humanisme, arsitektur & perencanaan
rap #1 serap #1 serapS E M I N A R N A S I O N A L serap #1 ap #1 serap #1 serap # p #1 serap #1 serap #1 #1 serap #1 serap #1 #1 serap #1 serap #1 humanisme, 1 serap #1 serap #1 arsitektur & serap #1 serap #1 ser perencanaan erap #1 serap #1 sera IAP aprf erap #1 serap #1 serap Yogyakarta, 16 Januari 2010
humanisme dalam realita perencanaan kota dan daerah
serap #1
humanisme dalam realita perancangan arsitektur
ISBN 978-602-96240-1-4
SEMINAR NASIONAL RISET ARSITEKTUR & PERENCANAAN
pemikiran humanisme dalam arsitektur dan perencanaan
RISET ARSITEKTUR & PERENCANAAN
proceeding
IKATAN AHLI PERENCANAAN INDONESIA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
Architecture & Planning Research Forum Program Pasca Sarjana FT UGM
Jurusan Arsitektur & Perencanaan Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada
Proceeding
Seminar Nasional Riset Arsitektur dan Perencanaan serap #1 humanisme, arsitektur dan perencanaan
Penyelenggara Jurusan Arsitektur dan Perencanaan Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada Architecture & Planning Research Forum S3 Arsitektur & Perencanaan Universitas Gadjah Mada Ikatan Ahli Perencanaan Daerah Istimewa Yogyakarta Diselenggarakan di Jurusan Arsitektur dan Perencanaan Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, 16 Januari 2010 Katalog dalam Terbitan Perpustakaan Nasional RI Kumpulan Makalah Humanisme, Arsitektur dan Perencanaan, Yogyakarta 2010 xvi, 227 hlm.; 21 x 29.7 cm ISBN: 978-602-96240-1-4 Hak cipta dilindungi undang-undang, UU RI No 19 Tahun 2002
Keterangan Gambar Sampul Muka : Gunungan, koleksi Wara Indira Rukmi, 2009 Sampul Belakang/Dalam : Permukiman tepi Kali Code, 1983-1987, sumber : www.mangunwijaya.co.id Pembatas : koleksi Basauli Umar Lubis, 2010; Wara Indira Rukmi, 2010; Joko Adianto, 2010
Proceeding
Seminar Nasional Riset Arsitektur dan Perencanaan serap #1 humanisme, arsitektur dan perencanaan
.Penyelenggara.
Penyelenggara
Pelindung Ketua Jurusan Teknik Arsitektur dan Perencanaan UGM Penanggung Jawab Ketua Program S3 Program Studi Teknik Arsitektur dan Perencanaan UGM Dewan Penasehat Prof. Ir. Achmad Djunaedi, MUP, PhD Ir. Ikaputra, MEng., PhD Dr.Ir. Sudaryono, MEng. Tim Editor Sani Roychansyah, ST, MEng., DEng. Ir. Y. Djarot Purbadi, MT Wara Indira Rukmi, ST, MT Ir. Judy Obet Waani, MT Wahyu Utami, ST, MT Cover, Layout & Cetak Rony Gunawan Sunaryo, ST, MT Alamat Program S3 Jurusan Teknik Arsitektur dan Perencanaan Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada Jl. Grafika 2, Kampus Bulaksumur UGM, Yogyakarta, 55281 Sekretariat APRF Gedung Jurusan Teknik Arsitektur Dan Perencanaan, Lt 2 Sayap Selatan Jl.Grafika 2, Kampus Bulaksumur UGM, Yogyakarta, 55281 E :
[email protected] W: http://forumriset.wordpress.com
iv
Seminar Nasional Riset Arsitektur dan Perencanaan (SERAP) 1 HUMANISME, ARSITEKTUR dan PERENCANAAN
.Daftar Isi.
Daftar Isi Daftar Isi
v
Sambutan Ketua Program Pasca Sarjana Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada
ix
Kata Pengantar Ketua Program Studi S3 Teknik Arsitektur dan Perencanaan Kata Pengantar Ketua Panitia Seminar Nasional Riset Arsitektur dan Perencanaan
xiii xv
NOTULENSI PEMBICARA UTAMA 1 Telaah Historis Konsep Humanisme dalam Arsitektur dan Perencanaan Kota Prof. Ir. Achmad Djunaedi, MUP, PhD 2 Epistemologi Humanisme Baru dalam Arsitektur dan Perencanaan Kota Ir. Iwan Sudrajat, MSA, PhD NOTULENSI DISKUSI SESI I: Masukan dan Tanggapan________________
1
1 Paradoks-paradoks Humanisme dalam Perancangan Arsitektur dan Perencanaan Kota Ir. Ikaputra, MEng., PhD 2 Humanisme Baru: Solusi atau Utopia Dr.Ir. Sudaryono Sastrosasmito, MEng. NOTULENSI DISKUSI SESI II: Masukan dan Tanggapan________________
TEMA I.
5
PEMIKIRAN HUMANISME DALAM ARSITEKTUR DAN PERENCANAAN 1 Arsitektur Di Persimpangan: Antara Rasio Individual dan Kesadaran Hidup Keseharian Manusia Joko Adianto _________________________________________________
7
2 Hastabrata : Eco-Philosophical Architecture bagi Masyarakat Jawa (re-reading dan re-writing Pemahaman Lakon Wahyu Sri Makutarama) Johannes Adiyanto_____________________________________________
17
3 Arsitektur untuk Kemanusiaan, Humanisme Liberal Pont vis a vis Humanisme Pemerdekaan Mangunwijaya Pudji Pratitis Wismantara _______________________________________
25
NOTULENSI DISKUSI SESI I: Pembahasan, Masukan dan Tanggapan____
35
4 “Performativity” Judith Butler: dalam Kajian Kritis Dialektika Identitas dan Parodi Ruang Rahadea Bhaswara____________________________________________
45
5 Pengaruh Alam Pemikiran Manusia (Van Peursen) pada Pola Permukiman dan Tata Ruang Rumah Tinggal Paulus Hariyono_______________________________________________
51
NOTULENSI DISKUSI SESI II: Pembahasan, Masukan dan Tanggapan____
57
Seminar Nasional Riset Arsitektur dan Perencanaan (SERAP) 1 HUMANISME, ARSITEKTUR dan PERENCANAAN
v
.Daftar Isi.
TEMA II.
HUMANISME DALAM REALITA PERANCANGAN ARSITEKTUR 1 Reality Show Renovasi Rumah Tinggal dan Budaya Berhuni Masyarakat Kurang Mampu Yulia Eka Putrie, Luluk Maslucha_________________________________
65
2 Dinamika Pemanfaatan Ruang di Kampung Bersejarah ‘Luar Batang’Jakarta Utara Popi Puspitasari ______________________________________________
73
3 Permukiman Tradisional Tepi Air: Sebuah Tinjauan Tipomorfologis Basauli Umar Lubis, Litta Primasari, Tika Novis Putri, Maya Raina_______ NOTULENSI DISKUSI SESI I: Pembahasan, Masukan dan Tanggapan____
83 91
4 Kondisi Lingkungan Visual di dalam Masjid-Masjid Ziarah di Pulau Jawa di Indonesia. Tinjauan Pengukuran Obyektif dan Pengukuran Subyektif Gatot Boedi Hardjanto, FX Nugroho Soelami, Soegijanto dan Amoranto Trisnobudi___________________________________________________
93
5 Perkembangan Ruang Terbuka pada Pesantren-Pesantren Besar di Pulau Jawa Periode 1900-2007 Bambang Triyoga, Iwan Sudradjat, Rini Raksadjaja, Ismet B.Harun_______
101
6 Arsitektur Melayu Banjar: Ajaran Islam dalam Budaya Melayu Banjar Berkaitan dengan Konsep Arsitekturnya Bani Noor Muchamad, Arya Ronald_______________________________
109
NOTULENSI DISKUSI SESI II: Pembahasan, Masukan dan Tanggapan____
119
TEMA III. HUMANISME DALAM REALITA PERENCANAAN KOTA DAN DAERAH 1 Makna Hubungan Pelaku dan Ruang pada Kawasan Konservasi. Studi Kasus: Kawasan Braga Bandung Arief Rahman, Sugiono Soetomo, Edi Purwanto, Eddy Prianto__________
123
2 Kota Bogor dalam Tarik Menarik Kekuatan Lokal dan Regional Agus Dharma Tohjiwa, Sugiono Soetomo, Joesron Alie Sjahbana, Edi Purwanto____________________________________________________
133
3 Pelestarian Kawasan Pecinan Kota Pasuruan. Humanisme dalam Sejarah, Budaya dan arsitektur Cina-Eropa Antariksa, Fadly Usman, Ika Puspitasari, Hany Perwitasari_____________
143
NOTULENSI DISKUSI SESI I: Pembahasan, Masukan dan Tanggapan____
153
4 Pertumbuhan Fisik Kota karena Pengaruh Industrialisasi. Studi Kasus Kota Ahmedabad – India Rully Damayanti_______________________________________________
159
5 Aspek Humanisme dalam Reorientasi Citra dan Wajah Kota Rembang Subhan Ramdlani______________________________________________
vi
167
Seminar Nasional Riset Arsitektur dan Perencanaan (SERAP) 1 HUMANISME, ARSITEKTUR dan PERENCANAAN
.Daftar Isi.
6 Fenomena Sungai di Mandailing. Hubungan Antara Sungai dan ElemenElemen Fisik Lainnya di dalam Kampung Cut Nuraini___________________________________________________
173
NOTULENSI DISKUSI SESI II: Pembahasan, Masukan dan Tanggapan____
181
SUPLEMEN : MAKALAH DAN PRESENTASI PEMBICARA UTAMA 1 Telaah Historis Konsep Humanisme dalam Arsitektur dan Perencanaan Kota Prof. Ir. Achmad Djunaedi, MUP, PhD
185
2 Epistemologi Humanisme Baru dalam Arsitektur dan Perencanaan Kota Ir. Iwan Sudrajat, MSA, PhD
191
3 Paradoks-paradoks Humanisme dalam Perancangan Arsitektur dan Perencanaan Kota Ir. Ikaputra, MEng., PhD
199
4 Humanisme Baru: Solusi atau Utopia Dr.Ir. Sudaryono Sastrosasmito, MEng.
209
Lampiran A: Jadwal Acara Seminar__________________________________________
223
Lampiran B: Daftar Peserta________________________________________________
225
Seminar Nasional Riset Arsitektur dan Perencanaan (SERAP) 1 HUMANISME, ARSITEKTUR dan PERENCANAAN
vii
. Humanisme dalam Realita Perancangan Arsitektur .
Arsitektur Melayu Banjar : Ajaran Islam dalam Budaya Melayu Banjar berkaitan dengan Konsep Arsitekturnya 1
Bani Noor Muchamad, 2Arya Ronald
Abstrak Tulisan ini bertujuan menjelaskan konsep budaya masyarakat Melayu Banjar yang dipengaruhi pengamalan ajaran agama Islam serta bagaimana wujud transformasi konsep budaya tersebut pada rumah tinggal dan lingkungan sekitarnya. Tulisan ini didasarkan pemikiran argumentatif bahwa masyarakat Banjar dan arsitekturnya adalah “varian” dari arsitektur Melayu. Dikatakan “varian” karena adanya keunikan secara sosio-kultural dan kesejarahan pada proses pembentukan masyarakat Banjar dan juga arsitekturnya yang berbeda dari masyarakat Melayu umumnya. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif interpretatif yang didasarkan; (1) data empiris sejarah islam dan kebudayaan Banjar sejak zaman pra-kerajaan Banjar hingga masa runtuhnya kerajaan Banjar, (2) data fisik dari 16 buah rumah Bubungan Tinggi yang masih tersisa di Kalimantan Selatan. Data-data tersebut selanjutnya dikomunikasikan dengan konteks pengamalan ajaran Islam dalam masyarakat Melayu Banjar, khususnya pada masa sekarang. Melalui proses analisis diketahui bahwa konsep budaya masyarakat Melayu Banjar dipengaruhi oleh kebudayaan Dayak, Melayu, dan Jawa serta dipengaruhi kepercayaan animisme, Kaharingan, Hindu. Beragam kebudayaan dan kepercayaan tersebut akhirnya digantikan oleh satu kebudayaan dan kepercayaan masyarakat Melayu Banjar, yaitu Islam. Namun demikian, kebudayaan dan kepercayaan Islam yang menjadi kebudayaan masyarakat Melayu Banjar saat ini dapat dikelompokkan berlandaskan tiga kategori kepercayaan, yaitu kepercayaan Islam, kepercayaan bubuhan, dan kepercayaan lingkungan. Ketiga wujud kepercayaan inilah yang selanjut nya bertransformasi dalam wujud konsep arsitektur rumah masyarakat Melayu Banjar, khususnya rumah bubungan tinggi. Wujud transformasi ke-3 kepercayaan ini dapat dilihat melalui desain lingkungan (makna simbolis unsur flora, fauna, penerapan teknologi berdasar kondisi lingkungan), desain peruangan (penerapan simbol cacak burung, ruang upacara/aruh), desain perangkaan (teknologi di atas lahan rawa), dan desain persolekan (beragam motif dan ukiran) dalam arsitektur Melayu Banjar. Berdasar temuan tersebut, dapat disimpulkan bahwa konsep ajaran Islam (yang tumbuh seiring pembentukan masyarakat Banjar) telah membentuk sikap dan perilaku masyarakat Melayu Banjar yang akhirnya melahirkan lingkungan yang Islami yang termanifestasi dalam wujud rumah tinggal. Kata Kunci : pengaruh ajaran Islam, budaya Melayu Banjar, arsitektur Melayu Banjar
PENDAHULUAN Islam, Melayu, dan Masyarakat Banjar Saat ini, Islam telah lekat menjadi identitas formal bagi masyarakat Banjar di Kalimantan Selatan. Kuatnya keyakinan terhadap ajaran Islam sebagai jalan hidup masyarakat Banjar dalam sejarahnya tidak terlepas dari latar belakang sosio-historis kedatangan imigran Melayu dan peran para penyampai agama Islam, terutama sejak berdirinya kerajaan Banjar. Untuk itu seluruh aspek kebudayaan dalam masyarakat Melayu Banjar saat ini tidak dapat dilepaskan dari pengaruh Islam, termasuk dalam konteks arsitektur mereka. Kaitan yang ada antara Islam, Melayu, dan masyarakat Banjar menarik untuk diangkat karena karakteristik kemelayuan masyarakat Banjar memiliki keunikan tersendiri. Hal ini dapat dilihat dari; (1) Masyarakat “Melayu Banjar” terbentuk dari percampuran antara berbagai kebudayaan dan keyakinan suku yang telah ada di Pulau Kalimantan. (2) Secara geneologis, kuantitas entitas masyarakat Melayu Banjar lebih didominasi masyarakat yang aslinya berasal dari suku Dayak yang kemudian memeluk agama Islam (Sellato, 1989). Bukti ini dapat dilihat dari inti sub-masyarakat Banjar, yaitu Banjar Kuala, 1 2
Bani Noor Muchamad, Universitas Lambung Mangkurat, Banjarmasin,
[email protected] Arya Ronald, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta
Seminar Nasional Riset Arsitektur dan Perencanaan (SERAP) 1 HUMANISME, ARSITEKTUR dan PERENCANAAN
109
. Humanisme dalam Realita Perancangan Arsitektur .
Banjar Pahuluan, dan Banjar Batang Banyu. (3) Bukti kemelayuan masyarakat Banjar tersebut hanya dapat dibuktikan melalui kesamaan bahasa (Daud, 1997, hal. 26). (4) Argumentasi toponim yang menyebutkan bahwa kata masih dalam bahasa Dayak Ngaju adalah sebutan untuk orang yang berbahasa melayu (oloh masi = orang melayu), sedangkan kampung tempat tinggal kelompok ini disebut banjar. Karena itu banjar masih adalah sebutan dari suku Dayak Ngaju untuk kampung oloh masi(h) atau kampung orang Melayu yang tinggal di sekitar permukiman mereka pada masa lalu (Saleh, 1982). Hal ini turut menunjukkan kuatnya pengaruh budaya lokal pada kemelayuan masyarakat Banjar. Dari latar belakang sosio-historis di atas, yang menjadi permasalahan dalam tulisan ini adalah bagaimana menjelaskan hubungan yang terbentuk antara pengamalan ajaran Islam dan konsep berarsitektur dalam sebuah kerangka kehidupan masyarakat Melayu Banjar di Kalimantan Selatan. Pengaruh budaya Melayu dan/atau ajaran Islam dalam konsep berarsitektur perlu diketahui sehubungan dengan semakin menghilangnya pengetahuan membangun yang bersumber dari kearifan budaya masa lalu. Walau saat ini ilmu pengetahuan dan teknologi sudah sangat maju, namun jika terlepas dari jangkar budaya, maka ilmu pengetahuan dan teknologi tersebut justru dapat menjadi penghancur kehidupan masyarakat lokal. Gejala pudarnya identitas budaya dalam arsitektur Banjar sudah mulai terlihat. Dampak bibit pertikaian, konflik, dan ketidaknyamanan hidup dalam komunitas menjadi semakin mengancam. Sedang dari aspek desain, semakin minimnya pengetahuan desain yang berbasis tradisi ini. Tujuan dan Manfaat Tujuan yang ingin diperoleh adalah menemu-kenali hakekat dan ekspresi hidup berbudaya masyarakat Banjar dalam kaitannya dengan budaya membangun rumah tinggal pada umumnya dan konsep arsitektur rumah tinggal khususnya dari waktu ke waktu selama ini, sehingga dapat membentuk kepercayaan diri tiap anggota masyarakat secara melembaga. Selain itu juga untuk membangun pengetahuan tentang realitas berarsitektur berdasar konsep budaya lokal. Metode Penelitian Berdasar kompleksnya realitas hubungan yang mungkin ada antara kebudayaan (khususnya pengamalan ajaran agama Islam) dengan konsep berarsitektur masyarakat Melayu Banjar di Kalimantan Selatan, maka penelitian ini mencoba menguraikannya melalui paradigma konstruktivis-interpretif. Berdasar paradigma ini, maka berbagai teori, (teori disini diartikan bukan sebagai alat kontrol/prediksi sebagaimana umumnya teori dipahami dalam aliran positivis, melainkan teori sebagai penjelasan terpercaya atas sebuah peristiwa pada masa lalu) digunakan sebagai pengetahuan latar (background knowledge) untuk menuntun peneliti memahami fenomena dan/atau unit pengamatan yang ada di lapangan. Untuk itu berbagai teori; seperti teori proses pembentukan rupa bumi di wilayah Kalimantan Selatan pada masa lalu, teori kedatangan imigran ke wilayah Kalimantan Selatan, teori sejarah pertumbuhan dan perkembangan masyarakat lokal, hingga teori-teori positif yang berkaitan dengan konsep-konsep arsitektur tradisional digunakan sebagai pengetahuan latar dalam penelitian ini. Selanjutnya, dengan berbekal teori-teori tersebut, penulis melakukan penelusuran data, baik data primer (data ini telah terkumpul sejak beberapa waktu yang lalu) dan data sekunder berupa data-data pustaka dan referensial. Proses penelusuran data dilaksanakan melalui unit-unit pengamatan di lapangan yang selanjutnya setiap unit pengamatan didiskusikan sebagai unit analisis. Kegiatan diskusi unit analisis dilaksanakan secara berjenjang mulai dari data lapangan yang selanjutnya menghasilkan tema-tema temuan berkaitan kebudayaan, khususnya pengamalan ajaran agama Islam. Tema-tema temuan selanjutnya dianalisis unutk mendapatkan gambaran konsep (baik konsep abstrak maupun realisasinya di lapangan) mengenai arsitektur Melayu Banjar. Di lapangan, unit-unit informasi diperoleh baik dalam bentuk; pola pikir, perilaku/perbuatan, maupun karya-karya artefaktual. Salah satu unit informasi terpenting adalah karya artefaktual, yaitu peninggalan karya arsitektur tradisional masyarakat Melayu Banjar di Kalimantan Selatan; yaitu Rumah Bubungan Tinggi.
110
Seminar Nasional Riset Arsitektur dan Perencanaan (SERAP) 1 HUMANISME, ARSITEKTUR dan PERENCANAAN
. Humanisme daalam Realita Perrancangan Arsiteektur .
Gbr.1 Gambbar Rumah Bubu ungan Tinggi
Sedanngkan informaasi terkait poola pikir dan perilaku dilih hat dari bentuuk-bentuk keehidupan sehaari-hari masyaarakat Melayuu Banjar saat ini. Pemilihaan Rumah Bu ubungan Tingggi (RBT) didaasarkan atas catatan c sejaraah yang menjeelaskan bahwaa rumah ini meerupakan rum mah asli orang//penduduk Meelayu yang tellah ada sebeluum kerajaan Banjar B berdirii. Rumah ini telah ada sejak masa pra-Banjar dan m masa pra-Islam m serta berkem mbang menjaadi permukim man tradisionaal masyarakatt Melayu Bannjar dengan m mengalami beerbagai penyeesuaian berikuutnya. Selain itu i selama maasa-masa awall kerajaan Bannjar rumah ini digunakan sebagai s kediam man raja/sultaan. NSEP-KONSE EP BUDAYA A DALAM AR RSITEKTUR R MELAYU BANJAR B KON Masyarakat Melayuu Banjar meruupakan sebuahh masyarakat yang terbentuuk dari percam mpuran kebud dayaan suku Dayak, Melayyu, dan Jawa serta keyakinnan Animismee, Kaharingann, Hindu yangg telah ada seebelum masyaarakat Melayuu Banjar terbentuk. Selanjuutnya seiring masuknya Isslam, maka beerbagai kebud dayaan dan kepercayaan k y yang ada terseebut akhirnyaa melebur dallam satu idenntitas masyaraakat Melayu Banjar yang berlandaskan b pada keyakinnan ajaran agam ma Islam (Ban ni Noor Muchhamad, 2006).. Dari perjalanan p paanjang sejarahh pembentukann kebudayaan n masyarakat Melayu Banjjar, walaupun n Islam telah diterima dan diakui d sebagaai satu-satunyaa keyakinan dan ajaran agam ma namun penngaruh keperccayaan lama (pra-Islam) masih m tetap adda. Akibatnya,, berbagai perrilaku budaya masyarakat M Melayu Banjaar yang sangaat identik dengan pengamaalan ajaran aggama Islam daapat dibedakaan berdasar 3 (tiga) keperccayaan yang melandasinyya. Kepercayaaan tersebut adalah kepeercayaan Islaam, kepercayyaan bubuhan dan keperrcayaan lingkuungan (Daud, 1997). Konsep Budaya daan Wujud Trransformasin nya berdasar Kepercayaan n Islam Keperrcayaan Islam m adalah kepeercayaan yangg bersumber dari d ajaran aggama Islam daan isinya terg gambar dari rukun r Iman (Daud, ( 1997). Berbagai riitual yang diy yakini berasaal dari ajaran Islam, antaraa lain; membberi nama baayi, menyunatt, batamat, menikah/berce m erai, pergi haj aji, mempersiaapkan mayat untuk penguuburan, selamaatan dan syukkuran, pengobaatan dengan air, a dan berbaggai doa-doa keeselamatan. Dalam m karya arsiteektur Melayuu Banjar, motiif-motif ukiraan ditampilkann dalam suattu pola yang sangat indah dan teratur. Keindahan daan keteraturann ukiran terlihat dalam poola keterkaitann antara motif yang ditam mpilkan dengaan elemen yanng digunakan. Pola yang ad da dapat dibaggi atas 4 pola; (1) pola motiif flora menggunakan elem men flora, (2) pola motif faauna menggun nakan elemenn flora, (3) poola motif kehiidupan menggunakan elem men kehidupann. (4) pola mottif geometris menggunakan m n elemen geom metris.
(1))
(2)
(3)
( (4)
G 2 Pola Ukiiran Tradisionaal Melayu Banjaar Gbr.
m dalam eksprresi seni (ukirr) arsitektur Melayu M Banjarr adalah dilaraangnya Pengaaruh terpentinng ajaran Islam mewuujudkan makhhluk hidup/fauuna dalam ukirran. Bahkan sejak awal mulla perkembanngan ornamen ukiran pada peradaban Isllam, keyakinaan ini sudah dipegang d kuaat. Untuk mennghindari laraangan ajaran agama, a f dalam ukiran u mengguunakan elemen flora. Elemeen flora digubbah sedemikiaan rupa maka perwujudan fauna hinggga mampu mem mbentuk imagge atau citra dari d fauna yan ng ingin disimbbolkan. Tekniik stilisasi dem mikian
Semin nar Nasional Risset Arsitektur daan Perencanaan (SERAP) 1 HUMA ANISME, ARSIT TEKTUR dan PE ERENCANAAN
111
. Humanisme dalam Realita Perancangan Arsitektur .
sudah sangat dikenal dalam kebudayaan masyarakat Melayu Banjar, sehingga tidak sulit mengenali unsur fauna yang disimbolkan melalui beragam ukiran yang ada. Sebagai contoh lihat kembali gambar 2.(2) di atas. Dari beragam motif yang ada, motif geometris merupakan motif yang paling dominan dipergunakan untuk mengekspresikan ajaran Islam. Motif geometris adalah motif yang mengambil bentuk dasar segi empat, lingkaran, dan segitiga. Selanjutnya bentuk-bentuk dasar tersebut diwujudkan dengan perhitungan matematis seperti pengulangan, penggabungan, pencerminan dlsb. Dalam hal kaligrafi, yang menjadikannya termasuk ke dalam motif geometris adalah keteraturan dalam penggunaan huruf untuk menciptakan pola tulisan tertentu, seperti huruf-huruf yang dikreasikan hingga membentuk sesuatu simbol, juga penggunaan teknik pencerminan untuk memperindah tulisan. Motif kaligrafi yang terdapat dalam RBT umumnya memiliki karakter sbb (Muchamad, 2007); 1. Dibuat dengan teknik ukiran relief. Teknik ini dikerjakan dengan mengukir permukaan papan dan membentuk kaligrafi yang diinginkan. 2. Dilengkapi/ditambah dengan hiasan motif flora untuk memperindah kaligrafi. Perpaduan antara kaligrafi dan ornamen flora menjadikan kaligrafi semakin indah. Terdapat ungkapan yang ingin disampaikan antara perpaduan kaligrafi dan unsur flora, yaitu keindahan dari alam sebagai ciptaan Tuhan. 3. Kaligrafi dihias pula dengan menggunakan warna kuning emas. Hal ini juga sebagai ungkapan bahwa warna kuning keemasan yang berkilauan dimaksudkan memperkuat kesan kemuliaan kalimat tersebut. 4. Ukiran kaligrafi juga diperindah dengan memberi bingkai. Ukiran list berprofil dan ukiran tali disekeliling kaligrafi menjadikan kaligrafi sebagai titik pandang utama, selain bermakna adanya ikatan yang kuat. 5. Kaligrafi bertuliskan ayat-ayat Al-Quran yang memiliki makna kuat dalam menuntun kehidupan, yaitu kalimat Syahadat. Juga ungkapan pengagungan Asma Allah dan Rasulullah. Selain itu ada juga tulisan dalam bahasa Arab nama-nama sahabat, dan lain-lain. 6. Yang juga terlihat indah adalah diterapkannya model keseimbangan (simetris) dari tulisan kaligrafi dan ornamen flora. Tulisan kaligrafi dibuat bolak-balik (dicerminkan), atau dikreasikan sehingga nampak seperti tercermin bolak balik. Hal yang ingin disampaikan adalah adanya pemahaman yang utuh, walalupun dipandang dari sudut yang berbeda. Beberapa ukiran kaligrafi yang terdapat pada rumah tinggal masyarakat Melayu Banjar dapat dilihat pada gambar 4. Keberadaan ukiran kaligrafi dalam sebagian besar rumah masyarakat Banjar merupakan suatu “keharusan”. Dalam perkembangan saat ini, dikarenakan sulitnya mendapatkan tenaga ahli ukiran dan mahalnya biaya membuat ukiran, masyarakat lebih menyukai ukiran kaligrafi yang lebih modern. Hampir di setiap rumah tinggal masyarakat Banjar, khususnya di ruang tamu, pasti ditemukan hiasan kaligrafi. Hiasan yang digunakan minimal adalah gambar/poster kaligrafi yang memang banyak dijual. Sedangkan bagi yang mampu, mereka menggunakan hiasan dari sulaman benang emas, kerajinan perak/kuningan, bahkan dalam bentuk benda-benda rumah tanggal, seperti jam dinding. Selain itu, saat ini juga dapat dipastikan di setiap rumah tinggal, bahkan tempat usaha, selain ukiran kaligrafi juga terdapat lukisan foto ulama besar Banjar. Keyakinan meletakkan kaligrafi/foto ini sebenarnya ada yang berdasar keyakinan adanya “kemaslahatan” bagi hidup/usaha yang mereka jalankan, seperti rasa aman terhadap gangguan, bahaya kebakaran, kerugian, dll. Sebenarnya hal-hal seperti ini merupakan bentuk kepercayaan lama (animisme) dalam bentuk kehidupan modern sebagian besar masyarakat Melayu Banjar. Konsep Budaya dan Wujud Transformasinya berdasar Kepercayaan Bubuhan Kepercayaan bubuhan pada dasarnya berkaitan dengan kepercayaan sebagaimana struktur masyarakat Banjar pada zaman dahulu (zaman sultan-sultan dan sebelumnya). Orang Banjar pada masa itu hidup dalam lingkungan keluarga luas (bubuhan), dan bertempat tinggal dalam rumah yang selanjutnya menjadi lingkungan pemukiman bubuhan (Daud, 1997). Terkait dengan kepercayaan bubuhan ini, dalam masyarakat Melayu Banjar terdapat berbagai aneka ritual/upacara basalamatan yang “diyakini’ merupakan sesuatu yang diajarkan dalam agama Islam. Hampir seluruh aspek kehidupan, mulai dari kelahiran hingga kematian selalu dikaitkan dengan adanya
112
Seminar Nasional Riset Arsitektur dan Perencanaan (SERAP) 1 HUMANISME, ARSITEKTUR dan PERENCANAAN
. Humanisme dalam Realita Perancangan Arsitektur .
upacara-upacara ini dan setiap upacara tidak terlepas dari kondisi tempat tinggal (arsitektur rumah tinggal) mereka. Selain itu, konsep peruangan pada rumah tinggal masyarakat Melayu Banjar dapat dikenali melalui fungsi dan nama-nama ruang yang ada. Selain fungsi-fungsi utama, masih terdapat beberapa fungsi lain yang sifatnya temporer dan sangat berkaitan erat dengan faktor lingkungan alam setempat. Kaitan ruang yang ada dengan fungsi maupun pengaruh lingkungan alam sekitar dapat dilihat dalam tabel berikut: Tabel 1. Nama dan Fungsi Ruang terkait Pengaruh Lingkungan Alam Sekitar Kel 1
Nama Ruang Surambi muka Surambi sambutan Lapangan pamedangan
2
3
4
Pacira Pacira (2) Panampik kecil Panampik tangah (paluaran) Panampik besar (paluaran) Panampik penangah Anjung kiri + kanan Anjung jurai kiri + kanan Karawat /katil Panampik dalam/p. padu Jorong Padapuran / Padu Palatar balakang
Fungsi Sebagai teras rumah. Ruang pertama untuk membersihkan kaki pada saat mau naik/masuk ke dalam rumah. Pada ruang ini dilengkapi tempat air. Tempat tuan rumah berdiri menyambut/menerima tamu. Juga Tempat melaksanakan upacara adat perkawinan, tempat anak-anak bermain, atau menjemur hasil panen. Tempat tuan rumah menerima tamu dekat sambil duduk-duduk atau tempat keluarga bersan- tai di sore hari. Pada area ini lebih tertutup karena dilengkapi pagar keliling (kandang rasi). Ruang penerima. Tempat menyimpan peralatan pertanian atau menangkap ikan. Menyimpan hasil panen, tempat anak-anak pada saat upacara Ruang tamu, pd saat upacara biasanya tamu laki-laki dewasa duduk di ruang ini. Ruang tamu, khususnya tamu penting. Pada saat upacara, tempat ini khusus untuk pemuka agama/tokoh masyarakat. Ruang keluarga Tidur, ibadah, hias, perhiasan Idem + tempat melahirkan / memandikan mayat Tempat anak tidur malam Ruang keluarga/ruang makan Ruang penyimpanan Kegiatan dapur/menyimpan air Mandi, Cuci, Jemur
Dalam kepercayaan masyarakat Banjar terdapat kepercayaan memperoleh “keselamatan” melalui pembentukan susunan ruang. Bentuk dan pembagian ruang secara keseluruhan berkaitan dengan kepercayaan dan pandangan Orang Ngaju yang menganggap, Burung Enggang sebagai lambang alam atas. Bentuk susunan ruang pada RBT dibangun mengikuti bentuk cacak burung (jejak tapak burung). Bentuk cacak burung ini dipandang sebagai perpaduan antara garis yang melambangkan keseimbangan kekuatan untuk mempertahankan diri dalam melestarikan kehidupannya. Di bagian puncak atap rumah, yang disebut bubungan, diukir bergambarkan burung enggang yang bersifat jantan sebagai bagian dari dwitunggal penguasa alam dari kosmologi Agama Helu. Orang Ngaju menyebutnya Agama Tempon Telon atau yang lebih dikenal dengan nama Kaharingan. Di sebelah luar ruang depan yang disebut panapih anjung dan panapih peluaran, ditopang oleh tiang-tiang yang diukir dengan gambar ular atau jata, sebagai sifat kewanitaan dari dwitunggal alam bawah. Lihat juga gambar 2 (1) dan (2).
Gbr. 3 Simbol Cacak Burung pada Tata Ruang.
Seminar Nasional Riset Arsitektur dan Perencanaan (SERAP) 1 HUMANISME, ARSITEKTUR dan PERENCANAAN
113
. Humanisme dalam Realita Perancangan Arsitektur .
Susunan ruang tersebut diyakini merefleksikan hubungan yang harmonis antara alam atas dan alam bawah, dan menggambarkan konsep adanya kuasa yang berwujud dalam kedwitunggalan, yaitu gambaran kesatuan unsur jantan dan betina dalam kehidupan alam semesta. Selain itu, salah satu ciri utama konsep peruangan dalam rumah masyarakat Melayu Banjar adalah adanya tawing halat. Pada saat diselenggarakannya upacara/ selamatan, para undangan duduk berkeliling dan bersandar pada dinding tataban. Biasanya disajikan aneka makanan dan kue yang berjumlah 41 macam. Undangan anak-anak duduk di panampik kecil, remaja dan dewasa duduk di panampik tengah, sedangkan orang tua duduk di panampik besar. Alim ulama atau tetua duduk di depan tawing halat.
(1)
(2) Gbr. 4 Ilustrasi Kegiatan Upacara Selamatan (basalamatan) dan Tawing Halat
Konsep Budaya dan Wujud Transformasinya berdasar Kepercayaan Lingkungan Sejak masa lalu, sungai telah menjadi sumber kehidupan. Seluruh aktivitas masyarakat sangat bergantung pada sungai. Hingga saat ini dapat dilihat ketergantungan masyarakat Melayu Banjar terhadap sungai, mulai aktivitas individu yang bersifat rutin (MCK) hingga aktivitas sosial kemasyarakatan sangat bergantung pada sungai. Salah satu bentuk kebudayaan sungai yang paling menonjol adalah kegiatan perekonomian yang sangat bergantung pada sungai. Kegiatan jual beli, sumber mata pencaharian, dan juga sarana-prasarana transportasi sepenuhnya bergantung pada sungai. Dari kegiatan ini melahirkan berbagai bentuk dan fungsi perahu, peralatan menangkap ikan, dan bentuk komunikasi sosial yang sangat spesifik. Kondisi lingkungan hidup alamiah (habitat) yang didominasi sungai dan rawa ini benar-benar menjadi pencetak kebudayaan masyarakat Melayu Banjar, sehingga tidak aneh jika masyarakat Melayu Banjar dikenal juga sebagai masyarakat berkebudayaan sungai. Seluruh unsur kebudayaan dalam masyarakat Melayu Banjar dapat dirunut keterkaitannya dengan kondisi lingkungan sungai. Untuk membangun kepercayaan diri, masyarakat Banjar selanjutnya mengembangkan berbagai keyakinan yang diinspirasi oleh unsur-unsur lingkungan yang ada di sekeliling mereka. Penggunaan unsur flora dan fauna yang diyakini memiliki khasiat menangkal berbagai gangguan dan memberi rasa kepercayaan diri selanjutnya dikembangkan dalam kebudayaan masyarakat Melayu Banjar. Unsur fauna yang dalam ajaran agama Islam dilarang tersimbolisasi secara langsung, dalam konsep arsitektur melayu banjar diolah sedemikian sehingga memiliki makna dan cara/media pengungkapan tersendiri. Unsur-unsur fauna merupakan bagian konsep lingkungan alam sekitar yang dijadikan bagian pembentuk budaya termasuk dalam arsitektur. Hal ini bisa dilihat dari penggunaan (simbolisasi) unsur fauna ke dalam arsitektur Melayu Banjar melalui berbagai media elemen bangunan serta memiliki makna yang diyakini dapat memberi manfaat menghadapi adanya gangguan dari lingkungan alam ghaib. Selain itu tentu saja secara sosial diyakini juga untuk membangun karakter masyarakat.
114
Seminar Nasional Riset Arsitektur dan Perencanaan (SERAP) 1 HUMANISME, ARSITEKTUR dan PERENCANAAN
. Humanisme dalam Realita Perancangan Arsitektur .
Tabel 2 Unsur Lingkungan (Fauna) dan Simbol Budaya dalam Masyarakat No 1 2
Fauna Babulungan Hayam jagau Cacak Burung
3 4 5 6 7 8 9
Gigi Haruan Halilipan Kumbang Bagantung I-itikan Sarang Wanyi Burung Enggang Naga
Simbol Budaya Kegagahan. Bersifat kelelakian. Melindungi yang lemah. Memiliki idealisme. Terhindar dari bala. Menuju kesejahteraan hidup bagi penghuninya. Lambang ketajaman berpikir. Kebangsawan. Rajin dalam bekerja Kerapian. Kedamaiaan bagi orang yang melihat nya. Kerukunan dalam kehidupan. Keberanian. Bermanfaat. Kebangsawanan. Kebangsawanan.
Selain unsur fauna yang memang banyak ditemukan di lingkungan sekitar, unsur flora juga digunakan dalam konsep lingkungan dalam arsitektur Melayu Banjar. Sebagaimana unsur flora, unsur-unsur flora yang digunakan dalam konsep berarsitektur masyarakat Melayu Banjar juga didasarkan pada keyakinan sifat dan manfaat tanaman tersebut dalam membantu masyarakat menghadapi berbagai masalah yang timbul. Tabel 3 Unsur Lingkungan (Flora) dan Simbol Budaya dalam Masyarakat No 1.
Flora Cengkih
2.
Cempaka Putih
3.
Nenas
4.
Kangkung Kaum bahan
5.
Jaruju
6.
Manggis
7.
Mawar
8.
Melati
9. 10.
Mengkudu Sirih
11.
Sulur-suluran
12.
Teratai
Simbol Budaya Sebagai bahan rempah masakan (soto Banjar), obat untuk penyakit kolera dan campak, dan untuk menghitam kan alis mata. Sebagai lambang kehormatan, karena bunga ini biasanya banyak tumbuh subur dan berbau harum. Melambangkan undangan silaturrahmi. Untuk membersihkan karat dalam hati yaitu merupakan lambang suatu keharusan bagi setiap orang untuk berupaya membersihkan batin dari sifat sombong, dengki, ria, dan sifat jelek lainnya. Tumbuhan ini bermakna simbolik, tahan huas-huas (tahan ujian/tahan godaan), karena dilihat dari batangnya yang merambat dan melancar, menunjukkan hidup yang subur meskipun batang kangkung yang panjang tersebut kena ombak air, batangnya tetap bertahan, tidak putus. Daun jaruju ini lambang menolak bala karena pada pinggirannya memiliki duri-duri yang tajam, sehingga dimanfaatkan oleh orang Banjar pada waktu dulu untuk mencegah masuknya tikus ke dalam rumah. Bermakna keterusterangan dan bekerja keras guna mendapatkan hasil yang baik (isi buah manggis yang putih dan rasa yang manis diperoleh setelah melalui kupasan kulit manggis yang hitam dan rsa pahit, hal ini bermakna bahwa untuk mencapai sesuatu harus melalui kerja keras). mengandung lambang percintaan dan lebih dikenal dengan warnanya yang merah sebagai lambang cinta sejati. Perlambang kesucian, baik lahir maupun batin, karena bunga melati memiliki daun bunga yang putih serta memiliki bau yang sedap dan harum. mempunyai makna menolak bala, karena mengkudu bermanfaat untuk mengobati penyakit Sebagai penolak bala, karena sirih dapat digunakan sebagai bahan obat-obatan, seperti mimisan dan keputihan Perlambang kada pagat bawarga (tidak putus bakeluarga), karena dilihat dari bentuk tumbuhan yang panjang dan kuat makna kesucian, karena bunga teratai bagi pemeluk agama Budha dianggap sebagai tempat duduk bersemedi Sang Budha.
Dalam konteks konsep arsitektur; lingkungan fisik berpengaruh terhadap konsep perangkaan bangunan, sedangkan lingkungan non-fisik berpengaruh terhadap keyakinan akan “rasa aman” untuk tinggal dalam bangunan. Pengaruh lingkungan fisik terhadap konsep perangkaan dapat dilihat mulai dari konstruksi pondasi hingga konstruksi atap.
Seminar Nasional Riset Arsitektur dan Perencanaan (SERAP) 1 HUMANISME, ARSITEKTUR dan PERENCANAAN
115
. Humanisme dalam Realita R Perancan ngan Arsitektur .
Tabel 4 Konsep Linggkungan dalam m Desain Arssitektur Masyaarakat Melayuu Banjar Koonsep Lingkungann Kondiisi lahan yang beraw wa menyeebabkan daya dukunng lahan menjadi sangat rendahh. Hal ini diantisipaasi dengaan teknologi pondasi terapuung yaitu pondasi dengaan log dan kacapuri.. Selainn itu pengguna an materiial kayu lokal (ulin dan gaalam) yang sangat awet jika j terendam air. Dindinng sebagai pelingkuup banguunan (selain sebagaii pembaatas) terbuat dari bahann papan ulin yang dipasaang secara vertikal. Hal inni untuk memudahkan air jatuuh/ mengalir ke bawahh dan tidak meninnggalkan genangan air dalam m sambungan papan .
Deesain Arsitektur
Ko onsep Lingkungann
Desain Arsitektur
Kondisi lingkungan yang basah b mbab, diantisipasi dan lem dengan penggunaan bahann ulin yang taahan terhadap air dann dipasan ng renggang untuk membeeri ruang untuk sirkuulasi udara.
Bentuk atap yang sangat khhas ki makna tersendiri. memilik Dari 12 2 buah tipologi rumaah masyarakat Melayu Banjarr m yang melambangkan perbedaaan status sosial seccara umum dibedakan d dari benttukan atapnyaa.
PENU UTUP Dari proses Islamiisasi yang beerlangsung saangat panjang g, telah membbentuk pola ppemikiran dan n pola perilaaku yang diddasarkan penngamalan ajarran agama Islam I dalam masyarakat Melayu Ban njar di Kalim mantan Selataan. Namun demikian, d keebudayaan maasyarakat Meelayu Banjarr tetap memeelihara pengaaruh dari kebbudayaan lam ma yang selaanjutnya deng gan pengaruhh ajaran agam ma Islam beerbagai perbedaan dapat dippersatukan. Berbaagai pola pem mikiran lahir terinspirasi oleh o ajaran agama Islam tersebut t selannjutnya diwujjudkan dalam m bentuk perilaku sehari-haari. Berbagai perilaku p kemaasyarakatan, baik yang berssumber dari peerilaku pra-Isslam maupun perilaku yang benar-benarr terinspirasi dari ajaran Islam berkembbang dalam seluruh s sistem m kebudayaan masyarakat Melayu M Banjarr dan saling mempengaruhi m i. Salah satu bentuk perilaku p yang bisa dilihat dan d dirasakan hingga saat inni adalah melaalui karya arssitektur melayyu banjar yanng merupakann representasii pengamalan n ajaran agam ma Islam. Penngaruh pengaamalan ajarann Islam dalam m konsep beraarsitektur masyarakat Banjjar sejalan deengan bentuk pengamalan ajaran agamaa Islam yang bersumber b daari; (a) Syariatt Islam, yaitu rukun Islam, atau disebut kkeyakinan Islaam, (b) Pengaaruh keyakinaan dari zaman kerajaan Bannjar, atau keyaakinan bubuhaan, dan (c) M Mitos berkaitan n Alam ghaib atau keyakinaan lingkungann. Ketiga wujud keppercayaan inii selanjutnya bertransform masi dalam wujud w konsepp arsitektur rumah masyaarakat Melayuu Banjar, khussusnya rumahh bubungan tin nggi. Wujud transformasi t kke-3 kepercayaaan ini dapat dilihat melaalui konsep dan d desain liingkungan (aa.l; makna siimbolis unsurr flora, faunaa, dan penerapan teknologgi berdasar koondisi lingkunngan), konsep p dan desain peruangan p (a.ll; penerapan simbol s cacakk burung, dann konsep ruanng upacara/arruh), konsep dan d desain peerangkaan (a..l; teknologi di d atas lahan rawa), dan konsep dan desain persolekaan (a.l; beragaam motif dan ukiran) dalam m arsitektur Melayu M Banjaar. Demikkianlah hubunngan yang daapat diuraikann antara peng gamalan ajarann agama Islam m dalam kehiidupan masyaarakat Melayuu Banjar di Kaalimantan Selaatan dengan konsep k berarsittekturnya. DAFT TAR PUSTA AKA Bondaan, A. H. (19553). Suluh Seddjarah Kalimaantan. Banjarm masin: Fadjar.. Daud,, A. (1997). Isslam dan Masyyarakat Banjaar: Deskripsi dan Analisa Kebudayaan K B Banjar. Jakartaa: Rajawali Pers. P Ideham m, S. (2003). Sejarah Banjaar. Banjarmassin: Badan Penelitian dan Pengembangan P n Daerah Prov vinsi Kalimantaan Selatan.
116
Seminar Nasional Riset Arsitektur A dan P Perencanaan (SE ERAP) 1 HUMANISM ME, ARSITEKTU UR dan PERENCA ANAAN
. Humanisme dalam Realita Perancangan Arsitektur .
Moeljono, B. (1985). Upacara Tradisional yang Berkaitan denngan Peristiwa Alam dan Kepercayaan Daerah Kalimantan Selatan. Jakarta: Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Kebudayaan Daerah. Muchamad, B. N. (2007). Anatomi Rumah Adat Balai. Banjarmasin: Pustaka Banua. Muchamad, B. N. (2006). Anatomi Rumah Bubungan Tinggi. Banjarmasin: Pustaka Banua. Muchamad, B. N. (2009). Anatomi Ukiran Tradisional Banjar. Surabaya: Wastu Lanas Grafika. Muchamad, B. N. (2006). Melacak Arsitektur Keraton Banjar. Jurnal DIMENSI Petra, 106-114. Muchamad, B. N. (2009). Studi Lokasi Model Replika Keraton Banjar. Banjarmasin: Balitbangda Provinsi Kalimantan Selatan. Muchamad, B. N. (2006). Tipo-Morfologi Arsitektur Suku Bakumpai. Marabahan: Dinas Pariwisata dan Kebudayaan . Petersen, E. (1998). Jukung-Boats from Barito Basin, Borneo. . Roskilde: The Viking Ship Museum. Ras, J. J. (1968). Hikajat Banjar: A Study in Malay Historiography. Holland: The Hague Martinus Nijhoff-KTLV. Saleh, M. I. (1982). Banjarmasih. Banjarbaru: Museum Negeri Lambung Mangkurat Provinsi Kalimantan Selatan. Sellato, B. (1989). Dragon and Hornbill. New York: Van Nostrald. Usman, H. A. (1996). Integrasi Nasional, Suatu Pendekatan Budaya Daerah Kalimantan Selatan. Banjarmasin: Proyek Pengkajian dan Pembinaan Nilai-Nilai Budaya Daerah Kalimantan Selatan. Yatim, B. (1998). Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: Rajawali Pers.
Seminar Nasional Riset Arsitektur dan Perencanaan (SERAP) 1 HUMANISME, ARSITEKTUR dan PERENCANAAN
117
.Lampiran.
Lampiran A: Jadwal Acara Seminar
Waktu
Kegiatan
Pengisi Acara
1.
08.00 – 09.00
Registrasi
2.
09.00 – 09.15
Sambutan dan Pembukaan:
MC: Popi Puspitasari
Ketua Program Pasca Sarjana Fakultas Teknik UGM :
Prof. Bambang Suhendro, MSc., PhD
3.
09.15 – 09.45
Rehat Kopi
4.
09.45– 10.00
Prof. Ir. Achmad Djunaedi, MUP, PhD (UGM)
Moderator:
“Telaah Historis Konsep Humanisme dalam Arsitektur dan Perencanaan Kota”
Prof.Ir.Bakti Setiawan, MA, PhD
10.00 – 10.15
Ir. Iwan Sudrajat, MSA, PhD (ITB)
Notulis : Y. Djarot Purbadi
“Epistemologi Humanisme Baru dalam Arsitektur dan Perencanaan Kota”
10.15 – 10.45
Diskusi
5.
10.45 – 11.00
Ir. Ikaputra, MEng., PhD (UGM)
Moderator:
“Paradoks Humanisme dalam Perancangan Arsitektur dan Perencanaan Kota”
Prof.Ir.Bakti Setiawan, MA, PhD
11.00 – 11.15
Dr.Ir. Sudaryono Sastrosasmito, MEng. (UGM)
Notulis : Y. Djarot Purbadi
“Humanisme Baru: Solusi atau Utopia”
11.15 – 11.45
Diskusi
6.
11.45 – 12.45
Ishoma
7.
12.45 – 14.15
Paralel Sesi 1: Sub‐tema dari Call for Papers
Sub‐tema 1: Pemikiran Humanisme dalam Arsitektur dan Perencanaan
Moderator: Suastiwi Triatmodjo
Pembahas : Dr.Ir. Sudaryono Sastrosasmito
Notulis : Wara Indira
Sub‐tema 2: Humanisme dalam Realita Perancangan Arsitektur
Moderator: VG. Sri Rejeki
Pembahas : Ir. Ikaputra, M.Eng., PhD
Notulis : Judi Obet Waani
Sub‐tema 3: Humanisme dalam Realita Perencanaan Kota dan Daerah
Moderator: Dhani Mutiari
Pembahas : Prof. Ir. Bambang Hari Wibisono, MUP, MSc., PhD
Notulis : Wahyu Utami
8.
14.15 – 15.15
Diskusi Poster
9.
15.15 – 15.45
Rehat Kopi
10.
15.45 – 17.15
Paralel Sesi 2: Sub‐tema dari Call for Papers
Sub‐tema 1: Pemikiran Humanisme dalam Arsitektur dan Perencanaan
Moderator: Suastiwi Triatmodjo
Pembahas : Dr.Ir. Sudaryono Sastrosasmito
Notulis : Wara Indira
Sub‐tema 2: Humanisme dalam Realita Perancangan Arsitektur
Moderator: VG. Sri Rejeki
Pembahas : Ir. Ikaputra, M.Eng., PhD
Notulis : Judi Obet Waani
Sub‐tema 3: Humanisme dalam Realita Perencanaan Kota dan Daerah
Moderator: Dhani Mutiari
Pembahas : Prof. Ir. Bambang Hari Wibisono, MUP, MSc., PhD
Notulis : Wahyu Utami
17.15 – 17.30
Kesimpulan dan Penutup : Ketua Panitia, Sani Roychansyah, ST, MEng.,PhD
11.
Seminar Nasional Riset Arsitektur dan Perencanaan (SERAP) 1 HUMANISME, ARSITEKTUR dan PERENCANAAN
223
.Lampiran.
224
Seminar Nasional Riset Arsitektur dan Perencanaan (SERAP) 1 HUMANISME, ARSITEKTUR dan PERENCANAAN
.Lampiran.
Lampiran B: Daftar Peserta No
Nama
Instansi
1
Prof. Ir. Achmad Djunaedi, MUP, PhD
2
Ir. Ikaputra, MEng., PhD
3
Dr.Ir. Sudaryono, MEng.
4
Sani Roychansyah, ST, MEng., PhD
5
Ir. Laretna Trisnantari, MArch.,PhD
6 7
Prof.Ir. Bambang Hari W., MURP,MSc,PhD Dr.Ir. Budi Prayitno, MEng.
8
Dr.Ir. Ahmad Sarwadi, MEng.
9
Prof.Ir. Bakti Setiawan, MA,PhD
10
Ir. Haryana, MArch.
11
Ir. Slamet Sudibyo, MT
12
Ir. Suryanto, MSP
13
Dr.Ir. Arif Kusumawanto, MT
14
Deva Fosterharoldas, ST, MA
15
Dimas Wihardyanto, ST
16
Harry Kurniawan, ST, MSc.
17
Djarot Purbadi
18
Suastiwi Triatmodjo
19
Wara Indira Rukmi
20
Endy Marlina
21
Korlena
22
Zaenal Zainudin
23
Al Busyra Fuadi
24
M.Bakri
25
Hadi Wahyono
26
Popi Puspitasari
27
Wahyu Utami
28
Judy O. Waani
29
Erlangga, ST
30
Punto Wijayanto
31
Hasti Widyasamratri
Jurusan Teknik Arsitektur dan Perencanaan Universitas Gadjah Mada; Yogyakarta Jurusan Teknik Arsitektur dan Perencanaan Universitas Gadjah Mada; Yogyakarta Jurusan Teknik Arsitektur dan Perencanaan Universitas Gadjah Mada; Yogyakarta Jurusan Teknik Arsitektur dan Perencanaan Universitas Gadjah Mada; Yogyakarta Jurusan Teknik Arsitektur dan Perencanaan Universitas Gadjah Mada; Yogyakarta Jurusan Teknik Arsitektur dan Perencanaan Universitas Gadjah Mada; Yogyakarta Jurusan Teknik Arsitektur dan Perencanaan Universitas Gadjah Mada; Ikatan Ahli Perencanaan Indonesia; Yogyakarta Jurusan Teknik Arsitektur dan Perencanaan Universitas Gadjah Mada; Yogyakarta Jurusan Teknik Arsitektur dan Perencanaan Universitas Gadjah Mada; Yogyakarta Jurusan Teknik Arsitektur dan Perencanaan Universitas Gadjah Mada; Yogyakarta Jurusan Teknik Arsitektur dan Perencanaan Universitas Gadjah Mada; Yogyakarta Jurusan Teknik Arsitektur dan Perencanaan Universitas Gadjah Mada; Yogyakarta Jurusan Teknik Arsitektur dan Perencanaan Universitas Gadjah Mada; Yogyakarta Jurusan Teknik Arsitektur dan Perencanaan Universitas Gadjah Mada; Yogyakarta Jurusan Teknik Arsitektur dan Perencanaan Universitas Gadjah Mada; Yogyakarta Jurusan Teknik Arsitektur dan Perencanaan Universitas Gadjah Mada; Yogyakarta S3 Jurusan Teknik Arsitektur dan Perencanaan Universitas Gadjah Mada; Yogyakarta S3 Jurusan Teknik Arsitektur dan Perencanaan Universitas Gadjah Mada; Yogyakarta S3 Jurusan Teknik Arsitektur dan Perencanaan Universitas Gadjah Mada; Yogyakarta S3 Jurusan Teknik Arsitektur dan Perencanaan Universitas Gadjah Mada; Yogyakarta S3 Jurusan Teknik Arsitektur dan Perencanaan Universitas Gadjah Mada; Yogyakarta S3 Jurusan Teknik Arsitektur dan Perencanaan Universitas Gadjah Mada; Yogyakarta S3 Jurusan Teknik Arsitektur dan Perencanaan Universitas Gadjah Mada; Yogyakarta S3 Jurusan Teknik Arsitektur dan Perencanaan Universitas Gadjah Mada; Yogyakarta S3 Jurusan Teknik Arsitektur dan Perencanaan Universitas Gadjah Mada; Yogyakarta S3 Jurusan Teknik Arsitektur dan Perencanaan Universitas Gadjah Mada; Yogyakarta S3 Jurusan Teknik Arsitektur dan Perencanaan Universitas Gadjah Mada; Yogyakarta S3 Jurusan Teknik Arsitektur dan Perencanaan Universitas Gadjah Mada; Yogyakarta S2 MDKB; Jurusan Teknik Arsitektur dan Perencanaan Universitas Gadjah Mada; Yogyakarta S2 MPKD; Jurusan Teknik Arsitektur dan Perencanaan Universitas Gadjah Mada; Yogyakarta S2 MPKD; Jurusan Teknik Arsitektur dan Perencanaan Universitas Gadjah Mada; Yogyakarta
Seminar Nasional Riset Arsitektur dan Perencanaan (SERAP) 1 HUMANISME, ARSITEKTUR dan PERENCANAAN
225
.Lampiran.
226
32
Yanuarius Benny
33
Rahadea Bhaswara
34
Dyah Perwita Sari
35
Fara K. Iranda
36
Megayanti Vidyaning T.
37
Pratiwi Cahyani
38
Harmityanti
39
B. Sumardiyanto
40
Bonafacio Bayu Sena S.
41
Sapto Luhur Pamungkas, ST, MT
42
Hestin Mulyandari
43
Dhani Mutiari
44
Widyastuti Nurjayanti
45
Made Suastika
46 47
Tri Yuni Iswati Paulus Hariyono
48
VG Sri Rejeki
49
Albertus Sidharta M
50
Antonius Ardiyanto
51
Mila Karmila
52
Al 'Aswad
53 54 55
Altrerosje Asri Rully Damayanti Rony Gunawan Sunaryo
56 57 58 59 60 61
Johannes Adiyanto Dr.Ir. Rimadewi, MH Unik Praptiningrum Wardhono Subhan Ramdlani Antariksa Pudji Pratitis Wismantara
62
Yulia Eka Putrie
S2 Jurusan Teknik Arsitektur dan Perencanaan Universitas Gadjah Mada; Yogyakarta S2 Jurusan Teknik Arsitektur dan Perencanaan Universitas Gadjah Mada; Yogyakarta S2 Jurusan Teknik Arsitektur dan Perencanaan Universitas Gadjah Mada; Yogyakarta S2 Jurusan Teknik Arsitektur dan Perencanaan Universitas Gadjah Mada; Yogyakarta S2 Jurusan Teknik Arsitektur dan Perencanaan Universitas Gadjah Mada; Yogyakarta S2 Jurusan Teknik Arsitektur dan Perencanaan Universitas Gadjah Mada; Yogyakarta S2 Jurusan Teknik Arsitektur dan Perencanaan Universitas Gadjah Mada; Yogyakarta Program Studi Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Atma Jaya Yogyakarta; Yogyakarta Program Studi Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Atma Jaya Yogyakarta; Yogyakarta Program Studi Arsitektur Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Teknologi Yogyakarta; Yogyakarta Program Studi Arsitektur Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Teknologi Yogyakarta; Yogyakarta Jurusan Teknik Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta; Surakarta Jurusan Teknik Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta; Surakarta S3 Jurusan Teknik Arsitektur dan Perencanaan Universitas Gadjah Mada; Yogyakarta Teknik Arsitektur Universitas Negeri Sebelas Maret; Surakarta S3 Jurusan Teknik Arsitektur dan Perencanaan Universitas Gadjah Mada; Yogyakarta Teknik Arsitektur Universitas Negeri Sebelas Maret; Surakarta Jurusan Arsitektur Fakultas Arsitektur dan Desain Universitas Katolik Soegijapranata; Semarang Jurusan Arsitektur Fakultas Arsitektur dan Desain Universitas Katolik Soegijapranata; Semarang S3 Jurusan Teknik Arsitektur dan Perencanaan Universitas Gadjah Mada; Yogyakarta Jurusan Arsitektur Fakultas Arsitektur dan Desain Universitas Katolik Soegijapranata; Semarang Jurusan Arsitektur Fakultas Arsitektur dan Desain Universitas Katolik Soegijapranata; Semarang S3 Jurusan Teknik Arsitektur dan Perencanaan Universitas Gadjah Mada; Yogyakarta Jurusan Teknik Perencanaan Wilayah dan Kota Universitas Islam Sultan Agung; Semarang S3 Jurusan Teknik Arsitektur dan Perencanaan Universitas Gadjah Mada; Yogyakarta Jurusan Teknik Perencanaan Wilayah dan Kota Universitas Islam Sultan Agung; Semarang S3 Jurusan Teknik Arsitektur dan Perencanaan Universitas Gadjah Mada; Yogyakarta Jurusan Arsitektur Universitas Kristen Petra; Surabaya Jurusan Arsitektur Universitas Kristen Petra; Surabaya Jurusan Arsitektur Universitas Kristen Petra; Surabaya S3 Jurusan Teknik Arsitektur dan Perencanaan Universitas Gadjah Mada; Yogyakarta S3 Teknik Arsitektur Institut Teknologi Sepuluh Nopember; Surabaya Teknik Arsitektur Institut Teknologi Sepuluh Nopember; Surabaya Jurusan Teknik Arsitektur Universitas 17 Agustus 1945; Surabaya Jurusan Arsitektur Universitas Brawijaya Malang Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota Universitas Brawijaya Malang Jurusan Teknik Arsitektur Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang Jurusan Teknik Arsitektur Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang
Seminar Nasional Riset Arsitektur dan Perencanaan (SERAP) 1 HUMANISME, ARSITEKTUR dan PERENCANAAN
.Lampiran.
63
Luluk Maslucha
64
Nunik Junara
65
Tarranita Kusumadewi
66
Ir. Iwan Sudrajat, MSA,PhD
67
Basauli Umar Lubis
68 69 70
Litta Primasari Gatot Boedi Hardjanto Bambang Triyoga
71
Utami
72
Dhini Dewiyanti Tantarto
73 74 75 76 77 78 79 80
Irwan Purnama Joko Adianto Samsu Hendra Siwi Arief Rahman Agung Wahyudi Agus Dharma Tohjiwa Veronika Widi Prabawasari Diana Susilowati
81 82 83 84 85
I Nyoman Widya Paramadhyaksa Ni Made Swanendri I Made Adhika NKA Siwalatri Bani Noor Muchamad
86
Nurul Jamala
87
Ahda Mulyati
88 89
Muhammad Najib Cut Nur'Aini
Jurusan Teknik Arsitektur Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang Jurusan Teknik Arsitektur Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang Jurusan Teknik Arsitektur Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang Sekolah Arsitektur, Perencanaan dan Pengembangan Kebijakan Institut Teknologi Bandung; Bandung Sekolah Arsitektur, Perencanaan dan Pengembangan Kebijakan Institut Teknologi Bandung; Bandung Fakultas Seni Rupa & Desain Institut Teknologi Bandung; Bandung Program Studi Teknik Fisika, Institut Teknologi Bandung; Bandung S3 Arsitektur; Sekolah Arsitektur, Perencanaan dan Pengembangan Kebijakan Institut Teknologi Bandung; Bandung Jurusan/ Program Studi Arsitektur, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Nasional; Bandung Jurusans/ Program Studi Arsitektur, Universitas Komputer Indonesia; Bandung S2 Universitas Katolik Parahyangan; Bandung Universitas Indonesia/Praktisi; Jakarta Jurusan Arsitektur Universitas Tarumanagara; Jakarta Jurusan Teknik Arsitektur, Universitas Gunadarma; Jakarta Jurusan Teknik Arsitektur, Universitas Gunadarma; Jakarta Jurusan Teknik Arsitektur, Universitas Gunadarma; Jakarta Jurusan Teknik Arsitektur, Universitas Gunadarma; Jakarta Lembaga Pengembangan Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan (LePTeSP) Universitas Gunadarma; Jakarta Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Udayana; Denpasar Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Udayana; Denpasar Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Udayana; Denpasar Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Udayana; Denpasar Jurusan Arsitektur Universitas Lambung Mangkurat; Banjarmasin S3 Jurusan Teknik Arsitektur dan Perencanaan Universitas Gadjah Mada; Yogyakarta Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin; Makassar S3 Jurusan Teknik Arsitektur dan Perencanaan Universitas Gadjah Mada; Yogyakarta Teknik Arsitektur Universitas Tadulako; Palu S3 Jurusan Teknik Arsitektur dan Perencanaan Universitas Gadjah Mada; Yogyakarta Teknik Arsitektur Universitas Tadulako; Palu Institut Teknologi Medan; Medan S3 Jurusan Teknik Arsitektur dan Perencanaan Universitas Gadjah Mada; Yogyakarta
Seminar Nasional Riset Arsitektur dan Perencanaan (SERAP) 1 HUMANISME, ARSITEKTUR dan PERENCANAAN
227