║Journal Caninus Denstistry Volume 1, Nomor 4 (November 2016): 20 - 25
Gambaran Tingkat Pengetahuan Mengenai Kebersihan Mulut Pada Siswa Sekolah Menengah Atas Yang Menggunakan Perangkat Ortodonti (Survei di SMAN 3 Banda Aceh) Rizki Ananda Suci, Dewi Saputri, Suzanna Sungkar Program Studi Pendidikan Dokter Gigi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Syiah Kuala
ABSTRAK Pemakaian perangkat ortodonti terutama perangkat ortodonti cekat membuat gigi lebih sulit dibersihkan dan mempermudah terjadinya penumpukan plak pada gigi pasien. Plak merupakan faktor penyebab penyakit periodontal dan kerusakan gigi. Pemeliharaan oral hygiene dalam perawatan ortodonti sangat penting untuk mencegah penumpukan plak. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat pengetahuan mengenai kebersihan mulut pada siswa Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 3 Banda Aceh yang menggunakan perangkat ortodonti. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Pengambilan sampel penelitian ini dilakukan dengan total sampling. Cara kerja penelitian ini dengan pemberian kuesioner kepada responden. Hasil penelitian menunjukkan subjek yang memiliki pengetahuan baik sebanyak 3 siswa (10,3%), cukup sebanyak 17 siswa (58,6%) dan kurang sebanyak 9 siswa (31,0%). Disimpulkan bahwa mayoritas pengetahuan siswa di sekolah menengah atas tentang kebersihan mulut berada dalam kategori cukup. Kata Kunci : Pengetahuan, Kebersihan Mulut, Ortodonti
ABSTRACT The use of orthodontic appliance, especially fixed orthodontic appliance, making teeth more difficult to clean up and simplify the build up of plaque on the teeth of patients.
Plaque is the factor that causes periodontal disease and tooth decay. Maintenance of oral hygiene in orthodontic treatment is essential to prevent the build up of plaque. The purpose of this study was to determine the level of knowledge about oral hygiene in high school students who uses orthodontic appliance. This research is a descriptive study. The sampling method used to obtain the subjects is total sampling. This research carried out by giving questionnaires to respondents. The results showed that subjects which have high knowledge was 3 students (10,3%), medium as much as 17 students (58,6%) and low was 9 students (31%). Concluded that the majority of high school students knowledge about oral hygiene categorized on median-level. Key words : Knowledge, Oral Hygiene, Orthodonti
PENDAHULUAN Permintaan pemakaian perangkat ortodonti meningkat seiring berjalannya waktu. Berdasarkan survey yang dilakukan oleh American Association of Orthodontists, pasien dewasa yang menginginkan perawatan ortodonti meningkat 14% dalam jangka waktu 2 tahun dari tahun 2010–2012 sedangkan pasien yang berumur 17 tahun ke bawah meningkat sebanyak hampir 22% pada tahun 2012 bila dibandingkan dengan tahun 2010.1 Pasien pada umumnya menginginkan perawatan ortodonti untuk meningkatkan atau memperbaiki penampilan gigi dan wajah tanpa mengetahui risiko pemakaian perangkat ortodonti tersebut. Pemasangan perangkat ortodonti mempunyai potensi untuk menyebabkan kerusakan pada jaringan keras dan lunak rongga mulut. Hal ini terjadi dikarenakan perangkat ortodonti membuat pasien sulit untuk menjaga kebersihan mulut atau oral hygiene. Aspek terpenting dari perawatan ortodonti adalah memiliki standar kebersihan mulut yang tinggi sebelum dan selama melakukan perawatan ortodonti. Komplikasi yang paling sering terjadi adalah
J o u r n a l C a n i n u s D e n t i s t r y V o l . 1 , N o . 4 : 2 0 - 2 5 | 20
rusaknya jaringan periodontal.2 Inflamasi yang parah dan pembengkakan gingiva adalah hal yang paling umum terjadi.3 Mempertahankan atau menjaga kebersihan mulut selama perawatan ortodonti akan sangat membantu dalam kesehatan gingiva yang baik, yang akan terlihat pada hasil akhir perawatan ortodonti. Pengetahuan tentang cara menyikat gigi dengan teknik yang ideal sangat diperlukan supaya pasien tahu cara menjaga kebersihan mulut yang benar. Tingkat pengetahuan pasien ortodonti terhadap kesehatan gingiva masih kurang baik. Kurangnya tingkat pengetahuan akan membuat pasien tidak acuh terhadap kebersihan mulut yang membuat kebersihan mulut akan buruk. Peningkatan pengetahuan dapat dilakukan dengan memberikan instruksi yang memadai pada pasien mengenai alat dan cara menjaga kebersihan mulut yang tepat.4,5 Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Elanchezhiyan dan Raja (2010), banyak pasien tidak mengetahui dengan tepat cara menjaga kebersihan mulut, sehingga menyebabkan hasil perawatan ortodonti yang kurang sempurna. Pasien yang mengetahui bahaya penyakit gingiva sangat rendah yaitu hanya 8,5% sedangkan 91,5% lainnya tidak sadar akan bahayanya penyakit gingiva.4 Berdasarkan hasil penelitian Atassi dan Awartani (2010) yang dilakukan di Saudi Arabia dengan subjek 50 pasien ortodonti, hanya 20 pasien (40%) yang memiliki kebersihan mulut yang baik. Tiga puluh pasien lainnya (60%) memiliki tingkat kebersihan mulut yang buruk. Hanya sebanyak 32% atau 16 pasien dari total subjek yang mengunjungi dokter gigi untuk membahas masalah kebersihan mulut pada saat dalam perawatan ortodonti sedangkan 68% lainnya atau sebanyak 34 pasien tidak melakukan hal tersebut.6 Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan sebelumnya diketahui bahwa pengetahuan akan kebersihan mulut pada pasien ortodonti membutuhkan perhatian khusus. Maka penelitian ini dilakukan untuk mengetahui tingkat pengetahuan terhadap kebersihan mulut pada siswa SMAN 3 Banda Aceh yang menggunakan perangkat ortodonti.
BAHAN DAN METODE Jenis penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan cara membagikan kuesioner. Penelitian ini dilakukan di SMAN 3 Banda Aceh. Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar kuesioner dan alat tulis berupa pulpen. HASIL PENELITIAN Penelitian ini didapatkan subjek sebanyak 29 siswa dengan jumlah subjek lakilaki sebanyak 8 orang dan perempuan sebanyak 21 orang dari total 45 siswa yang menggunakan perangkat ortodonti, hal ini disebabkan 16 subjek penelitian tidak hadir saat penelitian dilakukan. Penelitian ini dilakukan dengan cara memberikan kuesioner kepada siswa Sekolah Menengah Atas Negeri 3 Banda Aceh yang menggunakan perangkat ortodonti. Tabel 5.1. Distribusi Subjek Penelitian Jenis Jumlah Persentase Kelamin Laki-Laki 8 27,6 Perempuan 21 72,4 Total 29 100
Tabel 5.1 menunjukkan subjek penelitian berdasarkan jenis kelamin didominasi oleh perempuan yaitu sebanyak 21 orang (72,4%), dan pada laki-laki sebanyak 8 orang (27,6%). Tabel 5.2. Distribusi Subjek Penelitian Berdasarkan Tingkat Pengetahuan Tingkat Jumlah Persentase Pengetahuan Kurang
9
31,0
Cukup
17
58,6
Baik
3
10,3
Total
29
100
Tabel 5.2 di atas menunjukkan subjek penelitian yang menjadi responden dalam penelitian ini berdasarkan tingkat pengetahuan terbagi atas 3 kategori, yaitu subjek yang memiliki pengetahuan baik sebanyak 3 orang
J o u r n a l C a n i n u s D e n t i s t r y V o l . 1 , N o . 4 : 2 0 - 2 5 | 21
(10,3%), subjek yang memiliki pengetahuan cukup sebanyak 17 orang (58,6%) dan subjek yang memiliki pengetahuan kurang sebanyak 9 orang (31,0%). Tabel 5.3. Distribusi Subjek Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin Terhadap Tingkat Pengetahuan Pengetahuan Laki-Laki Perempuan Baik 1 2 Cukup 4 13 Kurang 3 6 Total 8 21
Tabel 5.3 menunjukkan bahwa subjek penelitian yang berjenis kelamin perempuan memiliki pengetahuan tentang kebersihan mulut dalam kategori cukup yaitu sebanyak 13 siswa (61,9%), yang memiliki pengetahuan baik sebanyak 2 siswa (9,5%) dan yang memiliki pengetahuan kurang sebanyak 6 siswa (28,6%). Siswa laki-laki memiliki pengetahuan tentang kebersihan mulut dalam kategori baik yaitu sebanyak 1 siswa (12.5%), yang memiliki pengetahuan cukup sebanyak 4 siswa (50%) dan yang memiliki pengetahuan kurang sebanyak 3 siswa (37,5%). PEMBAHASAN Pemakaian perangkat ortodonti terutama perangkat ortodonti cekat membuat gigi lebih sulit dibersihkan dan mempermudah terjadinya penumpukan plak pada gigi pasien. Plak merupakan faktor penyebab penyakit periodontal dan kerusakan gigi. Pemeliharaan oral hygiene dalam perawatan ortodonti sangat penting untuk mencegah penumpukan plak.2,14 Tabel 5.1. menggambarkan distribusi frekuensi subjek penelitian berdasarkan jenis kelamin. Subjek didominasi oleh perempuan yaitu sebanyak 21 orang (72,4%), sedangkan laki-laki sebanyak 8 orang (27,6%). Menurut peneliti, hal ini terjadi karena perempuan lebih memperhatikan estetika dan penampilan daripada laki-laki. Tabel 5.2. menggambarkan distribusi frekuensi tingkat pengetahuan mengenai kebersihan mulut pada siswa sekolah menengah atas yang menggunakan perangkat ortodonti. Berdasarkan hasil penelitian, tingkat pengetahuan dengan persentase
tertinggi pada penelitian ini terdapat pada tingkat pengetahuan cukup yaitu 17 orang (58,6%). Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Masanja dan Mughamba (2004) yang menyebutkan bahwa pengetahuan tentang kebersihan mulut pada siswa sekolah berada dalam kategori cukup. Kondisi ini terjadi akibat mudahnya akses informasi oleh siswa di sekolah yang terletak di wilayah perkotaan. Menurut Masanja dan Mughamba, akses informasi mempengaruhi tingkat pengetahuan siswa.30 Salah satu sumber informasi yang dapat diakses dengan mudah oleh siswa adalah melalui media massa. Media massa sering digunakan dalam penyuluhan kesehatan untuk meningkatkan pengetahuan dan menurunkan masalah kesehatan karena memiliki kemampuan untuk mempengaruhi orang banyak dalam satu waktu.31 Pengetahuan siswa yang cukup baik kemungkinan dipengaruhi oleh penyuluhan. SMAN 3 Banda Aceh merupakan sekolah yang sering dijadikan tempat penelitian oleh mahasiswa fakultas kedokteran gigi Universitas Syiah Kuala. Menurut peneliti, penyuluhan yang dilakukan, baik oleh tenaga kesehatan atau oleh mahasiswa sekolah kedokteran gigi, memiliki andil dalam meningkatkan pengetahuan siswa sehingga tingkat pengetahuan para siswa berada pada tingkatan yang cukup baik. Meningkatnya pengetahuan akan menyebabkan siswa termotivasi untuk lebih menjaga kebersihan mulutnya. Menurut Kawuran (2008) pengetahuan mempengaruhi seseorang dalam berperilaku. Apabila seorang siswa memiliki pengetahuan yang baik maka perilakunya akan berbanding lurus dengan pengetahuannya. Siswa yang memiliki pengetahuan tinggi akan menunjukkan perilaku yang positif dalam melakukan perawatan gigi. Hal ini didukung oleh penelitian Dewanti (2012) yang menyatakan bahwa responden yang memiliki pengetahuan tinggi tentang kebersihan gigi dan mulut menunjukkan perilaku perawatan gigi yang positif, sebaliknya responden yang memiliki pengetahuan rendah tentang kebersihan gigi
J o u r n a l C a n i n u s D e n t i s t r y V o l . 1 , N o . 4 : 2 0 - 2 5 | 22
dan mulut menunjukkan perilaku perawatan gigi yang negatif.32 Tabel 5.3 menunjukkan responden perempuan lebih banyak memiliki pengetahuan yang tinggi mengenai kebersihan mulut dibandingkan dengan responden lakilaki. Hasil ini sesuai dengan penelitian Gholami (2014) yang menyebutkan bahwa pengetahuan responden perempuan lebih baik dibandingkan responden laki-laki.33 Menurut peneliti, kondisi ini dikarenakan perempuan memiliki rasa ingin tahu yang lebih dan mau mencari informasi yang berhubungan dengan kebersihan gigi dan mulut dibandingkan lakilaki sehingga memiliki perhatian untuk memperbaiki kesehatan rongga mulut. Perbedaan pengetahuan antara laki-laki dengan perempuan juga disebabkan oleh kurangnya kepedulian remaja laki-laki terhadap kebersihan rongga mulut. Keterbatasan penelitian ini adalah peneliti hanya melihat pengetahuan mengenai kebersihan mulut pada siswa Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 3 Banda Aceh yang menggunakan perangkat ortodonti berdasarkan kuesioner tanpa dilakukannya pemeriksaan klinis pada subjek. Hal ini mengakibatkan peneliti hanya mengetahui tingkat pengetahuan subjek mengenai kebersihan mulut tetapi tidak mengetahui tingkat kebersihan mulut subjek.
KESIMPULAN Tingkat pengetahuan mengenai kebersihan mulut pada siswa Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 3 Banda Aceh yang menggunakan perangkat ortodonti menunjukkan persentase tertinggi pada tingkat pengetahuan cukup yaitu (58,6%) 17 orang.
SARAN Adanya penelitian lebih lanjut mengenai hubungan antara tingkat pengetahuan, status oral hygiene dan resiko terjadinya karies pada pengguna perangkat ortodonti.
1. Anonymous. Smile are In Style. American Association of Orthodontist. 2012. 2. Travess H, Roberts H, Sandy J. Risks in orthodontic treatment, British Dental journal 2004;196:(2) 71-7. 3. J.D.Manson, B.M. Eley. Buku Ajar Periodonti. Edisi kedua.1993. p. 51.
4. Dr. Elanchezhiyan, Dr Raja. Awareness on gingival health among orthodontic correction seeking individuals.2010;(1) : 19-21. 5. Arici S, Alkan A, Arici N. Comparison of different toothbrushing protocols in poor-toothbrushing orthodontic patients. European Journal of Orthodontics 2007:(29); 488–492.
6. Attasi F, Awartani F. Oral Hygiene Status among Orthodontic Patients. J Contemp Dent Pract. 2010; 11(4) : 25-32
7. Harry D, Sandy J. Who needs orthodontics?. British Dental journal 2003: 195(8); 433-437
8. Sulandjari H, Buku Ajar Ortodonsia, Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta. 2008. p.6-16
9. Mitchell L, An Introduction to Ortodontics.3rd ed. Oxford University press, 2007. p. 2-200 10. Axellson P, Odont D. Concept and practice of plaque-control. Pediatric Dentistry 1981: 3 ; 101-113 11. F.J Harty, R. Ogston. Kamus Kedokteran Gigi. EGC. 1995. P. 50-238
DAFTAR PUSTAKA J o u r n a l C a n i n u s D e n t i s t r y V o l . 1 , N o . 4 : 2 0 - 2 5 | 23
12. Newman MG, Takei HH, Carranza FA. Carranza’s Clinical Periodontologi 10th ed. Philadelphia : W.B Saunders Company ; 2008, p. 170-177
13. Putri Megananda Hiranya, Eliza Herijulianti, Neneng Nurjannah. Ilmu Pencegahan Penyakit Jaringan Keras dan Jaringan Pendukung Gigi. Jakarta: EGC. 2009. P. 56,75
14. Foster TD. Buku ajar ortodonti. Alih Bahasa. Lilian Yuwono. Jakarta: EGC, 1997: 140-3.
15. William JK, Cook PA, Isaacson KG, Thom AR. Alat-alat ortodonti cekat: prinsip dan praktik. Alih Bahasa. Susetyo B. Jakarta: EGC, 1998: 1-6, 152-3.
16. Sukontapatipark W, El-Agroudi MA, Selliseth NJ, Thunold K, Selving KA. Bacterial colonization associated with fixed orthodontic appliances. A scanning electron microscopy study. Eur J Orthod 2001; 23: 475-84.
17. Sargolzaie N, Jamedar SA, Mokhtari MR, Arab HR, Piroozi S. Evaluation of subgingival dental plaque microbiota changes in fixed orthodontic patients with syber green real time PCR. JMDT 2014; 3(3): 123-7.
18. Chetrus V, Ion IR. Dental plaqueclassification, formation, and identification. Int J of Med Dent 2013; 3(2): 139-143.
19. King LA. The science of psychology: an appreciative view. Alih Bahasa. Brian Marwensdy. Jakarta: Salemba Humanika, 2010: 188-98, 204-5.
20. Fudyartanta K. Psikologi Perkembangan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011: 20120.
21. Darmayanti N. Meta-analisis: Gender dan depresi pada remaja. J Psikologi 2011; 35(2): 164-80.
22. Sari MRP. Efektifitas penambahan alkohol pada obat kumur terhadap penurunan indeks plak pengguna piranti ortodonti cekat. Skripsi. Medan: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara, 2012: 1,4-5.
23. Slomkowska GS, Zrobek JJ. The effect of oral health education on dental plaque development and the level of cariesrelated Streptococcus mutans and Lactobacillus sp. Eur J of Orthod 2007; 29: 157-60.
24. Pellegrini P, et al. Plaque retention by self-ligating vs elastomeric orthodontic bracket: Quantitative comparison of oral bacteria and detection with adenosine triphosphate-driven bioluminescence. Am J of Orthod and Dentofacial Orthop 2009; 135(4): 426.e1-9.
25. Cury JA, Marques AS, Tabchoury CPM, Cury AADB. Composition od dental plaque formed in the presence of sucrose and after its interruption. Braz. Dent. J 2003; 14(3): 1-8.
26. Erwana AF. Seputar kesehatan gigi dan mulut. Yogyakarta: Rapha, 2013: 99-103. 27. Notoatmojo, Kesehatan Masyarakat; Ilmu Dan Seni. Jakarta: PT Rineka Cipta, 2007. p. 137.
J o u r n a l C a n i n u s D e n t i s t r y V o l . 1 , N o . 4 : 2 0 - 2 5 | 24
28. Notoatmodjo, S. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta. Rineka Cipta, 2007. p. 140-2.
29. Arikunto S. Prosedur Penelitian Suatu Praktik. Jakarta. Rineka Cipta, 2006
30. Masanja IM, Mumghamba EGS. Knowledge on gingivitis and oral hygiene practices among secondary school adolescents in rural and urban Morogoro Tanzania. Int J Dent Hygiene 2004; 2: 172-8
31. Mortesson C. More to learn about periodontitis related knowledge and its relationship with periodontal health behaviour. Journal of Clinical Periodontology 2006; 36: 756-64
32. Dewanti . Hubungan tingkat pengetahuan tentang kesehatan gigi dengan perilaku perawatan gigi pada anak usia sekolah di SDN Pondok Cina 4 Depok. Skripsi. Jakarta. Universitas Indonesia, 2012
33. Gholami M, Pakdaman A, Jafari A, Virtanen JI. Knowledge of and attitudes towards periodontal health among adults in Tehran. EMHJ 2014; 20 (3): 196-202
J o u r n a l C a n i n u s D e n t i s t r y V o l . 1 , N o . 4 : 2 0 - 2 5 | 25