║Journal Caninus Denstistry Volume 2, Nomor 1 (Februari 2017): 7 - 11
Gambaran Laju Aliran Saliva Tanpa Stimulasi Pada Pasien Terindikasi Gasrtoesophageal Reflux Disease (GERD) Di Rumah Sakit Umum Daerah Zainal Abidin Banda Aceh
Fajri Ekawardana, Ridha Andayani, Sri Rezeki Program Studi Pendidikan Dokter Gigi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Syiah Kuala
ABSTRAK Gastroesophageal Reflux Disease (GERD) merupakan suatu keadaan berbaliknya (refluks) kandungan lambung ke esofagus melebihi jumlah normal dan menimbulkan berbagai keluhan seperti halitosis dan erosi gigi. Sampai saat ini laju aliran saliva pada pasien GERD masih kontroversi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran laju aliran saliva pada pasien terindikasi Gasrtoesophageal Reflux Disease (GERD) di RSUDZA Banda Aceh. Penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan survei. Subjek diseleksi dengan menggunakan kuisioner GERDQ dan pengumpulan saliva dengan metode spitting tanpa stimulasi setiap 1 menit selama 5 menit. Hasil seleksi didapatkan 17 orang dan laju aliran saliva pada pasien terindikasi GERD sebanyak 14 orang dalam kategori rendah (82,4%) dan 3 orang dalam kategori tinggi (17,6%). Disimpulkan bahwa paling banyak pasien terindikasi GERD menunjukkan laju aliran saliva dalam kategori rendah (0,1-0,25 ml/menit). Kata kunci: Gastroesophageal Reflux Disease (GERD), laju aliran saliva. ABSTRACT Gastroesophageal Reflux Disease (GERD) is a condition of reversibility (reflux) stomach contents into to esophagus exceeds the normal amount and cause a variety complaints such as halitosis and tooth erosion. Until now salivary flow in patients with GERD is still controversial. The aim of this study is to know description of salivary flow in patients indicated Gasrtoesophageal Reflux Disease (GERD) in RSUDZA Banda Aceh. This research is a descriptive survey and selecting subject using a questionnaire and collecting saliva by spitting method without stimulation every 1 minute for 5 minutes. Selection results obtained 17 subject with salivary flow in patients indicated with GERD as many 14 people in the low category (82.4%) and 3 people in high category (17.6%). It can be concluded that most patients indicated GERD showed salivary flow in the low category (0.1-0.25 ml/min). Key words : Gastroesophageal Reflux Disease (GERD), salivary flow.
PENDAHULUAN Gastroesophageal reflux disease (GERD) adalah salah satu kelainan yang sering ditemukan dalam bidang gastrointestinal.1 Menurut Suzanna Ndraha GERD adalah suatu kondisi patologis dimana sejumlah isi lambung berbalik (refluks) ke esofagus melebihi jumlah normal, dan menimbulkan berbagai keluhan seperti heartburn (rasa terbakar di dada yang kadang disertai rasa nyeri yang pedih) dan gejalagejala lain seperti regurgitasi (rasa asam dan pahit di lidah).2,3 Penyakit ini dapat berdampak buruk pada kualitas hidup penderita.4,5 Prevalensi GERD di Asia, termasuk Indonesia, relatif rendah dibanding negara maju.3 Di Amerika hampir 7% populasi mempunyai
keluhan nyeri dada, sedangkan di Asia hanya 3%, laki-laki dan perempuan mempunyai risiko yang sama, namum insiden pada laki-laki lebih tinggi dan GERD dapat terjadi di segala usia.3,6 Sekresi saliva yang memadai dan keseimbangan komposisi saliva sangat penting dalam mempertahankan kesehatan rongga mulut. Saliva melumasi dan mempertahankan rongga mulut dari iritasi faktor mekanis, termal dan kimia.7,8 Kapasitas buffer saliva merupakan mekanisme pertahanan saliva terhadap asam, kapasitas buffer saliva ditentukan oleh 85% konsentrasi bikarbonat, 14% konsentrasi fosfat dan 1% oleh protein saliva. Refluks asam yang melebihi jumlah normal dan frekuensi refluks
J o ur nal Can in us Denti str y Vo l. 2 ,No .1 :7 -1 1 |7
yang sering menyebabkan saliva terganggu secara kuantitas dan kualitas.9 Sistem buffer saliva pada penderita GERD juga tidak mampu menetralkan asam yang terlalu rendah dari pH kritis 5,5, sehingga terjadilah berbagai komplikasi di rongga mulut seperti erosi gigi, disfagia, bau mulut dan lidah yang terasa pahit.10 Sampai saat ini laju aliran saliva pada pasien GERD masih kontroversi. Beberapa penelitian menyatakan terjadi penurunan laju aliran saliva pada penderita GERD, karena saliva merupakan pertahanan mukosa yang selalu melumasi esofagus sewaktu regurgitasi dan juga pHnya jauh lebih rendah dari pH kritis, sedangkan penelitian lain ditemukan bahwa laju aliran saliva pada pasien GERD mengalami peningkatan karena sistem buffer yang menetralisir asam sehingga meningkatkan jumlah saliva.11-13 Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran laju aliran saliva pada pasien terindikasi GERD di RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh. BAHAN DAN METODE Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan yang dipakai adalah survei. Penelitian ini dilakukan di Poliklinik Penyakit Dalam Divisi Gastroenterohepatologi RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh pada Bulan Juni - Juli 2016. Alat dan bahan yang digunakan adalah : Masker, Handscoon, Tisu, Alat tulis, Informed consent. Penilaian pasien yang terindikasi GERD terlebih dahulu dengan kuisioner GERDQ dilakukan dengan mewawancarai langsung pasien yang menjalani rawat jalan dan yang berobat di Poli penyakit dalam divisi Gastroenterohepatologi di RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh. Terdapat enam pertanyaan yang ditanyakan kepada pasien menyangkut seberapa sering mengeluhkan gejala-gejala GERD dan terapi yang dilakukan dalam seminggu terakhir. Nilai potong kemungkinan terdiagnosis GERD adalah 8 poin dari keseluruhan nilai, dengan menambahkan semua nilai yang didapat saat wawancara.14,15 Setelah mendapatkan hasilnya, kemudian akan diperiksa kembali oleh dokter spesialis penyakit yang bertugas. Pengumpulan saliva menggunakan metode spitting tanpa stimulasi, yaitu pengumpulan saliva di dasar mulut kemudian diludahkan ke
dalam wadah penampung saliva setiap 1 menit selama 5 menit. Subjek diminta tidak makan, minum, merokok, atau membersihkan mulut kurang lebih satu jam sebelum pemeriksaan.16 Waktu pemeriksaan dari jam 09.00-11.00 WIB. Posisi subjek diusahakan harus dalam posisi yang nyaman tanpa ada pergerakan, pasien harus duduk di ruang yang tenang, posisi tubuh tegak lurus dan kepala ditundukkan.17 Tepat sebelum pemeriksaan dimulai, pasien diminta menelan ludah sekali. Subjek diminta meludah setiap 1 menit selama 5 menit, dan salivanya ditampung ke dalam gelas ukur. Saliva dikumpulkan dan kemudian diukur laju alirannya dengan gelas ukur dan dicatat, kemudian selanjutnya dijadikan data untuk dianalisis.18 HASIL PENELITIAN Seleksi subjek penelitian ini dilakukan
di Poli Penyakit Dalam Divisi Gastroenterohepatologi RSUDZA Banda Aceh, kemudian setelah pasien setuju, dilakukan pengambilan data di rumah pasien. Subjek sebelumnya diberikan penjelasan mengenai tujuan dan prosedur penelitian untuk diberikan informed consent. Pemeriksaan laju aliran saliva dilakukan setelah subjek setuju. Hasil laju aliran saliva kemudian dikelompokkan dalam kategori tinggi, normal, rendah, dan sangat rendah. Tabel 1. Distribusi Frekuensi Variabel Pada Pasien GERD di RSUDZA Banda Aceh Variabel Jumlah Persentase Subjek (%) Usia (Tahun) 40-50 10 58,8 51-60 7 41,2 Jenis Kelamin Laki-laki 7 41,2 Perempuan 10 58,8 Merokok Merokok 0 0 Tidak Merokok 0 0 Konsumsi Obatobatan Hanya obat GERD 15 88,2 Obat GERD + obat antihipertensi 2 11,8 Obat GERD + obat antihistamin 0 0 Obat GERD + obat diuretik 0 0
Journal Caninus Dentistry Vol.2,No.1:7-11|8
Dari Tabel 1. diketahui bahwa jumlah pasien terindikasi GERD paling banyak berusia 40-50 tahun dengan jumlah pasien perempuan (58,8%) lebih banyak dibandingkan dengan pasien lakilaki (41,2%). Seluruh pasien diketahui tidak merokok, pasien terindikasi GERD paling banyak hanya mengkonsumsi obat GERD (88,2%) dan sangat sedikit penggunaan obat GERD dengan obat anti hipertensi.
Jumlah Subjek
15
Laju Aliran Saliva pada Pasien Terindikasi GERD pada Bulan Juni-Juli
10
5
Rendah Tinggi
0 Laju Aliran Saliva Pasien Terindikasi GERD Gambar 1. Diagram batang laju aliran saliva pada pasien terindikasi GERD dari bulan JuniJuli 2016
Gambar 1. menunjukkan laju aliran saliva pada pasien terindikasi GERD pada bulan Juni-Juli sebanyak 17 subjek paling banyak dalam kategori rendah yaitu sebanyak 14 orang (82,4%). PEMBAHASAN Hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti pada 17 pasien ( 10 orang perempuan dan 7 orang laki-laki). Didapatkan bahwa laju aliran saliva pada pasien terindikasi gasrtoesophageal reflux disease (GERD) paling banyak berada pada kategori rendah (82,4%). Menurut penelitian Di Fede dkk (2008) menyatakan bahwa laju aliran saliva tanpa stimulasi pada pasien terindikasi gastroesophageal reflux disease (GERD) terjadi penurunan laju aliran saliva dalam kategori rendah, karena saliva merupakan pertahanan mukosa yang selalu melumasi esofagus sewaktu regurgitasi dan juga pHnya jauh lebih rendah dari pH kritis.13 Hal ini diperkuat oleh Penelitian Sarbin dkk (2012) menyatakan bahwa Refluks asam yang melebihi jumlah normal dan frekuensi refluks yang sering
menyebabkan ketidakmampuan saliva dalam pembersihan asam sehingga saliva terganggu secara kuantitas dan kualitas.19 Penurunan laju aliran saliva dan penurunan sekresi bikarbonat pada saliva tidak dapat dihindari sehingga pada penderita GERD terdapat gejala ekstraesofagus di rongga mulut berupa halitosis dan erosi gigi.19,20 Yosikawa dkk (2012) dalam penelitiannya menyatakan bahwa terdapat penurunan laju aliran saliva pada penderita GERD.19 Penelitian Filipi dkk (2011) juga memperkuat bahwa terjadi penurunan laju aliran saliva yang bermakna pada pasien GERD.21 Pada penelitian ini laju aliran saliva pada pasien terindikasi GERD dalam kategori rendah paling banyak terjadi pada pasien rentang usia antara 40-59 tahun. Menurut Lima dkk (2008) produksi air liur pada usia tua setiap hari sangat rendah dan ini tampaknya lebih terkait dengan penyakit sistemik dan penggunaan terus menerus obat ketika penuaan.22 Pada penelitian ini didapatkan bahwa jumlah laju aliran saliva pada perempuan lebih rendah jika dibandingkan dengan jumlah lakilaki, penelitian percival dkk (1994) menyatakan bahwa laju aliran saliva pada perempuan mempunyai nilai rata-rata lebih rendah dibandingkan laki-laki secara stimulasi maupun tanpa stimulasi.23 Sedangkan penelitian Ghezzi dkk (2000) menyatakan bahwa tidak terdapat perbedaan bermakna laju aliran saliva jika ditinjau dari jenis kelamin.24 Seluruh pasien yang mengikuti penelitian ini tidak merokok, panas asap rokok diketahui dapat menurunkan sensivitas reseptor pengecapan sehingga menekan refleks saliva dan dapat menyebabkan penurunan laju aliran saliva.25 Meskipun seluruh pasien tidak merokok, namun laju aliran saliva pada pasien terindikasi GERD banyak dalam kategori rendah. Penelitian ini menunjukkan bahwa pasien yang hanya mengkonsumsi obat GERD memiliki laju aliran saliva dalam kategori rendah. Penelitian Teare dkk (1995) didapatkan bahwa omeprazol dapat menyebabkan penurunan laju aliran saliva.14 Rendahnya laju aliran saliva pada pasien terindikasi GERD dapat memicu terjadinya berbagai masalah di rongga mulut seperti halitosis dan erosi gigi sehingga mempengaruhi kualitas hidup dan kenyamanan.26 Perhatian khusus baik secara medis maupun dental
Journal Caninus Dentistry Vol.2,No.1:7-11|9
diperlukan untuk menangani penurunan laju aliran saliva dengan menguyah permen karet bebas gula, maupun penggunaan saliva buatan.27,28 Peran praktisi kesehatan seperti dokter gigi dalam hal memberikan edukasi dan informasi mengenai pemeliharaan oral hygiene yang baik serta memberikan pelayanan kesehatan gigi dan mulut pada pasien terindikasi GERD, sehingga berbagai komplikasi di dalam rongga mulut akibat penurunan laju aliran saliva dapat dikurangi. KESIMPULAN Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa laju aliran saliva pada pasien terindikasi Gastroesophageal Reflux Disease (GERD) di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin Banda Aceh paling banyak dalam kategori rendah (0,1-0,25 ml/menit).
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9. SARAN 1. Diharapkan dapat dilakukan penelitian lebih lanjut dengan cakupan bulan lebih lama dan penelitian terhadap peningkatan laju aliran saliva pada pasien terindikasi Gastroesophageal Reflux Disease (GERD). 2. Perlu diberikan pemahaman kepada praktisi kesehatan yang ada di Poli Penyakit Dalam Divisi Gastroenterohepatologi tentang pentingnya menjaga kesehatan rongga mulut pada pasien terindikasi Gastroesophageal Reflux Disease (GERD) agar dapat mencegah gejala-gejala ekstraesofagus yang ditimbulkan. 3. Perlu dilakukan sosialisasi oleh pihak rumah sakit tentang kesehatan gigi dan mulut agar dapat menjaga kesehatan rongga mulut sebaik mungkin agar tidak memperburuk kondisi kesehatan pasien. DAFTAR PUSTAKA 1. Nelson S, Christoffel. Prevalence of symptoms of gastroesophageal reflux during childhood: a pediatric practice-based survey. Pediatric practice research group. Arch Pediatr Adolesc 2000;154:150–154. 2. Orenstein SG, Berhman, Kliegman. Gastroesophageal Reflux Disease Nelson textbook of pediatrics. Philadelphia Saunders Elsevier 2011;1266–1270.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
Sudoyono A, Simadibrata Setiati. Buku Ajar. Ilmu Penyakit Dalam. 5 ed. Jakarta: interna; 2009: p.12-14 Ndraha S. Penyakit Refluks Gastroesophageal. Departemen Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Krida Wacana Jakarta 2014: p. 27. Nimish Vakil P. The Initial Diagnosis of GERD. Journal American Dental Association , 2013;27:365-371. Richards T. Paradigm shift in the management of gastroesophageal reflux disease. Wiley Online Library, 2003;237:638–647. Vakil N, Kahrilas P, Dent J, Jones R. The gastroesophageal Reflux Disease, American Journal, 2006;101:1900–1920. Greenberg MS, Glick M, Burket's Oral Medicine and Treatment, 11 ed: bc decker inc: 2003. p. 193-194. Pace F, Tonini M, Vakil N. Systematic dental, American Journal Dental Association, 2008;27:1179–1186. Singh P, Taylor RH, Jones DG. The Esophageal, Journal Gastroenterol Hepatology, 1992:1590–1596. Albert J, Bredenoord J, Andre J, Smout G. Gastro oesophageal reflux disease. Gastroenterology and Hepatology 2013;381. Guyton AC. Fisiologi Manusia dan Mekanisme Penyakit (Human Physiology and Mechanisms of Disease). 3 ed. Jakarta: EGC; 1990. p. 412-416. Di Fede, Campisi R, Liberto D. Saliva variations in gastro-oesophageal reflux disease. Scien Direct 2008;268–271. Teare JP, Spedding C, Whitehead MW, Greenfield SM. Omeprazole and dry mouth. Journal Gasrtoenterohepatologi 1995;30: 216-218. Jones MP, Sloan SS, Rabine JC. Gastroesophageal Reflux Disease and tooth: a cross sectional observation study. Journal Gasrtoenterohepatologi 2013;7:81-271. Navazesh M. Method for colltecting saliva. Journal of the New York Academy of Sciences, 1993;(20):72-77 Dawes C, Circadian Rhythme in Human Salivary Flow Rate and Composition. Journal of Physiology 1972;220:529-545. Yosikawa H, Furuta K, Uneo M, Oral Symtoms including dental erosions in gastroesophageal reflux disease are
J o u r n a l C a n i n u s D e n t i s t r y V o l . 2 , N o . 1 : 7 - 1 1 | 10
19.
20.
21.
22.
associated with decrease salivary flow volume and swallowing function. Journal Gastroenterohepatology 2012; 47: 412-420. Ericsson Y. "Enamel apatite solubility. Investigations into the callcium phosphate equilibrium between enamel and saliva and its relation to dental caries". Acta Odontology 1949;8:1-139. Tumilasci R, Cardoso, Contreras N. Belforte B, Arregger L. Ostuni A. 2006. Standar of Simple Method to Study Whole Saliva: Clinical Use in Different Pathologies. Acta Odontol Latinoam; 19 (2): 47-51. Filipi K, Halacknova Z, Filipi V. Oral Health Status, salivary factors and microbial analysis in patients with active gastoesophageal reflux disease, International Dental Journal 2011;61: 231-237. Almeida PD, Grergio AM, Machado AN, Lima AS, Azevedo L.R. Saliva Compositions and Functions. Journal of Contemporary Dental Practice 2008; 9:211.
23. Percival RS, Challacombe SJ, Marsh PD. Flow rates of resting whole and stimulated parotid saliva in relationship age and gender. Journal dental Researh 1994;73:1416. 24. Ghezzi EM, Lange LA, Ship JA. Determinations of variation of stimulated salivary flow rate. Journal Dental Research 2000;79: 1874-1878. 25. Khan GJ, Javed M, Ishaq M. Effect of Smoking on Salivary Flow Rate. Gomal Journal of Medical Science 2010;8(2):221223. 26. Holbrook WP, Furuholm J, Gudmundsson K, Theodors A .Meurman JH. Gastric reflux is a significant causative factor of tooth erosion. Journal of Dental Research 2009;88:422–426. 27. Leo MS. Saliva in health and disease : an appraaisal and update composition and functions: a comphrehensive review. Internasional Dental Journal 2000;50(3):140-116. 28. Scully C, Felix DH. Dry Mouth and Disorder of Salivation. British Dental Journal 2005;199(3):423-427.
J o u r n a l C a n i n u s D e n t i s t r y V o l . 2 , N o . 1 : 7 - 1 1 | 11