JURNAL KEBIDANAN KHATULISTIWA, Volume I Nomor 2 Juli 2015,
hlm. 27 - 30
RISIKO TERJADINYA PLASENTA PREVIA PADA IBU DENGAN RIWAYAT SECTIO CAESAREA Nova Rezeki Husada, Rahayu Budi Utami, Emy Yulianti Jurusan Kebidanan, Poltekkes KemenkesPontianak, jl. Dr. Soedarso Pontianak e-mail:
[email protected] Abstract: The Risk Of Plasenta Previa To Pregnant Women Diagnosed With Sectio Caesarean History. The aims of this study is to identify the risk of plasenta previa to pregnant women diagnosed sectio cesarean history and other factors related to plasenta previa. The method of this study is case control. The result shows that there is significant correlation between plasenta previa and sectio caesarean history adjusted OR= 2,878 (95% CI= 1,903- 4,454); p=0,000. Results shows that there is no correlation between age and plasenta previa Adjusted OR=1,224 (95%CI=0,768-2,015); ρ=0,373. There is significant correlation between parity and plasenta previa OR =2,085 (95%CI=1,356-3,207); p=0,001. There is also significant correlation between abortion history and plasenta previa Adjusted OR=2,242 (95%CI=1,447-3,474). Keywords : sectio caesarean history, age Abstrak: Risiko Terjadinya Plasenta Previa Pada Ibu Dengan Riwayat Sectio Caesarea. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui risiko terjadinya plasenta previa pada ibu dengan riwayat sectio caesarea. Metode penelitian ini menggunakan case control. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara riwayat sectio caesarea dengan kejadian plasenta previa, adjusted OR= 2,878 (95% CI= 1,903- 4,454); p=0,000. Tidak ada hubungan yang bermakna antara usia dengan kejadian plasenta previa Adjusted OR=1,224 (95%CI=0,768-2,015); ρ=0,373. Ada hubungan yang bermakna antara paritas dengan kejadian plasenta previa adjusted OR =2,085 (95%CI=1,356-3,207); p=0,001. Ada hubungan yang bermakna antara riwayat abortus dengan kejadian plasenta previa Adjusted OR=2,242 (95%CI=1,447-3,474); p=0,000. Kata kunci: riwayat sectio caesarea, umur
Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu indikator untuk melihat derajat kesehatan perempuan. Menurut definisi WHO kematian ibu ialah kematian seorang wanita hamil atau dalam 42 hari sesudah berakhirnya kehamilan oleh sebab apapun, terlepas dari tuanya masa kehamilan dan tindakan yang dilakukan untuk mengakhiri kehamilan (Prawirohardjo, 2010). Berdasarkan hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012, rata-rata AKI tercatat mencapai 359/100 ribu kelahiran hidup. Rata-rata kematian ini jauh meningkat dibanding hasil SDKI 2007 yang mencapai 228/100.000. Bila dibandingkan dengan target Rencana Jangka Panjang Menengah Nasional (RJPMN) tahun 2010 – 2014 yaitu 118/100.000 kelahiran hidup dan kesepakatan global Millenium Development Goals (MDG’s) yang menargetkan Angka Kematian Ibu (AKI) Indonesia dapat diturunkan menjadi 102/100.000 kelahiran hidup, masih jauh dari yang diharapkan (SDKI, 2012).
AKI Kalimantan Barat pada tahun 2012 sebesar 143/100.000 kelahiran hidup. Penyebab terbesar kematian ibu adalah perdarahan, eklampsia, dan infeksi jalan lahir (Dinkes Kalbar, 2013). Penyebab kematian maternal merupakan suatu hal yang cukup kompleks. Mc Carthy dan Maine dalam Syafrudin (2002), mengemukakan peran determinan kematian ibu sebagai keadaan/ hal-hal yang melatarbelakangi dan menjadi penyebab langsung, penyebab antara serta penyebab tidak langsung dari kematian ibu. Penyebab langsung kematian ibu di Indonesia, seperti halnya di negara lain adalah sebagian besar disebabkan oleh perdarahan (40-60%), pre-eklampsia/eklampsia (20-30%) dan infeksi (20-30%). Selain itu, keadaan ibu sejak pra hamil dapat berpengaruh terhadap kehamilannya. Penyebab tidak langsung kematian ibu ini antara lain karena anemia dan keadaan 4 terlalu (terlalu muda/tua,terlalu sering dan terlalu banyak). Selanjutnya kematian ibu juga diwarnai oleh hal-hal 83
Husada dkk, Risiko Terjadinya Plasenta Previa,...
non-teknis yang termasuk kategori penyebab mendasar, seperti rendahnya status wanita dan pendidikan yang rendah (Saifuddin, 2002). Perdarahan sebagai penyebab kematian ibu terdiri atas perdarahan sebelum atau saat persalinan dan perdarahan setelah persalinan. Perdarahan antepartum adalah perdarahan pervaginam pada kehamilan diatas 28 minggu atau lebih atau biasa disebut perdarahan pada trimester ketiga kehamilan. Frekuensi perdarahan antepartum sekitar 3-4% dari semua persalinan. Perdarahan antepartum pada umumnya disebabkan oleh kelainan implantasi plasenta (plasenta previa), kelainan insersi tali pusat atau pembuluh darah pada selaput amnion (vasa previa) dan separasi plasenta sebelum bayi lahir. Kejadian plasenta previa sekitar 0,3-0,6% dari persalinan (Manuaba, 1998). Plasenta previa adalah plasenta yang letaknya abnormal, yaitu pada segmen bawah uterus sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh pembukaan jalan lahir. Pada keadaan normal plasenta terletak di bagian atas uterus (Wiknjosastro, 2010). Gambaran klinis yang paling khas pada plasenta previa adalah perdarahan tanpa rasa sakit, yang biasanya timbul pada trimester kedua atau setelahnya (Cunningham et al, 2012). Menurut data Direktorat Jenderal Bina Pelayanan Medik, kasus obstetrik pada tahun 2005 yang disebabkan oleh plasenta previa adalah 4725 kasus (2,77%) yang merupakan kasus obstetrik ketiga tersering dengan CFR (Case Fatality Rate) 0,85% yang merupakan penyebab kematian terbanyak keempat di Indonesia (Depkes RI, 2006). Pada penelitian oleh Tabassum et al., tahun 2010 di Pakistan mendapatkan bahwa usia ≥ 35 tahun memiliki risiko hampir 2 kali lebih besar mengalami plasenta previa dibandingkan usia <35 tahun. Hasil penelitian oleh Abdat di Rumah Sakit dr. Moewadi Surakarta tahun 2010 mendapatkan risiko terjadinya plasenta previa pada ibu multiparitas meningkat 2,53 kali. Pada penelitian Tuzovic et al. tahun 2003 mendapatkan insiden plasenta previa 0,4%. Faktor yang berhubungan dengan kejadian tersebut diantaranya usia ibu yang telah lanjut (terutama lebih dari 34 tahun dengan tinggi paritas), kehamilan 3 atau lebih (OR 4; 95% CI 2,5-6,6), lebih dari satu persalinan sebelumnya (OR 2,76; 95% CI 1,7-4,3), riwayat persalinan Sectio caesarea sebelumnya (OR 2,0; 95% CI 1,17-3,44), abortus (OR 2,8; 95% CI 2,04-3,83) dan abnormalitas uterus (OR 8,5; 95% CI 1,75-44,5). Faktor risiko menunjukkan peningkatan setelah 2 kali Sectio caesarea (OR 7,32; 95% CI 2,1-2,5) dan riwayat abortus (OR 4,8; 95% CI 2,7-8,3). Hasil penelitian Utami tahun 2007 di RSUP Dr. Sarjito dan RSPKU Muhammadiyah Yogyakar-
84
ta menggambarkan bahwa umur dan riwayat abortus menunjukkan hubungan yang bermakna dengan kejadian plasenta previa (OR 2; 95% CI=1,03-3,85). Paritas dan riwayat Sectio caesarea secara statistik tidak menunjukkan hubungan yang bermakna dengan kejadian plasenta previa (OR 1,62; 95% CI=0,621,65). Faktor risiko plasenta previa dapat disebabkan antara lain oleh paritas tinggi, usia lanjut, cacat rahim misalnya bekas bedah sesar, kerokan, dan miomektomi. Cacat bekas bedah sesar berperan menaikkan dua sampai tiga kali. Pada perempuan perokok dijumpai insiden lebih tinggi hingga dua kali lipat (Prawirohardjo, 2009). Hasil penelitian Halimi tahun 2003-2007 di Pakistan, mendapatkan bahwa dari total kejadian plasenta previa yaitu 226 kasus, 160 diantaranya mempunyai riwayat Sectio caesarea. Riwayat Sectio caesarea menurut Cromwell et al. Tahun 2011 melaporkan rata-rata plasenta previa pada persalinan kedua dengan persalinan pertama pervaginam yaitu 4,4 per 1000 kelahiran hidup dibandingkan wanita dengan persalinan pertama secara Sectio caesarea yaitu 8,7 per 1000 kelahiran hidup (OR 1,60; 95% CI 1,44-1,76). Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Soedarso merupakan rumah sakit rujukan terbesar di Provinsi Kalimantan Barat. Pada tahun 2012 menunjukkan hasil bahwa dari total persalinan sebanyak 1832 orang didapatkan kasus plasenta previa sebanyak 66 orang (3,6%). Studi pendahuluan dari bulan September sampai dengan November 2013 didapatkan jumlah kasus plasenta previa sebanyak 15 orang. Dilihat dari usia ibu <25 dan >35 tahun sebanyak 8 orang (53,33 %), paritas ≥3 sebanyak 9 orang (60%), riwayat abortus sebanyak 5 orang (33,33%), riwayat Sectio caesarea sebanyak 6 orang (40%) dengan jenis profunda sebanyak 4 orang (66,67%). Dari 15 kasus plasenta previa tersebut berdasarkan letak geografis dan tofografis merupakan kasus rujukan dari beberapa daerah di Kalimantan Barat. RSUD Dr. Soedarso merupakan salah satu rumah sakit PONEK yang memiliki fasilitas kamar operasi siap siaga 24 jam untuk melakukan operasi bila ada kasus emerjensi obstetrik atau umum. Dari seluruh total persalinan tahun 2012 didapatkan data total jumlah persalinan Sectio caesarea sebanyak 715 orang, dilihat dari 3 tahun ke belakang hal ini menunjukkan peningkatan diantaranya yaitu pada tahun 2010 sebanyak 630 orang, tahun 2011 sebanyak 641 orang (Data rekam medik RSUD Dr. Soedarso,2012). Mempertimbangkan prospek dikemudian hari akan semakin tingginya angka kejadian Sectio caesarea yang bisa mengakibatkan plasenta previa di kehamilan, berikutnya yang dapat meningkatkan mor-
85
JURNAL KEBIDANAN KHATULISTIWA, Volume I Nomor 2 Juli 2015, hlm. 83 - 90
biditas dan mortalitas akibat plasenta previa baik ibu maupun janin maka peneliti merasa perlu untuk melakukan penelitian mengenai “Hubungan riwayat Sectio caesarea dengan kejadian plasenta previa di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Soedarso Pontianak”. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui risiko terjadinya plasenta previa pada ibu dengan riwayat Sectio caesarea. METODE Penelitian ini bersifat observational analitik dengan desain Case control. Penelitian dilaksanakan di RSUD Dr. Soedarso Pontianak. Populasi dalam penelitian yaitu seluruh ibu bersalin yang dirawat di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Soedarso Pontianak. Subjek dalam penelitian yaitu seluruh ibu bersalin yang dirawat di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Soedarso Pontianak pada periode 1 Januari 2011 hingga 31 Desember 2013 yaitu sebanyak 5717 orang. Kelompok kasus dalam penelitian yaitu semua ibu dengan plasenta previa, yang memenuhi kriteria inklusi yaitu mempunyai data lengkap dan kehamilan kedua atau lebih. Kriteria ekslusi dalam penelitian ini adalah ibu dengan Diabetes mellitus dan kehamilan kembar. Sedangkan kelompok kontrol dalam penelitian ini adalah yang tidak mengalami plasenta previa. Besar sampel dihitung dengan menggunakan aplikasi komputer dan Lemeshow (1990) World Health Organization (WHO) untuk penelitian case control. Jumlah sampel 474 orang yang terdiri dari kasus 158 orang dan untuk kontrol 316 orang. Perbandingan kasus kontrol yaitu 1:2. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah riwayat Sectio caesarea. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah ibu bersalin dengan plasenta previa. Variabel lain dalam penelitian ini adalah usia, paritas dan riwayat abortus. Riwayat Sectio caesarea yang dimaksud disisni adalah riwayat persalinan sebelumnya yang dilakukan melalui bedah sesar. Plasenta Previa adalah keadaan dimana plasenta terletak di bagian bawah jalan lahir yang diukur berdasarkan diagnosa dokter di register Rumah Sakit, Usia yang dimaksud adalah lama waktu hidup atau ada sejak dilahirkan. Paritas jumlah kelahiran bayi dan bayi telah mencapai titik mampu bertahan hidup. Riwayat abortus adalah riwayat kehamilan sebelumnya yaitu keluarnya janin sebelum mencapai viabilitas. Data yang digunakan adalah data sekunder yang berasal dari rekam medik di Rumah Sakit Umum Daerah Dokter Soedarso Pontianak. Instrumen penelitian yang digunakan daftar checklist. Analisis data yang digunakan adalah analisis univariat, bivariat dan multivariat. Uji hipotesis yang digunakan Chi square dengan tingkat kemaknaan 95% (α=5%). Analisis multivariat menggunakan logistik regresi.
HASIL Berdasarkan hasil pengumpulan data didapatkan jumlah ibu bersalin periode 1 Januari 2011 hingga 31 Desember 2013 berjumlah 5717 orang dengan jumlah kasus plasenta previa sebesar 207 orang (3,62%). Dari 207 kasus plasenta previa diambil 158 kasus sesuai dengan penghitungan besar sampel. Sedangkan jumlah kontrol 316 dengan perbandingan kasus dan kontrol 1:2. Analisa univariat bertujuan untuk memperoleh gambaran distribusi atau besarnya proporsi variabel yang diteliti dengan menggunakan tabel distribusi frekuensi. Analisis ini dilakukan dengan cara mendistribusikan frekuensi subjek penelitian ke dalam variabel yang diamati untuk menilai kejadian yang diteliti antara kasus dan kontrol. Hasil analisis dapat dilihat pada tabel 1 berikut ini: Tabel 1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Usia, Paritas, Riwayat Abortus dan Riwayat Sectio Caesarea Variabel
(f)
(%)
Usia <20 th & >35 th
166
35
20-35 th
308
65
>3
153
32,3
1-3
321
67,7
Ya
129
27,2
Tidak
345
72,8
Ya
158
33,3
Tidak
316
66,7
Ya
158
33,3
Tidak
316
66,7
Paritas
Riwayat Abortus
Riwayat Sectio Caesarea
Plasenta Previa
Berdasarkan tabel 1 di atas dapat diketahui bahwa berdasarkan usia, proporsi responden yang berusia 20-35 tahun lebih banyak (65%) dibandingkan dengan usia <20 tahun dan >35 tahun (35%). Berdasarkan paritas, proporsi paritas 1-3 lebih besar (67,7%) dibandingkan dengan paritas >3 (32,3%). Berdasarkan riwayat abortus, proporsi yang tidak mengalami abortus lebih besar (72,8%), sedangkan yang mempunyai riwayat abortus (27,2%). Berdasarkan riwayat Sectio caesarea yang tidak memiliki riwayat Sectio caesarea sebanyak lebih besar (66,7%), dibandingkan dengan yang mempunyai riwayat Sectio caesarea (33.3%).
Husada dkk, Risiko Terjadinya Plasenta Previa,...
Analisa bivariat bertujuan untuk mengetahui kemaknaan hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat. Uji hipotesis yang digunakan adalah Chi square dan Odds ratio (OR) pada tingkat kepercayaan 95% (α=0,05). Analisis bivariat hubungan riwayat Sectio caesarea dengan kejadian plasenta previa dapat dilihat pada tabel 2 di bawah ini :
86
lebih besar pada ibu yang mempunyai riwayat abortus dibandingkan dengan ibu yang tidak mempunyai riwayat abortus. Analisis multivariat adalah suatu analisis yang dilakukan untuk melihat hubungan antara variabel bebas terhadap variabel terikat dan dengan mengontrol sejumlah variabel lainnya. Analisis multivariat
Tabel 2. Hubungan Sectio Caesarea Dengan Kejadian Plasenta Previa di RSUD Dr. Soedarso Pontianak Tahun 2013 Plasenta Previa Variabel
Ya (f)
Tidak (%)
(f)
ρ
OR
95% CI
(%)
Riwayat Sectio caesarea Ya
74
46,8
84
26,6
Tidak
84
53,2
232
73,4
<20 th & >35th
67
42,4
99
31,3
20-35 tahun
91
57,6
217
68,7
>3
67
42,4
86
27,2
1-3
91
57,6
230
72,8
Ya
61
38,6
68
21,5
Tidak
97
61,4
248
78,5
0,000
2,433
1,631
-3,629
0,023
1,614
1,087
-2,396
0,001
1,969
1,318
-2,941
0,000
2,294
1,510
-3,483
Usia
Paritas
Riwayat Abortus
Hasil analisis pada tabel 2 menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara riwayat Sectio caesarea dengan terjadinya plasenta previa OR=2,433 (95%CI=1,643-3,629); p=0,000. Peluang untuk terjadinya plasenta previa 2,433 kali lebih besar pada ibu dengan riwayat Sectio caesarea dibandingkan dengan ibu yang tidak mempunyai riwayat Sectio caesarea. Pada variabel usia juga menunjukkan hubungan yang bermakna antara usia dengan terjadinya plasenta previa OR=1,614 (95%CI=1,087-2,396); p=0,023. Peluang untuk terjadinya plasenta previa 1,614 kali lebih besar pada ibu dengan usia < 20 tahun dan >35 tahun dibandingkan dengan ibu yang berusia 20-35 tahun. Dilihat pada variabel paritas juga menunjukkan hubungan yang bermakna antara paritas dengan terjadinya plasenta previa OR=1,969 (95%CI=1,3182,941); p=0,001. Peluang untuk terjadinya plasenta previa 1,969 kali lebih besar pada ibu dengan paritas >3 dibandingkan dengan ibu dengan paritas 1-3. Untuk variabel riwayat abortus juga menunjukkan hubungan yang bermakna antara ibu yang mempunyai riwayat abortus dengan terjadinya plasenta previa OR=2,294 (95%CI=1,510-3,483); p=0,000. Peluang untuk terjadinya plasenta previa 2,294 kali
digunakan untuk mengetahui apakah hubungan variabel bebas dengan variabel terikat dipengaruhi oleh variabel lain. Analisis multivariat menggunakan pemodelan. Uji statistik yang digunakan adalah regresi logistik dengan tingkat kemaknaan sebesar p=0,05. Analisis multivariat dalam penelitian ini menggunakan 3 model dengan 5 variabel yaitu satu variabel bebas dan 4 variabel terikat. Analisis multivariat ini dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut: Model 1 dibangun untuk melihat hubungan riwayat Sectio caesarea, usia, paritas dan riwayat abortus dengan terjadinya plasenta previa. Hasil analisis memperlihatkan bahwa dari keempat variabel bebas, 3 variabel yaitu riwayat Sectio caesarea, paritas dan riwayat abortus menunjukkan hubungan yang bermakna. Hal ini ditujukkan dengan nilai OR secara berturut-turut sebagai berikut: riwayat Sectio Caesarea OR=2,91 (95%CI=1,903-4,454); p=0,000, paritas OR=1,874 (95%CI=1,148-3,059); p=0,012, riwayat abortus OR=2,202 (95% CI=1,418-3,418); p=0,000. Sedangkan 1 variabel yaitu variabel usia, tidak menunjukkan hubungan yang bermakna OR=1,224 (95%CI=0,768-2,015); p=0,373. Model 2 ini dibangun dengan tujuan untuk mengetahui hubungan Sectio caesarea, paritas dan riwayat abortus dengan terjadinya plasenta pre-
87
JURNAL KEBIDANAN KHATULISTIWA, Volume I Nomor 2 Juli 2015, hlm. 83 - 90
via, serta untuk mengetahui besarnya kontribusi dari semua variabel yang diikutsertakan dalam analisis, terhadap Sectio caesarea dan dampaknya terhadap kejadian plasenta previa. Variabel yang dimasukkan dalam model ini adalah riwayat Sectio caesarea, paritas, riwayat abortus. Hasil analisis memperlihatkan bahwa variabel riwayat Sectio caesarea merupakan variabel yang paling dominan berpengaruh terhadap kejadian plasenta previa karena mempunyai OR yang paling besar yaitu OR=2,878 (95%CI=1,903- 4,454; p=0,000). Sedangkan 2 variabel yang lain juga menunjukkan hubungan yang bermakna yaitu riwayat abortus dengan OR OR=2,202 (95%CI=1,418-3,418); p=0,000 dan paritas dengan OR=2,085 (95%CI=1,356-3,207); p=0,001. Kalau dibandingkan dengan analisis model 1, terlihat adanya perubahan nilai OR pada variabel Sectio caesarea. Walaupun usia tidak menunjukkan hubungan yang bermakna, tetapi variabel usia tetap memberikan pengaruh terhadap variabel Sectio caesarea. Model 3 ini dibangun untuk melihat hubungan riwayat Sectio caesarea dengan kejadian plasenta previa. Hasil analisis memperlihatkan adanya hubungan yang bermakna antara riwayat Sectio caesarea dengan kejadian plasenta previa dengan nilai OR=2,433 (95%CI=1,631-3,629); p=0,000. Berdasarkan hasil analisis tersebut maka dapat disimpulkan bahwa ibu yang mempunyai riwayat Sectio caesarea mempunyai peluang 2,433 kali lebih besar untuk mengalami plasenta previa dibandingkan dengan ibu yang tidak mempunyai riwayat Sectio caesarea. Jika dibandingkan dengan model 1 dan model 3 maka terlihat adanya perubahan nilai OR dan nilai -2log likelihood. Perubahan nilai -2log likelihood (x2) model 1 dan model 3 adalah sebesar 14,92 sedangkan nilai x2 tabel dengan derajat bebas 4 adalah 9,49. Karena perbedaan x2 hitung lebih besar dari nilai x2 tabel maka dapat disimpulkan bahwa perbedaan OR Sectio caesarea pada model 1 dan model 3 bermakna. Sedangkan bila dibandingkan antara model 2 dengan model 3 juga terjadi perubahan nilai OR dan -2log likelihood. Nilai x2 tabel dengan derajat bebas 3 adalah 7,81. Karena perbedaan x2 hitung lebih besar dari nilai x2 tabel maka dapat disimpulkan bahwa perbedaan OR Sectio Caesarea pada model 2 dan model 3 bermakna (Tabel 3). Berdasarkan hasil analisis pada tabel 3., maka model 2 merupakan model yang efektif karena jumlah variabel lebih sedikit, masing masing variabel menunjukkkan hasil yang bermakna dan ada perubahan nilai R2. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa setelah mengendalikan variabel variabel lain, maka riwayat Sectio Caesarea mempunyai peluang 2,8 kali lebih besar untuk terjadinya plasenta previa dibandingkan dengan yang tidak mempunyai riwayat Sectio Caesarea.
Tabel 3. Analisis Multivariat Risiko Terjadinya Plasenta Previa Pada Ibu Dengan Riwayat Sectio caesarea Model 1 Variabel
Model 2
Model 3
OR
OR
OR
95% CI
95% CI
95% CI
p
p
p
2,912
2,878
2.433
1,903- 4,454
1,903- 4,454
1.631-3.629
0.000**
0.000**
0.000**
1,244
-
-
1,874
2,085
-
1,148-3,059
1,356-3,207
0.012*
0.001**
2,202
2,242
1,418-3,418
1,447-3,474
0.000**
0.000**
-2 Log likelihood
-277.90774
-278.30224
-292.18345
df
4
3
1
X2 hitung
14,92*
13,88*
-
Pseudo R2
0,0789
0,0776
0,0316
Riwayat SC
Usia
0,768-2,015 0.373 Paritas
Riwayat Abortus
-
PEMBAHASAN Hubungan Riwayat Sectio aesarea Hasil analisis menunjukkan bahwa secara statistik menunjukkan adanya hubungan yang bermakna antara riwayat Sectio caesarea dengan terjadinya plasenta previa setelah mengontrol variabel lain dengan adjusted OR= 2,878 (95% CI= 1,903- 4,454); p=0,000. Peluang untuk terjadinya plasenta previa 2,878 kali lebih besar pada ibu dengan riwayat Sectio caesarea dibandingkan dengan yang tidak mempunyai riwayat Sectio caesarea. Penelitian ini telah menjawab dan memperkuat hipotesis penelitian ini yang menyatakan ada hubungan antara riwayat Sectio caesarea dengan kejadian plasenta previa. Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Tuzovic et al tahun 2003 yaitu faktor risiko menunjukkan peningkatan setelah 2 kali Sectio caesarea. Davood et al (2008) menyatakan bahwa riwayat Sectio caesarea meningkatkan risiko kejadian plasenta previa 11,5 kali. Halimi (2007) menyatakan bahwa total kejadian plasenta previa di Pakistan periode 2003-2007 di Pakistan sebanyak 226 kasus dan 160 diantaranya mempunyai riwayat Sectio caesarea. Penelitian ini berbeda dengan penelitian Utami (2007) yang menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antar riwayat Sectio Caesarea dengan terjadinya plasenta previa. OR=1,338 (95% CI=0,746-2,400).
Husada dkk, Risiko Terjadinya Plasenta Previa,...
Riwayat pembedahan rahim termasuk Sectio caesarea merupakan faktor risiko kejadian plasenta previa. Ibu yang telah mengalami pembedahan mempunyai parut dalam uterus. Kejadian plasenta previa meningkat pada ibu dengan riwayat Sectio caesarea di sebabkan karena endometrium yang cacat akibat bekas luka sayatan (Mochtar, 2012). Perubahan patologi dapat terjadi pada miometrium dan endometrium uterus jika ada jaringan parut bekas Sectio caesarea yang mengakibatkan implantasi plasenta menjadi rendah pada ostium uteri internum sehingga meningkatkan risiko terjadinya plasenta previa. Hasil penelitian di Amerika Serikat tahun 1997 telah menunjukkan bahwa ibu dengan riwayat Sectio Caesarea minimal 1 kali mempunyai risiko 2,6 kali untuk menjadi plasenta previa pada kehamilan berikutnya (Fauziyah, 2012). Hasil penelitian ini juga mendapatkan bahwa kejadian plasenta previa lebih banyak pada responden yang tidak mempunyai riwayat Sectio caesarea yaitu sebanyak 84 orang (53,2%) dibandingkan responden yang mempunyai riwayat Sectio caesarea sebanyak 74 orang (46,8%). Ini menggambarkan tetap ada risiko untuk terjadi plasenta previa pada ibu yang tidak mempunyai riwayat Sectio caesarea. Hubungan Usia Hasil analisis menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara usia dengan terjadinya plasenta previa,setelah mengontrol variabel lain Adjusted OR=1,224 (95%CI=0,768-2,015); ρ=0,373. Penelitian ini berbeda dengan penelitian Hung et al (2006), Tabassum et al (2010), Tuzovic et al (2003) yang menyatakan bahwa usia merupakan faktor risiko untuk terjadinya plasenta previa. Penelitian ini juga berbeda dengan penelitian Utami (2007) yang menyatakan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara usia dengan terjadinya plasenta previa. Fauziyah (2012), menyatakan bahwa dalam kurun waktu reproduksi sehat, usia aman untuk kelahiran dan persalinan adalah 20-35 tahun. Wanita pada usia kurang dari 20 tahun mempunyai risiko yang lebih tinggi untuk mengalami plasenta pevia karena endometrium masih belum matang, dan kejadian plasenta previa juga sering terjadi pada ibu yang berusia diatas 35 tahun karena tumbuh endometrium yang kurang subur. Usia <20 dan >35 merupakan faktor risiko terjadinya plasenta previa dikarenakan hipoplasia endometrium bila menikah dan hamil pada umur muda <20 tahun. Pada usia <20 tahun juga korpus luteum bereaksi lambat, dimana endometrium belum siap menerima hasil konsepsi (Mochtar, 2012). Berdasarkan hasil analisis bivariat menunjukkan adanta hubungan yang bermakna. Hasil analisis multivariat, setelah memperhitungkan variabel lain
88
menunjukkan hasil yang tidak bermakna. Namun demikian terdapat perubahan nilai log likehood, yang menunjukkan adanya interaksi variabel umur dengan variabel lain (efek modifer), sehingga walaupun secara statistik tidak Bmenunjukkan hunbungan yang bermakna, secara praktis variabel umur tetap mempunyai pengaruh terhadap terjadinya plasenta previa. Hubungan Paritas Berdasarkan hasil analisis data, menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara paritas dengan kejadian plasenta previa. Adjusted OR =2,085 (95%CI=1,356-3,207); p=0,001). Peluang Untuk terjadinya plasenta previa 2,085 lebih besar pada ibu dengan paritas >3 dibandingkan dengan paritas 1-3. Penelitian ini berbeda dengan penelitian utami (2007) yang menyatakan tidak terdapat hubungannyang bermakna antara paritas dengan terjadinya plasenta previa. Multiparitas merupakan faktor risiko plasenta previa sebagaimana yang dilaporkan oleh Tuzovic et al (2003), paritas 3 atau lebih memiliki risiko 4 kali untuk meningkatkan kejadian plasenta previa, Abdad (2010) (OR=2,53) dan Simbolon (2012), dalam penelitiannya menemukan bahwa ibu dengan paritas 3 atau lebih memiliki risiko 2,07 kali mengalami plasenta previa dibandingkan ibu dengan paritas 0-2. Meningkatnya risiko pada multiparitas disebabkan vaskularisasi yang berkurang dan atrofi pada desidua akibat persalinan sebelumnya. Ini mengakibatkan aliran darah ke plasenta tidak cukup sehingga plasenta memperluas permukaannya untuk mencari bagian dengan suplai darah yang banyak yaitu bagian segmen bawah uterus dan menutupi jalan lahir, yang biasanya dikaitkan dengan placental migration (Prawiroharjo, 2010; Wiknjosastro, 2005). Pada paritas tinggi terjadi kecacatan endometrium pada bekas persalinan yang berulang-ulang, plasenta tidak akan berimplantasi pada letak yang sama pada kehamilan sebelumnya dan cenderung akan mencari tempat baru untuk berimplantasi yaitu segmen bawah uterus yang bisa menutupi sebagian atau seluruh jalan lahir (Mochtar, 2012). Hubungan Riwayat Abortus Hasil analisis menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara riwayat abortus dengan kejadian plasenta previa setelah mengontrol variabel lain. dimana diperoleh pula nilai Adjusted OR=2,242 (95%CI=1,447-3,474); p=0,000. Ananth et al (2008) mengukur plasenta previa berdasarkan banyaknya keguguran serta dari bukti epidemiologi yang tersedia. Mereka menemukan hubungan yang kuat antara, riwayat abortus dengan terjadinya plasenta previa berikutnya. Hal ini didukung dengan hasil penelitian
89
JURNAL KEBIDANAN KHATULISTIWA, Volume I Nomor 2 Juli 2015, hlm. 83 - 90
yang dilaporkan Tuzovic et al (2003) yang menyatakan bahwa dengan adanya riwayat abortus meningkatkan risiko 2,22 kali untuk terjadinya plasenta previa dikehamilan berikutnya. Hung et al (2006) , Gendis (2010) riwayat abortus meningkatkan peluang terjadinya plasenta previa masing-masing 1,3 kali dan 2,515 kali lebih besar. Utami (2007) juga menyatakan bahwa riwayat abortus juga menunjukkan hubungan yang bermakna untuk terjadinya plasenta previa. Peluang untuk terjadinya plasenta previa 1,58 lebih besar pada ibu dengan riwayat abortus dibandingkan dengan tidak ada riwayat abortus. Mekanisme yang dapat menjelaskan pengaruh riwayat abortus adalah kerusakan ataupun terbentuknya jaringan parut pada endometrium akibat dilakukannya kuretase uterus sehingga mengganggu proses implantasi plasenta di bagian fundus uteri (Mochtar, 2012). Disamping itu, endometrium pada ibu dengan riwayat abortus yang dilakukan kuretase, akan menipis sehingga diperlukan perluasan plasenta untuk mampu memberikan nutrisi pada janin (Manuaba, 2008). Menurut Sastrawinata dkk (2005), keadaan endometrium yang kurang baik menyebabkan plasenta harus tumbuh menjadi luas untuk mencukupi kebutuhan janin. Plasenta yang tumbuh meluas akan mendekati atau menutupi ostium uteri internum. Endometrium yang kurang baik juga misalnya pada ibu dengan riwayat abortus yang dilakukan kuretase dapat menyebabkan zigot mencari tempat implantasi yang lebih baik, yaitu di tempat yang rendah dekat ostium uteri internum. SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian tentang Risiko Terjadinya Plasenta Previa Pada Ibu Dengan Riwayat Sectio caesarea maka dapat ditarik simpulan sebagai berikut: Terdapat hubungan yang bermakna antara riwayat Sectio caesarea dengan kejadian plasenta previa adjusted OR= 2,878 (95% CI= 1,903- 4,454); p=0,000. Peluang untuk terjadinya plasenta previa 2,878 kali lebih besar pada ibu dengan riwayat Sectio caesarea dibandingkan dengan yang tidak mempunyai riwayat Sectio caesarea; Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara usia dengan kejadian plasenta previa di Rumah Sakit Umum Daerah Soedarso Pontianak Adjusted OR=1,224 (95%CI=0,768-2,015); ρ=0,373; Terdapat hubungan yang bermakna antara paritas dengan kejadian plasenta previa di Rumah Sakit Umum Daerah Soedarso Pontianak. adjusted OR =2,085 (95%CI=1,356-3,207); p=0,001. Peluang Untuk terjadinya plasenta previa 2,085 lebih besar pada ibu dengan paritas >3 dibandingkan dengan paritas 1-3; Terdapat hubungan yang bermakna antara riwayat abortus dengan plasenta previa dimana
diperoleh nilai p=0,000 (p<0,05). Adjusted OR=2,242 (95%CI=1,447-3,474); p=0,000. Peluang untuk terjadinya plasenta previa 2,242 kali lebih besar pada ibu dengan riwayat abortus caesarea dibandingkan dengan yang tidak mempunyai riwayat abortus. DAFTAR RUJUKAN Abdad, A,U. 2010. Hubungan Antara Paritas Ibu dengan Kejadian Plasenta Previa di Rumah Sakit dr. Moewardi Surakarta. Surakarta : Universitas Sebelas Maret. [Internet]. https://www.google.com. [Diakses tanggal 29 Oktober 2013]. Afriani, anggy, dkk. 2013. Kasus Persalinan Dengan Bekas Sectio Caesarea Menurut Keadaan Waktu Masuk di Bagian Obstetri dan Ginekologi RSUP Dr.M. Djamil. Padang [Internet]. Tersedia dalam www.jurnal.fk.unand. ac.id [Diakses tanggal 10 Maret 2014]. Ardias,Gendis. Ayu. 2010. Analisis Faktor Risiko Plasenta Previa di RSUD Prof Dr Margono Soekarjo Purwokerto Tahun 2009-2010. Purwokerto : Universitas Jenderal Soedirman. [Internet]. Tersedia dalam www. scribd.com [Diakses tanggal 26 November 2013]. Boyle, Maureen. 2008. Kedaruratan dalam Persalinan. Jakarta : EGC. Budianto, Eko. 2004. Metodologi Penelitian Kedokteran. Jakarta : EGC. Chalik,TMA. 1997. Hemoragi Utama Obstetri dan Ginekologi Bagian Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala. Jakarta : Widya Medika. Belizan, Conde. 2000. Maternal Morbidity and Mortality Associated With Interpregnancy Interval: BMJ.[Internet]. http://dx.doi.org.com [Diakses tanggal 8 November 2013]. Cromwell, D. A. et al. 2010. Risk of Placenta Previa in Second Birth After First Birth Cesarean Section: A Population-based Study andMeta-analysis, BMC Pregnancy Childbirth, volume 11. [Internet]. http://www.biomedcentral.com [Diakses tanggal 12 Oktober 2013]. Cunningham, et al.2012.Obstetri William Edisi 21. Jakarta : EGC. ________.2013. Obstetri William Edisi 23 Volume 1. Jakarta : EGC. Dahlan, Sopiyudin. 2013. Besar Sampel Dan Cara Pengambilan Sampel Dalam Penelitian Kedokteran Dan Kesehatan. Jakarta : Salemba Medika. Davood, S.,Kazem, P., and Sepideh E. 2008. Selected
Husada dkk, Risiko Terjadinya Plasenta Previa,...
Pregnancy Variables in Women with Placenta Previa. Iran : Research Journal of Obstetrics and Gynecology. [Internet]. http:// docsdrive.com [Diakses tanggal 8 November 2013]. Data rekam medis RSUD Dr.Soedarso.2012. Angka Kejadian Sectio Caesarea : Pontianak Depkes RI. 2009, Rencana Pembangunan Jangka Panjang Bidang Kesehatan 2005-2025. Departemen Kesehatan Republik Indonesia 2009. Dalam http://www.depkes.go.id/ downloads/newdownloads/rancangan_RPJPK_2005-2025.pdf [Diakses tanggal 16 Oktober 2013]. Dinas Kesehatan Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat.2010.Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat tahun 2009.Pontianak : Dinas Kesehatan Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat.Tersedia pada http://www.dinkes. kalbar.go.id. [Diakses tanggal 18 Oktober 2013] ________. 2012. Profil Kesehatan Propinsi Kalimantan Barat Tahun 2012. Pontianak. Fauziyah, Yulia. 2012. Obstetri Patologi. Yogyakarta : Nuha Medika Hung, Thai-Ho.,et al. 2007. Risk Factors For Placenta Previa In An Asian Population. Taipei : International Journal of Gynecology and Obstetric 2007, 97:26-30. [Internet]. http:// www.figo.org [Diakses tanggal 19 November 2013] Llewellyn, Derek.,et al. 2002. Dasar-Dasar Obstetri & Ginekologi (Fundamentals of Obstetrics and Gynaecology). Jakarta : Hipokrates Manuaba,Chandranita.I.A,.Fajar,Manuaba.IBG,.dan Manuaba,I.B.G.2008.Gawat-Darurat Obstetri-Ginekologi & Obstetri-Ginekologi Sosial untuk Profesi Bidan.Jakarta : EGC Manuaba,I.B.G.1998. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana untuk Pendidikan Bidan. Jakarta : EGC. Mochtar, R. 1998. Sinopsis Obstetri, Obstetri Fisiologi, Obstetri Patologi Edisi 2 . Jakarta: EGC. . 2012. Sinopsis Obstetri, Obstetri Fisiologi, Obstetri Patologi .Jakarta: EGC. Morgan, Gery., Hamilton, Carol. 2003. Obstetri dan Ginekologi Panduan Praktis. Jakarta : EGC. Notoatmodjo, S. 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan. Edisi Revisi, Jakarta: Rieneka Cipta, 2012. Nugroho, Taufan. 2010. Kasus Emergency Kebidanan. Yogyakarta : Nuha Medika. Saifuddin, AB. 2002. Buku Acuan Nasional Pe-
90
layanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Praworoharjo. Sastrawinata, Sulaiman. 2005.Obstetri Patologi.Jakarta :EGC Simbolon, Ferry. 2012. Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Kejadian Plasenta Previa di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan. Medan : Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara. Surraya, Halimi. 2007. Association of Placenta Previa With Multiparity and Previous Cesarean Section. Pakistan : JPMIs Tabassum, Rumina et al., 2010. The Risks Factors Associated With Placenta Previa in Patients Presented to Civil Hospital Karachi-A Case Control Study, Obstetrics and Gynaecology, 16(2) : 276-279. [Internet]. http://www. medicalchannel.pk. [Diakses tanggal 22 Oktober 2013] Tuzovic, L.,Djelmis,J.,dan Ilijic, Marcela. 2003. Obstetric Risk Factor Associated with Placenta Previa Development : Case-Control Study. Croatia : Croatian Medical Journal. [Internet]. http://pubget.com. [Diakses tanggal 22 Oktober 2013] Utami, R. B. 2007. Jarak Kelahiran Dan Risiko Kejadian Plasenta Previa Di RSUP DR Sarjito Dan RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta. Yogyakarta : Universitas Gajah Mada [Internet]. http://etd.ugm.acc.com. [Diakses tanggal 29 Oktober 2013] Prawirohardjo, Sarwrjono. 2010. Ilmu Kebidanan. Jakarta : PT Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo. Poppy, Kumala, dkk. Kamus Saku Kedokteran Dorland. 1998. Jakarta : EGC Wiknjosastro,H. 2005. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo . 2009. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo Wiknjosastro,H. 2007. Ilmu Bedah Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo