PENGARUH LABA / RUGI SELISIH KURS TERHADAP LABA BERSIH PERUSAHAAN YANG TERGABUNG DALAM LQ45 (2006-2006) M.Bayuandika 20205750 ABSTRAKSI Laba rugi selisih kurs merupakan salah satu unsur yang mempengaruhi laba perusahaan. Selisih kurs didapat dari tenggang waktu antara waktu transaksi dan waktu pembayaran dimana didalam tenggang waktu tersebut kurs rupiah juga berubah. Adanya selisih kurs dipandang oleh Investor sebagai sebuah konsekuensi atas strategi perusahaan. Dalam mengelola keuangannya dan mengatur transaksi-transaksinya, sekaligus menunjukkan pemahaman perusahaan terhadap kecenderungan kondisi ekonomi internasional. Maksud utama dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pergerakan laba/rugi selisih kurs terhadap laba bersih perusahaan. Melalui penulisan ini, penulis ingin mengetahui seberapa besar pengaruh laba/rugi selisih kurs terhadap laba bersih perusahaan. Adapun metode dan teknik yang digunakan untuk memperoleh data dan informasi yang berhubungan dengan objek penelitian adalah studi pustaka dan studi lapangan. Kesimpulan yang didapat adalah perusahaan yang tergabung dalam LQ45 mencapai puncak laba bersih pada tahun 2007. Dan puncaknya laba/rugi selisih kurs terjadi pada tahun 2008. Dari uji determinasi yang diproses menggunkana spss 15 menghasilkan persamaan regresi Y = 1051349 + 3,982X. Dimana nilai Y adalah laba bersih dan X adalah selisih kurs. Dan juga di dapat tingkat pengaruh selisih kurs terhadap laba bersih sebesar 23,3%. Kata Kunci : Selisih kurs dan Laba bersih PENDAHULUAN Dalam beberapa waktu ini perdagangan dunia telah mengalami kemajuan yang sangat pesat. Terlebih lagi dengan munculnya arus globalisasi yang ditandai dengan perdagangan bebas yang telah direstui oleh suatu badan dunia yaitu WTO (world Trade Organization). Perkembangan dalam dunia usaha ini juga diiringi dengan peranan peningkatan laporan keuangan yang didalamnya merupakan catatan semua aktivitas dan kondisi perusahaan, sekaligus menjadi bahan pertimbangan untuk membuat suatu keputusan. Laporan keuangan berguna untuk pihak exsternal perusahaan terutama bagi para investor dan juga kreditor. Agar dapat dijadikan sebagai salah satu alat pengambil keputusan yang bermanfaat, sebuah laporan keuangan harus memiliki kandungan
informasi yang bernilai bagi investor. Informasi tersebut setidaknya memungkinkan mereka untuk melakukan penilaian saham yang mencerminkan hubungan antara resiko dan hasil pengembalian yang sesuai dengan tujuan masing-masing investor. Suatu laporan keuangan dikatakan memiliki kandungan informasi apabila publikasi laporan keuangan tersebut menyebabkan reaksi pasar. Reaksi pasar ini direfleksikan dengan adanya transaksi jual beli saham, yang berarti juga akan mempengaruhi volume perdagangan saham dan harga saham perusahaan. Ada beberapa faktor eksternal yang mempengaruhi laba bersih perusahaan yaitu nilai kurs Rupiah terhadap Dollar Amerika dan juga IHSG karena perusahaan yang bergerak di lantai bursa efek sangat tergantung pada harga saham mereka. Oleh karena itu kedua faktor tersebut harus benar – benar di perhatikan oleh perusahaan yang ada di bursa efek. Bayuandito (2008) adapun isi laporan ini berisi mengenai pencatatan atas trasaksi yang menggunakan mata uang asing yang terdapat pada PT. ALN dengan bidang usaha freight forwarding. Mata uang fungsional yaitu mata uang yang secara substantif mencerminkan mata uang yang digunakan dalam kegiatan operasional utama perusahaan. Terdapat kriteria bagi suatu mata uang agar dapat dijadikan sebagai mata uang fungsional, yaitu jika kriteria-kriteria tersebut dipenuhi (secara kumulatif) oleh mata uang tersebut. Adapun kriteria-kriteria tersebut adalah: • Mata uang tersebut menjadi indikator arus kas • Mata uang tersebut sebagai indikator harga jual • Mata uang tersebut sebagai indikator biaya Dalam pembukuan transaksi, mata uang fungsional berperan sebagai original currency atau mata uang dasar dalam menentukan nilai tukar suatu transaksi atau dalam perhitungan selisih kurs. Jika terjadi suatu transaksi dalam mata uang non-fungsional, maka transaksi tersebut harus diukur ulang ke dalam mata uang fungsional yang dianut perusahaan. Pengukuran ulang transaksi yang terjadi dalam mata uang non-fungsional akan mengakibatkan selisih pengukuran ulang yang disebabkan oleh perbedaan nilai mata uang fungsional dengan mata uang non-fungsional. Jenis-jenis transaksi dalam mata uang asing pada PT. ALN meliputi : 1. Pendapatan atau pembelian jasa dimana harganya ditetapkan dalam mata uang asing 2. Pembelian aktiva tetap 3. Utang atau pinjaman dalam mata uang asing Kurs yang digunakan PT. ALN pada saat terjadinya transaksi adalah kurs pada tanggal transaksi tersebut dilakukan, sedangkan pada saat pembuatan pelaporan kurs yang digunakan adalah kurs yang telah ditetapkan oleh PT. ALN. Apabila terjadi perbedaan kurs antara tanggal transaksi dengan tanggal neraca maka PT.ALN memasukkan selisih tersebut pada akun keuntungan atau rugi akibat selisih kurs. PT. ALN telah mencatat transaksi mata uang asing dan melaporkan akun-akun yang terkait pada laporan keuangan sesuai dengan PSAK. Salah satu informasi akuntansi yang terkandung dalam laporan keuangan adalah rugi laba selisih nilai mata uang atau kurs. Selisih kurs masih mempunyai pengaruh terhadap nilai perusahaan. Namun adanya selisih kurs dipandang oleh investor sebagai
sebuah konsekuensi atas strategi perusahaan dalam mengelola keuangannya dan mengatur transaksi-transaksinya, sekaligus menunjukkan pemahaman perusahaan terhadap kecenderungan-kecenderungan kondisi ekonomi internasional. Oleh karena itulah rugi laba selisih kurs tetap dipandang penting sebagai bagian dari informasi akuntansi yang diungkapkan oleh laporan keuangan perusahaan. Burlian (2004), Pada penelitian ini tidak ditemukan pengaruh selisih kurs Berdasarkan data yang dikumpulkan dari aktual objek penelitian maka didapat kesimpulan bahwa hubungan antara selisih kurs dan laba kilang minyak Balongan ternyata tidak signifikan sehingga tidak dapat digeneralisasikan. Hal ini disebabkan variabel selisih kurs yang diteliti yaitu selisih kurs yang yang tercatat dalam laporan keuangan hanya memasukkan unsur selisih kurs bahan pembantu dan tidak memasukkan unsur selisih kurs pembelian bahan baku dan penjualan output kilang. Oleh karena itu mungkin diperlukan penelitian lebih lanjut dengan menggunakan data selisih kurs yang sebenarnya. Biasanya selisih kurs digunakan oleh perusahaan – perusahaan yang melakukan transaksi dengan menggunkan nilai mata uang negara lain seperti Dollar Amerika, Euro, Yen Jepang, dll. Apabila sebuah perusahaan yang berada di Indonesia melakukan transaksi pembelian dengan perusahaan luar negeri dan bila nilai rupiah sedang menguat maka barang yang dibeli akan menjadi lebih murah begitupun sebaliknya apabila rupiah melemah maka perusahaan yang berada di Indonesia akan membeli barang tersebut dengan mahal. METODE PENELITIAN Obyek Penelitian Objek penelitian ini adalah perusahaan yang tergabung dalam LQ45 periode 2006-2008. Dikarenakan keterbatasan tersedianya data perusahaan tahun 2006 – 2008, maka hanya terdapat 20 perusahaan yang laporan keuangannya lengkap, yaitu : PT. Gudang Garam, PT. Indofood, PT. Gajah Tunggal, PT. Enseval Megatrading, PT.HM. Sampoerna, PT. Timah, PT. Internasional Nickel Indonesia, PT. Bumi Resource, PT. Barito Pacific, PT. Indosat, PT. Pabrik kertas Thiwi Kimia, PT.Unilever, PT. United Tractor, PT. Astra Internasional, PT. Astra Otoparts, PT.Astra Argo Lestari, PT. Klabe Farma, PT. Bank Central Asia, PT. Bank Panin Data Yang Digunakan Dalam penelitian ini data yang digunakan adalah data sekunder, penulis menggunakan data yang bersumber dari laporan keuangan perusahaan yang diperoleh dari perpustakaan BEI , dengan rincian sebagai berikut : 1. Sejarah perusahaan dan gambaran umum perusahaan 2. Laba rugi pada periode 2006 s/d 2008 3. Neraca pada periode 2006 s/d 2008
Metode Pengumpulan Data Dalam penelitian ini, metode data pengumpulan yang Penulis lakukan adalah dengan cara : 1. Studi Pustaka Studi pustaka yaitu untuk memperoleh data dalam penulisan dengan melakukan pemahaman dengan membaca dan mempelajari buku – buku dan bahan perkuliahan serta bahan bacaan lain yang berhubungan dengan masalah yang akan di bahas dalam penulisan ini. 2. Studi Lapangan Untuk memperoleh data untuk bahan penulisan ini, penulis melakukan observasi terhadap laporan keuangan periode 2004-2007 yang disediakan oleh perusahaan, melalui kunjungan ke perpustakaan BEI untuk mencari bahan penulisan ini. Alat Analisis yang Digunakan Penulis menggunak menggunakan rumus uji anova dan dari analisa regresi linier sederhana untuk menetukan besarnya koefisien korelasi Pearson atau besarnya hubungan antara selisih kurs dengan laba bersih. Uji Asumsi Klasik Priyatno (2007), Uji asumsi klasik adalah persyaratan statistik yang harus dipenuhi pada analisis regresi linear berganda yang berbasis Ordinary Least Square (OLS). Setidaknya ada empat uji asumsi klasik, yaitu uji normalitas, multikolinearitas, uji heteroskedastisitas, dan uji autokorelasi. Tidak ada ketentuan yang pasti tentang urutan uji mana dulu yang harus dipenuhi. Analisis dapat dilakukan tergantung pada data yang ada. Setelah dilakukan analisis terhadap semua uji asumsi klasik, jika ada data yang tidak memenuhi persyaratan, maka dapat dilakukan perbaikan pada uji tersebut sampai data tersebut memenuhi persyaratan asumsi klasik. a. Uji Normalitas Uji normalitas adalah untuk melihat apakah populasi data berdistribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah memiliki populasi data yang berdistribusi normal. Pengamatan data yang normal akan memberikan nilai ekstrim rendah dan ekstrim tinggi yang sedikit dan kebanyakan mengumpul di tengah. Demikian juga nilai rata-rata, modus dan median relatif dekat. Uji normalitas dapat dilakukan salah satunya dengan menggunakan uji Kolmogorov Smirnov. Data dinyatakan berdistribusi normal apabila tingkat signifikansinya lebih besar dari 0,05. b. Uji Heteroskedastisitas Uji heteroskedastisitas adalah untuk melihat apakah terdapat ketidaksamaan varians dari residual pengamatan satu ke pengamatan yang lain. Model regresi yang memenuhi persyaratan adalah di mana tidak terdapat ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain atau disebut homoskedastisitas. Uji heteroskedastisitas dapat dilakukan salah satunya dengan menggunakan Uji Glejser. Uji Glejser dilakukan dengan meregresikan variabel-variabel
bebas terhadap nilai absolut residualnya (Gujarati, 2003). Interpretasi heteroskedastisitas dilakukan dengan melihat signifikansi antara variabel bebas secara parsial terhadap absolut residualnya. Gangguan heteroskedastisitas terjadi jika terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel bebas (salah satu atau kesemuanya) terhadap absolut residualnya. c. Uji Multikolinearitas Uji multikolinearitas adalah untuk melihat ada atau tidaknya korelasi yang tinggi antara variabel-variabel bebas dalam suatu model regresi linear berganda. Jika ada korelasi yang tinggi di antara variabel-variabel bebasnya, maka hubungan antara variabel bebas terhadap variabel terikatnya menjadi terganggu. Uji multikolinearitas dapat dilakukan salah satunya dengan menggunakan Variance Inflation Factor (VIF). Data dinyatakan memiliki gangguan multikolinearitas apabila memiliki nilai VIF yang lebih besar dari 5. Regresi Linier Sederhana ( Koefisien Korelasi Pearson) Priyatno (2007), Didalam analisa ekonomi dan bisnis, dalam mengolah data sering digunakan analisi regresi dan korelasi. Analisis regresi dan korelasi telah dikembangkan unutk mempelajari pola dan mengukur hubungan statistic antara dua atau lebih variable. Analisa ini akan memberikan hasil apakah antara variabel – variable yang sedang diteliti atau sedang dianalisis terdapat hubungan, baik saling berhubungan, saling mempengaruhi dan seberapa besar tingkat hubungannya. Pada dasarnya, analisis ini menganalisis hubungan dua variable dimana membutuhkan dua kelompok hasil observasi atau pengukuran sebanyak n (data). Rumusan Regresi Linier Sederhana : Y = a + b (x) Dan untuk mencari Koefisien Korelasi Pearson yaitu :
r=
n (∑XY) – (∑X) (∑Y) [ n ( ∑X2) – (∑X2) ]1/2 [ n (∑Y2) - (∑Y)2 ]1/2
Dimana : 1. Jika r = 0 atau mendekati 0, maka hubungan antara kedua variable lemah 2. Jika r = (-1), maka hubungan sangat kuat dan bersifat tidak searah 3. Jika r = (+1), maka hubungan sangat kuat dan bersifat searah. Model Penelitian Adapun model penelitian yang dihasilkan berupa persamaan regresi, adapun persamaan regresi adalah sebagai berikut : Y = a + bX Laba bersih = a + b laba rugi selisih kurs
Dimana : Y = adalah variabel dependent yaitu laba bersih perusahaan X = adalah variabel independent yaitu laba/rugi selisih kurs a = adalah konstanta b = koefisien regresi
PEMBAHASAN Pada uji anova menghasilkan F hitung sebesar 17.650 dengan angka probabilitas 0,000 pada ketentuan uji anova apabila tingkat signifikasi : >0,05 ; Ho diterima dan Ha ditolak <0,05 ; Ho ditolak dan Ha diterima ANOVAb Model 1
Regression
Sum of Squares 4.7E+013
Residual Total
df 1
Mean Square 4.743E+013
1.6E+014
58
2.687E+012
2.0E+014
59
F 17.650
Sig. .000 a
a. Predictors: (Constant), Selisih Kurs b. Dependent Variable: Laba Bersih
Maka pada uji ini karena probabilitas <0,05, maka Ho ditolak dan Ha diterima. Itu berarti ada pengaruh antara selisih kurs dengan laba bersih perusahaan. Dari tabel Coefficiens, dapat dibuat persamaan regresi Y= 1051349 + 3,982 X atau apabila dijabarkan konstanta sebesar 1051349 menyatakan bahwa jika tidak ada selisih kurs maka laba bersih perusahaan sebesar 1051349 juta. Koef Regresi sebesar 3,983 menyatakan bahwa setiap penambahan 1% selisih kurs meningkatkan laba bersih selisih kurs sebesar 3,982%. Namun sebaliknya jika selisih kurs turun sebesar 1% maka laba bersih juga diprediksi mengalami penurunan 3.982%. Coefficientsa
Model 1
(Constant) Selisih Kurs
Unstandardized Coefficients B Std. Error 1050349 215326.3 3.982 .948
a. Dependent Variable: Laba Bersih
Standardized Coefficients Beta .483
t 4.878 4.201
Sig. .000 .000
Dari tabel Coefficients dapat dibayangkan apabila perusahaan lebih memperhatikan lagi sektor selisih kurs maka tidak dapat dipungkiri akan menaikkan laba bersih perusahaan. Akan tetapi tidak juga mengabaikan faktor – faktor lain yang tidak kalah pentingnya. Dari hasil perhitungan di atas memang terdapat pengaruh selisih kurs terhadap laba bersih perusahaan namun hanya sebesar 23,3%. Apabila perusahaan ingin menambah lagi laba bersih perusahaan maka perusahaan harus menambah pendapatan perusahaan. Salah satu cara untuk menambah pendapatan adalah mengetahui saat yang tepat untuk membeli atau menjual bahan baku untuk produksi ataupun bahan jadi dengan memperhatikan nilai kurs yang sedang berlangsung. Sehingga perusahaan akan mendapatkan keuntungan lebih dari transaksi tersebut. Walaupun hanya sebesar 23,3% pengarunhnya terhadap laba bersih perusahaan. Hal ini tidak boleh diabaikan oleh pihak manajer karena apabila factor selisih kurs benarbenar diperhatikan maka tidak dipungkiri lagi perusahaan akan mendapat laba bersih yang lebih banyak sehingga umur perusahaan dapat bertahan lebih lama. Tetapi pihak perusahaan juga tidak boleh memperhatikan factor lainnya yang tidak kalah penting pengaruhnya terhadap laba bersih. Apabila unsur selisih kurs dihilangkan maka hanya sedikit berpengaruh terhadap laba bersih perusahaan dikarenakan pengaruh selisih kurs hanya berkisar 23,3% dan 76,7% nya diperoleh dari faktor lainnya. Apabila selisih kurs digunakan dan pihak manajemen mengetahui bagaimana caranya agar selalu mendapatkan laba dari setiap transaksi mata uang asing maka perusahaan akan memperoleh laba bersih perusahaan yang lebih besar. Dari tujuan penulisan, untuk mengetahui pergerakan laba bersih perusahaan untuk itu dapat dilihat pada grafik perolehan laba bersih perusahaan dari tahun 2006 – 2008. Pada grafik tersebut dapat diketahui bahwa laba bersih perusahaan rata –rata terjadi pada tahun 2007 merupakan puncaknya perusahaan mendapatkan perolehan laba bersih. Pada grafik tersebut juga dapat dilihat bahwa perusahaan yang memperoleh laba bersih perusahaan tertinggi adalah PT.BCA pada tahun 2008. dan perusahaan yang mengalami kerugian adalah PT. Barito Pacific tahun 2008. Dan dari tujuan penulisan yang lain untuk mengetahui pergerakan laba / rugi selisih kurs dapat dilihat pada grafik perolehan selisih kurs perusahaan yang tergabung dalam LQ 45. Pada grafik tersebut bahwa rata-rata perusahaan mengalami keuntungan dari transaksi selisih kurs pada tahun 2006. Akan tetapi pada tahun 2006 justru pada perusahaan perbankan mengalami pendapatan yang terkecil diantara tahun-tahun yang lainnya dari transaksi selisih kurs. Hal ini diakibatkan karena pada tahun 2006 perusahaan perbankan menjual dollar dengan harga murah pada hal perusahaan perbankan tersebut membelinya dengan harga yang tinggi pada tahun-tahun sebelumnya. Sedangkan pada tahun 2008 dimana perusahaan mengalami penurunan bahkann kerugian dari transaksi selisih kurs, akan tetapi perusahaan perbankan justru mengalami peningkatan pendapatan dari transaksi menggunakan kurs mata uang. Pada grafik perolehan laba / rugi selisih kurs, perusahaan yang memiliki pendapatan tertinggi adalah PT.BCA pada tahun 2008. Dan perusahaan yang mengalami kerugian tertinggi dari transaksi kurs mata uang asing adalah PT. Barito Pacific pada tahun 2008.
Selain dari grafik untuk melihat perusahaan LQ45 dalam mendapatkan laba bersih tahunan dan laba / rugi selsih kurs tahunan dapat dilihat pada tabel selisih kurs dan laba bersih perusahaan LQ45. Semua data tersebut sudah diwakilkan oleh adanya grafik perolehan laba bersih perusahaan yang tergabung dalam LQ45 dan grafik perolehan laba / rugi selisih kurs perusahaan yang tergabung dalam LQ 45. Dikarenakan kedua grafik tersebut berasal dari tabel selisih kurs dan laba bersih perusahaan LQ 45.
PENUTUP Kesimpulan Berdasarkan pada bab sebelumnya dapat disimpulkan, bahwa pertama, Pergerakan laba bersih perusahaan khususnya perusahaan yang tergabung dalam LQ45 adalah mencapai puncaknya adalah pada tahun 2007. Kedua, Pergerakan laba rugi selisih kurs perusahaan khususnya perusahaan yang tergabung dalam LQ45 mencapai puncaknya terjadi pada tahun 2006. Ketiga, Dari uji determinasi didapat 23,3% pengaruh selisih kurs terhadap laba bersih perusahaan dan sisanya laba bersih perusahaan dipengaruhi oleh faktor-faktor lain sebesar 76,7%.
Saran 1.
Disaranakan bagi yang ingin melakukan penulisan yang mempunyai tema yang sama agar menambah jumlah sampel dan lamanya periode tahun di perpanjang lagi agar kesimpulan yang dihasilkan dapat lebih meyakinkan.
2.
Bagi yang ingin menggunakan tema seperti ini agar menambah variabel dependentnya agar lebih inofatif hasilnya.
3.
Untuk penelitian selanjutnya disarankan untuk menambahkan faktor-faktor lain selain faktor akuntansi.
DAFTAR PUSTAKA Alhusin, Syahri. 2003. Aplikasi Statistik Praktis Dengan Menggunakan SPSS 10 For Windows. Edisi Kedua. Yogyakarta : Graha Ilmu.
Bayuandito, 2008, Pengaruh harga saham IHSG terhadap Kurs nilai rupiah terhadap Dollar, Universitas Indonesia.
Burlian, Anizar, 2004, Pengaruh kurs pada perolehan laba (studi kasus pada PT. Pertamina (persero) Tahun 2003), Universitas Indonesia.
Engel, James. 1994. Perilaku Konsumen. Edisi keenam, Jilid 1. Jakarta: Bina Rupa Aksara.
Hadi, Sutrisno. 1989. Statistik. Jilid 1. Yogyakarta: Andi
Harmono, 1999, Analisis Portofolio Saham Untuk Menentukan return Optimal dan Resiko Minimal, IAI Kompartemen Akuntan Pendidik, Malang.
Husnan, Suad, Dasar – dasar Teori Portofolio dan Analisis sekuritas, edisi kedua, Yogyakarta : UPP.AMP YKPN.
Nunnaly, 1981. Phychometric Theory. Jilid kedua. New Delhi: Tata McGraw Hill.
Priyatno, Dwi, Mandiri Belajar SPSS, Jakarta 2008 Retnaningsih, Dian, 2003, Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Resiko Ekuitas, Kompetensi, vol. 1 No. 3.
Richard E.Baker, Akuntansi Keuangan Lanjutan, Buku dua Edisi ke enam, Salemba empat 2006.
Santoso, Singgih, Mengatasi Berbagai Masalah statistic dengan SPSS, edisi ke tiga. Elek Media Komputindo, 2005.
Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: CV Alvabeta.
Yunus, Hadori, Akuntansi Keuangan Lanjutan, Buku dua edisi pertama, BPFE Yogyakarta 1999.