Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 11 (2014)
1
ANALISIS PRAKTIK MANAJEMEN LABA PADA PERUSAHAAN YANG MELAKUKAN IPO PERIODE 2008-2012 Dwi Wulandari
[email protected] Akhmad Riduwan Nur Handayani
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia (STIESIA) Surabaya ABSTRACT The aim of this research is: 1) To find out whether the market reaction which is shown by higher CAR value for the companies which tend to have more profit compare to the companies which tend to have less profit after IPO. 2) To find out the correlation between income increasing profit management and CAR. 3) To find out whether the result is higher for the company which tend to have more profit compare to the company which have less profit after IPO. 4) To find out the correlation between income increasing profit management and investment risk. The samples are determined by the purposive sampling which are divided by two groups: the company which tend to have more profit and the company which tend to have less profit after IPO. In this research there are stronger reaction for the company which tend to have more profit compare to the company which tend to have less profit after IPO, there is a positive correlation but not significant between income increasing profit management and the stock return. This research has been proven that company with the acrual income policy at the stock offering, thus, in the next period will have declining stock price. The investment risk is higher for the company which tend have more profit compare to the company which tend to have less profit after IPO, and there is positive correlation but not signifcant. Keywords: CAR, Investment Risk, IPO ABSTRAK Penelitian ini bertujuan: 1) Untuk mengetahui apakah reaksi pasar yang ditunjukkan dengan nilai (CAR) lebih tinggi pada perusahaan yang memperbesar laba dibandingkan dengan perusahaan yan gmemperkecil laba setelah IPO. 2) Untu kmengetahui korelasi antara manajemen laba incomeincreasing dengan CAR. 3) Untuk mengetahui apakah lebih tinggi pada perusahaan yang memperbesar laba dibandingkan perusahaan yang memperkecil laba setelah IPO. 4) Untuk mengetahui korelasi antara manajemen laba income increasing dengan risiko investasi. Penentuan sampel dengan purposive samplingdibagi dua kelompok: perusahaan yang memperbesar laba, perusahaan yang memperkecil laba saat IPO.Dalam penelitian ini terdapat reaksi pasar lebih kuat pada perusahaan yang memperbesar laba dibandingkan dengan perusahaan yang memperkecil laba setelah IPO,terdapat korelasi positif namun tidak signifikan antara manajemen laba income increasing dengan return saham. Penelitian ini membuktikan perusahaan dengan kebijakan akrual income increasing saat penawaran saham,maka periode berikutnya akan mengalami penurunan harga saham.Risiko investasi lebih tinggi pada perusahaan yang memperbesar laba dibandingkan perusahaan yang memperkecil laba setelah IPO, dan terdapat korelasi positif namun tidak signifikan. Kata Kunci:CAR, Resiko Investasi,IPO
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 11 (2014)
2
PENDAHULUAN Pasar modal memiliki peranan penting dalam kehidupan ekonomi, sejalan dengan kesadaran masyarakat akan pentingnya peranan pasar modal dalam penyediaan dana jangka panjang, yaitu sebagai perantara bagi pihak surplus dan pihak defisit dana. Melalui pasar modal ini , perusahaan memperoleh modal dengan menjual sebagian kepemilikan perusahaan dalam bentuk instrumen keuangan kepada masyarakat luas (investor) yang dikenal dengan penawaran umum (go public). Go public adalah suatu cara bagi perusahaan untuk mendapatkan tambahan dana dalam rangka pembiayaan atau pengembangan perusahaan dimana sumber pendanaannya adalah dengan mengeluarkan sekuritas. Sebuah perusahaan dikatakan telah menjadi perusahaan publik apabila perusahaan tersebut telah melakukan proses initial public offering (IPO). Alasan utama suatu perusahaan menjadi perusahaan publik adalah adanya dorongan kebutuhan atas modal yang digunakan untuk mendukung kegiatan opeprasionalnya. Perusahaan yang akan melakukan proses go-public harus memenuhi kewajiban akan keterbukaan informasi baik untuk masa sebelum maupun sesudah proses IPO. Keterbukaan informasi sebelum IPO dilakukan dalam bentuk pemenuhan atas syarat-syarat yang yang berisi informasi yang kemudian dipaparkan melalui prospektus (Paypamta dan Machfoedz, 1999). Propektus merupakan salah satu ketentuan yang ditetapkan oleh Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM) yang harus dipenuhi oleh sebuah perusahaan yang akan melakukan IPO. Prospektus berisi sejumlah informasi akuntansi dan informasi nonakuntansi dari perusahaan yang akan melakukan proses IPO. Informasi akuntansi adalah laporan keuangan yang terdiri atas neraca, perhitungan laba rugi, laporan arus kas, dan penjelasan laporan keuangan. Sedangkan informasi non-akuntansi berisi informasi selain laporan keuangan seperti underwriter (penjamin emisi), auditor independent, konsultan hukum, nilai penawaran saham, persentase saham yang ditawarkan, umur perusahaan dan informasi lainnya (Nasirwan, 2002). Berdasarkan kenyataan yang ada, seringkali perhatian pengguna laporan keuangan hanya ditujukan kepada informasi laba, tanpa memperhatikan bagaimana laba tersebut dihasilkan. Hal ini dapat mendorong manajemen perusahaan untuk melakukan beberapa tindakan yang disebut dengan manajemen atas laba (earning management) atau manipulasi laba (earning manipulation). Reaksi investor terhadap manajemen laba ditunjukkan dengan return saham setelah IPO. Mengkaji return saja dalam konsep investasi merupakan hal yang tidak lengkap. Peneliti beranggapan bahwa risiko dari investasi juga merupakan hal yang perlu dikaji. Return dan risiko merupakan dua hal yang tidak terpisah. Return dan risiko mempunyai hubungan yang positif, artinya semakin besar risiko yang harus ditanggung, semakin besar return yang akan dikompensasi. Begitu juga sebaliknya. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, maka permasalahan dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:(1). Apakah reaksi pasar yang ditunjukkan dengan nilai Cummulative Abnormal Return (CAR) lebih tinggi pada perusahaan yang memperbesar laba dibandingkan dengan perusahaan yang memperkecil laba setelah IPO?, (2) Apakah terdapat korelasi positif antara manajemen laba income increasing dengan CAR?, (3) Apakah risiko investasi lebih tinggi pada perusahaan yang memperbesar laba lebih dibandingkan dengan perusahaan yang memperkecil laba setelah IPO?, (4) Apakah terdapat korelasi antara manajemen laba income increasing dengan risiko investasi? Tujuan Penelitian (1) Untuk mengetahui apakah reaksi pasar yang ditunjukkan dengan nilai Cummulative Abnormal Return (CAR ) lebih tinggi oleh perusahaan yang memperbesar laba dibandingkan dengan perusahaan yang memperkecil laba setelah IPO, (2) Untuk
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 11 (2014)
3
mengetahui korelasi antara manajemen laba income increasing denganCAR, (3) Untuk mengetahui apakah lebih tinggi pada perusahaan yang memperbesar laba lebih dibandingkan dengan perusahaan yang memperkecil laba setelah IPO (4) Untuk mengetahui korelasi antara manajemen laba income increasing dengan risiko investasi. TINJAUAN TEORITIS Menurut Morse (1994), asumsi utama dalam teori sinyal adalah bahwa manajemen mempunyai informasi yang akurat tentang nilai perusahaan yang tidak diketahui oleh investor luar. Manajemen adalah orang yang selalu berusaha memaksimalkan insentif yang diharapkan, artinya manajemen umumnya mempunyai informasi yang lebih lengkap dan akurat dibanding dengan pihak di luar perusahaan mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi nilai perusahaan. Informasi asimetri akan terjadi jika manajemen tidak secara penuh menyampaikan semua informasi yang di ketahuinya tentang semua hal yang dapat mempengaruhi nilai perusahaan ke pasar modal. Statement of Financial Accounting Concept (SFAC) No.1 menyebutkan bahwa informasi laba merupakan faktor penting dalam menaksir kinerja atau pertanggungjawaban manajemen. Dan informasi laba membantu pemilik atau pihak lain untuk melakukan penaksiran atas earning power perusahaan dimasa yang akan datang. Untuk menguji apakah sinyal/informasi yang disampaikan manajemen mengandung informasi, maka dilakukan pengujian informasi (information content) untuk melihat reaksi dari suatu pengumuman dan pasar diharapkan akan bereaksi pada waktu informasi tersebut diterima oleh pasar. Reaksi pasar ditunjukkan dengan adanya perubahan harga dari sekuritas yang bersangkutan. Reaksi ini dapat diukur dengan menggunakan return sebagai nilai perubahan harga atau dengan menggunakan abnormal return (Jogiyanto, 2000).Sunariyah (2003) menyatakan bahwa go public adalah peristiwa penawaran saham yang dilakukan oleh perusahaan (emiten) kepada masyarakat (investor) untuk pertama kalinya. Yang ditawarkan dalam proses go public ini adalah saham (tidak termasuk obligasi). Menurut Undang-Undang Pasar Modal (UUPM) No. 8 Tahun 1995 sebagaimana yang termaktub pada pasal 1 angka 22, yang dimaksud dengan Perusahaan Publik adalah perseroan yang sahamnya telah dimiliki oleh sekurang-kurangnya 300 pemegang saham dan memiliki modal disetor sekurang-kurangnya tiga milyar rupiah .Sjahrir (1995) menyebutkan ada enam alasan perusahaan untuk menawarkan sahamnya kepada masyarakat, yaitu: (1) Kebutuhan akan dana untuk melunasi hutang, baik jangka panjang maupun jangka pendek, sehingga mengurangi beban bunga., (2) Meningkatkan modal kerja (3) Membiayai perluasan perusahaan, misalnya pembangunan pabrik baru dan peningkatan kapasitas produksi., (4) Memperluas jaringan pemasaran dan distribusi, (5) Meningkatkan teknologi produk, (6) Membayar sarana penunjang, seperti pabrik, perawatan kantor , dan lain- lain. Foester (2001) dalam salah satu catatannya, IPOs:The Short and Long of What We Know, menjelaskan bahwa IPO adalah salah satu event dalam pergerakan umur perusahaan, di mana secara alamiah sebuah perusahaan akan berubah menjadi perusahaan publik dari perusahaan private .Ali at al (2002) menyatakan Initial Public Offering (selanjutnya disebut sebagai IPO) adalah penawaran atau penjualan saham suatu perusahaan untuk pertama kalinya kepada masyarakat (atau publik) di pasar modal atau bursa .Bapepam, dalam Undang-Undang Repulik Indonesia No.8 tahun 1995 tentang pasar modal menyebutkan bahwa yang disebut dengan public offering adalah aktivitas yang dilakukan oleh issuer pada saat pertama kali menjual sahamnya ke publik berdasarkan regulasi pemerintah yang berlaku. Penawaran perdana dilakukan setelah perusahaan memperoleh ijin dari Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM) yang menetapkan prosedur peraturan khusus yang harus dipatuhi oleh perusahaan (Hartono dan Ali, 2002).
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 11 (2014)
4
Menurut Sunariyah (2003), hal menguntungkan yang dapat dijadikan pertimbangan dalam melaksanakan penawaran umum antara lain, Meningkatkan modal kerja atau modal dasar perusahaan, Memungkinkan pendiri untuk diversifikasi usaha, Mempermudah usaha pembelian perusahaan lain (ekspansi), Meningkatkan nilai perusahaan. Menurut Gumanti (2002), keputusan sebuah perusahaan untuk menjadi perusahaan publik (go-public) merupakan suatu keputusan yang penuh dengan pertimbangan dan perhitungan karena dengan menjadi perusahaan publik, maka perusahaan tersebut akan dihadapkan pada beberapa konsekuensi langsung baik yang bersifat menguntungkan (benefits) maupun yang merugikan (costs). Sedangkan Menurut Sunariyah (2003) konsekuensi perusahaan go public adalah sebagai berikut : keharusan untuk keterbukaan (Full Disclosure), keharusan untuk mengikuti peraturan pasar modal mengenai kewajiban pelaporan, gaya manajemen berubah dari informal ke formal , kewajiban membayar dividen, senantiasa berusaha untuk meningkatkan tingkat pertumbuhan perusahaan. Salah satu indikator yang dapat dijadikan sebagai dasar penilaian adalah laporan keuangan perusahaan yang bersangkutan (Payamta dan Machfoedz, 1999). Seperti telah diungkapkan bahwa sebelum perusahaan emiten melakukan proses IPO, perusahaan yang bersangkutan harus menerbitkan suatu prospektus yang salah satunya juga berisi ukuranukuran kinerja akuntansi berupa laporan keuangan yang telah ter-audit. Menurut Geddes (2003) ada tiga pihak utama yang berkepentingan terhadap proses IPO, yaitu vendor , perusahaan dan investor. Dengan IPO perusahaan akan memperoleh manfaat sebagai berikut : (1) Memaksimalkan nilai perusahaan , (2) Membangun kepemilikan yang lebih stabil dan lebih meluas membangun image perusahaan , (3) Mempunyai fasilitas untuk bisa mendapatkan dana di masa yang akan datang (4) Menjamin bahwa ada likuidi tas yang lebih baik di secondary merket trading Vendor , (5) Ikut menikmati kesuksesan sebuah perusahaan yang IPO, biasanya dengan menahan adanya perbedaaan harga yang cukup signifikan, (6) Investor memaksimalkan return atas share yang dimilikinya , (7) Mempunyai kesempatan untuk membeli perusahaan yang cukup menarik , (8) Mempunyai pilihan yang luas atas portfolio invetasinya Scott (2000) membagi cara pemahaman atas manajemen laba menjadi dua. Pertama, melihatnya sebagai perilaku oportunistik manajer untuk memaksimumkan utilitasnya dalam menghadapi kontrak kompensasi, kontrak utang dan political costs (oportunistic Earnings Management). Kedua, dengan memandang manajemen laba dari perspektif efficient contracting (EfficientEarnings Management), dimana manajemen laba memberi manajer suatu fleksibilitas untuk melindungi diri mereka dan perusahaan dalam mengantisipasi kejadiankejadian yang tak terduga untuk keuntungan pihak-pihak yang terlibat dalam kontrak. Positive accounting theory terdapat tiga hipotesis yang melatarbelakangi terjadinya manajemen laba (Watt dan Zimmerman, 1986), yaitu: (1) Bonus Plan Hypothesis: Manajemen akan memilih metoda akuntansi yang memaksimalkan utilitasnyayaitu bonus yang tinggi. Manajer perusahaan yang memberikan bonus besarberdasarkan earnings lebih banyak menggunakan metoda akuntansi yangmeningkatkan laba yang dilaporkan., (2) Debt Covenant Hypothesis Manajer perusahaan yang melakukan pelanggaran perjanjian kredit cenderung memilih metoda akuntansi yang memiliki dampak meningkatkan laba (Sweeney, 1994). Hal ini untuk menjaga reputasi mereka dalam pandangan pihak eksternal., (3) Political Cost Hypothesis, Semakin besar perusahaan, semakin besar pula kemungkinan perusahaan tersebut memilih metoda akuntansi yang menurunkan laba. Hal tersebut dikarenakan dengan laba yang tinggi pemerintah akan segera mengambil tindakan, misalnya : mengenakan peraturan antitrust, menaikkan pajak pendapatan perusahaan, dan lain-lain. Tindakanmanajemenlaba dapat dilakukan dengan berbaga ibentuk. Menurut Scott (1997) beberapa pola yang dilakukan manajer dalam manajemen laba adalah : (1) Income increasing , yaitu dengan mempercepat pencatatan pendapatan, menunda biaya dan
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 11 (2014)
5
memindahkan biaya untuk periode lain untuk meningkatkan keuntungan. Pemaksimalan laba bertujuan untuk memperoleh bonus yang lebih besar. Selain itu, tindakan ini juga bisa dilakukan untu kmenghindar dari pelanggaran kontrak hutang., (2) Income Minimization yang dilakukan saat profitabilitas perusahaan sangat tinggi dengan maksud untuk mengurangi kemungkinan munculnya biaya politis. Kebijakan yang diambil dapat berupa penghapusan barang modal, pembebanan pengeluaran iklan serta pembebanan biaya riset dan pengembangan yang dipercepat., (3) Taking abath yang disebut juga dengan bigbath. Bisa terjadi selama periode dimana terjadi tekanan dalam organisasi atau terjadi reorganisasi, misalnya penggantian CEO. Bila teknik ini digunakan, maka laba pada periode yang akan datang menjadi tinggi, (4) Income smoothing, yaitu dengan sengaja memperkecil atau memperbesar laba untuk mengurangi gejolak dalam pelaporan laba, sehingga perusahaan terlihat stabil atau tidak beresiko tinggi. Perataan laba didasari oleh keyakinan bahwa angka laba yang stabil dari periode ke periode akan meningkatkan nilai perusahaan (Wolk dan Tearney, 1997). Pengembangan Hipotesis Kaitan Manajemen Laba dengan ReaksiPasar Teori psikologi kognitif menjelaskan mengenai reaksi masyarakat terhadap informasi atau peristiwa-peristiwa yang luar biasa. Menurut teori tersebut, masyarakat secara umum cenderung untuk bereaksi terlalu berlebihan terhadap peristiwa-peristiwa yang luar biasa serta cenderung untuk bereaksi lebih kuat terhadap informasi terbaru dan mengabaikan informasi yang lebih lama (Fabozzi, 1995). Reaksi yang berlebihan dari para investor tersebut akan menghasilkan suatu pengembalian abnormal (abnormal return), yang merupakan perbedaan antara pengembalian aktual dan pengembalian yang diharapkan dalam suatu investasi . Berdasarkan pada uraian di atas, hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut: H1 : Setelah Initial Public Offering, reaksi pasar yang ditunjukkan dengan Cummulative Abnormal Return lebih tinggi pada perusahaan yang memperbesar laba dibandingkan dengan perusahaan yang memperkecil laba. H2 : Terdapat korelasi antara manajemen laba income increasing dengan return saham. Kaitan Manajemen Laba denganRisikoInvestasi Konsep perataan laba mengasumsikan bahwa investor adalah orang yang menolak risiko. Oleh karena itu, investor lebih menyukai aliran laba yang stabil. Perilaku investor yang demikian, menyebabkan manajemen melakukan perataan laba. Secara teoritis, manajemen yang melakukan perataan laba bertujuan agar laba yang dilaporkan stabil tersebut menyebabkan risiko menjadi rendah. Jikainvestor sampai mengetahui bahwa informasi yang disajikan olehmanajemen itutidak benar, harga saham yang overvalued bisa menjadi undervalued. Berdasarkan pada uraian di atas, hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut: H3 : SetelahInitial Public Offering, risiko investasi lebih tinggi pada perusahaan yang memperbesar laba dibandingkan dengan perusahaan yang memperkecil laba. H4 : Terdapat korelasi antara manajemen laba income increasing dengan risiko investasi. Kerangka PemikiranTeoritis Penelitian menganalisis bagaimana manajemen laba yang income increasing yang dilakukan perusahaan pada saat IPO.IPO dianggap sebagai salah satu alternatif cara perusahaan untuk dapat memperoleh tambahan modal dari publik dan investor luar, dan juga untuk bisa memperluas kapasitas bisnisnya. Dengan IPO, perusahaan akan memperoleh akses modal dari masyarakat luas yang bisa menurunkan biaya pendanaan dan investasi. Perusahaan juga sekaligus memperoleh kewajiban-kewajiban selayaknya
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 11 (2014)
6
sebagai perusahaan terbuka. Manajemen labapada laporan keuangan perusahaan dapat dideteksi dari besarnya nilai discretionary accruals (DAit). Jika DAit > 0,maka perusahaan melakukan manajemen laba. Penelitian ini juga mengaitkan manajemen laba dengan reaksi pasar dan risiko investasi.
Reaksi Investor Lebih kuat dibandingkan dengan yang menurunkan laba
Meninggikan Laba (DAit> 0)
Risiko Investasi Lebih Tinggi dibandingkan dngan yang menurunkan laba
Reaksi Investor Lebih Rendah dibandingkan dengan yang meninggikan laba
IPO
Menurunkan Laba (DAit< 0)
Risiko Investasi Lebih Rendah dibandingkan dengan yang meninggikan laba
Gambar : 1 Kerangka Pemikiran METODAPENELITIAN Populasidan Sampel Populas idalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan yang melakukan IPO pada tahun 2008 –2012 di Bursa Efek Indonesia. Dari data yang diperoleh dari Indonesian Capital Market Directory, terdapat 70 perusahaan yang melakukan IPO pada periode tersebut. Penentuan sampel dilakukan secara purposive, yaitu sampel perusahaan yang terpilih berdasarkan kriteria- kriteria tertentu. Perusahaan manufaktur tersebut memiliki paling sedikit satu tahun fiskal operasi sebelum go public, karena pengujian manajemen laba mengestimasi discretionary accruals dengan menggunakan total akrual untuk satu tahun sebelumgo public. Tabel berikut merupakan tabel penentuan sampel.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 11 (2014)
7 Tabel.1 Penentuan Sampel
No
Kriteria Seleksi
Jumlah Emiten yang Lolos
1.
Populasi (seluruh emitenyangmelakukan Initial Public Offering selama 2008-2012).
103
2.
Emiten yang termasuk perusahaan non manufaktur Emiten yang termasuk perusahaan manufaktur
78
3.
25
Sumber :BEI & diolah Variabel Penelitian Manajemen Laba Penelitian-penelitian mengenai manajemen laba hampi rseluruhnya menggunakan pendekatan akrual, sehingga manajemenl aba sering disebut sebagai accrual management. Pendekatan yang paling banyak digunakan adalah pendekatan Jones (1991) dan modifikasinya. Menghitung total akrual Secara matematis, total akrual untuk periode t dinyatakan dengan persamaan sebagai berikut: TACit =
NI it − CFOit TAit
Dengan, TACit = NIit = CFOit = TAit =
total akrual perusahaan i pada periode pelaporan t. Laba bersih perusahaani pada tahunt Kas dari operasi perusahaan i pada tahun t Aktiva tetap perusahaan ipadatahunt
Menentukan tingkat akrual yang normal Model estimasi akrual normal yang dikembangkan oleh Jones (1991) sebagai proksi tingkat akrual yang normal akan digunakan untuk menentukan tingkat akrual yang normal. Total akrual sebuah perusahaan dipisahkan menjadi discretionary accrual dan non discretionary accrual. TAC it =NDAit +DAit Dengan TACit = total akrual perusahaan i pada periode pelaporan t. NDAit = non discretionary accrual ipada periode pelaporan t. DAit = discretionary accrual ipada periode pelaporan t. Model estimasi akrual Jones yang akan digunakan memisahkandiscretionary accrualdengan non iscretionary accrual adalah :
TACit 1 DREVit +b PPEit +e = ao + a1 A + b1 Ait 2 Ait it it Ait
untuk
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 11 (2014)
8
Dengan TACit = total akrual perusahaan i pada periode pelaporan t. DREVit=pendapatan perusahaani pada periode t pendapatan tahunt-1 PPEit = aktiva tetap perusahaan i pada periode t. Ait = total aktiva perusahaan i pada periode t. eit = errortermperusahaanipada periode t. Ordinary Least Square digunakan untuk mendapatkan nilai a0, a1, b1, dan b2 sebagai estimasi para meter dari koefisien regresi a0, a1, b1, dan b2. Menghitung tingkat akrual yang tidak normal Untuk menghitung tingkat akrual yang tidak normaldapat dihitung dengan rumus berikut: DAit =TAC it −NDAit Dengan TACit = total akrual perusahaan i pada periode pelaporan t. NDAit = non discretionary accrual ipada periode pelaporan t. DAit = discretionary accrual ipada periode pelaporan t. Perusahaan dikategorikan melakukan manajemen laba dengan memperbesar pelaporan labanya jika nilai DAit> 0 Reaksi Pasar Variabel reaksi pasar diukur dengan menggunakan Cummulative Abnormal Return (CAR). CAR merupakan penjumlahan dari abnormal return pada periode pengamatan. Perhitungan abnormal return diperoleh dari selisih antar return untuk saham I pada hari t dengan expected return dari saham tersebut. Expected Return dihitung dengan mean-adjusted model, karena model ini relatif sederhana sehingga bisa relatif lebih cermat dant eliti dalam pengamatan data Ait =Rit −E(Rit ) Dengan Ait = abnormal return sahami pada periode t. Rit = return sahami pada periode t. E(Rit) = expected return sahami pada periodet. Berdasarkan mean-adjusted model, expected return dihitung dengan:
E (Rit) =
∑R
ij
T
Dengan∑Rij = return saham i periode estimasij. T =lama periode estimasi Untuk lama periode estimasi penelitian ini ditetapkan satu tahun setelah periode pengamatan. Jogiyanto (2000) berpendapat bahwa selama ini belum ada patokan dalam menentukan lamanya periode estimasi. Agar diperoleh kejelasan mengenai lama periode estimasi dan lama periode pengamatan dalam penelitian ini, keterangan diatas akan diperjelas dalam bentuk gambar sebagi berikut:
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 11 (2014)
9
Periode Estimasi dan Periode Pengamatan 1tahunsetelahpengamatan 0 + + ... + 1 2 365 Keterangan: 0 adalah tanggal IPO Risiko Investasi Risiko sering dihubungkan dengan penyimpangan atau deviasi dari outcome yang diterima dengan yang diharapkan. Van Horne dan Machowics (1992) dalam Khafid (2002) mendefinisikan risiko sebagai variabilitas return terhadap return yang diharapkan. Secara matematis, standar deviasi dinyatakan dengan persamaan sebagai berikut: SD =
∑x
i
− x)2
n Dengan xi = return saham x = nilai rata-rata saham n = jumlah hari pada periode estimasi
HASIL DAN PEMBAHASAN Deskripsi Objek Penelitian Objek dari penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang melakukan Initial Public Offering (IPO) di BEI periode 2008-2012. Perusahaan manufaktur ini dipilih sebagai populasi penelitian. Dari 103 perusahaan yang melakukan IPO pada periode 2008-2012 terdapat 25 perusahaan manufaktur sebagai populasi, melalui prosedur penentuan sampel, yaitu dengan purposive sampling.Penelitian ini mengklasifikasikan ke 25 perusahaan tersebut ke dalam dua kelompok, yaitu kelompok perusahaan yang memperbesar laba dan kelompok perusahaan yang memperkecil laba pada saat IPO. Profil data perusahaan yang terpilih dikelompokkan berdasarkan klasifikasi menerapkan manajemen laba, dapat dilihat pada Tabel 2. Berikut 25 perusahaan manufaktur yang melakukan IPO dan listed di BEJ periode 2008-2012:
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 11 (2014)
10
Tabel 2 Profil Sampel Dilihat dari Klasifikasi Dalam Menerapkan Manajemen Laba
NO
KODE
Tanggal Listing
CAR
Risk
DAit
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
ALDO ALTO ANJT BAJA BEST BISI ISSP JAWA KBRI KRAS MAIN MASA MBTO NIKL PALM PTSN
-1,0227514 0,3242144 0,698537 0,2448104 0,7501152 0,5053048 0,1673314 -3,4757671 0,3084357 -0,2948104 -0,3655779 0,0707675 -1,4192891 0,4515278 -1,8708169 -0,2269533
55,6131075 57,4649097 60,6124366 55,295349 43,8045141 37,5727973 62,8050777 59,6333968 64,3133571 25,1226215 22,0391294 45,624111 37,5727973 57,4327044 25,973538 53,4982958
-0,4446602 0,5154711 -0,3559326 -0,349001 0,4393935 -0,8821213 2,9817401 -0,7329632 0,7993192 -0,2979613 -3,0240762 -0,0899367 -0,0137688 0,0137688 -1,0710637 -0,4470611
0 1 0 0 1 0 1 0 1 0 0 0 0 1 0 0
17 18 19 20 21 22 23 24 25
ROTI SGRO SIAP SKBM STAR TPIA TRIS WIIM YPAS
12 Juli 2011 30 Juni 2012 01 Mei 2011 21 Desember 2011 30 Juni 2011 03 juli 2010 16 Maret 2009 17 April 2009 15 Juni 2010 04 Juli 2011 17 Juli 2010 18 Juli 2008 18 Juli 2009 16 Oktober 2011 17 Oktober 2011 30 Nopember 2012 18 Januari 2011 21 Maret 2010 19 Juni 2010 14 Oktober 2010 15 Juli 2011 03 Januari 2011 04 Desember 2011 18 Juli 2010 05 Maret 2008
0,1927447 0,0342086 0,3468563 -0,939253 -0,5923967 -0,1775027 -0,3861633 -2,563666 0,30260345
17,7971606 44,6579534 50,0791713 49,3716755 35,8577064 52,5654169 45,0873568 49,8773517 59,589383
-0,0665386 -0,0665386 0,8260846 0,7786421 -0,0168759 -0,0483505 0,17111628 -0,3871646 0,0168766
0 0 1 1 0 0 1 0 1
Sumber: diolah dari data sekunder Keterangan : 1 = Memperbesar laba 0 = Memperkecil laba Dari hasil klasifikasi pada tabel diatas, diketahui bahwa terdapat 9 perusahaan atau 36% perusahaan yang memperbesar laba dan 16 perusahaan atau 64% perusahaan yang memperkecil dari total 25 perusahaan manufaktur yang diteliti. Dari pengklasifikasian tersebut diperoleh hasil, sebanyak 9 perusahaan dalam kelompok perusahaan yang memperbesar laba dan 16 perusahaan dalam kelompok yang memperkecil laba. Dalam penelitian ini banyak perusahaan manufaktur yang memperbesar laba. Analisis Data Hasil penelitian pada bagian ini diolah dengan program SPSS dan akan dipaparkan dalam dua bagian, yaitu hasil pengujian statistik deskriptif yang menyajikan profil data penelitian dan statistik inferensial yang menyajikan hasil pengujian hipotesis. Statistik Deskriptif Data Penelitian Analisis data melalui pengolahan statistik deskriptif. Dalam penelitian ini terdapat empat hipotesis yang akan diuji. Nilai Discretionary Accruals (DAit)>0 mengindikasikan bahwa perusahaan memperbesar laba dan jika (DAit)< 0 mengindikasikan bahwa
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 11 (2014)
11
perusahaan memperkecil laba. Dari perhitungan tersebut diperoleh 9 perusahaan memperbesar laba dan 16 perusahaan memperkecil laba. Bahwa secara umum perusahaan tidak memperbesar laba pada saat IPO, karena dari hasil analisis diperoleh bahwa hanya 36% perusahaan yang memperbesar laba dan sisanya sebesar 64% memperkecil laba. Hasil pengolahan statistik deskriptif yang menunjukkan data penelitian pada masing-masing variabel penelitian disajikan pada tabel 3 berikut: Tabel 3 Profil Data Penelitian (Keseluruhan) Variabel Nilai Nilai Nilai Nilai Std. 2 Pengamatan Maksimum Minimum rata Deviation ,7501 CAR -3,4758 -,357500 1,0359697 Risk 64,3134 17,7972 46,770453 13,2748126 DAit 2,9817 -3,0241 -,070062 ,9936530 Sumber : Data Sekunder yang Diolah Tabel di atas menunjukkan bahwa secara keseluruhan CAR pada periode pengamatan memiliki rata-rata yang negatif, yaitu -0,357500. Ini berarti bahwa dalam periode pengamatan, harga saham yang menjadi sampel penelitian ini cenderung mengalami penurunan secara rata-rata. Nilai rata-rata risiko pasar yang sebesar 46,770453 menunjukkan bahwa secara keseluruhan, perusahaan yang menjadi sampel dalam penlitian ini memiliki risiko sedang, karena angkanya di bawah 50%. Sedangkan DAit memiliki nilai rata-rata -0,070062 menunjukkan bahwa pada saat IPO perusahaan cenderung melakukan manajemen laba dengan memperkecil laba. Berikut informasi perbandingan perusahaan yang memperbesar laba dan memperkecil laba. 1. Perusahaan Yang Memperbesar Laba Tabel 4 Data Penelitian Perusahaan yang Memperbesar Laba Variabel Nilai Nilai Nilai Nilai Std. Pengamatan Maksimum Minimum rata2 Deviation CAR ,75012 -,93925 ,1473 ,50531 Risk 64,31336 43,80451 54,4387 7,56117 DAit 2,98174 ,01377 ,7269 ,90491 Sumber : Data Sekunder yang Diolah Berdasarkan tabel 4 diatas untuk perusahaan yang memperbesar laba, nilai rata-rata CAR pada periode pengamatan adalah sebesar 0,1473, nilai rata-rata Risk sebesar 54,4387 dan nilai rata-rata DAit sebesar 0,7269. 2. Perusahaan Yang Memperkecil Laba Tabel 5 Data Penelitian Perusahaan yang Memperkecil Laba Variabel Nilai Nilai Nilai Nilai Std. Pengamatan Maksimum Minimum rata2 Deviation CAR ,69854 -3,47577 -,64145 1,15849 Risk 60,61244 17,79716 42,45707 14,01196 DAit -,01377 -3,02408 -,51838 ,73994 Sumber : Data Sekunder yang Diolah
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 11 (2014)
12
Berdasarkan tabel 5 diatas untuk perusahaan yang memperbesar laba, nilai rata-rata CAR pada periode pengamatan adalah sebesar -0,64145, nilai rata-rata Risk sebesar 42,45707 dan nilai rata-rata DAit sebesar -0,51838 Berdasarkan hasil uji statistik deskriptif, untuk reaksi pasar dari perusahaan yang memperbesar laba dan memperkecil laba cenderung lebih kuat untuk perusahaan yang memperbesar laba, yaitu CAR memperbesar laba = 0,1473 > memperkecil laba = -0,64145. Variabel penelitian yang lain adalah risiko. Risiko ini merupakan risiko investasi yang diukur melalui standar deviasi selama periode pengamatan. Untuk kelompok perusahaan yang memperbesar laba memiliki rata-rata risiko sebesar 54,4387 dan rata-rata risiko kelompok perusahaan yang memperkecil laba adalah sebesar 42,45707. Dari hasil statistik deskriptif ini dapat dilihat bahwa pada perusahaan yang termasuk kelompok yang memperbesar laba memiliki rata-rata risiko yang lebih tinggi dibandingkan dengankelompokyangmemperkecillaba. Pengujian Hipotesis dan Pembahasan Hasil Pengujian Hipotesis 1 Hipotesis pertama yang diajukan dalam penelitian ini adalah: ”Reaksi pasar, yang ditunjukkan dengan Cummulative Abnormal Return (CAR), lebih kuat pada perusahaan yang memperbesar laba dibandingkan dengan perusahaan yang memperkecil laba setelah Initial Public Offering (IPO).” Hipotesis ini akan diuji dengan menggunakan uji Mann-Whitney Test. Hasil pengujian Mann-Whitney Test untuk CAR pada periode pengamatan secara ringkas disajikan pada Tabel 6. Tabel 6 Hasil Uji Mann-Whitney Test CAR Variabel Pengamatan CAR
Mean Rank
Memperkecil Laba 10,69 Memperbesar Laba 17,11 Sumber: Data Sekunder diolah
Sum of Ranks 171,00 154,00
Test MannStatistics Whitney Test 35,000
,036
Berdasarkan Tabel 6 menunjukkan bahwa nilai mean rank CAR kelompok perusahaan memperkecil laba adalah sebesar 10,69 dan nilai mean rank CAR kelompok perusahaan memperbesar laba adalah sebesar 17,11. Hal ini menunjukkan bahwa reaksi pasar cenderung lebih kuat untuk kelompok perusahaan yang memperbesar laba. Jadi investor cenderung menginvestasikan dananya pada perusahaan yang melaporkan laba tinggi dengan tujuan untuk mendapatkan keuntungan maksimal. Berdasarkan nilai Mann-Whitney Test yang digunakan untuk menguji apakah terdapat perbedaan mean CAR antara perusahaan yang memperbesar laba dengan yang memperkecil laba. Dengan membandingkan signifikanya sebesar 0,036 <α (0,05), maka H1 diterima. Artinya reaksi pasar yang ditunjukkan dengan Cummulative Abnormal Return lebih tinggi pada perusahaan yang memperbesar laba dibandingkan dengan perusahaan yang memperkecil laba. Berdasarkan hasil analisis untuk hipotesis 1 yaitu terbukti bahwa reaksi pasar lebih kuat pada perusahaan yang memperbesar laba dibandingkan dengan perusahaan yang memperkecil laba setelah IPO, karena nilai sig (0,036 ) < 0,05.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 11 (2014)
13
Pembahasan Hipotesis 1 Dalam pembahasan hipotesis 1, diketahui bahwa setelah IPOreaksi pasar yang ditunjukkan dengan CARlebih tinggi pada perusahaan yang memperbesar laba dibandingkan dengan perusahaan yang memperkecil laba. Penelitian ini menemukan bahwa,banyaknya manajemen perusahaan yang menggunakan earnings management berpola income decreasing untuk melakukan rekayasanya yang diindikasikan dari nilai discretionary accruals yang negatif. Hal ini dilakukan manajemen perusahaan dengan menggeser laba yang bagus pada periode IPO ke periode berikutnya, karena manajemen memandang bahwa laba periode berikutnya buruk. Rekayasa penurunan laba ini dilakukan untuk mempertahankan image perusahaan di mata investor. Hasil pengujian mann-whitney test terhadap reaksi pasar pada periode pengamatan dapat membuktikan bahwa reaksi pasar lebih kuat pada perusahaan yang memperbesar laba dibandingkan dengan perusahaan yang memperkecil laba. Hal ini menunjukkan bahwa tindakan manajemen laba yang terkait dalam laporan laba rugi yang disajikan dalam prospectus memiliki kandungan informasi yang cukup untuk mempengaruhi reaksi pasar atau investor. Pengujian korelasi manajemen laba income increasing dengan return saham mendapatkan hasil bahwa terdapat korelasi positif tetapi tidak signifikan antara manajemen laba income increasing dengan return saham. Hasil Pengujian Hipotesis 2 Hipotesis kedua yang diajukan adalah: “Terdapat korelasi positif dan signifikan antara manajemen laba income increasing dengan return saham.”Pengujian hubungan manajemen laba income increasing dengan return saham dilakukan dengan pendekatan Cummulative Abnormal Return (CAR). CAR tersebut merupakan penjumlahan dari abnormal return harian perusahaan dengan menggunakan mean-adjusted model selama satu tahun setelah IPO.Berdasarkan pendekatan tersebut return saham dikatakan rendah apabila CAR < 0 (Saiful,2002). Hasil pengujian korelasi antara manajemen laba dengan pola incomeincreasing dengan return saham ditunjukkan pada Tabel 7. Tabel 7 Koefisien Korelasi antara DAit dengan CAR Korelasi Dengan Spearman’s DAit Spearman's rho CAR Correlation Coefficient ,368 Sig. (2-tailed) ,070 Sumber : Data Sekunder yang Diolah Tabel 7 diatas menunjukkan bahwa DAit berkorelasi positif dengan CAR pada saat IPO, yang dibuktikan dengan nilai Correlation Coefficient yaitu sebesar 0,368, bila dibandingkan dengan nilai signifikanya sebesar 0,070 >α (0,05), artinya H0 diterima. Hal ini secara statistik tidak signifikan. Hasil pengujian ini tidak dapat mendukung Hipotesis 2 yang menyatakan bahwa terdapat korelasi positif dan signifikan antara manajemen laba income increasing dengan return saham, sehingga H2 ditolak. Berdasarkan hipotesis 2, yang menyatakan terdapat korelasi antara manajemen laba income increasing dengan return saham adalah tidak terbukti, karena nilai sig (0,07) >α (0,05). Pembahasan Hipotesis 2 Dalam pembahasan hipotesis 2 terdapat korelasi antara manajemen laba income increasing dengan return saham. Hasil uji didapat nilai korelasi positif antara return saham dengan manajemen laba income increasing menunjukkan bahwa reaksi pasar cenderung kuat pada perusahaan yang
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 11 (2014)
14
memperbesar laba. Investor lebih tertarik pada perusahaan yang menyajikan laba yang tinggi, karena pada dasarnya laba yang dilaporkan oleh manajemen merupakan sinyal bagi pengguna laporan keuangan terutama investor mengenai laba perusahaan di masa datang. Hasil yang tidak signifikan ini mungkin disebabkan karena jumlah sampel yang terlalu kecil dan jangka waktu periode pengamatan yang terlalu panjang, sehingga memungkinkan terjadinya distorsi informasi. Hasil Pengujian Hipotesis 3 Hipotesis ketiga yang diajukan dalam penelitian ini adalah: “Perusahaan yang memperbesar laba memiliki risiko investasi yang lebih tinggi dibandingkan dengan perusahaan yang memperkecil laba setelah Initial Public Offering”. Hipotesis ini akan diuji dengan menggunakan mann-whitney test pada periode pengamatan. Hasil pengujian mannwhitney test untuk risiko pada periode pengamatan secara ringkas disajikan pada Tabel 8. Tabel 8 Hasil mann-whitney test Risiko Investasi Variabel Pengamatan Risk
Mean Rank
Memperkecil Laba 10,75 Memperbesar Laba 17,00 Sumber : data sekunder yang diolah
Sum of Ranks 172,00 153,00
Test MannStatistics Whitney Test 36,000
,042
Tabel 8 menunjukkan bahwa nilai mean rank risiko kelompok perusahaan yang memperkecil laba adalah sebesar 10,75 dan nilai mean rank risiko kelompok perusahaan yang memperbesar laba adalah sebesar 17,00. Hal ini menunjukkan bahwa risiko investasi lebih tinggi untuk kelompok perusahaan yang memperbesar laba.Berdasarkan nilai Mann-Whitney Test yang digunakan untuk menguji apakah terdapat perbedaan mean risiko investasi antara perusahaan yang memperbesar laba dengan yang memperkecil laba. Dengan membandingkan nilai signifikanya yang sebesar 0,042 <α(0,05), artinya H3 diterima. Yaitu risiko investasi lebih tinggi pada perusahaan yang memperbesar laba dibandingkan dengan perusahaan yang memperkecil laba setelah IPO. Berdasarkan hasil analisis untuk hipotesis 3 yaitu terbukti bahwa risiko investasi lebih tinggi pada perusahaan yang memperbesar laba dibandingkan dengan perusahaan yang memperkecil laba setelah IPO, dengan dibuktikan bahwa nilai sig (0,042 ) < 0,05. Pembahasan Hipotesis 3 Dalam pembahasan hipotesis3 pada saatsetelah IPO diketahui bahwa risiko investasi lebih tinggi pada perusahaan yangmemperbesarlaba dibandingkandengan perusahaan yangmemperkecillaba.Pengujian terhadap manajemen laba yang dikaitkan dengan risiko investasi juga mendapatkan hasil bahwa risiko investasi lebih tinggi pada perusahaan yang memperbesar laba dibandingkan dengan perusahaan yang memperkecil laba. Hal ini disebabkan karena jika investor sampai mengetahui bahwa informasi yang disajikan oleh manajemen itu tidak benar, harga saham yang terlalu tinggi bisa menjadi rendah. Harga saham yang lebih rendah dari harga yang sesungguhnya merugikan manajemen, karena mempertinggi biaya manajemen untuk memperoleh tambahan dana dari pasar modal. Hasil uji didapat nilai korelasi positif antara return saham dengan manajemen laba income increasing menunjukkan bahwa resiko investasi cenderung kuat pada perusahaan yang memperbesar laba. Hasil yang tidak signifikan ini mungkin disebabkan karena jumlah sampel yang terlalu kecil. Jika investor sampai mengetahui bahwa informasi yang disajikan oleh manajemen itu tidak benar, harga saham yang tinggi bisa menjadi rendah. Harga saham
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 11 (2014)
15
yang lebih rendah dari harga yang sesungguhnya merugikan manajemen, karena mempertinggi biaya manajemen untuk memperoleh tambahan dana daripasar modal. Kegagalan untuk memenuhi harapan masyarakat akan mengakibatkan hilangya legitimasi dan kemudian akan berdampak terhadap dukungan yang diberikan oleh masyarakat kepada perusahaan. Hasil Pengujian H4 Hipotesis keempat yang diajukan adalah: “Terdapat korelasi positif dan signifikan antara manajemen laba income increasing dengan risiko investasi. Pengujian korelasi manajemen laba income increasing dengan risiko investasi pada saat IPO dilakukan dengan menggunakan pendekatan standar deviasi. Tabel 9 menunjukkan hasil pengujian hubungan antara manajemen laba income increasing dengan risiko investasi. Tabel 9 Koefisien Korelasi antara DAit dengan Risiko Investasi Korelasi Dengan Spearman’s DAit Spearman's rho Risk Correlation Coefficient ,323 Sig. (2-tailed) ,116 Sumber : Data Sekunder yang Diolah Tabel 9 diatas menunjukkan bahwa DAit berkorelasi positif dengan risiko pada saat IPO, yang dibuktikan dengan nilai Correlation Coefficient sebesar 0,323. Bila dibandingkan nilai signifikanya sebesar 0,116 >α (0,05), artinya secara statistik tidak signifikan. Hasil pengujian ini tidak dapat mendukung Hipotesis 4, yang menyatakan bahwa terdapat korelasi positif dan signifikan antara manajemen laba income increasing dengan risiko investasi. Berdasarkan hipotesis 4, yang menyatakan terdapat korelasi antara manajemen laba income increasing dengan risiko investasi adalah tidak terbukti, karena nilai sig (0,116) >α (0,05). Pembahasan Hipotesis 4 Dalam pembahasan hipotesis4 terdapat korelasi antara manajemen laba income increasing dengan risiko investasi Korelasi manajemen laba income increasing dengan risiko investasi mendapatkan hasil bahwa terdapat korelasi positif tetapi tidak signifikan antara manajemen laba income increasing dengan risiko investasi. Korelasi positif antara risiko investasi dengan manajemen laba income increasing menunjukkan bahwa risiko investasi cenderung tinggi pada perusahaan yang memperbesar laba. Risiko yang tinggi ini disebabkan karena penurunan kinerja setelah penawaran. Teohat al (1998) membuktikan bahwa perusahaanyangmemilih kebijakan akrual income increasingpada saat penawaran saham,maka pada saatsaatberikutnya akanmengalami penurunan harga saham. Berarti pasar tidak mampu mendeteksi adanya income increasing accrual, atau pasar terlambat memahami pilihan akuntansi manajer menjelaskan penurunan kinerja perusahaan dengan menggunakan kerangka windows of opportunity. Dalam windows of opportunity, penurunan kinerja bisa ini terjadi karena adanya upaya perusahaan untuk mengambil keuntungan jangka pendek pada saat pasar menilai perusahaan terlalu tinggi, yaitu dengan mengeluarkan saham tambahannya. Padahal dalam jangka panjang penilaian yang terlalu tinggi tersebut tidak bisa dipertahankan karena pasar melakukan koreksi terhadap kesalahannya.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 11 (2014)
16
PENUTUP Kesimpulan Keterbatasan informasi antara manajemen dan investor di pasar modal merupakan salah satu motivasi manajer melakukan manipulasi terhadap kinerja dengan menaikkan labanya (income increasing). Minimnya informasi tentang perusahaan sebelum IPO memberi insentif bagi manajer untuk mengelola laba perusahaan pada saat penawaran saham perdana. Sikap oportunistik ini bertujuan untuk menaikkan harapan investor terhadap kinerja perusahaan dimasa depan dan menaikkan harga penawaran. Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mendeteksi adanya manajemen laba dengan pola income increasing pada perusahaan manufaktur yang melakukan IPO dan listed di BEI periode 2008-2012, yang kemudian dikaitkan dengan reaksi pasar dan risiko investasi. Penelitian ini menyimpulkan bahwa : (1) Terbukti bahwa reaksi pasar lebih kuat pada perusahaan yang memperbesar laba dibandingkan dengan perusahaan yang memperkecil laba., (2). Terdapat korelasi positif antara manajemen laba income increasing dengan return saham, tetapi tidak signifikan antara manajemen laba income increasing dengan reaksi pasar.,(3)Terbukti bahwa risiko investasi lebih tinggi pada perusahaan yang memperbesar laba dibandingkan dengan perusahaan yang memperkecil laba, (4) Terdapat korelasi positif korelasi antara manajemen laba income increasing dengan risiko investasi, tetapi tidak signifikan antara manajemen laba income increasing dengan risiko investasi. Saran
Melihat pada hasil pembahasan dan kesimpulan penelitian ini, maka ada beberapa saran untuk penelitian berikutnya, yaitu(1) Penelitian berikutnya sebaiknya menggunakan sampel yang lebih besar supaya hasilnya akan lebih kuat. Dengan sampel yang relatif besar, sampel dapat dipisahkan ke dalam ukuran perusahaan sehingga dapat diketahui kecenderungan manajemen laba pada saat IPO antara perusahaan besar dan kecil. (2) Penelitian berikutnya juga sebaiknya menggunakan beberapa pendekatandi dalam mengukur manajemen laba yang dapat diterapkan untuk berbagai jenis perusahaan. Hal ini dilakukan untuk mengetahui konsistensi hasil yang diperoleh dengan berbagai model.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 11 (2014)
17
DAFTARPUSTAKA Aharony, J., C.J.Lin., dan M. P.Loeb 1993, Initial Public Offering, Accounting Choices, and Earnings Management. Contemporary Accounting Research, 10 (1): 61- 81. Ali.A, L.S.Hwang. d a n A . Mark2000. Accrual and Future Stock Return: Test of Naive Investor Hypothesis. Journal of Accounting Auditing and Finance15(2): 161-181. Asih. P dan Gudono. 2000. Hubungan Tindakan Perataan Laba (Income Smoothing) dengan Reaksi Pasar atas Pengumuman Informasi Laba Perusahaan yang Terdaftar di BEI. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia 3 (1): 35-53. Ang, R. 1997. Buku Pintar Pasar Modal Indonesia. Mediasoft Indonesia: Jakarta. Riyanto, B. 1997. Dasar-dasar Pembelajaran Perusahaan Edisi Keempat. BPFE. Yogyakarta. Brigham, E.F., 2001.Manajemen Keuangan, Penerbit Erlangga: Jakarta. Bruns,W.J. dan K.A.Merchant.1990. The Dangerous Morality of Managing Earnings. Management Accounting: 22-25. Cahan, S.1992. The Effect of Anti trust Investigationson Discretionary Accruals: A Refined Test of The Political-Cost Hypothesis. Accounting Review: 77-95. Cohen,D.A. dan P. Zarowin. 2010.Accrual-based and Real Earnings Management Activities around Seasoned Equity Offerings. Journal of Accounting and Economics: 2-19 Chariri, A dan I. Ghozali. 2001.TeoriAkuntansi. BPFE. Darmadji,T., dan Fakhrudin. 2001. PasarModal Indonesia,Pendekatan Tanya Jawab. Salemba Empat: Jakarta Fabozzi, F. J. 1995. Manajemen Investasi. Prentice-Hall Inc. Financial Accounting Standards Board (1987), Statement of Financial Accounting Concepts No.1, High Ridge Park. Stamford. Connecticut (SFAC No.1). Fischer, M. dan K.Rosenzweig.1995. Attitudes of Students and Accounting Practitioners Concerning the Ethical Acceptability of Earning Management. Journal of Business Ethics14: 433-444 Friedlan, J. 1994. Accounting Choices by Issuers of Initial Public Offerings. Contemporary Accounting Research. Summer. Ghozali, I. 2011. Aplikasi Multivariate dengan Program SPSS. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Geddes, R. 2003. IPOs and Equity Offerings. Butterworth-Heinemann. Oxford:1-8. Godfrey, J., A. Hodgson, dan S.Holmes.1997.Accounting Theory. Queensland: John Wiley& Sons. Gumanti,T.A.. 2000.Earning Management: SuatuTelaah Pustaka. Jurnal Akuntansidan Keuangan 2 (2) November: 104-115. 2002. Under pricing dan Biaya-biaya di Sekitar Initial Public Offering, Wahana 5(2): 135-147. Han,J.C.Y., dan W.S.Wu. 1998. Political Costs and Earnings Management of Oil Companies during the 1990 Persian Gulf Crisis. AccountingReview: 103-118. Harahap, S.S (2005). Teori Akuntansi, Jakarta: Rajawali Pers. Hartanto, I.B., dan S.I. Ediningsih, 2004. Kinerja Harga Saham Setelah Penawaran Perdana (IPO) pada Bursa Efek Jakarta. Usahawan 08, XXXIII: 36-43. Hartono, J., dan S.Ali. 2002. Analisis Pengaruh Pemilihan Metode Akuntansi terhadap Pemasukan Penawaran Perdana. jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia 17(2): 211-225 Healy,P.M.1985. The Effects of Bonus Schemeson Accounting Decisions. Journal of Accounting and Economics: 85-107. Healy, P.M. dan K.G.Palepu.1993. The Effects of Firm’sFinancial Disclosure Strategies on Stock Prices. Accounting Horizon: 1-11. Healy,P.M., dan J.M.Wahlen.1998. AReview of th eearnings Management Literature and its Implication for Standard Setting. Working Paper.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 11 (2014)
18
Husnan, S., 1998. Dasar-DasarTeoriPortofolio danAnalisis Sekuritas.UPP AMP YKPN, Yogyakarta. Jogiyanto. 2000. Teori Portofolio dan Analisis Investasi. BPFE: Yogyakarta. Jones,J.J. 1991. Earning Management During Import Relief Investigations. Journal of Accounting Research:193-228. J.John, O.I.Ihalauw dan U.Arifa. 2002. Manajemen Laba dalam Penawaran Perdana Saham di BEI Periode 1998-2000. Jurnal Ekonomi dan Bisnis (Dian Ekonomi) 8 (2) September: 191-208. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 1548/KMK.013/1990 tentang Pasar Modal. Khafid, M. 2002. Analisis Income Smoothing (Perataan laba): Pengaruhnya Terhadap reaksi Pasar dan Risiko Investasi Pada Perusahaan Publik Di Indonesia. Tesis. Program Pascasarjana Universitas Diponegoro. Makar, S.D. dan P.Alam. 1998. Earning Management and Antitrust Investigations: PoliticalCost over Business Cycles. Journal of Business Financeand Accounting: 701-720 Merchant,K.A. dan Rockness.1994. The Ethics of Managing Earnings in a Empirical Investigations. Journal of Accounting and Public Policy13: 79- 94. Midiastuti, P. dan F. Ilyas. 2004, Hubungan Antara Harga Penawaran IPO, Target Kepemilikan Institusional, Under pricing dan Kinerja Perusahaan : Studi Empiris pada Bursa Efek Jakarta,Ventura 7(3): 255-270. Muliati.N.K. 2011. Pengaruh Asimetri Informasi Dan Ukuran Perusahaan Pada Praktik Manajemen Laba di Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia. Tesis. Program Pascasarjana Program Studi Magister Akuntansi Universitas Udayana. Denpasar. Morse, J.M. 1994. critical issues in qualitative research methods. London: Sage Publications. Nasir, M. dan S.A. Pamungkas, 2005. Analisis Kinerja Keuangan Perusahaan Non Perbankan Sebelum dan Sesudah Menjadi Perusahaan Publik. Media Ekonomi & Bisnis18(2) Desember: 34-45. Nasirwan, 2002, “Reputasi Penjamin Emisi, Re turn Awal, Return 15 Hari Sesudah IPO, dan Kinerja Perusahaan Satu Tahun Sesudah IPO di Bursa Efek Jakarta”, Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, Vol.5, No. 1, pp. 64-84 Na’im,A. Dan J. Hartono 1996. The Effects of Anti trust Investigations on the Management of Earnings :A Further Empirical Test of Political - Cost Hypothesis. Kelola 13 (5): 126-141. Neill, J.D., S.G. Pourchiau, dan T.F. Schaefer. 1995. Accounting Method Choice and IPO Valuation.AccountingHorizon:68-80. Pagano, M., F. Panetta, dan L. Zingales. 1998. Why do companies go public? An empirical analysis. The Journal of Finance 53 (1): 27-64. Payamta dan M. Machfoedz, 1999. Evaluasi Kinerja Perusahaan Perbankan sebelum dan Sesudah Menjadi Perusahaan Publik di Bursa Efek Jakarta (BEJ). Kelola 8(20): 54-69. Perry, S.W. dan T.H. Williams. 1994. Earning Management Preceding Management Buy out Offers. Journal of Accounting and Economics 18: 157-179. Roychowdhury dan Sugata. 2006. Earnings Management through Real Activities Manipulation.. Journal of Accounting and Economics: 335-370 Richardson,V.J., 1998. Information Asymetry and Earning Management: Some Evidence Working Paper (Universityof Kansas): 1-38. Saiful. 2002. Hubungan Manajemen Laba (Earnings Management) dengan Kinerja Operasi dan Return Saham di Sekitar IPO. Simposium Nasional Akuntansi 5. Salno., H.Meilani dan Z. Baridwan. 2000. Analisis Perataan Penghasilan (IncomeSmoothing), Faktor-faktor yang Mempengaruhi, dan Kaitannya dengan Kinerja Saham Perusahaan Publik di Indonesia. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia 3 (1): 12-34. Samlawi, A., 2000. Analisis perilaku Perataan Laba Didasarkan pada Kinerja Perusahaan di
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 11 (2014)
19
Pasar. Simposium Nsional Akuntansi III, September: Yogyakarta. Setiawati, L., dan A. Na’im. 2000. Manajemen Laba. Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia 15(4): 424-441. Scott,W. R. 2000.FinancialAccountingTheory. 2nd edition. Prentice-Hall Canada Inc: NewJersey. Setiawati, L. 2001. Rekayasa Akrual untuk Meminimalkan Pajak. Simposium Nasional Akuntansi V. Setiawan.I. 2007. Analisis Kinerja Keuangan Perusahaan Sebelum Dan Sesudah Initial Public Offering (IPO) (Studi Pada Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Jakarta Periode 1982-2006). Tesis. Program Pasca sarjana Program Studi Magister Sains Akuntansi Universitas Diponegoro. Semarang Simamora,H.2002. Akuntansi Basis Pengambilan Keputusan Bisnis.UPP AMP YKPN: Yogyakarta. Sjahrir, 1995. Tinjauan Pasar Modal. Gramedia Pustaka Indonesia. Jakarta. Subramanyam, K.R. 1996. The Pricing of Discretionary Accruals. Journal of Accounting and Economics: 249-281. Sudjito.D.A. 2006. Analisis Praktek Manajemen Laba Pada Perusahaan Manufaktur Yang Melakukan Initial Public Offering Dan Listed Di Bej Periode 1997-2004. Tesis. Program Pasca sarjana Program Studi Magister Sains Akuntansi Universitas Diponegoro. Semarang Suhendah dan Rousilita (2005). Earning Management, Jurnal Akuntansi/Th.IX/02/Mei/2005, p. 195-205. Sunariyah. 2003. Pengantar Pengetahuan Pasar Modal. UPPA MPYKPN: Yogyakarta Sweeney, A.P. 1994. Debt Covenant Violations and Manager’s Accounting responses.Journal of Accounting and Economics17: 281-308. Teoh, S.H., I. Welch, dan T.J.Wong.1998. Earning Management and The Long Run Market Performance of IPO. Journal of Finance: 1935-1974 Undang-Undang Pasar Modal (UUPM) Nomor 8 Tahun 1995 Pasar Modal. Traill, M., dan Ed Vos. 2001. "Do Seasoned Equity Offerings Really Underperform in the Long Run? Evidence from New Zealand".Working paper. Wahyuningsih, D.R. 2007. Hubungan Praktek Manajemen Laba Dengan Reaksi Pasar Atas Pengumuman Informasi Laba Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek Jakarta. Tesis. Program Pascasarjana Program Studi Magister Sains Akuntansi Universitas Diponegoro. Semarang. Watts, R. L., dan Zimmerman, J. L. 1990, Positive Accounting Theory: A Ten YearPerspective. The Accounting Review, 60 (1): 131-156. Wolk,H.I. dan M.G,. Tearney. 1997. Accounting theory:A Conceptual and Institutional th Approach4 edition. Cincinnati : South Western College Publishing.