RIVALITAS STRATEGI MARITIM CHINA DAN INDIA DI SELAT MALAKA Ayusia Sabhita Kusuma 1 ―Jika engkau mengetahui dirimu dan mengetahui musuh-musuhmu, maka dalam seribu perang pun engkau tak akan terkalahkan‖ (Sun Tzu) “Whosoever commands the sea commands the trade; whosoever commands the trade of the world commands the riches of the world, and consequently the world itself‖ (Great Britain‘s Sir Walter Raleigh) Abstract Regarding the significance of Malacca Strait as a key maritime‘s ―choke-point‖ passage between Indian and Pacific oceans, some major countries become dependence with the security and safety in Malacca Sea Lines of Communications (SLOC). China and India are two states-user of Malacca Strait which sharing common interests of economic, maritime trade and energy supplies. The problem is, as a regional power of each region, India and China have an ambition to control the security of Malacca‘s Strait. China which is more dependent with its 80% trade and energy supply through Malacca Strait, facing ―Malacca dilemma‖ regarding the issue. Then, with the strategy of ―string of pearls‖ and the modernization of of People‘s Liberation Army Navy (PLAN), China became assertive to save its interests. India, which has control over Indian Ocean then feel threaten by China‘s activities around Malacca Strait and Indian Ocean. India starts and enhances the development of Andaman Nicobar Command with US support near Malacca Straits to counter China‘s development. This paper will analyze the development of China‘s dan India‘s maritime strategy rivalry in Malacca Straits with the concepts of balance of power and maritime strategy. Keywords: Malacca Strait, China‘s maritime strategy, India‘s maritime strategy, rivalry, balance of power. Afrika dan India dengan China, Jepang dan
Pendahuluan Malaka
Asia Tenggara sebagai jalur pengangkutan
bangsa-bangsa
komoditi hasil eksploitasi, penjajahan maupun
Romawi, China, Persia, Yunani dan Arab di
perdagangan. Hingga sekarang, Selat Malaka
kawasan
era
menjadi jalur pelayaran internasional antara
kolonialisasi, Selat Malaka dikuasai Belanda,
Timur dan Barat yang penting karena sepertiga
Portugis dan Inggris untuk menghubungkan
dari perdagangan dunia dan separuh dari
Sejak menjadi
1
berabad-abad,
jalur Asia
perniagaan Tenggara.
Selat
Pada
Staf Pengajar Program Studi Hubungan Internasional, FISIP Universitas Jenderal Soedirman. Email:
[email protected]
67
Ayusia Sabhita Kusuma
pengangkutan minyak atau sumber energi
dengan kekuatan persenjataan dan proyeksi
dunia, menggunakan akses melalui Selat
kekuatan militer, kepentingan komersil atau
Malaka (Percival 2005 & Pena 2009 dalam
perdagangan
Kusuma
nadi
eksploitasi sumber daya kelautan. Pertarungan
pelayaran
keseimbangan kekuatan (balance of power) di
internasional yang padat, tentu saja keamanan
Selat ini kemudian menjadi kajian yang
dan
menarik dalam konteks keamanan regional
2013).
perekonomian
Sebagai dan
keselamatan
urat
jalur
(security
and
safety)
pelayaran di Selat Malaka menjadi salah satu Serikat.
Terutamanya
sejak
jalur
maritim,
dan
maupun ekstraregional.
agenda negara-negara besar di Asia hingga Amerika
melalui
Bagi dua kekuatan besar ekstraregional Asia Tenggara,
yaitu
China dan
India,
kebangkitan ekonomi negara-negara di Asia
keamanan Selat Malaka menjadi salah satu
seperti Jepang, China dan India, yang ditandai
prioritas dalam kepentingan geostrategik di
dengan
Asia Tenggara. Dua negara pengguna selat ini
adanya
ekspansi
ekonomi
dan
interdependensi kawasan Asia Timur dengan
(strait
kawasan
keamanan Selat Malaka sebagai penghubung
lain.
Meningkatnya
liberalisasi
perdagangan, volume ekspor-impor negaranegara industri ini ke seluruh kawasan di dunia termasuk Asia Tenggara, juga dibarengi dengan meningkatnya kebutuhan akan pasokan sumber energi dan kebutuhan keamanan lalulintas perdagangannya.
internasional
adalah
Communication (SLOC) dan Sea Lines of (SLOT)
bagi
keamanan
pasokan dan pengangkutan sumber energi negara-negara besar dengan kawasan Asia Barat maupun Afrika. Tara Singh (2012) secara
lebih
lanjut
dalam
artikelnya
menyebutkan ada tiga kepentingan negaranegara besar di Selat Malaka yaitu kaitannya
68
membutuhkan
ekspor-impor barang dan pasokan energi dari Afrika dan Timur Tengah, Asia Tenggara, Asia Timur dan Asia Pasifik. Sedangkan, Selat Malaka sendiri termasuk satu daripada choke points zona maritim di dunia yang paling yang terorganisir (Gerard&Webb, 2006).
strategis
sebagai rute efektif dalam Sea Lines of Transportation
sama-sama
berbahaya dan hotspot kejahatan transnasional
Posisi Selat Malaka sebagai jalur pelayaran
user),
Perekonomian China tergantung pada keamanan di Selat Malaka karena sekitar 80% impor sumber energi dan perdagangan China melalui
Selat
Melaka,
sehingga
strategi
pengamanan Selat Malaka menjadi satu agenda penting keamanan dan pertahanan China. Secara
lebih
luas,
China
menginginkan
keamanan jalur laut pengangkutan sumber energinya (SLOC dan SLOT) mulai dari Babel-Mandeb, Selat Hormuz, ke Selat Malaka
Jurnal INSIGNIA │Vol 1, No 1, November 2014 68
Rivalitas Strategi Maritim China dan India Di Selat Malaka
hingga melewati Laut China Selatan dalam
Tidak hanya lalu lintas perdagangan dan sumber energi, Selat Malaka juga menjadi
alur ―string of pearls‖. Ancaman-ancaman terhadap keamanan
lalu lintas perdagangan persenjataan, misil
maritim mencakup pembajakan, perompakan
balistik maupun senjata nuklir bagi China
dan terorisme maritim. China menghadapi apa
mengingat upaya memodernisasi persenjataan
yang disebut "Malacca Dilemma” berkaitan
dan masih maraknya konflik yang terjadi
dengan keamanan Selat Malaka. Banyaknya tantangan dan ancaman keamanan maritim
dengan
beberapa
negara
menyangkut
kemerdekaan wilayah maupun klaim teritori.
terhadap lalulintas sumber energi tersebut,
Signifikansi Selat Malaka bagi India
tidak dibarengi dengan pengawalan keamanan
ialah menjadi laut penghubung (sea-link) dari
yang potensial dan efektif dari China. Hal ini
Samudera India melalui laut Andaman dengan
bukan semata-mata karena ketidakmampuan
Samudera Pasifik. Kepentingan India dalam
militer angkatan laut China, akan tetapi justru
keamanan jalur laut dari Teluk Benggala
pengerahan kekuatan militer semacam itu bisa
sampai ke laut Andaman dan Selat Melaka
menimbulkan “dilema keamanan” lebih lanjut
terutamanya adalah untuk mengamankan aset
di Selat Malaka mengingat sengketa territorial
ekonomi kekayaan alam pulau Andaman dan
China di kepulauan Spratlys maupun Laut
Eksklusif) dan landas kontinen (Singh, 2008: 3
China Selatan (Storey, 2006). Proses
pengawalan
dan
keamanan
kepentingan China di Selat Malaka juga tak lepas dari bagaimana China mempersepsikan upaya
penghambatan
dan
pembendungan
negara-negara besar (terutamanya Amerika Serikat) maupun negara-negara pantai dalam upaya pencapaian agenda keamanan energi China. Seperti pernyataan Hu Jintao pada November 2003, “ Some big powers have tried to control and meddle in the Strait of Malacca shipping lanes . . . [We need] a new strategy . . .
to
ensure
energy
Nicobar sebagai bagian ZEE (Zona Ekonomi
security‖(Khurana,
2011:56).
Jurnal INSIGNIA │Vol 1, No 1, November 2014 69
-4). Selat Malaka menjadi rute terpendek menghubungkan teluk Persia dengan Asia Timur dan Amerika Serikat, sehingga menjadi choke point penting di Samudera Hindia. Seperti halnya China, kepentingan India di Selat Malaka juga berkaitan dengan kepentingan ekonomi melalui lalu lintas perdagangan dan sumber energi dimana sekitar 30% per tahun barang-barang perdagangan India melewati Selat ini. Kepentingan India di Selat
Malaka
ini
juga
merujuk
pada
menguatnya hubungan India dengan negaranegara di Asia Tenggara baik secara ekonomi, politik
maupun
kerjasama
militer
yang
69
Ayusia Sabhita Kusuma
diperkuat
dengan
kebijakan
east
Luttwak, ―the art and science of developing
policy‖dan “act east policy” untuk meluaskan
and using political, economy, psychological
pengaruh India di kawasan ini. Selat Malaka
and military forces as necessary during peace
sendiri juga menjadi media persaingan India
and war, to afford the maximum support to
terhadap ancaman perluasan pengaruh China di
policies..‖.
Asia Tenggara. Aliansi India bersama Amerika
keamanan dan pertahanan, esensi dari konsep
Serikat, Jepang dan Australia melalui skema
―strategi‖ adalah pada pendekatan pilihan
Proliferation Security Inisiative (PSI) dalam
rasional
kerangka
kebijakan-kebijakan
Regional
“look
Maritime
Security
Sebagai
dan
bagian
politis
dari
dalam
yang
studi
mengambil
tercermin
pada
Proliferation (RMSI), vital kaitannya untuk
hubungan antara cara/alat (means) dengan
memata-matai aktivitas China, Korea Utara
tujuan
dan Pakistan di Asia Pasifik (Prabhakar, 2009:
menyempurnakan
226). Mengingat laut juga menjadi media lalu
keamanan negara. Dalam lingkup maritim,
lintas weapon of mass destruction atau sebagai
pada hakikatnya strategi maritim mengacu
“reaktor nuklir bergerak”.
kepada pembentukan
Artikel ini akan berupaya menjawab
(ends)
power)
seperti
yang
terus
menerus
upaya
pertahanan
dan
kekuatan laut (sea
halnya
juga
signifikansi
pertanyaan tentang bagaimana strategi maritim
penegakan kekuatan daratan (land power).
dua negara besar di Asia, yaitu China dan India
Dengan
di Selat Malaka? serta bagaimana persaingan
mengandung dua pemikiran pokok yaitu
strategi maritim dua negara di Selat Malaka?.
penegakan kontrol atas lautan dan eksploitasi
strategi
maritim
kontrol atas daratan. (Joesoef, 2014: 96-97).
Strategi Maritim
Oleh karena itu, strategi maritim
Kajian strategi pada awalnya muncul evolusi
lain,
kontrol lautan tersebut ke arah penegakan
Landasan Konseptual
dari
kata
definisi
perang
dan
cara
modern tidak hanya merujuk hanya pada kekuatan angkatan laut dan strategi angkatan
memenangkan perang dengan penggunaan
laut
kekuatan militer. Dibandingkan definisi awal
menggabungkan kekuatan laut, darat dan udara
yang
Von
dalam upaya kontrol dan mempengaruhi situasi
Clausewitz dalam Joesoef (2014) tentang
-situasi di daerah pertahanan pesisir negara,
strategi “….strategy, the use of engagements
sebagai wujud aktivitas pertahanan di perairan
for the object of war…‖, definisi yang lebih
laut dalam (blue water maritime).
tersirat
dari
pemikiran
Karl
semata,
melainkan
strategi
yang
inklusif tentang strategi dipaparkan oleh
70
Jurnal INSIGNIA │Vol 1, No 1, November 2014 70
Rivalitas Strategi Maritim China dan India Di Selat Malaka
Ada tiga elemen penting dalam strategi
pengiriman
maritim, yaitu sea control, sea denial dan
kekuatan dalam hal modernisasi teknologi
maritime power projection (www.aph.gov.au).
persenjataan serta ketersediaan juga kelayakan
Elemen pertama Sea control, ialah sebuah
alat utama sistem senjata (alutsista).
kondisi
penguasaan
penuh
suatu
sinyal peperangan. Termasuk
negara
Strategi maritim China dan India
terhadap area maritim atau lautnya untuk
sebagai negara pengguna di Selat Malaka
melakukan sebarang aksi. Negara mempunyai
hanya terbatas kepada penggunaan hukum
kebebasan untuk menggunakan laut tersebut
―transit passage‖
sesuai tujuannya (freedom to use) sekaligus
pelayaran (SLOC dan SLOT) di sepanjang
jika
diperlukan, menolak pihak lain yang
jalur Selat Malaka. Salah satu upaya strategi
berupaya menggunakan laut tersebut. Elemen
maritim China dan India di Selat Malaka
kedua yaitu sea denial, yaitu kondisi yang
adalah upaya proyeksi militer maritim mereka
lebih memfokuskan pada penolakan kepada
yang dengan menggandeng beberapa kekuatan
pihak lawan untuk menggunakan perairan
dan negara-negara Asia Tenggara untuk
tertentu dalam jangka waktu tertentu pula.
deterrence dan pengepungan perluasan strategi
Aktivitas sea denial ini misalnya mencakup
maritim pihak lain.
blokade terhadap kekuatan lawan dalam penggunaan jalur laut untuk kepentingan perdagangan. Sebuah negara secara simultan bisa menggabung sea control dalam satu area sekaligus sea denial di area lain, dan hal ini memberikan kebebasan suatu negara untuk bermanuver di dalam area perairannya. Elemen ketiga adalah maritime power projection, adalah kemampuan dan kekuatan militer negara di bidang maritim untuk melakukan ekspedisi perang dalam upaya deterrence (menggentarkan lawan), ancaman maupun
2
dan manajemen keamanan
Balance of Power dan Security Dilemma Konsep menitikberatkan
balance pada
of
power
manajemen
ini
kontrol
kekuatan suatu negara terhadap negara lain dalam
upayanya
mempertahankan,
meningkatkan keamanan atau mengimbangi kekuatan pihak lawan (Nye, 2005; Goldstein& Pevenhouse, 2007). Setiap usaha peningkatan kekuatan
pertahanan
suatu
negara
akan
direspon oleh negara lain dengan strategi peningkatan keselamatan, dan situasi ini disebut sebagai security dilemma (Herz, 1950).
2
Rezim transit passage, adalah rezim kompromi dari konsepsi “free transit” dan “innocent transit”, yaitu rezim pelayaran yang memberikan kebebasan untuk lewat bagi kapal-kapal pengangkut dan kapal-kapal terbang asing untuk berkomunikasi dari bagian laut bebas (Zone Ekonomi Eksklusif, ZEE) ke laut bebas ZEE lainnya (pasal 38 ayat 2 UNCLOS). Konsepsi free transit menekankan perlunya kapal, termasuk kapal perang dan kapal selam untuk secara bebas dapat melewati perairan selat itu. Sedangkan konsepsi innocent passage menekankan pertimbangan tentang pentingnya pemeliharaan kepentingan negara pantai karena, menurut hukum internasional yang ada waktu itu (Geneva Convention, 1958), pelayaran kapal-kapal asing melalui laut wilayah harus innocent terhadap negara pantai. Misalnya, kapal selam harus berlayar di permukaan air. Jurnal INSIGNIA │Vol 1, No 1, November 2014 71
71
Ayusia Sabhita Kusuma
Selama
konteks
internasional
Dalam konsep balance of power, juga
dipersepsikan anarki, hubungan antar negara
dikenal
selalu
detterence, jika aliansi yang dilakukan negara-
dipenuhi
dengan
kecurigaan
dan
konsep
containment
negara
bersaing dalam meningkatkan kapasitas dan
pengepungan atau penghambatan terhadap
kekuatan militernya untuk menjadi yang
proyeksi perluasan pengaruh dan kekuatan
terbaik
kekuatan
pihak lain, atau upaya menimbulkan efek
pertahanan dalam ketidakpastian keamanan
gentar. Sedangkan Balance of power as
sistem internasional.
multipolar
peningkatan
Konsep balance of power mempunyai tiga cakupan kajian, yaitu: Balances as distribution of power, balances of power as policy dan balance of power as multipolar system
(Nye,
2005:
62).
Balances
as
distribution of power terutamanya berkaitan dengan usaha terus menerus satu pihak dengan
systems,
melahirkan
dan
kesalahapahaman. Karena itu, setiap negara
dalam
tertentu
policy
ialah
kebijakan
ketika
terjadi
distribusi kekuasaan yang mendekati seimbang paska perang dingin ketika sistem internasional tidak lagi berupa bipolar atau unipolar melainkan multipolar, yang ditandai dengan bangkitnya negara-negara besar seperti China, Jepang, Rusia, dan India, juga institusi regional Uni Eropa (Waltz, 2000: 29-30).
pihak lain untuk masing-masing meningkatkan
Strategi Maritim China di Selat Malaka:
kekuatannya dipicu oleh dilemma keamanan
antara “Malacca Dilemma” dan “String of
sehingga tidak ada satu pihak yang menjadi
Pearls”
hegemon tunggal. Hal ini memang memicu
Kepentingan China di Asia Tenggara
perlombaan senjata (arm race) namun justru
ditandai sejak awal tahun 1990an melalui
dalam keadaan ini, menurut realisme defensif
kebijakan “good neighbourliness” atau (mulin
akan terwujud stabilitas keamanan. Dalam
zhengce),
konteks balances of power as policy, ialah
hubungan dengan negara-negara di Asia
mencakup aktivitas atau perilaku negara dalam
Tenggara melalui ASEAN paska tragedi
menghadapi sumber ancaman. Negara bisa
Tiananmen 1989 (Kuik, 2005). Kebijakan ini
melakukan
bandwagoning
tidak hanya dilandasi aspek ekonomi berkaitan
(menginduk kepada sumber ancaman yang
dengan agenda kebangkitan kekuatan ekonomi
lebih besar), atau balancing (melakukan aliansi
China tetapi juga untuk keperluan membangun
dengan pihak lain yang lebih kecil untuk
imej positif sebagai “responsible power”. Imej
melawan sumber ancaman).
ini diharapkan menjadi alat efektif dalam
aktivitas
China
berupaya
menguatkan
mendapatkan tujuan politik luar negeri dan
72
Jurnal INSIGNIA │Vol 1, No 1, November 2014 72
Rivalitas Strategi Maritim China dan India Di Selat Malaka
sebagai sine qua non, upaya meminimalisir
yang kuat. Oleh sebab itu, China juga
“china threat theory” dalam aspek ekonomi
mengembangkan strategi maritimnya pada
dan
mengefektifkan
tahun 1996, dengan menyusun “Ocean Agenda
penggunaan “soft power”nya (Kuik, 2005: 113
21” yang memfokuskan kepada pengembangan
-114). Soft power ini mencakup upaya-upaya
seluruh aset-aset maritim dan sumber daya
untuk mendapatkan keuntungan-keuntungan
(resources). Titik tekan pertahanan China
ekonomi serta penyebaran norma dan nilai
adalah pada penguasaan wilayah, terutama
melalui kerjasama pada isu-isu non-tradisional,
wilayah-wilayah
kerjasama
pendidikan,
bersengketa hingga kini, salah satunya di Laut
diplomasi, dan penguatan jaringan diaspora
China Selatan. Kepentingan China terhadap
masyarakat China (Percival, 2007).
Laut China Selatan juga ditandai dengan
keamanan,
serta
pariwisata
dan
maritim
yang
masih
lanjut
meningkatnya aktivitas angkatan laut China di
mengenai strategi maritim China, terlebih
seputaran pulau Kuril dekat Jepang hingga ke
dahulu mesti melihat kebijakan pertahanan
Ryuku, Taiwan, Phipilina dan Kalimantan.
Untuk
mengetahui
lebih
keamanan China. Berdasarkan buku putih pertahanan
China
tahun
Perang
Dingin,
China
sektor
mengadopsi strategi pertahanan maritim yang
pembangunan ekonomi dan sektor strategi
didasarkan pada perlindungan terbatas pada
pertahanan menjadi prioritas yang saling
perairan di darat dan pantainya (brown water
melengkapi. Hasil dari pembangunan sektor
navy dan green water navy).3 Angkatan Laut
ekonomi
untuk
China, the People‘s Liberation Army Navy
mendukung pengembangan dan modernisasi
(PLAN) mengadopsi doktrin angkatan laut Uni
sektor pertahanan dan militer dengan tujuan
Soviet (sekarang Rusia) untuk menggunakan
mengamankan wilayah. Bahkan dalam grand
kapal-kapal selam, kapal torpedo dan kapal
strategy China disebutkan bahwa negara
pantai lainnya namun hanya beroperasi di
berpenduduk lebih dari satu milyar ini
dalam batas-batas pantai. Setelah Perang
berambisi
Dingin, China mulai memodernisasi angkatan
diproyeksikan
menjadi
2008,
Selama
digunakan
kekuatan
militer
dan
ekonomi di Asia Pasifik (Kanwal, 2008).
lautnya serta mengubah strategi maritim dari
China berupaya untuk menjadi negara
brown-water dan green water navy menuju
dengan kekuatan maritim dan kekuatan darat
blue-water navy yang beroperasi perairan
3
Brown water navy adalah setiap kekuatan angkatan laut yang memiliki kapasitas untuk melakukan operasi militer di sungai atau pesisir pantai dengan kapal kecil dan kapal patroli. Sedangkan green water navy adalah kekuatan angkatan laut yang dirancang untuk beroperasi di zona littoral negara dan memiliki kompetensi untuk beroperasi di lautan terbuka di sekitarnya. Jurnal INSIGNIA │Vol 1, No 1, November 2014 73
73
Ayusia Sabhita Kusuma
pantai ke perairan internasional dan laut China
lautnya dari Afrika hingga ke laut China
Selatan, dari pertahanan angkatan laut yang
Selatan ialah melalui strategi “String of
pasif ke pertahanan angkatan laut aktif
Pearls‖
(Mokhzani Zubir & Mohd Nizam Bashiron,
pelabuhan-pelabuhan
2007).
Strategi Berkaitan dengan kepentingan China di
dimulai
dengan
“Strings
sejak of
mendeskripsikan
pembangunan tahun
2002.
Pearls‖
ini
manifestasi
Selat Malaka, China menghadapi apa yang
meningkatnya
dinamakan “Malacca Dilemma”. Negara atau
geopolitik China melalui upaya meningkatkan
kekuatan eksternal yang mengontrol Selat
atau membangun pelabuhan dan lapangan
Malaka
udara
hingga
ke
Samudera
Hindia
pengaruh
dari
di
geostrategik
negara-negara
dan
tertentu,
dipersepsikan oleh China bisa mengancam rute
mengembangkan hubungan diplomatik khusus,
pasokan energinya (energy security). Dilema
dan memodernisasi pasukan militer khusus
yang
untuk
dihadapi
China
adalah,
dibalik
mengamankan
jalur
laut
yang
pada
membentang dari Laut China Selatan melalui
terkawalnya keamanan Selat Malaka, disisi
Selat Malaka, Samudera Hindia, hingga ke
lain China tidak boleh melakukan pengawalan
Teluk Persia. Hal ini dibarengi dengan
yang optimal dan efektif seperti yang China
modernisasi angkatan militer, terutamanya
mau. Secara kapabilitas, angkatan laut China
angkatan udara (People‘s Liberation Army Air
memang kuat, namun aktivitas angkatan laut
Force (PLAAF)) dan angkatan laut (People‘s
China tidak boleh secara politis dan militeris
Liberation Army Navy (PLAN)).
ketergantungan
China
yang
tinggi
melakukan manuver berlebih di Selat Malaka.
China
membangun
pelabuhan-
Sebagai laut territorial dan bukan laut bebas
pelabuhan di Gwadar (Pakistan), Chittagong
(high seas), kedaulatan Selat Malaka masih
(Bangladesh), Hambantota (Srilanka), Sittwe
milik
(Myanmar),
negara-negara
pantai
(Indonesia,
dan
Kra
(Thailand)
dengan
Malaysia dan Singapura). Dengan pengerahan
membuat jaringan pipa energi by pass melalui
kekuatan
mengingat
jalur darat, membuat jalur kereta api, atau
agresifitas China dalam beberapa kasus di Laut
membuat jaringan kanal terdekat dengan
China Selatan dan isu Taiwan, bisa jadi
perairan di sekitarnya. China juga membangun
menimbulkan “dilema keamanan”, sea denial,
fasilitas-fasilitas pertahanan di Pulau Coco
atau konflik bahkan dari negara-negara besar
yang hanya berjarak 18 mil dari pangkalan
lain.
angkatan laut India di pulau Andaman dan
militer
Meskipun
dan
maritim
Nicobar (Vavro, 2008). Konsekwensi dari hal
China dalam mengamankan lalu lintas jalur
ini pembangunan-pembangunan ini bagi India
74
begitu,
juga
strategi
Jurnal INSIGNIA │Vol 1, No 1, November 2014 74
Rivalitas Strategi Maritim China dan India Di Selat Malaka
ialah, lalu lalang kapalkapal tanker besar milik
terutamanya mencakup perluasan area maritim
China di sekitar kepulauan Andaman dan
dan agenda angkatan laut melalui “blue water
Nicobar,
navy” untuk tidak hanya mencakup samudera
bisa digunakan sebagai sarana
mematai-matai (intelligence) melawan India.
Hindia saja. Hal ini tercermin dalam doktrin
dalam
maritim India "….envisages an ambient forward
Asia
naval presence from the Strait of Hormuz to
Tenggara juga terlihat dari upayanya menjalin
the Strait of Malacca‖ (Vavro, 2008: 17).
kerjasama dalam ASEAN Regional Forum
Setelah kemerdekaan India pada tahun 1947,
(ARF).
Perdana Menteri Jawaharlal Nehru ketika itu
Strategi penggunaan
maritim
soft
China
power
China
di
China juga aktif menggelar diskusi Asia
terpengaruh oleh doktrin strategi Ghandi untuk
Tenggara dalam forum ARF Round Table
membuat kebijakan keamanan dan pertahanan
Discussion on StocktakingofMaritimeSecurity
sebagai cerminan kepentingan nasional India.
Issues. (Lum et al, 2008). China juga
Dalam
menyikapi
mengklaim mempunyai prinsip pasifis dan non
Dingin,
Nehru
-ekspansionis, meskipun kemudian strategi
tentang hidup berdampingan secara damai
ofensif dan serangan pre-emptive bisa saja
(peaceful co-existence) dalam menyikapi sikap
dilakukan China dan diklasifikasikan sebagai
politik agresif China. Selama Perang Dingin
“self-defense counterattack” (ziwei fanji).
juga, India menjadi oposisi bagi blok-blok
Terutamanya
hubungannya
yang bertikai. Hal ini dibuktikan dengan
Perkembangan
keterlibatan India sebagai salah satu penggagas
strategi maritim China selanjutnya ialah
Non-Allignment Movement. Namun dengan
penggunaan aktor-aktor non negara sebagai
berakhirnya Perang Dingin dan pertumbuhan
lingkaran pengamanan maritim. Penggunaan
ekonomi
kapal-kapal non militer dalam perusahaan
mengembangkan kebijakan luar negeri dan
China Overseas Shipping Company (COSCO)
pertahanan yang lebih aktif. India menjadi
yang mempunyai hubungan dekat dengan
lebih dekat kepada AS untuk mengimbangi
PLAN menjadi wujud strategi yang asimetris
ancaman pengembangan nuklir Pakistan dan
dan unconventional (Khurana, 2009:57).
juga mengatasi dilemma keamanan terhadap
mengenai
keselamatan
maritim
menyangkut
dengan Amerika Serikat.
di
perluasan Strategi Maritim India di Selat Malaka: upaya Blokade terhadap China Sebagai negara yang kuat di kawasan, kekuasaan maritim India ingin ditingkatkan
Jurnal INSIGNIA │Vol 1, No 1, November 2014 75
yang
situasi
politik
mengembangkan
melaju
pengaruh
pesat,
China.
Perang doktrin
India
Mengingat
beberapa sengketa perbatasan serta konflik etnis (konflik simetris dan asimetris) yang melibatkan dua negara China dan Pakistan ini masih mengemuka hingga sekarang.
75
Ayusia Sabhita Kusuma
Seperti
halnya
China,
India
sebagai
dokumen
strategi
militer
maritim
India
responsible power juga melihat Asia Tenggara
memberi panduan mengenai prinsip-prinsip
dalam cakupan objek kebijakan regional
yang harus dilakukan dan menghasilkan
dengan menitikberatkan pada penggunaan soft
kerangka-kerangka
power. Doktrin Gujral tahun 1998 di kawasan
penggunaan lautan (sea control) dalam segala
Asia Selatan misalnya, menyebutkan tentang
aspek demi keuntungan nasional. Strategi
prinsip timbal balik, bahwa India mempunyai
militer
tanggungjawab
dilakukan
yang
lebih
besar
dan
maritim
protektif
ini
oleh
terutamanya
angkatan
bekerjasama
lebih
beberapa institusi pemerintah terkait.
dalam
penguatan
hubungan
mesti
laut
seyogyanya membantu negara tetangga yang kecil
dengan
dalam
angkatan
India
darat
dan
ekonomi, politik dan keamanan (Schmidt,
Sebagai salah satu negara pengguna,
2011). Sedangkan di kawasan Asia Tenggara,
India juga berkepentingan dalam keamanan
Implementasi kebijakan Look East Policy India
jalur laut Selat Malaka, terutamanya terhadap
di tahun 1991 dalam pemerintahan PM
potensi ancaman dan gangguan di area maritim
Narasimha Rao menjadi landasan bagi negara
India sendiri seperti di Samudera India dan laut
ini untuk menjalin hubungan dengan negara-
Andaman.
negara Asia Tenggara termasuk juga kerjasama
perluasan kekuatan China di Asia Tenggara
angkatan lautnya. Kebijakan Look East Policy
dan kegelisahan mengenai ekspansi militer
yang sekarang berganti nama menjadi Act East
China hingga ke samudera Hindia, menjadi
di bawah kepemimpinan PM Narendra Modi
alasan India untuk membuat strategi maritim
mempunyai muatan yang sama terutamanya
dengan power projection membangun Far
utuk menguatkan hubungan dengan Asia
Eastern Naval Command (FENC)
Tenggara dalam kepentingan ekonomi dan
Komando
terpadu
Andaman
counter terhadap pengaruh China (Jacob, 2014,
(Andaman
Nicobar
Command/ANC)
diakses dari: http://www.hindustantimes.com/
pelabuhan Blair di tahun 2001. Pembangunan
india-news/nda-aims-at-deeper-engagement-
ANC ini juga dibantu oleh Amerika Serikat
with-asian-countries/article1-1271765.aspx).
sebagai aliansi strategis di Asia Tenggara
Kaitannya dengan strategi maritim, dalam
dokumen
strategi
maritim
Kewaspadaan
India
terhadap
atau Nicobar di
dalam politik pembendungan terhadap China.
India
Upaya ini dilakukan untuk menyatukan
disebutkan bahwa area grand strategy maritim
angkatan darat, laut dan udara di bawah satu
India melingkupi samudera Hindia bagian
arahan struktur untuk meningkatkan jangkauan
utara hingga selatan sampai ke Samudera
maritim
serta
memperketat
pengawasan
Pasifik selatan melalui Selat Malaka. Dalam 76
Jurnal INSIGNIA │Vol 1, No 1, November 2014 76
Rivalitas Strategi Maritim China dan India Di Selat Malaka
terhadap jalur dari Selat Melaka hingga ke
induk INS Viraat yang melalui Selat Melaka
teluk
melakukan
pada tahun 2005. Kapal tersebut melakukan
di
pulau
kunjungan
ke
Port
Modernisasi
diteruskan
ke
Singapura
Benggala.
peremajaan/upgrade Andaman
dan
India
juga
pangkalan Nicobar.
Klang
(Malaysia) dan
Jakarta
kapabilitas maritim India juga meningkat
(Indonesia). Pada tahun 2006 dalam dialog
terlihat dari modernisasi kapal-kapal laut
Shangri-la,
dengan bermacam varian, kapal bawah laut,
menawarkan bantuan atau kapasitas lain untuk
persenjataan mesiu presisi terpadu (precision-
membantu menambah keamanan Selat Melaka.
guided
sistem-
Angkatan laut India juga ikut dalam koordinasi
sistem intelejen, kontrol dan komando (Singh,
patroli laut dengan Indonesia sejak 2001
2008:58).
(Patkor Indindo) dan Thailand sejak 2005, juga
munitions/PGMs)
maupun
Analis kajian maritim, Zhang Min (dalam Rai, 2009, diakses dalam: http:// www.indiandefencereview.com/news/chinasstring-of-pearls-vs-indias-iron-curtain/), mengatakan bahwa pembangunan ANC ini
kementerian
pertahanan
India
kerjasama yang sama dengan Myanmar dan Malaysia. Aktivitas dan Persaingan Strategi Maritim China dan India di Selat Malaka
adalah upaya tirai besi atau „metal block‟ di
Kedua negara India dan China ialah
Samudera Hindia, memblokade akses China
negara dengan Comprehensive National Power
terutamanya untuk melewati Selat Malaka.
(CNP) yang besar selaras dengan kebangkitan
Selain
melakukan
upgrade
pelabuhan-
pelabuhan di Andaman dan Nicobar, India juga membangun pangkalan udara untuk memonitor keamanan lalu lintas di sekitar teluk Benggala hingga
ke
meningkatkan
Selat
Malaka.
hubungan
India
aliansi
juga dengan
Jepang, Vietnam dan Singapura serta latihanlatihan perang kapal laut (naval exercises) dengan US Navy (Vavro, 2008:17). India juga menggunakan angkatan lautnya untuk keterlibatan politik-diplomatik dengan negara-negara pantai. Satu hal yang
ekonomi
dan
militernya,
serta
menjadi
kekuatan regional di masing-masing kawasan, Asia Selatan dan Asia Timur. Masing-masing negara juga mempunyai ambisi untuk menjadi hegemon regional. Tellis (dalam Khurana 2011;61) mengatakan secara lebih jelas bahwa India potensial menjadi rival China dalam proyeksi keamanan jangka panjang, ―India‘s emerging economic strength and its geophysical location make it relevant to China‘s long-term security . . . India could become a major regional rival for influence in Central and Southeast Asia and in the Persian Gulf.‖
penting adalah penggunaan pertama kali kapal
Jurnal INSIGNIA │Vol 1, No 1, November 2014 77
77
Ayusia Sabhita Kusuma
China dan India juga mempunyai
pantai. Sebagai contoh, China dengan the
doktrin maritim yang sama dalam penguasaan
Nippon Foundation dari Jepang, berkontribusi
lautan melalui proyeksi “blue water navy‖.
dalam kerjasama Tripartit Technical Expert
India mempunyai area maritim di samudera
Group (TTEG ) bersama Malaysia , Indonesia
Hindia yang menjadi jalur penghubung ekspor-
dan Singapura. Sedangkan India juga tak mau
impor barang dari Afrika dan Timur Tengah
kalah,
menuju ke Asia Tenggara, Asia Timur dan
bantuan dana kepada TTEG dan membantu
Asia Pasifik. Begitupun dengan China yang
dalam aktivitas survey bangkai kapal di Selat
mempunyai area atas Laut China Selatan atau
Malaka, yang dipersepsikan sebagai “red flag”
bagian Barat Samudera Pasifik. Sedangkan
kepada China dalam „mengambil hati‟ negara-
kepentingan strategis kedua negara di lautan
negara pantai (Rai, 2009, “China's String of
dapat
Pearls vs India's Iron Curtain”, diakses dari:
bertemu,
berbenturan
ataupun
berkontribusi
dalam
memberikan
berkompetisi di Selat Melaka sebagai selat
http://www.indiandefencereview.com/news/
penghubung samudera Hindia dan samudera
chinas-string-of-pearls-vs-indias-iron-curtain/).
Pasifik. Menyangkut
Namun kedua negara China dan India hubungannya
dengan
masih belum optimal dalam memberikan
Selat Malaka, persaingan China dan India
bantuan. Disebutkan bahwa tidak ada user
terjadi secara tidak langsung, mengingat Selat
states selain Jepang yang secara optimal dan
Malaka adalah wilayah yurisdiksi negara-
terus-menerus membantu negara pantai dalam
negara pantai (territorial sea). Namun begitu,
meningkatkan
artikel 43 UNCLOS 1982 menyebutkan bahwa
termasuk
negara pengguna (user states) berkewajiban
lingkungan laut dari pencemaran (Djalal, 2014,
4
keselamatan
keamanan,
dan
pelayaran, memelihara
membantu (burdens sharing) dengan negara
“Persoalan Selat Malaka-Singapura”, diakses
pantai dalam meningkatkan keamanan dan
dari;
keselamatan (security and safety) navigasi,
option=com_content&task=view&id=22.
pelayaran dan komunikasi.
http://www.setneg.go.id/index.php?
Peningkatan aktivitas angkatan laut
Dalam konteks soft power menyangkut
India di ANC justru dianggap (terutama oleh
kerjasama dengan negara pantai, India dan
China) semakin meningkatkan potensi India
China sama-sama membantu negara-negara 4
Pasal 43 dari UNCLOS telah mengatur “burden-sharing agreements” antara negara-negara pesisir dan negara-negara pengguna dalam: (1) Penyediaan dan pemeliharaan alat bantu navigasi. (2) Sistema komunikasi.( 3) Hidrografis dan informasi navigasi lainnya. (4) SAR. (5) Keamanan pantai. (6) Pelayanan penyelamatan dasar untuk kapal. (7) Pengaturan kontingensi polusi laut. (8) Terkait burden sharing, yang masih terdapat grey area terkait dengan mekanisme “biaya pemulihan” dari negara-negara pengguna.
78
Jurnal INSIGNIA │Vol 1, No 1, November 2014 78
Rivalitas Strategi Maritim China dan India Di Selat Malaka
untuk
melakukan
misi-misi
militer
atau
menghadapi,
containment
manuver-manuver militer di Selat Malaka.
terhadap
Tentu
pembangunan
saja
hal
ketidaknyamanan analis
ini
China,
China
menyebabkan ketika
beberapa
menyebutkan
bahwa
China.
kepulauan
dan
Selain
peningkatan
persenjataan
Andaman
dan
deterrence
di
ANC
Nicobar,
di juga
modernisasi Indian Navy, Di teluk Campbell
perkembangan proyeksi maritim India adalah
bagian
kepulauan
wujud dari hasrat
India untuk menjadi
membangun pangkalan udara angkatan laut
“penjaga” Selat Malaka, dimana China tidak
atau Naval Air Station (NAS) dengan pesawat
menyetujui ini (Khurana, 2009& Xuegang,
besar C130J untuk kegiatan memata-matai
2007).
(Indian‘s
eyes)
Nicobar,
aktivitas
India
maritim
juga
China,
juga
memonitor Teluk Benggala dan Selat Malaka
dikemukakan oleh para pembuat kebijakan
(http://www.ndtv.com/article/india/countering-
strategi India, bahwa mereka mencurigai dan
china-india-s-baaz-to-spy-on-the-malacca-
tidak menyetujui terhadap ambisi China untuk
strait-241492).
Pandangan
yang
sama
menjadi ―great power‖ di Selat Melaka. Peningkatan
dan
China
dan aktivitas China dalam strategi “string of
(PLAN) di kawasan Asia Tenggara (Selat
pearls”, zona kepentingan maritim India dan
Malaka
juga
China bisa saja overlapping, meskipun masing
menimbulkan kecurigaan dan ketegangan di
-masing mempunyai penekanan motif strategi
kawasan, terutamanya oleh negara-negara di
yang berbeda. Kita tahu bahwa Selat Malaka
Asia Tenggara, juga oleh negara-negara besar
mempunyai
seperti India, Jepang dan Amerika Serikat,
terbentang lebih kurang 900 km dari titik
khususnya menyangkut kebebasan navigasi
terlebar (widest point); lebih kurang 350 km
(freedom of navigation).
antara utara Sumatera dan Thailand; dan untuk
dan
aktivitas
samudera
militer
Mengingat area maritim kedua negara,
Hindia)
keterbatasan.
Selat
Melaka
kemudian
yang sempit, kurang daripada 3 km antara
menciptakan lembaga penjaga pantai terpadu
Sumatera Selatan dan Singapura. Selat Melaka
(unified coast guard agency). Langkah ini
pun dilaporkan hanya mempunyai kedalaman
berpotensi memperkuat kapasitas China dalam
25 meter. Keterbatasan Selat Malaka ini juga
menggunakan kapal-kapal non - militer untuk
membuat negara-negara besar, terutama China
mencapai tujuan dan pengaruh di Asia
dan Amerika Serikat tidak bisa dan tidak boleh
Tenggara. Strategi maritim India sendiri
secara massif melakukan “show-off” kekuatan
difokuskan dalam rangka persiapan untuk
maritimnya.
Strategi
maritim
China
Jurnal INSIGNIA │Vol 1, No 1, November 2014 79
79
Ayusia Sabhita Kusuma
Meskipun
Tenggara
pengamanan kepentingan maritim di selat ini.
pertarungan
Belum lagi jika berkaitan dengan agresifitas
kekuatan sekaligus objek perebutan pengaruh
pertahanan China yang terlihat dari isu Taiwan
ketika China berusaha melakukan balancing
dan konflik Laut China Selatan, membuat
terhadap Amerika Serikat dan India, atau
kecurigaan dan “ketakutan” beberapa negara di
sebaliknya balancing yang dilakukan India
Asia Tenggara dan juga negara-negara besar
terhadap China dan Amerika Serikat. Perlu
yang juga mempunyai kepentingan di Asia
dilihat bahwa Upaya AS untuk memperluas
Tenggara,
kapabilitas dalam perancangan penggunaan
terutamanya Amerika Serikat, Jepang dan
pasukan secara lintas wilayah juga bisa
India.
memanglah
mengancam
begitu,
menjadi
Asia
arena
stabilitas
kawasan
khususnya
Selat
Malaka,
samudera
Sebuah blessing in disguise bagi negara
Hindia sekaligus mengancam posisi India di
-negara di Asia Tenggara ketika China‘s factor
samudera Hindia (Singh, 2008:47).
menjadi salah satu pendorong meningkatnya
Penutup
hubungan India dengan negara-negara Asia
Strategi maritim China dan India
Tenggara. Mengingat aktivitas dan sekaligus
konvergensi
agresifitas China di kawasan Asia Tenggara
terutamanya menyangkut kepentingan kedua
(kasus Laut China Selatan) dengan postur
negara untuk ikut serta burden sharing dalam
kuatnya pada penegakan dan konsolidasi
pengamanan Selat Malaka bersama dengan
teritori,
negara-negara pantai serta upaya memerangi
Tenggara beruntung bahwa skema “balance of
kejahatan maritim. Kerjasama angkatan laut
power” antar negara-negara besar setidaknya
India dan China pun juga masih dilakukan
bisa menjaga kestabilan kawasan atau tidak
terutamanya
tantangan
melahirkan hegemon baru, seperti apa yang
keamanan non-tradisional melalui operasi anti-
Kenneth Waltz katakan melalui perbedaan
piracy di Selat Malaka dengan cara berbagi
perspektif defensive realism dan offensive
informasi dan data intelejen.
realism dalam situasi anarkhi.
sebenarnya
mempunyai
untuk
mengatasi
agaknya
negara-negara
di
Asia
Strategi maritim China di Selat Malaka
Dalam pergulatan pengaruh, kedua
adalah satu bagian dari strategi “string of
negara telah menggunakan berbagai cara, dari
pearls” terutamanya untuk menjaga keamanan
kerjasama
lalu lintas sumber energi. Namun, China juga
pertahanan dan angkatan laut dengan negara-
mempunyai
yang
negara pantai maupun negara-negara lain di
membuatnya tidak optimal dalam proses
Asia Tenggara. Hal ini menjadi insentif
“Malacca
dilemma”
ekonomi
hingga
kerjasama
tersendiri bagi negara-negara pantai mengingat 80
Jurnal INSIGNIA │Vol 1, No 1, November 2014 80
Rivalitas Strategi Maritim China dan India Di Selat Malaka
ancaman
keamanan
non-tradisional
navigasi serta kelangsungan ekosistem di selat
menyangkut transnational organized crime di
Malaka
Selat Malaka juga masih mengemuka. Hanya
Termasuk juga secara politis, membantu
saja, negara-negara besar di kawasan ini juga
stabilitas keamanan, tidak berupaya melakukan
mesti menghormati hak-hak negara pantai
provokasi, serta menghormati Treaty of Amity
apalagi menyangkut kedaulatan littoral states.
and Cooperation maupun tetap men-support
Semua negara juga mesti menghormati hukum
Zone of Peace, Freedom and Neutrality
laut UNCLOS 1982 dalam bertanggungjawab
(ZOPFAN) di Asia Tenggara.
dan
membantu
keselamatan,
bersama
negara-negara
pantai.
keamanan
Daftar Pustaka Chwee, Kuik Cheng. “Multilateralism in China‟s ASEAN Policy: Its Evolution, Characteristics, and Aspiration”. Contemporary Southeast Asia 27. No. 1 (2005): 102–22. Gerard, Graham & Ong-Webb. Piracy, Maritime Terrorism and Securing the Malacca Straits. Singapore: Institute of Southeast Asian Studies. 2006. Goldstein, Joshua S & Pevenhouse, Jon C. International Relations: Brief Edition 2006-2007. New York: Pearson Longman. 2007. Herz, John H. “Idealist Internationalism and Security Dilemma‖. World Politics (Vol.2). 1950. Jha, Pankaj Kumar. “India‟s Defence Diplomacy in Southeast Asia”. Journal of Defence Studies. Vol 5. No 1. January 2011. Joesoef, Daoed. Studi Strategi: Logika Ketahanan dan Pembangunan Nasional. Jakarta: Penerbit Buku Kompas. 2014. Kanwal, Gurmeet. “China‟s Defence Strategy and Military Posture” dalam Jasjit Singh. Asian Defence Review 2007. New Delhi: KW Publishers Pvt.Ltd. Khurana, Cdr Gurpreet S. “China's Maritime Strategy and India: Consonance and Discord”, Maritime Affairs: Journal of the National Maritime Foundation of India, 7:2, 5065. 2011. Kusuma, Ayusia Sabhita. “Securing Indonesia's Sovereignty in the Sea: Focusing First on Malacca Strait”, Prosiding International Conference on International System “The End of Westphalian?: Contemporary Global Challenges Toward the Nation-State System”. 9 November 2013. Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Indonesia
Jurnal INSIGNIA │Vol 1, No 1, November 2014 81
81
Ayusia Sabhita Kusuma
Lum, Thomas, Morrison, Wayne M & Vaughn, Bruce .”China‟s Soft Power in South East Asia”. CRS Report for Congress. 4 Januari 2008. Mokhzani Zubir & Mohd Nizam Bashiron. The Straits of Malacca: the Rise of China, America‘s Intentions and the Dilemma of the Littoral States. Kuala Lumpur: Maritime Institute of Malaysia. 2007. Nye, Joseph S. Understanding International Conflicts: an Introduction to Theory and History. New York. 2005. Percival, Bronson. The Dragon Looks South: China and Southeast Asia in the New Century. Wesport: Praeger Publishers. 2007. Prabhakar, W. Lawrence S. “Maritime security triangulation of ASEAN-Australia-India: An Indian Perspective”. dalam William T. Tow and Chin Kin Wah (ed.). ASEAN India Australia: Towards Closer Engagement in A New Asia. Singapore: ISEAS. 2009. Sawhney, R. “Redefining the Limits of the Straits: A Composite Malacca Straits Security System.” RSIS Commentary 37/2006. (Singapore: S. Rajaratnam School of International Studies) 2006; dan Arsyad, R. “Cooperation to Safeguard Shipping through the Malacca Strait,” dalam A. Forbes. ed. Papers in Australian Maritime Affairs, No. 23(Canberra: Sea Power Centre Australia). 2008. Schmidt, Johannes Dragsbaek. “India China Rivalry and Competition in Southeast Asia”, First draft paper for the international Conference “India in International Relations: European and Indian perspectives”, 27-29 April, 2011, Delhi, India. Singh, K.R. 2008. Maritime Security for India:New Challenge and Responses. New Delhi: New Century Publications.2008. Singh, Inderjit a/l Singh, Tara. “Safeguarding the Straits of Malacca Against Maritime Crimes. Issues Among States on Security Responsibility. International Journal of Humanities and Social Science. Vol. 2 No. 2 [Special Issue-January 2012]. Storey, Ian. “China‟s „Malacca Dilemma‟”. China Brief . Jamestown Foundation (12 April 2006). Vavro, Caroline. “Piracy, Terrorism and the Balance of Power in the Malacca Strait”. Canadian Naval Review. Vol. 4 Number.1, (Spring 2008). Waltz, Kenneth. ―Structural Realism After the Cold War‖. International Security. 25:1 (2000). Watkins, James D. USN. The Maritime Strategy. Annapolis Maryland: United States Naval Institute Press. 1986. Xuegang, Zhang . “Southeast Asia and Energy: Gateway to Stability”, China Security. Vol 3(2), Spring 2007.
82
Jurnal INSIGNIA │Vol 1, No 1, November 2014 82
Rivalitas Strategi Maritim China dan India Di Selat Malaka
Sumber Internet: “australia‟s maritime strategy”, Diakses dari: http://www.aph.gov.au/parliamentary_business/ committees/house_of_representatives_committees?url=jfadt/maritime/report/chapter2.pdf. “Countering China: India's Baaz to spy on the Malacca Strait”, diakses dari: http:// www.ndtv.com/article/india/countering-china-india-s-baaz-to-spy-on-the-malacca-strait241492. Djalal, Hasjim. “Persoalan Selat Malaka-Singapura” , 14 Desember 2014, diakses dari; http:// www.setneg.go.id/index.php?option=com_content&task=view&id=22. Jacob, Jayanth. “’Look East’ policy is now ‘Act East’” 4 Oktober 2014, diakses dari: http:// www.hindustantimes.com/india-news/nda-aims-at-deeper-engagement-with-asiancountries/article1-1271765.aspx Khurana, Cdr Gurpreet S. China-India Maritime Rivalry. Diakses dari: http:// www.indiandefencereview.com/2009/04/china-india-maritime-rivalry.html. Rai, Cmde Ranjit B. “China's String of Pearls vs India's Iron Curtain”, Issue Vol 24.4 OctDec2009, diakses dari: http://www.indiandefencereview.com/news/chinas-string-of-pearls-vsindias-iron-curtain/ Ramachandran, Sudha. “Delhi all Ears in the Indian Ocean,” Asia Times Online, 3 March 2006, diakses dari: www.atimes.com. “The China-India Border War”, diakses dari http://www.globalsecurity.org www.globalsecurity.org/military/library/report/1984/CJB.htm
Jurnal INSIGNIA │Vol 1, No 1, November 2014 83
http://
83