TA R U N G
S E N TOT
dan
TA R U H
W I D O D O
1
Sentot Widodo pada saat pembukaan Jakarta Art Award 2012 di North Artspace Pasar Seni Ancol, Jakarta.
2
Tarung Taruh dan
SENTOT WIDODO
26 Januari - 3 Februari 2013
Kersan Art Studio Dusun II Kersan No.154, Tirtonirmolo, Kasihan, Bantul, Yogyakarta, 55181, Indonesia
[email protected]
Sentot Widodo sedang melukis di studionya di Lempuyangan, Yogyakarta
Da f t a r Isi 3
Pe n g a n ta r G a le r i
5 Ta r u n g d a n Ta r u h
6
Pertaruhan Tinta Air Sentot Oleh Mikke Susanto
14
S e n to t ’s G a m b l i n g w i t h Wa te r I n k By M i k ke S u sa n to
22
B i o d a ta
24
U ca p a n Te r i m a k a si h
Penulis Mikke Susanto | Fotografi Himawan | Penerjemah English Thomas Widiyanto | Layout Imoeng Dokumentasi team: SOLID @rt show: WM. Hendrix, Pay, Didung, Nasrul, Eko BW, dkk. 4
Kata Pengantar
Tentang kehidupan Sentot dan seni. Mengenal Sentot dan keluarganya tidak hanya sekilas, kami saling berkunjung, menjalin pertemanan dan diskusi dengan keterbukaan tentang bagaimana gejolak dunia seni rupa Indonesia dan dunia dengan infrastukturnya serta dampak konsekuensinya dalam pengkaryaan pada profesi yang dipilih dan dijalaninya selama ini. Dari yang kami kenal, hidupnya terdiri oleh banyak fragmen. Dia seorang ayah, suami dan seniman. Pengkaryaan dan konsep yang dibuat tidak lepas dari apa yang dia yakini. Ketika menjelaskan tentang karya serta konsepnya beberapa gambar akan muncul dan dia Akan memiliki beberapa ilusi dan melihat metafora di dalamnya. Ia seperti seniman lain yang memperluas bidang dan menempati kemungkinan yang belum ditemukan, ia adalah seorang pemuda yang mencintai corat-coret dan mengambil photo profile seseorang untuk dijadikan karya yang dituangkan dalam kanvas dengan imajinasinya dimana selalu menekankan pentingnya emosi yang kuat untuk menghasilkan pencapaian karya yang maksimal, semua karya diciptakan oleh ketulusan dan gairah yang ada dalam dirinya. Akhirnya semua itu dibuktikan dengan mendapat penghargaan Lukisan Terbaik pada Jakarta Art Award 2012. Sobat, pencapaian saat ini baru seberapa dari perjalanan seorang seniman dalam mendedikasikan dirinya untuk berkesenian. Di depan arus terus menerjang dengan derasnya dan semoga tujuan yang diinginkan terlewati dan tercapai. Selamat berpameran sahabat. Lenny Ratnasari Weichert Seniwati dan Pemilik Kersan Art Studio
Foreword
Sentot’s Life and Art It is not only a glimpse that I know Sentot and his family. We often visit each other and discuss openly about visual art in Indonesia and the world and about the art facilities influencing the profession of artist as he has chosen and gone through all this time. What he believes is so influential on the ideas of his works. The ideas are presented through metaphors he builds with his certain typical images on his works. He is like other artists who expand their fields to explore any possibilities for their works. Scribbling is his passion as a young artist. He loves to use portrait of a person to create a work on canvas. In his imaginations he always gives emphasis to strong emotion for producing optimal works. His genuineness and passion bring about his works. The award of the Best Painting for his work in Jakarta Art Award 2012 is a proof for his endowment. Even with the achievements he has got, his journey to dedicate himself to art is still very far. At the front there are challenges he has to beat. We hope he will arrive at what he yearns for. Enjoy the exhibition. Lenny Ratnasari Weichert Artist and owner of Kersan Art Studio
5
Maestro #2, 2012 Tinta Cina, akrilik pada kanvas, 100 x 150 cm
6
Tarung dan Taruh Konsep: Sentot Widodo Berhubung seluruh wacana kehidupan makhluk hidup sejak ia hadir dan lahir di dunia begitu kompleks, ia harus sudah berani mempertahankan eksistensi hidupnya. Maka tahapan kehidupan apapun sudah barang tentu akan menghadang di depannya. Berangkat dari persoalan yang kompleks tersebut saya mencoba menggali dan mengangkatnya ke ranah visual. Dengan konsepsi tema sederhana seperti pengorbanan seseorang dan tanggung jawab profesinya, perjuangan seseorang untuk bertarung dan bertahan hidup dan menghidupi keluarga dan usahanya, perjuangan orang miskin dengan masalah pengangguran abadinya, persoalan ekonomi setiap orang yang selalu melilit dirinya, pengorbanan dan perjuangan seorang ibu atau orang tua atau tokoh masyarakat untuk tetap konsisten sebagai panutan, teladan sekaligus inspirasi yang baik bagi generasi sejamannya dan lain-lain. Semua persoalan tersebut, tentu memerlukan pertaruhan dan risiko yang tidak mudah begitu saja dalam atmosfir kehidupan manusia khususnya dan makhluk Tuhan umumnya. Bertarung dan bertaruh boleh jadi sepenggal fragmen dari filosofi dasar seseorang untuk tidak sekadar hidup tanpa upaya, usaha dan harapan, namun di dalamnya juga terkandung tantangan risiko dan kekuatan bertahan untuk tujuan dan cita cita mulia apa saja. Pertarungan dan pertaruhan melawan nasib, nafsu atau hal tidak baik lainnya, tentu sebuah obsesi dan tantangan hidup seseorang yang berkesan dan membanggakan jika memang nantinya akan membuahkan hasil yang seimbang dan sepadan dengan kepuasan yang akan didapat. Demikian pernik-pernik sebagian makna pengalaman hidup manusia umumnya. Imajinasi estetika saya akhirnya juga mengambil objek-objek yang dekat di sekitar saya. Objek-objek dalam proses kreatif saya bisa saja akan saya tambah-tambahi, saya reduksi atau saya rusak sama sekali bentuk dan fungsinya guna melengkapi ide, esensi tema ataupun kaidah estetikanya.
Fighting and Gambling A Concept by Sentot Widodo Because the whole course of life may be very difficult since birth, all living creatures should be bold to uphold their existence. They certainly have to face all stages of life. Here I am trying to explore this subject matter and bring it into visual area, raising simple themes such as the sacrifice and professional responsibility, the venture and struggle to survive and support family, the struggle of the poor to end their long unemployment, the economic problems that wind around people, the sacrifice and struggle of mothers or parents or public figures to consistently be good models, examples as well as inspirations for the existing generations, etc. All these matters reflect the difficult fights human being have to do and the hard risks they may have to take throughout their paths of life. Fighting and taking risk may represent a fragment of everyone’s fundamental values of not just to live without any effort and hope. However, they also realize that there are challenges and risks, which demand power as much as necessary to keep fighting for their goals and dreams. Fighting and gambling against bad fate and all other life challenges reflect an obsession for a better life. It will be impressive and inspiring if what they contentedly achieve is equal to their efforts. My aesthetic imagination eventually takes objects existing very close to me. In my creative process I may amplify or reduce the objects or even destroy them in terms of their shapes and functions in order to complete the idea and essence of the themes and the aesthetic values. 7
“Pertaruhan” Tinta Air Sentot Oleh Mikke Susanto
Bagaimana jika tidak tercipta tinta? Akankah kita mengangkat batubatu bertatah ribuan kilogram pada tas? Tinta sepenuhnya hadir sebagai sebuah alat sekaligus penakluk berbagai pertaruhan dalam sejarah manusia, termasuk diantaranya sebagai jalan kreatif para perupa.
Basis keterampilan teknik dan gaya realistik yang dimiliki adalah perkara utama karya-karya Sentot. Sejak awal karirnya sebagai perupa di awal tahun 2000an, gaya melukis realistik tak pernah ditinggalkan. Mata, tangan, dan otaknya berjalan seiring dan sinkron. Ditambah dengan elemen material berupa cat maupun pengencernya seakan-akan menjamin kepresisian objek atau subjek yang digambarnya. Singkatnya, apapun yang dilukis memenuhi kriteria sebagai gambar, sebagaimana pengertian gambar dalam perspektif konvensional. Pada pameran ini, Sentot menyajikan lukisan-lukisan berbasis medium tinta air pada kanvas. Ditinjau dari aspek materi, karya semacam ini telah menjadi bagian dari sejarah seni lukis. Tapi bila dikaji lebih lanjut, ini bisa jadi merupakan tradisi yang bisa dikatakan tidak biasa dalam aturan atau konvensi bahan dalam seni lukis. Kanvas, kita tahu biasanya dipakai untuk cat minyak atau akrilik. Sebaliknya, tinta air yang biasanya dipakai untuk kertas, kini dipadu dengan kanvas. Ada banyak makna yang tersirat di balik realitas medium seperti ini. Diantaranya adalah persepsi mengenai “keabadian” dan permanensi karya.
8
Jika pada kertas biasanya tingkat permanensinya lemah, maka kini ia memakai kanvas untuk meningkatkan permanensi tersebut. Padahal kebiasaan tinta air yang diterakan pada kertas adalah sumbu persoalan yang paling klasik: pemakaian yang maksimal teknik tinta air yakni munculnya gradasi yang halus, kecerahan warna, dan permukaan kertas yang lembut. Semua ini agaknya harus dilupakan dulu, saat kita melihat karya-karya Sentot. Anda mungkin juga boleh curiga, bahwa penggunaan kanvas dalam perspektif ekonomi tentu sangat menonjol. Alasannya adalah kanvas merupakan bahan karya kelas satu (high art) dalam azas seni modern, sedangkan kertas sebaliknya. Begitu pula penggunaan tinta air yang harganya tergolong lebih murah dibanding dengan cat minyak. Pernyataan ini tentu tidak mempersoalkan kualitas tema dan visualisasi karya. Lukisan-lukisan tinta air Sentot dikerjakan pada kanvas dengan ukuran sedang: di atas 100x100 cm, di bawah 300x300 cm. Ukuran ini termasuk besar dalam perspektif tinta air. Semuanya dikerjakan dengan visualisasi yang detil dan merujuk pada percampuran tema potret dan
Reparasi Nurani, 2012 Tinta Cina, akrilik pada kanvas, 120 x 149 cm (Koleksi Pribadi)
9
Martir, 2012 Tinta Cina, akrilik pada kanvas, 100 x 150 cm
10
still-life (alam benda). Objek yang dikemukakan dikerjakan hanya dengan satu teknik dalam tinta air, yakni teknik opaque atau teknik kering/menumpuk. Jika ditelusuri lebih lanjut, maka secara teknik pada karya-karya yang dipamerkan kali ini, Sentot mengamankan dirinya dengan memperlakukan tinta air sebagai cat minyak.
Bagaimana mungkin hal ini bisa begitu penting? Mari kita telusuri apa yang terjadi dan seperti apa tinta air itu? Tinta sendiri merupakan sejenis cairan berbahan dasar karbon atau jelaga bekas lampu tradisional atau menggunakan arang yang sering digunakan untuk menulis,
menggambar, maupun mencetak. Penggunaan tinta secara umum dapat berbasis air maupun minyak. Tinta gambar hitam, biasa dikenal di Amerika sebagai tinta India, digunakan untuk pekerjaan-pekerjaan permanen, ketika mengering tahan air. Adapun tinta Cina mirip dengan tinta India, meskipun ditambahkan dengan berbagai bahan lain untuk meningkatkan kecerahan (brilliance), membedakan nada warna (tone) dan kualitas. Adapun tinta berwarna sebagian besar tidak permanen. Perlu menambah beberapa bahan yang membuatnya tahan terhadap air. Pada tinta cetak, kita akan menemui tinta yang sangat kuat menahan berbagai kerusakan warna. Tinta cetak kebanyakan fungsinya mendekati cat minyak. Sekitar 5.000 tahun yang lalu, orang Cina mulai menggunakan tinta untuk menulis. Mereka menggunakan campuran jelaga dari asap pinus dan lampu minyak yang menebal dengan gelatin dari kulit binatang. Ini pertama kali digunakan untuk pemblokiran permukaan mengangkat gambar atau huruf diukir menjadi batu. Sekitar 300 Masehi, Cina telah mengembangkan tinta padat yang dapat disimpan dalam bentuk stik atau kue. Bila Anda ingin menulis, Anda tinggal mengkikis tinta pada berbentuk stik tersebut lalu dicampur dengan air. Di Amerika Serikat, tinta stik ini sering disebut tinta Cina atau Jepang. Tinta air yang biasanya bersifat tidak permanen ini digunakan dengan minimal dua teknik, yakni
transparan (aqurelle) dan menumpuk (opaque). Keduanya memiliki kelebihan, kekurangan dan tujuan yang berbeda, tergantung pada kemampuan pelukis. Kedua teknik ini bisanya juga memakai alat berupa mata pena, bambu yang diruncingkan, atau kuas. Teknik transparan sepadan dengan teknik melukis yang menggunakan cat air sehingga lapisan cat yang
Maestro #1, 2012 Tinta Cina, akrilik pada kanvas, 150 x 150 cm
11
Munajat Cinta, 2012 Tinta Cina, akrilik pada kanvas, 109 x 89 cm (Koleksi Nasirun)
ada di bawahnya atau disapu sebelumnya atau warna kertasnya masih nampak. Warna putih hampir tidak pernah dipakai, sebagai gantinya adalah warna kertas. Semakin banyak air yang digunakan akan mengencerkan cat, maka catnya semakin transparan. Biasanya kertas yang digunakan adalah bebas kayu (hanya terdiri dari selulosa) dan bebas unsur minyak, yang dibuat dari bahan dasar kain. Adapun pada teknik menumpuk, berarti tidak tembus pandang atau tidak transparan. Ini merupakan teknik dalam melukis yang dilakukan dengan mencampur tinta/cat pada permukaan kanvas dengan sedikit saja pengencer, sehingga warna yang sebelumnya dapat tertutup atau tercampur. Penggunaan cat atau tinta digunakan secara merata, tetapi mempunyai kemampuan menutup bidang atau warna yang dikehendaki. Teknik ini berfungsi atau digunakan untuk membuat kesan lebih tegas dan memberi ketajaman outline atau bentuk objek gambar. Dengan mengetahui dasar-dasar pengetahuan teknik semacam ini, maka lukisan-lukisan tinta air Sentot memiliki daya tarik pada dua hal penting. 12
Pertama, meskipun menggunakan teknik menumpuk (opaque), akan tetapi tetap meninggalkan kesan putih dari kanvas yang dipakainya. Tampak sekali kemampuan teknik sekali gores jadi (alla prima) yang dimiliki Sentot digunakan dengan maksimal. Dengan demikian, teknik menumpuknya kali ini secara umum tidak membuat
masalah yang berarti. Rupanya kemampuan dasar realistiknya memang memberi jalan yang baik pada karya-karyanya.
Bapak Seni Rupa Indonesia, 2012 Tinta Cina, akrilik pada kanvas, 100 x 147 cm
Kedua, tinta air pada intinya memang sebuah bahan yang sulit ditaklukkan. Kini pada karya-karya Sentot, tinta air berdiri dengan gagah tanpa kehilangan 13
jati dirinya. Ia bukanlah pelukis klasik seperti halnya pada film-film silat Cina yang menggunakan teknik transparan dalam melukis berbahan karbon ini, sekaligus yang selama ini selalu dianggap sebagai puncak kejayaan teknik tinta Cina. Tak disangka bahwa Sentot rupanya mampu memperlakukan tinta air sebagai cat minyak dengan menggunakan teknik opaque secara maksimal. Realitas ini, yakni memperlakukan tinta sebagai cat minyak, tanpa menggunakan cat warna putih, memang sebuah pertaruhan. Adapun pada ranah tema, Sentot mengangkat dan menjuduli pameran ini dengan “Tarung dan Taruh”. Konsep pertaruhan dan pertarungan digambarkan dengan mensintesiskan beberapa tanda diantaranya: potret para pesohor di seni rupa dan tokoh, potret orang tua, tube cat minyak, dan sejumlah objek berupa benda dan binatang. Hadirnya sejumlah objek dan subjek di atas dibuat untuk menjembatani konsep pertaruhan dan pertarungan untuk menghilangkan kesan pertarungan an sich, seperti yang ada di dalam olah raga: berhadap-hadapan antara satu dengan yang lain atau bersaing dengan beberapa orang. Hadirnya objek berupa tube cat minyak cukup menjelaskan mengenai eksistensi diri Sentot yang selama ini digelutinya, yakni seni lukis. Unsur
Insting, 2012 Tinta Cina, akrilik pada kanvas, 100 x 150 cm
14
kedekatan benda berupa tube cat minyak menjadi alasan mengapa ia menggambar benda tersebut. Potret para pesohor seni diantaranya Picasso, Raden Saleh, Soedjojono, Affandi sampai pesohor lain seperti Gus Dur dan Romo Mangun adalah potret para pejuang yang tak pernah lelah memperjuangkan kehidupan dan eksistensinya. Lebih kurang potret para pesohor ini dalam pikiran Sentot sebatas sebagai penanda atau “nisan” peringatan. Adapun gambar tube cat minyak yang dieksploitasi memenuhi seluruh bidang kanvas adalah sebagai “senjata” sekaligus “tanah” suci mereka. Ingatan dan kenangan mengenai berbagai persoalan yang terkait dengan para pesohor yang dilukiskan maupun terkait dengan isu masa kini tertera pada beberapa teks yang dituliskan pada objek tube cat yang dilukisnya. Pada karya Maestro (2012), tampak berbagai teks misalnya “Super Quality dan “Affandi”. Teks ini ingin menunjukkan dua persepsi yang selalu dan sering terkait dengan sebuah opini mengenai ide kemampuan dan kemaestroan. Pada karya Maestro #2 (2012) agaknya Sentot justru mengumbar teks yang cukup verbal, “Petarung”. Sepertinya karya ini hendak melukiskan Picasso tidak saja sebagai master (yang telah mengalahkan banyak pesaingnya dalam sejarah seni lukis), tetapi ingatan saya juga mengarah pada seseorang yang juga seorang petarung beneran, seperti matador dari Spanyol. Ingat, Picasso lahir dari negeri tersebut dengan nama lahir Pablo Diego José Francisco de Paula
Juan Nepomuceno María de los Remedios Cipriano de la Santísima Trinidad Ruiz y Picasso. Puncak kreatif karya-karya tinta air Sentot yang dapat mengartikulasi keterampilan teknik maupun tema, tercermin pada karya Reparasi Nurani (2012). Selain potret pesohor yakni Gus Dur dan Romo Mangun, dalam karya tersebut muncul teks “Indonesia” pada dua tube cat. Di samping itu ada pula objek binatang, dua biksu tengah berjalan, candi Borobudur, candi Prambanan, sejumlah rumah ibadah dan lambang negara Garuda Pancasila. Lukisan ini jelas ingin menunjuk pada isu kebhinekaan dan toleransi beragama di Indonesia. Rujukan konsep “pertarungan dan pertaruhan” dalam lukisan ini sekan-akan luruh. “Pertarungan” dalam lukisan ini dimanifestasikan telah cair dalam sebuah kebersamaan. Mungkin itu harapan Sentot ya... Perkara tema memang tidak akan selesai dalam ruang yang terbatas ini. Ada simpul yang paling penting ketika melihat karya-karya Sentot, yakni munculnya tube cat sebagai ide visual. Ide ini cukup kreatif dan tak menyusahkan. Dari objek tube ini apresian dapat belajar banyak mengenai sejarah, misalnya sejarah seni, sejarah teknologi, dan bahkan sejarah material cat. Cat minyak mulai digunakan pada awal abad ke-5 tetapi aplikasi secara intensif dan menarik ialah yang telah dikembangkan pada abad ke-15 oleh pelukis Flemish, Jan van Eyck.
Kemasan tube yang diperkenalkan Eyck, membuat cat minyak dipandang sebagai benda rumah yang akrab dan murah. Bayangkan, bila di era sebelumnya, cat merupakan bagian dari kemewahan, hanya orang-orang kaya saja yang mampu mengecat rumahnya atau memiliki lukisan berbahan cat minyak. Baru pada abad ke-19 industri cat berkembang menyebabkan siapapun bisa menggunakan cat dalam arti umum. Dalam karya Sentot, tinta air dan tube cat minyak kini dipandang sejajar. Hanya terkadang, yang membuat lelah dan capek dalam mengapresiasi karya-karya Sentot yang berobjek tube cat dan kawan-kawannya ini adalah justru karena cara menggambarkannya. Sentot agaknya mesti merenung kembali dan memilih objek-objek tertentu saja mana yang diutamakan dan mana yang tidak diutamakan. Bila tidak, teknik melukis yang sesungguhnya sulit, yakni teknik/gaya realistik, hanya sekadar alat. Berani taruhan? Lukisan Sentot mungkin hanya akan digolongkan dekoratif. Sayang, kan! Sentot, selamat bertarung!!! Mikke Susanto, kritikus, staf pengajar di Fakultas Seni Rupa ISI Yogyakarta dan pengarang buku DIKSI RUPA: Kumpulan Istilah Seni Rupa. Website: mikkesusanto.jogjanews.com Email:
[email protected]
15
Sentot’s “Gambling” with Water Ink By Mikke Susanto What if ink was not invented? Would we carry heavy carved stones in our bags? Ink fully exists as a tool and a challenge in the history of civilization. It is a creative way for artists too.
Technical skills and realistic style are the main features of Sentot’s works. Since the start of his career as painter in 2000s, he has never abandoned realism. His eyes, hands and brain go together and synchronize with one another. With his paints and thinner liquid, he seems to guarantee the precision of the objects and subjects that he paints. In short, whatever he paints fulfills all criteria of painting as viewed in conventional perspective. In this exhibition, Sentot is presenting paintings made of water ink on canvas. In the history of painting, paintings made with ink indeed have special place. Painting with material of ink constitutes an extraordinary tradition in some cultures. It is common that canvas is usually used for oil paint or acrylic paint. Combination of canvas and ink is very rare. It is used usually on paper. There are some purposes with the use of this medium. One of them is to obtain the “durability” of the works. Paper is less enduring than canvas. Therefore, the use of canvas then is meant to lengthen the age of paintings created with water-based ink. In fact, water ink on paper is traditionally well matched; due to subtle surface of paper, gradation and color brightness can be optimally made. It seems that we have to forget it when we see Sentot’ paintings. You may think that
16
commercial purpose is more apparent with the use of canvas because it is first class medium in modern painting. Meanwhile the use of water-based ink is economically cheaper. This premise if course does not address the quality of themes and visualization of the works. His paintings are created on mediumsized canvas; above 100 x 100 cm and under 300 x 300 cm. The size is still considered big for water ink painting. His detailed visualization refers to combination of portrait and still-life paintings. Objects are painted with one technique only, namely opaque technique. As seen in the exhibited paintings, Sentot technically treats water ink like oil paint. How can it be so important? Let us see what happens and what water ink is. Ink is commonly made of carbon, lampblack or charcoal. In general, ink can be based on both water and oil. Black drawing ink in America usually is called India ink, which can produce permanent imprint because it is water-resistant when it is dry. Chinese ink is similar to the India one, it is added with other ingredients to increase sharpness and to differentiate tone and quality. Most color inks are not permanent. It needs to add some ingredients to make them resistant to water. In digital print, the ink is very strongly resistant to color damage. The quality of the ink is usually close to that of oil paint.
Ibu, 2012 Tinta Cina, akrilik pada kanvas, 100 x 147 cm
17
Sakinah Mawaddah Warohmah, 2012 Tinta Cina, akrilik pada kanvas, 100 x 150 cm (Koleksi Lenny Ratnasari Weichert)
About 5,000 years ago, Chinese began using ink for writing. The ink was a mixture of soot from pine smoke and lamp oil, thickened with gelatin from animal skins and musk. It was first used for blacking the raised surfaces of pictures or letters carved into stone. Around AD 300 the Chinese developed a solid ink that could be stored as a stick or cake. When you wanted to so some writing, you shaved some ink off the stick and mixed it with water. In the United States, these sticks are often called Chinese ink or Japanese ink. Water ink, which commonly is not permanent, can be applied at least with two techniques, namely aquarelle and opaque techniques. Both have their own advantages and disadvantages with different purposes, depending on the user’s skills. They can be applied using tools like pen point, tapering bamboo stick or brush. Aquarelle technique using water ink is similar with that using watercolor; it makes the lower layer of paint or the paper remain noticeable. White ink is almost never used. The color can be obtained from that of the paper. The more water is used, the thinner is the ink. Therefore, the painted result is more transparent. Generally the paper used is made of cellulose only and oil free. Regarding opaque technique, it means the paint is not transparent. It is a manner of applying paint/ink by mixing it with a very little thinner on canvas, so that the color previously put is covered or mixed. The paints or inks are applied
evenly, covering any field or color. This manner of applying paint aims to make impression of firmness and sharpness of the outline of any object painted. Having such basic technical skills, his water-inked paintings are interesting in terms of two things, which are:
First, despite the opaque technique, the white field of the canvas remains noticeable. It seems that Sentot has used his alla prima skill optimally. Therefore, his opaque technique in general does not imply any significant difficulty. His basic skill of realism indeed has contributed to him well in producing the works.
Sang Legenda, 2012 Tinta Cina, akrilik pada kanvas, 100 x 150 cm (Koleksi Mikke Susanto)
19
The Matador #1, 2013 Tinta Cina, akrilik pada kanvas, 100 x 147 cm
20
Second, water ink basically is a material difficult to use for painting. In Sentot’s works, water ink does not lose its natural quality. He is not a classical painter seen in Chinese martial movies, who paints using carbon-based ink with opaque technique, which is considered as the pinnacle of Chinese ink glory. Sentot seems to be able to treat water ink like oil paint by using opaque technique. It is in fact such a gambling.
In the issue of theme, Sentot raises this exhibition with title “Pertaruhan dan Pertarungan” (“Gambling and Fighting”). The concept of gambling and fighting is depicted by synthesizing several iconic images like portraits of famous artists and public figures, portraits of elderly, oil paint tubes, animals, etc. The present of these images is intended to bridge the gambling and fighting and to exclude the impression of
fighting as seen in sports; face-to-face duel or competition of several persons. The present of object ‘tube’ of oil paint explains enough about his existence in the world of painting. His closeness to such object is the reason why he paints the image of it. Portrait of famous painters like Picasso, Salvador Dali, Raden Saleh, Soedjojono, and Affandi and of other public figures like Gusdur and Romo Mangun are to remind us
of these persons’ undying struggle for their lives and existence. The portraits of them for Sentot are just representations or “memorials” and the image of paint tubes filling the entire field of canvas is “weapon” as well as their “holy lands”.
Aksi, 2012 Tinta Cina, akrilik pada kanvas, 100 x 147 cm
Remembrance and memories of issues related to these famous persons and current issues are represented by several texts written on the objects of 21
paint tubes. In the work titled Maestro (2012) are written words/phrase “super quality” and “Affandi”, addressing the ideas of talent and mastership. In Maestro #2 (2012) Sentot puts verbally strong word “fighter”. The work seems to describe Picasso not only as a maestro, who had overpowered his competitors in the field of painting, but also as a real fighter like a Spanish matador. He was indeed Spanish and baptized Pablo Diego José Francisco de Paula Juan Nepomuceno María de los Remedios Cipriano de la Santísima Trinidad Ruiz y Picasso. The highest point of his creativity with water ink, which articulates his technical skills and themes, reflects on his work titled Reparasi Nurani (Conscience Repair; 2012). The painting shows the portraits of Gus Dur and Romo Mangun and a word “Indonesia” on each of two paint tubes. There are also images of animals, two Buddhist monks walking, Borobudur Temple, Prambanan Temple, several worship houses and state symbol Garuda Pancasila. This painting obviously wants to address the issue of diversity and religious tolerance in Indonesia. The concept of the “fight and betting” in this painting seems to melt. The “fight” dissolves in togetherness. Perhaps it is his expectation. To discuss the theme it will not finish in this limited space. The most important point we can see from his works is the visualization of paint tube. The idea is quite creative and easily understood. The Matador #2, 2013 Tinta Cina, akrilik pada kanvas, 100 x 147 cm
22
It may represent the history of art, technology and paint. In the beginning of 5th century oil paint had been used. An intensive and interesting application was developed in the 19th century by a Flemish painter, Jan van Eyck. Tube introduced by Eyck made oil paint viewed as common and cheap home property. Previously it was a luxury. Only rich people could paint their houses or have oil-paint paintings. It was in the 19th century when paint industry developed, making everyone could use paint. In Sentot’s works, water ink and oil paint are considered equal. Sometimes what makes it difficult to appreciate his paintings is the way he paints. It seems that he has to reconsider and choose specific objects, which are prioritized and not. If he does not do so, realistic technique/ style that is actually difficult will be only tool. Dare to bet? Of course, it will be regrettable if his works are categorized as paintings of decorative style only. Sentot, have a great fight! Mikke Susanto, an art critic, lecturer at Visual Art Dept. ISI Yogyakarta and author of DIKSI RUPA: Kumpulan Istilah Seni Rupa. Website: mikkesusanto.jogjanews.com Email:
[email protected]
Jeritan, 2012 Tinta Cina, akrilik pada kanvas, 100 x 147 cm
23
Sentot Widodo saat menerima penghargaan Jakarta Art Award sebagai Lukisan Terbaik 2012, di North Art Space Jakarta.
24
Sentot Widodo
Lahir di Yogyakarta, 6 Juni 1966. Alamat Lempuyangan DN 3 / 236 Yogyakarta Telpon 0877 3831 6957 (0274) 743 7691
PENGHARGAAN • Lukisan Terbaik Jakarta Art Award 2012 International Painting Competition • Finalis The 2nd UOB Indonesia Painting of the Year Competition 2012 PAMERAN TUNGGAL 2013 • Pameran “Tarung dan Taruh”, di Kersan Art Studio, Yogyakarta 2004 • Pameran Lukisan di Balai Rupa Satoe Tembi, Yogyakarta. PAMERAN BERSAMA 2012 • Pameran “Jakarta Art Award 2012 International Painting Competition” di North Artspace Pasar Seni Ancol,
Jakarta. • Pameran Finalis “The 2nd UOB Painting of the Year Competition 2012” di Plaza UOB, Jakarta. • “Kembar Mayang” Pameran Ulang Tahun Dr. Oe Hong Djien ke 73 di Museum H. Widayat, Mungkid, Magelang. • “MELINTAS WAKTU” 53th Sanggar Bambu, Jogja Gallery • Grand Opening IRIS Gallery “ANA RUPA” Yogyakarta • Pameran Bersama “Ruang Yang Sama” Group of Visual Art Exhibition Asia Raya, di Museum Widayat, Mungkid, Magelang.
• Pameran Bersama “Silaturahmi” di Bentara Budaya Yogyakarta. 2011 • Pameran Lukisan “Pasar Ilang Kumandange” di Bentara Budaya Yogyakarta. • Pameran Pasar Kencrung di Bentara Budaya Yogyakarta. • Pameran Seni Rupa “The Art of Motorcycles, Tribute to Nurkholis” di Taman Budaya Yogyakarta. 2010 • Pameran Amal Seni Rupa di Pusat Kebudayaan Koesnadi Hardjasoemantri, Yogyakarta. 2009 • Pameran Lukisan “Menjadi Indonesia” di Gedung Arsip Nasional, Jakarta. AWARD • Best Painting Jakarta Art Award 2012
• Finalist The 2nd UOB Indonesia Painting of the Year Competition 2012 SOLO EXHIBITION 2013 • “Tarung dan Taruh”, Kersan Art Studio 2004 • Visual Art Exhibiton, Balai Rupa Satoe Tembi, Yogyakarta SELECTED GROUP EXHIBITIONS
Pendidikan 1982 • SMSR Yogyakarta 1986 • FSRD Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta Email
[email protected]
Competition” North Artspace Pasar Seni Ancol,
Jakarta. • Finalist Exhibition “The 2nd UOB Painting of the Year Competition 2012” Plaza UOB, Jakarta. • “Kembar Mayang” Museum H. Widayat, Mungkid Magelang • “MELINTAS WAKTU” 53th Sanggar Bambu, Jogja Gallery • Grand Opening IRIS Gallery “ANA RUPA” Yogyakarta. • “Ruang Yang Sama” Group of Visual Art Exhibition Asia Raya, Museum Widayat, Mungkid, Magelang. • “Silaturahmi” Bentara Budaya Yogyakarta.
2011 • “Pasar Ilang Kumandange” Bentara Budaya Yogyakarta. • Pasar Kencrung, Bentara Budaya Yogyakarta. • “The Art of Motorcycles, Tribute to Nurkholis” Taman Budaya Yogyakarta. 2010 • Fine Art Charity Exhibition, Pusat Kebudayaan Koesnadi Hardjasoemantri, Yogyakarta. 2009 • “Menjadi Indonesia” Gedung Arsip Nasional, Jakarta.
2012 • “Jakarta Art Award 2012 International Painting 25
Ucapan Terimakasih
Daftar Lukisan
Allah SWT Istri & Anakku Hisyam Kersan Art Studio Lenny Ratnasari Weichert Bapak Dr. Sri Margono Bapak Mikke Susanto Nisak Latifah Brian Wogan (Proof Reader) Crew Kersan Art Studio Yusuf Arsad Budi Ubrux Udin Kuru Watoni Agung Pekik Karte Wardoyo Ale Ruhyat Teres Sinick Widodo Djancuk Kawan-kawan yang tidak bisa saya sebutkan satu-persatu.
01. Maestro #2, 2012 Tinta Cina, akrilik pada kanvas 100 x 150 cm (page 6)
08. Ibu, 2012 Tinta Cina, akrilik pada kanvas 100 x 147 cm (page 17)
02. Reparasi Nurani, 2012 Tinta Cina, akrilik pada kanvas 120 x 149 cm (page 9)
09. Sakinah Mawaddah Warohmah, 2012, Tinta Cina, akrilik pada kanvas 100 x 150 cm (page 18)
Acknowledgement
List of Artworks
03. Martir, 2012 Tinta Cina, akrilik pada kanvas 100 x 150 cm (page 10) 04. Maestro #1, 2012 Tinta Cina, akrilik pada kanvas 150 x 150 cm (page 11) 05. Munajat Cinta, 2012 Tinta Cina, akrilik pada kanvas 109 x 89 cm (page 12) 06. Bapak Seni Rupa Indonesia, 2012 Tinta Cina, akrilik pada kanvas 100 x 147 cm (page 13) 07. Insting, 2012 Tinta Cina, akrilik pada kanvas 100 x 150 cm (page 14)
10. Sang Legenda, 2012 Tinta Cina, akrilik pada kanvas 100 x 150 cm (page 19) 11. The Matador #1, 2013 Tinta Cina, akrilik pada kanvas 100 x 147 cm (page 20) 12. Aksi, 2012 Tinta Cina, akrilik pada kanvas 100 x 147 cm (page 21) 13. The Matador #2, 2013 Tinta Cina, akrilik pada kanvas 100 x 147 cm (page 22) 14. Jeritan, 2012 Tinta Cina, akrilik pada kanvas 100 x 147 cm (page 23)
27
Tarung S E N TOT
dan
Taruh
W I D O D O
Kersan Art Studio Dusun II Kersan No.154, Tirtonirmolo Kasihan, Bantul, Jogjakarta 55181, Indonesia
[email protected]
28