memperoleh keselamatan, kita harus mencari Dia dengan sepenuh hati kita. Namun, hal itu merupakan suatu hal yang tidak mungkin dilakukan karena Alkitab memberi tahu kita mengenai keadaan dari hati orang-orang yang belum diselamatkan, dalam Yeremia 17:9 kita membaca: Betapa liciknya hati, lebih licik dari pada segala sesuatu, hatinya sudah membatu: siapakah yang dapat mengetahuinya? Dan kita membaca di dalam Markus 7:21 demikian: Sebab dari dalam, dari hati orang, timbul segala pikiran jahat, percabulan, pencurian, pembunuhan, Sebelum siapa pun dapat berseru kepada Allah dengan segenap hati mereka, mereka harus diberikan sebuah hati yang baru Oleh karena itu, sebelum siapa pun dapat berseru kepada Allah dengan segenap hati mereka, mereka harus diberikan sebuah hati yang baru, yaitu mereka tidak lagi memiliki hati yang jahat. Dan ini adalah tepatnya apa yang diajarkan Alkitab, misalnya, dalam Yehezkiel 36:25-27, Allah berkata: Aku akan mencurahkan kepadamu air jernih, yang akan mentahirkan kamu; dari segala kenajisanmu dan dari semua berhala-berhalamu Aku akan mentahirkan kamu. Kamu akan Kuberikan hati yang baru, dan roh yang baru di dalam batinmu dan Aku akan menjauhkan dari tubuhmu hati yang keras dan Kuberikan kepadamu hati yang taat. Roh-Ku akan Kuberikan diam di dalam batinmu dan Aku akan membuat kamu hidup menurut segala ketetapan-Ku dan tetap berpegang pada peraturanperaturan-Ku dan melakukannya. Dalam ayat-ayat ini, Allah dengan jelas mengajarkan bahwa sebuah hati yang baru diberikan kepada kita oleh Allah. Lewat mukjizat yang sangat besar dalam memberikan kita sebuah hati yang baru, yang juga disebut roh yang baru, Allah akan membuat kita hidup taat di hadapan-Nya. Dan secara kebetulan di dalam
32
pemahaman ini kita berbicara tentang hati yang baru, atau roh yang baru yang sudah mengalami kebangkitan, yang kita terima ketika kita menerima keselamatan. Dan ayat-ayat di dalam kitab Yehezkiel menjabarkan bagaimana Allah menjadikan kita menjadi pribadipribadi yang diselamatkan, dan hanya Allah sendirilah yang melakukan seluruh karya keselamatan bagi kita. Seluruh Umat Manusia Diperintahkan untuk Berseru kepada Allah Kita membaca di dalam Roma 10:13 bahwa “barangsiapa yang berseru kepada nama Tuhan, akan diselamatkan,” tetapi kita tidak dapat tiba pada sebuah kesimpulan sehubungan dengan keselamatan sampai kita memasukkan keterangan tambahan yang dibutuhkan bahwa kita harus berseru kepada Allah dengan segenap hati kita untuk memperoleh keselamatan. Kita tahu bahwa dengan begitu saja berseru kepada Allah tidak akan mendatangkan keselamatan. Dan kita tidak akan berseru kepada Dia dengan segenap hati kita sampai Allah telah menyelamatkan kita dengan memberikan kita sebuah hati yang baru, yaitu sampai Allah telah melakukan seluruh karya keselamatan bagi kita. Tetapi hal itu membawa kita kepada sebuah masalah lain. Roma 10:13 menyatakan bahwa orang-orang yang berseru kepada Allah “akan diselamatkan”. Kata-kata “akan diselamatkan” merupakan sebuah kata kerja Yunani yang menunjukkan bahwa keselamatan adalah sebuah peristiwa di masa depan sebagai dampak dari berseru kepada Allah. Kita baru saja belajar bahwa pemahaman Alkitab dari bagian pertama dari ayat-ayat itu adalah bahwa kita harus berseru kepada Allah dengan segenap hati kita. Kita juga telah belajar bahwa kita dapat berseru kepada-Nya dengan segenap hati kita hanya karena Allah telah menyelamatkan kita dengan memberikan kita sebuah hati yang baru. Oleh karena itu, karena ungkapan “akan diselamatkan” merupakan sebuah hasil dari berseru kepada Allah dengan segenap hati Anda, maka kita menghadapi sebuah masalah. Bagaimana seseorang yang sudah menerima keselamatan dapat menerima keselamatan sekali lagi? Masalah ini dapat dipecahkan ketika kita menyadari, seperti telah kita pelajari sebelumnya dalam pemahaman ini, bahwa kenyataan dari keselamatan di dalam kehidupan salah seorang dari umat pilihan Allah terdiri dari beberapa langkah kegiatan. Langkah yang pertama adalah pemilihan orang tersebut untuk menerima keselamatan. Langkah kedua ialah bahwa pada saat Kristus melakukan pembayaran yang dituntut Allah untuk menebus dosa-
33
dosa kita, pada saat itu, secara sah, hukuman atas dosa-dosa kita telah dilunasi. Langkah yang ketiga terjadi sewaktu Allah memberikan sebuah hati yang baru atau sebuah roh yang baru kepada orang-orang pilihan, yaitu mereka untuk siapa Kristus telah menanggung murka Allah untuk membayar bagi dosa-dosa mereka. Langkah ketiga inilah yang biasanya ada dalam pikiran kita ketika kita berbicara tentang menerima keselamatan. Tetapi keselamatan kita belumlah lengkap. Kita masih memiliki suatu tubuh yang berdosa yang harus diselamatkan. Dan hal itu membawa kita kepada langkah yang keempat, yang akan terjadi pada hari kiamat ketika Kristus datang kembali untuk yang kedua kalinya untuk memberikan tubuh kebangkitan yang baru kepada semua orang percaya yang sejati (1 Korintus 15). Demikianlah, adalah alkitabiah untuk menyatakan, “Kita telah diselamatkan.” Itulah sebabnya Alkitab dapat menyatakan bahwa seseorang yang telah diselamatkan “akan diselamatkan”. Itulah sebabnya kita membaca, misalnya, dalam 1 Petrus 1:5: Yaitu kamu, yang dipelihara dalam kekuatan Allah karena imanmu sementara kamu menantikan keselamatan yang telah tersedia untuk dinyatakan pada zaman akhir. 13:13:
Dan itulah sebabnya mengapa kita membaca dalam Markus
Kamu akan dibenci semua orang oleh karena nama-Ku. Tetapi orang yang bertahan sampai pada kesudahannya ia akan selamat. Hanya pada akhirnya, ketika Allah memberi kita suatu tubuh kebangkitan yang sudah dimuliakan, barulah kita akan menerima keselamatan dalam setiap bagian dalam kepribadian kita. Kita bertahan sampai pada akhirnya karena sebelumnya kita telah diselamatkan. Tetapi hanya pada akhirnya, ketika Allah memberi kita suatu tubuh kebangkitan yang sudah dimuliakan, barulah kita akan diselamatkan dalam setiap bagian dalam kepribadian kita. Demikianlah, kita belajar dari ayat ini bahwa jika kita tidak mengikuti pengajaran Alkitab untuk membandingkan hal-hal yang rohani dengan hal-hal yang rohani, kita dapat dengan mudah jatuh
34
ke dalam perangkap yang akan membutakan kita terhadap kebenaran Alkitab. Oleh karena itu, kita tidak boleh menyimpulkan apa pun sebelum seluruh isi Alkitab ditelaah. Sejauh ini kita telah belajar sejumlah kebenaran yang sangat penting, dan di antaranya adalah hal-hal berikut ini: 1. Hanya Kristus saja yang telah melakukan seluruh pekerjaan yang dibutuhkan untuk menyelamatkan seseorang. 2. Kapan pun kita menaati sebuah perintah, kita sedang melakukan suatu pekerjaan rohani. Bahkan seseorang yang belum diselamatkan, dalam suatu tingkatan tertentu, ia mampu melakukan pekerjaan rohani seperti percaya kepada Kristus, tetapi upaya ini tidak pernah dapat memprakarsai keselamatan atau membantu siapa pun untuk menerima keselamatan. Sambil mengingat prinsip-prinsip ini, kita diperingati bahwa walaupun sebuah ayat di dalam Alkitab mungkin tampaknya mengajarkan bahwa keselamatan kita dalam sesuatu cara tertentu merupakan hasil dari kepercayaan atau ketaatan kita terhadap perintah-perintah Alkitab, secara langsung kita tahu bahwa hal itu sama sekali merupakan sebuah pemahaman yang salah atas ayat tersebut. Kita tahu bahwa kita harus menyelidiki ayat-ayat Kitab Suci dan berdoa meminta hikmat supaya kita dapat memahami ayat tersebut dengan benar. Menjadi Percaya Ketika berbicara tentang keselamatan, barangkali kata yang paling penting yang harus dipahami dengan benar adalah kata “menjadi percaya”. Seperti yang kita telah pelajari, “percaya” merupakan bentuk kata kerja dari kata benda “iman”. Dan kita juga telah belajar bahwa iman adalah suatu upaya, dan oleh karena itu, “menjadi percaya” merupakan sebuah pekerjaan rohani. Dan kita telah mempelajari bahwa tidak ada pekerjaan apa pun yang dapat kita lakukan yang dapat memprakarsai atau membantu dalam menerima keselamatan kita. Umat manusia, terpisah dari hal diselamatkan, dapat menjadi percaya pada suatu tingkatan tertentu karena ia memiliki sebuah hati nurani, dan pada suatu tingkatan tertentu, hukum Allah tertulis di dalam hatinya. Sesungguhnya, sewaktu seseorang berupaya dengan sepenuh hati untuk masuk ke dalam Kerajaan Allah, yaitu menerima keselamatan, ia akan menaati perintah itu karena ia mampu untuk menjadi percaya. Akan tetapi menjadi percaya
35
semacam itu bukanlah suatu jenis kepercayaan yang berhubungan dengan keselamatan. Allah berbicara tentang orang-orang yang diselamatkan karena mereka menjadi percaya dalam hati mereka dalam Roma 10:9, 10, di mana kita membaca: Sebab jika kamu mengaku dengan mulutmu, bahwa Yesus adalah Tuhan, dan percaya dalam hatimu, bahwa Allah telah membangkitkan Dia dari antara orang mati, maka kamu akan diselamatkan. Karena dengan hati orang percaya dan dibenarkan, dan dengan mulut orang mengaku dan diselamatkan. Akan tetapi ketika kita pelajari bahwa hati manusia itu sangat jahat (Yeremia 17:9, Matius 15:19). Oleh karena itu adalah mustahil untuk percaya dari hati kita sampai Allah memberikan kita suatu hati yang baru. Dan ketika Allah memberi kita suatu hati yang baru, itu berarti bahwa Ia telah menyelamatkan kita (Yehezkiel 36:24-27). Oleh karena itu, ketika kita percaya sebelum kita diselamatkan, itu bukan berasal dari hati kita, dan oleh sebab itu, tindakan itu tidak dapat dihubungkan dengan keselamatan. Di pihak lain, jika kita percaya dengan segenap hati kita, itu berarti bahwa Allah telah menyelamatkan kita dengan memberikan kita suatu hati yang baru. Tindakan kita untuk percaya secara keseluruhan merupakan hasil dari kenyataan bahwa Allah telah menyelamatkan kita. Oleh karena itu, kata “menjadi percaya” dan ungkapan “memiliki iman” tidak pernah dapat dikenali sebagai suatu cara atau sebuah alat yang melaluinya kita dapat menerima keselamatan. Kita membaca dalam Kisah Para Rasul 8:13- 23, bahwa Simon si penyihir telah percaya dan dibaptiskan, tetapi ayat-ayat berikutnya secara jelas menunjukkan bahwa ia belum menerima keselamatan. Abraham menjadi percaya karena Allah (yaitu Kristus), yang telah memperhitungkan kepadanya sebagai kebenaran. Simon percaya sebagai seseorang yang belum diselamatkan. Abraham percaya sebagai seorang yang sudah diselamatkan. Akan tetapi, baik dalam kehidupan Simon maupun dalam kehidupan Abraham, tindakan percaya tidak menjadi suatu bantuan untuk menerima keselamatan. Demikianlah, kita dapat secara pasti menyimpulkan bahwa menjadi percaya sebelum kita diselamatkan tidak pernah dapat membantu kita untuk menerima keselamatan dalam cara apa pun. Untuk percaya, setelah kita diselamatkan, secara keseluruhan selalu merupakan sebuah hasil dari fakta bahwa Allahlah yang telah menyelamatkan kita.
36
Menaati perintah untuk percaya berhubungan erat dengan suatu kerinduan untuk berupaya menaati seluruh perintah Allah. Akan tetapi, kata “menjadi percaya” menyatakan nilai dan pentingnya percaya sebelum kita diselamatkan. Menaati perintah untuk percaya berhubungan erat dengan suatu kerinduan untuk berupaya menaati seluruh perintah Allah. Perintah-perintah itu meliputi mengasihi Allah, mencari keselamatan, menunggu Dia, bertobat dari dosa-dosa kita, dan berdoa untuk menerima keselamatan. Menaati perintah-perintah itu merupakan pekerjaan yang sedang kita lakukan, tetapi upaya itu tidak pernah membawa kita kepada keselamatan. Walaupun demikian, ketaatan seperti itu akan mengakibatkan kita untuk mampu mendengarkan ajaran Alkitab dengan semakin saksama. Demikianlah, kita akan berada di dalam lingkungan yang benar untuk menerima keselamatan jika Allah berencana untuk menyelamatkan kita. Bagaimana kita dapat percaya jika kita mati secara rohani? Ingat, Allah melambangkan umat manusia yang belum diselamatkan sebagai sebuah lembah yang berisi tulang-tulang yang amat kering (Yehezkiel 37), dan sebagai sebuah mayat yang berbau busuk (Yohanes 11:39). Allah menyatakan bahwa tidak ada seorang pun yang mencari Allah, seorang pun tidak (Roma 3:10-18). Pernyataanpernyataan tersebut menekankan kenyataan bahwa sebelum menerima keselamatan, setiap manusia mati secara rohani, secara rohani mereka adalah mayat. Baik dalam tubuh maupun jiwa, ia mati secara rohani, dan Allah tidak bersemayam di dalam dirinya. Secara hukum, karena dosa-dosanya, ia sedang berada di bawah murka Allah, dan ia sedang menuju kepada kebinasaan. Setiap dosa membawa pada hukuman kebinasaan, dan oleh karena itu, tanpa campur tangan Allah, setiap orang pasti akan menerima kebinasaan. Walaupun hukum Allah pada suatu tingkatan tertentu ada tertulis di dalam dirinya, dan ia memiliki hati nurani sehingga ia membedakan apa yang benar dan salah, namun demikian, tanpa pertolongan Allah, keadaannya tanpa pengharapan Demikianlah, sementara manusia yang belum selamat berupaya untuk percaya kepada Kristus, ia masih sebuah mayat yang berbau busuk, sebuah lembah yang berisi tulang-tulang kering. Ia tidak dapat mencari Allah dengan segenap hatinya atau percaya dengan segenap hatinya karena hatinya masih sangat jahat. Hanya bila Allah sudah memberikan dia sebuah hati yang baru, yaitu ketika Allah menyelamatkan dia, barulah kemudian ia akan mencari dan percaya
37
kepada Allah dengan sepenuh hatinya. Ketika kepadanya diberikan suatu hati yang baru, dalam jiwanya, dalam rohnya, ia telah menerima hidup yang kekal. Seluruh Umat Manusia Diperintahkan untuk Mempercayai Allah Kita membaca dalam Kisah Para Rasul 16:31 demikian: Jawab mereka: “Percayalah kepada Tuhan Yesus Kristus dan engkau akan selamat, engkau dan seisi rumahmu. Kita tahu bahwa hanya dengan menjadi percaya di dalam hati, kita terhubung dengan keselamatan. Dan ketika kita percaya di dalam hati kita, kita sudah diselamatkan karena Allah harus memberi kita sebuah hati yang baru supaya kita bisa percaya di dalam hati kita (Yehezkiel 36:26). Jadi sebuah hati yang baru menyatakan fakta bahwa kita telah menerima keselamatan. Dan kita membaca di dalam pernyataan yang terkenal dari Yohanes 3: 16: Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal. Sekarang, kita tahu bahwa ungkapan “setiap orang” hanya dapat mencakup orang-orang pilihan Allah. Kita juga tahu bahwa seseorang yang belum diselamatkan yang tidak pernah direncanakan Allah untuk diselamatkan dapat percaya kepada Dia, dalam suatu tingkatan tertentu. Dan kita tahu bahwa mereka yang memang menerima keselamatan tidak diselamatkan karena mereka telah menjadi percaya kepada Kristus. Yang benar ialah bahwa mereka percaya kepada Dia karena Allah telah memberikan mereka hidup yang kekal. Tindakan mereka untuk percaya merupakan hasil dari kenyataan bahwa Allah telah menyelamatkan mereka. Yang benar ialah bahwa mereka percaya kepada Dia karena Allah telah memberikan mereka hidup yang kekal.
38
Kristus Melakukan Segala Karya Itu —Ia Setia— Menyelamatkan Kita Ketika Allah menulis Alkitab, Ia tidak membuatnya mudah untuk menemukan kebenaran. Ia membuat kita menjadi sangat rendah hati sementara Ia menyebabkan kita memiliki kesabaran dan kerajinan untuk menganalisis ayat-ayat yang sulit ini sambil dengan tak henti-hentinya memohon hikmat kepada Allah. Kita harus selalu ingat bahwa sampai kita menemukan keselarasan dengan semua yang diajarkan Alkitab, kita belum memahami ayat yang sedang dipelajari. Sebuah teka-teki yang dinyatakan Alkitab ditemukan dalam banyak ayat dalam Galatia pasal 2 dan 3. Contohnya, Allah menekankan dalam Galatia 3: 2: Hanya ini yang hendak kuketahui dari pada kamu: Adakah kamu telah menerima Roh [apakah kamu telah menerima keselamatan ] karena melakukan hukum Taurat atau karena percaya kepada pemberitaan Injil? Ingatlah bahwa iman merupakan suatu upaya. Tetapi siapakah yang telah melakukan segala karya untuk menyelamatkan kita? Yesuslah yang telah melakukannya. Ia seutuhnya setia kepada seluruh perintah Allah dan Ia telah membawa keselamatan kepada kita. Demikianlah, kita dapat menyatakan Galatia 3:2 dengan cara kita sendiri, seperti berikut, “Apakah kamu telah menerima Roh Kudus atau karena mendengarkan dengan iman (karya yang dilakukan Yesus untuk menyelamatkan kita)?” Itulah sebabnya namaNya ialah Setia (Wahyu 19:11). Ia merupakan intisari dari pekerjaan iman. Dan Galatia 2:16, menyatakan: Kamu tahu, bahwa tidak seorang pun yang dibenarkan oleh karena melakukan hukum Taurat, tetapi hanya oleh karena iman dalam Kristus Yesus. Sebab itu kami pun telah percaya kepada Kristus Yesus, supaya kami dibenarkan oleh karena iman dalam Kristus dan bukan oleh karena melakukan hukum Taurat. Sebab: “tidak ada seorang pun yang dibenarkan” oleh karena melakukan hukum Taurat. Manusia tidak dibenarkan karena melakukan pekerjaan hukum Taurat, tetapi karena iman dan karya Yesus Kristus. Ia setia melakukan segala pekerjaan yang dibutuhkan untuk keselamatan kita.
39
Sering kita dapat lebih memahami ayat-ayat yang menggunakan kata “iman” dengan lebih mudah sewaktu kita menggantikan kata “iman” dengan kata “Kristus”, yang nama-Nya adalah “Setia”. Demikianlah, Efesus 2:8, dapat dipahami seperti berikut: “Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman (Kristus).” Dan Galatia 3:11, dapat dipahami seperti berikut, “Orang yang benar akan hidup oleh iman (Kristus).” Dan Galatia 3:2, akan dipahami sebagai berikut,”Apakah kamu telah menerima Roh Kudus karena melakukan hukum Taurat atau karena mendengarkan dengan iman (atau karena mendengar pemberitaan tentang Kristus, yang adalah Firman Allah)?” Tindakan Memeteraikan Selalu Merupakan Karya Allah Secara kebetulan, suatu pengajaran Alkitab yang sangat salah sedang dilakukan oleh para teolog dan gereja yang mengajarkan bahwa baptisan air memeteraikan seseorang ke dalam perjanjian atau ke dalam kebenaran. Mereka mendasarkan kesimpulan yang salah ini berdasarkan Roma 4:11, di mana kita membaca: Dan tanda sunat itu diterimanya sebagai meterai kebenaran berdasarkan iman yang ditunjukkannya, sebelum ia bersunat. Demikianlah ia dapat menjadi bapa semua orang percaya yang tak bersunat, supaya kebenaran diperhitungkan kepada mereka, Tindakan untuk memeteraikan merupakan sebuah tindakan sah secara hukum yang hanya dapat dilakukan oleh Allah. Contohnya, Allah menguraikan keselamatan dari salah satu umat pilihan-Nya dalam Efesus 1:13, di mana kita membaca: Di dalam Dia kamu juga — karena kamu telah mendengar firman kebenaran, yaitu Injil keselamatanmu — di dalam Dia kamu juga, ketika kamu percaya, dimeteraikan dengan Roh Kudus, yang dijanjikan-Nya itu. Di dalam ayat ini, Allah menunjukkan bahwa mereka telah mendengar Firman Allah (atau iman timbul dari pendengaran), dan mereka mulai mempercayai Alkitab dan mereka percaya (Yunus 3:5), dan karena mereka merupakan umat pilihan Allah dan karena Allah telah membayar lunas dosa-dosa mereka, Allah memeteraikan mereka dengan memberikan mereka Roh Kudus, yang merupakan jaminan bahwa Allah telah menyelamatkan mereka. Demikianlah, Allah mengajarkan kita bahwa tindakan memeteraikan harus dikenali
40
sebagai tindakan Allah yang memberikan sebuah jiwa baru kepada seseorang. Oleh karena itu, kita harus memahami Roma 4:11, sebagai berikut: Dan tanda [mukjizat] sunat [sunat rohani, yang merupakan keselamatan (Ulangan 30:6)] itu diterimanya sebagai meterai [ suatu jaminan] kebenaran berdasarkan iman [Kristus] yang ditunjukkannya, sebelum ia bersunat [sunat jasmani] . . . Dengan pemahaman ini, kita mengetahui bahwa hal tersebut selaras dengan semua yang diajarkan Alkitab tentang keselamatan. Jarang Sekali, Terjemahan Harus Diperbaiki Pada umumnya, kita dapat mempercayai bahwa para penerjemah yang telah menghasilkan Alkitab versi King James, yang merupakan terjemahan yang paling dapat dipercaya di antara semua terjemahan, melakukan pekerjaan yang sangat teliti dalam menerjemahkan dari bahasa asli Ibrani dan Yunani ke dalam bahasa Inggris. Akan tetapi, mereka melakukannya tanpa ilham Allah seperti orang-orang kudus pada zaman dahulu, para juru tulis, yang telah menuliskan Alkitab yang asli langsung dari mulut Allah dan oleh karena itu, para penerjemah dapat saja melakukan beberapa kesalahan. Dan ketika kita mempelajari dengan saksama beberapa ayat yang berhubungan dengan perihal diselamatkan, kita mendapati bahwa, sesungguhnya terjemahan mereka harus dikoreksi. Ingatlah, terjemahannya harus dikoreksi, bukan bahasa Ibrani atau Yunani yang asli. Kenyataannya adalah, di dalam kerinduan kita untuk menyelaraskan seluruh ayat dalam kitab Suci dengan saksama, sebuah masalah yang sangat serius dalam penerjemahan Alkitab telah tersingkap. Biasanya, para penerjemah Alkitab, dan ini terbukti pada penerjemah Alkitab versi King James, sangat tepat dalam upaya mereka untuk setepat mungkin dengan naskah asli Ibrani dari Perjanjian Lama serta naskah asli Yunani dari Perjanjian Baru. Akan tetapi, ada sebagian ayat dalam Alkitab yang kelihatan selaras secara sempurna dalam cara penerjemahannya, tetapi sebenarnya, mereka menghasilkan suatu bencana besar sampai pada tingkatan tertentu berkaitan dengan pesan keselamatan Allah. Ayatayat tersebut berkaitan kepada gagasan tentang bagaimana tindakan menjadi percaya itu berhubungan dengan menerima keselamatan. Perhatikanlah persesuaian yang ada di antara ayat-ayat berikut ini:
41
Kejadian 15:6: Lalu percayalah Abram kepada TUHAN, maka TUHAN memperhitungkan hal itu kepadanya sebagai kebenaran. Roma 4:3: Sebab apakah dikatakan nas Kitab Suci? “Lalu percayalah Abraham kepada Tuhan, dan Tuhan memperhitungkan hal itu kepadanya sebagai kebenaran.” Roma 4:9: Adakah ucapan bahagia ini hanya berlaku bagi orang bersunat saja atau juga bagi orang tak bersunat? Sebab telah kami katakan, bahwa kepada Abraham iman diperhitungkan sebagai kebenaran. Galatia 3:6: Secara itu jugalah Abraham percaya kepada Allah, maka Allah memperhitungkan hal itu kepadanya sebagai kebenaran. Ayat-ayat ini dengan jelas mengajarkan dengan sangat pasti bahwa keselamatan akan diterima seseorang sebagai sebuah hasil dari tindakan orang tersebut untuk percaya kepada Kristus sebagai Juruselamat mereka, dan kesimpulan itu merupakan landasan dari doktrin yang sedang diajarkan sebagai program keselamatan Allah dalam setiap gereja dan denominasi. Setiap saat kita menaati perintah apa pun dari Alkitab, termasuk perintah untuk percaya kepada Kristus, hal tersebut merupakan suatu upaya yang kita lakukan. Tetapi kesimpulan itu merupakan sebuah kesimpulan yang mustahil. Percaya kepada Kristus merupakan sebuah perbuatan yang kita lakukan. Ingatlah, setiap saat kita menaati perintah apa pun dari Alkitab, termasuk perintah untuk percaya kepada Kristus, hal tersebut merupakan suatu upaya yang kita lakukan. Dan seperti yang telah kita pelajari, seluruh karya untuk menyelamatkan seseorang telah dilakukan oleh Kristus. Oleh karena itu, tidak ada upaya yang dapat kita lakukan yang akan memprakarsai atau membantu di dalam cara apa pun untuk memperoleh keselamatan. Percaya ialah memiliki iman, dan Alkitab mengatakan dengan sangat jelas bahwa iman merupakan suatu upaya. Kita membaca dalam 1 Tesalonika 1:3 demikian: Sebab kami selalu mengingat pekerjaan imanmu, usaha kasihmu dan ketekunan pengharapanmu kepada Tuhan kita Yesus Kristus di hadapan Allah dan Bapa kita.
42
Dan 2 Tesalonika 1:11 menyatakan: Karena itu kami senantiasa berdoa juga untuk kamu, supaya Allah kita menganggap kamu layak bagi panggilan-Nya dan dengan kekuatan-Nya menyempurnakan kehendakmu untuk berbuat baik dan menyempurnakan segala pekerjaan imanmu, Kesimpulan bahwa sekadar percaya kepada Kristus akan mendatangkan keselamatan adalah sama sekali tidak mungkin. Jadi, kesimpulan bahwa sekadar percaya kepada Kristus akan mendatangkan keselamatan adalah sama sekali tidak mungkin. Sayangnya, ajaran bahwa tindakan menjadi percaya entah bagaimana akan menolong keselamatan kita menyatakan bahwa hal itu sama dengan suatu rencana keselamatan yang setara dengan upaya yang dilakukan seorang laki-laki yang mengumpulkan potongan kayu api pada Sabat hari ketujuh dalam Bilangan 15, dan yang oleh karena itu, menurut perintah Allah, harus dirajam sampai mati. Ingatlah bahwa Sabat hari ketujuh, ketika tidak ada pekerjaan dalam bentuk apa pun boleh dilakukan, merupakan sebuah gambaran dari prinsip bahwa kita tidak boleh berpikir sejenak pun bahwa upaya apa pun yang kita lakukan dapat membantu kita untuk memperoleh keselamatan. Kita seketika melihat bencana yang telah berkembang secara nyata dalam setiap gereja. Mereka mengajarkan suatu rencana keselamatan yang menempatkan setiap orang yang berpikir bahwa ia telah menerima keselamatan karena ia mulai percaya kepada Kristus pada posisi yang sama seperti laki-laki yang mengumpulkan beberapa potong kayu api pada hari Sabat. Orang itu masih berada di bawah murka Allah. Betapa mengerikannya keadaan yang telah berkembang! Jika demikian, bagaimanakah ayat-ayat ini seharusnya diterjemahkan? Kita akan melihat pada setiap dari ayat itu sambil mempertimbangkan kebenaran bahwa tindakan menjadi percaya merupakan suatu upaya. Apakah Abraham Mempercayai Allah dan Oleh Karena Itu Ia Menerima Keselamatan ? Pertama-tama, kita akan melihat pada Kejadian 15:6, di mana dalam Alkitab versi King James, terjemahannya adalah sebagai berikut:
43
Lalu percayalah Abram kepada TUHAN, maka TUHAN memperhitungkan hal itu kepadanya sebagai kebenaran. Ayat ini tampaknya meyakinkan kita bahwa iman Abraham telah diperhitungkan atau dianggap sebagai kebenaran, yaitu karena ia telah percaya, Allah menyelamatkan dia. Tindakan menjadi percaya merupakan suatu upaya yang kita lakukan, dan upaya kita tidak pernah dapat menjadi bagian dari keselamatan kita. Tetapi seperti yang telah kita pelajari, kesimpulan itu adalah mustahil karena tindakan menjadi percaya merupakan suatu upaya yang kita lakukan, dan upaya kita tidak pernah dapat menjadi bagian dari keselamatan kita. Konteks di mana ayat ini ditemukan memberitahukan kita bahwa tindakan Abraham untuk percaya merupakan tindakan menjadi percaya dari seseorang yang telah menerima keselamatan. Kita harus ingat bahwa ketika Allah telah menyelamatkan kita, kita akan melakukan perbuatan-perbuatan baik, tetapi dalam cara apa pun perbuatan-perbuatan baik itu, yang meliputi tindakan menjadi percaya, tidak membantu kita untuk menerima keselamatan. Tindakan-tindakan tersebut selalu merupakan hasil setelah kita menerima keselamatan. Kita seharusnya menyadari kenyataan bahwa dalam bahasa Ibrani, kata sambung “dan” kadang-kadang juga diterjemahkan sebagai kata “karena”. Oleh karena itu, di dalam ayat ini, kata sambung “dan” seharusnya diterjemahkan dengan kata “karena”. Masalah kedua ialah dengan pemahaman atas kata ganti “hal itu”. Kata ganti “hal itu” telah diterjemahkan dengan benar, tetapi apa yang dirujuk oleh kata ganti tersebut? Apakah kata ganti “hal itu” merujuk kepada iman Abraham? Tidak mungkin karena dua alasan utama. Alasan yang pertama adalah bahwa iman Abraham tidak pernah dapat diperhitungkan sebagai kebenaran. Alasan utama kedua adalah bahwa dalam konteks ini, kata ganti “hal itu” secara tata bahasa merupakan sebuah kata tunggal jenis perempuan, yaitu kata tersebut merujuk kepada sebuah kata benda yang secara tata bahasa menunjuk kepada gender perempuan. Kata benda “iman” adalah sebuah kata benda jenis laki-laki. Oleh karena itu, secara tata bahasa, kata ganti tersebut tidak dapat merujuk kepada iman Abraham. Di pihak lain, kata “kebenaran” adalah sebuah kata benda jenis perempuan, dan kata tersebut cocok dengan sempurna ke dalam
44
ayat ini. Oleh karena itu, kita seharusnya memahami Kejadian 15:6, sebagai berikut: Lalu percayalah Abram kepada TUHAN [Yehovah]; karena [bukan “maka”] TUHAN telah memperhitungkan hal itu [kebenaran Allah] kepadanya [Abraham] sebagai kebenaran [keselamatan Abraham]. Hal yang serupa terjadi di dalam Roma 4:3, Galatia 3:6, dan Yakobus 2:23, di mana terjemahan versi King James mengatakan, “Lalu percayalah Abraham kepada Allah, maka Allah memperhitungkan hal itu kepadanya sebagai kebenaran.” Seperti yang telah diterjemahkan, ayat-ayat ini tampaknya mengajarkan bahwa iman Abraham merupakan penyebab atau cara atau alat melalui mana Allah menyelamatkan dia. Akan tetapi, seperti yang telah kita nyatakan berulang kali, hal itu mustahil. Oleh karena itu, kita harus memastikan bahwa ayat-ayat ini diterjemahkan secara tepat. Ada dua kata di dalam terjemahannya yang seharusnya dikoreksi supaya ayat ini selaras dengan prinsip Alkitab yang menyatakan bahwa Allah melakukan seluruh karya keselamatan. Sekali lagi, kata pertama yang seharusnya diubah adalah kata sambung “maka”. Kata tersebut seharusnya telah diterjemahkan sebagai kata “karena”. Bahkan sama seperti dalam bahasa Ibrani, kata Yunani yang diterjemahkan sebagai kata “dan” juga sewaktuwaktu telah diterjemahkan sebagai kata “karena”. Kata kedua yang perlu dikoreksi adalah kata ganti yang diterjemahkan dengan ungkapan “hal itu”. Secara tata bahasa, kata tersebut merupakan kata ganti orang ketiga tunggal. Dalam konteks ini ungkapan “hal itu” seharusnya diterjemahkan sebagai kata ganti “ia”. Demikianlah, sekali lagi kita ulangi, Roma 4:3, Galatia 3:6, dan Yakobus 2:23 seharusnya diterjemahkan, “Lalu percayalah Abraham kepada Allah (ia menerima keselamatan), karena Allah memperhitungkan tindakannya (Abraham) sebagai kebenaran (keselamatan Abraham).” Ketika Kita Mempercayai Kristus, Ia Mungkin Menyelamatkan Kita Sekarang setelah kita mempelajari bahwa seluruh karya keselamatan dilakukan Yesus Juruselamat kita, dan bahwa dalam kondisi apa pun kita harus percaya bahwa upaya apa pun yang kita lakukan sangat sedikit perannya kepada keselamatan kita, kita dapat memahami dengan lebih baik beberapa ayat yang tampaknya mengajarkan sebaliknya. Misalnya, dalam Galatia 2:16, Allah menyatakan:
45
Kamu tahu, bahwa tidak seorang pun yang dibenarkan oleh karena melakukan hukum Taurat, tetapi hanya oleh karena iman dalam Kristus Yesus. Sebab itu kami pun telah percaya kepada Kristus Yesus, supaya kami dibenarkan oleh karena iman dalam Kristus dan bukan oleh karena melakukan hukum Taurat. Sebab: “tidak ada seorang pun yang dibenarkan” oleh karena melakukan hukum Taurat. Bagian pertama dari ayat ini cukup jelas. Kita tidak diselamatkan dengan menaati perintah apa pun dalam Alkitab (yaitu, dengan memelihara hukum Taurat), tetapi melalui iman (upaya iman), yang telah dilakukan Yesus untuk menyelamatkan umat pilihan-Nya. Namun bagian kedua dari ayat ini dapat dengan mudah disalahpahami. Ayat itu tampaknya mengajarkan bahwa jika kita telah percaya kepada Kristus, maka Allah akan membenarkan (menyelamatkan) kita. Kesalahpahaman ini mungkin terjadi walaupun Allah mengulangi pada bagian terakhir dari ayat itu, “Tidak ada seorang pun yang dibenarkan oleh karena melakukan hukum Taurat.” Dan menjadi percaya adalah melakukan hukum Taurat. Karena menjadi percaya adalah melakukan hukum Taurat, kalau demikian halnya, bagaimana kita memahami ungkapan, “Kami pun telah percaya kepada Kristus Yesus supaya kami dibenarkan”? Menurut tata bahasa Yunani, ungkapan “supaya dibenarkan” ada di dalam bentuk pengandaian pasif. Dalam bahasa Yunani, sebuah kata kerja pengandaian dapat digunakan dengan cara sama seperti yang digunakan dalam bahasa Inggris. Bentuk kata tersebut menyatakan sebuah maksud dengan sebuah kemungkinan bahwa hal itu bisa saja terjadi. Banyak kata kerja pengandaian dalam bahasa Yunani dalam Alkitab digunakan seperti itu. Akan tetapi, dalam bahasa Yunani, bentuk pengandaian ini juga digunakan untuk menyatakan tujuan atau perintah. Misalnya, kata kerja semacam ini biasanya digunakan dalam Perjanjian Baru untuk menyatakan bahwa sebuah nubuat dari Perjanjian Lama telah digenapi. Demikianlah kita membaca ungkapan “supaya genaplah” firman (Matius 4:14, 8:17, 12:17). Kata kerja “supaya genaplah” merupakan sebuah kata kerja pengandaian. Di dalam contoh-contoh tersebut, tidak ada keragu-raguan atau ketidakpastian ditunjukkan melalui penggunaan dari sebuah kata kerja pengandaian. Nubuatnya telah digenapi. Ketika kita kembali pada Galatia 2:16, kita tahu bahwa karena menjadi percaya merupakan upaya yang kita lakukan, maka tindakan kita untuk menjadi percaya itu tidak pernah dapat menjamin keselamatan. Tindakan kita untuk menjadi percaya mungkin
46
membuat kita berupaya menaati perintah-perintah Alkitab untuk menerima keselamatan, berdoa, bertobat dan sebagainya, tetapi kita tahu bahwa keselamatan kita tergantung sepenuhnya pada Allah dan apakah Ia sudah memilih kita untuk diselamatkan dan membayar lunas dosa-dosa kita. Keselamatan kita bergantung sepenuhnya pada Allah dan apakah Ia sudah memilih kita untuk diselamatkan dan membayar lunas dosa-dosa kita. Oleh karena itu, kata kerja pengandaian “supaya dibenarkan” harus dipahami bahwa pembenaran (keselamatan) merupakan suatu kemungkinan, tetapi sama sekali bukan suatu jaminan bagi mereka yang menjadi percaya kepada Dia. Orang Niniwe dalam Yunus pasal 3 benar-benar percaya bahwa Allah akan membinasakan mereka dalam waktu 40 hari. Oleh karena itu, mereka menaati perintah Allah untuk bertobat (Yunus 3:8-10). Namun mereka sepenuhnya menyadari bahwa mereka tidak tahu apakah Allah akan berbelas kasihan pada mereka atau tidak. Mungkin, Allah akan menyelamatkan mereka. Ada sebuah kemungkinan bahwa mereka akan diselamatkan dari kebinasaan. Demikianlah, Galatia 2:16 mengajarkan bahwa sewaktu kita, yaitu sebagai orang-orang yang belum diselamatkan mempercayai hukum Allah, Allah mungkin akan menyelamatkan sebagian dari kita. Ingatlah, kebenaran yang sama ini, bahwa tidak seorang pun dapat mengetahui apakah ia tercakup ke dalam salah satu dari umat pilihan Allah sampai setelah ia menerima keselamatan, ditekankan di dalam Yoel 2:13-14 demikian: Koyakkanlah hatimu dan jangan pakaianmu, berbaliklah kepada TUHAN, Allahmu, sebab Ia pengasih dan penyayang, panjang sabar dan berlimpah kasih setia, dan Ia menyesal karena hukumanNya. Siapa tahu, mungkin Ia mau berbalik dan menyesal, dan ditinggalkan-Nya berkat, menjadi korban sajian dan korban curahan bagi TUHAN, Allahmu. Hal itu juga telah ditekankan dalam Zefanya 2:3: Carilah TUHAN, hai semua orang yang rendah hati di negeri, yang melakukan hukum-Nya; carilah keadilan, carilah kerendahan hati; mungkin kamu akan terlindung pada hari kemurkaan TUHAN .
47
Secara kebetulan, dalam ayat-ayat seperti 2 Korintus 2:4 dan 2 Korintus 11:7, Allah menggunakan sebuah kata kerja pengandaian yang secara tata bahasa telah disusun sama seperti kata kerja “supaya dibenarkan” yang kita temukan dalam Galatia 2:16. Dan dalam 2 Korintus 2:4, kata kerjanya diterjemahkan “supaya bersedih hati”, dan dalam 2 Korintus 11:7, kata kerjanya diterjemahkan “untuk meninggikan”. Di dalam kedua ayat tersebut, konteksnya menyatakan bahwa kata kerjanya digunakan untuk menyatakan suatu kemungkinan ketimbang suatu kepastian. Kebingungan di dalam Memahami Kata “Menjadi Percaya” Satu pelajaran besar yang kita pelajari adalah bahwa Allah tidak membuat program keselamatan-Nya mudah untuk dipahami. Allah telah menaruh kata kerja “percaya” dan kata benda “iman” di dalam sejumlah besar ayat, dan hanya dengan mengikuti peraturanperaturan yang dibuat Allah dengan membandingkan ayat Kitab Suci dengan ayat Kitab Suci lainnya dengan sangat saksama, dan dengan mencari hikmat Allah, kita dapat mulai menyelaraskan ayatayat yang sulit itu. Allah tidak membuat program keselamatan-Nya mudah untuk dipahami. Beberapa prinsip tentang menjadi percaya yang sangat menonjol adalah sebagai berikut: 1. Kata kerja “percaya” dan kata benda “iman” harus selalu dikenali sebagai upaya yang sedang dilakukan. Hal ini dikarenakan Yesus telah melakukan segala karya yang dibutuhkan untuk menyelamatkan umat pilihan dan karena namanya adalah “Setia” ( Wahyu 19:11). Kristus merupakan intisari dari iman. 2. Sewaktu seseorang menjadi percaya, sampai pada tingkatan apa pun, tindakan untuk menjadi percaya tidak pernah dapat menjadi bagian dari upaya yang dibutuhkan untuk memperoleh keselamatannya. Ketika ia menjadi percaya, itu mungkin disebabkan hati nuraninya membuatnya menjadi percaya atau barangkali Allah sedang bekerja di dalam dia. Akan tetapi, tidak ada jalan yang diketahuinya yang kemungkinannya benar karena kecuali ia menerima keselamatan, hatinya sangat jahat dan ia tidak dapat percaya dengan sepenuh hatinya.
48
3. Ketika seseorang menjadi percaya, setelah ia menerima keselamatan, itu juga merupakan upaya yang dilakukannya. Akan tetapi, tindakannya untuk menjadi percaya dengan sepenuh hatinya terjadi karena pada saat Allah menyelamatkan dia, ia telah diberi sebuah hati yang baru. Menjadi percaya dengan segenap hatinya (setelah menerima keselamatan), berarti bahwa keselamatannya akan menjadi utuh sepenuhnya pada akhir zaman ketika kepadanya diberikan tubuh rohani dan kebangkitan yang kekal. Hal ini terjadi demikian karena upaya yang dilakukan Kristus untuk menyelamatkan kita telah selesai dan menjamin keselamatan dari seluruh kepribadian kita. Oleh karena itu, penggunaan Alkitab atas kata-kata “menjadi percaya” dan “iman”, sewaktu diterapkan pada pekerjaan siapa pun, tidak pernah dapat dihubungkan dalam jalan apa pun dengan sebuah metode atau cara atau alat yang dapat kita prakarsai atau membantu kita dalam proses menerima keselamatan. 4. Program keselamatan apa pun yang tidak mengikuti prinsip-prinsip itu pada hakikatnya akan menempatkan orang itu yang berupaya untuk mengikuti bahwa program keselamatan itu berada dalam kedudukan yang sama seperti laki-laki yang telah mengumpulkan kayu api pada hari Sabat (Bilangan 15). Ia akan dihukum mati. Satu-satunya jalan untuk menghindari akhir yang mengerikan dari hidupnya ialah dengan berpaling dari program keselamatan buatan manusia dan menanti pada Allah untuk melakukan seluruh pekerjaan dalam menyelamatkan dia, jika Allah memang bermaksud untuk menyelamatkan dia. Iblis Datang sebagai Malaikat Terang Sekarang setelah kita pelajari dari Alkitab, mengenai akibatakibat yang menakutkan karena mempercayai program keselamatan apa pun kecuali program keselamatan yang diberikan dalam Alkitab, kita seharusnya menjadi sangat berhati-hati tentang siapa yang mengajar kita. Ini adalah gelanggang di mana Iblis dapat datang sebagai malaikat terang dan pelayan-pelayannya menyamar sebagai pelayan-pelayan kebenaran (2 Korintus 11:13-15). Ada banyak pengkhotbah dan penginjil yang sangat dihormati oleh karena kesetiaan mereka kepada ajaran Alkitab. Mereka sangat dipuji, dan mereka memiliki martabat yang sangat baik sebagai hamba-hamba Allah. Dan mereka mengajarkan bahwa Alkitab merupakan Firman Allah yang tak mungkin salah. Khotbahkhotbah mereka disampaikan langsung dari Alkitab. Dan kemudian, sehubungan dengan pentingnya keselamatan dan berkat-berkat yang datang bersamaan dengan keselamatan, mereka mengatakan, “Anda
49
juga, dapat menerima keselamatan malam ini. Percayalah kepada Yesus sebagai Anak Allah dan terimalah Dia sebagai Juruselamat Anda.” Mereka menyatakan hal-hal ini sebagai dorongan melalui suatu cara yang penuh kasih dan perhatian. Tampaknya ada berbagai macam bukti bahwa mereka merupakan hamba-hamba Allah yang sejati. Bukankah mereka berkhotbah di dalam nama Allah langsung dari Alkitab? Akan tetapi mereka telah dikelabui untuk mengikuti sebuah program keselamatan yang dipastikan akan membinasakan mereka Dan program keselamatan yang mereka tawarkan tampak begitu indah karena orang-orang berpikir bahwa, “Saya juga, saat ini, dapat mengetahui bahwa dosa-dosa saya telah diampuni, dan posisi saya aman secara kekal di dalam Kristus.” Jadi orang-orang mempercayai guru-guru Alkitab itu dan mengikuti arahan mereka menjadi yakin bahwa keadaan mereka aman secara kekal di dalam Kristus. Mereka telah ditipu dengan mengikuti sebuah program keselamatan yang pasti akan membinasakan mereka. Mereka telah dikelabui untuk mempercayai sebuah injil palsu. Dan sangat disayangkan, nasib mereka serupa dengan laki-laki yang telah mengumpulkan beberapa potong kayu api pada hari Sabat. Dalam 2 Korintus 11:14, Allah memperingatkan bahwa Iblis biasa datang sebagai malaikat terang. Kristus adalah utusan terang yang sejati. Tetapi Iblis, melalui para pelayan kebenarannya, tampak mirip seperti Kristus. Para pelayan ini adalah kristus-kristus gadungan, kristus-kristus palsu. Mereka benar-benar percaya bahwa mereka sedang melayani Kristus, akan tetapi pada kenyataan, tuan mereka adalah antikristus, yaitu Iblis. Jenis khotbah yang mereka sampaikan, yang memiliki ciri khas seperti dari begitu banyak guru Alkitab yang sangat dihormati, dapat ditemukan di mana-mana. Akan tetapi di dalam setiap kasus, ada suatu pelanggaran besar terhadap fakta bahwa Kristus telah melakukan segala karya yang dibutuhkan untuk menyelamatkan seseorang, lama sebelum orang itu dilahirkan, Kristus telah membayar lunas dosa-dosanya. Sesungguhnya, ini adalah yang diajarkan Alkitab, dan adalah suatu keharusan bahwa kita mendengarkan kepada seluruh ajaran Alkitab dan menyadari bahwa semua kemuliaan bagi keselamatan kita hanya ditujukan kepada Kristus dan tidak satu pun tersisa bagi diri kita sendiri.
50
Pengkhotbah dan penginjil itu benar-benar percaya bahwa mereka adalah para pelayan Kristus yang berwenang dan setia, akan tetapi kenyataannya mereka adalah “pelayan-pelayan kebenaran” yang sedang digunakan Iblis (2 Korintus 11:15). Mereka datang di dalam nama Kristus, tetapi sebenarnya, mereka adalah para pelayan Iblis yang datang sebagai malaikat terang (2 Korintus 11:14). Di dalam rencana keselamatan mereka yang mengajarkan bahwa “kita bisa melakukannya sendiri,” mereka sedang membawa sebuah dusta yang sangat besar karena majikan mereka, Iblis, adalah Bapa dari segala dusta (Yohanes 8:44). Betapa mengerikannya! Renungkanlah semua orang yang dikasihi ini yang mendengarkan dan mempercayai mereka, dan sewaktu mereka menerima dusta-dusta itu sebagai kebenaran, mereka sedang dikunci untuk masuk ke dalam sebuah jalan yang tak berpengharapan. Jadi, tolong perhatikan, hal ini sangat penting. Mungkin selama bertahun-tahun Anda percaya bahwa Anda telah diselamatkan karena kepada Anda telah diajarkan bahwa jika Anda “menerima” Yesus sebagai Juruselamat Anda, Anda selamat. Mungkin Anda melayani sebagai seorang anggota dari gereja Anda yang telah mengakui dosadosa Anda, dan demikianlah selama bertahun-tahun, Anda merasa yakin bahwa Anda aman di dalam tangan Kristus. Dan sekarang, diperhadapkan dengan kecemasan yang tibatiba menyelimuti, Anda mendapati bahwa Anda berada dalam keadaan yang sama seperti laki-laki yang telah mengumpulkan beberapa potong kayu api pada hari Sabat. Anda masih berada di bawah murka Allah, sambil menantikan saat kebinasaan Anda. Hal tersebut bahkan lebih buruk lagi jika Anda telah menjadi seorang guru Alkitab dan telah mengajarkan banyak orang, dan menjebak mereka ke dalam rencana keselamatan sama di mana Anda dapat “melakukannya sendiri”, dan menuntun mereka kepada kebinasaan mereka. Dan demikianlah, pertanyaan-pertanyaan ini tampaknya tidak akan meninggalkan Anda: “Apakah ada harapan apa pun bagi saya? Mungkinkah Allah akan mengampuni seluruh dosa saya dan menyelamatkan saya juga?” Jawaban dari Alkitab adalah, Kristus datang bagi orangorang berdosa. Anda memiliki jumlah harapan keselamatan yang sama seperti orang lain yang belum diselamatkan. Anda juga, seharusnya bertobat atas dosa karena mengikuti ajaran injil yang salah, dan berdoa, dan berharap bahwa mungkin Allah di dalam belas kasihanNya yang besar telah memilih Anda untuk menerima keselamatan. Hal yang mengherankan, program-program keselamatan yang dapat Anda “lakukan sendiri” itu pada hakikatnya ada dalam
51
setiap jemaat. Bagaimana mungkin? Masalahnya adalah bahwa gerejagereja itu tidak menggunakan ajaran Alkitab secara keseluruhan, dan mereka tidak mengikuti pengajaran Alkitab dengan saksama dengan membandingkan ayat Kitab Suci dengan ayat Kitab Suci yang lain. Lagi pula, mereka tidak dapat memahami pesan utama dari Alkitab sampai kita menemukan ajaran rohani yang diberikan dalam pernyataan-pernyataan bersejarah tersebut. Dengan kata lain, mereka memiliki hermeneutik yang salah atau metode penafsiran Alkitab yang salah (Markus 4:33-34). Akan tetapi, ada sebuah alasan praktis mengapa injil-injil yang salah itu, program-program keselamatan yang tidak alkitabiah itu, begitu kuat hadir di antara gereja-gereja. Dapatkah Gereja-gereja Terus Dijaga Kemurniannya? Setiap jemaat telah jatuh ke dalam sebuah perangkap, dan hal itulah yang telah terjadi. Para pemimpin rohani dari jemaat-jemaat itu barangkali memiliki sebuah hasrat yang baik untuk memelihara gereja semurni mungkin, dan dengan demikian mereka bermaksud agar hanya memiliki orang-orang yang benar-benar telah diselamatkan sebagai anggota-anggota gereja mereka. Untuk membantu mereka dalam upaya ini, setiap gereja atau denominasi telah menetapkan sebuah kerangka, sebuah metode, atau sebuah rencana yang mereka harapkan dapat mencapai sasaran ini. Kerangka atau rencana itu bisa sama sederhananya seperti sebuah persyaratan bahwa calon anggota membuat suatu pengakuan iman, atau mengaku bahwa ia percaya kepada Kristus sebagai Juruselamatnya. Akan tetapi, biasanya para pemimpin gereja juga menetapkan orang tersebut harus dibaptiskan di dalam air dan berjanji bahwa sebagai seorang anggota dari jemaat itu, ia akan mengikuti dengan setia seluruh ajaran gereja itu. Mereka mengembangkan suatu kerangka atau sebuah prosedur yang harus ditaati untuk menjamin keselamatan,tetapi sesungguhnya membuahkan hasil yang berlawanan. Sayangnya, kerangka atau sistem yang telah diadaptasi oleh organisasi gereja-gereja tidak mencakup sebuah prinsip dasar Alkitab, yaitu ketika kita menaati perintah Allah apa pun dan percaya bahwa ketaatan kepada Allah akan membantu proses keselamatan kita, maka kita sama seperti laki-laki yang telah mengumpulkan beberapa potong kayu api pada hari Sabat (Bilangan 15). Kita masih berada di bawah murka Allah. Jadi, tindakan mereka dalam
52
mengembangkan sebuah kerangka atau sebuah prosedur yang mereka tetapkan yang harus diikuti untuk memastikan keselamatan sesungguhnya membuahkan hasil yang berlawanan. Hal tersebut membantu orang-orang itu agar tetap berada dalam keadaan belum selamat. Keadaan yang menyedihkan ini membantu untuk menjelaskan kenyataan bahwa dewasa ini, hampir dalam setiap gereja, sebagian besar orang tidak menaruh perhatian terhadap peringatan bahwa sekarang Iblis sedang berkuasa dalam gereja-gereja dan bahwa mereka harus keluar dari gereja-gereja itu supaya secara rohani mereka tidak melayani Iblis di situ. Dan mereka juga tidak menaruh perhatian terhadap peringatan serius bahwa akhir zaman sudah hampir tiba. (Untuk memperoleh lebih banyak keterangan tentang pokok-pokok pembicaraan ini, silakan hubungi Stasiun Radio Keluarga dan memesan secara cuma-cuma buku berjudul: Kita Sudah Hampir Tiba di Sana, Waktu Memiliki Sebuah Akhir, Akhir dari Zaman Gereja dan Sesudahnya, serta Gandum dan Lalang.) Meskipun bentuk rencana keselamatan atau rencana keselamatan yang tidak alkitabiah, itu sudah lazim ada dalam gerejagereja, sejumlah kecil orang sepanjang zaman gereja telah menerima keselamatan. Mereka barangkali memiliki sangat sedikit atau cukup banyak pemahaman tentang ajaran-ajaran dari gereja itu, tetapi Allah menyelamatkan mereka karena mereka telah dipilih untuk menerima keselamatan. Mereka telah mendengarkan ajaran Alkitab, dan Allah menyelamatkan mereka. Demikianlah, mereka memiliki sebuah hasrat yang kuat, dan berkelanjutan untuk menaati seluruh ajaran Alkitab. Hal itu bisa terjadi demikian walaupun pengetahuan mereka akan Alkitab mungkin sangat sedikit. Kita harus mengajarkan bahwa umat manusia yang belum diselamatkan seharusnya berupaya untuk menaati hukum-hukum Allah sambil berharap dan berdoa bahwa mereka juga dapat dimasukkan di dalam rencana keselamatan Allah. Gereja-gereja telah gagal untuk memahami bahwa tidak ada bentuk atau rencana yang telah dikembangkan manusia, walaupun hal itu diikuti dengan penuh perhatian, yang dapat menjamin seseorang akan keselamatannya dan kegagalan mereka seharusnya menjadi sebuah peringatan yang sangat besar bagi kita. Sementara kita memberitakan Injil kepada dunia, kita tidak pernah boleh menyajikan suatu rencana atau kerangka buatan manusia dan berkata bahwa jika rencana ini diikuti dengan saksama, maka hal itu akan menjamin keselamatan. Kita harus mengajarkan bahwa umat manusia
53
yang belum selamat seharusnya berupaya untuk menaati hukumhukum Allah sambil berharap dan berdoa bahwa mereka juga, dapat dimasukkan ke dalam rencana keselamatan Allah. Sebuah Perubahan Yang Besar Sekarang, pertanyaan yang harus diajukan ialah: Bagaimana keselamatan mempengaruhi kehidupan seseorang? Dan apakah artinya dengan dilahirkan kembali? Ingatlah, sebelum seseorang diselamatkan, dalam seluruh kepribadiannya, keadaannya tepat sama seperti semua orang yang tidak dipilih yang tidak akan pernah menerima keselamatan. Baik dalam tubuh maupun jiwanya, ia masih memiliki nafsu terhadap dosa dan dalam keadaan memberontak melawan Allah. Tetapi sekarang, ketika ia telah diselamatkan, kepadanya telah diberikan sebuah jiwa baru yang sudah mengalami kebangkitan. Dalam bagian dari kepribadiannya, ia menjadi seorang makhluk ciptaan baru di dalam Kristus. Ketika ia dilahirkan secara jasmani, ia adalah seorang bayi dengan sebuah kepribadian yang terdiri dari sebuah tubuh dan sebuah jiwa. Pada saat ia menerima keselamatan, ia dilahirkan kembali, yaitu kepadanya diberikan sebuah jiwa yang baru. Itu merupakan sebuah mukjizat yang tidak dapat dipahami dengan pikiran manusia, dan tidak ada bukti jasmani dari perubahan ini. Akan tetapi, hasil dari perubahan jiwanya yang ajaib itu dapat disaksikan, yaitu sebuah jiwa yang sama sekali baru di dalam tubuh seseorang yang belum diubah akan berdampak serius dalam kehidupannya dan mengubah perilakunya. Hal ini dibuktikan melalui pernyataan Allah dalam 1 Yohanes 3:9, di mana Ia berkata: Setiap orang yang lahir dari Allah, tidak berbuat dosa lagi; sebab benih ilahi tetap ada di dalam dia dan ia tidak dapat berbuat dosa, karena ia lahir dari Allah. Allah mengajarkan kita bahwa pada saat menerima keselamatan, sebuah perubahan besar terjadi dalam kepribadian orang yang diselamatkan itu. Dalam ayat ini, Allah mengajarkan kita bahwa pada saat menerima keselamatan, suatu perubahan yang besar terjadi dalam kepribadian orang yang diselamatkan itu. Di dalam jiwa baru yang
54
sudah mengalami kebangkitan, ia tidak dapat berbuat dosa. Karena dosa merupakan suatu pelanggaran terhadap hukum Allah, itu berarti bahwa di dalam jiwa yang merupakan bagian dari kepribadiannya, ia tidak dapat memprakarsai dosa. Itu berarti bahwa di dalam jiwa yang merupakan bagian dari kepribadiannya, ia mengasihi Allah dan hukum-hukum Allah. Hal itu berarti bahwa ia memiliki sebuah hasrat yang sangat besar dan berkelanjutan untuk menaati semua perintah Alkitab. Itu berarti bahwa di dalam jiwanya yang baru yang sudah mengalami kebangkitan, ia sekarang hidup secara rohani. Karena Allah telah melakukan segala sesuatu untuk melaksanakan program keselamatannya (memilih dia, membayar lunas dosa-dosanya, dan memberi dia sebuah roh baru yang sudah mengalami kebangkitan, yang semuanya penting bagi keselamatan dari seluruh umat pilihan), orang itu dapat memiliki kepastian bahwa ia tidak akan pernah kehilangan keselamatannya. Benih yang tinggal di dalam dirinya adalah Kristus (Galatia 3:16). Sekali ia menerima keselamatan, ia memiliki keselamatan yang kekal. Allah telah melaksanakan segala sesuatu yang dibutuhkan untuk memberikan dia hidup yang kekal. Oleh karena itu, seorang percaya yang sejati tidak pernah dapat kehilangan keselamatannya. Alkitab mengatakan tidak ada dosa, atau apa pun juga, yang dapat memisahkan seorang percaya yang sejati dari kasih Allah (Roma 8:35-39). Orang Yang Diselamatkan Hidup dalam Sebuah Tubuh Yang Belum Diselamatkan Walaupun telah menerima jiwa baru yang sudah mengalami kebangkitan, orang percaya itu masih harus hidup di dalam tubuh lamanya yang belum diubahkan seutuhnya pada saat keselamatan. Oleh karena itu, ia telah memiliki sebuah kepribadian dengan dua hasrat yang saling berlawanan. Di satu pihak, ia selalu ingin menaati hukum-hukum Allah, dan di pihak lain, ia masih memiliki nafsu terhadap dosa. Allah menjelaskan keadaan yang janggal ini ketika Rasul Paulus, di bawah pengilhaman Roh Kudus, menyatakan dalam Kitab Roma 7:21-24: Demikianlah aku dapati hukum ini: jika aku menghendaki berbuat apa yang baik, yang jahat itu ada padaku. Sebab di dalam batinku [yaitu jiwaku] aku suka akan hukum Allah, tetapi di dalam anggota-anggota tubuhku aku melihat hukum lain yang berjuang melawan hukum akal budiku dan membuat aku menjadi tawanan hukum dosa yang ada di dalam anggota-anggota tubuhku. Aku, manusia celaka! Siapakah yang akan melepaskan aku dari tubuh maut ini?
55
Ingin dibebaskan dari tubuh kita yang berdosa merupakan sebuah hasrat yang berkelanjutan dari setiap orang percaya yang sejati. Akan tetapi, tarik menarik yang terjadi di dalam kepribadian yang sudah diselamatkan tidaklah statis. Akan ada kemajuan menuju pada suatu kehidupan yang semakin berkemenangan bagi orang-orang yang telah memiliki jiwa baru yang sudah mengalami kebangkitan (2 Petrus 3:18). Hal ini terjadi karena selain fakta bahwa ia telah diberi sebuah roh baru yang sudah mengalami kebangkitan, suatu peristiwa lain yang menakjubkan terjadi dalam kepribadian orang tersebut pada saat ia menerima keselamatan, yaitu Allah Roh Kudus mulai bersemayam di dalam diri orang tersebut. Kita membaca dalam Roma 8:9 bahwa jika kita tidak memiliki Roh Kristus, maka kita “bukan milik Kristus”. Kita tidak memahami bagaimana Allah Yang Mahakuasa dapat bersemayam di dalam diri seseorang yang sudah diselamatkan. Kita harus mengakui bahwa hal itu sama sekali penuh misteri bagi kita. Tetapi karena kita mempercayai Alkitab sepenuhnya, kita tahu bahwa hal itu merupakan sebuah kenyataan, misterius tetapi juga benar. Kehadiran yang menetap di dalam kehidupan dan kepribadian orang yang telah diselamatkan lebih merangsangnya untuk menaati Allah, dan ia hanya menginginkan hal-hal yang berkenan kepada Allah. Orang yang diselamatkan telah dibebaskan dari kuasa Iblis, dan ia telah menjadi seorang warganegara yang kekal dari ke rajaan Kristus. Selain itu, orang yang diselamatkan telah dibebaskan dari kuasa Iblis, ia telah menjadi seorang warganegara yang kekal dari kerajaan Kristus. Allah memberi tahu kita tentang hal ini di dalam kitab Kolose 1:12-13, di mana kita membaca: Dan mengucap syukur dengan sukacita kepada Bapa, yang melayakkan kamu untuk mendapat bagian dalam apa yang ditentukan untuk orang-orang kudus di dalam kerajaan terang. Ia telah melepaskan kita dari kuasa kegelapan dan memindahkan kita ke dalam Kerajaan Anak-Nya yang kekasih; Dalam Filipi 3:20, kita membaca bahwa “kewargaan” kita ada di dalam surga. Hal ini berlaku untuk setiap orang yang telah menerima keselamatan.
56
Hasrat-hasrat dari Orang Yang Diselamatkan Pada saat keselamatan, banyak faktor bekerja di dalam kehidupan orang percaya yang mengakibatkan suatu perubahan yang sangat menentukan dan penting dalam perilaku dan kehendaknya. Ia akan memahami dan mengenali pernyataanpernyataan seperti yang ditemukan dalam Mazmur 119 dan di tempat-tempat lainnya dalam Alkitab. Berikut adalah beberapa contoh dari gaya bahasa yang indah yang ditemukan di dalam kitab Mazmur 119 yang memperlihatkan kasih dan rasa hormat orang-orang percaya yang sejati terhadap Alkitab. Ayat 10: Dengan segenap hatiku aku mencari Engkau, janganlah biarkan aku menyimpang dari perintah-perintah-Mu. Ayat 11: Dalam hatiku aku menyimpan janji-Mu, supaya aku jangan berdosa terhadap Engkau. Ayat 16: Aku akan bergemar dalam ketetapan-ketetapan-Mu; firman-Mu tidak akan kulupakan. Ayat 24: Ya, peringatan-peringatan-Mu menjadi kegemaranku, menjadi penasihat-penasihatku. Ayat 47: Aku hendak bergemar dalam perintah-perintah-Mu yang kucintai itu. Ayat 77: Biarlah rahmat-Mu sampai kepadaku, supaya aku hidup, sebab Taurat-Mu adalah kegemaranku. Ayat 97: Betapa kucintai Taurat-Mu! Aku merenungkannya sepanjang hari. Pernyataan-pernyataan seperti itu dapat ditemukan sepanjang Alkitab. Siapa pun yang telah benar-benar menerima keselamatan akan semakin mengalami hasrat serta motivasi tersebut di dalam hidupnya. Demikianlah, ia akan mengenali kebenaran yang diungkapkan dalam kitab 1 Yohanes 2:3-5, di mana kita membaca: Dan inilah tandanya, bahwa kita mengenal Allah, yaitu jikalau kita menuruti perintah-perintah-Nya. Barangsiapa berkata: Aku mengenal Dia, tetapi ia tidak menuruti perintah-Nya, ia adalah seorang pendusta dan di dalamnya tidak ada kebenaran. Tetapi barangsiapa menuruti firman-Nya, di dalam orang itu sungguh
57
sudah sempurna kasih Allah; dengan itulah kita ketahui, bahwa kita ada di dalam Dia. Orang percaya yang sejati mengetahui bahwa perintahperintah Allah mencakup seluruh isi Alkitab. Ia juga tahu perasaan menakutkan yang dimilikinya ketika ia mengizinkan hasrat-hasrat yang penuh nafsu dari tubuhnya sehingga menyebabkan dia berbuat dosa. Ia berempati dengan hamba Allah yang sejati, Daud, yang telah jatuh ke dalam dosa yang berat. Dan kemudian Daud, di bawah pengilhaman Roh Kudus, telah mencatat penyesalannya dengan sepenuh hati, yang kita baca di dalam kitab Mazmur 51. Rasa Takut dan Gentar Satu segi dari watak orang yang benar-benar telah diselamatkan adalah pengenalannya akan kekudusan dan kebenaran Allah, dan kenyataan bahwa Allah merupakan hakim yang adil atas seluruh bumi. Di dalam Filipi 2:12, Allah menyatakan: . . . kerjakan keselamatanmu dengan takut dan gentar. Keselamatan yang harus “dikerjakan” orang percaya dalam hidupnya merupakan hasil dari keselamatan yang telah diberikan Allah kepadanya. Dan sementara ia bertumbuh dalam kasih karunia (2 Petrus 3:18), yaitu sementara ia semakin menjalani hidup bagi kemuliaan Allah dan menjauhi hasrat-hasrat yang penuh dosa dari tubuhnya yang masih belum diselamatkan, ia melakukannya dengan rasa takut dan gentar. Gentar dan takut di hadapan Allah mungkin kedengarannya sama sekali asing bagi keselamatan yang menakjubkan yang telah diberikan kepada orang yang telah diselamatkan. Ini adalah sebuah pernyataan yang mengherankan karena kita mungkin menyangka bahwa sebagai hasil dari keselamatan kita, seluruh rasa takut terhadap Allah akan lenyap. Dengan bersikap gentar dan takut di hadapan Allah mungkin kedengarannya sama sekali asing bagi keselamatan yang menakjubkan yang telah diberikan kepada orang yang telah diselamatkan. Misalnya, ia tahu bahwa Kristus telah membayar lunas seluruh dosanya, dan ia tahu bahwa ia tidak akan pernah merasa terancam dengan kemungkinan menerima kebinasaan seutuhnya .
58
Akan tetapi kita harus ingat bahwa orang yang diselamatkan didiami oleh Roh Kudus. Dan orang percaya yang sejati mulai untuk semakin mengasihi dan menghormati segala sesuatu yang diajarkan Alkitab. Oleh karena itu, ia belajar dan menjadi semakin sadar akan kebesaran Allah. Ia tahu bahwa Allah adalah Allah Yang Mahakuasa yang telah bersabda dan menciptakan alam semesta yang sangat luas dan besar ini. Ia tahu bahwa Allah adalah hakim yang mahakuasa yang mengetahui secara lengkap bahkan dosa yang terkecil sekalipun di dalam setiap umat manusia. Ia tahu bahwa Allah begitu adil dan benar sehingga bahkan dosa yang paling kecil pun sudah cukup untuk menyebabkan seseorang menerima kutukan Allah. Orang percaya sejati sadar bahwa ia sendiri masih memiliki dosa-dosa walaupun secara dramatis ia sekarang telah menjadi lebih taat terhadap hukumhukum Allah dibandingkan dengan keadaan sebelum ia diselamatkan. Ia sepenuhnya sadar akan kenyataan bahwa jika bukan karena belas kasihan dan kasih karunia Allah, ia layak menerima kebinasaan. Di satu pihak, karena kasih dan keyakinannya yang semakin kuat kepada pengajaran Alkitab, orang percaya yang sejati semakin tahu bahwa ia berada dalam keadaan aman di dalam Kristus secara kekal, dan ia tahu bahwa ia tidak pernah terancam dengan kebinasaan. Ia tahu bahwa seluruh dosanya telah ditanggung oleh Kristus. Di pihak lain, semakin ia mengenali ajaran-ajaran Alkitab, semakin ia menyadari bahwa ia layak menerima murka yang menakutkan dari Allah sebagai pembayaran atas dosa-dosanya. Ia tahu bahwa hanya karena belas kasihan dan kasih karunia Allah yang menyebabkan ia dapat menerima keselamatannya. Oleh karena itu, ia gentar dalam rasa takut dan kagumnya di hadapan Allah. Ia mengenali kenyataan bahwa keselamatannya sama sekali tak layak diterimanya . Itulah sebabnya Alkitab menyatakan bahwa orang-orang yang benar-benar diselamatkan takut terhadap Allah, seperti yang kita baca di dalam ayat-ayat berikut ini: Mazmur 34:9: Takutlah akan TUHAN, hai orang-orang-Nya yang kudus, sebab tidak berkekurangan orang yang takut akan Dia! Mazmur 112:1: Haleluya! Berbahagialah orang yang takut akan TUHAN, yang sangat suka kepada segala perintah-Nya. Amsal 3:7: Janganlah engkau menganggap dirimu sendiri bijak, takutlah akan TUHAN dan jauhilah kejahatan;
59
Prinsip ini juga menekankan kebenaran bahwa mereka yang tidak mau mendengarkan Firman Allah tidak akan takut kepada Allah. Alkitab menyatakan hal ini di dalam ayat-ayat berikut: Yeremia 44:9-10: Sudah lupakah kamu kepada kejahatan nenek moyangmu, kejahatan raja-raja Yehuda, kejahatan para pemuka mereka, kejahatanmu sendiri dan kejahatan isteri-isterimu yang dilakukan mereka di tanah Yehuda dan di jalan-jalan Yerusalem? Mereka tidak remuk hati sampai kepada hari ini, mereka tidak takut dan tidak mengikuti Taurat-Ku dan ketetapan-Ku yang telah Kuberikan kepadamu dan kepada nenek moyangmu. Yeremia 5:24-25: Mereka tidak berkata dalam hatinya: Baiklah kita takut akan TUHAN, Allah kita, yang memberi hujan pada waktunya, hujan pada awal musim maupun hujan pada akhir musim, dan yang menjamin bagi kita minggu-minggu yang tetap untuk panen. Kesalahanmu menghalangi semuanya ini, dan dosamu menghambat yang baik dari padamu. Yesaya 57:11-12: Kepada siapa gerangan engkau gentar dan takut, sehingga engkau berdusta dan tidak mengingat Aku atau memberi perhatian kepada-Ku? Bukankah karena Aku membisu dan menutup mata, maka engkau tidak takut kepada-Ku! Aku akan menyebutkan kesalehanmu dan segala perbuatanmu, tetapi semuanya itu tidak akan berguna bagimu: Pengkhotbah 8:13: Tetapi orang yang fasik tidak akan beroleh kebahagiaan dan seperti bayang-bayang ia tidak akan panjang umur, karena ia tidak takut terhadap hadirat Allah. Tetapi Kasih Yang Sempurna Melenyapkan Ketakutan Memang benar bahwa Alkitab mengajarkan bahwa kasih yang sempurna melenyapkan ketakutan. Kita membaca di dalam 1 Yohanes 4:18: Di dalam kasih tidak ada ketakutan: kasih yang sempurna melenyapkan ketakutan; sebab ketakutan mengandung hukuman dan barangsiapa takut, ia tidak sempurna di dalam kasih. Kita mungkin menyimpulkan bahwa karena orang percaya yang sejati telah mengalami kasih Kristus yang sempurna, maka ia seharusnya tidak perlu merasa takut lagi. Dalam satu arti, hal itu benar, kita dapat memahami kata “takut” dalam ayat ini berbicara tentang rasa takut akan kebinasaan kekal. Kasih Allah yang sempurna untuk orang-orang percaya yang sejati melenyapkan rasa takut ini.
60
Janji besar akan keselamatan merupakan keselamatan kekal di dalam Kristus. Akan tetapi, kita masih harus memperhitungkan seluruh ayat lainnya yang mengajarkan bahwa ciri dari seorang percaya yang sejati adalah bahwa ia takut akan Allah (Kisah Para Rasul 9:31, 10:35, Filipi 2:12, 1 Petrus 2:17, Amsal 1:7, Pengkhotbah 8:12-13). Jika demikian halnya, bagaimana mungkin kita bisa memahami 1 Yohanes 4:18, yang mengajarkan bahwa kasih yang sempurna melenyapkan ketakutan? Pemecahannya datang sewaktu kita mempelajari definisi Alkitab tentang kasih. Dalam Yohanes 14:21 kita membaca: Barangsiapa memegang perintah-Ku dan melakukannya, dialah yang mengasihi Aku. Dan barangsiapa mengasihi Aku, ia akan dikasihi oleh Bapa-Ku dan Akupun akan mengasihi dia dan akan menyatakan diri-Ku kepadanya.” Hukum Allah ini diulangi dalam Yohanes 14:23, di mana kita membaca: Jawab Yesus: “Jika seorang mengasihi Aku, ia akan menuruti firman-Ku dan Bapa-Ku akan mengasihi dia dan Kami akan datang kepadanya dan diam bersama-sama dengan dia. Dengan kata lain, kasih secara keseluruhan berhubungan dengan ketaatan kepada perintah-perintah Allah, Alkitab. Tak peduli betapa meyakinkannya seseorang berupaya untuk menyatakan kasihnya untuk Kristus, ujian yang paling menentukan atau ujian yang sesungguhnya tentang kasihnya kepada Allah adalah ketaatannya, yaitu ketaatannya kepada kitab hukum Allah, Alkitab. Kasih yang sempurna akan membutuhkan ketaatan yang sempurna Dan itu berarti kasih yang sempurna akan membutuhkan ketaatan yang sempurna. Akan tetapi, ketaatan yang sempurna tak mungkin dilakukan sebelum kita menerima tubuh kita yang baru yang sudah dibangkitkan kembali, dan tubuh-tubuh ini tidak akan diberikan kepada kita sebelum hari Pengangkatan . Dan sementara itu, di dalam jiwa kita yang baru yang sudah dibangkitkan, yang telah kita terima pada saat keselamatan, kita masih hidup di dalam sebuah tubuh yang masih bernafsu terhadap dosa. Oleh karena itu, pada saat ini, kita tidak memiliki kasih yang sempurna, dan oleh sebab itu, kita tidak dapat hidup tanpa rasa takut.
61
Sebelumnya dalam pemahaman kita, kita telah mempelajari satu alasan mengapa kita merasa takut dan gentar di hadapan Allah, tetapi lebih banyak hal seharusnya dikatakan mengenai hal itu. Ketika Daud, seseorang yang berkenan di mata Allah, seseorang yang sangat dikasihi Allah, berbuat dosa, Allah memberi tahu kita tentang reaksi dari hati Daud dalam Mazmur pasal 51. Seluruh Mazmur ini mencatat reaksi Daud, tetapi kita hanya akan mengutip satu ayat saja, Mazmur 51:11, di mana kita membaca: Janganlah membuang aku dari hadapan-Mu, dan janganlah mengambil roh-Mu yang kudus dari padaku! Daud telah menerima hidup yang kekal. Ia hidup kekal dengan aman dalam kerajaan Allah. Bagaimana ia dapat mengucapkan kata-kata dari Mazmur ini, yang diilhamkan Allah Roh Kudus untuk diucapkannya. Jawabannya datang sewaktu kita menyadari hukuman yang sangat besar dari dosa. Setiap dosa menuntut hukuman. Oleh karena itu, ketika seorang percaya yang sejati melakukan dosa, dua kebenaran seharusnya menembus seluruh kepribadiannya. Tuhan Yesus Kristus harus membayar untuk seluruh dosa kita, termasuk dosa-dosa yang dilakukan orang percaya setelah ia menerima keselamatan. Kebenaran yang pertama adalah bahwa Tuhan Yesus Kristus harus membayar untuk seluruh dosa kita, termasuk dosa-dosa yang dilakukan orang percaya setelah ia menerima keselamatan. Memang benar, tentu saja, bahwa Allah telah mengetahui dari sejak semula bahwa orang percaya sejati akan melakukan dosa-dosa itu, dan oleh karena itu, Allah telah menanggungkan dosa-dosa itu pada Yesus, dan Yesus telah membayar bagi mereka sejak dahulu. Tetapi hal itu tidak merubah kenyataan bahwa dosa-dosa tersebut dilakukan oleh seseorang yang telah mempelajari tentang betapa mengerikannya dosa itu dan pembayaran sangat besar atas dosa yang dibutuhkan oleh keadilan Allah yang sempurna. Demikianlah, orang percaya yang sejati takut dan gentar sewaktu ia menyadari bahwa setiap kali ia melakukan dosa, dosa ini juga, harus ditanggungkan kepada Juruselamat kita yang penuh berkat . Kebenaran yang kedua adalah bahwa orang percaya yang sejati menjadi semakin mengenal betapa seriusnya dosa itu dan hukuman menakutkan yang dituntut oleh keadilan Allah yang
62
sempurna sebagai pembayaran atas upah dosa. Ia juga tahu bahwa setiap kali ia berbuat dosa, ia sedang terlibat di dalam sebuah pemberontakan melawan Juruselamat yang dikasihinya. Di satu pihak, ia tahu bahwa dosanya ditutupi oleh darah Yesus yang tercurah dan tidak akan pernah diperhitungkan terhadapnya . Di pihak lain, ia tahu bahwa pengampunan atas dosanya terjadi hanya karena belas kasihan dan kasih karunia Allah. Oleh karena itu, kenyataan bahwa ia berani untuk berbuat dosa menyebabkan ia menjalani hidupnya di dalam rasa takut dan gentar di hadapan Allah, dan hal itu merangsang hasratnya untuk tidak berbuat dosa, melainkan bahwa dia dapat sungguh-sungguh hidup untuk menjadi semakin taat kepada seluruh hukum Allah. Demikianlah, kita memahami bahwa orang yang sudah diselamatkan akan memiliki sebuah gaya hidup dan suatu sikap yang sama sekali berbeda terhadap dosa, Allah dan Alkitab, dibandingkan dengan kehidupan orang-orang yang belum diselamatkan. Apakah Ada Harapan bagi Saya? Apakah yang telah kita pelajari sejauh ini berarti bahwa tidak ada harapan untuk kemungkinan menerima keselamatan? Ya, memang sesungguhnya hal itu tidak ada harapan jika kita bergantung dalam cara apa pun pada upaya-upaya kita, iman kita, hasrat kita atau ketaatan kita untuk menyediakan bahkan sumbangan yang paling kecil kepada keselamatan kita. Hal ini disebabkan karena jika kita berpikir bahwa kita dapat memberikan sumbangan apa pun kepada keselamatan kita, itu merupakan bukti dari suatu sikap ketidakpedulian yang angkuh terhadap semua yang diajarkan Alkitab tentang pemeliharaan Allah yang mengherankan dan agung. Itu berarti bahwa kita sedang mempercayai sebuah rencana keselamatan yang tidak pernah dapat menyelamatkan siapa pun, dan hal tersebut sesungguhnya merupakan sebuah penghinaan terhadap rencana keselamatan Allah yang sempurna. Kita sedang hidup dalam sebuah masa ketika Allah sedang menyelamatkan suatu kumpulan besar orang banyak, yang tak terhitung banyaknya. Tetapi ketika kita memahami rencana keselamatan Allah, ketika kita memahami bahwa Ia adalah satu-satunya yang dapat melakukan segala karya yang dibutuhkan bagi keselamatan kita, maka kita dapat memiliki pengharapan, pengharapan yang berlimpah-
63
limpah. Kita sedang hidup di dalam sebuah masa ketika Allah sedang menyelamatkan suatu kumpulan besar orang banyak, yang tak terhitung banyaknya (Wahyu 7:9). Lagi pula, Alkitab menyatakan bahwa Allah telah memilih orang-orang tertentu dan menyerahkan mereka kepada Kristus, dan bahwa Kristus telah membayar lunas seluruh dosa mereka, dan hal itu menyediakan harapan yang sangat besar bagi orang-orang yang belum diselamatkan. Setiap orang yang belum diselamatkan yang memiliki hasrat yang kuat untuk diselamatkan, dan menyadari bahwa ia hanya dapat menerima keselamatan berdasarkan persyaratan-persyaratan Allah, mungkin dapat menjadi salah satu dari umat pilihan Allah atau orangorang yang terpilih. Karena rencana pemilihan Allah tidak ada hubungannya dengan kelayakan pribadi kita (kita tidak memiliki kelayakan apa pun), dan betapa besar dan mengerikannya pun dosadosa yang dilakukan seseorang, ia dapat menjadi salah satu dari umat pilihan Allah sama seperti siapa pun yang telah diselamatkan. Sesungguhnya, rencana pemilihan Allah memberikan dorongan yang sangat besar bagi orang-orang yang belum diselamatkan yang mulai memiliki hasrat yang sungguh-sungguh supaya ia juga dapat menerima keselamatan. Paling sedikit ada tujuh kebenaran yang disingkapkan di dalam Alkitab yang seharusnya merupakan dorongan yang sangat besar bagi orang yang benar-benar berhasrat agar dosa-dosanya ditanggung oleh darah Yesus. Kita sudah pernah berbicara beberapa dari kebenaran-kebenaran tersebut. Akan tetapi, hal-hal ini sangat penting sehingga kita akan membuat garis besarnya secara singkat sekali lagi. Dan kebenaran-kebenaran tersebut adalah sebagai berikut: 1. Saat ini merupakan hari keselamatan. Kita telah belajar bahwa Allah sudah tidak lagi menyelamatkan orang-orang dengan menggunakan upaya-upaya dari jemaat-jemaat setempat, para pemimpin mereka, atau anggota-anggota mereka. Akan tetapi, sebuah pengajaran dari Alkitab yang mengejutkan dan tegas adalah kenyataan bahwa hari ini, Allah sedang membawa suatu tuaian yang sangat besar yang terdiri dari orang-orang untuk masuk ke dalam kerajaan Allah. Sementara pengembangan atas kebenaran ini tak cukup luas untuk bisa dijelaskan dalam buku kecil ini, sedikitnya kita dapat mengutip beberapa ayat yang meyakinkan kita bahwa keadaan ini sesungguhnya demikian. Dalam Yoel 2:24 kita membaca: Tempat-tempat pengirikan menjadi penuh dengan gandum [orang percaya sejati], dan tempat pemerasan kelimpahan anggur dan minyak [keselamatan].
64
Dan Alkitab mengatakan dalam Wahyu 7:9: Kemudian dari pada itu aku melihat: sesungguhnya, suatu kumpulan besar orang banyak yang tidak dapat terhitung banyaknya, dari segala bangsa dan suku dan kaum dan bahasa, berdiri di hadapan takhta dan di hadapan Anak Domba, memakai jubah putih dan memegang daun-daun palem di tangan mereka. Lebih lanjut Wahyu 7:13,14 memberitahukan kita: Dan seorang dari antara tua-tua itu berkata kepadaku: “Siapakah mereka yang memakai jubah putih itu dan dari manakah mereka datang?” Maka kataku kepadanya: “Tuanku, tuan mengetahuinya.” Lalu ia berkata kepadaku: “Mereka ini adalah orang-orang yang keluar dari kesusahan yang besar; dan mereka telah mencuci jubah mereka dan membuatnya putih di dalam darah Anak Domba. Dalam Habakuk 2:14 kita membaca: Sebab bumi akan penuh dengan pengetahuan tentang kemuliaan TUHAN, seperti air yang menutupi dasar laut. Dan dalam Yeremia 33:22, kita membaca: Seperti tentara langit tidak terbilang dan seperti pasir laut tidak tertakar, demikianlah Aku akan membuat banyak keturunan hamba-Ku Daud dan orang-orang Lewi yang melayani Aku. Ayat-ayat ini dan banyak ayat lainnya memberikan harapan yang sangat besar kepada setiap orang yang masih belum diselamatkan yang dengan rendah hati datang kepada Allah dan memohon belas kasihan-Nya. Demikianlah, kita dapat merasa yakin bahwa suatu kumpulan besar orang banyak sedang diselamatkan saat ini. Setiap orang yang belum diselamatkan kemungkinan besar dapat menjadi salah satu dari himpunan besar orang banyak itu. Sungguh suatu berkat besar karena kita tahu bahwa kita sedang hidup dalam sebuah masa ketika di seluruh pelosok dunia, begitu banyak orang sedang menerima keselamatan. 2. Latar belakang atau lingkungan di mana Allah menyelamatkan ialah dengan penyampaian Firman Allah, Alkitab. Alkitab menyatakan di dalam Roma 10:17:
65
Jadi, iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran oleh Firman Kristus. Dewasa ini, lebih daripada saat-saat sebelumnya di dalam sejarah dunia, persentase orang-orang terpelajar yang lebih tinggi, dan Alkitab sudah tersedia di dalam bahasa-bahasa asli mereka. Sungguh suatu dorongan besar bahwa siapa pun dapat menempatkan dirinya sendiri dan anggota-anggota keluarganya yang sudah diselamatkan dan yang belum diselamatkan, untuk bisa mendengarkan pengajaran Alkitab. Ia dapat melakukan hal ini dengan membaca Alkitab secara pribadi. Dan di dalam banyak kesempatan, ia dapat mendengarkan Alkitab yang dibacakan dan diajarkan dengan setia melalui siaran-siaran radio seperti siaran dari Radio Keluarga. Sesungguhnya, lingkungan yang disediakan Allah untuk menyelamatkan orang-orang jauh lebih luas dan lebih membawa pengharapan daripada yang pernah terjadi sebelumnya dalam sejarah. Dan dengan demikian, kita para orangtua menginginkan bayi-bayi kita dan semua anak kita mendengarkan Firman Allah. Dan itu merupakan suatu alasan mengapa radio merupakan sebuah sarana yang berharga dan penting yang dapat digunakan untuk menyediakan Injil di dalam masyarakat kita dan kepada kumpulan besar orang banyak yang tersebar di seluruh dunia. 3. Kristus datang untuk menyelamatkan orang-orang berdosa. Kristus tidak datang untuk menyelamatkan orang-orang yang merasa dirinya benar, mereka yang menganggap diri mereka sopan dan bermoral yang percaya bahwa perilaku mereka yang benar merupakan sebuah bujukan bagi Allah untuk memandang mereka berkenan kepada-Nya. Kristus datang untuk menyelamatkan orangorang yang berdosa! Sungguh suatu hal yang membesarkan hati ketika kita membaca kisah tentang penjahat yang disalibkan di samping Yesus. Sungguh suatu hal yang membesarkan hati ketika kita membaca kisah tentang penjahat yang disalibkan di samping Yesus. Pada mulanya, penjahat itu memperlihatkan penghinaan sepenuhnya terhadap Yesus. Kita membaca di dalam Matius 27:41-44: Demikian juga imam-imam kepala bersama-sama ahli-ahli Taurat dan tua-tua mengolok-olokkan Dia dan mereka berkata: “Orang
66
lain Ia selamatkan, tetapi diri-Nya sendiri tidak dapat Ia selamatkan! Ia Raja Israel? Baiklah Ia turun dari salib itu dan kami akan percaya kepada-Nya. Ia menaruh harapan-Nya pada Allah: baiklah Allah menyelamatkan Dia, jikalau Allah berkenan kepadaNya! Karena Ia telah berkata: Aku adalah Anak Allah.” Bahkan penyamun-penyamun yang disalibkan bersama-sama dengan Dia mencela-Nya demikian juga. Namun demikian, yang mengagumkan adalah, hanya beberapa menit atau beberapa jam sebelum penjahat yang disalibkan ini mati, ia memohon belas kasihan kepada Yesus, dan ia menerima jawaban yang menjamin dia dan menjamin kita bahwa pada saat dan tempat yang paling tidak memungkinkan itu, ia telah menerima keselamatan. Kita membaca di dalam Lukas 23:39-43: Seorang dari penjahat yang di gantung itu menghujat Dia, katanya: “Bukankah Engkau adalah Kristus? Selamatkanlah diriMu dan kami!” Tetapi yang seorang menegor dia, katanya: “Tidakkah engkau takut, juga tidak kepada Allah, sedang engkau menerima hukuman yang sama? Kita memang selayaknya dihukum, sebab kita menerima balasan yang setimpal dengan perbuatan kita, tetapi orang ini tidak berbuat sesuatu yang salah.” Lalu ia berkata: “Yesus, ingatlah akan aku, apabila Engkau datang sebagai Raja.” Kata Yesus kepadanya: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya hari ini juga engkau akan ada bersama-sama dengan Aku di dalam Firdaus.” Orang yang berdosa sangat berat itu sedang mendengarkan Firman karena ia mendengar Yesus berbicara kepada Maria, kepada Rasul Yohanes, dan kepada Allah sendiri. Dan tepat pada saat itu dan di tempat itu, orang berdosa yang hina itu telah menerima kehidupan yang kekal. Demikianlah, siapa pun yang masih belum menerima keselamatan, tak peduli betapa besar dosanya, dapat mengetahui bahwa Yesus telah datang untuk orang-orang yang berdosa. Sungguh suatu dorongan yang sangat indah! 4. Yesus tidak membedakan orang. Ini berarti bahwa tidak ada kelompok manusia dari kelas tertentu yang lebih memungkinkan untuk menerima keselamatan dibandingkan dengan kelas atau kelompok yang lainnya. Seseorang mungkin dikucilkan oleh masyarakat, dan ia mungkin dianggap sebagai salah satu dari kelompok yang paling rendah oleh sesamanya, tetapi di dalam Alkitab, Allah memberi tahu kita tentang orang-orang yang menerima keselamatan dipandang hina oleh jemaat di zaman Yesus. Contoh-
67
contoh tentang hal ini adalah keselamatan dari perempuan Samaria (Yohanes 4:4-42), Zakheus si pemungut cukai (Lukas 19:2-8), orang kusta (Lukas 17:12-19), penjahat yang dihukum mati atas kejahatankejahatannya (Lukas 23:39-43), dan perempuan pezina (Yohanes 8:111). Semua orang ini dipandang sebagai sampah masyarakat, tetapi Allah menyelamatkan mereka masing-masing. Demikianlah, kita melihat dengan jelas bahwa Ia tidak membeda-bedakan orang. Betapa indah kenyataan ini yang dapat terjadi pada setiap orang yang belum menerima keselamatan. 5. Allah itu penuh dengan belas kasihan. Memang benar bahwa belas kasihan sudah tidak lagi ditemukan dalam jemaatjemaat setempat di mana para pendeta, penatua, diaken, dan guru Alkitab melayani orang-orang yang malang itu. Dan betapa mengerikannya kebenaran itu! Akan tetapi di luar lingkungan jemaatjemaat setempat, di seluruh dunia, Allah terus memperlihatkan belas kasihan-Nya yang tidak terduga dalamnya. Allah merupakan Allah yang berbelas kasihan. Kita membaca di dalam Mazmur 103:8: TUHAN adalah penyayang dan pengasih, panjang sabar dan berlimpah kasih setia. Dan di dalam Ratapan 3:31-32, kita membaca: Karena tidak untuk selama-lamanya Tuhan mengucilkan. Karena walau Ia mendatangkan susah, Ia juga menyayangi menurut kebesaran kasih setia-Nya. Dan Allah dengan indah dan berbelas kasihan menyatakan dalam Yoel 2:13: Koyakkanlah hatimu dan jangan pakaianmu, berbaliklah kepada TUHAN, Allahmu, sebab Ia pengasih dan penyayang, panjang sabar dan berlimpah kasih setia, dan Ia menyesal karena hukumanNya. 6. Secara pribadi, kita dapat mengungkapkan hasrat kita yang kuat untuk menerima keselamatan kepada Allah. Kita dapat meminta dan memohon kepada Allah untuk memperoleh keselamatan. Berdoa kepada Allah merupakan upaya yang kita lakukan, sehingga kita tahu bahwa berdoa kepada Allah tidak akan menjamin atau menyumbang kepada keselamatan kita. Tetapi kita dapat mengetahui
68
bahwa sementara kita berseru kepada Allah, Ia akan mengetahui hasrat kita untuk menerima keselamatan. Yesus memberi kita ilustrasi tentang pemungut cukai yang berdoa meminta belas kasihan Allah, yang kita baca di Lukas 18:13-14: Tetapi pemungut cukai itu berdiri jauh-jauh, bahkan ia tidak berani menengadah ke langit, melainkan ia memukul diri dan berkata: Ya Allah, kasihanilah aku orang berdosa ini. Aku berkata kepadamu: Orang ini pulang ke rumahnya sebagai orang yang dibenarkan Allah dan orang lain itu tidak. Sebab barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan dan barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan.” 7. Kita tidak pernah dan tidak perlu putus harapan dalam menanti untuk menerima keselamatan. Jika Allah berencana untuk menyelamatkan kita, Ia akan melakukannya dalam jadwal waktuNya sendiri. Ia mungkin menyelamatkan kita pada awal masa hidup kita atau keselamatan mungkin datang pada jam-jam sebelum kematian kita. Kita tidak boleh berupaya untuk mendiktekan kerangka waktu dari keselamatan kita kepada Allah, jika memang, Allah berkehendak untuk menyelamatkan kita. Jika Allah berencana untuk menyelamatkan kita, Ia akan melakukannya di dalam jadwal waktu-Nya sendiri. Kita membaca di dalam Ratapan 3:26: Adalah baik menanti dengan diam pertolongan TUHAN. Dan Allah memberi kita begitu banyak penghiburan di dalam kitab Mazmur 62:5-8, di mana kita membaca: Hanya pada Allah saja kiranya aku tenang, sebab dari pada-Nyalah harapanku. Hanya Dialah gunung batuku dan keselamatanku, kota bentengku, aku tidak akan goyah. Pada Allah ada keselamatanku dan kemuliaanku; gunung batu kekuatanku, tempat perlindunganku ialah Allah. Percayalah kepada-Nya setiap waktu, hai umat, curahkanlah isi hatimu di hadapan-Nya; Allah ialah tempat perlindungan kita.
69
Sementara seseorang menanti Tuhan dengan sabar, ia mungkin dipenuhi dengan kegelisahan yang sangat besar. Menerima keselamatan merupakan sebuah hal yang sangat serius dan penting. Tetap berada dalam keadaan belum diselamatkan adalah hal yang menakutkan. Indahnya, Allah memberikan banyak penghiburan kepada kita melalui janji dari Filipi 4:6: Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apa pun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur. Kemudian Allah memberi kita jaminan dari Filipi 4:7: Damai sejahtera Allah, yang melampaui segala akal, akan memelihara hati dan pikiranmu dalam Kristus Yesus. Demikianlah, Allah menghibur kita dengan memberikan dorongan untuk bersandar sepenuhnya kepada Dia. Allah mendorong kita untuk menceritakan segala kekhawatiran. Yang mengagumkan adalah bahwa Ia secara mutlak setia dan dapat dipercaya untuk melakukan kehendak-Nya yang sempurna. Kita harus bersandar pada lengan-Nya yang mahakuasa. Sementara itu, kita dapat mendengar dari Allah sementara kita terus membaca Alkitab dengan saksama dan berdoa dengan sungguh. Dan setiap kali kekhawatiran melanda kita, berkali-kali kita dengan penuh keberanian dapat menghampiri takhta kasih karunia Allah untuk menceritakan kepada Allah semua hal itu. Betapa berbelas kasihannya Allah itu! Allah memberikan dorongan yang sangat besar kepada orang-orang yang belum diselamatkan dalam Zefanya 2:3, di mana kita membaca: Carilah TUHAN, hai semua orang yang rendah hati di negeri, yang melakukan hukum-Nya; carilah keadilan, carilah kerendahan hati; mungkin kamu akan terlindung pada hari kemurkaan TUHAN [Yehovah]. Anda.
Dan dengan demikian, mungkin Allah akan menyelamatkan
70
INDEKS AYAT-AYAT KITAB SUCI Kitab dalam Alkitab Pasal; Ayat-ayat,
Halaman, No.
Kitab dalam Alkitab Pasal; Ayat-ayat,
Halaman, No.
Kejadian 9:6, Kejadian 15:6, Kejadian 22,
20 42, 43, 45 22
Ratapan 3:26, Ratapan 3:31-32,
69 68
Bilangan 15, Bilangan 22:12-13, Bilangan Pasal 22 and 23,
24, 40, 52 19, 26 20
Yehezkiel 22:30, Yehezkiel 36:25-27, Yehezkiel 36:26, Yehezkiel 37 Yehezkiel 37:1-14,
7 32 12, 38 37 18
Ulangan 28:1, 28:15, 30:6-16, Ulangan 30:6,
27 41
Yoel 2:13, Yoel 2:13-14, Yoel 2:24,
47, 68 47 64
1 Samuel 10:9-12,
19, 26
Mazmur 34:9, Mazmur 51, Mazmur 62:5-8, Mazmur 103:8, Mazmur 112:1, Mazmur 119,
59 58 69 68 59 57
Yunus 3, Yunus 3:9, Yunus 3:10,
16, 30, 47 30 16
Zefanya 2:3,
47, 70
Amsal 1:7, Amsal 3:7,
61 59
Matius 5:22, Matius 7:22, Matius 9:16, Matius 9:17, Matius 15:19, Matius 27:41-44,
20 16 11 12 10, 36 66
Markus 4:33-34, Markus 7:21,
52 32
Lukas 13:24, Lukas 17:12-19, Lukas 18:13, Lukas 19:2-8, Lukas 19:41, Lukas 23:9-43, Lukas 23:39-43,
21 67 28 67 19 6 67, 68
Yohanes 3:3, Yohanes 4:4-42, Yohanes 4:10-15, Yohanes 6:37,
14 67 14 6
Pengkhotbah 8:12-13, 61 Pengkhotbah 8:13, 59 Yesaya 57:11-12, Yesaya 63:5, Yesaya 66:24,
60 7 20
Yeremia 5:24-25, Yeremia 17:9, 30, Yeremia 23:39-40, 24:10, Yeremia 29:11-13, Yeremia 29:17-19, Yeremia 29:18-19, Yeremia 33:22, Yeremia 36:1-4, Yeremia 44:9-10,
60 32, 36 20 29 27 28 65 3 60
71
Kitab dalam Alkitab Pasal; Ayat-ayat,
Halaman, No.
Yohanes 6:44, Yohanes 7:38, Yohanes 8:9, Yohanes 8:44, Yohanes 11, Yohanes 11:39, Yohanes 14:21, Yohanes 14:23,
19, 20 14 19, 26 51 11 18, 37 61 11, 61
Kisah Para Rasul 9:31, 10:35, 61 Kisah Para Rasul 16:31, 38 Roma Roma Roma Roma Roma Roma Roma Roma Roma Roma Roma Roma Roma Roma Roma
2:11, 2:13-15, 2:14-15, 2:15, 3, 3:10-12, 4:3 4:9, 4:11, 7:21-24, 8:9, 8:35-39, 9:15, 10:13, 10:17,
6 1 19, 26 20 35 5, 18 42, 45 42 40, 41 55 56 55 5 31, 34 30, 65
2 Korintus 11:7, 2 Korintus 11:13-15, 2 Korintus 11:14, 2 Korintus 11:15, 2 Korintus 13:5,
48 49 50, 51 51 24
Galatian 2:16, Galatian 3:2, Galatian 3:6, Galatian 3:11, Galatian 3:16,
19, 39, 45, 46 47, 48 39, 40 42, 45 40 55
Efesus 1:3-5, Efesus 1:4,
4 5
72
Kitab dalam Alkitab Pasal; Ayat-ayat,
Halaman, No.
Efesus 1:13, Efesus 2:1-3, Efesus 2:3, Efesus 2:8, Efesus 2:8-9, Efesus 6:9,
40 14 10 16, 40 16 6
Filipus 2:12, Filipus 3:20, Filipus 4:6,
58, 61 56 70
Kolose 1:12-13, Kolose 3:25,
56 6
1 Tesalonika 1:3, 1 Tesalonika 4,
17, 42 13
2 Tesalonika 1:11,
17, 43
Ibrani 4:11,
21
Jakobus 2:23,
45
1 Petrus 1:5, 1 Petrus 1:23, 1 Petrus 2:17,
34 11 61
2 Petrus 1:21, 2 Petrus 3:18,
3 56, 58
1 Yohanes 2:3-5,
57
Wahyu 7:9, Wahyu 13:8, Wahyu 19:11,
64, 65 9, 18 39, 48
Kunjungilah situs kami pada alamat internet ini: www.familyradio.org Program-program siaran Stasiun Radio Keluarga berdasarkan ajaran Alkitab tersedia di Internet, 24 jam sehari, tujuh hari seminggu. Situs ini berisi sebuah pedoman program, sebuah jadwal gelombang pendek, Pemahaman Alkitab, dan ayat-ayat Alkitab dalam bentuk audio dan tulisan dalam banyak bahasa. Anda juga dapat mendengarkan siaran Radio Keluarga atau mengunduh (download) sebagian besar dari bahan penerbitan Radio Keluarga dan bahan-bahan berupa ayat-ayat Alkitab dalam bentuk audio dan tulisan dari situs kami. Untuk menerima pedoman program tentang siaran-siaran Injil kami secara cuma-cuma, dan keterangan tentang pelajaran melalui surat-menyurat dari Sekolah Alkitab kami, serta buku-buku dan bahan-bahan pelajaran yang disediakan dengan gratis, kirimlah surat kepada: Family Radio Oakland, CA 94621, USA Alamat e-mail kami adalah:
[email protected]
73
74