SEMINAR
NASIONAL
RISET ARSITEKTUR & PERENCANAAN
serap #1 Yo;g)yakiaJrtag 16
JalfU.Bialu"i
zoic
Kumpulan Makalah
Seminar Nasional Riset Arsitektur· dan Perencanaan
humanisme, arsitektur dan perencanaan
Penyelenggara Jurusan Arsitektur dan Perencanaan Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada Architecture & Planning Research Forum S3 Arsitektur & Perencanaan Universitas Gadjah Mada Ikatan Ahli Perencanaan Daerah Istimewa Yogyakarta Diselenggarakan di Jurusan Arsitektur dan Perencanaan Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, 16 Januari 2010 Katalog dalam Terbitan Perpustakaan Nasional RI Kumpulan Makalah Humanisme, Arsitektur dan Perencanaan, Yogyakarta2010 xii,235 him.; 21 x 29.7 cm ISBN: 978-602-96240-0-7 Hak cipta dilindungi undang-undang, UU RI No 19 Tahun 2002
Keterangan Gambar Sampul Muka : Gunungan, koleksi Wara Indira Rukrni, 2009 Sampul BelakanglDalam: Permukiman tepi Kali Code, 1983-1987, sumber:
www.mangunwijaya.co.id
Kumpulan Makalah
Seminar Nasional Riset Arsitektur dan Perencanaan
humanisme, arsitektur dan perencanaan
lAP
IK:,·I:\:\I/\.11..1 !),\fJt.\H
I'[REJ'CANJ\Al"
INf)():-";I'SI
.•. \
I~TI\.tEW .•. \ )"cx,";, "I(ART,\
Atcn:tcctt..-rc & p:anning Research Forum weer am case a sarjana Fi UGr .•. 1
~ I' l.
:.,-t'
!..:.~;'!-
,:;'
~•••1-'1.; I~'
~6rl.
-t" 1.-1,-;' 1
.Penyelenggara.
Penyeienggara
Pelindung Ketua Jurusan Teknik Arsitektur dan Perencanaan UGM Penanggung Jawab Ketua Program S3 Program Studi Teknik Arsitektur dan Perencanaan UGM Keynote Speakers Prof. lr. Achmad Djunaedi, MUP, PhD Ir. Iwan Sudrajat, MSA, PhD Ir. Ikaputra, MEng., PhD Dr.Ir. Sudaryono, MEng. Pembahas Seminar Prof. lr. Bambang Hari Wibisono, MUP., MSc., PhD. lr. Ikaputra, MEng., PhD Dr.lr. Sudaryono, MEng. Streering Committee Prof. Ir. Achmad Djunaedi, MUP, PhD Ir. Ikaputra, MEng., PhD Dr.lr. Sudaryono, MEng.
Ketua Koordinator Pelaksana Sekretaris Bendahara Publikasi - Dokumentasi Makalah - Proceeding Penerbitan ISBN Acara Poster Perlengkapan Konsumsi
iv
Organizing Committee Sani Roychansyah, ST, MEng., PhD Y. Djarot Purbadi WahyuUtami WaraIndira Rony Gunawan Sunaryo, Wara Indira, Al Busyra Fuadi VG. Sri Rejeki, Suastiwi Triatmodjo, Dhani Mutiari, Judi O. Waani, Rony Gunawan Sunaryo, Wahyu Utami, Wara Indira Endy Marlina Mila Karmila, Popi Puspitasari, Nurul JamaIa, Korlena, Cut Nuraini, Ahda Mulyati, Endy Marlina M.Bakri, Al Aswad, Hadi Wahyono Al Busyra Fuadi, ZaenaI, A.Ardiyanto Suastiwi Triatmodjo, VG. Sri Rejeki, Endy Marlina
Seminar Nasional Riset Arsitektur dan Perencanaan (SERAP) 1 HUMANISME, ARSITEKTUR dan PERENCANAAN
.Daftar
Isi.
Daftarlsi v
Daftar Isi
Vlll
Kata Pengantar
TemaI PEMIKIRAN
HUMANISME DALAM ARSITEKTUR DAN PERENCANAAN
Arsitektur Kesebarian. Arsitektur yang Memfitrabkao Agustinus Sutanto
Manusia
"Humanisme Baru" itu Tidak Perlu Samsu Hendra Siwi Aspek Kemanusiaan dalam Penyimpangan Tarranita Kusumadewi
9 Rencana Tata Ruang
Perspektif Budaya sebagai Bagian Integral dari Perencanaan RuangKota Agung Wahyudi
15
dan Transformasi
Mengenal Aliran 'Humanisme' dalam Filsafat Modern serta Dampak Pemikirannya pada Bidang Arsitektur dan Perencanaan Lingkungan Udjianto Pawitro
Temall
1
21
29
:
HUMANISME
DALAM REALITA PERANCANGAN ARSITEKTUR
Apa Penyebab Terjadinya Disbarmoni Bangunan Rumab Tinggal pada Kawasan PerumabanlPerkampungan? Studi Kasus Rumab Tinggal di Kampong Code, Yogyakarta, Indonesia Unik Praptiningrum Wardhono
37
Pola Bermain Anak sebagai Pertimbangan Dhini Dewiyanti Tantarto
45
Perencanaan
Lingkungan
Tipologi Rumah Tinggal pada Komplek Industri Pabrik Gula Gondang Baru, K1aten Jawa Tengah Hestin Mulyandari
55
Legitimasi Ruang di Permukiman Pasca Reklamasi Pantai, Studi Kasus Kelurahan Titiwungen Selatan, Kota Manado, Sulawesi Utara Judy O. Waani, Nindyo Soewamo, Haryadi, T. Yoyok Wahyu Subroto
63
"Convenience Store" dalam Ruang Kota, Tingkat Efektivitas Layanan dan Pengarubnya bagi Ruang Ekonomi Masyarakat Muhammad Sani Roychansyah
69
Seminar Nasional Riset Arsitektur dan Perencanaan (SERAP) 1 HUMANISME,
ARSITEKTUR
dan PERENCANAAN
v
.Daftar
Isi.
Pengaruh Kehidupan Budaya pada Morfologi Permukiman, Etnis Lore di Desa Doda Kabupaten Poso Ahda Mulyati, Arya Ronald
77
Desain Model Kawasan Permukimam Wisata Dusun Salena Palu Muhammad Najib, Ahda Mulyati, Kennedy Marsan, Minamy Gobel
85
Metoda Konservasi Arsitektur Vernakular, Kasus Konservasi pada Arsitektur Tradisional Bali NKA Siwalatri
93
Persyaratan Keandalan Bangunan, Sebuab Upaya Perencanaan Arsitektur yang Humanis Menyongsong Pemberlakuan Sertifikat Laik Fungsi (SLF) Bangunan 2010 Utami
97
Pol a Ruang Kampung Vernakular di Flores M. Bambang Susetyarto, Eko Budihardjo, Galih Widjil Pangarsa, Gagoek Hardiman
105
Pergeseran Ruang Privat-Publik pada Rumah Hunian yang Menyatu dengan Pondokan Mahasiswa Ditinjau dari Aspek Humanisme Nunik Junara
117
Strategi Konservasi Bangunan Bersejarah dengan "Adaptive Reuse", Studi Kasus di Kota Semarang Antonius Ardiyanto
125
Pengaruh Politik pada Pembentukan Kawasan, Studi Kasus Kawasan Pecinan Sekitar Pasar Gedbe Surakarta Dhani Mutiari, Nindyo Soewamo, Arya Ronald, Ikaputra
131
Hubungan Antara Muslim dan Ruang Tinggalnya di Permukiman Masjid Menara Kudus Widyastuti Nurjayanti
139
Aspek Humanisme pada Perwujudan Berpola SangamandaJa I Nyoman Widya Paramadhyaksa
VI
Kasus Permukiman
Sekitar Komplek
Arsitektur Rumah Tradisional Bali yang
147
Toleransi Ruang oleb Masyarakat Desa Pegunungan di Jawa Tengab sebagai Bentuk Ungkapan Kesinambungan Human-Arsitektur-Alam Lingkungan, Kasus Permukiman Desa Kapencar, Wonosobo VG Sri Rejeki, Nindyo Soewamo, Sudaryono, T. Yoyok Wahyu Subroto
155
Model Mengbidupkan Kota Lama Semarang Albertus Sidharta Muljadinata
161
Studi Kenyamanan Visual Ruang Kelas, Studi Kasus pada Ruang Kelas Jurusan Teknik Arsitektur dan Perencanaan UGM Nurul Jamala, Arif Kusumawanto
167
Perubaban Setting Ruang dan Pola Aktivitas Publik di Ruang Terbuka Kampus UGM Rony Gunawan Sunaryo, Nindyo Soewamo, Ikaputra, Bakti Setiawan
175
Seminar
Nasional Riset Arsitektur dan Perencanaan (SERAP) I HUMANISME, ARSITEKTUR dan PERENCANAAN
.Daftar
Isi.
Tema III HUMANISME
DALAM REALITA PERENCANAAN KOTA DAN DAERAH
Humanisme dan Ekologisme dalam Arsitektur dan Perencanaan Permukiman Tradisional Bali I Made Adhika
Tata Ruang
183
Pemanfaatan Transformasi Indeks Perkotaan dan Indeks Vegetasi pada Citra Aster untuk Analisis Kondisi Lingkungan Perkotaan, Kasus Kota Semarang Hasti Widyasamratri
189
Sektor Informal dalam Pembentukan Ruang Terbuka Komersial Humanis AI' Aswad
197
Aplikasi Sistem Informasi Geografis (SIG) dalam Analisis Pemanfaatan dan Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau Kota (RTHK), Studi Kasus Kota Depok Diana Susilowati, Lia Rosmaia Schiffer
207
Kebutuhan Pendekatan Kemasyarakatan Kawasan Perbatasan Daerah Hadi Wahyono
215
Praktis pad a Kerjasama antar Daerah di
Bencana Situ Gintung : Tata Ruangversus Veronika Widi Prabawasari
Tata Uang
223
Pengembangan Model Peuataan Ruang Berbasis Ekosistem Manusia Sigit Wijaksono
229
The Impact of Tourism Industrialization Mila Karmilah, Wiendu Nuryanti
235
in Women Pottery Maker's Public Spaces
Konfliks Ruang Bersejarah dan Ruang Ekonomi dalam Penciptaan Collective Memory, Studi Kasus Jalan Tentara Pelajar dan Jalan Diponegoro Magelang
243
Wahyu Utami, Atyanto Dharoko, Ikaputra, Laretna T. A.
Seminar Nasional Riset Arsitektur dan Perencanaan HUMANISME, ARSITEKTUR dan PERENCANAAN •.....•.
"
""-•."., ... ""'.,.~ .. ",., ....,,-, .. ":!' •• ""' ....~•....~-"'
...•.•
"'.- .. -
.•-"..~ •.. ,-......-,,......-_--.----------
(SERAP) I
vii
• Kata Pengantar
.
Kata Pengantar
uji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan berkah dan karuniaNya, sehingga kami dapat menyelenggarakan acara Seminar Nasional .Riset Arsitektur dan Perencanaan (SERAP-l), yang berlangsung sehari, pada hari Sabtu, tanggal16 Januari 2010 pukul 08.00 s.d. 15.00 di Jurusan Teknik Arsitektur dan Perencanaan, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada. Seminar SERAP # 1 dibuka dengan resmi oleh Prof. Ir. Bambang Suhendro, M.Sc., Ph.D selaku Ketua Program Pascasarjana Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada.
P
I
Beliau menyambut baik inisiatifkelompok mahasiswa S3 JUTAP-UGM yang tergabung dalam APRF (Architecture and Planning Research Forum), sebagai inisiator sekaligus penyelenggara seminar nasional ini, yang telah berhasil mengambil langkah sangat kreatif dan positif berkaitan dengan pengembangan dan peningkatan iklim akademik. Forum-forum seminar mulai dari skala kecil yang kemudian berkembang ke arab skala nasional hingga internasional, dapat menjadi ajang berlatih bagi para mahasiswa untuk saling mengembangkan, saling sinerji dan saling menggugah dalam meraih sukses studinya. Selain sebagai ajang berbagi informasi, pengetahuan dan berbagai ketrampilan meneliti, seminar-seminar tersebut juga merupakan wahana untuk saling belajar yang efektif sekaligus mencegah terjadinya duplikasi penelitian. Sesuai dengan rencana dan ketentuan panitia, berbeda dengan buku proseding, buku ini merupakan kumpulan makalah yang sebagian diantaranya telah disajikan pula dalam bentuk poster. Kami berterimakasih kepada semua pihak yang telah membantu terlaksananya seminar ini, yang di luar dugaan mampu mengundang para pembicara dan peserta dari Jawa, Bali, Sumatera, dan Sulawesi. Partisipasi dan bantuan berbagai pihak sangat bermanfaat, sehingga penyelenggaraan seminar nasional SERAP # 1 ini dapat berjalan dengan lancar dan sukses. Semoga kerjasama ini dapat terus berlanjut tidak saja dalam pelaksanaan seminar nasional SERAP berikutnya, namun juga dalam kegiatan akademis lainnya. Semoga Allah SWT selalu memudahkan usaha kita dalam mengembangkan lebih berkualitas dan berlangsung secara berkesinambungan. Terima Kasih,
iklim akademik yang
Yogyakarta, 16 Pebruari 2010 Ketua Panitia SERAP # 1 Sani Roychansyah,
ST, MEng., DEng.
Seminar Nasional Riset Arsitektur dan Perencanaan HUMANISME, ARSITEKTUR dan PERENCANAAN
(SERAP)
I
ix
• Pemikiran Humanisme dalam Arsitektur dan Perencanaan •
Perspektif Budaya sebagai Bagian Integral dari Perencanaan dan Transformasi Ruang Kota IAgung
Wahyudi
Abstrak Budaya mempunyai makna dan bersifat multi persfektif . Dalam tataran ruang kola, secara spesifik budaya mentransfonnasikan diri dalam wujud fisik yang menjadi simbol identitas lokal. Dewasa ini gelombang globalisasi yang secara intensif mempengaruhi lingkungan kota, memunculkan universalitas budaya kota atau singular urban culture. Kota selalu direncanakan berdasarkan kriteria utama mobilitas, sehingga seringkali mengabaikan aspek budaya. Tulisan ini merupakan eksplorasi literatur yang bersifat teoritis dengan tujuan menelusuri peran budaya dalam perencanaan kota dan peran budaya dalam transfonnasi ruang kota. Pada bagian pertama, diuraikan konsep budaya, kota dan interaksinya serta dampak pengaruh globalisasi. Pada bagian kedua, perspektif budaya diuraikan menjadi beberapa paradigma perencanaan, mulaidari theosentris, utopia, positivisme, rasionalisme sampai fenomenologis. Secara lebih spesifik lagi transformasi paradigm a budaya dalam kota, mulai dari 'city as a work of art' sampai 'creative city' akan melengkapi bagian dari kerangka kebudayaan. Untuk lebih mempertegas lagi maka, pada bagian ketiga, akan dibahas mengenai, eksplorasi corak perencanaan yang mengakomodasi budaya dan identitas lokal serta model sistem budaya dan perencanaan yang saling terintegrasi. Kata Kunci : budaya, perencanaan, transformasi, ruang kota
Pendahuluan Pada setting kota, pengaruh globalisasi terhadap budaya memiliki efek diversifikasi dan pengkayaan (enrichment), dan seringkali juga gabungan keduanya. Saat yang bersamaan, pemunculan budaya asing dari luar seringkali meliimbulkan ketakutan, kecurigaan, polarisasi dan tekanan rasial di beberapa kota. Dampak penting lainnya globalisasi terhadap budaya kota adalah menguatnya fenomena standarisasi, sebagai tuntutan peningkatm akses manusia ke produk budaya yang seragam di segeaap pe:njuru dunia (seperti musik dan film) melalui internet radiodan televisi Pengaruh globalisasi secara spasiaI, juga terjadi pada perubahan pola infrastruktur dan konektivitas. Munculnya infrastruktur global yang menekankan konsep 'pemenuhan kebutuhan lokal dan global serta keteIkaitan antara lokal dan global' menuntut transformasi pengembangan infrastruktur dalam tataran teoritis maupun praktis. Perencanaan kota akhimya cendenmg didasarkan atas kriteria supply-side bukan cunsumer friendly, sehingga muncul fenomena universalitas dan efisiensi pada banyak kota di dunia Bidang perencanaan kota tampaknya tertinggal jauh dan gamang dalam mengitegrasikan budaya dibandingkan dengan desain bangunan. Tulisan ini berusaha menekanlam perhatian yang lebih besar, atas peluang integrasi budaya melalui penerapan demand-side, consumer friendly ataupun kearifim lokal dalam perencanaan kota Secara realitas, budaya telah bergerak menuju konsep yang lebih sentral dalam teori pembangunan. Di disisi lain, rmmcul dorongan untuk mengintegrasikan budaya secara lebih serius dalam perencanaan tata ruang ataupun perencanaan program. United Nations Human Settlemerus Programme (2004) dalam studinya "The State Of The World & Cities : Globalization And Urban Culture" menguraikan pertimbangannya, antara lain: ' 1. Pada era globalisasi saat ini, perkembangan budaya terjadi dengan sangat cepat Secara substansial, budaya (sebagai bagian dari hiananity) telah dipertimbangkan sebagai sumber paling penting dalam ilmu pengetahuan. 2. Perkembangan budaya di atas juga meliputi peningkatan kesadaran akan keragaman budaya, serta peningkatan perhatian terhadap budaya lokal dan golongan minoritas 3. Relevansi industri kreatif dan budaya pada setting kola, wilayah ataupun negara, beserta sistem perencanaan dan ekonominya, merupakan suatu bidang yang baru dan belum pernah terjadi sebelumnya. 4. Kebutuhan yang mendesak untuk reposisi perencanaan setelah kegagalan perencanaan generasi kedua (modernist planning) Berdasarl
Agung Wahyudi; Universitas Gunadarma, JI. Margonda Raya 100 Depok, 16423; [email protected]
Seminar Nasional Riset Arsitektur dan Perencanaan HUMANISME, ARSITEKTUR dan PERENCANAAN
(SERAP)
I 21
• Pemikiran Humanisme dalam Arsitektur dan PerenC8naaD•
Budaya dan Kota Pengaruh budaya bersifat multi .perspektit:r~~ suatu ekspresi aktivitas manusia, budaya merupakai integrasi antara perkembangan manusia sebagai individu maupt.mmasyarakat, muJai dari pendidikai anak sampai ekspresi karya seni masyarakat clan bangsa. Budayajuga berhubungan dengai pencapaian di masa lampau (dalam bentuk sejarah) namun juga untuk masa depan (dalam bentuk inovasi). Selaui itu budaya juga meningkatkan kapasitas untuk bertahan serta adapatasi untul berubah, Tidak dapat dipungkiri bahwa budaya merupakan salah satu konsep yang paling kaya dar kompleks dalam setiap bahasa di dunia. Terdapat puluhan bahkan ratusan definisi clan beragarr ekspresi di banyak tempat di dunia. Budaya sekaligus merupakan simbol clan materi, pola clanproses mikro dan makro, publik dan privat, produk dan barang publik. Oapat dikatakan: "budaya adalah segalanya". Menurut Koentjaraningrat (2003), lingkungan fisik dan aktivitas manusia ketika keduanya terlibat interaksi merupakan bagian dari wujud budaya. Koentjaraningrat membagi kebudayaan sesuai dengan empat wujudnya yang secara simbolis digambarkan sebagai empat lingkaran konsentris (lihat gambar 1). Lingkaran yang paling luar, dan karena itu letaknya pada bagian paling luar melambangkan kebudayaan sebagai [1] artifacts atau benda-benda fisik; [2] lingkaran berikutnya (dan tentunya lebih keeil) melambangkan kebudayaan sebagai sistem tingkah laku dan tindakan berpola; [3] lingkaran yang berikutnya lagi (dan lebih keeil daripada kedua lingkaran yang berada di sebelah "luar" nya melambangkan kebudayaan sebagai sistem gagasan; dan [4] lingkaran hitam yang letaknya paling dalam dan bentuknya juga kecil, dan merupakan pusat atau inti melambangkan kebudayaan sebagai sistem yang ideologis.
Gambar I Kerangka Kebudayaan Sumber: Koentjaraningrat,
2003
Pada tataran kota, budaya mentransformasi dalam wujud fisik sebagai pola, struktur kota, ruang kota, serta bangunan dengan beragama fungsi, seperi istana, galeri seni, tempat peribadatan, gedung kesenian. museum, taman, pasar dan lain sebagainya. Hal ini akhirnya menjelma menjadi simbol visual atau landmark yang muncul dari identitas lokal Dapat dikatakan bahwa segala bentuk ekspresi sosial yang bermakna, termasuk bentuk clan struktur ruang kota, dikategorikan sebagai budaya.. Dalam pandangan ini, bentuk dan struktur kota dinaggap mampu mentransformasi makna serta memvisualisasikan budaya. Seperti yang telah disinggung di atas, bentuk dan struktur ruang kota merupakan artikulasi dari subtmsi budaya clan merupakan suatu media yang penting Wltuk memahami makna yang beredar masyarakat yang beragam. Bebernpa penuJis menganologikan proses yang tajadi dengan tata bahasa. Tata babasa digambatkan sebagai strukttn-atan pola yang digunakan daIam merangkai kala. Struktur dalam tara bahasa membentuk kata menjadi kalimat dan sekaligus memberikan makna Namun di sisi lain, tata bahasa memiliki bata'lan-OOIasa atau aturan dalam kaitannya dengan ruang waktu daIam mengeksJresikan pikiran.Koodisiyang miriptfIjadi pada strukturkola.Lingkuoganan merupakan wujud ekspresi dari masyarnkat kola itu seodiri. Wujud polajaringan ja\an, Iokasibangunan dan aktivitas,merupakan kompromi sintaks yang kompleks dari kota yang bersangkutan. Tidak mengherankan bahwa babasa strukturruang kota dapat sangat beragam antara kota di Asia dan Eropa, antarkola di Asia danjuga di Indonesia,bahkan antarkurunwaktu dalamsatukota. Analogi struktur ruang kota sebenamya bukan suatu yang barn. Studi henneneutik mengungkapkan bahwa bentuk struktur kota ditinterpretasikan secara kritis sebagai suatu teks yang mengekspresikan makna budaya yang berada di dalamnya Heikkila dan Griffin (1995) menguraikan metapora an1araasa dan strukturkota: "he city is a discourse and this discourse is truly a language: the city speaks to its inhabitants, we speak our city, the where we are, simply by living in it, by wandering through it, by looking at it"
22
Seminar Nasional Riset Arsitektur dan Perencanaan (SERAP) I HUMANISME,
ARSITEKTUR
dan PERENCANAAN
• Pcmikiran
Humanismc
dalam Arsitektur
dan Perencaaaan
•
Studi yang berbasis urban semiology di atas memberikan penelitian dasar dalarn mengidentifikasi pentingnya pengaruh budaya JXldastrukturroangkota. Pergeseran Paradigma Perencanaan Secara gramatika, peradigma rnernliki rnakna hubungan antara satu kala daIarn satu kalirnat dengan a yang lain diluar kalirnat. Pada tulisan ini paradigrna perencanaan diartikan sebagai hubungan antam elemen-elemen penncanaan deng;m elemea Jain di luar bidang perencanaan. Elemen lain yang beJ:peIlgaruh Iang.9.mgtedladap perencanaan dian1aranya elemen s0si0-p01itik, elemen sooi
Seminar Nasional Riset Arsitektur dan Perencanaan HUMANISME, ARSITEKTUR dan PERENCANAAN
(SERAP) I
23
• Pemlkirau
Hamaajsme
dalam Arsitektur
daD PereDuDaaD
•
teori perencanaan yang telah mapan menjawab perkembangan kota yang semakin pesat, yang kemudian disusul oleh munculnya "pragmatic planning". Secara umum, pendekatan-pendekatan yang muncul sebenamya di diatas kritik atau pengembangan terbadap proceduralplanning theory. F. Fenomenologi Fenomeoologi merupakan suatu aliran filsafat yang memberi perhatian kepada hal-hal nampak, yang terlihat a1au sesuatu yang nampak pada dirinya sendiri, Pengaruh feoomenologi dunia perencanaan diantaranya melahirkan faham. dan konsep-konsep sebagai berikut: (a) Tidak percaya pada perencanaan yang bersifat menyehnuh dan berlaku umum (menolak "compre planning" dan ''positive planning", (b) Perencanaan barns berorientasi pada keseiahteraen manusia dan diarahkan pada tindakan nyata, bukan sebagai alat penguasa dan pemilik modal, (c) Pe:rencananan hams responsif dan mendulamg terbentuknya konsensus-konsensus baru atas dasar hubungan antar Individu, (d) Perencana harus mengambil peran sebagai agen perubahan, fasilitator, trainer (widyaiswara) atau organisatoris, (e) Tidak berawal dari tujuan maupun sasaran melainkan kritik sosial tentang keadaan saat ini, (t) Tujuan dirumuskan ditengab-tengah perjalanan bersamsama masyarakat, (g) Mendasarkan diri pada gerakan arus bawah, (h) Gagasan-gagasan harus datang dari masyarakat sendiri, perencana hanya berperan sebagai pendidik, membuka kesadaran, melatih keterampilan dan meningkatkan kepercayaan diri masyarakat, (i) Dengan bimbingan perencana masyarakat merumuskan kebijaksanaan, program-program, strategi, desain, lokasi proyek dan anggaran biaya sendiri Evolusi PerspektifBudaya dalam Perencaaaan Kota Inovasi budaya pada masa kini menyebar luas melalui media informasi secara global. Musik, gaya hidup, dan segala wujud budaya suatu bangsa dan kelompok etnis di satu belahan dunia, dapat dinikmati secara instan di seluruh dunia melalui media cetak, radio, TV dan internet Kondisi ini sangat jauh berbeda dtbandingkan dengan yang terjadi pada beberapa dekade yang lalu. Evolusi yang terjadi dan yang masih beIjalan sampai saat ini, dapat diklasifikasikan dalam tahapan perkembangan paradigma sebagai berikut (Freestone dan Chris, 2006) : A. The City as a Work of Art Pada awal abad 19, ekspresi budaya kota yang muncul seiring dengan perjalanan demokrasi, ditandai dengan adanya segregasi sosial danspasial. Pemisahan ini tercennin dalam pemerintahan kota dan juga wujud kotanya Budaya elit, kelas bangsawan, adiluhung tercermin secara eksplisit pada sebagian besar perencanaan kota, dan di sisi lain, budaya masyarakat kebanyakan atau budaya pop hanya menempel pada aktivitas komersial dengan pengaturan melalui peraturan bangunan. Perencanaan kota Paris pada saat itu menjadi contoh dikotomi budaya ini (bi-ieveJplanning). Istana, rumah bangsawan, concert halJ dan gechmg opera dengan fasade yang memiliki karya seni yang 1inggi berada sepanjang Boulevard utama Sementar itu aktivitas sehari-hari berlangsung di belakang boulevard pada jalan sdmnder. Pada saat itu semua proses pembangunan kota di Paris dan kota besar Eropa, dikendalikan secara ketat untuk menciptakan segregasi di atas. Pada beberapa kota, kawasan high culture bahkan mengalami aglomerasi dengan penggabungan fimgsi-fungsi barn seperti area museum (South Kensington di London, Museumplein di Amsterdam, Musewnminsel di Berlin) atau taman kota dan lembaga-Iembaga budaya (di Vienna). Pada kota yang relatifbaru, konsep bi-level planning, terlihat di Chicago Worlds Fair pada tahun 1 893 dengan pemisahan high culnee (pada kawasan pavilion) dan hiburan rakyat (pada Midway Plaisance). Pada awal abad 20an, perencanaan kota didominasi oleh high culture yang diekspresikan melalui ungkapan konsep "beautification dan improvement sebagai kekuatan moral". Terjemahan konsep ini adalah fimgsi dan bangunanbangunan musewn, perpustakaan, taman umum, galeri seni dan gedung kesenian. Contoh dari paradigma ini terlihat pada konsep klasik city beautiful yang diungkapkan. oleh Burnham dan Edward Bennett sebagai "art as a source of wealth and moral influence". Hal ini tercennin pada karyanya Pian of Chicago (1909) yang melengkapi civic centre, selain sebagai fimgsi pusat adminitrasi pemerintahan, namun juga dengan fimgsi pusat intelektual, Didalamnya dirancang taman utama, museum, institut seni dan perpustakaan sebagai cerminan fimgsi pendidikan, seni, budaya dan sejarah. B. Cultural Zonation Keinginan untuk mengalokasikan suatu kawasan sebagai fungsi budaya secara formal, adalah salah satu ide yang selalu muncul daIan perencanaan modern. Hal ini berbeda dengan perencanaan klasik yang menganggap bahwa segregasi secara fimgsional dan aktivitas sebagai suatu kondisi ideal, serta aspirasi kultural masyarakat kebanyakan harus dibatasi dan dipisahkan dengan high-culture dalam ruang kota. Beberapa perencana, seperti Patrick Geddes, mempromosikan ruang yang tebih sensitifterhadap budaya melalui penyediaan ftmgsi-fungsi yang "dekat" dengan budaya dan juga desain bangunan dan kota yang artistik C. Urban Renewal and Flagship Facilities Pada awai tahun 1950an, pada saat maraknya proyek urban renewed, sebagian besar perencana k< dan investor mengganggap investasi dalam budaya dalam pengembangan kota hanya bersi insidental. Tujuan utama pengembangan kota sebagian besar terkait dengan peningkatan kapasi industri dan perkantoran serta pengembangan
24
Seminar
Nasional Riset Arsitektur dan Perencanaan (SERAP) ) HUMANISME, ARSITEKTUR dan PERENCANAAN
• Pemikirao
Homaoisme
dalam Arsitektur
dao Pereocaoaao
•
perumahan, Narmm pada pertengahan tahun 195C mulai muncul pengembangan kota berbasis budaya secara lebih serius clan bahkan selanjutnya ban> yang menjadi ikon atau landmark kota. Banyak kota-kota besar yang melakukan pengembang mixed use secara luar biasa dengan menggabungkan fungsi perdagangan-jasa, fasilitas umum d fasilitas kultural. Pada periode ini banyak kota-kota besar di dunia melakukan urban renev sekaligus juga menginsIalasi bangunan-bangunan kuItural yang monumental clanmenjadi ikon kota D. The Cultures of Communities Tahun 1960an dan 1970an merupakan dekade perubahan sosial yang masif. Pemicunya adal pemahaman konsep budaya yang lebih demokratis, yaitu bukan banya mendenotasi nilai dan praktek high culture tapi juga keseluruhan gaya hidup pada hampir semua bidang budaya. Seni mulai lebih membumi dan meninggalkan karaktemya yang bwjois. Oi kota-kota negara barat fenomena muneul bersamaan dengan gerakan mahasiswa yang mendukung hak asasi manusia serta memprotes terjadinya perang kerusakan linglamgan. Kritik terhadap merebaknya modemasi kota yang berlandaskan perencanaan teknokratis dan komprehensif memiliki implikasi yang cukup besar. Paradigma perencanaan rasional komprehensif yang monolitik medapat tantangan dari perencanaan yang incremeruol, fragmented dan multispesialis. Hal ini memungkinkan tejadinya lintas bidang clanmultiple kultural. Catatan penting pada periode ini adalah reevaluasi terhadap konsep pengembangan yang tidak selalu berbentuk pembangunan barn. Hal ini ditandai dengan munculnya gerakan preservasi dan konservasi terhadap peninggalan bersejarah. Beberapa strategi yang diterapkan antara lain melindungi lingkungan perrnukiman dari kerangka mban renewal; adaptasi fungsi barn pada kawasan bersejarah mempromosikan ekonomi budaya, meningkatkan nilai estetis kawasan-kawasan kurnub untuk meningkatkan kualitas lingkungan dan daya tarik kawasan, Tanggapan perencanaan tedJadap simasi yang be:rkembang antara lain: (1) Menguatkannya arus utama metodologi yang mengembangkan standar barn fasilitas pelayanan kota untuk rnewadahi fimgsi seni dan budaya pada semua tingkatan spasial (2) Menjadi pionir studi penelitian rnengenai dampak ekonomi dan tenaga kerja terhadap industri seni dan budaya; (3) Memberikan insentif untuk mendorong perencanaan sosial dan budaya yang lebih membumi, terjangkau dan realistis, (4) Mendorong inisiatifdan gerakan community arts. E. Culture in Urban Development Pada tahun 1980an dan awal 1990an ditandai dengan pergeseran budaya yang sangat dramatis dalam perencanaan. Katalis yang penting adalah munculnya dampak negatif restrukturisasi ekonomi terhadap kota. Kolapsnya ekonorni kapitalis, yang hanya memfokuskan pada sumber daya materi memicu proses deindustrialisasi serta pencarian dan penggalian smnber daya barn bagi investasi. Kondisi ini membuka peluang masuknya persepektif ekonorni pada seni dan budaya. Kemampuan kota untuk men'generate' budaya dikaitkan dengan proses produksi sehingga penetrasi proses memunculkan fenomea postmodem pada segala bentuk budaya Periode ini dicirikan dengan kebijakan dalam pengembangan kota yang memberi peran pada budaya, antara lain: perbaikan kota atas pertirobangan aspek budaya; wisata budaya; kawasan budaya, industri yang terkait budaya strategi kebudayaan berdasarkan masyarakat. Oisamping itu instrumen pengendalian perencanan yang digunakan pada umumnya meliputi: public-private partnerships; insentif-desinsentif; penerapan tata guna lahan campuran; penggalian sumber pemhiayaan barn, penggalangan inisiatif publik dan lainya. F. The Creative City Saat ini, pada tingkat makro, teJ:jadisuatu evolusi dari industri yang berbasis materi ke infonnas ke ekonomi kultural. Pergeseran ini terjadi akibat beberapa kekuatan antara lain ekonomi global turisme intemasional serta pencarian ekonomi dengan keunggulan komparatif. Peninjauan ketergantungan ekonomi kota pada produksi dan konsumsi budaya merupakan sinyal data paradigma 'creative city'. Freestone dan Gibson (2006) menggambarkan budaya sebagai bahan baku suatu kota dan kreativitas sebagai alat untuk mengolah sumber daya tersebut Walaupun re "creative city" menyerupai suatu istilah klise yang digunakan di beberapa perencanaan, namun menimbulkan semangat barn yang mengkaitkan antara budaya, perencanaan dan perlcembangan serta juga menghubungkan antara stakeholders. Bahkan bebernpa hipotesis menyebutkan bahwa berbasis kreatif menjadi sumber bagi pertumbuhan ekonomi.
Seminar Nasiooal Riset Arsitektur dan Perencanaao HUMANISME, ARSITEKTUR dan PERENCANAAN
(SERAP) 1
25
• Pemikirao Humanlsme dalam Arsitektur dan Perencanaan •
Gambar 2 Timeline Pergeseran Paradigma PerspektifBudaya dalam Perencanaan Kota di Indonesia Bersadasarkan Undang-undang Republik Indonesia No. 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang sistem perencaanaan tata ruang meliputi rencana umum tata ruang, yang terdiri (a) Rencana Ruang Wilayah Nasional; (b) Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi; clan (e). Rencana Tata Wilayah Kabupaten dan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota: rencana rinci tata ruang yang terdiri (a) Rencana Tata Ruang PulauIKepulauan dan Rencana Tata Ruang Rawasan Strategis Nasional Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis Provinsi; serta Rencana Detail Tata Ruang Kabupaten clan Reneana Tata Ruang Kawasan Strategis KabupatenlKota. Seeara lebih detail dan hirarki kedudukan perencanaan kota dalam konstelasi sistem perencanaan nasional, digambarkan sebagai berikut Dari beragam konsep dan model kultural, terdapat beberapa prinsip dasar yang dapat menjembatani antara pereneanaan kota dan budaya. Prinsip dasar berikut diharapkan dapat memberikan suatu orientasi dan landasari filosofis pada perencariaan untuk lebih memperluas perspektifbudaya (Young, 2008) (1). Plenitude Budaya kaya akan makna. Tidak seperti sumber daya alam yang seringkali memiliki sifat yang rentan clan menjadi lapuk, budaya memiliki kapabilitas untuk terns melakukan perbaruan. Perbaruan merupakan fungsi kreativitas yang berkelanjutan. Selain itu produksi inovatif yang teIjadi dalam masyarakat, serta dalam perspektif yang barn selalu melakukan penelahaan dan peneiptaan kembali nilai-nilai, pengetahuan, karya budaya Pada aras material, dimana budaya yang telah diabaikan, rusak, atau dimaIjinalkan, akan selalu dapat dikembangkan kembali. Beberapa kota bersejarah yang telah hancur selama perang atau akibat bencana alam dapat direkonstruksi atau direhabilitasi. Bukan hanya budaya yang telah hilang dapat dikembangkan, namun hal ini terjadi juga pada budaya baru atau perspektif barn yang disesuaikan dengan kondisi saat ini. Beberapa kota melakukan penggalian kembali memori masyarakat untuk diinstalasikan pada suatu mang kota Hal ini dapat menjadi kebanggaan kota dan merefleksikaii masyarakat dengan sejarah atau kearifan lokalnya Cultural plenitude merupakan arena intelektual dan filosofis, dimana para planner dapat bergerak
(2). Connectivity Dasar konektivitas berkaitan clan berhubungan dengan sifat integratif clan mediatifbudaya Integrasi berbagai aspek tercermin pada elemen-elemen sistem ekologi, yang saling terkait satu dengan yang lain, antara lain antara informasi dengan pengetahun, masa lalu dengan masa depan, spasial dengan program, temuan dengan tindakan, clan lain sebagainya Misalnya penentuan kawasan heritage, tidak hanya mempertimbangkan aspek konservasi saja, namun juga harus mengkaitkan dengan pertimbangan rasional yang memberi makna barn kawasan lain. Hal ini melibatkan seni kreatif, industri digital-animasi, kurikulum pendidikan, perencanaan pariwisata serta semua aspek desain (3). Diversity Pada saat ini, keragaman rnenjadi eiri masyarakat kota. Dalam konteks ini, sifat empati clan keterbukaan terhadap budaya lain, rnerupakan prasyarat bagi tereapainya keragaman dan pluralisme. Untuk rneningkatkan keragarnan pada tingkat lokal, beberapa program, fungsi dan ruang kota yang bersifat inklusif direncanakan, sehingga dapat sebanyak rnungkin rnengartikulasikan partisipasi rnasyarakat yang lebih beragam dalam hal usia, etnis, gender, pendidikan dish. (4). Reflexivity Nilai dalam budaya selalu berkembang menyesuaikan diri dengan konteks ruang dan waktu. Untuk menghindari kesalahan yang berulang clan kearifan yang "mande'", diperlukan evaluasi diri oleh individu, rnasyarakat maupun lembaga, analisis diskursus yang kritis, serta teori yang arif. Pada umurnnya, kondisi di atas bersama-sama muneul dalam wujud nilai-nilai yang berkembang di rnasyarakat, common sense atau interesinteres tertentu. Namun yang menjadi eatatan bagi para planner adalah keterbatasan secara individu dalam melakukan refleksi. Sebagian besar corak perencanaan dan proses perencanaan beracla pada domain publik, sehingga seringkali berhadapan dengan berbagai dilema, (5). Sustainability
26
Seminar Nasional Riset Arsitektur dan Perencanaan (SERAP) 1 HUMANISME, ARSITEKTUR dan PERENCANAAN
• Pemikiran
Humanlsme
dalam Arsitektur
dan Perencaaaan
•
Pemahaman bahwa konsep keberlanjutan terkait dengan konstruksi budaya, didasarkan atas prinsip etika serta implementasinya yang didukung oleh inisiatif dan konsensus masyarakat Pada saar. para ilmuwan memperingatkan akan ancaman dan kerusakan kumulatiif terhadap ekologi, diperlukan solusi yang lebih kreatif dibandingkan dengan solusi konvensionaf Respon yang kreatif atas masalah ekologi dan lingkungan seringkali didasarkan atas inisiatif kulfural yang memotivasi dan menstimulasi solusi praktis. Beberapa contoh yang arif tentang solusi masalah lingktmganjustru dapat dipelajari dari budaya masyarakat lokal atau masa lalu
Gambar3 Peluang Keterkaitaa Muatan Rencana Kota dengan Prinsip Budaya Atas dasar pembahasan beragam muatan rencana kota, secara umum dapat disimpu keterkaitannya dengan prinsip budaya menggunakan kriteria plenitude, connectivity, reflexity diversity dan sustainability seperti matriks di bawah
...
~
~~ +r----~~~ ~ P1efIitude
Conttec1Mty
~~~----~~ RefIexlty
0MtsJty
SusfIIIMlIirdy
TUJUAH clanSTRATEGI
Penncanaan Raana
STRII!
•
RencanaPOlARUAHG KOlA
---m~-~g---€EB---i
Pwnatapan KAWASAH STRATEGISKOTA
RencIIIa JARINGAH TRAHSPORTASI
AencInI SARANA PRASARAHA
KOTA
Renc:ana PBWIfAATAH PEHGBfDAIJAH RENCAHA
Gambar 4 Prinsip Budaya dalam Perecanaan Kesimpulan Simpulan utama yang dapat ditarik dari tulisan ini adalah perluanya memberi ruang yang lebih dan beragam bagi budaya dalam perencanaan kota melalui transfonnasi prinsip dasar budaya. Seear lebih rinei lagi, beberapa simpulan hasil tulisan ini adalah: • Terdapat hubungan yang erat antara budaya dan kota. Kota merupakan wujud fisik dan spasial dari arti kulasi budaya masyarakatnya • Perkembangan dimensi budaya dalam perencanaan kota, secara historis terkait dengan perkernbangan sistem kelembagaan, ekonomi, sosial dan juga lokasi • Prinsip dasar budaya yang meliputi Plenitude, Connectivity, Reflexivity; Diversity, dan Sustainability dapat mcmberikan suatu orientasi dan landasan filosofis pada perencanaan untuk lebih memperluas perspektifbudaya
Seminar Nasional Riset Arsitektur dan Perencanaan HUMANISME, ARSITEKTUR dan PERENCANAAN
(SERAP) I
27
• Pemikiran Hnmanisme dalam Arsitektur dan Pennunaan
•
Daftar Pustaka Freestone R,·Gibson C (2006) The Cultural Dimension of Urban Planning Strategies: An Historical Perspective dalam Culture, Urbanism and Planning (editor Monelu, Javier s dan Guardia, Manuel). Ashgate Publishing Limited Gordon, David LA (2006). Capital Cities and Culture: Evolution of Twentieth-century Capital City Planning, dalam Culture, Urbanism and Planning (editor Monelu, Javier S dan Guardia, Manuel). Ashgate Publishing Limited Heikkila EJ, Griffin M (1995). Confucian Planning or Planning Confusion? Journal of Planning Education and Research, Vol. 14, haI269-279. Koentjaraningrat (2003) Antropologi Kebudayaan, Alumni, Bandung Stevenson D (2003). Cities And Urban Cultures. Open University Press Wahyudi A (2009) Pengaruh Budaya Dalam Transformasi Ruang Kota, Makalah Pada Seminar Kearifan Lokal Dalam Perencannan dan Perancangan Lingkungan Binaan, UNMER Malang 7 Agustus 2009 Wicaksono AD (2001) Peningkatan Kualitas Perencanaan Pada Era Transisi Melalui Perbaikan Mekanisme Scanning Dan Control. Makalah pada Seminar & Lokakarya Nasional 42 Tabun Pendidikan Planologi di Indonesia, lTB Bandung November 2003 Wicaksono AD (2009) Perspektif Budaya Dalam Perencanaan Kota, Proseding Lokal Wisdom UNMER Malang Agustus 2009 Williams R (1966) Culture and Society, 1780-1950.Harmondsworth: Penguin Young G (2008) The Cultural Reinvention Of Planning. Faculty of the Built Environment. University of New South Wales Young G (2008) The Culturization of Planning. Planning Theory. Vol. 7, hal71
28
Seminar Nasional Riset Arsitektur dan Pereocanaan (SERAP) I HUMANISME, ARSITEKTUR dan PERENCANAAN
.•••••• • *
••
'*
...
ISBN 978-602-96240-0-7