DAFTAR PUSTAKA
Arsyad Sitanala. 1989. Konsewasi Tanah dan Air. IPB Press. Bogor Asdak Chay. 1995. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Gajah Mada University Press. Yogyakarta. Bamw, CJ. 1991. Land Degradation. Development and Breakdown of Terrestrial Environments. Cambridge University Press. New York. 295 p. Barus, 8.Wiradisastra, US. 2000. Sistem lnformasi Geografi, Sarana Manajemen Sumberdaya. Laboratorium Penginderaan Jauh dan Kartografi. Jurusan Tanah. Fakultas Pertanian. lnstitut Pertanian Bogor. Bogor. Campbell James B., 1987. Introduction to Remote Sensing. The Guilford Press, New York. 551 p. Cialella, A.T., R. Dubayah, W. Lawrence, and E. Levina. 1997. Predicting Soil Drainage Class Using Remotely Sensed and Digital Elevation Data. Photogfamrnetfic Engineering 8 Remote Sensing, 63 (2):171-178. Danoedoro, P. 1994. Extraction of Land Use Information by Integrating Remote Sensing and GIs. Regional Workshop on Geo-Infomation Systems for Natural Resources Management of Biosphere Reserves, June 14-17,1993, Bogor. Departemen Kehutanan, 1987. DAS Citamm. Pemetaan Tingkat Bahaya Erosi (TBE) SubDAS Cikapundung. Kerjasama dengan BAKOSURTANAL. Departemen Kehutanan, 1994. Pedoman Penyusunan Rencana Teknik Lapangan Rehabilitasi Lahan dan Konsewasi Tanah Daerah Aliran Sungai. Dijen Reboisasi dan Rehabilitasi Lahan, Departemen Kehutanan. Jakarta. Dimyati, RD den M. Dimyati. 1998. Remote Sensing dan Sistem lnformasi Geografis untuk Perencanaan. Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah. Jakarta. Direktorat Jenderal Reboisasi dan Rehabilitasi Lahan, 1994. Keputusan Nomor 073lKptsNl1994 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Teknik Lapangan Rehabilitasi Lahan dan Konsewasi Tanah Daerah Aliran Sungai. 62 h. Direktorat Jenderal Rehabilitasi Lahan dan Konsewasi Tanah. 2000. U ~ t a DAS n Prioritas dan Lahan Kritis Dirien Rehabilitasi Lahan dan Perhutanan Sosial. Departemen Kehutanan dan ~erkebunan.Jakarta. Hunt, GR. 1980. Electromagnetic Radiation. The Communication Link in Remote Sensing. John Willey & Sons Inc. New York. Keputusan Direktorat Jenderal Reboisasi dan Rehabilitasi Lahan nomor 073lKptsNl1994 tanggal 24 Nopember 1994 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Teknik Lapangan Rehabilitasi Lahan dan Konsewasi Daerah Aiiran Sungai. Direktorat Jenderal Reboisasi dan Rehabilitasi Lahan Departemen Kehutanan. Jakarta. 76 h. I
"
.
Kucera P. Karl. 2000. Satellite Image Interpretation. Practical Handbook for Identification of Actual Critical Land on Satellite Imagery. South Java Flood Control Sector Project. Mott MacDonald Limited Cambridge-England in association with Pusat Pengembangan Agribisnis, PT Trans intra Asia. Jakarta. Kumia, U. 1993. Perencanaan Konservasi Tanah Melaiui lnventarisasi dan Evaluasi Sumberdaya Lahan. Pertemuan Teknis Penelitian Tanah dan Agroklimat. Bogor. Leon, L.F., Kouwen, N.. Soulis, E.D. 1997.Automatic Extraction of GIs Polygon Information Into Gridded Values for Hydrologic Models. Spring Meetingon the American Geophysical Union f997. Baltimom Convention Centre, Baltimore. Maryland. Linsley eta/. 1988.Hidrology for Engineers. SI Metric Edition. McGraw Hill Book Company. Singapore. Lillesand and Kiefer. 1993. Penginderaan Jauh dan lnterpretasi Citra. Terjemahan Dulbahri ef a/. Cetakan kedua. Gajah Mada University Press. Yogyakarta. Maidment, D.R. 1996. GIs and Hidrologlc Modelling - an Assessment of Progress, The Third International Converence on GIs and Environment Modelling. January 20-25,1996.Santa Fe, New Mexico. Meijerink, A.M.J. 1988.Remote Sensing Application to Watershed Management. Lecture for the 13Ih UNIFAO~UNESCO International Training Course Remote Sensing Applications to Water Resources . 12-30 September 1988.Rome. Muchlis, M. 1999. lntegrasi Spasial Penginderaan Jauh dan Sistem lnformasi Geografi dalam Pembangkitan Masukan Model AGNPS. Tesis. Pascasarjana lnstitut Pertanian Bogor. NASA, 2000. Landsat-7 Payload, Sensor Overview/ETM+ Design. Sceince Data User Handbook. Olwera, F. 1996. Spatially Distributed Modelling of Strom Runoff and Non-point Source Pollution Using Geographic Information System. Ph.D Desertation. Faculty of Civil Engineering, University of Texas at Austin. Austin. Olivieri, L., G.M. Svhaal, B. Motsch, and W.J. Elliot. 1992. Lingking Remote Sensing and GIs to Soil Concervation: Generating AGNPS Input Using Remote Sensing and GIs. Agricultural Engineering Departement. Ohio State University, Columbus, Ohio. PPLH UGM. 1987. Laporan Akhir Pemetaan Ekosistem Lahan kritis DAS Cimanuk Hulu, DAS Bengawan Solo Hulu, DAS Brantas Hulu. Bekejasama dengan Proyek Pengembangan Efisiensi Penggunaan Sumber-sumber Kehutanan. Puslittanak. 1993.Penelitian Optimasi Penggunaan Lahan Daemh Aliran Sungai. Laporan Hasil Penelitian, Agriculture Research Management Project. Departemen Pertanian. Bogor.
Rochman Imam Abdul. 1993. Fotografi Udara dan lnterpretasi Citra. Gajah Mada University Press. Yogyakaita. 833 h. Samarakoon, L. and K. Honda. 1998. Application of Remote Sensing and GIs for Land Degradalion Monitoring and Soil Yield Estimation in a Watershed of Central Nepal. Schmidt, EJ and Schulze, RE. 1987. User Manual for SCS-Based Design Runoff Estimation in Shouthem Africa. Departement of Agricultural Enginering University of Natal. Pietermaritzburg3201. South Africa. Schwab, G.O., D.D. Fangmein; W.J. Elliot, R.K. Frevert. 1993. Soil and Water Conservation Engineering. John Wile, &Sons, Inc. Toronto. 507 p. Space Imaging. 2001. Processing lkonos Ortho Kit Data. lkonos Users Handbook. Sunyoto, Rb, Suparmi dan H Suwardjo. 1993. lnventarisasi dan Deliniasi Lahan Kritis di Provinsi Sulawesi Tenggara. Prosiding Penelitian Tanah dan AgMimafNo 10. Puslittanak, Bogor. P 13-22. Suwardjo, Sunyoto, Wahyunto, dan Ai Dariah. 1996. Penyebaran Lahan Kritis dan Teknologi Penanggulangannya di Kawasan Timur Indonesia. Prosiding. Temu Konsultasi Sumberdaya Lahan untuk Pengembangan Kawasan Indonesia Timur. Palu, 17-20 Januari 1994. Puslitanak. Bogor. Sosrodarsono dan Takeda. 1980. Hidrologi U ~ t u kPertanian. Pradnya Paramita. Jakarta. Van Camp, N. and R. de Wulf. 1998. Erosion Risk Assessment by Remote Sensing and GIs Technology : Land Management in China. GIM (Geomatlcs Info Magazine) International, 10 (12):31-33. Wahyunto, WJ, Sunyoto, Suparnli dan Marsoedi Ds. 1993. Penggunaan Citra Landsat Bewama untuk Menunjang ldentifikasi dan lnventarisasi Lahan Kritis di Daerah Provinsi Sumatera Utara. Prosiding Penelitian Tanah dan Agroklimat No 10. Puslittanak. Bogor. p 23-36. Wang, Fangju. 1991. Integrating GIs's and Remote Sensing Image Analysis Systems by Unifying Knowledge Representation Schemes. IEEE Trans. On Geosci. And Remote Sensing. Vol. 29:4. Wanielista, M P. 1990. Hydrology and water Quantity Control. John Wiley and Sons. University of Central Florida, USA. 565p. Wiersum. 1979. Introduction to Principle of Forest Hidrology and Erosion. Institute of Ecology. Pajajaran Uxniversity. Bandung. Wilson, J.P. 1998. Watershed-Scale Nonpoint Source Pollution Modeling and Decision Support System Based on a Model-GIs-RDBMS Linkage. AWRA (American Water Resources Association) Symposium on GIs and Water Resources, Sept 22-26, 1996. Ft. Lauderdale, Florida. Wiradisastm, US. 1996. Dasar-dasar Penginderaan Jauh. Bahan Kuiiah Pelatihan Metodologi Deliniasi Zona Agro-ekologi. Proyek Pembinaan Kelembagaan Litbang Pertanian Bekejasama Dengan Fakultas Pertanian lnstitut Pertanian Bogor. Bogor.
Wiradisastra, S. Sastrosurnardjo, A. Rarnbe, S. Syarif, A. Bey, A. Priyatno, E.A. Husaeni, S. Hardjoprayitno, S. Adiwibowo. L.M. Kolopaking dan S. Hendrakusumatmaja. 1991. Desain Lahan Kritis Terpadu. Proyek Pendayagunaan Lingkungan Pemukirnan Transrnigrasi di Jakarta Pusai Bekerjasama Dengan Pusat Penelitian Lingkungan Hidup lnstitut Pertanian Bogor. Bogor.
LAMPIRAN
Larnpiran 1. Tabel bilangan k u ~ aliran a permukaan untuk berbagai kornpleks tanah-penutup tanah (kondisi kandungan air tanah sebelurnnya: II dan la = 0.2s)
-
Penggunaan TanahlPerlakuan/Kondisi Hidrologi
Tipe Hidrologi Tanah A l B l C l D
"
1. ~emukiman:" Persentase rata-rata Luas kapling kedap air 500 m2 dan lebih kedl 65 1000 m2 38 1300 m2 30 - 2000 m2 25 - 4000 m2 20 2. Tempat parlcir diaspal, atap dan jalan aspal. dan lain-lain 3. Jalan umum: beraspal dan saluran pembuangan kerikil
-
"
77 61 57 54 51 98
85 75 72 70 68 98
90 83 81 80 79 98
92 87 86 85 84
51 68 49 39 47
67 79 69 61 67
76 86 79 74 81
80 89 84 80
6 25
35 59
70 75
79
98
I:
ditanam rapat atau pergiliran tanamanpadang rumput
t
11. Padang rumput penggembalaan
--
-
-
--
--
menurut lereng baik menurut kontur buruk menurut kontur- baik kontur dan teras buruk kontur dan teras - baik buruk - sedang baik menurut kontur buruk menurut kontur - sedang menurut kontur baik
-
1 1 1 1 ::1
Lampiran I. Lanjutan Penggunaan Tanah/PerlakttanlKondisi Hidmlogi 12. Padang rumput potong 13.Hutan
14.Pelurnahan petani
-
baik buruk sedang baik
Tipe HidmlogiTanah A B C D
30 45 36 25 59
58 66 60 55 74
71 77 73 70 82
78 83 79 77 86
". Bilangan kuwa dihitung berdasarkan asumsi bahwa alimn permukaan dari rumah dan jalan masuk diarahkan ke jalan umum dengan sejumlah minimum air dari atap t infiltmsi dapat terjadi diarahkan ke halaman b e ~ m p udimana h e a l sisa yang tidak kedap air (pekarangan berumput) dianggap berada sebagai rumput yang baik ". Dibagian yang lebih panas bilangan kuwa 95 dapat digunakan Dalam barisan rapat atau disebar
Lampiran 2. Hasil pengecekan lapangan kelas penutuplpenggunaan lahan
Lampiran 2. Lanjutan
Keterangan: €3 : benar dan S: salah
80
Larnpiran 3. Garnbar beberapa kelas penutup lahan hasil pengecekan lapangan
I
Gambar 1. Vegetasi hutan alarn
Garnbar 2. Perkebunan kina
I
Lampiran 3. Lanjutan
I
Gambar 3. Hutan pinus
I
I
Gambar 4. Semak-belukar
I
82
Lampiran 3. Lanjutan
I
Gambar 6. Lahan terbuka
I
Lampiran 3. Lanjutan
/
Gambar 7. Pertanian lahan basah (sawah)
Gambar 8.Pertanian lahan kering (kebun sayur)
1
Lampiran 4. Rata-rata curah hujan bulanan di Jawa Barat LONC.
I
IAT.
I KABUPATEN I
JAN ~ F E B ~ M A R ( A P R I M E I ~ U N ) J U L ~ G ~ M P ~ O K ~ N O ~ D E S I T ~ T A L [ ~
STASIUN
106,850WI 5,1500dJakarta Pusat l ~ e m a ~ o r a n 106.83333) 6,183d~akartaPusat I~akartaPusat
1
4211 3041 2341 1271 1191
1
4681 265
106.88333 -6.1~0d~akarta Utara Taniung Priok 1ffi,950W -6.38333/pand6giang Manea 105.83333 -6.36687(~andeglang Labuan
1 6741 415 1 444) 342
1 0 5 . 5 0 0 ~-6,516640 ~ ogor 106,53333) 6.5500~/0o g 0 r
1 1
l ~ o g (perk) e (cigudadcikasun
4
54 731 631 911 124 2091 19081 30
194 103 73 65 44
34 38
721 81 221
16581 25 38181 29 339 211 155 110 81 91 92 183) 311 434 2793) 30 444 324 244 164 120 125 159 2621 481 506
5291 3121 3451 3421 2621 2381 1791 15212411 2981 3181 2651 34791 17 473) ZWI 364) 3521 2341 1681 142) 17112111 2611 314 261) 3238) 18
Lampiran 4. Lanjutan
106,633331 6.6166718 o g o r
Kracak (PLTAI
1 0 6 . 3 0 0 ~ 6,4833316 I ogor
Ct~reo
1
4551 3671 378) 452' 3871 2361 1991 238 3441 3601 3181 2931 40271 26 1439 281 1584 269 241 119 103 1631 176 201 239 259
5074 10
Larnpiran 4. Lanjutan
1
106,60000 -6,75000 Sukabuml
Clanten
424 290
403 554' 458 304 295 3261 406 485 466 370
106,63333 -7.26667 Sukabumi
Jarnpangkuoln
367 275
367 283 255 197 139 1% 198 317 320 403
3274 21
106 56667 -7 33333Sukabum1
Surade
427 271
325 180 168 139 91 121 164 344 378 423
3029 23
10671667 6,98333Sukaa~m#
Sukakaret
346 216
308 278 211 128 121 128 147 243 311 287
2722 16
106.283331 -6,933331sukabumi 106,3004301 -6.866671~ukabumi
/ ~ u n u Madur n~ /~ikot&
4761 25
110601 6841 6971 3211 2621 1611 851 1291 1421 2411 4691 4501 47011 10
1
4711 5101 5 ~ 3951 1 2e612llI 1331 2831 2481 4231 7151 6 ~ 147751 19
'.
Lampiran 4. Lanjutan
Larnpiran 4. Lanjutan
Lampiran 4. Lanjutan
108.218671 -7.583331Tas!kmalaya
I~angumvati(Per
108,383331 -7.41687(~ar.kmalaya Kah~npan(Perk
1 (
2971 1801 2491 2631 3281 2081 1971 1201 3821 3851 3991 3011 32851 18 3131 2951 3381 257 2571 1691 1011 101 2341 2041 2891 2621 2800 18
Lampiran 4. Lanjutan
108,GOOM) -8,7833 Cirebon 108.583331 - 8 . ~ 1 ~ 0 d ~ i r e b o n l~enpen
1
3791 4381 3301 1141 9d 571 311 281 231 421 1461 3841 20641 13
108,716671-6,8166jcirebon
l~ebangudik
1
2931 2601 2141 1271
103.700001 -8.88334~irebon
Icangkuaog
~.
~~~~~-~
108.183331 -8.766671Majaiengka
~
~
~
l ~ a d i ~ a t e(PG) n
1
1
$04 441 24
181
3 1 421 1021 2521 15101 26
264 2741 2331 1351 1501 511 3 j 171 281 451 1 ~ 1 2 3 8 1 15711 26
394 384 3711 2551 2031 841 4 d 291 601 1191 3111 4101 26571 231
Lampiran 4. Lanjutan LONO.
1
UT.
1 KABUPATEN 1
STASIUN
IJAN IFEBJMARIAPR M E I ~ U N ] J U L ~ A G ~ S E P ~ O K ~ NTOTA~./TH O~DES
-
1
100.58333\ -6,~8333(Majalengka l ~ a r a n ~ ~ e n d a l 320) 224) 216 1531 1171 81) 40) 34 371 62) 142) 215) 1635) 29 108.316671 5.8166~~ajalengka lPoh Jalar 5751 5511 404) 2581 1841 911 6 4 1 4 311 2111 4631 29361 29
1
108.133331 -6,76667)~umedang J ~ o m o 108,150~18 . 8 ~ 0 d ~ u m e d a n g l ~ a r m a w a n ~ i
1
1
4
3881 3411 344) 2 6 1 1881 491 34 211 991 2261 3711 23541 15 2871 3541 2 4 2211 1891 IO~ 211 621 1481 2051 421 23781 10
4
Lampiran 4. Lanjutan LONG.
I
LAT.
I KABUPATEN (
STASlUN
108,483331 8 ~ ~ ~ d ~ n o r a r n a yI~rangkeng u
I JAN ~FEB~MARIAPR/ME~~UNIJU~AAOT/SEPIOKT/NOV\DES~OTA~ T 1 2721 1991 2071 141 1201 981 44 371 371 79) 13d 1871 15541 2
Larnpiran 4. Lanjutan
Lampiran 4. Lanjutan I
lpadarincang 106,083331 5 , 8 6 6 8 j ~ e r a n g
Bojongnagara
1
5531 4131 2451 '132. 1071 871 94 5 4 491 571 1281 2 4 21461 2
l~andeglang
1
3161 2491 2621 2351 2051 1281 1111 951 1691 2181 249) 2 4
Sumber data: Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG) Keterangan : TH adalah jumlah tahun data
2484 2 4
Lampiran 5. Nilai C dan P tiap penggunaan lahan
.
cebun sayur
6
-
I^.,^^:^.. -^^,,..^^-.^": Ftatua14II U U I ~ U Cw~e a~rU I
Pertanian lahan kenng
T
i
I
I
1 0,35 --
II
1 0,40 --
I
1 0.14 - -. 1
1 U.81 Permukiman nontani 1 0.9 1 0,9 1 0.81 9 1 Lahan bera I 1,O I 1,o I 1,0 Sumber data: Arsyad, 1989; Departemen kehutanan. 1994; dimodiikasi
1
I U,Y
I V,Y
I
Lampiran 6. Rumusan untuk menghitung dan nilai faktor LS tiap kelas lereng lahan Rumusan yang digunakan untuk menghitung f&or
LS ndalah sebagai berikut
(Arsyad, 1898):
LS adalah rasio antara besamya erosi dari sebidang tanah dengan panjang lereng dan kecumman tertentu terhadap besamya erosi dari tanah yang terletak pada lereng dengan panjang 22 meter dan kecuraman 9 persen, sedangkan s adalah kecuraman lereng dalam persen. Hasii perhitungan faktor LS adalah seperti pada tabel berikut:
Lampiran 7. Ketelitian pemetaan dan perubahan kelas lahan kritis
Keterangan: angka yang dicetak tebal adalah ketelitian pemetaan
Lampiran 7. Lanjutan
Keterangan: angka yang dicetak tebal adalah ketelitian pemetaan
Lampiran 8. Ketelitian pemetaan dan perubahan kelas lahan kritis pada trial and e m r ke-I
Keterangan: angka yang dicetak tebal adalah ketelitian pemetaan
Lampiran 8. Lanjutan
Keterangan: angka yang dicetak tebal adalah ketelitian pernetaan
Lampiran 9. Ketelitian pen~etaandan perubahan kelas lahan kritis pada trial and
emf ke-2
Keterangan: angka yang dicetak tebal adalah ketelitian pemetaan
Lampimn 9. Lanjutan
Keterangan: angka yang dicetak tebal adalah kdtelitian pemetaan
Lampiran 10. Ketelitian pernetaan dan perubahan kelas lahan kritis pada trial and e m r ke-3
Keterangan: angka yang dicetak tebal adalah ketelitian pemetaan
Lampiran 10. (lanjutan
Lampiran 11. Ketelitian pemetaan dan perubahan kelas lahan kritis pada trialand emr ke-4
Keterangan: angka yang dicetak tebal adalah ketelitian pemetaan