Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 7 (2014)
PENGARUH KONSERVATISME AKUNTANSI TERHADAP NILAI PERUSAHAAN: GOOD CORPORATE GOVERNANCE SEBAGAI PEMODERASI
Rizky Purwanti
[email protected]
Akhmad Riduwan Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia (STIESIA) Surabaya
ABSTRACT
The purpose of this research is: (a) to test the influence among accounting conservatisms to the company’s value; (b) to test whether managerial ownership modernize the influence among accounting conservatisms to the company’s value; (c) to test whether the numbers of independent commissioners moderating the influence of accounting to the company’s value. The research objects are manufacturing companies which are listed in the Indonesia Stock Exchange during observation periods from 2009 to 2011. The research’s source of data is secondary data in from of manufacturing companies’ financial statements which are published by the Indonesia Stock Exchange in website http://www.idx.co.id/ as well as stock data at Indonesia Capital Market Directory (ICMD). Samples collection is carried out by using purposive sampling method. The numbers of samples which have been chosen in this research are 76 companies. The multiple linier regressions analysis is used as the analysis technique. The result of research shows evidences that: (a) accounting conservatisms has positive influence to the company’s value; (b) managerial ownership moderating the influence among accounting conservatisms to the company’s value; (c) the number of independent commissioners moderating the influence among accounting conservatisms to the company’s value. Keywords:
accounting conservatism, Managerial Ownership, Independent Commissioner and the value of the company. ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk: (a) menguji pengaruh antara konservatisme akuntansi pada Nilai Perusahaan, (b) menguji apakah kepemilikan manajerial memoderasi pengaruh konservatisme akuntansi pada nilai perusahaan, (c) menguji apakah jumlah komisaris independen memoderasi pengaruh konservatisme akuntansi pada nilai perusahaan. Objek penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI selama periode pengamatan tahun 2009 sampai tahun 2011. Sumber data dalam penelitian ini adalah data sekunder berupa laporan keuangan perusahaan manufaktur yang dipublikasikan oleh BEI dalam situs http://www.idx.co.id/ dan juga data saham pada Indonesian Capital Market Directory (ICMD). Pengambilan sampel dilakukan dengan metode purposive sampling. Jumlah sampel yang terpilih dalam penelitian ini sebanyak 76 perusahan. Teknik analisis menggunakan analisis regresi linier berganda. Hasil penelitian menunjukan bukti bahwa: (a) konservatisme akuntansi berpengaruh positif terhadap Nilai Perusahaan, (b) kepemilikan Manajerial memoderasi pengaruh antara konservatisme akuntansi pada Nilai Perusahaan dan, (c) jumlah komisaris independen memoderasi pengaruh antara konservatisme akuntansi pada Nilai Perusahaan. Kata kunci :
Konservatisme akuntansi, Kepemilikan Manajerial, Komisaris Independen dan nilai perusahaan.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 7 (2014)
2
PENDAHULUAN Istilah modal sering digunakan pula sebagai padan kata equity walaupun modal lebih dekat maknanya dengan istilah capital. Karena ekuitas mengandung unsur pemilikan (ownership), untuk organisasi nonprofit ekuitas disebut sebagai aset bersih (net assets) untuk menghindari kesan adanya pemilikan. Menurut IAI (2009) ekuitas atau modal adalah bagian hak milik yang di miliki oleh perusahaan yaitu selisih antara aktiva dan kewajiban yang ada, dan dengan demikian tidak merupakan nilai jual perusahaan tersebut. Berdasarkan penjelasan tersebut, maka dapat dikatakan bahwa ekuitas adalah bagian atau hak milik yang dimiliki oleh perusahaan yang biasanya ditunjukan dalam akun modal dan digunakan dalam sumber ekonomik masa datang, karena didefinisikan atas dasar aset dan kewajiban. Nilai ekuitas juga tergantung pada bagaimana aset dan kewajiban diukur. Pentingnya penilaian perusahaan yang sebenarnya bagi pengguna laporan keuangan yaitu dapat membantu perusahaan dalam mengambil keputusan, dan menarik investor agar memanamkan modal atau berinvestasi pada perusahaan. Hal ini disebabkan penilaian ekuitas itu digunakan agar membantu investor untuk melihat kondisi ataupun nilai sebenarnya dari suatu perusahaan sebelum memutuskan untuk melangkah lebih jauh dalam berinvestasi. Biasanya penilaian perusahaan didasarkan metode diskonto arus kas (discounted cash flow-DCF) yaitu suatu metode penilaian yang digunakan untuk memperkirakan daya tarik sebuah peluang investasi. Berdasarkan metode ini, nilai ekuitas perusahaan dihitung berdasarkan ramalan arus kas yang tersedia bagi investor ekuitas. Ramalan ini lalu didiskonto menggunakan biaya modal perusahaan (Klau, 2011). Di dalam pelaksanaan metode diskonto arus kas (discounted cash flow-DCF) terdapat dua pengukuran yang digunakan yaitu rasio harga terhadap nilai buku (price to book-PB) adalah rasio yang digunakan untuk membandingkan nilai pasar saham ke nilai buku, dihitung dengan membagi harga penutupan saham saat ini dengan nilai buku kuartal per saham terbaru, dan rasio harga terhadap laba (price to earning-PE) adalah nilai ratio yang menggunakan nilai harga saham saat ini yang dibandingkan dengan pendapatan per lembar saham. Untuk penilaian ekuitas yang digunakan untuk penilitian saat ini adalah dengan menggunakan proksi market to book ratio untuk penilaian ekuitas karena sangat di pengaruhi oleh pemilihan metode akuntansi yang digunakan perusahaan. Konservatisme memiliki peranan yang penting dalam mempengaruhi penilaian ekuitas dan semuanya itu dapat dibuktikan dengan mempengaruhi penilaian dalam akuntansi. Konservatisme juga sering didefinisikan sebagai konsep akuntansi yang menunda pengakuan merendahkan penilaian aktiva dan meninggikan penilaian utang (Fala, 2007). Namun selama penerapan konservatisme terhadap penilaian perusahaan sering juga terdapat pro dan kontra. Hal ini disebabkan laporan yang semakin konservatif dapat mempengaruhi hasil laporan keuangan sehingga laporan keuangan menjadi bias (Fala, 2007). Di sisi lain ada juga yang mengatakan bahwa konservatisme itu baik karena dapat menghasilkan laba yang berkualitas dan membantu perusahaan agar tidak membesarbesarkan laba dan membantu pengguna laporan keuangan sehingga menjanjikan laba yang dan aktiva yang tidak overstate (Fala, 2007). Konservatisme memiliki pengaruh positif terhadap penilaian ekuitas dan semuanya itu dapat dibuktikan dengan menggunakan perhitungan C-Score sebagai proksi yang membuktikan bahwa konservatisme memiliki value relevance dan price to book ratio sebagai pengukurannya (Mayangsari dan Wilopo, 2002). Dengan demikian laporan keuangan perusahaan yang menerapkan prinsip konservatisme dapat mencerminkan nilai pasar perusahaan. Dengan asumsi pasar yang lebih efisien secara keputusan, investor diharapkan dapat menerima sinyal dan mengoreksi undervalue ekuitas perusahaan dengan menilai ekuitas perusahan dengan harga yang lebih tinggi.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 7 (2014)
3
Pada kenyataannya terdapat hasil pro dan kontra seputar penerapan prinsip konservatisme. Menurut Monahan (1999) dalam Mayangsari dan Wilopo (2002) sebagai pihak pengkritisi menyatakan bahwa semakin konservatif akuntansi maka nilai buku ekuitas yang di laporkan semakin bias, sehingga seringkali tidak dapat digunakan oleh pengguna laporan keuangan untuk mengavaluasi resiko perusahaan. Selain itu di lain pihak yang mendukung prinsip konservatisme menyatakan bahwa konservatisme menghasilkan laba yang berkualitas karena prinsip ini mencegah perusahaan melakukan tindakan membesarbesarkan laba dan membantu pengguna laopran keuangan dengan menyajikan laba yang tidak overstate. Peneliti yang mendukung diantaranya dilakukan oleh (Watts, 1993). Adanya hasil pro dan kontra dalam penilitian pengaruh konservatisme akuntansi terhadap penilian ekuitas mendorong digunakannya variabel corporate governance sebagai variabel pemoderasi (Fala, 2007). Mekanisme ini diduga memperkuat pengaruh konservatisme akuntansi terhadap penilaian ekuitas. Mekanisme corporate governance diantaranya mencakup mekanisme struktur kepemilikan dan struktur pengelolaan, struktur kepemilikan yang diukur dengan kepemilikan manajerial yang diduga memperkuat pengaruh konservatisme akuntansi terhadap penilaian ekuitas, karena sensitivitas manajemen terhadap pengaruh para pemegang saham tergantung pada tingkat kontrol kepemilikan manajemen. Struktur pengelolaan yang diukur dengan jumlah dewan komisaris diduga memoderasi pengaruh konservatisme akuntansi terhadap penilaian ekuitas, karena dewan komisaris merupakan faktor utama yang mempengaruhi perilaku manajer dalam dalam pengelolaan perusahaan (Fala, 2007). Penelitian ini bertujuan untuk menguji kembali mekanisme corporate governance memoderasi hubungan antara konservatisme akuntansi dengan Nilai Perusahaan. Objek penelitian yang digunakan adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2009-2011. Penggunaan perusahaan manufaktur sebagai sampel dalam penelitian ini karena sektor manufaktur terdiri dari berbagai sektor industri yaitu basic industry, consumer goods dan miscellaneous industry yang menunjukkan beragam karakteristik perusahaan, sedangkan dipilihnya sampel dari periode 2009-2011, di karenakan di tahun 2008 masih bergejolak krisis dunia yang berasal dari permasalahan kredit perumahan yang terjadi di AS pada bulan oktober 2008, sehingga tidak memungkinkan untuk diambilnya sampel karena keadaan ekonomi perusahaan di seluruh dunia masih belum cukup stabil. Berdasarkan latar belakang di atas rumusan masalah penelitian ini adalah (1) Apakah konservatisme akuntansi berpengaruh terhadap Nilai Perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI ? (2) Apakah kepemilikan manajerial memoderasi hubungan antara konservatisme akuntansi dan Nilai Perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI ? (3) Apakah jumlah komisaris independen memoderasi hubungan antara konservatisme akuntansi dan Nilai Perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI ? Sedangkan Tujuan penelitian ini adalah (1) Menguji pengaruh konservatisme akuntansi terhadap Nilai Perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). (2) Menguji kepemilikan manajerial memoderasi hubungan antara konservatisme akuntansi dan Nilai Perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI. (3) Menguji jumlah komisaris independen memoderasi hubungan antara konservatisme akuntansi dan Nilai Perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI TINJAUAN TEORETIS DAN HIPOTESIS Teori Agensi Jensen dan Meckling (1976) dalam Fala (2007) menggambarkan hubungan agensi sebagai suatu hubungan antara prinsipal perusahaan dengan agen dalam pendelegasian
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 7 (2014)
4
wewenang pengambilan keputusan kepada agen. Prinsipal adalah partisipan-partisipan yang berkontribusi pada modal, sedangkan agen adalah partisipan-partisipan yang berkontribusi dalam keahlian dan tenaga kerja. Jensen dan Meckling (1976) dalam Fala (2007) juga memperkenalkan ide mengenai kontrak antara investor dan manajer mengenai spesifikasi-spesifikasi apa saja yang akan dilakukan manajer di segala kemungkinan yang terjadi dan bagaimana laba perusahaan akan dialokasikan. Namun, ada faktor-faktor yang sulit untuk diramalkan sebelumnya sehingga kontrak yang lengkap sulit untuk diwujudkan. Berikut asumsi-asumsi yang melandasi teori keagenan adalah asumsi sifat manusia, asumsi keorganisasian, dan asumsi informasi Eisenhardt (1989) dalam Darmawati, Khomsiyah, dan Rahayu (2004). Asumsi sifat manusia menekankan bahwa manusia memiliki sifat mementingkan diri sendiri, memiliki keterbatasan rasionalitas, dan tidak menyukai risiko. Asumsi keorganisasian adalah adanya konflik antar anggota organisasi, efisiensi sebagai kriteria efektivitas, dan adanya asimetri informasi antara prinsipal dan agen. Asumsi informasi adalah bahwa informasi sebagai barang komoditi yang dapat diperjualbelikan. Teori keagenan ditekankan untuk mengatasi dua permasalahan yang dapat terjadi. Pertama yaitu masalah keagenan yang timbul saat pemilik perusahaan dan agen mempunyai kepentingan yang berbeda serta adanya kesulitan bagi pemilik perusahaan dalam memverifikasi tentang apa yang benar-benar dilakukan oleh agen. Permasalahannya adalah pemilik tidak dapat memverifikasi apakah agen telah melakukan sesuatu secara tepat. Kedua, adalah masalah pembagian risiko yang timbul saat prinsipal dan agen memiliki sikap yang berbeda terhadap risiko. Dengan demikian, prinsipal dan agen mungkin memiliki perbedaan tindakan karena adanya perbedaan preferensi terhadap risiko. Konservatisme Akuntansi Konservatisme akuntansi menurut glossary dalam FASB Statement of Concept No.2 adalah reaksi yang hati-hati terhadap ketidakpastian dengan mencoba meyakinkan bahwa ketidakpastian resiko yang ada pada kondisi bisnis cukup layak untuk di pertimbangkan. (Kieso dan Weygandt, 2004) menyatakan konservatisme didefinisikan sebagai solusi pilihan yang paling akhir pada saat aset dan laba overstated. Konservatisme menurut manajemen didefinisikan sebagai metode akuntansi berterima umum yang melaporkan aktiva dengan nilai terendah, kewajiban dengan nilai tertinggi, menunda pengakuan pendapatan, serta mempercepat pengakuan biaya.(Penmang dan Zhang, 2000) mendefinisikan konservatisme akuntansi tidak saja berkaitan dengan pemilihan metode akuntansi, tetapi juga melibatkan nilai buku aktiva yang menjadi lebih rendah. Menurut Basu (1997) konservatisme adalah pengakuan laba bad news di awal, dan pengakuan laba good news di akhir. Selain itu dalam konservatisme akuntansi juga memliki anggapan bahwa pengakuan return saham saat ini menjadi efisisen apabila harapan nilai saham dalam aliran kas perusahaan di masa mendatang masih mengandung bad news dan good news. Konservatisme merupakan konvensi laporan keuangan yang penting dalam akuntansi, sehingga disebut sebagai prinsip akuntansi yang dominan. Konvensi seperti konservatisme menjadi pertimbangan dalam akuntansi dan laporan keuangan karena aktivitas perusahaan dilingkupi oleh ketidakpastian. Masalah konservatisme merupakan masalah penting bagi investor. Investor dapat mengambil keputusan investasi dari laba yang dilaporkan dalam laporan keuangan yang konservatif. Konsep konservatisme menyatakan bahwa dalam keadaan yang tidak pasti manajer perusahaan akan menentukan pilihan perlakuan atau tindakan akuntansi yang didasarkan pada keadaan, harapan kejadian, atau hasil yang dianggap menguntungkan. Praktik konservatisme bisa terjadi karena standar
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 7 (2014)
5
akuntansi yang berlaku di Indonesia memperbolehkan perusahaan untuk memilih salah satu metode akuntansi dari kumpulan metode yang diperbolehkan metode akuntansi adalah terhadap angka-angka dalam laporan keuangan, baik laporan neraca maupun laba-rugi. Penerapan metode akuntansi yang berbeda akan menghasilkan angka yang berbeda dalam laporan keuangan.
Hal-Hal yang Mendorong Penggunaan Konservatisme Menurut Penman dan Zhang (2000) konservatisme justru menyebabkan kualitas lebih rendah, karena akuntansi konservatif akan langsung menyebabkan laba menjadi lebih rendah dan tercipta hidden reserve (cadangan tersembunyi). Bila pada tahun berikutnya perusahaan menurunkan biaya investasinya, maka akan terjadi likuidasi cadangan tersembunyi sehingga laba menjadi lebih tinggi. Eksistensi keberadaaan konservatisme lebih penting dalam laporan keuangan (Watts, 2003). Ia mengatakan bahwa ada empat masalah yang yang mendorong penggunaaan konservatisme : a. Kontrak. Didalam perjanjian kontrak manajer berkewajiban untuk menyajikan laporan keuangan kepada pihak-pihak ekternal yang berkepentingan dalam perusahaan seperti pemegang saham, kreditor, dan dewan komisaris. Pada saat penyajian laporan keuangan biasanya moral hazard (moral dalam penyampaian) akan timbul selama laporan tersebut berfungsi untuk memberi informasi kepada investor tentang kinerja manajer karena informasi tersebut akan mempengaruhi keputusan investor dalam investasi dan kesejahteraan manajer. Kesejahteraan manajer ini juga akan mempengaruhi motivasi manajer untuk memasukan bias and noise (kesalahan). b. Tuntutan Hukum. Tuntutan hukum mendorong perkembangan konservatisme karena tuntutan hukum selalu terjadi saat laba dan aktiva di catat terlalu tinggi, selain itu juga adanya potensi tuntutan hukum disebabkan pencatatan yang overstatement.Sehingga manajer dan auditor terdorong untuk melaporkan laba dan aktiva yang konservatif. c. Perpajakan. Penundaan terhadap pembayaran pajak juga mendorong penggunaan konservatisme.Dengan konservatisme, perusahaan dapat mengurangi present value pajak dengan jalan menunda pengakuan pendapatan. d. Peraturan. Peraturan yang di keluarkan oleh standar akuntansi memberikan insentif kepada perusahaan untuk menerapkan akuntansi yang konservatif. Bagi penyusun standar akuntansi, konservatisme akan menghindarkan mereka dari kritik akibat penyajian laporan keuangan yang overstate. Pengukuran Konservatisme akuntansi Terdapat tiga cara yang dapat digunakan untuk mengukur tingkat konservatisme di dalam berbagai penelitian yang ada, antara lain: a. Conservatism Index sebagai proksi konservatisme neraca yang di kembangkan oleh (Penman dan Zhang, 2002), di mana karakteristik dari konservatisme adalah net assets yang dilaporkan di laporan keuangan lebih rendah dibandingkan nilai pasarnya dalam jangka panjang. Konservatisme sebagai perbedaan yang persisten antara nilai pasar dan nilai buku dimana perbedaan tersebut berbeda dengan perbedaan. b. Net asset measure dengan menggunakan price to book ratios. Rasio yang bernilai lebih dari 1, mengindikasikan penerapan akuntansi konservatisme (Fala, 2007), di mana nilai tersebut dikali dengan nilai negatif satu agar nilai positif mencerminkan tingkat konservatisme yang lebih tinggi. Hal ini karena apabila perusahaan menggunakan
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 7 (2014)
6
prinsip konservatisme, maka nilai buku perusahaan akan cenderung lebih rendah dibandingkan dengan nilai pasarnya sehingga price to book rations akan lebih rendah dibandingkan dengan perusahaan yang tidak menerapkan prinsip konservatisme. c. Earning accrual measures pengukuran konservatisme ini dikembangkan oleh Dewi (2003), dimana menggunakan akrual sebelum depresiasi sebagai proksi akuntansi yang konservatif. Lebih lanjut, akrual dihitung dengan menjumlahkan total akrual dengan mengeluarkan depresiasi (net income sebelum ekstraordinary item ditambah dengan biaya depresiasi dikurangi dengan cash flow operasi) dibagi dengan asset dan kemudian dikalikan dengan -1, sehingga peningkatan jumlah akrual negatif, yang mencerminakan adanya konservatisma akuntansi (KONAKT). Semakin tinggi nilai KONAKT semakin konservatif. Dalam penelitian ini pengukuran konservatisme menggunakan model Net asset measure dengan menggunakan price to book ratios. Hal ini karena apabila perusahaan menggunakan prinsip konservatisme, maka nilai buku perusahaan akan cenderung lebih rendah dibandingkan dengan nilai pasarnya sehingga price to book ratios akan lebih rendah dibandingkan dengan perusahaan yang tidak menerapkan prinsip konservatisme. Corporate Governance Corporate governance didefinisikan sebagai suatu sistem yang di bangun untuk mengarahkan dan mengendalikan perusahaan sehingga tercipta tata hubungan yang baik, adil dan transparan di antara berbagai pihak yang terkait yang memliki kepentingan dalam perusahaan Solomon dan Solomon (2004) dalam Maksum (2005). Di dalam corporate governance terdapat dua prinsip utama yang terkait yaitu stewardship theory dan agency theory (Chinn, 2000; Shaw, 2003 dalam Kaihatu, 2006). Stewardship theory dibangun atas asumsi filosofi mengenai manusia yaitu manusia pada hakikatnya dapat dipercaya, dan mampu bertindak dengan penuh tanggung jawab, memiliki intregritas dan kejujuran terhadap pihak lain. Sedangkan agency theory memandang bahwa manajemen perusahaan sebagai agen bagi para pemegang saham yang akan bertindak dengan penuh kesadaran untuk kepentingan atau keuntungan sendiri Jensen dan Meckling (1976) dalam Fala (2007). Teori ini memandang manajer bukan sebagai pihak yang arif dan bijaksana serta adil terhadap pemegang saham. Mekanisme Good Corporate Governance Benhart dan Rosenstein (1998) dalam Siallagan dan Mas’ud (2006) menyatakan bahwa di dalam mekanisme good corporate governance seperti mekanisme internal, seperti struktur dan dewan komsisaris, serta mekanisme eksternal seperti pasar untuk kontrol perusahaan diaharapkan dapat mengatasi masalah keagenan. Adanya konflik keagenan mengakibatkan rendahnya kualitas laba dan rendahnya kualitas laba biasanya dapat mengakibatkan kesalahan dalam pengambilan kepada pembuat keputusan sseperti investor, dan kreditor sehingga nilai perusahaan akan berkurang. Indikator mekanisme corporate governance terdiri dari kepemilikan manajerial dan dewan komisaris independen. Mekanisme corporate governance yang dilakukan dengan baik dapat meningkatkan nilai ekuitas perusahaan (Fala, 2007). 1.
Kepemilikan manajerial Pemahaman terhadap kepemilikan perusahaan sangat penting karena berkaitan dengan pengendalian perusahaan. Dari sudut pandang teori akuntansi, manajemen laba sangat oleh motivasi manajer perusahaan. Pengaruh dari motivasi ini yakni dengan motivasi yang menghasilkan besaran manajemen laba berbeda, seperti manajer yang juga sebagai
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 7 (2014)
7
pemegang saham dan manajer yang tidak sebagi pemegang saham. Hal ini sesuai dengan system pengelolaan perusahaan dalam dua kriteria : (a) perusahan dipimpin oleh manajer dan pemilik, (b) Perusahaan yang di pimpin oleh manajer non pemilik. Dua kriteria di atas akan mempengaruhi manajemen laba, sebab kepmilikan seorang manajer akan menentukan kebijakan dan pengambilan keputusan terhadap metode akuntansi yang akan diterapakan oleh perusahaan. Kepemilikan managerial adalah kepemilikan saham perusahaan oleh managerial. Kepemilikan managerial merupakan alat monitoring internal yang penting untuk memecahkan konflik agensi antara external stockholders dan manajemen Chen dan Steiner (1999) dalam Fala (2007), sehingga potensi munculnya konflik dalam hubungan agensi sangat besar, yaitu ketika manajemen perusahaan memiliki kurang dari 100% saham biasa milik perusahaan maka potensi konflik itupun muncul. Jensen dan Meckling (1976) dalam Fala (2007) menemukan bahwa kepemilikan manajerial berhasil menjadi mekanisme untuk mengurangi masalah keagenan dari manajer dengan menyelaraskan kepentingan-kepentingan manajer dengan pemegang saham. Penelitian mereka menemukan bahwa kepentingan manajer dengan pemegang saham eksternal dapat disatukan jika kepemilikan saham oleh manajer diperbesar sehingga manajer tidak akan memanipulasi laba untuk kepentingannya. Dalam kepemilikan saham yang rendah, maka insentif terhadap kemungkinan terjadinya perilaku oportunistik manajer akan meningkat (Shleifer dan Vishny, 1997). Warfield et al., (1995) dalam penelitiannya yang menguji kepemilikan manajerial dengan discretionary accrual dan kandungan informasi laba menemukan bukti bahwa kepemilikan manajerial berhubungan dengan negatif dengan discretionary accrual. Demikian halnya penelitian oleh (Midiastuty dan Machfoedz, 2003) menyatakan bahwa kepemilikan manajerial merupakan salah satu mekanisme yang dapat membatasi perilaku oportunistik manajer dalam bentuk earnings management, walaupun (Wedari, 2004) menyimpulkan bahwa kepemilikan manajerial juga memiliki motif lain. Dalam penelitian ini mengacu pada teori yang ada yang menyatakan kepemilikan manajerial dapat berfungsi sebagai mekanisme corporate governanace sehingga dapat mengurangi tindakan manajer dalam memanipulasi laba. Dalam penelitian Jensen dan Meckling (1976) dalam Midiastuty dan Machfoedz (2003) menggunakan persentase jumlah saham yang dimiliki pihak manajemen untuk mengukur kepemilikan manajerial perusahaan. 2.
Dewan Komisaris Independen Secara umum dewan komisaris ditugaskan dan diberi tanggung jawab atas pengawasan kualitas informasi yang terkandung dalam laporan keuangan. Hal ini penting mengingat adanya kepentingan dari manajemen untuk melakukan manajemen laba yang berdampak pada berkurangnya kepercayaan investor. Untuk mengatasinya dewan komisaris diperbolehkan untuk memiliki akses pada informasi perusahaan. Dewan komisaris tidak memiliki otoritas dalam perusahaan, maka dewan direksi bertanggung jawab untuk menyampaikan informasi terkait dengan perusahaan kepada dewan komisaris (NCCG, 2001). Selain mensupervisi dan memberi nasihat pada dewan direksi sesuai dengan UU No. 1 tahun 1995, fungsi dewan komisaris yang lain sesuai dengan yang dinyatakan dalam National Code for Good Corporate Governance (2001) adalah memastikan bahwa perusahaan telah melakukan tanggung jawab sosial dan mempertimbangkan kepentingan berbagai stakeholder perusahaan sebaik memonitor efektifitas pelaksanaan good corporate governance.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 7 (2014)
8
Nilai Perusahaan Tujuan jangka panjang dari perusahaan adalah mengoptimalkan nilai perusahaan (Wahyudi dan Pawestri, 2006). Peningkatan penilaian ekuitas perusahaan dapat menggambarkan kesejahteraan pemilik perusahaan, sehingga pemilik perusahaan akan mendorong manajer agar bekerja lebih keras dengan menggunakan berbagai intensif untuk memaksimalkan penilaian ekuitas perusahaan. Didalam penelitian ini pengukuran nilai perusahaan menggunakan price to book value untuk penilaian ekuitas karena sangat dipengaruhi oleh pemilihan metode akuntansi yang digunakan perusahaan. Beaver dan Ryan (2000) dalam Watts (2003) menggunakan price to book ratio yang mencerminkan nilai pasar relatif terhadap nilai perusahaan. Rasio nilai pasar terhadap nilai buku memberikan penilaian akhir dan mungkin yang paling menyeluruh atas status pasar saham perusahaan. Rasio ini mengikhtisarkan pandangan investor tentang perusahaan secara keseluruhan, manajemennya, labanya, likuiditasnya, dan prospek masa depan perusahaan. Oleh karenanya dengan melihat rasio ini dapat dilihat reaksi pasar atas sinyal positif dari perusahaan tentang adanya penerapan konservatisma akuntansi yang diberikan melalui laporan keuangan. Pengembangan Hipotesis Konservatisme Akuntansi Berpengaruh Terhadap Nilai Perusahaan Para peneliti menyebutkan telah terjadi peningkatan konservatisma standar akuntansi secara global.Peningkatan ini disebabkan oleh meningkatnya tuntutan hukum, sehingga auditor dan manager cenderung melindungi dirinya dengan selalu melaporkan angka-angka yang konservatif dalam laporan keuangannya (Givoly dan Hayn, 2002). Secara empiris penelitian (Penman dan Zhang, 2002) menunjukkan bahwa earnings yang berkualitas diperoleh jika manajemen menerapkan akuntansi konservatif secara konsisten tanpa adanya perubahan metoda akuntansi atau perubahan estimasi. (Watts, 2003) menyatakan bahwa understatement aktiva bersih yang sistematik atau relatif permanen sebagai hallmark (informasi) mengenai konservatisme akuntansi telah membantu pengguna laporan keuangan dengan menyajikan laba dan aktiva yang tidak overstate. Mayangsari dan Wilopo (2002) yang menggunakan C-Score sebagai proksi konservatisme membuktikan bahwa konservatisme memiliki value relevance, sehingga laporan keuangan perusahaan yang menerapkan prinsip konservatisme dapat mencerminkan nilai pasar perusahaan. Penelitian mereka menunjukkan bahwa total akrual (discretionary dan non discretionary accrual) berpengaruh positif signifikan pada nilai perusahaan. Penerapan kebijakan akuntansi konservatif yang di tunjukkan melalui laporan keuangan merupakan suatu sinyal positif dari manajemen kepada investor bahwa manajemen telah menerapkan akuntansi konservatif untuk menghasilkan laba yang berkualitas. Hipotesis dalam penelitian ini adalah: H1: Konservatisme akuntansi berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan Kepemilikan Manajerial Berpengaruh Terhadap Hubungan Antara Konservatisme Akuntansi Dengan Nilai Perusahaan Menurut Lins dan Warnock (2004) dalam Fala (2007), secara umum mekanisme yang dapat mengendalikan perilaku manajemen atau sering disebut mekanisme corporate governance dapat diklasifikasikan kedalam dua kelompok. Pertama adalah mekanisme internal spesifik perusahaan yang terdiri atas struktur kepemilikan dan struktur pengelolaan.Kedua adalah mekanisme eksternal spesifik negara yang terdiri atas aturan hukum dan pasar pengendalian korporat.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 7 (2014)
9
Karena corporate governance merupakan suatu mekanisme yang dapat mengendalikan (mengatur) perilaku stakeholders dengan demikian corporate governance dapat mempengaruhi pilihan manajemen dalam menerapkan prinsip akuntansi yang terkait dengan prinsip konservatisme. Ball et al., (2000) dalam Fala (2007) menyatakan bahwa pilihan terhadap suatu metoda akuntansi yang terkait dengan prinsip konservatisme dipengaruhi juga oleh struktur kepemilikan manajerial sebagai salah satu mekanisme corporate governance, sehingga struktur kepemilikan manajerial mempengaruhi pemilihan strategi akuntansi konservatif perusahaan dalam meningkatkan nilai perusahaan. Menurut Ross et al., (1999) dalam Fala (2007) bahwa semakin besar proporsi kepemilikan manajemen maka manajemen cenderung berusaha lebih giat untuk kepentingan pemegang saham untuk meningkatkan nilai perusahaan salah satunya dengan menerapkan konservatisme akuntansi, di mana kepemilikan manajerial berpengaruh positif terhadap reaksi pasar dan mampu memoderasi interaksi income smoothing (konservatisme akuntansi) dengan reaksi pasar. Hipotesis dalam penelitian ini adalah: H2 : Kepemilikan Manajerial memoderasi pengaruh antara konservatisme akuntansi dengan nilai perusahaan Jumlah Komisaris Independen Berpengaruh Terhadap Hubungan Antara Konservatisme Akuntansi Dengan Nilai Perusahaan Diantara berbagai faktor yang dapat mendorong terciptanya pengelolaan perusahaan yang efektif, dewan komisaris (struktur pengelolaan) merupakan faktor utama yang mempengaruhi perilaku manajer dalam pengelolaan perusahaan termasuk dalam penerapan kebijakan konservatisma akuntansi dalam meningkatkan nilai perusahaan. Semakin besar jumlah komisaris fungsi service dan kontrol akan semakin baik dalam kebijakan konservatisme akuntansi, sehingga nantinya akan meningkatkan nilai perusahaan Fama dan Jensen (1983) dalam Kusumawati dan Riyanto (2005). Menurut Kusumawati dan Riyanto (2005), hubungan antara jumlah anggota dewan komisaris dengan nilai perusahaan didukung oleh konservatisme yang diberikan dewan komisaris. Konsultasi dan nasehat yang diberikan merupakan jasa yang berkualitas bagi manajemen yang tidak dapat diberikan oleh pasar. Midiastuty (2003) dalam Mudjiyanti (2005) yang menyimpulkan bahwa jumlah dewan mampu mengurangi konflik kepentingan antara stakeholders dan meningkatkan kepercayaan investor. Fungsi service dan kontrol dewan komisaris sebagai mekanisme corporate governance ini dapat dilihat sebagai suatu sinyal kepada para investor bahwa perusahaan telah dikelola sebagaimana mestinya (sinyal positif). Dengan demikian, konservatisme akuntansi dengan penerapan good corporate governance berhubungan positif dengan kinerja perusahaan di mata investor Labelle (2002) dalam Kusumawati dan Riyanto (2005). Hipotesis dalam penelitian ini adalah: H3: Jumlah Komisaris Independen memoderasi pengaruh antara konservatisme akuntansi dengan nilai perusahaan Model Penelitian Rerangka pemikiran yang akan dikembangkan pada penelitian ini mengacu pada telaah pustaka yang telah dilakukan pada sub bab sebelumnya. Rerangka pemikiran yang dikembangkan seperti tersaji pada gambar 1 berikut ini:
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 7 (2014)
10
Konservatisme
Nilai perusahaan
Good Corporate Governance : - Kepemilikan Manajerial - Dewan komisaris independen Gambar 1 Sumber : Konsep yang dikembangkan dalam penelitian ini, 2013
METODE PENELITIAN Populasi dan Sampel Penelitian Populasi pada penelitian ini adalah seluruh perusahaan go public yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Sampel dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur tahun 2009-2011. Metode pengambilan sampel dilakukan dengan metode purposive sampling. Sampel yang terpilih dalam penelitian ini adalah sebanyak 76 perusahan. Sampel penelitian yang terpilih tersaji pada tabel 1 berikut ini: Tabel 1 Sampel penelitian No 1
2
3
4
5
Keterangan Perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2009-2011
Jumlah 155 perusahaan
Perusahaan yang tidak menerbitkan laporan keuangan tahunan yang dikeluarkan oleh kantor KAP pada bulan februari sampai april dan yang terdaftar di BEI pada tanggal 31 desember pada periode pengamatan 2009-2011
(42 perusahaan)
Perusahaan yang menerbitkan laporan keuangan tahunan yang dikeluarkan oleh KAP pada bulan februari sampai april dan yang terdaftar di BEI pada tanggal 31 desember pada periode 2009-2011
113 perusahaan
Perusahaan yang tidak memiliki data pasar dan data keuangan lengkap mengenai laba bersih, arus kas operasi, jumlah Komisaris independen, kepemilikan manajerial, harga saham pertahun dan nilai ekuitas yang terdaftar di http://www.idx.co.id Perusahaan yang memiliki data pasar dan data keuangan lengkap mengenai laba bersih, arus kas operasi, jumlah Komisaris independen,
(37 perusahaan)
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 7 (2014)
Tabel 1 ( lanjutan ) Sampel Penelitian No
Keterangan Table 2 ( lanjutan ) kepemilikan manajerial, harga saham pertahun Definisi operasional dan pengukuran variabel dan nilai ekuitas yang terdaftar di http://www.idx.co.id
11
Jumlah 76 perusahaan
l dan pengukuran variabel
Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel a. Variabel Dependen Nilai perusahaan merupakan penilaian perusahaan dilihat dari dari pembagian harga saham penutup akhir tahun dengan nilai buku per lembar saham akhir tahun . Nilai perusahaan, diproksikan dengan Price Book Value (PBV). Rasio ini mengukur nilai yang diberikan pasar keuangan kepada manajemen dan organisasi perusahaan sebagai sebuah perusahaan yang terus tumbuh. Rasio PBV merupakan perbandingan antara nilai saham menurut pasar dengan nilai buku ekuitas perusahaan. Nilai buku dihitung sebagai hasil bagi antara ekuitas pemegang saham dengan jumlah saham yang beredar.
b. Variabel Independen 1. Konservatisme Akuntansi Konservatisme Akuntansi adalah reaksi yang hati-hati terhadap ketidakpastian dengan mencoba meyakinkan bahwa ketidakpastian resiko yang ada pada kondisi bisnis cukup layak untuk di pertimbangkan. (Givoly dan Hyan, 2000) mengukur konservatisme dengan cara mengurangkan income before extraordinary item dengan arus kas operasi dan ditambahkan dengan beban depresiasi. Rumus dari pengukuran konservatisme yang dilakukan oleh Givoly dan Hyan (2000) : CONACCit = NIit - CFOit Dimana : CONACCit = tingkat konservatisme perusahaan i pada tahun t NIit = Laba sebelum extraordinary item ditambah dengan depresiasi dari perusahaan i pada tahun t CFOit = cash flow dari kegiatan operasi untuk perusahaan i pada tahun 2. Komisaris Independen Komisaris independen adalah jumlah komisaris yang berasal dari luar perusahaan.Fama dan Jensen (1983) dalam Fala (2007) menyatakan bahwa non-executive director (komisaris independen) dapat bertindak sebagai penengah Komisaris independen dalam perselisihan yang terjadi diantara para manajer internal dan mengawasi kebijakan manajemen serta memberikan nasihat kepada manajemen. Komisaris independen diukur dengan persentase komisaris independen dibanding total dewan komisaris yang ada dalam susunan dewan komisaris. 3. Kepemilikan Manajerial
Kepemilikan manajerial adalah kepemilikan saham oleh manajemen perusahaan. Semakin besar proporsi kepemilikan manajemen maka manajemen cenderung berusaha lebih giat untuk kepentingan pemegang saham untuk meningkatkan nilai perusahaan. Pengukuran kepemilikan manajerial dalam penelitian ini adalah
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 7 (2014)
12
dengan menggunakan rasio jumlah saham yang dimiliki manajemen dibandingkan dengan jumlah saham yang beredar. Definisi operasional dan pengukuran variabel tersaji pada tabel 2 berikut ini: Tabel 2 Definisi operasional dan pengukuran variabel No 1
Variabel Nilai perusahaan
2
Konservatisme Akuntansi
3
Komisaris independen
4
Kepemilikan Manajerial
Definisi operasional Nilai perusahaan, merupakan penilaian perusahaan dilihat dari pembagian harga saham penutup akhir tahun dengan nilai buku per lembar saham akhir tahun diproksikan dengan Price Book Value (PBV) Konservatisme Akuntansi adalah reaksi yang hati-hati terhadap ketidakpastian dengan mencoba meyakinkan bahwa ketidakpastian resiko yang ada pada kondisi bisnis cukup layak untuk di pertimbangkan. (Givoly dan Hyan, 2000) Komisaris independen adalah jumlah komisaris yang berasal dari luar perusahaan.
Kepemilikan manajerial adalah kepemilikan saham oleh manajemen perusahaan. Semakin besar proporsi kepemilikan manajemen maka manajemen cenderung berusaha lebih giat untuk kepentingan pemegang saham untuk meningkatkan nilai perusahaan.
Pengukuran Rasio PBV merupakan perbandingan antara nilai saham menurut pasar dengan nilai buku ekuitas perusahaan
Sumber Fala (2007)
Konservatisme dengan cara mengurangkan income before extraordinary item dengan arus kas operasi dan ditambahkan dengan beban depresiasi CONACCit = NIit – CFOit Komisaris independen diukur dengan persentase komisaris independen dibanding total dewan komisaris yang ada dalam susunan dewan komisaris Kepemilikan manajerial diukur dengan rasio jumlah saham yang dimiliki manajemen dibandingkan dengan jumlah saham yang beredar
Givoly dan Hyan, (2000)
Fala (2007)
Fala (2007)
Sumber : Definisi dan pengukuran variabel yang dikembangkan dalam penelitian ini, 2013
Pengujian Hipotesis Analisis Regresi Linear Berganda digunakan untuk mengukur pengaruh pengaruh konservartisme pada nilai perusahaan, serta corporate governance sebagai pemoderasi. NP = α+ β1CONACC + β2CONACC*KM + β3CONACC*DK + Ɛ
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 7 (2014)
13
Keterangan: NP = Nilai Perusahaan CONACC = Konservatisme DK = Jumlah Dewan Komisaris KM = Kepemilikan Manajerial Ɛ = Galat
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Deskripsi Data Pengambilan sampel dilakukan dengan metode purposive sampling dengan tujuan untuk mendapatkan sampel yang representatif dengan kriteria, yaitu Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2009-2011 serta Perusahaan tersebut selalu menyajikan laporan keuangan setiap periode pengamatan. Hasil penelitian yang dilakukan tersaji pada tabel 3 berikut ini: Tabel 3 Statistik Deskriptif Variabel Nilai Perusahaan Konservatisme Kepemilikan Manajerial Dewan Komisaris Independen
Minimum
Maximum
-5.6482 9.5680 -3374998990 14097000000 0.0000 0.8944 0.0023
0.8000
1.4993 95227948 0.0310
Std. Deviation 1.8108 1420876641 0.0861
0.3424
0.1711
Mean
Berdasarkan Tabel 3 nilai rata-rata Nilai Perusahaan sebesar 1,4993, dimana menunjukkan penilaian investor terhadap perusahaan tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa peningkatan penilaian ekuitas perusahaan dapat menggambarkan kesejahteraan pemilik perusahaan, sehingga pemilik perusahaan akan mendorong manajer agar bekerja lebih keras dengan menggunakan berbagai intensif untuk memaksimalkan penilaian ekuitas perusahaan. Nilai rata-rata konservatisme sebesar 95.227.948, dimana menunjukkan reaksi yang hati-hati terhadap ketidakpastian dengan mencoba meyakinkan bahwa ketidakpastian resiko yang ada pada kondisi bisnis cukup layak untuk di pertimbangkan.Konservatisme merupakan konvensi laporan keuangan yang penting dalam akuntansi, sehingga disebut sebagai prinsip akuntansi yang dominan.Konvensi seperti konservatisme menjadi pertimbangan dalam akuntansi dan laporan keuangan karena aktivitas perusahaan dilingkupi oleh ketidakpastian. Nilai rata-rata kepemilikan manajerial sebesar 0,0310, dimana menunjukkan kepemilikan saham oleh Direksi dan Komisaris. Kepemilikan managerial adalah kepemilikan saham perusahaan oleh managerial. Kepemilikan managerial merupakan alat monitoring internal yang penting untuk memecahkan konflik agensi antara external stockholders dan manajemen Chen dan Steiner (1999) dalam Fala (2007), sehingga potensi munculnya konflik dalam hubungan agensi sangat besar, yaitu ketika manajemen perusahaan memiliki kurang dari 100% saham biasa milik perusahaan maka potensi konflik itupun muncul. Nilai rata-rata dewan komisaris independen sebesar 0,3424, dimana menunjukkan jumlah komisaris yang berasal dari luar perusahaan. Dewan komisaris ditugaskan dan diberi
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 7 (2014)
14
tanggung jawab atas pengawasan kualitas informasi yang terkandung dalam laporan keuangan.Hal ini penting mengingat adanya kepentingan dari manajemen untuk melakukan manajemen laba yang berdampak pada berkurangnya kepercayaan investor. Uji Asumsi Klasik a. Uji Normalitas. Hasil uji normal menunjukkan bahwa nilai Kolmogorov Smirnov Z sebesar 1,023 dengan tingkat signifikan 0,083, berarti hal itu menunjukkan bahwa model regresi terdistribusi normal karena tingkat signifikansinya > 0,05. b. Uji Multikolinearitas. Nilai tolerance semua variabel bebas lebih besar dari 0,10, demikian pula nilai VIF semuanya kurang dari 10. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa model regresi tidak mengindikasikan adanya multikolinieritas. c. Uji Heteroskedastisitas. Uji heteroskedastisitas dilakukan dengan uji glejser, dimana nilai signifikansinya untuk variabel Konservatisme, CONACC*KM dan CONACC*DK lebih dari 5%, ini berarti bahwa tidak ada hubungan Variabel Konservatisme, CONACC*KM dan CONACC*DK dengan nilai residunya, maka penelitian ini tidak terdapat gejala heteroskedastisiitas pada penelitian ini, karena tingkat signifikansinya > 0,05. d. Uji Autokorelasi. Nilai DW sebesar 2,102. Berdasarkan table DW dengan jumlah sample n = 228 dan jumlah variabel bebas k = 3 diperoleh nilai dL = 1,718 dan dU = 1,820. Nilai DW 2,102 terletak antara dU (1,820) dan 4-dU (2,180) dengan demikian dapat dianggap bahwa asumsi tidak terjadi autokorelasi dapat dipenuhi. Uji Hipotesis a. Koefisien Determinasi Koefisien Determinasi (Adjusted R2) pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependent. Nilai Koefisien Determinasi adalah antara nol dan satu. Berdasarkan hasil perhitungan diketahui bahwa nilai koefisien determinasi sebesar 0,531, yang berarti bahwa Konservatisme, CONACC*KM dan CONACC*DK mampu menjelaskan variasi pada variable Nilai Perusahaan sebesar 53,1%. b. Analisis Regresi Linier Berganda Hasil perhitungan dengan komputer dengan aplikasi program SPSS 20.0 (Statistical Program for Social Science) tersaji dalam tabel 4 berikut ini: Tabel 4 Analisis Regresi Linier Berganda Variabel bebas B t hitung Sig. Constant -1.048 Konservatisme 0.388 2.767 0.006 CONACC*KM 0.247 2.141 0.033 CONACC*DK 0.144 2.608 0.010 Variabel Terikat Nilai Perusahaan (NP) Adjusted R Square 0,531 F Hitung 86,543 Sig : 0,000 Berdasarkan Tabel 4 diperoleh persamaan regresi linier berganda sebagai berikut : NP = -1,048+ 0,388CONACC + 0,247CONACC*KM + 0,144CONACC*DK
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 7 (2014)
15
Dari persamaan tersebut diatas dapat dijelaskan sebagai berikut : 1. Hipotesis 1 Konservatisme mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap Nilai Perusahaan dengan nilai signifikan sebesar 0,006 (dibawah 0,05), yang berarti hipotesis 1 diterima, hal ini menunjukkan bahwa penerapan kebijakan akuntansi konservatif yang di tunjukkan melalui laporan keuangan merupakan suatu sinyal positif dari manajemen kepada investor bahwa manajemen telah menerapkan akuntansi konservatif untuk menghasilkan laba yang berkualitas. Dengan asumsi pasar telah efisien secara keputusan, investor diharapkan dapat menerima sinyal ini dan mengoreksi undervalue nilai perusahaan dengan harga yang lebih tinggi. Temuan ini mendukung penelitian dari Penman dan Zhang (2002) menunjukkan bahwa earnings yang berkualitas diperoleh jika manajemen menerapkan akuntansi konservatif secara konsisten tanpa adanya perubahan metoda akuntansi atau perubahan estimasi. 2. Hipotesis 2 CONACC*KM mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap Nilai Perusahaan dengan nilai signifikan sebesar 0,033 (dibawah 0,05), yang berarti hipotesis 2 diterima, hal ini menunjukkan bahwa pilihan terhadap suatu metoda akuntansi yang terkait dengan prinsip konservatisma dipengaruhi juga oleh struktur kepemilikan manajerial sebagai salah satu mekanisme corporate governance, sehingga struktur kepemilikan manajerial mempengaruhi pemilihan strategi akuntansi konservatif perusahaan, akan tetapi menurunkan nilai perusahaan. Temuan ini mendukung penelitian dari Ross et al., (1999) dalam Fala (2007) bahwa semakin besar proporsi kepemilikan manajemen maka manajemen cenderung berusaha lebih giat untuk kepentingan pemegang saham untuk meningkatkan nilai perusahaan salah satunya dengan menerapkan konservatisma akuntansi, di mana kepemilikan manajerial berpengaruh positif terhadap reaksi pasar dan mampu memoderasi interaksi income smoothing (konservatisme akuntansi) dengan reaksi pasar. 3. Hipotesis 3 CONACC*DK mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap Nilai Perusahaan dengan nilai signifikan sebesar 0,010 (dibawah 0,05), yang berarti hipotesis 3 diterima, hal ini berarti bahwa faktor yang dapat mendorong terciptanya pengelolaan perusahaan yang efektif, dewan komisaris (struktur pengelolaan) merupakan faktor utama yang mempengaruhi perilaku manajer dalam pengelolaan perusahaan termasuk dalam penerapan kebijakan konservatisma akuntansi dalam meningkatkan nilai perusahaan. Semakin besar jumlah komisaris fungsi service dan kontrol akan semakin baik dalam kebijakan konservatisma akuntansi, sehingga nantinya akan meningkatkan nilai perusahaan. Temuan ini mendukung penelitian dari Midiastuty (2003) dalam Mudjiyanti (2005) yang menyimpulkan bahwa jumlah dewan mampu mengurangi konflik kepentingan antara stakeholders dan meningkatkan kepercayaan investor. Fungsi service dan kontrol dewan komisaris sebagai mekanisme corporate governance ini dapat dilihat sebagai suatu sinyal kepada para investor bahwa perusahaan telah dikelola sebagaimana mestinya (sinyal positif). Dengan demikian, konservatisme akuntansi dengan penerapan good corporate governance berhubungan positif dengan kinerja perusahaan di mata investor.
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 7 (2014)
16
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan, maka kesimpulan pada penelitian ini adalah sebagai berikut : (1) Penerapan kebijakan akuntansi konservatisme yang ditunjukkan melalui laporan keuangan merupakan suatu sinyal positif dari manajemen kepada investor bahwa manajemen telah menerapkan akuntansi konservatisme untuk menghasilkan laba yang berkualitas. (2) Pilihan terhadap suatu metoda akuntansi yang terkait dengan prinsip konservatisma dipengaruhi juga oleh struktur kepemilikan manajerial sebagai salah satu mekanisme corporate governance, (3) Dewan komisaris (struktur pengelolaan) merupakan faktor utama yang mempengaruhi perilaku manajer dalam pengelolaan perusahaan termasuk dalam penerapan kebijakan konservatisme akuntansi. Keterbatasan Pada penelitian ini tidak tertutup kemungkinan terjadi kesalahan yang menyebabkan hasil penelitian ini tidak dapat digeneralisasi. Beberapa keterbatasan penelitian ini adalah: (1) Perioda pengamatan yang pendek tidak bisa menunjukkan understatement aktiva bersih dan laba yang sistematik atau relatif permanen sebagai hallmark konservatisme dengan lebih baik. Hal ini disebabkan penelitian ini mencoba menghubungkan dengan GCG yang masih baru sehingga sampel yang digunakan adalah yang memenuhi kriteria tersebut, (2) Jumlah sampel terbatas pada perusahaan manufaktur saja, sehingga tidak dapat dilakukan perbandingan jenis industri yang menerapkan konservatisme akuntansi, (3) Penelitian ini tidak menguji semua variabel yang termasuk dalam mekanisme corporate governance seperti komite audit, kepemilikan institusional dan dewan direksi. Saran Berdasarkan hasil penelitian terdapat beberapa hal yang dapat diimplikasikan dan sebagai masukan bagi pimpinan serta pihak manajemen perusahaan, yaitu : 1. Memperpanjang perioda penelitian untuk mengurangi bias hasil penelitian, dan menghubungkan dengan variabel dependen lainnya seperti CAR atau ER 2. Menggunakan perusahaan selain manufaktur, sehingga nantinya dapat dilakukan perbandingan jenis industri yang menerapkan konservatisma akuntansi. 3. Membuat indeks GCG yang dapat merangkum semua variabel GCG yang diduga dapat menjadi variabel pemoderasi atau menggunakan variabel lain yang di duga dapat menjadi pemoderasi. DAFTAR PUSTAKA Basu, S. 1997. The Conservatism Principle and the Asymmetric Timeliness of Earnings.Journal of Accounting and Economics. 24: 3-37 Darmawati, D., Khomsiyah. dan R. G. Rahayu. 2004. Hubungan Corporate Governance dan Kinerja Perusahaan. Simposium Nasional Akuntansi VII Denpasar-Bali. Dewi, A. A. A. R. 2003. Pengaruh konservatisma laporan keuangan terhadap Earnings Response Coefficient.Jurnal Riset Akuntansi Indonesia.Vol 7 No. 2. Mei: 207-223 Fala, A.D.Y. 2007. Pengaruh Konservatisma Akuntansi Terhadap Penilaian Ekuitas Perusahaan Dimoderasi Oleh Good Corporate Governance. Simposium Nasional Akuntansi X. Makassar Fama, E.F., dan M.C. Jensen. 1983. Separation of ownership and control.Journal of Law and Economics 26. 301–325
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 7 (2014)
17
Forum for Corporate Governance in Indonesia. 2001. Peranan Dewan Komisaris dan Komite Audit dalam Pelaksanaan Corporate Governance. Seri Tata Kelola Perusahaan. Jilid II. Edisi ke – 2. Jakarta. Givoly, D.. dan C. Hayn. 2000. The Changing Time-Series Properties of Earnings. Cash Flows and Accruals: Has Financial Reporting Become More Conservative?.Journal of Accounting and Economics 29.287-320. Ikatan Akuntansi Indonesia. 2009. Standar Akuntansi Keuangan. Surabaya: Salemba Empat Klau, B. 2011. analisis dan penilaian ekuitas.( http://briaklau22.blogspot.com. diunduh 15 Mei 2011). Kaihatu, T.S. 2006. Good Corporate Governance dan Penerapannya di Indonesia. Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan. Vol 8(1).p:1-9 Kieso dan Weygandt. 2004. Intermediate Accounting. Terjemahan. Tenth Edition. Wiley Kusumawati, D. W. dan B. Riyanto. 2005. Corporate Governance dan Kinerja: Analisis Pengaruh Compliance Reporting dan Struktur Dewan terhadap Kinerja. Simposium Nasional Akuntansi VIII. 248-261. Maksum, A. 2005. Tinjauan Atas Good Corporate Governance di Indonesia. Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar Tetap Universitas Sumatera Utara. 17 Desember. Mayangsari, S., dan Wilopo. 2002. Konservatisme Akuntansi. Value Relevance dan Discretionary Accruals: Implikasi Model Feltham-Ohlson (1996). Jurnal Riset Akuntansi Indonesia. Midiastuty, P.P., dan M. Machfoedz. 2003. Analisis Hubungan Mekanisme Corporate Governance dan Indikasi Manajemen Laba. JurnalSimposium Nasional Akuntansi6.Surabaya : (tanggal 16-17 Oktober 2003). Mudjiyanti, R. 2005. Pengaruh Perataan Laba pada Reaksi Pasar di moderasi Struktur Corporate Governance.Tesis S2 Program Pasca Sarjana UGM.Yogyakarta. NCCG. 2001. National Code for Good Corporate Governance. Penman, S.H., dan X.J. Zhang. 2002. Accounting Conservatism. the Quality of Earnings. and Stock Returns.The Accounting Review. Siallagan, H., dan M. Mas’ud. 2006. Mekanisme Corporate Governance. Kualitas Laba dan Nilai Perusahaan.Jurnal Simposium Nasional Akuntansi (SNA) IX Padang. Shleifer, A dan R.W. Vishny. 1997. A Survey of Corporate Governance. the Journal of Finance(Vol. LIL. No. 2. June). Wahyudi, U., dan P.H. Pawestri. 2006. Implikasi Struktur Kepemilikan Terhadap Nilai Perusahaan: Dengan Keputusan Keuangan Sebagai Variabel Intervening. Simposium Nasional Akuntansi IX.Padang 23-26 Agustus Watts, R.L. 1993. A Proposal for Research on Conservatism.Working paper.University of Rochester. ______. 2003. Conservatism in Accounting part I: Explanations and Implications. Journal of Accounting and Economics. Warfield, T.D., J.J. Wild dan K.L. Wild. 1995. Managerial Ownership.Accounting Choices.and Informativesness of Earning. Journal of Accounting and Economics 20.hal 61-91. Wedari, L.K. 2004. Analisis Pengaruh Proporsi Dewan Komisaris dan Keberadaan Komite Audit terhadap Aktivitas Manajamen Laba. JurnalSimposium Nasional Akuntansi 7. Denpasar: 2 -3 Desember 2004. ●●●