".?..
,.,-
-
3,= FKorogl -/r+t:
MclnUSiq Editor : $o'eryo Adiwibowo
*"R
F.aGr*l+ Ebrfeqi g&rysn;
}ls4,*trs€lx $€l;r
rhik
rak dan kewajiban -a'i'r-raii di antara a
a-',
': o;mi. Manusia l-g oerada di luar
e-ii
memenuhi
t' EIIU --- -!-
-e
€-!
(dalam hal ini taman, kolam,
ANTROPOTOGI EKOI.OGI Sohoruddin
-g elosistem makro
'.:t2,'1t in splte of
-:.igan
ekosistem
-a-1,k hidup atau
:-
(esetimbangan
PERKEMBANGAN TEORI ANTROPOLOGI EKOLOGI Pembahasan ekologi dari sudut pandang disiplin antropologi telah lama muncul dan terus berkembang sebagaimana halnya terjadi pada disiplin ilmu sosial lainnya. Perkembangan tersebut secara umum dimulai dengan konsep ekologi budiya (cultural ecoloT4, ekologi manusia (human ecologJ4 dan antropologi ekologi (ecological anthropolog1l. Demikian pula orientasi teoritis dan metodologinya terus mengalami perkembangan, dari orientasi sistem, fungsionalisme, hingga pendekatan aktor. Keseluruhan perkembangan tersebut mengarah pada analisis ekologi yang bersifat multidisipliner dan semakin kearah orientasi praktis dalam usaha-usaha memecahkan persoalan-persoalan pembangunan terutama yang terkait dengan aspekaspek ekologi. Karena itu kedekatan ilmu antropologi ekologi, sosiologi lingkungan, dan ekonomi politik semakin jelas, meskipun masing-masing disiplin tetap berpijak pada orientasi dasarnya masing-masing, Antropologi ekologi tetap
mendasarkan analisisnya pada konsep-konsep kebudayaan Pembahasan ekologi dimulai dengan Clements pada 1916, ahli vegetasi biologi ini tertarik pada proses suksesi. Clements mengeksplorasi bagaimana vegetasi tersusun hingga mencapai klimaks teftentu. Klimaks tersebut dalam komunitas terlihat sebasai
super-organism. Dengan demikian perkembangan vegetasi dipandang berjalai'r mengikuti form u la perkem bangan vegetasi sebe u m nya. I
Pada l93Oan, dari kalangan ekologi klasik muncul tema yang memusatkan perhatian pada dinamika populasi, khususnya keteraturan populasi binatang yang terkontrol hingga pada tingkat kepadatan teftentu. Disusul kemudian pada 1950an para
penganut konsep sistem meletakkan gagasan ekosistem, dengan karakteristik berulfat
tertutup, memiliki keteraturan, dan sistem homeostatis atas dasar persepsi orang lua.r (pre-defined system). Konsep ekosistem mengidentifi kasi kom plekitas rantai ekol o6i dalam keseimbangan keragaman spesies di suatu wilayah tertentu (Scoones, l99g: 480-483). kologi Monusio
Antropologi Ekologl
Setiap sentral area teori ekologi di atas, memiliki karakteristik pada inti model masing-masing. Teori suksesi menekankan pada kestabilan, menjadi panduan pengelolaan lahan bentangan dan hutan. Model populasi mengidentifikasi daya
dukung dan keberlanjutan lingkungan untuk menampung sejumlah populasi binatang; teori ekosistem memfokuskan perhatian pada sistem keteraturan aliran energi dan bagaimana populasi terjadi atau dampak-dampak lain, dan biologi konservasi menyediakan dasar pada kebijakan biodivercity di kawasan yang
dilindungi.
R;
Disiplin . ilmu antropologi ekologi muncul dalam fase pertengdhan dari perkembangan studi ekologi di atas, sehingga ia merupakrin disiplin ilmu yang relatif muda diantara bidang-bidang ekologi dan/atau antropologi lainnya, Dalam usianya yang relatif muda tersebut disiplin ilmu antropologi ekologi mengalami perkembangan yang cukup c'epat, sehingga dalam kurun waktu tak lebih dari 50 tahun telah muncul berbagai perkembangan baru. lstilah-istilah ekologi budaya, antroplogi ekologi dan ekologi manusia menjadi istilah yang terkading dipakai untuk menyatakan hal yang sama, karena objek studi dan pendekatannya berkisar pada hubungan antara manusia dan lingliungannya. Antropologi ekologi merupakan cabang ilmu antropologi yang menelaah hubungan antara masyarakat dan lingkungannya dari titik pandang masyarakat setempat /t e native point of vieu/). Sejak 1955, Julian Steward telah membahas hubungan antara masyarakat dan lingkungan, yang dituangkan dalam 6uku The concept and Method of Cultural Ecolog1t. Pendekatan culturalecologySteward juga dipakai Ceertz (1963) dalam penelitian tentang perubahan ekologi di lndonesia dalam 6uku Agricultural lnvolution. selain kesamaan istilah yang digunakan oleh steward dan ceertz, keduanya juga mengungkapkan satu konsep yang sama yaitu, cultura/ cord atau inti budaya, dalam hal ini teknologi atau tekno-ekonomi3. Hal itu tidak mengherankan karena analisis certz mendasarkan konsepnya pada pemikiran steward, Keduanya juga menekankan pada perubahan-perubahan budaya dan implikasinya bagi masyarakat.
Analisis hubungan antara manusia dengan lingkungannya juga pernah ditulis oleh Rappaport dan Vayda, dalam penelitian-penelitian mereka di berbagai daerah termasuk lndonbsia. Mereka menggunakan istilah human ecology yang memfokuskan pada berbagai hubungan antara manusia dengan lingkungannya. Berbeda dengan steward dan Geertz yang mengambil lokus masyarakat yang luas dan' dengan. menggunakan metode perbandingan, Rapaport dan Vayda rebih menekankan kajiannya pada komunitas kecil yang digali secara lebih luas dan mendalam tentang berbagai hubungan antara manusia dengan lingkungannya serta keterkaitannya dengan keseimbangan ekologi pada suatu komunitas tertentu. Vayda dan Rappaort (1968) secara bersama-sama menulis Ecology, cultural, and NonEcology; lntroduction to cukural Anthroplogy, yang menjelaskan hubungan antara perkembangan penduduk dengan persoalan-persoalan keseimbangan ekologi secara lebih kompleks.
di
44
|
-
Fondosi, Teori dqn Diskursus Ekologl Monuiio
Anlropologi Ekologi
t -.
.:€
:
:lt
Selanjutnya istilah cultural ecology dan human ecology dipakai juga oleh Bennett (1976) sebagaimana ditulis dalam buku The Ecological Transition, Cukural Anthropology and Human Adaptation. Bennett memfokuskan perhatian pada dua hal. Perama, bagaimana faktor-faktor sosial terimplikasi dalam interelasi manusiaalam. Kedua, melakukan kritikan pada pendekatan-pendekatan dalam cultural anthropology, termasuk cultural ecology, antropologi ekonomi, pertukaran sosial dan perilaku adaptasi. Bennett menyebut pendekatannya sebagai human adaptation atau adaptive dynamic.
OBYEK STUDI DAN KONSEP.KONSEP POKOK Antropologi ekologi sebagai studi tentang bagaimana penggunaan sumberdaya alam oleh manusia mempengaruhi dan dipengaruhi oleh organisasi sosial dan nilai budaya (Bennett, '1969: 10-ll) dari titik pandang warga setempat yang tercermin pada -l
-
perilaku-perilaku yang diperlihatkannya. Berdasarkan pengeftian tersebut maka obyek studi antropologi adalah cara pandang dan tindakan pelaku dalam berinteraksi dengan lingkungannya (lingkungan sosial dan lingkungan alam) sebagai perwujudan dari pola kebudayaana. Berkaitan dengan obyek studi tersebut, penjelasan antropologi ekologi mengacu pada konsep-konsep pokok tentang ekosistem, sistem sosial budaya, adaptasi dan keseimbangan dinamis,
Ekosistem dan Sistem Sosial Budaya Konsep paling mendasar dalam analisis ekologi adalah ekosistem. Ekosistem menurut Hardesty (1977: 289) adalah suatu interaksi antara kelompok tanaman dan satwa
dengan lingkungan non-hidupnya. Lingkungan non-hidup atau habitat tersebut dapat berbeda ukurannya, kompleksitasnya dan jangka waktunya, mulai dari setetes air kolam dengan mikro-organismenya sampai pada seluruh bumi dengan kehidupan tanaman dan satwanya (6eertz 963: 3).
--
':
-a,
' _a
.'_
E
-^ =i
!
Dalam hubungan antara ekosistem dan sistem sosial budaya, kalangan antropolog menganut apa yang disebut oleh Bates (1953: 701) sebagai pandangan ekologis: Pandangan tersebut merupakan kelanjutan dari lingkungan dan komuniti biotiknya dalam pendekatan antropologi yang fundamental, yakni perhatian pada sistem" Suatu sistem adalah agregasi atau pengelompokkan obyek-obyek yang dipersaturkan oleh beberapa bentuk interalsi yang tetap atau saling tergantung, sekelompok unit yang berbeda, yang dikombinasikan sedemikian rupa oleh alam atau seni sehingga membentuk suatu keseluruhan yang integral, berfungsi, beroperasi dan bergerak dalam kesatuan. Dalam antropologi yang dimaksud sebagai keseluruhan integrasi adalah sistem sosial budaya atau kebudayaan. Sedangkan dalam ekologi keseluruhan 'l integrasi tersebut adalah suatu ekosistem (Foster 986: l3-14).
|
-
Fondqsi, Teoli don Diskursus Ekologi Msnuslo
45
r Anlropologl, Ekologl
Adaptasi dan Keseimbangan Dinamis t
Dalam ilmu antropologi terdapat beberapa konsep adaptasi yang sering menjadi rujukan dalam banyak studi, antara lain, konsep Rappaport (1968), Sahlins (dikutip
Bennett 1976), Bennett (1976: 246) dan Hansen (1979). Rappaport (1968) mengemukakan konsep adaptasi sebagai berikut: "..... the process by which organisms or groups of organisms, through responsive changes in their states, structures, or compositions, maintain homeostasis in and among themselves in the fad of both shott-term environmental fluctuations and long-term changes in composition or structure of their environmenf' . Konsep adaptasi Rappaport di atas sangat luas dan lebih menjelaskan keseimbangan
ekologi daripada hubungan-hubungan interaksional. Sebaliknya Sahlins lebih menekankan aspek interaksional daripada aspek keseimbangan ekologi, Sahlins ({ikutip Bennett 1 976) menyatakan:
'".,.
adaptation implies maximizing the social life changes. But maximization is a compromise, a vector in the internal structure of culture and external pressure of environment, Every culture canies the penalties of past within the frame of which, baring total disorganization, it must work out the future"
almost always
Dengan memasukkan unsur adaptasi dalam analisisnya maka teori ekologi menjeliskan hubungan sistemik dan saling ketergantungan antar komponen, memperhatikan proses pengembangan, pemeliharaan dan perubahan hubungan antar komponen. Analisa ekologi dapat bekerja seperti itu karena memasukkan unsur lingkungan fisik dan lingkungan sosial. Dengan demikian analisis ekologi dapat menjelaskan secara empirik mengapa dan bagaimana proses perubahan lingkungan terjadi (Vayda 1996). Menurut Hansen (1979) adaptasi sebagai suatu konsep umum merujuk pada konsep proses penyesuaian pada keadaan yang berubah. Sementara Bennett (l 976) menganggap bahwa adaptasi adalah kapasitas manusia untuk melakukan selfobjeaification, belajar dan mengantisipasi. Adaptasi terhadap lingkungan di bentuk dari'tindakan yang berulang-ulang sebagai proses penyesuaian terhadap lingkungan
tersebut. Menurut Bennett, adaptasi bukan hanya persoalan bagaimana mendapatkan makanan dari suatu kawasan tertentu, tetapijuga mencakup persoalan transformasi sumberdaya lokal dengan mengikuti model standar konsumsi manusia yang umum, serta biaya dan harga atau mode-mode produksi di tingkat nasional (1 969: l 2). I
Bennett (1969) menyatakan bahwa terdapat tiga konsep kunci mengenai adaptasi, yaitu: adaptive behavior, adaptive strategies dan adaptive process. Adaptive behavior menunjuk pada cara-cara aktual masyarakat menemukan/merencanakan untuk
memperoleh sumberdaya untuk mencapai tujuan dan memecahkan masalah.
46
l-
Fondosi, Teori dqn Diskursus Ekologi Monusio
I
Anlropologl Ekologi
\ rring menjadi Jrlins (dikutip
1poft
(1
968)
ipnsive i in and 'Or15
AtTd
(eseimbangan
Sahlins lebih ologi. Sahlins 'zation is urc and 's within ttT
teori
:
ekologi komponen,
an
hubungan asukkan unsur
ekologi dapat an lingkungan
<
pada konsep
i:nen
(1976) eiakukan sel/gan di bentuk ap lingkungan bagaimana
r
ukup persoalan
;urnsi manusia
rgkat nasional
Adaptive behavior merupakan suatu pilihan tindakan dengan mempeftimbangkan biaya yang harus dikembangkan dan hisil yang akan dicapai. Adaptive strategies merupakan pola umum yang terbentuk melalui banyak pror.i penyesuaian pemikiran masyarakat secara terpisah. Dalam hal ini masyar_akat merespon permasalahan yang di hadapi dengan melakukan evaluasi terhadap alternatif yang mungkin dan konsekuensinya, sefta berusaha menempatkan
permasalahan tersebut dalam suatu desain strategi yang lebih luas untuk
mengimbangi
konflik kepentingan dari banyak pihak dimana
la
mempeftanggungjawabkan tindakannya. Sedangkan adaptive process adalal'L perubahan-perubahan yang ditunjukkan melalui proses yang panjang dengan cara: mepyesuaikan strategi yang dipilihnya.
Menurut Bannet (1976) penjelasan perspektif ekologi
membutuhkan pengidentifikasian faktor-faktor lingkungan yang paling penting dalam menghambat dan mengembangkan perilaku partisipan dan mengasumsikan bahwa organisasi sosial budaya adalah hasil dari proses-proses adaptif dalam rangka mengantisipasi kondisi ke depan. Analisa ekologi berusaha mengisolasi variabel-variabel fisik, sosial dan budaya yang mempengaruhi hasil dari proses tersebut. Bennett menyatakan bahwa basis ekologi manusia adalah kapasitas manusia untuk melakukan. sel/objectification, belajar dan mengantisipasi. Manusia mengkonseptualkan diri mereka
sendiri agar dapat bertindak terhadap lingkungan mereka. Berdasarkan konsep adaptasi Bennett, Ahimsa-Putra (2003) menyatakan bahwa adaptasi sebagai suatu konsep umum merujuk pada proses penyesuaian pada keadaan yang berubah.s Proses adaptasi adalah perubahan-perubahan yang diperkenalkan dalam waktu yang relatif panjang melalui rangkaian pengulangan tindakan.
RAGAM
PEN
DEI(ATAN ANTROPOLOGI EKOLOGI
Terdapat dua pendekatan pokok dalam antropologi ekologi, yaitu pendekatan fungsionalisme ekologi (termasuk didalamnya pendekatan ekologi budaya, pendekatan ekosistem. dan pendekatan sistem) dan pendekatan environmentalism (populer dengan istilah pendekatan action orienteQ (Little 1999). Pendekatan fungsionalis-ekologi merujuk pada Rappaport (1968). Sedangkan action orierited (dikembangkan oleh Bennett (1976), Orlove (1980) dan Vayda (1993; 1996; 2000)' t<edua pendekatan tersebut dapat dikombinasikan untuk saling menutupi kelemaharl masing-masing.
pnai adaptasi, irct';ve
behavior
anakan untuk
,(an
masalah,
Pendekatan antropologi fungsionalis-ekologi unggul dalam menjelaskan kaitan berbagai gejala, namun ia tidak menjelaskan aspek historis dari perubahan" Perubahan di dalam sistem itu sendiri dianggap sebagai perubahan alamiah dalamt p roses m e ncari kesei m ban gan. Sebal i knya. pe n d e kat an a ctio n'o rie n te d unggul dalarn menjelaskan aspek historis dan tindakan-tindakan individual yang lebih menekankan pada proses, namun ia lemah dalam menjelaskan keterkaitan antar sub-komponen
gi Monusio |
-
Fondqsl, Teorl don Diekursus Ekotogl
Monusiq
47
Antropologl Ekologi
oitim
sistem ekorogi,
Jikl pada pendekatan fungsional menekankan
pada
hubungan-hubungan antar komponen ekorogr, marJ paJa pendekatan aaion oriented menekankan pada dinamika dan perJbuhan yang terfokus pada tindakan individual. Untuk menutupi kelemahan masing-masi"ng pendekatan dalam menjelaskan interaksi sosio-ekologi maka para peneliti biasanya secara simultan menggunakan pendekatan fungsional-ekologi dan pendekatan action oriented. Pendekatan terakhir ini lebih menekankan pada proses. Mengkombinasikan antar kedua pendekatan di atas dianggap perlu, karena pqrubahan perilaku terhadap komponen ekosistem tioak semita-mata diakibatkan oleh perubahan sub-komponen dari ekosistem secara risik semita-.,
"ljir"i iil
sebagai akumulasi gufi berbagai faktor yang saling ,.rt"it. termasuk faktor kepentingan dan tindakan-tindakan individu. G-ejala r.l.oinasi; antar pendekatan fungsionalisme-ekologi dengan action oriented plrnah dilernukakan oi.n iu,|.li (!993: 132) dengan menyatakan bahwa barangkali pada 1990an kita akan melihat perkwinan antara pendekatan ekosistem iJengin teori piak,iis -gouoieu atau dengan leoyl strukuratlon Giddens. Secara teoritis k6mbinasi 'ekotogi fungsionalisme dan actbn'orienred ditunjang oleh pemikiran Moore (1993) ,uigunuiudanya bid;;; semi-otonom yang merujuk pada modeltransaksi garrl-r.'aidani sosial semi otonom didefinisikan dan batas-batasnya ditentukan, bukan melatui orianisasinya (mungkin saja merupakan suatu kerompok-kerompok koperasi, ,rng[in'luga our..n), tfi;i dengan satu ciri prosesu.al.atau yang terjadi i..ur"' ourin'lrun.ngsur, yaitu fakta bahwa ia dapat menimburkan aturan-aturan dan n..'urukiuk.n atau mendorong ketaatan pada aturan-aturan itu.
Ekologi Budaya Di dalam antropologi suatu ketenarikan dalam isu-isu ekologi distimutasi di lapangan antropologi ekologi. ekologi budaya, dan ekologi manusia rlHt"r pertanyaan tentang bagaimana masyarakat Non-Barat hidup dan bJrinteraksi atam. i<4ian_kajiai antropologi yang muncur sejak tahun 1950an. termasuk ekirogi budayi stewirJ. pendekatan ekosistem Rappaport, dan materialisme budaya Marvin Harris memiliki karakter:istik pokok yakni bahwa lingkungan alamiah memiliki keteraturan secara
d.;;;
hom
eostat ik den gan masyarakat
se
kitainya lScoo
n
es I 9 9 9).
Menurut Ahimsa-Putra (1994) umbi dari berbagai studi antropologi ekologi telah ditanamkan sejak tahun l93Oan oleh steward, t
'
(Bennett 1976:
2.
Ahimsa-puira
1991: 3).-posisi teoritis Jan metodorogis pada dasarnya tidak banyak berubah ketika steward menjelastan oengan lebih eksplisit |
-
Fondosi, Teori dqn Diskursus Ekologi Monusiq
Anlropologi Ekologi
nekankan pada rdekatan action s pada tindakan dekatan dalam secara simultan oriented.
aaion
perlu,
rtar pendekatan an oleh Harstof ita akan melihat ieu atau dengan
pionalisme dan adanya bidang 'al semi otonom
I
(mungkin
bukan), tetapi
sur, yaitu fakta
iau
.rlasi
"differc from the relativistic and neo-evolusionis conceptions of cultural history in that it intoduces the local envircnment as the extra cukural factor in the fruitless asumption that culture comes from culture",
karena
rata diakibatkan melainkan juga :ermasuk faktor
rinya
soal hubungan antara lingkungan dan kebudayaan dalam 6uku Theory of Culture change yang diterbitkan pada tahun 1955 (Ahimsa-putra, 1994: 3), Dalam buku tersebut steward menguraikan, mendefinsikan serta mengembangkan apa yang ia sebut sebagai ekologi budaya (cultural ecolog5). Perspektif tersebut dinyatakan oleh Steward sebagai berikut
mendorong
di lapangan
-ranyaan tentang
rrr.
Kajian-kajian rriCaya Steward.
Harris memiliki
ie:aiuran
Faktor lingkungan lokal itu sendiri bagi steward bukanlah faktor yang
sanga,r
menentukan. Menurut Steward unsur pokok dalam perspektif ekologi budaya acialah pola-pola perilaku (behavior patterni. yakni kerja (worh dan teknologi yang dipakai dalam proses pengelolaan atau pemanfaatan lingkungan.
sekalipun kajian mengenai hubungan antara budaya dengan lingkungan ke dalam bidang kajian ekologi dilontarkan oleh Steward tetapi bibit pemikiran tersebut menurut Orlove adalah hasil dari pengaruh aliran pemikiran partikulaiisme historis dari Frans Boaz (Marzali 2000: I Menurut Marzali (200I 6), steward membicarakan konsep kulturalnya dalam kerangka teori evolusi multilinear. Perhatian utamanya adalah mencari cultural /araz (hukum keteraturan budaya atau kausalitas). Dia membedakan kategori utamanya - culture typedan tingkat integnasi sosiokultural - dari kategori pengikut evolusi unilinear (yaitu tingkat perkembangarr
:
).
yang diterapkan terhadap semua budaya), dan kategori pengikut relativisme kebudayaan (cultural area atdu cultural uadition). Culture type terdiri dari unspr.; unsur inti yang ditentukan oleh persamaan dalam tradisi atau daerah-daerah yang berbeda secara historis. Hal ini dapat dijelaskan sebagai hasil dari hubungah yang dialektis antara inti budaya dan persamaan unsur-unsur lingkungan atau hasil dari satu proses adaptasi kultural. Atas dasar itu Marzali (2000: 8) menyimpulkan bahwa
ekologi kultural mewakili tipe pendekatan sinkronis maupun diakronis, Ekologi kultural dilihatnya sebagai sintesa antara historical materialism dengan en viro n m enta / poss ib i lism6.
secara
Perbedaan pokok antara ekologi budaya dengan cara pendekatan lainnya bukar'
g' ekologi telah :r essay berjudul 6*. Dalam essay aan yang
utuh
cjapat dianalisis
ei:sei ke dalam
-=._.:<:- kajiafl g .e_'i- e
'----
:-
. )
^-l^ !,iud
^t,-^',-a- t\tl trr.JJ
gi ld,onusio
pada seluruh kehidupan manusia secara luas dan besar, melainkan daianr kecocokkan penerapan dan asas ekologi itu pada aspek-aspek tertentu dari kehidupan sosial dan kebudayaan manusia (ceerrz l9B3: 6). pendapat steuvard berbeda dengan anggapan umum bahwa segala aspek kebudayaan itu saling berhubungan secara fungsional
-
dengan cara yang tldak pasti. Menurutnya tingkat
dan macam hubungan dalam segala aspek kebudayaan beragam. Dia berusaha mengisolasi aspek-aspek tertentu dari kebudayaan yang dianalisisnya, lkatan fungsional dengan alam sekitarnya dari aspek-aspek ini tampak sangat eksplisit" Selain itu, saling ketergantungan antara pola-pola kebudayaan dan hubungan organisme lingkun'gan hidup tampak jelas dan sangat penting. Aspek-aspek kebudayaan yang lebih luas dan kuat pengaruhnya dinamakan sebagai intl |
-
Fondosi, Teori don Diskurs0s Ekotogi
Msnusiq
49
'
Antropologi Ekologl
f.*.lr:l
corc), sedangkan.
asfek-upek vang tidak begitu erat nuoungannya_(utturat dengan proses penyesuaian.hTyl disebut sebagll aspek keb-ud.y."n. Analisis ekologi hanya rerevan pada inti kebudayaan itu-s-at rnti kebudaya;ii; medunjukkan konstelasl dari unsur-unsur penting y.ng p"ilng erat hubungannya dengan aktivitas penyerenggaraan kehidupan din- p."nvrirn.n ekonomi
1983:7).
(Geertz
Pendekatan Ekosistem Pbndekatan ekosistem dibangun oleh Vayda dan Rappaport pada akhir r 96oan. Pendekatan ini sebenarnya rebih tepat diperopori oreh 'nu'pp.pon (r 969) sekatipun pada saat itu ia menjadi asisten dari Vayda. Mereka ueraja aau, memiliki cara pandang yang berbeda t.ntang konsep ek,orogi. nappaport kemudian menghasilkan karya ekologi klasik dari p.nefitianny. tunt.ni'rrg, for the Ancestors pada tahun 1967, yang.banyak mendapat kritikan termasutidari vayda. Rappaport kemudian terkenal dari hasil karyanya tersebut sebagai p.rcu.r, pendekatan sistem atau sering juga disebut sebagai neo-fungsionarisme intrf poioli.
,.,r'tirLlpi
ciri.utama dari pendekatan tersebut terletak pada penerapan konsep ekologi dalam analisis perilaku manusia dengan lingkungan ' set
sistem, dan khususnya yang berfokus pada ariran energi terutama berhubungan dengan konsepkonsep ekosi5tem daram ekorogi pada waktu.hu. Rappapon iigoe, 5) pada karya pigss
etnografinya for The Ancestors, menjeraskan bahwa fokus para antroporog dalam mempelajari ekologi ditekankan pada populasi manuiia, pada komunitas ekosistem dan biotik dimana popurasi manusia merakukan kegiiiannya. salah_satu isu prinsip dalam analisis antropologi ekologi yang dibangun oleh Vayda
dan Rappaport (1968) adalah keinginan mereka untuk mengantarkan demografi manusia keluar dari matriks budayanya dan memperlakukaniya sebagai
independen; subjek pengukuran yung
populasl biologi (Bennett 1976 buday.a yang familiar dalam
20\.
variabel yang dibangrn oiurr ur]li-ahli biologi bagi Karena tujuan mereka mentranslasi fenomena ekorogi, dan karena transrasi ini menambah
s.ra
bentui dimensi penjelasan terhadap fenomena budaya, maka Bennett cenderung memasukkan karya Vayda dan Rappaport tersebut ke daram pendekatan ekorogi
budaya.
Dalam mengaplikasikl Rappaport merihat orang Tsembaga sebagai ryndektannya a unit of copose of an aggregate of organiims having in ,ormoi certain distinctitive
"
fyns whereby they mainain a set of tropic relalions with other living and nonliving components of biotic community in which the exiit igetner (1968: 22{. Dengan memandang orang tsem-baga seperti itu, nippaport berusaha memperlihatkan bagaimana rituar orangls.rbaga berfungsi iidak hanya sebagai homeo*atic namun juga sebagai trandu-cer(nhimia-eutr. i"n!+,' r4). sebagai suatu so
I
-
Fondosi, Teori don Diskursus Ekologi Monusiq
Antropologi Ekologl
ar!l L
:
- -:,.i.d.ll,
: - t:,:aa itu - _: - igannya
---r
(Ceeru
r I 960an,
.(h
53) sekalipun
i:L tim
tetapi
homeostatic, ritual tersebut mempeftahankan sejumlah variabel yang mencakup keseluruhan sistem dalam lingkup viability tertentu. Upacara ritual sebagai faktor kunci yang mengatur dinamika interaki sosial budaya dengan lingkungan atau berfungsi sebagai mekanisator proses homeostatic bagi ekosistem hutan hujan tropik yang dihuni oleh masyarakat Tsembaga. Sedangkan sebagai transducer ritual tersebut menterjemahkan perubahan-perubahan yang terjadi dalam suatu subsistern ke dalam informasi dan energi yang dapat menghasilkan perubahan-perubahan dalam subsistem yang kedua (Rappaport 1967: 229), Ekosistem orang Tsembagei dengan demikian merupakan suatu ekosistem yang diatur oleh ritual (rituafly regullated ecosystem), yaitu suatu sistem dimana ritual bekerja untuk melestarikarr struktur dari sistem tersebut.
'ca kemudian
t'e
Ancestors
ra. Rappaport €€'Lan sistem
:
:-gan
antara balik slstem, dan
-.:rbal
-
:rgan konsepi) pada karya
-: antropolog :a komunitas
Berbeda dengan analisis Ahimsa-Putra, Bennett (1976: 246) menyatakan adanya kontradiksi dalam pemikiran Rappaport. Menurut Bennett, Rappaport telah memisahkan antara adaptasi dengan sistem pemeliharaan. Adaptasi didefinisikan sebagai perilaku yang merespon perubahan lingkungan, sedangkan sistem pemeliharaan (maintainance system) adalah perilaku di dalam sistem yang didisain untuk membangun kemampuan beradaptasi dengan perubahan kondisi lingkungan baru, yaitu memelihara keseimbangan atau homeostatic condition. Definisi tersebut menurut Bennett konsisten dalam hal keinginan Rappaport untuk memasukkan ekologi manusia ke dalanr ilmu-ilmu alamiah yang lebih luas. Namun ia menilai Rappaport tidak konsisten dengan definisinya mengenai sistem pemeliharaan dimana adaptasi merupakan suatu proses akhir yang terbuka terhadap fenomena tuar. Definisi tersebut dikritik oleh Bennett karena kebanyakan perilaku adaptif tidak memelihara keseimbangan, tetapi sebaliknya melawan keseimbangan; merubah keseimbangan awal agar bisa sesuai dengan perubahan yang terjadi,
-
oleh Vayda
a^
demografi
:::a variabel ' ::clogi
bagi
=.'ienomena
:
-renambah cenderung ekologi
.i=^
-::ga sebagai - :'stinditive -g and non'249J ))4\
:-:
oerusaha
':-,,a
sebagai
S€:agai suatu
Menurut Vayda (1993: 66) perhatian tulisan Rappaport adalah terhadap sistemik self-regulation, yaitu pemeliharaan dalam skala teftentu variabel-variabel sepefti ukuran dan komposisi, baik manusia maupun populasi babi dalam ekosistem" Rappaport sejak awal telah berasumsi bahwa kegiatan ritual yang diamati memiliki peran dalam ecosistemic self-regulation. Dan karena asumsinya tersebut, maka dia tertarik pada upacara ritual orang Tsembaga. Atas pemikiran Rappaport tersebut Vayda (1993: 66-67t 1996: 9-10) memberikan beberapa kritik, antara lain: (1) Rappaporttidak memberikan kriteria yang memadal mengenai apa yang membangun perilaku orang Tsembaga untuk merespon unit-unit pada tingkat yang lebih tinggi, seperti ekosistem, atau populasi atau masyarakat. Apa yang diobservasi secara aktual oleh para ahli antropologi ekologi adalah perilaku manusia beserta interaksi mereka dengan komponen-komponen khusus lingkungan rnereka; (2) Rappaport menyatakan bahwa organisme dari spesies yang berbeda termasuk dalam ekosistem, mungkin telah bersama-sama secara kebetu'lan dan mungkin pula pada awalnya tidak bermaksud untuk memperkuat kontrol yang sistemik. Namun demikian ia mengasumsikan bahwa ko-ekosistem dari spesies (termasuk manusia) berlangsung dalam kondisi yang stabil dan bahwa keadaan
ilrtronusio |
-
Fondosi, Teoli don Diskursirs Ekologi Mqnusio
5l
Anlropologi Ekologl ekosistem mereka cenderung menjadi menlngkat dan dipalsakan sepanjang waktu. Dengan asumsi tersebut maka secara sederhana pdrubahan unsur-unsur ekosistem (meningkat dan menurun) dikontrol oleh ekosistem itu sendiri. Dalam hal ini terdapat dua aspek yang diabaikan oleh Rappaport, yakni (l) kepdaan yang umum mengenai proses ketidakseimbangan dimana interspesies yang berartikulasi secara
berulang dipisahkan dalam analisisnya; dan (2) problem yang muncul dengan mobilitas banyak spesies diantara ekosistem. Menurut Vayda uraian Rappaport tidak berhasil menunjukkan hubungan antara perilaku manusia dengan komponen spesies yang terkait dengan upacara ritual. Hasil kerja Rappapoft belum bergerak jauh dari karya pendekatan fungsionalis antropologi pada umumnya, yaitu belum berhasil dengan lebih meyakinkan apa yang mereka yakini sebagai hubungan-hubungan fungsional diantara variabel. Apa yang disebut oleh Ahimsa-Putra (1994: 14) sebagai kemajuan metodologi dari Rappaport dalam penjelasan fungsional lebih karena Rapaport telah melakukan penelitian lapangan mengenai hal itu, dengan gambaran fungsionalnya.hanya berupa sketsa-sketsa yang seberiarnya ditarik dari asumsi awal sebelum penelitin dilakukan.
Pendekatan Sistem Pendekatan sistem dalam analisis ekologi dikembangkan oleh A,T, Rambo (19g1) yang mencakup hubungan interaksi timbal balik yang kompleks antara subekosistem dan subsistem sosial (Gambar 1). Hubungan timbal balik yang erat antara dua subsistem tersebut di atas dapat berjalan dengan baik dan teratur karena adanya
arus energi, materi, dan informasi, misalnya energi yang diperlukan untuk melakukdn kerja. Di alam nyata, energi terbanyak kita gunakan berasal dari matahariT, Energi itu terutama, terdapat pada tumbuhan hijau, misalnya berbentuk beras'atau jagung, buah-buahan, sayuran dan bumbu masak. Materi yang diperoleh dari makanan yang dikonsumsi manusia dapat berbentuk karbohidrat, lemak dan protein. zal-zat itu dibutuhkan oleh manusia untuk menyusun tubuhnya. Apabila
tumbuh-tumbuhan, binatang atau manusia mati, sumber materi akan terurai di dalam tanah dan menjadi unsur-unsur seperti nitrogen (N), fosfor (p), dan kalium (K). Kemudian unsur-unsur tersebut diserap kembali oleh tubuh. Dengan demikian, di alam nyata terjadi daur (siklus) materi, sedangkan energi hanya satu arah dari alam. Di alam juga terjadi arus energi, sedangkan materi terdapat pada arus informasi.
lnformasi adalah suatu yang dapat memberikan pengetahuan kepada manusia.
Misalnya, jika kita menemukan wujud tertentu di alam, sepefti bentuk-bentuk khas yang benvara hijau. Wujud inilah yang memberikan pengetahuan kepada kita bahwa
adanya tumbuhan atau hutan. Memperhatikan keadaan di atas, manusia dan lingkungan sekitarnya merupakan sesuatu yang tidak dapat dipisahkan; manusia dapat dipengaruhi dan mempengaruhi lingkungannya. Misalnya, manusia dan aktivitasnya dapat mempengaruhi lingkungan biofisik, berupa udara, air, tanah, hutan, dan satwa liar. 52
I
-
Fondosi, Teori don Diskursus Ekologi Monusio
:Panjang waktu.
J:sur ekosistem Dalam hal ini
::-
y3.fl9 umum
a--'
-_"c,-ll
dengan
-l-igan
antara
-z 'a
et$er
3i*Et
ritual. Hasil
@
0i
s antropologi
:,: r'ang mereka
erl
-o
l:
E.
iang disebut :::aport dalam : -- a', lapangan =-,:-s<etsa
t(o l-
yang
.E
cf1! E 'do
o
::-3c
o
-v.
(1981)
llJ
-a s-:?kosistem
i-::
a:'iiafa dUa
:'€:'t3 adanya l=- -
-::'asal
dari i -.,: oerbentuk -.:-: ciperoleh
r=: :rnak dan ----.: Apabila :,:-::fUnai di : ::r'r kalium -_--
cenrikian,
'a:- arah dari :":-- ;ada arus
':"::: :-n
,'nan usia.
-:e-:lk
khas
(- bahwa -:-,sia dan -. --. ---,,.:^ -:--sia dan
,::a
-- - - L
Eil M'onusiq
E
o
'g
.; 6 E
,tt
.;
c 6 !
,! E
o d
o
'tr
o (t E
sq c0 c g
=
'tr
E
sq E o
g
E T U
= ..i
o(g E ur!
AnlroPologl Elologi
kehidupan rytanusia sendiri' Misalnya udara sebaliknya, lingkungan mempengaruhi p.rn.pasln, air untuk minum, mandi, mencuci. mengairi
dilibatkan dalam .u* pertaniandanperit
sumberkeperluankayu,dansatwaliaruntukke.perlrlalnrllein.Selainitu.dari berupa benda fisik, warna, *emperoleh informasi, baik salah satu,sumber informasi. il;,';;ilun [.rir,.uun. Lingkungan m.erupakan sangat penting untuk dapat memahami tnformasi yang diperJ.fi *.niriu henjadi alam, sekaligus teknik pengelolaannya'
biofisik, manusia
Irg"i"p",
latar belakang sosial-ekonomi-budaya o1* rnemperlakukan alam mengutip istilah odum bahwa manusia li;rgkungannya' otntun plerftataln lain' p,rogrr^irekosistemnya (lskandar 2001: 10)' dapat dianggap seba'gai bntrolling biofisik sekitarnya' manusia harus Sebaliknya, tur.nu^i.ntutrt't tingtungan lingkungan ::k'F' untuk menjaga melakukan penyesuaian- diri terhadap so-sial dan biofisik tersebut bersifat kelangsungan hidupnva. Hubungan sistem itu, jika ada perubahan pada sistem dinamis dan berubah setiap waktu. Karena mengakibatkan perubahan pula pada sistem sosial masyarakat secara otomatis akan perubihan hubungan interaksi manusia dan biofisik. dan sebaliknya. Timbulnya faktor internal, seperti pertambahan tingkungan sekitar il;; ;it;tat!1n'oteh adanya perkembangan populasi penduOuf, Oin oleh faktor.ekternal seperti (lskandar 2001: 10)' pemerintah kebijakan ekonomi p.rur, ,.ro p.tnUunJunan dan
Berdasarkan uraian di atas, tampak bahwa perilaku manusia manus.ia dapat melipungurur,,i
menerima, mengc dapat meningkatk memperoleh sum
dari lingkunganny mampu mendistri komunitas lainnyi telah memperhat unsur-unsur ekosi bergizi bagi masyi
memperhatikan l
pada kesehatan
I
perilaku-perilaku
Antropologi ekolc oleh manusia m
budaya (Bennett ekologi memberil perolehan manf. komunitas.
dan sistem sosial budaya' terdapat dua Dalam hubungan interaksi antara ekosistem
1?-]1), peftama adalah hubungannya dengan dinamika' Untuk dapat terus bentuk Oan fungsi;' dan kedua adalah masalah ekosistem maupun sistem sosial budaya berfungsi, onp. gungfuun y.ng berat, baik minimum. dan konsistensi dari harus mempunununiln sJatu-tingkatan integrasi unit-unit yang terpisah-pisah dalam, suatu tingkitin yang cukup tinggi se-lringga Namyn integrasi peranannya' dalam sistem tersebut dipaisaling menylmbang[in hanya dielakkan' dapat yang tak tidak dapat lengkap, karena suatu perubahan secara terkunci tersebut tidak Jimungtintan t
p.rrnvuun
p-ot
ot iior,.r isgo'
terjadi
ekosistem memiliki kualitas yang energi,.materi dan informuri yung dikeluarkan oleh .ii*u oleh sistim sosial budaya dengan kualitas vang sama' sehingga yang berkualits bagi ekosistem' rrre-nlhasilkan energi, materi dan informasi
;;;g:';;;i
jika pelaku-pelaku dalam sistem Kualitas hubungan yang tinggi hanya akan dicapai pula'sehingga mereka dapat mengambil' sosial tersebut memiliki kualitas yang tinggi I
a.
li.
s
&
-
E
Dengan demik,a dianggap pali:tg
antropologi
kesr
pendekatan sis:e analisis karena I merupakan sebt
Contoh penyect
memasukkan
Fondosi, Teori dqn Diskursus Ekologi Mqnusiq |
-
Fondqsi,
'l
Anlropologi Ekologi
menerima, mengolah dan menghasilkan kualitas energi, materi dan informasi yang dapat meningkatkan kualitas ekosistem itu sendiri. Misalnya, apakah manusia dapat memperoleh sumber-sumber makanan dengan jumlah dan kualitas yang memadai dari lingkungannya, sehingga kebutuhan akan gizi tercukupi? Dan apakah manusia mampu mendistribusikan sumber-sumber makanan bergizi secara merata bagi warga komunius lainnya? Demikian pula apakah tindakan manusia terhadap lingkungan telah memperhatikan keseimbangan lingkungan sehingga aspek keanekaragaman unsur-unsur ekosistem tetap terjaga demi terpenuhinya suplai sumberdaya parigan bergizi bagi masyarakat? Juga, apakah manusia bertindak terhadap lingkungan t."ap memperhatikan keseimbangan ekologi sehingga tidak menyebabkan efek negati' pada kesehatan lingkungan? Antropologi ekologi memberikan penjelasan tentang perilaku-perilaku manusia dalam proses interaksi timbal balik tersebut. Antropologi ekologi sebagai studi tentang bagaimana penggunaan sumberdaya alam oleh manusia mempengaruhi dan dipengaruhi oleh organisasi sosial dan nilai budaya (Bennett 1968: l0-11). Dalam kaitan dengan gizi dan kesehatan, sistem ekologi memberikan simulasi tindakan manusia dalam mengorganisasikan tindakari perolehan manfaat dari sumberdaya alam dan dampaknya bagi sistem sosial komunitas.
l-Ll"rl,"!."
r..t.l
I
:Fhetffil
Cambar 2. Model Ekologidalam MempelajariGizi
Dengan demikian pendekatan sistem merupakan salah satu pendekaun yang dianggap paling penting dalam bidang antropologi gizi (Jerome et al 1980) dan
antropologi kesehatan (Foster 1986; Kandel et al 1980). Namun demikian pendekatan sistem ala Rambo tidak dapat digunakan begitu saja dalam proses
analisis karena mencakup variabel yang sangat kompleks. Pendekatan sistem lebih merupakan sebuah pengantar yang penggunaannya perlu lebih disederhanakan. Contoh penyederhanaan antara lain dilakukan oleh Jeroma et al (1980) yang memasukkan komponen-komponen lingkungan fisik, lingkungan sosial, organisasi sosial, teknologi dan budaya yang berpusat pada pemenuhan kebutuhan biologi dan psiko-biologi individu sebagai pusat analisisnya (6ambar 2).
|
-
Fondori, Teori don Diskursur Ekotogl Monusiq
55