RUMAH ADAT TULUNGAGUNG 1.
Pembahasan Bangunan adat rumah Jawa Ilmu yang mempelajari seni bangunan oleh masyarakat Jawa biasadisebut Ilmu Kalang atau disebut juga Wong Kalang. Rumah Jawa adalaharsitektur tradisional Jawa yang berkembang sejak abad ke-13 terdiri atas5 tipe dasar (pokok) yaitu : 1. Joglo (atap joglo) atau Tikelan, yaitu bangunan dengan Soko Guru dan atap 4 belah sisi, sebuah bubungan di tengahnya. Bentuk Rumah JogloMemiliki ciri; Atap terdiri dari 4 (empat) buah sisi soko guru dengan pemidangannya (alengnya) dan berblandar tumpang sari. Bangunan ini umumnya dipergunakan sebagai pendopo dan juga untuk tempat tinggal (dalem).
2. Limasan (atap limas), yaitu bangunan dengan atap 4 belah sisi, sebuah bubungan di tengahnya. Bentu krumah Limasan: Terutama terlihat pada atapnya yang memiliki 4 (empat) buah bidang sisi, memakai dudur. Kebanyakan untuk tempat tinggal. Perkembangannya dengan penambahan emper,serta beberapa ruangan akan tercipta bentuk bentuk sinom, kutukan gambang ,lambing gantung, trajumas, danlain-lain. Hanya saja yang berbentuk trajumas tidak biasa digunakan sebagai tempat tinggal
Jenis-jenis Rumah Joglo: 1.Joglo Lawakan
2.Joglo Sinom 3.JogloJompongan 4.Joglo Pangrawit 5.Joglo Mangkurat 6.Joglo Hageng 7.Joglo Semar Tinandhu 3.
LIMASAN
JENIS-JENIS RUMAH LIMASAN: 1. Limasan Lawakan 2.Limasan Gajah Ngombe 3.Limasan Gajah Njerum 4. Limasan Apitan 5.Limasan Pacul Gowang 6.Limasan Cere Gancet 7. Limasan Trajumas 8.Limasan Gajah Mungkur 9.Limasan Klabang Nyander 10.Limasan Lambang Teplok 11.Limasan Semar Tinandu 12.Limasan Lambang Sari 13.Limasan Semar Pinondhong, ontoh Bangsal Kama, Kraton Cirebon
Masing-masing bentuk berkembang menjadi beraneka jenis dan variasi yang bukan hanya berkaitan dengan perbedaan ukurannya saja,melainkan juga dengan situasi dan kondisi daerah setempat. Dari kelima macam bangunan pokok rumah Jawa ini, apabila diadakan penggabungan antara 5 macam bangunan maka terjadi berbagai macam bentuk rumah Jawa. Sebagai contoh : gedang selirang, gedang setangkep, cere gencet,sinom joglo lambang gantung, dan lain-lain. Menurut pandangan hidup masyarakat Jawa, bentuk-bentuk rumah itu mempunyai sifat dan penggunaan tersendiri. Misalnya bentuk Tajug,itu selalu hanya digunakan untuk bangunan yang bersifat suci,umpamanya untuk bangunan Masjid, makam, dan tempat raja bertahta,sehingga masyarakat Jawa tidak mungkin rumah tempat tinggalnya dibuatberbentuk Tajug. Rumah yang lengkap sering memiliki bentuk-bentuk serta penggunaan yang tertentu, antara lain : - pintu gerbang: bentuk kampong - pendopo: bentuk joglo - pringgitan: bentuk limasan - dalem: bentuk joglo - gandhok (kiri-kanan) : bentuk pacul gowang - dapur: bentuk kampong
- dan lain-lain.
Tetapi bagi orang yang tidak mampu tidaklah mungkin akan demikian. Dengan sendirinya rumah yang berbentuk doro gepak (atap bangunan yang berbentuk mirip burung dara yang sedang terbang mengepakkan sayapnya) misalnya bagian- bagiannya dipergunakan untuk kegunaan yang tertentu, misalnya : - emper depan: untuk Pendopo - ruang tengah: untuk tempat pertemuan keluarga - emper kanan-kiri: untuk senthong tengah dan senthong kiri kanan - emper yang lain: untuk gudang dan dapur. Di beberapa daerah pantai terdapat pula rumah-rumah yangberkolong. Hal tersebut dimaksudkan untuk berjaga-jaga bila ada banjir.Dalam Seni Bangunan Jawa karena telah begitu maju, maka semua bagiankerangka rumah telah diberi nama-nama tertentu, seperti : ander, dudur,brunjung, usuk peniyung, usuk ri-gereh, reng, blandar, pengeret, sakaguru, saka penanggap, umpak, dan sebagainya. Bahan bangunan rumah Jawa ialah terutama dari kayu jati.Arsitektur tradisional Jawa terbukti sangat populer tidak hanya di Jawasendiri tetapi sampai menjangkau manca negara. Kedutaan BesarIndonesia di Singapura dan Malaysia juga Bandar Udara Soekarno-Hattamempunyai arsitektur tradisional Jawa. Pada dasarnya arsitektur tradisonal Jawa – sebagaimana halnya Balidan daerah lain – adalah arsitektur halaman yang dikelilingi oleh pagar.Yang disebut rumah yang utuh seringkali bukanlah satu bangunan dengandinding yang pejal melainkan halaman yang berisi sekelompok unitbangunan dengan fungsi yang berbeda-beda. Ruang dalam dan luar salingmengimbas tanpa pembatas yang tegar. Struktur bangunannyamerupakan struktur rangka dengan konstruksi kayu, bagaikan payungyang terpancang terbuka. Dinding ruangan sekedar merupakan tirai pembatas, bukan dinding pemikul. Yang sangat menarik pula untukdiungkap adalah struktur tersebut diperlihatkan secara jelas, wajar danjujur tanpa ada usaha menutup-nutupinya.
Demikian pula bahan-bahanbangunannya, semua dibiarkan menunjukan watak aslinya. Di samping ituarsitektur Jawa memiliki ketahanan yang cukup handal terhadap gempa. Atap bangunannya selalu menggunakan tritisan yang lebar, yangsangat melindungi ruang beranda atau emperan di bawahnya. Tata ruangdan struktur yang demikian sungguh cocok untuk daerah beriklim tropisyang sering mengalami gempa dan sesuai untuk peri kehidupan manusiayang memiliki kepribadian senang berada di udara terbuka. Halaman yanglega dengan perkerasan pasir atau kerikil sangat bermanfaat untukpenyerapan air hujan. Sedangkan pepohonan yang ditanam seringkalimemiliki sasraguna (multi fungsi), yaitu sebagai peneduh, penyaring debu,peredam angin dan suara, juga sebagai sumber pangan bagi manusia danbinatang bahkan sering pula dimanfaatkan untuk obat tradisional. Dalam masyarakat Jawa, susunan rumah dalam sebuah rumahtangga terdiri dari beberapa bangunan rumah. Selain rumah tempattinggal (induk), yaitu tempat untuk tidur, istirahat anggota keluarga,terdapat pula bangunan rumah lain yang digunakan untuk keperluan laindai keluarga tersebut. Bangunan rumah tersebut terdiri dari: pendhapa,terletak di depan rumah tempat tinggal, digunakan untuk menerima tamu.Rumah belakang (omah buri) digunakan untuk rumah tempat tinggal, diantara rumah belakang dengan pendapa terdapat pringgitan. Pringgitanialah tempat yang digunakan untuk pementasan pertunjukan wayangkulit, bila yang bersangkutan mempunyai kerja (pernikahan, khitanan, dansebagainya). Dalam pertunjukan tersebut tamu laki-laki ditempatkan dipendapa, sedang tamu wanita ditempatkan di rumah belakang. Susunanrumah demikian mirip dengan susunan rumah istana Hindu Jawa, misalnyaIstana Ratu Boko di dekat Prambanan. Bagi warga masyarakat umum (kawula dalem) yang mampu,disamping bangunan rumah tersebut, tempat tinggalnya (rumah) masihdilengkapi dengan bangunan lainnya, misal: lumbung, tempat menyimpanpadi dan hasil bumi lainnya. Biasanya terletak di sebelah kiri atau kanan Pringgitan. Letaknya agak berjauhan. Dapur (pawon) terletak di sebelahkiri rumah belakang (omah buri), tempat memasak. Lesung, rumahtempat menumbuk padi. Terletak di samping kiri atau kanan rumahbelakang (pada umumnya terletak di sebelah belakang). Kadangkadangterdapat lesung yang terletak di muka pendapa samping kanan. Kandang,untuk tempat binatang ternak (sapi, kerbau, kuda, kambing, angsa,itik,ayam dan sebagainya). Untuk ternak
besar disebut kandang, untukternak unggas, ada sarong (ayam), kombong (itik, angsa); untuk kudadisebut gedhongan. Kandang bisa terdapat di sebelah kiri pendapa,namun ada pula yang diletakkan di muka pendhapa dengan disela olehhalaman yang luas. Gedhongan biasanya menyambung ke kiri atau kekanan kandhang. Sedang untuk sarong atau kombong terletak di sebelahkiri agak jauh dari pendhapa. Kadang-kadang terdapat peranginan, ialah bangunan rumah kecil,biasanya diletakkan disamping kanan agak berjauhan dengan pendapa.Peranginan ini bagi pejabat desa bisa digunakan untuk markas ronda ataularag, dan juga tempat bersantai untuk mencari udara segar daripemiliknya. Kemudian terdapat bangunan tempat mandi yang disebutjambang, berupa rumah kecil ditempatkan di samping dapur ataubelakang samping kiri atau kanan rumah belakang. Demikian pula tempatbuang air besar/kecil dan kamar mandi dibuatkan bangunan rumahsendiri. Biasanya untuk WC ditempatkan agak berjauhan dengan dapur,rumah belakang, sumur dan pendhapa. Pintu masuk pekarangan seringdibuat Regol. Demikian sedikit variasi bangun rumah adat Jawa yang lengkapuntuk sebuah keluarga. Hal tersebut sangat bergantung pada kemampuankeluarga. Secara lengkap kompleks rumah tempat tinggal orang Jawaadala rumah belakang, pringgitan, pendapa, gadhok (tempat parapelayan), lumbung, kandhang, gedhogan, dapur, pringgitan, topengan,serambi, bangsal, dan sebagainya. Besar kecilnya maupun jenisbangunannya dibuat menurut selera serta harus diingat status sosialpemiliknya didalam masyarakat. Arsitektur tradisional Tulungagung adalah warisan budaya di daerah Jawa Timur. Meskipun induknya adalah arsitektur Jawa, ternyata memiliki penampilan yang berbeda. Meskipun rumah tinggal tradisonal diciptakan dan didukung oleh masyarakat yang secara keseluruhan dapat dikatakan memeluk agama yang sama, yakni agama islam, namun ternyata masyarakat ini memiliki kiblat (orientasi) budaya yang berbeda. Pada lapisan atas masyarakatnya berkiblat kearah kebudayaan Melayu. Hal yang demikian ternyata akan nampak ada penampilan rumah tinggal tradisonalnya.
2.
Elemen arsitektur dan susunan Pada arsitektur tradisional masih mempertahankan ciri khasnya, seperti kolom yang sampai sekarang masih bisa bertahan. Karena masih menggunakan kayu jati dengan diameter yang cukup besar sehingga sampai sekarang masih berdiri dengan kokoh.
Dan pada umumnya semua ornamen atau bahan bangunannya masih menggunakan kayu jati. Seperti terlihat pada kuda – kuda bangunan, pintu, dan jendela yang masih menggunakan kayu jati. Sehingga kekuatannya masih cukup untuk berdiri kokoh sampai sekarang.
3.
Karakteristik Bentuk dan Ruang Arsitektural Pada rumah adat tulungagung ini karakteristiknya masih mempertahankan arsitektur tradisional. Dimana tiap – tiap ruangnya memiliki nama dan luasan yang berbeda dengan rumah modern. Seperti misalnya ruang tamu yang pada rumah adat tulungagung disebut balai dan mempunyai fungsi sebagai tempat pertemuan. Sehingga luasannya pun lebih luas. Dan untuk ruang keluarga disebut kampung. Karena menurut kepercayaan kampung merupakan tempat berkumpulnya anggota keluarga, sehingga di luar anggota keluarga tidak diperbolehkan memasuki kampung kecuali atas izin pemilik. Dan kampung terdiri dari kamar – kamar tidur yang disebut centong. Dengan luasan per centong hanya 1,5 x 2 maka centong hanya cukup untuk manampung 1 orang saja. Sedangkan untuk dapur dan kamar mandi tempatnya dipisahkan karena menurut mereka kamar mandi adalah tempat membuang sedangkan dapur adalah tempat untuk menghasilkan makanan. Jadi harus dipisah. Sehingga pada rumah adat ini kamar mandinya berada di luar bangunan utama sehingga terpisah dari rumah.
4.
Keunikan dari obyek arsitektur Keunikan pada rumah adat tulungagung ini ada pada nama – nama dan organisasi ruang. Dan juga untuk memberi nama dan fungsi orang dulu biasanya memperhatikan kepercayaan – kepercayaan yang mereka anut sehingga mereka tidak asal dalam menempatkan ruangan. Seperti penempatan kamar mandi diluar rumah. Mereka mempercayai bila kamar mandi berada di luar rumah maka rezeki mereka tidak terganggu. Jadi penempatannya di lakukan di luar rumah.