RISIKO PRODUKSI ANGGREK DENDROBIUM PADA DEDE ANGGREK KECAMATAN CIBITUNG KABUPATEN BEKASI
TISETYA MEYLINE PRAHANG TAMANDALA
DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
iii
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Risiko Produksi Anggrek Dendrobium Pada Dede Anggrek Kecamatan Cibitung Kabupaten Bekasi adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.
Bogor, Agustus 2014
TISETYA MEYLINE PRAHANG TAMANDALA H34114088
i
ABSTRAK TISETYA MEYLINE PRAHANG TAMANDALA. Risiko Produksi Anggrek Dendrobium Pada Dede Anggrek Kecamatan Cibitung Kabupaten Bekasi. Dibimbing oleh POPONG NURHAYATI. Dede Anggrek adalah salah satu usaha budidaya agribisnis yang memproduksi anggrek Dendrobium. Fluktuasi produktivitas sering kali terjadi pada kegiatan produksi anggrek Dendrobium di setiap periode produksinya. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui sumber risiko yang dihadapi untuk kemudian dihitung probabilitas dan dampak risikonya, sehingga dapat diketahui strategi penanganan yang sesuai. Sumber risiko yang dihadapi meliputi kesalahan SDM, media tanam, kualitas bibit, iklim, serta hama dan penyakit. Probabilitas kemungkinan terjadinya risiko tertinggi bersumber dari hama dan penyakit yaitu sebesar 59.09%. Sedangkan dampak risiko yang mungkin terjadi juga bersumber dari hama dan penyakit yaitu sebesar Rp 879 799,- . Strategi penanganan risiko secara preventif dapat dilakukan untuk semua sumber risiko produksi. Sedangkan strategi penanganan secara mitigasi dapat dilakukan untuk sumber risiko produksi hama dan penyakit. Kata kunci: Dendrobium, produksi, risiko
ABSTRACT TISETYA MEYLINE PRAHANG TAMANDALA. Risk production dendrobium Orchid on dede anggrek sub-district cibitung bekasi. Supervised by POPONG NURHAYATI. Dede Anggrek is one of the agribusiness cultivation business that producing Dendrobium. Fluctuating of productivity almost done in production activities in each period of production. The research was conducted to determine the source of risk and then to calculated the probability and the impact of the risk, so that to know the appropriate strategy. The sources of risk are errors of human resources, growing media, quality of seed, climate, and also pests and diseases. The highest probability of risk is because pests and diseases in the amount of 59.09 %. The highest impact of risk is also because pests and diseases in the amount of Rp 879 799,-. Preventive risk management strategy can be performed for all sources of production risk. Whereas, mitigation risk management strategy can be performed for the sources of production risk of pests and diseases. Keywords
: Dendrobium, production, risk,
RISIKO PRODUKSI ANGGREK DENDROBIUM PADA DEDE ANGGREK KECAMATAN CIBITUNG KABUPATEN BEKASI
TISETYA MEYLINE PRAHANG TAMANDALA
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Agribisnis
DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
iii
Judul Skripsi : Risiko Produksi Anggrek Dendrobium Pada Dede Anggrek Kecamatan Cibitung Kabupaten Bekasi Nama : Tisetya Meyline Prahang Tamandala NIM : H34114088
Disetujui oleh
Ir Popong Nurhayati, MM Pembimbing
Diketahui oleh
Dr Ir Dwi Rachmina, MSi Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Judul yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan April hingga Juni 2013 ini ialah Risiko Produksi Anggrek Dendrobium Pada Dede Anggrek Kecamatan Cibitung Kabupaten Bekasi. Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Ir Popong Nurhayati, MS selaku pembimbing. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Ibu Dede Harmini selaku pemilik Dede Anggrek, dan pengurus Taman Anggrek Indonesia Permai (TAIP) yang telah membantu selama pengumpulan data. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, serta seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya. Semoga skripsi ini bermanfaat.
Bogor, Agustus 2014
Tisetya Meyline Prahang Tamandala
v
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL vi DAFTAR GAMBAR vi DAFTAR LAMPIRAN vii PENDAHULUAN 1 Latar Belakang ..................................................................................................1 Perumusan Masalah ..........................................................................................4 Tujuan ...............................................................................................................6 Manfaat .............................................................................................................6 Ruang Lingkup Penelitian.................................................................................6 TINJAUAN PUSTAKA 7 Penelitian Terdahulu .......................................................................................12 KERANGKA PEMIKIRAN 15 Kerangka Pemikiran Teoritis ..........................................................................15 Kerangka Pemikiran Operasional ...................................................................19 METODE PENELITIAN 21 Lokasi dan Waktu ...........................................................................................21 Jenis dan Sumber Data ....................................................................................21 Metode Pengumpulan Data .............................................................................22 Metode Analisis Data ......................................................................................22 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 26 HASIL DAN PEMBAHASAN 34 Identifikasi Sumber Risiko .............................................................................34 Analisis Probabilitas Sumber Risiko Produksi ...............................................42 Analisis Dampak Risiko Produksi ..................................................................46 Pemetaan Sumber Risiko Produksi .................................................................49 Strategi Penanganan Sumber Risiko Produksi ................................................50 SIMPULAN DAN SARAN 51 Simpulan .........................................................................................................51 DAFTAR PUSTAKA 53 LAMPIRAN 55
vi
DAFTAR TABEL 1 Target Produksi Hortikultura Tahun 2012
1
2 Produksi Tanaman Hias di Indonesia Tahun 2007-2011 (tangkai)
2
3 Produksi tanaman Anggrek menurut Provinsi (tangkai) Tahun 20092011
3
4 Produksi Tanaman Hias di Jawa Barat Komoditi Anggrek Tahun 20072011 (tangkai)
3
5 Data jumlah input (seedling) dan output yang dihasilkan pada tahun 2011(pot)
5
6 Kematian bibit akibat sumber risiko kesalahan SDM
36
7 Kematian bibit akibat sumbe risko kesalahan media tanam
37
8 Kematian anggrek akibat sumber risiko kualitas bibit
38
9 Jumlah Kegagalan Produksi yang disebabkan oleh iklim
39
10 Jumlah Kegagalan Produksi yang disebabkan oleh hama dan penyakit
42
11 Hasil perhitungan probabilitas sumber risiko produksi Dede Anggrek
43
12 Hasil perhitungan probabilitas risiko kualitas bibit pada 12 periode
43
13 Hasil perhitungan probabilitas risiko hama dan penyakit pada 12 periode
44
14 Hasil perhitungan probabilitas risiko media tanam pada 12 periode
44
15 Hasil perhitungan probabilitas risiko iklim pada 12 periode
45
16 Hasil perhitungan probabilitas risiko SDM pada 12 periode
46
17 Hasil perhitungan dampak risiko produksi Dede Anggrek
46
18 Hasil perhitungan dampak risiko kualitas bibit pada Dede Anggrek
47
19 Hasil perhitungan dampak risiko hama dan penyakit pada Dede Anggrek
47
20 Hasil perhitungan dampak risiko media tanam pada Dede Anggrek
48
21 Hasil perhitungan dampak risiko iklim pada Dede Anggrek
48
22 Hasil perhitungan dampak risiko SDM pada Dede Anggrek
49
23 Hasil perhitungan status risiko produksi pada Dede Anggrek
49
DAFTAR GAMBAR 1 Tingkat kelangsungan hidup anggrek Dendrobium tahun 2013 2 Peta risiko 3 Kerangka pemikiran operasional analisis risiko produksi Anggrek Dendrobium pada Dede Anggrek
5 18 21
vii
4 Penanganan Risiko (Preventif) 5 Penanganan mitigasi risiko 6 (a) Akar busuk akibat penyiraman berlebihan oleh SDM (b) Kecepatan tumbuh tanaman melambat akibat kekurangan dan kelebihan pemupukan 7 Media Tanam (a) keadaan baik (b) keadaan rusak dan lapuk 8 Media tanam yang terlalu lama (a) media tanam yang terkena lumut dan jamur (b) 9 Bibit seedling (a) keadaan sehat (b) tidak tumbuh 10 Sumber risiko curah hujan membuat media berlumut dan akar tanaman busuk 11 Sumber risiko hama dan penyakit tanaman remaja akibat (a) terserang tungau merah (b) terserang jamur 12 Pemetaan sumber risiko produksi Dede Anggrek
25 26 35 36 37 38 39 42 50
DAFTAR LAMPIRAN 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Pelaku usaha anggrek tahap seedling hingga remaja di seluruh indonesia Segmentasi usaha anggrek dendrobium pada dede anggrek Lay out usaha dede anggrek Pola tanam anggrek dendrobium seedling hingga remaja pada dede anggrek Jadwal kegiatan unit produksi dede anggrek Poses pemindahan bibit Jadwal pemupukan dan penyemprotan pestisida dede anggrek per bulan Proses pemupukan pada dede anggrek Proses penyiraman pada dede anggrek
56 57 58 59 59 60 60 61 61
1
PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara agraris yang beriklim tropis. Indonesia yang beriklim tropis, membuat kondisi agroklimat Indonesia memungkinkan berbagai jenis tanaman dapat tumbuh dengan baik termasuk bunga dan tanaman hias. Sebagai negara agraris, sektor pertanian dibagi menjadi beberapa subsektor, salah satunya yaitu subsektor hortikultura. Subsektor hortikultura merupakan salah satu subsektor yang berpotensi untuk dikembangkan di Indonesia melalui berbagai macam jenis komoditi. Berdasarkan data yang diperoleh dari Kementrian Pertanian tahun 2011 ada beberapa komoditas utama hortikultura yang memiliki potensi pasar dalam negeri dan ekspor yang baik antara lain manggis, mangga, bawang merah, cabai merah, dan anggrek. Potensi pengembangan subsektor hortikultura tersebut didukung dengan adanya target produksi hortikultura pada tahun 2012 yang ditunjukkan pada Tabel 1. Tabel 1 Target Produksi Hortikultura Tahun 2012 No
Komoditas
1 2 3 4
Buah Sayuran Tanaman Obat Tanaman Florikultura
Target Produksi (ton) 18 671 100 11 591 900 454 200 942 355 314
Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura (2012)
Berdasarkan data pada Tabel 1 diketahui bahwa target produksi tanaman florikultura memiliki potensi untuk dikembangkan dengan produksi terbesar diantara target produksi beberapa komoditi hortikultura lainnya. Hal tersebut dapat dilihat dari adanya ketertarikan dan minat sebagian besar masyarakat Indonesia terhadap tanaman florikultura yang semakin meningkat. Adanya ketertarikan dan minat yang dilakukan dalam bentuk penghijauan di area pekarangan atau halaman rumah, dapat memberikan manfaat baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap kelestarian lingkungan. Komoditas tanaman florikultura itu sendiri terdiri dari berbagai jenis tanaman bunga potong dan tanaman hias. Adapun data beberapa komoditas tersebut disajikan pada Tabel 2.
2
Tabel 2 Produksi Tanaman Hias di Indonesia Tahun 2007-2011 (tangkai) No
Jenis
1 2
Anggrek Anthurium Bunga Anyelir Garbera Gladiol Heliconia Krisan Mawar Sedap Malam
3 4 5 6 7 8 9
Tahun 2007 9 484 393 2 198 990
2008 15 309 964 2 627 498
2009 16 205 949 3 833 100
2010 14 050 445 7 655 542
2011 15 490 256 4 724 730
1 901 509 4 931 441 11 271 385 1 427 048 66 979.260 59 492 699 21 687 493
3 024 558 4 101 631 8 581 395 5 278 477 101 777 126 39 265 696 25 598 314
5 320 824 5 185 586 9 775 500 4 124 174 107 847 072 60 191 362 51 047 807
7 607 588 9 693 487 10 064 082 2 961 385 185 232 970 82 351 332 59 298 954
5 130 332 10 543 445 5 448 740 2 791 257 305 867 882 74 319 773 62 535 465
Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura (2013)
Berdasarkan data pada Tabel 2 diketahui bahwa terdapat tanaman hias seperti krisan, mawar, sedap malam, garbera dan anggrek yang memiliki jumlah produksi terbesar dan selalu mengalami peningkatan jumlah produksi. Semakin meningkatnya minat dan ketertarikan masyarakat terhadap tanaman florikultura juga membuat jumlah hobiis dan pengusaha tanaman hias semakin banyak. Selain digunakan sebagai bentuk penghijauan, tanaman hias juga seringkali secara sengaja digunakan sebagai salah satu dekorasi untuk memperindah interior maupun eksterior rumah. Salah satu jenis tanaman hias yang banyak diproduksi dengan tujuan seperti yang telah dijelaskan sebelumnya adalah tanaman anggrek. Tanaman anggrek memiliki daya tarik untuk diminati oleh masyarakat karena keindahannya serta tanaman anggrek lebih mudah beradaptasi dengan lingkungan dibandingkan dengan tanaman hias lainnya. Lingkungan yang cukup memadai dapat menjadikan anggrek memiliki syarat tumbuh yang baik. Data pada Tabel 2 menunjukkan jumlah perkembangan anggrek dari tahun 2007-2011 selalu mengalami peningkatan meskipun pada tahun 2010 mengalami penurunan. Pada tahun 2007 sampai 2008 jumlah produksi anggrek mengalami peningkatan sebesar 61.42 persen. Perkembangan produksi terus terjadi dari tahun 2008 sampai 2009 yaitu sebesar 5.85 persen namun terjadi jumlah penurunan dari tahun 2009 ke tahun 2010 yaitu sebesar 13.30 persen. Meskipun demikian jumlah produksi dari tahun 2010 ke tahun 2011 mengalami peningkatan kembali yaitu sebesar 10.25 persen. Persentase peningkatan jumlah produksi tersebut merupakan salah satu alasan lain bahwa anggrek memiliki potensi untuk dikembangkan menjadi salah satu usaha budidaya. Berdasarkan data yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik pada tahun 2013 tercatat 5 provinsi penghasil anggrek terbanyak di Indonesia. Provinsi Jawa Barat merupakan salah satu provinsi dengan jumlah produksi anggrek terbesar diantara ke-5 provinsi penghasil anggrek lainnya yang ada di Indonesia. Jumlah produksi anggrek disetiap daerah tersebut disajikan secara terperinci dalam Tabel 3
3
Tabel 3 Produksi tanaman Anggrek menurut Provinsi (tangkai) Tahun 2009-2011 No 1 2 3 4 5
Provinsi DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah Jawa Timur Banten
Tahun 2009 1 258 047 5 582 076 985 222 2 180 521 1 453 304
2010 1 305 565 2 412 619 452 886 3 430 362 2 189 988
2011 1 683 623 4 085 935 3 673 559 50 335 1 952 960
Sumber : Badan Pusat Statistik (2013)
Provinsi Jawa Barat merupakan salah satu daerah penghasil tanaman anggrek terbesar di Indonesia, sesuai dengan data yang disajikan pada Tabel 3. Peningkatan jumlah produksi tanaman anggrek terjadi sebesar 69.38 persen dari tahun 2010 ke tahun 2011. Namun, jumlah produksi tersebut sempat mengalami penurunan dari tahun 2009 ke 2010 sebesar 56.78 persen. Penurunan jumlah produksi tersebut tetap menjadikan provinsi Jawa Barat sebagai daerah penghasil anggrek terbesar. Salah satu daerah penghasil anggrek di provinsi Jawa Barat adalah Kabupaten Bekasi. Produksi setiap daerah tersebut disajikan secara terperinci dalam Tabel 4. Tabel 4 Produksi Tanaman Hias di Jawa Barat Komoditi Anggrek Tahun 20072011 (tangkai) No 1 2 3 4 5
Kabupaten/kota Bogor Cianjur Sukabumi Kabupaten Bekasi Kota Bekasi
2007 540 171 550 258 48 075 150 5 090
2008 688 175 3 811 16 610 650 4 590
Tahun 2009 3 093 879 19 522 8 680 2 555 1 718
2010 1 546 334 367 1 250 1 410 7 840
2011 2 659 782 645 5 150 1 711 17 390
Sumber : Dinas Pertanian (2013)
Jumlah produksi anggrek di Kabupaten Bekasi terbilang masih sedikit dibandingkan dengan daerah-daerah lain yang ada di jawa barat. Meskipun demikian produksi anggrek di Kabupaten Bekasi selalu mengalami peningkatan setiap tahun. Penurunan produksi anggrek di Kabupaten Bekasi sempat mengalami penurunan dari tahun 2009 ke tahun 2010. Hal tersebut mengindikasikan adanya risiko pada budidaya anggrek pada saat mengalami penurunan yang secara langsung mempengaruhi jumlah produksinya. Ada beberapa pelaku usaha anggrek anggrek di Indonesia yang membudidayakan tanaman anggrek baik dari bibit seedling hingga tanaman dewasa. Pelaku usaha budidaya anggrek tersebut dapat dilihat pada Lampiran 1. Jumlah produksi tanaman anggrek di Kabupaten Bekasi yang masih mengalami penurunan dikarenakan produksi yang dihasilkan masih sedikit. Hal tersebut dapat dikarenakan juga karena jumlah pelaku usaha budidaya anggrek masih sedikit yaitu sebanyak dua pelaku usaha budidaya tanaman anggrek. Salah satu pelaku usaha budidaya anggrek di Kabupaten Bekasi yaitu Dede Anggrek. Salah satu jenis anggrek yang dibudidayakan oleh Dede Anggrek sebagai komoditi usahanya adalah anggrek dengan jenis Dendrobium. Pada Dede Anggrek alasan membudidayakan jenis anggrek Dendobium karena pemeliharaan
4
relatif mudah dibandingkan dengan jenis anggrek lainnya, penanaman di daerah panas membuat Dendrobium tumbuh maksimal, tanaman Dendrobium mudah dan rajin berbunga dan harga Dendrobium yang terjangkau. Pada umumnya terdapat beberapa segmen dalam usaha budidaya anggrek Dendrobium yaitu botolan, kompot, seedling, tanaman remaja, dan tanaman dewasa. Tetapi pada usaha budidaya anggrek yang dilakukan dede Anggrek pada jenis komoditi Dendrobium memfokuskan pada segmen seedling hingga tanaman remaja lalu proses pemeliharaan dari tanaman remaja ke tanaman dewasa. Segmen tersebut dapat dilihat pada Lampiran 2. Segmen yang paling memiliki risiko terbesar ialah pada saat seedling, kerena pada masa ini tanaman lebih rentan mengalami kegagalan dalam produksi dibandingkan tanaman dewasa yang hanya membutuhkan proses pemeliharaan. Perumusan Masalah Dede Anggrek merupakan perusahaan agribisnis yang mengusahakan tanaman hias anggrek Dendrobium. Dede Anggrek berdiri sejak tahun 2002 yang berlokasi di Kecamatan Cibitung Kabupaten Bekasi Jawa Barat. Perusahaan ini bergerak di bidang usaha pembesaran dari bibit hingga pembungaan yang berbentuk pot plant. Luas areal usaha pada Dede Anggrek adalah 1250 m² dengan persentase 80 persen anggrek Dendrobium, 20 persen anggrek lain seperti vanda, cattleya, oncidium golden flower serta anggrek bulan. Dede Anggrek mengalami risiko dalam menjalankan usaha budidaya anggreknya. Hal ini yang akan berdampak pada penerimaan dan keuntungan yang akan diterima oleh Dede Anggrek serta lebih berpengaruh terhadap perkembangan usaha dari Dede anggrek itu sendiri. Saat ini dalam menjalankan kegiatan usahanya Dede Anggrek menghasilkan tanaman pot plant dengan menggunakan bibit seedling, kemudian dibesarkan hingga tanaman mencapai remaja, lalu proses budidaya terakhir yaitu memelihara anggrek remaja hingga berbunga dan siap dijual. Total pot saat ini yang ada di areal usaha terdapat kurang lebih sekitar 10000 pot dengan jumlah produksi per periode kira-kira sekitar 400 pot. Dede Anggrek dalam menjual tanamannya sudah memiliki pelanggan tetap seperti para pedangang keliling yang datang langsung ke Dede Anggrek serta harga pada dede anggrek tergolong tetap dan stabil. Penyebab adanya penurunan penerimaan yang diterima oleh Dede Anggrek di duga karena adanya risiko produksi dalam budidaya anggrek Dendrobium. Hal tersebut dapat dilihat dengan adanya jumlah produksi yang masih berfluktuasi. Berikut ini jumlah input bibit seedling dan output yang dihasilkan oleh Dede Anggrek pada tahun 2011 disajikan dalam Tabel 5
5
Tabel 5 Data jumlah input (seedling) dan output yang dihasilkan pada tahun 2011(pot) Periode Seedling 1 400 2 450 3 400 4 250 5 150 6 300 7 200 8 300 9 150 10 250 11 330 12 500 Sumber : Dede Anggrek (2013)
Remaja 246 278 251 161 92 187 124 175 89 158 210 322
SR (S-R) (%) 61 62 63 64 61 62 62 58 59 63 64 64
Dewasa 216 244 222 145 80 166 109 161 79 135 181 284
SR (R-D) (%) 88 88 88 90 87 89 88 92 89 85 86 88
Berdasarkan Tabel 5, Dalam pengelolaan usahanya beberapa faktor yang mempengaruhi penerimaan pada Dede Anggrek adalah tingkat kelangsungan hidup, dimana tingkat kelangsungan hidup itu menunjukkan persentase jumlah output yang dihasilkan dibandingkan dengan input yang digunakan pada anggrek Dendrobium. Fluktuasi tingkat kelangsungan hidup anggrek Dendrobium pada dede anggrek dapat dilihat pada Gambar 1 : % 100 90
SR (tk. kelangsungan hidup S--R
80
SR (tk. Kelangsungan hidup R--D
70 60
Periode Penanaman
50 1
2
3
4
5
6
7
8
9 10 11 12
Sumber : Dede Anggrek (2013)
Gambar 1 Tingkat kelangsungan hidup anggrek Dendrobium tahun 2013 Berdasarkan Gambar 1, diketahui tingkat kelangsungan hidup anggrek Dendrobium lebih rendah pada tahap seedling ke remaja dibandingkan tahap remaja ke dewasa. Grafik tingkat kelangsungan hidup menunjukkan adanya fluktuasi yang terjadi tiap bulan, fluktuasi tersebut mengindikasikan adanya risiko produksi pada usaha budidaya tanaman anggrek Dendrobium. Oleh karena itu, penelitian ini akan membahas risiko produksi yang dialami dari bibit seedling hingga tanaman remaja dikarenakan pada segmen ini yang paling menunjukan adanya risiko yang paling besar. Tingkat mortalitas dapat mempengaruhi jumlah produksi. Jumlah produksi yang berkurang dapat menyebabkan pendapatan petani berkurang bahkan kerugian bagi petani. Agar kerugian tidak terjadi atau berkurang maka diperlukan
6
identifikasi sumber risiko yang dihadapi. Setelah proses identifikasi maka dilakukan pengukuran dampak risiko sehingga dapat dilakukan penanganan terhadap risiko yang dihadapi. Berdasarkan uraian diatas, perumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Apa saja yang menjadi sumber risiko produksi dalam usaha budidaya anggrek dendrobium di Dede Anggrek ? 2. Berapa besar probabilitas dan dampak dari sumber-sumber risiko produksi dalam usaha budidaya anggrek dendrobium di Dede Anggrek ? 3. Bagaimana alternatif strategi penanganan risiko produksi yang dapat dilakukan oleh Dede Anggrek? Tujuan Berdasarkan perumusan masalah yang telah dikemukakan di atas, maka penelitian ini ditujukan untuk : 1. Mengidentifikasi sumber-sumber risiko pada usaha budidaya anggrek dendrobium pada Dede Anggrek. 2. Menganalisis probabilitas dan dampak risiko yang disebabkan oleh sumbersumber risiko produksi pada usaha budidaya anggrek dendrobium pada Dede Anggrek. 3. Menganalisis alternatif strategi yang dapat dilakukan dalam penanganan risiko produksi pada usaha budidaya anggrek dendrobium pada Dede Anggrek. Manfaat Penelitian mengenai analisis risiko produksi budidaya anggrek pada Dede Anggrek diharapkan dapat memberikan manfaat kepada : 1. Peneliti, bagi peneliti sebagai bentuk bakti serta kontribusi terhadap kemajuan agribisnis selain itu untuk menambah wawasan ilmu serta mengaplikasikan teori selama perkuliahan. 2. Pengusaha atau petani anggrek, sebagai bahan informasi dan masukan untuk pengambilan keputusan dalam miminimalkan risiko yang dihadapi pada pembudidayaan anggrek 3. Pembaca dan masyarakat lainnya, sebagai bentuk karya tulisan yang dapat bermanfaat untuk memperkaya informasi terkait tanaman anggek Dendrobium, sebagai referensi serta untuk acuan penelitian selanjutnya. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini dilakukan pada Dede Anggrek Kecamatan Cibitung Kabupaten Bekasi dimaksudkan untuk mengetahui seberapa besar risiko yang dihadapi pada pembudidayaan anggrek. Penelitian ini menggunakan beberapa metode seperti wawancara, observasi, dan diskusi yang dilakukan dengan pemilik dan pengelola Dede Anggrek dengan mengajukan kuisioner. Responden yang digunakan dalam penelitian ini ialah satu orang pembudidaya anggrek sekaligus
7
pemilik usaha budidaya anggrek. Penelitian ini menggunakan alat analisis deskriptif dan alat analisis risiko. Alat analisis deskriptif yaitu dengan mengidentifikasikan sumber-sumber risiko produksi yang dihadapi oleh Dede Anggrek dan alat analisis risiko yang digunakan adalah Z score dan Value at Risk (VaR) untuk mengetahui probabilitas dan dampak risiko produksi anggrek Dendrobium akibat adanya sumber-sumber risiko. Pada penelitian ini hanya meneliti pada fase seedling hingga remaja.
TINJAUAN PUSTAKA Gambaran Umum Anggrek Dendrobium Tanaman anggrek sama halnya dengan manusia anggrek akan tumbuh dan berkembang dengan baik apabila habitat dan tempat tumbuhnya memiliki suhu yang sesuai. Untuk pertumbuhan dendrobium, suhu udara rata-rata 25-27˚C. Suhu udara minimum 21-23˚C dan maksimum 31-34˚C. Pada jenis anggrek Dendrobium suhu udara yang cocok yaitu pada siang hari 27-32˚C dan pada malam hari 21-24˚C. Pada anggrek suhu udara berhubungan erat dengan cahaya matahari. Pada pertumbuhan Dendrobium cahaya yang dibutuhkan yaitu dari sedang sampai terang. Serta kelembapan udara untuk jenis Dendrobium berkisar dari 60-85 %. Penyiraman pada Dendrobium sebaiknya dilakukan ketika media tanam mulai mengering. Apabila tanaman memasuki fase istirahat sebaiknya kegiatan penyiraman dikurangi agar tetap terjaga adanya sirkulasi udara yang dapat menyebabkan serangan penyakit dan hama dari bakteri dan jamur. Sedangkan pada pemupukan pada tanaman anggrek Dendrobium sebaiknya dilakukan satu minggu sekali sama halnya dengan penyiraman sebaiknya hindari pemupukan ketika tanaman memasuki fase istirahat. Karakteristik Anggrek Karakteristik anggrek dapat dilihat dari daun, batang, akar, bunga dan buah, yaitu sebagai berikut : 1. Akar Pada umumnya akar anggrek berbentuk silindris, berdaging, lunak dan mudah patah. Bagian ujung akar meruncing, licin, dan sedikit lengket. Dalam keadaan kering akar akan tampak berwarna putih keperak-perakan dan hanya bagian ujung akar saja yang berwarna hijau kekuningan. Akar yang sudah tua akan kelihatan coklat dan kering. 2. Batang Bentuk batang anggrek beraneka ragam, ada yang ramping, gemuk berdaging seluruhnya atau menebal di bagian tertentu saja, dengan atau tanpa umbi semu (pseudoblub). Berdasarkan pertumbuhannya batang anggrek dibedakan menjadi: a. Simpodial, pada umumnya anggrek ini berumbi semu dengan pertumbuhan ujung batang terbatas. Pertumbuhan baru dilanjutkan oleh anggrek anakan yang tumbuh di sampingnya. Contoh anggrek tipe ini adalah Cattleya, Oncidium, dan Dendrobium.
8
b. Monopodial, anggrek ini mempunyai batang utama dengan pertumbuhan tidak terbatas. Bentuk batangnya ramping tidak berumbi semu. Tangkai bunga akan keluar di antara 2 ketiak daun. Contohnya Vanda, Aranthera dan Phalaenopsis. 3. Daun Bentuk daun anggrek bermacam-macam ada yang tebal ada yang tipis. Ada yang berbentuk agak bulat, lonjong, sampai lanset. Tebal daun juga beragam, dari tipis sampai bedaging, rata dan kaku. Daun anggrek tidak bertangkai, sepenuhnya duduk pada batang. Tepinya tidak bergerigi (rata). Daun memanjang, ujungnya berbelah, tulang daun sejajar dengan tepi daun hingga ke ujung daun. Susunan daun berselang-seling atau berhadapan. Dilihat dari pertumbuhan daunnya, anggrek digolongkan menjadi dua kelompok sebagai berikut : a. Evergreen (tipe daun tetap segar/hijau), yaitu helaian-helaian daun tidak gugur secara serentak. b. Decidous (tipe gugur), yaitu semua helaian-helaian daun gugur dan tanaman mengalami masa istirahat. 4. Bunga Bunga anggrek akan tersusun dalam karangan bunga. Jumlah kuntum pada satu karangan bunga terdiri dari satu sampai banyak kuntum. Bunga anggrek memiliki lima bagian utama yaitu sepal (daun kelopak), petal (daun mahkota), stemen (benang sari), pistil (putik), dan ovari (bakal buah). Sepal anggrek berjumlah tiga buah. Sepal bagian atas disebut sepal dorsal, sedangkan dua lainnya disebut sepal lateral. 5. Buah Buah anggrak berbentuk kapsular yang di dalamnya terdapat biji yang sangat banyak dan berukuran sangat kecil dan halus seperti tepung. Biji-biji anggrek tersebut tidak memiliki endosperm (cadangan makanan) sehingga dalam perkecambahannya diperlukan nutrisi dari luar atau lingkungan sekitarnya (Widiastoety, 2003). Kedudukan anggrek Dendrobium dalam sistematika (taksonomi) tumbuhan menurut Sutiyoso dan Sarwono (2002) sebagai berikut : Kingdom : Planthae Divisi : Spermatophyta Sub Divisi : Angiospermae Kelas : Monocotyledonae Ordo : Orchidales Famili : Orchidaceae Sub famili : Epidendroidae Genus : Dendrobium Spesies : D. bifale, D. macrophyllum, D. affine, D. phalaenopsis Sejarah Anggrek Anggrek merupakan tanaman bunga hias berupa benalu yang bunganya indah. Anggrek sudah dikenal sejak 200 tahun lalu dan sejak 50 tahun terakhir mulai dibudidayakan secara luas di Indonesia. Anggrek dikenal sebagai tanaman hias populer yang dimanfaatkan bunganya. Bunga anggrek sangat indah dan variasinya hampir tidak terbatas. Anggrek biasa dijual sebagai tanaman pot maupun sebagai bunga potong Anggrek bulan adalah bunga pesona bangsa Indonesia. Anggrek juga menjadi bunga nasional Singapura dan Thailand.
9
Sihotang (2010) menyatakan bahwa dilihat dari tempat tumbuh dan habitatnya tanaman anggrek dapat dibedakan menjadi lima pengelompokan jenis, yaitu : 1. Anggrek epifit (ephytis), adalah jenis anggrek yang menumpang pada batang / pohon lain tetapi tidak merusak / merugikan tanaman yang ditumpangi (tanaman inang). Alat yang dipakai untuk menempel adalah akarnya, sedangkan akar yang fungsinya untuk mencari makanan adalah akar udara. Anggrek epifit membutuhkan naungan dari cahaya matahari. Di habitat aslinya, anggrek ini kerap menempel dipohon-pohon besar dan rindang. Contoh anggrek epifit antara lain : Dendrobium, Cattleya, Ondocidium, dan Phalaenopsis. 2. Anggrek semi epifit, adalah jenis anggrek yang juga menempel pada pohon / tanaman lain yang tidak merusak yang ditumpangi. Pada anggrek semi epifit, selain untuk menempel pada media, akar lekatnya juga berfungsi seperti akar udara yaitu untuk mencari makanan untuk berkembang. Contoh anggrek semi epifit antara lain : Epidendrum, Leila, dan Brassavola 3. Anggrek tanah (anggrek terrestris), adalah jenis anggrek yang hidup di atas permukaan tanah. Anggrek jenis ini membutuhkan cahaya matahari penuh atau cahaya matahari langsung. Contoh anggrek teresterial antara lain : Vanda, Renanthera, Arachnis dan Aranthera. 4. Anggrek saprofit, adalah anggrek yang tumbuh pada media yang mengandung humus atau daun-daun kering. Anggrek saprofit ini dalam pertumbuhannya membutuhkan sedikit saja cahaya matahari. Contoh jenis ini antara lain: Goodyera sp. 5. Anggrek litofit, adalah jenis anggrek yang tumbuh pada batu-batuan. Anggrek jenis ini biasanya tumbuh dibawah sengatan cahaya matahari penuh. Contoh jenis ini antara lain : Dendrobium dan Phalaenopsis. Keunggulan Anggrek Bunga anggrek memiliki keunggulan dibandingkan dengan bunga lainnya, keunggulan tersebut diantaranya (Sandra, 2003) : 1. Anggrek merupakan salah satu tanaman hias unggulan nasional. 2. Mempunyai keragaman atau variasi bunga, baik bentuk, ukuran maupun warna. 3. Mempunyai masa berbunga yang cukup lama, yaitu sekitar satu sampai tiga bulan. 4. Banyak digunakan untuk berbagai kegiatan seperti pernikahan, parcel, rangkaian bunga, bunga potong, pot dan anggrek koleksi. 5. Anggrek mempunyai penggemar yang telah terhimpun dalam perhimpunan anggrek yang levelnya sampai tingkat internasional. 6. Mempunyai pemasaran yang cukup luas dan beragam, baik dari pasar nasional maupun internasional. 7. Anggrek merupakan tanaman eksotik, langka, beraneka ragam bentuk dan warna , indah dan menarik. 8. Anggrek tersebar diseluruh pelosok dunia kecuali di daerah Kutub Utara atau kutub Selatan. Ada sekitar 25 ribu species dan 100 ribu hibrida baru per tahun.
10
Budidaya Anggrek Dendrobium Proses budidaya anggrek Dendrobium membutuhkan penyesuaian daerah (iklim), media tumbuh yang tepat, teknik penanaman, pemeliharaan, serta pengendalian hama dan penyakit tanaman secara tepat agar risiko produksi produksi dapat diminimalisir. Proses budidaya anggrek adalah sebagai berikut : 1. Syarat Tumbuh Anggrek dendrobium dapat tumbuh dan berkembang dengan baik bila ditumbuhkan pada lingkungan atau tempat, antara lain : a. Cahaya Matahari, intensitas yang dibutuhkan berkisar 35-45 persen dan sisanya terhalang oleh penaung. b. Suhu, suhu siang antara 27°-32° C dengan suhu malam 21°-24° C, dengan sirkulasi udara yang baik. bila suhu udara meningkat sangat tinggi, lakukan penyemprotan atau penyiraman air di sekitar tempat penanaman. c. Kelembaban, yaitu antara 60-85 persen. Untuk menjaga kelembaban agar tetap tinggi, sebaiknya lokasi di sekitar tempat pertanaman anggrek disiram air atau lakukan semprotan berkabut d. Ketinggian tempat, umumnya dendrobium menyukai daerah panas dibandingkan daerah dingin dengan kisaran ketinggian 0-700 m dpl. Idealnya, lokasi berketinggian dibawah 400 m dpl 2. Media Tumbuh Digunakan sebagai tempat melekatnya akar atau berdirinya tanaman. Dengan berdiri tegak, tanaman dapat memanfaatkan cahaya matahari serta udara disekitarnya dengan leluasa. Selain itu berperan juga sebagai penyimpanan air dan hara, serta penjaga kelembaban. Beberapa syarat media tumbuh yang baik, yaitu tahan lama, tidak menjadi sumber penyakit, aerasi dan drainase baik, mampu mengikat atau menyimpan air dan hara dengan baik, serta mudah diperoleh dan harga terjangkau. Berbagai media tumbuh yang umum digunakan antara lain : pakis, moss, sabut kelapa, arang, kulit pinus, dan sejenisnya. Dengan media tumbuh apapun yang digunakan, yang penting faktor penyiraman dan pemupukan yang tepat untuk setiap jenis anggrek. 3. Teknik Penanaman Bibit anggrek botolan yang telah berusia 1 tahun atau daunnya sudah mencapai 1 cm dan sudah muncul 2-3 helai akar. Anggrek dikeluarkan dari botol menggunakan kawat yang dibengkokkan pada bagian ujungnya. Anggrek yang baru dikeluarkan di tanam dalam pot plastik. Tiga bulan kemudian, tanaman dipindahkan ke pot yang lebih kecil yaitu ukuran 8 cm atau 10 cm dan ditanami 35 tanaman. Pot diisi 2/3 bagian,kemudian masukkan larutan fungisida Atasi 2ml/l dan larutan pupuk organik Suburi 2ml/l. Setelah 3 bulan dilakukan pemindahan tanaman (repotting), ke dalam pot yang lebih besar yaitu ukuran 18 cm dan ditanami 1 tanaman saja. Setiap 6-8 bulan sekali media diganti dengan yang baru. 4. Penyiraman Rata-rata penyiraman dilakukan dua kali sehari yaitu pagi hari sekitar pukul 06.00-07.00 dan sore hari sekitar pukul 17.00-18.00 dengan cara menyemprot seluruuh bagian tanaman terutama bagian bawah permukaan daun. Frekuensi penyiraman dapat dikurangi bila hari tampak terlihat mendung atau hujan dan ditambah bila suhu udara sangat tinggi, caranya sekitar lokasi tempat pertanaman anggrek tersebut disiram air atau lakukan pemberian semprotan berkabut.
11
5. Pemupukan Kualitas dan kuantitas pupuk dapat mengatur keseimbangan pertumbuhan vegetative dan generative tanaman. Pada fase pertumbuhan vegetative untuk tanaman yang masih muda (bibit), perbandingan pemberian pupuk majemuk NPK adalah dengan komposisi undur N yang lebih besar dibandingkan P dan K (misalnya NPK = 30 : 10 : 10). Pada fase pertumbuhan tanaman berukuran remaja, perbandingan pemberian pupuk majemuk NPK adalah dengan komposisi NPK seimbang (misalnya NPK = 10 : 10 : 10). Sedangkan pada fase pertumbuhan tanaman dewasa (generative) yaitu untuk merangsang pembungaan, perbandingan pemberian pupuk majemuk NPK adalah dengan komposisi unsur P dan K yang lebih tinggi dibandingkan N (misalnya NPK = 10 : 30 : 30). Pemberian pupuk majemuk yang telah dilarutkan dalam air diberikan dua kali seminggu atau sesuai dengan anjuran yang tertera pada kemasannya. Wkatu penyemprotan dilakukan pagi hari seitar pukul 06.00-07.00 atau sore hari sekitar pukul 17.00-18.00. Di samping itu penggunaan pupuk NPK granula yang melarut secara perlahan-lahan dapat diberikan sebagai tambahan setiap 1-3 bulan sekali atau sesuai petunjuk kemasan. Caranya dengan meletakan butir-butir pupuk tersebut diatas media tumbuhya. 6. Pengendalian Hama dan Penyakit Beberapa cara pengendalian hama dan penyakit, antara lain : a. Mekanis Pengendalian secara mekanis dilakukan bila hama dijumpai dalam jumlah yang masih terbatas. Misalnya : kumbang gajah atau sejenisnya dapat dijepit atau ditekan dengan jari tangan dan dimatikan, kutu perisai atau sejenisnya pada daun atau batangnya dapat didorong dengan kuku dan dimatikan, keong besar dapat ditangkap dan di musnahkan. b. Sanitasi Dengan membersihkan lingkungan di sekitar tempat pertanaman dari tumpukan sampah dan gulam, keong atau tikus tidak mempunyai kesempatan untuk bersarang dan bersembunyi. Oleh karena itu dikondisikan di daerah sekitar tempat pertanaman selalu bersih dangan sirkulasi udara yang bersih. c. Kultur teknis Pemeliharaan tanaman yang baik dan tepat dapat meningkatkan kesehatan tanaman, sehingga tanaman dapat tumbuh lebih subur. Penyiranman, pemupukan, pengendalian hama dan penyakit serta penambahan atau penggantian media tumbuh dapat meningkatkan pertumbuhan. Disertai dengan penanaman dan penempatan tanaman pada lingkungan yang cocok. Secara tidak langsung pemeliharaan yang berkelanjutan dapat memantau keadaan tanaman dari serangan hama dan penyakit. d. Kimiawi Pengendalian hama secara kimiawi yaitu dengan menggunakan pestisida. Pestisida yang digunakan harus tepat dan sesuai dengan organisme pengganggu tanaman yang akan dikendalikan. Beberapa jenis pestisida yang sering digunakan untuk pengendalian atau pemberantasan organisme pengganggu dalam perawatan atau pemeliharaan tanaman anggrek antara lain : Insektisida untuk serangga Akarisida untuk hama tungau Fungisida untuk cendawan
12
Bakterisida untuk bakteri Molusida untuk hama keong Nematisida untuk sejenis cacing Formulasi pestisida yang diberikan dapat berupa cairan emulsi, tepung, pasta maupun granula. Konsentrasi dan dosis penggunaannya biasanya dicantumkan pada setiap keasan Penelitian Terdahulu Penelitian mengenai analisis risiko dalam suatu usaha telah dilakukan sebelumnya oleh beberapa peneliti. Hal ini menandakan bahwa risiko merupakan hal yang penting untuk diperhitungkan dalam menjalankan suatu usaha, sehingga penting untuk dikaji, ditelusuri, dan dipelajari sumber-sumber, dampak, strategi penanganan risiko, serta hal-hal lain yang terkait dengan risiko tersebut. Terutama dalam sektor agribisnis yang merupakan usaha dengan makhluk hidup sebagai objek usaha yang sangat membutuhkan penanganan risiko yang efektif. Indikasi risiko dalam suatu usaha berdasarkan penelitian terdahulu secara umum diketahui dari adanya fluktuasi yang cukup signifikan atau bersifat negatif dalam bentuk penurunan nilai tertentu yang dialami perusahaan dalam periode tertentu usahanya. Risiko adalah suatu kondisi yang berpotensi menghasilkan kerugian bagi usaha, sehingga penting untuk diperhitungkan dan dikelola dengan baik untuk meminimalkan kerugian yang mungkin terjadi. Terdapat beberapa penelitian yang menganalisis risiko seperti Nasti (2013), Yamin (2012), Sitangganng (2012), Mandasari (2012), Panggabean (2011), Sianturi (2011), Zebua (2011), dan Wisdya (2009) yang masing masing menemukan sumber risiko pada produksi krisan potong, sumber risiko produksi pada tomat cherry, tomat dan caisin, tomat dan cabai merah, risiko usaha diversifikasi anggrek Dendrobium, risiko produksi tanaman hias, bunga adenium, risiko produksi pada tanaman anggrek teknik seedling dan mericlone. Sumber-Sumber Risiko Agribisnis Menurut Panggabean (2011), sumber risiko usaha yang dihadapi pada usaha diversifikasi pada anggrek Dendrobium terdiri dari dua bagian yaitu, risiko pra penjualan dan risiko dalam pasar. Berdasarkan penelitian yang dilakukannya, sumber risiko pra penjualan berasal dari tidak teraturnya persediaan Dendrobium karena adanya perubahan iklim dan cuaca serta serangan hama dan penyakit. Sedangkan, sumber risiko pada pasar meliputi perubahan selera konsumen, fluktuasi harga jual dan kerusakan pada saat proses transportasi dan distribusi. Menurut Sianturi (2011), berdasarkan penelitian yang dilakukannya pada PT. Saung Mirwan sumber risiko yang dihadapi dalam mengusahakan berbagai jenis bunga antara lain kondisi cuaca atau iklim, hama dan penyakit, bibit, peralatan dan bangunan, tenaka kerja dan harga produk. Menurut Zebua (2011), Perusahaan Anisa Adenium menghadapi beberapa sumber risiko dalam mengusahakan berbagai varietas adenium. Sumber risiko tersebut meliputi kondisi cuaca atau iklim, hama dan penyakit, teknik perbanyakan, peralatan dan bangunan, serta tenaga kerja. Berdasarkan penelitian yang dilakukannya karakteristik setiap jenis tanaman hias turut menentukan jenis dan sumber risiko yang dihadapi.
13
Menurut Yamin (2012), berdasarkan penelitian yang telah dilakukannya terdapat lima sumber risiko produksi pada budidaya tomat cherry yaitu perubahan cuaca, serangan hama, penyakit, kualitas bibit dan sumber daya manusia. Menurut Sitanggang (2012), berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dalam mengusahakan tomat dan caisin petani di desa Citapen maka sumber risiko yang paling berpengaruh yaitu cuaca yang tidak dapat diprediksi dan hama dan penyakit serta penggunaan input yang tidak sesuai dengan standar operasional prosedur sehingga mengakibatkan penurunan tingkat produktivitas dan pendapatan perusahaan. Menurut Mandasari (2012), berdasarkan penelitian yang telah dilakukannya dalam mengusahakan tomat dan cabai merah terdapat sumber risiko yang dialami meliputi adanya kondisi iklim dan cuaca yang sulit diprediksi, serangan hama dan penyakit serta kondisi kesuburan lahannya. Menurut Wisdya (2009), berdasarkan penelitian yang telah dilakukannya dalam kegiatan spesialisasi risiko produksi bahwa persentase keberhasilan produksi pada tanaman anggrek teknik seedling dan mericlone bahwa yang mengalami risiko paling tinggi adalah tanaman anggrek teknik seedling karena memiliki variasi pertumbuhan yang tinggi. Sedangkan risiko berdasarkan pendapatan bersih perusahaan diperoleh risiko produksi yang paling tinggi dari kedua tanaman anggrek adalah tanaman anggrek teknik seedling karena harganya yang lebih rendah daripada tanaman anggrek teknik mericlone. Menurut Nasti (2013), dalam penelitiannya pada Natalia Nursery dalam usahanya krisan potong terdapat sumber-sumber yang menyebabkan risiko produksi yaitu perubahan cuaca dan iklim, serangan hama dan penyakit yang sulit untuk dihindarkan, dan kinerja tenaga kerja yang tidak konsisten terhadap pekerjaannya. Berdasarkan penelitian terdahulu mengenai risiko produksi. Dapat diketahui bahwa pada umumnya risiko produksi yang terjadi pada pelaku usaha untuk komoditas hortikultura adalah pengaruh perubahan cuaca, serangan hama dan penyakit tanaman serta tenaga kerja. Metode Analisis Risiko Pengukuran risiko dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa metode analisis seperti, Variance, Standar Deviation, dan Coeffisience Variation. Alat pengukuran tersebut digunakan untuk mengukur seberapa besar risiko yang dihadapi pada objek penelitian yang dilakukan oleh beberapa peneliti. Selain itu, juga terdapat alat analisis lainnya yang dapat digunakan untuk mengukur besarnya risiko yang dihadapi suatu objek penelitian. Alat ukur tersebut meliputi standar deviasi, z-score, dan Value at Risk (VaR). Penelitian yang dilakukan oleh Panggabean (2011) pada Permata Anggrek dikota Bogor menggunakan alat analisis berupa Variance, Standar Deviation, dan Coeffisience Variation. Alat analisis tersebut juga digunakan oleh Sianturi (2011) dalam penelitiannya mengenai analisis risiko pengusahaan bunga pada PT. Saung Mirwan Kabupaten Bogor. Penelitian yang dilakukan oleh Zebua (2011) mengenai analisis risiko produksi tanaman hias adenium di perusahaan Anisa Adenium Bekasi Timur juga menggunakan alat analisis serupa dengan penelitian yang dilakukan oleh Panggabean (2011) dan Sianturi (2011). Penelitian yang dilakukan oleh Sitanggang (2012) mengenai analisis risiko produksi tomat dan caisin di Desa Citapen Kecamatan Cisarua Kabupaten Bogor
14
menggunakan alat ukur berupa Variance, Standar Deviation, dan Coeffisience Variation untuk mengukur besarnya risiko. Penelitian yang dilakukan oleh Mandasari (2012) juga menggunakan alat analisis berupa Variance, Standar Deviation, dan Coeffisience Variation untuk mengukur risiko produksi tomat dan cabai merah di Desa Perbawati Kecamatan Sukabumi Kabupaten Sukabumi. Penelitian yang dilakukan oleh Yamin (2012) menggunakan alat analisis risiko yang berbeda dengan beberapa penelitian sebelumnya. Alat analisis yang digunakan Yamin (2012) untuk mengukur risiko produksi tomat cherry pada PD Pacet Segar Kecamatan Cipanas Kabupaten Cianjur adalah standar deviasi, zscore, dan Value at Risk (VaR). Penelitian yang dilakukan oleh Wisdya (2009) menggunakan analisis risiko dengan mencari nilai Variance, Standar Deviation, dan Coeffisience Variation pada kegiatan spesialisasi dan portofolio untuk mengukur risiko produksi anggrek phalaenopsis pada P. T. Ekakarya Graha Flora, di Cikampek Jawa Barat. Penelitian yang dilakukan oleh Nasti (2013) pada perusahaan Natalia Nursery di Kecamatan Tenjolaya Kabupaten Bogor pada kegiatan spesialisasi menghasilkan nilai Coeffisience Variation sebesar 0,11 pada krisan tipe spay dan 0,30 pada krisan tipe standar yang menunjukkan bahwa produksi krisan tipe standar pada Natalia Nursery mengalami risiko produksi yang lebis besar dibangkan pada krisan tipe spray. Sedangkan pada kegiatan diversifikasi menunjukkan nilai Coeffisience Variation 0,12. Hal ini menunjukkan bahwa dengan kegiatan diversifikasi dapat mengurangi risiko produksi yang terjadi dibandingkan pengusahaan krisan secara spesialisasi. Berdasarkan referensi dari beberapa penelitian terdahulu diketahui bahwa alat analisis yang dapat digunakan untuk menganalisis risiko produksi adalah Variance, Standar Deviation, dan Coeffisience Variation, selai itu terdapat alat analisis lainnya seperti z-score, dan Value at Risk (VaR). Strategi Pengelolaan Risiko Menurut Panggabean (2011), upaya pengendalian risiko pengusahaan Dendrobium dapat dilakukan dengan cara pencegahan dan pengendalian serangan hama dan penyakit untuk mengurangi jumlah tanaman yang mati, dan merespon dengan baik perubahan dan permintaan. Selain itu juga dilakukan strategi integrasi vertical untuk mengurangi risiko yang ada pada tahapan pemeliharaan. Menurut Sianturi (2011), diversifikasi pada beberapa komoditas bunga yang diusahakan pada PT. Saung Mirwan dapat menekan risiko, meskipun tidak selamanya diversifikasi dapat menekan risiko. Menurut Zebua (2011), strategi penanganan yang sebaiknya dilakukan oleh perusahaan Anisa Adenium adalah dengan melakukan diversifikasi. Selain itu strategi yang diterapkan oleh perusahaan Anisa berdasarkan sumber risiko yang ada adalah dengan memperhatikan cuaca dan iklim serta memperhatikan tenaga kerja yang digunakan. Menurut Yamin (2012), alternative strategi yang dapat dilakukan untuk menekan dampak risiko dapat dilakukan dengan melakukan pemberian fungisida ganda pada tanaman tomat, melakukan budidaya dengan menggunakan greenhouse, dan melakukan kerjasama dalam pengadaan bibit. Menurut Sitanggang (2012), strategi penanganan risiko yang dapat dilakukan oleh para petani di desa Citapen adalah dengan melakukan strategi preventif dan strategi
15
mitigasi. Menurut Mandasari (2012), alternatif yang dapat mengurangi tingkat risiko produksi selain diversifikasi yaitu dengan melakukan pencegahan melalui perbaikan sistem pola tanam, pengendalian hama dan penyakit yang bersifat alami, pengelolaan lahan yang baik, dan melakukan pembukuan untuk melakukan perencanaan produksi. Menurut Wisdya (2009), menunjukkan bahwa diversifikasi dapat meminimalkan risiko produksi pada kegiatan diversifikasi pada tanaman anggrek teknik seedling dan mericlone. Selain itu manajemen risiko yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan alat bantu berupa peta risiko. Menurut Nasti (2013), strategi penanganan risiko produksi yang dilakukan pada perusahaan Natalia Nursery antara lain strategi preventif, strategi mitigasi, strategi pengendalian OPT, pengembangan sumber daya manusia dan membangun hubungan kemitraan.
KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis Definisi Risiko Menurut Djohanputro (2008) definisi risiko terkait dengan keadaan adanya ketidakpastian dan ketidakpastiannya terukur secara kuantitatif. Untuk menghitung tingkat ketidakpastiaan dapat dengan memperoleh informasi. Yang membedakan risiko dan ketidakpastian adalah informasi. Tetapi apabila terdapat informasi untuk menghitung probabilitas kejadian masing-masing scenario maka ketidakpastian dapat berubah menjadi risiko. Sedangkan definisi yang paling mendasar risiko dapat diartikan sebagai ketidakpastian yang telah diketahui tingkat probabilitas kejadiannya. Pengertian lain risiko juga dapat diartikan ketidakpastian yang bisa dikuantitaskan yang dapat menyebabkan kerugian atau kehilangan. Menurut Vaughan (1978) dalam Darmawi (2004) definisi risiko ialah : a. Risk is the chance of loss (Risiko adalah kans kerugian), yaitu suatu keadaan dimana terdapat suatu keterbukaan (exposure) terhadap kerugian atau suatu kemungkinan kerugian. b. Risk is the possibility of loss (Risiko adalah kemungkinan kerugian) hal ini didefinisikan bahwa “possibility” berarti probabilitas suatu peristiwa berada di antara nol dan satu. Definisi ini tidak cocok dipakai dalam analisis secara kuantitatif. c. Risk is Uncertainty (Risiko adalah ketidakpastian) dimana ada kesepakatan bahwa risiko berhubungan dengan ketidakpastian yaitu adanya risiko karena adanya ketidakpastian. Menurut Kountur (2008) mengartikan secara sederhana bahwa risiko yaitu kemungkinan kejadian yang merugikan. Bahwa ada tiga unsur penting dari sesuatu yang dianggap sebagai risiko, yaitu merupakan suatu kejadian, kejadian yang masih merupakan kemungkinan jadi bisa saja terjadi dan bisa tidak terjadi, jika sampai terjadi akan menimbulkan kerugian. Agar tidak berdampak pada kerugian dalam sebuah usaha diperlukan pemahaman mengenai sumber risiko yang dapat terjadi. Agar dapat mengetahui sumber risiko yang dihadapi sebuah usaha, salah satu upaya yang dapat dilakukan dengan mengidentifikasi risiko.
16
Selanjutnya dapat diketahui penanganan yang sebaiknya dilakukan dalam menghadapi risiko tersebut. Oleh karena itu pemahaman dan pengetahuan mengenai sumber risiko penting untuk dilakukan. Harwoord et al. (1999) menjelaskan terdapat 5 sumber risiko dalam pertanian, yaitu risiko produksi, risiko harga atau pasar, risiko kebijakan, risiko personal, dan risiko keuangan. Risiko produksi merupakan risiko yang terkait dengan kegiatan produksi suatu usaha yang dilakukan pembudidaya. Sumber risiko yang berasal dari risiko produksi di antaranya adalah gagal panen, rendahnya produktivitas, kerusakan barang yang ditimbulkan oleh serangan hama dan penyakit, perbedaan iklim, kesalahan sumber daya manusia, dan lain-lain. Risiko pasar atau harga merupakan risiko yang terkait dengan komoditi yang produksinya. Risiko kebijakan merupakan risiko yang ditimbulkan oleh kebijakan pihak berwenang seperti pemerintah terhadap usaha yang dilakukan. Salah satu sumber risiko kebijakan, yaitu adanya suatu kebijakan tertentu yang dapat menghambat kemajuan suatu usaha, misalnya kebijakan tarif ekspor. Risiko keuangan merupakan risiko terkait dengan efek yang ditimbulkan terhadap keuangan suatu usaha. Dampak yang dapat ditimbulkan oleh risiko keuangan antara lain adalah adanya piutang tak tertagih, likuiditas yang rendah sehingga perputaran usaha terhambat, perputaran barang rendah, laba yang menurun karena krisis ekonomi dan lain-lain. Dihasilkan terhadap penjualan komoditi tersebut. Risiko pasar yang ditimbulkan diantaranya barang tidak dapat dijual yang diakibatkan ketidakpastian mutu, permintaan rendah, ketidakpastian harga output, inflasi, daya beli masyarakat, persaingan dan lain-lain. Risiko kelembagaan merupakan risiko yang ditimbulkan dari kelembagaan yang berkaitan dengan usaha yang dilakukan. Sumber risiko kelembagaan antara lain adanya aturan tertentu yang membuat anggota suatu organisasi menjadi kesulitan untuk memasarkan maupun meningkatkan hasil. Sumber-sumber risiko produksi pertanian Berdasarkan penjelasan sebelumnya diketahui bahwa terdapat beberapa sumber risiko yang dihadapi dalam pertanian, yaitu risiko produksi, risiko harga atau pasar, risiko kebijakan, risiko personal, dan risiko keuangan (Harwoord et al. 1999). Risiko produksi sangat terkait dengan kegiatan produksi suatu usaha yang dilakukan pembudidaya dan akan berpengaruh terhadap output yang dihasilkan. Menurut Kadarsan (1992) risiko produksi di sektor pertanian dalam arti luas (tanam-tanaman, peternakan, dan perikanan) memiliki kemungkinan terjadi lebih besar dibandingkan dengan risiko di sektor nonpertanian karena sektor pertanian sangat dipengaruhi oleh alam, seperti banjir, cuaca, hama penyakit, kekeringan, segala bencana alam, dan suhu udara. Selain dipengaruhi oleh alam kemungkinan terjadinya risiko produksi lebih besar dapat didorong oleh sifat komoditi pertanian sendiri, antara lain membutuhkan ruang yang besar (voluminous), mudah rusak (perishable), dan tidak tahan lama (bulky). Di samping itu, menurut Reijntjes (1999), risiko produksi merupakan kerugian akibat keragaman yang dapat diakibatkan fluktuasi “kecil” misalnya dalam cuaca, munculnya hama, permintaan pasar, taksiran sumber daya, ketersediaan tenaga kerja, atau gangguan-gangguan “besar” yang diakibatkan stress (misalnya penipisan unsur hara, erosi, salinitas, keracunan, utang) atau shock (misalnya kekeringan, banjir, munculnya serangan hama atau penyakit baru, kenaikan harga input yang tajam atau merosotnya harga
17
hasil). Oleh sebab itu identifikasi sumber risiko perlu untuk dilakukan, beberapa risiko produksi tersebut bisa saja dihadapi dalam budidaya tanaman anggrek Dendrobium karena tanaman tersebut merupakan salah satu komoditi pertanian, dimana tanaman anggrek menempati posisi penting dalam industri florikultura di Indonesia. Pengukuran Risiko Pengukuran risiko mencakup seberapa besar kemungkinan risiko akan terjadi dan seberapa besar akibat yang ditimbulkan bila risiko tersebut benar-benar terjadi. Menurut Darmawi perlunya mengukur risiko yaitu untuk menentukan relative pentingnya dan untuk memperoleh informasi yang akan menolong untuk menetapkan kombinasi peralatan manajemen risiko yang cocok untuk menanganinya. Informasi yang diperlukan untuk mengukur risiko yaitu, frekuensi atau jumlah kerugian yang akan terjadi serta keparahan dari kerugian itu. Yang ingin diketahui dari masing-masing dimensi tersebut yaitu rata-rata nilainya dalam periode anggaran; variasi nilai itu, dari satu periode anggaran ke periode anggaran sebelum dan berikutnya; dampak keseluruhan dari kerugian-kerugian itu jika seandainya kerugian itu ditanggung sendiri, harus dimasukkan dalam analisis, jadi tidak hanya nilainya dalam rupiah saja. Pengukuran risiko dapat menggunakan Variance, Standart Deviation dan Coefficient Variance. Ketiga ukuran tersebut berkaitan satu sama lain dan nilai variance sebagai penentu ukuran yang lainnya. Standard deviation yang merupakan alat kuadrat dari variance sedangkan coefficient variation merupakan rasio dari standard deviation dengan nilai expected return dari suatu kegiatan usaha. Return yang diperoleh dapat berupa pendapatan, produksi atau harga. Coefficient variation merupakan ukuran yang paling tepat jika dibandingkan dengan variance dan standard deviation bagi pengambil keputusan khususnya dalam memilih salah satu alternative usaha dengan mempertimbangkan risiko yang dihadapi dari setiap kegiatan usaha. Semakin kecil coefficient variation maka semakin rendah risiko usaha yang akan dihadapi. Pengukuran risiko dilakukan agar derajat kepentingan masing-masing sumber risiko dapat diketahui dan informasi yang diperlukan dapat diperoleh. Pengukuran risiko dapat dilakukan dengan pengukuran probabilitas atau kemungkinan terjadinya risiko, pengukuran dampak, sehingga dapat diketahui status risiko yang terjadi. Besarnya kemungkinan terjadinya sebuah kerugian perlu untuk diketahui, sehingga diperlukan metode pengukuran risiko. Adapun beberapa metode yang dapat digunakan dalam pengukuran kemungkinan/probabilitas suatu risiko, yaitu metode poisson, metode binomial, metode nilai standar (z-score), dan metode aproksimasi. Semua metode tersebut memiliki kesamaan, yaitu samasama memerlukan data historis, namun metode poisson dan metode binomial memerlukan data yang diskrit atau dalam bentuk bulat. Oleh karena itu dalam perhitungan pada penelitian ini dilakukan menggunakan metode nilai standar (zscore). Menurut Kountur (2008) metode yang efektif dalam pengukuran dampak risiko dikenal dengan istilah VaR (Value at Risk). VaR (Value at Risk) merupakan salah satu metode yang paling popular dalam manajemen risiko. Penggunaan VaR dalam mengukur dampak risiko hanya dapat dilakukan apabila terdapat data historis dari usaha pada waktu sebelumnya (Kountur 2008). Setelah diketahui
18
kemungkinan terjadinya risiko dan dampak yang ditimbulkan, langkah selanjutnya yaitu memetakan hasil yang didapat. Teknik Pemetaan Pemetaan risiko terkait dengan dua dimensi yaitu probabilitas terjadinya risiko dan dampaknya bila risiko tersebut terjadi. Probabilitas yang merupakan dimensi pertama menyatakan tingkat kemungkinan suatu risiko terjadi. Semakin tinggi tingkat kemungkinan risiko terjadi, semakin perlu mendapat perhatian. Sebaliknya, semakin rendah kemungkikan risiko terjadi, semakin rendah pula kepentingan manajemen untuk memberi perhatian kepada risiko yang bersangkutan. Umumnya probabilitas dibagi menjadi tiga kategori yaitu tinggi, sedang, dan rendah. Dimensi kedua yaitu dampak, merupakan tingkat kegawatan atau biaya yang terjadi jika risiko yang bersangkutan benar-benar menjadi kenyataan. Semakin tinggi dampak suatu risiko, maka semakin perlu mendapat perhatian khusus. Sebaliknya, semakin rendah dampak yang terjadi dari suatu risiko maka semakin rendah pula kepentingan manajemen untuk mengalokasikan sumber daya untuk menangani risiko yang bersangkutan. Umumnya dimensi dampak dibagi menjadi tiga tingkat yaitu tinggi, sedang, dan rendah. Pembagian matriks pada pemetaan risiko dapat dilihat pada Gambar 2 : Probabilitas (%) Tinggi Kuadran 1
Kuadran 2
Kuadran 3
Kuadran 4
Sedang
Rendah
Rendah
Sedang
Tinggi
Dampak (Rp)
Sumber : Kountur, 2008
Gambar 2 Peta risiko Berdasarkan pada Gambar 2, terdapat empat kuadran utama pada peta risiko. Kuadran I merupakan area dengan tingkat probabilitas kejadian yang tinggi, namun dengan dampak yang rendah. Risiko yang secara rutin terjadi ini tidak terlalu mengganggu pencapaian tujuan dan target perusahaan. Kuadran II merupakan area dengan tingkat probabilitas sedang sampai tinggi dan tingkat dampak sedang sampai tinggi. Pada kuadran II merupakan kategori risiko yang masuk ke dalam prioritas utama. Bila risiko-risiko pada kuadran II terjadi akan menyebabkan terancamnya pencapaian tujuan perusahaan.
19
Kuadran III merupakan risiko dengan tingkat probabilitas kejadian yang rendah dan mengandung dampak yang rendah pula. Risiko-risiko yang muncul pada kuadran III cenderung diabaikan sehingga perusahaan tidak perlu mengalokasikan sumberdayanya untuk menangani risiko tersebut. Walaupun demikian, manajemen tetap perlu untuk memonitor risiko yang masuk dalam kuadran III karena suatu risiko bersifat dinamis. Risiko yang saat ini masuk dalam kuadran III dapat pindah ke kuadran lain bila ada perubahan ekternal maupun internal yang signifikan. Kuadran IV merupakan area dengan tingkat probabilitas kejadian antara rendah sampai sedang, namun dengan dampak yang tinggi. Artinya, risiko-risiko dalam kuadran IV cukup jarang terjadi tetapi apabila sampai terjadi maka akan mengakibatkan tidak tercapainya tujuan dan target perusahaan. Strategi Pengelolaan Risiko Strategi pengelolaan risiko dilakukan untuk mengendalikan risiko yang mungkin terjadi. Menurut Djohanputro suatu risiko yang kemungkinan terjadinya besar dan konsekuensinya juga besar maka strategi pengelolaan risiko yang harus digunakan yaitu dengan cara penghindaran risiko yaitu tindakan perusahaan untuk tidak melakukan bisnis atau kegiatan tertentu yang mengandung risiko yang tidak diinginkan. Jika risiko tidak dapat dihindari dan harus menghadapi risiko maka cara yang harus dilakukan selanjutnya dengan menggunakan strategi pengurangan risiko dengan bertindak agar perusahaan dapat menekan besarnya risiko bila menjadi kenyataan. Pengurangan risiko dapat dilakukan dengan tiga cara, yaitu metode pencegahan, metode diversifikasi, dan metode lindung nilai alamiah. akibat dari kerugian itu perlu dikurangi, Selain pengurangan risiko akibat dari kerugian yang perlu dikurangi, strategi selanjutnya yang dapat digunakan ialah strategi pemindahan risiko. Cara pemindahan atau pengalihan risiko tidak bertujuan untuk menghilangkan risiko melainkan hanya memindahkan risiko dari perusahaan ke pihak lain yang bersedia atau ke perusahaan yang membisniskan risiko, yaitu dapat dengan asuransi dan kontrak lindung nilai. Teknik terakhir yang dapat dilakukan untuk mengelola risiko yaitu dengan penahanan risiko. Penahanan risiko dapat terjadi karena dua sebab, pertama perusahaan dengan sadar ingin mempertahankan risiko dan ingin mengelolanya sendiri biasanya didasarkan atas efektivitas biaya. Selama manajemen memiliki kemampuan dan sumber daya yang dimilikinya risiko dapat dikelola dan memberikan hasil (return) yang lebih tinggi dari risiko itu sendiri. Kedua, ketidakmampuan mengidentifikasi risiko dan kelalaian mengidentifikasikan risiko serta risiko yang diabaikan. Berdasarkan beberapa penelitian terdahulu diketahui bahwa strategi pengelolaan risiko yang dapat digunakan dalam menanggulangi risiko adalah strategi preventif dan mitigasi. Strategi preventif dilakukan untuk menghindari risiko yang terjadi sedangkan strategi mitigasi untuk meminimalkan dampak risiko yang terjadi. Kerangka Pemikiran Operasional Anggrek merupakan salah satu jenis tanaman hias yang paling banyak digemari dan kian dipuja para pecintanya, selain karena memiliki bunga yang cantik dan beraneka warna, keunikan dan keindahannya tersebut menjadi cirri pembeda dengan tanaman hias lainnya. Kondisi yang demikian menjadian
20
peluang pasar yang potensial untuk pengembangan usaha pembesaran anggrek Dendrobium hingga pemeliharaan tanaman sampai berbunga yang diusahakan pada dede anggrek. Dede Anggrek merupakan salah satu perusahaan dalam bidang agribisnis yang mengusahakan komoditas anggrek. Yaitu di antaranya anggrek Dendrobium. Tetapi dalam pengusahaannya ditemukan beberapa masalah yaitu perusahaan mengalami risiko produksi. Risiko produksi tersebut salah satu indikasinya adalah dari adanya fluktuasi produksi anggrek Dendrobium. Sementara itu, faktor-faktor yang terindikasi sebagai sumber risiko produksi diantaranya adalah pengaruh perubahan iklim, serangan hama dan penyakit, kualitas bibit seedling, serta kesalahan sumber daya manusia, dan pengaruh media tanam. Sumber-sumber risiko produksi tersebut belum dapat dipastikan dapat menggambarkan keseluruhan sumber risiko produksi yang mungkin terdapat dalam usaha budidaya anggrek dendrobium yang dijalankan oleh Dede Anggrek. Oleh karena itu, diperlukan penelitian lebih lanjut untuk mengidentifikasi sumber-sumber risiko produksi yang benar-benar terdapat pada usaha ini. Langkah awal yang akan dilakukan dalam penelitian ini adalah mengidentifikasi sumber-sumber risiko produksi apa saja yang dihadapi oleh Dede Anggrek dalam kegiatan budidaya anggrek Dendrobium. Analisis lain yang dilakukan adalah dengan mengidentifikasi upaya penanganan risiko produksi yang dilakukan oleh Dede Anggrek. Analisis ini dilakukan dengan metode analisis deskriptif melalui observasi, wawancara, dan diskusi dengan pihak Dede Anggrek. Analisis yang selanjutnya dilakukan adalah analisis probabilitas dan dampak risiko produksi anggrek Dendrobium akibat adanya sumber-sumber risiko. Pengukuran probabilitas atau kemungkinan terjadinya risiko dilakukan dengan metode nilai standar atau z-score, sedangkan pengukuran dampak risiko dilakukan dengan menggunakan analisis Value at Risk (VaR). Hasil analisis ini akan menunjukkan status risiko, sehingga dapat diketahui risiko produksi mana yang lebih penting untuk lebih dahulu dilakukan penanganan risikonya. Hasil analisis probabilitas dan dampak risiko produksi tersebut selanjutnya dipetakan pada peta risiko yang akan menunjukkan sebaran sumber risiko produksi terhadap peta untuk kemudian ditentukan strategi penanganan risiko yang tepat untuk mengendalikan sumber-sumber risiko tersebut. Hasil analisis terhadap risiko produksi tersebut selanjutnya diajukan kepada pihak Dede Anggrek sebagai bahan rekomendasi. Alur kerangka pemikiran operasional penelitian secara ringkas dapat dilihat pada Gambar 3 :
21
Adanya fluktuasi produksi Anggrek Dendrobium pada Dede Anggrek
Risiko produksi Anggrek Dendrobium
Analisis deskriptif
Analisis risiko : 1. Z-score 2. Var
(sumber - sumber risiko)
Pemetaan risiko
Alternatif strategi pengelolaan risiko produksi Anggrek Dendrobium pada Dede Anggrek Gambar 3 Kerangka pemikiran operasional analisis risiko produksi Anggrek Dendrobium pada Dede Anggrek
METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian dilakukan di Dede Anggrek yang berlokasi di Permata Regensy, Kecamatan Cibitung Kabupaten Bekasi Provinsi Jawa Barat. Pemilihan tempat penelitian dilakukan secara purposive (sengaja) dengan pertimbangan bahwa Dede Anggrek merupakan salah satu pembudidaya anggrek dengan jumlah produksi terbesar dan perusahaan yang mampu bertahan dalam menjalankan usahanya di wilayah Kabupaten Bekasi. Kegiatan penelitian meliputi pengumpulan data untuk pengolahan data. Pengumpulan data yang dilakukan di Dede Anggrek akan berlangsung selama tiga bulan yaitu dari bulan april sampai bulan juni tahun 2013. Jenis dan Sumber Data Berdasarkan jenisnya, data yang digunakan dalam penelitian ini ialah data kualitatif dan data kuantitatif. Data kualitatif merupakan keterangan dan jawaban
22
dari pertanyaan penelitian yang bukan angka. Dalam penelitian ini data kualitatif meliputi fakta-fakta dari perkembangan anggrek Dendrobium seperti teknis pelaksanaan usaha, kondisi usaha, peralatan yang digunakan dalam usaha, dan hal lain yang terkait dengan penelitian. Sedangkan data kuantitatif dalam penelitian ini merupakan data yang diperoleh dari fakta dan informasi yang sudah disusun dan lebih terukur. Pada data kuantitatif ini meliputi data produksi penjualan anggrek, perkembangan harga jual anggrek dan omzet perusahaan. Berdasarkan sumbernya, data yang digunakan dalam penelitian ini ialah data primer dan data sekunder, dimana data primer didapatkan dari wawancara langsung kepada bagian pemilik perusahaan, konsumen dan pihak-pihak yang terkait pada penelitian khususnya dalam bidang penjualan anggrek Dendrobium. Data primer ini merupakan data yang diperoleh dari pengamatan langsung pada objek penelitian, sehingga dalam pencariannya banyak menggunakan wawancara, teknik observasi, pengamatan, dan studi kasus di Dede Anggrek. Sedangkan data sekunder merupakan data untuk penelitian yang tidak langsung ditemukan oleh peneliti, data sekunder ini diperoleh dari buku, artikel, skripsi serta data-data instansi terkait yang mendukung penelitian ini seperti Badan Pusat Statistik (BPS), Dinas Hortikultura Departemen Pertanian, perpustakaan LSI Institut Pertanian Bogor, internet, jurnal dan literatur yang relevan yang terkait dengan perkembangan tanaman anggrek Dendrobium. Hal ini dimaksudkan agar dapat mendukung penelitian lebih spesifik dan jelas. Metode Pengumpulan Data Pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan beberapa cara, yaitu wawancara, dan diskusi pada pemilik perusahaan dengan mengadakan tanya jawab untuk mendapatkan data yang sesuai kondisi yang sebenarnya terjadi tentang risiko yang biasa muncul terkait dengan kegiatan produksi dan pemasaran. Proses pengumpulan data dilakukan secara langsung oleh peneliti atau observasi dilakukan dengan pencatatan langsung di lokasi penelitian baik dari aktivitas produksi, pemasaran dan berbagai kendala risiko yang dihadapi perusahaan. Data yang diambil yaitu berupa data time series kematian anggrek selama 12 periode. Satu periode tanam dari seedling ke remaja yaitu selama 8 bulan. Data tersebut diambil dari catatan pemilik usaha Dede Anggrek dan observasi langsung pada periode terakhir dibulan April sampai Juni 2013. Metode Analisis Data Pengkajian dan pembahasan dalam penelitian ini dilakukan dengan pengolahan data dan informasi dari data primer dan sekunder. Data ini diolah dan dianalisis dengan menggunakan metode pengolahan data yang dikelompokkan kedalam dua jenis metode yaitu metode analisis deskriptif (kualitatif) dan metode analisis risiko (kuantitatif). Analisis Deskriptif Analisis deskriptif digunakan untuk menganalisis sumber-sumber risiko dan alternatif manajemen risiko yang diterapkan oleh Dede Anggrek untuk
23
meminimalkan risiko dan ketidakpastian yang dihadapi. Hal ini dilakukan melalui proses wawancara langsung dengan pihak perusahaan serta melalui pengisian kuesioner. Manajemen risiko yang diterapkan berdasarkan pada penilaian perusahaan sebagai pengambil keputusan secara subjektif. Identifikasi ini dilakukan untuk melihat apakah manajemen risiko yang diterapkan efektif untuk meminimalkan risiko. Hal tersebut didasarkan pada tingkat risiko yang dihadapi oleh perusahaan. Analisis Kemungkinan Terjadinya Risiko Menurut Kountur (2008), risiko dapat diukur jika diketahui kemungkinan terjadinya risiko dan besarnya dampak risiko terhadap perusahaan. Ukuran pertama dari risiko adalah besarnya kemungkinan terjadinya yang mengacu pada seberapa besar probabilitas risiko akan terjadi. Metode yang digunakan untuk mengetahui kemungkinan terjadinya risiko adalah metode nilai standar atau zscore. Metode ini dapat digunakan apabila ada data historis dan berbentuk kontinus (desimal). Pada penelitian ini, yang akan dihitung adalah kemungkinan terjadinya risiko pada kegiatan produksi adalah data produksi anggrek Dendrobium. Langkah yang perlu dilakukan untuk melakukan perhitungan kemungkinan terjadinya risiko menggunakan metode nilai standar atau z-score dan aplikasinya pada budidaya anggrek Dendrobium ini adalah: 1. Menghitung rata-rata kejadian berisiko (penurunan produksi anggrek Dendrobium) Rumus yang digunakan untuk menghitung rata-rata penurunan produksi anggrek Dendrobium adalah: Dimana : ∑ x = Nilai rata-rata kematian tanaman anggrek (pot) x= xi = Nilai per periode kematian tanaman anggrek (pot) n = Jumlah data (12 periode) 2. Menghitung nilai standar deviasi dari kejadian berisiko Dimana: ∑ s = Standar deviasi kematian tanaman anggrek (pot) 𝑠= √ xi = nilai per periode kematian tanaman anggrek (pot) x = Nilai rata-rata kematian tanaman anggrek (pot) n = Jumlah data 12 periode 3. Menghitung nilai standar (z-score) Dimana: z = Nilai z-score dari kematian tanaman anggrek (pot) 𝑠 x = Batas kematian yang dianggap masih dalam taraf normal x = Nilai rata-rata kematian tanaman anggrek (pot) s = Standar deviasi kematian tanaman anggrek (pot) Jika hasil z-score yang diperoleh bernilai negatif, maka nilai tersebut berada di sebelah kiri nilai rata-rata pada kurva distribusi normal dan sebaliknya jika nilai
24
z-score positif, maka nilai tersebut berada di sebelah kanan kurva distribusi z (normal). 4. Mencari kemungkinan terjadinya risiko produksi Setelah nilai z-score dari budidaya anggrek Dendrobium diketahui, maka selanjutnya dapat dicari kemungkinan terjadinya risiko produksi yang diperoleh dari Tabel distribusi z (normal) sehingga dapat diketahui berapa persen kemungkinan terjadinya keadaan dimana produksi anggrek Dendrobium yang mendatangkan kerugian. Analisis Dampak Risiko Metode yang paling efektif digunakan dalam mengukur dampak risiko adalah VaR (Value at Risk). VaR adalah kerugian terbesar yang mungkin terjadi dalam rentang waktu tertentu yang diprediksikan dengan tingkat kepercayaan tertentu. Penggunaan VaR dalam mengukur dampak risiko hanya dapat dilakukan apabila terdapat data historis sebelumnya. Analisis ini dilakukan untuk mengukur dampak dari risiko pada kegiatan budidaya anggrek Dendrobium. Kejadian yang dianggap merugikan berupa penurunan produksi sebagai akibat dari terjadinya sumber-sumber risiko. Dalam menghitung VaR terlebih dahulu dihitung jumlah penurunan produksi anggrek Dendrobium setiap periode. Jumlah penurunan tersebut (dari batas normal) kemudian dikalikan dengan harga yang terjadi pada periode yang sama dan dikali berat rata-rata yang terjadi pada periode yang sama. Setelah didapat angka kerugian dari masing-masing periode kemudian dijumlahkan dan dihitung rata-ratanya, setelah itu dicari berapa besar nilai standar deviasi atau penyimpangan. Proses terakhir menetapkan batas toleransi kevalidan dan mencari nilai VaR. Menurut Kountur (2008), nilai VaR dapat dihitung dengan rumus berikut : √ Dimana: VaR = Dampak kerugian yang ditimbulkan akibat kematian tanaman anggrek (pot) x = Nilai rata-rata kerugian akibat kematian tanaman anggrek (pot) z = Nilai z yang diambil dari tabel distribusi normal dengan alfa 5 persen s = Standar deviasi kerugian akibat kematian tanaman anggrek (pot) n = Banyaknya kejadian berisiko (12 periode)
Pemetaan Risiko Tahapan selanjutnya yang harus dilakukan setelah diketahui nilai kemungkinan terjadinya risiko produksi serta dampaknya adalah melakukan pemetaan risiko untuk mengetahui risiko mana yang harus ditangani terlebih dahulu. Menurut Kountur (2008), sebelum dapat menangani risiko, hal yang terlebih dahulu perlu dilakukan adalah membuat peta risiko. Peta risiko adalah gambaran mengenai posisi risiko pada suatu peta dari dua sumbu, yaitu sumbu vertikal yang menggambarkan probabilitas dan sumbu horizontal yang menggambarkan dampak. Probabilitas atau kemungkinan terjadinya risiko dibagi menjadi dua bagian, yaitu kemungkinan besar dan kemungkinan kecil. Dampak risiko juga dibagi menjadi dua bagian, yaitu dampak besar dan dampak kecil. Batas antara
25
probabilitas atau kemungkinan besar dan kecil ditentukan oleh manajemen, tetapi pada umumnya risiko yang probabilitasnya 20 persen atau lebih dianggap sebagai kemungkinan besar, sedangkan kurang dari 20 persen dianggap sebagai kemungkinan kecil (Kountur 2008). Penempatan risiko pada peta risiko didasarkan atas perkiraan posisinya berada dimana dari hasil perhitungan probabilitas dan dampak. Hal yang dapat dilakukan untuk mengetahui posisi risiko tersebut adalah dengan melakukan perhitungan status risiko. Status risiko hanya menggambarkan urutan risiko dari kejadian yang paling berisiko sampai dengan yang paling tidak berisiko. Status risiko dapat dihitung menggunakan rumus berikut ini : Status risiko = Probabilitas x dampak Penanganan Risiko Berdasarkan hasil pemetaan risiko, maka selanjutnya dapat ditetapkan strategi penanganan risiko yang sesuai. Terdapat dua strategi yang dapat dilakukan untuk menangani risiko, yaitu: 1. Penghindaran Risiko (Preventif) Strategi preventif dilakukan untuk risiko yang tergolong dalam probabilitas risiko yang besar. Strategi preventif akan menangani risiko yang berada pada kuadran satu dan dua. Menurut Kountur (2008), Penanganan risiko dengan menggunakan strategi preventif, maka risiko yang ada pada kuadran satu akan bergeser menuju kuadran tiga dan risiko yang berada pada kuadran dua akan bergeser menuju kuadran empat. Penanganan risiko menggunakan strategi preventif dapat dilihat pada Gambar 6 : Probabilitas (%) Besar Kuadran 1
Kuadran 2
Kuadran 3
Kuadran 4
Sedang
Kecil
Dampak (Rp) Kecil
Sedang
Besar
Sumber : Kountur, 2008
Gambar 4 Penanganan Risiko (Preventif) 2.
Mitigasi Risiko Strategi mitigasi digunakan untuk meminimalkan dampak risiko yang terjadi. Risiko yang berada pada kuadran dengan dampak yang besar diusahakan dengan menggunakan strategi mitigasi dapat bergeser ke kuadran yang memiliki dampak risiko yang kecil. Strategi mitigasi akan menangani risiko sedemikian rupa sehingga risiko yang berada pada kuadran dua bergeser ke kuadran satu dan
26
risiko yang berada pada kuadran empat bergeser ke kuadran tiga. Strategi mitigasi dapat dilakukan dengan metode diversifikasi, penggabungan, dan pengalihan risiko (Kountur 2008). Mitigasi risiko dapat dilihat pada Gambar 7 berikut : Probabilitas (%) Besar
Kuadran 1
Kuadran 2
Kuadran 3
Kuadran 4
Sedang
Kecil
Dampak (Rp) Kecil
Sedang
Besar
Sumber : Kountur, 2008
Gambar 5 Penanganan mitigasi risiko
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN Sejarah dan Perkembangan Perusahaan Dede Anggrek merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang budidaya dan pemasaran tanaman anggrek yang didirikan oleh ibu Dede Hartini pada tahun 2002. Pada awalnya Dede Anggrek merupakan suatu usaha dengan skala kecil yang dilakukan pada sebidang lahan seluas 500 m² dan merupakan suatu usaha produksi pertanian yang dikelola secara kekeluargaan. Tetapi baru awal didirikan usaha ini pada tahun 2002 kebun Dede Anggrek sempat mengalami kebanjiran yang mengakibatkan semua tanaman anggrek yang dihasilkannya terendam dan banyak yang mati lalu pemilik Dede Anggrek kembali menekuni usahanya pasca banjir yang membuat semua tanaman terendam sekitar tahun 2003 dengan bertahap pemilik dede Anggrek menekuni usahanya ini kembali. Pada awalnya Dede Anggrek memiliki arah bisnis pada proses pembudidayaan tanaman anggrek Dendrobium dari tahapan botolan sampai berbunga. Jika dihitung secara keseluruhan proses ini memakan waktu sekitar dua sampai tiga tahun. Sehingga pada tahun pertama tanaman anggrek yang diusahakan pada Dede Anggrek belum ditargetkan untuk dipasarkan. Tanaman yang dihasilkan ini juga dianggap merupakan suatu proses belajar bagi pemilik Dede Anggrek hingga bertahap bisnis yang dijalaninya mengalami perkembangan. Pada saat memulai usaha, perusahaan ini pertama-tama membeli lahan seluas 500 m². Lahan ini digunakan untuk pembesaran anggrek dari botolan hingga pot tunggal. Akan tetapi, pada saat memasuki tahun 2004 Dede Anggrek
27
menyadari bahwa dengan usaha penanaman anggrek botolan yang sudah dijalankan mengalami kendala pada keterbatasan lahan. Dede Anggrek memilih untuk menghentikan pembesaran anggrek jenis botolan. Hal ini diputuskan atas pertimbangan keterbatasan lahan dan lamanya waktu yang dibutuhkan untuk membesarkan anggrek dari botolan hingga tanaman berbunga. Kegiatan usaha yang dilakukan Dede Anggrek setiap tahunnya mengalami perkembangan, yaitu pada tahun 2004 Dede Anggrek memulai mengusahakan anggrek melalui tahapan seedling hingga berbunga dengan menambah lahan 500 m². Untuk menghasilkan tanaman anggrek yang berkualitas tinggi dan sesuai selera masyarakat Dede Anggrek mendatangkan seedling anggrek dari Bangkok dan seedling silangan dari dalam negeri. Lokasi Dede Anggrek yang berada di Kabupaten Bekasi, tepatnya di perumahan Permata Regency blok K2 No. 25 menjadikan Dede Anggrek mudah dikunjungi baik oleh pedagang keliling maupun pelanggan dan pecinta anggrek yang datang langsung ke kebun anggrek. Sebagian besar konsumen yang datang memiliki keinginan untuk membeli anggrek yang sudah berbunga. Tingginya permintaan anggrek kondisi berbunga ini dijadikan peluang oleh Dede Anggrek sehingga menggeser konsep awal yang tadinya mulai menekuni usaha pada budidaya dari botolan hingga berbunga berubah menjadi usaha pada budidaya tanaman remaja hingga berbunga. Pada tahun 2006 Pihak Dede Anggrek menambah lahannya seluas 250 m² untuk pembesaran anggrek Dendrobium tanaman remaja hingga berbunga dikarenakan untuk memenuhi permintaan konsumen akan tanaman berbunga. Total lahan yang dimiliki Dede Anggrek saat ini seluas 1250 m². Organisasi dan Manajemen Perusahaan Dede Anggrek merupakan perusahaan keluarga yang pengelolaannya pun dilakukan secara kekeluargaan, sehingga manajemen perusahaan dikendalikan oleh anggota keluarga bukan struktural. Dede Anggrek memiliki visi usaha yang baik yaitu memaksimalkan keuntungan yaitu dengan menjual dan mengenalkan produk anggrek kepada masyarakat luas. Visi ini bukan hanya berorientasi pada memaksimalkan keuntungan melainkan dalam hal pengenalan tanaman anggrek ke masyarakat luas serta pelestarian tanaman anggrek yang pada beberapa komoditi sudah cukup langka. Dalam menjalankan visi ini Dede Anggrek juga menyadari pentingnya peranan organisasi, namun dalam penerapannya tergolong masih sangat sederhana. Hal ini dikarenakan skala usaha Dede Anggrek yang tergolong masih kecil sehingga belum memiliki struktur organisasi yang cukup jelas. Selain dikarenakan skala usahanya yang masih kecil pada Dede Anggrek praktek pembagian kerja dilakukan secara sederhana dan diatur sesuai fungsi dan tugas masing-masing. Dede Anggrek dipimpin oleh ibu Dede Hartini yang menjabat sebagai pemimpin dan pemilik kebun Dede Anggrek. Pada awal berdirinya usaha hingga saat ini pemilik dibantu oleh seorang karyawan di bagian produksi. Pemilik memiliki peran yang cukup besar dalam proses pengendalian jalannya usaha, yaitu bertanggung jawab terhadap kemajuan dan pencapaian target usaha. Tugas pemimpin atau pemilik antara lain :
28
a. b. c. d. e. f.
pemimpin dan pengelola usaha utama mengatur jalannya usaha dan mengontrol semua kegiatan usaha menentukan target baik bulanan maupun tahunan mengawasi kegiatan pemeliharaan dan pemasaran produk anggrek membina hubungan kerjasama dengan penyedia sarana input dan konsumen menetapkan standar harga jual pada para konsumen. Dalam prakteknya pemilik selain menjabat sebagai pemimpin beliau ikut terjun langsung dalam menjalankan usaha yang dibantu oleh satu orang karyawan dalam bidang pemeliharaan anggrek bagian produksi. Pemilik juga bertanggung jawab pada kegiatan penjualan harian yang umumnya dengan para konsumen dan pemilik melakukan kegiatan pencatatan terhadap arus kas Dede Anggrek, baik arus kas masuk maupun arus kas keluar yang sifatnya harian, bulanan, tahunan. Dede Anggrek sangat bergantung sekali pada proses produksi dan pemeliharaan anggrek, oleh karena itu pemimpin sekaligus pemilik dibantu oleh seorang karyawan yang bertugas untuk menjalankan proses pemeliharaan. Berikut tugas karyawan dalam menjalankan proses pemeliharaan : a) Perawatan tanaman anggrek berupa penyiraman, pemupukan, penyemprotan hama dan penggantian media tanam tanaman anggrek. b) Memasarkan tanaman anggrek di dalam kebun c) Menjaga dan mengusahakan kebersihan kebun secara keseluruhan d) Melaporkan kondisi baik jumlah tanaman dan kebutuhan akan sarana produksi kepada pemilik perusahaan. Sumberdaya Usaha Dede Anggrek Sumberdaya yang dimiliki oleh Dede Anggrek secara keseluruhan dapat dibagi kedalam tiga bagian, yaitu : sumberdaya manusia atau tenaga kerja, sumber daya fisik dan sumber daya keuangan atau permodalan. Sumberdaya manusia adalah kekuatan tenaga kerja yang dimiliki Dede Anggrek untuk menjalankan usahanya baik dalam hal produksi, pemasaran, dan pencatatan. Sumber daya fisik adalah keseluruhan aset fisik yang dimiliki oleh Dede Anggrek untuk menjalankan usahanya berupa bangunan (rumah anggrek), alat dan perlengkapan produksi seperti sprayer, mesin pupuk, jet pump. Sumberdaya keuangan merupakan sumber-sumber keuangan Dede Anggrek dalam memulai dan menjalankan usaha. Tenaga Kerja Tenaga kerja memiliki peran yang sangat penting dalam proses berjalannya usaha dalan pencapaian visi perusahaan. Pemilik yang sekaligus pemimpin Dede Anggrek menyadari akan peran penting dari tenaga kerja yang dibutuhkan untuk membantunya dalam proses pemeliharaan tanaman anggrek. Perekrutan tenaga kerja pada Dede Anggrek yaitu dengan merekrut anggota keluarga dan mengarahkan pekerja dibidang akan dikerjakan. Saat ini Dede Anggrek memiliki dua orang pekerja yang membantu pemilik sekaligus pemimpin terjun langsung dalam proses pemeliharaan. Masing-masing pekerja memiliki bidang kerja yang berbeda, yaitu salah satu pekerja membantu pemilik dibagian produksi, dan salah satu pekerja lain membantu sebagai petugas
29
kebersihan yang bertanggung jawab menjaga kebersihan sekitar area kebun serta membersihkan segala peralatan yang digunakan dalam proses pemeliharan. Sistem penggajian tenaga kerja yang ditetapkan oleh Dede Anggrek sesuai dengan UMR pada umumnya tetapi berbeda masing-masing tenaga kerja dalam jenis pekerjaannya. Dibayarkan setiap per bulan. Latar belakang pendidikan tenaga kerja yang dimiliki oleh Dede Anggrek yaitu ada yang lulusan Sekolah Menengah Atas dan Sekolah Dasar. Sistem jadwal kerja yang berlaku di Dede Anggrek sudah dijadwal agar tidak ada satu hari pun yang kosong. Jadwal kerja yang berlaku di Dede Anggrek yaitu dimulai dari pukul 06.00 WIB sampai 17.00 WIB. Sumberdaya Fisik Sarana dan prasarana fisik yang digunakan oleh Dede Anggrek seluruhnya murni milik pemilik yaitu tanah atau lahan dengan luasan 1250 m² merupakan sarana utama yang dimiliki oleh pemilik Dede Anggrek. Asset asli lainnya antara lain berupa : a) Bangunan rumah anggrek yang terbuat dari konstruksi besi dan paranet untuk mengatur intensitas cahaya yang tepat bagi tanaman anggrek. b) Rak-Rak dari bambu muda untuk tempat memajang pot-pot tanaman anggrek. Rak ini memiliki lebar sekitar satu meter dan panjang yang berbesa-beda. Masing-masing rak dapat menampung puluhan hingga ratusan pot tanaman anggrek. c) Instalasi irigasi yang bersumber dari air tanah menggunakan jet pump untuk mengairi seluruh tanaman anggrek. d) Bangunan tempat istirahat atau proses pencatatan dan administrasi sederhana. Sumberdaya modal Dede Anggrek dalam memulai usaha pada awalnya pemilik mengandalkan modal sendiri dalam mengusahakan usahanya. Pemilik mengembangkan usaha secara bertahap yaitu pertama-tama modal dibelikan tanah seluas 500 m² dengan modal awal berjumlah Rp. 50.000.000,- kemudian mulai menyicil untuk mendirikan rumah anggrek serta pembelian bibit tanaman anggrek kemudian pemilik bertahap menambah modal untuk usahanya yang digunakan untuk membiayai semua kegiatan produksi. Kemudian pemilik menambah modal kembali untuk membeli lahan Rp. 75.000.000,- hingga saat ini lahan yang dimiliki Dede Anggrek seluas 1250 m². Gambaran Budidaya Anggrek Dendrobium Dede Anggrek Usaha pembudidayaan tanaman anggrek khususnya Dendrobium cukup berjalan dengan baik di Bekasi hail ini dikarenakan syarat tumbuh berupa iklim, kebutuhan cahaya serta kelembapan udara sangat sesuai dengan kebutuhan tanaman anggrek Dendrobium. Sedangkan untuk kondisi tanahnya tidak terlalu diperhitungkan karena tanaman anggrek tidak langsung bersentuhan dengan tanah seperti jenis tanaman lain melainkan menggunakan media tanam yang juga cukup mudah diperoleh di daerah Kabupaten Bekasi. Setelah mendapat lahan buat design kebun dengan merancang tata letak rak yang dapat ditentukan letak lebar, panjang rak. Juga lebar dan panjang jalanan,
30
saluran air, dan sarana lain, seperti gudang bak penampungan dan lain-lain. Pengaturan tata letak membuat kebun lebih rapijuga memudahkan pekerjaan saat menghitung semua kebutuhan dan biaya. Lay out atau tata letak usaha pada Dede Anggrek dapat dilihat pada Lampiran 3. Pada Kabupaten Bekasi ini merupakan daerah yang tepat bagi pemeliharaan tanaman anggrek Dendrobium, baik untuk proses penghasilan bibit hingga pemeliharaan sampai berbunga. Suhu di daerah ini tergolong tropis yaitu berkisar antara 28˚-32˚C merupakan suhu yang ideal bagi usaha pemeliharaan anggrek Dendrobium. Secara umum proses pembudidayaan tanaman anggrek Dendrobium hampir sama dengan jenis tanaman anggrek lainnya. Namun secara garis besar pada awal usahanya proses pembudidayaan anggrek hingga berbunga dibagi lima tahapan, yaitu dari tahapan botolan, community pot, seedling, dan tanaman remaja dan tanaman dewasa. Perbedaan dalam tahapan ini terletak pada lamanya waktu pemeliharaan dan penggunaan sumberdaya input yang lebih banyak. Kelima tahapan pemeliharaan anggrek secara keseluruhan menghabiskan waktu sekitar satu setengah tahun. Pada tahapan remaja menuju berbunga terdapat sebuah tahapan siap bunga. Tahapan siap bunga merupakan tahapan yang cukup dibutuhkan apabila persediaan tanaman berbunga sangat sedikit. Tahapan berbunga hanya membutuhkan waktu sekitar 3 sampai 4 bulan agar berbunga. Dede Anggrek dalam mengusahakan anggreknya memanfaatkan kelima tahapan ini yaitu 10 persen untuk tahapan botolan, 50 persen untuk tahapan seedling dan 40 persen untuk tahapan remaja. Namun keadaan sekarang tahapan botolan sudah tidak diusahakan lagi. Hal ini dikarenakan keterbatasan lahan yang dimiliki oleh Dede Anggrek dan lama nya waktu proses pemeliharaan. Oleh karena itu tahapan yang dilakukan Dede Anggrek pada proses budidaya anggrek Dendrobium yaitu dengan tiga tahap : tahap seedling, remaja dan dewasa. Dari semua tahapan ini bentuk penanganan dari tiap-tiap tahapan hampir sama yaitu diawal dimulai dengan proses pemilihan bibit atau bakal calon tanaman yang akan dibesarkan, pembuatan media tanam dan pemeliharaan. Tahapan tersebut dapat dilihat pada pola tanam Anggrek Dendrobium seedling hingga remaja yang dilakukan oleh Dede Anggrek dapat dilihat pada Lampiran 4. Proses pemeliharaan meliputi kegiatan penyiraman, pembersihan gulma, pemupukan, penggantian media tanam,pengendalian hama dan penyakit, serta pembungaan anggrek. Agar dapat memantau hasil kerja maka dibuatkan Jadwal kerja harian. Adapun contoh jadwal kegiatan unit produksi Dede Anggrek dapat dilihat pada Lampiran 5 Pemilihan Bibit atau Bakal Tanaman Anggrek Proses budidaya tanaman anggrek dimulai dengan proses penyediaan bibit anggrek yang akan dibudidayakan. Dalam proses penyediaan ini dibutuhkan sebuah kemampuan khusus untuk mengenali dan memilih jenis bibit yang layak untuk digunakan. Karena pada tahapan ini dapat berdampak terhadap kegagalan produksi dimana tanaman anggrek tidak dapat tumbuh dengan baik. adapun proses pemindahan bibit yang sesuai dalah dapat dilihat pada Lampiran 6. Berdasarkan jenis tahapan pengusahaan pada tanaman anggrek Dendrobium maka jenis bakal tanaman yang akan diusahakan dapat dibagi tiga, yaitu jenis tanaman botolan atau yang sering disebut bibit anggrek, jenis tanaman dalam bentuk pot
31
(community pot) dan jenis tanaman muda atau remaja. Masing-masing jenis tanaman ini memiliki criteria pemilihan dan penanganan yang berbeda-beda, seperti : 1. Jenis Botolan Jenis botolan adalah jenis bibit anggrek yang berumur satu tahun sejak diperbanyak dari induknya. Disebut bibit botolan karena media yang digunakan terbuat dari botol. Satu botol biasanya terdiri dari 30-40 tanaman. Bibit botol ini merupakan hasil dari proses perbanyakan. Bentuk perbanyakan tanaman anggrek terdiri atas dua bagian yaitu perbanyakan generatif dan vegetatif. Perbanyakan generatif adalah perbanyakan yang dilakukan dengan menggunakan biji sedangkan perbanyakan vegetatif adalah perbanyakan yang menggunakan stek, keiki, pemisahan rumpun serta kultur jaringan. Berikut ini pemilihan dan penanganan bibit botolan yang baik menurut Dede Anggrek adalah : a) Pilih bibit yang berukuran seragam (daun menyentuh permukaan botol) b) Warna daun tampak hijau segar, mulus, serta tidak menunjukkan gejala keriput serta salah bentuk c) Media dalam botol harus benar-benar bersih, tidak ditumbuhi cendawan d) Bibit dalam botol masih hidup seluruhnya e) Sebaiknya bibit segera dipindah ke pot 2. Jenis Kompot Bibit kompot adalah jenis bibit yang disiapkan secara berkelompok (community pot) yaitu dalam satu pot ditanam beberapa bibit yang biasanya berjumlah 20-30 tanaman. Kelebihan bibit kompot dibandingkan dengan bibit dalam botol adalah cara penanamannya yang tidak terlalu rumit, terutama saat memindahkan bibit kecambah ke dalam pot. Hal ini juga mengurangi risiko kematian bibit, seperti yang sering dikhawatirkan oleh pengusaha anggrek pemula. Selain itu, bibit ini juga mudah diamati perkembangannya semenjak awal. Berikut ini hal yang perlu diperhatikan jika hendak menggunakan jenis bibit kompot, yaitu : a) Pot dan tanaman harus bersih dan bebas jamur b) Pertumbuhan bibit tanaman harus seragam dan subur c) Sistem perakarannya kuat dan jumlahnya banyak d) Tidak terdapat bercak-bercak di bagian daun e) Diantara rumpun bibit tanaman, tidak ada yang layu, busuk dan mati f) Jenis bibit tanaman sesuai pot, untuk pot berukuran 15 cm berisi 25 bibit 3. Jenis Tanaman Muda Jenis tanaman muda adalah jenis bibit tanaman yang sering juga disebut jenis tanaman remaja, umumnya jenis tanaman ini membutuhkan waktu sekitar enam bulan kemudian untuk berbunga. Berikut ini hal yang harus diperhatikan menurut Dede Anggrek dalam pemilihan bibit tanaman muda adalah sebagai berikut : a) Akar, batang dan daun harus tampak sehat b) Warna daun hijau mulus tanpa bercak c) Daun tampak lebat dan tebal Jika dibandingkan secara keseluruhan harga bibit botol biasanya memiliki harga lebih murah daripada bibit lainnya. Bibit botol ini masih berupa kecambah terdiri dari 2-4 daun kecil dan sedikit akar. Tetapi bagi pemula, risiko kematian
32
saat memindahkan bibit ke dalam pot cukup tinggi dan waktu yang diperlukan hingga bibit tanaman tumbuh dewasa dan berbunga cukup lama sekitar 1-2 tahun. Pemilihan Media Tanam Fungsi media tanam dalam proses budidaya anggrek adalah sebagai tempat berpijak, menyimpan unsure hara, dan menyimpan air pada tanaman yang baik untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman anggrek. Semua itu harus dapat terpenuhi yaitu dengan menjaga agar kondisi media tanam tetap baik yaitu dengan syarat media tidak mudah lapuk, tidak mudah menjadi sumber penyakit, harus memiliki daya serap yang baik, mampu mengikat air dan unsur hara dengan baik, mudah didapat serta dengan harga yang relative murah. Media tanam sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan produksi bunga optimal, sehingga perlu dicari media tanam yang sesuai. Media tanam yang biasa digunakan oleh Dede Anggrek adalah pakis, moss, arang, kaliandra, stearofom, dan sabut kelapa. Namun penggunaan media tanam pakis saat ini sudah tidak digunakan karena media susah untuk diperoleh. Keseluruhan media tanam yang telah dipilih dan akan digunakan selanjutnya dimasukkan kedalam pot yang terbuat dari tanah liat. Setiap pot diharuskan untuk memiliki lubang-lubang kecil, lubang ini berfungsi untuk memperlancar sirkulasi, mempermudah penyerapan dan drainase. Pemupukan Tanaman anggrek sangat membutuhkan nutrisi untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya. Kebutuhan tanaman anggrek akan nutrisi sama dengan yang lainnya. Unsure-unsur yang dibutuhkan yaitu: unsur makro (karbon, hydrogen, oksigen, kalsium, kalium, nitrogen, fosfor, sulfur, magnesium), unsur mikro (besi, mangan, boron, tembaga, seng, molybdenum, klorida), dan unsur yang bermanfaat (kobal, natrium, silicon). Pemberian pupuk secara teratur merupakan salah satu cara yang paling baik dilakukan dalam proses budidaya tanaman anggrek. Pupuk yang digunakan dalam pemupukan anggrek harus mengandung beberapa unsur yaitu nitrogen (N), Fosfor (F), dan Kalium (K). untuk seedling dipakai NPK dengan unsur N tinggi agar daunnya tumbuh subur, sementara untuk remaja dipakai NPK seimbang, dan untuk tanaman dewasa atau yang siap untuk berbunga dipakai NPK dengan kadar P tinggi. Pemupukan tanaman anggrek dapat dilakukan dalam dua teknik, yaitu pemupukan dengan daun dan melalui media tanam dengan frekuensi 2 x dalam seminggu. Pemupukan dengan daun jauh lebih efektif dibandingkan dengan pemupukan melalui media tanam. Karena daun menyerap sekitar 90 persen dan jauh lebih tinggi dibandingkan dengan akar yang hanya berkisar 10 persen. Dede Anggrek melakukan pemupukan di pagi hari antara jam 07.00 sampai jam 09.00 WIB. Adapun jadwal pemupukan dan penyemprotan pestisida yang dilakukan oleh Dede Anggrek dapat dilihat pada lampiran 7 dan 8. Penyiraman Penyiraman tanaman anggrek pada Dede Anggrek dilakukan 2 x sehari yaitu pagi dan sore, masing-masing dilakukan pada pagi hari dimulai pukul 07.00 dan pada sore hari pada pukul 16.00. Penyiraman air dilakukan secara secukupnya saja karena apabila berlebihan karena air akan membusukkan akar dan mengundang jamur. Tetapi pada Dede Anggrek apabila hari hujan, kegiatan
33
penyiraman dibatasi atau tidak perlu disiram karena kelembapan udara sudah cukup tinggi. Akan tetapi apabila cuaca sangat panas terik pada Dede Anggrek melakukan penyiraman disiang hari karena dikuatirkan media tanaman akan terlalu kering. Penyiraman menggunakan air bersih karena air yang kurang bersih akan berisiko terhadap tanaman. Dede anggrek pada awal usaha hingga sekarang sudah melakukan tiga kali pengeboran sumur hingga saat ini menggunakan jet pump agar tetap terjaga pertumbuhan dan perkembangan tanaman anggrek dengan menggunakan air bersih. Proses penyiraman dapat dilihat pada Lampiran 9. Pengendalian Hama dan Penyakit Anggrek sebagai tanaman yang pertumbuhannya sangat bergantung pada kondisi lingkungan, anggrek sangat rentan terhadap gangguan pertumbuhan yang dapat menyebabkan anggrek menjadi tidak sehat dan mengalami kerusakan. Gangguan pertumbuhan yang sering menyerang tanaman anggrek terbagi menjadi dua yaitu : serangan yang disebabkan oleh hama dan serangan yang disebabkan oleh penyakit yang disebabkan oleh bakteri, jamur dan virus. Sedangkan jenis hama yang sering menyerang anggrek adalah kutu putih ( Pseudococcus sp.), thrips, semut, kaki seribu, lintah, keong, kumbang gajah, tungau merah. Tanaman yang diserang oleh hama biasanya diatasi dengan penyemprotan insektisida yang bersifat sistemik dan diselingi dengan insektisida yang bersifat kontak. Gangguan pertumbuhan yang disebabkan oleh penyakit juga sering terjadi pada tanaman anggrek, khususnya serangan penyakit yang disebabkan oleh jamur dan bakteri. Hal demikian dikarenakan kondisi yang cukup lembab apabila terjadi intensitas hujan tinggi. Gejala awal serangan tidak terlalu kelihatan, terlihat jelas apabila tanaman yang diserang sudah cukup parah. Untuk mengatasi penyakit yang disebabkan oleh bakteri, virus dan jamur ini biasanya Dede Anggrek harus jeli dan teliti dalam mengidentifikasi jenis penyakit yang sedang menyerang dan melakukan penyemprotan apabila sudah terserang. Jenis pengobatan yang diberikan juga tergantung oleh jenis penyebab penyakit. Hama dan penyakit yang menyerang anggrek ini dapat mengakibatkan kegagalan dalam pemeliharaan tanaman anggrek. Oleh karena itu Dede Anggrek melakukan strategi pencegahan dalam mengatasi permasalahan ini. Strategi pencegahan dilakukan dengan cara penyemprotan anti hama dan jamur satu minggu sekali dengan dosis penyemprotan satu milliliter untuk satu liter air. Apabila kondisi dalam musim hujan Dede Anggrek melakukan penyemprotan dua sampai tiga kali dalam seminggu. Pemasaran Anggrek Dendrobium Usaha pembesaran tanaman anggrek pada akhirnya siap dijual apabila tanaman sudah berbunga dan umumnya konsumen lebih menyukai tanaman yang sudah berbunga karena bunganya yang unik-unik akan tetapi selain tanaman yang sudah berbunga juga tidak sedikit konsumen yang ingin membeli tanaman yg masih remaja dengan alasan akan dibawa bepergian jauh agar tanaman yang sudah berbunga tidak layu. Konsumen tanaman anggrek terbagi dua kelompok yaitu konsumen yang hanya penikmat bunga anggrek dan konsumen yang hobi untuk memelihara tanaman anggrek. Bentuk pemasaran tanaman anggrek Dendrobium yang dilakukan oleh Dede Anggrek ini adalah dengan strategi promosi sederhana yaitu berdasarkan
34
pengalaman para konsumennya yang umumnya saling memberitahukan antara satu dengan yang lain. Konsumen anggrek Dendrobium pada Dede Anggrek adalah pedangan baik pedangan besar maupun pedang pengecer dan konsumen langsung yaitu para pecinta bunga dan hobiis anggrek. Harga jual yang diberikan kepada pedagang berbeda dengan harga konsumen langsung. Untuk harga jual kepada pedagang perusahaan memberikan harga yang lebih murah dibandingkan dengan harga jual kepada konsumen akhir.
HASIL DAN PEMBAHASAN Identifikasi Sumber Risiko Penelitian dilakukan pada Dede Anggrek yang melakukan kegiatan usaha budidaya anggrek jenis Dendrobium. Kegiatan produksi budidaya anggrek pada Dede Anggrek terdiri dari 3 fase kegiatan produksi yaitu, seedling, remaja, dan dewasa. Penelitian mengenai risiko produksi yang dilakukan pada Dede Anggrek ini, hanya meneliti risiko produksi yang terjadi pada fase seedling sampai remaja. Berdasarkan penelitian yang dilakukan, diketahui bahwa pemicu timbulnya sumber risiko pada fase produksi seedling sampai remaja dalam usaha budidaya anggrek Dendobrium pada Dede Anggrek adalah faktor alam. Beberapa hal dari alam yang dapat menjadi faktor pendukung timbulnya sumber risiko antara lain, menyangkut bencana alam (banjir, gempa bumi, angin ribut, dll), kondisi alam (lembab, panas, dingin, dll), dan makhluk alam (kuman, binatang, dll). Identifikasi Sumber Risiko Produksi Anggrek Dendrobium Risiko yang dihadapi oleh sebuah usaha perlu diidentifikasikan agar dapat ditangani dan diketahui statusnya. Risiko dapat mempengaruhi pendapatan yang diterima oleh pembudidaya, sehingga proses identifikasi penting dilakukan untuk mengetahui penanganan yang seharusnya dilakukan. Identifikasi dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu melalui pengamatan langsung dilokasi penelitian dan melalui kegiatan wawancara dengan responden. Serta melihat laporan yang telah ada sebelumnya. Identifikasi risiko produksi pada Anggrek Dendrobium di Dede Anggrek, yaitu dengan mengamati kegiatan pada fase seedling sampai remaja. Risiko produksi tersebut dapat dilihat dari adanya perbedaan jumlah anggrek waktu penanaman hingga output yang dihasilkan pada fasa tanaman sudah remaja. Perbedaan jumlah tersebut menunjukkan adanya tingkat kematian yang terjadi dan disebabkan oleh beberapa sumber risiko. Pada penelitian ini sumber risiko yang di identifikasi dan dimasukkan dalam sumber risiko produksi yang dihadapi Dede Anggrek merupakan sumber risiko yang berpengaruh langsung terhadap output yang dihasilkan pada masa tanaman Denrobium remaja. Faktor – faktor yang mempengaruhi tingkat kematian pada Anggrek Dendrobium, yaitu kualitas bibit, iklim, media tanam, adanya serangan hama dan penyakit, serta kesalahan SDM dalam penanganan dalam proses budidayanya. Berikut uraian mengenai sumber risiko yang terjadi pada Dede Anggrek:
35
A. Kesalahan SDM Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan salah satu faktor produksi yang sangat menunjang dalam proses budidaya, karena semua kegiatan dilakukan dengan bantuan manusia sebagai SDM. SDM pada Dede Anggrek terdiri dari dua orang pekerja termasuk salah satu pemilik usaha Dede Anggrek. Selama usaha ini berlangsung tenaga kerja tidak pernah berubah, sehingga pengalaman yang dimiliki sangat terampil pada proses budidayanya. Selain itu pemilik sebagai tenaga kerja sering mengikuti pelatihan terkait dengan budidaya anggrek Dendrobium agar menambah pengetahuan. Kemudian dirinya juga akan memberikan tambahan informasi kepada rekan tenaga kerjanya sehingga setiap penanganan yang dilakukan pada tanaman anggrek Dendrobium sudah sesuai. Walaupun demikian masih terdapat beberapa kesalahan dalam penanganan yang dilakukan SDM pada Dede Anggrek yang menyebabkan lambatnya pertumbuhan anggrek dan tanaman yang rusak bahkan menyebabkan kematian pada tanaman anggrek. Dapat dilihat pada Gambar 6.
b a Gambar 6 (a) Akar busuk akibat penyiraman berlebihan oleh SDM (b) Kecepatan tumbuh tanaman melambat akibat kekurangan dan kelebihan pemupukan Kesalahan yang biasanya dilakukan oleh SDM Dede Anggrek yaitu pada penyiraman dalam perawatan anggrek dan kelebihan serta kekurangan pemberian pupuk. Proses penyiraman yang berlebih akan menyebabkan media tanam terlalu lembab sehingga air yang berlimpah akan menyebabkan akar tanaman menjadi mudah busuk. Hal tersebut tersebut ditandai dengan daun layu menguning dan keluar air saat ditekan. Adapun data kematian seedling akibat kesalahan SDM yang ditunjukkan pada Tabel 6:
36
Periode 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Tabel 6 kematian bibit akibat sumber risiko kesalahan SDM Waktu kematian anggrek (pot) April – Desember 2011 12 Mei 2011 – Januari 2012 25 Juli 2011 – Maret 2012 32 September 2011 – Mei 2012 21 Oktober 2011 – Juni 2012 7 Februari 2012–Oktober 2012 18 Maret 2012–November 2012 22 April 2012 – Desember 2012 10 Mei 2012 – Januari 2013 12 Juli 2012 – Maret 2013 22 September 2012 – Mei 2013 24 Oktober 2012 – Juni 2013 21
B. Media tanam Media tanam merupakan faktor yang sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan anggrek. Oleh karena itu diperlukan pemilihan dan perawatan pada media tanam. Sesuai pengamatan yang telah dilakukan dilapangan, media tanam yang digunakan disana ada beberapa macam seperti Caliandra, Sabut kelapa, arang, sterofoam dan moss. Media tersebut sudah cukup baik pada Dede Anggrek, seperti tidak mudah lapuk, mampu menyerap air dan unsur hara yang dibutuhkan tanaman anggrek. Hal tersebut tersebut sesuai dengan pernyataan Iswanto (2010), media tanam dikatakan baik jika memenuhi beberapa persyaratan , yaitu tidak mudah lapuk, tidak mudah menjadi sumber penyakit, mempunyai daya aerasi atau daya serap yg baik, mampu mengikat air dan unsur hara dengan baik, mudah didapat dan harganya relatif murah. Apabila meningkatnya kelembapan karena air berlebih dapat menyebabkan mengundang penyakit dan akar menjadi kurang sehat atau busuk, seperti yang ditunjukkan pada Gambar 7.
a
b
Gambar 7 Media Tanam (a) keadaan baik (b) keadaan rusak dan lapuk
37
(a) (b) Gambar 8 media tanam yang terkena lumut dan jamur (a) Media tanam yang terlalu lama (lapuk) (b) Adapun data kematian seedling akibat media tanam yang ditunjukkan pada Tabel 7: Tabel 7 kematian bibit akibat sumbe risko kesalahan media tanam Periode Waktu kematian anggrek (pot) April – Desember 2011 1 Mei 2011 – Januari 2012 2 Juli 2011 – Maret 2012 3 September 2011 – Mei 2012 4 Oktober 2011 – Juni 2012 5 Februari 2012–Oktober 2012 6 Maret 2012–November 2012 7 April 2012 – Desember 2012 8 Mei 2012 – Januari 2013 9 Juli 2012 – Maret 2013 10 September 2012 – Mei 2013 11 Oktober 2012 – Juni 2013 12
32 27 17 8 7 23 7 19 16 12 32 26
Tabel 7 menunjukkan adanya kematian anggrek yang disebabkan oleh sumber risiko produksi media tanam. Dilihat dari tabel 7 kematian yang disebabkan sumber risiko tersebut tertinggi ada pada periode 1 dan 11 yaitu pada bulan April – Desember 2011 dan september – Mei 2012. Kematian tersebut dikarenakan media tanam yang sudah tidak layak, seperti telah lapuk dan berlumut. C. Bibit Anggrek Bibit seedling merupakan input dalam usaha produksi anggrek remaja. Bibit seedling pada Dede anggrek berasal dari Koperasi Puspa Anggrek Serpong. Memilih bibit yang tepat merupakan langkah awal kesuksesan dalam usaha budidaya yang dilakukan pada Dede Anggrek dan memilih bibit yang terjamin
38
kualitasnya. Bibit seedling yang akan dibesarkan oleh Dede Anggrek setelah pembelian akan diadaptasi terlebih dahulu. Proses tersebut dilakukan dengan didiamkan di udara terbuka selama 1 minggu agar dapat menyesuaikan dengan lingkungan baru. Adapun dalam proses penanaman bibit terdapat beberapa kesalahan yang dapat menyebabkan tanaman bibit tersebut stress bahkan mati, seperti cara penanaman yang salah dan bibit tidak berkualitas baik. Oleh karena itu faktor pemilihan bibit yang baik harus diperhatikan untuk menghindari risiko kematian dalam pemilihan bibit. Bibit yang berkualitas baik, yaitu bibit sehat dan mulus, memiliki umbi kekar, berdaun hijau cerah, dan tebal, seperti Gambar 9a.
a b Gambar 9 bibit seedling (a) keadaan sehat (b) tidak tumbuh Bibit yang mati dapat menyebabkan kerugian dan menjadi risiko bagi pengusaha. Risiko bibit seedling pada Dede Anggrek dapat ditunjukan setelah proses adaptasi dilakukan. Pada proses adaptasi yang dilakukan bibit seedling Dede Anggrek apabila tidak memiliki kualitas baik akan mati, seperti yang ditunjukkan Gambar 9b. Adapun data bibit yang mati pada Tabel 8:
Periode 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Tabel 8 kematian anggrek akibat sumber risiko kualitas bibit Waktu Kematian anggrek (pot) April – Desember 2011 Mei 2011 – Januari 2012 Juli 2011 – Maret 2012 September 2011 – Mei 2012 Oktober 2011 – Juni 2012 Februari 2012–Oktober 2012 Maret 2012–November 2012 April 2012 – Desember 2012 Mei 2012 – Januari 2013 Juli 2012 – Maret 2013 September 2012 – Mei 2013 Oktober 2012 – Juni 2013
12 14 9 7 6 5 7 5 4 14 12 18
D. Iklim Media tanam pada Dede Anggrek merupakan sumber risiko produksi yang dihadapi namun apabila intensitas curah hujan tinggi maka dapat membuat media
39
tanam yang ada ditumbuhi oleh lumut yang dapat menyebabkan menghambat pertumbuhan anggrek. Selain itu akibat dari curah hujan yang tinggi dapat menyebabkan busuk akar pada tanaman anggrek. Adapun ciri media tanam yang ditumbuhi lumut dapat dilihat pada gambar 10
Gambar 10 Sumber risiko curah hujan membuat media berlumut dan akar tanaman busuk Dibandingkan dengan jenis tanaman lain, tanaman anggrek Dendrobium membutuhkan kelembaban untuk menghindari proses respirasi atau penguapan yang berlebihan. Dan apabila saat musim kemarau tiba sangat diperlukan sekali penyiraman air yang terlalu sering agar dapat meningkatkan kelembapan, karena apabila anggrek dendrobium terkena panas yang berlebih akan menyebabkan warna tanaman jadi kekuningan dan akhirnya kecoklatan seperti terbakar. Selain itu, hujan yang tinggi serta berubah- ubah dapat mengakibatkan kelembaban yang terlalu tinggi dan berdampak pada media tanam dan tanaman anggrek itu sendiri. Dampak kelembaban yang terlalu tinggi pada media tanam dapat ditandai oleh tumbuhnya lumut sedangkan dampak yang ditimbulkan akibat kelembaban pada tanaman anggrek membuat akar busuk yang apabila tidak cepat ditangani akan mengakibatkan kematian pada tanaman tersebut. Berikut data kegagalan produksi akibat sumber risiko iklim. Tabel 9 Jumlah Kegagalan Produksi yang disebabkan oleh iklim Periode 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Waktu April – Desember 2011 Mei 2011 – Januari 2012 Juli 2011 – Maret 2012 September 2011 – Mei 2012 Oktober 2011 – Juni 2012 Februari 2012–Oktober 2012 Maret 2012–November 2012 April 2012 – Desember 2012 Mei 2012 – Januari 2013 Juli 2012 – Maret 2013 September 2012 – Mei 2013 Oktober 2012 – Juni 2013
kematian anggrek (pot) 42 39 46 16 10 14 8 29 5 12 10 40
40
Jumlah kegagalan produksi antara fase seedling sampai remaja yang diakibatkan oleh smber risiko iklim dapat dilihat dalam Tabel 6. Jumlah kegagalan produksi pada fase produksi seedling sampai remaja yang diakibatkan oleh iklim dihitung melalui pencatatan yang dilakukan setiap hari. Pencatatan tersebut dilakukan pada saat proses perawatan tanaman setiap hari. E. Hama dan penyakit Hama merupakan semua jenis organisme multisel (biasanya berasal dari golongan arthopoda bahkan mamalia) yang bersifat merugikan bagi tanaman inang, sedangkan penyakit ialah semua jenis mikroorganisme (umumnya dari golongan bakteri dan jamur ) yang bersifat merugikan tanaman inang. Hama merupakan salah satu sumber risiko yang terdapat pada usaha budidaya anggrek Dendobrium pada Dede Anggrek. Hama yang menyerang tanaman anggrek pada fase produksi seedling sampai remaja adalah siput, belalang, kumbang gajah, tungau merah, semut, kutu daun, kaki seribu. Jumlah hama yang menyerang dapat meningkat sehabis terjadinya banjir. Lokasi usaha Dede Anggrek merupakan daerah salah satu daerah yang sering terkena banjir. Berdasarkan hasil penelitian hama tungau merah menyerang bagian daun pada tanaman. Hama tungau merah menggerogoti bagian daun pada tanaman anggrek dan tempat hidupnya dibawah daun. Hal tersebut mengakibatkan daun menjadi rusak dan lama kelamaan menjadi kuning, sehingga tidak tumbuh mencapai fase remaja. Sedangkan, hama kumbang gajah menyerang bagian batang. Kumbang gajah ini paling parah merusak tanaman anggrek yaitu menggerogoti batang tanaman anggrek dan bertelur didalam batang, menyebabkan batang tanaman anggrek menjadi rusak dan habis digerogoti.. Hal tersebut kemudian menyebabkan batang tanaman menjadi membusuk. Berikut gejala hama yang biasa menyerang tanaman anggrek Dendrobium di Dede Anggrek: 1.
Kumbang gajah Kumbang ini berwarna hitam kotor/tidak mengkilap. Ukuran bervariasi 3,5 7 mm. Gejala serangan yaitu kumbang bertelur pada daun atau lubang batang tanaman. Dan menyebabkan terjadinya kerusakan/kematian bagian tanaman yang dirusak. Larva menggerek daun dan memakan jaringan di bagian dalam batang. 2.
Tungau merah Tunga berwarna merah, berukuran sangat kecil kira-kira 0,1 mm dan umumnya ditemukan dibawah permukaan daun. Gejala serangan yaitu bagian tanaman yang terserang biasanya adalag tangkai, daun dan bunga. Pada permukaan atas daun terdapat titik atau bercak berwarna kuning atau coklat kemudian meluas dan seluruh daun menjadi kuning, pada permukaan bawah berwarna putih perak. Hama ini dapat berjangkit baik pada musim hujan maupun musim kemarau. Namun biasanya serangan meningkat pada musim kemarau. 3.
Siput Siput memiliki cangkang yang kecil dan sedikit menonjol. Berukuran panjang 5 cm.berwarna coklat kekuningan atau coklat keabuan. Pada siang hari siput bersembunyi ditempat yang teduh dan aktif mencari makan pada malam
41
hari. Gejala serangan yaitu siput memakan daun dan membuat lubang-lubang tidak beraturan. Seringkali ditandai adanya kotoran bekas lendir yang mengkilat. Akar dan tunas anakan juga diserang. Siput ini seringkali merusak persemaian atau tanaman yang baru saja tumbuh. 4. Kutu daun Hama ini mirip dengan kutu perisai, berwarna cokelat gelap dan berukuran 2,5-3 mm. Kutu muda berwarna hijau hingga kuning, bekerja dengan menghisap cairan pucuk daun, tangkai bunga, dan bagian tanaman yang menyipan bahan makanan. Setelah menghisap cairan maka ia akan menempel pada daun. Penyakit yang sering kali timbul pada daun anggrek Dendrobium adalah berupa jamur. Tanaman yang terjakutu ini menyerang hebat pada saat musim kemarau, bersifat mudah berpindah tempat sehingga berpotensi menjadi vektor virus. Kutu juga mengeluarkan cairan manis seperi madu yang mengundang semut. Gejala serangan yaitu daun melengkung, muncul belang kekuningan, dan akhirnya rontok, serangan lebih parah dapat menyebabkan tanaman menjadi kerdil dan tidak bisa bebunga Penyakit dapat diidentifikasi melalui daun-daun pada tanaman tersebut. Warna daun yang terjangkit akan berubah warna menjadi putih keabu-abuan. Selain itu, pada permukaan daun juga akan bermunculan serbuk halus yang menyebabkan perubahan warna sehingga terlihat menjadi putih keabu-abuan. Serbuk halus tersebut merupakan penyakit berupa jamur yang menyerang tanaman anggrek. Jamur juga dapat bermunculan disekitar media tanam tanaman anggrek yang menyebabkan tanaman menjadi sangat lembab yang lama kelamaan menyebabkan daun pada tanaman anggrek menjadi kekuningan. Jamur tersebut sering kali muncul akibat keadaan cuaca yang terlalu lembab. Jamur sering kali bermunculan ketika curah hujan cukup tinggi. Identifikasi terhadap jamur pada tanaman dapat dilakukan dengan mudah karena dapat dilihat oleh mata langsung. Tanaman yang terjangkit jamur kemudian dipisahkan dari tempat budidaya. Dengan demikian proses produksi untuk tanaman-tanaman yang terjangkit tersebut pun tidak dilanjutkan. Berikut penyakit yang sering menyerang tanaman anggrek pada Dede Anggrek : 1. Bercak kelabu Gejala serangannya yaitu, bercak dengan tepi gelap tengah bercak berwarna keperak abu-abu. Penularan dapat disebabkan oleh percikan air. Dan faktor yang mempengaruhi adalah kelembapan yang tinggi. 2. Bercak Kuning Gejala serangan yang ditimbulkan adalah daun yang terserang timbul bercak-bercak klorotik dan nekrotik berwarna kuning sampai coklat. Serangan berat menyebabkan daun-aun gugur sehingga batang menjadi gundul.patogen yang menyebabkan daun-daun gugur sehingga menyebabkan penurunan nilai tanaman karena penampilannya yang kurang baik. Penularan dapat disebabkan oleh percikan air dan angin. Faktor yang mempengaruhinya adalah cuaca yang lembab, gelap, panas dengan curah hujan tinggi.
42
Tabel 10 Jumlah Kegagalan Produksi yang disebabkan oleh hama dan penyakit Periode Waktu kematian anggrek (pot) 1 April – Desember 2011 56 2 Mei 2011 – Januari 2012 67 3 Juli 2011 – Maret 2012 45 4 September 2011 – Mei 2012 37 5 Oktober 2011 – Juni 2012 28 6 Februari 2012–Oktober 2012 53 7 Maret 2012–November 2012 32 8 April 2012 – Desember 2012 62 9 Mei 2012 – Januari 2013 24 10 Juli 2012 – Maret 2013 32 11 September 2012 – Mei 2013 42 12 Oktober 2012 – Juni 2013 73 Jumlah kegagalan produksi antara fase seedling sampai remaja yang diakibatkan oleh adanya hama dan penyakit dapat dilihat dalam Tabel 10. Jumlah kegagalan produksi pada fase produksi seedling sampai remaja yang diakibatkan oleh hama dan penyakit dapat diketahui melalui pencatatan yang dilakukan setiap hari. Pencatatan tersebut dilakukan pada saat proses perawatan tanaman setiap hari.
(a)
(b)
Gambar 11 Sumber risiko hama dan penyakit tanaman remaja akibat (a) terserang tungau merah (b) terserang jamur Analisis Probabilitas Sumber Risiko Produksi Setelah identifikasi sumber risiko dilakukan, selanjutnya dilakukan analisis probabilitas untuk setiap sumber risiko yang ada. Analisis sumber risiko ini dilakukan untuk mengetahui seberapa besar kemungkinan terjadinya risiko oleh setiap sumber risiko produksi yang dalam usaha budidaya anggrek Dendobrium pada Dede Anggrek. Data yang digunakan untuk menganalisis
43
probabilitas terjadinya risiko produksi yang diakibatkan oleh setiap sumber risiko dilakukan dengan menggunakan data pencatatan kegagalan setiap periode penanaman seedling hingga tanaman remaja. Adapun hasil perhitungan nilai probabilitas dari masing-masing sumber risiko produksi Dede Anggrek pada Tabel 11: Tabel 11 Hasil perhitungan probabilitas sumber risiko produksi Dede Anggrek Sumber risiko Kualitas bibit Hama dan penyakit Media tanam Iklim SDM
Probabilitas (%) 55,17 59,09 49,6 46,41 54,3
Sumber risiko yang memiliki nilai probabilitas tertinggi, yaitu sumber risiko Hama dan Penyakit. Selanjutnya yang kedua sumber risiko kualitas bibit, ketiga SDM, keempat media tanam, dan terakhir iklim. Adapun penjelasan mengenai masing-masing sumber risiko, yaitu: A. Kualitas Bibit Bibit merupakan sumber risiko yang memiliki nilai kemungkinan terjadi terbesar kedua. Batas kematian anggrek akibat bibit yang dianggap normal oleh Dede Anggrek diperoleh dari nilai rata-rata persentase mortalitas anggrek akibat sumber risiko bibit dikalikan dengan rata-rata jumlah pot anggrek yang mati pada Dede Anggrek. Kematian anggrek akibat bibit yang dapat dianggap masih normal adalah 10 pot per setiap siklus produksi. Probabilitas terjadinya kematian anggrek yang melebihi atau kurang dari batas normal dapat dihitung dengan metode nilai Z. Berdasarkan data tersebut, diketahui bahwa nilai probabilitas untuk sumber risiko produksi berupa kualitas bibit adalah sebesar yaitu 55.17 persen, seperti yang ditujukkan pada Tabel 12. Nilai tersebut menggambarkan bahwa kemungkinan tejadinya risiko produksi akibat kualitas bibit adalah sebesar 55.17 persen diatas batas normal kegagalan sebanyak 10 pot. Tabel 12 Hasil perhitungan probabilitas risiko kualitas bibit pada 12 periode Keterangan Nilai Total (pot) 113 Rata – rata (pot) 9 Standar deviasi (pot) 4 X (batas normal) (pot) 10 Z 0,13 Nilai pada tabel z 0,5517 Probabilitas risiko (%) 55,17
B. Hama dan Penyakit Hama dan Penyakit merupakan sumber risiko yang memiliki nilai kemungkinan terjadi tertinggi. Batas kematian anggrek akibat hama dan penyakit
44
yang dianggap normal oleh Dede Anggrek diperoleh dari nilai rata-rata persentase mortalitas anggrek akibat sumber risiko hama dan penyakit dikalikan dengan ratarata jumlah pot anggrek yang mati pada Dede Anggrek. Kematian anggrek akibat hama dan penyakit yang dapat dianggap masih normal adalah 50 pot per setiap siklus produksi. Probabilitas terjadinya kematian anggrek yang melebihi atau kurang dari batas normal dapat dihitung dengan metode nilai Z. Berdasarkan data tersebut, diketahui bahwa nilai probabilitas untuk sumber risiko produksi berupa hama dan penyakit adalah sebesar yaitu 59.09 persen, seperti pada Tabel 13. Nilai tersebut menggambarkan bahwa kemungkinan tejadinya risiko produksi akibat hama dan penyakit adalah sebesar 59.09 persen diatas batas normal kegagalan sebanyak 50 pot. Tabel 13 Hasil perhitungan probabilitas risiko hama dan penyakit pada 12 periode Keterangan Nilai Total (pot) 551 Rata – rata (pot) 46 Standar deviasi (pot) 16 X (batas normal) (pot) 49,561 Z 0,23 Nilai pada tabel z 0,5909 Probabilitas risiko (%) 59,09 C. Media Tanam Media tanam merupakan sumber risiko yang memiliki nilai kemungkinan terjadi urutan ke empat. Batas kematian anggrek akibat media tanam yang dianggap normal oleh Dede Anggrek diperoleh dari nilai rata-rata persentase mortalitas anggrek akibat sumber risiko media tanam dikalikan dengan rata-rata jumlah pot anggrek yang mati pada Dede Anggrek. Kematian anggrek akibat hama dan penyakit yang dapat dianggap masih normal adalah 19 pot per setiap siklus produksi. Probabilitas terjadinya kematian anggrek yang melebihi atau kurang dari batas normal dapat dihitung dengan metode nilai Z. Berdasarkan data tersebut, diketahui bahwa nilai probabilitas untuk sumber risiko produksi berupa media tanam adalah sebesar yaitu 49.6 persen, seperti pada Tabel 14. Nilai tersebut menggambarkan bahwa kemungkinan tejadinya risiko produksi akibat media tanam adalah sebesar 49.6 persen diatas batas normal kegagalan sebanyak 19 pot. Tabel 14 Hasil perhitungan probabilitas risiko media tanam pada 12 periode Keterangan Total (pot) Rata – rata (pot) Standar deviasi (pot) X (batas normal) (pot) Z Nilai pada tabel z Probabilitas risiko (%)
Nilai 226 19 9,2 18,77 -0,01 0,496 49,6
45
D. Iklim Iklim merupakan sumber risiko yang memiliki nilai kemungkinan terjadi urutan terakhir yaitu ke lima dari seluruh sumber risiko produksi yang ada pada Dede Anggrek. Batas kematian anggrek akibat iklim yang dianggap normal oleh Dede Anggrek diperoleh dari nilai rata-rata persentase mortalitas anggrek akibat sumber risiko iklim dikalikan dengan rata-rata jumlah pot anggrek yang mati pada Dede Anggrek. Kematian anggrek akibat sumber risiko iklim yang dapat dianggap masih normal adalah 23 pot per setiap siklus produksi. Probabilitas terjadinya kematian anggrek yang melebihi atau kurang dari batas normal dapat dihitung dengan metode nilai Z. Berdasarkan data tersebut, diketahui bahwa nilai probabilitas untuk sumber risiko produksi berupa iklim adalah sebesar yaitu 46.41 persen, seperti pada Tabel 15. Nilai tersebut menggambarkan bahwa kemungkinan tejadinya risiko produksi akibat iklim adalah sebesar 46.41 persen diatas batas normal kegagalan sebanyak 23 pot. Tabel 15 Hasil perhitungan probabilitas risiko iklim pada 12 periode Keterangan Total (pot) Rata – rata (pot) Standar deviasi (pot) X (batas normal) (pot) Z Nilai pada tabel z Probabilitas risiko (%)
Nilai 271 23 15 21 -0,09 0,4641 46,41
E. SDM Sumber daya manusia merupakan sumber risiko yang memiliki nilai kemungkinan terjadi urutan ke Tiga. Batas kematian anggrek akibat media tanam yang dianggap normal oleh Dede Anggrek diperoleh dari nilai rata-rata persentase mortalitas anggrek akibat sumber risiko sumber daya manusia dikalikan dengan rata-rata jumlah pot anggrek yang mati pada Dede Anggrek. Kematian anggrek akibat sumber daya manusia yang dapat dianggap masih normal adalah 19 pot per setiap siklus produksi. Probabilitas terjadinya kematian anggrek yang melebihi atau kurang dari batas normal dapat dihitung dengan metode nilai Z. Berdasarkan data tersebut, diketahui bahwa nilai probabilitas untuk sumber risiko produksi berupa sumber daya manusia adalah sebesar yaitu 54.3 persen, seperti pada Tabel 16. Nilai tersebut menggambarkan bahwa kemungkinan tejadinya risiko produksi akibat sumber daya manusia adalah sebesar 54.3 persen diatas batas normal kegagalan sebanyak 19 pot.
46
Tabel 16 Hasil perhitungan probabilitas risiko SDM pada 12 periode Keterangan Total (pot) Rata – rata (pot) Standar deviasi (pot) X (batas normal) (pot) Z Nilai pada tabel z Probabilitas risiko (%)
Nilai 226 19 7 20 0,11 0,543 54,3
Analisis Dampak Risiko Produksi Analisis dampak risiko produksi dilakukan untuk mengetahui kemungkinan kerugian yang diakibatkan oleh setiap sumber risiko yang ada. Analisis dampak risiko produksi dihitung dengan menggunakan metode VaR. Harga yang digunakan untuk menghitung dampak risiko adalah harga jual tanaman remaja. Alasan digunakannya harga jual tanaman remaja karena pada akhir fase seedling, output yang dihasilkan adalah tanaman remaja. Harga jual tanaman anggrek Dendrobium remaja adalah Rp 17 500 untuk setiap tanaman. Error yang digunakan pada penghitungan dampak risiko produksi ini adalah sebesar 5% karena tingkat kepercayaan yang digunakan adalah 95%., adapun hasil perhitungan dampak risiko yang ditimbulkan pada Tabel 12: Tabel 17 Hasil perhitungan dampak risiko produksi Dede Anggrek Sumber risiko Kualitas bibit Hama dan penyakit Media tanam Iklim SDM
Dampak (Rp) 190 242 879 799 362 987 451 065 392 374
Berdasarkan hasil perhitungan yang disajikan pada Tabel 12 diketahui bahwa kemungkinan dampak terbesar diakibatkan oleh sumber risiko produksi berupa hama dan penyakit. Selanjutnya yang kedua sumber risiko iklim, ketiga SDM, keempat media tanam, dan terakhir bibit. Adapun penjelasan mengenai masing-masing sumber risiko, yaitu: A. Kualitas Bibit Kualitas bibit yang buruk dapat menyebabkan terjadinya kematian seedling anggrek yang diusahakan Dede Anggrek. Rata-rata kematian anggrek yang disebabkan oleh kualitas bibit adalah 9 pot. Kerugian yang diderita oleh Dede Anggrek sebagai dampak dari kualitas bibit dapat dicari dengan menggunakan metode Value at Risk. Value at Risk dapat menunjukkan kerugian maksimal yang diderita Dede Anggrek sebagai akibat dari salah satu sumber risiko pada setiap siklus produksi. Tingkat keyakinan yang digunakan dalam perhitungan VaR
47
adalah 95 persen dan lima persen merupakan error. Kerugian yang diderita Dede Anggrek sebagai dampak dari sumber risiko kualitas bibit dapat dilihat pada Tabel 12. Nilai dampak risiko yang mungkin ditimbulkan akibat sumber risiko kualitas bibit adalah sebesar Rp 202 034 pada tingkat kepercayaan 95%, sedangkan kemungkinan yang dapat ditimbulkan dari dampak lebih dari Rp 202 034 adalah sebesar 5%, seperti pada Tabel 18. Tabel 18 Hasil perhitungan dampak risiko kualitas bibit pada Dede Anggrek Uraian Nilai Total (Rp) 1 977 500 Rata-rata (Rp) 164 792 Standar deviasi (Rp) 78 425 Nilai Z (α=5%) 1.645 VaR (Rp) 202 034 B. Hama dan Penyakit Hama dan penyakit yang buruk dapat menyebabkan terjadinya kematian seedling anggrek yang diusahakan Dede Anggrek. Rata-rata kematian anggrek yang disebabkan oleh hama dan penyakit adalah 46 pot. Kerugian yang diderita oleh Dede Anggrek sebagai dampak dari hama dan penyakit dapat dicari dengan menggunakan metode Value at Risk. Value at Risk dapat menunjukkan kerugian maksimal yang diderita Dede Anggrek sebagai akibat dari salah satu sumber risiko pada setiap siklus produksi. Tingkat keyakinan yang digunakan dalam perhitungan VaR adalah 95 persen dan lima persen merupakan error. Kerugian yang diderita Dede Anggrek sebagai dampak dari sumber risiko hama dan penyakit dapat dilihat pada Tabel 12. Nilai dampak risiko yang mungkin ditimbulkan akibat sumber risiko hama dan penyakit adalah sebesar Rp 937 842 pada tingkat kepercayaan 95%. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa kemungkinan ditimbulkannya dampak lebih dari Rp 937 842 adalah sebesar 5%, seperti pada Tabel 19. Tabel 19 Hasil perhitungan dampak risiko hama dan penyakit pada Dede Anggrek Uraian Nilai Total (Rp) 9 642 500 Rata-rata (Rp) 803 542 Standar deviasi (Rp) 282 816 Nilai Z (α=5%) 1.645 VaR (Rp) 937 842 C. Media Tanam Media tanam yang buruk dapat menyebabkan terjadinya kematian seedling anggrek yang diusahakan Dede Anggrek. Rata-rata kematian anggrek yang disebabkan oleh media tanam adalah 19 pot. Kerugian yang diderita oleh Dede Anggrek sebagai dampak dari media tanam dapat dicari dengan menggunakan metode Value at Risk. Value at Risk dapat menunjukkan kerugian maksimal yang diderita Dede Anggrek sebagai akibat dari salah satu sumber risiko pada setiap
48
siklus produksi. Tingkat keyakinan yang digunakan dalam perhitungan VaR adalah 95 persen dan lima persen merupakan error. Kerugian yang diderita Dede Anggrek sebagai dampak dari sumber risiko media tanam dapat dilihat pada Tabel 12. Nilai dampak risiko yang mungkin ditimbulkan akibat sumber risiko media tanam adalah sebesar Rp 406 309 pada tingkat kepercayaan 95%. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa kemungkinan ditimbulkannya dampak lebih dari Rp 406 309 adalah sebesar 5%, seperti pada Tabel 20. Tabel 20 Hasil perhitungan dampak risiko media tanam pada Dede Anggrek Uraian Nilai Total (Rp) 3 955 000 Rata-rata (Rp) 329 583 Standar deviasi (Rp) 161 572 Nilai Z (α=5%) 1.645 VaR (Rp) 406 309 D. Iklim Iklim yang buruk juga dapat menyebabkan terjadinya kematian seedling anggrek yang diusahakan Dede Anggrek. Rata-rata kematian anggrek yang disebabkan oleh iklim adalah 23 pot. Kerugian yang diderita oleh Dede Anggrek sebagai dampak dari iklim dapat dicari dengan menggunakan metode Value at Risk. Value at Risk dapat menunjukkan kerugian maksimal yang diderita Dede Anggrek sebagai akibat dari salah satu sumber risiko pada setiap siklus produksi. Tingkat keyakinan yang digunakan dalam perhitungan VaR adalah 95 persen dan lima persen merupakan error. Kerugian yang diderita Dede Anggrek sebagai dampak dari sumber risiko iklim dapat dilihat pada Tabel 12. Nilai dampak risiko yang mungkin ditimbulkan akibat sumber risiko iklim adalah sebesar Rp 523 141 pada tingkat kepercayaan 95%. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa kemungkinan ditimbulkannya dampak lebih dari Rp 523 141 adalah sebesar 5%, seperti pada Tabel 21. Tabel 21 Hasil perhitungan dampak risiko iklim pada Dede Anggrek Uraian Nilai Total (Rp) 4 742 500 Rata-rata (Rp) 395 208 Standar deviasi (Rp) 269 405 Nilai Z (α=5%) 1.645 VaR (Rp) 523 141 E. SDM Sumber daya manusia yang buruk dapat menyebabkan terjadinya kematian seedling anggrek yang diusahakan Dede Anggrek. Rata-rata kematian anggrek yang disebabkan oleh sumber daya manusia adalah 19 pot. Kerugian yang diderita oleh Dede Anggrek sebagai dampak dari sumber daya manusia dapat dicari dengan menggunakan metode Value at Risk. Value at Risk dapat menunjukkan kerugian maksimal yang diderita Dede Anggrek sebagai akibat dari salah satu
49
sumber risiko pada setiap siklus produksi. Tingkat keyakinan yang digunakan dalam perhitungan VaR adalah 95 persen dan lima persen merupakan error. Kerugian yang diderita Dede Anggrek sebagai dampak dari sumber risiko sumber daya manusia dapat dilihat pada Tabel 12. Nilai dampak risiko yang mungkin ditimbulkan akibat sumber risiko sumber daya manusia adalah sebesar Rp 391 207 pada tingkat kepercayaan 95%. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa kemungkinan ditimbulkannya dampak lebih dari Rp 391 207 adalah sebesar 5% , seperti pada Tabel 22. Tabel 22 Hasil perhitungan dampak risiko SDM pada Dede Anggrek Uraian Nilai Total (Rp) 3 955 000 Rata-rata (Rp) 329 583 Standar deviasi (Rp) 129 770 Nilai Z (α=5%) 1.645 VaR (Rp) 391 207 Pemetaan Sumber Risiko Produksi Setelah nilai probabilitas dan dampak risiko diketahui maka, selanjutnya dilakukan pemetaan untuk setiap risiko produksi. Penentuan letak setiap sumber risiko produksi berdasarkan pada nilai probailitas dan dampaknya. Berdasarkan nilai probabilitas dan dampak itu juga kemudian dilakukan penghitungan status risiko untuk setiap sumber risiko. Status risiko diperlukan untuk menentukan skala prioritas dalam menentukan strategi penanganan risiko Tabel 23 Hasil perhitungan status risiko produksi pada Dede Anggrek Sumber risiko Probabilitas Dampak Status risiko Bibit 55.17 190 242 104 956 Hama dan penyakit 59.09 879 799 519 873 Media tanam 49.6 362 987 180 042 Iklim 46.41 451 065 209 339 SDM 54.3 392 374 213 059 Hasil penghitungan status risiko pada Tabel 13 menginformasikan bahwa status risiko hama dan penyakit paling besar dibandingkan sumber risiko lain. Berdasarkan nilai probabilitas dan dampak tersebut maka setiap sumber risiko dapat diletakkan pada peta risiko dengan batas-batas tertentu. Batas dampak yang membagi dampak menjadi dua bagian yaitu, dampak kecil dan dampak besar adalah Rp 455 293. Nilai batas dampak tersebut berasal dari rata-rata dampak yang ditimbulkan. Sedangkan batas probabilitas yang digunakan untuk membatasi antara probabilitas yang besar dan probabilitas yang kecil adalah 52.9 persen. Nilai batas tersebut juga berdasarkan rata-rata terjadinya risiko pada Dede Anggrek. Peta risiko untuk setiap sumber risiko produksi yang ada pada usaha budidaya anggrek Dendobrium pada Dede Anggrek dapat dilihat pada Gambar 10.
50
Probabilitas (%)
Besar
Hama dan penyakit Kualitas bibit
52.9%
SDM Media tanam Iklim
Kecil
Dampak
(Rp) Gambar 12 Pemetaan sumber risiko produksi Dede Anggrek Besar Kecil 455 293
Gambar 10 menunjukkan hasil pemetaan dari masing-masing sumber risiko. Jika dilihat dari segi dampak yang disebabkan, ada satu sumber risiko yang memberi dampak dibawah batas normal yang dapat ditolerir oleh perusahaan yaitu sumber risiko media tanam dan iklim yang berada di kuadran 3. Sedangkan dua sumber risiko lain yaitu kualitas bibit, dan sumber risiko sumber daya manusia yang menunjukkan dampak pada kuadran 1. Selain itu terdapat satu sumber risiko yang memberi dampak diatas batas normal yaitu berada di kuadran dua dengan sumber risiko hama dan penyak. Seperti pada Gambar 10 dapat dilihat bahwa kuadran dua merupakan kuadran dimana dampak yang disebabkan lebih besar dibandingkan dengan batas normal yang masih mampu ditolerir oleh perusahaan. Strategi Penanganan Sumber Risiko Produksi Berdasarkan hasil pemetaan dapat diketahui bahwa sumber risiko kualitas bibit dan sumber daya manusia berada pada kuadran 1 sehingga sumber risiko ini dapat ditangani menggunakan strategi penanganan secara preventif. Sedangkan sumber risiko media tanam dan iklim berada pada kuadran 3 yang harus ditangani menggunakan strategi penanganan secara preventif. Dan sumber risiko hama dan penyakit berada pada kuadran 2 yang dapat ditangani dengan strategi penanganan secara preventif dan mitiasi. Beberapa hal yang dapat dilakukan dalam rangka penanganan sumber risiko kualitas bibit dan sumber daya manusia secara preventif antara lain, untuk sumber risiko kualitas bibit (a) lebih selektif dalam memilih tanaman yang tepat dan sehat serta tidak tertular penyakit atau bebas penularan penyakit dari induknya. (b) membeli bibit atau tanaman ditempat terpercaya dan memilih bulb yang sehat, gemuk, berakar tunas baru, pilih bibit dengan akar dan batang yang terlihat hijau, subur, bersih. (c) memilih bibit yang tidak ada bekas hama, serangan penyakit dan bebas jamur. Adapun sumber risiko sumber daya manusia dapat ditangani dengan strategi penanganan seperti (a) membuat jaringan irigasi sprinkler sederhana yang efektif dan praktis, tinggal putar kran air mengalir karena penyiraman dengan teknologi
51
ini dapat dapat menghemat tenaga kerja dan waktu dan menghindari kesalahan sumber daya manusia pada aplikasi penyiraman frekuensi dan volume air yang berlebih atau berlimpah yang menyeabkan akar dan daun mudah busuk serta berlumut sehingga menghambat penyerapan hara lewat akar. (b) untuk menghindari terjadinya pemborosan air, tenaga kerja, waktu dan listrik alangkah baiknya melakukan kalibrasi dengan memperhitungkan debet semprotan berdasarkan langkah saat menyemprot dan besaran sprinkel. Sumber risiko media tanam dan iklim pada kuadran 3 dapat ditangani dengan strategi preventif. Berikut strategi penanganan untuk sumber risiko iklim adalah meletakkan tanaman seedling pada tempat yang memiliki pencahayaan lebih pada saat hujan turun, (b) mengontrol dan menjaga udara pada tanaman agar tidak terlalu lembab, sehingga tidak mendatangkan penyakit yang mudah berkembang. (c) memberikan vitamin tanaman untuk menjaga daya tahan tanaman dan mencabut tanaman yang terserang, lalu dibersihkan lalu mencelupkam tanaman ke dalam larutan insektisida kemudian memotong tanaman yg terserang penyakit. Dan sebaiknya tanaman yang baru atau diketahui menderita penyakit diisolasi selama 2-3 bulan sampai diketahui bahwa tanaman tersebut betul-betul sehat. Agar tidak menularkan ke tanaman yang lain. Sedangkan sumber risiko berupa media tanam sebaiknya perlu mengganti media tanam apabila sudah tidak layak dan lapuk serta dapat mengusahakan dengan mengganti media tanam baru dengan menggunakan serpihan pakis atau serpihan batang pakis. Sumber risiko hama dan penyakit dapat ditangani menggunakan strategi preventif dan mitigasi melaluli beberapa cara antara lain, (a) apabila serangan hama dijumpai dalam jumlah terbatas, pada pagi dan sore kumbang gajah dapat dijepit dengan tangan jari tangan dan dimatikan, bekicot atau siput dengan mudah dapat ditangkap pada malam hari dan dimusnahkan. Lalu (b) membersihkan sampah dan gulma maka hama tersebut tidak mempunyai kesempatan untuk bersarang dan bersembunyi. (c) menyemprotkan obat anti jamur secara berkala pada tanaman seedling. Adapun hal yang dapat dilakukan pada tanaman anggrek yang menunjukkan gejala serangan penyakit, yaitu dengan memotong dan memusnahkan bagian tanaman yang terserang. Sebagai pencegahan, pot atau wadah lainnya, usaha sanitasi harus dilakukan meliputi sterilisasi alat-alat potong seperti pisau dan gunting stek sebaiknya setiap kali memakai alat-alat tersebut dibersihkan dengan formalin 2% atau desinfektan lainnya. Bekas atau wadah pestisida yang digunakan harus dimusnahkan.
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan hasil dan pembahasan dalam penelitian analisis risiko produksi anggrek Dendrobium pada Dede Anggrek dapat disimpulkan beberapa hal yaitu : 1.
Terdapat 5 sumber risiko produksi yang teridentifikasi dalam produksi anggrek Dendrobium pada Dede Anggrek yaitu, sumber risiko kualitas bibit,
52
2.
3.
media tanam, hama dan penyakit, sumber daya iklim, dan sumber risiko sumber daya manusia. Nilai probabilitas terbesar dari setiap sumber risiko produksi anggrek Dendrobium pada Dede Anggrek yaitu sebesar 59.09 persen untuk sumber risiko berupa hama dan penyakit dan terkecil risiko iklim 46.91 persen. Sedangkan dampak risiko terbesar yaitu akibat sumber risiko produksi hama dan penyakit adalah sebesar Rp 879 799, sedangkan dampak risiko terkecil ialah sumber risiko kualitas bibit yaitu sebesar Rp 190 242. Strategi penanganan sumber risiko produksi berupa kualitas bibit dan sumber risiko sumber daya manusia ditangani dengan menggunakan strategi preventif, strategi penanganan untuk sumber risiko hama dan penyakit ditangani dengan menggunakan strategi preventif dan mitigasi. Namun, untuk sumber risiko berupa media tanam dan sumber risiko iklim perlu ditangani menggunakan strategi preventif. Saran
1.
2. 3.
4.
Pada Dede Anggrek sebaiknya segera melakukan penanganan terhadap risiko produksi. Penanganan risiko sebaiknya dilakukan dari sumber risiko yang memiliki status risiko produksi paling tinggi hingga yang paling rendah agar dapat mengurangi risiko terbesar. Sumber risiko produksi terbesar adalah serangan hama dan penyakit, kondisi seperti ini membutuhkan perhatian khusus seperti lebih ditingkatkannya pemberian pestisida. Sebaiknya untuk penelitian selanjutnya perlu dilakukan eksperimen dengan menggunakan sampel Dede Anggrek sebaiknya melakukan diversifikasi usaha yaitu dengan membudidayakan tanaman dari remaja hingga dewasa untuk mengurangi risiko terbesar yang terjadi pada saat tanaman dari seedling hingga dewasa. Dan dilihat dari lay out masih terdapat lahan yang kosong, sebaiknya dilakukan usaha diversifikasi yang dapat mengoptimalkan pendapatan pada Dede Anggrek. Sebaiknya untuk menghindari suhu tinggi agar dapat diatasi dengan cepat dapat dilakukan melalui teknologi irigasi sprinkle karena dengan menggunakan jaringan irigasi penyiraman dengan teknologi tersebut bisa menghemat tenaga kerja dan waktu.
53
DAFTAR PUSTAKA [BPS] Badan Pusat Statistik. 2013. Data produksi tanaman anggrek menurut provinsi tahun 2009-2011.[Internet]. [diunduh 2013 Mar 18]. Tersedia pada : http://www.bps.go.id// Darmawi H. 2004. Manajemen Risiko. Jakarta: Bumi Aksara. Dinas Pertanian. 2013. Produksi Tanaman Hias di Jawa Barat Komoditi Anggrek Tahun 2007-2011. http://diperta.jabarprov.go.id// [10 april 2013] Direktorat Jenderal Hortikultura. 2013. Target produksi hortikultura tahun 2012. http://www.deptan.go.id// [20 Maret 2013] Direktorat Jenderal hortikultura. 2013. Produksi Tanaman Hias di Indonesia tahun 2007-2011. http://www.deptan.go.id [18 Maret 2013] Djohanputro B. 2008. Manajemen Risiko Korporat. Jakarta: PPM. Harwood J, Heifner R, Coble K, Perry J, Somwaru A. 1999. Managing Risk in Farming: Concepts, Research, and Analysis. Washington, DC (US): Agriculture Economic Report No. 774. Iswanto H. 2010. Petunjuk Praktis Merawat Anggrek. Jakarta: Agromedia. Kadarsan HW. 1992. Keuangan Pertanian dan Pembiayaan Perusahaan Agribisnis. Jakarta (ID): PT Gramedia Pustaka Utama. Kountur R. 2008. Manajemen Risiko Perusahaan. Jakarta: PPM. Mandasari J. 2012. Analisis Risiko Produksi Tomat dan Cabai Merah di Desa Perbawati Kecamatan Sukabumi Kabupaten Sukabumi Provinsi Jawa Barat [skripsi]. Bogor: Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor. Nasti Y. 2013. Analisis Risiko Produksi Krisan Potong pada Perusahaan Natalia Nursery di Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten Bogor [skripsi]. Bogor: Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor. Panggabean W. C. 2011. Analisis Risiko Usaha Diversifikasi Anggrek Dendrobium pada Permata Anggrek di Kota Bogor Provinsi Jawa Barat [skripsi]. Bogor: Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor. Putri U. K. 2002 April. Sukses Bidik Pasar Berbunga. Trubus 389. Topik : (hal 22-23) Reijntjes R, Haverkort B, Bayer AW. 1999. Pertanian Masa Depan. Yogyakarta (ID): Kanisius [internet]. [diunduh tanggal 14 Oktober 2013] tersedia pada http://books.google.co.id Sandra, E. 2003. Kultur Jaringan Anggrek Skala Rumah Tangga. Agromedia Pustaka. Jakarta. Sianturi N. 2011. Analisis Risiko Pengusahaan Bunga pada PT. Saung Mirwan Kabupaten Bogor Provinsi Jawa Barat [skripsi]. Bogor: Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor. Sitanggang C. A. 2012. Analisis Risiko Produksi Tomat dan Caisin di Desa Citapen Kecamatan Ciawi Kabupaten Bogor Jawa Barat [skripsi]. Bogor: Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor. Sihotang, B. 2010. “Anggrek”. Diakses dari : http://www.anggrek.com.
54
Sutiyoso Y. 2003. Anggrek Potong Dendrobium. Jakarta: Penebar Swadaya. Trubus. 2005. Anggrek Dendrobium. Depok : PT Trubus Swadaya Wisdya S. 2009. Analisis Risiko Produksi Anggrek Phalaenopsis pada PT. Ekakarya Graha Flora di Cikampek, Jawa Barat [skripsi]. Bogor: Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor. Yamin A. 2012. Analisis Risiko Tomat Cherry pada PD Pacet Segar Kecamatan Cipanas Kabupaten Cianjur Provinsi Jawa Barat [skripsi]. Bogor: Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor. Zebua Y. A. 2011. Analisis Risiko Produksi Tanaman Hias Adenium di Perusahaan anisa Adenium, Bekasi Timur Provinsi Jawa Barat [skripsi]. Bogor: Fakultas ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor.
55
LAMPIRAN
56
Lampiran 1 Pelaku Usaha anggrek tahap seedling hingga remaja di seluruh Indonesia Nama ASYH Orchid (Handy dan William Halim) Edward &Frans (Wirakusuma S)
Alamat Jl. Laksana I No 45, Jakarta Telp 021 6394217 Jl. Bromo No 15 A, Prigen, Pasuruan Telp : 0343 881298 Jl. Sunan Kalijaga XII no 1, Perum Karet Jurangombo, Magelang Jawa Tengah Jl. Sinoman Tempel Gg Tertip No. 235 Salatiga Jawa Tenga Taman Anggrek Indonesia Permai Kav 16 Jl. Raya Taman Mini, Pinangranti, Jakarta Timur Jl. Jombang Raya, Desa Perigi Lama Rt 01/Rw 07 No 8 Pondok Aren Tangerang Taman Anggrek Indonesia Permai Kav 19 Jl. Raya Taman Mini, Pinangranti, Jakarta Timur Jl. Kesatrian 37, Karang Asem, Bali
Produk Bibit botolan, Seedling, anggrek remaja Bibit botolan, kompot, Seedling, anggrek koleksi
Maya Orchids (Drs. H. Taman Anggrek Indonesia Suharto) Permai Kav Jl. Raya Taman Mini, Pinangranti, Jakarta Timur Nabata Flora (Hasyim Taman Anggrek Indonesia Djalal) Permai Kav Jl. Raya Taman Mini, Pinangranti, Jakarta Timur Permata Orchids (Warsito) Perumahan Permata Hijau, Jl. Oval II Blok J.2 No 36 Jakarta Selatan Puspa Nirmala Orchids Jl. Jend Gatot Subroto 745 (Hanarto, Go Han Siek) (Toko Mas “Hidup”) Banyumas (Purwokerto)
Bibit botolan, seedling, tanaman remaja dan tanaman berbunga
Grandia Orchid
Green Leaves Orchids (Ir. Lila Natasaputra) H & W Orchids (Hasan & Wenny Herlina)
Hagani Hagani)
Flora
(Suwardi
Hanaya Nursery (Esa Sirat, MBA)
Ketemu lagi Orchids
Seedling berbunga
dan
anggrek
Bibit botolan, Seedling, anggrek remaja dan berbunga Bibit botolan, seedling, anggrek remaja dan berbunga bibit botolan, seedling, anggrek remaja dan berbunga Bibit botolan, seedling, anggrek remaja dan berbunga
Bibit botolan, seedling, anggrek remaja dan berbunga, sarana anggrek Kusuma Orchids (Sugeng Jl. Trunojoyo III A/1 Batu, Bibit botolan, seedling, Praptono) Jawa Timur tanaman remaja
Sanderiana Kamijono) Syam
Orchids
Bibit botolan, seedling, anggrek remaja dan berbunga Bibit botolan, anggrek remaja
seedling,
Bibit botolan, seedling, anggrek remaja dan berbunga
(Ir. Ds. Duren Seribu Rt Bibit botolan, 001/01, Sawangan, Depok anggrek remaja Orchids Taman Anggrek Ragunan Bibit botolan,
seedling, seedling,
57
(Syamsoelbahri)
Kav. 2, 4, & 9 Jl. Harsono Pasarminggu, Jaksel
anggrek RM, berbunga
remaja
Lampiran 2 Segmentasi usaha anggrek Dendrobium pada Dede Anggrek
Keterangan: Input awal, namun bukan segmen usaha Dede Anggrek
Segmen usaha Dede Anggrek
dan
58
Lampiran 3 Layout Usaha Dede Anggrek
59
Lampiran 4 Pola tanam Anggrek Dendrobium seedling hingga remaja pada Dede Anggrek 1 2 3 4 5 6 7 8 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
keterangan: pencucian pot penyesuaian bibit dengan lingkungan penanaman bibit seedling pemeliharaan seedling hingga remaja Penggantian pot anggrek ke dewasa Lampiran 5 Jadwal Kegiatan Unit Produksi Dede Anggrek Jam Kegiatan Pelaku 06.00-08.00 Persiapan media Ibu Dede (selang, spyer, baskom, dll), pemupukan dan penyemprotan hama penyakit, penyiraman
08.00-09.00
09.00-11.00
11.00-12.30 12.30-13.30
Penyiraman tanaman lain, Pembersihan lingkungan sekitar (menyapu, dll), membersihkan filter air & tempat bekas pemupukan. Membersihkan media tanam dan tanaman yang sudah rusak, kontrol kesehatan tanaman, periksa daun kuning, ambil gulma Istirahat Melakukan pengkabutan pada saat cuaca terik, mencuci pot dan mengganti media
Keterangan Pemupukan dilakukan 2 kali seminggu. Minggu berikutnya ganti dengan penyemprotan pestisida Ibu Dede dan Tanaman lain Pegawai seperti kangkung dan bawang dilahan lain Dilihat satu per satu. Tetapi secara acak dalam 1 rak
Kegiatan ini tdk rutin tergantung cuaca, bila tidak perlu melakukannya maka petugas kembali ke
60
pekerjaan sebelum istirahat 15.00-16.00
Penyiraman sore
Lampiran 6 Proses pemindahan bibit
Lampiran 7 Jadwal Pemupukan dan Penyemprotan Pestisida Dede Anggrek per bulan Minggu Ke- Minggu Senin Selasa Rabu Kamis Jumat Sabtu 1 Pestisida F Pupuk G 2 Pupuk O Penyiraman 3 Pestisida I Pupuk G 4 Pupuk O Keterangn : a Pestisida F= Fungisida ; bPupuk G = Growmore ; cPupuk O = Pupuk organik; d Pestisida I = Insektisida
61
Lampiran 8 Proses pemupukan pada dede anggrek
keterangan: 1. menyiapkan alat dan bahan untuk pemupukan seperti mengisi air ke wadah khusus untuk pemupukan sesuai volume yang akan digunakan. 2. masukan pupuk kedalam baskom dengan dosis 1gr pupuk/1L air 3. campurkan pupuk kedalam bak air dan nyalakan sprayer 4. aduk pupuk hingga benar-benar larut di air, 5. setelah larut lakukan penyiraman pada tanaman anggrek secara merata (dilakukan pada pagi hari) Lampiran 9 proses penyiraman pada dede anggrek
62
RIWAYAT HIDUP Penulis lahir pada tanggal 04 Mei tahun 1990 di Magetan, Jawa Timur. Penulis merupakan anak pertama dari dua orang bersaudara, dari pasangan bapak Kusno S. Miarso dan ibu Suprapti. Penulis memulai pendidikan formal pada tahun 1996 di Sekolah Dasar (SD) Negeri 03 Wanajaya Cibitung dan lulus pada tahun 2002. Pada tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikan ke Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 2 Bekasi dan menyelesaikan pendidikan tersebut pada tahun 2005, kemudian pada tahun tersebut penulis melanjutkan pendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 1 Tambun Selatan. Tingkat pendidikan SMA diselesaikan oleh penulis pada tahun 2008. Lulus dari pendidikan tingkat SMA, pada tahun 2008 penulis diterima sebagai mahasiswi pada Program Diploma Universitas Padjadjaran, Program Manajemen Agribisnis Fakultas Pertanian melalui jalur Ujian Mandiri (UM) dan lulus tahun 2011. Pada tahun 2011 juga penulis diterima sebagai mahasiswi program sarjana Alih Jenis, Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.