Royal Institute for Southeast Asian and Caribbean Studies Reuvensplaats 2 2311 BE Leiden Netherlands tel: (+)31 71 - 527 2295; email:
[email protected]
Interview with mr: Samingat
Transcriptic summary
(00:00) Bahasane campur-campurlah, Indonesia, Jawa. Ora popo, nek kene ki campuran iso wae. Campur negro yo iso. Broko-broko ki elek-elekan lah. Boso negro kono. Aku lahir tahun 1934, di Suriname, di Dijkvelt, , nek cara jawa Leberi, kalo basa sana Dijkvelt, belandanya. Domburg, Domburgu. Yang pindah dari Jawa itu orangtua, masih muda-muda dulu. Mboke ki wong Jogja, aku di laerke neng suriname. Mbokku ki rabi nang suriname. Mbuh karo sopo ra ngerti ta? kancane lah? kancane tunggal sak kapal. Jaji, tunggal sak kapal ki podo karo sedulur. Ngono, nek mati siji mati kabeh, kapale kelep kowe mati kabeh. ki, jaji ngono. Sedulur kapal. Aku bersaudara 3 orang, kakak sama adik ada di Suriname. Disini saya sendiri karena saya di ambil anak angkat sama orang tua, diambilnya begitu pas lahir sama saudara tunggal sekapal itu. Adik ada, satu, kakak ada. Di tinggal kesini, kakak sudah punya anak satu, sudah sekolah SD lah, mungkin sekarang sudah tuek. Udah ga ada hubungan, ga ada kabar-kabar-an. Waktu pulang naik kapal Langkuas sama orang tua angkat itu, orang 3 lah sama bapak, ibu. Di sana sempat sekolah. (06:05) Sampai kelas 3, karena disana dulu kan, begini caranya orangtua itu, ngopo sekolah mosok arep dadi, kalau disini masak arep dadi camat. Gak mungkin ya. Lah itu, jadi di alang-alangi sekolah itu, disana itu dipaksa sama pemerintah sana, sekolah itu harus, saya sekolahnya 3 tahun kok. Dipaksa sama polisi sana itu. Lho saya takut to, wong polisinya itu item, orang item itu, orang Negro. Terus sekolah 3 tahun, ndelok malah lancer 3 tahun lancar naik terus. Nah sudah 14 tahun gak boleh sekolah lagi disana. Keluarkan. Sudah kelewat umur kan? Termasuk wong bodho isian. Abis sekolah ya kerja, kalo sudah laku sama orang kerja, yo Template interview Javanese migrants 2010-02-15_fs
kerja. Orang sudah laku 200 kalo disini 200, kalau sana 2 rupiah. Kalo anak-anak itu serupiah. sudah laku, Sudah mau kerja, sudah mau orangnya mempekerjakan. Tandur padi itu. Ya kerjanya kan enteng anak kecil aja kok, kerja dibayar kan sudah seneng. Saya kerjanya sama orang keling, India itu, Hindustan. Orangtua bapak juga tani. Disana itu tanahnya itu sistemnya kan menyewa, ke pemerintah, tiap tahun bayar pajak, diambil pajaknya itu. Ya ada tanah yang orang sana itu evendom. Ini sudah sertifikat. Waktu pulang ke Indonesia itu kira-kira sudah umur 26, sejajar dengan saya itu, sarmidi itu, sama-sama 1934 lahirnya. Jadi itulah, kalau waktu itukan kita masih bujang, disana, bujang juga disana, saya ketemunya kita dikapal sama dia kok, kenalnya itu dikapal. Sama pak Basar ini masih kecil, iya masih sekolah dia kok. Ini dulu kan hutan ini, rombongan kita yang babad. Saya ikut juga sudah ikut kerja. Orangtua dulu gitu, kalo mau dolan itu ndak mau semaunya sendiri, waktu jam 7 sudah pulang harus pulang. Ya itu dipukul. Bayangan pertama waktu pulang ke Indonesia itu begini terharu, Indonesia kita asal-usulnya dari Indonesia, dadi kepingin weruh Indonesia, walaupun kita lahir di suriname, tapi kepingin juga katanya ada Indonesia. Lahir kita, asal-usulnya dari Indonesia. Trus itu ada timbul partai. Sampai kita ke Indonesia ini ada partai, partai PBIS, itu mengadakan persatuan. Siapa yg mau pulang ke Indonesia dengan partai PBIS bisa, asal mau yo to? Lha satu lagi lawannya KTPI, itu muluk-muluknya kalo saya pulang ke Indonesia turun ke halaman saya. Wong bikin rumah saja belum kok, sudah turun ke rumah, rumahnya siapa? (12:31) Itu manas-manasi. Jadi boleh dikatakan mendorong juga lah. Na itu, sampai ada itu (mulih N’Jowo-red). Kalo KTPI itu, sama dia mau pulang ke Indonesia. Tapi sebetulnya hanya nipu saja, dia ndak bisa kalo ngomong, dia partai suriname kok. Kalo PBIS ini betul-betul orang Indonesia. Gitu. Ha itu. Jadi pertama itu. Kedua, terharu dengan pekerjaan ongkos sini sama ongkos sana. Orang kerja disana hanya 1 rupiah satu hari kan, kalo di Indonesia ini satu orang 6 rupiah kan? Kan lipat 6 kan? Itu (aku) di ceritain, jadi begitu, terus semua orang mikir, kalo begitu bersusah payah kui. sini satu rupiah kono kok nem rupiah. besar gajinya. Terus, semua ada keinginan mau pulang ke Indonesia juga. Jadi pulang itu keinginan sendiri, bukan di angkat pemerintah pulang prei ndak. Nah, kalo mak saya dulu mau pulang ndak mbayar, trus dah perjanjian itu, kontrak , waktu kontraknya kan? Ke Suriname kan kontrak. Kalo habis kontrak nanti dipulangkan. Kalo ndak mau pulang uang kapal itu dikasihkan. Yo betul itu Template interview Javanese migrants 2010-02-15_fs
ndak ngapusi, tapi kebanyakan mau uangnya saja. Ngopo pulang ke Indonesia.Bapak milih ambil uang saja, habis untuk dimakan saja.trus akhirnya bekerja di orang, ada yang bikin kebon sndiri, kebon sendiri itu tu nyewa sama pemerintah, gitu, ada yang punya uang beli, bikin sertifikat. Kebanyakan kan sifatnya mreman kan? Uang di hambur-hambur aja, gak mikir masa depannya, habis habislah. Pertama kali di Tongar perasaanku ya susah lah. Ya ngadepi hutan kok, apa ndak susah, po nemu kampung macem ini? Hutan, ini hutan kesana itu, yang mbukak rombongan. Orangtua mungkin mau nangis tapi malu kali. Ya menyesal itu tu menyesal, dah terlaksana ke Indonesia itu ya ndak ada artinya. Seneng juga. Orangtua mungkin ya pengen ketemu juga (sama saudara di Jawa) tapi alamatnya sudah habis. Ndak ada alamat. Mungkin mbah ini orang jogja, orangtua itu orang jogja, tapi ndak ada alamatnya, dimana kampungnya, mana kecamatannya, mana kabupatennya, ndak ada, ya habis lah. Kampungku di Suriname, satu kelompok. Orang jawa itu satu kelompok-kelompok itu, ya sama orang keling orang india itu deket juga, tapi yang banyak juga orang keling itu. Karena yang duluan datang di Suriname itu orang keling itu, yang kaya orang keling itu dulu. Sampai sekarang mungkin kaya. Belum ada mobil orang keling itu yang punya mobil. Orang keling itu, paling sedikit 5 hektar itu (tanahnya). (17:43) Di Suriname, bahasa negro yang sering dipakai, kalau ketemu sama orang jawa ya bahasa jawa, sama orang bahasa keling yo ngomong keling. Di sekolah, bahasa belanda, itu pelajaran itu. Isih kelingan, tapi yo gak semuanya. Good morning, selamat pagi ya? Good morning ki bahasa inggris ya? Waktu dulu pertama di Tongar, ada yang kepengen keluar dari Tongar ada yang ndak. Seperti bapak ini ndak kepingin keluar. Jadi sejak dateng ya disini, belum pernah pindah kemanamana. Bapak ini orang bodoh. Bisa bahasa belanda khan ga bisa dijual. Dijual disini gak laku. Akhirnya menetap di sini, menikah sama orang Jawa. siwo ne yo nek cara jawane, mbokde ne (bibi dari istrinya-red). itu kebetulan dia ikut di Suriname, Suriname dulu, ikut kontrak ya. Jadi ke sini ikut juga ya, nah sampai disini dia ingin ketemu familinya. Kebetulan terus ke Jawa. Dah sampai Jawa, ketemu familinya disana kan. Lha istri bapak ini, ya belum istri to, dia itu kan ya susah juga, maklum disana oran jawa itu susah semua. Jadi ibu mboktua ini yang ke Jawa, kalo mau ikut mak tua ayo ke Sumatra, gitu, diajak juga ke Sumatra, dia itu, mau, nanti ndak lama, nanti satu tahun balik lagi. Kebetulan terpinang sama mbah itu, gak Template interview Javanese migrants 2010-02-15_fs
jadi pulang. Sampai 50 tahun, anaknya 11, tapi yang sudah pulang 2. Semua lahir di Tongar, disini kampungnya, tempatnya dulu situ, disini, ini kan pindahan ini. Anak-anak sekolah semua, sampai SMA. Kan anak itu sifatnya sendiri-sendiri, ada yang mentalnya kuat, mentalnya gak kuat. SMA ada yang gak terus, dadi maksud orangtua itu seendak-endaknya SMA lah, tapi ada yang dak mau, dak tamat SMA itu hanya SMP, tapi yo semuanya, ndak berapalah yang SMP itu. (22:26) Kalau kesenian, mungkin ini masih inget ini, saya sebagai pelawaknya ludruk, kethoprak Dadi Semar nek wayang wong, belajarnya dari orangtua dari jawa. Disana (Suriname) budaya itu masih ada, ndak ilang budaya jawa itu. Dan lagi ilang bahasanya pun ndak ilang bahasanya yang halus-halus disana itu. Yang lahir disini, ndak bisa ngomong jawa ada. Gak bisa. Bisanya bahasanya, ya itu, ndak ada. Nek omong jawa ndak bisa ya eneng. Acara-acara lawak, ketoprak, di sini sekarang sudah habis. Anak-anak ndak mau,ndak ada, pikiran disitu ndak ada. Sekarang yang dibesarkan kan, opo itu, kesenian sekarang. Ludruk terakhir tahun 70-an. Ludruk, lawaknya itu kalo orang-orang itu yang nonton itu kalo bapak ini belum keluar, kurang seneng. (28:31) Kalo nikahan, atao kalo ada yang meninggal, gendurenan gitu kalo sekarang ini sebagai umat islam, itu secara rutin tiap hari, boleh dikatakan saban hari ada yassinan. Itu. Tapi itu seperti anak kita itu ikut juga yassinan itu tiap hari. Berpindah-pindah ketempat Si A, Si B. Pengajian ada juga, slametan itu ada juga. Karena Slametan itu maksudnya kan bersedekah, mem-bekteni leluhur kita, menginget-ingetkan, jadi diberi sedekah, sambil itu kan bersedekah. Jadi maksudnya slametan ini bukan untuk makan enak saja, itu ada maksudnya. Makan apa wong sudah mati kok dido’ai, wong ndak makan apa-apa kok. Bikin slametanslametan. Jadi tujuan maksudnya itu kan, dia itukan berada di alam roh atau alam kubur kan entah dimana tempatnya kita gak tahu kan, yang jelas sekarang itu dikubur. Seperti bapak ini duwe utang sama orangtua. Kowe duwe utang ora? Jadi utang itu ndak bisa di bayar dengan uang, ndak bisa dibayar emas, mau dibayar sama siapa sekarang, orangnya sudah dikubur ndak ada. Hanya yang bisa kira-kira itu omonge wong tuo kirim do’anya supaya, kalo disana ibaratnya kalo orang jalan itu bisa terang jalannya, ya to, di beri maaf kepada Allah. Kita juga begitu sawah kita itu banyak, ya kita harus minta ampun kepada Allah, semua itu supaya diampuni, jangan bilang saya itu tidak ada dosa. Ndak ada. Semua itu ada dosa.
Template interview Javanese migrants 2010-02-15_fs
Pengalaman waktu di kapal Langkuas cuma tidur, makan, main-main, di situ ada kesenian juga. Pernah main kethoprak juga disitu. Dari Suriname, kira-kira itu 2 minggu sampe ke Afrika, pulo Afrika itu berhenti satuhari satumalam, entah ngisi apa ngisi air entah apa kapalnya, sudah itu berangkat lagi 2 minggu sampai ke padang, turun ke padang, sudah itu dibawa mobil, kita, serombongan dari suriname itu di angkat mobil, dulu mobilnya mobil PMP. Nama mobilnya, jadi dari padang ndak sampai ke Tongar, satu hari ndak sampai, nginep di lubuksekaping, satu malam disitu, ini badannya rasanya sudah loyo, karena dulu jalanya kan seperti itu batunya sebesar kelapa itu. Turun dari mobil sudah loyo semua nah berhenti disitu satu malam. Berangkat lagi pagi sampai sini sore, ya loyo juga. Ndak ada jalan macam ini sekarang, kalo macam ini seneng, satu hari sampai kan, sampai 2 hari lho, po ndak loyo. Nah sampai di Tongar, udah di bikin bedeng kan, ada bedeng untuk, orang dating itupun tidurnya dibedeng itu, makannya entah makan apa ndak tahu kan? Na terus di kasih ransum itu sama pemerintah sini, ntah pemerintah atau orang nenek mamak sini ndak tahu kita. Pokoknya dikasih ransum kita, sama semua, sama beras juga suruh masak sendiri sebelum kita kerja. Ada berapa ransum? Satubulan ya? Jatah hidup, kalo ndak makan mati lah. Maka datang itu ndak ngadepin apa-apa, ngadepin hutan itu, yang orang sana itu yang enak-enak nangis disambatin. (34:48) Aku gak iso nangis wisan kok. Mau nangis malulah. Ada yang sampai disini linglung saja, itu orang itu, pak samingun, pak Wongso kena juga. Pak wongso itu pedagang kaya di Suriname, orang kaya, termasuk orang pengalaman. Jadi itu boleh dikatakan kena stress, karena disana begitu kok disini begini. Orangnya orang gede itu, orang pengalaman, tapi kena juga. Sebulan dapet rangsum, mulai buka-buka (hutan), sebagian ya sudah dapat gaji, orang babatbabat itu dibayar sama yayasan sehari itu 700 kalo gak salah. Abis itu orang sudah mulai berfikiruntuk berladang, ada yang tanam kacang, tanam padi. Bibitnya beli di Pasaman, ada orang yang jual. Padi kan beli, kacang. Pertama dulu gak ada pakai bajak seperti sekarang, pakai sapi ntar. Cangkul gitu, berapa dapatnya kan? Daripada ndak makan, usaha cari makan ya bagaimana caranya kan? Tapi kalau sudah pengalaman na itu kan sebagian keluar dari Tongar, ditunjukkan lah pengalaman saya gini, gini, apa bisa diterima sama saya, mungkin di terima kan, ya keluar. Yang ndak ada pengalaman apa yang mau di tunjukan, seperti bapak ini mau cangkul dibawa kesana, ya gak laku, yaitu sampai tua ya di Tongar terus. Anak-anak sekarang sudah ada di pekanbaru, ada yang di padang, yang Jambi itu pindah di pekanbaru dinesnya disitu. Bapak mau menjadi apa itu. Cuma dua, yang satu sudah kerja di Template interview Javanese migrants 2010-02-15_fs
sana PT. Arun ndak sampai terus sudah diambil sama yang kuasa. Sekarang yang nomor dua masih kerja di pekanbaru, Ngatirin, di kantor astek saiki nek mok geleki nang kono ketemu. Kalau menurut janji, semuanya dapat jatah 5 hektar, per KK ndak per kepala. Per KK, ya to. Jadi tanah itu yang memberi nenek mamak sini. Diterima dikasih, diterima baik sama nenek mamak sini. Di belehne kebo, kebo tanda terima itu, potong kebo. Yang datang dulu dari jawa menteri transmigrasi, keluarganya Pak Hatta barang, nenek mamaknya namanya Sutan Laut Api. (40:59) 5 hektar itu ya kalo di minta ya dikasih, tapi sebagian kan ndak mau, ditinggal. Saya ini memang gak memburuk-burukan orangtua ya. Dikasih 2 hektar itu dapet sama saya. Mungkin sama pak basar sama mungkin 2 hektar, jadi kebetulan tanah itu, ya maklum uang ini kan enak. Ntah di gadekan sama ketuanya ntah ndak tahu kita, tapi sekarang di tangan orang tanah itu. Ntah disewaken, ntah diapaken, ntah di kawin sama orang, jadi kita nda dapet lagi, Cuma dapet ya 2 hektar itu. Itu begini, terus terang aja, kalau kalau orangnya mau, bisa ditanyakan bisa saya ngomong. Waktu itu kedepannya orang itu, orangtua itu. Saya minta tanah untuk di tanami tanaman tua, wong tanah sekarang sudah habis, tanahmu itu ada disana itu, di TR, Tunas Rimba. Jadi itu semua pembagian disana, ya kita ndak tahu lagi, mundur lagi, katanya disana, kalau mau disana, disana kalau ndak beli ya ndak dapet lagi, ya udah ditangan orang kan kan gitu. Nah sampai sekarang itu yang dapaet sama kita itu 2 hektar, yang lain itu ndak tahu lagi kita. Ini bukan mburuk-mburukan, ini kenyataan yang ada.Ya bapak gak tahu, dia yang berkuasa disini, ya dia yang tahu. Tapi kalau menurut kabar tanah yayasan itu masih utuh 1500 hektar itu masih ada di Tongar sini. Tapi orang pusat sana kan ndak tahu, siapa yang nempati sekarang tanah itu. Tahunya sertifikat itu masih utuh 1500 hektar tanah yayasan. Ada yang miliki orang Tongar itu ya ada, seperti bapak ini Cuma memiliki 2 hektar, yang punya 5 hektar ya ada ntah orang satu atau orang dua. Tahulah. Yang dekat dapat yan ndak dekat ya ndak dapat. Gitu caranya. Dulu kan ada percetakan sawah, disebelah sana, nanti kalau kesana ketemu, anak saya disana dua itu, bertempat disana, 2 hektar disana. Jadi Tanah itu sekarang ndak saya tanemi apa-apa, tanemi anak. Saya bagi-bagikan untuk pekarangan, untuk bikin rumah, serumah-serumah, ndak banyak kok, 2 hektar di bagi 10. Sekedar untuk perumahan, jadi untuk tinggalan untuk anak cucu kita nanti, untuk, turun maturun yang itu yang dapat, kita ndak lama lagi kan di panggil. Kalau sudah di panggil gak tahu lagi. (45:35) Template interview Javanese migrants 2010-02-15_fs
Kalau sekarang ini kegiatannya cuma duduk. Tapi kemauan itu ada terus mau babat, macul, tapi cuma keinginan saja. Di try itu gak bisa, paling-paling bersih-bersih gitu aja satu jam sudah. Ini buka warung tapi karena ibu itu sudah ninggal sudah habis ngak ada yang neruskan. Tanah 20x40 itu yang dapat, itu memang tanah saya 1 hektar, tapi saya beli lagi. Disitu beli, sekarang ini panjang ceritanya, kenapa 1 hektar itu dah ndak ada, untuk biaya anak sekolah itu, yang ada apalagi, yang ada itu 1 hektar untuk biaya anak sekolah sampai SMA. Semua sampai SMA. Akhirnya pindah ke sini, sebagian jual sana untuk beli sini. Mulai masuk Tongar sini 54, pindah taun 83. Sekarang harga tanah kira-kira 200 juta satu hektar. Waktu pulang ke sini sama orangtua angkat, orangtua kandung, tetep di Suriname sama kakak adik. Ga pernah ada kontak. Waktu disana aja sudah putus hubungan karena lain partai dia, dia itu, yang saya katakan tadi PBIS sama KTPI, dia itu masuk rombongan KTPI. (51:08) Politik partai saling memanas-manasi. Masak orang PBIS ini apa di namanya, di ejek kan, di cemeeh. ‘Kalau orang PBIS bisa pulang ke Indonesia saya mau telanjang lari di jalan’. Iya begitu panas-panasi , nggak udah ada kok kapal pulang ke Indonesia. Kalau mau aku nguras kapal. Disana kan ada kapal yang keram. Di laut sana. Goslar, kalau mau nawu, kapal anu kok kon nguras, arep di tumpaki nggo bali neng jawa jare, maksudnya kapal Goslar itu, kapal jerman, waktu perang dunia ke dua, tenggelam di muara sungai suriname itu, wong didepan pasar itu pasar Suriname. Kapal tengkurep, di ejek sama orang KTPI itu, ‘apa kapal Goslar itu mau diangkat dikuras buat naik pulang ke Indonesia’ itu ngejeknya mereka itu. Apa ndak panas kita, itu maksudnya telinga yo krungu ya jengkel ta. sampai sekarang masih ada kapal itu telentang di tengah pasar itu, ee samping pasar itu. Tempatku sudah Paramaribo, bapak angkatku di Paramaribo tinggalnya. Di sana itu kehidupan orang tani. Kalau itu ya inget, kita itu orang jawa, sifatnya banyak kerja, sawahnya gak banyak hanya ditanami padi, tanem kacang yang sebagian, ya cuma sedikit yang cukupcukup di makan. Lain sama orang india itu, orang keling, orang keling itu tanahnya lebar sawinya banyak, kalahlah orang jawa, wong jawa iku neng kono main sing okeh, sik mudamuda main, maling. Lho ini bukannya, mburuk-mburukan orangtua, memang ada kenyataan, jaman dulu. Kuwi sudah termasuk orang-orang berpendidikan, anak-anaknya ndak ada lagi. Sejajar bapak ini maling, main ndak ada lagi. Orang preman dari Indonesia ini, premanpreman semua itu, kalau gadisnya, gadis preman mungkin.
Template interview Javanese migrants 2010-02-15_fs
Pertama kali di Tongar, boleh di katakan enak disana, kalo gak enak gak bisa kesini, wong kesini mbayar kok, dapet darimana? Disini sekarang ini ya enak juga, kalo gak enak pasti sudah pergi dari sini? Sekarang kalau mau pergi, mau pergi kemana? Seperti bapak ini, pergi ke tempatnya dulu mungkin, tinggal tunggu panggilan. Waktu pulang dari Suriname bayarnya satu kepala itu 350, naik kapal itukan, bayar sendiri, sedangkan alat-alatnya itu bawa juga dari suriname, ya, traktor, ada mesin sawmill, gergaji papan itu bawa dari sana, pokoknya Tongar ini cukup, termasuk pendidikannya ada, dokternya ada juga, ini masih inget. Mantri, Pak Senawi, tapi orang sini kan bilangnya dokter semua. Bidannya juga bawa, pokoknya alatnya lengkap Tongar, bidan Nora. (58:45) Bapak anaknya ada 11, cucu nya kira-kira 20 ada. Buyut blom ada, karena yang pertama itu anak laki-laki kan, kalau anak perempuan ya cepet dapat buyut. Anak-anak bisa bahasa Jawa tapi ada yang bahasa alusnya ada yang gak ngerti. Nggih, boten, kulo, sampeyan nah itu ada yang ndak ngerti. Cucu ada yang ndak bisa, sekarang masih kecil gini sudah di belajari bahasa. Ngomong jawane udah angel. Ket cilik metu wes diblajari bahasa karo mboke, y o wes ra ngerti jawa. Dari Suriname ketrampilan yang bermanfaat lawak itu aja, gak ada belum ada. Ketrampilan itu ndak ada, waktu itu masih preman, sampai tua itu. Orangtua ndak pernah cerita soal dulu di Jawa. Di Paramaribo orangtua angkat juga bertani sawah. Di Kasabaolo, dekat, cuma 8 kilo dari kota. Ubi kayu Kesabaolo, kesaba itu ubi kayu itu. Bahasa negronya itu. Kesabaolo, olo itu bolongan, lobang ubi itu, kesebaolo, jadi bahasa negronya. Saya bisa memberi sedikit ya. Sejarah Suriname. Kenapa Suriname itu orang jawa dibawa kesana. Suriname itu dulunya kosong ndak ada orangnya. Orang Indian yang ada di situ. Indian itu tahu? Orang disini sekarang orang kubu itu, makannya gak nasi, makan daging mentah itu, ular dimakan sama dia, sampai sekarang masih ada itu disana itu yang nempati orang itu disitu. Suriname kan? Lha orang afrika, orang yang item-item yang gundul itu, itu tempatnya kan di afrika, maka belanda ngadu sama orang Indian itu, ‘kowe mau perang sama itu orang Indian itu’ wong asli situ kan? ‘Saya mau perang, apa janjinya, kalau mau saya minta kalau saya menang sama orang itu anak cucu saya jangan diberi pekerjaan yang berat yang enteng. Jadi kurang-kurangnya bos, mandor, yang sifatnya ketua kan? Itu belum ada orang, kebetulan menang jadi orang sini, orang jawa, orang keling dibawa kesana untuk ngisi
Template interview Javanese migrants 2010-02-15_fs
di Suriname. Yang keling duluan yang banyak itu, makanya yang orang keling itu taninya tekun-tekun. Ndak seperti orang Jawa. (1:04:44) Orang jawa ngono mung poya-poya yang banyak. Orang keling itu ya. kalo kerja itu setengah hari, cuma di kasih rokok satu gelinti itu, gelinti itu di anu satu,satu, satu… itu, kalau makan ya, kalau makannya banyak itu diakui sama orang itu, kalau makan banyak kuat kerjaannya. Kalau makannya sedikit, ini orang males ini. Makanne gulene pangpung, waluh, labu, pangpung disana namanya. Sejarahnya keling kalau beralek walaupun besar-besaran ndak ada motong ayam itu ndak ada motong daging itu ndak ada yang makan ayam itu ndak ada. Undangan ki mungkin satu kampung di undang semua, kalo ini ndak pernah genduri di tempat keling, kalau saya sudah pernah. Kenduri di halaman itu duduknya, ndak pakai tikar, duduk gitu, jejer-jejer. Sayurnya, terong, waluh, pangpung sayur-sayur itu pokoknya. Ndak pakai piring ndak. Daun pisang itu di jejer semua, seperti orang genduri macam ini kan? Ini trus dikasih nasi, sayur, orang itu ya makan disini. Nasi, roti gitu dikasih, empleng-empleng makan bersama. Sesudah itu, minumnya air, ndak minum teh semacam ini ndak, air mentah itu, ha ini ndak pernah ya ndak ngerti mungkin. Air mentah itu ndak pakai gelas ya, cingkir ya, cingkir itu ndak boleh diminum gini, gini. Dimarahi kalau di kokop gitu. India itu, orang india kalo genduri, bralek, gitu caranya kalau minta minum dirumahnya langsung digitukan, oo marah dia. Gak boleh harus gini dituangkan, kalo gak ngerti caranya di kokop begitu saja ya, marah-marah itu. Sedangkan waktu genduri itu, kalo sekarang genduri namanya. Makan bersama itu ada orng satu yang belum siap. Dia itu terus, yang lain sudah ngangkatkan minta pindah tempat, ya itu ndak boleh itu, itu larangan, bisa dipukuli orang itu. Harusnya siap semua, baru, ada komandonya kan? ya itu ndak pakai daging, walaupun besar-besaran ndak pakai daging. Sapi gak makan dia, ususnya dimakan katanya ibunya kan? Sapi dagingnya ndak mau. Maka itu belanda ngadakan orang ke Suriname. Seperti orang kontrak, kesana itu dulu itu di lerek, di rayu-rayu supaya mau ke Suriname. Nah kebetulan banyak preman yang mau. Bapaknya ini kan termasuk preman, galak wonge, disana gak mau kerja, maling maunya. Iya, itu betul, suruh kerja gak mau, main jadi preman. Jadi ramainya Suriname itu dari itu, maka sekarang orang Suriname yang dipindahkan ke Nederland itu, belanda boleh dikatakan balas jasa. Karena Suriname dibikin rame dari orang itu. Semua disitu kan sudah 50 tahun, sudah pension di negeri belanda itu, boleh dikatakan balas jasalah, berterimakasih lah. Orang Indian itu orang gak makan nasi itu, makan empleng-empleng itu, makanya kalau ada uler dimakan itu. Umbi racun dimakan, itu sampai sekarang masih ada itu. Template interview Javanese migrants 2010-02-15_fs
(1:10:40) Orang Jawa makannya yo sego to. Makan yang lain-lain ya ada, ubi itu ya ada, tapi ndak untuk makanan pokok ndak. Sampai sekarang pun orang makan ubi ya ada, Bravu. Bravu itu masak makandra, masak makandra itu masak campur. Makandra itu buatan negro. Lawuhe yo tulen jawa lah, wong jawa ono sing isi semur, direndang, yo masih ada, nek wong kono ra ngerti masak opo embuh ra eruh. Kehilangan adik-adik yo kalau di inget-inget itu memang ya jadi sedih, tapi gimana lagi ndak ada jalannya lagi. Ya habis piker harus sabar. Pertama-tama kita harus inget kepada Allah, dimana-mana, itu Allah tetep melindungi kita, minum, kesehatan. Memang gak bisa disesalkan. Menyesal bagaimana, kalau ndak bisa ditempuh. Gimana ibarat burung mau terbang ndak ada sayapnya. Tentu tinggal gini-gini aja, mati ya situ hidup ya situ. Gitu, maka orang hidup itu jangan banyak marah, cepet tua kalau marah, seperti bapak ini banyak marah makanya cepet tua. Ya. Sebetulnya gak boleh marah-marah itu, kalau bisa kita sebagai umat islam yang lebih lemah lembut itu yang baik, ndak ada lagi. Bisa ditunjukkan nanti jalan surganya, kalau marah-marah terus apa yang mau nunjukkan, orang marah-marah ndak mau deket. Nah itu. Tapi kalau sudah tua macam bapak ini banyak marahnya, lebih keras lagi marahnya ya ntah, itu Allah yang tahu itu, sebenarnya itu gak boleh. Pemarah itu masih ada. Karena setannya ikut terus, setan dari kecil ikut. Di Tongar pernah ada bantuan pengrehaban omah. Tahun 80an lah, wong rumahku ini sudah jadi kok, aku sudah pernah dirumah, nggak seberapa. (1:16:27) Bantuannya bahan-bahan, bahan bangunan ya, dipilih-pilih. Dipilih-pilih orang yang ndak bisa, yang kurang mampu. Rumahnya sudah baik ya ndak dibantu, ndak semua dapat. Aku entuk lah iku tak nggo plavon iku, loteng. Di Suriname, kumpulan kesenian itu ada di sana. Kalau budaya jawa itu ndak ilang disana, wayangnya masih ada, malah disini wayangnya gak ada. Kelompok-kelompok ludruk, wayang masih tetap disana. Latihannya nggak tiap hari, satu minggu sekali, atau sebulan sekali. Orang negro itu, yang gundul item itu ada yang ikut kesenian jawa, ikut wayang wong itu bisa ada juga, sekarang yang orang Belanda itu bisa main wayang. Orang negro itu ga bisa bahasa Jawa tapi belajar sama orang jawa. Bisa ikut, hapal tapi blom tentu tahu artinya. Hapal, tapi belajar juga, semacam di orang Nederland itu yang istrinya bisa ikut wayang ikut manjak, kesenian jawa bisa itu, malah orang yang asli jawa malah gak bisa. Manjak itu nggamel. Aalat-alatnya bikin sendiri, ada yang beli dari jawa. Ada kelompok ludruk, Template interview Javanese migrants 2010-02-15_fs
kelompok wayang, kesadaran sendiri untuk ikut. Itu kemauan sendiri, kalau dipeksa ndak mau dia, disuruhpun ndak mau. bahasa jawa itu yang halusnya masih dipakai disana, inggih, mboten, kulo, sampeyan. Ada yang bisa, yang ndak bisa ya ada,ya macam orang disitu ndak bisa basa alus, orang keling itu ya bahasanya basa dia. Anak-anaknya ya masih bisa, bahasa ini kan dua macam. Ada yang halus ada yang kasar. Kalo yang kasar itu kayak anak-anak kecil itu, ‘kowe arep nang ndi?’ ‘aku arep rono’, ‘kowe seko ndi?’ ‘aku seko kono?’, tapi kalo ngomong sama orangtua ndak seperti itu, ‘ajeng teng pundi mbah?’ ‘saking pundi mbah?’. Kalo sudah tua di bilangnya ‘arep neng ndi?’ “seko ndi?’ na iku kasar. Saiki ak manggon neng kene karo anake, anak ragil, anak lanang sing ragil mung sitok. Iki mau mbak ayu ragil. Waktu pertama datang ke Tongar, ga ada musuh-musuhan. Menurut keadaan, orang berkelahi itu menurut keadaan, menurut tingkah laku dia. (1:23:15) Contohnya, kalau kita tahu sama tahu ndak bakal berkelahi, yang begitu kita kan tahu, tahunya sendiri , dia tahu sendiri. Baiknya untuk kita sama orang nggak baik. Masalahnya itu banyak, taneman itu dimakan jawinya, itu jadi masalah. Taneman itu diambil sama dia, dikatakan orang mencuri kan, tentu keliru na itu masalah. Waktu datang ke Tongar belum bisa bahasa, mau beli ditunjuk begitu saja. Lama belajar bahasanya, wong waktu saya di padang itu, turun mau beli buah-buahan itu, ditunjuk begitu saja. Entah berapa, nggak tahu dikasih uang ya diterima. Pulang ke Tongar bawa uang sini dibagi sama pengurus terus kan uang dari sana kan itu lebih, ditukar disini. Jumlahnya ya menurut uang kelebihan itu lah. Gak bisa ditentukan. Dikapal itu lengkap, roti-roti itu lengkap, selain makanan pokok itu kan kita dapat ransum kita di kapal. Kalau roti-roti itu ya beli. Itu kita iuran dari suriname kesini itu, dibagi satu buku, namanya buku ekonomi, lha mungkin sisanya buku ekonomi itu berapa yang dibagikan ke kita, yang punya per KK jadinya itu buku ekonomi. Ada yang banyak ada yang sedikit, se kemampuan masing-masing. (1:29:21) Awal pertama orang Jawa mendarat di Paramaribo, kemudian akhirnya nyebar-nyebar yang ngatur pemerintah. Arealnya luas, dunia ini kan di kuasai belanda, lha itu sampe di pinggir dunia itu Suriname itu sana ndak ada pulau lagi, masih di kuasai belanda. Tambah-tambah Indonesia ini dulu mau dikuasai juga kan? Itu rajanya Wilhelmina, Wilhelmina, ratu wedok
Template interview Javanese migrants 2010-02-15_fs
pisan tapi sekarang Yuliana yang jadi raja, ganti welmina itu kan Yuliana, anaknya Wilhelmina itu Yuliana, saya tahu juga. Istri namanya Katini, asalnya daerahnya Mayangan, kabupatennya Tulungagung, desanya Mayangan. Kegiatan sehari-hari buka warung. Nikahnya tahun 55 mungkin. Anaknya 11, yang pertama ngadimin (L), yang kedua ngatirin (L). (1:34:11) Yang ketiga ngatiyem, perempuan, sesudah itu, lha ini sudah gak inget lagi, kalau orngnya disini bisa ditanya siapa ya? Suyanto (L), Suratno (L),
trus Ranti (P), Ramini (P) itu
rumahnya situ. Giyono (L), di Pekanbaru sekarang. Sarinah (P). Nurmini (P). Juneidi (L). Dan cukup 11. Semua lahir di Tongar. Kakak, kalau disana panggilannya Tumbu, Tumbu itu keranjang. Namanya yang tepat gak tahu. Adiknya namanya senen. Aku ga inget tanggal lahir tapi tahunnya 34. Saudara-saudara lahir di Suriname. Kakak dulu kerja tani. Bapak kandung namanya Ruwah (1:39:56) Bapak angkat namanya Mertowikromo. Ibu kandung Sarinten, ibu angkat Sayem, iku orang sunda, Ciamis. Dalam bukunya sebetulnya nama dia itu Icik. Ya begitulah strip, Sayem/Icik. Ayah kandung orang dari pegunungan namanya, daerah pegunungan gak tahu ya, jawa timur. Ayah angkat dari jogja juga. Orangtua kandung sama orangtua angkat keduanya petani. orangtua istri Darmi nama bapaknya. Ibunya Sriatun, asalnya Jawa timur, tulungagung, desanya mayangan. Kerjanya tanilah, sana kebonnya gak ada kok, jawa kan gak ada tanah. Bapak lahir tahun 34 sampai tahun 54 di suriname di Commewijne. Sekolah umur 10 tahun. umur 10 sampai 13 tahun ya sekolah di Open bare school. Kemudian di angkat oleh orangtua angkat di Dombergh, lalu pindah ke Kasabaolo, Kasaba itu singkong, Olo itu lubang, singkongnya luar biasa gedenya. Itu ternasuk distrik Paramaribo itu, Kasabaolo itu. Distrik Suriname istilahnya, kira-kira dari kota 8 kilo.
Template interview Javanese migrants 2010-02-15_fs