Zona Akuntansi, ISSN 2087 – 7315
Volume 9, No. 2, Desember 2016, hlm. 30- 47
PENGARUH PELAPORAN SELISIH KURS DAN INDIKATOR KEUANGAN POSITIF TERHADAP NILAI PERUSAHAAN YANG TERGABUNG DALAM JAKARTA ISLAMIC INDEX PERIODE 2009-2013
Ertanti Yowan Pasera Nona Jane Onoyi Fakultas Ekonomi Universitas Batam Jl. Abulyatama No. 5 Batam 29400 E-mail:
[email protected]
ABSTRACT Some components in the financial statements are often believed to contain useful information for the users is the foreign exchange income , and changes in earnings per share , the total change in cash flows , and changes in income . These components are called by J.A. Ou and Stephen H. Penman as positive financial indicators. An firm value of terms which describe the extent to which a company valued by the public. Exchange differences and positive financial indicators thought to have an influence on the value of the company. This research was conducted at the Jakarta Islamic Index company. This study aims to test and provide empirical evidence of how the influence of income on foreign exchange and financial indicators positively on firm value . Companies see the value of its stock market value is reflected in the stock price multiplied by the number of shares outstanding . While the positive financial indicators in question are financial variables as mentioned by JA Ou and Stephen H. Penman . Samples tested are the companies that are members of the Jakarta Islamic Index 2009-2013 . The sample selection is done by purposive sampling and data collection was obtained from published financial statements of companies in Indonesia Stock Exchange website. Tests carried out using multiple linear regression method analysis tool SPSS 16:00. The results showed that the independent variables are the overall foreign exchange, change in earnings per share, the total change in cash flows, and changes in income but no significant effect on firm value . While partially, only the change in earnings per share that significantly affect the value of the company. As for foreign exchange , the total change in cash flows, and changes in income but no significant effect on firm value. Keywords: Firm Value, Foreign Exchange, Earning Per Share, Total Cashflow, Income
PENDAHULUAN Beberapa tahun terakhir ini dunia usaha mengalami perkembangan yang luar biasa. Terlebih lagi dengan munculnya arus globalisasi yang ditandai dengan perdagangan bebas yang telah direstui oleh WTO (World Trade Organization) sebagai penguasa perdagangan dunia. Perkembangan dalam dunia usaha ini diiringi dengan peningkatan peran laporan keuangan, yang notabene merupakan catatan sistematis bukti aktivitas dan kondisi perusahaan, sekaligus menjadi pedoman bagi pihak-pihak yang berkepentingan untuk mengambil keputusan. Laporan keuangan terutama ditujukan untuk pihak eksternal perusahaan dalam mengambil keputusan bisnis, terutama bagi investor dan kreditor. Bagi pihak eksternal, informasi yang terkandung dalam laporan keuangan digunakan untuk memenuhi berbagai macam tujuan yang dapat diperoleh secara terbatas. Dikatakan terbatas karena laporan keuangan ini tidak dapat mengungkap seluruh informasi yang diinginkan pemakai sebab informasi keuangan merupakan barang ekonomis. Semakin banyak jenis informasi yang dipandang bermanfaat, akan semakin besar pula biaya untuk menyediakan informasi tersebut. Menurut Suwardjono (2003), informasi yang terkandung dalam laporan keuangan banyak memberikan manfaat bagi pengguna apabila laporan tersebut dianalisis lebih lanjut sebelum dimanfaatkan sebagai alat bantu pembuatan keputusan. Dari laporan keuangan perusahaan dapat diperoleh informasi tentang kinerja (performance), aliran kas perusahaan, dan informasi lain yang berkaitan dengan laporan keuangan. Satu hal yang sangat penting untuk digarisbawahi adalah bahwa informasi yang diungkapkan dalam laporan keuangan dapat menunjukkan seberapa besar nilai perusahaan (firm value).
30
Zona Akuntansi, ISSN 2087 – 7315
Volume 9, No. 2, Desember 2016, hlm. 30- 47
Sebuah laporan keuangan harus memiliki kandungan informasi yang bernilai bagi investor agar dapat dijadikan sebagai salah satu alat pengambil keputusan yang andal dan bermanfaat. Informasi tersebut setidaknya memungkinkan mereka untuk melakukan penilaian (valuation) saham yang mencerminkan hubungan antara risiko dan hasil pengembalian yang sesuai dengan preferensi masing-masing investor. Suatu laporan keuangan tersebut menyebabkan reaksi pasar. Reaksi pasar ini direfleksikan dengan adanya transaksi jual beli saham, yang berarti juga mempengaruhi volume perdagangan saham dan harga saham perusahaan. Salah satu komponen informasi akuntansi yang terkandung dalam laporan keuangan adalah laba rugi selisih nilai tukar mata uang (kurs). Selisih kurs seringkali dianggap masih memiliki pengaruh terhadap nilai perusahaan. Informasi akuntansi yang terkandung dalam laporan keuangan selain selisih kurs yang juga diduga mempunyai pengaruh terhadap nilai perusahaan antara lain perubahan dalam laba per lembar saham, arus kas, dan pendapatan. Ketiga komponen ini seringkali menjadi pertimbangan utama oleh para investor sebelum mengambil keputusan untuk menanamkan dananya di sebuah perusahaan. Oleh karena itu, ketiga komponen tersebut disebut sebagai indikator keuangan positif oleh J.A.Ou dan Stephen H. Penman (dalam Yahya 2009). Informasi mengenai arus kas merupakan salah satu informasi yang dapat dipakai sebagai dasar pengambilan keputusan investasi. Karena aktivitas investasi dilakukan oleh investor dalam suatu perusahan, sehingga prospek arus kas mereka akan dipengaruhi oleh arus kas perusahaan tersebut. Sebagaimana komponen laporan keuangan yang lain, publikasi laporan arus kas dikatakan ada kandungan informasinya bila dengan menggunakan informasi tersebut dapat menyebabkan investor melakukan transaksi dipasar modal. Transaksi-transaksi yang dilakukan oleh investor menyebabkan perubahan harga atau return saham. Reaksi seorang investor juga dipengaruhi oleh informasi tentang profitabilitas perusahaan yang menjadi calon investee-nya. Jumlah laba bersih seringkali digunakan oleh investor untuk menilai profitabilitas tersebut. Namun laba bersih itu sendiri sulit dipakai dalam membandingkan perusahaan-perusahaan yang memiliki ukuran beragam. Selain itu trend laba bersih mungkin sulit dievaluasi hanya dengan menggunakan laba bersih- jika telah terjadi perubahan yang signifikan dalam ekuitas pemegang saham perusahaan. Jadi,profitabilitas perusahaan biasanya dinyatakan sebagai laba per lembar saham. Laba per lembar saham biasa (earning per common share –EPS), yang kadang-kadang disebut laba per lembar saham dasar (basic earning per share) adalah laba bersih per saham yang masih beredar selama periode berjalan. Indikator keuangan positif yang lain menurut J.A Ou dan Stephan H. Penman (dalam Yahya, 2009) adalah perubahan pendapatan. Pendapatan merupakan aliran kas masuk dana ke dalam perusahaan karena perusahaan menjual barang atau jasa kepada konsumen atau melakukan kegiatan utama perusahaan secara terus menerus. Karena perusahaan berlangsung terus menerus dan perusahaan tidak akan segera mengembalikan kas tersebut ke pemilik, berarti bahwa begitu perusahaan memperoleh pendapatan maka pada saat itu “utang” perusahaan kepada pemilik bertambah sebesar pendapatan tersebut. Investor akan selalu memantau pendapatan yang diperoleh suatu perusahaan dimana dia berinvestasi untuk mengukur seberapa baik kinerja perusahaan tersebut. Jika pendapatan perusahaan besar, maka modal yang notabene adalah “piutang” investor juga akan semakin besar. Kondisi seperti akan memotivasi investor tersebut untuk memperbesar jumlah investasinya dalam perusahaan melalui penyertaan dalam saham perusahaan karena kemungkinkan dimasa mendatang keadaan/ kinerja perusahaan akan lebih baik lagi. Hal ini mengakibatkan harga saham naik, sehingga nilai saham perusahaan pun meningkat naik. Berbagai penelitian terdahulu yang masih memiliki relevansi dengan topik yang dipilih telah banyak dilakukan oleh peneliti. Kurniawan (2007), meneliti tentang analisis pengaruh pelaporan selisih kurs dan dan indikator keuangan positif terhadap nilai perusahaan. Sampel yang digunakann dalam penelitian ini sebanyak 90 perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta selama periode 2002- 2003. Hasil penelitian menunjukkan bahwa keseluruhan variabel yaitu selisih kurs, perubahan laba per saham, perubahan pendapatan, dan perubahan total arus kas berpengaruh secara serentak terhadap nilai perusahaan. Namun secara parsial, hanya variabel selisih kurs dan perubahan pendapatan yang berpengaruh secara signifikan terhadap nilai perusahaan, sedangkan perubahan laba per saham dan perubahan arus kas berpengaruh secara tidak signifikan terhadap nilai perusahaan.
31
Zona Akuntansi, ISSN 2087 – 7315
Volume 9, No. 2, Desember 2016, hlm. 30- 47
Gultom (2008) dalam penelitiannya mengenai pengaruh kebijakan leverage, kebijakan deviden, dan earning per share terhadap nilai perusahaan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel kebijakan laverage, kebijakan deviden dan earning per share mempunyai pengaruh yang signifikan secara bersama-sama terhadap nilai perusahaan. Hasil uji signifikansi parsial (uji t) menunjukkan bahwa variabel kebijakan leverage memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan, sedangkan variabel bebas yang lain yaitu kbebijakan deviden dan earning per share tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap nilai perusahaan. Yahya Jamil (2009) dalam penelitiannya mengenai pengaruh pelaporan selisih kurs dan indikator keuangan positif terhadap nilai perusahaan pada perusahaan yang tergabung dalam Jakarta Islamis Index. Hasil penelitian menunjukkan bahwa keseluruhan variabel independen yaitu selisih kurs, perubahan laba per saham, perubahan arus kas dan perubahan pendapatan berpengaruh secara signifikan terhadap nilai perusahaan. Namun secara parsial, hanya variabel perubahan laba per saham dan perubahan pendapatan yang berpengaruh secara signifikan terhadap nilai perusahaan. Adapun selisih kurs dan perubahan total arus kas tidak berpengaruh secara signifikan terhadap nilai perusahaan. Berdasarkan latar belakang permasalahan yang telai diuraikan diatas, maka penelitian ini berjudul: Pengaruh Pelaporan Selisih Kurs dan Indikator Keuangan Positif Terhadap Nilai Perusahaan yang Tergabung dalam Jakarta Islamic Index Periode 2009-2013. Identifikasi Masalah Adapun identifikasi variabel-variabel yang mempengaruhi nilai perusahaan adalah sebagai berikut: 1. Selisih Kurs Selisih kurs merupakan risiko yang timbul akibat kondisi ekonomi makro. Selisih kurs disini sama sekali tidak bisa dikendalikan oleh perusahaan, namun sejauh mana perusahaan mampu memanage selisih kurs tersebut agar tidak mengalami rugi selisih kurs yang nantinya akan mempengaruhi nilai perusahaan. 2. Perubahan laba per saham (EPS) Perubahan laba per saham menjadi proksi dari pelaporan earning oleh perusahaan. Semakin tinggi earning per share maka semakin tinggi pula laba yang disediakan untuk pemegang saham. 3. Perubahan total arus kas Peningkatan dalam total arus kas mengindikasikan bahwa perusahaan mempunyai dana yang cukup untuk membagikan setiap keuntungannya kepada pemegang saham. 4. Perubahan pendapatan Peningkatan pendapatan mengakibatkan efek yang sama dengan peningkatan laba per saham ataupun total arus kas. Dalam keadaan yang normal, peningkatan pendapatan akan mengakibatkan peningkatan harga saham. Rumusan Masalah Rumusan masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Apakah selisih kurs berpengaruh terhadap nilai perusahaan yang tergabung dalam Jakarta Islamic Index periode 2009-2013? 2. Apakah perubahan laba per saham berpengaruh terhadap nilai perusahaan yang tergabung dalam Jakarta Islamic Index periode 2009-2013? 3. Apakah perubahan total arus kas berpengaruh terhadap nilai perusahaan yang tergabung dalam Jakarta Islamic Index periode 2009-2013? 4. Apakah perubahan pendapatan berpengaruh terhadap nilai perusahaan yang tergabung dalam Jakarta Islamic Index periode 2009-2013? 5. Apakah selisih kurs, perubahan laba per saham, perubahan total arus kas dan perubahan pendapatan berpengaruh secara simultan terhadap nilai perusahaan yang tergabung dalam Jakarta Islamic Index periode 2009-2013? LANDASAN TEORI Selisih Kurs Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No.10 paragraf 14 menjelaskan bahwa selisih kurs dapat timbul apabila terdapat perubahan kurs antara tanggal transaksi dan tanggal penyelesaian (settlement date) pos moneter yang timbul dari transaksi dalam mata uang asing. Selisih kurs merupakan salah satu indikator keuangan yang mungkin dulu tidak begitu diperhatikan, terutama dalam kondisi perekonomian negara ataupun nilai mata uang yang cenderung stabil. Akan tetapi seiring dengan berkembangnya perekonomian didunia yang juga mengakibatkan berkembangnya
32
Zona Akuntansi, ISSN 2087 – 7315
Volume 9, No. 2, Desember 2016, hlm. 30- 47
transaksi internasional, selisih kurs menjadi rentan terjadi. Mau tidak mau, selisih kurs pun akhirnya diperhatikan. Selisih kurs memang bukanlah hal yang bisa dikendalikan oleh perusahaan. Namun selisih kurs dapat di manage dengan strategi yang cepat, sehingga paling tidak kalaupun perusahaan mengalami selisih kurs, maka selisih yang terjadi adalah selisih laba, bukan selisih rugi. Indikator Keuangan Positif J. A. Ou dan Stephen H. Penman dalam Yahya (2009) menunjukan bahwa kandungan informasi dalam harga saham yang menunjukkan adanya laba di masa mendatang pada dasarnya terkandung dalam laporan keuangan. Kebijakan akuntansi akrual menyebabkan kesenjangan nilai laba yang terkandung dalam laporan keuangan. Perubahan dalam laba per saham, arus kas dan pendapatan merupakan indikator positif yang mungkin mempengaruhi harga saham, sehingga variabel-variabel tersebut akan digunakan dalam model regresi. Perubahan yang dimaksud dalam penelitian ini bukan dilihat dari sisi nilainya (negatif atau positif) ataupun perubahan relatif yang merupakan ukuran pertumbuhan, akan tetapi dilihat dari besarnya kenaikan atau penurunan suatu variabel yang di dapat dari pengurangan jumlah variabel periode saat ini dengan jumlah variabel pada tahun sebelumnya, yang secara matematis sering disimbolkan dengan delta (∆). Perubahan Laba Per Saham Perubahan laba per saham (earning per share) menjadi proksi pelaporan earnings oleh perusahaan. Perubahan dalam laba per saham mencerminkan selisih (kenaikan atau penurunan) laba yang diterima untuk setiap lembar saham beredar. Laba per saham sendiri merupakan variabel yang mengandung semua pos-pos luar biasa dan luar usaha yang dilakukan oleh perusahaan. Laba per saham merupakan pendapatan bersih perusahaan per saham yang tersedia untuk memegang saham biasanya. Bazley dkk dalam Yahya (2009) mengklaim bahwa earning per share merupakan salah satu ukuran yang dipandang sangat penting oleh sebagian besar pemakai laporan keuangan. Jumlah earning per share, perubahan earning per share dari periode sebelumnya dan trend dalam earning per share merupakan indikator penting bagi kesuksesan atau kegagalan perusahaan. Ketika laba per saham suatu perusahaan mengalami kenaikan, investor akan memandang bahwa perusahaan sedang mengalami peningkatan keuangan. Salah satu penyebab perusahaan memperoleh penigkatan keuangan adalah jika perusahaan mempunyai kinerja yang semakin baik. Keadaan semacam itu menimbulkan ekspektasi bagi investor. Investor memandang bahwa perusahaan mempunyai prospek yang baik dimasa mendatang, apabila jika ditunjang dengan modal kerja yang semakin besar. Denga adanya asumsi seperti ini, maka investor akan tertarik untuk menanamkan modalnya kedalam perusahaan dan berharap dapat ikut memperoleh keuntungan yang besar dimasa mendatang dari modal yang ditanamkannya. Peningkatan permintaan saham menjadikan harga saham mengalami kenaikan, sehingga hal ini juga akan meningkatkan nilai pasar sahamnya. Perubahan Total Arus Kas Perubahan arus kas yang digunakan dalam penelitian ini yaitu perubahan (kenaikan atau penurunan) total arus kas dari kegiatan operasi, arus kas dari investasi dan arus kas dari kegiatan pendanaan. Menurut Mamduh M. Hanafi dan Abdul Halim dalam Yahya (2009), arus kas mengukur aliran dana yang masuk dan keluar perusahaan, atau dengan kata lain menggambarkan penerimaan dan pembayaran kas perusahaan selama periode tertentu. Arus kas juga dapat menunjukkan tingkat likuiditas perusahaan, fleksibilitas keuangan perusahaan, serta kemampuan operasional perusahaan. Peningkatan dalam total arus kas mengidentifikasikan bahwa perusahaan mempunyai dana yang cukup untuk membagikan setiap keuntungan kepada pihak-pihak yang ikut menanamkan dananya dalam perusahaan tersebut. Indikasi semacam ini sudah mampu menarik investor untuk ikut menanamkan modalnya dalam perusahaan. Meningkatnya permintaan saham menyebabkan peningkatan jumlah saham beredar dan harga sahamnya, sehingga nilai saham perusahaan juga akan mengalami peningkatan. Perubahan Pendapatan Pada dasarnya, pendapatan merupakan aliran kas masuk dana (kas atau lainnya) kedalam perusahaan karena perusahaan menjual barang atau jasa kepada konsumen atau melakukan kegiatan utama perusahaan secara terus-menerus. Dengan demikian pendapatan mengakibatkan kenaikan aset perusahaan. Penyelesaian utang perusahaan karena penyerahan barang dan jasa oleh perusahaan juga merupakan pendapatan perusahaan. Peningkatan pendapatan mengakibatkan efek yang sama dengan peningktan laba per saham ataupun total arus kas. Dalam keadaan yang normal, peningkatan pendaptaan akan mengakibatkan
33
Zona Akuntansi, ISSN 2087 – 7315
Volume 9, No. 2, Desember 2016, hlm. 30- 47
peningkatan harga saham. Hal ini dikarenakan, peningkatan pendapatan berarti menunjukkan bahwa kinerja perusahaan juga meningkat, dan mungkin di masa mendatang akan mengalami keadaaan yang lebih baik lagi. Asumsi seperti ini akhirnya membuat investor bersedia menanamkan modalnya dalam perusahaan melalui penyertaan dalam saham perusahaan. Hal ini mengakibatkan harga saham naik sehingga nilai sahamnya pun merangkak naik. Nilai Perusahaan Nilai merupakan harga ynag bersedia dibayar oleh calon pembeli apabila saham perusahaan tersebut dijual. Nilai perusahaan dapat diukur dari tinggi rendahnya harga saham dari perusahaan yang bersangkutan. Tinggi rendahnya harga saham banyak dipengaruhi oleh kondisi perusahaan itu sendiri. Nilai perusahaan merupakan suatu termin yang menggambarkan sejauh mana suatu perusahaan dihargai oleh publik. Memaksimalkan nilai perusahaan sangat penting artinya bagi suatu perusahaan, karena dengan memaksimalkan nilai perusahaan berarti juga memaksimalkan kemakmuran pemegang saham yang merupakan tujuan perusahaan. Tujuan memaksimumkan kemakmuran pemegang saham dapat ditempuh dengan memaksimumkan nilai sekarang atau present value semua keuntungan pemegang saham yang diharapkaan akan diperoleh di masa depan. Kemakmuran pemegang saham akan meningkat apabila harga saham yang dimilikinya meningkat. Sementara itu harga saham terbentuk di pasar modal dan ditentukan oleh beberapa faktor seperti laba per saham atau earning per share, rasio laba terhadap harga per lembar saham atau price earning ratio, tingkat bunga bebas risiko yang diukur dari tingkat bunga deposito pemerintah dan tingkat kepastian operasi perusahaan. Apabila perusahaan melakukan investasi yang bersifat spekulatif, ada kecenderungan harga saham akan turun karena risiko usahanya menjadi semakin besar. Dengan demikian, total kemakmuran pemegang saham dapat diukur dengan menilai peningkatan total kepemilikan saham dikalikan dengan harga pasar per lembar saham. Nilai perusahaan mencerminkan kemampuan manajemen pendanaan dalam menentukan target struktur modal (aktivitas pendanaan), kemampuan manajemen investasi dalam mengefektifkan penggunaan aktiva (aktivitas investasi) dan kemampuan manajemen operasi dalam mengefesiensikan proses produksi dan distribusi (aktivitas operasi) perusahaan (Gultom, 2008). Karena keberhasilan atau kegagalan dari suatu keputusan manajemen hanya dapat dinilai berdasarkan dampaknya terhadap harga saham biasa perusahaan. Kerangka Konseptual 1. Pengaruh selisih kurs terhadap nilai perusahaan Selisish kurs sama sekali tidak bisa dikendalikan oleh perusahaan, namun sejauh mana perusahaan mampu memanage selisih tersebut agar tidak mengalami rugi selisih kurs yang nantinya akan mempengaruhi nilai perusahaan. Karena selisih kurs ini terjadi karena pelaporan jumlah unit mata uang asing yang sama dalam mata uang pelaporan pada kurs yang berbeda. Selisih kurs dianggap berpengaruh terhadap nilai perusahaan karena sebagian investor memandang bahwa adanya selisih kurs ini menjadi sebuah konsekuensi atas strategi perusahaan dalam mengelola keuangannya dan mengatur transaksi-transaksinya, sekaligus menunjukkan pemahaman perusahaan terhadap kecenderungan-kecenderungan kondisi ekonomi imternasional. 2. Pengaruh perubahan laba per saham terhadap nilai perusahaan Pemilikan saham yang baik akan dilihat seiring berjalannya waktu denga perbandingan pendapatan perusahaan (earning). Earning Per Share akan menunjukkan kemampuan perusahaan menghasilkan laba bersih per lembar saham. Perusahaan harus mampu mempengaruhi harga saham di pasar modal sehingga memungkinkan perusahaan untuk dapat meningkatkan nilai perusahaan melalui peningkatan nilai saham yang diperdagangkan di pasar modal. 3. Pengaruh perubahan total arus kas terhadap nilai perusahaan Perubahan disini yaitu perubahan yang dilihat dari segi kenaikan atau penurunan total arus kas dari kegiatan operasi, investasi, dan pendanaan. Peningkatan dalam total arus kas dapat mengidentifikasikan bahwa perusahaan mempunyai dana yang cukup untuk membagikan setiap keuntungan kepada pihak-pihak yang ikut menanamkan dananya dalam perusahaan tersebut. Dengan keyakinan bahwa perusahaan mampu membagi setiap keuntungan kepada pihak-pihak yang ikut serta menanamkan dananya, maka hal ini mampu menarik minat investor untuk ikut serta menanamkan modalnya dalam perusahaan. Hal ini dapat meningkatkan permintaan saham yang dapat menyebabkan peningkatan jumlah saham yang beredar dan harga sahamnya, sehingga nilai perusahaan juga akan mengalami peningkatan.
34
Zona Akuntansi, ISSN 2087 – 7315
Volume 9, No. 2, Desember 2016, hlm. 30- 47
4.
Pengaruh perubahan pendapatan terhadap nilai perusahaan Peningkatan pendapatan mengakibatkan efek yang sama dengan peningkatan laba per saham ataupun total arus kas. Dalam keadaan normal, peningkatan pendapatan akan mengakibatkan peningkatan harga saham. Hal ini dikarenakan, peningkatan pendapatan berarti menunjukkan bahwa kinerja perusahaan juga meningkat yang akhirnya mampu mempengaruhi harga saham untuk naik sehingga sahamnya pun merangkak naik. METODE PENELITIAN Identifikasi Variabel Penelitian Berdasarkan landasan teori yang ada serta rumusan hipotesis penelitian maka yang menjadi variabel dalam penelitian ini adalah : 1. Variabel bebas (independen): Variabel yang menjelaskan atau mempengaruhi variabel yang lain. Contohnya : Laba/ rugi selisih kurs, perubahan lab aper saham, perubahan total arus kas, dan perubahan pendapatan. 2. Variabel terikat (dependen): Varibel yang dijelaskan atau yang dipengaruhi oleh variabel independen. Contohnya : Nilai perusahaan. Populasi dan Sampel Populasi Populasi adalah keseluruhan dari unit analisis yang cirinya akan diduga (Masri Singarimbun, 1992 dalam Dewi, 2011). Populasi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah perusahaan yang tergabung dalam Jakarta Islamic Index periode 2009- 2013. Ada 53 perusahaan yang tergabung dalam Jakarta Islamic Index selama tahun penelitian. Sampel Sampel menurut Sugiyono (2004), dalam Dewi (2011), merupakan bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Dalam penelitian ini sampel diambil dengan menggunakan metode purposive sampling. Metode purposive sampling yaitu pengambilan sampel yang berdasarkan pertimbangan subyektif penelitian yang disesuaikan dengan tujuan penelitian. Adapun beberapa kriteria dalam pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah: a. Perusahaan yang tergabung dalam Jakarta Islamic Index periode 2009- 2013 ada 53 perusahaan. b. Perusahaan teraktif yang terdaftar di Jakarta Islamic Indeks selama periode 2009-2013 ada 14 perusahaan. Teraktif disini maksudnya saham perusahaannya tetap terdaftar diperhitungan indeks JII selama tahun penelitian dan tidak pernah keluar dari perhitungan indeks JII. c. Perusahaan yang mempublikasikan laporan keuangan secara lengkap sesuai data yang diperlukan dalam penelitian setiap tahun pengamatan ada 12 perusahaan. Dari hasil kriteria pengambilan sampel diatas dapat disimpulkan bahwa sampel dalam penelitian ini berjumlah 12 perusahaan. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu dengan menggunakan teknik dokumentasi, yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, notulen, agenda, dan sebagainya. Teknik dokumentasi dilakukan dengan mengumpulkan data berupa laporan keuangan yang terdapat di website Bursa Efek Indonesia (BEI) yaitu www.idx.co.id selama tahun 2009-2013. Teknik Analisis Data Analisis Deskriptif Analisis deskriptif merupakan analisis yang berguna untuk menggambarkan besar kecilnya tingkat variabel (independen dan dependen) setiap tahun penelitian. Deskripsi variabel dalam penelitian ini mengenai analisis selisih kurs dan indikator keuangan positif (laba per saham, total arus kas, pendapatan) sebagai variabel independen dan nilai perusahaan sebagai variabel dependen. Uji Asumsi Klasik Uji Normalitas Menurut Imam Ghozali (2005) dalam Dewi (2011) menyatakan bahwa uji normalitas adalah untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel independen dan dependennya memiliki distribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah memiliki distribusi data normal atau mendekati normal. Pada prinsipnya normalitas data dapat diketahui dengan melihat penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal pada grafik atau histogram dari residualnya. Uji normalitas yang
35
Zona Akuntansi, ISSN 2087 – 7315
Volume 9, No. 2, Desember 2016, hlm. 30- 47
digunakan dalam penelitian ini adalah uji dengan melihat grafik normal probability plot. Grafik normal probability plot ditunjukkan dengan jika sebaran titik-titik data berada di sekitar garis diagonal regresi dan menyebar mengikuti arah garis diagonal regresi dan menyebar mengikuti arah garis diagonal maka data dapat dinyatakan terdistribusi secara normal atau paling tidak mendekati normal. Jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan atau tidak mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas. Uji Multikolinearitas Yang dimaksud dengan multikolinearitas persamaan regresi berganda yaitu korelasi antara variabel-variabel bebas diantara satu dengan yang lainnya. Uji multikolinearitas ini bertujuan untuk menguji apakah ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel bebas. Jika variabel bebas saling berkorelasi, maka variabel-variabel tidak orthogonal. Ada beberapa cara untuk mendeteksi ada tidaknya gejala multikolinearitas antara lain: a. Nilai yang dihasilkan oleh suatu estimasi model regresi sangat tinggi, tetapi secara individual variabel independen banyak yang tidak signifikan mempengaruhi variabel dependen. b. Antar variabel independen ada korelasi yang cukup tinggi (umumnya di atas 0,90), mnaka hal ini merupakan indikasi adanya multikolinearitas. c. Melihat nilai cut off yang umum dipakai untuk menunjukkan adanya multikolinearitas yaitu nilai tolerance < 0,10 atau nilai variance inflation factor (VIF) > 10. Uji Heteroskedastisitas Uji ini bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain. Jika varian dari residual satu pengamatan yang lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang homoskedastisitas atau tidak terjadi terjadi heteroskedastitas. Salah satu cara untuk mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas yaitu dengan melihat uji grafik scatterplot. Dasar pengambilan keputusan yaitu : a. Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk suatu pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit), maka terjadi heteroskedastisutas. b. Jika tidak ada pola yang jelas, seperti titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas. Uji Autokorelasi Uji autokorelasi ini bertujuan menguji apakah dalam sebuah model regresi linier ada korelasi antara kesalahan penggunaan data pada periode t kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya). Model regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi. Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada problem autokorelasi. Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lainnya (Ghozali, 2005). Untuk menguji keberadaan autokorelasi dalam penelitian ini digunakan uji statistiK Durbin-Watson. DurbinWatson hanya digunakan untuk autokorelasi tingkat satu (first order autocorrelation) dan mensyaratkan adanya intercept (konstanta) dalam model regresi dan tidak ada variabel lagi diantara variabel independen. Analisis Regresi Linier Berganda Model regresi yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi berganda karena menggunakan lebih dari 1 variabel bebas untuk menduga variabel terikat. Regresi pada penelitian ini diformulasikan sebagai berikut : Y=a+ + + + +e dimana: Y α
: Nilai perusahaan : Konstanta : Koefisien regresi : Laba/ rugi selisih kurs
36
Zona Akuntansi, ISSN 2087 – 7315
Volume 9, No. 2, Desember 2016, hlm. 30- 47
: Perubahan laba per saham : Perubahan total arus kas : Perubahan pendapatan e : Besaran nilai residu (standard error) Uji Hipotesis Uji Parsial (Uji-t) Uji t digunakan untuk menguji pengaruh masing-masing variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini terhadap variabel dependen secara parsial (Imam Ghozali, 2005). Uji t dilakukan untuk menguji hipotesis 1 sampai dengan hipotesis 5, langkah-langkah yang dilakukan sebagai berikut (Dajan, 1994 dalam Almas, 2007): 1. Merumuskan hipotesis, artinya ada pengaruh yang signifikan dari variabel independen
2. 3.
terhadap variabel dependen secara parsial. Menentukan tingkat signifikansi, taraf signifikansi adalah 95% atau α = 5% Membandingkan t hitung dan tabel t- table = t α / 2 (n-k-1) a. ( ) ditolak apabila t hitung < tabel b.
4.
(
) diterima apabila t hitung > t tabel
Berdasarkan probabilitas a. ( ) ditolak apabila P > 0,05 b.
(
) diterima apabila P < 0,05
5.
Melihat pengaruh hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen, apakah bertanda positif atau negatif. Uji Signifikansi Simultan (Uji-F) Menurut Imam Ghozali (2005), uji pengaruh simultan digunakan untuk mempengaruhi apakah variabel independen secara bersama-sama atau simultan mempengaruhi variabel dependen. Hipotesisnya dapat dirumuskan sebagai berikut: a. : , , , = 0 ( artinya berpengaruh tidak signifikan secara bersama-sama dari
b.
seluruh variabel independen terhadap variabel dependen). : ≠ 0 (artinya berpengaruh signifikan secara bersama-sama dari seluruh
variabel independen terhadap variabel dependen). Untuk menguji hipotesis ini digunakan statistik dengan kriteria pengambil keputusan sebagai berikut: a. Bila nilai F lebih besar daripada 4 maka dapat ditolak, pada derajat 5%. Dengan kata lain
b.
kita menerima hipotesis alternatif yang menyatakan bahwa semua variabel independen dan signifikan mempengaruhi variabel dependen. Membandingkan nilai F hasil perhitungan dengan nilai F menurut tabel. Bila nilai F hitung lebih besar daripada nilai F tabel, maka ditolak dan menerima .
37
Zona Akuntansi, ISSN 2087 – 7315
Uji Koefisien Determinasi ( Koefisien determinasi
Volume 9, No. 2, Desember 2016, hlm. 30- 47
) pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam
menerangkan variasi variabel dependen atau dengan kata lain untuk menguji goodness-fit dari model regresi. Nilai koefisien determinasi adalah antara 0 dan 1. Nilai yang kecil berarti kemampuan variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen sangat terbatas (Ghozali,2005). Nilai yang mendekati 1 berarti variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan unt uk memprediksi variabel dependen. Akan tetapi, penggunaan sebagai parameter evaluasi model regresi memiliki kelemahan, yakni bias terahadap jumlah variabel independen yang dimasukkan kedalam model karena setiap tambahansatu variabel independen maka pasti meningkat tidak peduli apakah variabel tersebut berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen. Oleh karena itu, dalam penelitian ini nilai yang digunakan untuk mengevaluasi model regresi terbaik adalah Adjusted . Tidak seperti , Adjusted dapat naik atau turun apabila satu variabel independen ditambahkan kedalam model. HASIL DAN PEMBAHASAN Sejarah Jakarta Islamic Index Jakarta Islamic Index atau biasa disebut JII adalah salah satu indeks saham yang ada di Indonesia yang menghitung index harga rata-rata saham untuk jenis saham-saham yang memenuhi kriteria syariah. Pembentukan JII tidak lepas dari kerja sama antara Pasar Modal Indonesia (dalam hal ini Bursa Efek Indonesia) dengan PT Danareksa Investment Management (PT. DIM). JII telah dikembangkan sejak tanggal 3 Juli 2000. Pembentukan instrumen syariah ini untuk mendukung pembentukan Pasar Modal Syariah yang kemudian diluncurkan di Jakarta pada tanggal 14 Maret 2003. Mekanisme Pasar Modal Syariah meniru pola serupa di Malaysia yang digabungkan dengan bursa konvensional seperti Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya. Setiap periodenya, saham yang masuk dalam JII berjumlah 30 saham yang memenuhi kriteria syariah. JII menggunakan hari dasar tanggal 1 Januari 1995 dengan nilai dasar 100. Tujuan pembentukan JII adalah untuk meningkatkan kepercayaan investor untuk melakukan investasi pada saham berbasis syariah dan memberikan manfaat bagi pemodal dalam menjalankan syariah Islam untuk melakukan investasi di bursa efek. JII juga diharapkan dapat mendukung proses transparansi dan akuntabilitas saham berbasis syariah di Indonesia. JII menjadi jawaban atas keinginan investor yang ingin berinvestasi sesuai syariah. Dengan kata lain, JII menjadi pemandu bagi investor yang ingin menanamkan dananya secara syariah tanpa takut tercampur dengan dana ribawi. Selain itu, JII menjadi tolak ukur kinerja (benchmark) dalam memilih portofolio saham yang halal. Deskripsi Statistik Variabel Penelitian Descriptive Statistics
Selisih Kurs Perubahan EPS Perubahan TAK Perubahan Pend Nilai Perusahaan Valid N (listwise)
N
Minimum
Maximum
Mean
Std. Deviation
60 60 60 60 60
-443782 -1293 -895022 -646467 9665
283105 2728 861181 901353 307648
547.42 67.03 2452.58 25799.32 80485.10
79012.711 515.456 321376.999 241071.336 73266.345
60
Sumber : Data sekunder (BEI), diolah tahun 2014
38
Zona Akuntansi, ISSN 2087 – 7315
Volume 9, No. 2, Desember 2016, hlm. 30- 47
Selisih Kurs Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa nilai rata-rata selisih kurs yang diukur dari nilai yang dihasilkan baik laba maupun rugi dari 12 perusahaan sampel adalah sebesar 547,42 atau 54,74%. Nilai selisih kurs teringgi sebesar 283.105 dimiliki oleh PT. United Tractors Tbk pada tahun 2009 dan nilai terendahnya sebesar -443.782 yang dimiliki oleh PT. Astra Agro Lestari Tbk pada tahun 2013. Perubahan Laba per Saham Berdasarkan tabel diatas,variabel perubahan laba per saham yang dihitung dari pengurangan EPS periode saat ini dengan EPS periode sebelumnya ( ) hasilnya menunjukkan nilai rata-rata sebesar 66,98. Hal ini berarti bahwa perusahaan sampel rata-rata mengalami perubahan laba per saham sebesar 66,98 selama 5 tahun penelitian. Nilai tertinggi perubahan laba per saham sebesar 2.728 dimiliki oleh PT. Tambangraya Megah Tbk pada tahun 2011 dan nilai terendah sebesar -1.293 juga dimiliki oleh PT. Tambangraya Megah Tbk pada tahun 2013. Perubahan Total Arus Kas Berdasarkan tabel diatas, perubahan total arus kas memiliki nilai rata-rata sebesar 2.452. Hal ini berarti bahwa perubahan total arus kas perusahaan sampel rata-rata mengalami kenaikan dengan nilai 2.452 selama tahun penelitian. Nilai tertinggi perubahan total arus kas sebesar 861.181 dimiliki oleh PT. Tambang Batubara Bukit Asam Tbk tahun 2009 dan nilai terendahnya sebesar -8.893.425 dimiliki oleh PT. United Tractors pada tahun 2012. Perubahan Pendapatan Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa nilai rata-rata perubahan pendapatan dari 12 perusahaan sampel adalah sebeesar 25.799. Nilai tertinggi perubahan pendapatan sebesar 901.353 dimiliki oleh PT. United Tractor Tbk pada tahun 2012 sedangkan nilai terendah sebesar 646.467dimiliki oleh PT. PP London Sumatera Plantation Tbk pada tahun 2009. Nilai Perusahaan Berdasarkan Tabel 4.1 nilai perusahaan yang diproksikan dengan nilai pasar saham yang dicerminkan melalui harga saham dikalikan dengan jumlah saham yang beredar memiliki nilai rata-rata (mean) sebesar 80.485. PT. Astra Internasional Tbk memiliki nilai maksimum dalam nilai perusahaan yaitu sebesar 307.648 pada tahun 2012, sedangkan nilai minimum sebesar 9.665dimiliki oleh PT. Aneka Tambang Tbk pada tahun 2013. Uji Asumsi Klasik Uji Normalitas
Dari gambar 4.1 diatas dapat dilihat grafik normal plot dapat disimpulkan bahwa grafik normal diatas memberikan pola distribusi yang normal, terlihat dari titik-titik menyebar disekitar garis normal, serta penyebarannya mengikuti arah garis diagonal. Dengan demikian grafik ini menunjukkan bahwa model regresi layak dipakai karena memenuhi asumsi normalitas.
39
Zona Akuntansi, ISSN 2087 – 7315
Volume 9, No. 2, Desember 2016, hlm. 30- 47
Uji Multikolinearitas Coefficientsa Unstandardized Coefficients Model 1
B
Standardized Coefficients
Std. Error Beta
(Constant) 77290.559 9556.771
Collinearity Statistics t
Sig.
8.088
.000
Tolerance VIF
Selisih Kurs .029
.123
.032
.238
.812
.958
1.044
Perubahan EPS
40.601
19.501
.286
2.082
.042
.889
1.125
Perubahan TAK
-.018
.031
-.078
-.575
.568
.908
1.101
Perubahan .019 .040 .064 .487 .628 .972 1.029 Pend a. Dependent Variable: Nilai Perusahaan Berdasarkan tabel diatas, hasil perhitungan nilai tolerance menunjukkan tidak ada variabel independent yang memiliki nilai tolerance kurang dari 0,10 yang berarti tidak ada korelasi antar variabel independen. Selain itu hasil perhitungan nilai Variance Inflation Factor (VIF) juga menunjukkan tidak ada satupun variabel independen yang memiliki nilai VIF lebih dari 10, jadi dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi multikolinearitas antar variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini. Uji Heteroskedastisitas
Pada gambar diatas yang menunjukkan hasil dari grafik scatterplot, dapat diketahui bahwa ada sebagian titik data yang menyebar secara acak dan berkumpul di atas maupun di bawah angka 0 pada sumbu Y. Hal ini dapat dikatakan tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi dalam penelitian ini. Uji Autokorelasi Model Summaryb
Model
R
R Square
Adjusted Square
RStd. Error of the Estimate Durbin-Watson
1 .283a .080 .013 72783.230 .717 a. Predictors: (Constant), Perubahan Pend, Selisih Kurs, Perubahan TAK, Perubahan EPS b. Dependent Variable: Nilai Perusahaan Dari tabel diatas diperoleh nilai koefisien Durbin Watson (DW) sebesar 0,717. Dari tabel Durbin Watson, dengan α = 5% dan banyak variabel bebas (k) = 4, jumlah sampel (n) = 60, diperoleh nilai dL = 1,444 dan dU = 1,727 pada tabel Durbin Watson.
40
Zona Akuntansi, ISSN 2087 – 7315
Volume 9, No. 2, Desember 2016, hlm. 30- 47
Berdasarkan DW test yang telah dilakukan, nilai DW model regresi memenuhi syarat 0 < dw (0,717) < dl (1,444) yang berarti Ho tidak ada autokorelasi positif. Keputusan yang diambil terhadap syarat tersebut adalah tidak ada keputusan. Analisis Regresi Linier Berganda Coefficientsa Unstandardized Coefficients Model 1
B
Standardized Coefficients
Std. Error Beta
(Constant) 77290.559 9556.771
Collinearity Statistics t
Sig.
8.088
.000
Tolerance VIF
Selisih Kurs .029
.123
.032
.238
.812
.958
1.044
Perubahan EPS
40.601
19.501
.286
2.082
.042
.889
1.125
Perubahan TAK
-.018
.031
-.078
-.575
.568
.908
1.101
Perubahan Pend
.019
.040
.064
.487
.628
.972
1.029
a. Dependent Variable: Nilai Perusahaan Sumber : Data sekunder (BEI), diolah tahun 2014 Atas dasar hasil analisis regresi dengan menggunakan tingkat signifikansi sebesar 5% diperoleh persamaan sebagai berikut : Y = 7,729 + 0,029 + 40,601 – 0,018 + 0,019 +e Keterangan : Y : Nilai Perusahaan : Selisih Kurs (laba/ rugi) : Perubahan Laba per Saham : Perubahan Total Arus Kas : Perubahan Pendapatan
a.
b. c. d. e.
e : error Dari hasil model regresi diatas dapat dijelaskan sebagai berikut : Konstanta (α) sebesar 7,729, artinya jika dalam perusahaan tidak ada perubahan dengan selisih kurs, dan tidak ada perubahan pada perubahan laba per saham,perubahan total arus kas, dan pendapatan, maka nilai perusahaan tersebut adalah sebesar Rp, 7,729 dari seluruh item kegiatan. Jika nilai laba/ rugi selisih kurs meningkat Rp, 1 pada kondisi faktor lainnya bernilai konstan, maka nilai perusahaan cenderung meningkat sebesar Rp, 0,029. Jika nilai perubahan laba per saham meningkat Rp, 1 pada kondisi faktor lainnya bernilai konstan, maka nilai perusahaan meningkat sebesar Rp, 40,601. Jika nilai perubahan total arus kas meningkat Rp, 1 pada kondisi faktor lainnya bernilai konstan, maka nilai perusahaan cenderung menurun sebesar Rp, 0,018. Jika nilai perubahan pendapatan meningkat Rp, 1 pada kondisi faktor lainnya bernilai konstan, maka nilai perusahaan meningkat sebesar Rp, 0,019.
41
Zona Akuntansi, ISSN 2087 – 7315
Volume 9, No. 2, Desember 2016, hlm. 30- 47
Uji Hipotesis Uji Parsial (Uji-t) Coefficientsa Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
B
Std. Error
Beta
(Constant)
77290.559
9556.771
Selisih Kurs
.029
.123
Perubahan EPS
40.601
19.501
Perubahan TAK
-.018
.031
Model 1
Perubahan Pend .019 .040 a. Dependent Variable: Nilai Perusahaan
t
Sig.
8.088
.000
.032
.238
.812
.286
2.082
.042
-.078
-.575
.568
.064
.487
.628
Sumber : Data sekunder (BEI), diolah tahun 2014 Diperoleh bahwa variabel selisih kurs ( ), perubahan laba per saham ( pendapatan ( kas (
), dan perubahan
) memiliki koefisien dengan arah positif, sedangkan variabel perubahan total arus
) memiliki koefisien dengan arah negatif. Hal ini berarti bahwa peningkatan selisih kurs,
perubahan laba per saham, dan perubahan pendapatan akan cenderung memiliki tingkat pengungkapan nilai perusahaan yang tinggi, sedangkaan peningkatan perubahan total arus kas akan cenderung memiliki tingkat pengungkapan nilai perusahaan yang rendah. Untuk mendapatkan signifikansi pengaruh dari keempat variabel tersebut terhadap nilai perusahaan dapat diuji sebagai berikut: Diketahui : α = 0,05, 2 (n – k – 1) = 2 (60 – 4 – 1) = 110 1. Pengaruh selisih kurs terhadap nilai perusahaan Berdasarkan tabel diatas diperoleh hasil estimasi variabel selisih kurs dengan nilai signifikansi sebesar 0,812 > 0,05 dan sebesar 0,238 sedangkan nilai sebesar 1,65882. Hal ini berarti
(0,238) <
(1,65882). Hal ini berarti selisih kurs memiliki
pengaruh tetapi tidak signifikan terhadap nilai perusahaan. Sehingga kesimpulan yang diperoleh adalah H1 ditolak dan H0 ditolak. 2. Pengaruh perubahan laba per saham terhadap nilai perusahaan Berdasarkan tabel diatas diperoleh hasil estimasi variabel perubahan laba per saham dengan nilai signifikansi sebesar 0,042 < 0,05 dan sebesar 2 ,082sedangkan nilai sebesar 1,65882. Hal ini berarti
(2,082) >
(1,65882). Hal ini berarti perubahan laba per
saham memiliki pengaruh secara signifikan terhadap nilai perusahaan. Sehingga kesimpulan yang diperoleh adalah H2 diterima dan H0 diterima. 3. Pengaruh perubahan total arus kas terhadap nilai perusahaan Dari tabel diatas variabel perubahan total arus kas memiliki nilai signifikansi sebesar 0,0568 > 0,05 dan nilai sebesar 0,575 sedangkan nilai sebesar 1,65882. Hal ini berarti (0,575) <
(1,65882). Hal ini berarti perubahan total arus kas memiliki pengaruh
42
Zona Akuntansi, ISSN 2087 – 7315
Volume 9, No. 2, Desember 2016, hlm. 30- 47
tetapi tidak signifikan terhadap nilai perusahaan. Sehingga kesimpulan yang diperoleh adalah H3 ditolak dan H0 ditolak. 4. Pengaruh perubahan pendapatan terhadap nilai perusahaan Dari tabel diatas variabel perubahan pendapatan memiliki nilai signifikansi sebesar 0,628 > 0,05 dan nilai 0,487 sedangkan nilai 1,65882. Hal ini berarti (0,487) <
(1,65882). Hal ini berarti perubahan pendapatan memiliki pengaruh tetapi tidak signifikan
terhadap nilai perusahaan. Sehingga kesimpulan yang diperoleh H4 ditolak dan H0 ditolak. Uji Simultan (Uji-F) ANOVAb Model 1
Sum of Squares
df
Mean Square
F
Sig.
Regression
2.535E10
4
6.338E9
1.196
.323a
Residual
2.914E11
55
5.297E9
Total 3.167E11 59 a. Predictors: (Constant), Perubahan Pend, Selisih Kurs, Perubahan TAK, Perubahan EPS b. Dependent Variable: Nilai Perusahaan Sumber : Data sekunder (BEI), diolah tahun 2014 Berdasarkan uji statistik F yang ditunjukan pada tabel diatas dapat diketahui nilai sebesar 1,196 dengan probabilitas 0,323. Nilai probabilitas yang ditunjukan pada tabel memiliki nilai yang lebih besar dari tingkat signifikansi yang telah ditetapkan yaitu sebesar 5% atau 0,05. Artinya Hasil ini berarti bahwa model regresi tersebut dapat digunakan untuk memprediksi nilai perusahaan Dapat dikatakan bahwa selisih kurs, perubahan laba per saham, perubahan total arus kas, dan perubahan pendapatan secara simultan berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Uji Koefisien Determinasi ( )
Model Summaryb
Model
R
R Square
Adjusted Square
RStd. Error of the Estimate Durbin-Watson
1 .283a .080 .013 72783.230 .717 a. Predictors: (Constant), Perubahan Pend, Selisih Kurs, Perubahan TAK, Perubahan EPS b. Dependent Variable: Nilai Perusahaan Sumber : Data sekunder (BEI), diolah tahun 2014 Berdasarkan Tabel 4.7, besarnya adjusted
adalah 0,013, hal ini berarti 1,3% variabel
nilai perusahaan dapat dijelaskan oleh variasi keempat variable independen dengan Standard error estimasi sebesar 72.783 rupiah, nilai ini tergolong kecil, sehingga cukup tepat untuk memprediksi variabel dependen. Nilai R = 0,283 menunjukkan bahwa koefisien korelasi sebesar 28,3%. Dari nilai ini dapat disimpulkan bahwa hubungan antara selisih kurs, perubahan laba per saham, perubahan total arus kas, dan perubahan pendapatan dengan nilai perusahaan yang diproksikan dengan nilai pasar memiliki posisi yang kurang kuat. Sedangkan nilai koefisien determinasi (R square) adalah sebesar 0,080 atau 8%. Hal ini berarti Nilai R square masih tergolong sangat kecil, dimana kemampuan variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen sangat terbatas.
43
Zona Akuntansi, ISSN 2087 – 7315
Volume 9, No. 2, Desember 2016, hlm. 30- 47
Jadi, besarnya pengaruh dari selisih kurs, perubahan laba per saham, perubahan total arus kas dan perubahan pendapatan terhadap nilai perusahaan adalah 8%. Pengaruh faktor-faktor lain yang tidak diamati oleh peneliti adalah sebesar (100% − 8%) = 92%. Pengaruh tersebut merupakan pengaruh lain diluar variabel selisih kurs, perubahan laba per saham, perubahan total arus kas, dan perubahan pendapatan. Pembahasan Pengaruh Selisih kurs terhadap Nilai Perusahaan Variabel selisih kurs memiliki nilai signifikansi 0,812 yang berarti nilainya lebih besar dari tingkat signifikansi 0,05 (5%). Hal ini menunjukkan bahwa selisih kurs berpengaruh tetapi tidak signifikan terhadap nilai perusahaan. Hasil perhitungan statistik yang ditampilkan dalam tabel uji t, menunjukkan bahwa selisih kurs memiliki koefisien positif. Hasil ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Yahya (2009), yaitu variabel selisih kurs tidak mempengaruhi nilai perusahaan disebabkan karena selisih kurs (laba/ rugi) merupakan komponen transitory dalam laporan laba/ rugi yang hanya berpengaruh pada periode tertentu dan terjadinya tidak persisten (terus- menerus), dan informasi tentang laba/ rugi selisih kurs ini sudah diantisipasi oleh investor didalam ekspektasinya. Dimana selisih kurs ini merupakan hal yang tidak bisa dikendalikan oleh perusahaan. Namun selisih kurs dapat dimanage dengan strategi yang baik dan cepat, sehingga paling tidak kalaupun perusahaan mengalami selisih kurs, maka selisih yang terjadi adalah selisih laba. Karena apabila sebuah perusahaan tidak mampu memanage selisih kurs dengan baik, maka selisih kurs bisa berdampak buruk bagi nilai perusahaan. Pengaruh Perubahan Laba per Saham terhadap Nilai Perusahaan Variabel perubahan laba per saham memiliki nilai signifikansi sebesar 0,042 yang berarti nilainya lebih kecil dari tingkat signifikansi 5%. Hal ini menunjukkan bahwa perubahan laba per saham berpengaruh secara signifikan terhadap nilai perusahaan. Hasil perhitungan statistik yang ditampilkan pada tabel uji t, menunjukkan bahwa perubahan laba per saham memiliki koefisien positif. Artinya, perubahan laba per saham mempunyai pengaruh positif terhadap nilai perusahaan. Artinya perubahan laba per saham pada penelitian ini memiliki pengaruh positif terhadap nilai perusahaan, dan pengaruh yang diberikan cukup besar. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Yahya (2009), menurut hasil penelitian Yahya (2009) perubahan laba per saham berpengaruh terhadap nilai perusahaan, yang berarti setiap kenaikan laba per lembar saham akan menaikkan nilai perusahan, begitu juga sebaliknya. Perubahan laba per saham perusahaan mencerminkan selisih laba yang diterima untuk setiap lembar saham beredar. Kenaikan pada laba per saham menunjukkan bahwa kinerja dari laba perusahaan sangat baik yang mana akan mempengaruhi nilai perusahaan. Dimana pertumbuhan laba per saham ini memberikan informasi tentang perkembangan suatu perusahaan. Pengaruh Perubahan Total Arus Kas terhadap Nilai Perusahaan Variabel perubahan total arus kas memiliki nilai signifikansi sebesar 0,568 yang berarti nilainya lebih besar dari tingkat signifikansi 0,05 (5%). Hal ini menunjukkan bahwa perubahan total arus kas berpengaruh tetapi tidak signifikan terhadap nilai perusahaan, yang berarti setiap kenaikan atau penurunan total arus kas mempengaruhi nilai perusahaan tetapi dalam jumlah angka yang relatif kecil. Hasil perhitungan statistik yang ditampilkan pada tabel uji t, menunjukkan bahwa perubahan total arus kas memiliki koefisien yang negatif. Artinya, perubahan total arus kas berpengaruh negatif terhadap nilai perusahaan. Hasil ini juga mendukung penelitian yang dilakukan oleh Yahya (2009). Perubahan total arus kas tidak berpengaruh secara signifikan terhadap nilai perusahaan. Argumen yang melandasi hasil ini adalah pengujian variabel total arus kas masih menggabungkan antara total arus kas yang berasal dari kegiatan operasi, investasi, dan pendanaan. Selain itu, ketika suatu perusahaan mempublikasikan laporan keuangannya, hal pertama yang dilihat oleh sebagian besar masyarakat adalah informasi laba perusahaan tersebut, bukan informasi arus kas. Dengan kata lain, laba mempunyai peranan yang lebih besar daripada informasi arus kas. Pengaruh Perubahan Pendapatan terhadap Nilai Perusahaan Variabel perubahan pendapatan memiliki nilai signifikansi sebesar 0,628 yangberarti lebih besar dari 0,05 (5%). Hal ini menunjukkan bahwa variabel perubahan pendapatan berpengaruh tetapi tidak signifikan terhadap nilai perusahaan. Hasil perhitungan statistik yang ditampilkan dalam tabel uji t, menunjukkan bahwa perubahan pendapatan memiliki koefisien positif. Artinya, peubahan pendapatan memiliki
44
Zona Akuntansi, ISSN 2087 – 7315
Volume 9, No. 2, Desember 2016, hlm. 30- 47
pengaruh positif terhadap nilai perusahaan tetapi tidak signifikan. Hal ini mungkin disebabkan karena adanya faktor lain yang mempengaruhi nilai perusahaan. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Kurniawan (2007) dan Yahya (2009). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Kurniawan dan Yahya yaitu, perubahan pendapatan memiliki pengaruh terhadap nilai perusahaan. Artinya, setiap kenaikan atau penurunan pendapatan suatu perusahaan akan menyebabkan kenaikan atau penurunan pula pada nilai perusahaan tersebut. Pada dasarnya, pendapatan merupakan aliran kas masuk dana kedalam perusahaan dari hasil proses penjualan barang atau jasa kepada konsumen. Dalam keadaan normal, peningkatan pendapatan akan mengakibatkan peningkatan harga saham. Hal ini dikarenakan, peningkatan pendapatan berarti menunjukkan bahwa kinerja perusahaan juga meningkat. Namun pada hasil penelitian ini variabel perubahan pendapatan tidak memberikan hasil yang signifikan, tetapi informasi perubahan pendapatan memberikan pengaruh yang positif terhadap nilai perusahaan. Pengaruh Selisih kurs, Perubahan Laba per Saham, Perubahan Total Arus Kas, dan Perubahan Pendapatan Terhadap Nilai Perusahaan. Berdasarkan hasil perhitungan statistik yang menunjukkan bahwa secara simultan variabel selisih kurs, perubahan laba per saham, perubahan total arus kas, dan perubahan pendapatan berpengaruh tetapi tidak signifikan terhadap nilai perusahaan. Terbukti dari hasil F-hitung sebesar 1,196 dan nilai signifikasinya adalah 0,323. Besarnya pengaruh dari selisih kurs, perubahan laba per saham, perubahan total arus kas, dan perubahan pendapatan secara simultan terhadap nilai perusahaan adalah 8%. Jadi, keempat variabel independen yaitu selisih kurs, perubahan laba per saham, perubahan total arus kas, dan perubahan pendapatan tidak dapat digunakan secara simultan untuk memprediksi nilai perusahaan. Namun hal ini tidak berarti bahwa variabel independen tersebut tidak memiliki pengaruh sama sekali terhadap nilai perusahaan. Variasi variabel tersebut memiliki pengaruh terhadap nilai perusahaan namun dalam tingkat yang rendah. Hal ini mungkin disebabkan karena nilai perusahaan dipengaruhi oleh banyak faktor lainnya termasuk kondisi ekonomi dan keadaan sosialpolitik negara (Debbinaita, 2009). KESIMPULAN DAN SARAN KESIMPULAN 1. Selisih kurs berpengaruh tetapi tidak signifikan terhadap nilai perusahaan. Hal ini dilihat dari tingkat signifikansi selisih kurs 0,812 (0,812 >0,05) tetapi memiliki koefisien yang positif. Artinya jumlah laba/ rugi selisih kurs menyebabkan reaksi terhadap nilai perusahaan tetapi dalam ukuran yang kecil, dan selisih kurs memberikan informasi akuntansi terhadap nilai perusahaan 2. Perubahan laba per saham berkoefisien positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan. Hal ini dilihat dari tingkat signifikansi sebesar 0,042 (0,042 < 0,05), dan hasil
3.
4.
5.
menunjukkan nilai positif sebesar 2,082. Artinya berapapun jumlah kenaikan atau penurunan laba yang diterima untuk setiap lembar saham yang beredar akan menyebabkan reaksi terhadap nilai perusahaan. Perubahan total arus kas tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Hal ini dilihat dari nilai signifikansi perubahan total arus kas sebesar 0,568 (0,568 > 0,05) dan memiliki koefisien negatif. Artinya berapapun kenaikan atau penurunan total arus kas tidak menyebabkan perubahan nilai perusahaan. Perubahan pendapatan berpengaruh tetapi tidak signifikan terhadap nilai perusahaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perubahan pendapatan memiliki nilai signifikansi 0,628 (0,628> 0,05) dengan koefisien yang positif. Artinya berapapun jumlah kenaikan atau penurunan pendapatan akan menyebabkan reaksi terhadap nilai perusahaan tetapi dalam ukuran yang kecil. Secara simultan (bersama-sama), ada pengaruh tetapi tidak signifikan antara selisih kurs, perubahan laba per saham, perubahan total arus kas, dan perubahan pendapatan terhadap nilai perusahaan. Hal ini dapat dilihat dari nilai probabilitasnya 0,323 yang memiliki nilai yang lebih besar dari tingkat signifikansi yang telah ditetapkan yaitu sebesar 5% (0,05). Artinya bahwa kesimpulan untuk variabel selisih kurs, perubahan laba per saham, perubahan total arus
45
Zona Akuntansi, ISSN 2087 – 7315
Volume 9, No. 2, Desember 2016, hlm. 30- 47
kas, dan perubahan pendapatan terhadap nilai perusahaan pada sampel secara simultan tidak berlaku pada populasi (tidak dapat digeneralisasi). Saran 1. Proksi nilai perusahaan pada penelitian ini menggunakan nilai pasar saham. Bagi penelitian selanjutnya, proksi dari nilai perusahaan bisa dipilih dari beberapa alternatif proksi yang lain, diantaranya nilai buku atau nilai likuidasi dan nilai Tobins’Q. 2. Penelitian ini hanya menguji selisih kurs dengan melihat nilai laba/ rugi yang terjadi selama tahun penelitian. Untuk penelitian selanjutnya dapat memfokuskan penelitian terhadap reaksi pasar modal atas perbedaan perlakuan selisih kurs suatu perusahaan dan juga hubungan yang terjadi antara selisih kurs dan nilai perusahaan. 3. Penelitian ini menggunakan variabel perubahan laba per saham, yaitu laba per saham dasar. Untuk penelitian selanjutnya dapat menggunakan variabel perubahan laba per saham yang lain, yaitu laba per saham dilusian. 4. Penelitian ini tidak menguji bagaimana pengaruh komponen-komponen total arus kas yang terdiri dari kegiatan operasional, investasi dan pendanaan. Disarankan bagi penelitian selanjutnya untuk menguji pengaruh komponen-komponen total arus kas tersebut secara parsial. 5. Penelitian ini menggunakan variabel perubahan pendapatan. Pendapatan yang dipakai dalam penelitian ini adalah perubahan dalam penjualan bersih, yang terdiri dari penjualan kotor dikurangi dengan retur penjualan. Untuk penelitian selanjutnya dapat digunakan variabel pendapatan dengan menggunakan pendapatan yang timbul dari transaksi penggunaan asset perusahaan oleh pihak-pihak lain yang menghasilkan bunga, royalty, dan dividen. DAFTAR PUSTAKA Baridwan, Zaki. 2004. Intermediate Accounting. Edisi 8. Yogyakarta: BPFE. Debbiabita, 2009. Pengaruh Laba per Saham, Total Arus Kas, pendapatan terhadap nilai perusahaan yang Tergabung dalam Perusahaan LQ45. Skripsi, Universitas Kristen Maranatha Bandung. Ghozali, Imam. 2005. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Semarang: BPUNDIP. Gultom, Corry (2008). Pengaruh Kebijakan Leverage, Kebijakan Deviden dan Earning Per Share terhadap Nilai Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia, Skripsi, Universitas Sumatera Utara. Harahap, Sofyan Syafri. 2004. Akuntansi Aktiva Tetap, Edisi Ketiga, Jakarta: Penerbit PT. Raja Grafindo. Hijriah, Almas. 2007. Pengaruh Faktor Fundamental dan Risiko Sistematik terhadap Harga Saham Properti di Bursa Efek Jakarta. Tesis: Universitas Sumatera Utara. Ikatan Akuntansi Indonesia, 2007. Standar Akuntansi Keuangan, Edisi Revisi, Penerbit Salemba Empat: Jakarta. Jamil, Yahya (2009). Pengaruh Selisih Kurs dan Indikator Keuangan Positif Terhadap Nilai Perusahaan, Skripsi, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Keown, Arthur J (2008), Manajemen Keuangan: Prinsip dan Penerapan Edisi 10 Jilid 1. PT Indeks. Kurniati, Dewi.2011. Pengaruh Earning Per Share, Return On Asset, dan Return On Equity terhadap Harga Saham pada Perusahaan Property Real Estate yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia, Skripsi, Universitas Batam. Kurniawan, Henri (2007). Analisis Pengaruh Pelaporan Selisish Kurs dan Indikator Keuangan Positif Terhadap Nilai Perusahaan, Skripsi, Universitas Diponegoro Semarang. Mamduh M. Hanafi dan Abdul Halim, Analisis Laporan Keuangan, Yogyakarta: UPP STIM YKPN, 2007. PSAK No. 10 Tahun 2009 tentang Transaksi Dalam Mata Uang Asing. Rumengan, Jemmy. 2010. Metodologi Penelitian dengan SPSS. Batam: Uniba Press. Singarimbun, Masri. 1995. Metode Penelitian Survei. LP3S, Jakarta. Suad Husnan dan Enny Pudjiastuti, Dasar-dasar Manajemen Keuangan, Yogyakarta: UPP AMP YKPN, 1994. Sugiono. 2004. Metode Penelitian Administrasi, Bandung: Alfabeta. Suwardjono, Akuntansi Pengantar Bagian 1: Proses Penciptaan Data Pendekatan Sistem, Yogyakarta: BPFE, 2003.
46
Zona Akuntansi, ISSN 2087 – 7315
Volume 9, No. 2, Desember 2016, hlm. 30- 47
Weston, J. F. Dan Copeland, T. E. 1997. Manajemen Keuangan, Edisi Sembilan. Jakarta: Penerbit Bina Rupa Aksara. Jakarta Islamic Index, http://id.wikipedia.org/wiki/Jakarta_Islamic_Index (akses tanggal 15 Agustus 2014). http://finance.detik.com/read/2014/04/14/134457/2554418/6/tambang-grup-bakrie-masih-rugi-rp6-triliun (akses tanggal 2 Juni 2014). http://bisnis.liputan6.com/read/753898/bakrie-sumatera-plantation-catatkan-rugi-rp-7958-miliar (akses tanggal 2 Juni 2014). http://vibiznews.com/2013/11/18/rugi-selisih-kurs-meningkat-tajam-namun-saham-main-rebound/ (akses tanggal 12 Juni 2014). http://www.energitoday.com/2014/02/11/pln-alami-kerugian-rp-309-triliun-akibat-selisih-kurs/ (akses tanggal 12 Juni 2014). http://www.teguhhidayat.com/2014/04/toba-bara-sejahtera-html (akses tanggal 12 Juni 2014). http://www.the-marketeers.com/archives/rp-952-miliar-laba-bersih-holcim-tahun2013.html#.U32RnjCOTIY (akses tanggal 12 Juni 2014). http://jurnalakuntansikeuangan.com/2014/01/cara-mencegah-risiko-kerugian-selisih-kurs/ (akses tanggal 12 Juni 2014). http://staff.ui.ac.id/system/files/users/martani/material/psak10pengaruhperubahankursvalutaasing.p df (akses tanggal 12 Juni 2014). http://id.wikipedia.org/wiki/penelitian-kuantitatif (akses tanggal 17 juni 2014). www.idx.co.id www.yahoofinance.com
47