Rudy Badrudin, STIE YKPN Yogyakarta
[email protected]
PERKEMBANGAN FTA DI DUNIA DAN ASEAN
3
NAFTA Population: 445 million GDP: US$15.857 trillion
MAIN REGIONAL FTAs (G1) EU Population: 491 million GDP: US$ 14.38 trillion
CHINA Population: 1.330 billion GDP PPP: US$ 6.991 trillion
FTA Canada – Chile 1997 FTA : Chile – Mexico 1999 FTA : USA – Chile 2004 FTA : USA – Singapore 2004 FTA : USA – Australia 2005 FTA : Mexico – Japan 2005 FTA : Chile – Brunei – NZ – Singapore 2006
JAPAN Population: 127 million GDP PPP: US$ 4.29 trillion
Japan-Korea-China FTA (under negotiation)
Japan-Korea FTA (under negotiation)
EU 25 countries
Japan-Mexico EPA NAFTA U.S.A., Canada, Mexico
EU-MEXICO FTA
expanding to Latin America
JapanMexico
(signed agreement)
expanding to Eastern Europe
ACP-EU
ASEAN-Japan
Countries in Africa and the Caribbean (approx. 70 countries)
Comprehensive Economic Partnership (AJCEP)
under negotiation
SAPTA
Bangladesh, Bhutan, India, Maldives, Nepal, Pakistan, Sri Lanka
EPA (signed agreement)
FTAA
AFTA
(by 2005)
MERCOSUR Argentina, Brazil, Paraguay, Uruguay
Indonesia, Malaysia, Philippines, Singapore, Thailand, Brunei, Vietnam, Laos, Myanmar, Cambodia
India - ASEAN FTA
China - ASEAN FTA
Australia-New Zealand-ASEAN FTA
Japan’s Bilaterals: • Japan-Singapore EPA • Japan-Philippines EPA • Japan-Thailand EPA • Japan-Malaysia EPA • Japan-Indonesia EPA
ASEAN Population: 575.5 million GDP: US$ 3.431 billion
Korea - ASEAN FTA Source : CIA Factbook (2007)
4
ASEAN IN THE GLOBAL LANDSCAPE (G2)
5
FTA Dalam Kerangka Regional (ASEAN dan ASEAN Mitra) (T6) FTA’s ASEAN
Economic
Entry into Force
Coverage
20 November 2007
AEC 2015
Komprehensif
ASEAN-CEPT: ± 98% dari pos tarif
29 November 2004
1 Juli 2005
Komprehensif
Early Harvest Chapter 01-08
Penanda-tanganan
Cakupan Tarif
Community ASEAN – China
Normal Track: 40% at 0-5% in 2005 Sensitive Track Sensitive List (SL) : Tahun 2012 = 20% Highly Sensitive List (HSL) tahun 2015=50% ASEAN – Korea
24 Agustus 2006
1 Juli 2007
Komprehensif
Korea: Menghapuskan semua pos tarif Normal Track selambat-lambatnya 1 Jan 2010. ASEAN-6 •
Normal Track dihapuskan paling lambat 1 Jan 2011 (flexibilitas <5% pos tarif NT dihapuskan paling lambat 1 Jan 2012
Sensitive Track Batas maksimum jumlah pos tarif dalam Sensitive Track ASEAN 6 & Korea adalah 10% dari total pos tarif.
6
FTAs ASEAN – Jepang
Penanda-tanganan 1 Maret 2008
Entry into Force 1 Desember 2008
Coverage Komprehensif
27 Februari 2009
Direncanakan 1 Januari 2010
Normal Track (NT) – ASEAN sebesar 90% dari total pos tarif dan Jepang sebesar 92% dari total pos tarif dan nilai dagang, terdiri atas eliminasi dalam tempo 10 tahun (88%) dan penghapus lebih lanjut (4%) Sensitive Track (ST) - 8% dari total pos tarif 6 digit dan nilai dagang.
(Indonesia EIF 1 Jan 2010, dalam tahap proses ratifikasi) ASEAN – Australia – New Zealand
Cakupan Tarif
Komprehensif
Entry Into Force 1 Januari 2010: 90% pos tarif NZ dan 91.77% pos tarif Australia akan dihapuskan tarifnya pada tahun 2010 90.23% pos tarif Indonesia akan dihapuskan tarifnya pada tahun 2015
ASEAN – India
13 Agustus 2009
Direncanakan 1 Januari 2010
Perdagangan Barang (perundingan jasa dan investasi sedang dilakukan)
Pada tahun 2016 (berakhirnya Normal Track): 42.56% pos tariff Indonesia akan dihapuskan tarifnya 79.35% pos tariff India akan dihapuskan tarifnya
7
LATAR BELAKANG
8
Latar Belakang AFTA dan ASEAN-China FTA • 1991
ASEAN FTA disepakati 1992-2007 (kemudian dipercepat ke 2001)
• 1996
RRC secara resmi menjadi dialog partner ASEAN
• 1997 (Desember)
Joint Statement kepala negara untuk menjalankan ASEAN dan RRC adalah sahabat dan mitra yang saling percaya untuk menyongsong abad 21
• 2000 (Nopember)
Pada KTT ASEAN – RRC, Kepala Negara menyepakati gagasan pembentukan CAFTA 9
• 2001 (Maret)
Dibentuk ASEAN – RRC Economic Expert Group
• 2002 (Nopember)
Pada KTT ASEAN – RRC, Kepala Negara menandatangani Framework Agreement on Comprehensive Economic Cooperation between ASEAN and the PRC
• 2003
Perundingan CAFTA dimulai dan selesai Juni 2004
• 2003
Bali Concord (Proposal Indonesia–ASEAN Community diterima):AFTA menjadi bagian dari ASEAN Economic Community
• 2004 (Nopember)
Kesepakatan CAFTA – Barang tangani (2004-2010)
• 2007 • 2007
AEC diakselerasi dari 2020 ke 2015 Kesepakatan ASEAN Charter dan Blue Print ditandatangani ASEAN Charter berlaku
• 2008 (Desember)
ditanda-
AEC
10
Tahapan Penghapusan Tarif Bea Masuk Tahap I: Early Harvest Program (EHP)
Tahap II: Normal Track I dan II
Chapter 01 sampai dengan Chapter 08 yaitu: Binatang hidup, Ikan, Dairy product, Tumbuhan, Sayuran, dan buah-buahan.
- Normal Track I Tarif akan menjadi 0% pada tahun 2010
Kesepakatan Bilateral (produk spesifik) antara lain kopi, Minyak Kelapa/CPO, Coklat, barang dari karet, dan perabotan.
- Normal Track II Tarif akan menjadi 0% pada tahun 2012
- Tarif akan menjadi 0% pada tahun 2006
Tahap III: Sensitive / Highly Sensitive List
- Sensitive List: (a) Tahun 2012 = max 20% ; (b) Tahun 2018 = Pengurangan menjadi 0-5% Dengan 304 Produk (HS 6 digit) antara lain Barang Jadi Kulit: tas, dompet; Alas kaki : Sepatu, Casual, Kulit; Kacamata; Alat Musik; Tiup, petik, gesek; Mainan: Boneka; Alat Olah Raga; Alat Tulis; Besi dan Baja; Spare part; Alat angkut; Glokasida dan Alkaloid Nabati; Senyawa Organik; Antibiotik; Kaca; Barang-barang Plastik. - Highly Sensitive List : Tahun 2015 tarifnya maksimum 50% Dengan 47 Produk (HS 6 digit), yang antara lain terdiri dari Produk Pertanian, seperti Beras, Gula, Jagung dan Kedelai; Produk Industri Tekstil dan produk Tekstil (ITPT);Produk Otomotif; Produk Ceramic Tableware. 11
Pengelompokan Barang • Normal Track (target of tariff rate = 0%) (a) Early Harvest Program (2006) (b) NT1 (2010) (c) NT2 (2012) • Sensitive list (a) Tahun 2012 tarif menjadi 20% (b) Tahun 2018 tarif menjadi 0-5% • Highly Sensitive list Tahun 2015 tarif menjadi 50% (untuk produk yang pada tahun 2002 tingkat tarifnya >50%) 12
KINERJA PERDAGANGAN LUAR NEGERI INDONESIA TERKAIT CAFTA
13
Neraca Perdagangan Indonesia-China (G3) 20000 Export to China
Import from China
Trade Balance
US$ Million
15000
10000
5000
0 1999 -5000
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
JAN-OKT 2009
Sumber: BPS, 2010
Selama periode 1999-2007 Indonesia mencatat surplus perdagangan dengan China. Namun demikian, tahun 2008 dan 2009 (Jan-Okt) mengalami defisit. Defisit neraca perdagangan tahun 2009 mengalami penurunan dibanding 2008. 14
Struktur Ekspor Non Migas Menurut Negara Tujuan (G4) • Peranan China dan India sebagai negara tujuan utama ekspor semakin meningkat. • Sedangkan dominasi pangsa ekspor ke Uni Eropa, Amerika Serikat dan Jepang mulai berkurang. Share Negara Tujuan Ekspor Non Migas Jan-Des 2004
Share Negara Tujuan Ekspor Non Migas Jan-Des 2009
Lainnya 20,6%
Lainnya 21,9%
UNI EROPA 16,1% THAILAND 2,8%
UNI EROPA 13,9%
THAILAND 2,7%
TAIWAN 2,7%
AMERIKA SERIKAT 14,8%
KOREA SELATAN 3,3% INDIA 3,8%
AMERIKA SERIKAT 10,7%
TAIWAN 2,9%
JEPANG 12,3%
KOREA SELATAN 5,3%
MALAYSIA 5,1% REP.RAKYAT CINA 6,1%
JEPANG 15,0% SINGAPURA 9,6%
INDIA 7,2%
SINGAPURA 8,2% MALAYSIA 5,8%
REP.RAKYAT CINA 9,1%
Sumber: BPS, diolah. 8
Ekspor Indonesia ke China Menurut Sektor (G5) 7000
Agriculture
Industry
Mining 6,245.2
6000 5,487.7
US$ Million
4,859.8
4,844.9
5000
4000
3,620.9 3,239.6
3000
2,634.9 2,028.4
2000
1,671.8 1,266.3
1,870.0
1,511.6
1,381.1 1,086.9
1000
532.0 150.3
0
9.7
61.0
1999
12.3
2000
49.8
28.5
2001
35.9
127.6 83.5
2002
98.3
2003
82.1
115.7 94.5
2004
244.4
2005
89.7 2006
89.5 2007
160.9 2008
109.6 JAN-OKT 2009
Sumber: BPS, 2010
Selama periode 1999-2009 pertumbuhan ekspor produk industri mencapai 17,7% per tahun dan pertambangan 72,3% per tahun. 16
Perkembangan Impor Menurut Negara Asal (G6) 2004 Jepang 19.26%
China 7.90%
UE 12.12%
ASEAN 26.41%
Amerika Serikat 19.00%
Korea Selatan 4.24% Australia 2.66%
Peran impor dari China meningkat pesat, sementara impor dari ASEAN cenderung stabil.
Taiwan India 3.56% 4.86%
2009
Sumber: BPS (diolah). Jepang 14.38% UE 12.67%
ASEAN 26.43%
China 19.77%
Amerika Serikat 10.31% Korea Selatan 5.58% Australia 4.95% Taiwan 2.94%
India 2.98%
17
Impor Indonesia dari China Menurut Golongan Penggunaan Barang (G7) 10000
Intermediate Goods
9000
US $ Miliion
8000 7000 6000 5000
Capital Goods
4000 3000 Consumption Goods
2000 1000 0 1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
JAN-OKT 2009
Sumber: BPS, 2010
Impor barang modal dan bahan baku penolong dari China meningkat pesat dengan pertumbuhan rata-rata tahunan masing-masing sebesar 49,8% dan 24,6%. Kedua kelompok barang tersebut digunakan oleh industri dalam negeri untuk pasar dalam negeri maupun ekspor. 18
Sepanjang tahun 2000 hingga 2008, neraca perdagangan tumbuh 10% yang mengindikasikan masih adanya pertumbuhan ekspor, terutama di sektor non-migas (G8) 50.00 39,7
39,6
40.00 31,6 28,6 Milliar US$
30.00
28,0
28,5 25,1
25,4
39.47 25,9
32.80
20.00
19.63
10.00 0.16
(1.23)
0.03
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009*
(10.00)
Non-Migas
Migas
Total
Sumber: BPS Keterangan: * ) Angka sementara
19
Skema Tarif Bea Masuk Perkembangan Skema Bea Masuk (T7) 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 MFN
9.9
9,9
9,5
7,8
7,6
7,5
7,49
CEPT
3.4
2,8
2,8
2,0
1,9
1,9
0
CAFTA
9.9
9,6
9,5
6,4
6,4
3,8
2,9
AKFTA
9.9
9.9
9.5
6,6
6,0
2,6
2,6
AANZ
9.9
9,9
9,5
7,8
7,6
7,5
-
IJEPA
9.9
9.9
9.5
7.8
5,2
4,5
2,97
Sumber: Kemendag, 2009 20
JUMLAH DAN NILAI SKA PER JENIS SKA PERIODE 2007 S/D OKTOBER 2009 (T8) TAHUN 2007 2008 2009 JUMLAH SKA NILAI (JUTA USD) JUMLAH SKA NILAI (JUTA USD) JUMLAH SKA NILAI (JUTA USD) FORM AK (ASEAN - KOREA) 4,262 343 22,937 2,942 22,023 1,258 FORM
FORM D (ASEAN FTA)
19,491
1,360
89,095
9,434
FORM E (ASEAN - CHINA)
2,332
204
11,604
1,804
-
16,228
1,705
FORM IJEPA
80,129 13,218 37,985
5,106 1,776 1,965
Sumber: Kemendag, 2009
21
PELUANG DAN TANTANGAN Manfaat FTA dengan RRC: • akses untuk produk Indonesia di pasar RRC • peningkatan investasi dan Indonesia sebagai basis produksi (impor bahan baku dan barang modal naik dari 83,7% dari seluruh impor pada tahun 2000 menjadi 91% pada tahun 2008) Masalah dan Solusi: Sejumlah sektor khawatir menghadapi dampak negatif FTA (3% dari total tariff line) sehingga pemerintah dan bisnis membentuk Tim Bersama untuk mengkoordinasikan langkah-langkah secara komprehensif meningkatkan daya saing dan membicarakan ulang pelaksanaan CAFTA untuk beberapa sektor tersebut. 22
Langkah-langkah dalam Rangka Pelaksanaan CAFTA
23
TIM PENINGKATAN DAYA SAING Organisasi: Membentuk Tim Koordinasi Penanganan Hambatan Industri dan Perdagangan (SK.Menko Perekonomian No Kep-42/M.EKON/12/2009) Pengarah: Menko Perekonomian dan para menteri terkait Tim Pelaksana: para pejabat Eselon I dari KL terkait dan pelaku usaha (KADIN dan APINDO) dan 3 Tim Teknis yang fokus kepada: • Penguatan Daya Saing Global • Pengamanan Pasar Domestik • Penguatan Ekspor Tugas Tim Identifikasi dan analisis masalah/hambatan Koordinasi penyelesaian masalah/hambatan industri dan perdagangan Pemantauan dan evaluasi penyelesaian hambatan
24
STRATEGI I: PENGUATAN DAYA SAING GLOBAL Penanganan issue domestik, meliputi: Penataan lahan dan kawasan industri Pembenahan infrastruktur dan energi Pemberian insentif (pajak maupun non pajak lainnya) Membangun kawasan ekonomi khusus Perluasan akses pembiayaan dan pengurangan biaya bunga (KUR, Kredit Ketahanan Pangan dan Energi, modal ventura, keuangan syariah, anjak piutang, Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia) Pembenahan sistem logistik Perbaikan layanan publik Penyederhanaan peraturan Peningkatan kapasitas ketenagakerjaan
25
STRATEGI II: PENGAMANAN PASAR DOMESTIK Pengawasan di Border Meningkatkan pengawasan ketentuan impor dan ekspor dalam pelaksanaan FTA Menerapkan Early Warning System untuk pemantauan dini terhadap kemungkinan terjadinya lonjakan impor Pengetatan pengawasan penggunaan Surat Keterangan Asal barang (SKA) dari Negara Negara mitra FTA Pengawasan awal terhadap kepatuhan SNI, Label, kadaluarsa, kesehatan, lingkungan, security Penerapan instrumen perdagangan yang diperbolehkan WTO (safeguard measures) terhadap industry yang mengalami kerugian yang serius (seriously injury) akibat tekanan impor (import surges) Penerapan instrumen anti dumping dan countervailing duties atas importasi yang unfair
26
STRATEGI II: PENGAMANAN PASAR DOMESTIK
Peredaran barang di pasar Lokal Task Force pengawasan peredaran barang yang tidak sesuai dengan ketentuan perlindungan konsumen dan industri Kewajiban penggunaan label dan manual berbahasa Indonesia Promosi penggunaan produksi dalam negeri Mengawasi efektifitas promosi penggunaan produksi dalam negeri (Inpres No 2 tahun 2009) Mengalakkan program 100% Aku Cinta Indonesia (ACI) dan Industri Kreatif
27
STRATEGI III: PENGUATAN EKSPOR Mengoptimalkan peluang pasar China dan ASEAN Penguatan peran perwakilan luar negeri (ATDAG/TPC) Promosi Pariwisata, Perdagangan, dan Investasi (TTI) Penanggulangan masalah dan kasus ekspor Pengawasan SKA Indonesia Peningkatan peran LPEI dalam mendukung pembiayaan ekspor
28
PEMBICARAAN ULANG Pemerintah (Kementerian Perdagangan) telah menyampaikan surat kepada Sekjen ASEAN 31/12/09 mengenai: Indonesia tetap melaksanakan komitmen sesuai jadwal Menjelaskan bahwa beberapa sektor menyampaikan kekhawatiran atas pelaksanaan CAFTA dan akan bahas pada kesempatan pertama Sebagai tindak lanjut telah melakukan komunikasi dengan pihak-pihak terkait untuk membahas langkahlangkah yang dapat mengatasi kekhawatiran beberapa sektor dan mencari mekanisme yang tepat untuk mencari solusi win-win sesuai dengan kepentingan nasional. 29
Boro-boro masuk Cina, produk kita justru terancam ditinggal rakyatnya sendiri. Akibatnya, terjadilah deindustrialisasi dan meningkatkan pengangguran. Inilah dampak diterapkannya Pasar Bebas ASEAN–Cina per 1 Januari 2010. ASEAN–China Free Trade Agreement (CAFTA) alias Pasar Bebas Asia Tenggara– Cina, mulai berlaku per 1 Januari 2010. Tapi di pusat perdagangan tekstil dan garmen Pasar Tanah Abang, Jakarta Pusat serta Mangga Dua, Jakarta Utara, batik asal Cina sudah merajai pasar sejak hampir dua tahun lalu. Bahkan, di Pasar Johar Semarang, Pasar Klewer Solo, dan Pasar Turi Surabaya sebagai sentra batik di Pulau Jawa, juga sudah diserbu batik made in negeri Tirai Bambu ini (http://www.sabili.co.id). (PERILAKU KONSUMEN)
Ternyata, murahnya harga produk tekstil dan garmen asal Cina bukan semata-mata karena keunggulan industri mereka. Tapi juga karena praktik ilegal dalam mengimpor produk itu ke Indonesia. Ini ditegaskan oleh Ketua Asosiasi Pedagang Grosir DKI Jakarta Heris MM. Menurutnya, tekstil dan produk garmen selundupan menguasai sejumlah pusat grosir di Jakarta, di antaranya Tanah Abang dan Mangga Dua. “Ini berlangsung sejak tiga tahun terakhir tanpa penanganan yang jelas,” tandasnya. Heris mencontohkan, di Pasar Tanah Abang misalnya, saat ini memperdagangkan dari sekitar 75%80% tekstil dan garmen impor, sekitar 20%-30%-nya ditengarainya masuk secara ilegal. Demikian juga dengan pusat perdagangan Mangga Dua, diperkirakan sekitar 40% garmen dan 60% tekstil merupakan barang selundupan (http://www.sabili.co.id). (PERILAKU PRODUSEN)
“Barang-barang ilegal ini masuk secara borongan melalui bandara dan pelabuhan,” ujar Ketua Asosiasi Pedagang Grosir DKI Jakarta Heris MM. Modus yang digunakan, lanjut Heris, produk impor itu biasanya masuk melalui bandara hanya membayar bea masuk (BM) Rp 70.000 per kilogram, tanpa membayar PPN, PPh impor dan lain. Sedangkan produk yang masuk melalui pelabuhan, biasanya dibongkar di tengah laut kemudian dibawa dengan kapal-kapal kecil ke berbagai kota di Indonesia, seperti Jakarta, Surabaya, Dumai, Jambi, dan Pangkal Pinang. “Umumnya, tekstil dan garmen ilegal ini berasal dari Cina, Korea, India, dan Thailand,” katanya. (http://www.sabili.co.id) (PERILAKU OKNUM PEMERINTAH)
Staf Ahli Menteri Keuangan Chatib Basri menilai implementasi ChinaASEAN Free Trade Agreement (CAFTA) tidak perlu ditakutkan. Itu karena yang terjadi hanyalah legalisasi barang selundupan asal China. "Kita khawatir untuk sesuatu yang sudah terjadi, barang-barang China sudah ada di sini lewat selundupan. Jadi, sekarang hanya dilegalisasi saja," kata Chatib seusai diskusi bertema "100 Hari SBY dan Arah Ekonomi Indonesia" di Jakarta, Selasa (2/2/2010) malam. Menurutnya, terjadinya selundupan barang asal China karena adanya perbedaan harga barang di China dan Indonesia yang disebabkan pengenaan tarif bea masuk. Oleh karena itu, dengan adanya penurunan tarif akibat implementasi CAFTA, harga barang-barang selundupan itu akan menjadi sama dengan harga di China. "Kalau sekarang tarifnya diturunkan, orang akan masuk ke impor yang legal. Dampaknya akan terlihat di data impor nanti," ujarnya. (http://metrotvnews.com). (PERILAKU STAF AHLI PEMERINTAH)
Indonesia siap menghadapi China-ASEAN Free Trade Agreement (CAFTA). Hal itu disebabkan potensi ekspor Indonesia ke China lebih tinggi daripada ekspor China ke Indonesia. Apabila Indonesia tidak mengikuti CAFTA dengan China, pasar Indonesia justru terancam oleh ekspansi produk dari ASEAN yang mendapatkan keuntungan atas tersedianya bahan baku produk China yang lebih murah. “Potensi kenaikan ekspor Indonesia ke China masih jauh lebih tinggi dibandingkan dengan kenaikan ekspor China ke Indonesia,” kata staf Deputi Bidang Pengembangan dan Rekstrukturisasi Usaha, Kementerian Koperasi dan UKM, Ahmad Djunaedi pada 30-3-2010. (http://fe.ugm.ac.id/id/berita) (PERILAKU STAF DEPUTI PEMERINTAH)
Mengapa Produk Cina Berharga Murah dan Semakin Bagus Kualitasnya? Daniel Hadinata Saputra(http://swa.co.id)
Sisi Technical: Pertama, Cina unggul di 12 faktor kompetisi bisnis. Kecuali faktor efisiensi pasar barang dan jasa, Cina menang telak di faktor sistem birokrasi yang cepat-tepat, infrastruktur, stabilitas ekonomi, inovasi bisnis, efisiensi tenaga kerja dan ukuran pasar (sehingga mampu mencapai economies of scale). Kedua, Cina menerapkan strategi Reverse Engineering atau imitasi, sehingga mengurangi biaya riset dan pengembangan, serta dapat memproduksi barang yang bervariasi dalam waktu singkat. Ketiga, adanya tax free policy selama tiga tahun pertama untuk perusahaan joint venture, subsidi 13,5% dari pemerintahan lokal dalam bentuk tax refund, pinjaman bank yang hanya 3% per tahun, serta banyaknya industri pendukung sehingga industri Cina tidak perlu mengimpor barang. Mata uang yuan yang dipatok terhadap US$ membuat harga ekspor barang Cina menjadi sangat murah. Keempat, sistem politik di Cina lebih terbuka dan tidak memberangus kritik lagi sehingga mendorong perbaikan bersinambungan. Contohnya, ada pertemuan tahunan yang disebut Chinese Economists Society.
Mengapa Produk Cina Berharga Murah dan Semakin Bagus Kualitasnya? Daniel Hadinata Saputra(http://swa.co.id)
Sisi Technical: Kelima, sebagai pusat industri di dunia, pemerintah China memilih untuk memprioritaskan penyediaan listrik murah. Listrik merupakan faktor penting untuk menciptakan daya saing dan menarik investasi. Karena itu dalam penyediaan listrik, China memilih memanfaatkan batu bara yang melimpah. Rendahnya daya tarik industri manufaktur di Indonesia antara lain akibat kegagalan PLN menjaga pasokan listrik dan tingkat harga. Tingginya biaya produksi terjadi karena PLN tidak mendapat dukungan pasokan energi murah baik batu bara maupuan gas dari pemerintah. Padahal Indonesia memiliki kekayaan energi alam yang tidak kalah jika dibandingkan dengan China. Tetapi Indonesia lebih memilih menjadikan batu bara dan gas sebagai komoditas ekspor, bukan modal untuk membangun Industri. Demikian juga pada pengolahan timah, China tidak menjadikan komoditas ekspor yang didasarkan pada visi dan strategi China untuk membangun struktur industri elektronik yang kompetitif. Sedangkan di Indonesia, timah dibiarkan untuk diolah negara lain.
Mengapa Produk Cina Berharga Murah dan Semakin Bagus Kualitasnya? Daniel Hadinata Saputra(http://swa.co.id)
Sisi Human Social: Pertama, adanya jejaring keluarga. Pebisnis Cina bisa menekan biaya pemasaran karena menggunakan jejaring ini untuk promosi (China’s Megatrends oleh John Naisbitt dan Doris Naisbitt, 2010). Kedua, ada trust antarpedagang, terutama kredit yang dilandasi guanxi (hubungan). Guanxi ini tidak hanya pada keluarga, tetapi juga kesamaan asal daerah, sekolah, dan persahabatan. Ketiga, investasi luar biasa di sektor pendidikan. Pada 1998, 3,4 juta pelajar masuk ke universitas. Empat tahun kemudian, pendaftaran universitas naik 165% dan siswa Cina yang ke luar negeri naik 152%. Setelah lulus mereka kembali dan membangun negerinya. Walau awalnya hanya menjadi pabrik alih daya, karena SDM-nya sudah menguasi teknologi, tak mengherankan perusahaan Cina seperti Lenovo bisa membeli IBM Thinkpad, Huawei mengancam Cisco dan Ericsson, serta Haier mengejar GE, Whirlpool, dan Maytag. Keempat, walau upah tenaga kerja hampir sama, buruh Cina bekerja lebih efisien (Cina di peringkat 32, Indonesia di 75 dari 133 negara). Produktivitas pekerja Cina naik 6% per tahun (1978-2003).
Perilaku Produsen (kualitas produsen) Qsx = f (Px, Pfp, TP, Tax/Subs, etc) Perilaku Konsumen (awarness, involvement, committment, participation) Qdx = f (Px, Ax, Ox, Dx, Py, Ay, Oy, Dy, Yc, Tc, Ec, Pn, Gp, Pn, etc.) Dependent strategic competitor consumer others Variable variable variable variable variable Pemerintah: 1. Kebijakan perlindungan konsumen dan produsen. 2. Kebijakan sektor riil dan sektor moneter (bersama dengan Bank Indonesia). 3. Koordinasi antarKementerian/Instansi. 4. Koordinasi antarPemerintah Kabupaten/Kota.